SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 290
Downloaden Sie, um offline zu lesen
DAMPAK INVESTASI AIR MINUM TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
               DI DKI JAKARTA




                    OLEH

          OSWAR MUADZIN MUNGKASA
                 860 0000 067




        PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
          PROGRAM PASCASARJANA
   FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA
                  DEPOK
                   2006
DAMPAK INVESTASI AIR MINUM TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
               DI DKI JAKARTA




                             OLEH


              OSWAR MUADZIN MUNGKASA
                     860 0000 067




                          DISERTASI

      Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
                Doktor dalam bidang Ilmu Ekonomi
                 pada Program Studi Ilmu Ekonomi
    Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia




                            DEPOK
                             2006
PERSETUJUAN DISERTASI


Nama                        :   OSWAR MUADZIN MUNGKASA
N.P.M.                      :   860 0000 067
Kekhususan                  :   Ekonomi Publik
Judul Disertasi             :   DAMPAK INVESTASI AIR MINUM
                                TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
                                DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI DKI
                                JAKARTA

                           Depok, 15 Agustus 2006

Promotor,                                                    Ketua tim penguji,




Prof. Dr. Prijono Tjiptoherijanto                   Prof. Dr. Moh. Arief Djanin

Kopromotor,                                                            Penguji,




Dr. Mohamad Ikhsan                                        Dr. B. Raksaka Mahi




Dr. Montty Girianna                                       Dr. Arindra A. Zainal




Ketua Program Studi,                                        Dr. Luky Alfirman




Dr. Arindra A. Zainal
ABSTRAK DISERTASI

             DAMPAK INVESTASI AIR MINUM TERHADAP
        PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
                       DI DKI JAKARTA

                             OSWAR MUNGKASA
                                  860 0000 067
                           Program Studi Ilmu Ekonomi
                      Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi
                              Universitas Indonesia


Klasifikasi JEL : C68, D31, D58, E22, E62
Kata Kunci:      1. Investasi air minum        4. Pertumbuhan pro poor
                 2. Pertumbuhan ekonomi        5. DKI Jakarta
                 3. Distribusi pendapatan      6. Computable General Equilibrium


       Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan yang terkait dengan
penyediaan air minum bagi penduduk miskin di perkotaan dengan mengambil kasus
DKI Jakarta. Pemerintah belum mampu menyediakan prasarana dan sarana pelayanan
publik yang memadai, diantaranya, dalam bentuk pelayanan kebutuhan air minum.
Pemenuhan kebutuhan air minum penduduk melalui air minum perpipaan khususnya
penduduk miskin perkotaan, ditengarai dapat mengurangi beban pengeluaran air
minum, beban pengeluaran bagi biaya pengobatan akibat penggunaan air minum yang
tidak layak, dan mengurangi jumlah hari nonproduktif. Kondisi ini akan mendorong
peningkatan produktivitas dan tabungan rumah tangga miskin yang mengarah pada
meningkatnya pendapatan per kapita dan membaiknya kesenjangan pendapatan, yang
akhirnya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian secara keseluruhan.
       Investasi air minum, baik secara teoritis maupun secara empiris, terbukti
mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pemenuhan kebutuhan air
minum penduduk perkotaan, khususnya penduduk miskin, dapat meningkatkan
kesejahteraan penduduk yang berdampak pada perbaikan distribusi pendapatan.
Kombinasi dari investasi air minum dan pemenuhan kebutuhan air minum penduduk
miskin perkotaan akan menghasilkan pertumbuhan pro-poor, yaitu pertumbuhan




                                                                                   iii
ekonomi yang dapat mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan. Dikaitkan
dengan kondisi DKI Jakarta, investasi air minum yang bersifat pro poor merupakan
suatu keniscayaan, dengan berbagai pertimbangan diantaranya (i) tingkat urbanisasi
yang masih tinggi, dan (ii) proporsi penduduk yang belum mendapat akses air minum
perpipaan masih cukup tinggi.
       Oleh karena itu, pertanyaan yang mengemuka adalah (i) apakah investasi air
minum perpipaan di DKI Jakarta telah memicu pertumbuhan ekonomi yang bersifat
pro-poor, (ii) apakah investasi air minum nonperpipaan di DKI Jakarta memicu
pertumbuhan ekonomi pro-poor; (iii) apakah subsidi pemerintah dalam penyediaan air
minum di DKI Jakarta memicu pertumbuhan ekonomi pro-poor.
       Untuk menjawab pertanyaan tersebut, disertasi ini menggunakan model
komputasi keseimbangan umum (Computable General Equilibrium/CGE) atau
disingkat model CGE. Model CGE adalah suatu sistem persamaan simultan tak-linier
yang mensimulasikan perilaku optimal dari semua konsumen dan produsen yang ada di
dalam suatu perekonomian. Tiga skenario simulasi diterapkan dalam studi ini dengan
menggunakan data SNSE DKI Jakarta Tahun 2000 untuk mengetahui skenario
pembangunan air minum yang dapat mengarah pada pertumbuhan pro-poor, yaitu (i)
simulasi investasi berupa peningkatan investasi air minum perpipaan dan air minum
nonperpipaan, (ii) simulasi subsidi berupa penyediaan subsidi air minum bagi rumah
tangga miskin yang bersumber dari peningkatan pajak air minum perpipaan maupun
pemerintah pusat, (iii) simulasi investasi dan subsidi berupa peningkatan investasi air
minum perpipaan yang disertai penyediaan subsidi air minum bagi rumah tangga
miskin, baik dari peningkatan pajak air minum perpipaan maupun pemerintah pusat.
       Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan investasi air minum di DKI
Jakarta berdampak pada pertumbuhan ekonomi tetapi tidak berpengaruh pada
pengurangan kesenjangan, yang berarti pembangunan air minum di DKI Jakarta belum
bersifat pro poor. Selain itu, agar terjadi pertumbuhan pro poor, investasi air minum
perpipaan sebaiknya disertai dengan penyediaan subsidi dari pemerintah pusat.
Semakin besar nilai investasi, semakin besar subsidi yang perlu diberikan.




                                                                                     iv
Beberapa rekomendasi penting, yaitu (i) pemerintah daerah sebaiknya
menjadikan akses air minum bagi penduduk miskin sebagai salah satu target dan
indikator keberhasilan pembangunan DKI Jakarta, (ii) penyediaan subsidi bagi rumah
tangga miskin masih diperlukan jika proporsi rumah tangga miskin yang belum
mendapat akses air minum perpipaan masih relatif besar. Sumber dana subsidi yang
potensil diantaranya adalah dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari
perusahaan     (iii) mengembangkan program pembangunan air minum berbasis
masyarakat, (iv) air minum nonperpipaan masih dapat menjadi alternatif sumber air
minum jika dilakukan pembenahan aspek regulasi, penyediaan sumber dana investasi,
dan peningkatan jumlah sumber air seperti kran umum sehingga harga air minum
nonperpipaan menjadi terjangkau, dan (v) pembenahan kendala akses bagi rumah
tangga miskin seperti biaya pemasangan yang terjangkau.


       Background of this study is the existence of a number of problems in relation to
provision of drinking water for poor people in urban area by taking case of the Jakarta
Special Territory Administration (DKI Jakarta). Government is not yet able to provide
proper public service facilities and infrastructures, among others are in the form
service of drinking water need. Fulfillment of drinking water need for people through
piped water especially poor people in urban area, is assumed to reduce drinking water
expenses burden, medication costs are resulted from the use of unreasonable drinking
water, and minimizing the number of non-productive days. This condition will boost
productivity and poor family saving directing to the rise of income per capita and
improving gap of income which finally produced impact on improvement of economic
condition entirely.
       Investment on drinking water, either theoretically or empirically, is proven to
encourage the economic growth. Meanwhile, fulfillment of drinking water need for
people in urban area, especially poor people, can increase the people welfare that may
result on improvement of income distribution. Combination between drinking water
investment and fulfillment of drinking water need for poor people in urban area will
produce a pro-poor growth that is the economic growth that will minimize income gap




                                                                                     v
and poverty. In relation to DKI Jakarta’s conditions, investment on drinking water
which is pro-poor in nature is a certainty, with a number of considerations (i)
urbanization level that remains high, and (ii) the number of people who have not yet
obtained access of piped water remains high.
       Thus, the questions revealed are (i) does investment on piped water in DKI
Jakarta trigger a pro-poor economic growth?, (ii) does investment on non-piped water
in DKI Jakarta trigger a pro-poor economic growth?, (iii) does the government subsidy
on provision of drinking water in DKI Jakarta trigger pro-poor economic growth?
       To answer those questions, this dissertation uses a Computable General
Equilibrium (CGE) or shortened with CGE Model. CGE model is a non-linier
simultaneous equation that simulates optimal attitude of all consumers and producers
within economy. Three scenarios of simulation is implemented in this study using data
of SNSE (social accounting matrices/SAM) DKI Jakarta year 2000 to know scenario of
development of drinking water that directs to a pro-poor growth, that is (i) investment
simulation in the form of increasing investment on piped water and non-piped water,
(ii) subsidy simulation in the form of provision of drinking water subsidy for poor
family derived from increasing piped water tax and the central government transfer,
(iii) investment simulation and subsidy in the form of increasing investment of piped
water along with provision of drinking water subsidy for poor family either from
increasing tax on piped water or the central government transfer.
       Result of simulation indicates that drinking water investment increase in DKI
Jakarta resulted on economic growth but it did not influence on income gap reduction,
meaning that the drinking water development in DKI Jakarta has not yet reached a
pro-poor nature. Besides, in order to establish a pro-poor growth, the piped water
investment should be supported with provision of subsidy from the central government.
The higher investment value, the more subsidy needed.
       Some important recommendations, i.e. (i) the local government should make
access of drinking water for poor people as one of targets and indicators of
successfulness of development in DKI Jakarta, (ii) provision of subsidy for poor people
is still needed if the proportion of poor family who have not yet enjoyed piped water




                                                                                     vi
remains high. Potential subsidy fund source includes Corporate Social Responsibility
(CSR) funds from the big company (iii) increase a community-based drinking water
development program, (iv) non-piped water still become drinking water source
alternative if there is improvement on regulation, provision of investment funds source,
and adding water sources such as public service tapping so that non-piped water is
affordable, and (v) improvement of access barrier for poor family such as affordable
installment costs.




                                                                                     vii
KATA PENGANTAR


         Pertama-tama puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
perkenanNya sehingga disertasi ini dapat terselesaikan untuk memenuhi salah satu
persyaratan mencapai gelar Doktor dalam bidang Ilmu Ekonomi pada Program
Pascasarjana Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia.
         Bagi penulis, disertasi ini merupakan kulminasi dari kerja keras dan dukungan
dari banyak pihak. Perjalanan penyusunannya melewati rentang waktu yang cukup
lama, hampir 1,5 tahun sejak masih berbentuk pemikiran awal. Dikerjakan pada
berbagai tempat dan kesempatan, mulai dari sepanjang malam setelah jam kantor di
kantor Kelompok Kerja Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL), di tengah
rapat yang membosankan, di bandara ketika menunggu pesawat yang sering terlambat,
di mall sambil menunggu anak main game, di sela-sela kunjungan lapangan, di kampus
pada akhir pekan, dan tentu saja di rumah ketika memungkinkan khususnya di akhir
pekan.
         Disertasi ini merupakan buah dari bantuan berbagai pihak. Pertama-tama saya
ucapkan penghargaan dan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Prijono Tjiptoherijanto,
selaku promotor, yang dengan sabar dan penuh perhatian memberi saran dan masukan
bagi perbaikan disertasi ini, baik secara langsung maupun melalui email. Penghargaan
dan rasa terima kasih yang sama juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Mohamad
Ikhsan, selaku kopromotor I, yang dengan tekun memberi kritik dan saran bagi
perbaikan disertasi saya, selain menyangkut model dan teori ekonomi, juga
menyangkut tata cara penulisan, bahkan berkenan secara khusus membaca keseluruhan
rancangan final disertasi ini sebelum menjadi naskah disertasi seperti saat ini. Selain
itu, Bapak Dr. Montty Girianna, selaku kopromotor II, yang banyak memberi saran dan
masukan terutama ketika penulis dalam kondisi mulai ‘putus asa’ dengan penyelesaian
model yang tidak kunjung mendapatkan solusi serta penyempurnaan materi narasi.
         Proses penyusunan disertasi ini melalui empat tahapan penting yaitu ujian
proposal, ujian seminar hasil, sidang tertutup, dan sidang promosi. Pada setiap tahapan




                                                                                    viii
tersebut, terdapat Tim Penguji yang melakukan evaluasi terhadap materi yang
disampaikan oleh penulis. Tim penguji terdiri dari promotor, Kopromotor ditambah
dengan empat penguji lain. Untuk itu, terima kasih dan penghargaan saya sampaikan
kepada Bapak Prof. Dr. Moh. Arief Djanin, selaku ketua Penguji, yang dengan sabar
memimpin sesi sidang dan memberi masukan penyempurnaan khususnya kesimpulan
disertasi, Bapak Dr. Luky Alfirman, selaku anggota Penguji, yang banyak memberi
masukan dari aspek ekonomi publik, Bapak Dr. B. Raksaka Mahi, selaku anggota
Penguji, yang banyak memberi saran dan masukan bagi perbaikan model, Bapak Dr.
Arindra A. Zainal, selaku anggota Penguji, yang memberi masukan perbaikan terutama
pada materi kesimpulan dan juga selaku Ketua Program yang banyak memberi
kemudahan bagi penyelesaian studi penulis. Selain itu, juga kepada Bapak Dr. Suahasil
Nazara dan Bapak Dr. Sugiharso Safuan yang memberi masukan penyempurnaan
proposal penulis pada saat ujian proposal.
       Bersekolah di UI pada awalnya tidak secara sengaja menjadi pilihan penulis.
Ketika pada tahun 2000, setelah menyelesaikan tugas mengembangkan proyek
Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) sebagai
bagian dari program Jaring Pengaman Sosial (JPS), penulis terdorong mengambil
kuliah setelah melihat sahabat penulis Hanggono T. Nugroho yang telah terlebih dahulu
menjadi mahasiswa program S-3 Ekonomi UI. Proses kuliah kemudian tidak seperti
yang saya bayangkan sebelumnya, ternyata terasa sangat menyenangkan ditengah tugas
dan beban kuliah yang berat terutama karena fakultas ekonomi UI terkenal dengan
pameo ‘sulit masuk apalagi keluarnya’. Kesenangan ini terutama disumbangkan oleh
keberadaan rekan-rekan program pascasarjana ekonomi angkatan 2000, yang sangat
kompak dan saling mendukung. Beberapa diantara teman-teman tersebut adalah Edy
Suratman, Djoni Hartono, ‘Mas Iwan’, Wildan, Tauhid, Pak Bambang, Esa, Ratna,
Syarkawi, Mawardi, Bintoro dan banyak lagi yang lain. Masa bersama mereka semua
menjadi bagian yang indah untuk dikenang.
       Bantuan rekan-rekan Angkatan 2000 yang mengingatkan penulis tentang tugas
dan ujian yang kadangkala terlupakan karena kesibukan penulis,        termasuk juga
meminjamkan catatan dan memberi penjelasan, sangat membantu melancarkan proses




                                                                                   ix
perkuliahan penulis. Tanpa bantuan dan dorongan mereka, masa-masa kuliah S-3 akan
terasa sangat kering dan bahkan mungkin disertasi ini tidak terwujud. Terima kasih atas
tahun-tahun yang penuh warna tersebut.
       Keeratan hubungan diantara rekan-rekan mahasiswa S-3 juga tentunya sangat
membantu proses penyelesaian perkuliahan. Masa-masa belajar bersama menghadapi
ujian preliminary sangat menyenangkan, bersama-sama kita saling mengisi kekurangan
masing-masing. Penulis yang sangat tertolong dalam proses ini, karena latar belakang
penulis yang bukan ekonomi menjadikan penulis sebagai ‘anak bawang’ dalam proses
persiapan tersebut. Beberapa diantara rekan S-3 tersebut diantaranya Edy Suratman,
Hanggono T. Nugroho, Sony, Pak Hasman, Willem, Andi Alfian, Beta, Jenny,
Widyono, Wanto, dan banyak lagi yang lain. Terselesaikannya disertasi ini melengkapi
kebersamaan kita yang menyenangkan tersebut.
       Proses awal penulisan disertasi ini merupakan langkah yang cukup berat,
terutama setelah penulis mengambil cuti selama 2 tahun berturut-turut, yang kemudian
disertai kesibukan penulis yang menyita waktu. Akan tetapi, rekan dan sahabat penulis
Djoni Hartono banyak mendorong penulis melalui sms, email bahkan kunjungan
langsung ke kantor, yang kemudian membangkitkan semangat penulis. Ide awal
disertasi ini banyak didukung oleh hasil diskusi penulis dengan Djoni. Termasuk dalam
proses ini juga penulis berhutang budi kepada Bapak Donny Azdan yang
memperkenankan untuk mengadopsi model CGE-nya. Proses selanjutnya juga tidak
kurang menariknya karena ternyata penyusunan model CGE sangat menyita waktu dan
pikiran, apalagi penyusun bertekad untuk melakukannya sendiri. Walaupun demikian
dalam proses ini, Djoni yang sedang menyelesaikan disertasi dan Dewi yang pada saat
yang bersamaan dalam tahap akhir penyelesaiaan tesisnya, banyak membantu penulis
untuk memahami model CGE sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan
model CGE air minum ini. Terima kasih penulis pada keduanya atas pengorbanan
waktunya. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih pada Pak Pipit dari BPS,
yang membantu penulis menyiapkan data SNSE Air Minum DKI Jakarta Tahun 2000.
Tanpa data tersebut, model CGE air minum DKI Jakarta tak mungkin terselesaikan.




                                                                                     x
Bekerja dan bersekolah ternyata bukan sesuatu yang mudah. Namun, dorongan
dan dukungan dari atasan, rekan sejawat, mitra kerja, dan sesama staf menjadikan
hidup lebih mudah. Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Herman Haeruman, yang pada saat itu selaku Deputi Regional Bappenas, dan Bapak
Max Pohan yang pada saat itu selaku Kepala Biro Peningkatan Kapasitas Daerah
Bappenas, yang memberi kesempatan penulis untuk mengikuti pendidikan S-3
Pascasarjana Ekonomi UI. Walaupun secara resmi sebenarnya penulis tidak mendapat
tugas belajar dari Bappenas, tetapi hal tersebut tidak mengurangi semangat
menyelesaikan perkuliahan. Kemudian di tengah proses perkuliahan, penulis berpindah
tugas ke Direktorat Permukiman dan Perumahan Bappenas, yang menjadikan penulis
lebih sibuk lagi terutama dengan tugas baru untuk juga menjadi anggota Pokja AMPL.
Kerelaan dan dorongan Bapak Basah Hernowo selaku atasan penulis memberi
kesempatan menyelesaikan sekolah sangat membantu mempercepat terselesaikannya
disertasi ini. Tentunya termasuk juga kerelaan dan dorongan semangat kadang disertai
‘sindiran kapan selesainya’ dari rekan-rekan kantor Nugroho Tri Utomo, Pungki
Sumadi, Bastary Pandji Indra, Salusra ‘Ilus’ Widya, Anti, Ita, Nurul, Andre, Mbak Mia,
Sali yang ternyata memicu semangat penulis. Sindiran membawa berkah.
       Sebagian besar waktu penulisan disertasi ini dilakukan di kantor sekretariat
Pokja AMPL. Pada beberapa kesempatan ketika sedang sibuk sekali, terpaksa penulis
meminta bantuan rekan-rekan staf sekretariat Pokja. Untuk itu, terima kasih buat Rudi
yang membantu merapikan grafik, Meddy, Adi, Puput yang merapikan tampilan narasi,
Agus Suhada yang ketambahan tugas mengantar rancangan disertasi dan undangan ke
pembimbing dan penguji, Andri yang selalu setia menemani ketika penulis begadang di
kantor, Aini yang sibuk menghubungi pusat bahasa Depdiknas dalam rangka perbaikan
tata bahasa disertasi ini, dan Reski yang membaca seluruh naskah disertasi sebelum
dijilid. Terima kasih juga atas kesabaran semua staf sekretariat Pokja AMPL dan
WASPOLA yang sedikit terganggu ritme kerjanya oleh kesibukan penulis
menyelesaikan disertasi.
       Keterlibatan dalam Pokja AMPL yang intensif dalam 3 tahun terakhir memberi
inspirasi penulis untuk mengambil topik disertasi ini. Air minum belum menjadi




                                                                                    xi
perhatian pengambil keputusan. Menjadikan air minum sebagai topik disertasi
merupakan upaya penulis untuk meningkatkan profil air minum di Indonesia.
Disamping itu, kekompakan dan kegembiraan yang selalu penulis rasakan selama
bergabung dengan Pokja AMPL secara tidak langsung juga mendorong penulis
menyumbang pemikiran bagi sektor air minum dan penyehatan lingkungan. Dorongan
dan pengertian dari rekan-rekan anggota Pokja AMPL untuk menyelesaikan disertasi
ini sangat terasa terutama kerelaan rekan pokja untuk sedikit terbebani tugas rutin pokja
yang seharusnya menjadi porsi saya, sangat saya hargai.
       Dalam proses penetapan hari sidang, maupun proses administrasi lainnya,
penulis sangat merasakan dukungan dari sekretariat program pascasarjana ekonomi UI
khususnya bantuan dari Mirna. Tak lupa Ibu Niken, Sekretaris Pak Prijono di
Jamsostek, juga sangat berperan membantu dalam proses penentuan waktu sidang
tertutup, yang dapat terlaksana ditengah-tengah kepulangan Pak Pri dari Jepang untuk
keperluan RUPS Jamsostek. Terima kasih atas bantuan yang diberikan.
       Salah satu hal yang menjadi prioritas dalam hidup penulis adalah dapat
membahagiakan orang tua. Penulis berharap, terselesaikannya disertasi ini dapat
melengkapi kebahagian bagi Ibu Mungkasa, nenek penulis, yang selalu berpuasa setiap
kali penulis dapat melewati ujian, Bapak dan Mama yang selalu berdoa bagi
keberhasilan penulis, adik-adik penulis yang selalu mendorong dan membantu dikala
penulis sedang butuh bantuan, serta Mertua penulis yang selalu menemani cucunya di
rumah ketika penulis harus berkutat dengan tugas sekolah. Semuanya pengorbanan
tersebut sangat penulis hargai.
       Terakhir, yang paling utama bagi penulis adalah adanya dorongan dan
dukungan dari istriku Verosya ‘Ade’ Zaina dan anakku Fakhrie Fadhlullah Mungkasa
yang dengan sabar menunggu penulis dapat menyelesaikan sekolah S-3 ini. Setelah ini,
Insya Allah tidak ada lagi hari-hari sibuk di akhir pekan.
                                                                  Depok, Agustus 2006.




