2. Anatomi Palpebra
7 Lapisan Struktural Palpebra
• Kulit dan jaringan ikat
subkutan
• Otot- otot protractor
American Academy of Ophthalmology. Oculofacial Plastic and Orbital Surgery. San Francisco: AAO; 2020. 159–172 p.
4. Pemeriksaan Palpebra
Fissura Palpebra Vertikal
Fissura Palpebra Horizontal
Nilai normal
Fissura Palpebra vertikal:
Laki- laki sekitar 7-10 mm
Perempuan sekitar 8-12 mm
Fissura palpebral Horizontal: 28-30 mm
Pengukuran Fissura Palpebra
Tyers AG, Collin JRO. Ophthalmic Plastic Surgery Colour Atlas of FOURTH EDITION. Philadelphia: Elsevier; 2018. 66–72 p.
Vasanthakumar P, Kumar P, Rao M. Anthropometric Analysis of Palpebral Fissure Dimensions and its Position in South Indian Ethnic Adults. Vol. 28, Oman Medical Journal. 2013.
5. Marginal Reflex Distance (MRD)
MRD 1
MRD 2
Tyers AG, Collin JRO. Ophthalmic Plastic Surgery Colour Atlas of FOURTH EDITION. Philadelphia: Elsevier; 2018. 66–72 p.
6. Margin Limbal Distance (MLD)
Untuk mengukur fungsi levator dan menentukan jumlah otot levator yang akan direseksi
MLD adalah jarak dari limbus inferior ke tepi tengah kelopak mata atas dan saat pasien melihat
dengan pandangan ke atas
Nilai Normal: 9 mm
Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology, eighth Edition (2016). 2016.
7. Upper eyelid crease
Merupakan jarak vertikal antara lipatan kulit
dan margo palpebral superior saat pasien
melirik ke bawah
Pada pria 8mm dan pada wanita 10mm
American Academy of Ophthalmology. Oculofacial Plastic and Orbital Surgery. San Francisco: AAO; 2020. 159–172 p.
8. Fungsi Levator
Pada saat pasien melihat ke bawah, sehingga kerja otot levator
maksimal. Minta pasien melihat maksimal ke atas sejauh mungkin
Fungsi levator dinilai sebagai normal (15 mm atau lebih), baik (12-
14mm, sedang (5-11 mm) dan buruk (4mm atau kurang)
Tyers AG, Collin JRO. Ophthalmic Plastic Surgery Colour Atlas of FOURTH EDITION. Philadelphia: Elsevier; 2018. 66–72 p.
Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology, eighth Edition (2016). 2016.
9. Lid lag
Lid lag adalah kondisi statis dimana kelopak mata atas lebih tinggi dari biasanya saat mata dalam
pandangan ke bawah.
Pasien diminta melihat ke atas kemudian ke bawah
Tes dikatakan positif jika terdapat keterlambatan gerak palpebral saat meilihat ke bawah
ditandai dengan tampaknya sklera di daerah superior
Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology, eighth Edition (2016). 2016.
10. Bells Phenomenon
Pemeriksa membuka palpebral superior
pasien diminta menutup mata dengan kuat
Normal: mata melirik keatas
Tyers AG, Collin JRO. Ophthalmic Plastic Surgery Colour Atlas of FOURTH EDITION. Philadelphia: Elsevier; 2018. 66–72 p.
Burnstine M, Steven Dresner, David Samimi, Helen Merritt. Ophthalmic Plastic Surgery of the Upper Face_ Eyelid Ptosis, Dermatochalasis, and Eyebrow Ptosis-Thieme (2019). 2020. 119–120 p.
11. Jaw-Winking Phenomenon
Merupakan suatu kondisi dimana terjadi retraksi palpebral
yang ptosis saat diberikan stimulasi pada m. pterygoid
ipsilateral (mengunyah, menghisap, atau membuka mulut)
Tyers AG, Collin JRO. Ophthalmic Plastic Surgery Colour Atlas of FOURTH EDITION. Philadelphia: Elsevier; 2018. 66–72 p.
12. Pemeriksaan kelopak mata bawah
Pemeriksa menarik bagian sentral palpebral inferior
menjauhi mata, lalu dilakukan pengukuran jarak
antara bola mata dan sisi posterior margo palpebral
Nilai normal < 8mm
Distraction/ pinch Test
Amir Labib A, Patel BC, Milroy Affiliations C. Lower Eyelid Laxity Examination Continuing Education Activity. NCBI [Internet]. 2021;1–9. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK576403/?report=printable
13. Snap Back Test
Pada tes ini pemeriksa menarik bagian sentral palpebra inferior ke
bawah sementara pasien diminta untuk tidak berkedip. Perhatikan
waktu kembalinya palpebra ke posisi awal
Hasil tes ini dapat dibagi menjadi empat tingkatan yaitu:
◦ Grade 0: normal
◦ Grade 1/ Pengembalian cepat (2-3 detik) Minimal/ tanpa kelemahan
◦ Grade 2/ Pengembalian lambat (4-5 detik) Kelemahan ringan
◦ Grade 3/ Pengembalian tidak lengkap kecuali berkedip (>5 detik) Kelemahan sedang
◦ Grade 4/ Pengembalian tidak lengkap bahkan setelah berkedip Kelemahan berat
Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology, eighth Edition (2016). 2016.
