Dokumen tersebut membahas pengendalian lalu lintas ternak dan vaksinasi khususnya di daerah bebas penyakit mulut dan kuku. Dokumen menjelaskan tentang pola lalu lintas ternak, klasifikasi zona berdasarkan risiko penyakit, dan aturan lalu lintas berdasarkan situasi penyakit di suatu daerah.
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor PUSVETMA, Surabaya, 6-7 Maret 2023
1. Pengendalian Lalu Lintas
Ternak dan Vaksinasi
Khususnya di Daerah Bebas
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
Drh. Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Karantina Hewan
Rapat Koordinasi Rancangan Surveilans PMK di Wilayah Bebas PMK Tahun 2023
Sidoardjo. Jawa Timur, 6 – 7 Maret 2023
2. Jumlah kasus PMK (1 Mei 2022 – 17 Februari 2023)
65.722
255.725
155.296
53.255
25.387 20.709
10.618 4.165 7.903 2.834
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
Mei 2022 Juni 2022 Juli 2022 Agustus
2022
September
2022
Oktober
2022
November
2022
Desember
2022
Januari
2023
Februari
2023
Provinsi tertular PMK (warna merah): 29
“under reporting”
Sumber: Siaga PMK - Crisis Center Nasional Kementerian Pertanian Republik Indonesia
4. Dampak PMK terhadap tenaga kerja di subsektor
peternakan di Jatim, NTB dan NTT
• 1,55 juta produsen sapi ternak.
• 15.000 pedagang sapi ternak.
• 19.000 di sektor pemotongan ternak.
• 7.000 pemilik kios daging sapi di pasar basah.
• Total 1,6 juta orang (sekitar 80% di Jawa Timur).
• Tidak termasuk penyedia sarana produksi (dokter
hewan, petugas Inseminasi Buatan, petugas
penyuluhan), pedagang pakan ternak, pedagang ternak,
operator transportasi, pengolahan daging sapi,
pedagang daging sapi, kulit, dlsb.
Sumber: ACIAR, 2014. Peluang Pengembangan Agribisinis – Indonesia Timur.
5. Peta ternak sapi di Indonesia
1 titik = 5.000 ekor
Sumber: PSPK, Sensus Sapi Tahun 2011
Wilayah bebas PMK
6. Perencanaan dan manajemen penyakit
hewan menular
• Keberhasilan dalam perencanaan dan manajemen
penyakit hewan menular bergantung kepada
pemahaman yang baik tentang:
• pola lalu lintas ternak yang normal (dalam
satu pulau atau antar pulau);
• identifikasi dan penelusuran lalu lintas ternak
dari lokasi terinfeksi yang cepat; dan
• pencegahan lebih lanjut lalu lintas hewan atau
produk hewan yang mampu menyebarkan
penyakit (antar kabupaten/kota).
Sumber: Livestock Movement Summary - DAFF (agriculture.gov.au).
7. Lalu lintas ternak
• Lalu lintas ternak penting bagi ekonomi kesehatan
produksi ternak, tetapi juga ancaman yang
menyebabkan terjadiya penyebaran penyakit
(Fournie and Pfeiffer, 2019).
• Lalu lintas ternak penting bagi kesuksesan ekonomi
industri peternakan, tetapi juga lalu lintas
berlangsung bersamaan dengan risiko penyebaran
infeksi jarak jauh, berpotensi membawa infeksi ke
daerah yang sebelumnya bebas penyakit di mana
penularan lokal selanjutnya dapat menghancurkan
perdagangan (Tildesley et al., 2019).
8. Pendorong lalu lintas ternak
1) HARGA
• Perbedaan harga umumnya terjadi karena adanya disparitas permintaan dan
suplai/penawaran di suatu daerah.
• Di mana jumlah ternak/produk tidak mencukupi untuk memenuhi permintan,
harga ternak/produk itu meningkat dan dengan demikian menarik lalu lintas
ternak/produk dari daerah yang harganya lebih rendah ke yang lebih tinggi.
• Hasil studi membuktikan bahwa harga adalah pendorong utama dalam lalu
lintas ternak di seluruh Asia Tenggara dan China.
