SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 195
Mitigasi dan
Adaptasi Bencana
Alam
A. Jenis dan Karakteristik Bencana Alam
• Upaya mitigasi  mengidentifikasi karakteristik
setiap bencana.
• Dengan mitigasi, kita dapat menyusun langkah –
langkah yang diperlukan ketika bencana terjadi dan
meminimalisasi kerugian yang diakibatkan dari
bencana tersebut. Ini juga merupakan tahap
memahami karakteristik bencana alam.
• Menurut Badan Koordinasi Nasional Penanganan
Bencana ( BAKORNAS PB ), pemahaman tentang
ancaman bencana meliputi pengetahuan secara
menyeluruh tentang hal – hal sebagai berikut.
• 1.) bagaimana ancaman bahaya timbul
• 2.) tingkat kemungkinan terjadinya bencana serta
seberapa besar skalanya
• 3.) mekanisme perusakan secara fisik
• 4.) sektor dan kegiatan – kegiatan apa saja yang
akan sangat terpengaruh atas kejadian bencana
• 5.) dampak dari kerusakan
• Setelah mengetahui hal – hal apa saja yang harus
kita kuasai, sekarang coba kita identifikasi bencana
yang sering terjadi di Indonesia. Bencana – bencana
yang sering terjadi di Indonesia :
• 1.) banjir
• 2.) tanah longsor
• 3.) kekeringan
• 4.) kebakaran hutan dan lahan
• 5.) angin badai
• 6.) gelombang badai / pasang
• 7.) gempa bumi
• 8.) tsunami
• 9.) letusan gunung api
• 10.) kegagalan teknologi
• 11.) wabah penyakit
• Upaya mitigasi yang dapat kita lakukan untuk
menghadapi berbagai jenis bencana tersebut, dilakukan
dengan prinsip – prinsip sebagai berikut.
• 1.) bencana yang terjadi harus kita jadikan pelajaran
bagi upaya mitigasi terhadap bencana berikutnya
• 2.) upaya mitigasi membutuhkan kerja sama banyak
pihak
• 3.) upaya mitigasi dijalankan dengan aktif
• 4.) upaya mitigasi harus mendahulukan kelompok
rentan untuk menghindari korban jatuh lebih banyak
• 5.) setiap upaya mitigasi harus selalu dipantau dan
terus – menerus dievaluasi agar didapat hasil yang
efektif
• Berikut ini adalah beberapa strategi dalam mitigasi
bencana alam yang dikemukakan oleh BAKORNAS
PB :
mengintegrasikan mitigasi bencana dalam program
pembangunan yang lebih besar
pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas
biaya dan manfaat
agar dapat diterima masyarakat, mitigasi harus
menunjukkan hasil yang segera tampak
upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah
dilaksanakan segera setelah bencana
mitigasi dilakukan dengan cara meningkatkan
kemampuan lokal dalam manajemen dan
perencanaan
• 1. Banjir
• a. Pengertian
• Aliran air yang tingginya melebihi muka air normal.
• Hal itu menyebabkan genangan pada lahan rendah di
sisinya.
• Jenis banjir :
Banjir akibat hujan lebat. Hal ini menyebabkan kapasitas
penyaluran sistem pengaliran air tidak mampu bekerja
dengan baik. Sistem penyaluran air dapat dibagi menjadi
sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia.
Banjir akibat pasang laut. Pasang laut menyebabkan
meningkatnya muka air di sungai.
Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia. Setiap
buatan manusia pasti mengalami kerusakan. Bangunan air
buatan manusia di antaranya adalah bendungan, tanggul, dan
bangunan pengendalian banjir.
Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan
aliran sungai akibat longsornya tebing sungai. Hal ini
menyebabkan bendungan tidak dapat menahan tekanan air.
• b. Penyebab
tingginya curah hujan
• daya tampung sistem pengaliran air yang telah
melampaui batas
• penggundulan hutan
• penumpukan sampah
•  padatnya bangunan
• c. Mekanisme Perusakan
• Banjir umumnya mempunyai sifat merusak, baik
yang menggenang maupun banjir bandang. Sifat ini
didapatkan karena arus air yang cepat dan bergolak
dapat menghanyutkan berbagai benda di
sekitarnya. Kerusakan akan semakin tinggi ketika
aliran air membawa material tanah. Air banjir dapat
merusak pondasi bangunan, baik rumah maupun
jembatan. Material yang hanyut bersama banjir
akan diendapkan setelah surut. Endapan tersebut
dapat merusak tanaman, perumahan, dan
menimbulkan penyakit.
• d. Kajian Bahaya
• Kajian mengenai bahaya banjir dapat didapatkan
melalui data – data yang tepat. Hal ini dibutuhkan
untuk menentukan tingkat kerawanan serta upaya
antisipasi banjir.
• Data yang dibutuhkan berasal dari hal – hal berikut.
Rekaman kejadian bencana yang terjadi. Data ini
berfungsi sebagai indikasi awal akan datangnya
banjir di masa yang akan datang. Melalui data ini
dapat ditentukan pola terjadnya banjir periodik (
tahunan, lima tahunan, sepuluh tahunan, lima
puluh tahunan, atau seratus tahunan ).
Pemetaan topografi. Peta topografi dapat
menunjukkan kontur ketinggian sekitar daerah
aliran sungai. Melalui data ini dapat ditentukan
kemampuan kapasitas sistem hidrologi dan luas
daerah tangkapan hujan.
Data curah hujan. Data ini dipergunakan untuk
menghitung kapasitas penyaluran sistem
pengaliran.
• e. Gejala dan Peringatan Dini
curah hujan yang tinggi
tingginya pasang laut dan terjadinya badai
dilampauinya ketinggian muka banjir
f. Parameter
luas genangan
kedalaman atau ketinggian air banjir
kecepatan aliran
material yang dihanyutkan aliran banjir
lamanya waktu genangan
• g. Komponen yang Terancam
• 1.) Manusia
• a.) meninggal dunia
• b.) hilang
• c.) luka – luka
• d.) mengungsi
• 2.) Prasarana Umum
• a.) prasarana transportasi tergenang
• b.) fasilitas sosial tergenang, rusak, dan hanyut
• c.) rusaknya fasilitas pemerintahan, industri, jasa, dan lainnya
• d.) harta benda perorangan
• e.) kegiatan pertanian dan perikanan terganggu, akibatnya
terjadi penurunan atau kehilangan produksi
• h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
• 1.) Upaya Mitigasi Non Struktural
– a.) Pembentukan “ Kelompok Kerja “ ( POKJA ) yang
beranggotakan dinas / instansi terkait. Kelompok ini
diketuai oleh Dinas Pengairan / Sumber Daya Air. Tugas
kelompok ini melaksanakan dan menetapkan pembagian
peran dan kerja atas upaya – upaya nonfisik
penanggulangan mitigsi bencana banjir.
– b.) Merekomendasikan upaya perbaikan atas prasarana
dan sarana pengendalian banjir.
– c.) Memonitor dan mengevaluasi data curah hujan,
banjir, daerah genangan dan informasi lain. Hal ini untuk
meramalkan kejadian banjir, daerah yang diidentifikasi
terkena banjir serta daerah yang rawan banjir.
-d.) Menyiapkanpeta daerah rawan banjir dilengkapi dengan
“plotting” rute pengungsian, lokasi pengungsian
sementara, lokasi POSKO, dan lokasi pos pengamat debit
banjir / ketinggian muka air banjir di sungai penyebab
banjir.
-e.) Mengecek dan menguji sarana sistem peringatan dini.
-f.) Melaksanakan perencanaanlogistik dan penyediaan dana,
peralatan dan material yang diperlukan untuk kegiatan /
upaya tanggap darurat.
-g.) Perencanaan dan penyiapan SOP ( Standard Operation
Procedure ) / Prosedur Operasi Standar untuk kegiatan /
upaya tanggap darurat.
-h.) Pelaksanaan Sistem Informasi Banjir, dengan diseminasi
langsung kepada masyarakat dan penerbitan press release.
• -i.) Melaksanakan pelatihan evakuasi untuk
mengecek kesiapan masyarakat, SATLAK dan
peralatan evakuasi, dan kesiapan tempat
pengungsian sementara beserta perlengkapannya.
• -j.) Mengadakan rapat – rapat koordinasi di tingkat
BAKORNAS, SATKORLAK, SATLAK, dan POKJA Antar
Dinas / instansi untuk menentukan beberapa
tingkat dari resiko bencana bajir berikut
konsekuensinya dan pembagian peran di antara
instansi yang terkait, serta pengenalan peran di
antara instansi yang terkait, serta pengenalan /
dismeinasi kepada seluruh anggota SATKORLAK,
SATLAK, dan POSKO atas SOP dalam kondisi darurat
dan untuk menyepakati format dan prosedur arus
informasi / laporan.
• -k.) Membentuk jaringan lintas instansi / sektor dan
LSM yang bergerak di bidang kepedulian terhadap
bencana di bidangkepedulian terhadap bencana
serta dengan media massa baik cetak maupun
elektronik untuk mengadakan kampanye peduli
bencana kepada masyarakat termasuk penyaluran
informasi tentang bencana banjir.
• -l.) Melaksanakan pendidikan masyarakat atas
pemetaan ancaman banjir dan resiko yang terkait
serta penggunaan material bangunan yang tahan
air /banjir.
• 2.) Upaya Mitigasi Struktural
– a.) Pembangunan tembok penahan dan tanggul di
sepanjang sungai, tembok laut sepanjang pantai yang
rawan badai atau tsunami untuk mengurangi tingkat
debit banjir.
– b.) Pengaturankecepatan aliran dan debit air permukaan
dari daerah hulu sangat membantu mengurangi
terjadinya bencana banjir. Upaya yang dapat dilakukan di
antaranya reboisasi dan pembangunan sistem peresapan
serta pembangunan bendungan / waduk.
– c.) Pengerukan sungai, pembuatan sodetan sungai baik
secara saluran terbuka maupun tertutup atau
terowongan dapat membantu mengurangi terjadinya
banjir.
• 3.) Peran serta Masyarakat
• a.) Aspek Penyebab
– 1.) Tidak membuang sampah / limbah padat ke sungai,
saluran dan sistem drainase.
– 2.) Tidak membangun jembatan dan atau bangunan
yang menghalangi atau mempersempit palung aliran
sungai.
– 3.) Tidak tinggal dalam bantaran sungai.
– 4.) Tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk
permukiman atau untuk hal – hal lain di luar rencana
peruntukannya.
– 5.) Menghentikan penggundulan hutan di daerah
tangkapan air.
– 6.) Menghentikan praktik pertanian dan penggunaan
lahan yang bertentangan dengan kaidah – kaidah
konservasi air dan tanah
– 7.) Ikut mengendalikan laju urbanisasi dan pertumbuhan
penduduk.
• b.) Aspek Partisipatif
– 1.) Ikut serta dan aktif dalam latihan – latihan ( gladi )
upaya mtiigasi bencana banjir misalnya kampanye peduli
bencana, latihan kesiapan penanggulangan banjir dan
evakuasi, latihan peringatan dini banjir dsb.
– 2.) Ikut serta dan aktif dalam program desain dan
pembangunan rumah tahan banjir antara lain rumah
tingkat, penggunaan material yang tahan air, dan
gerusan air.
– 3.) Ikut serta dalam pendidikan publik yang terkait
dengan upaya mtiigasi bencana banjir.
– 4.) Ikut serta dalam setiap tahapan konsultasi publik
yang terkait dengan pembangunan prasarana
pengendalian banjir dan upaya mitigasi bencana banjir.
– 5.) Melaksanakan pola dan waktu tanam yang
mengadaptasi pola dan kondisi banjir setempat untuk
mengurangi kerugian usaha dan lahan pertanian dari
banjir.
– 6.) Mengadakan gotong – royong pembersihan saluran
drainase yang ada di lingkungannya masing – masing.
• 2. Tanah Longsor
a. Pengertian
• Gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau ke luar
lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah
atau batuan penyusun lereng tersebut.
• Longsor dapat dibedakan menjadi 6 jenis :
• Longsoran translasi, yaitu bergeraknya massa tanah
dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata
atau menggelombang landai.
• Longsoran rotasi, yaitu bergeraknya massa tanah
dan batuan padabidang gelincir berbentuk cekung.
• Pergerakan blok, yaitu perpindahan batuan yang
bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata.
• Runtuhan batu, yaitu terjadi ketika sejumlah besar
batuan atau materiallain bergerak ke bawah dengan
cara jatuh bebas.
• Rayapan tanah, yaitu jenis tanah longsor yang
bergerak lambat.
• Rombakan, yaitu terjadi ketika massa tanah
bergerak didorong oleh air.
• b. Penyebab
• 1.) Faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng
• penggundulan hutan menyebabkan pengikatan
air tanah sangat kurang
• batuan endapan gunung api dan batuan sedimen
yang mengalami pelapukan.
• jenis tanah yang kurang padat dengan kemiringan
lereng yang curam berpotensi mengalami longsor
ditambah dengan intensitas curah hujan yang cukup
tinggi.
• tingginya intensitas curah hujan
• lereng atau tebing yang terjal
• sering terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng
yang terjal
• 2.) Proses pemicu longsoran dapat berupa :
• peningkatan kandungan air dalam lereng
• getaran pada lereng akibat gempa bumi ataupun
ledakan, penggalian, dan getaran alat / kendaraan
• peningkatan beban yang melampaui daya dukung
tanah atau kuat geser tanah.
• pemotongan ‘kaki’ lereng secara sembarangan
yang mengakibatkan lereng kehilangan gaya
penyangga
• menurunnya gaya penahan lereng akibat
susutnya muka air
• c. Gejala dan Peringatan Ddini
• muncul retakan memanjang atau lengkung pada
tanah atau pada konstruksi bangunan, yang biasa
terjadi setelah hujan.
• terjadi penggembungan pada lereng atau pada
tembok penahan
• tiba – tiba pintu atau jendela rumah sulit untuk
dibuka – akibat deformasi bangunan yang
terdorong oleh massa tanah yang bergerak.
• tiba – tiba muncul rembesan atau mata air pada
lereng.
• air rembesan pada lereng berubah warna
menjadi keruh.
• pepohonan atau tiang – tiang miring searah
dengan kemiringan lereng
• .
• terdengar suara gemuruh atau ledakan dari atas
lereng.
• terjadi runtuhan atau aliran butir tanah / kerikil
secara mendadak dari atas lereng.
• d. Parameter
