Pembelajaran kontekstual berbasis TIK adalah pendekatan pembelajaran yang menghubungkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan nyata siswa dengan bantuan perangkat elektronik seperti komputer, LCD, dan internet. Pendekatan ini bertujuan membuat siswa memahami dan mampu menerapkan konsep pelajaran dalam kehidupan sehari-hari."
Panduan pelaksanaan pembelajaran kontekstual smp berbasis tik
1. KATA PENGANTAR
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang
Wajib Belajar, Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara merupakan indikasi yang sangat nyata upaya
Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia agar mampu
bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi.
Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian
Pendidikan Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan
perundangan tersebut dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK)
SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009 mencapai 98,11%. Angka ini melebihi
target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun 2008, yaitu 95.0%. Dengan telah
tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan pendidikan pada jenjang
SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan.
Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah
menyusun berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk
program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan
kebijakan dan program tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan
Nasional terkait dengan Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan
Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi.
Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah
ditetapkan, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan
SMP menerbitkan berbagai Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing
program dan/atau kegiatan, baik yang pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan langsung oleh sekolah.
Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan
program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah,
efektif dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana,
pelaksanaan, sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya.
Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan
seksama dan menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan
seluruh program atau kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah
Menengah Pertama tahun anggaran 2010.
Jakarta, Januari 2010
Direktur Pembinaan
Sekolah Menengah Pertama,
Didik Suhardi, SH., M.Si
NIP. 196312031983031004
iii
2.
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... V
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A Latar Belakang .................................................................................... 1
B Tujuan Penyusunan Panduan .............................................................. 2
BAB II KONSEP PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS
TIK ............................................................................................................ 3
A. Pengertian ........................................................................................... 3
B. Tujuan ................................................................................................. 5
C. Komponen Pembelajaran Kontekstual................................................ 5
D. Lingkup dan Bentuk Pembelajaran Kontekstual Berbasis TIK........... 9
E. Indikator Keberhasilan...................................................................... 10
BAB III FASILITAS TIK UNTUK MENDUKUNG
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL................................................ 13
A. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Ruang Kelas ................... 14
B. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Laboratorium Komputer. 14
C. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Perpustakaan SMP ......... 14
D. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Ruang Multimedia......... 15
E. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Laboratorium Bahasa ..... 16
F. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Laboratorium IPA .......... 16
G. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Laboratorium IPS........... 16
H. Peralatan TIK Sebagai Alat Bantu Manajemen di Ruang Guru........ 16
I. Peralatan TIK Sebagai Alat Bantu Manajemen Pembelajaran/......... 17
Kurikulum Sekolah........................................................................... 17
BAB IV. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL ..... 19
A. Perencanaan ...................................................................................... 19
B. Pelaksanaan....................................................................................... 21
C. Penilaian ........................................................................................... 22
BAB V PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL DI SEKOLAH......................................................... 29
A. Penyiapan Guru................................................................................. 29
B. Penyiapan Perangkat Pembelajaran Kontekstual .............................. 30
C. Penyiapan Media dan Sumber Belajar .............................................. 30
D. Penyiapan Fasilitas Multimedia ........................................................ 31
v
4. E. Pelaksanaan Pembelajaran.................................................................. 32
F. Monitoring dan Evaluasi.................................................................... 32
BAB VI PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL OLEH DIREKTORAT PEMBINAAN SMP ....... 35
BAB VII PENUTUP .................................................................................. 37
L A M P I R A N ........................................................................................ 39
vi
5. Belajar Untuk Masa Depanku
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Direktorat Pembinaan SMP telah
melakukan pengembangan pembelajaran kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL). Pengembangan yang telah dilakukan
meliputi panduan pembelajaran kontekstual, model-model
pembelajaran kontekstual dalam bentuk audio visual (VCD), dan bahan
ajar sesuai Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Bahan ajar
untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, PKn, dan IPS telah disusun dalam bentuk buku pelajaran sesuai
kriteria yang ditentukan, dan telah lolos penilaian dari BSNP sebagai
buku pelajaran SMP. Buku-buku tersebut telah di upload dalam Buku
Sekolah Elektronik (BSE), dan telah digunakan di sekolah.
Pelatihan pembelajaran kontekstual kepada para Guru SMP, baik
melalui pusat, provinsi dan kab/kota juga telah dilakukan. Melalui
pengembangan dan pelatihan tersebut diharapkan para guru dapat
memahami esensi pembelajaran kontekstual, menguasai perangkat
pembelajaran, serta mampu menyelenggarakan pembelajaran
kontekstual secara nyata di sekolah. Pembelajaran kontekstual mulai
diimplementasikan di SMP pada tahun 2001/2002. Sampai tahun
2009/2010 ini lebih dari 3000 SMP telah mengimplementasikan
pembelajaran kontekstual secara intensif.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual mampu
meningkatkan motivasi dan keaktivan belajar siswa serta penguasaan
yang mendalam terhadap materi pelajaran. Berdasarkan hal tersebut,
Direktorat Pembinaan SMP berupaya terus untuk menyebarluaskan
pembelajaran kontekstual ke lebih banyak SMP di seluruh Indonesia.
Kompetensi guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual juga
terus ditingkatkan, terutama untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan. Di samping itu, Pendekatan pembelajaran
kontekstual berbasis Information and communication technology (ICT)
atau teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dipandang sangat
esensial untuk dikembangkan dan diterapkan di SMP yang telah
memiliki fasilitas pendukung memadai.
1
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
6. Belajar Untuk Masa Depanku
B Tujuan Penyusunan Panduan
Melalui buku panduan pelaksanaan pembelajaran kontekstual ini
diharapkan warga sekolah terutama pimpinan sekolah dan para guru
dapat menguasai secara memadai mengenai apa yang dimaksud
pembelajaran kontekstual berbasis TIK, mengapa diperlukan, dan
bagaimana mengembangkan serta mengimplementasikannya di
sekolah.
2 “Direktorat PSMP - QEC24711 ”
7. Belajar Untuk Masa Depanku
BAB II
KONSEP PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
BERBASIS TIK
A. Pengertian
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang
membantu guru dalam mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan
nyata, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Melalui pembelajaran
kontekstual diharapkan konsep-konsep materi pelajaran dapat
diintegrasikan dalam konteks kehidupan nyata dengan harapan siswa
dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih baik dan mudah.
Pembelajaran kontekstual berbasis TIK merupakan suatu konsepsi
pembelajaran bermakna, nyata, sistematis, dan relevan dengan konteks
kehidupan siswa, yang perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil
pembelajarannya didukung dengan bantuan piranti elektronik, seperti
piranti komputer, LCD Viewer, televisi, OHP, CD ROM, pesawat
telepon, telekonferensi, transmisi satelit, jaringan internet, dan piranti
elektronik lainnya.
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks
bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan
materi yang sedang dipelajarinya dan sekaligus memperhatikan faktor
kebutuhan individual siswa dan peran guru. Dukungan piranti
elektronik diharapkan mengarah pada pembelajaran elektronik (e-
learning), yang mana rancangan pembelajaran (Silabus, RPP,
Instrumen Penilaian), jadwal, dan bahan ajar serta berbagai hal terkait
pembelajaran dikemas dalam sistem informasi berbasis komputer.
Contoh:
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat dimulai dari kasus
penyalahgunaan Narkoba dan HIV AIDS. Melalui tayangan audio
visual, pemaparan dan diskusi kasus-kasus penyalahgunaan
Narkoba dan HIV AIDS kemudian dapat dibahas konsep-konsep
yang berkaitan dengan biologi dan kimia. Melalui pendekatan
kontekstual ini, siswa tidak hanya menguasai konsep-konsep
biologi dan kimia, tetapi juga menyadari bahayanya Narkoba dan
HIV AIDS, serta tertanam konasi atau perilaku untuk
menghindarinya.
3
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
8. Belajar Untuk Masa Depanku
Mempelajari PPKN/Agama dimulai dengan mendiskusikan lalu
lintas yang macet di lingkungan siswa akibat pelanggaran
terhadap peraturan lalu lintas. Dari peraturan lalu lintas tersebut
diteruskan dengan aturan-aturan lain dalam bernegara dan
beragama, dst.misalkan dengan membuka internet
Pelajaran ekonomi misalnya dapat dimulai dengan membahas
harga buah-buahan yang ada di lingkungan sekitar sekolah.
Didiskusikan mengapa harga buah lebih murah pada saat musim
buah dibanding harga pada saat tidak musim buah. Hal ini terkait
dengan hukum permintaan dan persediaan. Gambar ditampilkan
di LCD dengan Komputer
Belajar sejarah dimulai dengan mempelajari kerajaan atau
peninggalan sejarah yang ada di lingkungan anak didik kita,
kemudian berkembang pada kerajaan-kerajaan di luar
daerahnya. Tentang pahlawan yang berasal dari daerah mereka,
mengapa para pahlawan itu gugur, kenapa mereka harus
mengorbankan jiwanya, untuk apa mereka berjuang, dsb.