                                                                       Oswar Mungkasa




                                                                                      xii
DAFTAR ISI


                                                                                                                       Hal

RINGKASAN ......................................................................................................       iii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................              viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................     xiii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................           xvii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................              xxi
DAFTAR KOTAK …………………………………………………………........                                                                            xxvi
DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………...........                                                                        xxvii

BAB I          PENDAHULUAN
               1.1     Latar Belakang …………………………………………..........                                                       1
               1.2     Masalah Penelitian ……………………………………………                                                            5
               1.3     Tujuan dan Hipotesis Penelitian ………………………………                                                    6
               1.4     Manfaat dan Kontribusi Penelitian ……………………………                                                   9
               1.5     Pendekatan dan Ruang Lingkup Penelitian …………………..                                               10
               1.6     Sistematika Penulisan …………………………………………                                                          12

BAB II         KONDISI SEKTOR AIR MINUM DKI JAKARTA
               2.1     Gambaran Umum DKI Jakarta ……………………………….                                                         14
                       2.1.1      Administrasi ………………………………………….                                                       14
                       2.1.2      Kependudukan ……………………………………….                                                        14
               2.2     Kondisi Perekonomian DKI Jakarta …………………………                                                     15
                       2.2.1      Pangsa dan Pertumbuhan Sektor Ekonomi …………..                                         15
                       2.2.2      Pendapatan per Kapita ……………………………….                                                  17
                       2.2.3      Tingkat Kemiskinan ………………………………….                                                    17
                       2.2.4      Distribusi Pendapatan ………………………………..                                                 19
                       2.2.5      Kebijakan Sektor Air Minum DKI Jakarta …………..                                        21
                       2.2.6      Pola Penyediaan Air Minum di DKI Jakarta …………                                        21
               2.3     Perkembangan dan Rencana Pengembangan Penyediaan Air
                       Minum DKI Jakarta ………………………………………….                                                             22
                       2.3.1      Praprivatisasi Pengeloalaan Air Minum DKI Jakarta .                                  22

                       2.3.2 Privatisasi Pengelolaan Air Minum DKI Jakarta …….                                         26



                                                                                                                     xiii
Hal
                2.3.3   Kinerja Pengelolaan Air Minum DKI Jakarta Setelah
                        Privatisasi ……………………………………………...                        28
                2.3.4   Sistem Distribusi Pelayanan Air Minum Nonperpipaan      33
                2.3.5 Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi
                      Energi untuk Penyediaan Prasarana Air Bersih ………..        34

BAB III   PENYEDIAAN AIR MINUM, PERTUMBUHAN EKONOMI,
          DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN: SUATU TINJAUAN
          PUSTAKA
          3.1   Karakteristik Air Minum ……………………………………….. 36
          3.2   Penyediaan Air Minum (Publik, Swasta, Penyedia Skala Kecil)
                dan Penanggulangan Kemiskinan ………………………………                      38
                3.2.1   Penyediaan Air Minum oleh Pemerintah dan Privatisasi    38
                3.2.2   Privatisasi Air Minum dan Penanggulangan Kemiskinan     42
          3.3   Penyedia Air Minum Skala Kecil: Salah Satu Alternatif ………       48
                3.3.1   Keterbatasan Penyediaan Air Minum Skala Besar ……..      48
                3.3.2   Kategori Penyedia Air Minum Skala Kecil …………….          49
                3.3.3   Peran Penyedia Air Minum Skala Kecil ……………….            50
                3.3.4   Beberapa Pengalaman Pengelolaan …………………….               51
                3.3.5   Masa Depan Pelayanan Air Minum Skala Kecil ……....       53
          3.4   Kaitan Pembangunan Air Minum terhadap Kemiskinan,
                Distribusi Pendapatan, dan Pertumbuhan Eonomi …………….            54
                3.4.1   Pembangunan Air Minum dan Kemiskinan ……………              54
                3.4.2   Pembangunan Air Minum dan Pertumbuhan Ekonomi ..        60
                3.4.3   Pembangunan Air Minum dan Kesenjangan …………...           61
          3.5   Pertumbuhan Pro Poor …………………………………………                           61
          3.6   Rangkuman …………………………………………………….                                 63


BAB IV    PEMODELAN DAMPAK INVESTASI AIR MINUM
                                                                                67
          4.1   Teori Keseimbangan Umum …………………………………...
                                                                                68
          4.2   Model Komputasi Keseimbangan Umum (CGE) ……………...
                                                                                68
                4.2.1   Prinsip dan Kerangka Dasar ……………………………




                                                                               xiv
Hal


              4.2.2     Model Standar Komputasi Keseimbangan Umum …….                                      69
        4.3 Model CGE Air Minum DKI Jakarta ………………………….                                                    82
              4.3.1 Kebutuhan Data …………………………………..........                                                 82
              4.3.2     Penyesuaian SNSE dalam Model CGE ………………..                                          82
              4.3.3 Beberapa Prinsip Dasar ………………………………..                                                  84
              4.3.4 Aktor dan Perilakunya ………………………………....                                                 84
              4.3.5     Variabel dan Skalar …………………………………….                                                89
              4.3.6     Persamaan Model ……………………………………...                                                  89
        4.4 Perubahan Kesejahteraan ……………………………………...                                                      98


BAB V   SKENARIO KEBIJAKAN DAN HASIL SIMULASI
        5.1   Validasi Model CGE ..................................................................        100
        5.2   Skenario Simulasi .......................................................................    100
        5.3   Hasil Simulasi ………………………………………………….                                                          109
              5.3.1 Simulasi I: Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan                                  109
              5.3.2 Simulasi II: Peningkatan Investasi Air Minum Non
                        Perpipaan ………………………………………………                                                       111
              5.3.3 Simulasi III: Penyediaan Subsidi dari Peningkatan
                    Pajak Air Minum ………………..……………………..
                                                                                                           112
              5.3.4 Simulasi IV: Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ……..
                                                                                                           118
              5.3.5     Simulasi V: Peningkatan Investasi Air Minum
                        Perpipaan dan Penyediaan Subsidi dari Pajak Air
                        Minum Perpipaan ………………………………………                                                    120
              5.3.6     Simulasi VI: Peningkatan Investasi Air Minum
                        Perpipaan dan Penyediaan Subsidi dari Dana
                        Pemerintah Pusat …......................................…………..                     126
        5.4   Rangkuman …………………………………………………….                                                              132
              5.4.1     Pertumbuhan Ekonomi …………………………………                                                  132
              5.4.2     Distribusi Pendapatan ………………………………….                                               146
              5.4.3     Kelompok Penerima Manfaat ………………………….                                              154
              5.4.4 Pertumbuhan Pro Poor ………………………………...                                                   154



                                                                                                          xv
Hal


BAB VI        KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
              6.1     Kesimpulan …………………………………………………..                                                               157
              6.2     Rekomendasi ……………..…………………………………..                                                             160
              6.3 Beberapa Catatan …………………………………………….                                                                164
                      6.3.1     Kelebihan dan Kekurangan Model CGE …………….                                            164
                      6.3.2     Kelemahan Model CGE Air Minum DKI Jakarta …...                                       166
              6.4     Studi Lanjutan ………………………………………………..                                                            168


DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..                                                                              169
Lampiran 1             Konsep dan Definisi …………………………………………..                                                        181
Lampiran 2             Fungsi Penting dalam Model CGE …………………………..                                                   185
Lampiran 3             Sistem Neraca Sosial Ekonomi ……………………………….                                                    187
Lampiran 4             Sistem Neraca Sosial Ekonomi DKI Jakarta 2000 (45x45,
                       Jutaan Rupiah) ...........................................................................    193
Lampiran 5             Penyesuaian Sistem Neraca Sosial Ekonomi DKI Jakarta 2000                                     196
Lampiran 6             Deklarasi Indeks ........................................................................     203
Lampiran 7             Ukuran Distribusi Pendapatan ..................................................               206
BIOGRAFI SINGKAT ........................................................................................            208




                                                                                                                    xvi
DAFTAR TABEL

                                                                             hal

Tabel 1.1    Cakupan Layanan Air Minum di Jakarta Tahun 2002 (dalam
             persen) ……………………………………………………………..                               4
Tabel 2.1    Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta Tahun
             1980-2004 ………………………………………………………… 15
Tabel 2.2    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta Tahun
             2000 dan 2003 (Berdasar Harga Konstan 1993) dalam Rp. Juta …. 16
Tabel 2.3    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita DKI Jakarta
             Periode 1996-2003 ………………………………………………... 17
Tabel 2.4    Jumlah Penduduk Miskin DKI Jakarta Tahun 1996, 2000 dan 2003 18
Tabel 2.5    Distribusi Pendapatan per Kapita DKI Jakarta Menurut Golongan
             Rumah Tangga, Tahun 2000 ……………………………………....                     19
Tabel 2.6    Distribusi Pendapatan per Kapita DKI Jakarta Menurut Golongan
             Rumah Tangga Tahun 2000 ……………………………………....                      20
Tabel 2.7    Target Teknis Tahun 1998-2002 …………………………………..                   27
Tabel 2.8    Rencana Investasi PT. Thames PAM Jaya dan PT. PAM
             Lyonnaise Jaya, 1998-2002………………………………………... 28
Tabel 2.9    Kinerja Privatisasi Pengelolaan Air Minum DKI Jakarta Tahun
             2004 ………………………………………………………………… 29
Tabel 2.10   Cakupan Layanan Air Minum di Jakarta Tahun 2002 …………...... 29
Tabel 2.11   Klasifikasi Rumah Tangga Berdasar Sumber Air Minum Tahun
             2003 ………………………………………………………………… 30
Tabel 2.12   Peningkatan Layanan Air Minum bagi Penduduk Miskin di Jakarta
             (1998-2002) ……………………………………………………….. 31
Tabel 2.13   Sistem Tarif Air Minum DKI Jakarta, Tahun 2005 ……………….. 32
Tabel 2.14   Realisasi Dana Program Subsidi Energi Air Bersih (SE-AB) Tahun
             2001-2004 …………………………………………………………. 35
Tabel 3.1    Rangkuman Kaitan Ekonomi Makro antara Peningkatan Partisipasi
             Swasta dalam Pembangunan Infrastruktur dan Kesejahteraan
             Penduduk Miskin .........……………………………………………. 43
Tabel 3.2    Rangkuman Kaitan Ekonomi Mikro antara Peningkatan Partisipasi
             Swasta dalam Pembangunan Infrastuktur dan Kesejahteraan
             Penduduk Miskin …………………….……………………………. 45




                                                                             xvii
DAFTAR TABEL


                                                                                                        hal

Tabel 3.3   Model Kemitraan Pemerintah Swasta yang Potensial Melayani
            Penduduk Miskin …..…………………………………………….... 47
Tabel 3.4   Tipe dan Karakteristik Penyedia Air Minum Skala Kecil . .............. 50
Tabel 3.5   Perbandingan Harga Air Minum Penjaja Keliling dan Perpipaan di
            Kota Besar Dunia .……………………………………………….... 56
Tabel 3.6   Proporsi Pengeluaran Air Minum Rumah Tangga Miskin Perkotaan 57
Tabel 4.1   Struktur Dasar SAM pada Model CGE …………………………..... 69
Tabel 4.2   Penyesuaian Klasifikasi SNSE DKI Jakarta Tahun 2000 Ukuran
            103x103 ..…………………………………………………………… 83
Tabel 4.3   Persamaan Produksi …………………….………………………….. 91
Tabel 4.4   Persamaan Ekspor dan Impor ………….………………………….. 92
Tabel 4.5   Persamaan Modal ………………………………………………….. 93
Tabel 4.6   Persamaan Pendapatan …………………….………………………. 94
Tabel 4.7   Persamaan Pengeluaran ……………………………………………. 96
Tabel 4.8   Persamaan Kliring Pasar …………………………………………… 97
Tabel 5.1   Skenario Simulasi I dan II …………………………………………. 106
Tabel 5.2   Skenario Simulasi III ..……………………………………………... 106
Tabel 5.3   Skenario Simulasi IV ………………………….…………………... 106
Tabel 5.4   Skenario Simulasi V ......................................................................... 106
Tabel 5.5   Skenario Simulasi VI ....................................................................... 107
Tabel 5.6   Perubahan PDRB dan Pendapatan Rumah Tangga berdasar
            Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan …………………….... 110
Tabel 5.7   Perubahan PDRB dan Pendapatan Rumah Tangga berdasar
            Peningkatan Investasi Air Minum Non Perpipaan …..…………….. 111
Tabel 5.8   Pengaruh Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan terhadap
            Indikator Ekonomi .............…….…………………………………..
                                                                                                114
Tabel 5.9   Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar
            Skenario Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum
            Perpipaan ………………................................................................... 117




                                                                                                       xviii
DAFTAR TABEL
                                                                                                                    hal

Tabel 5.10   Perubahan PDRB dan Pendapatan Rumah Tangga berdasar
             Penyediaan Subsidi dari Pemerintah Pusat ...............……………… 119
Tabel 5.11   Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar
             Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 10 Persen
             dan Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum
             Perpipaan...........................................................................................   121
Tabel 5.12   Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar
             Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 25 Persen
             dan Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum
             Perpipaan ………………………………………………………….                                                                      123
Tabel 5.13   Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar
             Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 50 Persen
             dan Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum
             Perpipaan …………………………………………………………..                                                                     125
Tabel 5.14   Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar
             Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 10 Persen
             dan Penyediaan Subsidi dari Pusat ..………………………………. 127
Tabel 5.15   Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar
             Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 25 Persen
             dan Penyediaan Subsidi dari Pusat ..………………………………. 129
Tabel 5.16   Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar
             Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 50 Persen
             dan Penyediaan Subsidi dari Pusat ..………………………………. 131
Tabel 5.17   Rekapitulasi Pertumbuhan Ekonomi Simulasi Peningkatan
             Investasi Air Minum …….…………………………….................... 133
Tabel 5.18   Rekapitulasi Pertumbuhan Ekonomi Simulasi Subsidi ………….. 138
Tabel 5.19   Rekapitulasi Pertumbuhan Ekonomi Simulasi Investasi Air Minum
             Perpipaan dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum ………. 144
Tabel 5.20   Rekapitulasi Pertumbuhan Ekonomi Simulasi Investasi Air Minum
             Perpipaan dan Subsidi dari Pemerintah Pusat …………………….. 145
Tabel 5.21   Rekapitulasi Distribusi Pendapatan Simulasi Peningkatan Investasi
             Air Minum …………………………………………………………. 146




                                                                                                                    xix
DAFTAR TABEL
                                                                                                 hal

Tabel 5.22   Rekapitulasi Dampak Subsidi terhadap Distribusi Pendapatan .......                  149
Tabel 5.23   Rekapitulasi Distribusi Pendapatan Simulasi Investasi Air Minum
             Perpipaan dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum .............                152
Tabel 5.24   Rekapitulasi Distribusi Pendapatan Simulasi Investasi Air Minum
             Perpipaan dan Subsidi dari Pemerintah Pusat ..................................      153
Tabel 5.25   Rekapitulasi Pertumbuhan Pro Poor ...............................................   156




                                                                                                  xx
DAFTAR GAMBAR


                                                                                                                 hal


Gambar 2.1   PDRB DKI Jakarta 2000-2003 Harga Konstan 1993 …………...                                               15
Gambar 2.2   Pertumbuhan PDRB/Kapita DKI Jakarta Harga Konstan 1993
             Tahun 1996-2002 ………………………………………………..                                                                16
Gambar 2.3   Penyebaran Penduduk Miskin DKI Jakarta Tahun 1996, 2000,
             2003 …...........................................................................................   18
Gambar 2.4   Distribusi Pendapatan DKI Jakarta 2000 ……………………......                                               20
Gambar 2.5   Produksi dan Air Terjual PAM Jaya 1993-1997 ………………..                                                24
Gambar 2.6   Penerimaan dan Biaya Operasional PAM Jaya 1993-1997 ……..                                            24
Gambar 2.7   Jumlah Sambungan PAM Jaya 1993-1997 ……………………..                                                      25
Gambar 2.8   Sistem Jaringan Pipa Distribusi Air Minum DKI Jakarta ……….                                          25
Gambar 2.9   Distribusi Air Minum Nonperpipaan dari Sumber Air Minum
             Perpipaan Tahun 2005 …………………………………………..                                                             33
Gambar 3.1   Pengaruh Ketersediaan Air Minum terhadap Beragam Dimensi
             Kemiskinan ……………………………………………………...                                                                  55
Gambar 3.2   Jalur Utama Penularan Penyakit melalui Air …………………....                                              58
Gambar 3.3   Kebijakan, Pertumbuhan, Perubahan Distribusi dan Penurunan
             Kemiskinan …………………………………................................                                            63
Gambar 4.1   Struktur Dasar Model CGE ............................................................ 70
Gambar 4.2   Teknologi Produksi …..…………………………………………. 71
Gambar 4.3   Aliran Komoditas yang Dipasarkan ……………………………..                                                      75
Gambar 4.4   Struktur Fungsi Sektor Produksi ………………………………...                                                     77
Gambar 4.5   Struktur Fungsi Konsumsi ……………………………………....                                                         81
Gambar 4.6   Keterkaitan Antarsektor dalam Wilayah ………………………...                                                  88
Gambar 4.7   Struktur Fungsi Sektor Produksi ………………………………...                                                     90
Gambar 5.1   Bagan Alir Skenario Simulasi ..........................………………….. 105
Gambar 5.2   Bagan Alir Simulasi ....................................................................... 108




                                                                                                                      xxi
DAFTAR GAMBAR

                                                                                                           hal


Gambar 5.3        Pertumbuhan Ekonomi dan Rasio Gini Skenario Peningkatan
                  Investasi Air Minum Perpipaan ..………………………………..                                           110
Gambar 5.4        Peningkatan Pendapatan per Kapita Skenario Peningkatan
                  Investasi Air Minum Perpipaan .........................…………..........                    110
Gambar 5.5        Pangsa Pendapatan per Kelompok RT Miskin Skenario
                  Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan ................................               110
Gambar 5.6        Pertumbuhan Ekonomi dan Rasio Gini Skenario Peningkatan
                  Pajak Air Minum Perpipaan Bersumber dari Pajak …………....... 112
Gambar 5.7        Perubahan Pendapatan RT berdasar Skenario Peningkatan Pajak
                  Air Minum Perpipaan.................................…………..…………..                         112
Gambar 5.8        Pertumbuhan Ekonomi Skenario Subsidi dari Peningkatan Pajak
                  Air Minum Perpipaan ..................................................................   117
Gambar 5.9        Rasio Gini Skenario Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum
                  Perpipaan ……………..………………………………………….                                                       117
Gambar 5.10 Perubahan Pendapatan RT berdasar Penyediaan Subsidi dari
            Peningkatan Pajak Air Minum ...................................................... 117
Gambar 5.11 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Subsidi dari Pemerintah Pusat . 119
Gambar 5.12 Rasio Gini Skenario Subsidi dari Pemerintah Pusat .................…. 119
Gambar 5.13 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Subsidi
            dari Pemerintah Pusat .................................................................... 119
Gambar 5.14 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (10%) dan Subsidi
            dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ………….............. 121
Gambar 5.15 Rasio Gini Skenario Investasi (10%) dan Subsidi dari
            Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ………..……………... 121
Gambar 5.16 Perubahan Pendapatan RT/Kapita Skenario Investasi (10%) dan
            Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum .....................……...                        121
Gambar 5.17 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (25%) dan Subsidi
            dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan …………….......... 123
Gambar 5.18 Rasio Gini Skenario Investasi (25%) dan Subsidi dari
            Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ………..………......…. 123
Gambar 5.19 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita Skenario Investasi (25%)
            dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum .………….......... 123




