SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 109
KATA PENGANTAR                                                                  DAFTAR ISI

    Dalam mengimplementasikan kebijakan air minum dan penyehatan              UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
lingkungan berbasis masyarakat yang telah berhasil disusun oleh pemerin-      Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1962
tah, para pelaku di sektor air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL)         tentang Perusahaan Daerah …...                             1
seringkali bersinggungan dengan masalah hukum dan peraturan perundang-
an-undangan yang terkait dengan masalah pembangunan AMPL. Peraturan           Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990
perundangan tersebut seringkali berubah seiring dengan perubahan sosial-      tentang Konservasi Sumber Alam Hayati dan Ekosistemnya ……...2
politik kemasyarakatan dan perubahan standard pelayanan umum.
     Kondisi tersebut mengharuskan para pelaku di bidang air minum dan        Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992
penyehatan lingkungan untuk selalu up to date terhadap peraturan perun-       tentang Perumahan dan Permukiman ….                        3
dang-undangan. Ketersediaan media informasi yang praktis dan padat san-
gat dibutuhkan oleh para pelaku tersebut. Kebutuhan tersebut mendorong        Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
Kami untuk menerbitkan buku "Kumpulan Regulasi Terkait AMPL." Buku            tentang Kesehatan …………...                                  5
ini antara lain berisikan regulasi yang terkait langsung maupun tidak lang-
sung, mulai dari bentuk UU, Perpu, PP, Keppres, Perpres, Kepmen, Permen,      Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997
dan Perda.                                                                    tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………………….           6
    Buku ini hanya menjelaskan secara garis besar dari masing-masing per-
aturan perundang-undangan yang dihimpun. Hal ini dimaksudkan untuk            Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
memudahkan para pembaca dalam memahami isi peraturan perundang-               tentang Kehutanan …………..………….………….………......….              8
undangan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan AMPL.
    Dengan hadirnya buku ini, diharapkan bahan referensi bagi para pelaku     Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003
bidang AMPL menjadi semakin lengkap.                                          tentang Keuangan Negara ….………….………….…………….... 10

                                                                              Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004
                    Jakarta, 13 November 2007                                 tentang Perbendaharaan Negara……………….………….……….              12
                Direktur Permukiman dan Perumahan
              Badan Perencanaan Pembangunan Nasional                          Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004
 Sebagai Ketua Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan             tentang Sumber Daya Air ……. 14

                                                                              Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004
                             Basah Hernowo                                    tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional … …………     16




                                    i                                                                         ii
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004                            Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2000
tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan                                   tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa
Pemerintah Daerah ………………………..…………………....…. 17                                   Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan …………….………….… 33


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007                            Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional                             tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah … 35
Tahun 2005 - 2025 ……………………………….…………..…… 19
                                                                                Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2001
PERATURAN PEMERINTAH                                                            tentang Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1                            Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41                        dan/atau Lahan …………………….………….…….....………….. 36
Tahun 1999 tentang Kehutanan ................………….......................   20
                                                                                Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990                     tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun ……........…..                 38
tentang Pengendalian Pencemaran Air ….......……………………                       21
                                                                                Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1990                     tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
tentang Perusahaan Umum (Perum) "Otorita Jatiluhur" ………                    23   Pencemaran Air ……………………..……………….........…..…… 40


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991                     Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2002
tentang Sungai ……..………….………….………….………….                                    24   tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif ………..……...........……. 41


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999                     Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2002
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya                                      tentang Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Republik
dan Beracun ………………………………………..…………….                                        26   Indonesia dalam Modal Perum Jasa Tirta I ...............................…..   43


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999                     Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan …………..…….                      28   tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum ……....….                     44


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999                     Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengendalian Pencemaran Udara ……………….……...                         29   tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum ………….                         46


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999                     Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2005
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18                            tentang Pinjaman Daerah ………….………….…........………....... 48
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun ……………………….………….…………………..                                       31   Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005
                                                                                tentang Dana Perimbangan ………..……………………………...                                  49




                                      iii                                                                               iv
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2005               Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tentang
tentang Hibah kepada Daerah ……………..............……………… 50                  Badan           Pengendalian          Dampak          Lingkungan
                                                                          …………………………….……………………………                            65
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar                          Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 tentang
Pelayanan Minimal ……..…………………………….………….... 51                             Tim      Koordinasi     Pengelolaan      Sumber      Daya      Air
                                                                          …………………………………………….…………………                                  66
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2006
tentang Desa ………..…………….………….………....….……… 53                              Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 tentang
                                                                          Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2005               2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
tentang Kelurahan ……...         55                                        …………………………………….…………………………                                    67


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata   Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 tentang
Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan         Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan
Pinjaman          dan/atau          Hibah         Luar          Negeri    Permukiman Nasional .......   69
……………………………………………………………………….............
.....   56                                                                Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1984 tentang
                                                                          Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang       …………………………...……………                    70
Irigasi ……….…          58
                                                                          Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1999 tentang
PERATURAN PRESIDEN                                                        Pembaharuan          Kebijaksanaan       Pengelolaan      Irigasi
                                                                          …………………………….…………………………….                            71
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2004 - 2009
……..…………………….                 61                                          PERATURAN MENTERI


Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 tentang         Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur    45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber-sumber Air
…………….……………61                                                             ................................................................... 73


Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999 tentang          Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
Pembentukan Tim Koordinasi Kebijaksanaan Pendayagunaan Sungai dan         48/PRT/1990 tentang Pengelolaan atas Air dan/atau Sumber Air pada
Pemeliharaan          Kelestarian         Daerah          Sungai          Wilayah Sungai ......................………......... 74
…………………………………………………………...…………………
…………           64                                                         Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
                                                                          49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Izin Penggunaan Air




                                  v                                                                        vi
KUMPULAN REGULASI


         Undang-Undang Republik Indonesia                          Pegawai; Bab IX Tahun Buku; Bab X Anggaran Perusahaan; Bab
                Nomor 5 Tahun 1962                                 XI Laporan Perhitungan Hasil Usaha Berkala dan Kegiatan
            tentang Perusahaan Daerah                              Perusahaan; Bab XII Laporan Perhitungan Tahunan; Bab XIII
                                                                   Penetapan dan Penggunaan Laba Serta Pemberian Jasa
   Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Per-               Produksi; Bab XIV Kepegawaian; Bab XV Kontrol; Bab XVI
usahaan Daerah adalah semua perusahaan yang didirikan ber-         Penyerahan Kepada Daerah dan Pemindahan ke Tangan
dasarkan Undang-Undang ini yang seluruh atau sebagian modal-       Perkumpulan Koperasi; Bab XVII Pembubaran; Bab XVIII
nya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika        Peralihan; Bab XIX Ketentuan Penutup.
ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-Undang.
   Perusahaan Daerah adalah suatu kesatuan produksi yang
bersifat memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum                   Undang-Undang Republik Indonesia
dan memupuk pendapatan. Perusahaan Daerah dipimpin oleh                           Nomor 5 Tahun 1990
suatu Direksi yang jumlah anggota dan susunannya ditetapkan            tentang Konservasi Sumber Alam Hayati dan
dalam peraturan pendiriannya. Direksi berada dibawah peng-                           Ekosistemnya
awasan Kepala Daerah/pemegang saham/saham prioritas atau
badan yang ditunjuknya.                                                Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertu-
   Untuk tiap tahun buku oleh Direksi dikirimkan perhitungan ta-   juan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam
hunannya terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi kepada      hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih
Kepala Daerah/pemegang saham/saham prioritet menurut cara          mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
dan waktu yang ditentukan dalam peraturan pendirian                mutu kehidupan manusia. Hal ini merupakan tanggung jawab dan
Perusahaan Daerah.                                                 kewajiban Pemerintah serta masyarakat.
   Dalam hal likuiditas, Daerah bertanggung jawab atas kerugian        Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
yang diderita oleh pihak ketiga apabila kerugian itu disebabkan    dilakukan melalui kegiatan perlindungan sistem penyangga
oleh karena neraca dan perhitungan laba rugi yang telah disahkan   kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.            satwa beserta ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari
                                                                   sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
                                                                       Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam
                         Daftar Isi                                dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan.
  Bab I Ketentuan Umum; Bab II Sifat, Tujuan dan Lapangan          Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan
Usaha; Bab III Modal; Bab IV Saham-saham; Bab V Penguasaan         memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, dan
dan Cara Mengurus; Bab VI Rapat Pemegang Saham; Bab VII            keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar.
Pengawasan; Bab VIII Tanggung Jawab dan Tuntutan Ganti Rugi            Dalam keadaan tertentu dan sangat diperlukan untuk memper-



                              1                                                                 2
tahankan atau memulihkan kelestarian sumber daya alam hayati     1962 tentang Pokok-pokok Perumahan menjadi Undang-Undang
beserta ekosistemnya, Pemerintah dapat menghentikan kegiatan     Nomor 3 Tahun 1964 sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan
pemanfaatan dan menutup taman nasional, taman hutan raya,        perkembangan, sehingga perlu diatur kembali ketentuan menge-
dan taman wisata alam sebagian atau seluruhnya untuk selama      nai perumahan dan permukiman dalam Undang-Undang yang ba-
waktu tertentu.                                                  ru.
   Peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati       Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar ma-
dan ekosistemnya diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah        nusia dan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pem-
melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna,   bentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina serta
diantaranya melalui pendidikan dan penyuluhan. Dalam rangka      dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan
pelaksanaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya             dan penghidupan masyarakat. Untuk menjamin kepastian dan
Pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang terse-    ketertiban hukum dalam pembangunan dan pemilikan, setiap
but kepada Pemerintah Daerah.                                    pembangunan rumah hanya dapat dilakukan di atas tanah yang
                                                                 dimiliki berdasarkan hak-hak atas tanah sesuai dengan peraturan
                        Daftar Isi                               perundang-undangan yang berlaku.
   Bab I Ketentuan Umum; Bab II Perlindungan Sistem Penyang-         Penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada
ga Kehidupan; Bab III Pengawetan Keanekaragaman Jenis Tum-       asas manfaat, adil dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan,
buhan dan Satwa Beserta Ekosistemnya; Bab IV Kawasan Suaka       kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian
Alam; Bab V Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa; Bab VI Pe-      lingkungan hidup. Pemerintah melakukan pendataan rumah untuk
manfaatan Secara Lestari Sumber Daya Alam Hayati dan Eko-        menyusun kebijaksanaan di bidang perumahan dan permukiman.
sistemnya; Bab VII Kawasan Pelestarian Alam; Bab VIII Pemanfa-       Pemenuhan kebutuhan permukiman diwujudkan melalui pem-
atan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar; Bab IX Peran Serta Rakyat;   bangunan kawasan permukiman skala besar yang terencana
Bab X Penyerahan Urusan dan Tugas Pembantuan; Bab XI             secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang berta-
Penyidikan; Bab XII Ketentuan Pidana; Bab XIII Ketentuan         hap. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh badan usaha
Peralihan; Bab XIV Ketentuan Penutup.                            di bidang pembangunan perumahan dilakukan hanya di kawasan
                                                                 siap bangun atau di lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri.
                                                                     Setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang
         Undang-Undang Republik Indonesia                        sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta, baik dilakukan
                Nomor 4 Tahun 1992                               secara perseorangan atau dalam bentuk usaha bersama dalam
        tentang Perumahan dan Permukiman                         pembangunan perumahan dan permukiman. Pemerintah dapat
                                                                 menyerahkan sebagian urusan di bidang perumahan dan per-
   Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1964 tentang Penetapan Per-       mukiman kepada Pemerintah Daerah.
aturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 6 Tahun              Setiap orang atau badan yang dengan sengaja melanggar



                             3                                                                 4                                    04
ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang dikenakan             lihan kesehatan.
sanksi pidana. Jika kewajiban sebagaimana dimaksud dalam               Sumber daya kesehatan sebagai pendukung penyelenggaraan
ketentuan pidana tidak dipenuhi oleh suatu badan usaha di bidang   upaya kesehatan, harus tetap melaksanakan fungsi dan tanggung
pembangunan perumahan dan permukiman, maka izin usaha              jawab sosialnya, dengan pengertian bahwa sarana pelayanan ke-
badan tersebut dicabut.                                            sehatan harus tetap memperhatikan golongan masyarakat yang
                                                                   kurang mampu dan tidak semata-mata mencari keuntungan.
                         Daftar Isi                                    Masyarakat juga memiliki kesempatan untuk berperan serta
   Bab I Ketentuan Umum; Bab II Asas dan Tujuan; Bab III           dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber daya-
Perumahan; Bab IV Permukiman; Bab V Peran Serta Masyarakat;        nya. Peran serta masyarakat untuk memberikan pertimbangan da-
Bab VI Pembinaan; Bab VII Ketentuan Pidana; Bab VIII Ketentuan     lam ikut menentukan kebijaksanaan pemerintah pada penyeleng-
Lain-lain; Bab IX Ketentuan Peralihan; Bab X Ketentuan Penutup.    garaan kesehatan dapat dilakukan melalui Badan Pertimbangan
                                                                   Kesehatan Nasional, yang beranggotakan tokoh masyarakat dan
                                                                   pakar lainnya.
         Undang-Undang Republik Indonesia
               Nomor 23 Tahun 1992                                                         Daftar Isi
                tentang Kesehatan                                    Bab I Ketentuan Umum; Bab II Azas dan Tujuan; Bab III Hak
                                                                   dan Kewajiban; Bab IV Tugas dan Tanggung Jawab; Bab V Upaya
   Dalam undang-undang ini diatur tentang asas dan tujuan yang     Kesehatan; Bab VI Sumber Daya Kesehatan; Bab VII Peran Serta
menjadi landasan dan memberi arah pembangunan kesehatan            Masyarakat; Bab VIII Pembinaan dan Pengawasan; Bab IX
yang dilaksanakan melalui upaya kesehatan untuk meningkatkan       Penyidikan; Bab X Ketentuan Pidana; Bab XI Ketentuan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi orang           Peralihan; Bab XII Ketentuan Penutup.
sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
tanpa membedakan status sosialnya.
   Hak dan kewajiban setiap orang untuk memperoleh derajat                  Undang-Undang Republik Indonesia
kesehatan yang optimal serta wajib untuk ikut serta di dalam                       Nomor 23 Tahun 1997
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan.                            tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
   Tugas dan tanggung jawab Pemerintah pada dasarnya adalah
mengatur, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya               Undang-Undang ini merupakan penyempurnaan dari Undang-
kesehatan serta menggerakkan peran serta masyarakat.               undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
   Upaya kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,        Pengelolaan Lingkungan Hidup karena Undang-Undang Nomor 4
dan berkesinambungan melalui pendekatan peningkatan kese-          Tahun 1982 dianggap sudah tidak sesuai lagi.
hatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemu-          Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan secara terpadu



                              5                                                                 6                                  05
oleh instansi Pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan tang-         jukan usul untuk mencabut izin tersebut kepada pejabat yang
gungjawab masing-masing, masyarakat serta pelaku pemba-               berwenang.
ngunan lain dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan                  Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh me-
dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan         lalui 2 cara, yaitu :
hidup.                                                                  1. Melalui pengadilan
    Pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat nasional dilaksa-         2. Di luar pengadilan : diselenggarakan untuk mencapai kesepa-
nakan secara terpadu oleh perangkat kelembagaan yang dikoor-               katan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau
dinasi oleh Menteri. Pemerintah berdasarkan peraturan perun-               mengenai tindakan tertentu guna menjamin tidak akan ter-
dang-undangan dapat melimpahkan wewenang tertentu penge-                   jadinya/terulangnya dampak negatif terhadap lingkungan
lolaan lingkungan hidup kepada perangkat di wilayah dan meng-              hidup.
ikutsertakan peran Pemda untuk membantu Pemerintah Pusat
dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah.                                      Daftar Isi
    Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib me-             Bab I Ketentuan Umum; Bab II Asas, Tujuan, dan Sasaran; Bab
lakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan yang         III Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat; Bab IV Wewenang
dapat diserahkan pengelolaannya kepada pihak lain. Hal ini diatur     Pengelolaan Lingkungan Hidup; Bab V Pelestarian Fungsi
lebih lanjut melalui Peraturan Pemerintah.                            Lingkungan Hidup; Bab VI Persyaratan Penataan Lingkungan
    Setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak            Hidup; Bab VII Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup; Bab
besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Am-        VIII Penyidikan; Bab IX Ketentuan Pidana; Bab X Ketentuan
dal untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatan           Peralihan; Bab XI Ketentuan Penutup.
yang diberikan oleh pejabat berwenang. Dalam menerbitkan izin
melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib memperhatikan renca-
na tata ruang, pendapat masyarakat, pertimbangan dan rekomen-                  Undang-Undang Republik Indonesia
dasi pejabat yang berwenang. Keputusan izin melakukan usaha                          Nomor 41 Tahun 1999
dan/atau kegiatan wajib diumumkan.                                                    tentang Kehutanan
    Dalam hal pengawasan dilakukan oleh Menteri. Menteri dapat
menetapkan pejabat yang berwenang (Kepala Daerah menetap-                Karena sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip penguasaan
kan pejabat yang berwenang) untuk melakukan pengawasan. Pe-           dan pengurusan hutan dan tuntutan perkembangan keadaan
ngendalian dampak lingkungan hidup sebagai alat pengawasan            maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
dilakukan oleh suatu lembaga yang dibentuk khusus oleh Pe-            ketentuan Pokok Kehutanan perlu diganti.
merintah.                                                                Dalam undang-undang yang baru yaitu Undang-Undang
    Jika terjadi pelanggaran dapat dijatuhi sanksi berupa pencabut-   Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan disebutkan bahwa pe-
an izin usaha dan/atau kegiatan. Kepala Daerah dapat menga-           nyelenggaraan kehutanan berasaskan manfaat lestari, kerak-