• volume material yang bergerak / longsor ( m3 )
• luas daerah yang terkubur ( m2 )
• kecepatan gerakan ( cm/hari , m/jam )
• ukuran bongkah batuan (diameter, berat,
volume)
• jenis dan intensitas kerusakan ( rumah )
• jumlah korban jiwa ( jiwa )
• e. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
• hindari daerah rawan bencana untuk
pembangunan permukiman dan fasilitas utama
lainnya
• mengurangi tingkat keterjalan lereng
• meningkatkan / memperbaiki dan memelihara
drainase baik air permukaan maupun air tanah
• pembuatan bangunan penahan, jangkar ( anchor
), dan pilling
• terasering dengan sistem drainase yang tepat
• penghijauan dengan tanaman yang sistem
perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat
• pembuatan tanggul penahan baik berupa
bangunan konstruksi, tanaman maupun parit
• identifikasi daerah yang aktif bergerak
• stabilisasi lereng dengan pembuatan teras dan
penghijauan
• 3. Kekeringan
• a. Pengertian
• Yaitu ketidakseimbangan ketersediaan air dengan
kebutuhan air manusia dan lingkungan.
• Menurut BNPB, kekeringan dapat diklasifikasikan
menjadi 2 :
• 1.) Kekeringan Alamiah
• kekeringan meteorologis, akibat tingkat curah
hujan di bawah normal dalam satu musim.
• kekeringan hidrologis, akibat kekurangan
cadangan air dan air tanah.
• kekeringan pertanian, akibat kekurangan
cadangan air dalam tanah sehingga tidak
mampumemenuhi kebutuhan tanaman.
• kekeringan sosial ekonomi, akibat kekurangan
pasokan komoditi ekonomi akibat terjadinya
kekeringan meteorologi, hidrologi, dan pertanian.
• 2. Kekeringan Antropogenik
• Disebabkan oleh ketidakpatuhan manusia pada
peraturan, yang dapat dilihat dari kebutuhan air
lebih besar dari cadangan yang direncanakan. Juga
disebabkanoleh kerusakan kawasan tangkapan air
dan sumber – sumber air akibat perbuatan
manusia.
• b. Penyebab
• Kekeringan di Indonesia berkaitan erat dengan
ENSO ( El Nino Southern Oscillation ) . Dampaknya
berpengaruh kuat terhadap wilayah yang
dipengaruhioleh sistem muson. Pengaruhnya dapat
dilihat dari pola – pola pada keragaman hujan
sebagai berikut :
• akhir musim kemarau mundur dari normal
• awal masuk musim hujan mundur dari normal
• curah hujan musim kemarau turun tajam
dibanding normal
• deret hari kering semakin panjang
• c. Mekanisme Perusakan
• menurunnya kesehatan manusia
• gagal panen
• matinya tumbuh – tumbuhan dan tanah menjadi
gersang
• Harga air bersih meningkat tajam
• banyak hewan yang mati akibat dehidrasi berat
• d. Kajian Indikator Kekeringan
• 1.) Alamiah
• a.) Kekeringan meteorologis / klimatologis
• Curah hujan 70% - 85% dari normal disebut kering
• Curah hujan 50% - 70% dari normal disebut sangat
kering
• Curah hujan <50% dari normal disebut amat sangat
kering
• b.) Kekeringan Hidrologis
• Debit air sungai mencapai periode ulang aliran
periode 5 tahunan disebut kering.
• Debit air sungai mencapai periode ulang aliran
jauh di bawah periode 25 tahunan disebut sangat
kering.
• Debit air sungai mencapai periode ulang aliran
amat jauh di bawah periode 50 tahunan disebut
amat sangat kering.
• c.) Kekeringan Pertanian
• Persentase daun kering : M daun kering dimulai
pada bagian ujung daun disebut kering ( terkena
ringan s/d sedang ).
• Persentase daun kering : M - % daun kering
dimulai pada bagian ujung daun disebut sangat
kering ( terkena berat ).
• Persentase daun kering : semua bagian daun
kering disebut amat sangat kering ( Puso ).
• Bila dinilai dari segi penurunan produksi, terkena
ringan s/d berat diperkirakan kehilangan hasil bisa
mencapai 75% dengan rata – rata sekitar 50% - dan
puso bila kehilangan hasil di atas 95%.
• Untuk kekeringan ditinjau dari kehutanan dinilai
dari Keetch Byram Drough Index ( KBDI ) :
• kering ( kekeringan rendah ) : 0 – 999
• sangat kering : 1.000 – 1.499
• amat sangat kering > 1.500
• d.) Kekeringan Sosial Ekonomi
• Kategori : kering ( langka terbatas )
• Ketersediaan air ( L / orang / hari ) : >30 ; <60
• Pemenuhan kebutuhan untuk : minum, masak, cuci
alat makan / masak, mandi terbatas
• Jarak ke sumber air ( km ) : 0,1 – 0,5
• Kategori : sangat kering ( langka )
• Ketersediaan air ( L / orang / hari ) : >10 ; <30
• Pemenuhan kebutuhan untuk : minum, masak, cuci
alat makan /masak
• Jarak ke sumber air ( km ) : 0,5 – 3
• Kategori : amat sangat kering ( kritis )
• Ketersediaan air ( L / orang / hari ) : <30
• Pemenuhan kebutuhan untuk minum dan masak
• Jarak ke sumber air ( km ) : >3
• e.) Antropogenik
• Intensitas kekeringan akibat ulah manusia terjadi bila :
• Rawan : bila tingkat penutupan tajuk ( crown cover )
40% - 50%
• Sangat rawan : bila tingkat penutupan tajuk 20% -
40%
• Amat sangat rawan : bila tingkat penutupan tajuk di
DAS <20%
• f.) Gejala Terjadinya Kekeringan
• menurunnya tingkat curah hujan dalam satu
musim
• terjadinya kekurangan cadangan air permukaan
air tanah
• kekurangan lengas tanah ( kandungan air dalam
tanah ) sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan tanaman
• e. Komponen yang Terancam Bencana
• 1.) Komponen Sosial
• kekurangan pangan
• kebakaran hutan dan lahan
• penurunan kesehatan yang berkaitan dengan
debit air rendah
• ketegangan / kerusuhan sosial
• 2.) Komponen Lingkungan
• kerusakan habitat hewan dan tumbuhan
• erosi tanah akibat air dan angin
• dampak atas kualitas air dan udara
• f. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
• pengaturan sistem pengiriman data iklim
• penetapan skala prioritas penggunaan air menurut
historical right dan azas keadilan
• pembentukan POKJA dan posko kekeringan
• pengembangan / perbaikan jaringan pengamatan iklim
pada daerah – daerah rawan kekeringan
• penyiapan dana, sarana, dan prasarana untuk pelaksanaan
program antisipatif dan mitigasi dampak kekeringan
• penyusunan peta rawan kekeringan di Indonesia
• penentuan teknologi antisipatif dan sistem pengaliran air
irigasi
• pengembangan sistem reward dan punishment bagi
masyarakat yang melakukan upaya konservasi dan rehabilitasi
sumber daya air dan lahan
• 4. Kebakaran Hutan dan Lahan
• a. Pengertian
• perubahan pada fungsi hutan atau lahan dalam
menunjang kehidupan akibat penggunaan apiyang
tidak terkendali maupun faktor alam yang
mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan.
• b. Penyebab
• aktivitas manusia
• jenis tanaman yang sejenis dan memiliki titik
bakar yang rendah serta hutan yang terdegradasi
• angin dapat memicu dan mempercepat
menjalarnya api
• topografi terjal
• c. Mekanisme Perusakan
• Sebagian besar akibat kesengajaan faktor manusia.
Mereka banyak menggunakan cara praktis untuk
membuka lahan. Kebakaran disebabkan adanya bahan
bakar, oksigen, dan panas.
• d. Kajian Bahaya
• prediksi cuaca untuk mengetahui datangnya musim
kering / kemarau
• monitoring titik api
• menetapkan daerah rawan kebakaran hutan dan
lahan
• pemetaan daerah rawan bencana kebakaran
• pemetaan daerah tutupan lahan serta jenis tanaman
sebagai bahan bakaran
• e. Gejala dan Peringatan Dini
• aktivitas manusia menggunakan api di kawasan
hutan dan lahan
• tumbuhan yang meranggas
• kelembapan udara rendah
• kekeringan akibat musim kemarau
• peralihan musim menuju kemarau
• meningkatnya migrasi satwa ke luar habitatnya
• f. Parameter Menurut BNPB
• luas areal yang terbakar ( hektar )
• luas areal yang terpengaruh oleh kabut asap (
hektar )
• fungsi kawasan yang terbakar ( taman nasional,
cagar alam, hutan lindung, dll )
• jumlah penderita penyakit saluran pernapasan
atas ( ISPA )
• menurunnya keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa liar
• menurunnya fungsi ekologis
• tingkat kerugian ekonomi yang ditimbulkan
• g. Komponen yang Terancam
• kerusakan ekologis
• tanah yang terbuka akibat hilangnya tanaman
• penurunan kualitas kesehatan masyarakat
• h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
• sosialisasi kebijakan pengendalian kebakaran
lahan dan hutan
• peningkatan masyarakat peduli api ( MPA)
• peningkatan penegakan hukum
• pembuatan waduk ( embung ) di daerahnya
untuk pemadaman api
• pembuatan sekat bakar, terutama antara lahan,
perkebunan, pertanian dengan hutan
• melakukan penanaman dengan tanaman yang
heterogen
• 5. Angin Badai
• a. Pengertian
• Adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan 120
km/jam atau lebih.
• Terjadi di wilayah tropis.
• b. Penyebab
• perbedaan tekanan udara yang ekstrim
• c. Mekanisme Perusakan
• Tenaga angin yang kuat dapat merobohkan
bangunan atau menyebabkan kapal tenggelam.
Kebanyakan angin badai disertai dengan hujan
deras. Paduan keduanya dapat menimbulkan
bencana tanah longsor dan banjir.
• d. Kajian Bahaya
• Bahaya angin dapat dipantau dari data kecepatan
dan arah angin.
• Lembaga yang mengawasinya adalah stasiun dan
satelit meteorologi.
• Angin badai dipengaruhi oleh faktor topografi,
vegetasi, dan pemukiman.
• e. Gejala dan Peringatan Dini
f. Parameter
• Level 1 : kecepatan angin 120 – 153 km/jam
• Tingkat kerusakannya sedikit.
• Level 2 : kecepatan angin 154 – 177 km/jam
• Tingkat kerusakannya sedang.
• Level 3 : kecepatan angin 178 – 209 km/jam
• Tingkat kerusakannya luas.
• Level 4 : kecepatan angin 210 – 249 km/jam
• Tingkat kerusakannya hebat.
• Level 5 : kecepatan angin >250 km/jam
• Tingkat kerusakannya sangat hebat.
• g. Komponen yang Terancam
• bangunan yang terbuat dari kayu
• material bangunan tambahan seperti papan,
seng, asbes, dsb.
• tiang – tiang kabel listrik
• kapal – kapal di sekitar pantai
• h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
• struktur bangunan dirancang mampu bertahan
terhadap gaya angin
• pembangunan fasilitas perlindungan dari
serangan angin badai
• penghijauan untuk meredam gaya angin
• kesiapsiagaan dalam menghadapi angin badai
• untuk para nelayan, supaya menambatkan atau
mengikat kuat kapal – kapalnya
• 6. Gelombang Pasang / Badai
• a. Pengertian
• Pergerakan naik turunnya muka air laut. Gerakan ini
akan membentuk lembah dan bukit mengikuti gerak
sinusoidal.
• Gelombang periode singkat ( wave of short period )
dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut.
• Gelombang periode panjang ( wave of long period )
disebabkan oleh beberapa proses alam yang terjadi
dalam waktu yang bersamaan. Contoh : gelombang
pasang surut ( astronomical tide / tidal wave ) ,
gelombang tsunami, dan gelombang badai ( storm
wave ).
• Gelombang pasang surut ( pasut ) merupakan
gelombang yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik
antara bumi dengan planet – planet lain terutama
dengan bulan dan matahari.
• Menurut faktor pembangkitnya, pasang surut dibagi
menjadi pasang purnama ( pasang besar, spring tide )
dan pasang perbani ( pasang kecil, neap tide ).
• Setiap tanggal 1 dan 15 ( saat bulan mati dan bulan
purnama ), posisi bulan – bumi – matahari berada pada
satu garis lurus. Hal ini menyebabkan gaya tarik bulan
dan matahari terhadap bumi saling memperkuat.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya pasang purnama.
Tinggi pasang sangat besar dibanding pasang pada hari
– hari lain.
• Setiap tanggal 7 dan 21, bulan dan matahari membentuk
sudut siku – siku terhadap bumi. Kondisi ini menyebabkan
gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling
mengurangi.
• Gelombang badai ( storm wave ) merupakan gelombang
tinggi yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis.
• Kondisi ini berpotensi kuat menimbulkan bencana alam.
Meski Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis, namun
siklon tropis memengaruhi terjadinya angin kencang,
gelombang tinggi disertai hujan deras.
• Siklon tropis merupakan sistem tekanan rendah yang
mempunyai angin berputar ( siklonik ) yang berasal dari
daerah tropis dengan kecepatan rata – rata ( 36 – 64 ) knots di
sekitar pusatnya. Siklon tropis tumbuh aktif di daerah lintang
bumi ( 100 – 200 ) LU / LS.
• -Tinggi swell ¼ m = setinggi paha ( tinggi gelombang ) || 2 – 3
‘
• -Tinggi swell ½ m = setinggi pinggang || 3 – 4 ‘
• - Tinggi swell 1 m = setinggi pinggang hingga kepala || 5 – 6 ‘
• - Tinggi swell 1 ¼ m = hingga 1K kali di atas kepala || 6 – 8 ‘
• - Tinggi swell 1 ½ m = lebih dari 1K kali tinggi kepala || 8 – 10
‘
• - Tinggi swell 2 m = lebih dari 2 kali tinggi kepala ||10 – 12 ‘
• - Tinggi swell 2 ½ m = lebih dari 2K kali tinggi kepala || 12 –
15 ‘
• - Tinggi swell 3 m = sekitar 3 kali tinggi kepala || 15 –
18 ‘
• - Tinggi swell 3 – 4 m = 3 – 4 kali tinggi kepala || 18 –
24 ‘
• - Tinggi swell 4 – 5 m = 4 – 5 kali tinggi kepala || 24 –
32 ‘
• - Tinggi swell 5 – 6 m = 5 – 6 kali tinggi kepala || 32 –
40 ‘
• - Tinggi swell 6 – 7 m = 6 – 7 kali tinggi kepala || 40 -48
‘
• - Tinggi swell 7 – 8 m = 7 – 8 kali tinggi kepala || 50- 60
‘
• b. Penyebab
• angin dengan kecepatan besar di atas permukaan
laut
• perbedaan tekanan atmosfer
