SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 38
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Penyakit dan cemaran
mikrobiologis yang dapat
ditularkan melalui Pakan Ternak
Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil, PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner
dan Karantina Hewan
Bimbingan Teknis Petugas Pengambil Contoh (PPC) Bersertifikasi
IPB International Convention Center, Bogor, 9 Maret 2020
Latar Belakang
• Pakan ternak adalah komponen penting dari rantai pangan yang
mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan dan
kesejahteraan hewan dan juga keamanan pangan dan kesehatan
masyarakat.
• Fokus utama OIE pada pakan ternak karena bertindak sebagai alur
untuk masuk dan menyebarnya wabah penyakit hewan menular,
seperti PMK, SVD dan AI.
• Peran pakan sebagai vektor untuk agen penyakit, termasuk agen
zoonotik, seperti BSE, Salmonella saat ini juga sudah diketahui
dengan baik.
• Pakan dan bahan baku pakan diperdagangkan secara luas di
tingkat internasional dan gangguan perdagangan dapat berdampak
ekonomi hebat baik di negara maju dan berkembang.
Sumber: Slorach S.A., 2010. Presentation “OIE Work on Animal Feed Safety”.
Kepedulian terhadap keamanan
pangan asal hewan (food safety)
• Dalam dekade belakangan ini, perhatian publik tentang
keamanan pangan asal hewan (food safety) telah meningkat
karena masalah yang timbul dari bovine spongiform
encephalopathy (BSE), kontaminasi dioxin, wabah infeksi bakteri
yang berasal dari pangan, serta meningkatnya keprihatinan
tentang residu obat hewan dan resistensi antimikroba dalam
mikro-organisme.
• Masalah ini telah menarik perhatian terhadap praktik pemberian
pakan di industri peternakan dan telah mendorong pengawasan
yang ketat terhadap masalah keamanan dan kualitas pangan
asal hewan yang timbul sebagai hasil dari pakan ternak,
hijauan dan yang terkait dengan sistem pemberian pakan.
Skenario global & Keamanan pangan
• Pembentukan Badan Perdagangan Dunia (WTO) –
menanggalkan hambatan arus perdagangan bebas
• Penciptaan pasar global dengan akses ekuivalen untuk semua
negara – mengarah kepada peningakatan perdagangan
• Isu-isu kualitas & keamanan mendapatkan fokus global
• Kepedulian publik terhadap keamanan pangan asal hewan
meningkat – penyakit, residu, kontaminan dsb
• Rantai produksi pangan bertambah kompleks – produksi primer
sampai ke komsumsi
• Keamanan pangan asal hewan dimulai dari keamanan pakan
– Perdagangan langsung pakan atau bahan baku pakan
– Dampak terhadap produk asal hewan
Sumber: Sareen S., 2010. Presentation “Feed Safety : Importance, Codex Standards & FAO Initiatives”.
Pendekatan rantai pangan (Food
chain approach)
FAO mendefinisikan pendekatan rantai pangan sebagai:
“Pengakuan bahwa tanggung jawab untuk suplai pangan yang aman,
sehat dan bergizi dibagi sepanjang seluruh rantai pangan – oleh semua
yang terlibat dalam produksi, pemrosesan, perdagangan & konsumsi”
Hewan
Produksi
Hewan
Transportasi
Distribusi
(ritel)
Pakan
Bahan
baku
Pakan
aditif
Konsumsi
(Produk telur,
Produk susu)
Pendekatan meliputi produksi primer sampai ke konsumen
• Stakeholder – peternak, prosesor, transporter, distributor (wholesale
& retail), konsumen – peran pemerintah adalah memampukan semua
Pakan ternak (animal feed) atau
hijauan pakan ternak (forage)
• Pakan ternak atau hijauan pakan ternak (HPT) dapat menjadi
sumber sejumlah infeksi pada ternak yang akhirnya dapat menjadi
penyebab penyakit pada manusia. Ini termasuk Salmonella enterica,
Toxoplasma gondii dan Trichinella spiralis.
• Pakan ternak terkontaminasi mycotoxin dapat mengakibatkan
pangan asal hewan mengandung senyawa kimia ini.
• Pestisida, bahan kimia pertanian dan industri, logam berat dan
radionuklida dapat mencemari pakan ternak dan HPT dan juga
dapat mengakibatkan pangan asal hewan terkontaminasi.
• Melalui penggunaan teknologi yang tepat, aplikasi Good
Manufacturing Practices (GMP) dan penanganan yang hati-hati
terhadap bahan baku dapat menimimalisir kontaminasi pakan ternak
dan kaitannya dengan risiko keamanan dan kualitas pangan.
Hasil samping ternak (animal by-
product)
• Hasil samping ternak (animal by-products/ABPs) adalah
seluruh tubuh hewan, bagian-bagian dari hewan, produk asal
hewan atau produk lain yang diperoleh dari hewan yang tidak
sesuai atau tidak dimaksudkan untuk konsumsi manusia.
• ABPs harus ditangani dengan peraturan yang ketat yang
dirancang untuk mencegah bahaya bagi orang, hewan dan
lingkungan.
• ABPs dikategorikan menurut risiko yang ditimbulkan dan metoda
yang biasa digunakan dalam penanganannya.
Sumber: Islam D.S. A Presentation on Animal By-products (Blood).
Jenis-jenis ‘Animal By-products’
• Sisa katering (termasuk minyak dapur yang telah digunakan) dari
dapur komersial dan rumah tangga
• Sisa bahan baku asal hewan dari manufaktur pangan dan retailer
• Sisa jagal dan rumah potong hewan
• Darah
• Bulu
• Wol
• Kulit dan jaringan kulit (hides and skins)
• Hewan yang mati (fallen stock)
• Hewan kesayangan yang mati
• Hewan kebun binatang yang mati
• Hasil berburu (hunt trophies)
• Kotoran ternak (manure)
• Ova, embrio dan semen (jika tidak ditujukan untuk perbibitan)
Sumber: Islam D.S. A Presentation
on Animal By-products (Blood).
Hasil samping ternak (animal by-
product)
• Hasil samping ternak (animal by-products) adalah karkas dan
bagian dari karkas yang berasal dari rumah potong hewan,
penampungan hewan, kebun binatang dan sisa katering (semua
sisa dari restoran, fasilitas katering, dapur umum, dan dapur
rumah tangga).
• Produk-produk ini telah melalui
proses yang dikenal sebagai
"rendering" untuk dibuat menjadi
bahan pangan untuk manusia dan
non-manusia, lemak, dan bahan lain
yang dapat dijual untuk membuat
produk komersial seperti kosmetik,
cat, pembersih, pemoles, lem, sabun
dan tinta.
Sisa rumah potong hewan
• Sisa rumah potong hewan didefinisikan sebagai bagian-bagian
tubuh hewan yang telah dipotong-potong sebagai penyiapan
karkas untuk digunakan sebagai pakan. Sisa ini bisa berasal dari
beberapa sumber, termasuk rumah potong hewan, restoran,
toko dan peternakan dsb.
Bahan pakan asal hewan (BPAH)
• Tepung daging dan tulang (Meat and bone meal)
• Tepung daging (Meat meal)
• Tepung tulang (Bone meal)
• Tepung darah (Blood meal)
• Tepung bulu (Feather meal)
• Tepung bulu hidrolisis (Hydrolised feather meal)
• Tepung ikan (Fish meal)
• Tepung daging ayam (Poultry meat meal)
• Tepung ayam dan hasil sampingannya (Poultry and by-
product meal)
• Tepung udang (Shrimp meal)
• Pakan hewan kesayangan (Pet food)
Mengapa Keamanan Pakan
(feed safety) penting?
• Bahaya (hazard) yang dihubungkan dengan pakan yang
masuk ke rantai pangan – konsekuensi
• Risiko bagi kesehatan manusia
• Dampak ekonomi (penghancuran produk, kehilangan
pasar dsb).
• Contoh:
• Dioxin pada telur & ayam (Belgia)
• Melamine pada telur (China)
• Residu pestisida pada daging
• Residu obat hewan pada telur
• BSE pada sapi
• Aflatoxin pada susu
Sumber: Sareen S., 2010.
Presentation “Feed Safety :
Importance, Codex Standards
& FAO Initiatives”.
Contoh kasus
• Kontaminasi melamine dalam pangan & pakan di China –
Kemenkes China melaporkan pada November 2008 bahwa
294.000 bayi telah dipengaruhi oleh formula bayi yang
terkontaminasi melamine, > 50 000 bayi harus dirawat di
rumah sakit dan dikonfirmasi ada 6 kematian.
• Kontaminasi dioxin dalam daging babi di Irlandia pada
2008 telah mendedah konsumen ke tingkat dioxin 80-200
kali diatas batas aman. Penyebab – pakan babi dari 1
produsen tercemar dengan bahan bakar minyak industri
