Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
1. I Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
2. II Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
Hak Cipta @ 2020
PERANGKAT
TRAINING OF TRAINER (TOT) PELATIHAN TEKNIS BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK
INTEGRATIF (BKB HI) DAN PENCEGAHAN STUNTING
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI
Edisi Pertama Tahun 2020
Tim Penyusun
Afif Miftahul Majid, S.Sos
Retnoningsih Suharno, S.Pd
Pengarah :
DR. Lalu Makripuddin, M.Si
Penanggung Jawab :
Dadi Ahmad Roswandi, M.Si
Editor :
Yekti Pratiwi, S.Si.
Tim Teknis :
Iwan Tri H, S.Pd.
Yufi Winiastuti, SKM
Desnita Ekaratri, SS, MPH
Tri Aryadi, S.Psi.
Ratu Chaira Vielananda, S.Pd.
Sugeng
Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
PO. BOX : 296 JKT 13013
3. III Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
KATA SAMBUTAN
P
uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayahNya, sehingga perangkat pembelajaran
Training Of Trainer (TOT) Pelatihan Teknis Bina Keluarga
Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi
Fasilitator Tingkat Provinsi yang merupakan program prioritas
nasional di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) dapat diselesaikan.
Perlu kita pahami bersama bahwa pembangunan Sumber
Daya Manusia (SDM) harus dimulai sejak dalam kandungan,
karena saat itu proses pertumbuhan dan perkembangan
manusia sudah berlangsung, khususnya perkembangan otak.
Begitupun dalam keseluruhan siklus hidup manusia, masa di bawah usia lima tahun
(Balita) merupakan periode paling kritis karena pada masa tersebut proses tumbuh
kembang berlangsung sangat cepat. Masa tersebut adalah masa “emas” yang
apabila tidak dibina dengan baik akan menyebabkan gangguan perkembangan
emosi, sosial dan kecerdasan. Masa ini merupakan tahap awal pembentukan
dasar kemampuan, mental, intelektual dan moral yang menentukan sikap, nilai dan
perilaku di masa dewasa.
Orangtua sebagai pengasuh dan pendidik pertama dan utama diharapkan
dapat mengasuh anak balitanya dengan benar, bukan hanya melalui pemenuhan
kebutuhan anak akan kesehatan, gizi, akan tetapi juga perhatian, kasih sayang
dan rasa aman serta rangsangan terhadap mental, emosional, sosial, dan moral.
Mengingat sangat strategisnya posisi orangtua dalam mengasuh dan membina
tumbuh kembang anak, maka orangtua perlu meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya agar mampu melaksanakan pengasuhan secara optimal.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh orangtua antara lain
dengan mengikuti kegiatan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI EMAS).
BKB HI-EMAS merupakan salah satu program inovasi strategi untuk
mengimplementasikan kegiatan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dalam mendukung penurunan
stunting dan pencapaian target BKKBN. Keluarga dan anggota keluarga merupakan
sasaran utama kegiatan ini dengan melibatkan seluruh komponen dan organisasi
masyarakat dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup keluarga. Penyusunan
4. IV Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat mendukung upaya mewujudkan
Keluarga Indonesia dan berkualitas dan berketahanan. Saya berharap perangkat
ini menjadi acuan utama dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, orientasi dan
kegiatan sejenis di lingkungan BKKBN Pusat, Provinsi, Kab/Kota seluruh Indonesia.
Akhirnya, kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan
komitmennya dalam menyusun perangkat pembelajaran ini saya ucapkan terima
kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah atas semua yang telah
kita lakukan.
Jakarta, Juni 2020
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian
dan Pengembangan,
Prof. Rizal Damanik, PhD.
5. V Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
KATA PENGANTAR
P
uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan karunia-Nya, penyusunan perangkat
pembelajaran Training Of Trainer (TOT) Pelatihan Teknis
Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan
Stunting bagi Fasilitator Tingkat Provinsi dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan
Keluarga Berencana bekerjasama dengan Direktorat Bina
Keluarga Balita dan Anak menyusun perangkat pembelajaran
ini dalam rangka mempersiapkan SDM yang kompeten guna
memfasilitasi dan memberikan informasi kepada Keluarga
Indonesia mengenai Pengasuhan Anak Usia Dini dalam rangka Pencegahan Stunting
melalui Kelompok BKB. Perangkat pembelajaran ini adalah acuan pengelolaan
pelatihan untuk menyelenggarakan Training Of Trainer (TOT) Pelatihan Teknis Bina
Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi Fasilitator
Tingkat Provinsi. Dengan mengacu kepada perangkat pembelajaran ini diharapkan
setiap penyelenggaraan pelatihan dapat dilaksanakan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan, sehingga dapat menghasilkan alumnus pelatihan yang berkualitas.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh
pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini.
Semogasegalaupayakitauntukmeningkatkankualitaspelatihandapatberkontribusi
dalam pembangunan keluarga Indonesia yang berkualitas. Semoga Tuhan Yang
Masa Esa memberikan berkah-NYA terhadap setiap kegiatan yang kita lakukan.
Jakarta, Juni 2020
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan KB,
DR. Lalu Makripuddin, M.Si
6. VI Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
DAFTAR ISI
SAMPUL BUKU........................................................................................................................ I
KATA SAMBUTAN................................................................................................................ III
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. V
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... VI
☼ BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................................................2
B. Deskripsi Singkat ..........................................................................................................2
C. Manfaat Modul bagi Peserta ......................................................................................2
D. Tujuan Pembelajaran ..................................................................................................2
E. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok .........................................................................3
F. Petunjuk Belajar ............................................................................................................3
☼ BAB II PERAN DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA SEBAGAI PENGASUH UTAMA..4
A. Pengertian dan Prinsip Pengasuhan .........................................................................5
B. Peran Dan Tanggung Jawab Orang Tua Sebagai Pengasuh Utama ....................8
C. Keterlibatan Peran Ayah Dalam Pengasuhan .......................................................10
D. Rangkuman ..............................................................................................................12
E. Latihan........................................................................................................................13
☼ BAB III KONSEP DIRI ORANG TUA YANG POSITIF TERHADAP PENGASUHAN ...............14
A. Pengertian Konsep Diri ............................................................................................15
B. Konsep Diri Positif Orang Tua ....................................................................................15
C. Hal-Hal Yang Membangun Konsep Diri Positif Anak ............................................17
D. Rangkuman ..............................................................................................................19
E. Evaluasi .......................................................................................................................19
☼ BAB IV KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN ANAK ..............................................................20
A. Pengertian Komunikasi Efektif ................................................................................21
B. Kemampuan Mendengar Aktif ...............................................................................22
C. Kiat Membangun Komunikasi Efektif Dengan Anak .............................................22
D. Rangkuman ..............................................................................................................24
E. Evaluasi ......................................................................................................................24
7. VII Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
☼ BAB V POLA PENGASUHAN ..........................................................................................25
A.Pengertian Pola Asuh ...............................................................................................26
B.Jenis-Jenis Pola Asuh ...............................................................................................26
C.Rangkuman.............................................................................................................27
D.Evaluasi.......................................................................................................................28
☼ BAB VI PENUTUP .............................................................................................................29
A.Kesimpulan ................................................................................................................ 29
B. Evaluasi ......................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................31
8. VIII Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
MODUL
PENGASUHAN ANAK USIA DINI
Tim Penyusun
Afif Miftahul Majid, S.Sos
Retnoningsih Suharno, S.Pd
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
TAHUN 2020
9. 1 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB I
PENDAHULUAN
10. 2 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
A. Latar Belakang
Pengasuhan anak usia dini merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk
dipelajari oleh orang tua lebih lanjut lagi orang mempunyai keterampilan dalam
melakukan pengasuhan anak usia dini, mengingat menjadi orang tua itu tidak ada
sekolahnya maka orang tua seharusnya terus belajar dan mencakapkan agar fa-
ham dan terampil dalam melakukan pengasuhan anak tentu dengan harapan be-
sar anak-anak yang kita asuh bisa tumbuh dan berkembang dengan baik
Modul ini semoga bisa memberikan sedikit pengayaan terkait pengasuhan anak
usia dini tentu modul ini hanya menjadi pelengkap dari materi-materi sebelumnya
dengan judul yang sama, semoga para PKB/PLKB dan para kader ditingkat lapan-
gan bisa mendapatkan manfaat dan memberikan manfaat lebih luas lagi bagi para
orang tua agar senantiasa aktif dalam kegiatan Bina Keluarga Balita dengan hara-
pan para orang bisa memahami dan terampil dalam melakukan pengasuhan anak
B. Deskripsi Singkat
Mata Diklat ini membahas tentang peran dan tanggung jawab orang tua se-
bagai pengasuh utama, konsep diri orang tua yang positif terhadap pengasuhan,
komunikasi efektif dalam keluarga, dan pola pengasuhan
C. Manfaat Modul
Modul ini diharapkan bermanfaat bagi para peserta diklat untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan tentang pengasuhan anak usia dini
D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah selesai pembelajaran peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan
pengasuhan anak usia dini.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah selesai membaca modul ini, peserta diklat dapat menjelaskan:
a. peran dan tanggung jawab orang tua sebagai pengasuh utama
b. konsep diri orang tua yang positif terhadap pengasuhan
c. komunikasi efektif dengan anak
d. pola pengasuhan
11. 3 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
E. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok
1. Peran dan tanggung jawab orang tua sebagai pengasuh utama
a. Pengertian dan prinsip pengasuhan
b. Peran dan tanggung jawab orang tua sebagai pengasuh utama
c. Keterlibatan peran ayah dalam pengasuhan
2. Konsep diri orang tua yang positif terhadap pengasuhan
a. Pengertian konsep diri
b. Konsep diri positif orang tua
c. Hal-hal yang membangun konsep diri positif anak
3. Komunikasi efektif dengan anak
a. Pengertian komunikasi efektif
b. Kemampuan mendengar aktif
c. Kiat membangun komunikasi efektif dengan anak
4. Pola Pengasuhan
a. Pengertian pola asuh
b. Jenis-jenis pola asuh
F. Petunjuk Belajar
Untuk mencapai hasil pembelajaran, peserta diklat perlu mengikuti beberapa pe-
tunjuk antara lain sebagai berikut:
1. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu)
dan seterusnya. Sebelum Anda benar-benar paham tentang materi pada ta-
hap awal, jangan membaca materi pada halaman berikutnya. Lakukan pen-
gulangan pada halaman tersebut sampai Anda benar-benar memahaminya.