Selanjutnya diteruskan dengan perjuangan para pahlawan selain
pahlawan dari daerah mereka, mendiskusikan tentang
penjajahan sampai kepada kemerdekaan bangsanya dan
seterusnya.
Belajar bahasa Inggris, atau bahasa Indonesia dimulai dengan
meminta siswa bercerita, mengarang atau mendiskusikan tentang
lingkungan tempat mereka tinggal, misalnya tentang kondisi lalu
lintas di daerahnya, keindahan daerahnya, tentang kehidupan
sosial, dan budaya masyarakatnya, tentang ladang-ladang dan
sawah, orang tua mereka, tari-tarian tradisional daerahnya, dsb.
Kesemuanya itu benar-benar dilihat, dikenal, dihayati, dan
dirasakan oleh siswa dalam kehidupannya sehari-hari.
Dengan demikian siswa belajar benar-benar diawali dengan
pengetahuan, pengalaman, dan konteks keseharian yang mereka miliki
yang dikaitkan dengan konsep mata pelajaran yang dipelajari di kelas,
dan selanjutnya dimungkinkan untuk mengimplementasikan dalam
kehidupan keseharian mereka. Bawalah mereka dari dunia mereka
ke dunia kita, kemudian hantarkanlah mereka dari dunia kita
kedunia mereka kembali. Sehingga siswa benar-benar bukan hanya
sekedar mengenal nilai (LOGOS) tetapi harus mampu melakukan
internalisasi/penghayatan nilai-nilai tersebut (ETOS) dan yang
4
Direktorat PSMP - QEC24711
9. Belajar Untuk Masa Depanku
terpenting adalah sampai kepada anak mampu mengaktualisasikan/
mengamalkan nilai-nilai tersebut (PATOS). Pembelajaran kontekstual
dapat dirancang dan dilaksanakan dengan baik dengan dukungan
perangkat TIK di sekolah.
B. Tujuan
Tujuan pembelajaran kontekstual berbasis TIK adalah: (1) Membekali
siswa dengan pengetahuan yang lebih bermakna, secara fleksibel dapat
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lain
dan dari satu konteks kekonteks lainnya, memecahkan persoalan,
berpikir kritis, dan melaksanakan pengamatan serta menarik
kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya; (2) Membangun
aliran data dan informasi pembelajaran secara sistematis, sederhana,
akurat dan lancar; (3) Memberikan respon dengan cepat, mengolah dan
menghasilkan keluaran yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan dan kontrol manajemen pembelajaran; (4)
Mengintegrasikan data dan mendistribusikan informasi pembelajaran
dari dan ke berbagai terminal (user) dengan cepat, aman dan akurat; (5)
Menciptakan sistem yang memudahkan dan menyederhanakan proses
untuk meng-upload dan men-down load materi pembelajaran.
C. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Terdapat tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari
penerapan pembelajaran kontekstual berbasis TIK di kelas, yaitu:
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan
(inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic
assessment). Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam
kurikulum apa saja, mata pelajaran apa saja, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya.
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstrukstivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa
orang menyusun atau membangun pemahaman mereka dari
pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengetahuan awal dan
kepercayaan mereka. Seorang guru perlu mempelajari budaya,
pengalaman hidup dan pengetahuan, kemudian menyusun
pengalaman belajar yang memberi siswa kesempatan baru untuk
memperdalam pengetahuan tersebut.
5
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
10. Belajar Untuk Masa Depanku
Pemahaman konsep yang mendalam dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman belajar autentik dan bermakna yang mana
guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mendorong
aktivitas berpikirnya. Pembelajaran hendaknya dikemas menjadi
proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam
proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Pembelajaran
dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan
sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan,
mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya.
Tugas guru dalam pembelajaran konstruktivis adalah memfasilitasi
proses pembelajaran dengan:
(a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
(b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan
idenya sendiri,
(c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri
dalam belajar.
2. Bertanya (Questioning)
Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik
daripada sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam
pemahaman siswa. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang
fenomena, belajar bagaimana menyusun pertanyaan yang dapat
diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti, interpretasi,
dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna
untuk:
(a) menggali informasi, baik teknis maupun akademis
(b) mengetahui pemahaman siswa
(c) membangkitkan respon siswa
(d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
(e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
(f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki
guru
(g) menyegarkan kembali pengetahuan siswa
6
Direktorat PSMP - QEC24711
11. Belajar Untuk Masa Depanku
3. Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi
pemahaman, yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan
yang muncul. Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut didapat
melalui siklus menyusun dugaan, menyusun hipotesis,
mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat pengamatan
lebih jauh, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar pada
data dan pengetahuan.
Di dalam pembelajaran berdasarkan inkuiri, siswa belajar
menggunakan keterampilan berpikir kritis saat mereka berdiskusi
dan menganalisis bukti, mengevaluasi ide dan proposisi,
merefleksi validitas data, memproses, membuat kesimpulan.
Kemudian menentukan bagaimana mempresentasikan dan
menjelaskan penemuannya, dan menghubungkan ide-ide atau teori
untuk mendapatkan konsep.
Langkah-langkah kegiatan inkuiri:
a) merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)
b) Mengamati atau melakukan observasi
c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,
laporan, bagan, tabel, dan karya lain
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada
pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam
kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua
siswa harus mempunyai kesempatan untuk bicara dan berbagi ide,
mendengarkan ide siswa lain dengan cermat, dan bekerjasama
untuk membangun pengetahuan dengan teman di dalam
kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar
secara bersama lebih baik daripada belajar secara individual.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua
arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar
memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan
sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman
belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi jika tidak ada
pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang
merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap
paling tahu. Semua pihak mau saling mendengarkan.
7
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
12. Belajar Untuk Masa Depanku
Praktik masyarakat belajar terwujud dalam:
(a) Pembentukan kelompok kecil
(b) Pembentukan kelompok besar
(c) Mendatangkan ‘ahli’ ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter,
petani, polisi, dan lainnya)
(d) Bekerja dengan kelas sederajat
(e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya
(f) Bekerja dengan masyarakat
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain
berpikir, bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan
siswa untuk berpikir dengan mengeluarkan suara keras dan
mendemonstrasikan apa yang akan dikerjakan siswa. Pada saat
pembelajaran, sering guru memodelkan bagaimana agar siswa
belajar. Guru menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu untuk
mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan satu-satunya model.
Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Contoh praktik pemodelan di kelas:
a) Guru olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di
hadapan siswa
b) Guru PPKN mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke
kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh
tersebut
c) Guru Geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan
sebagai contoh siswa dalam merancang peta daerahnya
d) Guru Biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer
suhu badan
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi memungkinkan cara berpikir tentang apa yang telah siswa
pelajari dan untuk membantu siswa menggambarkan makna
personal siswa sendiri. Di dalam refleksi, siswa menelaah suatu
kejadian, kegiatan, dan pengalaman serta berpikir tentang apa yang
siswa pelajari, bagaimana merasakan, dan bagaimana siswa
menggunakan pengetahuan baru tersebut. Refleksi dapat ditulis di
dalam jurnal, bisa terjadi melalui diskusi, atau merupakan kegiatan
kreatif seperti menulis puisi atau membuat karya seni.
8
Direktorat PSMP - QEC24711
13. Belajar Untuk Masa Depanku
Realisasi refleksi dapat diterapkan, misalnya pada akhir
pembelajaran guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi. Hal ini dapat berupa:
(a) pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh siswa
hari ini
(b) catatan atau jurnal di buku siswa
(c) kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini
(d) diskusi
(e) hasil karya
7. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Penilaian autentik sesungguhnya adalah suatu istilah/terminologi
yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian
alternatif. Berbagai metode tersebut memungkinkan siswa dapat
mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-
tugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan
pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat
ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Berbagai
simulasi tersebut semestinya dapat mengekspresikan prestasi
(performance) yang ditemui di dalam praktik dunia nyata seperti
tempat kerja. Penilaian autentik seharusnya dapat menjelaskan
bagaimana siswa menyelesaikan masalah dan dimungkinkan
memiliki lebih dari satu solusi yang benar. Strategi penilaian yang
cocok dengan kriteria yang dimaksudkan adalah suatu kombinasi
dari beberapa teknik penilaian.
D. Lingkup dan Bentuk Pembelajaran Kontekstual Berbasis TIK
1. Lingkup Pembelajaran Kontekstual Berbasis TIK
Pengembangan dan penerapan pembelajaran kontekstual berbasis
TIK mencakup semua mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri sesuai struktur kurikulum di SMP. Sesuai
Standar Isi, struktur kurikulum untuk SMP, meliputi mata
pelajaran:
a. Pendidikan Agama
b. Pendidikan Kewarganegaraan
c. Bahasa Indonesia
d. Bahasa Inggris
e. Matematika
f. Ilmu Pengetahuan Alam
g. Ilmu Pengetahuan Sosial
9
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
14. Belajar Untuk Masa Depanku
h. Seni Budaya
i. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
j. Teknologi Informasi dan Komunikasi / Keterampilan
k. Muatan Lokal
l. Kegiatan Pengembangan Diri
2. Bentuk Perangkat TIK dalam Penerapan Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual berbasis TIK dapat dikembangkan
berdasarkan piranti TIK/elektronik yang dimiliki sekolah dan
fasilitas pendukung, antara lain:
a Perangkat TIK sederhana
b. Perangkat audio dan video interaktif
c. Perangkat komputer
d. Pemancar satelit
e. Jaringan intranet/extranet (LAN/WAN)
f. Berbasis WEB
Bentuk pembelajaran berbasis TIK SMP disesuaikan dengan
potensi dan kondisi sekolah. Kondisi lingkungan sekolah
(geografis, sosial, ekonomi dan lain-lain) dapat dimanfaatkan
sebagai sumber belajar.