(digunakan di 9 peternakan) – menyebabkan efek berantai.
Kerugian diestimasi > US$ 1 miliar.
Sumber: Sareen S., 2010. Presentation “Feed Safety : Importance, Codex Standards & FAO Initiatives”.
Kontaminasi pakan ternak dengan
mikro-organisme atau bahan yang
tidak diinginkan
• Menularkan penyakit infeksius dan menjadi alur
untuk introduksi mikro-organisme yang tidak
diinginkan;
• Menghasilkan produk hewan yang terkontaminasi
dengan bahan atau mikro-organisme yang tidak
diinginkan dan menyebabkan masalah kesehatan
manusia
Sumber: Sugiura K. (OIE). Presentation “Regulatory framework on feed safety -international trends-.
Bahaya pangan yang dikaitkan
dengan pakan ternak
Kimiawi
Fisik Biologik
Pestisida
organochlor
Residu obat
hewan
Dioxins, dibenzofurans
& dioxin like PCBs
Logam berat
Mycotoxin (aflatoxin B1)
Batu Gelas
Logam Tulang
Kayu
Salmella
Brucellosis
Endoparasit
Bahaya (hazard): Agen biologik, kimiawi atau fisik, atau kondisi pangan/
pakan yang berpotensi menyebabkan efek kesehatan yang merugikan.
Sumber bahaya (hazards)
• Lingkungan
• Proses manufaktur
• Penggunaan bahan mentah terkontaminasi
• Penyimpanan
• Transportasi, distribusi
Sumber: Sugiura K. (OIE). Presentation “Regulatory framework on feed safety -international trends-.
Bahaya Kimiawi: Logam Berat (1)
Jenis logam
berat
Sumber utama Masalah
kesehatan hewan
Arsenik Tanaman laut; produk ikan; dan suplemen mineral Sedang
Kadmium Suplemen mineral; HPT biji-bijian; kotoran ternak,
lumpur limbah; atau fertilizer fosfat kaya tanah
Tinggi
Timah (Lead) Tanah terkontaminasi; cat timah; air sistim pipa
mengandung timah; baterai; suplemen mineral
Tinggi
Mercury/methyl
Mercury
Kontaminasi antropogenik, tepung ikan Tinggi
Tembaga
(Copper)
Rumput dan hijauan leguminosa; sereal; tepung biji
minyak leguminosa; sisa unggas dan babi;
suplemen mineral
Tinggi
Besi (Iron) Alfalfa; sereal; tepung biji minyak leguminosa,
tepung daging; tepung ikan; suplemen mineral dan
tepung darah
Sedang
Sumber: Malomo G.A. and Ihegwuagu N.E., 2017. Some Aspects of Animal Feed Sampling
and Analysis. DOI: 10.5772/intechopen.70856.
Bahaya Kimiawi: Logam Berat (2)
Jenis logam
berat
Sumber utama Masalah
kesehatan hewan
Seng (Zinc) Padang rumput; sereal; tepung leguminosa;
tepung ikan; tepung ikan paus; tepung daging;
suplemen mineral
Sedang
Chromium Pakan monokalsium fosfat dan defluorinated fosfat Rendah
Molybdenum Tanah asal laut; tanah alkalin; padang rumput Tinggi
Selenium Tanaman dari tanah yang kaya selenium Tinggi
Sumber: Malomo G.A. and Ihegwuagu N.E., 2017. Some Aspects of Animal Feed Sampling
and Analysis. DOI: 10.5772/intechopen.70856.
Sumber dan metoda analisis untuk
deteksi beberapa bahaya kimiawi
dan mikrobiologik dalam pakan (1)
Jenis
bahaya
Bahan/agen
penyebab
Sumber pakan ternak Metoda analisis
Bahaya fisik Gelas, logam,
plastik dan kayu
Penanganan pada
berbagai tahapan produksi
dan pemrosesan
Inspeksi fisik
Bahaya
kimiawi
Dioxins,
dibenzofurans,
dioxin-like PCBs
Sumber mineral
terkontaminasi, food
by-products
Gas chromatography-high
resolution mass
spectrometry (GC/HR-MS)
Mycotoxins –
aflatoxin B1,
ochratoxin A,
zearalenone,
fumonisin B1,
deoxinivalerol,
T-2, HT-2
Sereal (khususnya jagung),
biji kapas, kacang (kacang
tanah), kopra, distillers
dried grains with solubles
(DDGS)
Thin-layer chromatography;
HPLC dengan deteksi
fluorimetrik setelah
pembersihan immuno-affinity
Sumber: Malomo G.A. and Ihegwuagu N.E., 2017. Some Aspects of Animal Feed Sampling
and Analysis. DOI: 10.5772/intechopen.70856.
Sumber dan metoda analitikal untuk
deteksi beberapa bahaya kimiawi
dan mikrobiologik dalam pakan (2)
Jenis
bahaya
Bahan/agen
penyebab
Sumber pakan
ternak
Metoda analisis
Obat hewan Bahan pakan berbasis
hewan darat dan
akuatik, pakan terapi,
DDGS
HPLC; ELISA; Microbiological
inhibition assays; LC-MS/MS
or liquid chromatography with
diode array detector (LC -DAD)
Organopestisida –
DDT, hexachloro-
benzene dan aldrin.
Kontaminasi bahan
baku dan pakan
GC-MS; GC with metoda
electron-capture detection
(ECD)
Kontaminan
mikroba
Brucella, salmonella,
endoparasites
(Echinococcus,
Toxoplasma gondii,
Cisticercus
and Trichinella)
Padang rumput
terkontaminasi, HPT,
dan tepung protein
hewani dan sayuran
Official AOAC method, ISO
Salmonella spp; ISO
Escherichia coli; ISO
Escherichia coli O157; ISO
Coliform; OIE Manual Bovine
Brucellosis, Cysticercosis,
Salmonellosis
Teks OIE
• OIE Terrestrial Animal Health Code
(2019): Chapter 6.4. The control of
hazards of animal health and public
health importance in animal feed.
• OIE Aquatic Animal Health Code
(2019): Chapter 4.1. Control of
pathogenic agents in aquatic animal
feeds.
• OIE-FAO Guide to Good Farming
Practices (2009): Section 4: Animal
feeding and watering.
Teks Codex Alimentarius
• Classification of foods & animal feeds (CAC/Misc 4 – 93)
• Codex General standard for contaminants in foods & feeds
(Codex stan193-1995)
• Code of Practice on Good Animal Feeding (CAC/RCP 54-2004)
• Code of Practice for the Reduction of Aflatoxin B1 in Raw
Materials and Supplemental Feeding stuffs for Milk producing
Animals (CAC/RCP 45-1997)
• Code of Practice for the Prevention and Reduction of Dioxin and
Dioxin-like PCB Contamination in Foods and Feeds (CAC/RCP
62-2006)
• Code of Practice for Source-Directed Measures to Reduce
Contamination of Food with Chemicals (CAC/RCP 49-2001)
Cemaran mikrobiologis pada pakan
• Salmonella spp telah diidentifikasi sebagai bahaya penting
dan spektrum yang luas dari serovars Salmonella telah
diisolasi dari pakan. Termasuk yang paling umum diisolasi
dari kasus klinis salmonellosis pada manusia, seperti
Salmonella typhimurium and Salmonella enteritidis.
• Bahaya bakterial yang potensial lainnya dari pakan ternak
yang harus disadari, bergantung kepada jenis pakan
meliputi Mycobacterium, Brucella, Clostridium spp,
enterohaemorrhagic Escherichia coli, dan Listeria.
Sumber: Sareen S., 2010. Presentation “Feed Safety : Importance, Codex Standards & FAO Initiatives”.
Standar internasional untuk bahaya
(hazard) dari pakan ternak
• Bahaya terhadap kesehatan
hewan (animal health hazards)
• OIE Code chapter penyakit
spesifik
• Bahaya terhadap keamanan
pangan (food safety hazards)
• Codex maximum residue
limits (MRLs)
Sumber: Sugiura K. (OIE). Presentation “Regulatory framework on feed safety -international trends-.
Chapter penyakit pada OIE Code
• Jerami (straw) dan pakan ternak (forage) dari negara atau zona
tertular PMK (Chapter 8.8.)
• Tepung daging dan tulang (MBM) ruminansia atau greaves yang
berasal dari negara dengan status ‘negligible BSE risk’,
‘controlled BSE risk’ atau ‘undertemined BSE risk’ (Chapter
11.4.)
• Gelatin dan kolagen, tallow, dikalsium fosfat, derivat tallow yang
berasal dari negara ‘negligible BSE risk’, ‘controlled BSE risk’
atau ‘undermined BSE risk’ (Chapter 11.4.)
• Tepung bulu (feather meal) dan tepung ayam (poultry meal) dari
negara-negara bebas AI atau tertular AI (Chapter 10.4.)
Sumber: Slorach S.A., 2010. Presentation “OIE Work on Animal Feed Safety”.
Rekomendasi importasi jerami dan pakan
ternak dari negara atau zona tertular PMK
(Article 8.8.28.)
• Otoritas Veteriner mempersyaratkan sertifikat veteriner
internasional yang membuktikan bahwa komoditi tersebut:
1. bebas kontaminasi dari bahan yang bersumber dari hewan;
2. telah mendapatkan salah satu perlakuan dibawah ini, dimana dalam
kasus bahan dikirimkan dalam bentuk bal, telah memperlihatkan
penetrasi ke bagian tengah bal:
a) baik untuk tindakan penguapan dalam ruang tertutup sedemikian
rupa sehingga bagian tengah bal telah mencapai temperatur