2. Jika Anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau
sub bahasan tertentu, diskusikan dengan teman Anda atau fasilitator yang se-
kiranya dapat membantu untuk memahami materi modul ini.
3. Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya
Anda mengerjakan latihan dengan menjawab soal-soal yang sudah disedia-
kan.
4. Jika Anda masih belum bisa menjawab, lakukan pengulangan untuk hingga
Anda benar-benar bisa mengerjakan latihan.
12. 4 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
BAB II
PERAN DAN
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA
SEBAGAI PENGASUH UTAMA
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat dapat Menjelaskan
peran dan tanggung jawab orang tua sebagai pengasuh utama
13. 5 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
A. Pengertian dan Prinsip Pengasuhan
Kata pengasuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata asuh
yang memiliki makna menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing
(membantu, melatih) supaya dapat berdiri sendiri. Sedangkan Kata pengasuhan
memiliki arti proses, cara, perbuatan mengasuh, jika digali lebih detil lagi kata proses
mengandung arti sebuah runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan
sesuatu atau rangkaian tindakan dari pengertian secara harfiah dapat disimpulkan
bahwa pengasuhan merupakan sebuah rangkaian kegiatan mengasuh sehingga
bisa terlihat runtunan perubahan yang dihasilkan dari sebuah rangkaian pengasuhan
yang mencakup pengalaman, keahlian, kualitas dan tanggung jawab yang
dilakukan orang tua dalam mendidik dan merawat anak sehingga anak dapat
tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan oleh keluarga dan masyarakat dimana ia
berada.
Pengasuhan atau dalam Bahasa inggiris parenting adalah proses
menumbuhkembangkan dan mendidik anak dengan serangkaian pengetahuan,
pengalaman dan keahlian yang diperoleh dan dipelajari oleh orang tua sebagai
pengasuh sepanjang waktu.
Pengasuhan merupakan sebuah interaksi dan pemberian stimulasi dari orang
dewasa di sekitar kehidupan anak dengan dimensi pengasuhan dimana orang tua
ideal adalah orang tua yang penuh penerimaan dengan ciri hangat, perhatian
dan kasih sayang. Sebaliknya, orang tua yang penuh penolakan memiliki ciri agresif,
bermusuhan,mengabaikanataupuntidakpeduliataskehadirananak.prosesinteraksi
yang berlangsung orang tua dan anak bisa bersifat verbal maupun nonverbal.
Interaksi verbal berupa kata-kata dan bahasa saling dimengerti antara kedua belah
pihak. Interaksi nonverbal dapat berupa gerak tubuh, mimik, tindakan dan perilaku
yang dilakukan orang tua, keluarga dan masyarakat yang secara langsung maupun
tak langsung mempengaruhi anak.
Sebagai sebuah proses pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua akan
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keahlian dalam melakukan
Pendidikan, perlindungan, pemberian kasih sayang dan pengarahan kepada anak
dimana orang tua memberikan sumber daya paling dasar kepada anak, pemenuhan
kebutuhan anak, kasih sayang, memberikan perhatian dan mengajarkan nilai-nilai
kebaikan.
Berikut adalah beberapa prinsip dalam pengasuhan:
1. Bekali Dengan Ilmu
menjadi orang tua memang tidak ada sekolah khusus, biasanya ada kursus
14. 6 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
pra nikah di kantor urusan agama, atau orang tua membekali sendiri dengan
mengikuti pelatihan parenting, pernah ada ungkapan “buat anak kok coba-coba”,
ungkapan tersebut sebenarnya mengingatkan bagi kita sebagai orang tua agar
terus membekali diri dengan ilmu, pemahaman dan keterampilan yang memadai
dalam mengasuh anak sehingga kita tidak termasuk orang tua yang tidak mau tau,
asal-asalan atau cenderung acuh, menyerahkan semua urusan Pendidikan anak
kepada pengasuha atau pihak sekelolah, tetapi kita seharusnya menjadi orang
tua yang faham tentang tumbuh kembang anak, bisa menjadi orang tua yang
mengasuh, mengayomi, mendidik dan menjadi teladan bagi anaknya, dan salah
satu ikhtiar yang dilakukan bisa mengikuti kegiatan kelompok Bina Keluarga Balita
(BKB) yang ada dilingkungan kita semua.
2. Orang Tua Hadir Dan Terlibat Dalam Proses Pengasuhan
Orang tua senantiasa berusaha untuk memprioritaskan pengasuhan anak
sebagai bentuk tanggaung jawab sebagai orang tua yang sudah merencanakan
kehamilan, mengandung dan melahirkan, kasih sayang dan perhatian orang tua
harus senantiasa hadir dalam membersamai sang buah hati agar anak dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kata hadir dalam poin diatas adalah orang tua senantiasa hadir baik fisik, fikiran
dan rasanya dalam setiap proses pengasuhan anak, karena adakalanya orang tua
hadir secara fisik menemani anak namun fikiran dan rasanya tidak hadir.
3. Jadilah Teladan
Orang tua dan anggota keluarga menjadi orang yang paling dekat baik secara
fisik maupun emosional dengan sang anak, sehingga apa yang dilihat dan didengan
maupun yang dirasakan oleh sang anak itu akan terekam dalam memorinya dan
akanmeniruapayangdilakukanorang-orangdisekitarnya,dengandemikianpenting
sekali bagi orang tua dan orang-orang yang ada dilingkungan anak memberikan
teladan baik dalam berkata, bersikap dan berbuat agar anak dapat dapat meniru
hal-hal yang baik dan positif dari orang disekitarnya.
Ada ungkapan “anak adalah peniru yang ulung” begitualah adanya, maka
jadilah orang tua yang baik agar mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya
4. Memberikan Stimulasi Positif
Orang tua tentu ingin memiliki anak yang sehat dengan tumbuh dan berkembang
dengan baik, salah satu usaha yang harus dilakukan oleh orang tua adalah
senantiasa memberikan stimulasi pada anak, misalkan untuk melatih gerak motorik
anak orang tua bisa memberikan stimulasi berupa alat atau permainan edukasi
yang sesuai. Contoh lainnya Ketika anak sedang belajar berbicara maka orang tua
bisa menunjukan dan memberi tahu nama-nama benda yang ada di sekitar agar
15. 7 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
anak dapat merekam dan meniru apa yang diucapkan orang tua
5. Mengasuh Dengan Kasih Sayang Dan Penghargaan
Anak yang tumbuh dan berkembang baik adalah anak yang diasuh dengan
penuh kasih dan penuh sayang dari orang tuanya, bukan orang tua yang penuh
dengan rasa benci, kesal dan kekerasan, anak yang tumbuh dalam lingkungan
dengan kekerasan secara fisik maupun psikis maka akan tumbuh menjadi anak
yang keras yang kurang memiliki rasa kasih sayang.
