SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 22
PENDEKATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL




          Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
                 Pengembangan Bahan Ajar
           yang dibimbing oleh Ibu Siti Umayaroh




                            Oleh:
            Dian Novianti               109151415407
            Pipit Kesuma Sugiarti       109151415412
            Rian Kusuma Ningrum         109151415421
            Ervian Rama                 109151422291




            UNIVERSITAS NEGERI MALANG
             FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
                PROGRAM STUDI S1 PGSD
                       Oktober 2011
PEMBAHASAN



A. PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
        Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
   pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
   tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
   didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, melatari metode
   pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan merupakan dasar
   penentuan strategi yang akan diwujudkan dengan penentuan metode, jadi
   pendekatan lebih luas cakupannya dibandingkan dengan strategi.
        Pendekatan pembelajaran individual adalah pendekatan yang sangat
   pemperhatikan perbedaan individual peserta didik yang beragam, dengan
   tujuan agar peserta didik memiliki penguasaan yang optimal terhadap materi
   pelajaran. Pendekatan ini dilakukan oleh guru dengan memahami karakter
   atau watak dari setiap siswa.


B. PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning Approach)


   1. Pengertian Pendekatan Belajar Tuntas
        Menurut Bloom, pendekatan mastery learning merupakan strategi
   pengajaran yang dirancang untuk mengantarkan siswa ke tingkat penguasaan
   secara khusus. Di samping itu, memberikan perhatian dan mengatur
   perbedaan siswa secara individu dengan menambah teknik feedback
   corrective secara khusus untuk pengajaran dalam kelas reguler dan
   menyediakan penambahan waktu belajar bagi siswa yang membutuhkan.
   Artinya bagi siswa yang telah tuntas sebelum target waktu yang ditentukan
   akan memperoleh pengayaan dan siswa yang belum tuntas dalam target
   waktu yang ditentukan akan memperoleh remedial dari guru.
        Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam adalah pendekatan dalam
   pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas
   seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.



                                      1
Dalam model yang paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta
didik diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu
tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka
besar kemungkinan peserta didik akan mencapai tingkat penguasaan
kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu atau dia tidak
dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat
penguasaan kompetensi peserta didik tersebut belum optimal. Kurangnya
waktu yang diberikan atau tidak dimanfaatkannya waktu yang diberikan
adalah penyebab tidak tercapainya penguasaan materi pada seorang peserta
didik.


2. Garis Besar Strategy Mastery Learning Menurut Bloom
a. Materi pelajaran atau bidang studi diberikan dalam suatu seri unit belajar
   yang ditempuh selama satu atau dua minggu.
b. Tujuan instruksional yang disajikan meliputi hasil belajar dalam bentuk
   pengetahuan, pemahaman dan aplikasi dijelaskan secara spesifik setiap
   unit.
c. Tugas-tugas belajar setiap unit pengajaran digunakan secara reguler
   berdasarkan kelompok materi pengajaran
d. Tes diagnostik (tes formatif) diadministrasi pada akhir setiap unit
   pelajaran.
e. Hasil tes akhir digunakan untuk kepentingan penguatan belajar pada siswa
   yang telah menguasai unit tertentu dan untuk mendiagnosis kesulitan
   belajar bagi siswa yang menunjukkan taraf penguasaan tertentu.
f. Prosedur khusus untuk memperbaiki cara belajar yang kurang baik.
   Tambahan waktu belajar disediakan untuk siswa yang belum mencapai
   penguasaan pada unti tertentu. Tes dapat dilakukan setelah pelajran
   diperbaiki.
g. Setelah menyelesaikan semua unit, suatu tes akhir (summative test) dan
   diadministrasikan untuk menentukan kedudukan siswa. Semua siswa yang
   menunjukkan tingkat penguasaan di atas prasyarat (kriteria) yang
   ditentukan, mendapat/memperoleh kualitas A (sangat baik) dalam mata



                                     2
pelajaran tersebut. Tingkat yang dibawahnya juga juga ditetapkan pada
    landasan standar absolut yang diperolehnya pada setiap bidang studi atau
    mata pelajaran.
h. Hasil test unit (formative test) dan ujian final (summative test) digunakan
    sebagai dasar untuk memperbaiki metode mengajar, materi pelajaran dan
    sekuensi penyajian.


     Dalam tes fomatif biasanya dituntut tingkat keberhasilannya sebesar 85%
dari seluruh pertanyaan tes yang harus dijawab benar. Sedangkan dalam tes
sumatif, tingkat keberhasilan yang dituntu minimal 80%-90% dari seluruh
pertanyaan tes yang harus dijawab benar. Bloom berpendapat bahwa tingkat
penguasaan dapat dicapai, apabila pengajaran yang diberikan bermutu baik
dan tindakan-tindakan korektif terhadap siswa yang mengalami kesulitan
dilakukan dengan tepat dan sungguh-sungguh, dengan demikian kalau kurang
dari 95% siswa dalam kelas mencapai taraf penguasaan yang ditetapkan maka
kesalahan dapat ditimpakan kepada tenaga pengajar (guru) bukan pada siswa.
    Walaupun dalam pendekatan mastery learning dikenal adanya pengayaan
dan remedial, hendaknya guru sebagai pendidik memberi motivasi bagi siswa
yang mengikuti remedial agar tidak malu untuk menjalani perbaikan-
perbaikan. Karena sesungguhnya menurut pendekatan ini, siswa dapat
mencapai penguasaan terhadap suatu unit dengan waktu yang berbeda-beda.


3. Implikasi Mastery Learning Menurut Bloom


a. Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi
    pelajaran secara tuntas (mastery learning).
b. Tugas guru adalah mengusahakan setiap kemungkinan untuk menciptakan
    kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media dan umpan yang
    baik bagi siswa.
c. Yang dihadapi guru adalah siswa-siswa yang mempunyai keanekaragaman
    individual. Karena itu kondisi optimal mereka juga beraneka ragam.




                                     3
d. Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai satuan pelajaran mutlak
   diperhatikan, agar supaya para siswa mengerti hakikat tujuan dan prosa
   dan belajar.
e. Bahan pelajaran dijabarkan dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil-krcil
   dan selalu diadakan pengujian awal (pretest) pada permulaan pelajaran dan
   penyajian akhir (posttest) pada akhir satuan akhir pelajaran.
f. Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang kecil (4-6 orang) yang
   dapat berteman secara teratur sehingga dapat saling membantu
g. dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar siswa secara efektif dan
   efisien.
h. Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat penguasaan tujuan instruksional
   khusus bagi materi pelajaran yang bersangkutan yaitu menggunakan
   “criteria referenced test” bukannya “norm referenced test”.


4. Ciri-Ciri Belajar Mengajar Dengan Mastery Learning

a. Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah
   ditentukan lebih dahulu
b. Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam
   kemampuan dan kecepatan belajarnya
c. Menggunakan prinsip belajar siswa aktif
d. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil
e. Menggunakan system evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas
   kriteria, agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan
f. Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan.


5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mastery Learning

a. Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi
   yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran
b. Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan
   dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah




                                     4
informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap
   yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional.
c. Kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas pembelajaran
   merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belajar dan
   mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima
   pelajaran.Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian,
   penjelasan, dan pengaturan unsure-unsur tugas belajar
d. Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning) : Penyediaan
   waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan
   instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi
   atau pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan
   pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.


6. Perbandingan Kualitatif Antara Pembelajaran Tuntas Dengan
  Pembelajaran Konvensional


      Pembelajaran Tuntas                           Pembelajaran Konvensional
                                     A. Persiapan

                              Tingkat ketuntasan
   Diukur dari performance peserta                  Setiap peserta didik harus mencapai
   didik dalam setiap unit (satuan                  nilai 75 Diukur dari performance
   kompetensi atau kemampuan dasar                  peserta didik yang dilakukan secara
                                                    acak

                          Satuan Acara Pembelajaran
   Dibuat untuk satu minggu                         Dibuat untuk satu minggu
   pembelajaran, dan dipakai sebagai                pembelajaran, dan hanya dipakai
   pedoman guru serta diberikan                     sebagai pedoman guru
   kepada peserta didik

               Pandangan terhadap kemampuan peserta didik
   Kemampuan hampir sama, namun                     Kemampuan peserta didik dianggap



                                      5
tetap ada variasi                                sama

                      B. Pelaksanaan pembelajaran

                           Bentuk pembelajaran
Dilaksanakan melalui pendekatan                  Dilaksanakan sepenuhnya melalui
klasikal, kelompok dan individual                pendekatan klasikal

                            Cara pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui                   Dilakukan melalui mendengarkan
penjelasan guru (lecture), membaca               (lecture), tanya jawab, dan membaca
secara mandiri dan terkontrol,                   (tidak terkontrol)
berdiskusi, dan belajar secara
individual

                           Orientasi pembelajaran
Pada terminal performance peserta                Pada bahan pembelajaran
didik (kompetensi atau kemampuan
dasar) secara individual

                                  Peranan guru
Sebagai pengelola pembelajaran                   Sebagai pengelola pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan peserta                 untuk memenuhi kebutuhan seluruh
didik secara individual                          peserta didik dalam kelas

                      Fokus kegiatan pembelajaran
Ditujukan kepada masing-masing                   Ditujukan kepada peserta didik
peserta didik secara individual                  dengan kemampuan menengah

         Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran
Ditentukan oleh peserta didik                    Ditentukan sepenuhnya oleh guru
dengan bantuan guru




                                    6
C. Umpan Balik
                                Instrumen umpan balik
      Menggunakan berbagai jenis serta              Lebih mengandalkan pada
      bentuk tagihan secara berkelanjutan           penggunaan tes objektif untuk
                                                    penggalan waktu tertentu

                            Cara membantu peserta didik
      Menggunakan sistem tutor dalam                Dilakukan oleh guru dalam bentuk
      diskusi kelompok (small-group                 tanya jawab secara klasikal
      learning activities) dan tutor yang
      dilakukan secara individual




7. Peran Guru Dalam Mastery Learning

   a. Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-satuan
      (unit-unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan
      prasyaratnya.
   b. Mengembangkan indikator berdasarkan SK/KD.
   c. Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi
   d. Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik
   e. Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi
      (kognitif, psikomotor, dan afektif)
   f. Menggunakan teknik diagnostik
   g. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik
      yang mengalami kesulitan


C. INDIVIDUALLY PRESCRIBED INSTRUCTION (IPI)

   1. Pengertian Individually Prescribed Instruction (IPI)
         Proyek Individually Prescribed Instruction (IPI) mulai dirintis tahun
   1963, berdasarkan hasil penelitian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan


                                        7
Pembelajaran Universitas Pittshburgh dan Baldwin-Whitehall Public Schools.
Saat ini, kemungkinan besar dapat diterapkan untuk bidang testing dan
diseminasi program IPI yang ditangani oleh Research for Better Schools,
sebuah Laboratorium Regional di Philadelphia dan di sebarluaskan oleh
National Institute for Education (NIE).
      Program IPI merupakan suatu system yang disusun dengan baik untuk
pengajaran individual di tingkat sekolah taman kanak-kanak. Pelaksanaan
program ini dapat mencakup bidang matematika, membaca, ilmu
pengetahuan, menulis dan ejaan. Dalam setiap bidang studi atau mata
pelajaran tujuan pembelajaran dikelompokkan kedalam unit-unit pelajaran.
Setiap unit pelajaran disajikan secara khusus contens dan tingkat kesulitan
khusus. Unit-unit dan tujuan pengajaran diantara unit disusun kedalam urutan
tertentu untuk memudahkan siswa dalam mempelajarinya. Setiap siswa
ditempatkan menurut urutan unit-unit pelajaran setiap bidang studi.