minimum 80°C setidaknya selama 10 menit.
b) atau tindakan uap formalin (gas formaldehyde) yang diproduksi
oleh larutan komersial pada 35-40% di ruang tertutup selama
sedikitnya 8 jam dan pada temperatur minimum 19°C;
ATAU
• Telah disimpan dalam keadaan terikat paling tidak selama 4
bulan sebelum dikeluarkan untuk ekspor.
Rekomendasi tepung daging dan tulang
(MBM) atau greaves (Article 11.4.13.)
1. MBM ruminansia atau greaves, atau setiap komoditi yang
mengandung produk semacam itu, yang berasal dari negara,
zona atau kompartemen dengan status ‘negligible BSE risk’,
tetapi mempunyai kasus asli (indigenous) BSE, tidak
diperbolehkan untuk diperdagangkan apabila produk tersebut
berasal dari sapi yang lahir sebelum tanggal dimana
pelarangan pemberian MBM ruminansia dan greaves
diberlakukan secara efektif.
2. MBM ruminansia atau greaves, atau setiap komoditi yang
mengandung produk semacam itu, yang berasal dari negara,
zona atau kompartemen dengan status ‘controlled BSE risk’
dan ‘undetermined BSE risk’ tidak boleh diperdagangkan antar
negara.
Rekomendasi importasi gelatin dan kolagen yang
disiapkan dari tulang dan ditujukan untuk pangan
atau pakan, fertilizer, kosmetik, farmasetikal
termasuk alat biologik atau medik (Article 11.4.15.)
• Otoritas Veteriner mempersyaratkan dalam sertifikat veteriner
internasional yang membuktikan bahwa:
1. Komoditi datang dari negara, zona atau kompartemen dengan status
‘negligible BSE risk’; ATAU
2. berasal dari negara, zona atau kompartemen dengan status ‘controlled
BSE risk’ atau ‘undetermined BSE risk’ dan berasal dari sapi yang telah
lulus inspeksi ante- dan post-mortem; dan bahwa
a) Kolom vertebral dari sapi berumur lebih dari 30 bulan pada saat pemotongan dan
tengkorak telah dikecualikan;
b) tulang telah dilakukan proses dimana meliputi langkah berikut:
i. degreasing,
ii. demineralissi asam,
iii. perlakuan asam atau alkalin,
iv. filtrasi,
v. sterilisasi pada >138°C minimum selama 4 detik, atau ekuivalen atau proses
lebih baik dalam reduksi infektivitas (seperti tekanan pemanasan tinggi)
Komoditi terkait pakan yang aman BSE
(tanpa memperhatikan status negara,
zona atau kompartemen) (Article 11.4.1.)
• Gelatin dan kolagen yang dipersiapkan secara
eksklusif dari kulit dan kulit jaringan (hide and skin);
• Tallow (lemak) dengan tingkat maksimum kotoran
tidak larut 0,15% dari berat dan derivatif yang terbuat
dari tallow ini;
• Dikalsium fosfat (tanpa jejak protein atau lemak)
Rekomendasi importasi tallow yang disiapkan dari
tulang dan ditujukan untuk pangan, pakan,
kosmetik, farmasetikal termasuk alat biologik atau
medik (Article 11.4.16.)
• Otoritas Veteriner mempersyaratkan dalam sertifikat
veteriner internasional yang membuktikan bahwa:
1. tallow datang dari negara, zona atau kompartemen
dengan status ‘negligible BSE risk’; atau
2. berasal dari negara, zona atau kompartemen dengan
status ‘controlled BSE risk’, adalah derivat dari sapi
yang telah lulus inspeksi ante- dan post-mortem, dan
telah dipersiapkan menggunakan jaringan seperti yang
tertera dalam poin 1) dan 2) Article 11.4.14. (sapi
semua umur dari negara ‘controlled BSE risk’ dan
‘undetermined BSE risk’)
Rekomendasi importasi dikalsium fosfat yang
disiapkan dari tulang dan ditujukan untuk pangan,
pakan, kosmetik, farmasetikal termasuk alat
biologik atau medik (Article 11.4.17.)
• Otoritas Veteriner mempersyaratkan dalam sertifikat
veteriner internasional yang membuktikan bahwa:
1. dikalsium fosfat datang dari negara, zona atau
kompartemen dengan status ‘negligible BSE risk’; atau
2. berasal dari negara, zona atau kompartemen dengan
status ‘controlled BSE risk’ atau ‘undetermined BSE
risk’ dan adalah hasil samping gelatin tulang yang
diproduksi menurut Article 11.4.15. (gelatin dari negara
‘negligible BSE risk’ atau gelatin yang telah diproses
dari negara ‘controlled BSE risk’ dan ‘undetermined
BSE risk’)
Rekomendasi importasi derivat tallow yang
disiapkan dari tulang dan ditujukan untuk pangan,
pakan, kosmetik, farmasetikal termasuk alat
biologik atau medik (Article 11.4.18.)
• Otoritas Veteriner mempersyaratkan dalam sertifikat
veteriner internasional yang membuktikan bahwa:
1. derivat tallow berasal dari negara, zona atau
kompartemen dengan status ‘negligible BSE risk’; atau
2. berasal dari tallow yang memenuhi persyaratan dalam
Article 11.4.16. (rekomendasi importasi tallow); atau
3. diproduksi melalui hidrolisis, saponifikasi atau
transesterifikasi menggunakan temperatur dan
tekanan tinggi.
Prosedur reduksi infektivitas BSE
dalam tepung daging dan tulang (MBM)
1. Bahan baku harus direduksi ukuran partikelnya
menjadi maksimum 50 mm sebelum dipanaskan.
2. Bahan baku harus dipanaskan di bawah kondisi uap
jenuh pada temperatur tidak kurang dari 133°C
selama minimum 20 menit pada tekanan mutlak
3 bar.
Rekomendasi importasi tepung bulu
dan tepung unggas (Article 10.4.24.)
• Tidak tergantung kepada status avian influenza negara asal, Otoritas
Veteriner mempersyaratkan sertifikat veteriner internasional yang
membuktikan bahwa:
1. komoditi diproses di negara, zona atau kompartemen bebas AI dan berasal dari
unggas yang dipelihara di negara, zona atau kompartemen bebas AI mulai dari
waktu menetas sampai waktu pemotongan atau setidaknya 21 hari sebelum
pemotongan, atau
2. komoditi telah diproses baik:
• dengan pemanasan basah dengan minimum temperatur 118ºC selama
minimum 40 menit; atau
• dengan proses hidrolisis berlanjut di bawah setidaknya tekanan 3,79 bar
• dengan penguapan pada minimum temperatur 122ºC selama minimum
15 menit; atau
• dengan alternatif proses ‘rendering’ yang memastikan bahwa temperatur
internal di seluruh produk mencapai setidaknya 74ºC;
DAN
3. tindakan pencegahan yang diperlukan telah dilakukan untuk mencegah kontak
dengan setiap sumber virus AI.
Codex MRL (1)
Residu pestisida
• Batas maksimum residu (BMR/MRL) adalah tingkat
residu pestisida tertinggi yang dapat ditoleransi secara
legal dalam atau pada pangan atau pakan saat pestisida
diterapkan dengan benar sesuai dengan praktik pertanian
(Good Agricultural Practice) yang baik.
• FAO mempromosikan ‘Integrated Pest Management’ (IPM)
sebagai pendekatan terhadap manajemen pes.
• FAO dan WHO mendorong implementasi ‘International
Code of Conduct on Pesticide Management’.
Sumber: Sugiura K. (OIE). Presentation “Regulatory framework on feed safety -international trends-.
Codex MRL (2)
• Codex menetapkan BRM/MRL untuk pestisida pada
pangan dan pakan hijauan untuk menyediakan standar
untuk keamanan pangan dan mendorong perdagangan
internasional.
• FAO dan WHO juga mengembangkan ‘Pesticide
Specifications’ untuk menetapkan standar kualitas pestisida
dan melindungi konsumen dan lingkungan dari
penggunaan produk-produk di bawah standar.
• Codex telah mengembangkan lebih dari 4300 MRLs yang
mencakup hampir 200 pestisida.
Sumber: http://www.fao.org/fao-who-codexalimentarius/thematic-areas/pesticides/en/
Penutup
• Pangan dianggap tidak aman jika memiliki efek buruk pada
kesehatan manusia atau akan membuat pangan yang
berasal dari hewan penghasil pangan (food-producing
animals) menjadi tidak aman untuk konsumsi manusia.
• Pakan ternak memegang peranan penting dalam produksi
pangan yang aman dan bergizi, oleh karena itu beberapa
pertimbangan yang meningkatkan kualitas dan
pengambilan keputusan yang efektif dalam rantai pakan
dan pangan.
• Pengambilan sampel dan analisis pakan merupakan
bagian esensial dari proses untuk memastikan bahan baku
pakan dan resultante pangan asal hewan memenuhi
standar yang diperlukan.
PAKAN

