1. Penyakit dan cemaran
mikrobiologis yang dapat
ditularkan melalui Pakan Ternak
Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil, PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner
dan Karantina Hewan
Bimbingan Teknis Petugas Pengambil Contoh (PPC) Bersertifikasi
IPB International Convention Center, Bogor, 9 Maret 2020
2. Latar Belakang
• Pakan ternak adalah komponen penting dari rantai pangan yang
mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan dan
kesejahteraan hewan dan juga keamanan pangan dan kesehatan
masyarakat.
• Fokus utama OIE pada pakan ternak karena bertindak sebagai alur
untuk masuk dan menyebarnya wabah penyakit hewan menular,
seperti PMK, SVD dan AI.
• Peran pakan sebagai vektor untuk agen penyakit, termasuk agen
zoonotik, seperti BSE, Salmonella saat ini juga sudah diketahui
dengan baik.
• Pakan dan bahan baku pakan diperdagangkan secara luas di
tingkat internasional dan gangguan perdagangan dapat berdampak
ekonomi hebat baik di negara maju dan berkembang.
Sumber: Slorach S.A., 2010. Presentation “OIE Work on Animal Feed Safety”.
3. Kepedulian terhadap keamanan
pangan asal hewan (food safety)
• Dalam dekade belakangan ini, perhatian publik tentang
keamanan pangan asal hewan (food safety) telah meningkat
karena masalah yang timbul dari bovine spongiform
encephalopathy (BSE), kontaminasi dioxin, wabah infeksi bakteri
yang berasal dari pangan, serta meningkatnya keprihatinan
tentang residu obat hewan dan resistensi antimikroba dalam
mikro-organisme.
• Masalah ini telah menarik perhatian terhadap praktik pemberian
pakan di industri peternakan dan telah mendorong pengawasan
yang ketat terhadap masalah keamanan dan kualitas pangan
asal hewan yang timbul sebagai hasil dari pakan ternak,
hijauan dan yang terkait dengan sistem pemberian pakan.
4. Skenario global & Keamanan pangan
• Pembentukan Badan Perdagangan Dunia (WTO) –
menanggalkan hambatan arus perdagangan bebas
• Penciptaan pasar global dengan akses ekuivalen untuk semua
negara – mengarah kepada peningakatan perdagangan
• Isu-isu kualitas & keamanan mendapatkan fokus global
• Kepedulian publik terhadap keamanan pangan asal hewan
meningkat – penyakit, residu, kontaminan dsb
• Rantai produksi pangan bertambah kompleks – produksi primer
sampai ke komsumsi
• Keamanan pangan asal hewan dimulai dari keamanan pakan
– Perdagangan langsung pakan atau bahan baku pakan
– Dampak terhadap produk asal hewan
Sumber: Sareen S., 2010. Presentation “Feed Safety : Importance, Codex Standards & FAO Initiatives”.
5. Pendekatan rantai pangan (Food
chain approach)
FAO mendefinisikan pendekatan rantai pangan sebagai:
“Pengakuan bahwa tanggung jawab untuk suplai pangan yang aman,
sehat dan bergizi dibagi sepanjang seluruh rantai pangan – oleh semua
yang terlibat dalam produksi, pemrosesan, perdagangan & konsumsi”
Hewan
Produksi
Hewan
Transportasi
Distribusi
(ritel)
Pakan
Bahan
baku
Pakan
aditif
Konsumsi
(Produk telur,
Produk susu)
Pendekatan meliputi produksi primer sampai ke konsumen
• Stakeholder – peternak, prosesor, transporter, distributor (wholesale
& retail), konsumen – peran pemerintah adalah memampukan semua
6. Pakan ternak (animal feed) atau
hijauan pakan ternak (forage)
• Pakan ternak atau hijauan pakan ternak (HPT) dapat menjadi
sumber sejumlah infeksi pada ternak yang akhirnya dapat menjadi
penyebab penyakit pada manusia. Ini termasuk Salmonella enterica,
Toxoplasma gondii dan Trichinella spiralis.