                                7                                                                   8                                    07
yatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan.        diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak
Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk ke-       yang bersengketa.
kayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara                                Daftar Isi
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.                                 Bab I Ketentuan Umum; Bab II Status dan Fungsi Hutan; Bab
   Pengurusan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang        III Pengurusan Hutan; Bab IV Perencanaan Kehutanan; Bab V Pe-
sebesar-besarnya serta serbaguna dan lestari untuk kemakmuran      ngelolaan Hutan; Bab VI Penelitian dan Pengembangan, Pendi-
rakyat. Pengurusan hutan meliputi kegiatan penyelenggaraan         dikan dan Latihan Serta Penyuluhan Kehutanan; Bab VII Peng-
perencanaan kehutanan; pengelolaan hutan; penelitian dan pe-       awasan; Bab VIII Penyerahan Kewenangan; Bab IX Masyarakat
ngembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan ke-           Hukum Adat; Bab X Peran Serta Masyarakat; Bab XI Gugatan
hutanan, dan pengawasan.                                           Perwakilan; Bab XII Penyelesaian Sengketa Kehutanan; Bab XIII
   Dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat, setiap            Penyidikan; Bab XIV Ketentuan Pidana; Bab XV Ganti Rugi dan
BUMN, BUMD, dan BUMS Indonesia yang memperoleh izin usa-           Sanksi Administratif; Bab XVI Ketentuan Peralihan; Bab XVII
ha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil       Ketentuan Penutup.
hutan kayu dan bukan kayu, diwajibkan bekerja sama dengan ko-
perasi masyarakat setempat.
   Dalam pengurusan hutan secara lestari, diperlukan SDM ber-               Undang-Undang Republik Indonesia
kualitas yang bercirikan penguasaan ilmu pengetahuan dan tek-                     Nomor 17 Tahun 2003
nologi yang didasari dengan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang                    tentang Keuangan Negara
Maha Esa, melalui penyelenggaraan penelitian dan pengembang-
an, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan yang ber-      Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan
kesinambungan.                                                     pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan
   Pengawasan kehutanan dimaksudkan untuk mencermati, me-          pemerintahan. APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan
nelusuri, dan menilai pelaksanaan pengurusan hutan, sehingga       negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang. APBN
tujuannya dapat tercapai secara maksimal dan sekaligus merupa-     terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembia-
kan umpan balik bagi perbaikan dan/atau penyempurnaan pengurus-    yaan. APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
an hutan lebih lanjut. Dalam rangka penyelenggaraan kehutanan,     pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun
Pemerintah menyerahkan sebagian kewenangan kepada Pemda.           pendapatan negara. Sedangkan APBD merupakan wujud pe-
   Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke peng-        ngelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan
adilan dan/atau melaporkan ke penegak hukum terhadap keru-         Peraturan Daerah. APBD terdiri atas anggaran pendapatan, ang-
sakan hutan yang merugikan kehidupan masyarakat. Penyelesai-       garan belanja, dan pembiayaan.
an sengketa kehutanan dapat ditempuh melalui pengadilan atau          Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal




                              9                                                                 10                                    09
dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada     tanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD; Bab IX Keten-
DPR selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan.    tuan Pidana, Sanksi Administratif, dan Ganti Rugi; Bab X Keten-
   Mengenai hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan       tuan Peralihan; Bab XI Ketentuan Penutup.
Bank Sentral, Pemerintah Daerah, serta Pemerintah/Lembaga
Asing maka Pemerintah Pusat dan Bank Sentral berkoordinasi
dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter.            Undang-Undang Republik Indonesia
Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada                         Nomor 1 Tahun 2004
Pemda berdasarkan undang-undang perimbangan keuangan                      tentang Perbendaharaan Negara
pusat dan daerah. Pemerintah Pusat dapat memberikan
hibah/pinjaman kepada atau menerima hibah/pinjaman dari            Sehubungan Undang-Undang Perbendaharaan Indone-
pemerintah/lembaga asing dengan persetujuan DPR.                sia/Indische Comptabiliteitswet (Staatsblad Tahun 1925 Nomor
   Dalam hal pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan            448) sebagaimana telah beberapa kali diubah dan ditambah ter-
APBD, Presiden menyampaikan rancangan undang-undang ten-        akhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1968 tidak dapat
tang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR beru-       lagi memenuhi kebutuhan pengelolaan dan pertanggungjawaban
pa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, selambat-    keuangan negara, maka ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 1
lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.       Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan          Perbendaharaan Negara meliputi pelaksanaan pendapatan
daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada       dan belanja negara, pelaksanaan pendapatan dan belanja dae-
DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK,     rah, pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara, pelak-
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran        sanaan penerimaan dan pengeluaran daerah, pengelolaan kas,
berakhir.                                                       pengelolaan piutang dan utang negara/daerah, pengelolaan in-
                                                                vestasi dan barang milik negara/daerah, penyelenggaraan akun-
                        Daftar Isi                              tansi dan sistem informasi manajemen keuangan negara/daerah,
  Bab I Ketentuan Umum; Bab II Kekuasaan Atas Pengelolaan       penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/-
Keuangan Negara; Bab III Penyusunan dan Penetapan APBN;         APBD, penyelesaian kerugian negara/daerah, pengelolaan Badan
Bab IV Penyusunan dan Penetapan APBD; Bab V Hubungan Ke-        Layanan Umum, dan perumusan standar, kebijakan, serta sistem
uangan Antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah     dan prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan ne-
Daerah, Serta Pemerintah/Lembaga Asing; Bab VI Hubungan         gara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.
Keuangan Antara Pemerintah dan Perusahaan Negara, Perusa-          Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/Peng-
haan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana      guna Barang bagi kementerian negara/lembaga yang dipimpin-
Masyarakat; Bab VII Pelaksanaan APBN dan APBD; Bab VIII Per-    nya. Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna
                                                                Anggaran/Pengguna Barang bagi kementerian negara/lembaga



                            11                                                               12                                   11
yang dipimpinnya.                                                  Bab IX Penatausahaan dan Pertanggungjawaban APBN/APBD;
    Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai dari tanggal 1   Bab X Pengendalian Intern Pemerintah; Bab XI Penyelesaian
Januari sampai dengan 31 Desember. Menteri Keuangan selaku         Kerugian Negara/Daerah; Bab XII Pengelolaan Keuangan Badan
Bendahara Umum Negara berwenang mengatur dan menye-                Layanan Umum; Bab XIII Ketentuan Peralihan; Bab XIV
lenggarakan rekening pemerintah. Pemerintah Pusat dapat mem-       Ketentuan Penutup.
berikan pinjaman atau hibah kepada Pemerintah Daerah/Badan
Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah sesuai dengan
yang tercantum/ditetapkan dalam Undang-Undang tentang APBN.                 Undang-Undang Republik Indonesia
Pemerintah dapat melakukan invetasi jangka panjang untuk mem-                     Nomor 7 Tahun 2004
peroleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya.                       tentang Sumber Daya Air
    Menteri Keuangan mengatur pengelolaan barang milik negara.
Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan kebijakan pengelolaan ba-         Dalam UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (se-
rang milik daerah. Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Ke-          lanjutnya disingkat SDA) disebutkan bahwa penguasaan sumber
uangan Daerah selaku Bendahara Umum Negara/Daerah                  daya air diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset,          Daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum
utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan per-    adat setempat. Hak guna air (berupa hak guna pakai air dan hak
hitungannya.                                                       guna usaha air) tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan
    Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akunta-   sebagian atau seluruhnya.
bilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pe-       Presiden berhak untuk menetapkan wilayah sungai dan ce-
merintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengenda-          kungan air tanah dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
lian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Setiap   SDA Nasional. Dalam pengelolaan SDA, sebagian wewenang Pe-
kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melang-       merintah dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah sesuai
gar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan       dengan peraturan perundangan-undangan.
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.              Dalam keadaan memaksa, Pemerintah dan/atau Pemerintah
                                                                   Daerah berhak mengatur dan menetapkan penggunaan SDA un-
                         Daftar Isi                                tuk kepentingan konservasi, persiapan pelaksanaan konstruksi,
   Bab I Ketentuan Umum; Bab II Pejabat Perbendaharaan Nega-       dan pemenuhan prioritas penggunaan SDA. Untuk pengembang-
ra; Bab III Pelaksanaan Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah;      an sistem penyediaan air minum adalah tanggung jawab Pemerin-
Bab IV Pengelolaan Uang; Bab V Pengelolaan Piutang dan Utang;      tah dan Pemerintah Daerah. Koperasi, badan usaha swasta, dan
Bab VI Pengelolaan Investasi; Bab VII Pengelolaan Barang Milik     masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan pe-
Negara/Daerah; Bab VIII Larangan Penyitaan Uang dan Barang         ngembangan sistem penyediaan air minum.
Milik Negara/Daerah dan/atau Yang Dikuasai Negara/Daerah;             Pengusahaan SDA permukaan yang meliputi satu wilayah su-



                             13                                                                14                                   13
ngai hanya dapat dilaksanakan oleh BUMN atau BUMD dibidang          dan Organisasi; Bab XV Penyidikan; Bab XVI Ketentuan Pidana;
pengelolaan SDA atau kerjasama antara BUMN dengan BUMD.             Bab XVII Ketentuan Peralihan; Bab XVIII Ketentuan Penutup.
   Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, Pemerintah
dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan pengelolaan sistem
informasi SDA yang tersebar dan dikelola oleh berbagai institusi.           Undang-Undang Republik Indonesia
Dalam hal pembiayaan pengelolaan SDA ditetapkan berdasarkan                        Nomor 25 Tahun 2004
kebutuhan nyata pengelolaan SDA. Sumber dana untuk setiap je-       tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
nis pembiayaan tersebut dapat berupa anggaran pemerintah,
anggaran swasta, dan/atau hasil penerimaan biaya jasa pengelo-         Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan demok-
laan SDA.                                                           rasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanju-
   Dalam hal terjadi sengketa, penyelesaian sengketa SDA tahap      tan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga
pertama diupayakan berdasarkan prinsip musyawarah untuk             keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional. Perencanaan
sepakat. Jika tidak diperoleh kesepakatan, maka para pihak dapat    Pembangunan Nasional mencakup penyelenggaraan perenca-
menempuh upaya penyelesaian sengketa diluar pengadilan (me-         naan makro semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bi-
lalui arbitrase) atau melalui pengadilan. Masyarakat yang           dang kehidupan secara terpadu dalam wilayah Negara Republik
dirugikan akibat berbagai masalah pengelolaan SDA berhak            Indonesia.
mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan. Begitu pula se-           Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi pe-
tiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang dapat        nyusunan rencana, penetapan rencana, pengendalian pelaksa-
mengakibatkan kerugian terhadap orang lain maupun sumber air        naan rencana, dan evaluasi pelaksanaan rencana. Penyusunan
dan prasarananya akan ditindak sesuai dengan ketentuan pidana       RPJP dilakukan melalui urutan penyiapan rancangan awal renca-
yang berlaku.                                                       na pembangunan, musyawarah perencanaan pembangunan dan
                                                                    penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
                         Daftar Isi                                    Menteri menyiapkan rancangan RPJP Nasional. Sedangkan
    Bab I Ketentuan Umum; Bab II Wewenang dan Tanggung Ja-          Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah. Pengen-
wab; Bab III Konservasi Sumber Daya Air; Bab IV Pendaya-            dalian pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan oleh ma-
gunaan Sumber Daya Air; Bab V Pengendalian Daya Rusak Air;          sing-masing pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Pe-
Bab VI Perencanaan; Bab VII Pelaksanaan Konstruksi, Operasi         rangkat Daerah. Perencanaan pembangunan didasarkan pada
dan Pemeliharaan; Bab VIII Sistem Informasi Sumber Daya Air;        data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawab-
Bab IX Pemberdayaan dan Pengawasan; Bab X Pembiayaan;               kan.
Bab XI Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat; Bab XII Koordina-          Presiden menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas
si; Bab XIII Penyelesaian Sengketa; Bab XIV Gugatan Masyarakat      Perencanaan Pembangunan Nasional. Sedangkan Kepala Dae-




                             15                                                                   16                                    15
rah menyelenggaran dan bertanggung jawab atas perencanaan          b).  Sumber Daya Alam: kehutanan, pertambangan umum,
pembangunan daerah di daerahnya. Rencana Pembangunan                    perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan
Jangka Panjang Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka                  gas bumi dan pertambangan panas bumi.
Menengah Nasional ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan se-    2. Dana Alokasi Umum (DAU): jumlah keseluruhan DAU ditetap-
telah diundangkannya Undang-Undang ini.                             kan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri
                        Daftar Isi                                  Netto yang ditetapkan dalam APBN.
   Bab I Ketentuan Umum; Bab II Asas dan Tujuan; Bab III Ruang   3. Dana Alokasi Khusus (DAK): besarnya DAK ditetapkan setiap
Lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional; Bab IV Tahapan            tahun dalam APBN.
Perencanaan Pembangunan Nasional; Bab V Penyusunan dan              Lain-lain Pendapatan terdiri atas Pendapatan Hibah dan Pen-
Penetapan Rencana; Bab VI Pengendalian dan Evaluasi Pe-          dapatan Dana Darurat. Untuk Hibah kepada Daerah yang bersum-
laksanaan Rencana; Bab VII Data dan Informasi; Bab VIII Kelem-   ber dari luar negeri dilakukan melalui Pemerintah. Daerah tidak
bagaan; Bab IX Ketentuan Peralihan; Bab X Ketentuan Penutup.     dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri.
                                                                 Sedangkan Dana Darurat, Pemerintah mengalokasikannya yang
                                                                 bersumber dari APBN untuk keperluan mendesak yang diaki-
        Undang-Undang Republik Indonesia                         batkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang
               Nomor 33 Tahun 2004                               tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan
   tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat                     sumber APBD.
             dan Pemerintah Daerah                                  Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun
                                                                 anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.
   Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemda meru-           Sejak berlakunya undang-undang ini maka Undang-undang
pakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pemba-       Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
gian tugas antara Pemerintah dan Pemda. Penyelenggaraan uru-     Pemerintah dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor
san Pemda dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didanai        72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) dinyatakan tidak
oleh APBD. Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksa-       berlaku.
nakan oleh Gubernur dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi
didanai oleh APBN. Sedangkan penyelenggaraan urusan Pe-                                   Daftar Isi
merintah yang dilaksanakan oleh Gubernur dalam rangka Tugas         Bab I Ketentuan Umum; Bab II Prinsip Kebijakan Perimbangan
Pembantuan didanai oleh APBN. Dana Perimbangan terdiri atas :    Keuangan; Bab III Dasar Pendanaan Pemerintahan Daerah; Bab
1. Dana Bagi Hasil :                                             IV Sumber Penerimaan Daerah; Bab V Pendapatan Asli Daerah;
   a). Bersumber dari pajak: PBB (Pajak Bumi Bangunan),          Bab VI Dana Perimbangan; Bab VII Lain-lain Pendapatan; Bab
       BPHTB, PPh (Pajak Penghasilan).                           VIII Pinjaman Daerah; Bab IX Pengelolaan Keuangan dalam




                            17                                                                18                                   17
Rangka Desentralisasi; Bab X Dana Dekonsentrasi; Bab XI Dana     naan RPJP Nasional. Sedangkan Pemerintah Daerah melakukan
Tugas Pembantuan; Bab XII Sistem Informasi Keuangan Daerah;      pengendalian dan evalusi pelaksanaan RPJP Daerah.
Bab XIII Ketentuan Peralihan; Bab XIV Ketentuan Penutup.
                                                                                         Daftar Isi
                                                                     Bab I Ketentuan Umum; Bab II Program Pembangunan Nasio-
                                                                 nal; Bab III Pengendalian dan Evaluasi; Bab IV Ketentuan Per-
       Undang-Undang Republik Indonesia                          alihan; Bab V Ketentuan Penutup.
              Nomor 17 Tahun 2007
         tentang Rencana Pembangunan
    Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025

   Dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
mengamanatkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasio-
nal yang ditetapkan dengan undang-undang.
   RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya
Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehi-
dupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional.
   Program Pembangunan Nasional periode 2005 - 2025 dilaksa-
nakan sesuai dengan RPJP Nasional. Dalam rangka menjaga ke-
sinambungan pembangunan dan untuk menghindarkan ke-
kosongan rencana pembangunan nasional, Presiden yang se-
dang memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya diwajib-
kan menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) untuk tahun
pertama periode Pemerintahan Presiden berikutnya.
   Pemerintah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksa-




                            19                                                               20                                  19
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
                                    Nomor 1 Tahun 2004
                          tentang Perubahan Atas Undang-Undang
                                   Nomor 41 Tahun 1999
                                     tentang Kehutanan

                         Dalam rangka terciptanya kepastian hukum dalam berusaha di
                     bidang pertambangan yang berada di kawasan hutan, dan men-
                     dorong minat serta kepercayaan investor untuk berusaha di Indo-
                     nesia, dipandang perlu untuk melakukan perubahan terhadap Un-



P E R AT U R A N
                     dang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dengan
                     Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
                         Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999



P E M E R I N TA H
                     tentang Kehutanan, telah menimbulkan ketidakpastian hukum da-
                     lam berusaha di bidang pertambangan di kawasan hutan terutama
                     bagi pemegang izin atau perjanjian sebelum berlakunya Undang-
                     Undang tersebut. Ketidakpastian itu terjadi karena dalam ketentu-
                     an Undang-Undang tersebut tidak ada ketentuan yang menyata-
                     kan bahwa perizinan atau perjanjian di bidang pertambangan
                     yang berada di kawasan hutan yang telah ada sebelum berlaku-
                     nya Undang-Undang tersebut tetap berlaku.
                         Tidak adanya ketentuan tersebut mengakibatkan status dari
                     izin atau perjanjian yang ada sebelum berlakunya Undang-Un-
                     dang tersebut menjadi tidak jelas dan bahkan dapat diartikan men-
                     jadi tidak berlaku lagi. Hal ini diperkuat ketentuan Pasal 38 ayat (4)
                     yang menyatakan secara tegas bahwa pada kawasan hutan lin-
                     dung dilarang melakukan penambangan dengan pola pertam-
                     bangan terbuka. Ketentuan tersebut semestinya hanya berlaku
                     sesudah berlakunya Undang-Undang tersebut dan tidak diber-
                     lakukan surut.