                                                                                                            xxii
DAFTAR GAMBAR

                                                                                                 hal

Gambar 5.20 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (50%) dan Subsidi
            dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ..............................            125
Gambar 5.21 Rasio Gini Skenario Investasi (50%) dan Subsidi dari
            Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ………..………..…….                                  125
Gambar 5.22 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Investasi
            (50%) dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum .………… 125
Gambar 5.23 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (10%) dan Subsidi
            dari Dana Pemerintah Pusat ........................................................... 127
Gambar 5.24 Rasio Gini Skenario Investasi (10%) dan Subsidi dari Dana
            Pemerintah Pusat ………..……………………………………...                                              127
Gambar 5.25 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Investasi
            (10%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat .………………                                 127
Gambar 5.26 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (25%) dan Subsidi
            dari Dana Pemerintah Pusat ………………………………........... 129
Gambar 5.27 Rasio Gini Skenario Investasi (25%) dan Subsidi dari Dana
            Pemerintah Pusat ………..……………………………………...                                              129
Gambar 5.28 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Investasi
            (25%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ………………...                               129
Gambar 5.29 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (50%) dan Subsidi
            dari Dana Pemerintah Pusat ………………………………........... 131
Gambar 5.30 Rasio Gini Skenario Investasi (50%) dan Subsidi dari Dana
            Pemerintah Pusat ………..……………………………………...                                              131
Gambar 5.31 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Investasi
            (50%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ………………...                               131
Gambar 5.32 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 133
Gambar 5.33 Keterkaitan Investasi Air Minum dengan Pertumbuhan Ekonomi
            dan Distribusi Pendapatan (Simulasi I dan II) ............................... 137
Gambar 5.34 Dampak Subsidi terhadap Pertumbuhan Ekonomi .......................                  138
Gambar 5.35 Keterkaitan Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan dengan
            Distribsui Pendapatan dan Pertumbuhan Ekonomi ......................                 139




                                                                                                   xxiii
DAFTAR GAMBAR                                                            hal



Gambar 5.36 Keterkaitan Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan yang
            Dialokasikan untuk Subsidi dengan Distribusi Pendapatan dan
            Pertumbuhan Ekonomi (Simulasi III) ............................................ 141
Gambar 5.37 Keterkaitan Peningkatan Transfer Dana Pusat yang Dialokasikan
            untuk Subsidi terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Distribusi
            Pendapatan (Simulasi IV) ..............................................................
                                                                                                    141
Gambar 5.38 Keterkaitan Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan dan
            Subsidi terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Distribusi
            Pendapatan (Simulasi V - VI) ........................................................ 141
Gambar 5.39 Dampak Investasi 10% dan Subsidi dari Pajak Air Minum
            terhadap Pertumbuhan Ekonomi …………………………...……. 144
Gambar 5.40 Dampak Investasi 25% dan Subsidi dari Pajak Air Minum
            terhadap Pertumbuhan Ekonomi …………………………..…….                                                       144
Gambar 5.41 Dampak Investasi 50% dan Subsidi dari Pajak Air Minum
            terhadap Pertumbuhan Ekonomi ……………………………..….                                                       144
Gambar 5.42 Dampak Investasi 10% dan Subsidi dari Pusat terhadap
            Pertumbuhan Ekonomi ………………………..............................                                        145
Gambar 5.43 Dampak Investasi 25% dan Subsidi dari Pusat terhadap
            Pertumbuhan Ekonomi …………………………………..............                                                    145
Gambar 5.44 Dampak Investasi 50% dan Subsidi dari Pusat terhadap
            Pertumbuhan Ekonomi …………………………………..............                 145
Gambar 5.45 Dampak Investasi Air Minum terhadap Distribusi Pendapatan ..... 146
Gambar 5.46 Dampak Subsidi dari Pajak Air Minum Perpipaan terhadap
            Distribusi Pendapatan ....................................................................         150
Gambar 5.47 Dampak Subsidi dari Pemerintah Pusat terhadap Distribusi
            Pendapatan .....................................................................................   150
Gambar 5.48 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (10%) dan Subsidi dari
            Pajak Air Minum Perpipaan terhadap Distribusi Pendapatan .......                                   152
Gambar 5.49 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (25%) dan Subsidi dari
            Pajak Air Minum Perpipaan terhadap Distribusi Pendapatan .......                                   152
Gambar 5.50 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (50%) dan Subsidi dari
            Pajak Air Minum Perpipaan terhadap Distribusi Pendapatan .......                                   152




                                                                                                                xxiv
DAFTAR GAMBAR
                                                                                                            hal


Gambar 5.51 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (10%) dan Subsidi dari
            Pemerintah Pusat terhadap Distribusi Pendapatan ........................                        153
Gambar 5.52 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (25%) dan Subsidi dari
            Pemerintah Pusat terhadap Distribusi Pendapatan ........................                        153
Gambar 5.53 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (50%) dan Subsidi dari
            Pemerintah Pusat terhadap Distribusi Pendapatan .......................                         153
Gambar 5.54 Pertumbuhan Pro Poor Simulasi Investasi Air Minum Perpipaan
            dan Subsidi ..................................................................................... 154




                                                                                                              xxv
DAFTAR KOTAK


                                                  hal

Kotak 4.1   Hukum Walras ……………………………………………………..   67




                                                  xxvi
DAFTAR SINGKATAN


ADB         =   Asian Development Bank
APF         =   Aggregate Production Function
Bappenas    =   Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BBM         =   Bahan Bakar Minyak
BOT         =   Build Operate Transfer
Bodetabek   =   Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi
BPS         =   Badan Pusat Statistik
CES         =   Constant Elasticity of Substitution
CET         =   Constant Elasticity of Transformation
CGE         =   Computable General Equilibrium
CPI         =   Costumer Price Index
DKI         =   Daerah Khusus Ibukota
FOC         =   First Order Condition
FGT         =   Foster-Greer-Thorbecke
HU          =   Hidran Umum
KK          =   Kepala Keluarga
LES         =   Linear Expenditure System
LSM         =   Lembaga Swadaya Masyarakat
MCK         =   Mandi, Cuci, Kakus
MDG         =   Millenium Development Goals
MPS         =   Marginal Propensity to Save
PAM Jaya    =   Perusahaan Air Minum Jakarta Raya
PDAM        =   Perusahaan Daerah Air Minum
PDB         =   Produk Domestik Bruto
PDRB        =   Produk Domestik Regional Bruto
PP          =   Peraturan Pemerintah
PPD-PSE     =   Program Penanggulangan Dampak Pengurangan
                Subsidi Energi
PT          =   Perusahaan Terbatas



                                                            xxvii
PTO     =   Penyesuaian Tarif Otomatis
ROW     =   Rest of the World
RT      =   Rumah Tangga
SAM     =   Social Accounting Matrix
SE-AB   =   Subsidi Energi-Air Bersih
SIPAS   =   Sistem Penyediaan Air Bersih Sederhana
SNSE    =   Sistem Neraca Sosial Ekonomi
TA      =   Terminal Air
TFP     =   Total Factor Production
TK      =   Tenaga Kerja
TPJ     =   Thames Pam Jaya
UGM     =   Universitas Gajah Mada
USD     =   United State Dollar
VA      =   Value Added
WHO     =   World Health Organization
WTP     =   Water Treatment Plant




                                                     xxviii
BAB I
                                       PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

        Memasuki Milenium baru, hampir setengah dari total penduduk dunia
bertempat tinggal di daerah perkotaan1. Percepatan pertambahan penduduk perkotaan
melampaui kemampuan pemerintah dalam menyediakan kebutuhan dasar penduduk.
Akibatnya, sejumlah penduduk mengalami kesulitan mendapatkan kebutuhan dasar
untuk perumahan, air minum2, sanitasi, kesehatan, pekerjaan dan pendidikan.
Mendekati 1,3 miliar penduduk dunia di negara berkembang, mayoritas penduduk
miskin, kekurangan akses terhadap kecukupan air.
        Dampak ketidakcukupan air dan sanitasi terutama dirasakan oleh penduduk
miskin. Akibat kualitas air minum yang tidak memadai,                     penduduk miskin kota
menanggung dampak berupa berjangkitnya penyakit diare dan kolera3 yang
mengharuskan mereka mengeluarkan dana untuk obat dan perawatan medis. Lebih
lanjut, hal itu mengakibatkan anak-anak tidak sekolah, dan orang dewasa kehilangan
waktu kerja. Akibatnya, selain berdampak pada besarnya pengeluaran untuk membeli
air, kurangnya akses ke air minum yang memadai, aman, terjangkau juga berdampak
langsung pada penghidupan dan pendapatan penduduk miskin kota4.



1
   Pada tahun 2015, penduduk perkotaan akan bertambah dua kali lipat sehingga mencapai 3,5 miliar
penduduk. Selain itu, 1 dari 5 penduduk akan berlokasi di kota besar berpenduduk lebih dari 10 juta
dibanding 1 dari 9 saat ini (Dasgupta, 2002) Sementara sekitar 95 persen dari pertambahan penduduk
perkotaan tersebut akan berlokasi di negara berkembang dan separuhnya merupakan penduduk miskin,
serta bertempat tinggal di daerah kumuh (Annez, 1996).
2
  Definisi air minum yang dipergunakan adalah air minum rumah tangga baik yang langsung dapat
diminum maupun yang masih perlu diolah, yang berasal dari sumber yang aman dari
pencemaran.Pengertian air minum disini sama dengan istilah air bersih yang sering dipergunakan
ditambah dengan air yang langsung bias diminum tetapi tidak termasuk air kemasan maupun air isi
ulang.
3
  Diperkirakan 10 ribu penduduk meninggal setiap hari disebabkan penyakit terkait air dan sanitasi dan
ribuan lainnya menderita.
4
   Penghidupan dan pendapatan penduduk diartikan sebagai kemampuan terlibat dalam kegiatan
menghasilkan uang, pendapatan dari kegiatan tersebut, dan pengeluaran yang ditimbulkannya.


                                                                                                  1
Ketika penduduk termiskin tidak mendapat akses ke air sistem perpipaan, air
dari penyedia air minum skala kecil (small scale water provider)                           atau air
nonperpipaan5 menjadi alternatifnya. Besarnya tarif air minum nonperpipaan
mengakibatkan biaya yang dikeluarkan menjadi jauh lebih mahal, sehingga
ketidaktersediaan air minum menjadi salah satu penentu utama tingkat kemiskinan bagi
sebagian besar rumah tangga. Sebagai contoh, Okun (1988) memperkirakan bahwa
rumah tangga miskin yang tidak terlayani oleh sistem perpipaan menghabiskan sekitar
10-30 persen dari pendapatannya untuk kebutuhan air, sementara rumah tangga kaya
umumnya hanya mengeluarkan kurang dari dua persen (Satterwaithe,                            1998)6.
Akibatnya, air diperoleh dengan biaya mahal dalam jumlah jauh dari kebutuhan
normal. Jadi, ketika kebutuhan air minum penduduk miskin terpenuhi, mereka terpaksa
membayar dengan harga yang jauh lebih mahal7.
         Hal ini kemudian berujung pada penurunan kualitas hidup, pengurangan
produktivitas, penambahan beban biaya kesehatan, dan polusi lingkungan yang tak
terhindarkan. Keseluruhannya mengarah pada peningkatan kemiskinan di perkotaan.
Diperkirakan pada tahun 2010 penduduk miskin perkotaan mencapai sekitar 47 persen
dari total penduduk miskin Indonesia, meningkat dari sekitar 38 persen pada tahun
2000 (Dasgupta, 2002).
        Segala keuntungan dari keberadaan kota menjadi terhalangi oleh merebaknya
kemiskinan di perkotaan. Mexico City, Beijing, dan Jakarta merupakan contoh nyata
dengan permasalahan tidak memadainya akses air minum, khususnya bagi penduduk
miskin (Black, 1996). Kondisi ini mempengaruhi langsung sebagian penduduk, tetapi
pada akhirnya secara tidak langsung dapat berdampak pada keseluruhan kota.


5
  Secara umum disepakati bahwa kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai penyedia air minum skala
kecil ketika (i) melaksanakan kegiatan dengan menggunakan pegawai dalam jumlah kecil; (ii)
melaksanakan kegiatan berdasar prinsip pemulihan biaya dan orientasi keuntungan; (iii) menggunakan
modal sendiri tanpa bantuan dari pemerintah dan LSM; (iv) menyediakan air minum merupakan
kegiatan utamanya (Conan, 2002).
6
  Pada negara industri, pengeluaran air berkisar 0,5 sampai dua persen dari pendapatan rata-rata (1,3
persen di Jerman dan Belanda, 1,2 persen di Perancis) dan air minum dianggap mahal ketika
pengeluaran melampaui tiga persen dari pendapatan rata-rata penduduk (Water Academy, 2004).
7
   Sebagai gambaran, berdasar data Water Supply and Sanitation Collaborative Council (1999), tarif
penjaja air keliling pada beberapa kota besar di negara berkembang mencapai sekitar 5 sampai 20 kali
dari tarif air minum perpipaan.


                                                                                                 2
Kemampuan mengatasi kondisi ini akan menentukan kelangsungan kota dan
perekonomian. Hal ini didasari pada pertimbangan dampak utama pengurangan
kemiskinan di perkotaan tidak hanya pada penduduk miskin, tetapi terjadi juga pada
keseluruhan penduduk kota, dalam hal (i) mengurangi ketimpangan sosial, (ii)
menghindari masalah lingkungan dan kesehatan skala besar, (iii) mendorong
pembangunan ekonomi lokal, (iv) membantu pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketimpangan sosial dapat mengarah pada ketegangan sosial yang bermuara pada
benturan antarkelompok. Masalah kesehatan dan lingkungan pada daerah kumuh dapat
berdampak pada keseluruhan kota seperti merebaknya diare, kolera, demam berdarah.
Ketidakcukupan air dan sanitasi dapat berdampak pada penurunan kualitas air
permukaan dan air tanah dangkal. Perkembangan ekonomi lokal dapat membantu
meningkatkan kondisi kehidupan penduduk miskin sehingga mendukung produktifitas
dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan kota yang baik akan mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi nasional, karena kota berfungsi sebagai pusat pertumbuhan
(Baharoglu, 2000)
        Jakarta sebagai salah satu kota yang dalam waktu dekat akan menjadi
megacity8, juga mengalami masalah dengan akses air minum, khususnya bagi penduduk
miskin. Meningkatnya urbanisasi menyebabkan peningkatan kebutuhan layanan
infrastruktur termasuk air minum. Pada tahun 1996, sebelum privatisasi penyediaan air
minum9, cakupan pelayanan air minum di Jakarta mencapai 41 persen dengan tingkat
kebocoran 57 persen dan penggunaan air tanah berlebihan. Setelah empat tahun
privatisasi (2002), mengabaikan banyaknya keluhan terhadap kualitas dan kuantitas
pelayanan, kedua operator telah mencapai perkembangan yang nyata. Pelayanan telah
bertambah menjadi 44 persen di bagian barat, dan 62 persen di bagian timur, yang
secara keseluruhan mencapai 52,4 persen untuk seluruh Jakarta.



8
  Megacity didefinisikan sebagai metropolitan dengan penduduk lebih dari 10 juta.
9
  Pada tahun 1998, PT. Palyja (Ondeo) dan PT. TPJ (Thames International, RWE) mendapatkan
kontrak konsesi penyediaan air minum di Jakarta. Jakarta dibagi dalam 2 (dua) wilayah yaitu PT Palyja
bertanggungjawab untuk pengembangan dan pengelolaan air minum di bagian Barat, dan PT. TPJ di
bagian timur.



                                                                                                 3
Tabel 1.1
          Cakupan Layanan Air Minum di Jakarta Tahun 2002 (dalam persen)

                           Terlayani          Tak Terlayani Air
                                                                      Total
                         Air Perpipaan           Perpipaan
  Tidak Miskin                39,7                  36,9              76,6
  Miskin                      12,7                  10,7              23,4
  Total                       52,4                  47,6              100,0
  Sumber: Anwar (2003)


       Keberhasilan peningkatan cakupan tersebut masih menyisakan proporsi sekitar
10,7 persen penduduk miskin yang belum terlayani oleh air perpipaan. Penduduk
miskin yang tidak terlayani oleh air perpipaan menggunakan beragam bentuk pelayanan
air minum untuk memenuhi kebutuhannya, diantaranya berupa sumur dangkal, air
tanah dalam, kran umum, penjaja keliling, sebagian penduduk menjual air ke
tetangganya, truk air, dan air kemasan isi ulang.
       Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena ternyata sebagian besar penduduk
miskin menggunakan sumur tidak terlindungi dan fasilitas umum yang merupakan
sumber pencemaran dan terjangkitnya wabah diare dan kolera. Selain itu, penduduk
miskin yang tidak terlayani membeli air dengan harga jauh lebih mahal sampai 15 kali
tarif air perpipaan (Anwar, 2003).
       Ketika tidak segera ditanggulangi, kondisi ini akan berdampak pada semakin
terperangkapnya penduduk dalam kemiskinan, yang selanjutnya dapat berdampak tidak
hanya pada penduduk miskin, tetapi berdampak juga pada seluruh penduduk kota
dalam berbagai bentuk.
       Teori sederhana dan bukti empiris menunjukkan bahwa pengurangan
kemiskinan dapat dicapai melalui percepatan pertumbuhan ekonomi dan/atau
perubahan distribusi pendapatan. Ravallion (2001), melalui studi antarnegara,
menunjukkan bahwa peningkatan satu persen pendapatan rata-rata rumah tangga atau
konsumsi menghasilkan penurunan kemiskinan yang bervariasi antara 0,6 persen




                                                                                 4
sampai 3,5 persen. Ketika pertumbuhan ekonomi menghasilkan penurunan kemiskinan,
pertumbuhan tersebut disebut pro-poor.10
        Berkaitan dengan permasalahan kemiskinan perkotaan yang terkait dengan
masih rendahnya ketersediaan air minum bagi penduduk miskin DKI Jakarta, dan
investasi air minum yang secara teori dan empiris dapat berdampak pada
penanggulangan kemiskinan, disertasi ini berusaha menjawab pertanyaan apakah
investasi air minum di DKI Jakarta menghasilkan pertumbuhan pro-poor sehingga
dapat dijadikan salah satu bagian dari kebijakan penanggulangan kemiskinan
khususnya di perkotaan.

1.2     Masalah Penelitian

        Perkembangan perkotaan dunia dan Indonesia menunjukkan perubahan yang
pesat. Dalam waktu singkat jumlah penduduk perkotaan meningkat tajam, bahkan
dalam waktu tidak lama lagi proporsi penduduk perkotaan akan melampaui penduduk
perdesaan. Diperkirakan pada tahun 2010, proporsi penduduk perkotaan Indonesia akan
mencapai 54,2 persen, meningkat dari sekitar 35 persen (1990) dan 42 persen (2000)
(Bappenas, 2005). Kondisi itu berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan
perkotaan, diantaranya berupa tidak terpenuhinya kebutuhan air minum. Sebagian
terbesar penduduk yang tidak terlayani adalah penduduk miskin.
      Telah menjadi kesepakatan bahwa peningkatan akses air minum dapat menjadi
jalan menuju penanggulangan kemiskinan. Investasi yang ditanamkan di sektor air
minum dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang bersifat pro-poor. Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan.
      Dikaitkan dengan kondisi Jakarta, investasi air minum yang bersifat pro-poor
merupakan suatu keniscayaan, dengan berbagai pertimbangan di antaranya (i) tingkat

10
   Terdapat dua definisi pertumbuhan pro-poor. Pada konsep pertama, pertumbuhan pro-poor terjadi
ketika pendapatan penduduk miskin meningkat lebih cepat dari penduduk tidak miskin. Sementara
konsep kedua menyatakan bahwa pertumbuhan pro-poor terjadi ketika jumlah absolut penduduk miskin
berkurang (Vos, 2005). Dapat disimpulkan bahwa perbedaan mendasar hanya pada fokusnya yaitu (i)
konsep pertama pada kesenjangan (White dan Anderson, 2000), (Kakwani dan Pernia, 2000) dan (ii)
konsep kedua pada kemiskinan (Ravallion dan Chen, 2003).Studi ini menggunakan definisi pertama.




                                                                                            5
urbanisasi yang mengarah pada peningkatan jumlah penduduk miskin masih relatif
tinggi, (ii) proporsi penduduk miskin yang belum terlayani oleh air minum masih cukup
besar. Oleh karena itu, pertanyaan yang mengemuka adalah (i) apakah investasi air
minum perpipaan di DKI Jakarta telah memicu pertumbuhan ekonomi yang bersifat
pro-poor, (ii) apakah investasi air minum nonperpipaan di DKI Jakarta memicu
pertumbuhan ekonomi pro-poor, (iii) apakah subsidi pemerintah dalam penyediaan air
minum di DKI Jakarta memicu pertumbuhan ekonomi pro-poor.