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)Dina Puspita Sari
 
Ppt uu-kesehatan-dipa-blu
Ppt uu-kesehatan-dipa-bluPpt uu-kesehatan-dipa-blu
Ppt uu-kesehatan-dipa-blumumud31
 
Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...
Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...
Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...Tata Naipospos
 
Kesiagaan Darurat Wabah Penyakit Hewan - Australia Indonesia Partnership Emer...
Kesiagaan Darurat Wabah Penyakit Hewan - Australia Indonesia Partnership Emer...Kesiagaan Darurat Wabah Penyakit Hewan - Australia Indonesia Partnership Emer...
Kesiagaan Darurat Wabah Penyakit Hewan - Australia Indonesia Partnership Emer...Tata Naipospos
 
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFAS
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFASUPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFAS
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFASDokter Tekno
 
Strategi promosi kesehatan
Strategi promosi kesehatanStrategi promosi kesehatan
Strategi promosi kesehatanSlametWidodo53
 
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Tata Naipospos
 
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) FasyankesKebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) FasyankesTini Wartini
 
05. konsep dasar epidemiologi penyakit
05. konsep dasar epidemiologi penyakit05. konsep dasar epidemiologi penyakit
05. konsep dasar epidemiologi penyakitSyahrum Syuib
 
Air, sanitasi, dan promkes baru
Air, sanitasi, dan promkes baruAir, sanitasi, dan promkes baru
Air, sanitasi, dan promkes baruBambang Fadhil
 
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klbPenyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klbHMRojali
 
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di PuskesmasManajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di PuskesmasI Putu Cahya Legawa
 
Penyusunan Strategi Advokasi Kesehatan
Penyusunan Strategi Advokasi KesehatanPenyusunan Strategi Advokasi Kesehatan
Penyusunan Strategi Advokasi KesehatanJabfungkes
 
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...Tata Naipospos
 
Manajemen bencana kedaruratan
Manajemen bencana kedaruratanManajemen bencana kedaruratan
Manajemen bencana kedaruratanJoni Iswanto
 
Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatInoy Trisnaini
 
Desain Studi Epidemiologi.pptx
Desain Studi Epidemiologi.pptxDesain Studi Epidemiologi.pptx
Desain Studi Epidemiologi.pptxssuserb2bacf
 

Was ist angesagt? (20)

HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
 
Ppt uu-kesehatan-dipa-blu
Ppt uu-kesehatan-dipa-bluPpt uu-kesehatan-dipa-blu
Ppt uu-kesehatan-dipa-blu
 
Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...
Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...
Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...
 
Kesiagaan Darurat Wabah Penyakit Hewan - Australia Indonesia Partnership Emer...
Kesiagaan Darurat Wabah Penyakit Hewan - Australia Indonesia Partnership Emer...Kesiagaan Darurat Wabah Penyakit Hewan - Australia Indonesia Partnership Emer...
Kesiagaan Darurat Wabah Penyakit Hewan - Australia Indonesia Partnership Emer...
 