Untuk rencana pengembangan, penerapan pembelajaran kontekstual
berbasis TIK idealnya mengarah pada e-learning Berbasis Web. Namun
mengingat jumlah sekolah yang sangat banyak, dan keterbatasan dana,
maka pengembangan dilakukan secara bertahap.
E. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan pembelajaran kontekstual berbasis TIK, baik proses
maupun hasil belajarnya dapat diketahui melalui beberapa indikator,
antara lain: (1) pemilihan materi atau informasi berdasarkan kebutuhan
siswa dan dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata/masalah yang
disimulasikan, (2) selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa, (3) pembelajaran terjadi di berbagai tempat,
konteks dan setting dengan didukung perangkat TIK, (4) siswa secara
aktif terlibat dalam proses pembelajaran, (5) siswa belajar dari teman
melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi, (6)
pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang
disimulasikan, (7) perilaku dibangun atas kesadaran diri, (8)
keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman, (9) hadiah untuk
perilaku baik adalah kepuasan diri, (10) siswa mengunakan
10
Direktorat PSMP - QEC24711
15. Belajar Untuk Masa Depanku
kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan
terjadinya proses pembelajaran efektif, ikut bertanggungjawab atas
terjadinya pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-
masing kedalam proses pembelajaran, (11) siswa dapat menguasai
materi atau kompetensi secara mendalam dan bermakna serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan nyata.
11
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
16.
17. Belajar Untuk Masa Depanku
BAB III
FASILITAS TIK UNTUK MENDUKUNG
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memang sangat kental
dengan penggunaan komputer dan internet. Namun perlu diingat bahwa
TIK semestinya tidak semata komputer dengan internetnya saja. Teknologi
yang lebih terdahulu seperti telepon, radio dan televisi juga merupakan
bagian dari TIK yang terbukti telah mampu memberikan peran positif
terhadap perangkat instruksi dalam pembelajaran yang murah dan
menjangkau cakupan wilayah yang luas. Penggunaan komputer dan internet
dalam pendidikan pada masa kini memiliki nilai tambah yang baik dimana
pola interaktivitas siswa sangat tinggi. Pada saat ini TIK dipelajari sebagai
subyek pembelajaran yang harus dikuasai siswa serta dijadikan sebagai
perangkat bantu peningkatan efisiensi dan efektivitas belajar. Meskipun
demikian, penerapan TIK di negara berkembang memang belum optimal,
karena biaya pengembangan infrastruktur dan biaya operasional
penerapannya masih tinggi, serta minimnya pengajar yang memiliki
kompetensi yang baik di bidang ini.
Pembelajaran kontekstual akan dapat lebih efektif jika didukung dengan
perangkat TIK yang memadai. Idealnya, sekolah memiliki beberapa fasilitas
laboratorium dan ruang kelas yang dilengkapi dengan perangkat TIK.
Beberapa ruang atau laboratorium di sekolah yang perlu dilengkapi dengan
perangkat TIK setidaknya:
• Ruang kelas
• Laboratorium Komputer
• Ruang Perpustakaan
• Ruang multi media
• Laboratorium Bahasa
• Laboratorium IPA
• Laboratorium IPS
• Ruang Guru
• Penyimpanan data Manajemen Pembelajaran/Kurikulum
13
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
18. Belajar Untuk Masa Depanku
A. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Ruang Kelas
Peralatan TIK diruang kelas memiliki fungsi utama sebagai sarana dan
sumber pembelajaran seluruh matapelajaran. Tujuannya untuk
mendukung pencapaian penguasaan kompetensi berdasarkan setiap
matapelajaran dengan bantuan bahan ajar atau simulasi komputer,
meliputi:
Penguasaan Kompetensi sesuai SK dan KD tiap matapelajaran
Pembelajaran berbasis Multimedia seluruh matapelajaran
Penguasaan akses dan penggunaan informasi melalui internet
Administrasi, absensi dan pencatatan pelaksanaan pembelajaran di
tiap kelas oleh guru.
B. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Laboratorium
Komputer
Laboratorium TIK memiliki fungsi utama sebagai sarana pembelajaran
TIK, dengan target khusus penguasan literasi teknologi pada
matapelajaran TIK, meliputi: Penguasaan perangkat keras, Penguasaan
perangkat lunak alat produktifitas, Penguasaan akses dan penggunaan
informasi melalui internet.
Untuk proses pembelajaran berbasis TIK, siswa dapat mengakses
bahan ajar yang telah disiapkan oleh guru sesuai dengan silabus yang
didesain. Siswa dapat belajar melalui komputer multimedia yang ada di
laboratorium Komputer, atau di kelas, melakukan percobaan secara
virtual dan membaca prosedur untuk ercobaan yang sesungguhnya,
melihat korelasi dengan kehidupan serta melakukan transaksi
pencapaian kompetensi melalui ujian on-line, dengan nilai hasil
transaksi ujian disimpan di data base pada server sekolah.
C. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Perpustakaan SMP
Tujuan penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah menunjang
program belajar bagi siswa dan mengajar bagi guru agar tujuan umum
dan khusus pendidikan tercapai secara optimal. Di samping itu,
membangun serta memfasilitasi minat baca siswa, sehingga dapat
membantu proses belajar mengajar serta memfasilitasi keinginan siswa
untuk mengetahui hal-hal lain yang tidak disampaikan oleh guru.
14
Direktorat PSMP - QEC24711
19. Belajar Untuk Masa Depanku
Peranan perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan
penyedia sumber belajar yang bersifat teknis edukatif dan bersama
unsur-unsur pendidikan lainnya ikut menentukan berhasilnya proses
pendidikan. Fungsi perpustakaan sekolah adalah memberikan informasi
untuk menunjang program belajar dan mengajar.
Fungsi dari pelayanan informasi akan menghasilkan tiga macam
manfaat, yaitu:
Sebagai sumber belajar,
sumber informasi,
mengasah inspirasi dan rekreasi.
Perpustakaan dapat sebagai sumber belajar karena siswa dapat
memperdalam pemahaman dan penghayatan pengetahuan yang
diperoleh dari guru. Dikatakan sebagai sumber informasi karena
koleksi perpustakaan dapat dipergunakan untuk memperluas cakrawala
pengetahuan dan keterampilan siswa selain yang telah diberikan oleh
guru. Begitu juga penggunaan oleh guru akan memperluas cakrawala
dan memutakhirkan pengetahuan dalam bidang studi yang diajarkan.
TIK sebagai sumber belajar di sebuah perpustakaan mencerminkan
fungsi perpustakaan modern yang memberikan sumber sumber belajar,
baik dalam bentuk buku, e-book, simulasi maupun ensiklopedia yang
sedemikian lengkap namun mendasar untuk dapat digunakan oleh anak
anak didik. Perpustakaan modern masa kini dapat dengan mudah
tersambung dengan internet dan membuka jendela ilmu pengetahuan
yang sudah ajeg maupun yang sedang berkembang saat ini.
Kemampuan dalam mencari informasi di internet, merupakan sebuah
kompetensi abad baru ini, untuk nantinya kemudian siswa berlatih
untuk memilah informasi dan menggali secara khusus mana informasi
yang benar-benar relevan dengan kebutuhan pembelajaran yang sedang
dicari. Proses pencaian informasi di internet akan membuat sebuah
keterampilan generik yaitu ”learning to learn”.
D. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Ruang Multimedia
Peralatan TIK di ruang multimedia mampu menumbuhkembangkan
proses pembelajaran yang menyenangkan, inspiratif, menantang dan
memotivasi siswa untuk aktif dan membangun kreativitas,
kemandirian sebagai seorang pembelajar sejati yang memahami
15
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
20. Belajar Untuk Masa Depanku
keilmuan dalam lingkungan yang bersahabat, dan mengakomodasi
siswa untuk memahami ilmu dalam lingkungan digital dan multimedia.
E. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Laboratorium Bahasa
Peralatan TIK di laboratorium bahasa mampu menumbuh kembangkan
proses pembelajaran yang menyenangkan, inspiratif, menantang dan
memotivasi siswa untuk aktif dan membangun kreativitas,
kemandirian sebagai seorang pembelajar yang memahami budaya dan
bahasa asing dalam lingkungan yang bersahabat, dan mengakomodasi
siswa untuk mempraktikkan kaidah bahasa dan percakapan dalam
lingkungan digital dan multimedia.
F. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Laboratorium IPA
Peralatan TIK di laboratorium IPA mampu menumbuhkembangkan
proses pembelajaran yang menyenangkan, inspiratif, menantang dan
memotivasi siswa untuk aktif dan membangun kreativitas,
kemandirian sebagai seorang sainstis muda yang memahami sains
dalam lingkungan yang bersahabat, dan mengakomodasi siswa untuk
melakukan proyek sains dalam lingkungan digital dan multimedia.
G. Peralatan TIK Sebagai Sumber Belajar di Laboratorium IPS.
Peralatan TIK di laboratorium IPS mampu menumbuhkembangkan
proses pembelajaran yang menyenangkan, inspiratif, menantang dan
memotivasi siswa untuk aktif dan membangun kreativitas,
kemandirian sebagai seorang calon pemimpin, dan warganegara yang
memahami konteks sosial dalam linkungan yang bersahabat, dan
mengakomodasi siswa untuk melakukan proyek sosial dalam
lingkungan digital dan multimedia.
H. Peralatan TIK Sebagai Alat Bantu Manajemen di Ruang Guru
Peralatan TIK di ruang guru dapat mendukung dan mengembangkan
profesionalisme guru, yang menyangkut proses pengelolaan bahan
ajar, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran. Dengan bantuan TIK, data laporan guru secara langsung
tersimpan di pusat data sekolah, sehingga keberlangsungan sekolah
akan terus dapat dengan mudah dipantau. Dengan adanya peralatan
16
Direktorat PSMP - QEC24711
21. Belajar Untuk Masa Depanku
TIK diruang guru, maka akses menuju informasi yang interaktif,
inspiratif dan menarik akan menyebabkan pemberdayaan guru semakin
mudah, dengan akses internet pada informasi yang luas.
I. Peralatan TIK Sebagai Alat Bantu Manajemen Pembelajaran/
Kurikulum Sekolah
Manajemen pembelajaran atau kurikulum adalah sebuah pengelolaan
pembelajaran dalam satu siklus proses yang melingkupi pendefinisian
pembelajaran dari mulai perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan
dan pengawasan.
Proses Perencanaan, meliputi membuat analisis materi pelajaran,
menyusun kalender pendidikan, penyusunan program tahunan,
penyusunan program semester, penyusunan program satuan
pembelajaran, penyusunan rencana pembelajaran, penyusunan
rencana bimbingan dan penyuluhan.
Proses Pengorganisasian, meliputi pembagian tugas mengajar dan
tugas lain, penyusunan jadwal pembelajaran, penyusunan jadwal
kegiatan perbaikan, penyusunan jadwal kegiatan pengayaan,
penyusunan kegiatan ekstrakurikuler, dan penyusunan jadwal
kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
Proses Pelaksanaan, meliputi pengaturan pelaksanaan kegiatan
pembukaan tahun ajaran baru, pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
Proses Pengawasan, meliputi supervisi pelaksanaan pembelajaran,
supervisi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan, evaluasi proses
dan hasil kegiatan pembelajaran, dan evaluasi proses dan hasil
kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
Berbagai perubahan penting dalam banyak aspek kehidupan,
khususnya dalam bidang ekonomi, sosial, sains dan teknolog telah
mendorong lahirnya terobosan-terobosan baru dalam cara
bagaimana manusia melakukan pembelajaran (learning). Hal
penting yang menjadi inti dari arus baru tersebut adalah bagaimana
melakukan proses pembelajaran secara lebih mandiri, fleksibel,
berpusat pada pembelajar (learner), kolaboratif, terkelola dengan
efektif dan efisien, on-demand learning, real-time, serta
17
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
22. Belajar Untuk Masa Depanku
mendukung paradigma pembelajaran sepanjang hayat (life-long
education).
SMP sebagai salah satu elemen pendidikan Indonesia, sejak dini
harus mengantisipasi perubahan tersebut dengan berupaya
mengoptimalkan sumber daya pendidikan yang ada, termasuk di
dalamnya penggunaan TIK dengan software manajemen
pendidikan, dalam rangka membangun dan mengembangkan
sistem akademik dan proses penyelenggaraan pendidikan yang
berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi atau apa yang
kemudian jamak disebut dengan e-learning.
Materi pelajaran (course content) adalah salah satu faktor penentu
dalam mencapai kesuksesan dalam sebuah program e-learning.
Oleh karena itu, SMP memandang persoalan pengelolaan konten
pembelajaran sebagai persoalan sangat mendasar dalam upaya
pengembangan dan penyelenggaraan pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.
18
Direktorat PSMP - QEC24711
23. Belajar Untuk Masa Depanku
BAB IV.
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Proses pelaksanaan pembelajaran kontekstual berbasis TIK pada dasarnya
sesuai dengan Standar Proses, yaitu meliputi tahap: perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.
A. Perencanaan
Pengembangan dan penerapan pembelajaran kontekstual berbasis TIK
dimulai dengan melakukan perencanaan secara sistematis. Perencanaan
meliputi: pengembangan KTSP, Silabus, RPP, Sumber Belajar, Media
Pembelajaran, dan Perangkat pendukung TIK.
1. Pengembangan KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Setiap
sekolah pada satuan pendidikan dasar dan menengah, termasuk
SMP mengembangkan KTSP berdasarkan Standar Isi, Standar
Kompetensi Lulusan, dan potensi masing-masing sekolah.
KTSP disusun bersama-sama oleh guru, komite sekolah/yayasan,
konselor (guru BK/BP), dengan kepala sekolah sebagai ketua
merangkap anggota, dan disupervisi oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota. Komponen-komponen KTSP meliputi: (a) tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, (b) struktur dan muatan
kurikulum, (c) kalender pendidikan, dan (d) lampiran-lampiran,
yaitu program tahunan, program semester, silabus, RPP, SK dan
KD mulok, program pengembangan diri, dan perangkat lainnya,
misalnya pemetaan KD atau indikator (BSNP, 2006). KTSP
disusun sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
Di dalam penyusunan KTSP, materi dan nuansa pembelajaran
kontekstual berbasis TIK hendaknya telah dirancang secara
terpadu guna mengimplementasikan KTSP.
19
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
24. Belajar Untuk Masa Depanku
2. Penyusunan Silabus
Di dalam penyusunan silabus, guru harus mengkaji secara cermat
tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada pada
setiap mata pelajaran. Guru mengkaji konsep, teori atau
kompetensi yang akan dipelajari oleh siswa, memahami latar
belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian
secara seksama, mempelajari lingkungan sekolah dan tempat
tinggal siswa. Selanjutnya guru memilih dan mengaitkannya
dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam proses
pembelajaran kontekstual. Berdasarkan hal tersebut, guru
menyusun silabus dengan mengaitkan konsep atau teori yang
akan dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang
dimiliki siswa dan lingkungan kehidupan mereka. Penggunaan
media dan sumber belajar berbasis TIK dirancang dalam silabus
guna menunjang efektivitas pembelajaran dan ketercapaian tujuan
pembelajaran.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pembelajaran kontekstual, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang
dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa
yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan materi
yang akan dipelajarinya. Dalam program tersebut tercermin tujuan
pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-
langkah pembelajaran, dan penilaian autentik.
Secara umum, tidak terdapat perbedaan mendasar format antara
program pembelajaran konvensional dengan program
pembelajaran kontekstual berbasis TIK. Program pembelajaran
kontekstual berbasis TIK lebih menekankan pada skenario
pembelajarannya, dan dukungan TIK dalam pelaksanaan
pembelajaran. Adapun pembelajaran konvensional lebih
menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai.
4. Sumber dan Media Belajar
Pada dasarnya, pembelajaran kontekstual tidak mengharuskan
suatu bentuk atau format sumber belajar tertentu. Sumber belajar
dalam bentuk buku pelajaran, buku paket, modul maupun majalah,
20
Direktorat PSMP - QEC24711
25. Belajar Untuk Masa Depanku
koran, program televisi dan dalam bentuk lainnya dapat digunakan
dalam kelas pembelajaran kontekstual. Untuk mengembangkan
pemanfaatan TIK sebagai media atau sumber belajar, hendaknya
bahan ajar dikemas dalam e-learning (misalnya: CD ROM atau
pangkalan data untuk e-learning).
B. Pelaksanaan
Pada dasarnya, pelaksanaan pembelajaran kontekstual berbasis TIK
mengacu pada RPP atau skenario pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya. Dalam hal ini, aktivitas pembelajaran yang melibatkan
siswa mengikuti tahap-tahap yang telah dirancang dalam RPP. Di
dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual diperlukan strategi
sebagai berikut :
1. Menekankan pada pemecahan masalah. Pembelajaran kontekstual
berbasis TIK dapat dimulai dengan suatu simulasi atau masalah
nyata. Simulasi dapat disampaikan menggunakan perangkat TIK
(LCD, Komputer, dll). Dalam hal ini siswa menggunakan
keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistimatik untuk
menemukan dan mengungkapkan masalah atau isu-isu, serta
menggunakan berbagai isi materi pembelajaran untuk
menyelesaikan masalah. Masalah yang dimaksudkan adalah
relevan dengan keluarga siswa, pengalaman, sekolah, tempat
tinggal, dan masyarakat, yang memiliki arti penting bagi siswa.
