Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang wabah African swine fever di China dan Vietnam. Wabah penyakit ini menyebabkan kerugian besar bagi industri babi di kedua negara akibat kematian massal babi dan gangguan produksi. Virus penyakit ini sangat resisten dan sulit dikendalikan, sehingga diperlukan upaya biosekuriti yang ketat.
African swine fever: Pembelajaran dari wabah di China dan Vietnam - Seminar ASOHI, Ungaran, 12 Oktober 2019
1. African swine fever:
Pembelajaran dari Wabah
di China dan Vietnam
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner
dan Karantina Hewan
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian
Seminar dan Diskusi mengenai Strategi Antisipasi Penyebaran
Virus African Swine Fever (ASF)
Bandarjo, Ungaran Barat, Semarang – 12 Oktober 2019
2. Topik presentasi
• Apa itu African swine fever (ASF)?
• Situasi global ASF
• Kompleksitas dan sifat virus ASF
• ASF dan produksi babi di China
• ASF dan produksi babi di Vietnam
• Pendapat ahli (Peiffer & McCracken)
• Catatan penutup (1 dan 2)
3. African swine fever (ASF):
“Top killer” industri babi
• Suatu penyakit virus yang menyerang babi
yang disebabkan oleh virus African swine fever
sejak ditemukan di Kenya pada 1921.
• Mortalitas dapat mencapai 100%.
• Tidak ada vaksin/obat-obatan komersial.
• Tidak menimbulkan infeksi pada manusia.
• Penyakit wajib dilaporkan ke OIE.
• Menimbulkan konsekuensi politik, ekonomi
dan sosial yang signifikan.
• Suatu keprihatinan terhadap praktik biosafety
dan sebagai senjata biologi potensial.
4. Penyebab ASF, suatu virus yang unik
• Satu-satunya anggota keluarga Asfarviridae
• Satu-satunya virus DNA yang dapat
ditularkan oleh caplak (tick-borne DNA virus)
• Genom yang besar, dengan setengah dari
proteinnya tidak diketahui fungsinya
• Siklus penularan yang unik di antara babi-
babi domestik, babi hutan liar dan caplak
lunak
• Daya tahan (survivability) in vitro yang tinggi
5. Morbiditas dan Mortalitas ASF
• Pada babi domestik, morbiditas dapat mendekati 100%.
• Mortalitas bergantung pada virulensi isolat, dan dapat berkisar dari
<5% sampai 100%.
• Isolat yang virulensinya tinggi dapat menyebabkan hampir 100%
mortalitas pada babi semua umur.
• Isolat yang virulensinya rendah mungkin menjadi fatal bagi babi,
terutama babi bunting dan babi muda.
• Mortalitas juga cnderung menjadi tinggi jika virus ASF diintroduksi ke
wilayah baru, dengan peningkatan insidensi dari kasus sub-akut dan
subklinis begitu menjadi endemik.
• Pada kasus sub-akut, mortalitas berkisar dari 30% sampai 70%, dan
bisa berbeda antar kelompok umur.
• Kasus ringan atau asimptomatik biasanya terlihat pada warthog dan
babi hutan.
Sumber: Center for Food Security and Public Health, Iowa Statesity, 2018
6. Penularan ASF dari babi ke babi
• Babi terinfeksi terutama lewat rute oro-nasal setelah
kontak dengan babi terinfeksi atau setelah makan daging
babi yang mengandung virus atau produk terkontaminasi.
• Seluruh ekskresi dan sekresi dari babi yang terinfeksi
seperti darah, feses, urin atau saliva dapat mengandung
virus, dan virus ASF tetap bertahan hidup dalam darah
dan jaringan untuk jangka waktu lama (EFSA 2013;
Gallardo et al. 2014; Sánchez-Vizcaíno et al. 2010).
• Onset viremia yang diamati antara 3 – 5 hari pasca infeksi
dan penularan lewat kontak langsung dapat terjadi dalam
beberapa minggu (Wilkinson 1989).
