Dokumen tersebut membahas risiko penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) melalui impor daging sapi dari negara yang masih terinfeksi PMK. Risiko dapat dikelola dengan menjalankan protokol kesehatan hewan secara ketat di Rumah Potong Hewan asal dan menerapkan langkah-langkah pengamanan pada daging seperti pelepasan tulang dan limfoglandula.
1. Risiko Importasi Daging
Kerbau Tanpa Tulang dan
Upaya Perlindungan Ternak
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Workshop “Sinergitas Peningkatan Populasi Sapi di Indonesia”
Jakarta, 13 April 2018
2. Dampak importasi daging dari
negara/zona tertular PMK
Dampak ekonomi
(bukan probabilitas)
✓ Dampak harga
✓ Dampak pasar domestik
✓ Dampak produsen lokal
✓ Dampak tenaga kerja
Dampak penyakit
(probabilitas)
✓ Dampak produksi
✓ Dampak ekonomi
Analisa ‘supply-demand’ Analisa risiko
3. Probabilitas penilaian risiko PMK
Probabilitas
daging berasal
dari hewan
terinfeksi virus
PMK pada saat
akan dipotong
Probabilitas virus
PMK bertahan
hidup selama
penyiapan,
penyimpanan dan
pengangkutan
daging
Probabilitas
daging
terinfeksi virus
PMK mencapai
hewan peka
dalam dosis
yang cukup
untuk
menimbulkan
wabah
Risiko timbulnya wabah PMK = A x B x C x D
Volume
perdagangan
A
B
C
D
4. Hewan tertular
tiba di RPH
PMK tidak terdeteksi
selama pemeriksaan
ante-mortem
PMK tidak terdeteksi
selama pemeriksaan
post-mortem
Jaringan terinfeksi
tidak terlepas selama
proses pemotongan
Virus bertahan hidup
selama pelayuan
Virus tidak tereliminasi
selama pelepasan
tulang dan pelepasan
limfoglandula
Daging tertular
Kontaminasi silang
dengan produk bersih
atau material pengepakan
setiap waktu
Kejadian awal
Kejadian 1
Kejadian 2
Kejadian 3
Kejadian 4
Kejadian 5
Kejadian akhir
Kejadian 5
“Scenario tree” –
Penilaian risiko
5. Risiko PMK melalui importasi
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah penyakit hewan yang
sangat cepat menular, mempunyai tingkat infektivitas virus yang
sangat tinggi yang menyerang terutama spesies berkuku belah.
Risiko importasi daging yang terkontaminasi virus PMK dapat
dievaluasi dan dikurangi secara maksimal dengan menjalankan
upaya-upaya perlindungan yang efektif dan tepat secara ilmiah
(scientifically-sound safeguards).
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), suatu organisasi
antar pemerintah yang bertanggung jawab untuk meningkatkan
kesehatan hewan di seluruh dunia adalah organisasi yang
bertanggung jawab untuk menetapkan status PMK seluruh
negara anggota OIE.
6. Rekomendasi importasi OIE
Rekomendasi importasi hewan hidup, daging, produk
daging, embryo, semen dlsbnya ke negara-negara bebas
PMK dibuat oleh OIE yang tertuang dalam Terrestrial
Animal Health Code (TAHC).
Rekomendasi-rekomendasi OIE tersebut didasarkan atas
pengetahuan terkini mengenai virus PMK, begitu juga
mengenai patogenesis dan epidemiologi PMK.
Kesemuanya itu dibuat untuk mengurangi risiko importasi
virus PMK melalui tindakan-tindakan pengamanan yang
cukup praktis atau dapat dipraktekkan (reasonably
practicable).
7. Evaluasi probabilitas masuknya PMK
ke negara bebas PMK
Sumber hewan dari wilayah negara yang mana yang mengekspor
daging sapi tersebut.
Probabilitas hewan terinfeksi dengan virus PMK yang masuk ke
dalam rantai pemotongan.
Probabilitas daging yang berasal dari hewan yang terinfeksi dan
mengalami viraemia dipanen untuk diekspor, dan /atau produk
terkontaminasi virus PMK kontak dengan daging yang akan
diekspor.