14. Medial Canthal Tendon Laxity
Menarik kelopak mata bawah secara perlahan ke lateral saat pasien melihat lurus ke depan dan
mengamati punctum
Hasil tes ini dibagi menjadi empat tingkatan yaitu:
Grade 0: kelopak mata normal
◦ Grade I: perpindahan 2 mm
◦ Grade II: perpindahan 3 mm
◦ Grade III: perpindahan lebih dari 3mm
◦ Grade IV: tidak kembali ke posisi normal setelah berkedip
Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology, eighth Edition (2016). 2016.
15. Lateral Canthal Tendon Laxity
tarik kelopak mata bawah ke medial dan ukur perpindahan sudut kantus lateral
Hasilnya juga subjektif dan berdasarkan pengalaman klinis. Terdapat empat tingkatan yaitu:8
◦ Grade 0: kelopak mata normal (0 sampai 2 mm perpindahan sudut kantus lateral)
◦ Grade I: 2 hingga 4 mm
◦ Grade II: 4 hingga 6 mm
◦ Grade III: lebih dari 6 mm
◦ Grade IV: tidak kembali ke posisi normal setelah berkedip.
Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology, eighth Edition (2016). 2016.
16. Fatigue dan Sleep test
Fatigue test
pasien diminta melihat ke atas atau ke suatu objek tanpa berkedip selama 30 detik. Hasil positif
jika terdapat penurunan kelopak mata progresif
Sleep test
pasien diminta menutup mata selama 5 menit dan kemudian diminta membuka mata jika ptosis
terkoreksi maka pasien dicurigai menderita Myasthenia Gravis
Tyers AG, Collin JRO. Ophthalmic Plastic Surgery Colour Atlas of FOURTH EDITION. Philadelphia: Elsevier; 2018. 66–72 p.
17. Ice pack test
Pada tes ini, kelopak mata pasien yang mengalami ptosis dikompres es selama 2 menit, ptosis
membaik setelah di kompres es
Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology, eighth Edition (2016). 2016.
18. Edrophonium/ Tensilon Test
Tata cara tes Edrophonium sebagai berikut:8
◦ Atropin 0,3 mg diberikan secara intravena untuk meminimalkan
efek samping muskarinik.
◦ Dosis uji intravena 0,2 ml (2 mg) edrophonium hidroklorida
diberikan. Jika terdapat perbaikan gejala dicatat dan tes dihentikan.
◦ Sisanya 0,8 ml (8 mg) diberikan setelah 60 detik jika perlu.
◦ Pengukuran ptosis dan motilitas otot sebelum dan sesudah
prosedur dibandingkan. Efek obat hanya bertahan 5 menit.
Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology, eighth Edition (2016). 2016.
Anatomi Palpebra
Palpebra memiliki 2 lamella: Lamella anterior dan lamella posterior
7 lapisan struktur palpebral
Kulit dan jaringan ikat subkutan: pada posisi primer palpebral superior menutupi 1-3 mm kornea superior, palpebral inferior tepat pada limbus inferior atau dengan scleral show s/d 2mm
Otot- otot protractor: musculus orbicularis okuli (CN III) kontraksi fissure palpebral menyempit, terbagi atas 3: pretarsal, preseptal, orbital
Septum orbita: jaringan tipis fibrosa yang berasal dari periosteum, pada usia lanjut terjadi penipisan septum dan kelemahan m. orbicularis oculi -> herniasi lemak orbita
Lemak orbita: pada palpebral superior terdapat nasal fat pad, central fat pad, pada palpebral inferior terdapat nasasl fat pad, sentral fat pad, temporal fat pad
Otot- otot retractor: palpebral superior: m. levator palpebral + m. tarsal superior (m. muller), palpebral inferior: m. tarsal inferior
Tarsus lempeng jaringan ikat padat yang membantu memberi bentuk pada struktur palpebra
Konjungtiva membentuk lapisan posterior dari palpebra
FPV: Jarak terlebar antara margo palpebral superior dan inferior pada posisi primer
FPH: jarak antara kantus medial dan kantus lateral pada posisi primer
MRD 1: Jarak antara margo palpebra superior dan refleks cahaya dipupil pada posisi primer
MRD 2: Jarak antara margo palpebra Inferior dan refleks cahaya dipupil pada posisi primer
Jarak antara margo palpebral superior dan limbus inferior saat pasien melihat ke atas secara maksimal
Nilai normal 8-9mm
Wanita 9-11mm
Pada saat pasien melihat kebawah, fiksasi di atas alis dengan jempol (untuk meminimalisasi kontribusi m. frontalis -> kerja maksimal levator)
Sejajarkan angka 0 pada margo palpebral superior
Minta pasien melihat maksimal ke atas sejau mungkin
Jarak antara perubahan posisi margo palpebral superior menggambarkan fungsi levator