2. Mengakui kebutuhan pembelajaran terjadi diberbagai konteks,
misalnya rumah, masyarakat dan tempat kerja. Pembelajaran
kontekstual menyarankan bahwa pengetahuan tidak dapat
dipisahkan dari fisik dan konteks sosial dimana siswa berkembang.
Bagaimana dan dimana siswa memperoleh dan memunculkan
pengetahuan selanjutnya menjadi sangat berarti, dan pengalaman
belajarnya akan diperkaya jika siswa mempelajari berbagai
keterampilan di dalam konteks yang bervariasi (rumah,
masyarakat, tempat kerja, keluarga)
3. Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa. Sehingga
mereka akan menjadi pembelajar yang mandiri (Self-Regulated
Learners). Akhirnya, siswa harus menjadi pembelajar sepanjang
hayat yang mampu mencari, menganalisa dan menggunakan
informasi tanpa atau dengan sedikit bimbingan dan semakin
menyadari bagaimana mereka memproses informasi,
menggunakan strategi pemecahan masalah, serta
memanfaatkannya. Untuk mencapai itu, melalui pengajaran
21
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
26. Belajar Untuk Masa Depanku
kontekstual, siswa harus diperkenankan melakukan ujicoba
menggunakan waktu dan struktur materi yang refleksi, dan
memperoleh dukungan yang cukup serta bantuan untuk berubah
dari pembelajar yang dependen menjadi pembelajar yang
independen. Perangkat multimedia pembelajaran interaktif dan
bentuk perangkat TIK lainnya hendaknya digunakan untuk
mendukung siswa menjadi pembelajar mandiri.
4. Mempertimbangkan keragaman konteks hidup yang dimiliki
siswa. Secara menyeluruh ternyata populasi siswa sangatlah
beragam, ditinjau dari perbedaan dalam nilai, adat istiadat, sosial,
perspektif. Didalam proses pembelajaran kontekstual perbedaan
tersebut dapat menjadi daya pendorong untuk belajar dan
sekaligus menambah kompleksitas pembelajaran itu sendiri.
Kerjasama tim dan aktivitas kelompok (group) belajar didalam
proses pembelajaran kontekstual sangatlah menghargai keragaman
siswa, memperluas perspektif, dan membangun keterampilan
interpersonal, yaitu berpikir melalui berkomunikasi dengan orang
lain.
5. Mendorong siswa untuk belajar dari sesamanya dan bersama-sama
atau menggunakan group belajar interdependen (Interdependent
Learning Group). Siswa akan dipengaruhi dan sekaligus
berkontribusi terhadap pengetahuan dan kepercayaan orang lain.
Group belajar atau komunitas pembelajaran akan terbentuk
didalam tempat kerja dan sekolah kaitannya dengan suatu usaha
untuk bersama-sama memakai pengetahuan, memusatkan pada
tujuan pembelajaran dan memperkenankan semua orang untuk
belajar dari sesamanya. Dalam hal ini, para pendidik harus
bertindak sebagai fasilitator, pelatih, dan pembimbing akademis.
6. Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk
mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/
pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa
yang dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya siswa didorong untuk membangun kesimpulan yang
merupakan pemahaman siswa terhadap konsep/teori yang sedang
dipelajarinya.
C. Penilaian
Penilaian autentik dalam pembelajaran kontekstual berbasis TIK
digunakan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar. Penggunaan
penilaian autentik (autentic assessment) pada pembelajaran
22
Direktorat PSMP - QEC24711
27. Belajar Untuk Masa Depanku
kontekstual diharapkan mampu membangun pengetahuan dan
keterampilan, dengan cara yang bermakna melalui pengikutsertaan
siswa ke dalam kehidupan nyata atau konteks autentik. Untuk proses
pembelajaran yang demikian itu diperlukan suatu bentuk penilaian
yang didasarkan kepada metodologi dan tujuan dari pembelajaran itu
sendiri, yang disebut penilaian autentik. Penilaian autentik menyatu ke
dalam proses belajar mengajar, memberikan kesempatan dan arahan
kepada siswa untuk maju, dan sekaligus dipergunakan sebagai alat
kontrol untuk melihat kemajuan siswa serta umpan balik bagi praktik
pengajaran. Perangkat TIK untuk e-learning sangat besar kontribusinya
dalam mendukung penilaian autentik. Porto folio hasil penilaian siswa
dan perangkat instrumen dapat disusun dalam format e-learning.
1. Penilaian oleh Pendidik
Pasal 63 ayat 1 PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan menyatakan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar
oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian hasil belajar
oleh satuan pendidikan dilaksanakan dalam bentuk ujian sekolah.
Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan melalui ujian
nasional. Penilaian oleh pendidik dilaksanakan secara
berkesinambungan (terus menerus) untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas. Penilaian oleh pendidik pada dasarnya digunakan
untuk menilai pencapaian kompetensi siswa, dasar memperbaiki
proses pembelajaran, dan bahan penyusunan laporan kemajuan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan ketentuan pada Permen Diknas Nomor 20 tahun
2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, pendidik melaporkan
hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada
pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi
belajar siswa disertai deskripsi singkat sebagai cerminan
kompetensi utuh. Penilaian oleh masing-masing pendidik tersebut
secara keseluruhan selanjutnya dilaporkan kepada orang tua/wali
siswa dalam bentuk rapor.
23
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
28. Belajar Untuk Masa Depanku
2. Prinsip-prinsip Penilaian
Penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini.
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur.
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan
kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
siswa karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan gender.
d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan
dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh
pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan siswa.
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan,
baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
3. Mekanisme Penilaian oleh Pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan
kemajuan belajar siswa serta untuk meningkatkan efektivitas
kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan
sebagai berikut.
a. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya
memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester.
b. Mengembangkan indikator pencapaian kompetensi dasar (KD)
dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun
silabus mata pelajaran.
24
Direktorat PSMP - QEC24711
29. Belajar Untuk Masa Depanku
c. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai
dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih.
d. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk
lain yang diperlukan.
e. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil
belajar dan kesulitan belajar siswa.
f. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan siswa disertai
balikan/komentar yang mendidik.
g. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.
h. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir
semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk
SATU NILAI PRESTASI BELAJAR siswa disertai
deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh.
i. Melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan
Agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai informasi untuk
menentukan nilai akhlak dan kepribadian siswa pada akhir
semester dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang baik.
4. Strategi Penilaian Autentik
Strategi penilaian autentik dalam pembelajaran kontekstual adalah
suatu kombinasi dari beberapa teknik penilaian sebagai berikut :
a. Penilaian kinerja (Performance assessment): penilaian kinerja
dikembangkan untuk menguji kemampuan siswa dalam
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan (apa yang
mereka ketahui dan dapat dilakukan) pada berbagai situasi
nyata dan konteks tertentu. Penilaian kinerja ini dapat
dipersingkat atau diperluas dalam bentuk pertanyaan terbuka
(open-ended question) atau bentuk pilihan berganda (multiple
choice). Dalam pengertian yang lebih luas, penilaian kinerja
dapat berupa membaca, menulis, proyek, proses, pemecahan
masalah, tugas analisis, atau bentuk tugas-tugas lain yang
memungkinkan siswa untuk mendemontrasikan
kemampuannya dalam memenuhi tujuan dan dampak tertentu.
Beberapa faktor berikut ini yang secara aktif berhubungan
dengan siswa dalam proses mencapai keberhasilan kaitannya
dengan prestasi (Performan).
• Siswa memahami tugas-tugas, prestasi dan harapan.
• Siswa percaya akan mampu melaksanakannya dengan
sukses.
25
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
30. Belajar Untuk Masa Depanku
• Siswa memahami nilai dan memiliki komitmen terhadap
tugas.
• Siswa memerlukan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang diperlukan untuk melaksanakannya dengan
sukses.
• Siswa mempraktikkan berbagai keterampilan dan
memperbaikinya sesuai dengan umpan balik.
• Siswa memperlihatkan penguasaan terhadap tugas.