2) MUSIMAN
• Terkait dengan suplai/penawaran dan permintaan, peristiwa spesifik (misalnya
peristiwa keagamaan, festival dlsb) menciptakan fluktuasi permintaan.
• Manajemen lalu lintas dan karantina, pada gilirannya menyebabkan fluktuasi
volume ternak yang diperdagangkan.
Sumber: WOAH, Manual 4 Animal movement management and quarantine.
9. Lalu lintas ternak ilegal
• Pola lalu lintas ternak tetap menjadi elemen kritis dalam merancang strategi
pengendalian dan pemberantasan penyakit di masa depan.
• Lalu lintas ternak sangat sulit dikendalikan, karena:
• cenderung mengikuti kemauan para pedagang ternak;
• adanya peningkatan permintaan; dan
• adanya tawaran peningkatan harga.
• Saat ini lebih bijaksana dan lebih tepat untuk hanya memfasilitasi lalu lintas
ternak ke arah yang ditentukan oleh permintaan pasar.
• Apabila kita mencoba mengalihkan atau memperlambat lalu lintas ternak
hanya akan mendorong peningkatan lalu lintas ilegal.
Sumber: FAO. 2011. A value chain approach to animal diseases risk management – Technical foundations
and practical framework for field application. Animal Production and Health Guidelines. No. 4. Rome.
10. Analisis teknis dalam pengendalian lalu lintas
• Analisis rantai nilai (value chain
analysis) adalah memahami sistim
produksi ternak (termasuk
pemasaran dan suplai input) dan
keputusan yang diambil pemangku
kepentingan (stakeholder) dalam
sistim produksi ternak dimaksud.
• Analisis risiko (risk analysis)
adalah mengevaluasi risiko
penyakit dalam sistim produksi
ternak dan tindakan-tindakan
untuk mengurangi risiko.
Sumber: FAO. 2012. Designing and implementing livestock value chain studies – A practical aid for Highly
Pathogenic and Emerging Disease (HPED) control. FAO Animal Production and Health Guidelines No. 10. Rome.
11. Prinsip rantai nilai (value chain)
Produsen ternak Konsumen
Rantai nilai – rantai yang menghubungkan sistim produksi, pasar dan konsumen.
Banyak pelaku di
sepanjang rantai
12. Konsep lalu lintas ternak dalam penyakit hewan
• Penyakit hewan disebarkan oleh lalu lintas ternak hidup dan produk
ternak dan juga oleh fomit, orang, peralatan dan transportasi.
• Lalu lintas didorong dan dikendalikan oleh ORANG.
• Penggunaan analisis rantai nilai (value chain analysis) dengan analisis
risiko (risk analysis) memungkinkan identifikasi sejumlah ‘Hotspot risiko’
di sektor peternakan.
• ‘Hotspot risiko’ ini kemudian harus diperiksa untuk menentukan
bagaimana target tindakan-tindakan pengendalian dapat ditentukan.
Sumber: EuFMD. Chapter 3. Value Chain Analysis.
13. Rantai nilai
• ‘Rantai nilai’ adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh suatu kegiatan
untuk memasok komoditas tertentu (ternak atau produk ternak).
• ‘Rantai nilai’ memiliki input yang digunakan untuk memproduksi dan
mengangkut komoditas untuk memenuhi permintaan pembeli/konsumen.
• Uang dikirim dari konsumen ke orang-orang yang berbeda dalam ‘rantai nilai’.
• Pada dasarnya ‘rantai nilai’:
1) didorong oleh permintaan konsumen;
2) berjalan dalam kerangka hukum dan adat/kebiasaan nasional atau lokal;
3) dikelola oleh orang-orang di dalam rantai yang menetapkan aturan
tentang bagaimana orang berinteraksi, memproduksi dan
mentransportasikan komoditas.
Sumber: EuFMD. Presentation Value Chain Analysis.