2. Garis besar Individually Prescribed Instruction
       Berikut ini daftar langkah-langkah pengajaran individual dengan
system IPI:
1. Sebuah seri tes penempatan (placements tests) diberikan kepada setiap
   siswa pada awal tahun ajaran sekolah dimulai. Hasil-hasil menunjukkan
   taraf mastery setiap bidang contens dalam setiap subjek dan menunjukkan
   unit khusus pada apa yang telah mulai dipelajarinya.
2. Setiap unit pelajaran dipelajari siswa, kemudian diberikan pretest yang
   mencakup tujuan pembelajaran dari unit yang di administrasikan. Hasil tes
   ini dipergunakan untuk menentukan tujuan pengajaran mana atau
   keterampilan apa yang harus dikuasai di dalam unit pelajaran tersebut
   (misalnya telah memenuhi taraf penguasaan 85%), dan mana kebutuhan
   pelajaran yang akan datang. Jika semua siswa telah menguasai sesuai taraf
   penguasaan yang ditetapkan, siswa dapat melangkah ke pre tes unit
   pelajaran berikutnya.
3. Guru mengevaluasi hasil pre tes setiap unit pelajaran agar siswa dapat
   memulai mempelajari dan menulis resep belajar untuk mencapai tujuan



                                    8
pembelajaran di dalam unit pelajaran yang telah dicapainya. Seorang siswa
  dapat menentukan/memilih tutor individu, teks material, material audio-
  visual atau kelompok kerja, tergantung kepada kebutuhan dan minatnya.
4. Siswa memperoleh materi pelajaran dan mempelajarinya untuk mencapai
  prestasi belajar untuk setiap tujuan pembelajaran yang belum dikuasai
  untuk setiap unit pelajaran.
5. Jika siswa menunjukkan prestasi belajar yang memuaskan pada semua
  tujuan pembelajaran setiap unit, ia diberikan post tes dari unit-unit
  pelajaran secara keseluruhan. Pos tes merupakan suatu bentuk alternative
  dari pre tes untuk mengukur performansi pada tujuan pembelajaran unit
  pelajaran.
6. Jika tingkat penguasaan yang ditetapkan (85%) tidak dicapai pada
  beberapa tujuan pembelajaran dalam pos tes, pengajaran dapat diulangi
  (re-teaching). Jika penguasaan yang ditunjukkan siswa pada semua tujuan
  pembelajaran dalam unit pelajaran, siswa dapat ,melangkah ke unit
  berikutnya.
      Prosedur yang digunakan dalam IPI diuraikan secara sederhana dan
singkat, bagaimana system pelaksanaan dalam mengdiagnosis kebutuhan
belajar dan menjelaskan aktivitas belajar yang akan dilakukan oleh siswa
secara individual.
      Seperti yangdisimpulkan dari garis besar langkah-langkah dalam
program IPI, seorang guru menghabiskan/menggunakan banyak waktu untuk
mengadministrasi tes, mendiagnosis kebutuhan belajar, menulis petunjuk
belajar, menganalisis kemajuan siswa, dan memberikan bimbingan individual
kepada siswa. Sangat sedikit waktu yang dipergunakan untuk memberikan
ceramah, tetapi sewaktu-waktu bersedia mengajar kelompok kecil siswa yang
memnyai problem belajar yang sama.
      Pada tahun 1960-an dan tahun 1970-an diadakan pembahasan mengenai
pengembangan secara terintegrasi beberapa sisitem untuk dipakai di sekolah
dasar dan sekolah menengah (Talmage, 1975, dalam Joseph Mbulu: 35).
Salah satu system adalah Individualized Prescribed instruction (IPI). Di
dalam kelas IPI, siswa biasanya belajar secara individu menggunakan paket



                                    9
pemrograman. Peranan guru berubah dari instruktur menjadi manager
pengajaran. Guru menentukan program apa dan memberikan kesempatan
kepada para siswa, memonitor kemajuan belajar siswa, dan menyediakan
bantuan secara individu jika dibutuhkan.


3. Peranan Tujuan Pembelajaran dalam Sistem IPI
     System IPI didasarkan pada kejelasan seperangkat tujuan pembelajaran
khusus dalam setiap materi pelajaran yang dicakup. Tujuan pembelajaran
khusus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur. Artinya,
menunjukkan spesifikasi apa yang dapat dilakukan siswa setelah menunjukkan
apa yang telah dikuasai dengan mengerjakan tugas-tugas belajar yang
beraneka ragam itu.
     Tujuan pembelajaran khusus memberikan dasar untuk mengorganisasi
kurikulum, menentukan metode mengajar dan materi pelajaran, menyiapkan
variasi bentuk tes, dan membimbing siswa untuk belajar mandiri. Kurikulum
untuk setiap bidang studi berisi rangkaian tujuan khusus tingkah laku yang
disusun disesuaikan dengan bidang contens, diurutkan menurut tingkatan
belajar, dan dikelompokkan kealam unit-unit pengajaran. Singkatnya, materi
pelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran khusus, sedangkan tes
sebagai alat penilaian dirancang untuk mengukur tujuan pembelajaran khusus
yang dirumuskan. Akhirnya, siswa secara individual mempelajari materi
pelajaran untuk mencapai tujuan dan kemajuannya dalam menguasai materi
tersebut dievaluasi dengan menggunakan tes. Dengan demikian rumusan
tujuan pembelajaran khusus memainkan peranan kunci dalam system IPI.


4. Standar Penguasaan
     Untuk menunjukkan penguasaan tujuan pembelajaran khusus setiap unit
pelajaran, siswa harus mencapai taraf penguasaan dengan memperoleh
presentase 85 (85%). Artinya siswa harus menjawab benar pertanyaan tes
dengan memperoleh skor 85. Apabila siswa belum mencapai ktiteria
penguasaan yang ditetapkan, maka ia harus mempelajari kembali materi




                                    10
pelajaran yang sama dan menempuh tes. Selanjutnya, para siswameneruskan
    materi pelajaran berikutnya.


    5. Testing Program
         Empat tipe tes yang digunakan dalam system IPI yaitu (1) placement test,
    (2) unit pre test, (3) curriculum embedded test dan (4) unit post test. Fungsi
    utama placement test dan unit pre test adalah untuk menentukan secara tepat
    tujuan pembelajaran khusus yang akan dipelajari siswa. Fungsi embedded test
    dan unit post test adalah untuk memonitor/memantau tingkah
    laku/performansi siswa, seperti kemajuannya dari satu tujuan pembelajaran ke
    pembelajaran unit pelajaran yang berikutnya.
         Menurut Landvall dan Cox (dalam Joseph Mbulu:36), keempat tipe tes
    tersebut dapat membantu guru dalam mempersiapkan materi pelajaran untuk
    setiap siswa. Semua tes dalam system IPI disusun seperti Criterion-refenced
    tests. Dengan demikian, tes tersebut dirancang untuk mengukur hasil belajar
    siswa secara khusus terhadap tingkah laku dalam rumusan tujuan
    pembelajaran khusus. Tiap tujuan pembelajaran khusus diukur dengan
    sejumlah item tes yang relevan. Banyak sedikitnya bergantung pada
    karakteristik tujuan pembelajaran khusus dan tipe tes yang dipilih. Tingkat
    kesulitan setiap item tes, ditentukan oleh karakteristik tugas-tugas belajar yang
    sedang diukur dan tidak diadakan percobaan (uji coba) untuk mengubah item
    yang sulit. Keempat tipe tes tersebut dirangkum seperti yang disajikan pada
    tabel berikut


                    Tipe Tes dan Penggunaannya dalam Sistem IPI
         Tipe Tes                   Pengertian                    Kegunaan
placement test               Mengukur tingkat             Mengidentifikasi unit-
                             penguasaan siswa dari        unit pelajaran yang akan
                             berbagai unit pelajaran      dipelajari siswa.
                             dalam setiap mata
                             pelajaran/bidang studi
unit pre test                Mengukur performansi         Mengidentifikasi tujuan



                                         11
siswa pada setiap tujuan     instruksional dalam
                            instruksional dalam          setiap unit pelajaran
                            setiap unit yang dipilih     untuk tugas khusus yang
                            untuk dipelajari             akan dikerjakan.
curriculum embedded test Mengukur tingkat                Menentukan apakah
                            penguasaan siswa dari        meneruskan pekerjaan
                            tujuan instruksional         pada tujuan instruksional
                            khusus tiap unit pelajaran   yang sama atau
                                                         melangkah pada tujuan
                                                         yang berikutnya.
unit post test              Mengukur tingkat             Menentukan apakah
                            penguasaan siswa             melanjutkan mempelajari
                            terhadap tujuan              untuk pelajaran yang
                            instruksional dalam          sama atau melangkah ke
                            setiap unit yang telah       unit pelajaran yang
                            dipelajari                   berikutnya.


    6. Peranan Guru Kelas
         Peranan utama guru kelas dalam pelaksanaan system IPI adalah
    merencanakan kegiatan belajar di kelas dan memberikan supervise dalam
    menyusun program. Berikut pertanggungjawaban khusus yang didaftar oleh
    Linvall dan Bolvin, 1970 (dalam Joseph Mbulu:37):
    1. Mengevaluasi dan mendiagnosa kebutuhan dan kemajuan setiap siswa.
    2. Mengembangkan perencanaan belajar individual.
    3. Mengembangkan dengan segera dan rencana jangka panjang untuk seluruh
        kelas.
    4. Merencanakan dan mengorganisasikan ruang kelas dan lama pelajaran
        untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
    5. Mengembangkan dalam kerjasama dengan anggota staf professional,
        merencanakan untuk keperluan kelompok pengajaran yang lebih besar.
    6. Mengawasi pekerjaan para professional seperti teknisi dan pembantu guru.




                                         12
7. Mempelajari dan mengevaluasi system sedemikian rupa untuk
      memperbaiki pelaksanaannya di dalam kelas.


  8. Mengelola Sistem IPI
       Di dalam system IPI, pekerjaan yang berhubungan dengan aadministrasi
  dari menyusun pelajaran, menskor tes, mencatat data dan sebagainya secara
  khusus dikerjakan oleh staf administrasi tanpa automatisasi. Sekarang system
  informasi dikelola dengan computer dirancang untuk mengganti beberapa
  administrasi pokok dan untuk membantu guru dalam kewajibannya menyusun
  petunjuk diagnostic.
       Fungsi dari system pengelolaan adalah (1) mengumpulkan data, (2)
  memantau kemajuan belajar siswa, (3) menyediakan informasi sebagai dasar
  untuk menentukan bidan studi atau mata pelajaran yang akan diajarkan, (4)
  mendiagnosa kesulitan belajar siswa.
       Disamping menggunakan computer sabagai alat untuk mengelola
  informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan pengajaran individual
  (Computer-Managed Instruction), pada saat ini dan waktu yang akan dating
  perencanaan diadakan untuk menggunakan computer sebagai alat untuk
  mengatur pengajaran (Computer-Assisted Instruction). Implementasi dari
  Computer-Managed Instruction dalam IPI merupakan tujuan utama yang
  dicetuskan oleh Cooley dan Glaser 1971 dari Research and Development
  Center pada Universitas Pittsburgh (Grounlund, 1974:31, dalam Joseph
  Mbulu:38).