• interaksi antara angin dan air
• kedalaman air
• kemiringan dasar
• panjang daerah tempat angin berembus dengan
kecepatan dan arah konstan ( fetch )
• gelombang angin di lokasi pembangkitnya ( seas )
• gelombang yang setelah menjalar menjadi lebih
landai dan berpuncak panjang ( swell )
• c. Mekanisme Perusakan
• gelombang pasang /badai ( high tide ) dalam
periode yang cukup lama ( dapat merusak )
kehidupan dan bangunan di daerah pantai.
• gelombang badai ( storm surge ) dapat memutar
air dan menimbulkan gelombang yang tinggi. Hal ini
dapat mengganggu pelayaran dan berpotensi
menenggelamkan kapal.
• d. Kajian Bahaya
• Siklon tropis dapat menyebabkan kondisi cuaca
yang ekstrim. Daerah lintasan siklon tropis adalah
wilayah perairan Indonesia, sebelah utara Australia
dan Pasifik barat dan sampai Laut Cina Selatan.
• e. Gejala dan Peringatan Dini
• Pemantauan gejala sistem konvergensi tekanan
rendah dapat berkembang menjadi tropical depresi
dan tumbuh menjadi tropical siklon.
• f. Parameter
• tinggi gelombang ( meter )
• panjang sapuan gelombang pasang ke daratan (
m atau km )
• luas daerah yang terkena sapuan gelombang (
km3 )
• g. Komponen yang Terancam
• struktur bangunan yang ringan atau perumahan
yang terbuat dari kayu
• material bangunan tambahan yang menempel
kurang kuat pada bangunan utama seperti papan,
seng, asbes, dll
• bangunan – bangunan sementara atau
semipermanen
• bangunan – bangunan yang dimensi lebarnya
sejajar dengan garis pantai
• bangunan dan fasilitas telekomunikasi, listrik, dan
air bersih
• kapal –kapal penangkap ikan atau bangunan
industri maritim lainnya yang terletak di sekitar
pantai
• jembatan dan jalan di daerah dataran pantai
• sawah, ladang, tambak, kolam budidaya
perikanan
• h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
pembangunan tembok penahan ombak
• reklamasi pantai
• pembangunan pemecah ombak ( break water )
• penataan bangunan di sekitar pantai
• pengembangan kawasan hutan bakau
• 7. Gempa Bumi
• a. Pengertian
• Berguncangnya bumi akibat tumbukan antarlempeng
bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api, dan runtuhan
batuan.
• Kekuatan gempa yang paling besar disebabkan
tumbukan antarlempeng bumi dan patahan aktif.
• b. Penyebab
• proses tektonik
• aktivitas sesar di permukaan bumi
• pergerakan geomorfologi secara lokal
• aktivitas gunung api
• ledakan nuklir
• c. Mekanisme Perusakan
• Energi getaran gempa akan dirambatkan ke
seluruh bagian bumi. Akibatnya, struktur bangunan
pun dapat mengalami kerusakan. Getaran gempa
dapat memicu tanah longsor, runtuhan batuan, dan
kerusakan tanah lainnya. Bencana ikutan akibat
gempa di antaranya kebakaran, kecelakaan industri,
dan transportasi.
• d. Kajian Bahaya
• kajian mengenai kejadian – kejadian gempa bumi
di masa lalu
• identifikasi sistem patahan dan pemetaan daerah
rawan gempa bumi
• e. Gejala dan Peringatan Dini
• kejadian mendadak
• belum ada metode untuk pendugaan secara
akurat
• f. Parameter
• waktu kejadian gempa bumi ( jam, menit, detik )
• lokasi pusat gempa bumi di permukaan bumi /
episenter ( koordinat lintang dan bujur )
• kedalaman sumber gempa bumi ( km )
• kekuatan / magnitudo gempa bumi ( skala
richter)
• intensitas gempa bumi ( MMI )
• g. Komponen yang Terancam
• perkampungan padat
• bangunan dengan desain teknis yang buruk
• bangunan industri kimia dapat menimbulkan
bencana ikutan
• h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
• bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan
getaran / gempa
• perkuatan bangunan dengan mengikuti standar
kualitas bangunan
• rencanakan penempatan permukiman untuk
mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan
bencana
• zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan
penggunaan lahan
• pendidikan kepada masyarakat tentang gempa bumi
• pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana
dengan pelatihan pemadaman kebakaran dan
pertolongan pertama
• 8. Tsunami
• a. Pengertian
• Gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut.
Gangguan tersebut bisa berupa gempa bumi
tektonik, erupsi vulkanik, atau longsoran.
• b. Penyebab
• gempa bumi yang diikuti dengan dislokasi /
perpindahan massa tanah / batuan yang sangat
besar di bawah air ( laut / danau )
• tanah longsor di bawah tubuh air / laut
• letusan gunung api di bawah laut dan gunung api
pulau
• c. Mekanisme Perusakan
• Tsunami mempunyai kecepatan berbanding lurus
dengan kedalaman laut. Jika kedalaman laut
semakin dalam, maka kecepatan tsunami semakin
besar. Kecepatan tsunami akan semakin berkurang
karena gesekan dengan dasar laut yang semakin
dangkal. Hal tersebut menjadikan tinggi gelombang
di pantai menjadi semakin besar. Berkurangnya
kecepatan menyebabkan adanya penumpukan
massa air.
• Kecepatan tsunami saat mencapai pantai
berkurang menjadi sekitar 25 – 100 km / jam.
Gelombang ini bisa menghancurkan kehidupan di
daerah pantai. Tsunami akan kembalinya air ke laut
setelah mencapai puncak gelombang ( run – down
). Meski berhenti, gelombang ini akan menyeret
segala sesuatu ke laut.
• d. Kajian Bahaya
• kejadian – kejadian tsunami didata dan dijadikan
data base untuk mengetahui karakteristik tsunami
• identifikasi sistem tektonik, struktur geologi dan
morfologi daerah dasar laut khususnya di sekitar
zona tumbukan ( subduction zone )
• pemetaan daerah resiko bencana tsunami
• e. Gejala dan Peringatan Dini
• gelombang air laut datang secara mendadak
• pada umumnya didahului dengan gempa bumi besar
dan pasang susut laut
• terdapat selang waktu antara waktu terjadinya
gempa bumi dengan waktu tsunami di pantai
• f. Parameter
• ketinggian tsunami yang naik ke daratan ( run – up )
• panjang sapuan tsunami ke daratan ( m atau km )
• luas daerah yang terkena sapuan gelombang ( km2 )
• g. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
• peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan
terhadap bahaya tsunami
• pembangunan Tsunami Early Warning System ( TEWS
)
• pembangunan tembok penahan tsunami pada garis
pantai
• penanaman mangrove serta tanaman lainnya untuk
meredam gaya air tsunami
• pembangunan tempat – tempat evakuasi yang aman
• pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya
tsunami
• 9. Letusan Gunung Api
• a. Pengertian
• Gunung api adalah bentuk timbunan yang dibangun
oleh timbunan rempah letusan, atau tempat
munculnya batuan lelehan dari bagian dalam bumi.
• b. Penyebab
• pancaran magma dari dalam bumi yang
berasosiasi dengan arus konveksi panas
• proses tektonik dari pergerakan dan
pembentukan lempeng / kulit bumi
• akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida
magma menimbulkan pelepasan energi
• c. Mekanisme Perusakan
• Bahaya letusan gunung api dapat dibagi menurut
waktu kejadiannya, yaitu :
• 1.) Bahaya Utama ( primer )
• *Langsung terjadi ketika proses peletusan sedang
berlangsung.
• *Jenis bahayanya berupa :
• awan panas ( piroclastic flow )
• hujan abu lebat
leleran lava ( lava flow )
• gas beracun
• 2.)Bahaya Ikutan ( sekunder )
• *Terjadi setelah proses peletusan berlangsung.
• *Terjadi akibat adanya penumpukan material di
bagian atas. Ketika musim hujan, material tersebut
akan terbawa oleh air hujan sebagai banjir ( lahar ).
• d. Kajian Bahaya
• identifikasi gunung api aktif
• tingkat aktivitas gunung api berdasarkan catatan
sejarah
• penelitian dengan metode geologi, geofisika, dan
geokimia dapat untuk mengetahui aktivitas /
kegiatan gunung api
• e. Gejala dan Peringatan Dini
• 1.) Status Kegiatan Gunung Api
• a.) Aktif – Normal ( level 1 )
• ||baik secara visual, maupun dengan instrumentasi
tidak ada gejala perubahan kegiatan.
• b.) Waspada ( level 2 )
• || berdasarkan hasil pengamatan visual dan
instrumentasi mulai terdeteksi gejala perubahan
kegiatan, misalnya jumlah gempa vulkanik, suhu kawah
( solfatara / fumarola ) meningkat dari nilai normal.
• c.) Siaga ( level 3 )
• || kenaikan kegiatan semakin nyata. Hasil pantauan
visual dan seismik berlanjut didukung dengan data
dari instrumentasi lainnya.
• d.) Awas ( level 4 )
• || semua data menunjukkan bahwa letusan utama
segera menjelang. Letusan – letusan asap / abu
sudah mulai terjadi.
• 2.) Mekanisme Pelaporan
• a.) Aktif – Normal
•
• || setiap 2x sehari dilaporkan kegiatan gunung api
dari pos PGA ke Kantor DVMBG melalui radio SSB.
Laporan bulanan disampaikan oleh Pengamat
Gunung Api ke Kantor DVMBG ditembuskan kepada
Pemprov dan PemKab.
• b.) Waspada
• || selain laporan harian dan laporan bulanan dibuat
laporan mingguan yang disampaikan kepada Kepala
Badan Geologi
• c.) Siaga dan Awas
• || Tim Tanggap Darurat membuat laporan harian
dan evaluasi mingguan disampaikan kepada
Direktur DVMBG ditembuskan kepada Kepala Badan
Geologi, Pemprov / Pemkab, BAKORNAS PB, dan
Direktorat Keselamatan Penerbangan.
• f.) Parameter
• besarnya letusan
• jenis letusan
• arah aliran material
• volume material letusan yang dimuntahkan ( m3 )
• lama letusan berlangsung ( detik, menit, jam,
hari)
• radius jatuhan material ( km2 ) dan ketebalan
endapannya ( m )
• g. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
• 1.) Strategi Mitigasi
• *lokasi pemanfaatan lahan untuk aktifitas harus
jauh dari kawasan rawan bencana
• *hindari daerah aliran lava dan atau lahar
• *penerapan bangunan yang tahan terhadap
tambahan beban akibat abu gunung api dan api
• *membuat barak pengungsian yang permanen di
sekitar gunung api yang sering meletus
• *membuat fasilitas jalan evakuasi
• 2.) Upaya Pengurangan Bencana
– a.) Sebelum Krisis / Letusan
– *mengamati kegiatan gunung api
– *menentukan status kegiatan gunung api
– *melakukan pemetaan geologi untuk mengetahui
sejarah kegiatan suatu gunung api di masa lalu
– *melakukan pemetaan kawasan rawan bencana
– *membuat cek /sabo dan untuk mengarahkan aliran
lahar
– b.) Saat Krisis / Letusan
– *memberangkatkan tim tanggap darurat ke lokasi
bencana
– *meningkatkan pengamatan
– *menentukan status kegiatan gunung api dan
melaporkannya sesuai dengan protap
– *memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov /
Pemkab sesuai dengan protap, termasuk saran
pengungsian penduduk.
– c.) Setelah Krisis / Letusan
– *menurunkan status kegiatan gunung api
– *menginventarisir data letusan termasuk sebaran dan
volume material letusan
– *mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya
sekunder ( lahar )
– *memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov /
Pemkab / sesuai dengan protap, termasuk pengembalian
pengungsi dan potensi ancaman lahar
B. Sebaran Daerah Rawan Bencana Alam di
Indonesia
• 1. Peta Sebaran Gunung Api di Indonesia
• 2. Peta Resiko Gempa Bumi di Indonesia
• 3. Peta Resiko Tanah Longsor di Indonesia
• 4. Peta Resiko Kebakaran Hutan di Indonesia
• 5. Peta Resiko Gelombang Ekstrim di Indonesia
• 6. Peta Resiko Tsunami di Indonesia
• 7. Peta Resiko Banjir di Indonesia
• 8. Peta Resiko Kekeringan di Indonesia
• 9. Peta Resiko Cuaca Ekstrim di Indonesia
C. Usaha Pengurangan Resiko Bencana
Alam
• Agar upaya mitigasi bencana alam yang akan
dilakukan dapat berhasil, kita harus yakin bahwa
bencana alam dapat tidak lagi bersifat ‘tak
terelakkan. Fokus ditujukan kepada bantuan dan
kedaruratan, seperti :
• Pemenuhan pangan
• Penampungan darurat
• Kesehatan
• Pengatasan krisis
• Upaya pengurangan resiko bencana juga
harusmemerhatikan kearifan lokal ( local wisdom )
dan pengetahuan tradisional ( traditional
knowledge ).
• Kita juga harus mengarahkan masyarakat agar aktif
mengakses saluran informasi untuk pengurangan
resiko bencana.
• 1. Bahaya ( Hazards )
• Fenomena alam ataupun buatan yang berpotensi
menimbulkan kerugian bagi manusia maupun
kerusakan lingkungan.
• Menurut United Nations – International Strategy for
Disaster Reduction ( UN – ISDR ), bahaya dibedakan
menjadi 5 kelompok :
• Bahaya beraspek geologi
• Bahaya beraspek hidrometeorologi
• Bahaya beraspek biologi
• Bahaya beraspek teknologi
• Bahaya beraspek lingkungan
• 2. Kerentanan (Vulnerability )
• Kondisi masyarakat yang mengarah atau
menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi
ancaman bahaya. Tingkat kerentanan ditinjau dari
kerentanan fisik ( infrastruktur ), sosial
kependudukan, dan ekonomi.
• 3. Resiko Bencana ( Disaster Risk )
• Interaksi antara tingkat kerentanan daerah
dengan ancaman bahaya ( hazards ).
• Ancaman bahaya alam bersifat tetap sebagai
konsekuensi pembentukan roman muka bumi.
• Semakin tinggi bahaya, kerentanan dan
ketidakmampuan, maka semakin besar pula resiko
bencana yang dihadapi.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Analisa kapasitas dan kerentanan
Analisa kapasitas dan kerentananAnalisa kapasitas dan kerentanan
Analisa kapasitas dan kerentanan
Choiri Askolani
 
