SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 2
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Pengertian Al-Wasath Dalam Agama
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=701&bagian=0
Pengertian Al-Wasath Dalam Agama
Kategori :
Syubhat & Jawabannya
Tanggal : Sabtu, 8 Mei 2004 07:32:58 WIB
PENGERTIAN AL-WASATH DALAM AGAMA
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah yang dimaksud dengan al-wasath (sikap
pertengahan) di dalam agama ? Mohon penjelasan yang rinci dan memuaskan dari yang mulia, semoga Allah
membalas jasa anda terhadap Islam dan kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan.
Jawaban.
Pengertian al-wasath dalam agama adalah seseorang tidak boleh berlaku ghuluw (berlebih-lebihan) di
dalamnya sehingga melampaui batasan yang telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak pula
taqshir, teledor di dalamnya sehingga mengurangi batasan yang telah ditentukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Al-wasath di dalam agama artinya berpegang teguh dengan sirah (perjalanan hidup) Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Ghuluw artinya melampaui batasannya sedangkan taqshir artinya tidak mencapainya (teledor).
Sebagai contoh untuk hal tersebut, ada seorang laki-laki yang berkata, “Aku ingin melakukan shalat malam
dan tidak akan tidur sepanjang tahun karena shalat merupakan ibadah yang paling utama dan aku ingin
menghidupkan seluruh malam dengan shalat. Maka kita katakan, bahwa ini adalah sikap seorang yang berbuat
ghuluw di dalam agama dan ini tidak benar. Dan, hal semacam ini pernah terjadi pada masa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, seperti suatu ketika berkumpullah beberapa orang, lalu salah seorang di antara mereka
berkata, “Aku akan shalat malam terus dan tidak akan tidur”. Yang satu lagi berkata, “Aku akan berpuasa terus
dan tidak akan berbuka”. Sedangkan orang ketiganya berkata, “ Aku tidak akan menikahi wanita manapun”.
Lantas hal itu sampai ke telinga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka bersabdalah beliau.
“Artinya : Ada apakah gerangan suatu kaum yang mengatakan begini dan begitu padahal aku ini juga
melakukan shalat, tidur, berpuasa, berbuka dan menikahi wanita ; barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku,
maka dia tidak termasuk ke dalam golonganku” [Hadits Riwayat Bukhari, An-Nikah 5063, Muslim, An-Nikah
1401]
Mereka itu telah bertindak ghuluw di dalam agama dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berlepas
diri dari (tindakan) mereka tersebut karena mereka telah membenci (tidak suka) terhadap sunnah beliau, yakni
berpuasa, berbuka, melakukan shalat malam, tidur dan menikahi wanita.
Halaman 1/2
Pengertian Al-Wasath Dalam Agama
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=701&bagian=0
Sedangkan orang yang bertindak taqshir (teledor), adalah orang yang mengatakan,”Aku tidak butuh dengan
amalan sunnah. Karena aku tidak akan melakukan hal-hal yang sunnah, dan aku hanya melakukan yang
wajib-wajib saja”. Padahal orang semacam ini, bisa jadi juga teledor di dalam melakukan hal-hal yang wajib
tersebut. Inilah orang yang teledor itu, sementara orang yang bersikap pertengahan adalah orang yang berjalan
sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Khulafaur Rasyidin setelah beliau.
Contoh lainnya, ada tiga orang yang di depan mata mereka berdiri seorang yang fasiq, lalu berkatalah salah
seorang di antara mereka, “Aku tidak akan mengucapkan salam kepada si fasiq ini, tidak akan menegur, akan
menjauh darinya dan tidak akan berbicara dengannya”.
Orang kedua berkata, “Aku tetap mau berjalan dengan si fasiq ini, mengucapkan salam, melempar senyum,
mengundangnya dan memenuhi undangannya. Pokoknya, bagiku dia sama seperti orang yang shalih lainnya”.
Sedangkan orang ketiga berkata, “Aku tidak suka terhadap si fasik ini karena kefasikannya tersebut dan aku
menyukainya karena keimanannya. Aku tidak akan melakukan hajr (isolir/tidak menegur) terhadapnya kecuali
bila hal itu menjadi sebab dia berubah. Jik hajr tersebut tidak dapat menjadi sebab dia berubah bahkan semakin
menambah kefasikannya, maka aku tidak akan melakukan hajr terhadapnya.
Maka, kita katakan : orang pertama tersebut sudah bertindak melampui batas lagi ghuluw, orang kedua juga
bertindak melampui batas lagi teledor, sedangkan yang ketigalah yang bertindak pertengahan (wasath)
tersebut.
Demikian pulalah kita katakan pada seluruh ibadah dan mu’amalat. Di dalam hal tersebut manusia terbagi
kepada kelompok yang teledor, bertindak ghuluw dan pertengahan.
Contoh kasus lainnya, ada seorang suami yang menjadi “tawanan” isterinya ; mau diperintah olehnya kemana
yang dia mau, tidak mencegahnya berbuat dosa dan tidak pula menganjurkannya agar berperilaku mulia.
Pokoknya, isterinya telah menguasai pikirannya sehingga isterinya tersebutlah yang menjadi pemimpin rumah
tangga.
Ada lagi seorang suami yang sangat kasar dan sombong dan tidak ambil pusing terhadap isterinya, tidak
mempedulikannya seakan dia tidak lebih sebagai pembantu. Lalu ada lagi seorang suami yang memperlakukan
isterinya dengan cara yang adil sebagaimana perintah Allah dan RasulNya. Allah berfirman.
“Artinya : Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf”
[Al-Baqarah : 228]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah, (sebab) jika dia membenci satu akhlak
darinya, dia pasti rela dengan akhlak yang lain” [Hadits Riwayat Muslim, Ar-Radla’ 1469]
Orang terakhir inilah yang bertindak pertengahan, sedangkan orang pertama sudah bertindak ghuluw di dalam
memperlakukan isterinya, sedangkan yang satu lagi sudah bertindak teledor. Jadi, perbandingkanlah terhadap
amal-amal dan ibadah-ibadah yang lainnya.
[Al-Majmu Ats-Tsamin, Juz I, hal 39 dari Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin]
[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad
Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, hal 131-133 Darul Haq]
Halaman 2/2