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFAS
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFASUPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFAS
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFAS
 
K3 BIOLOGIS RS
K3 BIOLOGIS RSK3 BIOLOGIS RS
K3 BIOLOGIS RS
 
Strategi promosi kesehatan
Strategi promosi kesehatanStrategi promosi kesehatan
Strategi promosi kesehatan
 
MFK - ASTRI KLATEN.pptx
MFK - ASTRI KLATEN.pptxMFK - ASTRI KLATEN.pptx
MFK - ASTRI KLATEN.pptx
 
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
 
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) FasyankesKebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
 
05. konsep dasar epidemiologi penyakit
05. konsep dasar epidemiologi penyakit05. konsep dasar epidemiologi penyakit
05. konsep dasar epidemiologi penyakit
 
Air, sanitasi, dan promkes baru
Air, sanitasi, dan promkes baruAir, sanitasi, dan promkes baru
Air, sanitasi, dan promkes baru
 
Klinik sanitasi 1
Klinik sanitasi 1Klinik sanitasi 1
Klinik sanitasi 1
 
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klbPenyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
 
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di PuskesmasManajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
 
Penyusunan Strategi Advokasi Kesehatan
Penyusunan Strategi Advokasi KesehatanPenyusunan Strategi Advokasi Kesehatan
Penyusunan Strategi Advokasi Kesehatan
 
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
 
Manajemen bencana kedaruratan
Manajemen bencana kedaruratanManajemen bencana kedaruratan
Manajemen bencana kedaruratan
 
Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor Lalat
 
Desain Studi Epidemiologi.pptx
Desain Studi Epidemiologi.pptxDesain Studi Epidemiologi.pptx
Desain Studi Epidemiologi.pptx
 

Ähnlich wie PAKAN

Bahan Pendalaman Naskah Akademi Undang-Undang Veteriner - Pokja PPV PDHI, 22 ...
Bahan Pendalaman Naskah Akademi Undang-Undang Veteriner - Pokja PPV PDHI, 22 ...Bahan Pendalaman Naskah Akademi Undang-Undang Veteriner - Pokja PPV PDHI, 22 ...
Bahan Pendalaman Naskah Akademi Undang-Undang Veteriner - Pokja PPV PDHI, 22 ...Tata Naipospos
 
Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...
Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...
Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...Tata Naipospos
 
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...Tata Naipospos
 
Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...
Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...
Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...Tata Naipospos
 
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Tata Naipospos
 
Pengawetan daging segar olahan
Pengawetan daging segar olahanPengawetan daging segar olahan
Pengawetan daging segar olahanbabarock
 
dokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptx
dokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptxdokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptx
dokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptxDianWahyu40
 
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...Tata Naipospos
 
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...Tata Naipospos
 
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Tata Naipospos
 
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...Tata Naipospos
 
bahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan dagingbahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan dagingBBPP_Batu
 
Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...
Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...
Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...Tata Naipospos
 
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Tata Naipospos
 
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...Tata Naipospos
 
Ahmad Masykur_Rantai cemaran mikotoksin dari roti afkir.pptx
Ahmad Masykur_Rantai cemaran mikotoksin dari roti afkir.pptxAhmad Masykur_Rantai cemaran mikotoksin dari roti afkir.pptx
Ahmad Masykur_Rantai cemaran mikotoksin dari roti afkir.pptxssuser644d59
 
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Tata Naipospos
 
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...Tata Naipospos
 

Ähnlich wie PAKAN (20)

Bahan Pendalaman Naskah Akademi Undang-Undang Veteriner - Pokja PPV PDHI, 22 ...
Bahan Pendalaman Naskah Akademi Undang-Undang Veteriner - Pokja PPV PDHI, 22 ...Bahan Pendalaman Naskah Akademi Undang-Undang Veteriner - Pokja PPV PDHI, 22 ...
Bahan Pendalaman Naskah Akademi Undang-Undang Veteriner - Pokja PPV PDHI, 22 ...
 
Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...
Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...
Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...
 
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
 
Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...
Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...
Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...
 
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
 
Pengawetan daging segar olahan
Pengawetan daging segar olahanPengawetan daging segar olahan
Pengawetan daging segar olahan
 
dokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptx
dokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptxdokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptx
dokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptx
 
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
 
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
 
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
 
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
 
bahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan dagingbahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan daging
 
Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...
Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...
Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...
 
Keamanan pangan
Keamanan panganKeamanan pangan
Keamanan pangan
 
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
 
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
 
Ahmad Masykur_Rantai cemaran mikotoksin dari roti afkir.pptx
Ahmad Masykur_Rantai cemaran mikotoksin dari roti afkir.pptxAhmad Masykur_Rantai cemaran mikotoksin dari roti afkir.pptx
Ahmad Masykur_Rantai cemaran mikotoksin dari roti afkir.pptx
 
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
 
KEAMANAN PANGAN.ppt
KEAMANAN PANGAN.pptKEAMANAN PANGAN.ppt
KEAMANAN PANGAN.ppt
 
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
 

Mehr von Tata Naipospos

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Tata Naipospos
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Tata Naipospos
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Tata Naipospos
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Tata Naipospos
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Tata Naipospos
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Tata Naipospos
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Tata Naipospos
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Tata Naipospos
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Tata Naipospos
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Tata Naipospos
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Tata Naipospos
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Tata Naipospos
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Tata Naipospos
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Tata Naipospos
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Tata Naipospos
 

Mehr von Tata Naipospos (20)

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
 

Kürzlich hochgeladen

alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 

Kürzlich hochgeladen (20)

alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 

PAKAN

  • 1. Penyakit dan cemaran mikrobiologis yang dapat ditularkan melalui Pakan Ternak Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil, PhD Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Karantina Hewan Bimbingan Teknis Petugas Pengambil Contoh (PPC) Bersertifikasi IPB International Convention Center, Bogor, 9 Maret 2020
  • 2. Latar Belakang • Pakan ternak adalah komponen penting dari rantai pangan yang mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan dan kesejahteraan hewan dan juga keamanan pangan dan kesehatan masyarakat. • Fokus utama OIE pada pakan ternak karena bertindak sebagai alur untuk masuk dan menyebarnya wabah penyakit hewan menular, seperti PMK, SVD dan AI. • Peran pakan sebagai vektor untuk agen penyakit, termasuk agen zoonotik, seperti BSE, Salmonella saat ini juga sudah diketahui dengan baik. • Pakan dan bahan baku pakan diperdagangkan secara luas di tingkat internasional dan gangguan perdagangan dapat berdampak ekonomi hebat baik di negara maju dan berkembang. Sumber: Slorach S.A., 2010. Presentation “OIE Work on Animal Feed Safety”.
  • 3. Kepedulian terhadap keamanan pangan asal hewan (food safety) • Dalam dekade belakangan ini, perhatian publik tentang keamanan pangan asal hewan (food safety) telah meningkat karena masalah yang timbul dari bovine spongiform encephalopathy (BSE), kontaminasi dioxin, wabah infeksi bakteri yang berasal dari pangan, serta meningkatnya keprihatinan tentang residu obat hewan dan resistensi antimikroba dalam mikro-organisme. • Masalah ini telah menarik perhatian terhadap praktik pemberian pakan di industri peternakan dan telah mendorong pengawasan yang ketat terhadap masalah keamanan dan kualitas pangan asal hewan yang timbul sebagai hasil dari pakan ternak, hijauan dan yang terkait dengan sistem pemberian pakan.
  • 4. Skenario global & Keamanan pangan • Pembentukan Badan Perdagangan Dunia (WTO) – menanggalkan hambatan arus perdagangan bebas • Penciptaan pasar global dengan akses ekuivalen untuk semua negara – mengarah kepada peningakatan perdagangan • Isu-isu kualitas & keamanan mendapatkan fokus global • Kepedulian publik terhadap keamanan pangan asal hewan meningkat – penyakit, residu, kontaminan dsb • Rantai produksi pangan bertambah kompleks – produksi primer sampai ke komsumsi • Keamanan pangan asal hewan dimulai dari keamanan pakan – Perdagangan langsung pakan atau bahan baku pakan – Dampak terhadap produk asal hewan Sumber: Sareen S., 2010. Presentation “Feed Safety : Importance, Codex Standards & FAO Initiatives”.
  • 5. Pendekatan rantai pangan (Food chain approach) FAO mendefinisikan pendekatan rantai pangan sebagai: “Pengakuan bahwa tanggung jawab untuk suplai pangan yang aman, sehat dan bergizi dibagi sepanjang seluruh rantai pangan – oleh semua yang terlibat dalam produksi, pemrosesan, perdagangan & konsumsi” Hewan Produksi Hewan Transportasi Distribusi (ritel) Pakan Bahan baku Pakan aditif Konsumsi (Produk telur, Produk susu) Pendekatan meliputi produksi primer sampai ke konsumen • Stakeholder – peternak, prosesor, transporter, distributor (wholesale & retail), konsumen – peran pemerintah adalah memampukan semua
  • 6. Pakan ternak (animal feed) atau hijauan pakan ternak (forage) • Pakan ternak atau hijauan pakan ternak (HPT) dapat menjadi sumber sejumlah infeksi pada ternak yang akhirnya dapat menjadi penyebab penyakit pada manusia. Ini termasuk Salmonella enterica, Toxoplasma gondii dan Trichinella spiralis. • Pakan ternak terkontaminasi mycotoxin dapat mengakibatkan pangan asal hewan mengandung senyawa kimia ini. • Pestisida, bahan kimia pertanian dan industri, logam berat dan radionuklida dapat mencemari pakan ternak dan HPT dan juga dapat mengakibatkan pangan asal hewan terkontaminasi. • Melalui penggunaan teknologi yang tepat, aplikasi Good Manufacturing Practices (GMP) dan penanganan yang hati-hati terhadap bahan baku dapat menimimalisir kontaminasi pakan ternak dan kaitannya dengan risiko keamanan dan kualitas pangan.
  • 7. Hasil samping ternak (animal by- product) • Hasil samping ternak (animal by-products/ABPs) adalah seluruh tubuh hewan, bagian-bagian dari hewan, produk asal hewan atau produk lain yang diperoleh dari hewan yang tidak sesuai atau tidak dimaksudkan untuk konsumsi manusia. • ABPs harus ditangani dengan peraturan yang ketat yang dirancang untuk mencegah bahaya bagi orang, hewan dan lingkungan. • ABPs dikategorikan menurut risiko yang ditimbulkan dan metoda yang biasa digunakan dalam penanganannya. Sumber: Islam D.S. A Presentation on Animal By-products (Blood).
  • 8. Jenis-jenis ‘Animal By-products’ • Sisa katering (termasuk minyak dapur yang telah digunakan) dari dapur komersial dan rumah tangga • Sisa bahan baku asal hewan dari manufaktur pangan dan retailer • Sisa jagal dan rumah potong hewan • Darah • Bulu • Wol • Kulit dan jaringan kulit (hides and skins) • Hewan yang mati (fallen stock) • Hewan kesayangan yang mati • Hewan kebun binatang yang mati • Hasil berburu (hunt trophies) • Kotoran ternak (manure) • Ova, embrio dan semen (jika tidak ditujukan untuk perbibitan) Sumber: Islam D.S. A Presentation on Animal By-products (Blood).
  • 9. Hasil samping ternak (animal by- product) • Hasil samping ternak (animal by-products) adalah karkas dan bagian dari karkas yang berasal dari rumah potong hewan, penampungan hewan, kebun binatang dan sisa katering (semua sisa dari restoran, fasilitas katering, dapur umum, dan dapur rumah tangga). • Produk-produk ini telah melalui proses yang dikenal sebagai "rendering" untuk dibuat menjadi bahan pangan untuk manusia dan non-manusia, lemak, dan bahan lain yang dapat dijual untuk membuat produk komersial seperti kosmetik, cat, pembersih, pemoles, lem, sabun dan tinta.
  • 10. Sisa rumah potong hewan • Sisa rumah potong hewan didefinisikan sebagai bagian-bagian tubuh hewan yang telah dipotong-potong sebagai penyiapan karkas untuk digunakan sebagai pakan. Sisa ini bisa berasal dari beberapa sumber, termasuk rumah potong hewan, restoran, toko dan peternakan dsb.
  • 11. Bahan pakan asal hewan (BPAH) • Tepung daging dan tulang (Meat and bone meal) • Tepung daging (Meat meal) • Tepung tulang (Bone meal) • Tepung darah (Blood meal) • Tepung bulu (Feather meal) • Tepung bulu hidrolisis (Hydrolised feather meal) • Tepung ikan (Fish meal) • Tepung daging ayam (Poultry meat meal) • Tepung ayam dan hasil sampingannya (Poultry and by- product meal) • Tepung udang (Shrimp meal) • Pakan hewan kesayangan (Pet food)
  • 12. Mengapa Keamanan Pakan (feed safety) penting? • Bahaya (hazard) yang dihubungkan dengan pakan yang masuk ke rantai pangan – konsekuensi • Risiko bagi kesehatan manusia • Dampak ekonomi (penghancuran produk, kehilangan pasar dsb). • Contoh: • Dioxin pada telur & ayam (Belgia) • Melamine pada telur (China) • Residu pestisida pada daging • Residu obat hewan pada telur • BSE pada sapi • Aflatoxin pada susu Sumber: Sareen S., 2010. Presentation “Feed Safety : Importance, Codex Standards & FAO Initiatives”.
  • 13. Contoh kasus • Kontaminasi melamine dalam pangan & pakan di China – Kemenkes China melaporkan pada November 2008 bahwa 294.000 bayi telah dipengaruhi oleh formula bayi yang terkontaminasi melamine, > 50 000 bayi harus dirawat di rumah sakit dan dikonfirmasi ada 6 kematian. • Kontaminasi dioxin dalam daging babi di Irlandia pada 2008 telah mendedah konsumen ke tingkat dioxin 80-200 kali diatas batas aman. Penyebab – pakan babi dari 1 produsen tercemar dengan bahan bakar minyak industri (digunakan di 9 peternakan) – menyebabkan efek berantai. Kerugian diestimasi > US$ 1 miliar. Sumber: Sareen S., 2010. Presentation “Feed Safety : Importance, Codex Standards & FAO Initiatives”.