14. Bagaimana memetakan ‘rantai nilai’ ternak?
• Identifikasi stakeholder kunci,
komoditas, rute perdagangan,
dengan mengumpulkan data
tentang:
• Jumlah (produsen, besaran
kelompok ternak)
• Volume ternak/produk;
• Alat angkut;
• Nilai moneter sepanjang
rantai;
• Faktor musiman (kalau ada)
Tempat/lokasi
Komoditas
(hewan/produk)
Orang
Keterkaitan
pergerakan/
lalu lintas
Tata Kelola/profitabilitas:
(regulasi, siapa yang membuat
aturan, insentif, hambatan)
15. Pengawasan pengendalian lalu lintas oleh DINAS
• Bagi Dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan adalah penting untuk
memonitor perubahan dalam rantai nilai dan menilai bagaimana perubahannya dalam
ruang dan waktu, misalnya:
• reaksi terhadap guncangan pasar;
• reaksi terhadap kejadian wabah di daerah lain; atau
• tren jangka panjang dalam preferensi dan suplai konsumen.
• Variasi dalam harga (jangka pendek atau panjang) antara negara atau perbatasan di
dalam negeri dapat mempengaruhi arus dan kepentingan relatif dari rantai nilai yang
berbeda, dan pada gilirannya dapat mempengaruhi risiko penyakit.
• Faktor risiko dapat berubah musiman dan juga dalam jangka panjang mengikuti
perkembangan subsektor peternakan.
• Dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan perlu memonitor perubahan dan
responsif terhadap tingkat risiko yang berbeda.
Sumber: FAO. 2011. A value chain approach to animal diseases risk management – Technical foundations
and practical framework for field application. Animal Production and Health Guidelines. No. 4. Rome.
16. Keterkaitan antara ‘rantai nilai’ - situasi epidemiologi –
analisis risiko untuk pengendalian penyakit dan surveilans
Pengendalian penyakit dan surveilans berbasis risiko
(risk-based disease control and surveillance)
Analisis
risiko
Pengetahuan
mengenai ‘rantai nilai’
Penilaian situasi
epidemiologi
(insidensi penyakit)
(reservoir virus)
(titik multiplikasi virus)
(titik penularan virus)
Sumber: Yonathan Rhuston (2020)
17. Rantai nilai ternak antar pulau/provinsi (2017-2020)
Source : QFAST. Live Cattle Quarantine
Inspection 2017–2020. Tanjung Priok
Agricultural Quarantine Office, Agricultural
Quarantine Agency, Ministry of Agriculture. 2021.
Setelah timbul
wabah PMK ??
Catatan: Garis hijau menunjukkan jumlah pengiriman < 75.000 ternak.
Garis oranye menunjukkan dari pengiriman antara 75.000-150.000 ternak.
Garis biru menunjukkan jumlah pengirman > 150.000 ternak.
18. Contoh ‘rantai nilai’ sapi
Peternak
Pedagang
pengumpul
Pedagang
antar
kabupaten
Pedagang
antar pulau
Produksi
Kolektor/
perantara
Pedagang Pembeli
Penyedia
layanan:
- Kesehatan
hewan
- Pakan
Pedagang
antar
provinsi
Rumah
Potong
Hewan
Peternak/
koperasi
Pasar
hewan
20%
80%
10%
90%
19. Aturan lalu lintas Satgas PMK
• Zona Merah adalah kabupaten/kota yang sudah
tercatat danditemukan adanya kasus PMK dan
berada di Pulau Zona Merah.
• Zona Kuning adalah kabupaten/kota yang belum
tercatat dan belum ditemukan adanya kasus
PMK, namun berada di Pulau Zona Merah.
• Zona Putih adalah kabupaten/kota yang sudah
tercatat tidak memiliki kasus PMK selama 1
bulan yang dibuktikan dengan data surveilans
aktif rutin minimal 2 minggu sekali dan berada di
Pulau Zona Merah.
• Zona Hijau adalah kabupaten/kota yang belum
ditemukan adanya kasus PMK.
20. Aturan lalu lintas Satgas PMK vs
Permentan baru No. 17/2023
• Pembagian daerah menurut Pasal 6 ayat (1)
Permentan No. 17 Tahun 2023 mengenai Tata Cara
Pengawasan Lalu Lintas Hewan, Produk Hewan dan
Media Pembawa Penyakit Lainnya di Dalam
Wilayah NKRI adalah:
• daerah bebas;
• daerah terduga;
• daerah tertular; dan
• daerah wabah.