6. Memberikan Lingkungan Yang Bersahabat
Orang tua dan orang-orang disekitar anak harus memberikan rasa nyaman dan
aman bagi anak, lingkungan yang sehat dan mendukung dalam menemani tumbuh
kembang anak, orang penting untuk mengkondisikan lingkungan yang kondusif
bagi anak
7. Menanamkan Nilai-Nilai Positif
Orang tua senantiasa memberikan informasi dan mengajari anak terkait nilai-
nilai positif agar anak dapat memiliki pemahaman mana yang baik dan yang tidak
baik, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang boleh dan tidak boleh
ataupun nilai-nilai lainnya, nilai nilai ini terus ditanamkan kepada anak agar anak
dapat tumbuh menjadi anak baik sesuai nilai-nilai positif yang baik, nilai-nilai positif
yang bersumber dari agama, sosial budaya, ataupun sumber lainnya.
8. Bersabar dan Berdo’a
Perlu kesaabaran yang ekstra dalam mendidik dan mengasuh anak, orang
tua terkadang emosional yang akhirnya kehilangan kendali, marah-marah dan
membentak anak, jika sikap temperamen ini sering dilakukan dan akhirnya menjadi
habit bagi orang tua dikhawatirkan akan mengganggu Kesehatan psikologis anak.
Sebagai insan yang beragama dan bertuhan maka kita tetap bersabar atas
segala proses pengasuhan yang sedang dilakukan kemudian jangan lupa berdoa
agar senantiasa diberikan Kesehatan, keselamatan dan memohon agar menjadi
anak yang baik. Karena sebagai manusia kita adalah makhluk yang memiliki
kekurangan. Manusia tidak boleh menggantungkan hasil hanya kepada kerja
kerasnya. Semua persoalan sebaiknya juga diserahkan kepada kekuasaan Tuhan
Yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu manusia harus menambah kedekatan kepada
TuhanYangMahaKuasa.Dalamkonteksini,berdoamenjadiwahanauntukmemohon
pertolonganTuhan. Berdoa dengan tulus dan konsisiten membuat spiritualitas dan
religiusitas manusia bertambah kuat.
16. 8 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
9. Menghindari Emosi yang Negatif
Emosi yang negatif seperti marah, kecewa, dan tersinggung adalah hal-hal
alami yang ada pada setiap manusia. Namun, jika tidak bisa mengendalikannya,
maka sangat berbahaya, terlebih apabila dilakukan dihadapan anak. Oleh karena
itu dalam mendidik anak (khususnya usia dini), stabilitas emosi sangat penting.
Kearifan, kebijaksanaa, kematangan, dan kecermatan didapatkan dari stabilitas
emosi ini. Buncahan emosi yang ditunjukkan orang tua kepada anak cenderung
mengakibatkan trauma atau gangguan psikologis pada anak.
B. Peran Dan Tanggung Jawab Orang Tua
Sebagai Pengasuh Utama
Merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak, pada pasal 26 menjelaskan tentang kewajiban dan tanggung
jawab orang tua:
1. Mengasuh memelihara, mendidik, dan melindungi anak
2. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya
3. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak
4. Memberikan Pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak
Pasal diatas sejatinya sudah memberikan landasan kuat bagi kita semua khususnya
orang tua agar senantiasa dapat menjalankan peran dan tanggung jawab dalam
hal pengasuhan dengan baik dan benar, karena orang tua lah yang memiliki peran
penuh sebagai pengasuh utama.
Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan
pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan
tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya
merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan
anggota masyarakat yang sehat.
Pada kehidupan berkeluarga, orang tua memilki peran yang cukup besar antara
lain:
1) Memiliki sumber pendapatan yang akan memungkinkannya untuk memenuhi
kebutuhan anaknya seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan,
perawatan Kesehatan dan aktifitas sosial serta rekreasional.
2) Memenuhi kebutuhan anak seperti rasa cinta, rasa aman, perhatian dan
dukungan emosional yang diperlukan untuk perkembangan emosional anak.
3) Menyediakan rangsangan terhadap perkembangan intelektual, sosial dan
spiritual secara normal.
17. 9 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
4) Melakukan sosialisasi anak. Sosialisasi merupakan proses ”perekrutan anggota
baru” ke dalam kelompok dan mengajarkan kepada mereka perilaku yang
menjadi kebiasaan dan dapat diterima oleh kelompok.
5) Mendisiplinkan anak dan menjaganya dari perkembangan pola perilaku dan
sikap yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.
6) Melindungi anak dari kerugian fisik, emosional dan sosial.
7) Menampilkan suatu model untuk perilaku yang berkaitan dengan jenis kelamin.
8) Memelihara kestabilan interaksi dalam keluarga secara memuaskan yang
memungkinkannya untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga.
9) Menyediakan tempat kediaman yang jelas untuk anak dan memberikan definisi
yang jelas tentang tempat untuknya dalam masyarakat.
10) Sebagai perantara antara anak dengan dunia luar, membela hak-hak anak
dalam masyarakat dan melindungi anak dari ketidakadilan dalam masyarakat.
Orang tua atau orang dewasa lainnya adalah orang pertama yang mengasuh
dan mendidik anak, mereka menjadikan anak-anak sebagai generasi penerus
keturunan mereka termasuk sebagai penerus bangsa. Anak-anak menjadi aset yang
berharga bagi orang tua, keluarga, masyarakat dan negara.
Keluarga sebagai lingkungan sosial pertama bagi anak-anak untuk mengenal
kehidupan, melalui keluarga pula kepribadian mereka dibentuk. Sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangan usianya, maka keluarga bukan satu-satunya
yang membentuk kepribadian anak. Pengalaman pertama yang diterima
anak memberikan landasan kuat untuk membentuk kepribadian anak, melalui
pengasuhan orang tua langsung atau orang dewasa lain seperti kerabat, kakek
nenek atau lainnya.
Kehidupan anak sebagian besar waktunya lebih banyak dihabiskan dalam
lingkungan keluarga. Komponen keluarga sangat penting mengingat didalamnya
terdapat orang tua sebagai pemimpin yang memiliki otoritas dan bertanggung
jawab terhadap pembinaan pribadi anak-anaknya. Segala bentuk otoritas itu
diterapkan kepada anak dalam upaya membentuk kepribadian anak yang sesuai
dengan acuan nilai agama dan norma yang ada di masyarakat. Semua prilaku
anak dibawah kendali orang tua, dan setiap sikap anak selalu menjadi bahan
tinjauan setiap orang tua.
Keluarga memiliki peran sebagai media sosialisasi pertama bagi anak.Peran inilah
yang membuat orang tua memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan fisik
dan mental seorang anak. Di keluargalah anak mulai dikenalkan terhadap ajaran-
ajaran yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam agama maupun
masyarakat. Semua aktivitas anak dari mulai prilaku dan bahasa tidak terlepas dari
perhatiandanbinaanorangtua.Artinya,perlakuanorangtuakepadaanak-anaknya
18. 10 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
sejak masa kecil akan berdampak pada perkembangan social moralnya dimasa
dewasanya. Perkembangan social moral inilah yang akan membentuk watak, sifat
dan sikap anak kelak meskipun ada beberapa factor lain yang berpengaruh dalam
pembentukan sikap anak yang tercermin dalam karakter yang dimilikinya.
Manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial,
manusia tidak akan lepas dari lingkungan kehidupan sosial yang penuh dengan
nilai, peraturan dan norma. Nilai, peraturan dan norma tersebut sangat diperlukan
manusia untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk, mana yang benar
dan mana yang salah, mana yang jika dilakukan berdosa mana yang tidak dilakukan
tidak berdosa.
Lalu bagaimana jika ada orang tua yang dua-duanya bekerja apakah peran
utama pengasuhan masih bisa dilakukan? Bagaimanapun kondisinya Orang tua
(ayah dan Ibu) adalah sebagai pengasuh utama sekaligus pengendali sebuah
keluarga, orang tua harus memiliki peta jalan arah keluarga akan dibawa kemana
dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut, meskipun pengasuhan dibantu
oleh pengasuh atau baby sitter atau saudara atau kakek/neneknya maka orang
tua tetap yang memegang arah dan kendali dalam pengasuhan itu sendiri.