                                                     21                                       21
Ketidakpastian hukum dalam melakukan kegiatan usaha per-          kan, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menetapkan program
tambangan di kawasan hutan tersebut dapat mengakibatkan Pe-           peningkatan kualitas air.
merintah berada dalam posisi yang sulit dalam mengembangkan               Untuk pengendalian pencemaran air di daerah dilakukan oleh
iklim investasi.                                                      Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Menteri setelah berkonsultasi
                                                                      dengan Menteri lain dan atau Pimpinan lembaga pemerintah non-
                                                                      departemen yang bersangkutan menetapkan baku mutu limbah
                                                                      cair. Baku mutu air, daya tampung beban pencemaran dan baku
      Peraturan Pemerintah Republik Indonesia                         mutu limbah cair ditinjau secara berkala sekurang-kurangnya se-
               Nomor 20 Tahun 1990                                    kali dalam lima tahun.
       tentang Pengendalian Pencemaran Air                                Setiap orang atau badan yang membuang limbah cair wajib
                                                                      mentaati baku mutu limbah cair sebagaimana ditentukan dalam
    Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup          izin pembuangan limbah cair yang ditetapkan baginya. Baku mutu
orang banyak, sehingga perlu dipelihara kualitasnya agar tetap        limbah cair yang diizinkan dibuang ke dalam air oleh suatu ke-
bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hi-         giatan ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I ber-
dup lainnya. Oleh karena itu Pemerintah dipandang perlu untuk         dasarkan baku mutu limbah cair yang ditetapkan.
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian Pen-                 Setiap orang yang mengetahui atau menduga terjadinya pen-
cemaran Air.                                                          cemaran air berhak melaporkan kepada Gubernur Kepada Dae-
    Gubernur menunjuk instansi teknis di daerah untuk melakukan       rah Tingkat I atau aparat Pemerintah Daerah terdekat atau Kepala
inventarisasi kualitas dan kuantitas air untuk kepentingan pengen-    Kepolisian Resort atau Aparat Kepolisian terdekat.
dalian pencemaran air. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, mene-            Dalam hal pembiayaan inventarisasi kualitas dan kuantitas air
tapkan prioritas pelaksanaan inventarisasi kualitas dan kuantitas     dibebankan pada anggaran daerah yang bersangkutan. Se-
air. Data kualitas dan kuantitas air disusun dan didokumentasikan     dangkan biaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan
pada instansi teknis yang bertanggung jawab, di bidang                pencemaran air akibat suatu kegiatan dibebankan kepada pe-
pengelolaan lingkungan hidup di daerah. Kemudian Gubernur             nanggungjawab kegiatan yang bersangkutan.
Kepala Daerah Tingkat I mengidentifikasi sumber-sumber pence-             Apabila untuk suatu jenis kegiatan belum ditentukan baku mutu
maran air.                                                            limbah cairnya, maka baku mutu limbah cair yang boleh dibuang
    Ketetapan tentang baku mutu air untuk golongan air ditetapkan     ke dalam air oleh kegiatan tersebut ditetapkan oleh Gubernur
sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah             Kepala Daerah Tingkat I setelah berkonsultasi dengan Menteri.
ini. Metode analisa untuk setiap parameter baku mutu air dan
baku mutu limbah cair ditetapkan oleh Menteri. Apabila kualitas air
lebih rendah dari kualitas air menurut golongan yang telah ditetap-




                              22                                                                    23                                    23
Daftar Isi                                 dalam pelaksanaannya dibantu oleh Direktur Jenderal berda-
                                                                     sarkan ketentuan yang ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri. Se-
   Bab I Ketentuan Umum; Bab II Inventarisasi Kualitas dan Ku-
                                                                     lambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku mulai ber-
antitas Air; Bab III Penggolongan; Bab IV Upaya Pengendalian;
                                                                     laku, Direksi mengirimkan rencana kerja dan anggaran Per-
Bab V Perizinan; Bab VI Pengawasan dan Pemantauan; Bab VII
                                                                     usahaan yang meliputi anggaran investasi dan anggaran eksplo-
Pembiayaan; Bab VIII Sanksi; Bab IX Ketentuan Peralihan; Bab X
                                                                     itasi kepada Menteri untuk memperoleh pengesahannya berda-
Ketentuan Penutup.
                                                                     sarkan penilaian bersama oleh Menteri dan Menteri Keuangan.
                                                                        Iuran pembiayaan eksploitasi dan pemeliharaan prasarana
    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
                                                                     pengairan dan hasil penjualan tenaga listrik dari pembangkit listrik
 Nomor 42 Tahun 1990 tentang Perusahaan Umum
                                                                     tenaga air didasarkan pada asas memperoleh penghasilan yang
           (Perum) "Otorita Jatiluhur"
                                                                     cukup bagi Perusahaan untuk menutup biaya pengusahaan yang
                                                                     ditetapkan dengan keputusan Menteri atas usul Direksi, setelah
   Peraturan ini merupakan penyesuaian dari Peraturan Pe-
                                                                     mendapat pertimbangan Menteri Keuangan.
merintah Nomor 20 Tahun 1970 tentang Pembentukan Peru-
                                                                        Menteri melakukan pengawasan umum atas jalannya Per-
sahaan Umum "Otorita Jatiluhur" sebagaimana telah diubah de-
                                                                     usahaan. Pada Perusahaan dibentuk Dewan Pengawas yang ber-
ngan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1980.
                                                                     tanggung jawab kepada Menteri. Dewan Pengawas mengadakan
   Perusahaan ini adalah badan usaha yang menyelenggarakan
                                                                     rapat sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali dan sewaktu-wak-
usaha-usaha eksploitasi dan pemeliharaan prasarana pengairan
                                                                     tu apabila diperlukan. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan
serta mengusahakan air, sumber-sumber air, dan ketenagalistrik-
                                                                     tugas Dewan Pengawas, Menteri dapat mengangkat seorang Se-
an. Perusahaan bertempat kedudukan dan berkantor pusat di Jati-
                                                                     kretaris atas beban Perusahaan.
luhur. Modal Perusahaan adalah kekayaan negara yang dipisah-
                                                                        Untuk tiap tahun buku oleh Direksi disusun perhitungan tahun-
kan dari APBN dan tidak terbagi atas saham-saham.
                                                                     an yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi. Pembu-
   Pembelanjaan untuk investasi yang dilaksanakan perusahaan
                                                                     baran Perusahaan dan penunjukan likuidaturnya ditetapkan de-
dapat berasal dari dana intern perusahaan, penyertaan modal
                                                                     ngan Peraturan Pemerintah. Semua kekayaan Perusahaan sete-
negara melalui APBN, pinjaman dari dalam dan/atau luar negeri,
                                                                     lah diadakan likuidasi menjadi milik Negara.
serta sumber-sumber lainnya yang sah. Perusahaan dipimpin dan
dikelola oleh Direksi yang terdiri dari seorang Direktur Utama dan
sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang Direktur sesuai dengan bi-
                                                                                                Daftar Isi
                                                                       Bab I Ketentuan Umum; Bab II Pendirian Perusahaan; Bab III
dang usahanya. Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh
                                                                     Anggaran Dasar Perusahaan; Bab IV Ketentuan Peralihan; Bab V
Presiden atas usul Menteri setelah mendengar pertimbangan
                                                                     Penutup.
Menteri Keuangan.
   Pembinaan terhadap Perusahaan dilakukan oleh Menteri yang




                              24                                                                    25                                      25
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia                      kegiatan pembangunan, eksploitasi dan pemeliharaan sungai, pe-
               Nomor 35 Tahun 1991                                 nanggulangan bahaya banjir, maupun pengamanan sungai, se-
                  tentang Sungai                                   hingga dapat merasa ikut memiliki dan dengan demikian ikut me-
                                                                   rasa bertanggung jawab.
    Sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat dan meningkatkan pemba-                                     Daftar Isi
ngunan nasional. Sehubungan dengan hal tersebut maka dipan-           Bab I Ketentuan Umum; Bab II Penguasaan Sungai; Bab III
dang perlu melakukan pengaturan mengenai sungai yang meliputi      Fungsi Sungai; Bab IV Wewenang dan Tanggung Jawab Pembi-
perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian.           naan; Bab V Perencanaan Sungai; Bab VI Pembangunan Ba-
Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari Undang-        ngunan Sungai; Bab VII Eksploitasi dan Pemeliharaan Sungai dan
Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan yang direvisi ke      Bangunan Sungai; Bab VIII Pengusahaan Sungai dan Bangunan
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Da-          Sungai; Bab IX Pembangunan, Pengelolaan dan Pengamanan
ya Air.                                                            Waduk; Bab X Penanggulangan Bahaya Banjir; Bab XI Penga-
    Lingkup pengaturan sungai berdasarkan PP ini mencakup per-     manan Sungai dan Bangunan Sungai; Bab XII Kewajiban dan La-
lindungan, pengembangan, penggunaan, dan pengendalian su-          rangan; Bab XIII Pembiayaan; Bab XIV Pengawasan; Bab XV Ke-
ngai termasuk danau dan waduk. Wewenang dan tanggung jawab         tentuan Pidana; Bab XVI Ketentuan Peralihan; Bab XVII Ketentu-
pembinaan sungai ada pada Pemerintah yang pelaksanaannya           an Penutup.
dilakukan oleh Menteri. Wewenang dan tanggung jawab pembina-
an sungai ini juga dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik
negara. Sepanjang belum dilimpahkan kepada badan usaha milik            Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
negara, dapat dilimpahkan juga kepada Pemerintah Daerah da-                      Nomor 18 Tahun 1999
lam rangka tugas pembantuan sesuai dengan peraturan perun-           tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dang-undangan yang berlaku.                                                          dan Beracun
    Untuk mencapai keterpaduan yang menyeluruh dalam per-
lindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian su-               Dengan meningkatnya pembangunan di segala bidang, khu-
ngai, bagi tiap kesatuan wilayah sungai disusun perencana pem-     susnya pembangunan di bidang industri, semakin meningkat pula
binaan sungai yang ditetapkan oleh Menteri.                        jumlah limbah yang dihasilkan termasuk yang berbahaya dan be-
    Selain sungai merupakan salah satu sumber daya air, juga me-   racun yang dapat membahayakan lingkungan hidup dan kesehat-
miliki potensi yang lain yaitu sebagai sumber bahan galian khu-    an manusia. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 23
susnya bahan galian berupa pasir dan batu.                         Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka perlu
    Dalam rangka menumbuhkan peran serta masyarakat dalam          dilakukan penyesuaian terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 19
pembangunan nasional, maka masyarakat diikutsertakan dalam         Tahun 1994 jo Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1995 ten-



                             26                                                                27                                   27
tang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
    Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan me-
                                                                                           Daftar Isi
                                                                     Bab I Ketentuan Umum; Bab II Identifikasi Limbah B3; Bab III
nanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
                                                                  Pelaku Pengelolaan: Bagian Pertama : Penghasil, Bagian Kedua :
yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan
                                                                  Pengumpul, Bagian Ketiga: Pengangkut, Bagian Keempat : Pe-
kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai fung-
                                                                  manfaat, Bagian Kelima : Pengolah, Bagian Keenam : Penimbun;
sinya kembali.
                                                                  Bab IV Kegiatan Pengelolaan : Bagian Pertama : Reduksi Limbah
    Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
                                                                  B3, Bagian Kedua : Pengemasan, Bagian Ketiga : Penyimpanan,
menggunakan bahan berbahaya dan beracun dan/atau mengha-
                                                                  Bagian Keempat : Pengumpulan, Bagian Kelima : Pengangkutan,
silkan limbah B3 wajib melakukan reduksi limbah B3, mengolah
                                                                  Bagian Keenam : Pemanfaatan, Bagian Ketujuh : Pengolahan,
limbah B3 dan/atau menimbun limbah B3. Untuk pengumpul,
                                                                  Bagian Kedelapan : Penimbunan; Bab V Tata Laksana : Bagian
pengangkut, pemanfaat, pengolah, dan penimbun limbah B3 dila-
                                                                  Pertama : Perizinan, Bagian Kedua : Pengawasan, Bagian Ketiga:
kukan oleh badan usaha yang melakukan kegiatan-kegiatan ter-
                                                                  Perpindahan Lintas Batas, Bagian Keempat : Informasi dan Pe-
sebut.
                                                                  laporan, Bagian Kelima : Penanggulangan dan Pemulihan, Bagian
    Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan,
                                                                  Keenam : Pengawasan Penanggulangan Kecelakaan, Bagian Ke-
pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan
                                                                  tujuh : Pembiayaan; Bab VI Sanksi; Bab VII Ketentuan Peralihan;
limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang
                                                                  Bab VIII Ketentuan Penutup.
bertanggung jawab. Pengawasan pengelolaan limbah B3 dilaku-
kan oleh Menteri dan pelaksanaannya diserahkan kepada instan-
si yang bertanggung jawab. Penghasil, pengumpul, pemanfaat,
                                                                       Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
pengangkut, pengolah dan penimbun limbah B3 bertanggung ja-
                                                                                 Nomor 27 Tahun 1999
wab atas penanggulangan kecelakaan dan pencemaran lingkun-
                                                                    tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
gan hidup akibat lepas atau tumpahnya limbah B3 yang menjadi
tanggung jawabnya.
                                                                     Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
    Pelaksanaan pengawasan penanggulangan kecelakaan di
                                                                  1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup perlu dilakukan
daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II untuk skala
                                                                  penyesuaian terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
yang bisa ditanggulangi oleh kegiatan penghasil dan/atau pe-
                                                                  1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
ngumpul dan/atau pengangkut dan/atau pengolah dan/atau
                                                                     Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (selanjutnya di-
penimbun. Dalam hal pembiayaan, segala biaya untuk memper-
                                                                  singkat AMDAL) merupakan bagian kegiatan studi kelayakan ren-
oleh izin dan rekomendasi pengelolaan limbah B3 dibebankan ke-
                                                                  cana usaha dan/atau kegiatan. Jenis usaha dan/atau kegiatan
pada pemohon izin.
                                                                  yang wajib memiliki AMDAL ditetapkan oleh Menteri setelah men-
                                                                  dengar dan memperhatikan saran dan pendapat Menteri lain dan/




                             28                                                                29                                   29
atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang ter-           ngenai Dampak Lingkungan Hidup; Bab III Tata Laksana; Bab IV
kait.                                                               Pembinaan; Bab V Pengawasan; Bab VI Keterbukaan Informasi
    Untuk menilai kerangka acuan, AMDAL, rencana pengelolaan        dan Peran Masyarakat; Bab VII Pembiayaan; Bab VIII Ketentuan
lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup ma-        Peralihan; Bab IX Ketentuan Penutup.
ka dibentuk Komisi Penilai. Komisi Penilai dibentuk oleh Menteri
di tingkat pusat, sedangkan di tingkat daerah dibentuk oleh Gu-
bernur.                                                                   Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
    Kerangka acuan sebagai dasar pembuatan AMDAL disusun                           Nomor 41 Tahun 1999
oleh pemrakarsa. Pemrakarsa menyusun AMDAL, rencana pe-                   tentang Pengendalian Pencemaran Udara
ngelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan
hidup berdasarkan kerangka acuan yang telah mendapatkan ke-             Ketentuan ini merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor
putusan dari instansi yang bertanggung jawab. Untuk penyusunan      23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
AMDAL bagi usaha dan/atau kegiatan ekonomi lemah dibantu Pe-            Pengendalian pencemaran udara meliputi pengendalian dari
merintah dan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri setelah memper-   usaha dan/atau kegiatan sumber bergerak, sumber bergerak spe-
hatikan saran dan pendapat instansi yang membidangi usaha           sifik, sumber tidak bergerak, dan sumber tidak bergerak spesifik
dan/atau kegiatan yang bersangkutan.                                yang dilakukan dengan upaya pengendalian sumber emisi
    Setiap usaha dan/atau kegiatan wajib diumumkan terlebih da-     dan/atau sumber gangguan yang bertujuan untuk mencegah tu-
hulu kepada masyarakat sebelum pemrakarsa menyusun                  runnya mutu udara ambien.
AMDAL. Warga masyarakat yang berkepentingan wajib dilibatkan            Perlindungan mutu udara ambien didasarkan pada baku mutu
dalam proses penyusunan kerangka acuan, penilaian kerangka          udara ambien, status mutu udara ambien, baku mutu emisi, am-
acuan, AMDAL, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan ren-         bang batas emisi gas buang, baku tingkat gangguan, ambang ba-
cana pemantauan lingkungan hidup.                                   tas kebisingan dan Indeks Standar Pencemar Udara.
    Dalam hal pembiayaan, untuk pelaksanaan kegiatan komisi pe-         Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan pe-
nilai dan tim teknis AMDAL di tingkat pusat dibebankan pada ang-    nanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan
garan instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan se-    melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber
dangkan di tingkat daerah dibebankan pada anggaran instansi yang    pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak ber-
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan daerah tingkat I.          gerak termasuk sumber gangguan serta penanggulangan keada-
                                                                    an darurat.
                         Daftar Isi                                     Menteri melakukan pengawasan terhadap penataan penang-
  Bab I Ketentuan Umum; Bab II Komisi Penilai Analisis Me-          gung jawab usaha dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan
                                                                    terjadinya pencemaran udara. Dalam hal wewenang pengawasan
                                                                    diserahkan kepada Pemerintah Daerah, Gubernur/Bupati/Waliko-



                             30                                                                  31                                    31
tamadya Kepala Daerah Tingkat II dapat melakukan pengawasan        Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Ber-
terhadap penataan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan         bahaya dan Beracun.
yang membuang emisi dan/atau gangguan.                                Pasal I mengubah ketentuan Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8
    Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari upaya pengenda-   Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
lian pencemaran udara dan/atau gangguan dari sumber tidak ber-     Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
gerak yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau ke-
giatan dibebankan kepada penanggung jawab usaha dan/atau ke-           Pasal 6 :
giatan yang bersangkutan. Setiap orang atau penanggung jawab           Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber dan/atau uji
usaha dan/atau kegiatan yang mengakibatkan terjadinya pence-       karakteristik dan/atau uji toksikologi.
maran udara wajib menanggung biaya penanggulangan pence-               Pasal 7 :
maran udara serta biaya pemulihannya.                                (1)Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi limbah B3 dari
                                                                        sumber tidak spesifik, limbah B3 dari sumber spesifik, limbah B3
                         Daftar Isi                                     dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan
    Bab I Ketentuan Umum; Bab II Perlindungan Mutu Udara; Bab           buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
III Pengendalian Pencemaran Udara; Bab IV Pengawasan; Bab V          (2)Perincian dari masing-masing jenis sebagaimana dimaksud
Pembiayaan; Bab VI Ganti Rugi; Bab VII Sanksi; Bab VIII                 pada ayat (1) seperti tercantum dalam Lampiran I Peraturan
Ketentuan Peralihan; Bab IX Ketentuan Penutup.                          Pemerintah ini.
                                                                     (3)Uji karakterisitik limbah B3 meliputi mudah meledak, mudah
                                                                        terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan
   20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia                          bersifat korosif.
               Nomor 85 Tahun 1999                                   (4)Pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan/atau
  tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah                           kronik.
               Nomor 18 Tahun 1999                                     Daftar limbah dengan kode limbah D220, D221, D222, dan
  tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya                       D223 dapat dinyatakan limbah B3 setelah dilakukan uji karakteris-
                   dan Beracun                                     tik dan/atau uji toksikologi.