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industriMakalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
Agus Adipura
 
2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx
2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx
2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx
Reynaldi Wahyu
 

Was ist angesagt? (20)

Pertemuan 2 mitigasi bencana alam siklus penanggulangan bencana alam
Pertemuan 2 mitigasi bencana alam siklus penanggulangan bencana alamPertemuan 2 mitigasi bencana alam siklus penanggulangan bencana alam
Pertemuan 2 mitigasi bencana alam siklus penanggulangan bencana alam
 
Analisa kapasitas dan kerentanan
Analisa kapasitas dan kerentananAnalisa kapasitas dan kerentanan
Analisa kapasitas dan kerentanan
 
Materi AMDAL .pptx
Materi AMDAL .pptxMateri AMDAL .pptx
Materi AMDAL .pptx
 
Perubahan iklim, apa dan bagaimana
Perubahan iklim, apa dan bagaimanaPerubahan iklim, apa dan bagaimana
Perubahan iklim, apa dan bagaimana
 
Kebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen BencanaKebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen Bencana
 
Mitigasi Bencana Kegagalan Teknologi
Mitigasi Bencana Kegagalan TeknologiMitigasi Bencana Kegagalan Teknologi
Mitigasi Bencana Kegagalan Teknologi
 
Ppt geo kelas xi bab 7 std fix y
Ppt geo kelas xi bab 7  std fix yPpt geo kelas xi bab 7  std fix y
Ppt geo kelas xi bab 7 std fix y
 
Kekeringan (Geografi)
Kekeringan (Geografi)Kekeringan (Geografi)
Kekeringan (Geografi)
 
Sistem informasi Kebencanaan Mitigasi Bencana
Sistem informasi Kebencanaan Mitigasi Bencana Sistem informasi Kebencanaan Mitigasi Bencana
Sistem informasi Kebencanaan Mitigasi Bencana
 
Ppt amdal nia
Ppt amdal niaPpt amdal nia
Ppt amdal nia
 
Penyusunan Roadmap Penanggulangan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah...
Penyusunan Roadmap Penanggulangan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah...Penyusunan Roadmap Penanggulangan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah...
Penyusunan Roadmap Penanggulangan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah...
 
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industriMakalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANG
 
MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMMITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
 
Paparan Mitigasi BPBD Kab.Kuningan 1
Paparan Mitigasi BPBD Kab.Kuningan 1Paparan Mitigasi BPBD Kab.Kuningan 1
Paparan Mitigasi BPBD Kab.Kuningan 1
 
Penyebab, Penanggulangan, dan Dampak Banjir
Penyebab, Penanggulangan, dan Dampak BanjirPenyebab, Penanggulangan, dan Dampak Banjir
Penyebab, Penanggulangan, dan Dampak Banjir
 
2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx
2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx
2PPT ETIKA PROFESI ( 2 )- Kode Etik Profesi Insinyur 600118.pptx
 
Pengelolaan Pesisir
Pengelolaan  PesisirPengelolaan  Pesisir
Pengelolaan Pesisir
 
Identifikasi Bahaya - K3
Identifikasi Bahaya - K3Identifikasi Bahaya - K3
Identifikasi Bahaya - K3
 
KLHS
KLHSKLHS
KLHS
 

Ähnlich wie MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
auliaeka15
 
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdfmateri kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
vandamustika
 
Makalah banjiritb220302
Makalah banjiritb220302Makalah banjiritb220302
Makalah banjiritb220302
NoVa Anggraeni
 

Ähnlich wie MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM (20)

MANAJEMEN PENGELOLAAN KEBENCANAAN DENGAN METODE PERINGATAN DINI DAN PERAN SER...
MANAJEMEN PENGELOLAAN KEBENCANAAN DENGAN METODE PERINGATAN DINI DAN PERAN SER...MANAJEMEN PENGELOLAAN KEBENCANAAN DENGAN METODE PERINGATAN DINI DAN PERAN SER...
MANAJEMEN PENGELOLAAN KEBENCANAAN DENGAN METODE PERINGATAN DINI DAN PERAN SER...
 