D. SISTEM PENGAJARAN PLAN (The Plan Instructional System)

   1. Pengertian Sistem Pengajaran PLAN
         Sistem Pengajaran PLAN (Program For Learning In Accordance With
   Needs) mulai dirintis tahun 1966 sebagai uasaha dari The American Institutes
   For Research, dan The Westting House Learning Corporation. Sistem ini
   mula-mula diterapkan di kelas I,IV dan IX, yang meliputu bidang Studi
   Bahasa, Seni, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu
   Pengetahuan Sosial (IPS). Pada tahun 1969, diterapkan mulai kelas I sampai


                                         13
dengan kelas XII. Pada tahun 1972, Westtinghouse Learning Corporation
mendapat kepercayaan penuh dari pemerintah untuk melaksanakan dan
mengelola PLAN. Sistem ini memasukan unsur-unsur bimbingan terhadap
program yang dipusatkan pada pengajaran emapat bidang studi/ mata
pelajaran di atas.
       Tujuan pembelajaran digunakan sebagai dasar dalam program
pengajaran. Namun pengelompokan tujuan pembelajaran khusus dalam
modul pembelajaran ditiadakan. Pelaksanaan PLAN di kelas I sampai dengan
XII meliputi empat bidang studi yaitu Bahasa dan Seni, Matematika, IPA, dan
IPS.
       Kurikulum setiap bidang studi/ mata pelajaran terdiri dari Teaching
Learningi Unit’s TLU’s) dan dikelompokan menjadi dua belas tingkatan atau
kelas. Tiap TLU’s terdiri dari satu tujuan instruksional, deskripsi mata
pelajaran, dan metode belajar yang digunakan siswa dalam mencapai tujuan
instruksional khusus. Para siswa secara individual mempelajari suatu
rangkaian (seri) TLU’s yang dipi;ih berdasarkan minat, kebutuhan dan
kemampuannya. Penempatan program dibantu melalui tes penempatan atau
tes prestasi belajar (placement/ achiemenet test). Para siswa belajar dengan
caranya sendiri melalui TLU’s satu demi satu, mendemonstrasikan/
menunjukan tingkat penguasaan tujuan instruksional sambil dinilai oleh guru.
Setiap siswa diberi kebebasan dalam merencanakan program belajarnya dan
memilih di antara alternative pola instruksional yang disediakan. Penilaian
hasil balajar meliputi tugas individual dan kerja kelompok dengan
penggunaan variasi materi pelajaran.


2. Garis Besar Langkah-Langkah Penggunaan Sistem PLAN
       Di dalam sistem PLAN setiap siswa bekerja sesuai dengan kecepatannya
masing-masing dengan program studi yang dirancang khusus bagi mereka.
Berikut unu garis besar langkah-langkah dalam penguasaan system PLAN:

a. Pada permulaan pada tahun ajaran sekolah, para siswa memperoleh
   informasi serangkaian TLU’s yang berorientasi pada system PLAN. Siswa




                                      14
diperkenalkan dengan materipelajaran dan prosedur yang harus diikuti
    dalam PLAN.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan penempatanorientasi TLU’s dalam
    setiap bidang studi. TlU’s ini dipakai sebagai pedoman dalam menentukan
    keterampilan siswa, kemampuan dan minat siswa terhadap setiap bidang
    studi. TLU’s juga dirancang untuk membantu penempatan siswa,
    sementara itu diberi kesempatan untuk berpartispasi secara aktif dalam
    menggunakan program studinya. Para siswa diberikan kebebasan dalam
    menentukan apa yang kan dipelajarainya.
c. Disediakan tes penempatan dan tes prestasi belajar yang dapat digunakan
    dalam proses penempatan siswa. Tes ini mengukur pengethuan siswa dan
    tujuan istruksional yang ditetapkan dalam kurikulum PLAN. Apabila
    siswa menunjukan minat yang tinggi mempelajari TLU’s dalam bidang
    studi tertentu, maka guru dapat mengadminstrasikan tes bidang studi
    tersebut, untuk menetukan tujuan instruksional mana yang sudah dicapai
    dan tujuan instruksional mana yang belum dicapai
d. Apabila guru dan siswa sepakat dengan program yang dipelajari oleh
    siswa maka siswa diperbolehkan untuk meneruskan mempelajari TLU’s
    sesuai dengan kecepatannya sendiri. Untuk itu dibutuhkan interaksi
    dengan berbagai materi pelajaran sendiri, mengoperasikan peraatan audio-
    visual sendiri sehingga dengan penerapan system PLAN ini, sikap
    kemandirian siswa semakin lam asemakin bertambah baik dalam belajar
    maupun dalam bekerja.


3. Peranan Tujuan Instruksional Dalam Sistem PLAN
     Tujuan instruksional merupakan kerangka dasar dalam sistem PLAN.
Kirikulum setiap tingkatan untuk setiap bidang studi memuat seperangkat
TLU’s. Tiap TLU’s didasarkan pada tujuan instruksional khusus yang terdiri
dari 52 TLU’s untuk Core Curriculer dan 3 TLU’s untuk orientasi bidang
bahasa dan seni. Tujuan setiap TLU’s secara khusus mencakup apa yang akan
dikerjakan atau dipelajari siswa apabila mereka dihadapkan pada aktivitas
belajar TLU’s. Dalam beberapa bidang studi tertentu, tujuan instruksional



                                    15
biasanya dirumuskan berdasarkan urutan-urutan tertentu. Namun pada bidang
  studi tertentu, urutan-urutan ini dipandang tidak penting.


  4. Orientasi Kurikulum PLAN
      Kurikulum PLAN meliputi seprangkat seri TLU’s dalam bidang studi
  bahasa dan seni, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan
  social. Setiap bidang studi, TLU’s dikelompokan ke dalam dua belas kelompok
  mata pelajaran. Pda permulaan tahun ajaran sekolah, setiap kelas diadakan
  orientasi TLU’s, untuk memeprkenlakan kepada siswa bidang studi yang akan
  dipelajari dan prosedur yang harus diikuti dalam belajar dengan system PLAN.
      Beberapa bidang studi dirancang khusus yang dapat dipergunakan sebagai
  pedoman bagi guru dalam menentukan penempatan siswa yang tepat dan
  memeberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan minatnya
  terhadap bidang studi tertentu. Melalui orientasi TLU’s ini siswa diharapkan
  dapat berparisispasi aktif dalam merencanakan programnya secara individual
  untuk dipeljari secara sendiri.
      Serangkaian TLU’s dalam bidang studi merupakan Core Curriculer dari
  system PLAN. Pada setiap kelas (tingkatan) para guru dianjurkan untuk
  memprluas, memperdalam dan mengembangkan kurikulum dengan cara
  mempertinggi aktivitas belajar siswa, menyusun perencaan bagi siswa, baik
  secara individual maupun kelompok.



E. PERSONALIZED SYSTEM OF INSTRUCTION (PSI)

   1. Pengertian Personalized System of Instructions
        Personalized System of Instructions (PSI) atau sistem pengajaran
   perseorangan merupakan pembelajaran berbasis personal atau individu yang
   sudah dimodifikasi dengan sistem cooperative learning. PSI merupakan
   pembelajaran yang menggunakan sistem modular dimana siswa dibantu oleh
   seorang tutor yang dapat berupa guru atau teman satu kelasnya. Sejak abad
   pertengahan dasawarsa 1960-an PSI telah berhasil diterapkan untuk berbagai
   mata pelajaran dan hampir pada semua jenis dan jenjang sekolah.



                                        16
Personalized System Of Instruction merupakan cara pengelolaan
pengajaran yang didasarkan pada teori pemantapan (reinforcement theory),
sebagai kerangka menyeluruh bagi keseluruhan pengajaran. Dalam kelas yang
menerapkan PSI, siswa bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan kecepatan
penguasaan masing-masing dengan menggunakan berbagai bahan pelajaran.
Bahan pelajaran disusun dalam suatu urutan tertentu dan sebelum siswa
melangkah ke unit pelajarn berikutnya, terlebih dahulu harus mempelajari dan
lulus tes penguasaan unit pelajaran unit pelajaran yang dipelajarinya. Isi dan
penekanan tes hendaknya tidak merupakan suatu kejutan bagi siswa. Ini
disebabkan dalam setiap unit pelajaran siswa telah ditunjukkan hal-hal
penting untuk dikuasai; disamping itu tujuan dari unit pelajaran yang
bersangkutan telah dijelaskan
    Sistem pengajaran Personalization System of Instruction (PSI) yang
dikembangkan oleh psikolog Fred Keller dan sering disebut Rencana Keller,
diterapkan pada suatu pelajaran yang lengkap. Pendekatan umumnya
berdasarkan pada sebuah buku ajar dengan satuan pelajaran yang terdiri atas
bacaan, pertanyaan, dan soal. Sumber pengajaran tidak hanya dibatasi pada
bahan tertulis saja. Media lain, baik berupa media audio atau visual, dapat
disisipkan.
    Personalized System of Instruction (PSI) dalam pelaksanaannya sudah
mencerminkan system pembelajaran individual, dengan beberapa modivikasi.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran sangat memperhatikan
perbedaan individual.


2. Ciri-Ciri Pembelajaran PSI
      Pembelajarn ini mempunyai beberapa ciri atau karakteristik sebagai
 berikut:
 a. Memungkinkan siswa maju menurut kemampuan masing-masing.
 b. Adanya persyaratan penguasaan yang sempurna bagi setiap unit
    pembelajaran sebelum maju ke unit pelajaranm berikutnya.
 c. Menggunakan ceramah dan demonstrasi sebagai alat untuk memberikan
    motivasi kepada siswa.



                                    17
d. Komunikasi guru siswa ditekankan pada penggunaan materi-materi
   pembelajaran tertulis dalam bentuk progama.
 e. Menggunakan system proctor, yaitu pemberian tes secara berulang-ulang
   untuk memberikan penilaian secara cepat dan sebagai umpan balik bagi
   pemberian bantuan kepada siswa yang membutuhkan.
 f. Menggunakan siswa tutor, yaitu siswa yang pandai memberi bimbingan
   belajar kepada siswa yang kurang / lemah.
 g. Memungkinjkan adanya aspek personal dan sosial dalamn proses
   pendidikan.


