2. Suatu ketika, warna-warna pelangi mulai
bertengkar.
Masing-masing berpendapat bahwa dialah
yang terbaik, yang terutama, dan yang
terpopuler.
Si Hijau berkata:
"Terus terang saja, akulah yang paling penting.
Aku adalah harapan. Pohon, rerumputan, juga
dedaunan memilih warnaku. Tanpa aku,
hewan-hewan akan mati. Lihatlah ke segala
penjuru negeri ini, aku ada di mana-mana."
3. Si Biru menginterupsi:
"Jangan pikirkan bumi tanpa melihat langit"Jangan pikirkan bumi tanpa melihat langit
dan lautan. Air adalah sumber kehidupandan lautan. Air adalah sumber kehidupan
yang dijatuhkan oleh awan biru yangyang dijatuhkan oleh awan biru yang
berasal dari lautan. Langit adalah ruangberasal dari lautan. Langit adalah ruang
kedamaian dan ketenangan. Tanpa itukedamaian dan ketenangan. Tanpa itu
4. Kuning tertawa kecil
"Kalian begitu serius! Aku pembawa keriangan,
keceriaan dan kehangatan di bumi ini.
Kuning adalah matahari, bulan dan juga
bintang. Setiap saat kau mengamati bunga
matahari, maka dunia pun mulai tersenyum.
Tanpaku, tak akan ada kegembiraan."
5. Jingga menimpali:
"Aku adalah warna kesehatan dan kebugaran. Boleh jadi
aku warna yang langka, tetapi aku berharga. Aku
banyak memberi vitamin yang menjaga kehidupan
manusia. Lihat saja wortel, labu, jeruk, mangga, juga
pepaya. Aku memang tidak terlihat setiap saat. Tapi,
warnaku memenuhi langit tatkala fajar dan tatkala
mentari terbenam. Tak ada keindahan yang seindah ini.
Kecantikanku sungguh memukau."
6. Si Merah tak tahan juga dan mulai berteriak:
"Aku adalah penguasa kalian semua! Aku adalah d a r a
h - darah adalah kehidupan! Aku adalah lambang
keberanian dan lonceng bahaya. Aku akan berjuang, tak
kenal takut. Aku pemberi semangat di dalam tubuh.
Tanpaku dunia akan sepi seperti rembulan. Aku adalah
warna gairah dan semangat. Seperti juga mawar merah -
tanda cinta."
7. Si Ungu pun angkat bicara:
Ia sangat tinggi dan berbicara penuh
keanggunan: "Aku adalah warna kesetiaan dan
kekuasaan. Raja dan pemimpin senantiasa
memilih aku sebagai lambang kewenangan
dan kebijaksanaan. Rakyat tak akan pernah
menyanggah. Mereka mendengar dan patuh"
8. Akhir nya Si Nila berbicara,
lebih tenang dari yang lain, tetapi dengan segala keteguhan hati:
"Perhitungkan aku juga. Aku adalah warna keteduhan.
Kalian hampir tidak memperhatikannya. Tanpaku, kalian
semua tidak berarti. Aku mewakili pikiran dan refleksi dari
kedewasaan senjakala dan kedalaman air. Kalian
membutuhkan aku agar dapat melihat perbedaan serta
keseimbangan dalam doa dan kedamaian hati."
9. Warna-warna itu saling membual, masing-masing
berusaha meyakinkan bahwa dialah yang terhebat.
Mereka berperang kata dan berteriak semakin keras.
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kilat yang
menyambar serta suara guntur yang menggelegar.
Hujan tercurah lebat tanpa belas kasihan. Warna-
warna meringkuk ketakutan, saling merapat mencoba
memperoleh rasa aman.
Di tengah kegaduhan itu, Hujan berkata:
"Kalian warna-warna tolol, saling bertengkar untuk
memenangkan perdebatan ini. Tahukah kalian semua?
Bahwa kalian masing-masing diciptakan untuk suatu
tujuan yang istimewa, unik dan saling berbeda. Saling
bergandengan tangan dan kemarilah."
10. Warna-warna itu pun bersatu
saling bergandengan tangan.
Sang Hujan meneruskan lagi: "Mulai sekarang, apabila
hujan turun,
kalian akan membentangkan diri di langit bagaikan
busur raksasa, sebagai tanda bahwa kalian cinta hidup
dalam damai.
- Pelangi - tanda harapan akan hari esok."
11. Maka, di mana pun hujan membasahi bumi dan
pelangi menghiasi langit,
ingatlah untuk saling mengasihi dan menghormati satu
sama lain.
Persahabatan itu bagaikan pelangi:
Merah bagaikan buah apel, terasa manis di dalamnya.
Jingga bagaikan kobaran api yang tak akan pernah
padam.
Kuning bagaikan mentari yang menyinari hari-hari kita.
Hijau bagaikan tanaman yang tumbuh subur.
Biru bagaikan air jernih alami.
Ungu bagaikan kuntum bunga yang merekah.
Nila-lembayung bagaikan mimpi-mimpi yang mengisi
kalbu.
Thank you for our friendship!