Matrik sda 03
Matrik sda 03Matrik sda 03
Matrik sda 03
 
3617 3607-1-pb
3617 3607-1-pb3617 3607-1-pb
3617 3607-1-pb
 
Banjir jakarta 2014
Banjir jakarta 2014 Banjir jakarta 2014
Banjir jakarta 2014
 
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdfmateri kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
 
Tugas geoteknik tambang
Tugas geoteknik tambangTugas geoteknik tambang
Tugas geoteknik tambang
 
Makalah banjiritb220302
Makalah banjiritb220302Makalah banjiritb220302
Makalah banjiritb220302
 
Jurnal praktikum lomba
Jurnal praktikum lombaJurnal praktikum lomba
Jurnal praktikum lomba
 
Mitigasi_bencana_Banjir.pptx
Mitigasi_bencana_Banjir.pptxMitigasi_bencana_Banjir.pptx
Mitigasi_bencana_Banjir.pptx
 
Pertemuan 1 Drainase - Pengenalan.pptx
Pertemuan 1 Drainase - Pengenalan.pptxPertemuan 1 Drainase - Pengenalan.pptx
Pertemuan 1 Drainase - Pengenalan.pptx
 
BPBD.pptx
BPBD.pptxBPBD.pptx
BPBD.pptx
 
PPT MITIGASI TANAH LONGSOR.pptx
PPT MITIGASI TANAH LONGSOR.pptxPPT MITIGASI TANAH LONGSOR.pptx
PPT MITIGASI TANAH LONGSOR.pptx
 
bahan webinar 8922-2.pdf
bahan webinar 8922-2.pdfbahan webinar 8922-2.pdf
bahan webinar 8922-2.pdf
 
Konsep Manajemen Bencana.pdf
Konsep Manajemen Bencana.pdfKonsep Manajemen Bencana.pdf
Konsep Manajemen Bencana.pdf
 
teknik pantai jenjang 7.pptx
teknik pantai jenjang 7.pptxteknik pantai jenjang 7.pptx
teknik pantai jenjang 7.pptx
 
Mklah bnjir
Mklah bnjirMklah bnjir
Mklah bnjir
 
Mklah bnjir
Mklah bnjirMklah bnjir
Mklah bnjir
 
1f629_PADAT_KARYA_OP_SUNGAI.pdf
1f629_PADAT_KARYA_OP_SUNGAI.pdf1f629_PADAT_KARYA_OP_SUNGAI.pdf
1f629_PADAT_KARYA_OP_SUNGAI.pdf
 
Bencana banjir
Bencana banjirBencana banjir
Bencana banjir
 

Mehr von Nesha Mutiara

Mehr von Nesha Mutiara (20)

Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan Hipoalbuminemia
Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan HipoalbuminemiaPemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan Hipoalbuminemia
Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan Hipoalbuminemia
 
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana Malaria
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana MalariaFarmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana Malaria
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana Malaria
 
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC Kategori 1
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC Kategori 1Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC Kategori 1
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC Kategori 1
 
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC MDR
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC MDRFarmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC MDR
Farmakoterapi Infeksi : Studi Kasus Tatalaksana TBC MDR
 
Farmasi Klinik - Medication Error di Bidang Onkologi
Farmasi Klinik - Medication Error di Bidang OnkologiFarmasi Klinik - Medication Error di Bidang Onkologi
Farmasi Klinik - Medication Error di Bidang Onkologi
 
Farmakoterapi Renal : Studi Kasus CKD (Chronic Kidney Disease)
Farmakoterapi Renal : Studi Kasus CKD (Chronic Kidney Disease)Farmakoterapi Renal : Studi Kasus CKD (Chronic Kidney Disease)
Farmakoterapi Renal : Studi Kasus CKD (Chronic Kidney Disease)
 
Farmakoterapi Syaraf : Studi Kasus Stroke
Farmakoterapi Syaraf : Studi Kasus StrokeFarmakoterapi Syaraf : Studi Kasus Stroke
Farmakoterapi Syaraf : Studi Kasus Stroke
 
Pharmaceutical Care : Evaluasi Literatur Uji Klinik
Pharmaceutical Care : Evaluasi Literatur Uji KlinikPharmaceutical Care : Evaluasi Literatur Uji Klinik
Pharmaceutical Care : Evaluasi Literatur Uji Klinik
 
Farmasi Klinik : Studi Kasus Diabetes Ketoasidosis
Farmasi Klinik : Studi Kasus Diabetes KetoasidosisFarmasi Klinik : Studi Kasus Diabetes Ketoasidosis
Farmasi Klinik : Studi Kasus Diabetes Ketoasidosis
 
Bioanalisis - Penentuan Bioekivalensi Obat Sulfametoksazol
Bioanalisis - Penentuan Bioekivalensi Obat SulfametoksazolBioanalisis - Penentuan Bioekivalensi Obat Sulfametoksazol
Bioanalisis - Penentuan Bioekivalensi Obat Sulfametoksazol
 
Bioanalisis - Uji Sensitivitas Metode Spektrofotometri Visible Berdasarkan Pe...
Bioanalisis - Uji Sensitivitas Metode Spektrofotometri Visible Berdasarkan Pe...Bioanalisis - Uji Sensitivitas Metode Spektrofotometri Visible Berdasarkan Pe...
Bioanalisis - Uji Sensitivitas Metode Spektrofotometri Visible Berdasarkan Pe...
 
Farmasi Rumah Sakit - Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Gyssens
Farmasi Rumah Sakit - Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode GyssensFarmasi Rumah Sakit - Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Gyssens
Farmasi Rumah Sakit - Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Gyssens
 
Kapita Selekta Apoteker - Cara Penyimpanan yang Baik pada Produk Vaksin Coron...
Kapita Selekta Apoteker - Cara Penyimpanan yang Baik pada Produk Vaksin Coron...Kapita Selekta Apoteker - Cara Penyimpanan yang Baik pada Produk Vaksin Coron...
Kapita Selekta Apoteker - Cara Penyimpanan yang Baik pada Produk Vaksin Coron...
 
Kapita Selekta Apoteker - Implementasi Home Care Telepharmacy dalam Monitorin...
Kapita Selekta Apoteker - Implementasi Home Care Telepharmacy dalam Monitorin...Kapita Selekta Apoteker - Implementasi Home Care Telepharmacy dalam Monitorin...
Kapita Selekta Apoteker - Implementasi Home Care Telepharmacy dalam Monitorin...
 
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
 
Farmasi Rumah Sakit - Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit
Farmasi Rumah Sakit - Sistem Distribusi Obat di Rumah SakitFarmasi Rumah Sakit - Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit
Farmasi Rumah Sakit - Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit
 
Rangkuman Obat Off Label
Rangkuman Obat Off LabelRangkuman Obat Off Label
Rangkuman Obat Off Label
 
Laporan Praktikum Bioanalisis - Uji Ekivalensi In Vitro
Laporan Praktikum Bioanalisis - Uji Ekivalensi In VitroLaporan Praktikum Bioanalisis - Uji Ekivalensi In Vitro
Laporan Praktikum Bioanalisis - Uji Ekivalensi In Vitro
 
Farmasi Rumah Sakit - Tingkat Kelulusan Akreditasi dan Manajemen Organisasi RS
Farmasi Rumah Sakit - Tingkat Kelulusan Akreditasi dan Manajemen Organisasi RS Farmasi Rumah Sakit - Tingkat Kelulusan Akreditasi dan Manajemen Organisasi RS
Farmasi Rumah Sakit - Tingkat Kelulusan Akreditasi dan Manajemen Organisasi RS
 