• Siswa mengklaim penguasaan
Observasi sistematik (Systematic Observation), yang
bermanfat untuk menyajikan informasi tentang dampak
aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa. Dalam hal ini,
semua siswa diobservasi secara berkala dan sering. Hasil
observasi dicatat dalam bentuk sikap khusus maupun tidak,
dan selanjutnya dipergunakan oleh pengamat (Observer)
untuk merefleksikan dan menginterpretasikan apakah petunjuk
siswa sesuai dengan tujuan dan outcome pembelajaran. Kunci
dari kebermanfaatan observasi adalah sistimatiknya. Suatu
observasi dikatakan bermanfaat, jika data dicatat dan
dievaluasi serta dipergunakan untuk meningkatkan prestasi
(performa) siswa.
b. Portfolio (Portfolio) adalah koleksi/kumpulan dari berbagai
keterampilan, ide, minat dan keberhasilan atau prestasi siswa
selama jangka waktu tertentu (Hart, 1994 ) yang memberikan
gambaran perkembangan siswa setiap saat. Ia bukan harus
selalu dalam bentuk catatan atau tulisan, karena siswa yang
tidak memiliki keterbatasan kemampuan dalam menulis dapat
juga menyampaikan pemahaman dan kinerjanya dengan
menggunakan gambar, model fisik atau alat peraga. Awalnya
portfolio dipergunakan untuk menunjukkan prestasi
(performan) siswa di dalam berbagai bidang termasuk
arsitektur, seni grafik, fotograpi dan penulisan, tetapi sekarang
ini, ia juga telah dipergunakan untuk memperoleh contoh yang
representatif dari pekerjaan siswa dalam satu disiplin (mata
pelajaran) selama jangka waktu tertentu. Seringkali siswa
diberi kesempatan untuk menyeleksi pekerjaan yang mereka
rasakan terbaik untuk mempresentasikan pengetahuan dan
usaha mereka selama dalam tingkat/kelas tertentu. Misalnya
nilai ujian yang terbaik, keberhasilannya dalam merancang
26
Direktorat PSMP - QEC24711
31. Belajar Untuk Masa Depanku
suatu percobaan dan sebagainya. Portfolio sangat berguna bagi
siswa dalam rangka mengembangkan keahliannya untuk
menilai diri sendiri dan juga memberikan kesempatan kepada
mereka untuk memikirkan perkembangan dirinya. Oleh karena
itu, portfolio seharusnya dikumpulkan secara terintegrasi dan
bersifat reflektif, sehingga siswa mampu melihat gambaran
yang luas mengenai bagaimana dia membangun pengetahuan
dan keahlian/keterampilannya serta menilai efektifitas
kinerjanya.
c. Jurnal sains (Journal) merupakan suatu proses refleksi di
mana siswa berpikir tentang proses belajar dan hasilnya,
kemudian menuliskan ide-ide, minat dan pengalamannya.
Dengan kata lain jurnal membantu siswa dalam
mengorganisasikan cara berpikirnya dan menuangkannya
secara eksplisit dalam bentuk gambar, tulisan dan bentuk
lainnya.
Jurnal menyajikan suatu cara bagi siswa untuk merefleksikan
atau mengaitkan pemikirannya dengan pemikiran sebelumnya
dan kemudian guru menguji refleksi tersebut untuk
mengetahui atau mengumpulkan informasi mengenai
sejauhmana pemahaman berpikir siswa. Jurnal sangat tepat
untuk mendokumentasikan perubahan persepsi siswa terhadap
diri mereka sendiri dan kemampuannya.
Penggunaan jurnal memakan waktu lama (time comsuming),
tetapi sangat berarti di dalam menilai suatu persepsi siswa
terhadap pengalamannya. Ia juga dapat menjadi sesuatu alat
komunikasi yang bernilai/berarti bagi guru dan siswa. Jurnal
biasanya terdiri dari dua (2) bentuk yang berbeda tetapi
keduanya sangat bernilai, yaitu:
• Jurnal arahan pribadi (Self-directed jurnaling), dimana
siswa akan menentukan topik, isi dan arah kemana refleksi
akan diambil.
• Jurnal arahan guru (teacher-directed jurnaling) akan
mengarahkan respon dari refleksi mendekati tujuan khusus
outcome atau topik.
27
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
32.
33. Belajar Untuk Masa Depanku
BAB V
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL DI SEKOLAH
Pembelajaran kontekstual berbasis TIK merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang sangat relevan untuk mendukung pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP. Berkaitan dengan
hal tersebut, diharapkan setiap sekolah dapat mengembangkan dan
menerapkan pembelajaran kontekstual untuk semua mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah.
Beberapa langkah utama yang perlu dipertimbangkan untuk dilakukan
sekolah dalam upaya mengembangkan dan menerapkan pembelajaran
kontekstual di sekolah adalah sebagai berikut:
A. Penyiapan Guru
1. Sekolah mengidentifikasi kemampuan guru dalam
mengembangkan dan menerapkan pembelajaran kontekstual
berbasis TIK sesuai mata pelajarannya. Meskipun telah dilakukan
pelatihan pembelajaran kontekstual sejak tahun 2001/2002, baik
yang dilakukan oleh Depdiknas pusat, dinas pendidikan provinsi
dan kab/kota, namun belum semua guru memperoleh kesempatan
pelatihan tersebut. Bahkan, dimungkinkan tidak semua guru yang
sudah pernah dilatih telah menguasai pembelajaran kontekstual
dengan baik. Apalagi penguasaan guru terhadap TIK masih jauh
dari optimal.
2. Para guru yang belum menguasai pembelajaran kontekstual
berbasis TIK dengan baik perlu diikutkan dalam suatu pelatihan
pembelajaran kontekstual. Pelatihan tersebut dapat dilakukan oleh
sekolah sendiri atau melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh
lembaga lain (Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, dinas pendidikan provinsi, kab/kota, kegiatan
MGMP). Di samping itu, para guru juga bisa mempelajari sendiri
(autodidak) tentang pembelajaran kontekstual melalui buku-buku
dan perangkat yang dikembangkan Direktorat Pembinaan SMP,
termasuk model-model pembelajaran kontekstual dalam bentuk
VCD dan bahan ajar dalam bentuk CD. Jika sekolah belum
memiliki, sebaiknya sekolah mengajukan permohonan untuk
memperoleh master perangkat tersebut ke Direktorat Pembinaan
SMP Jakarta. Guru juga bisa berkonsultasi atau magang pada rekan
29
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
34. Belajar Untuk Masa Depanku
guru lain yang telah menguasai dan melaksanakan pembelajaran
kontekstual di sekolahnya.
B. Penyiapan Perangkat Pembelajaran Kontekstual
Sekolah perlu mengembangkan perangkat pembelajaran kontekstual
yang sesuai dengan KTSP dan konteks sekolahnya. Perangkat tersebut
meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa, lembar
kerja siswa dan lembar penilaian. Di dalam KTSP terdapat komponen
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Untuk
menerapkan pembelajaran kontekstual berbasis TIK, sekolah perlu
menyempurnakan RPP yang telah disusun dan menyiapkan bahan
ajarnya. Sekolah akan lebih mudah mengembangkan perangkat tersebut
jika sekolah telah memperoleh master perangkat pembelajaran
kontekstual dalam bentuk cetakan atau soft copy (CD) yang telah
dikembangkan Direktorat Pembinaan SMP.
Untuk mengembangkan perangkat tersebut, sebaiknya pelaksanaannya
dikoordinir para guru yang telah lebih dahulu mengikuti pelatihan atau
yang lebih menguasai pembelajaran kontekstual. Di samping itu,
hampir di setiap kab/kota terdapat para guru atau instruktur yang sangat
menguasai tentang pembelajaran kontekstual. Sekolah bisa meminta
bantuan mereka untuk membimbing pengembangan perangkat
pembelajaran kontekstual.
C. Penyiapan Media dan Sumber Belajar
Pada dasarnya, penerapan pembelajaran kontekstual tidak menuntut
media dan sumber belajar yang serba canggih dan mahal. Guru bisa
memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar yang telah tersedia
di sekolah atau yang ada di lingkungan sekolah. Masyarakat di sekitar,
fenomena alam sekitar, benda-benda, koran, majalah bekas, biji-bijian,
pohon dan berbagai hal lainnya dapat digunakan sebagai media dan
sumber belajar. Namun demikian, agar pembelajaran menjadi lebih
efektif, akan lebih baik jika sekolah secara bertahap menyiapkan media
dan sumber belajar elektronik (TIK)
Para guru diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai media dan
sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah. Setiap guru mata
pelajaran, terutama pada saat menyusun RPP, hendaknya secara cermat
memilih atau mengembangkan media dan sumber belajar yang sesuai
dengan materi yang akan dibahas serta konteks lingkungan dan
karakteristik siswa. Sebagai contoh, pada pelaksanaan pembelajaran
30
Direktorat PSMP - QEC24711
35. Belajar Untuk Masa Depanku
Bahasa Inggris di siang hari saat siswa merasa lelah atau jenuh, guru
bisa menggunakan tape recorder sederhana. Guru memutarkan lagu
dalam bahasa Inggris yang menjadi favorit siswa. Siswa diminta
mendengarkan, dan tentu saja mereka akan menikmatinya. Kemudian,
siswa diminta untuk berdiskusi dan menyampaikan isi atau syair lagu
tersebut. Mereka akan merasa senang sekaligus belajar meningkatkan
kompetensi listening dalam bahasa Inggris.
Beberapa contoh lain yang terkait dengan media dan sumber belajar
untuk penerapan pembelajaran kontekstual antara lain: tokoh agama
sebagai sumber belajar dalam mata pelajaran agama; pedagang di
pasar tradisional untuk mata pelajaran IPS; kejadian gempa bumi
sebagai materi pembahasan untuk pelajaran IPA atau IPS; artikel atau
puisi di koran sebagai sumber belajar untuk Bahasa Indonesia; dan
berbagai hal yang ada di sekitar sekolah dapat dimanfaatkan sebagai
media dan sumber belajar.
Media dan sumber belajar dalam bentuk elektronik akan lebih
mengefektifkan pembelajaran kontekstual.