   Untuk mengenali limbah yang dihasilkan secara dini diperlukan      Pasal 8 :
identifikasi berdasarkan uji toksikologi dengan penentuan nilai     (1)Limbah yang dihasilkan dari kegiatan yang tidak termasuk da-
akut dan/atau kronik untuk menentukan limbah yang dihasilkan           lam Lampiran I, Tabel 2 Peraturan Pemerintah ini, apabila ter-
termasuk sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun. Se-               bukti memenuhi Pasal 7 ayat (3) dan/atau ayat (4) maka lim-
hubungan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu mengubah            bah tersebut merupakan limbah B3.
dan menyempurnakan beberapa ketentuan Peraturan Pemerintah



                             32                                                                   33                                       33
(2)Limbah B3 dari kegiatan yang tercantum dalam Lampiran I,            1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-Un-
    Tabel 2 Peraturan Pemerintah ini dapat dikeluarkan dari daf-        dang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Pe-
    tar tersebut oleh instansi yang bertanggung jawab, apabila da-      nyelesaian Sengketa.
    pat dibuktikan secara ilmiah bahwa limbah tersebut bukan lim-           Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan
    bah B3 berdasarkan prosedur yang ditetapkan oleh instansi           merupakan pilihan para pihak dan bersifat sukarela. Para pihak
    yang bertanggung jawab setelah berkoordinasi dengan ins-            yang telah memilih upaya penyelesaian sengketa lingkungan hi-
    tansi teknis, lembaga penelitian terkait dan penghasil limbah.      dup di luar pengadilan, maka gugatan yang disampaikan melalui
 (3)Pembuktian secara ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat             pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinya-
    (2) dilakukan berdasarkan uji karakteristik limbah B3, uji toksi-   takan tidak berhasil secara tertulis oleh salah satu atau para pihak
    kologi, dan/atau hasil studi yang menyimpulkan bahwa limbah         yang bersengketa atau salah satu atau para pihak yang berseng-
    yang dihasilkan tidak menimbulkan pencemaran dan ganggu-            keta menarik diri dari perundingan.
    an kesehatan terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya.                Untuk lembaga penyedia jasa dapat dibentuk oleh Pemerintah
 (4)Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)           dan/atau masyarakat. Lembaga penyedia jasa yang dibentuk oleh
    dan ayat (3) akan ditetapkan oleh instansi yang bertanggung         Pemerintah Pusat ditetapkan oleh Menteri dan berkedudukan di
    jawab setelah berkoordinasi dengan instansi teknis dan lem-         instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak
    baga penelitian terkait.                                            lingkungan. Sedangkan yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah
                                                                        ditetapkan Gubernur/Bupati/Walikota dan berkedudukan di instan-
   Pasal II :                                                           si yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak ling-
   Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar           kungan di daerahnya. Pendirian penyedia jasa yang dibentuk oleh
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Per-             masyarakat dibuat dengan Akta Notaris.
aturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran                   Orang-orang yang menjalankan fungsi sebagai arbiter atau me-
Negara Republik Indonesia.                                              diator atau pihak ketiga lainnya terikat pada kode etik profesi yang
                                                                        penilaian dan pengembangannya dilakukan oleh asosiasi profesi
                                                                        yang bersangkutan. Kesepakatan yang dicapai melalui proses pe-
      Peraturan Pemerintah Republik Indonesia                           nyelesaian sengketa dengan menggunakan mediator atau pihak
               Nomor 54 Tahun 2000                                      ketiga lainnya wajib dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis di
     tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan                            atas kertas bermaterai.
      Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup                                Mengenai biaya penyelesaian sengketa lingkungan hidup me-
                 di Luar Pengadilan                                     lalui arbiter tunduk pada ketentuan arbitrase. Biaya untuk media-
                                                                        tor atau pihak ketiga lainnya dibebankan atas kesediaan dari sa-
   Peraturan Pemerintah ini ditetapkan sebagai pelaksana                lah satu pihak atau para pihak yang bersengketa atau sumber-
ketentuan Pasal 33 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun                sumber dana lainnya yang bersifat tidak mengikat. Segala biaya



                               34                                                                      35                                      35
kesekretariatan yang diperlukan dibebankan kepada Pemerintah        merintah daerah dapat juga mencari sumber-sumber pembiayaan
Pusat maupun Pemerintah Daerah pada anggaran belanja instan-        lain melalui kerjasama dengan pihak lain dengan prinsip saling
si yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak ling-       menguntungkan.
kungan di pusat ataupun daerah yang bersangkutan.                       Tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBD
                                                                    tidak dapat dilakukan sebelum ditetapkan dalam Perda tentang
                         Daftar Isi                                 APBD dan ditempatkan dalam Lembaran Daerah. Untuk setiap
   Bab I Ketentuan Umum; Bab II Kelembagaan; Bab III Per-           pengeluaran atas beban APBD diterbitkan Surat Keputusan Oto-
syaratan Penunjukan Pihak Ketiga Netral; Bab IV Tata Cara Pe-       risasi atau surat keputusan lainnya yang disamakan dengan itu
nyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Melalui Lembaga Pe-            oleh pejabat yang berwenang.
nyedia Jasa; Bab V Pembiayaan Lembaga Penyedia Jasa; Bab VI             Untuk setiap akhir tahun anggaran Pemerintah Daerah wajib
Ketentuan Penutup.                                                  membuat perhitungan APBD yang memuat perbandingan antara
                                                                    realisasi pelaksanaan APBD dibandingkan dengan APBD. Pe-
                                                                    merintah Daerah juga menyampaikan laporan triwulan pelaksa-
                                                                    naan APBD kepada DPRD. Pemeriksaan atas pelaksanaan, pe-
    22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia                     ngelolaan, dan pertanggungjawaban keuangan daerah dilakukan
               Nomor 105 Tahun 2000                                 sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
   tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
                  Keuangan Daerah                                                           Daftar Isi
                                                                       Bab I Ketentuan Umum; Bab II Pengelolaan Keuangan Daerah;
    Pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pa-   Bab III Penyusunan dan Penetapan APBD; Bab IV Pelaksanaan
da peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif,     APBD; Bab V Perhitungan APBD; Bab VI Pertanggungjawaban
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas          Keuangan Daerah; Bab VII Pengawasan Pengelolaan Keuangan
keadilan dan kepatutan. APBD merupakan dasar pengelolaan ke-        Daerah; Bab VIII Pemeriksaan Keuangan Daerah; Bab IX Ke-
uangan daerah dalam tahun anggaran tertentu. Struktur APBD          rugian Keuangan Daerah; Bab X Ketentuan Penutup.
merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah,
belanja daerah dan pembiayaan.
    Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus di-
dukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam
jumlah yang cukup. Semua transaksi keuangan daerah baik pe-
nerimaan daerah maupun pengeluaran daerah dilaksanakan me-
lalui kas daerah. Apabila diperkirakan pendapatan daerah lebih
kecil dari rencana belanja, daerah dapat melakukan pinjaman. Pe-



                             36                                                                 37                                   37
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia                            Menteri yang bertanggung jawab di bidang kehutanan mengko-
              Nomor 4 Tahun 2001                                    ordinasikan pemadaman kebakaran hutan dan/atau lahan lintas
    tentang Pengendalian Kerusakan dan/atau                         propinsi dan/atau lintas batas negara. Gubernur bertanggung ja-
  Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan                        wab terhadap pengendalian kerusakan dan/atau pencemaran
     dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan                          lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan
                                                                    dan/atau lahan yang dampaknya lintas Kabupaten/Kota.
    Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari keten-         Pelaksanaan pengawasan atas pengendalian kerusakan
tuan Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 23          dan/atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.                    kebakaran hutan dan/atau lahan dilakukan secara periodik untuk
    Di dalam pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hi-        mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup dan
dup secara tegas dikemukakan dalam Tap MPR No.IV/MPR/1999           secara intensif untuk menanggulangi dampak dan pemulihan ling-
tentang GBHN, bahwa pemanfaatan potensi sumber daya alam            kungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau
dan lingkungan hidup harus disertai dengan tindakan konservasi,     lahan.
rehabilitasi, dan penghematan penggunaan dengan menerapkan             Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pe-
teknologi ramah lingkungan. Penerapan kebijakan ini diharapkan      ngendalian kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup
dapat memperkecil dampak yang akan merugikan lingkungan             yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan sesuai
hidup dan keberlanjutan pembangunan itu sendiri.                    dengan peraturan perundangan yang berlaku.
    Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi upaya pence-       Dalam hal pembiayaan untuk melakukan kegiatan tersebut
gahan, penanggulangan, dan pemulihan serta pengawasan ter-          diatas dibebankan pada APBN, APBD dan sumber dana lainnya
hadap pengendalian kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan         sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan.
    Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan kriteria baku kerusakan                              Daftar Isi
lingkungan hidup daerah. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup      Bab I Ketentuan Umum; Bab II Kriteria Baku Kerusakan Ling-
daerah ditetapkan dengan ketentuan sama atau lebih ketat daripada   kungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau
ketentuan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup nasional.        Lahan; Bab III Baku Mutu Pencemaran Lingkungan Hidup; Bab IV
    Setiap orang dilarang melakukan kegiatan pembakaran hutan       Tata Laksana Pengendalian; Bab V Wewenang Pengendalian Ke-
dan/atau lahan juga berkewajiban mencegah terjadinya kerusak-       rusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan
an dan/atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan de-          dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan; Bab VI Pengawasan;
ngan kebakaran hutan dan/atau lahan. Setiap orang yang meng-        Bab VII Pelaporan; Bab VIII Peningkatan Kesadaran Masyarakat;
akibatkan terjadinya kebakaran hutan dan/atau lahan wajib mela-     Bab IX Keterbukaan Informasi dan Peran Masyarakat; Bab X
kukan pemulihan dampak lingkungan hidup.




                             38                                                                  39                                   39
Pembiayaan; Bab XI Sanksi Administrasi; Bab XII Ganti Kerugian;      edaran B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan
Bab XIII Ketentuan Pidana; Bab XIV Ketentuan Peralihan; Bab XV       (Material Safety Data Sheet).
Ketentuan Penutup.                                                       Dalam rangka pengelolaan B3 dibentuk Komisi B3 yang mempu-
                                                                     nyai tugas untuk memberikan saran dan/atau pertimbangan kepada
                                                                     Pemerintah. Komisi B3 terdiri dari wakil instansi yang berwenang,
                                                                     wakil instansi yang bertanggung jawab, wakil instansi yang terkait,
      Peraturan Pemerintah Republik Indonesia                        wakil perguruan tinggi, organisasi lingkungan, dan asosiasi.
               Nomor 74 Tahun 2001                                       Wewenang pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan B3
       tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya                           dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan instansi yang
                   dan Beracun                                       berwenang sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
                                                                     Dalam hal tertentu wewenang tersebut dapat diserahkan menjadi
   Sebagai tindak lanjut dari Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang        urusan daerah Propinsi/Kabupaten/Kota.
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,                Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib
maka ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Ba-         menyampaikan laporan tertulis tentang pengelolaan B3 secara
han Berbahaya dan Beracun (B3).                                      berkala sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan kepada ins-
   Pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan/atau mengu-           tansi yang bertanggung jawab dan instansi yang berwenang di bi-
rangi risiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan          dang tugas masing-masing dengan tembusan kepada Guber-
manusia dan makhluk hidup lainnya.                                   nur/Bupati/Walikota.
   B3 dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu B3 yang dapat diper-       Masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi tentang upa-
gunakan, B3 yang dilarang dipergunakan, dan B3 yang terbatas         ya pengendalian dampak lingkungan hidup akibat kegiatan penge-
dipergunakan.                                                        lolaan B3.
   Setiap B3 wajib diregistrasikan oleh penghasil dan/atau
pengimpor. Tata cara registrasi dan sistem registrasi nasional B3                              Daftar Isi
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Instansi yang bertanggung            Bab I Ketentuan Umum; Bab II Klasifikasi B3; Bab III Tata Lak-
jawab. Setiap orang yang melakukan kegiatan ekspor B3 yang           sana dan Pengelolaan B3; Bab IV Komisi B3; Bab V Keselamatan
terbatas dipergunakan, wajib menyampaikan notifikasi ke otoritas     dan Kesehatan Kerja; Bab VI Penanggulangan Kecelakaan dan
negara tujuan ekspor, otoritas negara transit dan instansi yang      Keadaan Darurat; Bab VII Pengawasan dan Pelaporan; Bab VIII
bertanggung jawab. Sedangkan yang melakukan kegiatan impor           Peningkatan Kesadaran Masyarakat; Bab IX Keterbukaan In-
B3 wajib mengikuti prosedur notifikasi.                              formasi dan Peran Masyarakat; Bab X Pembiayaan; Bab XI Sank-
   Setiap orang yang memproduksi B3 wajib membuat Lembar             si Administrasi; Bab XII Ganti Kerugian; Bab XIII Ketentuan Pi-
Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet). Dan seti-       dana; Bab XIV Ketentuan Peralihan; Bab XV Ketentuan Penutup.
ap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan peng-



                              40                                                                   41                                      41
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia                       ngan Perda Kab/Kota. Setiap usaha dan/atau kegiatan wajib
               Nomor 82 Tahun 2001                                  membuat rencana penanggulangan pencemaran air pada
        tentang Pengelolaan Kualitas Air dan                        keadaan darurat dan/atau keadaan yang tidak terduga lainnya.
           Pengendalian Pencemaran Air
                                                                                             Daftar Isi
    Peraturan ini merupakan pelaksanaan ketentuan dari Pasal 14        Bab I Ketentuan Umum; Bab II Pengelolaan Kualitas Air; Bab III
ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Penge-           Pengendalian Pencemaran Air; Bab IV Pelaporan; Bab V Hak dan
lolaan Lingkungan Hidup.                                            Kewajiban; Bab VI Persyaratan Pemanfaatan dan Pembuangan
    Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air di-    Air Limbah; Bab VII Pembinaan dan Pengawasan; Bab VIII
selenggarakan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem.           Sanksi; Bab IX Ketentuan Peralihan; Bab X Ketentuan Penutup.
Hal tersebut dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Upaya pengelolaan kualitas air
dilakukan pada :
    1. Sumber air yang terdapat di dalam hutan lindung;                 26. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
    2. Mata air yang terdapat di luar hutan lindung; dan                            Nomor 27 Tahun 2002
    3. Akuifer air tanah dalam.                                            tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif
    Pemerintah melakukan pengelolaan kualitas air lintas propinsi
dan/atau lintas batas negara. Pemerintah Propinsi mengkoordina-        Peraturan Pemerintah ini sebagai pelaksana dari ketentuan
sikan pengelolaan kualitas air lintas Kab/Kota. Sedangkan Peme-     Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang
rintah Kab/Kota melakukan pengelolaan kualitas air di Kab/Kota.     Ketenaganukliran. Peraturan ini mengatur klasifikasi limbah
Pemerintah dapat menentukan baku mutu air yang lebih ketat          radioaktif, manajemen perizinan, pengolahan, pengangkutan, dan
dan/atau penambahan parameter pada air yang lintas Propinsi         penyimpanan limbah radioaktif, program jaminan kualitas, pe-
dan/atau lintas batas negara, serta sumber air yang pengelolaan-    ngelolaan dan pemantauan lingkungan, pengolahan limbah
nya di bawah kewenangan Pemerintah.                                 radioaktif tambang bahan galian nuklir dan tambang lainnya, pro-
    Baku mutu air limbah nasional ditetapkan dengan Keputusan       gram dekomisioning, serta penanggulangan kecelakaan nuklir
Menteri dengan tetap memperhatikan saran masukan dari instan-       dan/atau radiasi.
si terkait. Baku mutu air limbah daerah ditetapkan dengan Per-         Pengelolaan limbah radioaktif bertujuan untuk melindungi
aturan Daerah Propinsi.                                             keselamatan dan kesehatan pekerja, anggota masyarakat, dan
    Setiap orang yang membuang air limbah ke prasarana              lingkungan hidup dari bahaya radiasi dan/atau kontaminasi.
dan/atau sarana pengelolaan air limbah yang disediakan oleh Pe-     Limbah radioaktif diklasifikasikan dalam jenis limbah radioaktif
merintah Kab/Kota dapat dikenakan retribusi yang ditetapkan de-




                             42                                                                   43                                    43
tingkat rendah, tingkat sedang, dan tingkat tinggi.                 Kecelakaan Nuklir dan/atau Radiasi; Bab XI Sanksi Administratif;
   Setiap orang atau badan yang akan melakukan pemanfaatan          Bab XII Ketentuan Pidana; Bab XIV Ketentuan Penutup.
tenaga nuklir wajib menyatakan kepada Badan Pengawas bahwa
limbah radioaktif akan dikembalikan ke negara asal atau dise-
rahkan kepada Badan Pelaksana untuk dikelola. Pengolahan lim-
bah radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang dapat dilakukan       27. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
sendiri oleh penghasil limbah radioaktif.                                          Nomor 45 Tahun 2002
   Pengelola limbah radioaktif sebelum melaksanakan pengelo-              tentang Penambahan Penyertaan Modal
laan limbah radioaktif harus membuat program jaminan kualitas              Pemerintah Republik Indonesia Dalam
untuk kegiatan desain, pembangunan, pengoperasian dan per-                       Modal Perum Jasa Tirta I
awatan, dekomisioning instalasi, serta pengelolaan limbah
radioaktif. Pengelola limbah radioaktif harus melakukan pe-            Pemerintah melakukan penambahan penyertaan modal ke da-
mantauan tingkat radiasi dan radioaktivitas lingkungan di sekitar   lam modal Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I, yang didi-
instalasi.                                                          rikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 1999
   Badan Pelaksana atau badan yang melakukan penambangan            tentang Perum Jasa Tirta I. Penambahan penyertaan modal terse-
bahan galian nuklir wajib melakukan pengumpulan, pengelom-          but berasal dari kekayaan Negara.
pokkan, atau pengolahan dan penyimpanan sementara limbah               Pelaksanaan penambahan penyertaan modal Negara ke dalam
radioaktif. Sebelum melaksanakan dekomisioning instalasi pengo-     Perum Jasa Tirta I dilakukan menurut ketentuan Peraturan Pe-
lahan limbah radioaktif, setiap pengolah limbah radioaktif wajib    merintah Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum
menyampaikan dokumen program dekomisioning kepada Badan             (PERUM), Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2001 tentang
Pengawas. Penghasil, pengolah, dan pengelola limbah radioaktif      Pengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Ke-
harus melakukan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan nuklir       uangan Pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan
dan/atau radiasi.                                                   Umum (PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) Kepada
                                                                    Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan peraturan
                         Daftar Isi                                 perundang-undangan lainnya yang berlaku.
   Bab I Ketentuan Umum; Bab II Ruang Lingkup, Asas dan Tu-
juan; Bab III Klasifikasi Limbah Radioaktif; Bab IV Manajemen                                Daftar Isi
Perizinan; Bab V Pengolahan, Pengangkutan dan Penyimpanan             Bab I Penambahan Penyertaan Modal; Bab II Pelaksanaan
Limbah Radioaktif; Bab VI Program Jaminan Kualitas; Bab VII         Penambahan Penyertaan Modal; Bab III Ketentuan Penutup.
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; Bab VIII Pengolahan
Limbah Radioaktif Tambang Bahan Galian Nuklir dan Tambang
Lainnya; Bab IX Program Dekomisioning; Bab X Penanggulangan