3. Prosedur Pelaksanaan PSI
 a. Merumuskan sejumlah tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh
     siswa.
 b. Menentukan patokan penguasaan atau mastery pembelajaran yang akan
     dipelajari.
 c. Merumuskan satuan pelajaran byang merupakan pokok -pokok bahasa
     yang akan dipelajari daklam rangka mencapai tujuan.
 d. Pokok-pokok bahasa itu dipecah ke dalam bagian bagian lebih kecil
     sehingga dapat dipelajari secara tuntas.
 e. Prosedur pembelajaran ditentukan untuk dilakukan siswa dalam rangka
     mencapai tujuan. Prosedur itu tercermin pada perumusan :
     1) Daftar tujuan pembelajaran pada satuan pelajaran.
     2) Sejumlah saran belajar yang menekankan pada membaca materi
        tertulis atau materi lain.
     3) Sejumlah kegiatan belajar untuk memberikan rangsangan berpikir
        dan bimbingan belajar.
     4) Sejumlah soal tes yang berkaitan dengan tujuan daripada satuan
        pelajaran yang dipelajari tersebut.
 f. Setiap siswa mempelajari unit-unit pelajaran dengan kecepatan sesuai
     dengan kemampuan masing-masing. Setelah mempelajari setiap bagian
     bahan dan menjawab seperangkat pertanyaan yang berkaitan atau
     menyelesaikan berbagai kegiatan, siswa melaporkan kepada pengawas



                                     18
atau tutor bahwa ia siap untuk diuji tentang bagian tertentu dari bahan
     ajar.
  g. Tes diikuti oleh seluruh siswa, dengan bantuan pengawas untuk
     memeriksa hasilnya. Setelah ujian selesai dikerjakan, segera dinilai oleh
     pengawas (siswa lain yang telah menyelesaikan pelajaran dengan
     berhasil), yang kemudian menunjukkan hasil ujian tersebut kepada
     siswa.
  h. Memberikan bimbingan kepada siswa yang belum menguasai materi
     penuh.
  i. Evaluasi sumatif pada saat seluruh unit selesai dipelajari untuk
     menentukan angka keberhasilan.Apabila siswa berhasil dengan
     memuaskan (umumnya dengan tingkat kemampuan 80-90%), ia dapat
     melanjutkan ke bab atau satuan pelajaran berikutnya. Apabila tingkat
     (ditentukan oleh ujian) belajar yang telah dipersyaratkan tidak dicapai,
     siswa harus mempelajari kembali bahan ajar tersebut, dan apabila sudah
     siap, menempuh ujian lagi dalam bentuk lain.Tata cara ini berulang
     sampai siswa mencapai keberhasilan sesuai dengan sasaran yang telah
     ditentukan.
    Meskipun beberapa mata ajar dipelajari secara perseorangan, tidak semua
proses belajar harus berlangsung sendirian seperti itu. Beberapa pengajar
mengadakan pertemuan dengan kelas atau kelompok kecil siswa untuk
memberikan ceramah dan berdiskusi. Di samping itu, hubungan antara siswa
perseorangan dengan pengawas, untuk tujuan evaluasi dan balikan langsung,
dapat mendorong kegiatan belajarselanjutnya.
    Proctor adalah seseorang yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari matrei dan memberikan feedback berdasarkan hasil kuis atau tes
pada setiap unit serta turut membantu memantau perkembangan siswa. Grant
dan Spencer menyebutkan bahwa terdapat dua jenis proctor yang dapat
digunakan, yaitu proctor internal dan proctor eksternal. Proctor internal
terdiri dari siswa yang terdapat dalam kelas tersebut dan telah dinyatakan
tuntas pada materi yang telah dipelajari. Sedangkan proctor eksternal adalah
guru lain dalam bidang studi yang sama, tenaga profesional dalam bidang



                                    19
yang sama, atau siswa yang berada pada satu kelas lebih tinggi dari siswa
yang akan dibimbing.
    Sama halnya dengan pendekatan pengajaran individual lainnya, PSI
berusaha untuk menerapkan prinsip belajar (1) penyajian informasi
disesuaikan dengan kemampuan siswa saat itu, (2) banyaknya kesempatan
untuk memberi taggapan terhadap materi pelajarn, dan (3) adanya umpan
balik atau perbaikan dengan segera. PSI menambah filsafat penguasaan
bahwa siswa tidak boleh maju ke unit pelajaran berikutnya sebelum unit yang
dipelajari benar-benar dikuasai dan adanya kontak satu lawan satu antara
siswa dengan proctornya.




                                   20
DAFTAR RUJUKAN



Badarudin, 2011. Belajar Tuntas Mastery Learning.
     (http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/belajar-tuntas-mastery-
     learning.), diakses pada tanggal 13 oktober 2011.


Dewin. 2010. Contoh-Contoh Pendekatan Pembelajaran.
    (http://dewin221106.blogspot.com/2010/05/contoh-contoh-pendekatan-
    pembelajaran.html), diakses pada tanggal 14 Oktober 2011.


Mbulu, Joseph. 2001. Pengajaran Individual: Pendekatan, Metode, Dan Media,
    Pedoman Mengajar Bagi Guru Dan Calon Guru. Malang: Elang Mas.


Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
     Jakarta: Bina Aksara.


Rasyid, Rusman. 2011. Pendekatan Pembelajaran Personal.
     (http://cummank.blogspot.com/2011/03/01/ pendekatan-pembelajaran-
     personal.html), diakses pada tanggal 11 Oktober 2011.


Sudrajat, Ahmad. 2009. Belajar Tuntas Mastery Learning dalam KTSP.
     (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-
     mastery-learning-dalam-ktsp), diakses pada tanggal 13 oktober 2011.


Sukarto. 2011. Stratei Pembelajaran Personalized System of Instruction (PSI).
     (http://www.shvoong.blogspot./2011/1/ Stratei-Pembelajaran-Personalized-
     System-of-Instruction-(PSI).html), diakses pada tanggal 14 Oktober 2011.


UPT P dan K Purworejo. Personalized System Of Instructions ( Memberikan
    Informasi Mandiri).
    (http://uptpdankpurworejo.blogspot.com/2011/10/personalized-system-of-
    instructions.html), diakses pada tanggal 14 Oktober 2011.




                                      21

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaYunita Siswanti
 
Ppt kurikulum & pembelajaran
Ppt kurikulum & pembelajaranPpt kurikulum & pembelajaran
Ppt kurikulum & pembelajaranRisa Lestari
 
Contoh program tahunan dan program semester
Contoh program tahunan dan program semesterContoh program tahunan dan program semester
Contoh program tahunan dan program semesterSherly Anggraini
 
Contoh RPP dengan LKS
Contoh RPP dengan LKSContoh RPP dengan LKS
Contoh RPP dengan LKST. Astari
 
Rpp k 13 pembelajaran abad 21 (discovery learning)
Rpp k 13 pembelajaran abad 21 (discovery learning)Rpp k 13 pembelajaran abad 21 (discovery learning)
Rpp k 13 pembelajaran abad 21 (discovery learning)yeti rachmawati
 
Presentasi Multiple intelligence
Presentasi Multiple intelligencePresentasi Multiple intelligence
Presentasi Multiple intelligenceKunchoro Aji Putra
 
Sistem pencernaan-1 untuk kelas 5 SD
Sistem pencernaan-1 untuk kelas 5 SDSistem pencernaan-1 untuk kelas 5 SD
Sistem pencernaan-1 untuk kelas 5 SDLili Andajani
 
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomKata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomSukayono Fawwaz
 
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilaninstrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilanSurya Eka
 
Sintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaranSintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaranrestya21
 
Contoh analisis kurikulum
Contoh analisis kurikulumContoh analisis kurikulum
Contoh analisis kurikulumNakashima Taiki
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)vina serevina
 

Was ist angesagt? (20)

Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
 
Ppt kurikulum & pembelajaran
Ppt kurikulum & pembelajaranPpt kurikulum & pembelajaran
Ppt kurikulum & pembelajaran
 
Contoh program tahunan dan program semester
Contoh program tahunan dan program semesterContoh program tahunan dan program semester
Contoh program tahunan dan program semester
 
Contoh RPP dengan LKS
Contoh RPP dengan LKSContoh RPP dengan LKS
Contoh RPP dengan LKS
 
Rpp k 13 pembelajaran abad 21 (discovery learning)
Rpp k 13 pembelajaran abad 21 (discovery learning)Rpp k 13 pembelajaran abad 21 (discovery learning)
Rpp k 13 pembelajaran abad 21 (discovery learning)
 
Presentasi Multiple intelligence
Presentasi Multiple intelligencePresentasi Multiple intelligence
Presentasi Multiple intelligence
 
Pembelajaran ipa-terpadu
Pembelajaran ipa-terpaduPembelajaran ipa-terpadu
Pembelajaran ipa-terpadu
 
Sistem pencernaan-1 untuk kelas 5 SD
Sistem pencernaan-1 untuk kelas 5 SDSistem pencernaan-1 untuk kelas 5 SD
Sistem pencernaan-1 untuk kelas 5 SD
 
Paradigma baru pkn di sd
Paradigma baru pkn di sdParadigma baru pkn di sd
Paradigma baru pkn di sd
 
Penilaian Afektif
Penilaian AfektifPenilaian Afektif
Penilaian Afektif
 
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomKata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
 
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilaninstrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
 
Daya pembeda & tingkat kesukaran
Daya pembeda & tingkat kesukaranDaya pembeda & tingkat kesukaran
Daya pembeda & tingkat kesukaran
 
Komponen komponen pembelajaran
Komponen komponen pembelajaranKomponen komponen pembelajaran
Komponen komponen pembelajaran
 
Presentasi Tes dan Non Tes
Presentasi Tes dan Non Tes Presentasi Tes dan Non Tes
Presentasi Tes dan Non Tes
 
Sintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaranSintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaran
 
Contoh analisis kurikulum
Contoh analisis kurikulumContoh analisis kurikulum
Contoh analisis kurikulum
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
 
Landasan historis pendidikan
Landasan historis pendidikanLandasan historis pendidikan
Landasan historis pendidikan
 
Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13
Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13
Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13
 

Andere mochten auch

Bentuk-Bentuk Pengajaran Individual
Bentuk-Bentuk Pengajaran IndividualBentuk-Bentuk Pengajaran Individual
Bentuk-Bentuk Pengajaran IndividualNastiti Rahajeng
 
Metode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuMetode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuNastiti Rahajeng
 
Konsep dasar pembelajaran individual
Konsep dasar pembelajaran individualKonsep dasar pembelajaran individual
Konsep dasar pembelajaran individualNastiti Rahajeng
 
Media Pembelajaran Individual
Media Pembelajaran IndividualMedia Pembelajaran Individual
Media Pembelajaran IndividualNastiti Rahajeng
 
Astarikarnedy makalahpsikologi pengaruh pendidik dilingkungan sekolah
Astarikarnedy makalahpsikologi pengaruh pendidik dilingkungan sekolahAstarikarnedy makalahpsikologi pengaruh pendidik dilingkungan sekolah
Astarikarnedy makalahpsikologi pengaruh pendidik dilingkungan sekolahAstarikarnedy
 
Pengembangan diri smp
Pengembangan diri smpPengembangan diri smp
Pengembangan diri smpDaengMacora66
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSWarman Tateuteu
 

Andere mochten auch (9)

Bentuk-Bentuk Pengajaran Individual
Bentuk-Bentuk Pengajaran IndividualBentuk-Bentuk Pengajaran Individual
Bentuk-Bentuk Pengajaran Individual
 
Metode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuMetode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individu
 
Konsep dasar pembelajaran individual
Konsep dasar pembelajaran individualKonsep dasar pembelajaran individual
Konsep dasar pembelajaran individual
 
Media Pembelajaran Individual
Media Pembelajaran IndividualMedia Pembelajaran Individual
Media Pembelajaran Individual
 
Astarikarnedy makalahpsikologi pengaruh pendidik dilingkungan sekolah
Astarikarnedy makalahpsikologi pengaruh pendidik dilingkungan sekolahAstarikarnedy makalahpsikologi pengaruh pendidik dilingkungan sekolah
Astarikarnedy makalahpsikologi pengaruh pendidik dilingkungan sekolah
 
Pengembangan diri smp
Pengembangan diri smpPengembangan diri smp
Pengembangan diri smp
 
Kode etik -bimbingan-dan-konseling-di-sekolah
Kode etik -bimbingan-dan-konseling-di-sekolahKode etik -bimbingan-dan-konseling-di-sekolah
Kode etik -bimbingan-dan-konseling-di-sekolah
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
 
Computer assisted learning
Computer assisted learningComputer assisted learning
Computer assisted learning
 

Ähnlich wie Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)