• Pakan ternak terkontaminasi mycotoxin dapat mengakibatkan
pangan asal hewan mengandung senyawa kimia ini.
• Pestisida, bahan kimia pertanian dan industri, logam berat dan
radionuklida dapat mencemari pakan ternak dan HPT dan juga
dapat mengakibatkan pangan asal hewan terkontaminasi.
• Melalui penggunaan teknologi yang tepat, aplikasi Good
Manufacturing Practices (GMP) dan penanganan yang hati-hati
terhadap bahan baku dapat menimimalisir kontaminasi pakan ternak
dan kaitannya dengan risiko keamanan dan kualitas pangan.
7. Hasil samping ternak (animal by-
product)
• Hasil samping ternak (animal by-products/ABPs) adalah
seluruh tubuh hewan, bagian-bagian dari hewan, produk asal
hewan atau produk lain yang diperoleh dari hewan yang tidak
sesuai atau tidak dimaksudkan untuk konsumsi manusia.
• ABPs harus ditangani dengan peraturan yang ketat yang
dirancang untuk mencegah bahaya bagi orang, hewan dan
lingkungan.
• ABPs dikategorikan menurut risiko yang ditimbulkan dan metoda
yang biasa digunakan dalam penanganannya.
Sumber: Islam D.S. A Presentation on Animal By-products (Blood).
8. Jenis-jenis ‘Animal By-products’
• Sisa katering (termasuk minyak dapur yang telah digunakan) dari
dapur komersial dan rumah tangga
• Sisa bahan baku asal hewan dari manufaktur pangan dan retailer
• Sisa jagal dan rumah potong hewan
• Darah
• Bulu
• Wol
• Kulit dan jaringan kulit (hides and skins)
• Hewan yang mati (fallen stock)
• Hewan kesayangan yang mati
• Hewan kebun binatang yang mati
• Hasil berburu (hunt trophies)
• Kotoran ternak (manure)
• Ova, embrio dan semen (jika tidak ditujukan untuk perbibitan)
Sumber: Islam D.S. A Presentation
on Animal By-products (Blood).
9. Hasil samping ternak (animal by-
product)
• Hasil samping ternak (animal by-products) adalah karkas dan
bagian dari karkas yang berasal dari rumah potong hewan,
penampungan hewan, kebun binatang dan sisa katering (semua
sisa dari restoran, fasilitas katering, dapur umum, dan dapur
rumah tangga).
• Produk-produk ini telah melalui
proses yang dikenal sebagai
"rendering" untuk dibuat menjadi
bahan pangan untuk manusia dan
non-manusia, lemak, dan bahan lain
yang dapat dijual untuk membuat
produk komersial seperti kosmetik,
cat, pembersih, pemoles, lem, sabun
dan tinta.
10. Sisa rumah potong hewan
• Sisa rumah potong hewan didefinisikan sebagai bagian-bagian
tubuh hewan yang telah dipotong-potong sebagai penyiapan
karkas untuk digunakan sebagai pakan. Sisa ini bisa berasal dari
beberapa sumber, termasuk rumah potong hewan, restoran,
toko dan peternakan dsb.
11. Bahan pakan asal hewan (BPAH)
• Tepung daging dan tulang (Meat and bone meal)
• Tepung daging (Meat meal)
• Tepung tulang (Bone meal)
• Tepung darah (Blood meal)
• Tepung bulu (Feather meal)
• Tepung bulu hidrolisis (Hydrolised feather meal)
• Tepung ikan (Fish meal)
• Tepung daging ayam (Poultry meat meal)
• Tepung ayam dan hasil sampingannya (Poultry and by-
product meal)
• Tepung udang (Shrimp meal)
• Pakan hewan kesayangan (Pet food)
12. Mengapa Keamanan Pakan
(feed safety) penting?
• Bahaya (hazard) yang dihubungkan dengan pakan yang
masuk ke rantai pangan – konsekuensi
• Risiko bagi kesehatan manusia
• Dampak ekonomi (penghancuran produk, kehilangan
pasar dsb).