                             44                                                                  45                                    45
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Kebijakan dan strategi pengembangan air minum
Kebijakan dan strategi pengembangan air minumKebijakan dan strategi pengembangan air minum
Kebijakan dan strategi pengembangan air minum
Joy Irman
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Oswar Mungkasa
 

Was ist angesagt? (20)

Pedoman Pemeliharaan dan Rehabilitasi Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pemeliharaan dan Rehabilitasi Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Pemeliharaan dan Rehabilitasi Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Pemeliharaan dan Rehabilitasi Sistem Penyediaan Air Minum
 
Permen PU 18 Tahun 2007 Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Permen PU 18 Tahun 2007 Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air MinumPermen PU 18 Tahun 2007 Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Permen PU 18 Tahun 2007 Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
 
Kebijakan dan strategi pengembangan air minum
Kebijakan dan strategi pengembangan air minumKebijakan dan strategi pengembangan air minum
Kebijakan dan strategi pengembangan air minum
 
Pedoman Perencanaan Teknik Terinci IPLT buku A
Pedoman Perencanaan Teknik Terinci IPLT buku APedoman Perencanaan Teknik Terinci IPLT buku A
Pedoman Perencanaan Teknik Terinci IPLT buku A
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
 
Pedoman teknis-ipal-2011
Pedoman teknis-ipal-2011Pedoman teknis-ipal-2011
Pedoman teknis-ipal-2011
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
 
Sistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air Limbah
Sistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air LimbahSistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air Limbah
Sistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air Limbah
 
Tata Cara Pembubuhan Kaporit pada Unit Instalasi Penjernihan Air (IPA)
Tata Cara Pembubuhan Kaporit pada Unit Instalasi Penjernihan Air (IPA)Tata Cara Pembubuhan Kaporit pada Unit Instalasi Penjernihan Air (IPA)
Tata Cara Pembubuhan Kaporit pada Unit Instalasi Penjernihan Air (IPA)
 
pengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampahpengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampah
 
Permen PU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pedoman Pembinaan Penyelenggaraan Penge...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pedoman Pembinaan Penyelenggaraan Penge...Permen PU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pedoman Pembinaan Penyelenggaraan Penge...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pedoman Pembinaan Penyelenggaraan Penge...
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat   on-site systemSistem pengolahan air limbah setempat   on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
 
Kebutuhan air baku
Kebutuhan air bakuKebutuhan air baku
Kebutuhan air baku
 
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
 
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANPeraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
 
Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdf
Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdfRincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdf
Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdf
 
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis MasyarakatTPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
 
Katalog opsi jamban sehat
Katalog opsi jamban sehatKatalog opsi jamban sehat
Katalog opsi jamban sehat
 
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi PermukimanPedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
 

Ähnlich wie Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)

Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 201...
Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 201...Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 201...
Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 201...
Oswar Mungkasa
 
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Rizki Malinda
 
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan
Oswar Mungkasa
 
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Rizki Malinda
 
No. 5 ttg organisasi dan tata kerja badan penanggulangan bencana daerah kab. ppb
No. 5 ttg organisasi dan tata kerja badan penanggulangan bencana daerah kab. ppbNo. 5 ttg organisasi dan tata kerja badan penanggulangan bencana daerah kab. ppb
No. 5 ttg organisasi dan tata kerja badan penanggulangan bencana daerah kab. ppb
ppbkab
 
Contoh Peraturan Desa tentang BPD
Contoh Peraturan Desa tentang BPDContoh Peraturan Desa tentang BPD
Contoh Peraturan Desa tentang BPD
Yudhi Aldriand
 
2012 Perda pengelolaan sampah
2012 Perda pengelolaan sampah2012 Perda pengelolaan sampah
2012 Perda pengelolaan sampah
PA_Klaten
 
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Rizki Malinda
 

Ähnlich wie Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) (20)

Perdes
PerdesPerdes
Perdes
 
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
 
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
 
Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 201...
Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 201...Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 201...
Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 201...
 
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
 
Buku pedoman pengurusan surat perkawinan
Buku pedoman pengurusan surat perkawinanBuku pedoman pengurusan surat perkawinan
Buku pedoman pengurusan surat perkawinan
 
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RIKatalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RI
 
Perda no. 2 thn 2014 b3 final otentifikasi
Perda no. 2 thn 2014  b3 final otentifikasi Perda no. 2 thn 2014  b3 final otentifikasi
Perda no. 2 thn 2014 b3 final otentifikasi
 
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan
Buku Saku Pembangunan Permukiman dan Perumahan
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNGLaporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
 
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) SanitasiPetunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
 
Peraturan perundang
Peraturan perundangPeraturan perundang
Peraturan perundang
 
Permen 18 2007
Permen 18 2007Permen 18 2007
Permen 18 2007
 
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
 
No. 5 ttg organisasi dan tata kerja badan penanggulangan bencana daerah kab. ppb
No. 5 ttg organisasi dan tata kerja badan penanggulangan bencana daerah kab. ppbNo. 5 ttg organisasi dan tata kerja badan penanggulangan bencana daerah kab. ppb
No. 5 ttg organisasi dan tata kerja badan penanggulangan bencana daerah kab. ppb
 
Contoh Peraturan Desa tentang BPD
Contoh Peraturan Desa tentang BPDContoh Peraturan Desa tentang BPD
Contoh Peraturan Desa tentang BPD
 
2012 Perda pengelolaan sampah
2012 Perda pengelolaan sampah2012 Perda pengelolaan sampah
2012 Perda pengelolaan sampah
 
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
 
Perda no.17-2008 Pelestarian Lingkungan Hidup
Perda no.17-2008 Pelestarian Lingkungan HidupPerda no.17-2008 Pelestarian Lingkungan Hidup
Perda no.17-2008 Pelestarian Lingkungan Hidup
 

Mehr von Oswar Mungkasa

Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Oswar Mungkasa
 

Mehr von Oswar Mungkasa (20)

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
 

Kürzlich hochgeladen

Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 

Kumpulan Regulasi terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)