1.3   Tujuan dan Hipotesis Penelitian

       Tujuan umum dari studi ini adalah menjawab pertanyaan apakah investasi air
minum di DKI Jakarta sudah bersifat pro-poor yang ditunjukkan oleh terjadinya
pertumbuhan yang mengurangi kesenjangan.
       Tujuan khusus dari studi adalah (i) mengembangkan model komputasi
keseimbangan umum air minum, (ii) menganalisis dampak investasi air minum
perpipaan terhadap pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan, (iii) menganalisis
dampak penyediaan air minum nonperpipaan terhadap pertumbuhan ekonomi dan
distribusi pendapatan, (iv) menganalisis dampak penyediaan subsidi air minum bagi
rumah tangga berpendapatan rendah, dan (v) memberikan rekomendasi kebijakan
pembangunan air minum di DKI Jakarta.
       Secara teoritis, terdapat empat faktor pertumbuhan, yaitu sumber daya manusia,
sumber daya alam, pembentukan modal, dan teknologi (Nordhaus, 2004). Oleh karena
itu, investasi infrastruktur, termasuk air minum yang berupa penambahan modal,
merupakan salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi.
       Secara empiris, terdapat banyak studi yang membuktikan kebenaran pengaruh
positif investasi infrastruktur, termasuk air minum, terhadap pertumbuhan ekonomi. (i)
Barro (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang tergantung
pada langkah pemerintah dalam penyediaan infrastruktur. (ii) studi Bank Dunia pada 63
negara berkembang menunjukkan bahwa penambahan satu persen stok infrastruktur
berkorelasi dengan pertumbuhan satu persen PDB. (iii) Canning (1999), dan
Demetriades dan Mamuneas (2000) melaporkan kontribusi output yang signifikan dari
infrastruktur. (iv) Stephen Yeaple dan Stephen S. Golub (2002) menyimpulkan bahwa


                                                                                   6
penambahan kapasitas pelayanan infrastruktur sebesar satu persen akan meningkatkan
nilai produktivitas faktor total (TFP) sebesar 0,12. (v) Estache dkk (2002) menunjukkan
bahwa penambahan stok infrastruktur sebesar 10 persen menghasilkan peningkatan
Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1,5 persen. (vi) Kajian Pusat Studi Transportasi
dan Logistik UGM (2003) menunjukkan bahwa investasi infrastruktur meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pemerataan. (vii) Kajian Bappenas (2004)
menunjukkan bahwa penambahan kapasitas pelayanan infrastruktur memberikan
dampak positif pada perekonomian nasional.
       Sementara kajian WHO (2004) melalui the Swiss Tropical Institute
menyimpulkan bahwa investasi air minum dan sanitasi sebesar USD.1 akan
memberikan pengembalian sebesar antara USD.3 sampai USD.34, bergantung pada
lokasinya. Selain itu, beberapa analisis terbaru menunjukkan bahwa pengelolaan air
berada pada peringkat kedua terbesar dalam investasi infrastruktur bagi kebangkitan
ekonomi (Tan, 2000).
        Debat kaitan antara pertumbuhan pendapatan per kapita dan kesenjangan
diprakarsai oleh Kutznets (1955) yang menemukan bahwa terdapat hubungan U
terbalik antara pendapatan dan kesenjangan berdasar penelitian antarnegara.
Pertumbuhan terjadi dahulu, kesenjangan melebar, lalu kemudian kesenjangan menurun
(Anand dan Kanbur, 1993).
       Di pihak lain, literatur empiris terkini,   seperti oleh Deininger dan Squire
(1996), Chen dan Ravallion (1997), Easterly (1999), dan Dollar dan Kraay (2002),
seluruhnya menyatakan bahwa pertumbuhan tidak mempunyai dampak pada
kesenjangan (World Bank Poverty Net).
     Pada kenyataannya, perbedaan pendapat tentang kaitan pertumbuhan dan
kesenjangan lebih terlihat pada literatur teoritis, sementara literatur empiris secara
seragam menyatakan bahwa pertumbuhan tidak mempunyai dampak sistematik pada
kesenjangan.
       Perdebatan ini juga kemudian makin kontroversial ketika penyediaan air
minum diserahkan pada swasta. Meskipun pengamatan secara internasional
menunjukkan secara umum dampak privatisasi menguntungkan (Kikeri dan Nellis,



                                                                                    7
2001; Megginson dan Netter, 2001; Shirley dan Walsh, 2001), dampaknya di negara
berkembang tetap kontroversial (Parker, 2003).
       Debat tentang peran swasta dalam penyediaan air minum telah berlangsung
lama, sebagian mendukung dan selebihnya menentang. Pihak pendukung menyatakan
privatisasi meningkatkan efisiensi (misalnya tingkat kebocoran air menurun dan
tagihan macet berkurang), dan mendorong bertambahnya investasi. Pihak penentang
menyatakan bahwa swasta hanya mementingkan keuntungan dengan mengabaikan
kesejahteraan dan meningkatkan tarif tanpa mempedulikan kualitas layanan.
     Jika dikaitkan dengan pembangunan air minum di DKI Jakarta yang sejak tahun
1997 dilaksanakan oleh swasta melalui skema konsesi, hasilnya telah cukup memadai,
seperti menurunnya tingkat kebocoran dan meningkatnya investasi yang tentunya
mendorong pertumbuhan ekonomi. Di pihak lain, masih banyak penduduk miskin
yang belum terlayani. Hal ini ditengarai oleh tidak tersedianya insentif yang memadai
bagi perusahaan ketika penyediaan air minum diarahkan pada penduduk miskin.
Bahkan, dalam tujuan kerja sama pemerintah dan swasta tersebut tidak secara eksplisit
dicantumkan keberpihakan pada penduduk miskin.
       Kondisi ini kemudian mendasari hipotesis pertama dari studi ini yang
menyatakan bahwa peningkatan investasi air minum perpipaan akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya akan memperburuk distribusi pendapatan.
      Ketidaktersediaan akses air minum yang memadai bagi penduduk khususnya
penduduk miskin, mendorong penduduk mencari alternatif sumber air minum. Salah
satu sumber air minum yang menjadi pilihan bagi penduduk adalah penyedia air
minum skala kecil (small scale water provider). Kebutuhan air minum perpipaan yang
baru menjangkau sekitar 52,4 persen penduduk menjadikan investasi penyedia air
minum skala kecil ini relatif siginifikan walaupun dalam bentuk investasi yang kecil
dan tersebar dalam jumlah yang cukup banyak. Kondisi itu menjadikan investasi air
minum nonperpipaan mendorong pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, karena harga air
minum nonperpipaan relatif besar, bahkan mencapai sekitar 10 sampai 20 kali harga
air minum perpipaan, secara umum porsi pengeluaran penduduk menjadi signifikan.
Pendapatan yang dapat ditabung untuk keperluan lain menjadi jauh berkurang



                                                                                  8
sehingga kesejahteraan penduduk menjadi relatif berkurang. Tentunya pengurangan
kesejahteraan itu menjadi suatu pilihan yang relatif lebih baik ketika pilihan lainnya,
seperti sumur, dan air sungai, berpotensi menyebabkan meningkatnya biaya kesehatan
akibat serangan penyakit yang diakibatkan oleh air (water-borne disease) yang jauh
lebih besar dampaknya.
       Dalam memperhatikan kondisi itu, hipotesis kedua dari studi ini menjadi
peningkatan penyediaan air minum nonperpipaan akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan memperburuk distribusi pendapatan
       Sebagaimana diketahui bahwa dari sisi pengeluaran, penanggulangan
kemiskinan dan redistribusi pendapatan oleh pemerintah dapat dilaksanakan secara
langsung melalui tiga instrumen, yaitu (i) subsidi langsung atau individual yang
ditargetkan pada rumah tangga miskin, (ii) subsidi harga yang berupa pemberian
subsidi harga pada kebutuhan dasar, dan (iii) pengeluaran pemerintah pada
infrastruktur dan layanan publik khususnya kesehatan dan            pendidikan, yang
menguntungkan masyarakat miskin (Damuri, 2003).
      Ketika ketiadaan akses air minum menjadi salah satu penyebab semakin besarnya
kemiskinan perkotaan, pemerintah dapat melakukan terobosan dengan memberikan
subsidi penyediaan air minum kepada penduduk miskin yang belum memperoleh akses
yang layak.
       Secara teoritis, terlepas dari besarnya kemungkinan kebocoran di lapangan,
pemberian subsidi dalam jangka pendek akan sangat membantu dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk miskin. Pengaruh subsidi air minum terhadap pertumbuhan
ekonomi tidak akan sebesar pengaruh investasi air minum, tetapi dampaknya terhadap
kesejahteraan akan signifikan. Hal ini akan memunculkan hipotesis ketiga yaitu subsidi
pemerintah akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki distribusi
pendapatan.

1.4   Manfaat dan Kontribusi Penelitian

       Manfaat studi ini adalah memberi pemahaman mendalam mengenai dampak
kebijakan investasi air minum, baik berupa investasi maupun subsidi pemerintah,
terhadap perekonomian daerah khususnya pertumbuhan ekonomi dan distribusi


                                                                                    9
pendapatan. Diharapkan pengambil kebijakan dapat memahami bahwa investasi air
minum bukan sekadar alat pemenuhan kebutuhan dasar, melainkan juga sebagai alat
penanggulangan kemiskinan melalui pembenahan distribusi pendapatan.
         Kontribusi utama dari studi ini adalah sebagai berikut.
(i)    Pengembangan basis data (data base) SNSE Air Minum DKI Jakarta Tahun 2000.
       Basis data ini merupakan pengembangan dari SNSE DKI Jakarta 2000 skala
       103x103.
(ii)   Pengembangan model komputasi keseimbangan umum air minum DKI Jakarta.
       Telah banyak studi yang meneliti dampak investasi infrastruktur dengan
       menggunakan model komputasi keseimbangan umum di Indonesia, tetapi belum
       terdapat model komputasi kesetimbangan umum yang secara khusus meneliti
       dampak investasi air minum di tingkat subnasional.
(iii) Saran dan masukan bagi kebijakan pembangunan air minum DKI Jakarta. Hasil
       studi dapat dijadikan sebagai masukan bagi pengembangan kebijakan terkait
       dengan pembangunan air minum di DKI Jakarta.

1.5    Pendekatan dan Ruang Lingkup Penelitian

       Studi ini menggunakan model komputasi keseimbangan umum (Computable
General Equilibrium). Pemilihan model ini dilakukan dengan mempertimbangkan
kemampuan model untuk menyimulasikan, baik dampak langsung maupun tidak
langsung, dari suatu kebijakan terhadap kondisi ekonomi makro dan kondisi sosial
sehingga akibat suatu kebijakan dapat dievaluasi secara lebih baik dan menyeluruh.
         Penerapan model komputasi kesetimbangan umum (CGE) melalui beberapa
tahap, yaitu sebagai berikut.
a.     Studi literatur.
       Fokus kegiatan awal ini adalah berupa penelusuran penerapan model CGE dalam
       analisis perekonomian. Keluaran dari tahapan ini adalah berupa pilihan model
       CGE yang berkesesuaian dengan tujuan studi berikut dasar-dasar spesifikasi
       model CGE yang akan dikembangkan agar dapat dipergunakan sebagai alat
       analisis sesuai dengan tujuan studi ini.



                                                                                     10
b.   Pengembangan basis data yang diperlukan.
     Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini sebagian besar akan berasal
     dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) DKI Jakarta Tahun 2000. SNSE ini
     kemudian dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan studi dengan melakukan (i)
     pembagian klasifikasi pada faktor produksi bukan tenaga kerja menjadi dua yaitu
     investasi air minum perpipaan (PAM Jaya) dan investasi air minum nonperpipaan
     dan investasi lainnya, dan (ii) pemecahan sektor produksi air bersih menjadi dua
     yaitu air minum perpipaan (PT. Thames Jaya dan PT. Palyja) dan air minum
     nonperpipaan (small scale provider, dan lainnya). SNSE ini kemudian disebut
     SNSE Air Minum DKI Jakarta 2000, yang kemudian diverifikasi dengan
     menggunakan data-data tambahan seperti data perekonomian DKI Jakarta
     (PDRB), data kemiskinan, dan lainnya.
c.   Pengembangan model.
     Pengembangan model mengadopsi Model Donny Azdan11 dengan melakukan
     beberapa perubahan yang mengacu pada perbedaan (i) sumber data yang
     dipergunakan. Model Azdan menggunakan basis data SNSE DKI Jakarta Tahun
     1993, sementara model pada studi ini menggunakan SNSE DKI Jakarta Tahun
     2000, (ii) dampak yang akan dihitung. Model Azdan menjelaskan dampak
     perubahan kebijakan harga air minum dan penggunaan air tanah sebagai sumber
     air minum terhadap pendapatan rumah tangga, sementara studi ini menjelaskan
     pengaruh peningkatan investasi air minum terhadap pertumbuhan ekonomi, dan
     distribusi pendapatan, (iii) simulasi kebijakan yang akan dilakukan. Simulasi
     model Azdan difokuskan pada aspek harga air minum dan substitusi air tanah.
     Sementara model dalam studi ini difokuskan pada investasi air minum perpipaan,
     air minum nonperpipaan, dan subsidi pemerintah.
d.   Pelaksanaan simulasi.
     Terdapat enam simulasi yang dilakukan yaitu sebagai berikut.
     (i)   peningkatan investasi air minum perpipaan.

11
   Azdan, M. Donny. Water Policy Reform in Jakarta, Indonesia: A CGE Analysis. Unpublished
Dissertation. The Ohio State University 2001.



                                                                                      11
(ii)     peningkatan investasi air minum nonperpipaan.
      (iii) peningkatan penyediaan air minum melalui subsidi pemerintah. Dalam
               hubungan dengan simulasi (iii), terdapat dua skenario pada simulasi ini,
               yaitu (a) sumber subsidi dari peningkatan pajak air minum dan (b) sumber
               subsidi dari pemerintah pusat.
      (iv) peningkatan investasi air minum perpipaan disertai penyediaan subsidi.
               Dalam hubungan dengan simulasi (iv), terdapat dua skenario pada simulasi
               ini, yaitu (a) sumber subsidi dari peningkatan pajak air minum perpipaan
               dan (b) sumber subsidi dari pemerintah pusat.
               Selain itu, khusus untuk simulasi (iii) dan (iv), dilakukan pembedaan hasil
      simulasi berdasarkan kelompok penerima subsidi yaitu kelompok penerima
      rumah tangga termiskin (RT sangat miskin I) dan kelompok penerima seluruh RT
      miskin (kelompok rumah tangga sangat miskin I, sangat miskin II, miskin I, dan
      miskin II).
e.    Perumusan rekomendasi.
      Dalam menindaklanjuti hasil simulasi, beberapa rekomendasi kebijakan dapat
      dihasilkan.
        Lingkup studi adalah mengkaji dampak investasi air minum, baik perpipaan
maupun nonperpipaan,          dan dampak subsidi air minum di DKI Jakarta           terhadap
pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan. Sebagaimana dipercayai selama ini,
investasi merupakan pemicu terjadinya pertumbuhan ekonomi yang kemudian
diharapkan dapat menjadi alat dalam menanggulangi kemiskinan. Secara harafiah,
ketika penduduk miskin lebih banyak mendapat manfaat jika dibandingkan dengan
yang lainnya dari pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan disebut ‘pro-poor’. Selain itu,
untuk dapat disebut pertumbuhan pro-poor, pertumbuhan harus disertai pengurangan
kesenjangan. Dengan kata lain, studi ini akan menguji apakah investasi air minum
mendorong terjadinya pertumbuhan pro-poor. Untuk itu, dampak investasi difokuskan
pada pertumbuhan ekonomi, dan distribusi pendapatan.

1.6          Sistematika Penulisan

             Penulisan disertasi ini dibagi dalam enam bagian, yaitu sebagai berikut.


                                                                                        12
Bab I    Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, masalah penelitian, tujuan dan
         hipotesis penelitian, manfaat dan kontribusi penelitian, pendekatan dan ruang
         lingkup, serta sistematika penulisan

Bab II   Kondisi Sektor Air Minum DKI Jakarta, yang menjabarkan kondisi umum
         dan perekonomian DKI Jakarta, kebijakan sektor air minum, sumbangan
         sektor air minum terhadap perekonomian DKI Jakarta, kondisi pelayanan air
         minum praprivatisasi dan pascaprivatisasi DKI Jakarta.

Bab III Penyediaan Air Minum,             Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi
         Pendapatan, yang memerinci, baik tinjauan teoritis maupun empiris, tentang
         penyediaan air minum perpipaan dan nonperpipaan, keterkaitan kemiskinan
         perkotaan dan ketersediaan air minum, dampak ketersediaan air minum
         terhadap pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan kemiskinan,
         keterkaitan    pertumbuhan      ekonomi,      distribusi   pendapatan,   dan
         penanggulangan kemiskinan.

Bab IV Pemodelan Dampak Investasi Air Minum, yang menguraikan SNSE dan
         model komputasi keseimbangan umum (termasuk riset terdahulu yang
         menggunakan model dan bidang yang sama), menjabarkan proses pemodelan
         dampak investasi air minum terhadap pertumbuhan ekonomi, dan distribusi
         pendapatan di DKI Jakarta.

Bab V    Skenario Kebijakan dan Hasil Simulasi. Pada bagian ini dijelaskan tentang
         skenario kebijakan, simulasi, dan hasil simulasi.

Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi. Sebagai bagian akhir diuraikan kesimpulan
         studi dan rekomendasi, beberapa kelemahan studi ini, dan kemungkinan studi
         lanjutan.




                                                                                  13
BAB II
                KONDISI SEKTOR AIR MINUM DKI JAKARTA

2.1     Gambaran Umum DKI Jakarta

2.1.1   Administrasi

        Luas DKI Jakarta mencapai 662 km2 dan terbagi dalam 6 wilayah administrasi,
yaitu Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan
Kepulauan Seribu.
                Peta DKI Jakarta

                                              2.1.2     Kependudukan

                                                        Penduduk DKI Jakarta pada
                                              tahun 2004 sebanyak 8,72 juta jiwa
                                              dengan     tingkat    pertumbuhan    1,01
                                              persen per tahun selama periode 2000 –
                                              2004. Laju pertumbuhan penduduk DKI
                                              Jakarta     pada     periode   1980-1990
                                              mencapai 2,42 persen per tahun, kemu-
                                              dian menurun tajam selama periode
                                              1990-2000 yang menjadi hanya 0,16
                    Sumber: Situs Pemda DKI
                                              persen per tahun. Laju pertumbuhan
periode 2000-2004 relatif lebih besar daripada periode 1990-2000 walaupun masih
lebih kecil daripada pertumbuhan periode 1980-1990.
        Jumlah penduduk sangat berbeda antara siang hari dan malam hari. Siang hari
penduduk DKI Jakarta mencapai sekitar 11 juta sebagai akibat banyaknya penduduk
pendatang khususnya asal Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Bodetabek) yang bekerja
di Jakarta.
        Persebaran penduduk DKI Jakarta tahun 2004 relatif tidak merata. Sekitar 28
persen bertempat tinggal di Jakarta Timur, kemudian 23 persen di Jakarta Barat, dan




                                                                                  14
21 persen di Jakarta Selatan. Selebihnya, sekitar 10 persen bertempat tinggal di Jakarta
Pusat dan 0,27 persen di Kepulauan Seribu.
          Kepadatan penduduk rata-rata DKI Jakarta tahun 2004 mencapai 13 ribu
jiwa/km2. Jakarta Pusat mempunyai tingkat kepadatan tertinggi (18 ribu jiwa/km2),
sementara daerah lainnya bervariasi antara 9 ribu sampai 15 ribu jiwa/km2.

                                     Tabel 2.1
         Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta Tahun 1980 - 2004

                                            Jumlah Penduduk (Jiwa)                          Laju Pertumbuhan (%)
           Kota                                                                             1980-    1990-     2000-
                                1980           1990           2000                2004
                                                                                            1990     2000      2004
  Jakarta Utara                 981.272 1.369.630 1.444.027 1.423.845                         3,39      0,55    -0,36
  Jakarta Barat               1.234.885 1.822.762 1.906.385 2.020.030                         3,97      0,46     1,50
  Jakarta Timur               1.460.068 2.067.222 2.353.023 2.473.200                         3,54      1,35     1,27
  Jakarta Pusat               1.245.030 1.086.568             893.198             899.460    -1,35     -2,01     0,17
  Jakarta Selatan             1.582.194 1.913.084 1.789.006 1.885.785                         1,92     -0,69     1,34
  Kepulauan Seribu                      -**          -**               -**         23.310      -**       -**        -**
  DKI Jakarta                 6.503.440 8.259.266 8.385.639 8.725.630                         2,42      0,16     1,01
 Sumber: BPS DKI Jakarta berbagai tahun                                              Keterangan: ** belum terbentuk



2.2       Kondisi Perekonomian DKI Jakarta

2.2.1     Pangsa dan Pertumbuhan Sektor Ekonomi

                                                                                             Sektor PDRB yang
                             Gambar 2.1
                       PDRB DKI Jakarta 2000-2003                                   dominan di DKI Jakarta
                      Harga Konstan 1993 (Rp. Triliun)
                                                                                    pada tahun 2003 berdasar-
                         Jasa-Jasa                                                  kan sumbangannya terhadap
  Keuangan, Persewaan dan Jasa
          Perusahaan
                                                                                    perekonomian adalah Perda-
      Pengangkutan dan Komunikasi                                                   gangan, Hotel dan Restoran
 Perdagangan, Hotel dan Restoran                                                    (24,3 persen); Industri Peng-
                         Bangunan
                                                                                    olahan (21,1 persen); Keu-
          Listrik, Gas dan Air Bersih
                                                                                    angan, Persewaan, dan Jasa
                Industri Pengolahan
                                                                                    Perusahaan       (22,2 persen).
      S umber: Tabel 2.2                0      5      10          15         20


                                                   2000    2003


                                                                                                               15
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Was ist angesagt? (6)

Laporan Rangkaian Kegiatan Kampanye Publik POKJA AMPL. Hari Air Dunia 2013
Laporan Rangkaian Kegiatan Kampanye Publik POKJA AMPL. Hari Air Dunia 2013 Laporan Rangkaian Kegiatan Kampanye Publik POKJA AMPL. Hari Air Dunia 2013
Laporan Rangkaian Kegiatan Kampanye Publik POKJA AMPL. Hari Air Dunia 2013
 
PRAKTEK PENGGALANGAN DANA PUBLIK: KAJIAN TERHADAP PENERAPAN PRINSIP TRANSPARA...
PRAKTEK PENGGALANGAN DANA PUBLIK: KAJIAN TERHADAP PENERAPAN PRINSIP TRANSPARA...PRAKTEK PENGGALANGAN DANA PUBLIK: KAJIAN TERHADAP PENERAPAN PRINSIP TRANSPARA...
PRAKTEK PENGGALANGAN DANA PUBLIK: KAJIAN TERHADAP PENERAPAN PRINSIP TRANSPARA...
 