  • 14. Kontaminasi pakan ternak dengan mikro-organisme atau bahan yang tidak diinginkan • Menularkan penyakit infeksius dan menjadi alur untuk introduksi mikro-organisme yang tidak diinginkan; • Menghasilkan produk hewan yang terkontaminasi dengan bahan atau mikro-organisme yang tidak diinginkan dan menyebabkan masalah kesehatan manusia Sumber: Sugiura K. (OIE). Presentation “Regulatory framework on feed safety -international trends-.
  • 15. Bahaya pangan yang dikaitkan dengan pakan ternak Kimiawi Fisik Biologik Pestisida organochlor Residu obat hewan Dioxins, dibenzofurans & dioxin like PCBs Logam berat Mycotoxin (aflatoxin B1) Batu Gelas Logam Tulang Kayu Salmella Brucellosis Endoparasit Bahaya (hazard): Agen biologik, kimiawi atau fisik, atau kondisi pangan/ pakan yang berpotensi menyebabkan efek kesehatan yang merugikan.
  • 16. Sumber bahaya (hazards) • Lingkungan • Proses manufaktur • Penggunaan bahan mentah terkontaminasi • Penyimpanan • Transportasi, distribusi Sumber: Sugiura K. (OIE). Presentation “Regulatory framework on feed safety -international trends-.
  • 17. Bahaya Kimiawi: Logam Berat (1) Jenis logam berat Sumber utama Masalah kesehatan hewan Arsenik Tanaman laut; produk ikan; dan suplemen mineral Sedang Kadmium Suplemen mineral; HPT biji-bijian; kotoran ternak, lumpur limbah; atau fertilizer fosfat kaya tanah Tinggi Timah (Lead) Tanah terkontaminasi; cat timah; air sistim pipa mengandung timah; baterai; suplemen mineral Tinggi Mercury/methyl Mercury Kontaminasi antropogenik, tepung ikan Tinggi Tembaga (Copper) Rumput dan hijauan leguminosa; sereal; tepung biji minyak leguminosa; sisa unggas dan babi; suplemen mineral Tinggi Besi (Iron) Alfalfa; sereal; tepung biji minyak leguminosa, tepung daging; tepung ikan; suplemen mineral dan tepung darah Sedang Sumber: Malomo G.A. and Ihegwuagu N.E., 2017. Some Aspects of Animal Feed Sampling and Analysis. DOI: 10.5772/intechopen.70856.
  • 18. Bahaya Kimiawi: Logam Berat (2) Jenis logam berat Sumber utama Masalah kesehatan hewan Seng (Zinc) Padang rumput; sereal; tepung leguminosa; tepung ikan; tepung ikan paus; tepung daging; suplemen mineral Sedang Chromium Pakan monokalsium fosfat dan defluorinated fosfat Rendah Molybdenum Tanah asal laut; tanah alkalin; padang rumput Tinggi Selenium Tanaman dari tanah yang kaya selenium Tinggi Sumber: Malomo G.A. and Ihegwuagu N.E., 2017. Some Aspects of Animal Feed Sampling and Analysis. DOI: 10.5772/intechopen.70856.
  • 19. Sumber dan metoda analisis untuk deteksi beberapa bahaya kimiawi dan mikrobiologik dalam pakan (1) Jenis bahaya Bahan/agen penyebab Sumber pakan ternak Metoda analisis Bahaya fisik Gelas, logam, plastik dan kayu Penanganan pada berbagai tahapan produksi dan pemrosesan Inspeksi fisik Bahaya kimiawi Dioxins, dibenzofurans, dioxin-like PCBs Sumber mineral terkontaminasi, food by-products Gas chromatography-high resolution mass spectrometry (GC/HR-MS) Mycotoxins – aflatoxin B1, ochratoxin A, zearalenone, fumonisin B1, deoxinivalerol, T-2, HT-2 Sereal (khususnya jagung), biji kapas, kacang (kacang tanah), kopra, distillers dried grains with solubles (DDGS) Thin-layer chromatography; HPLC dengan deteksi fluorimetrik setelah pembersihan immuno-affinity Sumber: Malomo G.A. and Ihegwuagu N.E., 2017. Some Aspects of Animal Feed Sampling and Analysis. DOI: 10.5772/intechopen.70856.
  • 20. Sumber dan metoda analitikal untuk deteksi beberapa bahaya kimiawi dan mikrobiologik dalam pakan (2) Jenis bahaya Bahan/agen penyebab Sumber pakan ternak Metoda analisis Obat hewan Bahan pakan berbasis hewan darat dan akuatik, pakan terapi, DDGS HPLC; ELISA; Microbiological inhibition assays; LC-MS/MS or liquid chromatography with diode array detector (LC -DAD) Organopestisida – DDT, hexachloro- benzene dan aldrin. Kontaminasi bahan baku dan pakan GC-MS; GC with metoda electron-capture detection (ECD) Kontaminan mikroba Brucella, salmonella, endoparasites (Echinococcus, Toxoplasma gondii, Cisticercus and Trichinella) Padang rumput terkontaminasi, HPT, dan tepung protein hewani dan sayuran Official AOAC method, ISO Salmonella spp; ISO Escherichia coli; ISO Escherichia coli O157; ISO Coliform; OIE Manual Bovine Brucellosis, Cysticercosis, Salmonellosis
  • 21. Teks OIE • OIE Terrestrial Animal Health Code (2019): Chapter 6.4. The control of hazards of animal health and public health importance in animal feed. • OIE Aquatic Animal Health Code (2019): Chapter 4.1. Control of pathogenic agents in aquatic animal feeds. • OIE-FAO Guide to Good Farming Practices (2009): Section 4: Animal feeding and watering.
  • 22. Teks Codex Alimentarius • Classification of foods & animal feeds (CAC/Misc 4 – 93) • Codex General standard for contaminants in foods & feeds (Codex stan193-1995) • Code of Practice on Good Animal Feeding (CAC/RCP 54-2004) • Code of Practice for the Reduction of Aflatoxin B1 in Raw Materials and Supplemental Feeding stuffs for Milk producing Animals (CAC/RCP 45-1997) • Code of Practice for the Prevention and Reduction of Dioxin and Dioxin-like PCB Contamination in Foods and Feeds (CAC/RCP 62-2006) • Code of Practice for Source-Directed Measures to Reduce Contamination of Food with Chemicals (CAC/RCP 49-2001)
  • 23. Cemaran mikrobiologis pada pakan • Salmonella spp telah diidentifikasi sebagai bahaya penting dan spektrum yang luas dari serovars Salmonella telah diisolasi dari pakan. Termasuk yang paling umum diisolasi dari kasus klinis salmonellosis pada manusia, seperti Salmonella typhimurium and Salmonella enteritidis. • Bahaya bakterial yang potensial lainnya dari pakan ternak yang harus disadari, bergantung kepada jenis pakan meliputi Mycobacterium, Brucella, Clostridium spp, enterohaemorrhagic Escherichia coli, dan Listeria. Sumber: Sareen S., 2010. Presentation “Feed Safety : Importance, Codex Standards & FAO Initiatives”.
  • 24. Standar internasional untuk bahaya (hazard) dari pakan ternak • Bahaya terhadap kesehatan hewan (animal health hazards) • OIE Code chapter penyakit spesifik • Bahaya terhadap keamanan pangan (food safety hazards) • Codex maximum residue limits (MRLs) Sumber: Sugiura K. (OIE). Presentation “Regulatory framework on feed safety -international trends-.
  • 25. Chapter penyakit pada OIE Code • Jerami (straw) dan pakan ternak (forage) dari negara atau zona tertular PMK (Chapter 8.8.) • Tepung daging dan tulang (MBM) ruminansia atau greaves yang berasal dari negara dengan status ‘negligible BSE risk’, ‘controlled BSE risk’ atau ‘undertemined BSE risk’ (Chapter 11.4.) • Gelatin dan kolagen, tallow, dikalsium fosfat, derivat tallow yang berasal dari negara ‘negligible BSE risk’, ‘controlled BSE risk’ atau ‘undermined BSE risk’ (Chapter 11.4.) • Tepung bulu (feather meal) dan tepung ayam (poultry meal) dari negara-negara bebas AI atau tertular AI (Chapter 10.4.) Sumber: Slorach S.A., 2010. Presentation “OIE Work on Animal Feed Safety”.
  • 26. Rekomendasi importasi jerami dan pakan ternak dari negara atau zona tertular PMK (Article 8.8.28.) • Otoritas Veteriner mempersyaratkan sertifikat veteriner internasional yang membuktikan bahwa komoditi tersebut: 1. bebas kontaminasi dari bahan yang bersumber dari hewan; 2. telah mendapatkan salah satu perlakuan dibawah ini, dimana dalam kasus bahan dikirimkan dalam bentuk bal, telah memperlihatkan penetrasi ke bagian tengah bal: a) baik untuk tindakan penguapan dalam ruang tertutup sedemikian rupa sehingga bagian tengah bal telah mencapai temperatur minimum 80°C setidaknya selama 10 menit. b) atau tindakan uap formalin (gas formaldehyde) yang diproduksi oleh larutan komersial pada 35-40% di ruang tertutup selama sedikitnya 8 jam dan pada temperatur minimum 19°C; ATAU • Telah disimpan dalam keadaan terikat paling tidak selama 4 bulan sebelum dikeluarkan untuk ekspor.