  • 1.
  • 2.
  • 3. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Dalam mengimplementasikan kebijakan air minum dan penyehatan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA lingkungan berbasis masyarakat yang telah berhasil disusun oleh pemerin- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1962 tah, para pelaku di sektor air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) tentang Perusahaan Daerah …... 1 seringkali bersinggungan dengan masalah hukum dan peraturan perundang- an-undangan yang terkait dengan masalah pembangunan AMPL. Peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 perundangan tersebut seringkali berubah seiring dengan perubahan sosial- tentang Konservasi Sumber Alam Hayati dan Ekosistemnya ……...2 politik kemasyarakatan dan perubahan standard pelayanan umum. Kondisi tersebut mengharuskan para pelaku di bidang air minum dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 penyehatan lingkungan untuk selalu up to date terhadap peraturan perun- tentang Perumahan dan Permukiman …. 3 dang-undangan. Ketersediaan media informasi yang praktis dan padat san- gat dibutuhkan oleh para pelaku tersebut. Kebutuhan tersebut mendorong Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Kami untuk menerbitkan buku "Kumpulan Regulasi Terkait AMPL." Buku tentang Kesehatan …………... 5 ini antara lain berisikan regulasi yang terkait langsung maupun tidak lang- sung, mulai dari bentuk UU, Perpu, PP, Keppres, Perpres, Kepmen, Permen, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 dan Perda. tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup …………………………. 6 Buku ini hanya menjelaskan secara garis besar dari masing-masing per- aturan perundang-undangan yang dihimpun. Hal ini dimaksudkan untuk Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 memudahkan para pembaca dalam memahami isi peraturan perundang- tentang Kehutanan …………..………….………….………......…. 8 undangan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan AMPL. Dengan hadirnya buku ini, diharapkan bahan referensi bagi para pelaku Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 bidang AMPL menjadi semakin lengkap. tentang Keuangan Negara ….………….………….…………….... 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Jakarta, 13 November 2007 tentang Perbendaharaan Negara……………….………….………. 12 Direktur Permukiman dan Perumahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Sebagai Ketua Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan tentang Sumber Daya Air ……. 14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Basah Hernowo tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional … ………… 16 i ii
  • 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2000 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Pemerintah Daerah ………………………..…………………....…. 17 Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan …………….………….… 33 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah … 35 Tahun 2005 - 2025 ……………………………….…………..…… 19 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2001 PERATURAN PEMERINTAH tentang Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 dan/atau Lahan …………………….………….…….....………….. 36 Tahun 1999 tentang Kehutanan ................…………....................... 20 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun ……........….. 38 tentang Pengendalian Pencemaran Air ….......…………………… 21 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian tentang Perusahaan Umum (Perum) "Otorita Jatiluhur" ……… 23 Pencemaran Air ……………………..……………….........…..…… 40 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2002 tentang Sungai ……..………….………….………….…………. 24 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif ………..……...........……. 41 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya tentang Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Republik dan Beracun ………………………………………..……………. 26 Indonesia dalam Modal Perum Jasa Tirta I ...............................….. 43 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan …………..……. 28 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum ……....…. 44 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara ……………….……... 29 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum …………. 46 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 tentang Pinjaman Daerah ………….………….…........………....... 48 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ……………………….………….………………….. 31 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan ………..……………………………... 49 iii iv
  • 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2005 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tentang tentang Hibah kepada Daerah ……………..............……………… 50 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan …………………………….…………………………… 65 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 tentang Pelayanan Minimal ……..…………………………….………….... 51 Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air …………………………………………….………………… 66 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2006 tentang Desa ………..…………….………….………....….……… 53 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2005 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air tentang Kelurahan ……... 55 …………………………………….………………………… 67 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 tentang Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Permukiman Nasional ....... 69 ………………………………………………………………………............. ..... 56 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1984 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang …………………………...…………… 70 Irigasi ……….… 58 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1999 tentang PERATURAN PRESIDEN Pembaharuan Kebijaksanaan Pengelolaan Irigasi …………………………….……………………………. 71 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2004 - 2009 ……..……………………. 61 PERATURAN MENTERI Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 tentang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber-sumber Air …………….……………61 ................................................................... 73 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999 tentang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor Pembentukan Tim Koordinasi Kebijaksanaan Pendayagunaan Sungai dan 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan atas Air dan/atau Sumber Air pada Pemeliharaan Kelestarian Daerah Sungai Wilayah Sungai ......................………......... 74 …………………………………………………………...………………… ………… 64 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Izin Penggunaan Air v vi
  • 6. KUMPULAN REGULASI Undang-Undang Republik Indonesia Pegawai; Bab IX Tahun Buku; Bab X Anggaran Perusahaan; Bab Nomor 5 Tahun 1962 XI Laporan Perhitungan Hasil Usaha Berkala dan Kegiatan tentang Perusahaan Daerah Perusahaan; Bab XII Laporan Perhitungan Tahunan; Bab XIII Penetapan dan Penggunaan Laba Serta Pemberian Jasa Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Per- Produksi; Bab XIV Kepegawaian; Bab XV Kontrol; Bab XVI usahaan Daerah adalah semua perusahaan yang didirikan ber- Penyerahan Kepada Daerah dan Pemindahan ke Tangan dasarkan Undang-Undang ini yang seluruh atau sebagian modal- Perkumpulan Koperasi; Bab XVII Pembubaran; Bab XVIII nya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika Peralihan; Bab XIX Ketentuan Penutup. ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-Undang. Perusahaan Daerah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum Undang-Undang Republik Indonesia dan memupuk pendapatan. Perusahaan Daerah dipimpin oleh Nomor 5 Tahun 1990 suatu Direksi yang jumlah anggota dan susunannya ditetapkan tentang Konservasi Sumber Alam Hayati dan dalam peraturan pendiriannya. Direksi berada dibawah peng- Ekosistemnya awasan Kepala Daerah/pemegang saham/saham prioritas atau badan yang ditunjuknya. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertu- Untuk tiap tahun buku oleh Direksi dikirimkan perhitungan ta- juan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hunannya terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi kepada hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih Kepala Daerah/pemegang saham/saham prioritet menurut cara mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dan waktu yang ditentukan dalam peraturan pendirian mutu kehidupan manusia. Hal ini merupakan tanggung jawab dan Perusahaan Daerah. kewajiban Pemerintah serta masyarakat. Dalam hal likuiditas, Daerah bertanggung jawab atas kerugian Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang diderita oleh pihak ketiga apabila kerugian itu disebabkan dilakukan melalui kegiatan perlindungan sistem penyangga oleh karena neraca dan perhitungan laba rugi yang telah disahkan kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. satwa beserta ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam Daftar Isi dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan. Bab I Ketentuan Umum; Bab II Sifat, Tujuan dan Lapangan Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan Usaha; Bab III Modal; Bab IV Saham-saham; Bab V Penguasaan memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, dan dan Cara Mengurus; Bab VI Rapat Pemegang Saham; Bab VII keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar. Pengawasan; Bab VIII Tanggung Jawab dan Tuntutan Ganti Rugi Dalam keadaan tertentu dan sangat diperlukan untuk memper- 1 2
  • 7. tahankan atau memulihkan kelestarian sumber daya alam hayati 1962 tentang Pokok-pokok Perumahan menjadi Undang-Undang beserta ekosistemnya, Pemerintah dapat menghentikan kegiatan Nomor 3 Tahun 1964 sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan pemanfaatan dan menutup taman nasional, taman hutan raya, perkembangan, sehingga perlu diatur kembali ketentuan menge- dan taman wisata alam sebagian atau seluruhnya untuk selama nai perumahan dan permukiman dalam Undang-Undang yang ba- waktu tertentu. ru. Peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar ma- dan ekosistemnya diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah nusia dan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pem- melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna, bentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina serta diantaranya melalui pendidikan dan penyuluhan. Dalam rangka dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan pelaksanaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan penghidupan masyarakat. Untuk menjamin kepastian dan Pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang terse- ketertiban hukum dalam pembangunan dan pemilikan, setiap but kepada Pemerintah Daerah. pembangunan rumah hanya dapat dilakukan di atas tanah yang dimiliki berdasarkan hak-hak atas tanah sesuai dengan peraturan Daftar Isi perundang-undangan yang berlaku. Bab I Ketentuan Umum; Bab II Perlindungan Sistem Penyang- Penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada ga Kehidupan; Bab III Pengawetan Keanekaragaman Jenis Tum- asas manfaat, adil dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan, buhan dan Satwa Beserta Ekosistemnya; Bab IV Kawasan Suaka kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian Alam; Bab V Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa; Bab VI Pe- lingkungan hidup. Pemerintah melakukan pendataan rumah untuk manfaatan Secara Lestari Sumber Daya Alam Hayati dan Eko- menyusun kebijaksanaan di bidang perumahan dan permukiman. sistemnya; Bab VII Kawasan Pelestarian Alam; Bab VIII Pemanfa- Pemenuhan kebutuhan permukiman diwujudkan melalui pem- atan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar; Bab IX Peran Serta Rakyat; bangunan kawasan permukiman skala besar yang terencana Bab X Penyerahan Urusan dan Tugas Pembantuan; Bab XI secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang berta- Penyidikan; Bab XII Ketentuan Pidana; Bab XIII Ketentuan hap. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh badan usaha Peralihan; Bab XIV Ketentuan Penutup. di bidang pembangunan perumahan dilakukan hanya di kawasan siap bangun atau di lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri. Setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang Undang-Undang Republik Indonesia sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta, baik dilakukan Nomor 4 Tahun 1992 secara perseorangan atau dalam bentuk usaha bersama dalam tentang Perumahan dan Permukiman pembangunan perumahan dan permukiman. Pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang perumahan dan per- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1964 tentang Penetapan Per- mukiman kepada Pemerintah Daerah. aturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 6 Tahun Setiap orang atau badan yang dengan sengaja melanggar 3 4 04
  • 8. ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang dikenakan lihan kesehatan. sanksi pidana. Jika kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Sumber daya kesehatan sebagai pendukung penyelenggaraan ketentuan pidana tidak dipenuhi oleh suatu badan usaha di bidang upaya kesehatan, harus tetap melaksanakan fungsi dan tanggung pembangunan perumahan dan permukiman, maka izin usaha jawab sosialnya, dengan pengertian bahwa sarana pelayanan ke- badan tersebut dicabut. sehatan harus tetap memperhatikan golongan masyarakat yang kurang mampu dan tidak semata-mata mencari keuntungan. Daftar Isi Masyarakat juga memiliki kesempatan untuk berperan serta Bab I Ketentuan Umum; Bab II Asas dan Tujuan; Bab III dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber daya- Perumahan; Bab IV Permukiman; Bab V Peran Serta Masyarakat; nya. Peran serta masyarakat untuk memberikan pertimbangan da- Bab VI Pembinaan; Bab VII Ketentuan Pidana; Bab VIII Ketentuan lam ikut menentukan kebijaksanaan pemerintah pada penyeleng- Lain-lain; Bab IX Ketentuan Peralihan; Bab X Ketentuan Penutup. garaan kesehatan dapat dilakukan melalui Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional, yang beranggotakan tokoh masyarakat dan pakar lainnya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Daftar Isi tentang Kesehatan Bab I Ketentuan Umum; Bab II Azas dan Tujuan; Bab III Hak dan Kewajiban; Bab IV Tugas dan Tanggung Jawab; Bab V Upaya Dalam undang-undang ini diatur tentang asas dan tujuan yang Kesehatan; Bab VI Sumber Daya Kesehatan; Bab VII Peran Serta menjadi landasan dan memberi arah pembangunan kesehatan Masyarakat; Bab VIII Pembinaan dan Pengawasan; Bab IX yang dilaksanakan melalui upaya kesehatan untuk meningkatkan Penyidikan; Bab X Ketentuan Pidana; Bab XI Ketentuan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi orang Peralihan; Bab XII Ketentuan Penutup. sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal tanpa membedakan status sosialnya. Hak dan kewajiban setiap orang untuk memperoleh derajat Undang-Undang Republik Indonesia kesehatan yang optimal serta wajib untuk ikut serta di dalam Nomor 23 Tahun 1997 memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan. tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Tugas dan tanggung jawab Pemerintah pada dasarnya adalah mengatur, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya Undang-Undang ini merupakan penyempurnaan dari Undang- kesehatan serta menggerakkan peran serta masyarakat. undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Upaya kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, Pengelolaan Lingkungan Hidup karena Undang-Undang Nomor 4 dan berkesinambungan melalui pendekatan peningkatan kese- Tahun 1982 dianggap sudah tidak sesuai lagi. hatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemu- Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan secara terpadu 5 6 05
  • 9. oleh instansi Pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan tang- jukan usul untuk mencabut izin tersebut kepada pejabat yang gungjawab masing-masing, masyarakat serta pelaku pemba- berwenang. ngunan lain dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh me- dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan lalui 2 cara, yaitu : hidup. 1. Melalui pengadilan Pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat nasional dilaksa- 2. Di luar pengadilan : diselenggarakan untuk mencapai kesepa- nakan secara terpadu oleh perangkat kelembagaan yang dikoor- katan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau dinasi oleh Menteri. Pemerintah berdasarkan peraturan perun- mengenai tindakan tertentu guna menjamin tidak akan ter- dang-undangan dapat melimpahkan wewenang tertentu penge- jadinya/terulangnya dampak negatif terhadap lingkungan lolaan lingkungan hidup kepada perangkat di wilayah dan meng- hidup. ikutsertakan peran Pemda untuk membantu Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah. Daftar Isi Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib me- Bab I Ketentuan Umum; Bab II Asas, Tujuan, dan Sasaran; Bab lakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan yang III Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat; Bab IV Wewenang dapat diserahkan pengelolaannya kepada pihak lain. Hal ini diatur Pengelolaan Lingkungan Hidup; Bab V Pelestarian Fungsi lebih lanjut melalui Peraturan Pemerintah. Lingkungan Hidup; Bab VI Persyaratan Penataan Lingkungan Setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak Hidup; Bab VII Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup; Bab besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Am- VIII Penyidikan; Bab IX Ketentuan Pidana; Bab X Ketentuan dal untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatan Peralihan; Bab XI Ketentuan Penutup. yang diberikan oleh pejabat berwenang. Dalam menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib memperhatikan renca- na tata ruang, pendapat masyarakat, pertimbangan dan rekomen- Undang-Undang Republik Indonesia dasi pejabat yang berwenang. Keputusan izin melakukan usaha Nomor 41 Tahun 1999 dan/atau kegiatan wajib diumumkan. tentang Kehutanan Dalam hal pengawasan dilakukan oleh Menteri. Menteri dapat menetapkan pejabat yang berwenang (Kepala Daerah menetap- Karena sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip penguasaan kan pejabat yang berwenang) untuk melakukan pengawasan. Pe- dan pengurusan hutan dan tuntutan perkembangan keadaan ngendalian dampak lingkungan hidup sebagai alat pengawasan maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan- dilakukan oleh suatu lembaga yang dibentuk khusus oleh Pe- ketentuan Pokok Kehutanan perlu diganti. merintah. Dalam undang-undang yang baru yaitu Undang-Undang Jika terjadi pelanggaran dapat dijatuhi sanksi berupa pencabut- Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan disebutkan bahwa pe- an izin usaha dan/atau kegiatan. Kepala Daerah dapat menga- nyelenggaraan kehutanan berasaskan manfaat lestari, kerak- 7 8 07
  • 10. yatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk ke- yang bersengketa. kayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara Daftar Isi untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Bab I Ketentuan Umum; Bab II Status dan Fungsi Hutan; Bab Pengurusan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang III Pengurusan Hutan; Bab IV Perencanaan Kehutanan; Bab V Pe- sebesar-besarnya serta serbaguna dan lestari untuk kemakmuran ngelolaan Hutan; Bab VI Penelitian dan Pengembangan, Pendi- rakyat. Pengurusan hutan meliputi kegiatan penyelenggaraan dikan dan Latihan Serta Penyuluhan Kehutanan; Bab VII Peng- perencanaan kehutanan; pengelolaan hutan; penelitian dan pe- awasan; Bab VIII Penyerahan Kewenangan; Bab IX Masyarakat ngembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan ke- Hukum Adat; Bab X Peran Serta Masyarakat; Bab XI Gugatan hutanan, dan pengawasan. Perwakilan; Bab XII Penyelesaian Sengketa Kehutanan; Bab XIII Dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat, setiap Penyidikan; Bab XIV Ketentuan Pidana; Bab XV Ganti Rugi dan BUMN, BUMD, dan BUMS Indonesia yang memperoleh izin usa- Sanksi Administratif; Bab XVI Ketentuan Peralihan; Bab XVII ha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil Ketentuan Penutup. hutan kayu dan bukan kayu, diwajibkan bekerja sama dengan ko- perasi masyarakat setempat. Dalam pengurusan hutan secara lestari, diperlukan SDM ber- Undang-Undang Republik Indonesia kualitas yang bercirikan penguasaan ilmu pengetahuan dan tek- Nomor 17 Tahun 2003 nologi yang didasari dengan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang tentang Keuangan Negara Maha Esa, melalui penyelenggaraan penelitian dan pengembang- an, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan yang ber- Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan kesinambungan. pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan Pengawasan kehutanan dimaksudkan untuk mencermati, me- pemerintahan. APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan nelusuri, dan menilai pelaksanaan pengurusan hutan, sehingga negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang. APBN tujuannya dapat tercapai secara maksimal dan sekaligus merupa- terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembia- kan umpan balik bagi perbaikan dan/atau penyempurnaan pengurus- yaan. APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan an hutan lebih lanjut. Dalam rangka penyelenggaraan kehutanan, pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun Pemerintah menyerahkan sebagian kewenangan kepada Pemda. pendapatan negara. Sedangkan APBD merupakan wujud pe- Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke peng- ngelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan adilan dan/atau melaporkan ke penegak hukum terhadap keru- Peraturan Daerah. APBD terdiri atas anggaran pendapatan, ang- sakan hutan yang merugikan kehidupan masyarakat. Penyelesai- garan belanja, dan pembiayaan. an sengketa kehutanan dapat ditempuh melalui pengadilan atau Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal 9 10 09
  • 11. dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada tanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD; Bab IX Keten- DPR selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan. tuan Pidana, Sanksi Administratif, dan Ganti Rugi; Bab X Keten- Mengenai hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan tuan Peralihan; Bab XI Ketentuan Penutup. Bank Sentral, Pemerintah Daerah, serta Pemerintah/Lembaga Asing maka Pemerintah Pusat dan Bank Sentral berkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter. Undang-Undang Republik Indonesia Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada Nomor 1 Tahun 2004 Pemda berdasarkan undang-undang perimbangan keuangan tentang Perbendaharaan Negara pusat dan daerah. Pemerintah Pusat dapat memberikan hibah/pinjaman kepada atau menerima hibah/pinjaman dari Sehubungan Undang-Undang Perbendaharaan Indone- pemerintah/lembaga asing dengan persetujuan DPR. sia/Indische Comptabiliteitswet (Staatsblad Tahun 1925 Nomor Dalam hal pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan 448) sebagaimana telah beberapa kali diubah dan ditambah ter- APBD, Presiden menyampaikan rancangan undang-undang ten- akhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1968 tidak dapat tang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR beru- lagi memenuhi kebutuhan pengelolaan dan pertanggungjawaban pa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, selambat- keuangan negara, maka ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 1 lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan Perbendaharaan Negara meliputi pelaksanaan pendapatan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada dan belanja negara, pelaksanaan pendapatan dan belanja dae- DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, rah, pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara, pelak- selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran sanaan penerimaan dan pengeluaran daerah, pengelolaan kas, berakhir. pengelolaan piutang dan utang negara/daerah, pengelolaan in- vestasi dan barang milik negara/daerah, penyelenggaraan akun- Daftar Isi tansi dan sistem informasi manajemen keuangan negara/daerah, Bab I Ketentuan Umum; Bab II Kekuasaan Atas Pengelolaan penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/- Keuangan Negara; Bab III Penyusunan dan Penetapan APBN; APBD, penyelesaian kerugian negara/daerah, pengelolaan Badan Bab IV Penyusunan dan Penetapan APBD; Bab V Hubungan Ke- Layanan Umum, dan perumusan standar, kebijakan, serta sistem uangan Antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah dan prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan ne- Daerah, Serta Pemerintah/Lembaga Asing; Bab VI Hubungan gara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD. Keuangan Antara Pemerintah dan Perusahaan Negara, Perusa- Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/Peng- haan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana guna Barang bagi kementerian negara/lembaga yang dipimpin- Masyarakat; Bab VII Pelaksanaan APBN dan APBD; Bab VIII Per- nya. Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bagi kementerian negara/lembaga 11 12 11