Laporan bantuan bencana merapi 2010 sri mulyanti 17nov2010
Laporan bantuan bencana merapi 2010 sri mulyanti 17nov2010Laporan bantuan bencana merapi 2010 sri mulyanti 17nov2010
Laporan bantuan bencana merapi 2010 sri mulyanti 17nov2010
 
Foto dan Cerita dari Hulu. Sungai Citarum. Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hing...
Foto dan Cerita dari Hulu. Sungai Citarum. Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hing...Foto dan Cerita dari Hulu. Sungai Citarum. Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hing...
Foto dan Cerita dari Hulu. Sungai Citarum. Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hing...
 
Aliran Kehidupan di Sungai Citarum
Aliran Kehidupan di Sungai CitarumAliran Kehidupan di Sungai Citarum
Aliran Kehidupan di Sungai Citarum
 
Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK
Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MKPengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK
Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK
 

Andere mochten auch (7)

Perencanaan sistem pengelolaan persampahan
Perencanaan sistem pengelolaan persampahanPerencanaan sistem pengelolaan persampahan
Perencanaan sistem pengelolaan persampahan
 
Spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir  SampahSpesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir  Sampah
Spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir Sampah
 
Hari Perumahan Nasional 25 Agustus
Hari Perumahan Nasional 25 AgustusHari Perumahan Nasional 25 Agustus
Hari Perumahan Nasional 25 Agustus
 
Hari Tata Ruang 8 November
Hari Tata Ruang 8 NovemberHari Tata Ruang 8 November
Hari Tata Ruang 8 November
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
 
Perumahan Terkumuh di Dunia
Perumahan Terkumuh di DuniaPerumahan Terkumuh di Dunia
Perumahan Terkumuh di Dunia
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
 

Ähnlich wie Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi

TAYANGAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK DALAM PTIJK 2023.pdf
TAYANGAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK DALAM PTIJK 2023.pdfTAYANGAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK DALAM PTIJK 2023.pdf
TAYANGAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK DALAM PTIJK 2023.pdf
raeyans
 
Tugas_Kelompok_Policy_Brief_PUPR.pdf KEBERLANJUTAN PROGRAM PENYEDIAAN AIR MIN...
Tugas_Kelompok_Policy_Brief_PUPR.pdf KEBERLANJUTAN PROGRAM PENYEDIAAN AIR MIN...Tugas_Kelompok_Policy_Brief_PUPR.pdf KEBERLANJUTAN PROGRAM PENYEDIAAN AIR MIN...
Tugas_Kelompok_Policy_Brief_PUPR.pdf KEBERLANJUTAN PROGRAM PENYEDIAAN AIR MIN...
Maxi Solang
 
Implementasi strategi peningkatan ketahanan perublim_knowledge management for...
Implementasi strategi peningkatan ketahanan perublim_knowledge management for...Implementasi strategi peningkatan ketahanan perublim_knowledge management for...
Implementasi strategi peningkatan ketahanan perublim_knowledge management for...
Elly Ratni
 
Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019
Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019
Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019
Joy Irman
 

Ähnlich wie Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi (20)

Balikpapan Public Diplomacy 25 May 2015
Balikpapan  Public Diplomacy 25 May 2015Balikpapan  Public Diplomacy 25 May 2015
Balikpapan Public Diplomacy 25 May 2015
 
01 pedoman umum pamsimas 23 mei2013-_ff(1)_cvr
01 pedoman umum pamsimas 23 mei2013-_ff(1)_cvr01 pedoman umum pamsimas 23 mei2013-_ff(1)_cvr
01 pedoman umum pamsimas 23 mei2013-_ff(1)_cvr
 
Buku pedoman hibahairminum-apbn
Buku pedoman hibahairminum-apbnBuku pedoman hibahairminum-apbn
Buku pedoman hibahairminum-apbn
 
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
 
TAYANGAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK DALAM PTIJK 2023.pdf
TAYANGAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK DALAM PTIJK 2023.pdfTAYANGAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK DALAM PTIJK 2023.pdf
TAYANGAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK DALAM PTIJK 2023.pdf
 
Tugas_Kelompok_Policy_Brief_PUPR.pdf KEBERLANJUTAN PROGRAM PENYEDIAAN AIR MIN...
Tugas_Kelompok_Policy_Brief_PUPR.pdf KEBERLANJUTAN PROGRAM PENYEDIAAN AIR MIN...Tugas_Kelompok_Policy_Brief_PUPR.pdf KEBERLANJUTAN PROGRAM PENYEDIAAN AIR MIN...
Tugas_Kelompok_Policy_Brief_PUPR.pdf KEBERLANJUTAN PROGRAM PENYEDIAAN AIR MIN...
 
ca99d_PERUBAHAN_MINDSET_DAN_KEBIJAKAN_PEMB_JIAT_DI_JKT.pptx
ca99d_PERUBAHAN_MINDSET_DAN_KEBIJAKAN_PEMB_JIAT_DI_JKT.pptxca99d_PERUBAHAN_MINDSET_DAN_KEBIJAKAN_PEMB_JIAT_DI_JKT.pptx
ca99d_PERUBAHAN_MINDSET_DAN_KEBIJAKAN_PEMB_JIAT_DI_JKT.pptx
 
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
 
APRIANI (14 630 030).pdf
APRIANI (14 630 030).pdfAPRIANI (14 630 030).pdf
APRIANI (14 630 030).pdf
 
Paparan limbahfik
Paparan limbahfikPaparan limbahfik
Paparan limbahfik
 
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia. Pembelajaran dari Ki...
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia. Pembelajaran dari Ki...Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia. Pembelajaran dari Ki...
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia. Pembelajaran dari Ki...
 
Implementasi strategi peningkatan ketahanan perublim_knowledge management for...
Implementasi strategi peningkatan ketahanan perublim_knowledge management for...Implementasi strategi peningkatan ketahanan perublim_knowledge management for...
Implementasi strategi peningkatan ketahanan perublim_knowledge management for...
 
Revisit SNLKI OJK (Otoritas Jasa Keuangan) 2017
Revisit SNLKI OJK (Otoritas Jasa Keuangan) 2017Revisit SNLKI OJK (Otoritas Jasa Keuangan) 2017
Revisit SNLKI OJK (Otoritas Jasa Keuangan) 2017
 
Komponen Air Limbah dalam rangka sAIIG (Hibah Sanitasi)
Komponen Air Limbah dalam rangka sAIIG (Hibah Sanitasi)Komponen Air Limbah dalam rangka sAIIG (Hibah Sanitasi)
Komponen Air Limbah dalam rangka sAIIG (Hibah Sanitasi)
 
Memorandum Program Sektor Sanitasi Kabupaten Cilacap
Memorandum Program Sektor Sanitasi Kabupaten CilacapMemorandum Program Sektor Sanitasi Kabupaten Cilacap
Memorandum Program Sektor Sanitasi Kabupaten Cilacap
 
SKM PERUMDAM TBR 22 FULL (1).pdf
SKM PERUMDAM TBR 22 FULL (1).pdfSKM PERUMDAM TBR 22 FULL (1).pdf
SKM PERUMDAM TBR 22 FULL (1).pdf
 
Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019
Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019
Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019
 
Mekanisme Pendanaan untuk Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Mekanisme Pendanaan untuk Pembangunan Air Minum dan SanitasiMekanisme Pendanaan untuk Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Mekanisme Pendanaan untuk Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
 
Virtual Fakultas Ilmu Komputer UPN Fair
Virtual Fakultas Ilmu Komputer UPN Fair Virtual Fakultas Ilmu Komputer UPN Fair
Virtual Fakultas Ilmu Komputer UPN Fair
 
Prosiding edy siswoyo
Prosiding edy siswoyoProsiding edy siswoyo
Prosiding edy siswoyo
 

Mehr von Oswar Mungkasa

Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Oswar Mungkasa
 

Mehr von Oswar Mungkasa (20)

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
 
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di IndonesiaPembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia
Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia
 

Kürzlich hochgeladen

PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
DwiDamayantiJonathan1
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
YosuaNatanael1
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
PrajaPratama4
 

Kürzlich hochgeladen (20)