• Contoh:
• Dioxin pada telur & ayam (Belgia)
• Melamine pada telur (China)
• Residu pestisida pada daging
• Residu obat hewan pada telur
• BSE pada sapi
• Aflatoxin pada susu
Sumber: Sareen S., 2010.
Presentation “Feed Safety :
Importance, Codex Standards
& FAO Initiatives”.
13. Contoh kasus
• Kontaminasi melamine dalam pangan & pakan di China –
Kemenkes China melaporkan pada November 2008 bahwa
294.000 bayi telah dipengaruhi oleh formula bayi yang
terkontaminasi melamine, > 50 000 bayi harus dirawat di
rumah sakit dan dikonfirmasi ada 6 kematian.
• Kontaminasi dioxin dalam daging babi di Irlandia pada
2008 telah mendedah konsumen ke tingkat dioxin 80-200
kali diatas batas aman. Penyebab – pakan babi dari 1
produsen tercemar dengan bahan bakar minyak industri
(digunakan di 9 peternakan) – menyebabkan efek berantai.
Kerugian diestimasi > US$ 1 miliar.
Sumber: Sareen S., 2010. Presentation “Feed Safety : Importance, Codex Standards & FAO Initiatives”.
14. Kontaminasi pakan ternak dengan
mikro-organisme atau bahan yang
tidak diinginkan
• Menularkan penyakit infeksius dan menjadi alur
untuk introduksi mikro-organisme yang tidak
diinginkan;
• Menghasilkan produk hewan yang terkontaminasi
dengan bahan atau mikro-organisme yang tidak
diinginkan dan menyebabkan masalah kesehatan
manusia
Sumber: Sugiura K. (OIE). Presentation “Regulatory framework on feed safety -international trends-.
15. Bahaya pangan yang dikaitkan
dengan pakan ternak
Kimiawi
Fisik Biologik
Pestisida
organochlor
Residu obat
hewan
Dioxins, dibenzofurans
& dioxin like PCBs
Logam berat
Mycotoxin (aflatoxin B1)
Batu Gelas
Logam Tulang
Kayu
Salmella
Brucellosis
Endoparasit
Bahaya (hazard): Agen biologik, kimiawi atau fisik, atau kondisi pangan/
pakan yang berpotensi menyebabkan efek kesehatan yang merugikan.
16. Sumber bahaya (hazards)
• Lingkungan
• Proses manufaktur
• Penggunaan bahan mentah terkontaminasi
• Penyimpanan
• Transportasi, distribusi
Sumber: Sugiura K. (OIE). Presentation “Regulatory framework on feed safety -international trends-.
17. Bahaya Kimiawi: Logam Berat (1)
Jenis logam
berat
Sumber utama Masalah
kesehatan hewan
Arsenik Tanaman laut; produk ikan; dan suplemen mineral Sedang
Kadmium Suplemen mineral; HPT biji-bijian; kotoran ternak,
lumpur limbah; atau fertilizer fosfat kaya tanah
Tinggi
Timah (Lead) Tanah terkontaminasi; cat timah; air sistim pipa
mengandung timah; baterai; suplemen mineral
Tinggi
Mercury/methyl
Mercury
Kontaminasi antropogenik, tepung ikan Tinggi
Tembaga
(Copper)
Rumput dan hijauan leguminosa; sereal; tepung biji
minyak leguminosa; sisa unggas dan babi;
suplemen mineral
Tinggi
Besi (Iron) Alfalfa; sereal; tepung biji minyak leguminosa,
tepung daging; tepung ikan; suplemen mineral dan
tepung darah
Sedang
Sumber: Malomo G.A. and Ihegwuagu N.E., 2017. Some Aspects of Animal Feed Sampling
and Analysis. DOI: 10.5772/intechopen.70856.