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
 

Kürzlich hochgeladen

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 

MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

  • 2. A. Jenis dan Karakteristik Bencana Alam • Upaya mitigasi  mengidentifikasi karakteristik setiap bencana. • Dengan mitigasi, kita dapat menyusun langkah – langkah yang diperlukan ketika bencana terjadi dan meminimalisasi kerugian yang diakibatkan dari bencana tersebut. Ini juga merupakan tahap memahami karakteristik bencana alam.
  • 3. • Menurut Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana ( BAKORNAS PB ), pemahaman tentang ancaman bencana meliputi pengetahuan secara menyeluruh tentang hal – hal sebagai berikut.
  • 4. • 1.) bagaimana ancaman bahaya timbul • 2.) tingkat kemungkinan terjadinya bencana serta seberapa besar skalanya • 3.) mekanisme perusakan secara fisik • 4.) sektor dan kegiatan – kegiatan apa saja yang akan sangat terpengaruh atas kejadian bencana • 5.) dampak dari kerusakan • Setelah mengetahui hal – hal apa saja yang harus kita kuasai, sekarang coba kita identifikasi bencana yang sering terjadi di Indonesia. Bencana – bencana yang sering terjadi di Indonesia :
  • 6. • 2.) tanah longsor
  • 8. • 4.) kebakaran hutan dan lahan
  • 10. • 6.) gelombang badai / pasang
  • 13. • 9.) letusan gunung api
  • 14. • 10.) kegagalan teknologi
  • 15. • 11.) wabah penyakit
  • 16. • Upaya mitigasi yang dapat kita lakukan untuk menghadapi berbagai jenis bencana tersebut, dilakukan dengan prinsip – prinsip sebagai berikut. • 1.) bencana yang terjadi harus kita jadikan pelajaran bagi upaya mitigasi terhadap bencana berikutnya • 2.) upaya mitigasi membutuhkan kerja sama banyak pihak • 3.) upaya mitigasi dijalankan dengan aktif • 4.) upaya mitigasi harus mendahulukan kelompok rentan untuk menghindari korban jatuh lebih banyak • 5.) setiap upaya mitigasi harus selalu dipantau dan terus – menerus dievaluasi agar didapat hasil yang efektif
  • 17. • Berikut ini adalah beberapa strategi dalam mitigasi bencana alam yang dikemukakan oleh BAKORNAS PB : mengintegrasikan mitigasi bencana dalam program pembangunan yang lebih besar pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat agar dapat diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukkan hasil yang segera tampak upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera setelah bencana mitigasi dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan lokal dalam manajemen dan perencanaan
  • 18. • 1. Banjir • a. Pengertian • Aliran air yang tingginya melebihi muka air normal. • Hal itu menyebabkan genangan pada lahan rendah di sisinya.
  • 19. • Jenis banjir : Banjir akibat hujan lebat. Hal ini menyebabkan kapasitas penyaluran sistem pengaliran air tidak mampu bekerja dengan baik. Sistem penyaluran air dapat dibagi menjadi sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia. Banjir akibat pasang laut. Pasang laut menyebabkan meningkatnya muka air di sungai. Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia. Setiap buatan manusia pasti mengalami kerusakan. Bangunan air buatan manusia di antaranya adalah bendungan, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir. Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat longsornya tebing sungai. Hal ini menyebabkan bendungan tidak dapat menahan tekanan air.
  • 21. • daya tampung sistem pengaliran air yang telah melampaui batas
  • 24. •  padatnya bangunan
  • 25. • c. Mekanisme Perusakan • Banjir umumnya mempunyai sifat merusak, baik yang menggenang maupun banjir bandang. Sifat ini didapatkan karena arus air yang cepat dan bergolak dapat menghanyutkan berbagai benda di sekitarnya. Kerusakan akan semakin tinggi ketika aliran air membawa material tanah. Air banjir dapat merusak pondasi bangunan, baik rumah maupun jembatan. Material yang hanyut bersama banjir akan diendapkan setelah surut. Endapan tersebut dapat merusak tanaman, perumahan, dan menimbulkan penyakit.
  • 26. • d. Kajian Bahaya • Kajian mengenai bahaya banjir dapat didapatkan melalui data – data yang tepat. Hal ini dibutuhkan untuk menentukan tingkat kerawanan serta upaya antisipasi banjir. • Data yang dibutuhkan berasal dari hal – hal berikut. Rekaman kejadian bencana yang terjadi. Data ini berfungsi sebagai indikasi awal akan datangnya banjir di masa yang akan datang. Melalui data ini dapat ditentukan pola terjadnya banjir periodik ( tahunan, lima tahunan, sepuluh tahunan, lima puluh tahunan, atau seratus tahunan ).
  • 27. Pemetaan topografi. Peta topografi dapat menunjukkan kontur ketinggian sekitar daerah aliran sungai. Melalui data ini dapat ditentukan kemampuan kapasitas sistem hidrologi dan luas daerah tangkapan hujan. Data curah hujan. Data ini dipergunakan untuk menghitung kapasitas penyaluran sistem pengaliran.
  • 28. • e. Gejala dan Peringatan Dini curah hujan yang tinggi tingginya pasang laut dan terjadinya badai dilampauinya ketinggian muka banjir f. Parameter luas genangan kedalaman atau ketinggian air banjir kecepatan aliran material yang dihanyutkan aliran banjir lamanya waktu genangan
  • 29. • g. Komponen yang Terancam • 1.) Manusia • a.) meninggal dunia • b.) hilang • c.) luka – luka • d.) mengungsi • 2.) Prasarana Umum • a.) prasarana transportasi tergenang • b.) fasilitas sosial tergenang, rusak, dan hanyut • c.) rusaknya fasilitas pemerintahan, industri, jasa, dan lainnya • d.) harta benda perorangan • e.) kegiatan pertanian dan perikanan terganggu, akibatnya terjadi penurunan atau kehilangan produksi
  • 30. • h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana • 1.) Upaya Mitigasi Non Struktural – a.) Pembentukan “ Kelompok Kerja “ ( POKJA ) yang beranggotakan dinas / instansi terkait. Kelompok ini diketuai oleh Dinas Pengairan / Sumber Daya Air. Tugas kelompok ini melaksanakan dan menetapkan pembagian peran dan kerja atas upaya – upaya nonfisik penanggulangan mitigsi bencana banjir. – b.) Merekomendasikan upaya perbaikan atas prasarana dan sarana pengendalian banjir. – c.) Memonitor dan mengevaluasi data curah hujan, banjir, daerah genangan dan informasi lain. Hal ini untuk meramalkan kejadian banjir, daerah yang diidentifikasi terkena banjir serta daerah yang rawan banjir.
  • 31. -d.) Menyiapkanpeta daerah rawan banjir dilengkapi dengan “plotting” rute pengungsian, lokasi pengungsian sementara, lokasi POSKO, dan lokasi pos pengamat debit banjir / ketinggian muka air banjir di sungai penyebab banjir. -e.) Mengecek dan menguji sarana sistem peringatan dini. -f.) Melaksanakan perencanaanlogistik dan penyediaan dana, peralatan dan material yang diperlukan untuk kegiatan / upaya tanggap darurat. -g.) Perencanaan dan penyiapan SOP ( Standard Operation Procedure ) / Prosedur Operasi Standar untuk kegiatan / upaya tanggap darurat. -h.) Pelaksanaan Sistem Informasi Banjir, dengan diseminasi langsung kepada masyarakat dan penerbitan press release.
  • 32. • -i.) Melaksanakan pelatihan evakuasi untuk mengecek kesiapan masyarakat, SATLAK dan peralatan evakuasi, dan kesiapan tempat pengungsian sementara beserta perlengkapannya. • -j.) Mengadakan rapat – rapat koordinasi di tingkat BAKORNAS, SATKORLAK, SATLAK, dan POKJA Antar Dinas / instansi untuk menentukan beberapa tingkat dari resiko bencana bajir berikut konsekuensinya dan pembagian peran di antara instansi yang terkait, serta pengenalan peran di antara instansi yang terkait, serta pengenalan / dismeinasi kepada seluruh anggota SATKORLAK, SATLAK, dan POSKO atas SOP dalam kondisi darurat dan untuk menyepakati format dan prosedur arus informasi / laporan.
  • 33. • -k.) Membentuk jaringan lintas instansi / sektor dan LSM yang bergerak di bidang kepedulian terhadap bencana di bidangkepedulian terhadap bencana serta dengan media massa baik cetak maupun elektronik untuk mengadakan kampanye peduli bencana kepada masyarakat termasuk penyaluran informasi tentang bencana banjir. • -l.) Melaksanakan pendidikan masyarakat atas pemetaan ancaman banjir dan resiko yang terkait serta penggunaan material bangunan yang tahan air /banjir.
  • 34. • 2.) Upaya Mitigasi Struktural – a.) Pembangunan tembok penahan dan tanggul di sepanjang sungai, tembok laut sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami untuk mengurangi tingkat debit banjir. – b.) Pengaturankecepatan aliran dan debit air permukaan dari daerah hulu sangat membantu mengurangi terjadinya bencana banjir. Upaya yang dapat dilakukan di antaranya reboisasi dan pembangunan sistem peresapan serta pembangunan bendungan / waduk. – c.) Pengerukan sungai, pembuatan sodetan sungai baik secara saluran terbuka maupun tertutup atau terowongan dapat membantu mengurangi terjadinya banjir.
  • 35. • 3.) Peran serta Masyarakat • a.) Aspek Penyebab – 1.) Tidak membuang sampah / limbah padat ke sungai, saluran dan sistem drainase. – 2.) Tidak membangun jembatan dan atau bangunan yang menghalangi atau mempersempit palung aliran sungai. – 3.) Tidak tinggal dalam bantaran sungai. – 4.) Tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk permukiman atau untuk hal – hal lain di luar rencana peruntukannya.
  • 36. – 5.) Menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air. – 6.) Menghentikan praktik pertanian dan penggunaan lahan yang bertentangan dengan kaidah – kaidah konservasi air dan tanah – 7.) Ikut mengendalikan laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk.
  • 37. • b.) Aspek Partisipatif – 1.) Ikut serta dan aktif dalam latihan – latihan ( gladi ) upaya mtiigasi bencana banjir misalnya kampanye peduli bencana, latihan kesiapan penanggulangan banjir dan evakuasi, latihan peringatan dini banjir dsb. – 2.) Ikut serta dan aktif dalam program desain dan pembangunan rumah tahan banjir antara lain rumah tingkat, penggunaan material yang tahan air, dan gerusan air. – 3.) Ikut serta dalam pendidikan publik yang terkait dengan upaya mtiigasi bencana banjir.
  • 38. – 4.) Ikut serta dalam setiap tahapan konsultasi publik yang terkait dengan pembangunan prasarana pengendalian banjir dan upaya mitigasi bencana banjir. – 5.) Melaksanakan pola dan waktu tanam yang mengadaptasi pola dan kondisi banjir setempat untuk mengurangi kerugian usaha dan lahan pertanian dari banjir. – 6.) Mengadakan gotong – royong pembersihan saluran drainase yang ada di lingkungannya masing – masing.
  • 39. • 2. Tanah Longsor
  • 40. a. Pengertian • Gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau ke luar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. • Longsor dapat dibedakan menjadi 6 jenis :
  • 41. • Longsoran translasi, yaitu bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
  • 42. • Longsoran rotasi, yaitu bergeraknya massa tanah dan batuan padabidang gelincir berbentuk cekung.
  • 43. • Pergerakan blok, yaitu perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata.
  • 44. • Runtuhan batu, yaitu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau materiallain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas.
  • 45. • Rayapan tanah, yaitu jenis tanah longsor yang bergerak lambat.
  • 46. • Rombakan, yaitu terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
  • 47. • b. Penyebab • 1.) Faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng • penggundulan hutan menyebabkan pengikatan air tanah sangat kurang
  • 48. • batuan endapan gunung api dan batuan sedimen yang mengalami pelapukan.
  • 49. • jenis tanah yang kurang padat dengan kemiringan lereng yang curam berpotensi mengalami longsor ditambah dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi.
  • 51. • lereng atau tebing yang terjal
  • 52. • sering terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal
  • 53. • 2.) Proses pemicu longsoran dapat berupa : • peningkatan kandungan air dalam lereng
  • 54. • getaran pada lereng akibat gempa bumi ataupun ledakan, penggalian, dan getaran alat / kendaraan
  • 55. • peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah atau kuat geser tanah.
  • 56. • pemotongan ‘kaki’ lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng kehilangan gaya penyangga
  • 57. • menurunnya gaya penahan lereng akibat susutnya muka air
  • 58. • c. Gejala dan Peringatan Ddini • muncul retakan memanjang atau lengkung pada tanah atau pada konstruksi bangunan, yang biasa terjadi setelah hujan.
  • 59. • terjadi penggembungan pada lereng atau pada tembok penahan
  • 60. • tiba – tiba pintu atau jendela rumah sulit untuk dibuka – akibat deformasi bangunan yang terdorong oleh massa tanah yang bergerak.
  • 61. • tiba – tiba muncul rembesan atau mata air pada lereng.
  • 62. • air rembesan pada lereng berubah warna menjadi keruh.
  • 63. • pepohonan atau tiang – tiang miring searah dengan kemiringan lereng • .
  • 64. • terdengar suara gemuruh atau ledakan dari atas lereng.
  • 65. • terjadi runtuhan atau aliran butir tanah / kerikil secara mendadak dari atas lereng.