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Melakukan amalan sunah menjadikan kita wali allah
Melakukan amalan sunah menjadikan kita wali allahMelakukan amalan sunah menjadikan kita wali allah
Melakukan amalan sunah menjadikan kita wali allah
Septian Muna Barakati
 
Hakekat syahadat muhammad rasulullah
Hakekat syahadat muhammad rasulullahHakekat syahadat muhammad rasulullah
Hakekat syahadat muhammad rasulullah
Erman Hidayat
 
Kisah nabi isa as
Kisah nabi isa asKisah nabi isa as
Kisah nabi isa as
mynorfood
 
Menjadi pemimpin penegak syariah
Menjadi pemimpin penegak syariahMenjadi pemimpin penegak syariah
Menjadi pemimpin penegak syariah
el-hafiy
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Via Dewi Syahara
 
Orang musyrik-tidak-diwarisi-oleh-anak-anaknya-yang-muwahhid
Orang musyrik-tidak-diwarisi-oleh-anak-anaknya-yang-muwahhidOrang musyrik-tidak-diwarisi-oleh-anak-anaknya-yang-muwahhid
Orang musyrik-tidak-diwarisi-oleh-anak-anaknya-yang-muwahhid
Ra Hardianto
 
Selamat tinggal kemunafikan
Selamat tinggal kemunafikanSelamat tinggal kemunafikan
Selamat tinggal kemunafikan
Muhsin Hariyanto
 

Was ist angesagt? (20)