18. Bahaya Kimiawi: Logam Berat (2)
Jenis logam
berat
Sumber utama Masalah
kesehatan hewan
Seng (Zinc) Padang rumput; sereal; tepung leguminosa;
tepung ikan; tepung ikan paus; tepung daging;
suplemen mineral
Sedang
Chromium Pakan monokalsium fosfat dan defluorinated fosfat Rendah
Molybdenum Tanah asal laut; tanah alkalin; padang rumput Tinggi
Selenium Tanaman dari tanah yang kaya selenium Tinggi
Sumber: Malomo G.A. and Ihegwuagu N.E., 2017. Some Aspects of Animal Feed Sampling
and Analysis. DOI: 10.5772/intechopen.70856.
19. Sumber dan metoda analisis untuk
deteksi beberapa bahaya kimiawi
dan mikrobiologik dalam pakan (1)
Jenis
bahaya
Bahan/agen
penyebab
Sumber pakan ternak Metoda analisis
Bahaya fisik Gelas, logam,
plastik dan kayu
Penanganan pada
berbagai tahapan produksi
dan pemrosesan
Inspeksi fisik
Bahaya
kimiawi
Dioxins,
dibenzofurans,
dioxin-like PCBs
Sumber mineral
terkontaminasi, food
by-products
Gas chromatography-high
resolution mass
spectrometry (GC/HR-MS)
Mycotoxins –
aflatoxin B1,
ochratoxin A,
zearalenone,
fumonisin B1,
deoxinivalerol,
T-2, HT-2
Sereal (khususnya jagung),
biji kapas, kacang (kacang
tanah), kopra, distillers
dried grains with solubles
(DDGS)
Thin-layer chromatography;
HPLC dengan deteksi
fluorimetrik setelah
pembersihan immuno-affinity
Sumber: Malomo G.A. and Ihegwuagu N.E., 2017. Some Aspects of Animal Feed Sampling
and Analysis. DOI: 10.5772/intechopen.70856.
20. Sumber dan metoda analitikal untuk
deteksi beberapa bahaya kimiawi
dan mikrobiologik dalam pakan (2)
Jenis
bahaya
Bahan/agen
penyebab
Sumber pakan
ternak
Metoda analisis
Obat hewan Bahan pakan berbasis
hewan darat dan
akuatik, pakan terapi,
DDGS
HPLC; ELISA; Microbiological
inhibition assays; LC-MS/MS
or liquid chromatography with
diode array detector (LC -DAD)
Organopestisida –
DDT, hexachloro-
benzene dan aldrin.
Kontaminasi bahan
baku dan pakan
GC-MS; GC with metoda
electron-capture detection
(ECD)
Kontaminan
mikroba
Brucella, salmonella,
endoparasites
(Echinococcus,
Toxoplasma gondii,
Cisticercus
and Trichinella)
Padang rumput
terkontaminasi, HPT,
dan tepung protein
hewani dan sayuran
Official AOAC method, ISO
Salmonella spp; ISO
Escherichia coli; ISO
Escherichia coli O157; ISO
Coliform; OIE Manual Bovine
Brucellosis, Cysticercosis,
Salmonellosis
21. Teks OIE
• OIE Terrestrial Animal Health Code
(2019): Chapter 6.4. The control of
hazards of animal health and public
health importance in animal feed.
• OIE Aquatic Animal Health Code
(2019): Chapter 4.1. Control of
pathogenic agents in aquatic animal
feeds.
• OIE-FAO Guide to Good Farming
Practices (2009): Section 4: Animal
feeding and watering.
22. Teks Codex Alimentarius
• Classification of foods & animal feeds (CAC/Misc 4 – 93)
• Codex General standard for contaminants in foods & feeds
(Codex stan193-1995)
• Code of Practice on Good Animal Feeding (CAC/RCP 54-2004)
• Code of Practice for the Reduction of Aflatoxin B1 in Raw
Materials and Supplemental Feeding stuffs for Milk producing
Animals (CAC/RCP 45-1997)
• Code of Practice for the Prevention and Reduction of Dioxin and
Dioxin-like PCB Contamination in Foods and Feeds (CAC/RCP
62-2006)
• Code of Practice for Source-Directed Measures to Reduce
Contamination of Food with Chemicals (CAC/RCP 49-2001)
23. Cemaran mikrobiologis pada pakan
• Salmonella spp telah diidentifikasi sebagai bahaya penting
dan spektrum yang luas dari serovars Salmonella telah
diisolasi dari pakan. Termasuk yang paling umum diisolasi
dari kasus klinis salmonellosis pada manusia, seperti
Salmonella typhimurium and Salmonella enteritidis.