D. Penyiapan Fasilitas Multimedia
Pembelajaran kontekstual dapat dilaksanakan dengan media sederhana
dan sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah. Meskipun
demikian, sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), dan tuntutan mutu pendidikan, sekolah hendaknya
berupaya melengkapi perangkat TIK secara bertahap. Pembelajaran
kontekstual dapat lebih efektif jika didukung dengan perangkat TIK
yang memadai.
Idealnya, sekolah memiliki beberapa fasilitas laboratorium dan ruang
kelas yang dilengkapi dengan perangkat TIK. Beberapa ruang atau
laboratorium di sekolah yang perlu dilengkapi dengan perangkat TIK
adalah seperti diuraikan pada bagian sebelumnya, antara lain
kelengkapan perangkat TIK di: Ruang kelas, Laboratorium Komputer,
Ruang Perpustakaan, Ruang multi media, Laboratorium Bahasa,
Laboratorium IPA, Laboratorium IPS, Ruang Guru, dan Penyimpanan
data Manajemen Pembelajaran/kurikulum.
Peralatan TIK sekolah memiliki fungsi utama sebagai sarana dan
sumber pembelajaran seluruh mata pelajaran. Tujuannya untuk
mendukung pencapaian penguasaan kompetensi setiap mata pelajaran.
31
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
36. Belajar Untuk Masa Depanku
E. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran kontekstual berbasis TIK dapat diterapkan pada setiap
mata pelajaran, termasuk yang ada pada KTSP, KBK atau kurikulum
1994. Diharapkan setiap sekolah dapat mengembangkan dan
menerapkan pembelajaran kontekstual untuk mata pelajaran-mata
pelajaran sesuai yang ada pada struktur kurikulum KTSP. Direktorat
Pembinaan SMP telah mengembangkan perangkat pembelajaran secara
lengkap. Sekolah dapat menggunakan perangkat tersebut dan
melakukan pembenahan sesuai dengan konteks dan kurikulum yang
digunakan sekolah.
Pelaksanaan pembelajaran kontekstual berbasis TIK di sekolah
hendaknya mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: penguasaan
guru terhadap pembelajaran kontekstual, ketersediaan perangkat
pembelajaran dan dukungan fasilitas media dan sumber belajar.
Apabila guru yag bersangkutan belum memiliki penguasaan memadai,
hendaknya lebih dulu magang atau ikut mencermati pembelajaran pada
mata pelajaran lain yang gurunya telah menguasai dan berpengalaman
dalam pembelajaran kontekstual. Pendampingan secara intensif oleh
guru yang berpengalaman dalam menerapkan pembelajaran kontekstual
kepada rekan guru juga perlu dilakukan. Sekolah hendaknya menyusun
program pendampingan dalam pembelajaran kontekstual.
Secara teknis, pelaksanaan pembelajaran kontekstual dan penilaian
hasil belajar pada setiap mata pelajaran perlu mengacu pada strategi
pelaksanaan seperti diuraikan sebelumnya pada bagian III. B dan C.
F. Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan pembelajaran kontekstual di sekolah perlu dipantau secara
sistematis. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan
hambatan-hambatan yang ditemui dalam mengimplementasikan
pembelajaran kontekstual, sekaligus mencari alternatif solusi untuk
mengatasinya. Hambatan tersebut dapat bersumber dari penguasaan
guru terhadap pembelajaran kontekstual, perangkat pembelajaran,
media dan sumber belajar, proses pembelajaran, dan penilaian hasil
belajar.
Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dalam bentuk supervisi klinis
oleh kepala sekolah, terutama yang berkaitan dengan manajemen.
Supervisi klinis yang memfokuskan pada pelaksanaan teknis substantif
hendaknya perlu dilakukan oleh suatu tim guru yang berpengalaman
dalam pembelajaran kontekstual dari dalam sekolah. Jika
32
Direktorat PSMP - QEC24711
37. Belajar Untuk Masa Depanku
memungkinkan, sekolah bisa minta bantuan instruktur dari dinas
pendidikan kab/kota atau guru dari sekolah lain yang memiliki
penguasaan dan pengalaman memadai dalam pembelajaran kontekstual.
Hasil evaluasi hendaknya dijadikan masukan untuk penyempurnaan
program pelaksanaan pembelajaran kontekstual di sekolah.
33
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
38.
39. Belajar Untuk Masa Depanku
BAB VI
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL OLEH DIREKTORAT PEMBINAAN SMP
Direktorat Pembinaan SMP Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional sejak tahun
1999/2000 telah mengembangkan pembelajaran kontekstual atau CTL
secara sistematis. Konsep dan perangkat pembelajaran kontekstual
dikembangkan secara cermat melalui pengkajian teoritis dan empiris.
Bahkan dengan melibatkan beberapa tenaga pengajar dari perguruan
tinggi dan para guru Rintisan SMP di Indonesia telah dilakukan
pengkajian dan short course ke beberapa perguruan tinggi yang
mengembangkan CTL di Amerika Serikat.
Perangkat pembelajaran atau bahan ajar kontekstual juga telah selesai
dikembangkan. Isi perangkat tersebut disusun berdasarkan Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan. Perangkat yang telah selesai
dikembangkan adalah untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan
Sosial, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Jasmani, Olah Raga
dan Kesehatan, Seni dan Budaya, Keterampilan, Teknologi Informasi
dan Komunikasi.
Bahan ajar kontekstual untuk keperluan progam pembelajaran MIPA
dalam bahasa Inggris juga telah dikembangkan. Bahan ajar tersebut
meliputi mata pelajaran Matematika dan IPA yang disusun dalam
bahasa Inggris dan mengacu pada Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan. Perangkat tersebut telah diberikan ke SMP Bertaraf
Internasional untuk digunakan dalam pembelajaran MIPA billingual.
Seiring dengan dikembangkannya perangkat pembelajaran kontekstual,
Direktorat Pembinaan SMP juga telah melakukan berbagai pelatihan
pembelajaran kontekstual kepada para guru bidang studi. Melalui
pelatihan tersebut diharapkan para guru dapat memahami esensi
pembelajaran kontekstual, menguasai perangkat pembelajaran
kontekstual, serta mampu menyelenggarakan pembelajaran kontekstual
secara nyata di sekolahnya.
Model pelaksanaan pembelajaran kontekstual juga telah dikembangkan
oleh Direktorat Pembinaan SMP dalam bentuk VCD. Melalui model
tersebut guru dapat lebih mudah dalam mempelajari berbagai model
kegiatan pembelajaran kontekstual sehingga mampu menguasai dan
35
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
40. Belajar Untuk Masa Depanku
menerapkan pembelajaran kontekstual sesuai mata pelajarannya di
sekolah. Model-model pembelajaran tersebut mencakup tujuh
komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu; konstruktivisme,
inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, penilaian autentik
dan refleksi. Pengembangan model pembelajaran dalam bentuk VCD
meliputi mata pelajaran: Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa
Indonesia, dan Bahasa Inggris.
Pengembangan multimedia pembelajaran interaktif juga telah
dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan SMP. Multimedia interaktif
yang telah selesai dikembangkan adalah untuk mata pelajaran IPA dan
Matematika, untuk Kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX. Pengembangan
multimedia interaktif untuk mata pelajaran lainnya sedang dalam
proses pengembangan.
Pada tahun 2008/2009, lebih dari 3000 SMP yang tersebar di seluruh
provinsi di Indonesia telah menerapkan pembelajara kontekstual. CTL
diterapkan pada Rintisan SMP Bertaraf Internasional (RSBI) dan SMP
Standar Nasional (SSN), serta SMP lainnya. Direktorat Pembinaan
SMP secara khusus membantu SMP dalam menerapkan CTL. Bantuan
tersebut diberikan baik dalam bentuk pemberian perangkat
pembelajaran CTL, bantuan finansial yang terpadu dalam block grant
untuk SBI dan SSN, serta bantuan teknis lainnya.
36
Direktorat PSMP - QEC24711
41. Belajar Untuk Masa Depanku
BAB VII
PENUTUP
Pembelajaran kontekstual berbasis TIK merupakan salah suatu pendekatan
pembelajaran yang sangat sesuai untuk mengimplementasikan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang saat ini terus dikembangkan.
Pengembangan dan penerapan pembelajaran kontekstual sangat penting
untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Keragaman potensi dan
kecepatan belajar siswa menuntut pelayanan pembelajaran yang optimal
dari guru. Guru yang baik akan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan
belajar setiap siswa.
Melalui pedoman ini diharapkan para guru dapat menguasai pembelajaran
kontekstual berbasis TIK, baik konsep, pengembangan dan penerapannya
sesuai mata pelajarannya. Guru yang baik tidak akan pernah berhenti
belajar guna meningkatkan kompetensi dan performansinya. Semoga, para
guru diberi kemudahan dalam memahami pedoman ini dan
menerapkannya untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pada
akhirnya, siswa dapat memahami materi pelajaran secara bermakna, luas
dan mendalam serta dapat menerapkannya pada berbagai konteks
kehidupannya. Dengan demikian, upaya peningkatan mutu pendidikan
yang berkeadilan dapat tercapai.