Melakukan amalan sunah menjadikan kita wali allah
Melakukan amalan sunah menjadikan kita wali allahMelakukan amalan sunah menjadikan kita wali allah
Melakukan amalan sunah menjadikan kita wali allah
 
Proposal 1434 ybpmmd
Proposal 1434 ybpmmdProposal 1434 ybpmmd
Proposal 1434 ybpmmd
 
Tasawuf perbandingan
Tasawuf perbandinganTasawuf perbandingan
Tasawuf perbandingan
 
USULUDDIN STPM : ULUM AL QURAN NASIKH MANSUKH
USULUDDIN STPM : ULUM AL QURAN NASIKH MANSUKHUSULUDDIN STPM : ULUM AL QURAN NASIKH MANSUKH
USULUDDIN STPM : ULUM AL QURAN NASIKH MANSUKH
 
Presentation1 (tasawuf perbandingan)
Presentation1 (tasawuf perbandingan)Presentation1 (tasawuf perbandingan)
Presentation1 (tasawuf perbandingan)
 
Kebenaran tentang imam 12
Kebenaran tentang imam 12Kebenaran tentang imam 12
Kebenaran tentang imam 12
 
Hakekat syahadat muhammad rasulullah
Hakekat syahadat muhammad rasulullahHakekat syahadat muhammad rasulullah
Hakekat syahadat muhammad rasulullah
 
Menebarkan perdamaian dan menghindari kekerasan
Menebarkan perdamaian dan menghindari kekerasanMenebarkan perdamaian dan menghindari kekerasan
Menebarkan perdamaian dan menghindari kekerasan
 
JAMA' DAN FARQ
JAMA' DAN FARQJAMA' DAN FARQ
JAMA' DAN FARQ
 
Kisah nabi isa as
Kisah nabi isa asKisah nabi isa as
Kisah nabi isa as
 
Nasakh
Nasakh Nasakh
Nasakh
 
Menjadi pemimpin penegak syariah
Menjadi pemimpin penegak syariahMenjadi pemimpin penegak syariah
Menjadi pemimpin penegak syariah
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
 
Kelompok 1 pai
Kelompok 1 paiKelompok 1 pai
Kelompok 1 pai
 
Ziarah kubur
Ziarah kuburZiarah kubur
Ziarah kubur
 
Hikmah haji
Hikmah hajiHikmah haji
Hikmah haji
 
6 syarat haji dalam islam
6 syarat haji dalam islam6 syarat haji dalam islam
6 syarat haji dalam islam
 
Perbedaan haji dan umrah
Perbedaan haji dan umrahPerbedaan haji dan umrah
Perbedaan haji dan umrah
 
Orang musyrik-tidak-diwarisi-oleh-anak-anaknya-yang-muwahhid
Orang musyrik-tidak-diwarisi-oleh-anak-anaknya-yang-muwahhidOrang musyrik-tidak-diwarisi-oleh-anak-anaknya-yang-muwahhid
Orang musyrik-tidak-diwarisi-oleh-anak-anaknya-yang-muwahhid
 
Selamat tinggal kemunafikan
Selamat tinggal kemunafikanSelamat tinggal kemunafikan
Selamat tinggal kemunafikan
 

Ähnlich wie Pengertian al-wasath-dalam-agama

Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ahPenutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Ra Hardianto
 
Mengapa manusia dicipta dan apa tujuannya
Mengapa manusia dicipta dan apa tujuannyaMengapa manusia dicipta dan apa tujuannya
Mengapa manusia dicipta dan apa tujuannya
Nasrullah Ismail
 
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku ShalatShalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Yulian Purnama
 

Ähnlich wie Pengertian al-wasath-dalam-agama (20)

Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
 
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
 
Tugas
TugasTugas
Tugas
 
Tugas
TugasTugas
Tugas
 
Hikmah ibadah dalam islam copy
Hikmah ibadah dalam islam   copyHikmah ibadah dalam islam   copy
Hikmah ibadah dalam islam copy
 