  • 12. yang dipimpinnya. Bab IX Penatausahaan dan Pertanggungjawaban APBN/APBD; Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai dari tanggal 1 Bab X Pengendalian Intern Pemerintah; Bab XI Penyelesaian Januari sampai dengan 31 Desember. Menteri Keuangan selaku Kerugian Negara/Daerah; Bab XII Pengelolaan Keuangan Badan Bendahara Umum Negara berwenang mengatur dan menye- Layanan Umum; Bab XIII Ketentuan Peralihan; Bab XIV lenggarakan rekening pemerintah. Pemerintah Pusat dapat mem- Ketentuan Penutup. berikan pinjaman atau hibah kepada Pemerintah Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah sesuai dengan yang tercantum/ditetapkan dalam Undang-Undang tentang APBN. Undang-Undang Republik Indonesia Pemerintah dapat melakukan invetasi jangka panjang untuk mem- Nomor 7 Tahun 2004 peroleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya. tentang Sumber Daya Air Menteri Keuangan mengatur pengelolaan barang milik negara. Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan kebijakan pengelolaan ba- Dalam UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (se- rang milik daerah. Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Ke- lanjutnya disingkat SDA) disebutkan bahwa penguasaan sumber uangan Daerah selaku Bendahara Umum Negara/Daerah daya air diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, Daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan per- adat setempat. Hak guna air (berupa hak guna pakai air dan hak hitungannya. guna usaha air) tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akunta- sebagian atau seluruhnya. bilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pe- Presiden berhak untuk menetapkan wilayah sungai dan ce- merintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengenda- kungan air tanah dengan memperhatikan pertimbangan Dewan lian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Setiap SDA Nasional. Dalam pengelolaan SDA, sebagian wewenang Pe- kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melang- merintah dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah sesuai gar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan dengan peraturan perundangan-undangan. sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam keadaan memaksa, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah berhak mengatur dan menetapkan penggunaan SDA un- Daftar Isi tuk kepentingan konservasi, persiapan pelaksanaan konstruksi, Bab I Ketentuan Umum; Bab II Pejabat Perbendaharaan Nega- dan pemenuhan prioritas penggunaan SDA. Untuk pengembang- ra; Bab III Pelaksanaan Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah; an sistem penyediaan air minum adalah tanggung jawab Pemerin- Bab IV Pengelolaan Uang; Bab V Pengelolaan Piutang dan Utang; tah dan Pemerintah Daerah. Koperasi, badan usaha swasta, dan Bab VI Pengelolaan Investasi; Bab VII Pengelolaan Barang Milik masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan pe- Negara/Daerah; Bab VIII Larangan Penyitaan Uang dan Barang ngembangan sistem penyediaan air minum. Milik Negara/Daerah dan/atau Yang Dikuasai Negara/Daerah; Pengusahaan SDA permukaan yang meliputi satu wilayah su- 13 14 13
  • 13. ngai hanya dapat dilaksanakan oleh BUMN atau BUMD dibidang dan Organisasi; Bab XV Penyidikan; Bab XVI Ketentuan Pidana; pengelolaan SDA atau kerjasama antara BUMN dengan BUMD. Bab XVII Ketentuan Peralihan; Bab XVIII Ketentuan Penutup. Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi SDA yang tersebar dan dikelola oleh berbagai institusi. Undang-Undang Republik Indonesia Dalam hal pembiayaan pengelolaan SDA ditetapkan berdasarkan Nomor 25 Tahun 2004 kebutuhan nyata pengelolaan SDA. Sumber dana untuk setiap je- tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional nis pembiayaan tersebut dapat berupa anggaran pemerintah, anggaran swasta, dan/atau hasil penerimaan biaya jasa pengelo- Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan demok- laan SDA. rasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanju- Dalam hal terjadi sengketa, penyelesaian sengketa SDA tahap tan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga pertama diupayakan berdasarkan prinsip musyawarah untuk keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional. Perencanaan sepakat. Jika tidak diperoleh kesepakatan, maka para pihak dapat Pembangunan Nasional mencakup penyelenggaraan perenca- menempuh upaya penyelesaian sengketa diluar pengadilan (me- naan makro semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bi- lalui arbitrase) atau melalui pengadilan. Masyarakat yang dang kehidupan secara terpadu dalam wilayah Negara Republik dirugikan akibat berbagai masalah pengelolaan SDA berhak Indonesia. mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan. Begitu pula se- Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi pe- tiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang dapat nyusunan rencana, penetapan rencana, pengendalian pelaksa- mengakibatkan kerugian terhadap orang lain maupun sumber air naan rencana, dan evaluasi pelaksanaan rencana. Penyusunan dan prasarananya akan ditindak sesuai dengan ketentuan pidana RPJP dilakukan melalui urutan penyiapan rancangan awal renca- yang berlaku. na pembangunan, musyawarah perencanaan pembangunan dan penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Daftar Isi Menteri menyiapkan rancangan RPJP Nasional. Sedangkan Bab I Ketentuan Umum; Bab II Wewenang dan Tanggung Ja- Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah. Pengen- wab; Bab III Konservasi Sumber Daya Air; Bab IV Pendaya- dalian pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan oleh ma- gunaan Sumber Daya Air; Bab V Pengendalian Daya Rusak Air; sing-masing pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Pe- Bab VI Perencanaan; Bab VII Pelaksanaan Konstruksi, Operasi rangkat Daerah. Perencanaan pembangunan didasarkan pada dan Pemeliharaan; Bab VIII Sistem Informasi Sumber Daya Air; data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawab- Bab IX Pemberdayaan dan Pengawasan; Bab X Pembiayaan; kan. Bab XI Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat; Bab XII Koordina- Presiden menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas si; Bab XIII Penyelesaian Sengketa; Bab XIV Gugatan Masyarakat Perencanaan Pembangunan Nasional. Sedangkan Kepala Dae- 15 16 15
  • 14. rah menyelenggaran dan bertanggung jawab atas perencanaan b). Sumber Daya Alam: kehutanan, pertambangan umum, pembangunan daerah di daerahnya. Rencana Pembangunan perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan Jangka Panjang Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka gas bumi dan pertambangan panas bumi. Menengah Nasional ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan se- 2. Dana Alokasi Umum (DAU): jumlah keseluruhan DAU ditetap- telah diundangkannya Undang-Undang ini. kan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Daftar Isi Netto yang ditetapkan dalam APBN. Bab I Ketentuan Umum; Bab II Asas dan Tujuan; Bab III Ruang 3. Dana Alokasi Khusus (DAK): besarnya DAK ditetapkan setiap Lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional; Bab IV Tahapan tahun dalam APBN. Perencanaan Pembangunan Nasional; Bab V Penyusunan dan Lain-lain Pendapatan terdiri atas Pendapatan Hibah dan Pen- Penetapan Rencana; Bab VI Pengendalian dan Evaluasi Pe- dapatan Dana Darurat. Untuk Hibah kepada Daerah yang bersum- laksanaan Rencana; Bab VII Data dan Informasi; Bab VIII Kelem- ber dari luar negeri dilakukan melalui Pemerintah. Daerah tidak bagaan; Bab IX Ketentuan Peralihan; Bab X Ketentuan Penutup. dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri. Sedangkan Dana Darurat, Pemerintah mengalokasikannya yang bersumber dari APBN untuk keperluan mendesak yang diaki- Undang-Undang Republik Indonesia batkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang Nomor 33 Tahun 2004 tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat sumber APBD. dan Pemerintah Daerah Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemda meru- Sejak berlakunya undang-undang ini maka Undang-undang pakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pemba- Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara gian tugas antara Pemerintah dan Pemda. Penyelenggaraan uru- Pemerintah dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor san Pemda dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didanai 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) dinyatakan tidak oleh APBD. Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksa- berlaku. nakan oleh Gubernur dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi didanai oleh APBN. Sedangkan penyelenggaraan urusan Pe- Daftar Isi merintah yang dilaksanakan oleh Gubernur dalam rangka Tugas Bab I Ketentuan Umum; Bab II Prinsip Kebijakan Perimbangan Pembantuan didanai oleh APBN. Dana Perimbangan terdiri atas : Keuangan; Bab III Dasar Pendanaan Pemerintahan Daerah; Bab 1. Dana Bagi Hasil : IV Sumber Penerimaan Daerah; Bab V Pendapatan Asli Daerah; a). Bersumber dari pajak: PBB (Pajak Bumi Bangunan), Bab VI Dana Perimbangan; Bab VII Lain-lain Pendapatan; Bab BPHTB, PPh (Pajak Penghasilan). VIII Pinjaman Daerah; Bab IX Pengelolaan Keuangan dalam 17 18 17
  • 15. Rangka Desentralisasi; Bab X Dana Dekonsentrasi; Bab XI Dana naan RPJP Nasional. Sedangkan Pemerintah Daerah melakukan Tugas Pembantuan; Bab XII Sistem Informasi Keuangan Daerah; pengendalian dan evalusi pelaksanaan RPJP Daerah. Bab XIII Ketentuan Peralihan; Bab XIV Ketentuan Penutup. Daftar Isi Bab I Ketentuan Umum; Bab II Program Pembangunan Nasio- nal; Bab III Pengendalian dan Evaluasi; Bab IV Ketentuan Per- Undang-Undang Republik Indonesia alihan; Bab V Ketentuan Penutup. Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 Dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasio- nal yang ditetapkan dengan undang-undang. RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehi- dupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional. Program Pembangunan Nasional periode 2005 - 2025 dilaksa- nakan sesuai dengan RPJP Nasional. Dalam rangka menjaga ke- sinambungan pembangunan dan untuk menghindarkan ke- kosongan rencana pembangunan nasional, Presiden yang se- dang memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya diwajib- kan menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) untuk tahun pertama periode Pemerintahan Presiden berikutnya. Pemerintah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksa- 19 20 19
  • 16. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Dalam rangka terciptanya kepastian hukum dalam berusaha di bidang pertambangan yang berada di kawasan hutan, dan men- dorong minat serta kepercayaan investor untuk berusaha di Indo- nesia, dipandang perlu untuk melakukan perubahan terhadap Un- P E R AT U R A N dang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 P E M E R I N TA H tentang Kehutanan, telah menimbulkan ketidakpastian hukum da- lam berusaha di bidang pertambangan di kawasan hutan terutama bagi pemegang izin atau perjanjian sebelum berlakunya Undang- Undang tersebut. Ketidakpastian itu terjadi karena dalam ketentu- an Undang-Undang tersebut tidak ada ketentuan yang menyata- kan bahwa perizinan atau perjanjian di bidang pertambangan yang berada di kawasan hutan yang telah ada sebelum berlaku- nya Undang-Undang tersebut tetap berlaku. Tidak adanya ketentuan tersebut mengakibatkan status dari izin atau perjanjian yang ada sebelum berlakunya Undang-Un- dang tersebut menjadi tidak jelas dan bahkan dapat diartikan men- jadi tidak berlaku lagi. Hal ini diperkuat ketentuan Pasal 38 ayat (4) yang menyatakan secara tegas bahwa pada kawasan hutan lin- dung dilarang melakukan penambangan dengan pola pertam- bangan terbuka. Ketentuan tersebut semestinya hanya berlaku sesudah berlakunya Undang-Undang tersebut dan tidak diber- lakukan surut. 21 21
  • 17. Ketidakpastian hukum dalam melakukan kegiatan usaha per- kan, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menetapkan program tambangan di kawasan hutan tersebut dapat mengakibatkan Pe- peningkatan kualitas air. merintah berada dalam posisi yang sulit dalam mengembangkan Untuk pengendalian pencemaran air di daerah dilakukan oleh iklim investasi. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Menteri setelah berkonsultasi dengan Menteri lain dan atau Pimpinan lembaga pemerintah non- departemen yang bersangkutan menetapkan baku mutu limbah cair. Baku mutu air, daya tampung beban pencemaran dan baku Peraturan Pemerintah Republik Indonesia mutu limbah cair ditinjau secara berkala sekurang-kurangnya se- Nomor 20 Tahun 1990 kali dalam lima tahun. tentang Pengendalian Pencemaran Air Setiap orang atau badan yang membuang limbah cair wajib mentaati baku mutu limbah cair sebagaimana ditentukan dalam Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup izin pembuangan limbah cair yang ditetapkan baginya. Baku mutu orang banyak, sehingga perlu dipelihara kualitasnya agar tetap limbah cair yang diizinkan dibuang ke dalam air oleh suatu ke- bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hi- giatan ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I ber- dup lainnya. Oleh karena itu Pemerintah dipandang perlu untuk dasarkan baku mutu limbah cair yang ditetapkan. menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian Pen- Setiap orang yang mengetahui atau menduga terjadinya pen- cemaran Air. cemaran air berhak melaporkan kepada Gubernur Kepada Dae- Gubernur menunjuk instansi teknis di daerah untuk melakukan rah Tingkat I atau aparat Pemerintah Daerah terdekat atau Kepala inventarisasi kualitas dan kuantitas air untuk kepentingan pengen- Kepolisian Resort atau Aparat Kepolisian terdekat. dalian pencemaran air. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, mene- Dalam hal pembiayaan inventarisasi kualitas dan kuantitas air tapkan prioritas pelaksanaan inventarisasi kualitas dan kuantitas dibebankan pada anggaran daerah yang bersangkutan. Se- air. Data kualitas dan kuantitas air disusun dan didokumentasikan dangkan biaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan pada instansi teknis yang bertanggung jawab, di bidang pencemaran air akibat suatu kegiatan dibebankan kepada pe- pengelolaan lingkungan hidup di daerah. Kemudian Gubernur nanggungjawab kegiatan yang bersangkutan. Kepala Daerah Tingkat I mengidentifikasi sumber-sumber pence- Apabila untuk suatu jenis kegiatan belum ditentukan baku mutu maran air. limbah cairnya, maka baku mutu limbah cair yang boleh dibuang Ketetapan tentang baku mutu air untuk golongan air ditetapkan ke dalam air oleh kegiatan tersebut ditetapkan oleh Gubernur sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah Kepala Daerah Tingkat I setelah berkonsultasi dengan Menteri. ini. Metode analisa untuk setiap parameter baku mutu air dan baku mutu limbah cair ditetapkan oleh Menteri. Apabila kualitas air lebih rendah dari kualitas air menurut golongan yang telah ditetap- 22 23 23
  • 18. Daftar Isi dalam pelaksanaannya dibantu oleh Direktur Jenderal berda- sarkan ketentuan yang ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri. Se- Bab I Ketentuan Umum; Bab II Inventarisasi Kualitas dan Ku- lambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku mulai ber- antitas Air; Bab III Penggolongan; Bab IV Upaya Pengendalian; laku, Direksi mengirimkan rencana kerja dan anggaran Per- Bab V Perizinan; Bab VI Pengawasan dan Pemantauan; Bab VII usahaan yang meliputi anggaran investasi dan anggaran eksplo- Pembiayaan; Bab VIII Sanksi; Bab IX Ketentuan Peralihan; Bab X itasi kepada Menteri untuk memperoleh pengesahannya berda- Ketentuan Penutup. sarkan penilaian bersama oleh Menteri dan Menteri Keuangan. Iuran pembiayaan eksploitasi dan pemeliharaan prasarana Peraturan Pemerintah Republik Indonesia pengairan dan hasil penjualan tenaga listrik dari pembangkit listrik Nomor 42 Tahun 1990 tentang Perusahaan Umum tenaga air didasarkan pada asas memperoleh penghasilan yang (Perum) "Otorita Jatiluhur" cukup bagi Perusahaan untuk menutup biaya pengusahaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri atas usul Direksi, setelah Peraturan ini merupakan penyesuaian dari Peraturan Pe- mendapat pertimbangan Menteri Keuangan. merintah Nomor 20 Tahun 1970 tentang Pembentukan Peru- Menteri melakukan pengawasan umum atas jalannya Per- sahaan Umum "Otorita Jatiluhur" sebagaimana telah diubah de- usahaan. Pada Perusahaan dibentuk Dewan Pengawas yang ber- ngan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1980. tanggung jawab kepada Menteri. Dewan Pengawas mengadakan Perusahaan ini adalah badan usaha yang menyelenggarakan rapat sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali dan sewaktu-wak- usaha-usaha eksploitasi dan pemeliharaan prasarana pengairan tu apabila diperlukan. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan serta mengusahakan air, sumber-sumber air, dan ketenagalistrik- tugas Dewan Pengawas, Menteri dapat mengangkat seorang Se- an. Perusahaan bertempat kedudukan dan berkantor pusat di Jati- kretaris atas beban Perusahaan. luhur. Modal Perusahaan adalah kekayaan negara yang dipisah- Untuk tiap tahun buku oleh Direksi disusun perhitungan tahun- kan dari APBN dan tidak terbagi atas saham-saham. an yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi. Pembu- Pembelanjaan untuk investasi yang dilaksanakan perusahaan baran Perusahaan dan penunjukan likuidaturnya ditetapkan de- dapat berasal dari dana intern perusahaan, penyertaan modal ngan Peraturan Pemerintah. Semua kekayaan Perusahaan sete- negara melalui APBN, pinjaman dari dalam dan/atau luar negeri, lah diadakan likuidasi menjadi milik Negara. serta sumber-sumber lainnya yang sah. Perusahaan dipimpin dan dikelola oleh Direksi yang terdiri dari seorang Direktur Utama dan sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang Direktur sesuai dengan bi- Daftar Isi Bab I Ketentuan Umum; Bab II Pendirian Perusahaan; Bab III dang usahanya. Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Anggaran Dasar Perusahaan; Bab IV Ketentuan Peralihan; Bab V Presiden atas usul Menteri setelah mendengar pertimbangan Penutup. Menteri Keuangan. Pembinaan terhadap Perusahaan dilakukan oleh Menteri yang 24 25 25
  • 19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia kegiatan pembangunan, eksploitasi dan pemeliharaan sungai, pe- Nomor 35 Tahun 1991 nanggulangan bahaya banjir, maupun pengamanan sungai, se- tentang Sungai hingga dapat merasa ikut memiliki dan dengan demikian ikut me- rasa bertanggung jawab. Sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan meningkatkan pemba- Daftar Isi ngunan nasional. Sehubungan dengan hal tersebut maka dipan- Bab I Ketentuan Umum; Bab II Penguasaan Sungai; Bab III dang perlu melakukan pengaturan mengenai sungai yang meliputi Fungsi Sungai; Bab IV Wewenang dan Tanggung Jawab Pembi- perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian. naan; Bab V Perencanaan Sungai; Bab VI Pembangunan Ba- Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari Undang- ngunan Sungai; Bab VII Eksploitasi dan Pemeliharaan Sungai dan Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan yang direvisi ke Bangunan Sungai; Bab VIII Pengusahaan Sungai dan Bangunan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Da- Sungai; Bab IX Pembangunan, Pengelolaan dan Pengamanan ya Air. Waduk; Bab X Penanggulangan Bahaya Banjir; Bab XI Penga- Lingkup pengaturan sungai berdasarkan PP ini mencakup per- manan Sungai dan Bangunan Sungai; Bab XII Kewajiban dan La- lindungan, pengembangan, penggunaan, dan pengendalian su- rangan; Bab XIII Pembiayaan; Bab XIV Pengawasan; Bab XV Ke- ngai termasuk danau dan waduk. Wewenang dan tanggung jawab tentuan Pidana; Bab XVI Ketentuan Peralihan; Bab XVII Ketentu- pembinaan sungai ada pada Pemerintah yang pelaksanaannya an Penutup. dilakukan oleh Menteri. Wewenang dan tanggung jawab pembina- an sungai ini juga dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik negara. Sepanjang belum dilimpahkan kepada badan usaha milik Peraturan Pemerintah Republik Indonesia negara, dapat dilimpahkan juga kepada Pemerintah Daerah da- Nomor 18 Tahun 1999 lam rangka tugas pembantuan sesuai dengan peraturan perun- tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dang-undangan yang berlaku. dan Beracun Untuk mencapai keterpaduan yang menyeluruh dalam per- lindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian su- Dengan meningkatnya pembangunan di segala bidang, khu- ngai, bagi tiap kesatuan wilayah sungai disusun perencana pem- susnya pembangunan di bidang industri, semakin meningkat pula binaan sungai yang ditetapkan oleh Menteri. jumlah limbah yang dihasilkan termasuk yang berbahaya dan be- Selain sungai merupakan salah satu sumber daya air, juga me- racun yang dapat membahayakan lingkungan hidup dan kesehat- miliki potensi yang lain yaitu sebagai sumber bahan galian khu- an manusia. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 23 susnya bahan galian berupa pasir dan batu. Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka perlu Dalam rangka menumbuhkan peran serta masyarakat dalam dilakukan penyesuaian terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 19 pembangunan nasional, maka masyarakat diikutsertakan dalam Tahun 1994 jo Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1995 ten- 26 27 27
  • 20. tang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan me- Daftar Isi Bab I Ketentuan Umum; Bab II Identifikasi Limbah B3; Bab III nanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup Pelaku Pengelolaan: Bagian Pertama : Penghasil, Bagian Kedua : yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan Pengumpul, Bagian Ketiga: Pengangkut, Bagian Keempat : Pe- kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai fung- manfaat, Bagian Kelima : Pengolah, Bagian Keenam : Penimbun; sinya kembali. Bab IV Kegiatan Pengelolaan : Bagian Pertama : Reduksi Limbah Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang B3, Bagian Kedua : Pengemasan, Bagian Ketiga : Penyimpanan, menggunakan bahan berbahaya dan beracun dan/atau mengha- Bagian Keempat : Pengumpulan, Bagian Kelima : Pengangkutan, silkan limbah B3 wajib melakukan reduksi limbah B3, mengolah Bagian Keenam : Pemanfaatan, Bagian Ketujuh : Pengolahan, limbah B3 dan/atau menimbun limbah B3. Untuk pengumpul, Bagian Kedelapan : Penimbunan; Bab V Tata Laksana : Bagian pengangkut, pemanfaat, pengolah, dan penimbun limbah B3 dila- Pertama : Perizinan, Bagian Kedua : Pengawasan, Bagian Ketiga: kukan oleh badan usaha yang melakukan kegiatan-kegiatan ter- Perpindahan Lintas Batas, Bagian Keempat : Informasi dan Pe- sebut. laporan, Bagian Kelima : Penanggulangan dan Pemulihan, Bagian Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan, Keenam : Pengawasan Penanggulangan Kecelakaan, Bagian Ke- pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan tujuh : Pembiayaan; Bab VI Sanksi; Bab VII Ketentuan Peralihan; limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang Bab VIII Ketentuan Penutup. bertanggung jawab. Pengawasan pengelolaan limbah B3 dilaku- kan oleh Menteri dan pelaksanaannya diserahkan kepada instan- si yang bertanggung jawab. Penghasil, pengumpul, pemanfaat, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia pengangkut, pengolah dan penimbun limbah B3 bertanggung ja- Nomor 27 Tahun 1999 wab atas penanggulangan kecelakaan dan pencemaran lingkun- tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan gan hidup akibat lepas atau tumpahnya limbah B3 yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun Pelaksanaan pengawasan penanggulangan kecelakaan di 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup perlu dilakukan daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II untuk skala penyesuaian terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun yang bisa ditanggulangi oleh kegiatan penghasil dan/atau pe- 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. ngumpul dan/atau pengangkut dan/atau pengolah dan/atau Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (selanjutnya di- penimbun. Dalam hal pembiayaan, segala biaya untuk memper- singkat AMDAL) merupakan bagian kegiatan studi kelayakan ren- oleh izin dan rekomendasi pengelolaan limbah B3 dibebankan ke- cana usaha dan/atau kegiatan. Jenis usaha dan/atau kegiatan pada pemohon izin. yang wajib memiliki AMDAL ditetapkan oleh Menteri setelah men- dengar dan memperhatikan saran dan pendapat Menteri lain dan/ 28 29 29