RemidialDanPengayaanDalamKurikulumMerdekaOke.pptx
RemidialDanPengayaanDalamKurikulumMerdekaOke.pptxRemidialDanPengayaanDalamKurikulumMerdekaOke.pptx
RemidialDanPengayaanDalamKurikulumMerdekaOke.pptxMarryAlbert
 
Pembelajaran Masteri
Pembelajaran MasteriPembelajaran Masteri
Pembelajaran MasteriSabreenaKamal
 
Iis Istiqomah Iia Pe
Iis Istiqomah Iia PeIis Istiqomah Iia Pe
Iis Istiqomah Iia PeIis Istiqomah
 
Pendekatan pengajaran individual
Pendekatan pengajaran individualPendekatan pengajaran individual
Pendekatan pengajaran individualNastiti Rahajeng
 
pembelajaran terpadu klp. 2 (1).pptx
pembelajaran terpadu klp. 2 (1).pptxpembelajaran terpadu klp. 2 (1).pptx
pembelajaran terpadu klp. 2 (1).pptxGedePratama6
 
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAANPEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAANNASuprawoto Sunardjo
 
RK TP 4 PPTX kelompok 5.pdf
RK TP 4 PPTX kelompok 5.pdfRK TP 4 PPTX kelompok 5.pdf
RK TP 4 PPTX kelompok 5.pdfMasFa4
 
Lk modul10-resume kb 4-asrofin-ski2
Lk  modul10-resume kb 4-asrofin-ski2Lk  modul10-resume kb 4-asrofin-ski2
Lk modul10-resume kb 4-asrofin-ski2muhammadaliasrofin
 
Konsep+dan+cara+melaksanakan+pembelajaran+masteri
Konsep+dan+cara+melaksanakan+pembelajaran+masteriKonsep+dan+cara+melaksanakan+pembelajaran+masteri
Konsep+dan+cara+melaksanakan+pembelajaran+masteriHishamuddin Jabar
 
Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa
Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswaPengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa
Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswaSindy Artilita
 
Bab 1 modul i membuka pembelajaran(2)
Bab 1 modul i membuka pembelajaran(2)Bab 1 modul i membuka pembelajaran(2)
Bab 1 modul i membuka pembelajaran(2)PratiwiKartikaSari
 
Pembelajaran Masteri
Pembelajaran MasteriPembelajaran Masteri
Pembelajaran Masteriinovatifinsan
 

Ähnlich wie Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3) (20)

RemidialDanPengayaanDalamKurikulumMerdekaOke.pptx
RemidialDanPengayaanDalamKurikulumMerdekaOke.pptxRemidialDanPengayaanDalamKurikulumMerdekaOke.pptx
RemidialDanPengayaanDalamKurikulumMerdekaOke.pptx
 
Bab 1 modul kb 8 menutup(1)
Bab 1 modul kb 8 menutup(1)Bab 1 modul kb 8 menutup(1)
Bab 1 modul kb 8 menutup(1)
 
Pembelajaran Masteri
Pembelajaran MasteriPembelajaran Masteri
Pembelajaran Masteri
 
Bnp
BnpBnp
Bnp
 
Iis Istiqomah Iia Pe
Iis Istiqomah Iia PeIis Istiqomah Iia Pe
Iis Istiqomah Iia Pe
 
Artikel mastery learning
Artikel mastery learningArtikel mastery learning
Artikel mastery learning
 
Pendekatan pengajaran individual
Pendekatan pengajaran individualPendekatan pengajaran individual
Pendekatan pengajaran individual
 
Mastery learning
Mastery learningMastery learning
Mastery learning
 
pembelajaran terpadu klp. 2 (1).pptx
pembelajaran terpadu klp. 2 (1).pptxpembelajaran terpadu klp. 2 (1).pptx
pembelajaran terpadu klp. 2 (1).pptx
 
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAANPEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
 
RK TP 4 PPTX kelompok 5.pdf
RK TP 4 PPTX kelompok 5.pdfRK TP 4 PPTX kelompok 5.pdf
RK TP 4 PPTX kelompok 5.pdf
 
Lk modul10-resume kb 4-asrofin-ski2
Lk  modul10-resume kb 4-asrofin-ski2Lk  modul10-resume kb 4-asrofin-ski2
Lk modul10-resume kb 4-asrofin-ski2
 
Modul KB 8 Menutup
Modul KB 8 MenutupModul KB 8 Menutup
Modul KB 8 Menutup
 
Konsep+dan+cara+melaksanakan+pembelajaran+masteri
Konsep+dan+cara+melaksanakan+pembelajaran+masteriKonsep+dan+cara+melaksanakan+pembelajaran+masteri
Konsep+dan+cara+melaksanakan+pembelajaran+masteri
 
Bam
BamBam
Bam
 
Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa
Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswaPengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa
Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa
 
Tgsss
TgsssTgsss
Tgsss
 
Modul 3 kb 4
Modul 3 kb 4Modul 3 kb 4
Modul 3 kb 4
 
Bab 1 modul i membuka pembelajaran(2)
Bab 1 modul i membuka pembelajaran(2)Bab 1 modul i membuka pembelajaran(2)
Bab 1 modul i membuka pembelajaran(2)
 
Pembelajaran Masteri
Pembelajaran MasteriPembelajaran Masteri
Pembelajaran Masteri
 

Mehr von Nastiti Rahajeng

Artikel Skripsi Nastiti Rahajeng
Artikel Skripsi Nastiti RahajengArtikel Skripsi Nastiti Rahajeng
Artikel Skripsi Nastiti RahajengNastiti Rahajeng
 
RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia Nastiti Rahajeng
 
Story Board of Interactive Science Compact Disc Media
Story Board of Interactive Science Compact Disc MediaStory Board of Interactive Science Compact Disc Media
Story Board of Interactive Science Compact Disc MediaNastiti Rahajeng
 
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)Nastiti Rahajeng
 
Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)
Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)
Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)Nastiti Rahajeng
 
Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)
Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)
Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)Nastiti Rahajeng
 
Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)
Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)
Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)Nastiti Rahajeng
 
URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)
URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)
URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)Nastiti Rahajeng
 
URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)
URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)
URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)Nastiti Rahajeng
 
Buku petunjuk pemanfaatan media CD interaktif
Buku petunjuk pemanfaatan media CD interaktifBuku petunjuk pemanfaatan media CD interaktif
Buku petunjuk pemanfaatan media CD interaktifNastiti Rahajeng
 
Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)
Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)
Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)Nastiti Rahajeng
 
Desain Produk Sementara (nastiti)
Desain Produk Sementara (nastiti)Desain Produk Sementara (nastiti)
Desain Produk Sementara (nastiti)Nastiti Rahajeng
 
Alur pengembangan media pembelajaran
Alur pengembangan media pembelajaranAlur pengembangan media pembelajaran
Alur pengembangan media pembelajaranNastiti Rahajeng
 
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4Nastiti Rahajeng
 
(15) RPP PKn hidup rukun 1A
(15) RPP PKn hidup rukun 1A(15) RPP PKn hidup rukun 1A
(15) RPP PKn hidup rukun 1ANastiti Rahajeng
 
(16) RPP IPA peredaran darah 5A
(16) RPP IPA peredaran darah 5A(16) RPP IPA peredaran darah 5A
(16) RPP IPA peredaran darah 5ANastiti Rahajeng
 
(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A
(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A
(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3ANastiti Rahajeng
 
(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A
(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A
(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3ANastiti Rahajeng
 

Mehr von Nastiti Rahajeng (20)

Artikel Skripsi Nastiti Rahajeng
Artikel Skripsi Nastiti RahajengArtikel Skripsi Nastiti Rahajeng
Artikel Skripsi Nastiti Rahajeng
 
RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
RPP CD Interaktif IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
 
Story Board of Interactive Science Compact Disc Media
Story Board of Interactive Science Compact Disc MediaStory Board of Interactive Science Compact Disc Media
Story Board of Interactive Science Compact Disc Media
 
My S1 Thesis Abstract
My S1 Thesis AbstractMy S1 Thesis Abstract
My S1 Thesis Abstract
 
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
 
Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)
Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)
Seminar Proposal Skripsi R & D (109151415406)
 
Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)
Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)
Uraian Kegiatan Exe Learning (Praktikum 4)
 
Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)
Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)
Uraian Kegiatan Hot Pottatoes (Praktikum 3)
 
URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)
URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)
URAIAN KEGIATAN QUIZ CREATOR (PRAKTIKUM 2)
 
URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)
URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)
URAIAN KEGIATAN MINDJET MINDMANAGER (PRAKTIKUM 1)
 
Buku petunjuk pemanfaatan media CD interaktif
Buku petunjuk pemanfaatan media CD interaktifBuku petunjuk pemanfaatan media CD interaktif
Buku petunjuk pemanfaatan media CD interaktif
 
Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)
Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)
Modul SAINS CIRCULATORY SYSTEM (109151415406)
 
Desain Produk Sementara (nastiti)
Desain Produk Sementara (nastiti)Desain Produk Sementara (nastiti)
Desain Produk Sementara (nastiti)
 
Handout Sempro R & D
Handout Sempro R & DHandout Sempro R & D
Handout Sempro R & D
 
Alur pengembangan media pembelajaran
Alur pengembangan media pembelajaranAlur pengembangan media pembelajaran
Alur pengembangan media pembelajaran
 
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
PPT Problematika Pembelajaran Kelas 4
 
(15) RPP PKn hidup rukun 1A
(15) RPP PKn hidup rukun 1A(15) RPP PKn hidup rukun 1A
(15) RPP PKn hidup rukun 1A
 
(16) RPP IPA peredaran darah 5A
(16) RPP IPA peredaran darah 5A(16) RPP IPA peredaran darah 5A
(16) RPP IPA peredaran darah 5A
 
(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A
(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A
(17) RPP IPA perubahan makhluk hidup 3A
 
(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A
(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A
(18) RPP PKn pengamalan sumpah pemuda 3A
 

Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)