• Bahaya bakterial yang potensial lainnya dari pakan ternak
yang harus disadari, bergantung kepada jenis pakan
meliputi Mycobacterium, Brucella, Clostridium spp,
enterohaemorrhagic Escherichia coli, dan Listeria.
Sumber: Sareen S., 2010. Presentation “Feed Safety : Importance, Codex Standards & FAO Initiatives”.
24. Standar internasional untuk bahaya
(hazard) dari pakan ternak
• Bahaya terhadap kesehatan
hewan (animal health hazards)
• OIE Code chapter penyakit
spesifik
• Bahaya terhadap keamanan
pangan (food safety hazards)
• Codex maximum residue
limits (MRLs)
Sumber: Sugiura K. (OIE). Presentation “Regulatory framework on feed safety -international trends-.
25. Chapter penyakit pada OIE Code
• Jerami (straw) dan pakan ternak (forage) dari negara atau zona
tertular PMK (Chapter 8.8.)
• Tepung daging dan tulang (MBM) ruminansia atau greaves yang
berasal dari negara dengan status ‘negligible BSE risk’,
‘controlled BSE risk’ atau ‘undertemined BSE risk’ (Chapter
11.4.)
• Gelatin dan kolagen, tallow, dikalsium fosfat, derivat tallow yang
berasal dari negara ‘negligible BSE risk’, ‘controlled BSE risk’
atau ‘undermined BSE risk’ (Chapter 11.4.)
• Tepung bulu (feather meal) dan tepung ayam (poultry meal) dari
negara-negara bebas AI atau tertular AI (Chapter 10.4.)
Sumber: Slorach S.A., 2010. Presentation “OIE Work on Animal Feed Safety”.
26. Rekomendasi importasi jerami dan pakan
ternak dari negara atau zona tertular PMK
(Article 8.8.28.)
• Otoritas Veteriner mempersyaratkan sertifikat veteriner
internasional yang membuktikan bahwa komoditi tersebut:
1. bebas kontaminasi dari bahan yang bersumber dari hewan;
2. telah mendapatkan salah satu perlakuan dibawah ini, dimana dalam
kasus bahan dikirimkan dalam bentuk bal, telah memperlihatkan
penetrasi ke bagian tengah bal:
a) baik untuk tindakan penguapan dalam ruang tertutup sedemikian
rupa sehingga bagian tengah bal telah mencapai temperatur
minimum 80°C setidaknya selama 10 menit.
b) atau tindakan uap formalin (gas formaldehyde) yang diproduksi
oleh larutan komersial pada 35-40% di ruang tertutup selama
sedikitnya 8 jam dan pada temperatur minimum 19°C;
ATAU
• Telah disimpan dalam keadaan terikat paling tidak selama 4
bulan sebelum dikeluarkan untuk ekspor.
27. Rekomendasi tepung daging dan tulang
(MBM) atau greaves (Article 11.4.13.)
1. MBM ruminansia atau greaves, atau setiap komoditi yang
mengandung produk semacam itu, yang berasal dari negara,
zona atau kompartemen dengan status ‘negligible BSE risk’,
tetapi mempunyai kasus asli (indigenous) BSE, tidak
diperbolehkan untuk diperdagangkan apabila produk tersebut
berasal dari sapi yang lahir sebelum tanggal dimana
pelarangan pemberian MBM ruminansia dan greaves
diberlakukan secara efektif.