  • 21. atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang ter- ngenai Dampak Lingkungan Hidup; Bab III Tata Laksana; Bab IV kait. Pembinaan; Bab V Pengawasan; Bab VI Keterbukaan Informasi Untuk menilai kerangka acuan, AMDAL, rencana pengelolaan dan Peran Masyarakat; Bab VII Pembiayaan; Bab VIII Ketentuan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup ma- Peralihan; Bab IX Ketentuan Penutup. ka dibentuk Komisi Penilai. Komisi Penilai dibentuk oleh Menteri di tingkat pusat, sedangkan di tingkat daerah dibentuk oleh Gu- bernur. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Kerangka acuan sebagai dasar pembuatan AMDAL disusun Nomor 41 Tahun 1999 oleh pemrakarsa. Pemrakarsa menyusun AMDAL, rencana pe- tentang Pengendalian Pencemaran Udara ngelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup berdasarkan kerangka acuan yang telah mendapatkan ke- Ketentuan ini merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor putusan dari instansi yang bertanggung jawab. Untuk penyusunan 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. AMDAL bagi usaha dan/atau kegiatan ekonomi lemah dibantu Pe- Pengendalian pencemaran udara meliputi pengendalian dari merintah dan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri setelah memper- usaha dan/atau kegiatan sumber bergerak, sumber bergerak spe- hatikan saran dan pendapat instansi yang membidangi usaha sifik, sumber tidak bergerak, dan sumber tidak bergerak spesifik dan/atau kegiatan yang bersangkutan. yang dilakukan dengan upaya pengendalian sumber emisi Setiap usaha dan/atau kegiatan wajib diumumkan terlebih da- dan/atau sumber gangguan yang bertujuan untuk mencegah tu- hulu kepada masyarakat sebelum pemrakarsa menyusun runnya mutu udara ambien. AMDAL. Warga masyarakat yang berkepentingan wajib dilibatkan Perlindungan mutu udara ambien didasarkan pada baku mutu dalam proses penyusunan kerangka acuan, penilaian kerangka udara ambien, status mutu udara ambien, baku mutu emisi, am- acuan, AMDAL, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan ren- bang batas emisi gas buang, baku tingkat gangguan, ambang ba- cana pemantauan lingkungan hidup. tas kebisingan dan Indeks Standar Pencemar Udara. Dalam hal pembiayaan, untuk pelaksanaan kegiatan komisi pe- Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan pe- nilai dan tim teknis AMDAL di tingkat pusat dibebankan pada ang- nanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan garan instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan se- melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber dangkan di tingkat daerah dibebankan pada anggaran instansi yang pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak ber- ditugasi mengendalikan dampak lingkungan daerah tingkat I. gerak termasuk sumber gangguan serta penanggulangan keada- an darurat. Daftar Isi Menteri melakukan pengawasan terhadap penataan penang- Bab I Ketentuan Umum; Bab II Komisi Penilai Analisis Me- gung jawab usaha dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara. Dalam hal wewenang pengawasan diserahkan kepada Pemerintah Daerah, Gubernur/Bupati/Waliko- 30 31 31
  • 22. tamadya Kepala Daerah Tingkat II dapat melakukan pengawasan Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Ber- terhadap penataan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan bahaya dan Beracun. yang membuang emisi dan/atau gangguan. Pasal I mengubah ketentuan Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari upaya pengenda- Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan lian pencemaran udara dan/atau gangguan dari sumber tidak ber- Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. gerak yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau ke- giatan dibebankan kepada penanggung jawab usaha dan/atau ke- Pasal 6 : giatan yang bersangkutan. Setiap orang atau penanggung jawab Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber dan/atau uji usaha dan/atau kegiatan yang mengakibatkan terjadinya pence- karakteristik dan/atau uji toksikologi. maran udara wajib menanggung biaya penanggulangan pence- Pasal 7 : maran udara serta biaya pemulihannya. (1)Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi limbah B3 dari sumber tidak spesifik, limbah B3 dari sumber spesifik, limbah B3 Daftar Isi dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan Bab I Ketentuan Umum; Bab II Perlindungan Mutu Udara; Bab buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. III Pengendalian Pencemaran Udara; Bab IV Pengawasan; Bab V (2)Perincian dari masing-masing jenis sebagaimana dimaksud Pembiayaan; Bab VI Ganti Rugi; Bab VII Sanksi; Bab VIII pada ayat (1) seperti tercantum dalam Lampiran I Peraturan Ketentuan Peralihan; Bab IX Ketentuan Penutup. Pemerintah ini. (3)Uji karakterisitik limbah B3 meliputi mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan 20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia bersifat korosif. Nomor 85 Tahun 1999 (4)Pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan/atau tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah kronik. Nomor 18 Tahun 1999 Daftar limbah dengan kode limbah D220, D221, D222, dan tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya D223 dapat dinyatakan limbah B3 setelah dilakukan uji karakteris- dan Beracun tik dan/atau uji toksikologi. Untuk mengenali limbah yang dihasilkan secara dini diperlukan Pasal 8 : identifikasi berdasarkan uji toksikologi dengan penentuan nilai (1)Limbah yang dihasilkan dari kegiatan yang tidak termasuk da- akut dan/atau kronik untuk menentukan limbah yang dihasilkan lam Lampiran I, Tabel 2 Peraturan Pemerintah ini, apabila ter- termasuk sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun. Se- bukti memenuhi Pasal 7 ayat (3) dan/atau ayat (4) maka lim- hubungan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu mengubah bah tersebut merupakan limbah B3. dan menyempurnakan beberapa ketentuan Peraturan Pemerintah 32 33 33
  • 23. (2)Limbah B3 dari kegiatan yang tercantum dalam Lampiran I, 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-Un- Tabel 2 Peraturan Pemerintah ini dapat dikeluarkan dari daf- dang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Pe- tar tersebut oleh instansi yang bertanggung jawab, apabila da- nyelesaian Sengketa. pat dibuktikan secara ilmiah bahwa limbah tersebut bukan lim- Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan bah B3 berdasarkan prosedur yang ditetapkan oleh instansi merupakan pilihan para pihak dan bersifat sukarela. Para pihak yang bertanggung jawab setelah berkoordinasi dengan ins- yang telah memilih upaya penyelesaian sengketa lingkungan hi- tansi teknis, lembaga penelitian terkait dan penghasil limbah. dup di luar pengadilan, maka gugatan yang disampaikan melalui (3)Pembuktian secara ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinya- (2) dilakukan berdasarkan uji karakteristik limbah B3, uji toksi- takan tidak berhasil secara tertulis oleh salah satu atau para pihak kologi, dan/atau hasil studi yang menyimpulkan bahwa limbah yang bersengketa atau salah satu atau para pihak yang berseng- yang dihasilkan tidak menimbulkan pencemaran dan ganggu- keta menarik diri dari perundingan. an kesehatan terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya. Untuk lembaga penyedia jasa dapat dibentuk oleh Pemerintah (4)Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau masyarakat. Lembaga penyedia jasa yang dibentuk oleh dan ayat (3) akan ditetapkan oleh instansi yang bertanggung Pemerintah Pusat ditetapkan oleh Menteri dan berkedudukan di jawab setelah berkoordinasi dengan instansi teknis dan lem- instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak baga penelitian terkait. lingkungan. Sedangkan yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah ditetapkan Gubernur/Bupati/Walikota dan berkedudukan di instan- Pasal II : si yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak ling- Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar kungan di daerahnya. Pendirian penyedia jasa yang dibentuk oleh setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Per- masyarakat dibuat dengan Akta Notaris. aturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Orang-orang yang menjalankan fungsi sebagai arbiter atau me- Negara Republik Indonesia. diator atau pihak ketiga lainnya terikat pada kode etik profesi yang penilaian dan pengembangannya dilakukan oleh asosiasi profesi yang bersangkutan. Kesepakatan yang dicapai melalui proses pe- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nyelesaian sengketa dengan menggunakan mediator atau pihak Nomor 54 Tahun 2000 ketiga lainnya wajib dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis di tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan atas kertas bermaterai. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Mengenai biaya penyelesaian sengketa lingkungan hidup me- di Luar Pengadilan lalui arbiter tunduk pada ketentuan arbitrase. Biaya untuk media- tor atau pihak ketiga lainnya dibebankan atas kesediaan dari sa- Peraturan Pemerintah ini ditetapkan sebagai pelaksana lah satu pihak atau para pihak yang bersengketa atau sumber- ketentuan Pasal 33 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun sumber dana lainnya yang bersifat tidak mengikat. Segala biaya 34 35 35
  • 24. kesekretariatan yang diperlukan dibebankan kepada Pemerintah merintah daerah dapat juga mencari sumber-sumber pembiayaan Pusat maupun Pemerintah Daerah pada anggaran belanja instan- lain melalui kerjasama dengan pihak lain dengan prinsip saling si yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak ling- menguntungkan. kungan di pusat ataupun daerah yang bersangkutan. Tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum ditetapkan dalam Perda tentang Daftar Isi APBD dan ditempatkan dalam Lembaran Daerah. Untuk setiap Bab I Ketentuan Umum; Bab II Kelembagaan; Bab III Per- pengeluaran atas beban APBD diterbitkan Surat Keputusan Oto- syaratan Penunjukan Pihak Ketiga Netral; Bab IV Tata Cara Pe- risasi atau surat keputusan lainnya yang disamakan dengan itu nyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Melalui Lembaga Pe- oleh pejabat yang berwenang. nyedia Jasa; Bab V Pembiayaan Lembaga Penyedia Jasa; Bab VI Untuk setiap akhir tahun anggaran Pemerintah Daerah wajib Ketentuan Penutup. membuat perhitungan APBD yang memuat perbandingan antara realisasi pelaksanaan APBD dibandingkan dengan APBD. Pe- merintah Daerah juga menyampaikan laporan triwulan pelaksa- naan APBD kepada DPRD. Pemeriksaan atas pelaksanaan, pe- 22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia ngelolaan, dan pertanggungjawaban keuangan daerah dilakukan Nomor 105 Tahun 2000 sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Daftar Isi Bab I Ketentuan Umum; Bab II Pengelolaan Keuangan Daerah; Pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pa- Bab III Penyusunan dan Penetapan APBD; Bab IV Pelaksanaan da peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, APBD; Bab V Perhitungan APBD; Bab VI Pertanggungjawaban transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas Keuangan Daerah; Bab VII Pengawasan Pengelolaan Keuangan keadilan dan kepatutan. APBD merupakan dasar pengelolaan ke- Daerah; Bab VIII Pemeriksaan Keuangan Daerah; Bab IX Ke- uangan daerah dalam tahun anggaran tertentu. Struktur APBD rugian Keuangan Daerah; Bab X Ketentuan Penutup. merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus di- dukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Semua transaksi keuangan daerah baik pe- nerimaan daerah maupun pengeluaran daerah dilaksanakan me- lalui kas daerah. Apabila diperkirakan pendapatan daerah lebih kecil dari rencana belanja, daerah dapat melakukan pinjaman. Pe- 36 37 37
  • 25. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Menteri yang bertanggung jawab di bidang kehutanan mengko- Nomor 4 Tahun 2001 ordinasikan pemadaman kebakaran hutan dan/atau lahan lintas tentang Pengendalian Kerusakan dan/atau propinsi dan/atau lintas batas negara. Gubernur bertanggung ja- Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan wab terhadap pengendalian kerusakan dan/atau pencemaran dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan yang dampaknya lintas Kabupaten/Kota. Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari keten- Pelaksanaan pengawasan atas pengendalian kerusakan tuan Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 dan/atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. kebakaran hutan dan/atau lahan dilakukan secara periodik untuk Di dalam pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hi- mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup dan dup secara tegas dikemukakan dalam Tap MPR No.IV/MPR/1999 secara intensif untuk menanggulangi dampak dan pemulihan ling- tentang GBHN, bahwa pemanfaatan potensi sumber daya alam kungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau dan lingkungan hidup harus disertai dengan tindakan konservasi, lahan. rehabilitasi, dan penghematan penggunaan dengan menerapkan Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pe- teknologi ramah lingkungan. Penerapan kebijakan ini diharapkan ngendalian kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup dapat memperkecil dampak yang akan merugikan lingkungan yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan sesuai hidup dan keberlanjutan pembangunan itu sendiri. dengan peraturan perundangan yang berlaku. Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi upaya pence- Dalam hal pembiayaan untuk melakukan kegiatan tersebut gahan, penanggulangan, dan pemulihan serta pengawasan ter- diatas dibebankan pada APBN, APBD dan sumber dana lainnya hadap pengendalian kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan. Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan kriteria baku kerusakan Daftar Isi lingkungan hidup daerah. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup Bab I Ketentuan Umum; Bab II Kriteria Baku Kerusakan Ling- daerah ditetapkan dengan ketentuan sama atau lebih ketat daripada kungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau ketentuan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup nasional. Lahan; Bab III Baku Mutu Pencemaran Lingkungan Hidup; Bab IV Setiap orang dilarang melakukan kegiatan pembakaran hutan Tata Laksana Pengendalian; Bab V Wewenang Pengendalian Ke- dan/atau lahan juga berkewajiban mencegah terjadinya kerusak- rusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan an dan/atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan de- dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan; Bab VI Pengawasan; ngan kebakaran hutan dan/atau lahan. Setiap orang yang meng- Bab VII Pelaporan; Bab VIII Peningkatan Kesadaran Masyarakat; akibatkan terjadinya kebakaran hutan dan/atau lahan wajib mela- Bab IX Keterbukaan Informasi dan Peran Masyarakat; Bab X kukan pemulihan dampak lingkungan hidup. 38 39 39
  • 26. Pembiayaan; Bab XI Sanksi Administrasi; Bab XII Ganti Kerugian; edaran B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan Bab XIII Ketentuan Pidana; Bab XIV Ketentuan Peralihan; Bab XV (Material Safety Data Sheet). Ketentuan Penutup. Dalam rangka pengelolaan B3 dibentuk Komisi B3 yang mempu- nyai tugas untuk memberikan saran dan/atau pertimbangan kepada Pemerintah. Komisi B3 terdiri dari wakil instansi yang berwenang, wakil instansi yang bertanggung jawab, wakil instansi yang terkait, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia wakil perguruan tinggi, organisasi lingkungan, dan asosiasi. Nomor 74 Tahun 2001 Wewenang pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan B3 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan instansi yang dan Beracun berwenang sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Dalam hal tertentu wewenang tersebut dapat diserahkan menjadi Sebagai tindak lanjut dari Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang urusan daerah Propinsi/Kabupaten/Kota. Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib maka ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Ba- menyampaikan laporan tertulis tentang pengelolaan B3 secara han Berbahaya dan Beracun (B3). berkala sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan kepada ins- Pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan/atau mengu- tansi yang bertanggung jawab dan instansi yang berwenang di bi- rangi risiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan dang tugas masing-masing dengan tembusan kepada Guber- manusia dan makhluk hidup lainnya. nur/Bupati/Walikota. B3 dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu B3 yang dapat diper- Masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi tentang upa- gunakan, B3 yang dilarang dipergunakan, dan B3 yang terbatas ya pengendalian dampak lingkungan hidup akibat kegiatan penge- dipergunakan. lolaan B3. Setiap B3 wajib diregistrasikan oleh penghasil dan/atau pengimpor. Tata cara registrasi dan sistem registrasi nasional B3 Daftar Isi ditetapkan dengan Keputusan Kepala Instansi yang bertanggung Bab I Ketentuan Umum; Bab II Klasifikasi B3; Bab III Tata Lak- jawab. Setiap orang yang melakukan kegiatan ekspor B3 yang sana dan Pengelolaan B3; Bab IV Komisi B3; Bab V Keselamatan terbatas dipergunakan, wajib menyampaikan notifikasi ke otoritas dan Kesehatan Kerja; Bab VI Penanggulangan Kecelakaan dan negara tujuan ekspor, otoritas negara transit dan instansi yang Keadaan Darurat; Bab VII Pengawasan dan Pelaporan; Bab VIII bertanggung jawab. Sedangkan yang melakukan kegiatan impor Peningkatan Kesadaran Masyarakat; Bab IX Keterbukaan In- B3 wajib mengikuti prosedur notifikasi. formasi dan Peran Masyarakat; Bab X Pembiayaan; Bab XI Sank- Setiap orang yang memproduksi B3 wajib membuat Lembar si Administrasi; Bab XII Ganti Kerugian; Bab XIII Ketentuan Pi- Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet). Dan seti- dana; Bab XIV Ketentuan Peralihan; Bab XV Ketentuan Penutup. ap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan peng- 40 41 41
  • 27. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia ngan Perda Kab/Kota. Setiap usaha dan/atau kegiatan wajib Nomor 82 Tahun 2001 membuat rencana penanggulangan pencemaran air pada tentang Pengelolaan Kualitas Air dan keadaan darurat dan/atau keadaan yang tidak terduga lainnya. Pengendalian Pencemaran Air Daftar Isi Peraturan ini merupakan pelaksanaan ketentuan dari Pasal 14 Bab I Ketentuan Umum; Bab II Pengelolaan Kualitas Air; Bab III ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Penge- Pengendalian Pencemaran Air; Bab IV Pelaporan; Bab V Hak dan lolaan Lingkungan Hidup. Kewajiban; Bab VI Persyaratan Pemanfaatan dan Pembuangan Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air di- Air Limbah; Bab VII Pembinaan dan Pengawasan; Bab VIII selenggarakan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem. Sanksi; Bab IX Ketentuan Peralihan; Bab X Ketentuan Penutup. Hal tersebut dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan. Upaya pengelolaan kualitas air dilakukan pada : 1. Sumber air yang terdapat di dalam hutan lindung; 26. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 2. Mata air yang terdapat di luar hutan lindung; dan Nomor 27 Tahun 2002 3. Akuifer air tanah dalam. tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif Pemerintah melakukan pengelolaan kualitas air lintas propinsi dan/atau lintas batas negara. Pemerintah Propinsi mengkoordina- Peraturan Pemerintah ini sebagai pelaksana dari ketentuan sikan pengelolaan kualitas air lintas Kab/Kota. Sedangkan Peme- Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang rintah Kab/Kota melakukan pengelolaan kualitas air di Kab/Kota. Ketenaganukliran. Peraturan ini mengatur klasifikasi limbah Pemerintah dapat menentukan baku mutu air yang lebih ketat radioaktif, manajemen perizinan, pengolahan, pengangkutan, dan dan/atau penambahan parameter pada air yang lintas Propinsi penyimpanan limbah radioaktif, program jaminan kualitas, pe- dan/atau lintas batas negara, serta sumber air yang pengelolaan- ngelolaan dan pemantauan lingkungan, pengolahan limbah nya di bawah kewenangan Pemerintah. radioaktif tambang bahan galian nuklir dan tambang lainnya, pro- Baku mutu air limbah nasional ditetapkan dengan Keputusan gram dekomisioning, serta penanggulangan kecelakaan nuklir Menteri dengan tetap memperhatikan saran masukan dari instan- dan/atau radiasi. si terkait. Baku mutu air limbah daerah ditetapkan dengan Per- Pengelolaan limbah radioaktif bertujuan untuk melindungi aturan Daerah Propinsi. keselamatan dan kesehatan pekerja, anggota masyarakat, dan Setiap orang yang membuang air limbah ke prasarana lingkungan hidup dari bahaya radiasi dan/atau kontaminasi. dan/atau sarana pengelolaan air limbah yang disediakan oleh Pe- Limbah radioaktif diklasifikasikan dalam jenis limbah radioaktif merintah Kab/Kota dapat dikenakan retribusi yang ditetapkan de- 42 43 43
  • 28. tingkat rendah, tingkat sedang, dan tingkat tinggi. Kecelakaan Nuklir dan/atau Radiasi; Bab XI Sanksi Administratif; Setiap orang atau badan yang akan melakukan pemanfaatan Bab XII Ketentuan Pidana; Bab XIV Ketentuan Penutup. tenaga nuklir wajib menyatakan kepada Badan Pengawas bahwa limbah radioaktif akan dikembalikan ke negara asal atau dise- rahkan kepada Badan Pelaksana untuk dikelola. Pengolahan lim- bah radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang dapat dilakukan 27. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia sendiri oleh penghasil limbah radioaktif. Nomor 45 Tahun 2002 Pengelola limbah radioaktif sebelum melaksanakan pengelo- tentang Penambahan Penyertaan Modal laan limbah radioaktif harus membuat program jaminan kualitas Pemerintah Republik Indonesia Dalam untuk kegiatan desain, pembangunan, pengoperasian dan per- Modal Perum Jasa Tirta I awatan, dekomisioning instalasi, serta pengelolaan limbah radioaktif. Pengelola limbah radioaktif harus melakukan pe- Pemerintah melakukan penambahan penyertaan modal ke da- mantauan tingkat radiasi dan radioaktivitas lingkungan di sekitar lam modal Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I, yang didi- instalasi. rikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 1999 Badan Pelaksana atau badan yang melakukan penambangan tentang Perum Jasa Tirta I. Penambahan penyertaan modal terse- bahan galian nuklir wajib melakukan pengumpulan, pengelom- but berasal dari kekayaan Negara. pokkan, atau pengolahan dan penyimpanan sementara limbah Pelaksanaan penambahan penyertaan modal Negara ke dalam radioaktif. Sebelum melaksanakan dekomisioning instalasi pengo- Perum Jasa Tirta I dilakukan menurut ketentuan Peraturan Pe- lahan limbah radioaktif, setiap pengolah limbah radioaktif wajib merintah Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum menyampaikan dokumen program dekomisioning kepada Badan (PERUM), Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2001 tentang Pengawas. Penghasil, pengolah, dan pengelola limbah radioaktif Pengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Ke- harus melakukan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan nuklir uangan Pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan dan/atau radiasi. Umum (PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) Kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan peraturan Daftar Isi perundang-undangan lainnya yang berlaku. Bab I Ketentuan Umum; Bab II Ruang Lingkup, Asas dan Tu- juan; Bab III Klasifikasi Limbah Radioaktif; Bab IV Manajemen Daftar Isi Perizinan; Bab V Pengolahan, Pengangkutan dan Penyimpanan Bab I Penambahan Penyertaan Modal; Bab II Pelaksanaan Limbah Radioaktif; Bab VI Program Jaminan Kualitas; Bab VII Penambahan Penyertaan Modal; Bab III Ketentuan Penutup. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; Bab VIII Pengolahan Limbah Radioaktif Tambang Bahan Galian Nuklir dan Tambang Lainnya; Bab IX Program Dekomisioning; Bab X Penanggulangan 44 45 45