7. Alur penularan penyakit
• Kontak langsung babi-ke-babi.
• Konsumsi pakan terkontaminasi (swill feeding).
• Kendaraan dan fomit lainnya, pakaian, alas kaki,
peralatan bedah.
• Pekerja dan pengunjung tamu.
• Lumpur limbah (slurry).
• Material genetik.
• Gigitan caplak.
8. Surveilans
• Surveilans klinis adalah alat yang paling efektif untuk
deteksi dini ASF (EFSA, 2015).
• Meskipun demikian, mengingat gejala klinis yang
hampir sama dengan penyakit babi lainnya,
surveilans klinis harus disuplementasi, sesuai yang
diperlukan dengan surveilans serologis dan virologis
(OIE, 2016).
9. Situasi global ASF saat ini
Tahap Durasi Eradikasi Distribusi geografis
1 1921 - …. Tidak Afrika
2 1957 -1995 Ya, kecuali
Sardinia
Eropa, Amerika Selatan,
wilayah Karibia
3 2007 - …. Tidak Eropa Timur, Trans-kaukasus
4 2018 - …. Tidak Asia (China, Mongolia, Vietnam,
Kamboja, Hongkong, Korea
Utara, Laos, Filipina, Myanmar,
Timor Leste, Korea Selatan)
Sumber: QIU Hua-Ji, Harbin Veterinary Research Institute, CAAS
(Presentation 12 March 2019, Beijing).
10. Pelaporan kejadian ASF pertama kali ke OIE
(September 2018 – September 2019)
• Hampir semua negara melaporkan secara cepat berkisar antara 6-19
hari setelah wabah dimulai.
• Korea Selatan melaporkannya sangat cepat yaitu 1 hari sesudah
wabah terjadi.
• Filipina melaporkan agak lambat yaitu 46 hari.
Negara Wabah dimulai Konfirmasi Tgl pelaporan Tgl pengiriman
China 17-Agu-18 22-Agu-18 23-Agu-18 23-Agu-18
Mongolia 9-Jan-19 10-Jan-19 15-Jan-19 15-Jan-19
Vietnam 1-Feb-19 18-Feb-19 20-Feb-19 20-Feb-19
Kamboja 22-Mar-19 2-Apr-19 3-Apr-19 3-Apr-19
Hongkong 2-Mei-19 10-Mei-19 12-Mei-19 12-Mei-19
Korea Utara 23-Mei-19 25-Mei-19 30-Mei-19 30-Mei-19
Laos 2-Jun-19 17Jun-19 20-Jun-19 20-Jun-19
Filipina 25-Jul-19 30-Agu-19 9-Sep-19 9-Sep-19
Myanmar 1-Agu-19 9-Agu-19 14-Agu-19 14-Agu-19
Timor Leste 9-Sep-19 26-Sep-19 27-Sep-19 27-Sep-19
Korea Selatan 16-Sep-19 17-Sep-19 17-Sep-19 17-Sep-19
11. Situasi ASF pada 2019
Asia
China, menyebar ke
10 negara
Eropa Timur
9 negara, berjangkit
pada babi domestik dan
babi hutan liar
Afrika
Endemik atau wabah
sporadik di 4 negara
13. Wabah ASF di Asia (sampai 3 Okt 2019)
Sumber: FAO - ASF situation in Asia update (September 2019)
Penyakit ASF masuk
Daftar penyakit OIE, dan
wajib dilaporkan ke OIE
14. Produksi babi di Asia Tenggara
• Produsen skala kecil di China berkontribusi sekitar 30% dari
produksi daging babi nasional.
• Di Vietnam, kontribusinya lebih tinggi 50% dan mencapai
hampir 80% di Kamboja dan Laos.
• Produsen skala kecil normalnya memberikan pakan kepada
babinya dengan sisa-sisa dapur atau limbah organik yang tidak
dimasak (swill), dimana virus dapat bertahan apabila tidak
dimasak sebelumnya.