Tawakal
TawakalTawakal
Tawakal
 
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ahPenutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
 
Risalah aswaja
Risalah aswajaRisalah aswaja
Risalah aswaja
 
Kitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
Kitab Risalah Ahlusunnah WaljamaahKitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
Kitab Risalah Ahlusunnah Waljamaah
 
Pendidikan Agama Islam-Ibadah
Pendidikan Agama Islam-IbadahPendidikan Agama Islam-Ibadah
Pendidikan Agama Islam-Ibadah
 
Who is the Leader arround you
Who is the Leader arround youWho is the Leader arround you
Who is the Leader arround you
 
Mengapa manusia dicipta dan apa tujuannya
Mengapa manusia dicipta dan apa tujuannyaMengapa manusia dicipta dan apa tujuannya
Mengapa manusia dicipta dan apa tujuannya
 
Meraih Kasih Allah dengan Ihsan.docx
Meraih  Kasih Allah dengan Ihsan.docxMeraih  Kasih Allah dengan Ihsan.docx
Meraih Kasih Allah dengan Ihsan.docx
 
Meraih Kasih Allah dengan Ihsan.pdf
Meraih  Kasih Allah dengan Ihsan.pdfMeraih  Kasih Allah dengan Ihsan.pdf
Meraih Kasih Allah dengan Ihsan.pdf
 
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku ShalatShalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
Shalatlah Sebagaimana Melihatku Shalat
 
Rukun al fahmu pt 3
Rukun al fahmu pt 3Rukun al fahmu pt 3
Rukun al fahmu pt 3
 
Risalah aswajaskj
Risalah aswajaskjRisalah aswajaskj
Risalah aswajaskj
 
risalah-aswaja.pdf
risalah-aswaja.pdfrisalah-aswaja.pdf
risalah-aswaja.pdf
 
Konsep Syirik dalam Perspektif Aswaja.pdf
Konsep Syirik dalam Perspektif Aswaja.pdfKonsep Syirik dalam Perspektif Aswaja.pdf
Konsep Syirik dalam Perspektif Aswaja.pdf
 
Konsep Syirik dalam Perspektif Aswaja.docx
Konsep Syirik dalam Perspektif Aswaja.docxKonsep Syirik dalam Perspektif Aswaja.docx
Konsep Syirik dalam Perspektif Aswaja.docx
 

Mehr von Ra Hardianto

Realita perpecahan-umat-2-2
Realita perpecahan-umat-2-2Realita perpecahan-umat-2-2
Realita perpecahan-umat-2-2
Ra Hardianto
 
Realita perpecahan-umat-1-2
Realita perpecahan-umat-1-2Realita perpecahan-umat-1-2
Realita perpecahan-umat-1-2
Ra Hardianto
 
Realita kebangkitan-islam
Realita kebangkitan-islamRealita kebangkitan-islam
Realita kebangkitan-islam
Ra Hardianto
 
Rasulullah menjelaskan-thaifah-al-manshurah-memiliki-sifat-sifat-beliau-dan-p...
Rasulullah menjelaskan-thaifah-al-manshurah-memiliki-sifat-sifat-beliau-dan-p...Rasulullah menjelaskan-thaifah-al-manshurah-memiliki-sifat-sifat-beliau-dan-p...
Rasulullah menjelaskan-thaifah-al-manshurah-memiliki-sifat-sifat-beliau-dan-p...
Ra Hardianto
 
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ahQunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
Ra Hardianto
 
Sejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Sejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ahSejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Sejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Ra Hardianto
 
Sejarah hitam-perpecahan-umat-2-2
Sejarah hitam-perpecahan-umat-2-2Sejarah hitam-perpecahan-umat-2-2
Sejarah hitam-perpecahan-umat-2-2
Ra Hardianto
 
Sejarah hitam-perpecahan-umat-1-2
Sejarah hitam-perpecahan-umat-1-2Sejarah hitam-perpecahan-umat-1-2
Sejarah hitam-perpecahan-umat-1-2
Ra Hardianto
 