Para orang tua tentu memiliki harapan-harapan terhadap anak-anak yang
dilahirkan dan dibesarkannya. Misalnya, mereka menginginkan sang anak menjadi
orang yang patuh, taat dan berbakti terhadap orang tua, berperilaku baik, disiplin
dan sebagainya. Harapan dan keinginan orangtua terhadap anak-anaknya di masa
depaninilahyangakanbanyakmempengaruhibagaimanamerekamemperlakukan
anak-anaknya, memberi tugas dan tanggung jawab, serta pemenuhan terhadap
kebutuhan anakanaknya, baik fisik maupun non fisik. Termasuk didalamnya, dalam
menanamkan nilai-nilai moral pada anak, agar anak memiliki pemahan yang baik
terhadap nilai dan norma yang akan membawa pengaruh baik terhadap moralitas
anak sehingga mereka dapat hidup harmonis di lingkungannya.
C. Keterlibatan Peran Ayah Dalam Pengasuhan
Pengasuhan yang dilakukan “sendiri” oleh ayah atau ibu saja bukanlah cara
yang tepat. Model pengasuhan bersama (coparenting) merupakan model yang
ideal untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak, dalam pengasuhan bersama,
kedua orangtua yang datang dengan latar belakang yang berbeda, saling
melengkapi dalam proses pengasuhan dan akan memberikan model yang lengkap
bagi anak-anak
Allen & Daly (2002) membuat rangkuman dari berbagai basil penelitian tentang
19. 11 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
dampak keterlibatan ayah dalam pengasuhan, antara lain :
a. Pengaruh pada perkembangan kognitif. Anak menunjukkan fungsi/kemampuan
kognitif yang lebih tinggi, mampu memecahkan masalah secara lebih baik dan
menunjukkan IQ yang lebih tinggi. Anak lebih senang bersekolah, lebih banyak
yang naik kelas, dan lebih sedikit yang mengalami problem perilaku di sekolah.
b. Pengaruh pada perkembangan emosional. Anak mempunyai kelekatan yang
nyaman, lebih dapat menyesuaikan diri ketika menghadapi situasi yang asing,
lebih tahan Ketika menghadapi situasi yang penuh tekanan, lebih mempunyai
rasa ingin tahu untuk mengeksplorasi lingkungan, dapat berhubungan secara
lebih dewasa pada orang-orang asing, bereaksi secara lebih kompeten.
c. Pengaruh pada perkembangan sosial. Keterlibatan ayah secara positif
berhubungan dengan kompetensi sosial anak, anak lebih banyak saling
membantu, dan mempunyai kualitas pertemanan yang lebih positif. Lebih toleran
dan mempunyai kemampuan untuk memahami, dapat bersosialisasi dengan
baik, dalam jangka panjang menjadi orang dewasa yang sukses, berhasil dalam
pernikahan.
d. Pengaruh pada penurunan perkembangan anak yang negatif. Keterlibatan ayah
melindungi anak dari perilaku delinkuen, dan berhubungan dengan rendahnya
penggunaan obat-obatan terlarang di masa remaja, perilaku membolos, mencuri,
minum-minuman keras, dan rendahnya frekuensi externalizing dan internalizing
symptom seperti perilaku merusak, depresi, sedih, dan berbohong.
Uraian tentang peran ayah juga dijelaskan oleh Hart (2002) yaitu:
a. kebutuhan finansial anak untuk membeli segala keperluan anak.
b. teman bagi anak termasuk teman bermain,
c. memberi kasih sayang dan merawat anak,
d. mendidik dan memberi contoh teladan yang baik,
e. mamantau/mengawasi dan menegakkan aturan disiplin,
f. pelindung dari resiko/bahaya,
g. membantu, mendampingi, dan membela anak jika mengalami kesulitan/masalah,
dan
h. mendukung potensi untuk keberhasilan anak.
Ayah juga dapat mengajarkan / mendorong kebebasan, mendorong eksplorasi
dan pengambilan risiko, serta merupakan model perilaku agresif ataupun asertif,
meluaskan pandangan anak, ayah mengenalkan dunia luar melalui pekerjaan
mereka, pendisiplin yang tegas, dan sebagai role model laki-laki
Keterlibatan dalam pengasuhan anak mengandung aspek waktu, interaksi dan
perhatian. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan adalah suatu partisipasi aktif ayah
secara terus-menerus dalam pengasuhan anak yang mengandung aspek frekuensi,
inisiatif dan pemberdayaan pribadi dalam dimensi fisik, kognisi dan afeksi dalam
20. 12 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
semua area perkembangan anak yaitu fisik, emosi, sosial, intelektual dan moral.
Pengasuhan oleh ayah akan memberikan warna tersendiri dalam pembentukan
karakter anak. Pada ayah, anak belajar ketegasan, sifat maskulin, kebijaksanaan,
ketrampilan kinestetik dan kemampuan kognitif. Ayah membantu anak bersifat tegar,
kompetitif, menyukai tantangan dan senang bereksplorasi. Beberapa pendekatan
dalam pengukuran keterlibatan ayah dalam pengasuhan yaitu :
a. Keterlibatan ayah diukur sebagai waktu yang dihabiskan bersama
b. Keterlibatan ayah diukur dari kualitas hubungan ayah-anak
c. Keterlibatan diukur sebagai upaya dalam menjalankan peran ayah
Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan ayah dalam pengasuhan meliputi
faktor personal/ayah (antara lain kesejahteraan, psikologis, kepribadian, sikap,
keberagamaan pengetahuan, keyakinan/efikasi diri, aspirasi karier dan keluarga,
status hukum ayah, nilai-nilai pribadi, sejarah pribadi, motivasi), faktor anak (usia,
temperamen, jenis kelamin), faktor ibu (kemauan/keinginan ibu untuk berbagi
dalam membesarkan anak, status bekerja istri, dukungan pada suami) dan faktor
sosiokontekstual (hubungan orang tua, kondisi ekonomi, tersedianya bantuan orang
lain, pengharapan budaya).
D. Rangkuman
Pengasuhan atau dalam Bahasa inggiris parenting adalah proses
menumbuhkembangkan dan mendidik anak dengan serangkaian pengetahuan,
pengalaman dan keahlian yang diperoleh dan dipelajari oleh orang tua sebagai
pengasuh sepanjang waktu.
Beberapa prinsip dalam pengasuhan adalah bekali dengan ilmu, orang tua
hadir dan terlibat dalam proses penasuhan, jadilah teladan, memberikan stimulasi,
mengasuh dengan kasih sayang dan penghargaan, memberikan lingkungan yang
bersahabat, menanamkan nilai-nilai positif, bersabar dan berdo’a dan menghindari
emosi yang negatif
Merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak, pada pasal 26 menjelaskan tentang kewajiban dan tanggung
jawab orang tua:
1. Mengasuh memelihara, mendidik, dan melindungi anak
2. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya
3. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak
4. Memberikan Pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak
Pengasuhan oleh ayah akan memberikan warna tersendiri dalam pembentukan
21. 13 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
karakter anak. Pada ayah, anak belajar ketegasan, sifat maskulin, kebijaksanaan,
ketrampilan kinestetik dan kemampuan kognitif. Ayah membantu anak bersifat
tegar, kompetitif, menyukai tantangan dan senang bereksplorasi.
E. Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan makna dari kata pengasuhan?
2. Sebutkan beberapa prinsip dalam pengasuhan?
3. Sebutkan kewajiban dan tanggung jawab orang tua menurut UU RI no 35 tahun
2014 tentang perlindungan anak pada pasal 26?
4. Jelaskan apa saja dampak dari keterlibatan ayah dalam pengasuhan?
5. Sebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterlibatan ayah dalam
pengasuhan?
Q
22. 14 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
BAB III
KONSEP DIRI ORANG TUA YANG
POSITIF TERHADAP PENGASUHAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan
dapat Menjelaskan konsep diri orang tua yang positif
terhadap pengasuhan
23. 15 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
A. Pengertian Konsep Diri
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia konsep diri memiliki arti seluruh elemen yang
membuat seseorang memiliki pandangan tentang dirinya.
konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri, ke-
mampuan dan ketidakmampuannya, tabiat – tabiatnya, harga dirinya dan hubun-
gannya dengan orang lain, termasuk karakteristik dirinya, yang mencakup karaktek
fisik, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
Konsep diri yang dimiliki seseorang akan membentuk perilaku sesuai dengan kon-
sep dirinya tersebut, inilah pentingnya konsep diri karena pandangan seseorang ter-
hadap dirinya akan menentukan tindakan yang akan diperbuatnya.