power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 

Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta. Disertasi

  • 1. DAMPAK INVESTASI AIR MINUM TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI DKI JAKARTA OLEH OSWAR MUADZIN MUNGKASA 860 0000 067 PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2006
  • 2. DAMPAK INVESTASI AIR MINUM TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI DKI JAKARTA OLEH OSWAR MUADZIN MUNGKASA 860 0000 067 DISERTASI Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia DEPOK 2006
  • 3. PERSETUJUAN DISERTASI Nama : OSWAR MUADZIN MUNGKASA N.P.M. : 860 0000 067 Kekhususan : Ekonomi Publik Judul Disertasi : DAMPAK INVESTASI AIR MINUM TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI DKI JAKARTA Depok, 15 Agustus 2006 Promotor, Ketua tim penguji, Prof. Dr. Prijono Tjiptoherijanto Prof. Dr. Moh. Arief Djanin Kopromotor, Penguji, Dr. Mohamad Ikhsan Dr. B. Raksaka Mahi Dr. Montty Girianna Dr. Arindra A. Zainal Ketua Program Studi, Dr. Luky Alfirman Dr. Arindra A. Zainal
  • 4. ABSTRAK DISERTASI DAMPAK INVESTASI AIR MINUM TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI DKI JAKARTA OSWAR MUNGKASA 860 0000 067 Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Klasifikasi JEL : C68, D31, D58, E22, E62 Kata Kunci: 1. Investasi air minum 4. Pertumbuhan pro poor 2. Pertumbuhan ekonomi 5. DKI Jakarta 3. Distribusi pendapatan 6. Computable General Equilibrium Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan yang terkait dengan penyediaan air minum bagi penduduk miskin di perkotaan dengan mengambil kasus DKI Jakarta. Pemerintah belum mampu menyediakan prasarana dan sarana pelayanan publik yang memadai, diantaranya, dalam bentuk pelayanan kebutuhan air minum. Pemenuhan kebutuhan air minum penduduk melalui air minum perpipaan khususnya penduduk miskin perkotaan, ditengarai dapat mengurangi beban pengeluaran air minum, beban pengeluaran bagi biaya pengobatan akibat penggunaan air minum yang tidak layak, dan mengurangi jumlah hari nonproduktif. Kondisi ini akan mendorong peningkatan produktivitas dan tabungan rumah tangga miskin yang mengarah pada meningkatnya pendapatan per kapita dan membaiknya kesenjangan pendapatan, yang akhirnya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian secara keseluruhan. Investasi air minum, baik secara teoritis maupun secara empiris, terbukti mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pemenuhan kebutuhan air minum penduduk perkotaan, khususnya penduduk miskin, dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk yang berdampak pada perbaikan distribusi pendapatan. Kombinasi dari investasi air minum dan pemenuhan kebutuhan air minum penduduk miskin perkotaan akan menghasilkan pertumbuhan pro-poor, yaitu pertumbuhan iii
  • 5. ekonomi yang dapat mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan. Dikaitkan dengan kondisi DKI Jakarta, investasi air minum yang bersifat pro poor merupakan suatu keniscayaan, dengan berbagai pertimbangan diantaranya (i) tingkat urbanisasi yang masih tinggi, dan (ii) proporsi penduduk yang belum mendapat akses air minum perpipaan masih cukup tinggi. Oleh karena itu, pertanyaan yang mengemuka adalah (i) apakah investasi air minum perpipaan di DKI Jakarta telah memicu pertumbuhan ekonomi yang bersifat pro-poor, (ii) apakah investasi air minum nonperpipaan di DKI Jakarta memicu pertumbuhan ekonomi pro-poor; (iii) apakah subsidi pemerintah dalam penyediaan air minum di DKI Jakarta memicu pertumbuhan ekonomi pro-poor. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, disertasi ini menggunakan model komputasi keseimbangan umum (Computable General Equilibrium/CGE) atau disingkat model CGE. Model CGE adalah suatu sistem persamaan simultan tak-linier yang mensimulasikan perilaku optimal dari semua konsumen dan produsen yang ada di dalam suatu perekonomian. Tiga skenario simulasi diterapkan dalam studi ini dengan menggunakan data SNSE DKI Jakarta Tahun 2000 untuk mengetahui skenario pembangunan air minum yang dapat mengarah pada pertumbuhan pro-poor, yaitu (i) simulasi investasi berupa peningkatan investasi air minum perpipaan dan air minum nonperpipaan, (ii) simulasi subsidi berupa penyediaan subsidi air minum bagi rumah tangga miskin yang bersumber dari peningkatan pajak air minum perpipaan maupun pemerintah pusat, (iii) simulasi investasi dan subsidi berupa peningkatan investasi air minum perpipaan yang disertai penyediaan subsidi air minum bagi rumah tangga miskin, baik dari peningkatan pajak air minum perpipaan maupun pemerintah pusat. Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan investasi air minum di DKI Jakarta berdampak pada pertumbuhan ekonomi tetapi tidak berpengaruh pada pengurangan kesenjangan, yang berarti pembangunan air minum di DKI Jakarta belum bersifat pro poor. Selain itu, agar terjadi pertumbuhan pro poor, investasi air minum perpipaan sebaiknya disertai dengan penyediaan subsidi dari pemerintah pusat. Semakin besar nilai investasi, semakin besar subsidi yang perlu diberikan. iv
  • 6. Beberapa rekomendasi penting, yaitu (i) pemerintah daerah sebaiknya menjadikan akses air minum bagi penduduk miskin sebagai salah satu target dan indikator keberhasilan pembangunan DKI Jakarta, (ii) penyediaan subsidi bagi rumah tangga miskin masih diperlukan jika proporsi rumah tangga miskin yang belum mendapat akses air minum perpipaan masih relatif besar. Sumber dana subsidi yang potensil diantaranya adalah dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan (iii) mengembangkan program pembangunan air minum berbasis masyarakat, (iv) air minum nonperpipaan masih dapat menjadi alternatif sumber air minum jika dilakukan pembenahan aspek regulasi, penyediaan sumber dana investasi, dan peningkatan jumlah sumber air seperti kran umum sehingga harga air minum nonperpipaan menjadi terjangkau, dan (v) pembenahan kendala akses bagi rumah tangga miskin seperti biaya pemasangan yang terjangkau. Background of this study is the existence of a number of problems in relation to provision of drinking water for poor people in urban area by taking case of the Jakarta Special Territory Administration (DKI Jakarta). Government is not yet able to provide proper public service facilities and infrastructures, among others are in the form service of drinking water need. Fulfillment of drinking water need for people through piped water especially poor people in urban area, is assumed to reduce drinking water expenses burden, medication costs are resulted from the use of unreasonable drinking water, and minimizing the number of non-productive days. This condition will boost productivity and poor family saving directing to the rise of income per capita and improving gap of income which finally produced impact on improvement of economic condition entirely. Investment on drinking water, either theoretically or empirically, is proven to encourage the economic growth. Meanwhile, fulfillment of drinking water need for people in urban area, especially poor people, can increase the people welfare that may result on improvement of income distribution. Combination between drinking water investment and fulfillment of drinking water need for poor people in urban area will produce a pro-poor growth that is the economic growth that will minimize income gap v
  • 7. and poverty. In relation to DKI Jakarta’s conditions, investment on drinking water which is pro-poor in nature is a certainty, with a number of considerations (i) urbanization level that remains high, and (ii) the number of people who have not yet obtained access of piped water remains high. Thus, the questions revealed are (i) does investment on piped water in DKI Jakarta trigger a pro-poor economic growth?, (ii) does investment on non-piped water in DKI Jakarta trigger a pro-poor economic growth?, (iii) does the government subsidy on provision of drinking water in DKI Jakarta trigger pro-poor economic growth? To answer those questions, this dissertation uses a Computable General Equilibrium (CGE) or shortened with CGE Model. CGE model is a non-linier simultaneous equation that simulates optimal attitude of all consumers and producers within economy. Three scenarios of simulation is implemented in this study using data of SNSE (social accounting matrices/SAM) DKI Jakarta year 2000 to know scenario of development of drinking water that directs to a pro-poor growth, that is (i) investment simulation in the form of increasing investment on piped water and non-piped water, (ii) subsidy simulation in the form of provision of drinking water subsidy for poor family derived from increasing piped water tax and the central government transfer, (iii) investment simulation and subsidy in the form of increasing investment of piped water along with provision of drinking water subsidy for poor family either from increasing tax on piped water or the central government transfer. Result of simulation indicates that drinking water investment increase in DKI Jakarta resulted on economic growth but it did not influence on income gap reduction, meaning that the drinking water development in DKI Jakarta has not yet reached a pro-poor nature. Besides, in order to establish a pro-poor growth, the piped water investment should be supported with provision of subsidy from the central government. The higher investment value, the more subsidy needed. Some important recommendations, i.e. (i) the local government should make access of drinking water for poor people as one of targets and indicators of successfulness of development in DKI Jakarta, (ii) provision of subsidy for poor people is still needed if the proportion of poor family who have not yet enjoyed piped water vi
  • 8. remains high. Potential subsidy fund source includes Corporate Social Responsibility (CSR) funds from the big company (iii) increase a community-based drinking water development program, (iv) non-piped water still become drinking water source alternative if there is improvement on regulation, provision of investment funds source, and adding water sources such as public service tapping so that non-piped water is affordable, and (v) improvement of access barrier for poor family such as affordable installment costs. vii
  • 9. KATA PENGANTAR Pertama-tama puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas perkenanNya sehingga disertasi ini dapat terselesaikan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar Doktor dalam bidang Ilmu Ekonomi pada Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia. Bagi penulis, disertasi ini merupakan kulminasi dari kerja keras dan dukungan dari banyak pihak. Perjalanan penyusunannya melewati rentang waktu yang cukup lama, hampir 1,5 tahun sejak masih berbentuk pemikiran awal. Dikerjakan pada berbagai tempat dan kesempatan, mulai dari sepanjang malam setelah jam kantor di kantor Kelompok Kerja Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL), di tengah rapat yang membosankan, di bandara ketika menunggu pesawat yang sering terlambat, di mall sambil menunggu anak main game, di sela-sela kunjungan lapangan, di kampus pada akhir pekan, dan tentu saja di rumah ketika memungkinkan khususnya di akhir pekan. Disertasi ini merupakan buah dari bantuan berbagai pihak. Pertama-tama saya ucapkan penghargaan dan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Prijono Tjiptoherijanto, selaku promotor, yang dengan sabar dan penuh perhatian memberi saran dan masukan bagi perbaikan disertasi ini, baik secara langsung maupun melalui email. Penghargaan dan rasa terima kasih yang sama juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Mohamad Ikhsan, selaku kopromotor I, yang dengan tekun memberi kritik dan saran bagi perbaikan disertasi saya, selain menyangkut model dan teori ekonomi, juga menyangkut tata cara penulisan, bahkan berkenan secara khusus membaca keseluruhan rancangan final disertasi ini sebelum menjadi naskah disertasi seperti saat ini. Selain itu, Bapak Dr. Montty Girianna, selaku kopromotor II, yang banyak memberi saran dan masukan terutama ketika penulis dalam kondisi mulai ‘putus asa’ dengan penyelesaian model yang tidak kunjung mendapatkan solusi serta penyempurnaan materi narasi. Proses penyusunan disertasi ini melalui empat tahapan penting yaitu ujian proposal, ujian seminar hasil, sidang tertutup, dan sidang promosi. Pada setiap tahapan viii
  • 10. tersebut, terdapat Tim Penguji yang melakukan evaluasi terhadap materi yang disampaikan oleh penulis. Tim penguji terdiri dari promotor, Kopromotor ditambah dengan empat penguji lain. Untuk itu, terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Moh. Arief Djanin, selaku ketua Penguji, yang dengan sabar memimpin sesi sidang dan memberi masukan penyempurnaan khususnya kesimpulan disertasi, Bapak Dr. Luky Alfirman, selaku anggota Penguji, yang banyak memberi masukan dari aspek ekonomi publik, Bapak Dr. B. Raksaka Mahi, selaku anggota Penguji, yang banyak memberi saran dan masukan bagi perbaikan model, Bapak Dr. Arindra A. Zainal, selaku anggota Penguji, yang memberi masukan perbaikan terutama pada materi kesimpulan dan juga selaku Ketua Program yang banyak memberi kemudahan bagi penyelesaian studi penulis. Selain itu, juga kepada Bapak Dr. Suahasil Nazara dan Bapak Dr. Sugiharso Safuan yang memberi masukan penyempurnaan proposal penulis pada saat ujian proposal. Bersekolah di UI pada awalnya tidak secara sengaja menjadi pilihan penulis. Ketika pada tahun 2000, setelah menyelesaikan tugas mengembangkan proyek Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) sebagai bagian dari program Jaring Pengaman Sosial (JPS), penulis terdorong mengambil kuliah setelah melihat sahabat penulis Hanggono T. Nugroho yang telah terlebih dahulu menjadi mahasiswa program S-3 Ekonomi UI. Proses kuliah kemudian tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya, ternyata terasa sangat menyenangkan ditengah tugas dan beban kuliah yang berat terutama karena fakultas ekonomi UI terkenal dengan pameo ‘sulit masuk apalagi keluarnya’. Kesenangan ini terutama disumbangkan oleh keberadaan rekan-rekan program pascasarjana ekonomi angkatan 2000, yang sangat kompak dan saling mendukung. Beberapa diantara teman-teman tersebut adalah Edy Suratman, Djoni Hartono, ‘Mas Iwan’, Wildan, Tauhid, Pak Bambang, Esa, Ratna, Syarkawi, Mawardi, Bintoro dan banyak lagi yang lain. Masa bersama mereka semua menjadi bagian yang indah untuk dikenang. Bantuan rekan-rekan Angkatan 2000 yang mengingatkan penulis tentang tugas dan ujian yang kadangkala terlupakan karena kesibukan penulis, termasuk juga meminjamkan catatan dan memberi penjelasan, sangat membantu melancarkan proses ix
  • 11. perkuliahan penulis. Tanpa bantuan dan dorongan mereka, masa-masa kuliah S-3 akan terasa sangat kering dan bahkan mungkin disertasi ini tidak terwujud. Terima kasih atas tahun-tahun yang penuh warna tersebut. Keeratan hubungan diantara rekan-rekan mahasiswa S-3 juga tentunya sangat membantu proses penyelesaian perkuliahan. Masa-masa belajar bersama menghadapi ujian preliminary sangat menyenangkan, bersama-sama kita saling mengisi kekurangan masing-masing. Penulis yang sangat tertolong dalam proses ini, karena latar belakang penulis yang bukan ekonomi menjadikan penulis sebagai ‘anak bawang’ dalam proses persiapan tersebut. Beberapa diantara rekan S-3 tersebut diantaranya Edy Suratman, Hanggono T. Nugroho, Sony, Pak Hasman, Willem, Andi Alfian, Beta, Jenny, Widyono, Wanto, dan banyak lagi yang lain. Terselesaikannya disertasi ini melengkapi kebersamaan kita yang menyenangkan tersebut. Proses awal penulisan disertasi ini merupakan langkah yang cukup berat, terutama setelah penulis mengambil cuti selama 2 tahun berturut-turut, yang kemudian disertai kesibukan penulis yang menyita waktu. Akan tetapi, rekan dan sahabat penulis Djoni Hartono banyak mendorong penulis melalui sms, email bahkan kunjungan langsung ke kantor, yang kemudian membangkitkan semangat penulis. Ide awal disertasi ini banyak didukung oleh hasil diskusi penulis dengan Djoni. Termasuk dalam proses ini juga penulis berhutang budi kepada Bapak Donny Azdan yang memperkenankan untuk mengadopsi model CGE-nya. Proses selanjutnya juga tidak kurang menariknya karena ternyata penyusunan model CGE sangat menyita waktu dan pikiran, apalagi penyusun bertekad untuk melakukannya sendiri. Walaupun demikian dalam proses ini, Djoni yang sedang menyelesaikan disertasi dan Dewi yang pada saat yang bersamaan dalam tahap akhir penyelesaiaan tesisnya, banyak membantu penulis untuk memahami model CGE sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan model CGE air minum ini. Terima kasih penulis pada keduanya atas pengorbanan waktunya. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih pada Pak Pipit dari BPS, yang membantu penulis menyiapkan data SNSE Air Minum DKI Jakarta Tahun 2000. Tanpa data tersebut, model CGE air minum DKI Jakarta tak mungkin terselesaikan. x
  • 12. Bekerja dan bersekolah ternyata bukan sesuatu yang mudah. Namun, dorongan dan dukungan dari atasan, rekan sejawat, mitra kerja, dan sesama staf menjadikan hidup lebih mudah. Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Herman Haeruman, yang pada saat itu selaku Deputi Regional Bappenas, dan Bapak Max Pohan yang pada saat itu selaku Kepala Biro Peningkatan Kapasitas Daerah Bappenas, yang memberi kesempatan penulis untuk mengikuti pendidikan S-3 Pascasarjana Ekonomi UI. Walaupun secara resmi sebenarnya penulis tidak mendapat tugas belajar dari Bappenas, tetapi hal tersebut tidak mengurangi semangat menyelesaikan perkuliahan. Kemudian di tengah proses perkuliahan, penulis berpindah tugas ke Direktorat Permukiman dan Perumahan Bappenas, yang menjadikan penulis lebih sibuk lagi terutama dengan tugas baru untuk juga menjadi anggota Pokja AMPL. Kerelaan dan dorongan Bapak Basah Hernowo selaku atasan penulis memberi kesempatan menyelesaikan sekolah sangat membantu mempercepat terselesaikannya disertasi ini. Tentunya termasuk juga kerelaan dan dorongan semangat kadang disertai ‘sindiran kapan selesainya’ dari rekan-rekan kantor Nugroho Tri Utomo, Pungki Sumadi, Bastary Pandji Indra, Salusra ‘Ilus’ Widya, Anti, Ita, Nurul, Andre, Mbak Mia, Sali yang ternyata memicu semangat penulis. Sindiran membawa berkah. Sebagian besar waktu penulisan disertasi ini dilakukan di kantor sekretariat Pokja AMPL. Pada beberapa kesempatan ketika sedang sibuk sekali, terpaksa penulis meminta bantuan rekan-rekan staf sekretariat Pokja. Untuk itu, terima kasih buat Rudi yang membantu merapikan grafik, Meddy, Adi, Puput yang merapikan tampilan narasi, Agus Suhada yang ketambahan tugas mengantar rancangan disertasi dan undangan ke pembimbing dan penguji, Andri yang selalu setia menemani ketika penulis begadang di kantor, Aini yang sibuk menghubungi pusat bahasa Depdiknas dalam rangka perbaikan tata bahasa disertasi ini, dan Reski yang membaca seluruh naskah disertasi sebelum dijilid. Terima kasih juga atas kesabaran semua staf sekretariat Pokja AMPL dan WASPOLA yang sedikit terganggu ritme kerjanya oleh kesibukan penulis menyelesaikan disertasi. Keterlibatan dalam Pokja AMPL yang intensif dalam 3 tahun terakhir memberi inspirasi penulis untuk mengambil topik disertasi ini. Air minum belum menjadi xi
  • 13. perhatian pengambil keputusan. Menjadikan air minum sebagai topik disertasi merupakan upaya penulis untuk meningkatkan profil air minum di Indonesia. Disamping itu, kekompakan dan kegembiraan yang selalu penulis rasakan selama bergabung dengan Pokja AMPL secara tidak langsung juga mendorong penulis menyumbang pemikiran bagi sektor air minum dan penyehatan lingkungan. Dorongan dan pengertian dari rekan-rekan anggota Pokja AMPL untuk menyelesaikan disertasi ini sangat terasa terutama kerelaan rekan pokja untuk sedikit terbebani tugas rutin pokja yang seharusnya menjadi porsi saya, sangat saya hargai. Dalam proses penetapan hari sidang, maupun proses administrasi lainnya, penulis sangat merasakan dukungan dari sekretariat program pascasarjana ekonomi UI khususnya bantuan dari Mirna. Tak lupa Ibu Niken, Sekretaris Pak Prijono di Jamsostek, juga sangat berperan membantu dalam proses penentuan waktu sidang tertutup, yang dapat terlaksana ditengah-tengah kepulangan Pak Pri dari Jepang untuk keperluan RUPS Jamsostek. Terima kasih atas bantuan yang diberikan. Salah satu hal yang menjadi prioritas dalam hidup penulis adalah dapat membahagiakan orang tua. Penulis berharap, terselesaikannya disertasi ini dapat melengkapi kebahagian bagi Ibu Mungkasa, nenek penulis, yang selalu berpuasa setiap kali penulis dapat melewati ujian, Bapak dan Mama yang selalu berdoa bagi keberhasilan penulis, adik-adik penulis yang selalu mendorong dan membantu dikala penulis sedang butuh bantuan, serta Mertua penulis yang selalu menemani cucunya di rumah ketika penulis harus berkutat dengan tugas sekolah. Semuanya pengorbanan tersebut sangat penulis hargai. Terakhir, yang paling utama bagi penulis adalah adanya dorongan dan dukungan dari istriku Verosya ‘Ade’ Zaina dan anakku Fakhrie Fadhlullah Mungkasa yang dengan sabar menunggu penulis dapat menyelesaikan sekolah S-3 ini. Setelah ini, Insya Allah tidak ada lagi hari-hari sibuk di akhir pekan. Depok, Agustus 2006. Oswar Mungkasa xii
  • 14. DAFTAR ISI Hal RINGKASAN ...................................................................................................... iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xxi DAFTAR KOTAK …………………………………………………………........ xxvi DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………........... xxvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………………………….......... 1 1.2 Masalah Penelitian …………………………………………… 5 1.3 Tujuan dan Hipotesis Penelitian ……………………………… 6 1.4 Manfaat dan Kontribusi Penelitian …………………………… 9 1.5 Pendekatan dan Ruang Lingkup Penelitian ………………….. 10 1.6 Sistematika Penulisan ………………………………………… 12 BAB II KONDISI SEKTOR AIR MINUM DKI JAKARTA 2.1 Gambaran Umum DKI Jakarta ………………………………. 14 2.1.1 Administrasi …………………………………………. 14 2.1.2 Kependudukan ………………………………………. 14 2.2 Kondisi Perekonomian DKI Jakarta ………………………… 15 2.2.1 Pangsa dan Pertumbuhan Sektor Ekonomi ………….. 15 2.2.2 Pendapatan per Kapita ………………………………. 17 2.2.3 Tingkat Kemiskinan …………………………………. 17 2.2.4 Distribusi Pendapatan ……………………………….. 19 2.2.5 Kebijakan Sektor Air Minum DKI Jakarta ………….. 21 2.2.6 Pola Penyediaan Air Minum di DKI Jakarta ………… 21 2.3 Perkembangan dan Rencana Pengembangan Penyediaan Air Minum DKI Jakarta …………………………………………. 22 2.3.1 Praprivatisasi Pengeloalaan Air Minum DKI Jakarta . 22 2.3.2 Privatisasi Pengelolaan Air Minum DKI Jakarta ……. 26 xiii
  • 15. Hal 2.3.3 Kinerja Pengelolaan Air Minum DKI Jakarta Setelah Privatisasi ……………………………………………... 28 2.3.4 Sistem Distribusi Pelayanan Air Minum Nonperpipaan 33 2.3.5 Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi Energi untuk Penyediaan Prasarana Air Bersih ……….. 34 BAB III PENYEDIAAN AIR MINUM, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN: SUATU TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Karakteristik Air Minum ……………………………………….. 36 3.2 Penyediaan Air Minum (Publik, Swasta, Penyedia Skala Kecil) dan Penanggulangan Kemiskinan ……………………………… 38 3.2.1 Penyediaan Air Minum oleh Pemerintah dan Privatisasi 38 3.2.2 Privatisasi Air Minum dan Penanggulangan Kemiskinan 42 3.3 Penyedia Air Minum Skala Kecil: Salah Satu Alternatif ……… 48 3.3.1 Keterbatasan Penyediaan Air Minum Skala Besar …….. 48 3.3.2 Kategori Penyedia Air Minum Skala Kecil ……………. 49 3.3.3 Peran Penyedia Air Minum Skala Kecil ………………. 50 3.3.4 Beberapa Pengalaman Pengelolaan ……………………. 51 3.3.5 Masa Depan Pelayanan Air Minum Skala Kecil …….... 53 3.4 Kaitan Pembangunan Air Minum terhadap Kemiskinan, Distribusi Pendapatan, dan Pertumbuhan Eonomi ……………. 54 3.4.1 Pembangunan Air Minum dan Kemiskinan …………… 54 3.4.2 Pembangunan Air Minum dan Pertumbuhan Ekonomi .. 60 3.4.3 Pembangunan Air Minum dan Kesenjangan …………... 61 3.5 Pertumbuhan Pro Poor ………………………………………… 61 3.6 Rangkuman ……………………………………………………. 63 BAB IV PEMODELAN DAMPAK INVESTASI AIR MINUM 67 4.1 Teori Keseimbangan Umum …………………………………... 68 4.2 Model Komputasi Keseimbangan Umum (CGE) ……………... 68 4.2.1 Prinsip dan Kerangka Dasar …………………………… xiv