Sebagian orang-berkata-apabila-hadits-shahih-bertentangan-dengan-al-qur-an-ma...
Sebagian orang-berkata-apabila-hadits-shahih-bertentangan-dengan-al-qur-an-ma...Sebagian orang-berkata-apabila-hadits-shahih-bertentangan-dengan-al-qur-an-ma...
Sebagian orang-berkata-apabila-hadits-shahih-bertentangan-dengan-al-qur-an-ma...
Ra Hardianto
 
Sebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdi
Sebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdiSebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdi
Sebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdi
Ra Hardianto
 
Salafiyun mencari-muka-dihadapan-pemerintah-tidak-berbicara-dengan-kebenaraan...
Salafiyun mencari-muka-dihadapan-pemerintah-tidak-berbicara-dengan-kebenaraan...Salafiyun mencari-muka-dihadapan-pemerintah-tidak-berbicara-dengan-kebenaraan...
Salafiyun mencari-muka-dihadapan-pemerintah-tidak-berbicara-dengan-kebenaraan...
Ra Hardianto
 
Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-2-2
Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-2-2Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-2-2
Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-2-2
Ra Hardianto
 
Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-1-2
Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-1-2Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-1-2
Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-1-2
Ra Hardianto
 
Sahabat rasulullah-memiliki-manhaj-ilmiyah-yang-teliti-dalam-istidlal-dan-ist...
Sahabat rasulullah-memiliki-manhaj-ilmiyah-yang-teliti-dalam-istidlal-dan-ist...Sahabat rasulullah-memiliki-manhaj-ilmiyah-yang-teliti-dalam-istidlal-dan-ist...
Sahabat rasulullah-memiliki-manhaj-ilmiyah-yang-teliti-dalam-istidlal-dan-ist...
Ra Hardianto
 

Mehr von Ra Hardianto (20)

Riba merajalela
Riba merajalelaRiba merajalela
Riba merajalela
 
Realita perpecahan-umat-2-2
Realita perpecahan-umat-2-2Realita perpecahan-umat-2-2
Realita perpecahan-umat-2-2
 
Realita perpecahan-umat-1-2
Realita perpecahan-umat-1-2Realita perpecahan-umat-1-2
Realita perpecahan-umat-1-2
 
Realita kebangkitan-islam
Realita kebangkitan-islamRealita kebangkitan-islam
Realita kebangkitan-islam
 
Rasulullah menjelaskan-thaifah-al-manshurah-memiliki-sifat-sifat-beliau-dan-p...
Rasulullah menjelaskan-thaifah-al-manshurah-memiliki-sifat-sifat-beliau-dan-p...Rasulullah menjelaskan-thaifah-al-manshurah-memiliki-sifat-sifat-beliau-dan-p...
Rasulullah menjelaskan-thaifah-al-manshurah-memiliki-sifat-sifat-beliau-dan-p...
 
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ahQunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
Qunut shubuh-terus-menerus-adalah-bid-ah
 
Q a-d-h-a
Q a-d-h-aQ a-d-h-a
Q a-d-h-a
 
Qadar
QadarQadar
Qadar
 
Sejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Sejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ahSejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Sejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
 
Sejarah hitam-perpecahan-umat-2-2
Sejarah hitam-perpecahan-umat-2-2Sejarah hitam-perpecahan-umat-2-2
Sejarah hitam-perpecahan-umat-2-2
 
Sejarah hitam-perpecahan-umat-1-2
Sejarah hitam-perpecahan-umat-1-2Sejarah hitam-perpecahan-umat-1-2
Sejarah hitam-perpecahan-umat-1-2
 
Sebagian orang-berkata-apabila-hadits-shahih-bertentangan-dengan-al-qur-an-ma...
Sebagian orang-berkata-apabila-hadits-shahih-bertentangan-dengan-al-qur-an-ma...Sebagian orang-berkata-apabila-hadits-shahih-bertentangan-dengan-al-qur-an-ma...
Sebagian orang-berkata-apabila-hadits-shahih-bertentangan-dengan-al-qur-an-ma...
 
Sebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdi
Sebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdiSebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdi
Sebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdi
 
Sanad dan-matan
Sanad dan-matanSanad dan-matan
Sanad dan-matan
 
Salafiyun mencari-muka-dihadapan-pemerintah-tidak-berbicara-dengan-kebenaraan...
Salafiyun mencari-muka-dihadapan-pemerintah-tidak-berbicara-dengan-kebenaraan...Salafiyun mencari-muka-dihadapan-pemerintah-tidak-berbicara-dengan-kebenaraan...
Salafiyun mencari-muka-dihadapan-pemerintah-tidak-berbicara-dengan-kebenaraan...
 
Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-2-2
Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-2-2Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-2-2
Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-2-2
 
Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-1-2
Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-1-2Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-1-2
Salaf dan-salafiyah-secara-bahasa-1-2
 
S a-h-u-r
S a-h-u-rS a-h-u-r
S a-h-u-r
 
Saham saham-bank
Saham saham-bankSaham saham-bank
Saham saham-bank
 
Sahabat rasulullah-memiliki-manhaj-ilmiyah-yang-teliti-dalam-istidlal-dan-ist...
Sahabat rasulullah-memiliki-manhaj-ilmiyah-yang-teliti-dalam-istidlal-dan-ist...Sahabat rasulullah-memiliki-manhaj-ilmiyah-yang-teliti-dalam-istidlal-dan-ist...
Sahabat rasulullah-memiliki-manhaj-ilmiyah-yang-teliti-dalam-istidlal-dan-ist...
 