Bila kita perhatikan bagaimana sebuah konsep diri itu terbentuk. Pada masa
kanak-kanak, Ketika “harga diri” kita pertama dibangun, kita menerima semua jenis
gagasan mengenai diri kita. Jika orang tua kita penuh cinta dan mendukung, kita
kemungkina besar merasa senang dengan diri sendiri; jika orang tua menganiaya,
menertawakan atau mengecilkan kita, kita mungkin memiliki konsep diri yang kurang
positif,
B. Konsep Diri Positif Orang Tua
Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri menjadi dua jenis, yaitu kon-
sep diri positif dan negatif, Konsep diri positif adalah yakin terhadap kemampuan
dirinya sendiri dalam mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, men-
erima pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa setiap orang mempunyai keragaman
perasaan, hasrat, dan perilaku yang tidak disetujui oleh masyarakat serta mampu
mengembangakan diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek keperibadi-
an yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya, Konsep diri positif adalah pen-
erimaan yang mengarahkan infividu kea rah sifat yang rendah hati, dermawan dan
tidak egois
Konsep diri negatif, cirinya adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian,
mempunyai sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disukai orang lain, dan pes-
imis terhadap kompetisi. Konsep diri negatif dibagi menjadi dua, pertama adalah
Pandangan seseorang terhadap dirinya tidak teratur, tidak memiliki kestabilan dan
keutuhan diri; kedua adalah Pandangan tentang dirinya seindiri terlalu stabil dan
teratur, Hal ini disebabkan karena pola asuh dan didikan yang sangat keras seh-
ingga meniciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari
seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat
24. 16 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
Demikian pula saat kita menjadi orang tua yang sedang melakukan pengasuhan
terhadap anak sangat penting untuk memiliki konsep diri yang positif karena apabila
orang tua memiliki konsep diri yang positif, maka akan terbentuk penghargaan atau
self esteem yang tinggi pula terhadap diri sendiri, artinya jika orang tua memiliki kon-
sep diri yang positif yang ditunjukkan dengan self esteem yang tinggi maka semua
sikap dan perilakunya akan selalu tertuju pada keberhasilan dalam mendidik dan
mengasuh anaknya. Misalnya jika orang tua memiliki keyakinan bahwa dia sang-
gup dan mampu untuk mendidik dan mengasuh anaknya maka dia akan berusaha
keras untuk mewujudkannya sesuai dengan keyakinannya dan juga tidak akan mu-
dah putus asa karena memiliki keyakinan yang kuat bahwa dia akan berhasil.
Begitupun sebaliknya, jika ada orang tua yang memiliki konsep diri yang negatif
terhadap dirinya merasa sebagai orang tua yang gagal yang tidak memberikan
manfaat, maka akan muncul evaluasi negatif pula tentang dirinya, sikap dan peri-
lakunya akan mencerminkan sebagai orang tua yang gagal dan menyerah dalam
mendidik dan mengasuh anak, semua informasi positif akan diabaikannya dan infor-
masi negatif yang sesuai dengan gambaran dirinya akan disimpan dalam memorin-
ya sebagai bagian yang memperkuat keyakinan dirinya.
Ada tiga hal yang dapat orang tua tanamkan dalam memperkuat konsep diri positif
orang tua
a. Kita Itu Unik
Sebagai orang tua kita harus sadar kita adalah pribadi yang unik dengan segala
karunia dan kenikmatan yang sudah Tuhan berikan kepada kita, merasa bahagi-
alah dengan apa yang sudah kita peroleh, nikmati dan syukuri lah atas apa yang
tuhan berikan kepada kita dan merasa senanglah dengan menjadi diri kita dalam
menjalani hidup ini, bawakan diri kita dengan martabat yang layak kita terima
dan mampu untuk menjadi orang tua yang mendidik dan mengasuh anak kita
b. Cintailah Diri Kita
Mencitai diri sendiri itu sangatlah penting, mencintai dengan menerima kita apa
adanya sebgai realisasi bahwa kita cukup menjadi diri kita sendiri bukan menja-
di siapapun karena selama kita tidak menyukai diri sendiri maka akan sulit untuk
berubah, karena penerimaan diri pada level terdalamnya itulah yang membe-
baskan kita untuk bergerak maju. Dengan melepaskan tekanannya, kita tidak ha-
rus menjadi orang lain selain diri kita sendiri maka kita bisa mengeksplorasi kapasi-
tas dalam diri kita
c. Terus Belajar Dan Berlatih
Orang tua yang memiliki konsep diri positif akan senantiasa menyadari akan akan
kapasitas yang dimiliki, dia mampu mengidentifikasi potensi apa yang masih harus
25. 17 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
dikembangkan yang dimiliki oleh dirinya, maka dari kemampuan mengidentifikasi
itu maka akan muncul dorongan untuk terus bertumbuh dan berkembang den-
gan terus belajar dan berlatih, orang tua yang memiliki konsep diri positif akan
senantiasa terus mengembangkan kapasitasnya terkait pengasuhan anak dan
dampaknya akan menunjukkan ekspresi kasih dan rasa sayang yang ditunjukkan
dengan memberikan penghargaan dan pujian atas setiap usaha yang sudah
dilakukan sang buah hati dan sikap seprti ini akan menjadikan anak merasa tum-
buh keyakinannya dan kepercayaan dirinya atas kemampuan yang dimiliki sang
anak
C. Hal-Hal Yang Membangun Konsep Diri Positif Anak
Orang tua yang memiliki konsep diri positif terhadap dirinya akan mampu men-
dorong untuk membangun konsep diri positif pada orang disekitarnya terlebih lagi
kepada anaknya sendiri sebagai bentuk tanggung jawab sebagai orang tua dalam
memberikan pengasuhan yang terbaik bagi anaknya.
Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua agar anak memiliki
konsep diri yang positif
1. Biasakan Berdialog
Ayah atau ibu harus membiasakan berdialog dengan anak dalam kondisi dan
kesempatan apapun dan dengan tema apapun sesuai dengan kondisi atau
momen yang ada, dialog merupakan proses komunikasi dua arah adakalanya
orang tua yang bertanya atau berbicara ada kalanya juga mendengarkan, ber-
dialog dengan tujuan untuk memotivasi anak, memberikan stimulus, memberikan
pujian, apapun itu dialog akan makin menghangatkan dan mengkarbkan ikatan
orang tua dan anak
2. Beri Pujian Dan Penghargaan
Setiap orang pasti akan senang jika ada yang memberikan pujian dan peng-
hargaan atas apa yang sudah dilakukannya meskipun mungkin usaha yang
dilakukannya belum maksimal, begitupun anak kita akan merasa Bahagia jika
diberikan pujian atas apa yang sudah mereka usahakaan baik saat bermain, be-
lajar, dan dalam kondisi apapun teruslan merespon dengan memberikan pelu-
kan hangat dan pujian, karena anak dengan yang tumbuh denga banyak sentu-
han kasih dan sayang serta pujian dan motivasi anak akan tumbuh menjadi anak
yang memiliki konsep diri positif, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh
kasih sayang juga, Misalkan ketka anak kita sedang belajar naik sepeda lalu ter-
jatuh maka kita bisa terus beri dia motivasi dan penghargaan “wah kamu hebat
nak sudah bisa menaiki sepeda, tidak apa sesekali terjatuh nanti pasti akan lebih
lancer menaiki sepedanya…”
26. 18 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
3. Dorong Anak Untuk Mencoba Hal Baru
Sebagai agen sosialisasi, orang tua harus memperkenalkan kepada anak terkait
apa yang ada disekitarnya dan apa saja yang ditemui oleh anak, jika anak me-
nemui hal baru tugas kita adalah memberikan penjelasan dan pengertian jika
anak takut untuk mecoba tapi kita beri motivasi bahwa dia pasti bisa menco-
banya, begitulah contoh orang tua yang memiliki konsep diri positif maka akan
manjadi pengasuh yang memotivasi agar tumbuh dan berkembang dengasn
stimulasi yang diberikan orang tuanya, “ayo cicipin deh, ini sayur bayam rasanya
enak kalau kamu tidak mecobanya kamu tidak akan tahu rasaanya..” ucap ibu
pada anaknya, itu satu contoh bagaimana orang tua mendorong anak untuk
mencoba hal yang baru, contoh lainnya mungkin saat di alam terbuka anak ingin
mencoba hal baru dengan barmain di sawah, mandi di sungai dan seterusnya.