  • 1. PENDEKATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar yang dibimbing oleh Ibu Siti Umayaroh Oleh: Dian Novianti 109151415407 Pipit Kesuma Sugiarti 109151415412 Rian Kusuma Ningrum 109151415421 Ervian Rama 109151422291 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH PROGRAM STUDI S1 PGSD Oktober 2011
  • 2. PEMBAHASAN A. PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan merupakan dasar penentuan strategi yang akan diwujudkan dengan penentuan metode, jadi pendekatan lebih luas cakupannya dibandingkan dengan strategi. Pendekatan pembelajaran individual adalah pendekatan yang sangat pemperhatikan perbedaan individual peserta didik yang beragam, dengan tujuan agar peserta didik memiliki penguasaan yang optimal terhadap materi pelajaran. Pendekatan ini dilakukan oleh guru dengan memahami karakter atau watak dari setiap siswa. B. PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning Approach) 1. Pengertian Pendekatan Belajar Tuntas Menurut Bloom, pendekatan mastery learning merupakan strategi pengajaran yang dirancang untuk mengantarkan siswa ke tingkat penguasaan secara khusus. Di samping itu, memberikan perhatian dan mengatur perbedaan siswa secara individu dengan menambah teknik feedback corrective secara khusus untuk pengajaran dalam kelas reguler dan menyediakan penambahan waktu belajar bagi siswa yang membutuhkan. Artinya bagi siswa yang telah tuntas sebelum target waktu yang ditentukan akan memperoleh pengayaan dan siswa yang belum tuntas dalam target waktu yang ditentukan akan memperoleh remedial dari guru. Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. 1
  • 3. Dalam model yang paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta didik diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan peserta didik akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi peserta didik tersebut belum optimal. Kurangnya waktu yang diberikan atau tidak dimanfaatkannya waktu yang diberikan adalah penyebab tidak tercapainya penguasaan materi pada seorang peserta didik. 2. Garis Besar Strategy Mastery Learning Menurut Bloom a. Materi pelajaran atau bidang studi diberikan dalam suatu seri unit belajar yang ditempuh selama satu atau dua minggu. b. Tujuan instruksional yang disajikan meliputi hasil belajar dalam bentuk pengetahuan, pemahaman dan aplikasi dijelaskan secara spesifik setiap unit. c. Tugas-tugas belajar setiap unit pengajaran digunakan secara reguler berdasarkan kelompok materi pengajaran d. Tes diagnostik (tes formatif) diadministrasi pada akhir setiap unit pelajaran. e. Hasil tes akhir digunakan untuk kepentingan penguatan belajar pada siswa yang telah menguasai unit tertentu dan untuk mendiagnosis kesulitan belajar bagi siswa yang menunjukkan taraf penguasaan tertentu. f. Prosedur khusus untuk memperbaiki cara belajar yang kurang baik. Tambahan waktu belajar disediakan untuk siswa yang belum mencapai penguasaan pada unti tertentu. Tes dapat dilakukan setelah pelajran diperbaiki. g. Setelah menyelesaikan semua unit, suatu tes akhir (summative test) dan diadministrasikan untuk menentukan kedudukan siswa. Semua siswa yang menunjukkan tingkat penguasaan di atas prasyarat (kriteria) yang ditentukan, mendapat/memperoleh kualitas A (sangat baik) dalam mata 2
  • 4. pelajaran tersebut. Tingkat yang dibawahnya juga juga ditetapkan pada landasan standar absolut yang diperolehnya pada setiap bidang studi atau mata pelajaran. h. Hasil test unit (formative test) dan ujian final (summative test) digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki metode mengajar, materi pelajaran dan sekuensi penyajian. Dalam tes fomatif biasanya dituntut tingkat keberhasilannya sebesar 85% dari seluruh pertanyaan tes yang harus dijawab benar. Sedangkan dalam tes sumatif, tingkat keberhasilan yang dituntu minimal 80%-90% dari seluruh pertanyaan tes yang harus dijawab benar. Bloom berpendapat bahwa tingkat penguasaan dapat dicapai, apabila pengajaran yang diberikan bermutu baik dan tindakan-tindakan korektif terhadap siswa yang mengalami kesulitan dilakukan dengan tepat dan sungguh-sungguh, dengan demikian kalau kurang dari 95% siswa dalam kelas mencapai taraf penguasaan yang ditetapkan maka kesalahan dapat ditimpakan kepada tenaga pengajar (guru) bukan pada siswa. Walaupun dalam pendekatan mastery learning dikenal adanya pengayaan dan remedial, hendaknya guru sebagai pendidik memberi motivasi bagi siswa yang mengikuti remedial agar tidak malu untuk menjalani perbaikan- perbaikan. Karena sesungguhnya menurut pendekatan ini, siswa dapat mencapai penguasaan terhadap suatu unit dengan waktu yang berbeda-beda. 3. Implikasi Mastery Learning Menurut Bloom a. Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara tuntas (mastery learning). b. Tugas guru adalah mengusahakan setiap kemungkinan untuk menciptakan kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media dan umpan yang baik bagi siswa. c. Yang dihadapi guru adalah siswa-siswa yang mempunyai keanekaragaman individual. Karena itu kondisi optimal mereka juga beraneka ragam. 3
  • 5. d. Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai satuan pelajaran mutlak diperhatikan, agar supaya para siswa mengerti hakikat tujuan dan prosa dan belajar. e. Bahan pelajaran dijabarkan dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil-krcil dan selalu diadakan pengujian awal (pretest) pada permulaan pelajaran dan penyajian akhir (posttest) pada akhir satuan akhir pelajaran. f. Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang kecil (4-6 orang) yang dapat berteman secara teratur sehingga dapat saling membantu g. dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar siswa secara efektif dan efisien. h. Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat penguasaan tujuan instruksional khusus bagi materi pelajaran yang bersangkutan yaitu menggunakan “criteria referenced test” bukannya “norm referenced test”. 4. Ciri-Ciri Belajar Mengajar Dengan Mastery Learning a. Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah ditentukan lebih dahulu b. Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam kemampuan dan kecepatan belajarnya c. Menggunakan prinsip belajar siswa aktif d. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil e. Menggunakan system evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas kriteria, agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan f. Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan. 5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mastery Learning a. Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran b. Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah 4
  • 6. informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional. c. Kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima pelajaran.Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsure-unsur tugas belajar d. Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning) : Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atau pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan. 6. Perbandingan Kualitatif Antara Pembelajaran Tuntas Dengan Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Tuntas Pembelajaran Konvensional A. Persiapan Tingkat ketuntasan Diukur dari performance peserta Setiap peserta didik harus mencapai didik dalam setiap unit (satuan nilai 75 Diukur dari performance kompetensi atau kemampuan dasar peserta didik yang dilakukan secara acak Satuan Acara Pembelajaran Dibuat untuk satu minggu Dibuat untuk satu minggu pembelajaran, dan dipakai sebagai pembelajaran, dan hanya dipakai pedoman guru serta diberikan sebagai pedoman guru kepada peserta didik Pandangan terhadap kemampuan peserta didik Kemampuan hampir sama, namun Kemampuan peserta didik dianggap 5
  • 7. tetap ada variasi sama B. Pelaksanaan pembelajaran Bentuk pembelajaran Dilaksanakan melalui pendekatan Dilaksanakan sepenuhnya melalui klasikal, kelompok dan individual pendekatan klasikal Cara pembelajaran Pembelajaran dilakukan melalui Dilakukan melalui mendengarkan penjelasan guru (lecture), membaca (lecture), tanya jawab, dan membaca secara mandiri dan terkontrol, (tidak terkontrol) berdiskusi, dan belajar secara individual Orientasi pembelajaran Pada terminal performance peserta Pada bahan pembelajaran didik (kompetensi atau kemampuan dasar) secara individual Peranan guru Sebagai pengelola pembelajaran Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta untuk memenuhi kebutuhan seluruh didik secara individual peserta didik dalam kelas Fokus kegiatan pembelajaran Ditujukan kepada masing-masing Ditujukan kepada peserta didik peserta didik secara individual dengan kemampuan menengah Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran Ditentukan oleh peserta didik Ditentukan sepenuhnya oleh guru dengan bantuan guru 6
  • 8. C. Umpan Balik Instrumen umpan balik Menggunakan berbagai jenis serta Lebih mengandalkan pada bentuk tagihan secara berkelanjutan penggunaan tes objektif untuk penggalan waktu tertentu Cara membantu peserta didik Menggunakan sistem tutor dalam Dilakukan oleh guru dalam bentuk diskusi kelompok (small-group tanya jawab secara klasikal learning activities) dan tutor yang dilakukan secara individual 7. Peran Guru Dalam Mastery Learning a. Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-satuan (unit-unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasyaratnya. b. Mengembangkan indikator berdasarkan SK/KD. c. Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi d. Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik e. Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif) f. Menggunakan teknik diagnostik g. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik yang mengalami kesulitan C. INDIVIDUALLY PRESCRIBED INSTRUCTION (IPI) 1. Pengertian Individually Prescribed Instruction (IPI) Proyek Individually Prescribed Instruction (IPI) mulai dirintis tahun 1963, berdasarkan hasil penelitian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan 7
  • 9. Pembelajaran Universitas Pittshburgh dan Baldwin-Whitehall Public Schools. Saat ini, kemungkinan besar dapat diterapkan untuk bidang testing dan diseminasi program IPI yang ditangani oleh Research for Better Schools, sebuah Laboratorium Regional di Philadelphia dan di sebarluaskan oleh National Institute for Education (NIE). Program IPI merupakan suatu system yang disusun dengan baik untuk pengajaran individual di tingkat sekolah taman kanak-kanak. Pelaksanaan program ini dapat mencakup bidang matematika, membaca, ilmu pengetahuan, menulis dan ejaan. Dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran tujuan pembelajaran dikelompokkan kedalam unit-unit pelajaran. Setiap unit pelajaran disajikan secara khusus contens dan tingkat kesulitan khusus. Unit-unit dan tujuan pengajaran diantara unit disusun kedalam urutan tertentu untuk memudahkan siswa dalam mempelajarinya. Setiap siswa ditempatkan menurut urutan unit-unit pelajaran setiap bidang studi. 2. Garis besar Individually Prescribed Instruction Berikut ini daftar langkah-langkah pengajaran individual dengan system IPI: 1. Sebuah seri tes penempatan (placements tests) diberikan kepada setiap siswa pada awal tahun ajaran sekolah dimulai. Hasil-hasil menunjukkan taraf mastery setiap bidang contens dalam setiap subjek dan menunjukkan unit khusus pada apa yang telah mulai dipelajarinya. 2. Setiap unit pelajaran dipelajari siswa, kemudian diberikan pretest yang mencakup tujuan pembelajaran dari unit yang di administrasikan. Hasil tes ini dipergunakan untuk menentukan tujuan pengajaran mana atau keterampilan apa yang harus dikuasai di dalam unit pelajaran tersebut (misalnya telah memenuhi taraf penguasaan 85%), dan mana kebutuhan pelajaran yang akan datang. Jika semua siswa telah menguasai sesuai taraf penguasaan yang ditetapkan, siswa dapat melangkah ke pre tes unit pelajaran berikutnya. 3. Guru mengevaluasi hasil pre tes setiap unit pelajaran agar siswa dapat memulai mempelajari dan menulis resep belajar untuk mencapai tujuan 8