• Lalu lintas hewan dapat dilakukan antar wilayah:
a) Dalam satu pulau atau kelompok pulau; dan
b) Antar pulau.
21. Klasifikasi daerah menurut Permentan No. 17/2023
• Daerah bebas adalah wilayah di mana tidak ditemukan agen penyakit hewan
menular (PHM) atau bebas historis atau yang semula terdapat agen PHM dan
setelah dilakukan pengamatan tidak dilakukan lagi kasus atau agen PHM.
• Daerah terduga adalah wilayah dengan status bebas PHM yang berbatasan
langsung dengan daerah wabah atau daerah tertular, atau tidak dapat
ditetapkan status situasi bebas atau status situasi tertular.
• Daerah tertular adalah wilayah yang ditemukan kasus PHM tertentu pada
hewan rentan dan berdasarkan pengamatan.
• Daerah wabah adalah wilayah dengan kejadian penyakit luar biasa yang dapat
berupa timbulnya suatu PHM baru di suatu wilayah dan atau kenaikan kasus
PHM mendadak yang dikategorikan sebagai bencana nonalam.
22. Klasifikasi zona menurut WOAH
• ZONA: bagian dari negara yang ditentukan oleh Otoritas Veteriner, yang
berisi populasi atau subpopulasi hewan dengan status kesehatan hewan
yang berkaitan dengan infeksi atau infestasi tertentu untuk tujuan
perdagangan internasional atau pencegahan atau pengendalian penyakit.
• ZONA BEBAS: daerah/zona di mana tidak ada infeksi atau infestasi
tertentu pada suatu populasi hewan telah ditunjukkan sesuai dengan
persyaratan Terrestrial Code yang relevan.
• ZONA TERTULAR: daerah/zona di mana infeksi atau infestasi telah
dikonfirmasi, atau daerah/zona yang didefinisikan dalam bab-bab yang
relevan dari Terrestrial Code.
Sumber: Terrestrial Code Online Access - WOAH - World Organisation for Animal Health.
23. Lalu lintas berdasarkan situasi penyakit
• Hewan, produk hewan, dan media pembawa penyakit lainnya (HPM) dapat
dilalulintaskan dari:
a. daerah bebas ke daerah bebas, daerah terduga atau daerah tertular;
b. daerah terduga ke daerah terduga atau daerah tertular;
c. daerah tertular ke daerah tertular; atau
d. HPM dari:
1. daerah bebas ke daerah wabah;
2. daerah terduga ke daerah bebas atau daerah wabah;
3. daerah tertular ke daerah bebas, daerah terduga atau daerah wabah;
4. daerah wabah ke daerah bebas, daerah terduga, daerah tertular atau daerah
wabah.
Berupa hewan, harus untuk tujuan dipotong,
tidak dibudidaya, atau dipelihara.
d. 1 – 4 harus memenuhi ketentuan hasil analisis risiko dengan tingkat risiko yang
dapat diabaikan (negligible) atau tidak mungkin membawa penyakit hewan, yang
ditentukan oleh Pejabat Otoritas Veteriner provinsi atau kabupate/kota penerima
24. Zona tertular ke zona bebas menurut WOAH
• Untuk tidak membahayakan status daerah/zona bebas, hewan rentan PMK hanya boleh
meninggalkan daerah/zona tertular jika ditransportasikan langsung untuk dipotong di RPH
terdekat yang ditunjuk dengan kondisi sebagai berikut:
1. Tidak ada hewan rentan PMK yang diintroduksi ke dalam peternakan asal dan tidak ada
hewan di peternakan asal menunjukkan gejala klinis PMK setidaknya 30 hari sebelum dilalu
lintaskan;
2. Hewan dipelihara di peternakan asal setidaknya selama 3 bulan sebelum dilalu lintaskan;
3. PMK tidak terjadi pada radius 10 km dari peternakan asal setidaknya 4 minggu sebelum
dilalulintaskan;
4. Hewan harus ditransportasikan di bawah pengawasan Otoritas Veteriner dalam kendaraan,
yang telah dibersihkan dan didisinfeksi sebelum dimuat, langsung dari peternakan asal ke
RPH tanpa kontak dengan hewan rentan lainnya;
5. RPH tersebut tidak disetujui untuk melakukan ekspor daging segar selama menangani
daging dari hewan yang berasal dari daerah tertular;
6. Kendaraan dan RPH harus mengalami pembersihan dan disinfeksi menyeluruh segera
setelah digunakan.