  • 66. • d. Parameter • volume material yang bergerak / longsor ( m3 ) • luas daerah yang terkubur ( m2 ) • kecepatan gerakan ( cm/hari , m/jam ) • ukuran bongkah batuan (diameter, berat, volume) • jenis dan intensitas kerusakan ( rumah ) • jumlah korban jiwa ( jiwa )
  • 67. • e. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana • hindari daerah rawan bencana untuk pembangunan permukiman dan fasilitas utama lainnya • mengurangi tingkat keterjalan lereng • meningkatkan / memperbaiki dan memelihara drainase baik air permukaan maupun air tanah • pembuatan bangunan penahan, jangkar ( anchor ), dan pilling • terasering dengan sistem drainase yang tepat
  • 68. • penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat • pembuatan tanggul penahan baik berupa bangunan konstruksi, tanaman maupun parit • identifikasi daerah yang aktif bergerak • stabilisasi lereng dengan pembuatan teras dan penghijauan
  • 69. • 3. Kekeringan • a. Pengertian • Yaitu ketidakseimbangan ketersediaan air dengan kebutuhan air manusia dan lingkungan.
  • 70. • Menurut BNPB, kekeringan dapat diklasifikasikan menjadi 2 : • 1.) Kekeringan Alamiah • kekeringan meteorologis, akibat tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim.
  • 71. • kekeringan hidrologis, akibat kekurangan cadangan air dan air tanah.
  • 72. • kekeringan pertanian, akibat kekurangan cadangan air dalam tanah sehingga tidak mampumemenuhi kebutuhan tanaman.
  • 73. • kekeringan sosial ekonomi, akibat kekurangan pasokan komoditi ekonomi akibat terjadinya kekeringan meteorologi, hidrologi, dan pertanian.
  • 74. • 2. Kekeringan Antropogenik • Disebabkan oleh ketidakpatuhan manusia pada peraturan, yang dapat dilihat dari kebutuhan air lebih besar dari cadangan yang direncanakan. Juga disebabkanoleh kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber – sumber air akibat perbuatan manusia.
  • 75. • b. Penyebab • Kekeringan di Indonesia berkaitan erat dengan ENSO ( El Nino Southern Oscillation ) . Dampaknya berpengaruh kuat terhadap wilayah yang dipengaruhioleh sistem muson. Pengaruhnya dapat dilihat dari pola – pola pada keragaman hujan sebagai berikut : • akhir musim kemarau mundur dari normal • awal masuk musim hujan mundur dari normal • curah hujan musim kemarau turun tajam dibanding normal • deret hari kering semakin panjang
  • 76. • c. Mekanisme Perusakan • menurunnya kesehatan manusia
  • 78. • matinya tumbuh – tumbuhan dan tanah menjadi gersang
  • 79. • Harga air bersih meningkat tajam
  • 80. • banyak hewan yang mati akibat dehidrasi berat
  • 81. • d. Kajian Indikator Kekeringan • 1.) Alamiah • a.) Kekeringan meteorologis / klimatologis • Curah hujan 70% - 85% dari normal disebut kering • Curah hujan 50% - 70% dari normal disebut sangat kering • Curah hujan <50% dari normal disebut amat sangat kering
  • 82. • b.) Kekeringan Hidrologis • Debit air sungai mencapai periode ulang aliran periode 5 tahunan disebut kering. • Debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh di bawah periode 25 tahunan disebut sangat kering. • Debit air sungai mencapai periode ulang aliran amat jauh di bawah periode 50 tahunan disebut amat sangat kering.
  • 83. • c.) Kekeringan Pertanian • Persentase daun kering : M daun kering dimulai pada bagian ujung daun disebut kering ( terkena ringan s/d sedang ). • Persentase daun kering : M - % daun kering dimulai pada bagian ujung daun disebut sangat kering ( terkena berat ). • Persentase daun kering : semua bagian daun kering disebut amat sangat kering ( Puso ).
  • 84. • Bila dinilai dari segi penurunan produksi, terkena ringan s/d berat diperkirakan kehilangan hasil bisa mencapai 75% dengan rata – rata sekitar 50% - dan puso bila kehilangan hasil di atas 95%. • Untuk kekeringan ditinjau dari kehutanan dinilai dari Keetch Byram Drough Index ( KBDI ) : • kering ( kekeringan rendah ) : 0 – 999 • sangat kering : 1.000 – 1.499 • amat sangat kering > 1.500
  • 85. • d.) Kekeringan Sosial Ekonomi • Kategori : kering ( langka terbatas ) • Ketersediaan air ( L / orang / hari ) : >30 ; <60 • Pemenuhan kebutuhan untuk : minum, masak, cuci alat makan / masak, mandi terbatas • Jarak ke sumber air ( km ) : 0,1 – 0,5 • Kategori : sangat kering ( langka ) • Ketersediaan air ( L / orang / hari ) : >10 ; <30 • Pemenuhan kebutuhan untuk : minum, masak, cuci alat makan /masak • Jarak ke sumber air ( km ) : 0,5 – 3
  • 86. • Kategori : amat sangat kering ( kritis ) • Ketersediaan air ( L / orang / hari ) : <30 • Pemenuhan kebutuhan untuk minum dan masak • Jarak ke sumber air ( km ) : >3 • e.) Antropogenik • Intensitas kekeringan akibat ulah manusia terjadi bila : • Rawan : bila tingkat penutupan tajuk ( crown cover ) 40% - 50% • Sangat rawan : bila tingkat penutupan tajuk 20% - 40% • Amat sangat rawan : bila tingkat penutupan tajuk di DAS <20%
  • 87. • f.) Gejala Terjadinya Kekeringan • menurunnya tingkat curah hujan dalam satu musim • terjadinya kekurangan cadangan air permukaan air tanah • kekurangan lengas tanah ( kandungan air dalam tanah ) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman
  • 88. • e. Komponen yang Terancam Bencana • 1.) Komponen Sosial • kekurangan pangan
  • 90. • penurunan kesehatan yang berkaitan dengan debit air rendah
  • 91. • ketegangan / kerusuhan sosial
  • 92. • 2.) Komponen Lingkungan • kerusakan habitat hewan dan tumbuhan
  • 93. • erosi tanah akibat air dan angin
  • 94. • dampak atas kualitas air dan udara
  • 95. • f. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana • pengaturan sistem pengiriman data iklim • penetapan skala prioritas penggunaan air menurut historical right dan azas keadilan • pembentukan POKJA dan posko kekeringan • pengembangan / perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah – daerah rawan kekeringan • penyiapan dana, sarana, dan prasarana untuk pelaksanaan program antisipatif dan mitigasi dampak kekeringan • penyusunan peta rawan kekeringan di Indonesia • penentuan teknologi antisipatif dan sistem pengaliran air irigasi • pengembangan sistem reward dan punishment bagi masyarakat yang melakukan upaya konservasi dan rehabilitasi sumber daya air dan lahan
  • 96. • 4. Kebakaran Hutan dan Lahan • a. Pengertian • perubahan pada fungsi hutan atau lahan dalam menunjang kehidupan akibat penggunaan apiyang tidak terkendali maupun faktor alam yang mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan.
  • 97. • b. Penyebab • aktivitas manusia • jenis tanaman yang sejenis dan memiliki titik bakar yang rendah serta hutan yang terdegradasi • angin dapat memicu dan mempercepat menjalarnya api • topografi terjal
  • 98. • c. Mekanisme Perusakan • Sebagian besar akibat kesengajaan faktor manusia. Mereka banyak menggunakan cara praktis untuk membuka lahan. Kebakaran disebabkan adanya bahan bakar, oksigen, dan panas. • d. Kajian Bahaya • prediksi cuaca untuk mengetahui datangnya musim kering / kemarau • monitoring titik api • menetapkan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan • pemetaan daerah rawan bencana kebakaran • pemetaan daerah tutupan lahan serta jenis tanaman sebagai bahan bakaran
  • 99. • e. Gejala dan Peringatan Dini • aktivitas manusia menggunakan api di kawasan hutan dan lahan • tumbuhan yang meranggas • kelembapan udara rendah • kekeringan akibat musim kemarau • peralihan musim menuju kemarau • meningkatnya migrasi satwa ke luar habitatnya
  • 100. • f. Parameter Menurut BNPB • luas areal yang terbakar ( hektar ) • luas areal yang terpengaruh oleh kabut asap ( hektar ) • fungsi kawasan yang terbakar ( taman nasional, cagar alam, hutan lindung, dll ) • jumlah penderita penyakit saluran pernapasan atas ( ISPA ) • menurunnya keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar • menurunnya fungsi ekologis • tingkat kerugian ekonomi yang ditimbulkan
  • 101. • g. Komponen yang Terancam • kerusakan ekologis
  • 102. • tanah yang terbuka akibat hilangnya tanaman
  • 103. • penurunan kualitas kesehatan masyarakat
  • 104. • h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana • sosialisasi kebijakan pengendalian kebakaran lahan dan hutan • peningkatan masyarakat peduli api ( MPA) • peningkatan penegakan hukum • pembuatan waduk ( embung ) di daerahnya untuk pemadaman api • pembuatan sekat bakar, terutama antara lahan, perkebunan, pertanian dengan hutan • melakukan penanaman dengan tanaman yang heterogen
  • 105. • 5. Angin Badai • a. Pengertian • Adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan 120 km/jam atau lebih. • Terjadi di wilayah tropis.
  • 106. • b. Penyebab • perbedaan tekanan udara yang ekstrim • c. Mekanisme Perusakan • Tenaga angin yang kuat dapat merobohkan bangunan atau menyebabkan kapal tenggelam. Kebanyakan angin badai disertai dengan hujan deras. Paduan keduanya dapat menimbulkan bencana tanah longsor dan banjir.
  • 107.
  • 108.
  • 109. • d. Kajian Bahaya • Bahaya angin dapat dipantau dari data kecepatan dan arah angin. • Lembaga yang mengawasinya adalah stasiun dan satelit meteorologi. • Angin badai dipengaruhi oleh faktor topografi, vegetasi, dan pemukiman.
  • 110.
  • 111. • e. Gejala dan Peringatan Dini
  • 112. f. Parameter • Level 1 : kecepatan angin 120 – 153 km/jam • Tingkat kerusakannya sedikit. • Level 2 : kecepatan angin 154 – 177 km/jam • Tingkat kerusakannya sedang. • Level 3 : kecepatan angin 178 – 209 km/jam • Tingkat kerusakannya luas. • Level 4 : kecepatan angin 210 – 249 km/jam • Tingkat kerusakannya hebat. • Level 5 : kecepatan angin >250 km/jam • Tingkat kerusakannya sangat hebat.
  • 113. • g. Komponen yang Terancam • bangunan yang terbuat dari kayu • material bangunan tambahan seperti papan, seng, asbes, dsb.
  • 114. • tiang – tiang kabel listrik
  • 115. • kapal – kapal di sekitar pantai
  • 116. • h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana • struktur bangunan dirancang mampu bertahan terhadap gaya angin • pembangunan fasilitas perlindungan dari serangan angin badai • penghijauan untuk meredam gaya angin • kesiapsiagaan dalam menghadapi angin badai • untuk para nelayan, supaya menambatkan atau mengikat kuat kapal – kapalnya
  • 117. • 6. Gelombang Pasang / Badai • a. Pengertian • Pergerakan naik turunnya muka air laut. Gerakan ini akan membentuk lembah dan bukit mengikuti gerak sinusoidal.
  • 118. • Gelombang periode singkat ( wave of short period ) dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut. • Gelombang periode panjang ( wave of long period ) disebabkan oleh beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan. Contoh : gelombang pasang surut ( astronomical tide / tidal wave ) , gelombang tsunami, dan gelombang badai ( storm wave ).
  • 119. • Gelombang pasang surut ( pasut ) merupakan gelombang yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dengan planet – planet lain terutama dengan bulan dan matahari. • Menurut faktor pembangkitnya, pasang surut dibagi menjadi pasang purnama ( pasang besar, spring tide ) dan pasang perbani ( pasang kecil, neap tide ). • Setiap tanggal 1 dan 15 ( saat bulan mati dan bulan purnama ), posisi bulan – bumi – matahari berada pada satu garis lurus. Hal ini menyebabkan gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling memperkuat. Kondisi ini menyebabkan terjadinya pasang purnama. Tinggi pasang sangat besar dibanding pasang pada hari – hari lain.
  • 120. • Setiap tanggal 7 dan 21, bulan dan matahari membentuk sudut siku – siku terhadap bumi. Kondisi ini menyebabkan gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling mengurangi. • Gelombang badai ( storm wave ) merupakan gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis. • Kondisi ini berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Meski Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis, namun siklon tropis memengaruhi terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras. • Siklon tropis merupakan sistem tekanan rendah yang mempunyai angin berputar ( siklonik ) yang berasal dari daerah tropis dengan kecepatan rata – rata ( 36 – 64 ) knots di sekitar pusatnya. Siklon tropis tumbuh aktif di daerah lintang bumi ( 100 – 200 ) LU / LS.
  • 121. • -Tinggi swell ¼ m = setinggi paha ( tinggi gelombang ) || 2 – 3 ‘ • -Tinggi swell ½ m = setinggi pinggang || 3 – 4 ‘ • - Tinggi swell 1 m = setinggi pinggang hingga kepala || 5 – 6 ‘ • - Tinggi swell 1 ¼ m = hingga 1K kali di atas kepala || 6 – 8 ‘ • - Tinggi swell 1 ½ m = lebih dari 1K kali tinggi kepala || 8 – 10 ‘ • - Tinggi swell 2 m = lebih dari 2 kali tinggi kepala ||10 – 12 ‘ • - Tinggi swell 2 ½ m = lebih dari 2K kali tinggi kepala || 12 – 15 ‘
  • 122. • - Tinggi swell 3 m = sekitar 3 kali tinggi kepala || 15 – 18 ‘ • - Tinggi swell 3 – 4 m = 3 – 4 kali tinggi kepala || 18 – 24 ‘ • - Tinggi swell 4 – 5 m = 4 – 5 kali tinggi kepala || 24 – 32 ‘ • - Tinggi swell 5 – 6 m = 5 – 6 kali tinggi kepala || 32 – 40 ‘ • - Tinggi swell 6 – 7 m = 6 – 7 kali tinggi kepala || 40 -48 ‘ • - Tinggi swell 7 – 8 m = 7 – 8 kali tinggi kepala || 50- 60 ‘