  • 10. pembelajaran di dalam unit pelajaran yang telah dicapainya. Seorang siswa dapat menentukan/memilih tutor individu, teks material, material audio- visual atau kelompok kerja, tergantung kepada kebutuhan dan minatnya. 4. Siswa memperoleh materi pelajaran dan mempelajarinya untuk mencapai prestasi belajar untuk setiap tujuan pembelajaran yang belum dikuasai untuk setiap unit pelajaran. 5. Jika siswa menunjukkan prestasi belajar yang memuaskan pada semua tujuan pembelajaran setiap unit, ia diberikan post tes dari unit-unit pelajaran secara keseluruhan. Pos tes merupakan suatu bentuk alternative dari pre tes untuk mengukur performansi pada tujuan pembelajaran unit pelajaran. 6. Jika tingkat penguasaan yang ditetapkan (85%) tidak dicapai pada beberapa tujuan pembelajaran dalam pos tes, pengajaran dapat diulangi (re-teaching). Jika penguasaan yang ditunjukkan siswa pada semua tujuan pembelajaran dalam unit pelajaran, siswa dapat ,melangkah ke unit berikutnya. Prosedur yang digunakan dalam IPI diuraikan secara sederhana dan singkat, bagaimana system pelaksanaan dalam mengdiagnosis kebutuhan belajar dan menjelaskan aktivitas belajar yang akan dilakukan oleh siswa secara individual. Seperti yangdisimpulkan dari garis besar langkah-langkah dalam program IPI, seorang guru menghabiskan/menggunakan banyak waktu untuk mengadministrasi tes, mendiagnosis kebutuhan belajar, menulis petunjuk belajar, menganalisis kemajuan siswa, dan memberikan bimbingan individual kepada siswa. Sangat sedikit waktu yang dipergunakan untuk memberikan ceramah, tetapi sewaktu-waktu bersedia mengajar kelompok kecil siswa yang memnyai problem belajar yang sama. Pada tahun 1960-an dan tahun 1970-an diadakan pembahasan mengenai pengembangan secara terintegrasi beberapa sisitem untuk dipakai di sekolah dasar dan sekolah menengah (Talmage, 1975, dalam Joseph Mbulu: 35). Salah satu system adalah Individualized Prescribed instruction (IPI). Di dalam kelas IPI, siswa biasanya belajar secara individu menggunakan paket 9
  • 11. pemrograman. Peranan guru berubah dari instruktur menjadi manager pengajaran. Guru menentukan program apa dan memberikan kesempatan kepada para siswa, memonitor kemajuan belajar siswa, dan menyediakan bantuan secara individu jika dibutuhkan. 3. Peranan Tujuan Pembelajaran dalam Sistem IPI System IPI didasarkan pada kejelasan seperangkat tujuan pembelajaran khusus dalam setiap materi pelajaran yang dicakup. Tujuan pembelajaran khusus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur. Artinya, menunjukkan spesifikasi apa yang dapat dilakukan siswa setelah menunjukkan apa yang telah dikuasai dengan mengerjakan tugas-tugas belajar yang beraneka ragam itu. Tujuan pembelajaran khusus memberikan dasar untuk mengorganisasi kurikulum, menentukan metode mengajar dan materi pelajaran, menyiapkan variasi bentuk tes, dan membimbing siswa untuk belajar mandiri. Kurikulum untuk setiap bidang studi berisi rangkaian tujuan khusus tingkah laku yang disusun disesuaikan dengan bidang contens, diurutkan menurut tingkatan belajar, dan dikelompokkan kealam unit-unit pengajaran. Singkatnya, materi pelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran khusus, sedangkan tes sebagai alat penilaian dirancang untuk mengukur tujuan pembelajaran khusus yang dirumuskan. Akhirnya, siswa secara individual mempelajari materi pelajaran untuk mencapai tujuan dan kemajuannya dalam menguasai materi tersebut dievaluasi dengan menggunakan tes. Dengan demikian rumusan tujuan pembelajaran khusus memainkan peranan kunci dalam system IPI. 4. Standar Penguasaan Untuk menunjukkan penguasaan tujuan pembelajaran khusus setiap unit pelajaran, siswa harus mencapai taraf penguasaan dengan memperoleh presentase 85 (85%). Artinya siswa harus menjawab benar pertanyaan tes dengan memperoleh skor 85. Apabila siswa belum mencapai ktiteria penguasaan yang ditetapkan, maka ia harus mempelajari kembali materi 10
  • 12. pelajaran yang sama dan menempuh tes. Selanjutnya, para siswameneruskan materi pelajaran berikutnya. 5. Testing Program Empat tipe tes yang digunakan dalam system IPI yaitu (1) placement test, (2) unit pre test, (3) curriculum embedded test dan (4) unit post test. Fungsi utama placement test dan unit pre test adalah untuk menentukan secara tepat tujuan pembelajaran khusus yang akan dipelajari siswa. Fungsi embedded test dan unit post test adalah untuk memonitor/memantau tingkah laku/performansi siswa, seperti kemajuannya dari satu tujuan pembelajaran ke pembelajaran unit pelajaran yang berikutnya. Menurut Landvall dan Cox (dalam Joseph Mbulu:36), keempat tipe tes tersebut dapat membantu guru dalam mempersiapkan materi pelajaran untuk setiap siswa. Semua tes dalam system IPI disusun seperti Criterion-refenced tests. Dengan demikian, tes tersebut dirancang untuk mengukur hasil belajar siswa secara khusus terhadap tingkah laku dalam rumusan tujuan pembelajaran khusus. Tiap tujuan pembelajaran khusus diukur dengan sejumlah item tes yang relevan. Banyak sedikitnya bergantung pada karakteristik tujuan pembelajaran khusus dan tipe tes yang dipilih. Tingkat kesulitan setiap item tes, ditentukan oleh karakteristik tugas-tugas belajar yang sedang diukur dan tidak diadakan percobaan (uji coba) untuk mengubah item yang sulit. Keempat tipe tes tersebut dirangkum seperti yang disajikan pada tabel berikut Tipe Tes dan Penggunaannya dalam Sistem IPI Tipe Tes Pengertian Kegunaan placement test Mengukur tingkat Mengidentifikasi unit- penguasaan siswa dari unit pelajaran yang akan berbagai unit pelajaran dipelajari siswa. dalam setiap mata pelajaran/bidang studi unit pre test Mengukur performansi Mengidentifikasi tujuan 11
  • 13. siswa pada setiap tujuan instruksional dalam instruksional dalam setiap unit pelajaran setiap unit yang dipilih untuk tugas khusus yang untuk dipelajari akan dikerjakan. curriculum embedded test Mengukur tingkat Menentukan apakah penguasaan siswa dari meneruskan pekerjaan tujuan instruksional pada tujuan instruksional khusus tiap unit pelajaran yang sama atau melangkah pada tujuan yang berikutnya. unit post test Mengukur tingkat Menentukan apakah penguasaan siswa melanjutkan mempelajari terhadap tujuan untuk pelajaran yang instruksional dalam sama atau melangkah ke setiap unit yang telah unit pelajaran yang dipelajari berikutnya. 6. Peranan Guru Kelas Peranan utama guru kelas dalam pelaksanaan system IPI adalah merencanakan kegiatan belajar di kelas dan memberikan supervise dalam menyusun program. Berikut pertanggungjawaban khusus yang didaftar oleh Linvall dan Bolvin, 1970 (dalam Joseph Mbulu:37): 1. Mengevaluasi dan mendiagnosa kebutuhan dan kemajuan setiap siswa. 2. Mengembangkan perencanaan belajar individual. 3. Mengembangkan dengan segera dan rencana jangka panjang untuk seluruh kelas. 4. Merencanakan dan mengorganisasikan ruang kelas dan lama pelajaran untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif. 5. Mengembangkan dalam kerjasama dengan anggota staf professional, merencanakan untuk keperluan kelompok pengajaran yang lebih besar. 6. Mengawasi pekerjaan para professional seperti teknisi dan pembantu guru. 12
  • 14. 7. Mempelajari dan mengevaluasi system sedemikian rupa untuk memperbaiki pelaksanaannya di dalam kelas. 8. Mengelola Sistem IPI Di dalam system IPI, pekerjaan yang berhubungan dengan aadministrasi dari menyusun pelajaran, menskor tes, mencatat data dan sebagainya secara khusus dikerjakan oleh staf administrasi tanpa automatisasi. Sekarang system informasi dikelola dengan computer dirancang untuk mengganti beberapa administrasi pokok dan untuk membantu guru dalam kewajibannya menyusun petunjuk diagnostic. Fungsi dari system pengelolaan adalah (1) mengumpulkan data, (2) memantau kemajuan belajar siswa, (3) menyediakan informasi sebagai dasar untuk menentukan bidan studi atau mata pelajaran yang akan diajarkan, (4) mendiagnosa kesulitan belajar siswa. Disamping menggunakan computer sabagai alat untuk mengelola informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan pengajaran individual (Computer-Managed Instruction), pada saat ini dan waktu yang akan dating perencanaan diadakan untuk menggunakan computer sebagai alat untuk mengatur pengajaran (Computer-Assisted Instruction). Implementasi dari Computer-Managed Instruction dalam IPI merupakan tujuan utama yang dicetuskan oleh Cooley dan Glaser 1971 dari Research and Development Center pada Universitas Pittsburgh (Grounlund, 1974:31, dalam Joseph Mbulu:38). D. SISTEM PENGAJARAN PLAN (The Plan Instructional System) 1. Pengertian Sistem Pengajaran PLAN Sistem Pengajaran PLAN (Program For Learning In Accordance With Needs) mulai dirintis tahun 1966 sebagai uasaha dari The American Institutes For Research, dan The Westting House Learning Corporation. Sistem ini mula-mula diterapkan di kelas I,IV dan IX, yang meliputu bidang Studi Bahasa, Seni, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada tahun 1969, diterapkan mulai kelas I sampai 13
  • 15. dengan kelas XII. Pada tahun 1972, Westtinghouse Learning Corporation mendapat kepercayaan penuh dari pemerintah untuk melaksanakan dan mengelola PLAN. Sistem ini memasukan unsur-unsur bimbingan terhadap program yang dipusatkan pada pengajaran emapat bidang studi/ mata pelajaran di atas. Tujuan pembelajaran digunakan sebagai dasar dalam program pengajaran. Namun pengelompokan tujuan pembelajaran khusus dalam modul pembelajaran ditiadakan. Pelaksanaan PLAN di kelas I sampai dengan XII meliputi empat bidang studi yaitu Bahasa dan Seni, Matematika, IPA, dan IPS. Kurikulum setiap bidang studi/ mata pelajaran terdiri dari Teaching Learningi Unit’s TLU’s) dan dikelompokan menjadi dua belas tingkatan atau kelas. Tiap TLU’s terdiri dari satu tujuan instruksional, deskripsi mata pelajaran, dan metode belajar yang digunakan siswa dalam mencapai tujuan instruksional khusus. Para siswa secara individual mempelajari suatu rangkaian (seri) TLU’s yang dipi;ih berdasarkan minat, kebutuhan dan kemampuannya. Penempatan program dibantu melalui tes penempatan atau tes prestasi belajar (placement/ achiemenet test). Para siswa belajar dengan caranya sendiri melalui TLU’s satu demi satu, mendemonstrasikan/ menunjukan tingkat penguasaan tujuan instruksional sambil dinilai oleh guru. Setiap siswa diberi kebebasan dalam merencanakan program belajarnya dan memilih di antara alternative pola instruksional yang disediakan. Penilaian hasil balajar meliputi tugas individual dan kerja kelompok dengan penggunaan variasi materi pelajaran. 2. Garis Besar Langkah-Langkah Penggunaan Sistem PLAN Di dalam sistem PLAN setiap siswa bekerja sesuai dengan kecepatannya masing-masing dengan program studi yang dirancang khusus bagi mereka. Berikut unu garis besar langkah-langkah dalam penguasaan system PLAN: a. Pada permulaan pada tahun ajaran sekolah, para siswa memperoleh informasi serangkaian TLU’s yang berorientasi pada system PLAN. Siswa 14