4. Tidak Memberikan Labeling Negatif
“dasar anak malas… disuruh apa aja tidak mau”, “bodoh kamu.. masa begini
saja ga bisa” itu adalah contoh-contoh labeling berupa verbal kepada anak,
orang tua harus hati-hati sekali dalam memilih kata saat berucap kepaa anak,
bahayanya saat ucapan negatif itu diucapkan berulang-ulang bahkan sudaj jadi
kebiasaan orang tua, maka label bodoh, malas itu akan menempel di memori
sang anak sehingga anak akan memiliki konsep diri yang negatif sebagai seorang
yang bodoh dan malas.
5. Cintai Dan Ekspresikan Kasih Sayang
Cintai anak kita tanpa ada syarat apapun, terima dia dengan segala kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki, tidak membanding-bandingkan denga anak yang
lain karena setiap anak lahir dengan segala kelebihan dan keunikan yang dimilik-
inya, hal ini yang harus disadari sebagai orang tua maka hadirkan ungkapan ver-
bal, perasaan dan perilaku kita yang menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang
kita pada anak, ingat bahwa ekspresi cinta dan sayang kita akan tersimpan da-
lam memori anak dan akan terinternalisasi hingga menjadi konsep diri yang baik
bagi anak.
Penjelaan diatas sejalan dengan penjelasan Hayati (2011) bahwa Sikap orang tua
yang menunjang dalam mengembangkan potensi anak dapat dilihat dari:
1. menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya
2. memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal,
3. membolehkan anak untuk mengambil keputusan sendiri,
4. mendorong anak untuk banyak bertanya,
5. meyakinkan anak bahwa orangtua menghargai apa yang ingin dicoba, dilaku-
kan dan dihasilkan
6. menunjang dan mendorong kegiatan anak,
7. menikmati keberadaannya bersama anak,
27. 19 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
8. memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak,
9. mendorong kemandirian anak dalam bekerja dan
10. menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan anak.
D. Rangkuman
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia konsep diri memiliki arti seluruh elemen yang
membuat seseorang memiliki pandangan tentang dirinya.
Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri, ke-
mampuan dan ketidakmampuannya, tabiat – tabiatnya, harga dirinya dan hubun-
gannya dengan orang lain, termasuk karakteristik dirinya, yang mencakup karaktek
fisik, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
Orang tua yang sedang melakukan pengasuhan terhadap anak sangat penting
untuk memiliki konsep diri yang positif karena apabila orang tua memiliki konsep diri
yang positif, maka akan terbentuk penghargaan atau self esteem yang tinggi pula
terhadap diri sendiri, artinya jika orang tua memiliki konsep diri yang positif yang di-
tunjukkan dengan self esteem yang tinggi maka semua sikap dan perilakunya akan
selalu tertuju pada keberhasilan dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Misalnya
jika orang tua memiliki keyakinan bahwa dia sanggup dan mampu untuk mendidik
dan mengasuh anaknya maka dia akan berusaha keras untuk mewujudkannya ses-
uai dengan keyakinannya dan juga tidak akan mudah putus asa karena memiliki
keyakinan yang kuat bahwa dia akan berhasil.
Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua dalam menumbuhkan konsep diri
positif pada anak adalah biasakan berdialog, beri pujian dan penghargaan, dor-
ong anak untuk mencoba hal baru, tidak memberikan labeling negatif dan cintai
anak serta mengekspresikan kasih sayang
E. Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Apa yang dimaksud dengan konsep diri?
2. Jelaskan alasan kenapa orang tua harus memiliki konsep diri positif dalam
pengasuhan anak?
3. Berikan contoh orang tua yang memiliki konsep diri positif dalam pengasuhan?
4. Sebutkan beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua agar dapat menum-
buhkan konsep diri positif pada anak?
5. Apa yang dimaksud dengan labeling negatif pada anak?
Q
28. 20 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
BAB IV
KOMUNIKASI EFEKTIF
DENGAN ANAK
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan
dapat Menjelaskan komunikasi efektif dengan anak
29. 21 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
A. Pengertian Komunikasi Efektif
Salah kunci pengasuhan adalah komunikasi. Sejak anak masih dalam kandungan,
orang tua sudah harus berperan membangun komunikasi dengan anaknya. Pada
saat anak dalam kandungan, anak belum bisa berbicara ataupun merespon secara
langsung setiap kata/kalimat yang diucapkan oleh orang tua, akan tetapi anak
sudah mulai bisa merespon dari panca indera pendengarannya. Komunikasi yang
telah dibangun oleh orang tua sejak anak dalam kandungan, kelak akan memiliki
dampak positif terhadap tumbuh kembang anak setelah dilahirkan.
Komunikasi merupakan cara untuk membangun ikatan yang kuat dengan
orang-orang di sekitar. Komunikasi perlu dilakukan secara efektif demi terciptanya
hubungan yang baik. Komunikasi efektif merupakan hal yang penting dan kompleks
bagi semua pihak. Begitu pula dalam hubungan orang tua dengan anak. Dengan
adanya upaya menciptakan komunikasi efektif dan terbuka, sebagai orang tua bisa
belajar memahami apa yang anak-anak perlukan dan atau inginkan. Kehangatan
dalam membangun komunikasi perlu juga menjadi perhatian bagi orang tua.
Kemudian, tidak ada salahnya membangun kesepakatan untuk menetapkan aturan
dalam keluarga.
Pada dasarnya, anak memerlukan pendampingan dari orang tua. Apalagi bagi
anakusiadiniyangmasihsangatmemerlukanbantuanoranglaindalammenjalankan
segala aktivitas, khususnya bantuan dan pendampingan dari orang tuanya. Pada
anak usia dini, sangat memerlukan juga figur teladan. Oleh karena itu, orang tua
harus mampu menjadi cermin bagi anaknya. Komunikasi yang terjalin antara orang
tua dan anak harus berjalan baik menyesuaikan dengan usia dan tumbuh kembang
anaknya. Saat menjalin komunikasi, ingatlah bahwa pada dasarnya setiap anak
ingin perasaannya didengar, diterima, dan dihargai. Biarkan anak bercerita ataupun
memberikan pendapat dan membangun saling keterbukaan satu sama lain.
Agar komunikasi berjalan efektif antara orang tua dan anak, perlu memiliki
beberapa syarat, seperti :
1. Orang tua kecenderungan untuk bertanya, meyakinkan atau menerangkan,
bukan memberitahu, meminta atau mengancam kepada anak.
2. Orang tua bersifat terbuka pada adanya perbedaan pendapat dengan anak.
3. Orang tua mempunyai kemampuan untuk memberikan informasi dan
memberikan saran kepada anak terkait rencana atau perubahan yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang.
30. 22 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
B. Kemampuan Mendengar Aktif
Saat orang tua berkomunikasi dengan anak, maka orang tua perlu mendengarkan
cerita/pesan yang disampaikan oleh anak secara aktif. Mendengar aktif adalah
orang tua mendengarkan masalah anak, menerimaa perasaan anak, memahami
memahami perasaan, pikiran dan maksud yang disampaikan oleh anak. Kunci
dari mendengar aktif yaitu orang tua dapat mendengarkan masalah anak tanpa
memberikan komentar yang akan menyakitkan anak, mampu menangkap,
menerima dan memahami apa yang dirasakan anak serta tidak menilai anak
sebelum pesan yang disampaikan oleh anak diterima dengan baik oleh orang tua.