  • 27. Rekomendasi tepung daging dan tulang (MBM) atau greaves (Article 11.4.13.) 1. MBM ruminansia atau greaves, atau setiap komoditi yang mengandung produk semacam itu, yang berasal dari negara, zona atau kompartemen dengan status ‘negligible BSE risk’, tetapi mempunyai kasus asli (indigenous) BSE, tidak diperbolehkan untuk diperdagangkan apabila produk tersebut berasal dari sapi yang lahir sebelum tanggal dimana pelarangan pemberian MBM ruminansia dan greaves diberlakukan secara efektif. 2. MBM ruminansia atau greaves, atau setiap komoditi yang mengandung produk semacam itu, yang berasal dari negara, zona atau kompartemen dengan status ‘controlled BSE risk’ dan ‘undetermined BSE risk’ tidak boleh diperdagangkan antar negara.
  • 28. Rekomendasi importasi gelatin dan kolagen yang disiapkan dari tulang dan ditujukan untuk pangan atau pakan, fertilizer, kosmetik, farmasetikal termasuk alat biologik atau medik (Article 11.4.15.) • Otoritas Veteriner mempersyaratkan dalam sertifikat veteriner internasional yang membuktikan bahwa: 1. Komoditi datang dari negara, zona atau kompartemen dengan status ‘negligible BSE risk’; ATAU 2. berasal dari negara, zona atau kompartemen dengan status ‘controlled BSE risk’ atau ‘undetermined BSE risk’ dan berasal dari sapi yang telah lulus inspeksi ante- dan post-mortem; dan bahwa a) Kolom vertebral dari sapi berumur lebih dari 30 bulan pada saat pemotongan dan tengkorak telah dikecualikan; b) tulang telah dilakukan proses dimana meliputi langkah berikut: i. degreasing, ii. demineralissi asam, iii. perlakuan asam atau alkalin, iv. filtrasi, v. sterilisasi pada >138°C minimum selama 4 detik, atau ekuivalen atau proses lebih baik dalam reduksi infektivitas (seperti tekanan pemanasan tinggi)
  • 29. Komoditi terkait pakan yang aman BSE (tanpa memperhatikan status negara, zona atau kompartemen) (Article 11.4.1.) • Gelatin dan kolagen yang dipersiapkan secara eksklusif dari kulit dan kulit jaringan (hide and skin); • Tallow (lemak) dengan tingkat maksimum kotoran tidak larut 0,15% dari berat dan derivatif yang terbuat dari tallow ini; • Dikalsium fosfat (tanpa jejak protein atau lemak)
  • 30. Rekomendasi importasi tallow yang disiapkan dari tulang dan ditujukan untuk pangan, pakan, kosmetik, farmasetikal termasuk alat biologik atau medik (Article 11.4.16.) • Otoritas Veteriner mempersyaratkan dalam sertifikat veteriner internasional yang membuktikan bahwa: 1. tallow datang dari negara, zona atau kompartemen dengan status ‘negligible BSE risk’; atau 2. berasal dari negara, zona atau kompartemen dengan status ‘controlled BSE risk’, adalah derivat dari sapi yang telah lulus inspeksi ante- dan post-mortem, dan telah dipersiapkan menggunakan jaringan seperti yang tertera dalam poin 1) dan 2) Article 11.4.14. (sapi semua umur dari negara ‘controlled BSE risk’ dan ‘undetermined BSE risk’)
  • 31. Rekomendasi importasi dikalsium fosfat yang disiapkan dari tulang dan ditujukan untuk pangan, pakan, kosmetik, farmasetikal termasuk alat biologik atau medik (Article 11.4.17.) • Otoritas Veteriner mempersyaratkan dalam sertifikat veteriner internasional yang membuktikan bahwa: 1. dikalsium fosfat datang dari negara, zona atau kompartemen dengan status ‘negligible BSE risk’; atau 2. berasal dari negara, zona atau kompartemen dengan status ‘controlled BSE risk’ atau ‘undetermined BSE risk’ dan adalah hasil samping gelatin tulang yang diproduksi menurut Article 11.4.15. (gelatin dari negara ‘negligible BSE risk’ atau gelatin yang telah diproses dari negara ‘controlled BSE risk’ dan ‘undetermined BSE risk’)
  • 32. Rekomendasi importasi derivat tallow yang disiapkan dari tulang dan ditujukan untuk pangan, pakan, kosmetik, farmasetikal termasuk alat biologik atau medik (Article 11.4.18.) • Otoritas Veteriner mempersyaratkan dalam sertifikat veteriner internasional yang membuktikan bahwa: 1. derivat tallow berasal dari negara, zona atau kompartemen dengan status ‘negligible BSE risk’; atau 2. berasal dari tallow yang memenuhi persyaratan dalam Article 11.4.16. (rekomendasi importasi tallow); atau 3. diproduksi melalui hidrolisis, saponifikasi atau transesterifikasi menggunakan temperatur dan tekanan tinggi.
  • 33. Prosedur reduksi infektivitas BSE dalam tepung daging dan tulang (MBM) 1. Bahan baku harus direduksi ukuran partikelnya menjadi maksimum 50 mm sebelum dipanaskan. 2. Bahan baku harus dipanaskan di bawah kondisi uap jenuh pada temperatur tidak kurang dari 133°C selama minimum 20 menit pada tekanan mutlak 3 bar.
  • 34. Rekomendasi importasi tepung bulu dan tepung unggas (Article 10.4.24.) • Tidak tergantung kepada status avian influenza negara asal, Otoritas Veteriner mempersyaratkan sertifikat veteriner internasional yang membuktikan bahwa: 1. komoditi diproses di negara, zona atau kompartemen bebas AI dan berasal dari unggas yang dipelihara di negara, zona atau kompartemen bebas AI mulai dari waktu menetas sampai waktu pemotongan atau setidaknya 21 hari sebelum pemotongan, atau 2. komoditi telah diproses baik: • dengan pemanasan basah dengan minimum temperatur 118ºC selama minimum 40 menit; atau • dengan proses hidrolisis berlanjut di bawah setidaknya tekanan 3,79 bar • dengan penguapan pada minimum temperatur 122ºC selama minimum 15 menit; atau • dengan alternatif proses ‘rendering’ yang memastikan bahwa temperatur internal di seluruh produk mencapai setidaknya 74ºC; DAN 3. tindakan pencegahan yang diperlukan telah dilakukan untuk mencegah kontak dengan setiap sumber virus AI.
  • 35. Codex MRL (1) Residu pestisida • Batas maksimum residu (BMR/MRL) adalah tingkat residu pestisida tertinggi yang dapat ditoleransi secara legal dalam atau pada pangan atau pakan saat pestisida diterapkan dengan benar sesuai dengan praktik pertanian (Good Agricultural Practice) yang baik. • FAO mempromosikan ‘Integrated Pest Management’ (IPM) sebagai pendekatan terhadap manajemen pes. • FAO dan WHO mendorong implementasi ‘International Code of Conduct on Pesticide Management’. Sumber: Sugiura K. (OIE). Presentation “Regulatory framework on feed safety -international trends-.
  • 36. Codex MRL (2) • Codex menetapkan BRM/MRL untuk pestisida pada pangan dan pakan hijauan untuk menyediakan standar untuk keamanan pangan dan mendorong perdagangan internasional. • FAO dan WHO juga mengembangkan ‘Pesticide Specifications’ untuk menetapkan standar kualitas pestisida dan melindungi konsumen dan lingkungan dari penggunaan produk-produk di bawah standar. • Codex telah mengembangkan lebih dari 4300 MRLs yang mencakup hampir 200 pestisida. Sumber: http://www.fao.org/fao-who-codexalimentarius/thematic-areas/pesticides/en/
  • 37. Penutup • Pangan dianggap tidak aman jika memiliki efek buruk pada kesehatan manusia atau akan membuat pangan yang berasal dari hewan penghasil pangan (food-producing animals) menjadi tidak aman untuk konsumsi manusia. • Pakan ternak memegang peranan penting dalam produksi pangan yang aman dan bergizi, oleh karena itu beberapa pertimbangan yang meningkatkan kualitas dan pengambilan keputusan yang efektif dalam rantai pakan dan pangan. • Pengambilan sampel dan analisis pakan merupakan bagian esensial dari proses untuk memastikan bahan baku pakan dan resultante pangan asal hewan memenuhi standar yang diperlukan.