  • 16. Hal 4.2.2 Model Standar Komputasi Keseimbangan Umum ……. 69 4.3 Model CGE Air Minum DKI Jakarta …………………………. 82 4.3.1 Kebutuhan Data ………………………………….......... 82 4.3.2 Penyesuaian SNSE dalam Model CGE ……………….. 82 4.3.3 Beberapa Prinsip Dasar ……………………………….. 84 4.3.4 Aktor dan Perilakunya ……………………………….... 84 4.3.5 Variabel dan Skalar ……………………………………. 89 4.3.6 Persamaan Model ……………………………………... 89 4.4 Perubahan Kesejahteraan ……………………………………... 98 BAB V SKENARIO KEBIJAKAN DAN HASIL SIMULASI 5.1 Validasi Model CGE .................................................................. 100 5.2 Skenario Simulasi ....................................................................... 100 5.3 Hasil Simulasi …………………………………………………. 109 5.3.1 Simulasi I: Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 109 5.3.2 Simulasi II: Peningkatan Investasi Air Minum Non Perpipaan ……………………………………………… 111 5.3.3 Simulasi III: Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum ………………..…………………….. 112 5.3.4 Simulasi IV: Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat …….. 118 5.3.5 Simulasi V: Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan dan Penyediaan Subsidi dari Pajak Air Minum Perpipaan ……………………………………… 120 5.3.6 Simulasi VI: Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan dan Penyediaan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat …......................................………….. 126 5.4 Rangkuman ……………………………………………………. 132 5.4.1 Pertumbuhan Ekonomi ………………………………… 132 5.4.2 Distribusi Pendapatan …………………………………. 146 5.4.3 Kelompok Penerima Manfaat …………………………. 154 5.4.4 Pertumbuhan Pro Poor ………………………………... 154 xv
  • 17. Hal BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan ………………………………………………….. 157 6.2 Rekomendasi ……………..………………………………….. 160 6.3 Beberapa Catatan ……………………………………………. 164 6.3.1 Kelebihan dan Kekurangan Model CGE ……………. 164 6.3.2 Kelemahan Model CGE Air Minum DKI Jakarta …... 166 6.4 Studi Lanjutan ……………………………………………….. 168 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 169 Lampiran 1 Konsep dan Definisi ………………………………………….. 181 Lampiran 2 Fungsi Penting dalam Model CGE ………………………….. 185 Lampiran 3 Sistem Neraca Sosial Ekonomi ………………………………. 187 Lampiran 4 Sistem Neraca Sosial Ekonomi DKI Jakarta 2000 (45x45, Jutaan Rupiah) ........................................................................... 193 Lampiran 5 Penyesuaian Sistem Neraca Sosial Ekonomi DKI Jakarta 2000 196 Lampiran 6 Deklarasi Indeks ........................................................................ 203 Lampiran 7 Ukuran Distribusi Pendapatan .................................................. 206 BIOGRAFI SINGKAT ........................................................................................ 208 xvi
  • 18. DAFTAR TABEL hal Tabel 1.1 Cakupan Layanan Air Minum di Jakarta Tahun 2002 (dalam persen) …………………………………………………………….. 4 Tabel 2.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta Tahun 1980-2004 ………………………………………………………… 15 Tabel 2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta Tahun 2000 dan 2003 (Berdasar Harga Konstan 1993) dalam Rp. Juta …. 16 Tabel 2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita DKI Jakarta Periode 1996-2003 ………………………………………………... 17 Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Miskin DKI Jakarta Tahun 1996, 2000 dan 2003 18 Tabel 2.5 Distribusi Pendapatan per Kapita DKI Jakarta Menurut Golongan Rumah Tangga, Tahun 2000 …………………………………….... 19 Tabel 2.6 Distribusi Pendapatan per Kapita DKI Jakarta Menurut Golongan Rumah Tangga Tahun 2000 …………………………………….... 20 Tabel 2.7 Target Teknis Tahun 1998-2002 ………………………………….. 27 Tabel 2.8 Rencana Investasi PT. Thames PAM Jaya dan PT. PAM Lyonnaise Jaya, 1998-2002………………………………………... 28 Tabel 2.9 Kinerja Privatisasi Pengelolaan Air Minum DKI Jakarta Tahun 2004 ………………………………………………………………… 29 Tabel 2.10 Cakupan Layanan Air Minum di Jakarta Tahun 2002 …………...... 29 Tabel 2.11 Klasifikasi Rumah Tangga Berdasar Sumber Air Minum Tahun 2003 ………………………………………………………………… 30 Tabel 2.12 Peningkatan Layanan Air Minum bagi Penduduk Miskin di Jakarta (1998-2002) ……………………………………………………….. 31 Tabel 2.13 Sistem Tarif Air Minum DKI Jakarta, Tahun 2005 ……………….. 32 Tabel 2.14 Realisasi Dana Program Subsidi Energi Air Bersih (SE-AB) Tahun 2001-2004 …………………………………………………………. 35 Tabel 3.1 Rangkuman Kaitan Ekonomi Makro antara Peningkatan Partisipasi Swasta dalam Pembangunan Infrastruktur dan Kesejahteraan Penduduk Miskin .........……………………………………………. 43 Tabel 3.2 Rangkuman Kaitan Ekonomi Mikro antara Peningkatan Partisipasi Swasta dalam Pembangunan Infrastuktur dan Kesejahteraan Penduduk Miskin …………………….……………………………. 45 xvii
  • 19. DAFTAR TABEL hal Tabel 3.3 Model Kemitraan Pemerintah Swasta yang Potensial Melayani Penduduk Miskin …..…………………………………………….... 47 Tabel 3.4 Tipe dan Karakteristik Penyedia Air Minum Skala Kecil . .............. 50 Tabel 3.5 Perbandingan Harga Air Minum Penjaja Keliling dan Perpipaan di Kota Besar Dunia .……………………………………………….... 56 Tabel 3.6 Proporsi Pengeluaran Air Minum Rumah Tangga Miskin Perkotaan 57 Tabel 4.1 Struktur Dasar SAM pada Model CGE …………………………..... 69 Tabel 4.2 Penyesuaian Klasifikasi SNSE DKI Jakarta Tahun 2000 Ukuran 103x103 ..…………………………………………………………… 83 Tabel 4.3 Persamaan Produksi …………………….………………………….. 91 Tabel 4.4 Persamaan Ekspor dan Impor ………….………………………….. 92 Tabel 4.5 Persamaan Modal ………………………………………………….. 93 Tabel 4.6 Persamaan Pendapatan …………………….………………………. 94 Tabel 4.7 Persamaan Pengeluaran ……………………………………………. 96 Tabel 4.8 Persamaan Kliring Pasar …………………………………………… 97 Tabel 5.1 Skenario Simulasi I dan II …………………………………………. 106 Tabel 5.2 Skenario Simulasi III ..……………………………………………... 106 Tabel 5.3 Skenario Simulasi IV ………………………….…………………... 106 Tabel 5.4 Skenario Simulasi V ......................................................................... 106 Tabel 5.5 Skenario Simulasi VI ....................................................................... 107 Tabel 5.6 Perubahan PDRB dan Pendapatan Rumah Tangga berdasar Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan …………………….... 110 Tabel 5.7 Perubahan PDRB dan Pendapatan Rumah Tangga berdasar Peningkatan Investasi Air Minum Non Perpipaan …..…………….. 111 Tabel 5.8 Pengaruh Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan terhadap Indikator Ekonomi .............…….………………………………….. 114 Tabel 5.9 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar Skenario Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ………………................................................................... 117 xviii
  • 20. DAFTAR TABEL hal Tabel 5.10 Perubahan PDRB dan Pendapatan Rumah Tangga berdasar Penyediaan Subsidi dari Pemerintah Pusat ...............……………… 119 Tabel 5.11 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 10 Persen dan Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan........................................................................................... 121 Tabel 5.12 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 25 Persen dan Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan …………………………………………………………. 123 Tabel 5.13 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 50 Persen dan Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ………………………………………………………….. 125 Tabel 5.14 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 10 Persen dan Penyediaan Subsidi dari Pusat ..………………………………. 127 Tabel 5.15 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 25 Persen dan Penyediaan Subsidi dari Pusat ..………………………………. 129 Tabel 5.16 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 50 Persen dan Penyediaan Subsidi dari Pusat ..………………………………. 131 Tabel 5.17 Rekapitulasi Pertumbuhan Ekonomi Simulasi Peningkatan Investasi Air Minum …….…………………………….................... 133 Tabel 5.18 Rekapitulasi Pertumbuhan Ekonomi Simulasi Subsidi ………….. 138 Tabel 5.19 Rekapitulasi Pertumbuhan Ekonomi Simulasi Investasi Air Minum Perpipaan dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum ………. 144 Tabel 5.20 Rekapitulasi Pertumbuhan Ekonomi Simulasi Investasi Air Minum Perpipaan dan Subsidi dari Pemerintah Pusat …………………….. 145 Tabel 5.21 Rekapitulasi Distribusi Pendapatan Simulasi Peningkatan Investasi Air Minum …………………………………………………………. 146 xix
  • 21. DAFTAR TABEL hal Tabel 5.22 Rekapitulasi Dampak Subsidi terhadap Distribusi Pendapatan ....... 149 Tabel 5.23 Rekapitulasi Distribusi Pendapatan Simulasi Investasi Air Minum Perpipaan dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum ............. 152 Tabel 5.24 Rekapitulasi Distribusi Pendapatan Simulasi Investasi Air Minum Perpipaan dan Subsidi dari Pemerintah Pusat .................................. 153 Tabel 5.25 Rekapitulasi Pertumbuhan Pro Poor ............................................... 156 xx
  • 22. DAFTAR GAMBAR hal Gambar 2.1 PDRB DKI Jakarta 2000-2003 Harga Konstan 1993 …………... 15 Gambar 2.2 Pertumbuhan PDRB/Kapita DKI Jakarta Harga Konstan 1993 Tahun 1996-2002 ……………………………………………….. 16 Gambar 2.3 Penyebaran Penduduk Miskin DKI Jakarta Tahun 1996, 2000, 2003 …........................................................................................... 18 Gambar 2.4 Distribusi Pendapatan DKI Jakarta 2000 ……………………...... 20 Gambar 2.5 Produksi dan Air Terjual PAM Jaya 1993-1997 ……………….. 24 Gambar 2.6 Penerimaan dan Biaya Operasional PAM Jaya 1993-1997 …….. 24 Gambar 2.7 Jumlah Sambungan PAM Jaya 1993-1997 …………………….. 25 Gambar 2.8 Sistem Jaringan Pipa Distribusi Air Minum DKI Jakarta ………. 25 Gambar 2.9 Distribusi Air Minum Nonperpipaan dari Sumber Air Minum Perpipaan Tahun 2005 ………………………………………….. 33 Gambar 3.1 Pengaruh Ketersediaan Air Minum terhadap Beragam Dimensi Kemiskinan ……………………………………………………... 55 Gambar 3.2 Jalur Utama Penularan Penyakit melalui Air ………………….... 58 Gambar 3.3 Kebijakan, Pertumbuhan, Perubahan Distribusi dan Penurunan Kemiskinan …………………………………................................ 63 Gambar 4.1 Struktur Dasar Model CGE ............................................................ 70 Gambar 4.2 Teknologi Produksi …..…………………………………………. 71 Gambar 4.3 Aliran Komoditas yang Dipasarkan …………………………….. 75 Gambar 4.4 Struktur Fungsi Sektor Produksi ………………………………... 77 Gambar 4.5 Struktur Fungsi Konsumsi …………………………………….... 81 Gambar 4.6 Keterkaitan Antarsektor dalam Wilayah ………………………... 88 Gambar 4.7 Struktur Fungsi Sektor Produksi ………………………………... 90 Gambar 5.1 Bagan Alir Skenario Simulasi ..........................………………….. 105 Gambar 5.2 Bagan Alir Simulasi ....................................................................... 108 xxi
  • 23. DAFTAR GAMBAR hal Gambar 5.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Rasio Gini Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan ..……………………………….. 110 Gambar 5.4 Peningkatan Pendapatan per Kapita Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan .........................………….......... 110 Gambar 5.5 Pangsa Pendapatan per Kelompok RT Miskin Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan ................................ 110 Gambar 5.6 Pertumbuhan Ekonomi dan Rasio Gini Skenario Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan Bersumber dari Pajak …………....... 112 Gambar 5.7 Perubahan Pendapatan RT berdasar Skenario Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan.................................…………..………….. 112 Gambar 5.8 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan .................................................................. 117 Gambar 5.9 Rasio Gini Skenario Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ……………..…………………………………………. 117 Gambar 5.10 Perubahan Pendapatan RT berdasar Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum ...................................................... 117 Gambar 5.11 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Subsidi dari Pemerintah Pusat . 119 Gambar 5.12 Rasio Gini Skenario Subsidi dari Pemerintah Pusat .................…. 119 Gambar 5.13 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Subsidi dari Pemerintah Pusat .................................................................... 119 Gambar 5.14 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (10%) dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ………….............. 121 Gambar 5.15 Rasio Gini Skenario Investasi (10%) dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ………..……………... 121 Gambar 5.16 Perubahan Pendapatan RT/Kapita Skenario Investasi (10%) dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum .....................……... 121 Gambar 5.17 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (25%) dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan …………….......... 123 Gambar 5.18 Rasio Gini Skenario Investasi (25%) dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ………..………......…. 123 Gambar 5.19 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita Skenario Investasi (25%) dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum .………….......... 123 xxii
  • 24. DAFTAR GAMBAR hal Gambar 5.20 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (50%) dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan .............................. 125 Gambar 5.21 Rasio Gini Skenario Investasi (50%) dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ………..………..……. 125 Gambar 5.22 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Investasi (50%) dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum .………… 125 Gambar 5.23 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (10%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ........................................................... 127 Gambar 5.24 Rasio Gini Skenario Investasi (10%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ………..……………………………………... 127 Gambar 5.25 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Investasi (10%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat .……………… 127 Gambar 5.26 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (25%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ………………………………........... 129 Gambar 5.27 Rasio Gini Skenario Investasi (25%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ………..……………………………………... 129 Gambar 5.28 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Investasi (25%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ………………... 129 Gambar 5.29 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (50%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ………………………………........... 131 Gambar 5.30 Rasio Gini Skenario Investasi (50%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ………..……………………………………... 131 Gambar 5.31 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Investasi (50%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ………………... 131 Gambar 5.32 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 133 Gambar 5.33 Keterkaitan Investasi Air Minum dengan Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan (Simulasi I dan II) ............................... 137 Gambar 5.34 Dampak Subsidi terhadap Pertumbuhan Ekonomi ....................... 138 Gambar 5.35 Keterkaitan Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan dengan Distribsui Pendapatan dan Pertumbuhan Ekonomi ...................... 139 xxiii
  • 25. DAFTAR GAMBAR hal Gambar 5.36 Keterkaitan Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan yang Dialokasikan untuk Subsidi dengan Distribusi Pendapatan dan Pertumbuhan Ekonomi (Simulasi III) ............................................ 141 Gambar 5.37 Keterkaitan Peningkatan Transfer Dana Pusat yang Dialokasikan untuk Subsidi terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Distribusi Pendapatan (Simulasi IV) .............................................................. 141 Gambar 5.38 Keterkaitan Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan dan Subsidi terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Distribusi Pendapatan (Simulasi V - VI) ........................................................ 141 Gambar 5.39 Dampak Investasi 10% dan Subsidi dari Pajak Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi …………………………...……. 144 Gambar 5.40 Dampak Investasi 25% dan Subsidi dari Pajak Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi …………………………..……. 144 Gambar 5.41 Dampak Investasi 50% dan Subsidi dari Pajak Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi ……………………………..…. 144 Gambar 5.42 Dampak Investasi 10% dan Subsidi dari Pusat terhadap Pertumbuhan Ekonomi ……………………….............................. 145 Gambar 5.43 Dampak Investasi 25% dan Subsidi dari Pusat terhadap Pertumbuhan Ekonomi ………………………………….............. 145 Gambar 5.44 Dampak Investasi 50% dan Subsidi dari Pusat terhadap Pertumbuhan Ekonomi ………………………………….............. 145 Gambar 5.45 Dampak Investasi Air Minum terhadap Distribusi Pendapatan ..... 146 Gambar 5.46 Dampak Subsidi dari Pajak Air Minum Perpipaan terhadap Distribusi Pendapatan .................................................................... 150 Gambar 5.47 Dampak Subsidi dari Pemerintah Pusat terhadap Distribusi Pendapatan ..................................................................................... 150 Gambar 5.48 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (10%) dan Subsidi dari Pajak Air Minum Perpipaan terhadap Distribusi Pendapatan ....... 152 Gambar 5.49 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (25%) dan Subsidi dari Pajak Air Minum Perpipaan terhadap Distribusi Pendapatan ....... 152 Gambar 5.50 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (50%) dan Subsidi dari Pajak Air Minum Perpipaan terhadap Distribusi Pendapatan ....... 152 xxiv
  • 26. DAFTAR GAMBAR hal Gambar 5.51 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (10%) dan Subsidi dari Pemerintah Pusat terhadap Distribusi Pendapatan ........................ 153 Gambar 5.52 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (25%) dan Subsidi dari Pemerintah Pusat terhadap Distribusi Pendapatan ........................ 153 Gambar 5.53 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (50%) dan Subsidi dari Pemerintah Pusat terhadap Distribusi Pendapatan ....................... 153 Gambar 5.54 Pertumbuhan Pro Poor Simulasi Investasi Air Minum Perpipaan dan Subsidi ..................................................................................... 154 xxv
  • 27. DAFTAR KOTAK hal Kotak 4.1 Hukum Walras …………………………………………………….. 67 xxvi
  • 28. DAFTAR SINGKATAN ADB = Asian Development Bank APF = Aggregate Production Function Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BBM = Bahan Bakar Minyak BOT = Build Operate Transfer Bodetabek = Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi BPS = Badan Pusat Statistik CES = Constant Elasticity of Substitution CET = Constant Elasticity of Transformation CGE = Computable General Equilibrium CPI = Costumer Price Index DKI = Daerah Khusus Ibukota FOC = First Order Condition FGT = Foster-Greer-Thorbecke HU = Hidran Umum KK = Kepala Keluarga LES = Linear Expenditure System LSM = Lembaga Swadaya Masyarakat MCK = Mandi, Cuci, Kakus MDG = Millenium Development Goals MPS = Marginal Propensity to Save PAM Jaya = Perusahaan Air Minum Jakarta Raya PDAM = Perusahaan Daerah Air Minum PDB = Produk Domestik Bruto PDRB = Produk Domestik Regional Bruto PP = Peraturan Pemerintah PPD-PSE = Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi Energi PT = Perusahaan Terbatas xxvii
  • 29. PTO = Penyesuaian Tarif Otomatis ROW = Rest of the World RT = Rumah Tangga SAM = Social Accounting Matrix SE-AB = Subsidi Energi-Air Bersih SIPAS = Sistem Penyediaan Air Bersih Sederhana SNSE = Sistem Neraca Sosial Ekonomi TA = Terminal Air TFP = Total Factor Production TK = Tenaga Kerja TPJ = Thames Pam Jaya UGM = Universitas Gajah Mada USD = United State Dollar VA = Value Added WHO = World Health Organization WTP = Water Treatment Plant xxviii
  • 30. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki Milenium baru, hampir setengah dari total penduduk dunia bertempat tinggal di daerah perkotaan1. Percepatan pertambahan penduduk perkotaan melampaui kemampuan pemerintah dalam menyediakan kebutuhan dasar penduduk. Akibatnya, sejumlah penduduk mengalami kesulitan mendapatkan kebutuhan dasar untuk perumahan, air minum2, sanitasi, kesehatan, pekerjaan dan pendidikan. Mendekati 1,3 miliar penduduk dunia di negara berkembang, mayoritas penduduk miskin, kekurangan akses terhadap kecukupan air. Dampak ketidakcukupan air dan sanitasi terutama dirasakan oleh penduduk miskin. Akibat kualitas air minum yang tidak memadai, penduduk miskin kota menanggung dampak berupa berjangkitnya penyakit diare dan kolera3 yang mengharuskan mereka mengeluarkan dana untuk obat dan perawatan medis. Lebih lanjut, hal itu mengakibatkan anak-anak tidak sekolah, dan orang dewasa kehilangan waktu kerja. Akibatnya, selain berdampak pada besarnya pengeluaran untuk membeli air, kurangnya akses ke air minum yang memadai, aman, terjangkau juga berdampak langsung pada penghidupan dan pendapatan penduduk miskin kota4. 1 Pada tahun 2015, penduduk perkotaan akan bertambah dua kali lipat sehingga mencapai 3,5 miliar penduduk. Selain itu, 1 dari 5 penduduk akan berlokasi di kota besar berpenduduk lebih dari 10 juta dibanding 1 dari 9 saat ini (Dasgupta, 2002) Sementara sekitar 95 persen dari pertambahan penduduk perkotaan tersebut akan berlokasi di negara berkembang dan separuhnya merupakan penduduk miskin, serta bertempat tinggal di daerah kumuh (Annez, 1996). 2 Definisi air minum yang dipergunakan adalah air minum rumah tangga baik yang langsung dapat diminum maupun yang masih perlu diolah, yang berasal dari sumber yang aman dari pencemaran.Pengertian air minum disini sama dengan istilah air bersih yang sering dipergunakan ditambah dengan air yang langsung bias diminum tetapi tidak termasuk air kemasan maupun air isi ulang. 3 Diperkirakan 10 ribu penduduk meninggal setiap hari disebabkan penyakit terkait air dan sanitasi dan ribuan lainnya menderita. 4 Penghidupan dan pendapatan penduduk diartikan sebagai kemampuan terlibat dalam kegiatan menghasilkan uang, pendapatan dari kegiatan tersebut, dan pengeluaran yang ditimbulkannya. 1
  • 31. Ketika penduduk termiskin tidak mendapat akses ke air sistem perpipaan, air dari penyedia air minum skala kecil (small scale water provider) atau air nonperpipaan5 menjadi alternatifnya. Besarnya tarif air minum nonperpipaan mengakibatkan biaya yang dikeluarkan menjadi jauh lebih mahal, sehingga ketidaktersediaan air minum menjadi salah satu penentu utama tingkat kemiskinan bagi sebagian besar rumah tangga. Sebagai contoh, Okun (1988) memperkirakan bahwa rumah tangga miskin yang tidak terlayani oleh sistem perpipaan menghabiskan sekitar 10-30 persen dari pendapatannya untuk kebutuhan air, sementara rumah tangga kaya umumnya hanya mengeluarkan kurang dari dua persen (Satterwaithe, 1998)6. Akibatnya, air diperoleh dengan biaya mahal dalam jumlah jauh dari kebutuhan normal. Jadi, ketika kebutuhan air minum penduduk miskin terpenuhi, mereka terpaksa membayar dengan harga yang jauh lebih mahal7. Hal ini kemudian berujung pada penurunan kualitas hidup, pengurangan produktivitas, penambahan beban biaya kesehatan, dan polusi lingkungan yang tak terhindarkan. Keseluruhannya mengarah pada peningkatan kemiskinan di perkotaan. Diperkirakan pada tahun 2010 penduduk miskin perkotaan mencapai sekitar 47 persen dari total penduduk miskin Indonesia, meningkat dari sekitar 38 persen pada tahun 2000 (Dasgupta, 2002). Segala keuntungan dari keberadaan kota menjadi terhalangi oleh merebaknya kemiskinan di perkotaan. Mexico City, Beijing, dan Jakarta merupakan contoh nyata dengan permasalahan tidak memadainya akses air minum, khususnya bagi penduduk miskin (Black, 1996). Kondisi ini mempengaruhi langsung sebagian penduduk, tetapi pada akhirnya secara tidak langsung dapat berdampak pada keseluruhan kota. 5 Secara umum disepakati bahwa kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai penyedia air minum skala kecil ketika (i) melaksanakan kegiatan dengan menggunakan pegawai dalam jumlah kecil; (ii) melaksanakan kegiatan berdasar prinsip pemulihan biaya dan orientasi keuntungan; (iii) menggunakan modal sendiri tanpa bantuan dari pemerintah dan LSM; (iv) menyediakan air minum merupakan kegiatan utamanya (Conan, 2002). 6 Pada negara industri, pengeluaran air berkisar 0,5 sampai dua persen dari pendapatan rata-rata (1,3 persen di Jerman dan Belanda, 1,2 persen di Perancis) dan air minum dianggap mahal ketika pengeluaran melampaui tiga persen dari pendapatan rata-rata penduduk (Water Academy, 2004). 7 Sebagai gambaran, berdasar data Water Supply and Sanitation Collaborative Council (1999), tarif penjaja air keliling pada beberapa kota besar di negara berkembang mencapai sekitar 5 sampai 20 kali dari tarif air minum perpipaan. 2