Kemungkinan daging mengandung partikel-partikel virus yang
infeksius pada saat tiba di negara pengimpor.
Probabilitas hewan peka di negara pengimpor terdedah dengan
daging yang mengandung virus PMK yang infeksius.
Kemungkinan hewan terdedah dengan daging yang mengandung
virus PMK dalam dosis yang infeksius, penyakit berkembang, dan
mampu menyebabkan infeksi selanjutnya.
9. Persyaratan negara yang memiliki
‘program pengendalian resmi PMK’
Withdrawal
of the
endorsement
of FMD official
control
programme
Artikel 1.6.11.: Prinsip-prinsip
Umum Prosedur Untuk ‘Self-
declaration’ dan Pengakuan
secara resmi oleh OIE
Rekonfirmasi setiap tahun
10. Ekspor daging dari negara tertular
PMK ke negara bebas PMK
Apabila suatu negara bemaksud untuk mengimpor daging dari suatu RPH
yang berlokasi di negara yang masih tertular PMK akan tetapi
menjalankan program pengendalian resmi yang diakui oleh OIE (official
FMD-control program), maka petunjuk yang ada dalam TAHC adalah
Artikel 8.8.22.
Artikel ini secara eksplisit menetapkan persyaratan-persyaratan terkait
dengan vaksinasi, kesehatan, biosekuriti, transportasi dan pemotongan
hewan dimana daging yang ditujukan untuk eksor harus ditetapkan
meminimalkan kemungkinan hewan yang dipotong terinfeksi virus PMK.
Sebagai tambahan, keseluruhan konsinyasi daging untuk ekspor harus:
1) berasal dari karkas tanpa tulang (deboned carcasses) dengan limfoglandula
utama telah dihilangkan (Artikel 8.8.22.2a);
2) dilayukan sekurang-kurangnya selama 24 jam setelah dipotong (Artikel
8.8.22.2b); dan
3) memiliki pH < 6,0 yang diukur ditengah-tengah otot longissimus dorsi (Artikel
8.8.22.2b).
11. Prinsip-prinsip tindakan pengamanan
terhadap PMK
mengurangi kemungkinan virus PMK mengekspos atau
menginfeksi hewan yang akan dipotong untuk tujuan ekspor;
memastikan karkas/daging diperlakukan secara tepat dan dicek
untuk memastikan kondisi post-mortem optimal untuk inaktivasi
virus PMK dan kontaminasi silang tidak terjadi;
memastikan pelepasan semua jaringan-jaringan tubuh hewan
yang mempunyai risiko tinggi sebelum diekspor;
memastikan setiap ekor hewan peka di negara pengimpor tidak
terekspos dengan daging impor yang tidak mengalami
pemanasan (heat-treated); dan
melakukan diagnosis terhadap setiap dugaan adanya infeksi
virus PMK di negara bebas PMK sesegera mungkin.
12. Fakta ilmiah virus PMK
Virus PMK tidak dapat bertahan hidup pada limfoglandula, tulang dan
pembuluh darah pada pH < 6,0, akan tetapi virus musnah dalam
jaringan otot apabila pH < 6,0 sebagai akibat dari rigor mortis.
pH pada limfoglandula bertahan antara 6,4 – 6,9, suatu kondisi yang
sangat cocok untuk virus PMK bertahan hidup pada temperatur 4oC
selama 72 jam (Cottral et al., 1960).
Pemeriksaan post-mortem 5 x lebih sensitif dari pemeriksaan ante-
mortem apabila dilakukan pemeriksaan individual yang cermat
terhadap setiap karkas (Astudillo et al., 1997).
‘Human error’ tidak bisa dikesampingkan secara utuh selama proses
pelepasan tulang. Gumpalan darah, potongan tulang dan potongan
pembuluh darah besar atau bagian-bagian limfoglandula bisa saja
tidak dilepaskan secara sempurna (Astudillo et al., 1997; Cottral et al.,
1960; Sutmoller, 2001).