Sumber: Terrestrial Code Online Access - WOAH - World Organisation for Animal Health.
25. Strategi pengendalian lalu lintas ternak
• Strategi yang paling baik dalam mencari cara pengendalian yang lebih efektif
adalah:
• mengurangi biaya (misalnya tidak ada pungutan biaya transaksi yang tidak
perlu atau pengujian ternak gratis) akan mendorong lebih banyak lalu lintas
yang legal;
• meningkatkan efisiensi lalu lintas ternak yang legal; dan
• mendorong lalu lintas tradisional untuk mematuhi, setidaknya sebagian,
dengan beberapa bentuk pemeriksaan/inspeksi.
• Penelusuran (traceability) dengan bantuan ‘ear tag’, cap (brand), taktik telinga
(ear notch) akan membantu penerapan strategi pengendalian lalu lintas; dan
penggunaan identifikasi ternak harus didorong untuk diberlakukan pada semua
individu ternak.
Sumber: WOAH, Manual 4 Animal movement management and quarantine.
26. Identifikasi dan penelusuran ternak
• Penandaan hewan untuk mengetahui siapa pemiliknya adalah praktik yang
sudah sangat kuno. Sistim penandaan ternak telah ada sejak dahulu kala.
• Peternak pada umumnya tidak termotivasi untuk menandai ternaknya untuk
alasan kesehatan. Namun demkian dengan intensifikasi produksi ternak, alat
baru telah dikembangkan untuk memungkinkan metoda penandaan ternak
untuk memenuhi banyak kebutuhan baru.
• Saat ini, identifikasi dan penelusuran ternak (animal identification and
traceability) adalah alat manajemen penting dalam kesehatan hewan dan
keamanan pangan. Di banyak negara penelusuran hewan hidup domestik dan
produk asal hewan merupakan persyaratan yang sah menurut peraturan
perundangan.
Sumber: Animal identification and product traceability from the farm to the fork must be
progressively implemented worldwide - WOAH - World Organisation for Animal Health.
27. Mengapa perlu sistim penelusuran ternak?
1. Sistim penelusuran dapat membantu produsen ternak dan kelembagaan yang mendukung
mereka untuk mengelola hewan mereka secara lebih efektif untuk mengimplementasikan
program-program kesehatan kelompok ternak atau untuk menerapkan program-program
perbaikan perbibitan atau genetik.
2. Sistim penelusuran sebagai respons terhadap wabah penyakit atau dalam konteks
pencegahan penyakit, di mana penelusuran (traceability) dapat membantu negara/daerah
untuk menjalankan berbagai macam tindakan, termasuk surveilans, deteksi dini dan
notifikasi wabah, respons cepat, pengendalian lalu lintas ternak, dan zonasi atau
kompartementalisasi.
3. Sistim penelusuran dalam kaitan dengan keamanan pangan dapat membantu mencegah
kontaminasi pangan dan merespons secara cepat dan efektif jika terjadi krisis.
4. Sistim penelusuran dapat membantu menghilangkan hambatan perdagangan yang tidak
adil, mengingat sistim penelusuran yang baik memberikan jaminan keamanan kepada
mitra dagang atas hewan atau produk yang mereka impor.
Sumber: Animal identification and product traceability from the farm to the fork must be
progressively implemented worldwide - WOAH - World Organisation for Animal Health.
28. Penandaan dan pendataan hewan
• Keputusan Menteri Pertanian No. 559/KPTS/PK.300/M/7/2022 tentang
Penandaan dan Pendataan Hewan Dalam Rangka Penanggulangan Penyakit
dan Kuku (tanggal 22 Juli 2022).
• Kepmentan menetapkan:
• Penandaan hewan dilakukan dengan pemasangan tanda pengenal atau
identitas (ear tag secure QR code).