  • 32. Kemampuan mengatasi kondisi ini akan menentukan kelangsungan kota dan perekonomian. Hal ini didasari pada pertimbangan dampak utama pengurangan kemiskinan di perkotaan tidak hanya pada penduduk miskin, tetapi terjadi juga pada keseluruhan penduduk kota, dalam hal (i) mengurangi ketimpangan sosial, (ii) menghindari masalah lingkungan dan kesehatan skala besar, (iii) mendorong pembangunan ekonomi lokal, (iv) membantu pertumbuhan ekonomi nasional. Ketimpangan sosial dapat mengarah pada ketegangan sosial yang bermuara pada benturan antarkelompok. Masalah kesehatan dan lingkungan pada daerah kumuh dapat berdampak pada keseluruhan kota seperti merebaknya diare, kolera, demam berdarah. Ketidakcukupan air dan sanitasi dapat berdampak pada penurunan kualitas air permukaan dan air tanah dangkal. Perkembangan ekonomi lokal dapat membantu meningkatkan kondisi kehidupan penduduk miskin sehingga mendukung produktifitas dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan kota yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi nasional, karena kota berfungsi sebagai pusat pertumbuhan (Baharoglu, 2000) Jakarta sebagai salah satu kota yang dalam waktu dekat akan menjadi megacity8, juga mengalami masalah dengan akses air minum, khususnya bagi penduduk miskin. Meningkatnya urbanisasi menyebabkan peningkatan kebutuhan layanan infrastruktur termasuk air minum. Pada tahun 1996, sebelum privatisasi penyediaan air minum9, cakupan pelayanan air minum di Jakarta mencapai 41 persen dengan tingkat kebocoran 57 persen dan penggunaan air tanah berlebihan. Setelah empat tahun privatisasi (2002), mengabaikan banyaknya keluhan terhadap kualitas dan kuantitas pelayanan, kedua operator telah mencapai perkembangan yang nyata. Pelayanan telah bertambah menjadi 44 persen di bagian barat, dan 62 persen di bagian timur, yang secara keseluruhan mencapai 52,4 persen untuk seluruh Jakarta. 8 Megacity didefinisikan sebagai metropolitan dengan penduduk lebih dari 10 juta. 9 Pada tahun 1998, PT. Palyja (Ondeo) dan PT. TPJ (Thames International, RWE) mendapatkan kontrak konsesi penyediaan air minum di Jakarta. Jakarta dibagi dalam 2 (dua) wilayah yaitu PT Palyja bertanggungjawab untuk pengembangan dan pengelolaan air minum di bagian Barat, dan PT. TPJ di bagian timur. 3
  • 33. Tabel 1.1 Cakupan Layanan Air Minum di Jakarta Tahun 2002 (dalam persen) Terlayani Tak Terlayani Air Total Air Perpipaan Perpipaan Tidak Miskin 39,7 36,9 76,6 Miskin 12,7 10,7 23,4 Total 52,4 47,6 100,0 Sumber: Anwar (2003) Keberhasilan peningkatan cakupan tersebut masih menyisakan proporsi sekitar 10,7 persen penduduk miskin yang belum terlayani oleh air perpipaan. Penduduk miskin yang tidak terlayani oleh air perpipaan menggunakan beragam bentuk pelayanan air minum untuk memenuhi kebutuhannya, diantaranya berupa sumur dangkal, air tanah dalam, kran umum, penjaja keliling, sebagian penduduk menjual air ke tetangganya, truk air, dan air kemasan isi ulang. Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena ternyata sebagian besar penduduk miskin menggunakan sumur tidak terlindungi dan fasilitas umum yang merupakan sumber pencemaran dan terjangkitnya wabah diare dan kolera. Selain itu, penduduk miskin yang tidak terlayani membeli air dengan harga jauh lebih mahal sampai 15 kali tarif air perpipaan (Anwar, 2003). Ketika tidak segera ditanggulangi, kondisi ini akan berdampak pada semakin terperangkapnya penduduk dalam kemiskinan, yang selanjutnya dapat berdampak tidak hanya pada penduduk miskin, tetapi berdampak juga pada seluruh penduduk kota dalam berbagai bentuk. Teori sederhana dan bukti empiris menunjukkan bahwa pengurangan kemiskinan dapat dicapai melalui percepatan pertumbuhan ekonomi dan/atau perubahan distribusi pendapatan. Ravallion (2001), melalui studi antarnegara, menunjukkan bahwa peningkatan satu persen pendapatan rata-rata rumah tangga atau konsumsi menghasilkan penurunan kemiskinan yang bervariasi antara 0,6 persen 4
  • 34. sampai 3,5 persen. Ketika pertumbuhan ekonomi menghasilkan penurunan kemiskinan, pertumbuhan tersebut disebut pro-poor.10 Berkaitan dengan permasalahan kemiskinan perkotaan yang terkait dengan masih rendahnya ketersediaan air minum bagi penduduk miskin DKI Jakarta, dan investasi air minum yang secara teori dan empiris dapat berdampak pada penanggulangan kemiskinan, disertasi ini berusaha menjawab pertanyaan apakah investasi air minum di DKI Jakarta menghasilkan pertumbuhan pro-poor sehingga dapat dijadikan salah satu bagian dari kebijakan penanggulangan kemiskinan khususnya di perkotaan. 1.2 Masalah Penelitian Perkembangan perkotaan dunia dan Indonesia menunjukkan perubahan yang pesat. Dalam waktu singkat jumlah penduduk perkotaan meningkat tajam, bahkan dalam waktu tidak lama lagi proporsi penduduk perkotaan akan melampaui penduduk perdesaan. Diperkirakan pada tahun 2010, proporsi penduduk perkotaan Indonesia akan mencapai 54,2 persen, meningkat dari sekitar 35 persen (1990) dan 42 persen (2000) (Bappenas, 2005). Kondisi itu berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan perkotaan, diantaranya berupa tidak terpenuhinya kebutuhan air minum. Sebagian terbesar penduduk yang tidak terlayani adalah penduduk miskin. Telah menjadi kesepakatan bahwa peningkatan akses air minum dapat menjadi jalan menuju penanggulangan kemiskinan. Investasi yang ditanamkan di sektor air minum dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang bersifat pro-poor. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan. Dikaitkan dengan kondisi Jakarta, investasi air minum yang bersifat pro-poor merupakan suatu keniscayaan, dengan berbagai pertimbangan di antaranya (i) tingkat 10 Terdapat dua definisi pertumbuhan pro-poor. Pada konsep pertama, pertumbuhan pro-poor terjadi ketika pendapatan penduduk miskin meningkat lebih cepat dari penduduk tidak miskin. Sementara konsep kedua menyatakan bahwa pertumbuhan pro-poor terjadi ketika jumlah absolut penduduk miskin berkurang (Vos, 2005). Dapat disimpulkan bahwa perbedaan mendasar hanya pada fokusnya yaitu (i) konsep pertama pada kesenjangan (White dan Anderson, 2000), (Kakwani dan Pernia, 2000) dan (ii) konsep kedua pada kemiskinan (Ravallion dan Chen, 2003).Studi ini menggunakan definisi pertama. 5
  • 35. urbanisasi yang mengarah pada peningkatan jumlah penduduk miskin masih relatif tinggi, (ii) proporsi penduduk miskin yang belum terlayani oleh air minum masih cukup besar. Oleh karena itu, pertanyaan yang mengemuka adalah (i) apakah investasi air minum perpipaan di DKI Jakarta telah memicu pertumbuhan ekonomi yang bersifat pro-poor, (ii) apakah investasi air minum nonperpipaan di DKI Jakarta memicu pertumbuhan ekonomi pro-poor, (iii) apakah subsidi pemerintah dalam penyediaan air minum di DKI Jakarta memicu pertumbuhan ekonomi pro-poor. 1.3 Tujuan dan Hipotesis Penelitian Tujuan umum dari studi ini adalah menjawab pertanyaan apakah investasi air minum di DKI Jakarta sudah bersifat pro-poor yang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan yang mengurangi kesenjangan. Tujuan khusus dari studi adalah (i) mengembangkan model komputasi keseimbangan umum air minum, (ii) menganalisis dampak investasi air minum perpipaan terhadap pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan, (iii) menganalisis dampak penyediaan air minum nonperpipaan terhadap pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan, (iv) menganalisis dampak penyediaan subsidi air minum bagi rumah tangga berpendapatan rendah, dan (v) memberikan rekomendasi kebijakan pembangunan air minum di DKI Jakarta. Secara teoritis, terdapat empat faktor pertumbuhan, yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam, pembentukan modal, dan teknologi (Nordhaus, 2004). Oleh karena itu, investasi infrastruktur, termasuk air minum yang berupa penambahan modal, merupakan salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi. Secara empiris, terdapat banyak studi yang membuktikan kebenaran pengaruh positif investasi infrastruktur, termasuk air minum, terhadap pertumbuhan ekonomi. (i) Barro (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang tergantung pada langkah pemerintah dalam penyediaan infrastruktur. (ii) studi Bank Dunia pada 63 negara berkembang menunjukkan bahwa penambahan satu persen stok infrastruktur berkorelasi dengan pertumbuhan satu persen PDB. (iii) Canning (1999), dan Demetriades dan Mamuneas (2000) melaporkan kontribusi output yang signifikan dari infrastruktur. (iv) Stephen Yeaple dan Stephen S. Golub (2002) menyimpulkan bahwa 6
  • 36. penambahan kapasitas pelayanan infrastruktur sebesar satu persen akan meningkatkan nilai produktivitas faktor total (TFP) sebesar 0,12. (v) Estache dkk (2002) menunjukkan bahwa penambahan stok infrastruktur sebesar 10 persen menghasilkan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1,5 persen. (vi) Kajian Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM (2003) menunjukkan bahwa investasi infrastruktur meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pemerataan. (vii) Kajian Bappenas (2004) menunjukkan bahwa penambahan kapasitas pelayanan infrastruktur memberikan dampak positif pada perekonomian nasional. Sementara kajian WHO (2004) melalui the Swiss Tropical Institute menyimpulkan bahwa investasi air minum dan sanitasi sebesar USD.1 akan memberikan pengembalian sebesar antara USD.3 sampai USD.34, bergantung pada lokasinya. Selain itu, beberapa analisis terbaru menunjukkan bahwa pengelolaan air berada pada peringkat kedua terbesar dalam investasi infrastruktur bagi kebangkitan ekonomi (Tan, 2000). Debat kaitan antara pertumbuhan pendapatan per kapita dan kesenjangan diprakarsai oleh Kutznets (1955) yang menemukan bahwa terdapat hubungan U terbalik antara pendapatan dan kesenjangan berdasar penelitian antarnegara. Pertumbuhan terjadi dahulu, kesenjangan melebar, lalu kemudian kesenjangan menurun (Anand dan Kanbur, 1993). Di pihak lain, literatur empiris terkini, seperti oleh Deininger dan Squire (1996), Chen dan Ravallion (1997), Easterly (1999), dan Dollar dan Kraay (2002), seluruhnya menyatakan bahwa pertumbuhan tidak mempunyai dampak pada kesenjangan (World Bank Poverty Net). Pada kenyataannya, perbedaan pendapat tentang kaitan pertumbuhan dan kesenjangan lebih terlihat pada literatur teoritis, sementara literatur empiris secara seragam menyatakan bahwa pertumbuhan tidak mempunyai dampak sistematik pada kesenjangan. Perdebatan ini juga kemudian makin kontroversial ketika penyediaan air minum diserahkan pada swasta. Meskipun pengamatan secara internasional menunjukkan secara umum dampak privatisasi menguntungkan (Kikeri dan Nellis, 7
  • 37. 2001; Megginson dan Netter, 2001; Shirley dan Walsh, 2001), dampaknya di negara berkembang tetap kontroversial (Parker, 2003). Debat tentang peran swasta dalam penyediaan air minum telah berlangsung lama, sebagian mendukung dan selebihnya menentang. Pihak pendukung menyatakan privatisasi meningkatkan efisiensi (misalnya tingkat kebocoran air menurun dan tagihan macet berkurang), dan mendorong bertambahnya investasi. Pihak penentang menyatakan bahwa swasta hanya mementingkan keuntungan dengan mengabaikan kesejahteraan dan meningkatkan tarif tanpa mempedulikan kualitas layanan. Jika dikaitkan dengan pembangunan air minum di DKI Jakarta yang sejak tahun 1997 dilaksanakan oleh swasta melalui skema konsesi, hasilnya telah cukup memadai, seperti menurunnya tingkat kebocoran dan meningkatnya investasi yang tentunya mendorong pertumbuhan ekonomi. Di pihak lain, masih banyak penduduk miskin yang belum terlayani. Hal ini ditengarai oleh tidak tersedianya insentif yang memadai bagi perusahaan ketika penyediaan air minum diarahkan pada penduduk miskin. Bahkan, dalam tujuan kerja sama pemerintah dan swasta tersebut tidak secara eksplisit dicantumkan keberpihakan pada penduduk miskin. Kondisi ini kemudian mendasari hipotesis pertama dari studi ini yang menyatakan bahwa peningkatan investasi air minum perpipaan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya akan memperburuk distribusi pendapatan. Ketidaktersediaan akses air minum yang memadai bagi penduduk khususnya penduduk miskin, mendorong penduduk mencari alternatif sumber air minum. Salah satu sumber air minum yang menjadi pilihan bagi penduduk adalah penyedia air minum skala kecil (small scale water provider). Kebutuhan air minum perpipaan yang baru menjangkau sekitar 52,4 persen penduduk menjadikan investasi penyedia air minum skala kecil ini relatif siginifikan walaupun dalam bentuk investasi yang kecil dan tersebar dalam jumlah yang cukup banyak. Kondisi itu menjadikan investasi air minum nonperpipaan mendorong pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, karena harga air minum nonperpipaan relatif besar, bahkan mencapai sekitar 10 sampai 20 kali harga air minum perpipaan, secara umum porsi pengeluaran penduduk menjadi signifikan. Pendapatan yang dapat ditabung untuk keperluan lain menjadi jauh berkurang 8
  • 38. sehingga kesejahteraan penduduk menjadi relatif berkurang. Tentunya pengurangan kesejahteraan itu menjadi suatu pilihan yang relatif lebih baik ketika pilihan lainnya, seperti sumur, dan air sungai, berpotensi menyebabkan meningkatnya biaya kesehatan akibat serangan penyakit yang diakibatkan oleh air (water-borne disease) yang jauh lebih besar dampaknya. Dalam memperhatikan kondisi itu, hipotesis kedua dari studi ini menjadi peningkatan penyediaan air minum nonperpipaan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperburuk distribusi pendapatan Sebagaimana diketahui bahwa dari sisi pengeluaran, penanggulangan kemiskinan dan redistribusi pendapatan oleh pemerintah dapat dilaksanakan secara langsung melalui tiga instrumen, yaitu (i) subsidi langsung atau individual yang ditargetkan pada rumah tangga miskin, (ii) subsidi harga yang berupa pemberian subsidi harga pada kebutuhan dasar, dan (iii) pengeluaran pemerintah pada infrastruktur dan layanan publik khususnya kesehatan dan pendidikan, yang menguntungkan masyarakat miskin (Damuri, 2003). Ketika ketiadaan akses air minum menjadi salah satu penyebab semakin besarnya kemiskinan perkotaan, pemerintah dapat melakukan terobosan dengan memberikan subsidi penyediaan air minum kepada penduduk miskin yang belum memperoleh akses yang layak. Secara teoritis, terlepas dari besarnya kemungkinan kebocoran di lapangan, pemberian subsidi dalam jangka pendek akan sangat membantu dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin. Pengaruh subsidi air minum terhadap pertumbuhan ekonomi tidak akan sebesar pengaruh investasi air minum, tetapi dampaknya terhadap kesejahteraan akan signifikan. Hal ini akan memunculkan hipotesis ketiga yaitu subsidi pemerintah akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki distribusi pendapatan. 1.4 Manfaat dan Kontribusi Penelitian Manfaat studi ini adalah memberi pemahaman mendalam mengenai dampak kebijakan investasi air minum, baik berupa investasi maupun subsidi pemerintah, terhadap perekonomian daerah khususnya pertumbuhan ekonomi dan distribusi 9
  • 39. pendapatan. Diharapkan pengambil kebijakan dapat memahami bahwa investasi air minum bukan sekadar alat pemenuhan kebutuhan dasar, melainkan juga sebagai alat penanggulangan kemiskinan melalui pembenahan distribusi pendapatan. Kontribusi utama dari studi ini adalah sebagai berikut. (i) Pengembangan basis data (data base) SNSE Air Minum DKI Jakarta Tahun 2000. Basis data ini merupakan pengembangan dari SNSE DKI Jakarta 2000 skala 103x103. (ii) Pengembangan model komputasi keseimbangan umum air minum DKI Jakarta. Telah banyak studi yang meneliti dampak investasi infrastruktur dengan menggunakan model komputasi keseimbangan umum di Indonesia, tetapi belum terdapat model komputasi kesetimbangan umum yang secara khusus meneliti dampak investasi air minum di tingkat subnasional. (iii) Saran dan masukan bagi kebijakan pembangunan air minum DKI Jakarta. Hasil studi dapat dijadikan sebagai masukan bagi pengembangan kebijakan terkait dengan pembangunan air minum di DKI Jakarta. 1.5 Pendekatan dan Ruang Lingkup Penelitian Studi ini menggunakan model komputasi keseimbangan umum (Computable General Equilibrium). Pemilihan model ini dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan model untuk menyimulasikan, baik dampak langsung maupun tidak langsung, dari suatu kebijakan terhadap kondisi ekonomi makro dan kondisi sosial sehingga akibat suatu kebijakan dapat dievaluasi secara lebih baik dan menyeluruh. Penerapan model komputasi kesetimbangan umum (CGE) melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut. a. Studi literatur. Fokus kegiatan awal ini adalah berupa penelusuran penerapan model CGE dalam analisis perekonomian. Keluaran dari tahapan ini adalah berupa pilihan model CGE yang berkesesuaian dengan tujuan studi berikut dasar-dasar spesifikasi model CGE yang akan dikembangkan agar dapat dipergunakan sebagai alat analisis sesuai dengan tujuan studi ini. 10
  • 40. b. Pengembangan basis data yang diperlukan. Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini sebagian besar akan berasal dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) DKI Jakarta Tahun 2000. SNSE ini kemudian dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan studi dengan melakukan (i) pembagian klasifikasi pada faktor produksi bukan tenaga kerja menjadi dua yaitu investasi air minum perpipaan (PAM Jaya) dan investasi air minum nonperpipaan dan investasi lainnya, dan (ii) pemecahan sektor produksi air bersih menjadi dua yaitu air minum perpipaan (PT. Thames Jaya dan PT. Palyja) dan air minum nonperpipaan (small scale provider, dan lainnya). SNSE ini kemudian disebut SNSE Air Minum DKI Jakarta 2000, yang kemudian diverifikasi dengan menggunakan data-data tambahan seperti data perekonomian DKI Jakarta (PDRB), data kemiskinan, dan lainnya. c. Pengembangan model. Pengembangan model mengadopsi Model Donny Azdan11 dengan melakukan beberapa perubahan yang mengacu pada perbedaan (i) sumber data yang dipergunakan. Model Azdan menggunakan basis data SNSE DKI Jakarta Tahun 1993, sementara model pada studi ini menggunakan SNSE DKI Jakarta Tahun 2000, (ii) dampak yang akan dihitung. Model Azdan menjelaskan dampak perubahan kebijakan harga air minum dan penggunaan air tanah sebagai sumber air minum terhadap pendapatan rumah tangga, sementara studi ini menjelaskan pengaruh peningkatan investasi air minum terhadap pertumbuhan ekonomi, dan distribusi pendapatan, (iii) simulasi kebijakan yang akan dilakukan. Simulasi model Azdan difokuskan pada aspek harga air minum dan substitusi air tanah. Sementara model dalam studi ini difokuskan pada investasi air minum perpipaan, air minum nonperpipaan, dan subsidi pemerintah. d. Pelaksanaan simulasi. Terdapat enam simulasi yang dilakukan yaitu sebagai berikut. (i) peningkatan investasi air minum perpipaan. 11 Azdan, M. Donny. Water Policy Reform in Jakarta, Indonesia: A CGE Analysis. Unpublished Dissertation. The Ohio State University 2001. 11
  • 41. (ii) peningkatan investasi air minum nonperpipaan. (iii) peningkatan penyediaan air minum melalui subsidi pemerintah. Dalam hubungan dengan simulasi (iii), terdapat dua skenario pada simulasi ini, yaitu (a) sumber subsidi dari peningkatan pajak air minum dan (b) sumber subsidi dari pemerintah pusat. (iv) peningkatan investasi air minum perpipaan disertai penyediaan subsidi. Dalam hubungan dengan simulasi (iv), terdapat dua skenario pada simulasi ini, yaitu (a) sumber subsidi dari peningkatan pajak air minum perpipaan dan (b) sumber subsidi dari pemerintah pusat. Selain itu, khusus untuk simulasi (iii) dan (iv), dilakukan pembedaan hasil simulasi berdasarkan kelompok penerima subsidi yaitu kelompok penerima rumah tangga termiskin (RT sangat miskin I) dan kelompok penerima seluruh RT miskin (kelompok rumah tangga sangat miskin I, sangat miskin II, miskin I, dan miskin II). e. Perumusan rekomendasi. Dalam menindaklanjuti hasil simulasi, beberapa rekomendasi kebijakan dapat dihasilkan. Lingkup studi adalah mengkaji dampak investasi air minum, baik perpipaan maupun nonperpipaan, dan dampak subsidi air minum di DKI Jakarta terhadap pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan. Sebagaimana dipercayai selama ini, investasi merupakan pemicu terjadinya pertumbuhan ekonomi yang kemudian diharapkan dapat menjadi alat dalam menanggulangi kemiskinan. Secara harafiah, ketika penduduk miskin lebih banyak mendapat manfaat jika dibandingkan dengan yang lainnya dari pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan disebut ‘pro-poor’. Selain itu, untuk dapat disebut pertumbuhan pro-poor, pertumbuhan harus disertai pengurangan kesenjangan. Dengan kata lain, studi ini akan menguji apakah investasi air minum mendorong terjadinya pertumbuhan pro-poor. Untuk itu, dampak investasi difokuskan pada pertumbuhan ekonomi, dan distribusi pendapatan. 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan disertasi ini dibagi dalam enam bagian, yaitu sebagai berikut. 12
  • 42. Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, masalah penelitian, tujuan dan hipotesis penelitian, manfaat dan kontribusi penelitian, pendekatan dan ruang lingkup, serta sistematika penulisan Bab II Kondisi Sektor Air Minum DKI Jakarta, yang menjabarkan kondisi umum dan perekonomian DKI Jakarta, kebijakan sektor air minum, sumbangan sektor air minum terhadap perekonomian DKI Jakarta, kondisi pelayanan air minum praprivatisasi dan pascaprivatisasi DKI Jakarta. Bab III Penyediaan Air Minum, Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan, yang memerinci, baik tinjauan teoritis maupun empiris, tentang penyediaan air minum perpipaan dan nonperpipaan, keterkaitan kemiskinan perkotaan dan ketersediaan air minum, dampak ketersediaan air minum terhadap pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan kemiskinan, keterkaitan pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, dan penanggulangan kemiskinan. Bab IV Pemodelan Dampak Investasi Air Minum, yang menguraikan SNSE dan model komputasi keseimbangan umum (termasuk riset terdahulu yang menggunakan model dan bidang yang sama), menjabarkan proses pemodelan dampak investasi air minum terhadap pertumbuhan ekonomi, dan distribusi pendapatan di DKI Jakarta. Bab V Skenario Kebijakan dan Hasil Simulasi. Pada bagian ini dijelaskan tentang skenario kebijakan, simulasi, dan hasil simulasi. Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi. Sebagai bagian akhir diuraikan kesimpulan studi dan rekomendasi, beberapa kelemahan studi ini, dan kemungkinan studi lanjutan. 13
  • 43. BAB II KONDISI SEKTOR AIR MINUM DKI JAKARTA 2.1 Gambaran Umum DKI Jakarta 2.1.1 Administrasi Luas DKI Jakarta mencapai 662 km2 dan terbagi dalam 6 wilayah administrasi, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu. Peta DKI Jakarta 2.1.2 Kependudukan Penduduk DKI Jakarta pada tahun 2004 sebanyak 8,72 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan 1,01 persen per tahun selama periode 2000 – 2004. Laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta pada periode 1980-1990 mencapai 2,42 persen per tahun, kemu- dian menurun tajam selama periode 1990-2000 yang menjadi hanya 0,16 Sumber: Situs Pemda DKI persen per tahun. Laju pertumbuhan periode 2000-2004 relatif lebih besar daripada periode 1990-2000 walaupun masih lebih kecil daripada pertumbuhan periode 1980-1990. Jumlah penduduk sangat berbeda antara siang hari dan malam hari. Siang hari penduduk DKI Jakarta mencapai sekitar 11 juta sebagai akibat banyaknya penduduk pendatang khususnya asal Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Bodetabek) yang bekerja di Jakarta. Persebaran penduduk DKI Jakarta tahun 2004 relatif tidak merata. Sekitar 28 persen bertempat tinggal di Jakarta Timur, kemudian 23 persen di Jakarta Barat, dan 14
  • 44. 21 persen di Jakarta Selatan. Selebihnya, sekitar 10 persen bertempat tinggal di Jakarta Pusat dan 0,27 persen di Kepulauan Seribu. Kepadatan penduduk rata-rata DKI Jakarta tahun 2004 mencapai 13 ribu jiwa/km2. Jakarta Pusat mempunyai tingkat kepadatan tertinggi (18 ribu jiwa/km2), sementara daerah lainnya bervariasi antara 9 ribu sampai 15 ribu jiwa/km2. Tabel 2.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta Tahun 1980 - 2004 Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbuhan (%) Kota 1980- 1990- 2000- 1980 1990 2000 2004 1990 2000 2004 Jakarta Utara 981.272 1.369.630 1.444.027 1.423.845 3,39 0,55 -0,36 Jakarta Barat 1.234.885 1.822.762 1.906.385 2.020.030 3,97 0,46 1,50 Jakarta Timur 1.460.068 2.067.222 2.353.023 2.473.200 3,54 1,35 1,27 Jakarta Pusat 1.245.030 1.086.568 893.198 899.460 -1,35 -2,01 0,17 Jakarta Selatan 1.582.194 1.913.084 1.789.006 1.885.785 1,92 -0,69 1,34 Kepulauan Seribu -** -** -** 23.310 -** -** -** DKI Jakarta 6.503.440 8.259.266 8.385.639 8.725.630 2,42 0,16 1,01 Sumber: BPS DKI Jakarta berbagai tahun Keterangan: ** belum terbentuk 2.2 Kondisi Perekonomian DKI Jakarta 2.2.1 Pangsa dan Pertumbuhan Sektor Ekonomi Sektor PDRB yang Gambar 2.1 PDRB DKI Jakarta 2000-2003 dominan di DKI Jakarta Harga Konstan 1993 (Rp. Triliun) pada tahun 2003 berdasar- Jasa-Jasa kan sumbangannya terhadap Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan perekonomian adalah Perda- Pengangkutan dan Komunikasi gangan, Hotel dan Restoran Perdagangan, Hotel dan Restoran (24,3 persen); Industri Peng- Bangunan olahan (21,1 persen); Keu- Listrik, Gas dan Air Bersih angan, Persewaan, dan Jasa Industri Pengolahan Perusahaan (22,2 persen). S umber: Tabel 2.2 0 5 10 15 20 2000 2003 15