2. MBM ruminansia atau greaves, atau setiap komoditi yang
mengandung produk semacam itu, yang berasal dari negara,
zona atau kompartemen dengan status ‘controlled BSE risk’
dan ‘undetermined BSE risk’ tidak boleh diperdagangkan antar
negara.
28. Rekomendasi importasi gelatin dan kolagen yang
disiapkan dari tulang dan ditujukan untuk pangan
atau pakan, fertilizer, kosmetik, farmasetikal
termasuk alat biologik atau medik (Article 11.4.15.)
• Otoritas Veteriner mempersyaratkan dalam sertifikat veteriner
internasional yang membuktikan bahwa:
1. Komoditi datang dari negara, zona atau kompartemen dengan status
‘negligible BSE risk’; ATAU
2. berasal dari negara, zona atau kompartemen dengan status ‘controlled
BSE risk’ atau ‘undetermined BSE risk’ dan berasal dari sapi yang telah
lulus inspeksi ante- dan post-mortem; dan bahwa
a) Kolom vertebral dari sapi berumur lebih dari 30 bulan pada saat pemotongan dan
tengkorak telah dikecualikan;
b) tulang telah dilakukan proses dimana meliputi langkah berikut:
i. degreasing,
ii. demineralissi asam,
iii. perlakuan asam atau alkalin,
iv. filtrasi,
v. sterilisasi pada >138°C minimum selama 4 detik, atau ekuivalen atau proses
lebih baik dalam reduksi infektivitas (seperti tekanan pemanasan tinggi)
29. Komoditi terkait pakan yang aman BSE
(tanpa memperhatikan status negara,
zona atau kompartemen) (Article 11.4.1.)
• Gelatin dan kolagen yang dipersiapkan secara
eksklusif dari kulit dan kulit jaringan (hide and skin);
• Tallow (lemak) dengan tingkat maksimum kotoran
tidak larut 0,15% dari berat dan derivatif yang terbuat
dari tallow ini;
• Dikalsium fosfat (tanpa jejak protein atau lemak)
30. Rekomendasi importasi tallow yang disiapkan dari
tulang dan ditujukan untuk pangan, pakan,
kosmetik, farmasetikal termasuk alat biologik atau
medik (Article 11.4.16.)
• Otoritas Veteriner mempersyaratkan dalam sertifikat
veteriner internasional yang membuktikan bahwa:
1. tallow datang dari negara, zona atau kompartemen
dengan status ‘negligible BSE risk’; atau
2. berasal dari negara, zona atau kompartemen dengan
status ‘controlled BSE risk’, adalah derivat dari sapi
yang telah lulus inspeksi ante- dan post-mortem, dan
telah dipersiapkan menggunakan jaringan seperti yang
tertera dalam poin 1) dan 2) Article 11.4.14. (sapi
semua umur dari negara ‘controlled BSE risk’ dan
‘undetermined BSE risk’)
31. Rekomendasi importasi dikalsium fosfat yang
disiapkan dari tulang dan ditujukan untuk pangan,
pakan, kosmetik, farmasetikal termasuk alat
biologik atau medik (Article 11.4.17.)
• Otoritas Veteriner mempersyaratkan dalam sertifikat
veteriner internasional yang membuktikan bahwa:
1. dikalsium fosfat datang dari negara, zona atau
kompartemen dengan status ‘negligible BSE risk’; atau
2. berasal dari negara, zona atau kompartemen dengan
status ‘controlled BSE risk’ atau ‘undetermined BSE
risk’ dan adalah hasil samping gelatin tulang yang
diproduksi menurut Article 11.4.15. (gelatin dari negara
‘negligible BSE risk’ atau gelatin yang telah diproses
dari negara ‘controlled BSE risk’ dan ‘undetermined
BSE risk’)
32. Rekomendasi importasi derivat tallow yang
disiapkan dari tulang dan ditujukan untuk pangan,
pakan, kosmetik, farmasetikal termasuk alat
biologik atau medik (Article 11.4.18.)