37
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
42.
43. Belajar Untuk Masa Depanku
LAMPIRAN
39
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
44.
45. Belajar Untuk Masa Depanku
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL:
RENCANA PELAKSANAA PEMBELAJARAN
( RPP )
SMP/MTs : ................................
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas/Semester : VII / 1
Standar : 4. Memahami usaha manusia
Kompetensi untuk mengenali perkembangan
lingkungannya.
Kompetensi Dasar : 4.1 Menggunakan peta,
atlas,dan globe, untuk
mendapat-kan informasi
keruangan.
Indikator : • Membedakan peta, atlas, dan
globe.
• Mengidentifikasi jenis,bentuk
dan pemanfaatan peta.
• Mengidentifikasi informasi
geografis dari peta, atlas dan
globe.
• Mengartikan berbagai skala.
• Memperbesar dan
memperkecil peta dengan
bantuan garis-garis koordinat
Alokasi Waktu : 8 Jam pelajaran (2 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat :
1. Mengidentifikasi perbedaan antara peta, atlas, dan globe.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis peta.
3. Mengidentifikasi bentuk-bentuk peta.
4. Megidentifikasi pemanfaatan peta.
5. Mengartikan berbagai skala.
6. Menentukan letak suatu tempat menggunakan garis lintang dan
bujur.
7. Memperagakan gerak rotasi bumi menggunakan globe.
41
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
46. Belajar Untuk Masa Depanku
8.
Mempergunakan indeks untuk mencari letak suatu tempat di atlas.
9.
Memperbesar dan memperkecil peta dengan bantuan garis-garis
koordinat.
B. Materi Pembelajaran
1. Pengertian peta, atlas, dan globe.
2. Jenis peta :
Peta umum
Peta tematik (khusus)
3. Bentuk peta:
Peta datar
Peta timbul
4. Menentukan letak suatu tempat menggunakan garis lintang dan
bujur.
5. Memperagakan gerak rotasi bumi menggunakan globe.
6. Penggunaan indeks dan daftar isi pada atlas.
7. Skala peta:
Skala angka
Skala garis
8. Memperbesar dan memperkecil peta.
C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah bervariasi
2. Diskusi
3. Inquiri
4. Tanya jawab
5. Simulasi
6. Observasi / Pengamatan
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan 1
a. Pendahuluan
- Apersepsi : Tulislah rute perjalananmu dari rumah ke
sekolah !
- Motivasi :
- Siswa diminta untuk saling bertukar tulisan tentang
rute perjalanan tersebut dengan temannya, kemudian
ditanya “Mudah atau sukarkah kamu menemukan
rumah temanmu dengan uraian rute perjalanan
tersebut ?”
- Alat bantu apakah yang dapat memudahkan untuk
menemukan rumah temanmu tersebut ?
42
Direktorat PSMP - QEC24711
47. Belajar Untuk Masa Depanku
b. Kegiatan inti
- Siswa dibagi dalam empat kelompok.
- Setiap kelompok diberi tugas untuk mengamati peta,
atlas, dan globe:
- Kelompok 1 : Perbedaan peta, atlas, dan globe
- Kelompok 2 : Perbedaan unsur-unsur
peta dan atlas.
- Kelompok 3 : Simbol-simbol pada
peta dan contoh-contohnya.
- Kelompok 4 : Jenis-jenis peta beserta contoh-
contohnya
- Setiap kelompok membuat laporan hasil pengamatan.
- Setiap kelompok mempresentasikan di depan kelas hasil
pengamatannya.
- Tanya jawab tentang perbedaannya.
c. Penutup
- Penilaian
- Refleksi : Siswa mengungkapkan kesan terhadap
pentingnya mempelajari peta, atlas, dan globe.
2. Pertemuan 2
a. Pendahuluan
- Apersepsi : Jelaskan perbedaan peta, atlas, dan globe.
- Motivasi : Cerita tentang pentingnya peta, atlas, dan
globe sebagai sumber informasi.
b. Kegiatan inti
- Menentukan letak lintang dan bujur (astronomi) suatu
tempat di permukaan bumi pada peta.
- Menggunakan daftar isi pada atlas untuk mencari peta
tertentu.
- Menggunakan indeks pada atlas untuk mencari letak suatu
tempat.
- Mendemonstrasikan gerak rotasi bumi menggunakan
globe.
- Diskusi tentang informasi geografis yang didapat dari
peta, atlas, dan globe.
43
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
48. Belajar Untuk Masa Depanku
c. Penutup
- Penilaian
- Refleksi : siswa menyimpulkan manfaat peta, atlas, dan
globe dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pertemuan 3
a. Pendahuluan
- Apersepsi : Sebutkan unsur peta yang berkaitan berkaitan
dengan jarak
- Motivasi : Siswa diajak keluar kelas untuk mengukur
panjang dan lebar halaman sekolah, kemudian ditanyakan
“Dapatkah halaman tersebut digambarkan pada kertas
sesuai dengan ukuran yang sebenarnya ?”
b. Kegiatan inti
- Tanya jawab tentang arti skala yang ada dalam peta.
- Menghitung jarak menggunakan skala pada peta.
- Menentukan skala peta.
- Mengamati dan tanya jawab tetang berbagai jenis skala
pada peta.
- Tanya jawab tentang pengertian skala.
c. Penutup
- Penilaian
- Refleksi : Siswa membuat kesimpulan tentang manfaat
skala peta.
4. Pertemuan 4
a. Pendahuluan
- Apersepsi : Jelaskan manfaat skala pada peta !
- Motivasi : Mengamati suatu peta. Dapatkah peta
tersebut diperbesar atau diperkecil.
b. Kegiatan inti
- Tanya jawab tentang alat memperbesar atau memperkecil
peta.
- Tanya jawab tentang bahan dan alat yang digunakan
dalam memperbesar atau memperkecil peta dengan
menggunakan garis-garis koordinat.
- Menyiapkan alat dan bahan memperbesar atau
memperkecil peta dengan menggunakan garis-garis
koordinat.
44
Direktorat PSMP - QEC24711
49. Belajar Untuk Masa Depanku
- Menentukan peta yang akan diperbesar atau diperkecil
menggunakan garis-garis koordinat.
- Membuat garis-garis koordinat pada peta yang akan
diperbesar atau diperkecil.
- Membuat garis-garis koordinat pada kertas kerja sesuai
dengan perbesaran atau perkecilan yang diinginkan.
- Menyalin peta dari peta asli ke kertas kerja.
- Menentukan skala pada peta yang telah diperbesar atau
diperkecil.
- Tanya jawab tentang unsur yang berubah dan tidak
berubah dari peta setelah diperbesar atau diperkecil.
c. Penutup
- Penilaian
- Refleksi : Siswa menyampaikan kesan tentang kesulitan
dalam memperbesar atau memperkecil peta.
E. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Peta
2. Atlas
3. Globe
4. Kertas karton/ HVS
5. Lembar Penilaian Psikomotorik
6. OHP
7. Buku geografi yang relevan
8. Perangkat LCD Viewer & Komputer (Jika tersedia di sekolah)
F. Penilaian
1. Teknik Penilaian:
a. Tes Tulis.
b. Tes unjuk kerja.
2. Bentuk Instrumen
a. Tes uraian.
b. Tes identifikasi.
c. Uji petik kerja produk
3. Soal/instrumen:
Tes uraian :
(1) Sebutkan unsur-unsur peta dan atlas.
45
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK
50. Belajar Untuk Masa Depanku
(2) Berikan masing-masing 2 contoh peta umum dan peta khusus!
(3) Jelaskan 2 bentuk peta!
(4) Sebutkan 3 informasi geografis dari peta !
(5) Jika di peta yang berskala 1 : 1.000.000 jarak kota A dan B
adalah 5 cm, hitunglah jarak yang sebenarnya!
(6) Tentukan letak astronomis (lintang dan bujur) dari kota
Jakarta!
(7) Peragakan gerak rotasi bumi dengan menggunakan globe!
Tes identifikasi :
- Carilah letak Kota Bulukumba pada atlas dengan
menggunakan indeks!
Uji petik kerja produk :
- Pilihlah peta salah satu pulau di Indonesia dalam atlasmu,
kemudian perbesarlah 2 kali !
........................., ............................. 2009
Mengetahui,
Kepala SMP/MTs ................................... Guru Mata Pelajaran,
_________________________ ________________________
46
Direktorat PSMP - QEC24711
51. Belajar Untuk Masa Depanku
RUBRIK PENILAIAN
KETERAMPILAN MENGGUNAKAN ATLAS
Aspek yang dinilai/skor maksimal
Jumlah
Mencari nama Mencari Mencari Menunjuk
No Nama Siswa skor
tempat pada halaman kolom letak
daftar indeks dan baris tempat
5 5 5 5 20
RUBRIK PENILAIAN
MEMPERBESAR DAN MEMPERKECIL PETA
Aspek yang dinilai Jumlah
No Nama Siswa Grid Bentuk Skala Kerapian skor
5 5 5 5 20
47
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual SMP Berbasis TIK