13. Pengelolaan risiko PMK melalui importasi
daging menjadi tanggung jawab
kelembagaan veteriner pemerintah
sebagai upaya perlindungan terhadap
usaha peternakan di Indonesia
14. Evaluasi tahapan pemeriksaan di
Rumah Potong Hewan di India
Tahapan SOP HACCP
Dokumen
(pencatatan)
Keterangan
Pemeriksaan ante-mortem √ CCP 01 √
Proses pemotongan √ √
Metoda
halal
Pemeriksaan post-mortem √ CCP 02 √
Proses pendinginan (4-7oC,
pH 5,5-6,0)
√ CCP 03
√ Untuk setiap
karkas
Pelepasan tulang √ √
Pelepasan limfoglandula √ √
Proses pembekuan (-35o –
-40oC)
√ CCP 04 √
Metal Detector √ CCP 05 √
Proses penyimpanan (-18oC
– -20oC)
√ CCP 06 √
15. Diistirahatkan di kandang penampungan:
Kerbau diistirahatkan dalam kandang penampungan selama
24 jam sebelum pemotongan.
20. Pemeriksaan post-mortem:
Karkas kerbau diperiksa oleh dokter hewan dan harus tidak
ditemukan bukti-bukti perubahan yang mengarah ke PMK
(Artikel 8.8.22.1f).
26. Pelepasan tulang (deboning process):
Seluruh tulang dan juga pembuluh darah utama, limfoglandula
yang teridentifikasi secara visual, gumpalan darah dan
sejumlah jaringan lemak dilepaskan (Artikel 8.8.22.2)
28. Sterilisasi pisau:
Pisau yang digunakan
di ruang pemotongan
dan ruang pelepasan
tulang (deboning)
harus disterilisasi
setiap 2 menit pada
temperatur 80o-90oC.
30. Pemeriksaan
laboratorium di RPH:
Laboratorium terdiri dari
ruang sterilisasi, ruang
inkubasi, ‘laminar flow’ dan
ruang pencuci yang
digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologik
terhadap daging, air, udara
dan pekerja RPH.
31. Penyimpanan di
Cold storage:
Daging beku disimpan
dalam ruang
penyimpanan dingin
yang dipertahankan
pada -18°C – -20°C
sampai dinyatakan
‘clear’ dari laboratorium
internal
32. Apakah daging tanpa tulang tidak
memiliki risiko penularan PMK?
TIDAK ADA SITUASI DIMANA BENAR-BENAR “TIDAK
ADA” RISIKO ATAU RISIKO “NOL” ("no" or "zero" risk).
Namun demikian, jika karkas:
1) berasal dari hewan yang tidak terinfeksi;
2) berasal dari RPH yang mengikuti protokol pembersihan dan desinfeksi
yang tepat;
3) sudah dilepaskan tulang-tulangnya (deboned);
4) kepala dan jaringan-jaringan yang berkaitan (lidah, faring dlslbnya) telah
dilepaskan;
5) jaringan glandula utama (limfoglandula) telah dilepaskan;
6) jeroan telah dilepaskan; dan
7) perubahan-perubahan post-mortem berlangsung normal,
maka esensialnya “HAMPIR TIDAK ADA RISIKO” ("almost-
zero“ risk) yang ditimbulkan dari importasi daging.
33. Upaya-upaya yang harus dilakukan
peternak di negara bebas PMK
Pemilik ternak dan produsen ternak harus mempertahankan
praktik-praktik biosekuriti yang tepat untuk mencegah
introduksi/penyebaran virus PMK.
Tindakan yang direkomendasikan untuk dilakukan di tingkat
peternak/perusahaan peternakan meliputi:
▪ pengendalian introduksi ternak baru ke dalam stok ternak yang
sudah ada;
▪ pengendalian akses terhadap ternak oleh orang dan peralatan;
▪ mempertahankan sanitasi kandang ternak, bangunan,
kendaraaan dan peralatan;
▪ monitor dan laporkan hewan sakit (dugaan penyakit menular);
▪ disposal kotoran kandang dan bangkai secara tepat.
Sumber: http://www.oie.int/en/animal-health-in-the-world/fmd-portal/prevention-and-control/