Berikut ini syarat diperlukan agar proses mendengar aktif menjadi efektif:
1. Kontak mata;
2. Posisi tubuh;
3. Nada suara;
4. Ekspresi wajah;
5. Ucapan penerimaan.
Mendengar aktif dapat berhasil dengan melihat respon yang positif dari anak, serta
hubungan yang semakin lekat terjalin antara orang tua dan anak. Adapun cara
yang perlu diketahui agar orang tua dapat mendengarkan secara aktif adalah
sebagai berikut :
1. Tampilkan bahasa tubuh yang sesuai;
2. Berikan perhatian penuh bahkan jika perlu tinggalkan aktivitas dan dengarkan
anak sungguh-sungguh;
3. Lakukan kontak mata dengan memandang mata anak;
4. Pahami perasaan anak;
5. Perhatikan bahasa tubuh anak, jika ada yang disembunyikan maka akan
muncul melalui bahasa tubuhnya;
6. Carilahkata-katayangbisamenggambarkanperasaananak,laludiungkapkan
dengan penuh empati;
C. Kiat Membangun Komunikasi Efektif Dengan Anak
Komunikasi efektif terjadi apabila penyampaian pesan dapat dipahami oleh
penerima pesan dengan nyaman. Akan tetapi, terkadang terdapat situasi yang
menghambat terjadinya komunikasi yang efektif. Alhasil, anak akan merasa enggan
untuk bicara ataupun merespon orang tuanya dengan nyaman. Perlu diketahui
terdapat beberapa hal yang dapat menjadi penghalang komunikasi, seperti :
1. Sikap menyalahkan
2. Sikap memerintah
3. Sikap memberikan cap/label negatif
4. Sikap membandingkan
31. 23 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
5. Sikap membohongi
6. Sikap mengancam
Sebagai orang tua, sebaiknya dapat memahami karakter dan perasaan
anaknya tanpa membandingkan anak ataupun melakukan tindakan yang dapat
menghalangi komunikasi, sehingga akan memudahkan untuk membangun
komunikasi yang efektif dengan anak.
Kiat membangun komunikasi efektif antara orang tua dan anak diantaranya
sebagai berikut:
1. Orang tua jangan berbicara tergesa-gesa pada anak, pastikan orang tua
mendapat perhatian anak sebelum berbicara;
2. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan sebisa mungkin
mengetahui emosi atau perasaan anak ketika sedang berbicara dengannya.
3. Pahami bahwa kebutuhan orang tua dan anak itu berbeda.
4. Orang tua membiasakan untuk membaca bahasa tubuh anak, apakah anak
sedang senang, sedih dan lainnya.
5. Usahakan posisi tubuh sejajar dengan anak serta terjalin kontak mata.
6. Hindari memaksakan pendapat dan gaya-gaya orang tua yang tidak baik
bagi anak-anak, seperti sikap memerintah, menyalahkan, dan lainnya.
7. Ketika anak sedang bercerita, pastikan fokus pada apa yang dibicarakan anak
sehingga menunjukkan penuh perhatian dan tindakan positif dalam merespon
anak.
8. Orang tua cobalah untuk berlatih lebih banyak mendengarkan daripada
berbicara.
Pada dasarnya keterampilan yang harus dilakukan orang tua agar komunikasi
efektif yaitu mampu mendengar aktif; menyampaikan pesan singkat, padat, jelas;
serta memberikan umpan balik. Selanjutnya, cara berkomunikasi dengan anak usia
dini sebaiknya dilakukan :
1. Berulang-ulang agar menghasilkan perubahan yang positif.
2. Dengan metode yang menyenangkan seperti melalui cerita yang mengandung
pesan atau
merangkai kata berirama.
3. Menggunakan sentuhan, dekapan, dan tatapan mata.
4. Dengan membantu anak untuk merasa aman saat berkomunikasi.
32. 24 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
Q
D. Rangkuman
Salah kunci pengasuhan adalah komunikasi. Komunikasi merupakan cara untuk
membangun ikatan yang kuat dengan orang-orang di sekitar kita, termasuk antara
orang tua dengan anaknya. Tujuan yang diharapkan komunikasi yang terjalin
antara orang tua dan anak adalah komunikasi yang efektif. Dalam berkomunikasi,
orang tua perlu mendengarkan cerita/pesan yang disampaikan oleh anak secara
aktif. Mendengar aktif adalah orang tua mendengarkan masalah anak, menerimaa
perasaan anak, memahami memahami perasaan, pikiran dan maksud yang
disampaikan oleh anak. Untuk mewujudkan komunikasi efektif, maka terdapat
beberapa kiat yang perlu diperhatikan mulai dari memperhatikan intonasi suara
agar tidak tergesa-gesa; menggunakan bahasa yang dimengerti anak; pahami
kebutuhan anak dan orang tua berbeda; membiasakan membaca bahasa tubuh
anak; mengatur posisi tubuh ketika berbicara dengan anak; hindari memaksakan
pendapat dan gaya bicara yang tidak baik; fokus pada apa yang dibicarakan
anak; serta lebih banyak mendengar dibanding berbicara.
E. Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Sejak kapan orang tua dapat mulai membangun komunikasi dengan anaknya?
2. Mendengar aktif sangat diperlukan dalam berkomunikasi antara orang tua
dan anak, lalu bagaimana cara mendengarkan aktif?
3. Bagaimana bila anak usia 2 tahun mengajak berbicara dan bercerita kepada
orang tua tentang pengalamannya melihat kupu-kupu terbang, namun
pelafalan kata-katanya belum terlalu jelas. Bagaimana sebaiknya sikap orang
tua menanggapi kondisi tersebut?
4. Dalamberkomunikasi,terdapatbeberapahalyangdapatmenjadipenghalang
komunikasi berjalan secara efektif. Sebutkan 3 (tiga) sikap penghalang
komunikasi!
5. Apa saja kiat membangun komunikasi efektif yang Anda ketahui?
33. 25 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB V
POLA PENGASUHAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan
dapat menjelaskan pola pengasuhan
34. 26 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
A. Pengertian Pola Asuh
Pengasuhan anak merupakan proses mendidik anak, membentuk karakter, men-
gajarkan pengendalian diri dan membentuk tingkah laku anak. Pengasuhan anak
juga mencakup perawatan kesehatan, pemenuhan gizi, dan pemberian stimulasi
agar anak dapat berkembang secara optimal. Dalam mengasuh anak, terdapat
proses interaksi antara orang tua dan anak untuk mendukung perkembangan fisik,
emosi, sosial, intelektual, dan spiritual anak secara optimal. Hal tersebut yang dimak-
sud dengan pola asuh. Pola asuh merupakan suatu proses interaksi antara orang tua
dan anak, yang meliputi kegiatan seperti memelihara, mendidik, membimbing serta
mendisplinkan dalam mencapai proses kedewasaan baik secara langsung mau-
pun tidak langsung. Pola asuh tidak lain merupakan metode atau cara yang dipilih
orang tua dalam mengasuh anak-anaknya yang paling dominan atau menonjol,
yang tentu dapat disesuaikan dengan karakter anak dan situasi yang terjadi.
B. Jenis-Jenis Pola Asuh
Terdapat perbedaan para ahli dalam mengelompokkan pola asuh orang tua da-
lam mendidik anak, akan tetapi antara satu dengan yang lainnya hampir mem-
punyai persamaan. Jenis pola asuh orang tua yang umumnya diterapkan dalam
kehidupan sehari-sehari diantaranya sebagai berikut :
1. Otoriter
Untuk pola asuh otoriter, pada umumnya orang tua memaksakan kehendak ke-
pada anak. Orang tua merasa selalu benar dan anak harus mematuhi semua per-
aturan yang dibuat. Orang tua memiliki tuntutan tinggi pada anak, tetapi tidak op-
timal ataupun rendah dalam memberikan dukungan atau kehangatan. Dampak
yang kemungkinan terjadi bila anak yang dibesarkan dengan otoriter yaitu anak
akan merasa tertekan, kurang percaya diri, agresif dan kerap berpotensi bermasa-
lah di sekolahnya kelak.
2. Permisif
Penerapan pola asuh permisif tampak berbanding terbalik dengan pola asuh
otoriter. Untuk pola asuh permisif, orang tua cenderung terlalu memanjakan anak.
Orang tua memberikan dukungan atau kehangatan yang tinggi terhadap anak,
akan tetapi tidak menetapkan batasan, tuntutan, ataupun aturan yang jelas. Den-
gan begitu, anak tumbuh dalam kehangatan namun tidak disiplin. Biasanya or-
angtua tidak memiliki kontrol atas anaknya. Dampak terhadap anak yang dididik
secara permisif yaitu anak tidak percaya diri, mau menang sendiri, tidak mandiri
dan kurang bertanggung jawab. Biasanya anak akan bermasalah di sekolah saat
remaja.
35. 27 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
3. Tidak Peduli Pada Anak
Pola asuh yang ketiga ini memiliki ciri orang tua tidak peduli pada anaknya, se-
hingga membiarkan anak tumbuh tanpa arahan dan keterlibatan dari orangtua.