  • 16. diperkenalkan dengan materipelajaran dan prosedur yang harus diikuti dalam PLAN. b. Setiap siswa belajar sesuai dengan penempatanorientasi TLU’s dalam setiap bidang studi. TlU’s ini dipakai sebagai pedoman dalam menentukan keterampilan siswa, kemampuan dan minat siswa terhadap setiap bidang studi. TLU’s juga dirancang untuk membantu penempatan siswa, sementara itu diberi kesempatan untuk berpartispasi secara aktif dalam menggunakan program studinya. Para siswa diberikan kebebasan dalam menentukan apa yang kan dipelajarainya. c. Disediakan tes penempatan dan tes prestasi belajar yang dapat digunakan dalam proses penempatan siswa. Tes ini mengukur pengethuan siswa dan tujuan istruksional yang ditetapkan dalam kurikulum PLAN. Apabila siswa menunjukan minat yang tinggi mempelajari TLU’s dalam bidang studi tertentu, maka guru dapat mengadminstrasikan tes bidang studi tersebut, untuk menetukan tujuan instruksional mana yang sudah dicapai dan tujuan instruksional mana yang belum dicapai d. Apabila guru dan siswa sepakat dengan program yang dipelajari oleh siswa maka siswa diperbolehkan untuk meneruskan mempelajari TLU’s sesuai dengan kecepatannya sendiri. Untuk itu dibutuhkan interaksi dengan berbagai materi pelajaran sendiri, mengoperasikan peraatan audio- visual sendiri sehingga dengan penerapan system PLAN ini, sikap kemandirian siswa semakin lam asemakin bertambah baik dalam belajar maupun dalam bekerja. 3. Peranan Tujuan Instruksional Dalam Sistem PLAN Tujuan instruksional merupakan kerangka dasar dalam sistem PLAN. Kirikulum setiap tingkatan untuk setiap bidang studi memuat seperangkat TLU’s. Tiap TLU’s didasarkan pada tujuan instruksional khusus yang terdiri dari 52 TLU’s untuk Core Curriculer dan 3 TLU’s untuk orientasi bidang bahasa dan seni. Tujuan setiap TLU’s secara khusus mencakup apa yang akan dikerjakan atau dipelajari siswa apabila mereka dihadapkan pada aktivitas belajar TLU’s. Dalam beberapa bidang studi tertentu, tujuan instruksional 15
  • 17. biasanya dirumuskan berdasarkan urutan-urutan tertentu. Namun pada bidang studi tertentu, urutan-urutan ini dipandang tidak penting. 4. Orientasi Kurikulum PLAN Kurikulum PLAN meliputi seprangkat seri TLU’s dalam bidang studi bahasa dan seni, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan social. Setiap bidang studi, TLU’s dikelompokan ke dalam dua belas kelompok mata pelajaran. Pda permulaan tahun ajaran sekolah, setiap kelas diadakan orientasi TLU’s, untuk memeprkenlakan kepada siswa bidang studi yang akan dipelajari dan prosedur yang harus diikuti dalam belajar dengan system PLAN. Beberapa bidang studi dirancang khusus yang dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi guru dalam menentukan penempatan siswa yang tepat dan memeberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan minatnya terhadap bidang studi tertentu. Melalui orientasi TLU’s ini siswa diharapkan dapat berparisispasi aktif dalam merencanakan programnya secara individual untuk dipeljari secara sendiri. Serangkaian TLU’s dalam bidang studi merupakan Core Curriculer dari system PLAN. Pada setiap kelas (tingkatan) para guru dianjurkan untuk memprluas, memperdalam dan mengembangkan kurikulum dengan cara mempertinggi aktivitas belajar siswa, menyusun perencaan bagi siswa, baik secara individual maupun kelompok. E. PERSONALIZED SYSTEM OF INSTRUCTION (PSI) 1. Pengertian Personalized System of Instructions Personalized System of Instructions (PSI) atau sistem pengajaran perseorangan merupakan pembelajaran berbasis personal atau individu yang sudah dimodifikasi dengan sistem cooperative learning. PSI merupakan pembelajaran yang menggunakan sistem modular dimana siswa dibantu oleh seorang tutor yang dapat berupa guru atau teman satu kelasnya. Sejak abad pertengahan dasawarsa 1960-an PSI telah berhasil diterapkan untuk berbagai mata pelajaran dan hampir pada semua jenis dan jenjang sekolah. 16
  • 18. Personalized System Of Instruction merupakan cara pengelolaan pengajaran yang didasarkan pada teori pemantapan (reinforcement theory), sebagai kerangka menyeluruh bagi keseluruhan pengajaran. Dalam kelas yang menerapkan PSI, siswa bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan kecepatan penguasaan masing-masing dengan menggunakan berbagai bahan pelajaran. Bahan pelajaran disusun dalam suatu urutan tertentu dan sebelum siswa melangkah ke unit pelajarn berikutnya, terlebih dahulu harus mempelajari dan lulus tes penguasaan unit pelajaran unit pelajaran yang dipelajarinya. Isi dan penekanan tes hendaknya tidak merupakan suatu kejutan bagi siswa. Ini disebabkan dalam setiap unit pelajaran siswa telah ditunjukkan hal-hal penting untuk dikuasai; disamping itu tujuan dari unit pelajaran yang bersangkutan telah dijelaskan Sistem pengajaran Personalization System of Instruction (PSI) yang dikembangkan oleh psikolog Fred Keller dan sering disebut Rencana Keller, diterapkan pada suatu pelajaran yang lengkap. Pendekatan umumnya berdasarkan pada sebuah buku ajar dengan satuan pelajaran yang terdiri atas bacaan, pertanyaan, dan soal. Sumber pengajaran tidak hanya dibatasi pada bahan tertulis saja. Media lain, baik berupa media audio atau visual, dapat disisipkan. Personalized System of Instruction (PSI) dalam pelaksanaannya sudah mencerminkan system pembelajaran individual, dengan beberapa modivikasi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran sangat memperhatikan perbedaan individual. 2. Ciri-Ciri Pembelajaran PSI Pembelajarn ini mempunyai beberapa ciri atau karakteristik sebagai berikut: a. Memungkinkan siswa maju menurut kemampuan masing-masing. b. Adanya persyaratan penguasaan yang sempurna bagi setiap unit pembelajaran sebelum maju ke unit pelajaranm berikutnya. c. Menggunakan ceramah dan demonstrasi sebagai alat untuk memberikan motivasi kepada siswa. 17
  • 19. d. Komunikasi guru siswa ditekankan pada penggunaan materi-materi pembelajaran tertulis dalam bentuk progama. e. Menggunakan system proctor, yaitu pemberian tes secara berulang-ulang untuk memberikan penilaian secara cepat dan sebagai umpan balik bagi pemberian bantuan kepada siswa yang membutuhkan. f. Menggunakan siswa tutor, yaitu siswa yang pandai memberi bimbingan belajar kepada siswa yang kurang / lemah. g. Memungkinjkan adanya aspek personal dan sosial dalamn proses pendidikan. 3. Prosedur Pelaksanaan PSI a. Merumuskan sejumlah tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. b. Menentukan patokan penguasaan atau mastery pembelajaran yang akan dipelajari. c. Merumuskan satuan pelajaran byang merupakan pokok -pokok bahasa yang akan dipelajari daklam rangka mencapai tujuan. d. Pokok-pokok bahasa itu dipecah ke dalam bagian bagian lebih kecil sehingga dapat dipelajari secara tuntas. e. Prosedur pembelajaran ditentukan untuk dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan. Prosedur itu tercermin pada perumusan : 1) Daftar tujuan pembelajaran pada satuan pelajaran. 2) Sejumlah saran belajar yang menekankan pada membaca materi tertulis atau materi lain. 3) Sejumlah kegiatan belajar untuk memberikan rangsangan berpikir dan bimbingan belajar. 4) Sejumlah soal tes yang berkaitan dengan tujuan daripada satuan pelajaran yang dipelajari tersebut. f. Setiap siswa mempelajari unit-unit pelajaran dengan kecepatan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Setelah mempelajari setiap bagian bahan dan menjawab seperangkat pertanyaan yang berkaitan atau menyelesaikan berbagai kegiatan, siswa melaporkan kepada pengawas 18
  • 20. atau tutor bahwa ia siap untuk diuji tentang bagian tertentu dari bahan ajar. g. Tes diikuti oleh seluruh siswa, dengan bantuan pengawas untuk memeriksa hasilnya. Setelah ujian selesai dikerjakan, segera dinilai oleh pengawas (siswa lain yang telah menyelesaikan pelajaran dengan berhasil), yang kemudian menunjukkan hasil ujian tersebut kepada siswa. h. Memberikan bimbingan kepada siswa yang belum menguasai materi penuh. i. Evaluasi sumatif pada saat seluruh unit selesai dipelajari untuk menentukan angka keberhasilan.Apabila siswa berhasil dengan memuaskan (umumnya dengan tingkat kemampuan 80-90%), ia dapat melanjutkan ke bab atau satuan pelajaran berikutnya. Apabila tingkat (ditentukan oleh ujian) belajar yang telah dipersyaratkan tidak dicapai, siswa harus mempelajari kembali bahan ajar tersebut, dan apabila sudah siap, menempuh ujian lagi dalam bentuk lain.Tata cara ini berulang sampai siswa mencapai keberhasilan sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. Meskipun beberapa mata ajar dipelajari secara perseorangan, tidak semua proses belajar harus berlangsung sendirian seperti itu. Beberapa pengajar mengadakan pertemuan dengan kelas atau kelompok kecil siswa untuk memberikan ceramah dan berdiskusi. Di samping itu, hubungan antara siswa perseorangan dengan pengawas, untuk tujuan evaluasi dan balikan langsung, dapat mendorong kegiatan belajarselanjutnya. Proctor adalah seseorang yang dapat membantu siswa dalam mempelajari matrei dan memberikan feedback berdasarkan hasil kuis atau tes pada setiap unit serta turut membantu memantau perkembangan siswa. Grant dan Spencer menyebutkan bahwa terdapat dua jenis proctor yang dapat digunakan, yaitu proctor internal dan proctor eksternal. Proctor internal terdiri dari siswa yang terdapat dalam kelas tersebut dan telah dinyatakan tuntas pada materi yang telah dipelajari. Sedangkan proctor eksternal adalah guru lain dalam bidang studi yang sama, tenaga profesional dalam bidang 19
  • 21. yang sama, atau siswa yang berada pada satu kelas lebih tinggi dari siswa yang akan dibimbing. Sama halnya dengan pendekatan pengajaran individual lainnya, PSI berusaha untuk menerapkan prinsip belajar (1) penyajian informasi disesuaikan dengan kemampuan siswa saat itu, (2) banyaknya kesempatan untuk memberi taggapan terhadap materi pelajarn, dan (3) adanya umpan balik atau perbaikan dengan segera. PSI menambah filsafat penguasaan bahwa siswa tidak boleh maju ke unit pelajaran berikutnya sebelum unit yang dipelajari benar-benar dikuasai dan adanya kontak satu lawan satu antara siswa dengan proctornya. 20
  • 22. DAFTAR RUJUKAN Badarudin, 2011. Belajar Tuntas Mastery Learning. (http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/belajar-tuntas-mastery- learning.), diakses pada tanggal 13 oktober 2011. Dewin. 2010. Contoh-Contoh Pendekatan Pembelajaran. (http://dewin221106.blogspot.com/2010/05/contoh-contoh-pendekatan- pembelajaran.html), diakses pada tanggal 14 Oktober 2011. Mbulu, Joseph. 2001. Pengajaran Individual: Pendekatan, Metode, Dan Media, Pedoman Mengajar Bagi Guru Dan Calon Guru. Malang: Elang Mas. Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Rasyid, Rusman. 2011. Pendekatan Pembelajaran Personal. (http://cummank.blogspot.com/2011/03/01/ pendekatan-pembelajaran- personal.html), diakses pada tanggal 11 Oktober 2011. Sudrajat, Ahmad. 2009. Belajar Tuntas Mastery Learning dalam KTSP. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas- mastery-learning-dalam-ktsp), diakses pada tanggal 13 oktober 2011. Sukarto. 2011. Stratei Pembelajaran Personalized System of Instruction (PSI). (http://www.shvoong.blogspot./2011/1/ Stratei-Pembelajaran-Personalized- System-of-Instruction-(PSI).html), diakses pada tanggal 14 Oktober 2011. UPT P dan K Purworejo. Personalized System Of Instructions ( Memberikan Informasi Mandiri). (http://uptpdankpurworejo.blogspot.com/2011/10/personalized-system-of- instructions.html), diakses pada tanggal 14 Oktober 2011. 21