Pengertian al-wasath-dalam-agama

  • 1. Pengertian Al-Wasath Dalam Agama http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=701&bagian=0 Pengertian Al-Wasath Dalam Agama Kategori : Syubhat & Jawabannya Tanggal : Sabtu, 8 Mei 2004 07:32:58 WIB PENGERTIAN AL-WASATH DALAM AGAMA Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Pertanyaan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah yang dimaksud dengan al-wasath (sikap pertengahan) di dalam agama ? Mohon penjelasan yang rinci dan memuaskan dari yang mulia, semoga Allah membalas jasa anda terhadap Islam dan kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan. Jawaban. Pengertian al-wasath dalam agama adalah seseorang tidak boleh berlaku ghuluw (berlebih-lebihan) di dalamnya sehingga melampaui batasan yang telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak pula taqshir, teledor di dalamnya sehingga mengurangi batasan yang telah ditentukan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Al-wasath di dalam agama artinya berpegang teguh dengan sirah (perjalanan hidup) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ghuluw artinya melampaui batasannya sedangkan taqshir artinya tidak mencapainya (teledor). Sebagai contoh untuk hal tersebut, ada seorang laki-laki yang berkata, “Aku ingin melakukan shalat malam dan tidak akan tidur sepanjang tahun karena shalat merupakan ibadah yang paling utama dan aku ingin menghidupkan seluruh malam dengan shalat. Maka kita katakan, bahwa ini adalah sikap seorang yang berbuat ghuluw di dalam agama dan ini tidak benar. Dan, hal semacam ini pernah terjadi pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti suatu ketika berkumpullah beberapa orang, lalu salah seorang di antara mereka berkata, “Aku akan shalat malam terus dan tidak akan tidur”. Yang satu lagi berkata, “Aku akan berpuasa terus dan tidak akan berbuka”. Sedangkan orang ketiganya berkata, “ Aku tidak akan menikahi wanita manapun”. Lantas hal itu sampai ke telinga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka bersabdalah beliau. “Artinya : Ada apakah gerangan suatu kaum yang mengatakan begini dan begitu padahal aku ini juga melakukan shalat, tidur, berpuasa, berbuka dan menikahi wanita ; barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka dia tidak termasuk ke dalam golonganku” [Hadits Riwayat Bukhari, An-Nikah 5063, Muslim, An-Nikah 1401] Mereka itu telah bertindak ghuluw di dalam agama dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berlepas diri dari (tindakan) mereka tersebut karena mereka telah membenci (tidak suka) terhadap sunnah beliau, yakni berpuasa, berbuka, melakukan shalat malam, tidur dan menikahi wanita. Halaman 1/2
  • 2. Pengertian Al-Wasath Dalam Agama http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=701&bagian=0 Sedangkan orang yang bertindak taqshir (teledor), adalah orang yang mengatakan,”Aku tidak butuh dengan amalan sunnah. Karena aku tidak akan melakukan hal-hal yang sunnah, dan aku hanya melakukan yang wajib-wajib saja”. Padahal orang semacam ini, bisa jadi juga teledor di dalam melakukan hal-hal yang wajib tersebut. Inilah orang yang teledor itu, sementara orang yang bersikap pertengahan adalah orang yang berjalan sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Khulafaur Rasyidin setelah beliau. Contoh lainnya, ada tiga orang yang di depan mata mereka berdiri seorang yang fasiq, lalu berkatalah salah seorang di antara mereka, “Aku tidak akan mengucapkan salam kepada si fasiq ini, tidak akan menegur, akan menjauh darinya dan tidak akan berbicara dengannya”. Orang kedua berkata, “Aku tetap mau berjalan dengan si fasiq ini, mengucapkan salam, melempar senyum, mengundangnya dan memenuhi undangannya. Pokoknya, bagiku dia sama seperti orang yang shalih lainnya”. Sedangkan orang ketiga berkata, “Aku tidak suka terhadap si fasik ini karena kefasikannya tersebut dan aku menyukainya karena keimanannya. Aku tidak akan melakukan hajr (isolir/tidak menegur) terhadapnya kecuali bila hal itu menjadi sebab dia berubah. Jik hajr tersebut tidak dapat menjadi sebab dia berubah bahkan semakin menambah kefasikannya, maka aku tidak akan melakukan hajr terhadapnya. Maka, kita katakan : orang pertama tersebut sudah bertindak melampui batas lagi ghuluw, orang kedua juga bertindak melampui batas lagi teledor, sedangkan yang ketigalah yang bertindak pertengahan (wasath) tersebut. Demikian pulalah kita katakan pada seluruh ibadah dan mu’amalat. Di dalam hal tersebut manusia terbagi kepada kelompok yang teledor, bertindak ghuluw dan pertengahan. Contoh kasus lainnya, ada seorang suami yang menjadi “tawanan” isterinya ; mau diperintah olehnya kemana yang dia mau, tidak mencegahnya berbuat dosa dan tidak pula menganjurkannya agar berperilaku mulia. Pokoknya, isterinya telah menguasai pikirannya sehingga isterinya tersebutlah yang menjadi pemimpin rumah tangga. Ada lagi seorang suami yang sangat kasar dan sombong dan tidak ambil pusing terhadap isterinya, tidak mempedulikannya seakan dia tidak lebih sebagai pembantu. Lalu ada lagi seorang suami yang memperlakukan isterinya dengan cara yang adil sebagaimana perintah Allah dan RasulNya. Allah berfirman. “Artinya : Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf” [Al-Baqarah : 228] Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah, (sebab) jika dia membenci satu akhlak darinya, dia pasti rela dengan akhlak yang lain” [Hadits Riwayat Muslim, Ar-Radla’ 1469] Orang terakhir inilah yang bertindak pertengahan, sedangkan orang pertama sudah bertindak ghuluw di dalam memperlakukan isterinya, sedangkan yang satu lagi sudah bertindak teledor. Jadi, perbandingkanlah terhadap amal-amal dan ibadah-ibadah yang lainnya. [Al-Majmu Ats-Tsamin, Juz I, hal 39 dari Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin] [Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, hal 131-133 Darul Haq] Halaman 2/2