Dampaknya terhadap anak bila dominan dengan pola asuh ini, maka biasanya
anak menjadi kurang percaya diri khususnya beranjak remaja, bertingkah laku bu-
ruk, kemampuannya tertinggal dibanding teman-teman seusianya, serta cenderung
tidak semangat ke sekolah. Orang tua yang tidak peduli sama sekali maka tidak pu-
nya tuntutan pada anak dan tidak memberikan dukungan agar anak berhasil.
4. Demokratis
Penerapan pola asuh demokratis memiliki ciri orang tua memberikan dukungan
dan menghargai anak, mulai dari menghargai kemampuan anak dalam mengam-
bil keputusan serta memberikan aturan secara jelas. Orang tua dapat menghar-
gai minat, pendapat, dan kepribadian anak. Orang tua yang demokratis bersikap
hangat kepada anak, tetapi juga bisa bersikap tegas dalam membuat batasan/
aturan di rumah. Anak yang yang dididik secara demokratis berpotensi memiliki har-
ga diri tinggi, percaya diri, mandiri, dapat mengontrol diri, berani, dan senang bela-
jar di lingkungannya. Orang tua yang demokratis punya ekspektasi tinggi sekaligus
memberi dukungan tinggi juga kepada anak agar berhasl sesuai dengan bakat dan
kemampuannya.
C. Rangkuman
Pola asuh merupakan proses interaksi dan cara yang dipilih orang tua dalam men-
gasuh anak-anaknya yang paling dominan atau menonjol, yang dapat disesuaikan
dengan karakter anak dan situasi yang terjadi. Proses interaksi antara orang tua dan
anak dimaksudkan untuk mendukung perkembangan yang dimiliki anak mulai dari
perkembangan fisik, emosi, sosial, intelektual, dan spiritual anak secara optimal. Ter-
dapat berbagai jenis pola asuh, adapun pola asuh yang umumnya sudah diketahui
masyarakat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu : pola asuh otoriter,
pola asuh permisif, pola asuh tidak pedul dan pola asuh demokratis. Penerapan
pola asuh yang ideal sebaiknya memberikan dukungan dan kehangatan yang ting-
gi disertai juga dengan pemberian Batasan, tuntutan ataupun aturan yang jelas da-
lam keluarga. Hal tersebut, berpotensi mendukung anak tumbuh dan berkembang
memiliki harga diri tinggi, rasa percaya diri, mandiri dan kemampuan untuk mengon-
trol diri anak disesuaikan dengan lingkungannya.
36. 28 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
QD. Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Apa yang Anda ketahui tentang pola asuh?
2. Sebutkan jenis pola asuh yang umumnya diterapkan dalam kehidupan se-
hari-hari!
3. Apabila seorang anak diberikan kebebasan memperoleh semua mainan yang
diinginkannya lalu orang tua tidak terlalu memberikan aturan yang jelas dalam
mengasuh anak bahkan kadang lebih banyak mengalah mengikuti keinginan
anak, maka termasuk tipe pola asuh apa yang diterapkan?
4. Apabila orang tua membiarkan anak tumbuh dan berkembang mengikuti
perkembangan zaman dan kondisi lingkungan tanpa terlibat secara aktif da-
lam mengasuh anak,maka termasuk tipe pola asuh apa yang diterapkan?
5. Apa pola asuh yang sebaiknya diterapkan oleh keluarga Indonesia agar anak
tumbuh percaya diri, mandiri dan mudah beradaptasi dengan lingkungann-
ya?
37. 29 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Q
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengasuhan anak usia dini merupakan sebuah proses yang harus dinikmati dan
dijalani dengan penuh tanggung jawab oleh orang tua, maka orang tua yang he-
bat adalah orang tua yang ma uterus belajar dan mecakapkan diri dalam men-
gasuh anak sehingga anak dapat merasakan manfaat dari pengasuhan dan dapat
tumbuh berkembang dengan baik.
Semoga materi dalam modul ini dapat dicerna dengan baik, bisa dipelajari da-
lam setiap kesempatan maupun dalam kelompok bina keluarga balita ataupun se-
bagai bahan materi dalam pemberian penyuluhan dan KIE, tentu juga semoga ma-
teri dalam modul ini dapat di praktikkan oleh kita semua sehingga menjadikan ilmu
yang berkah dan bermanfaat, selamat menjadi orang tua hebat.
B. Evaluasi
1. Jelaskan makna dari kata pengasuhan?
2. Sebutkan beberapa prinsip dalam pengasuhan?
3. Sebutkan kewajiban dan tanggung jawab orang tua menurut UU RI no 35 tahun
2014 tentang perlindungan anak pada pasal 26?
4. Jelaskan apa saja dampak dari keterlibatan ayah dalam pengasuhan?
5. Sebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterlibatan ayah dalam
pengasuhan?
6. Apa yang dimaksud dengan konsep diri?
7. Jelaskan alasan kenapa orang tua harus memiliki konsep diri positif dalam
pengasuhan anak?
38. 30 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Pengasuhan Anak Usia Dini
8. Berikan contoh orang tua yang memiliki konsep diri positif dalam pengasuhan?
9. Sebutkan beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua agar dapat
menumbuhkan konsep diri positif pada anak?
10. Apa yang dimaksud dengan labeling negatif pada anak?
11. Sejak kapan orang tua dapat mulai membangun komunikasi dengan anaknya?
12. Mendengar aktif sangat diperlukan dalam berkomunikasi antara orang tua
dan anak, lalu bagaimana cara mendengarkan aktif?
13. Bagaimana bila anak usia 2 tahun mengajak berbicara dan bercerita kepada
orang tua tentang pengalamannya melihat kupu-kupu terbang, namun
pelafalan kata-katanya belum terlalu jelas. Bagaimana sebaiknya sikap orang
tua menanggapi kondisi tersebut?
14. Dalamberkomunikasi,terdapatbeberapahalyangdapatmenjadipenghalang
komunikasi berjalan secara efektif. Sebutkan 3 (tiga) sikap penghalang
komunikasi!
15. Apa saja kiat membangun komunikasi efektif yang Anda ketahui?
16. Apa yang Anda ketahui tentang pola asuh?
17. Sebutkan jenis pola asuh yang umumnya diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari!
18. Apabila seorang anak diberikan kebebasan memperoleh semua mainan yang
diinginkannya lalu orang tua tidak terlalu memberikan aturan yang jelas dalam
mengasuh anak bahkan kadang lebih banyak mengalah mengikuti keinginan
anak, maka termasuk tipe pola asuh apa yang diterapkan?
19. Apabila orang tua membiarkan anak tumbuh dan berkembang mengikuti
perkembangan zaman dan kondisi lingkungan tanpa terlibat secara aktif
dalam mengasuh anak,maka termasuk tipe pola asuh apa yang diterapkan?
20. Apa pola asuh yang sebaiknya diterapkan oleh keluarga Indonesia agar anak
tumbuh percaya diri, mandiri dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya?
39. 31 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. Sri Muliati. Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak (Parental
Involvement) : Sebuah Tinjauan Teoritis. Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Allen, S & Daly, K. 2007.The Effect of Father Involvement : An Updated Research
Summary of the Evidence.Canada : University of Guelph.
BKKBN. 2017. Peran Ayah Dalam Pengasuhan
BKKBN. 2015. Menjadi Orangtua Hebat bagi Orang tua
Calhon. F.J & Acocella. J. R. (1990). Psychology of adjustment and human relationship.
New York: McRaw-Hill. Inc
Hart, J. 2002. The Importance of Fathers in Children ‘s Asset Development. http://
fairfield.osn.edu/parent/ parentparthjune20.htm/
Hastuti, Dwi. 2015. Pengasuhan Teori, Prinsip dan Aplikasinya di Indonesia. IPB Press
Hayati, N. (2011). Peran orang tua dalam Pendidikan anak usia dini. Yogyakarta:
UNY.
Kehoe. John. 2012 Mind Power. Jakarta. Serambi ilmu semesta
Alit Kurniasari. Sosio Informa Vol. 1, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2015. Kekerasan
Versus Disiplin Dalam Pengasuhan Anak
Istina rakhmawati. KONSELING RELIGI: Jurnal Bimbingan Konseling IslamVol. 6, No. 1,
Juni 2015. Peran Keluarga dalam Pengasuhan anak. Kudus
https://kbbi.web.id/
40. 32 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Tahun 2020