• Otoritas Veteriner mempersyaratkan dalam sertifikat
veteriner internasional yang membuktikan bahwa:
1. derivat tallow berasal dari negara, zona atau
kompartemen dengan status ‘negligible BSE risk’; atau
2. berasal dari tallow yang memenuhi persyaratan dalam
Article 11.4.16. (rekomendasi importasi tallow); atau
3. diproduksi melalui hidrolisis, saponifikasi atau
transesterifikasi menggunakan temperatur dan
tekanan tinggi.
33. Prosedur reduksi infektivitas BSE
dalam tepung daging dan tulang (MBM)
1. Bahan baku harus direduksi ukuran partikelnya
menjadi maksimum 50 mm sebelum dipanaskan.
2. Bahan baku harus dipanaskan di bawah kondisi uap
jenuh pada temperatur tidak kurang dari 133°C
selama minimum 20 menit pada tekanan mutlak
3 bar.
34. Rekomendasi importasi tepung bulu
dan tepung unggas (Article 10.4.24.)
• Tidak tergantung kepada status avian influenza negara asal, Otoritas
Veteriner mempersyaratkan sertifikat veteriner internasional yang
membuktikan bahwa:
1. komoditi diproses di negara, zona atau kompartemen bebas AI dan berasal dari
unggas yang dipelihara di negara, zona atau kompartemen bebas AI mulai dari
waktu menetas sampai waktu pemotongan atau setidaknya 21 hari sebelum
pemotongan, atau
2. komoditi telah diproses baik:
• dengan pemanasan basah dengan minimum temperatur 118ºC selama
minimum 40 menit; atau
• dengan proses hidrolisis berlanjut di bawah setidaknya tekanan 3,79 bar
• dengan penguapan pada minimum temperatur 122ºC selama minimum
15 menit; atau
• dengan alternatif proses ‘rendering’ yang memastikan bahwa temperatur
internal di seluruh produk mencapai setidaknya 74ºC;
DAN
3. tindakan pencegahan yang diperlukan telah dilakukan untuk mencegah kontak
dengan setiap sumber virus AI.
35. Codex MRL (1)
Residu pestisida
• Batas maksimum residu (BMR/MRL) adalah tingkat
residu pestisida tertinggi yang dapat ditoleransi secara
legal dalam atau pada pangan atau pakan saat pestisida
diterapkan dengan benar sesuai dengan praktik pertanian
(Good Agricultural Practice) yang baik.
• FAO mempromosikan ‘Integrated Pest Management’ (IPM)
sebagai pendekatan terhadap manajemen pes.
• FAO dan WHO mendorong implementasi ‘International
Code of Conduct on Pesticide Management’.
Sumber: Sugiura K. (OIE). Presentation “Regulatory framework on feed safety -international trends-.
36. Codex MRL (2)
• Codex menetapkan BRM/MRL untuk pestisida pada
pangan dan pakan hijauan untuk menyediakan standar
untuk keamanan pangan dan mendorong perdagangan
internasional.
• FAO dan WHO juga mengembangkan ‘Pesticide
Specifications’ untuk menetapkan standar kualitas pestisida
dan melindungi konsumen dan lingkungan dari
penggunaan produk-produk di bawah standar.
• Codex telah mengembangkan lebih dari 4300 MRLs yang
mencakup hampir 200 pestisida.
Sumber: http://www.fao.org/fao-who-codexalimentarius/thematic-areas/pesticides/en/
37. Penutup
• Pangan dianggap tidak aman jika memiliki efek buruk pada
kesehatan manusia atau akan membuat pangan yang
berasal dari hewan penghasil pangan (food-producing
animals) menjadi tidak aman untuk konsumsi manusia.
• Pakan ternak memegang peranan penting dalam produksi
pangan yang aman dan bergizi, oleh karena itu beberapa
pertimbangan yang meningkatkan kualitas dan
pengambilan keputusan yang efektif dalam rantai pakan
dan pangan.
• Pengambilan sampel dan analisis pakan merupakan
bagian esensial dari proses untuk memastikan bahan baku
pakan dan resultante pangan asal hewan memenuhi
standar yang diperlukan.