  • 123. • b. Penyebab • angin dengan kecepatan besar di atas permukaan laut • perbedaan tekanan atmosfer • interaksi antara angin dan air • kedalaman air • kemiringan dasar • panjang daerah tempat angin berembus dengan kecepatan dan arah konstan ( fetch ) • gelombang angin di lokasi pembangkitnya ( seas ) • gelombang yang setelah menjalar menjadi lebih landai dan berpuncak panjang ( swell )
  • 124. • c. Mekanisme Perusakan • gelombang pasang /badai ( high tide ) dalam periode yang cukup lama ( dapat merusak ) kehidupan dan bangunan di daerah pantai.
  • 125. • gelombang badai ( storm surge ) dapat memutar air dan menimbulkan gelombang yang tinggi. Hal ini dapat mengganggu pelayaran dan berpotensi menenggelamkan kapal.
  • 126. • d. Kajian Bahaya • Siklon tropis dapat menyebabkan kondisi cuaca yang ekstrim. Daerah lintasan siklon tropis adalah wilayah perairan Indonesia, sebelah utara Australia dan Pasifik barat dan sampai Laut Cina Selatan. • e. Gejala dan Peringatan Dini • Pemantauan gejala sistem konvergensi tekanan rendah dapat berkembang menjadi tropical depresi dan tumbuh menjadi tropical siklon.
  • 127. • f. Parameter • tinggi gelombang ( meter ) • panjang sapuan gelombang pasang ke daratan ( m atau km ) • luas daerah yang terkena sapuan gelombang ( km3 )
  • 128. • g. Komponen yang Terancam • struktur bangunan yang ringan atau perumahan yang terbuat dari kayu • material bangunan tambahan yang menempel kurang kuat pada bangunan utama seperti papan, seng, asbes, dll
  • 129. • bangunan – bangunan sementara atau semipermanen
  • 130. • bangunan – bangunan yang dimensi lebarnya sejajar dengan garis pantai
  • 131. • bangunan dan fasilitas telekomunikasi, listrik, dan air bersih
  • 132. • kapal –kapal penangkap ikan atau bangunan industri maritim lainnya yang terletak di sekitar pantai
  • 133. • jembatan dan jalan di daerah dataran pantai
  • 134. • sawah, ladang, tambak, kolam budidaya perikanan
  • 135. • h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana pembangunan tembok penahan ombak
  • 137. • pembangunan pemecah ombak ( break water )
  • 138. • penataan bangunan di sekitar pantai
  • 140. • 7. Gempa Bumi • a. Pengertian • Berguncangnya bumi akibat tumbukan antarlempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api, dan runtuhan batuan. • Kekuatan gempa yang paling besar disebabkan tumbukan antarlempeng bumi dan patahan aktif.
  • 141. • b. Penyebab • proses tektonik • aktivitas sesar di permukaan bumi • pergerakan geomorfologi secara lokal • aktivitas gunung api • ledakan nuklir
  • 142. • c. Mekanisme Perusakan • Energi getaran gempa akan dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Akibatnya, struktur bangunan pun dapat mengalami kerusakan. Getaran gempa dapat memicu tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya. Bencana ikutan akibat gempa di antaranya kebakaran, kecelakaan industri, dan transportasi.
  • 143.
  • 144. • d. Kajian Bahaya • kajian mengenai kejadian – kejadian gempa bumi di masa lalu • identifikasi sistem patahan dan pemetaan daerah rawan gempa bumi • e. Gejala dan Peringatan Dini • kejadian mendadak • belum ada metode untuk pendugaan secara akurat
  • 145. • f. Parameter • waktu kejadian gempa bumi ( jam, menit, detik ) • lokasi pusat gempa bumi di permukaan bumi / episenter ( koordinat lintang dan bujur ) • kedalaman sumber gempa bumi ( km ) • kekuatan / magnitudo gempa bumi ( skala richter) • intensitas gempa bumi ( MMI )
  • 146. • g. Komponen yang Terancam • perkampungan padat • bangunan dengan desain teknis yang buruk • bangunan industri kimia dapat menimbulkan bencana ikutan
  • 147. • h. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana • bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran / gempa • perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan • rencanakan penempatan permukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan bencana • zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaan lahan • pendidikan kepada masyarakat tentang gempa bumi • pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama
  • 148. • 8. Tsunami • a. Pengertian • Gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik, atau longsoran.
  • 149. • b. Penyebab • gempa bumi yang diikuti dengan dislokasi / perpindahan massa tanah / batuan yang sangat besar di bawah air ( laut / danau ) • tanah longsor di bawah tubuh air / laut • letusan gunung api di bawah laut dan gunung api pulau
  • 150. • c. Mekanisme Perusakan • Tsunami mempunyai kecepatan berbanding lurus dengan kedalaman laut. Jika kedalaman laut semakin dalam, maka kecepatan tsunami semakin besar. Kecepatan tsunami akan semakin berkurang karena gesekan dengan dasar laut yang semakin dangkal. Hal tersebut menjadikan tinggi gelombang di pantai menjadi semakin besar. Berkurangnya kecepatan menyebabkan adanya penumpukan massa air.
  • 151. • Kecepatan tsunami saat mencapai pantai berkurang menjadi sekitar 25 – 100 km / jam. Gelombang ini bisa menghancurkan kehidupan di daerah pantai. Tsunami akan kembalinya air ke laut setelah mencapai puncak gelombang ( run – down ). Meski berhenti, gelombang ini akan menyeret segala sesuatu ke laut.
  • 152. • d. Kajian Bahaya • kejadian – kejadian tsunami didata dan dijadikan data base untuk mengetahui karakteristik tsunami • identifikasi sistem tektonik, struktur geologi dan morfologi daerah dasar laut khususnya di sekitar zona tumbukan ( subduction zone ) • pemetaan daerah resiko bencana tsunami
  • 153. • e. Gejala dan Peringatan Dini • gelombang air laut datang secara mendadak • pada umumnya didahului dengan gempa bumi besar dan pasang susut laut • terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi dengan waktu tsunami di pantai • f. Parameter • ketinggian tsunami yang naik ke daratan ( run – up ) • panjang sapuan tsunami ke daratan ( m atau km ) • luas daerah yang terkena sapuan gelombang ( km2 )
  • 154. • g. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana • peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami • pembangunan Tsunami Early Warning System ( TEWS ) • pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai • penanaman mangrove serta tanaman lainnya untuk meredam gaya air tsunami • pembangunan tempat – tempat evakuasi yang aman • pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami
  • 155. • 9. Letusan Gunung Api • a. Pengertian • Gunung api adalah bentuk timbunan yang dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat munculnya batuan lelehan dari bagian dalam bumi.
  • 156. • b. Penyebab • pancaran magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi panas • proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng / kulit bumi • akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma menimbulkan pelepasan energi
  • 157. • c. Mekanisme Perusakan • Bahaya letusan gunung api dapat dibagi menurut waktu kejadiannya, yaitu : • 1.) Bahaya Utama ( primer ) • *Langsung terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung. • *Jenis bahayanya berupa :
  • 158. • awan panas ( piroclastic flow )
  • 159. • hujan abu lebat
  • 160. leleran lava ( lava flow )
  • 162. • 2.)Bahaya Ikutan ( sekunder ) • *Terjadi setelah proses peletusan berlangsung. • *Terjadi akibat adanya penumpukan material di bagian atas. Ketika musim hujan, material tersebut akan terbawa oleh air hujan sebagai banjir ( lahar ).
  • 163. • d. Kajian Bahaya • identifikasi gunung api aktif • tingkat aktivitas gunung api berdasarkan catatan sejarah • penelitian dengan metode geologi, geofisika, dan geokimia dapat untuk mengetahui aktivitas / kegiatan gunung api
  • 164. • e. Gejala dan Peringatan Dini • 1.) Status Kegiatan Gunung Api • a.) Aktif – Normal ( level 1 ) • ||baik secara visual, maupun dengan instrumentasi tidak ada gejala perubahan kegiatan. • b.) Waspada ( level 2 ) • || berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumentasi mulai terdeteksi gejala perubahan kegiatan, misalnya jumlah gempa vulkanik, suhu kawah ( solfatara / fumarola ) meningkat dari nilai normal.
  • 165. • c.) Siaga ( level 3 ) • || kenaikan kegiatan semakin nyata. Hasil pantauan visual dan seismik berlanjut didukung dengan data dari instrumentasi lainnya. • d.) Awas ( level 4 ) • || semua data menunjukkan bahwa letusan utama segera menjelang. Letusan – letusan asap / abu sudah mulai terjadi.
  • 166. • 2.) Mekanisme Pelaporan • a.) Aktif – Normal • • || setiap 2x sehari dilaporkan kegiatan gunung api dari pos PGA ke Kantor DVMBG melalui radio SSB. Laporan bulanan disampaikan oleh Pengamat Gunung Api ke Kantor DVMBG ditembuskan kepada Pemprov dan PemKab.
  • 167. • b.) Waspada • || selain laporan harian dan laporan bulanan dibuat laporan mingguan yang disampaikan kepada Kepala Badan Geologi • c.) Siaga dan Awas • || Tim Tanggap Darurat membuat laporan harian dan evaluasi mingguan disampaikan kepada Direktur DVMBG ditembuskan kepada Kepala Badan Geologi, Pemprov / Pemkab, BAKORNAS PB, dan Direktorat Keselamatan Penerbangan.
  • 168. • f.) Parameter • besarnya letusan • jenis letusan • arah aliran material • volume material letusan yang dimuntahkan ( m3 ) • lama letusan berlangsung ( detik, menit, jam, hari) • radius jatuhan material ( km2 ) dan ketebalan endapannya ( m )
  • 169. • g. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana • 1.) Strategi Mitigasi • *lokasi pemanfaatan lahan untuk aktifitas harus jauh dari kawasan rawan bencana • *hindari daerah aliran lava dan atau lahar • *penerapan bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api dan api • *membuat barak pengungsian yang permanen di sekitar gunung api yang sering meletus • *membuat fasilitas jalan evakuasi
  • 170. • 2.) Upaya Pengurangan Bencana – a.) Sebelum Krisis / Letusan – *mengamati kegiatan gunung api – *menentukan status kegiatan gunung api – *melakukan pemetaan geologi untuk mengetahui sejarah kegiatan suatu gunung api di masa lalu – *melakukan pemetaan kawasan rawan bencana – *membuat cek /sabo dan untuk mengarahkan aliran lahar
  • 171. – b.) Saat Krisis / Letusan – *memberangkatkan tim tanggap darurat ke lokasi bencana – *meningkatkan pengamatan – *menentukan status kegiatan gunung api dan melaporkannya sesuai dengan protap – *memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov / Pemkab sesuai dengan protap, termasuk saran pengungsian penduduk.
  • 172. – c.) Setelah Krisis / Letusan – *menurunkan status kegiatan gunung api – *menginventarisir data letusan termasuk sebaran dan volume material letusan – *mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya sekunder ( lahar ) – *memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov / Pemkab / sesuai dengan protap, termasuk pengembalian pengungsi dan potensi ancaman lahar
  • 173. B. Sebaran Daerah Rawan Bencana Alam di Indonesia • 1. Peta Sebaran Gunung Api di Indonesia
  • 174. • 2. Peta Resiko Gempa Bumi di Indonesia
  • 175. • 3. Peta Resiko Tanah Longsor di Indonesia
  • 176. • 4. Peta Resiko Kebakaran Hutan di Indonesia
  • 177. • 5. Peta Resiko Gelombang Ekstrim di Indonesia
  • 178. • 6. Peta Resiko Tsunami di Indonesia
  • 179. • 7. Peta Resiko Banjir di Indonesia
  • 180. • 8. Peta Resiko Kekeringan di Indonesia
  • 181. • 9. Peta Resiko Cuaca Ekstrim di Indonesia
  • 182. C. Usaha Pengurangan Resiko Bencana Alam • Agar upaya mitigasi bencana alam yang akan dilakukan dapat berhasil, kita harus yakin bahwa bencana alam dapat tidak lagi bersifat ‘tak terelakkan. Fokus ditujukan kepada bantuan dan kedaruratan, seperti :
  • 187. • Upaya pengurangan resiko bencana juga harusmemerhatikan kearifan lokal ( local wisdom ) dan pengetahuan tradisional ( traditional knowledge ). • Kita juga harus mengarahkan masyarakat agar aktif mengakses saluran informasi untuk pengurangan resiko bencana.
  • 188. • 1. Bahaya ( Hazards ) • Fenomena alam ataupun buatan yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi manusia maupun kerusakan lingkungan. • Menurut United Nations – International Strategy for Disaster Reduction ( UN – ISDR ), bahaya dibedakan menjadi 5 kelompok :
  • 190. • Bahaya beraspek hidrometeorologi
  • 193. • Bahaya beraspek lingkungan
  • 194. • 2. Kerentanan (Vulnerability ) • Kondisi masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya. Tingkat kerentanan ditinjau dari kerentanan fisik ( infrastruktur ), sosial kependudukan, dan ekonomi.
  • 195. • 3. Resiko Bencana ( Disaster Risk ) • Interaksi antara tingkat kerentanan daerah dengan ancaman bahaya ( hazards ). • Ancaman bahaya alam bersifat tetap sebagai konsekuensi pembentukan roman muka bumi. • Semakin tinggi bahaya, kerentanan dan ketidakmampuan, maka semakin besar pula resiko bencana yang dihadapi.