• Penandaan dilakukan terhadap hewan yang a) telah divaksinasi; b) belum
divaksinasi; dan c) tidak divaksinasi.
• Penandaan hewan yang belum divaksinasi dilakukan terhadap:
a) hewan sehat yang berada di daerah bebas PMK yang melaksanakan
program vaksinasi;
b) hewan sakit dan menunjukkan gejala klinis PMK di daerah wabah PMK.
29. Kebijakan vaksinasi PMK
• Vaksinasi terhadap PMK mungkin merupakan salah
satu tindakan pengendalian yang digunakan selama
epidemi PMK, tergantung pada:
• situasi epidemiologi lokal;
• status negara atau zona;
• pasar ekspor; dan
• pendapat pembuat kebijakan.
• Keputusan yang baik tentang vaksinasi hanya dapat
dibuat jika ada pengetahuan ilmiah yang cukup
tentang efektivitas vaksinasi dalam mengeliminasi
virus dari populasi.
Sumber: FMD vaccines: what you want to know | Meat & Livestock Australia (mla.com.au)
30. Apa kegunaan vaksinasi PMK?
• Vaksinasi dapat berguna untuk berbagai tujuan
selama terjadi wabah PMK, termasuk (tetapi tidak
terbatas pada):
1. melindungi kelompok/populasi ternak dari infeksi
atau tanda-tanda penyakit;
2. menekan penyebaran PMK di dalam dan di luar
daerah terinfeksi dengan memvaksinasi kelompok
ternak tertentu;
3. vaksinasi massal untuk melindungi sejumlah
besar hewan di wilayah yang luas dari infeksi dan
tanda-tanda klinis penyakit.
Sumber: FMD vaccines: what you want to know | Meat & Livestock Australia (mla.com.au)
31. Vaksinasi di negara/daerah bebas PMK
• Apabila vaksinasi PMK dilakukan di negara/daerah bebas, maka daerah tersebut tidak
lagi dianggap bebas atau kehilangan status bebasnya, dan ini akan mempengaruhi
perdagangan ternak dan produk ternak.
• Keputusan untuk melakukan vaksinasi apabila timbul wabah di negara/daerah bebas
adalah kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor:
• sifat alamiah dari wabah;
• pertimbangan epidemiologik,
• isu-isu logistik dan sumber daya;
• sikap industri dan masyarakat;
• pertimbangan sosio-ekonomi;
• implikasi perdagangan;
• pengalaman internasional dalam penggunaan vaksinasi di negara-negara yang
sebelumnya bebas.
Sumber: Modifikasi dari FMD vaccines: what you want to know | Meat & Livestock Australia (mla.com.au)
32. Biosekuriti di daerah bebas PMK
• Hewan yang rentan di daerah yang bebas PMK di mana vaksinasi tidak
dipraktikkan harus dilindungi dengan penerapan tindakan-tindakan
biosekuriti yang mencegah masuknya PMK ke daerah bebas.
• Tindakan-tindakan yang direkomendasikan di tingkat peternak:
• Kendali akses masyarakat terhadap ternak dan peralatan;
• Kendali introduksi hewan baru ke dalam kelompok yang ada;
• Pembersihan dan disinfeksi secara teratur kandang ternak, bangunan,
kendaraan dan peralatan;
• Monitoring dan pelaporan hewan sakit;
• Disposal kotoran ternak dan karkas mati yang tepat.
Sumber: Foot and mouth disease - WOAH - World Organisation for Animal Health
33. Penutup
• Target untuk menerapkan kombinasi analisis rantai nilai dan analisis
risiko adalah untuk mengatasi risiko penyakit dan berkontribusi bagi
perencanaan pengendalian penyakit.
• Analisis dan monitoring risiko pada rantai nilai harus dilakukan sebagai
elemen kesiapsiagaan penyakit (disease preparedness), bukan hanya
sebagai respons terhadap wabah.
• Pilar dari sistim penelusuran (traceability system) didasarkan pada
identifikasi individu atau kelompok ternak yang homogen, kemampuan
untuk melacak pergerakan/lalu lintas ternak, identifikasi lokasi
peternakan yang tepat, dan pencatatan informasi dalam register yang
sesuai.