• Kurangnya integrasi vertikal dalam industri daging babi di
sebagian besar negara-negara terjangkit ASF, sehingga anak
babi dan induk harus ditransportasikan antar peternakan dan
bahkan kadang-kadang antar wilayah.
Sumber: FAO. GIEWS Update 2 July 2019
15. Tingkat konsumsi babi di Asia
• Mayoritas negara-negara Asia yang terjangkit ASF
mengonsumsi daging babi sebagai sumber daging
primer dibandingkan dengan seluruh produk-produk
daging lainnya.
• Tingkat konsumsi babi dunia rata-rata adalah 12,3 kg
per kapita.
• Tingkat konsumsi daging babi per kapita (OECD, 2019):
- China 30,4 kg - Thailand 10,0 kg
- Korea Selatan 30,1 kg - Malaysia 5,4 kg
- Vietnam 29,7 kg - Indonesia 1,0 kg
- Filipina 14,9 kg
16. Kompleksitas Virus ASF
• Kompleksitas virus ASF adalah salah satu alasan mengapa
penyakit ini sangat sulit ditangani.
• Virus ASF menginfeksi dan mereplikasi diri dalam makrofag tapi
juga menginduksi kematian sel limfosit B dan T, sehingga
menghapuskan secara efektif sistim kekebalan.
• Virus ASF membunuh babi dengan menyebabkan demam
hemoragik yang ekstrim dan menghancurkan limfosit secara
masif dalam jaringan limfa.
• Pengembangan vaksin dengan cara membunuh atau
menginaktivasi virus dan menyuntikkannya ke hewan sehat
dalam upaya agar sistim kekebalan menghasilkan antibodi
terhadap infeksi, tidak berhasil. Antibodi protektif yang dihasilkan
tidak cukup untuk menangkal infeksi ASF.
17. Sifat virus ASF (1)
• Virus ASF memiliki kemampuan luar biasa untuk bertahan dalam
jangka waktu lama di lingkungan kaya protein dan tetap stabil
pada pH 4-10 (Geering et al. 2001).
• Virus ASF tidak terpengaruh proses maturasi daging dan daging
dari babi yang dipotong pada tahap infektif ASF atau yang mati
spontan akibat ASF bertindak sebagai sumber virus yang baik.
• Virus ASF bertahan dalam jaringan sampai lebih dari 6 bulan dan
dapat menjadi infeksius bagi hewan peka yang diberi makan
daging tersebut (Sánchez-Vizcaíno et al. 2010).
• Virus ASF dapat bertahan hidup dalam limfonoda dari babi-babi
yang selamat dari ASF, dan dalam keadaan seperti itu kematian
alami dari babi-babi tersebut dapat menginisiasi ulang suatu siklus
epidemi ASF baru, jika bangkai karkas tidak dibuang secara benar
dan virus dapat kontak dengan hewan rentan (Wilkinson 1984;
Gallardo et al. 2015).
18. Sifat virus ASF (2)
• Virus ASF cukup resisten terhadap temperatur tinggi dan
memerlukan paparan pada temperatur 60°C setidaknya 20 menit
untuk inaktivasi (Costard et al, 2013).
• Daging babi segar dan beku dan juga daging babi asap,
diasinkan dan kering dapat mengandung jumlah virus ASF yang
infektif (McKercher et al. 1987; Mebus et al. 1997).
• Produk-produk komersial (seperti ham dan cured pork loin) tidak
mengandung virus 140 hari setelah proses daging segar dimulai.
• Virus ASF juga dapat bertahan untuk jangka waktu lama dalam
sejumlah jaringan, seperti sumsum tulang, meskipun telah terjadi
pembusukan (Penrith et al., 2009).
• Resistensi virus terhadap inaktivasi berarti juga penularan
dimungkinkan lewat fomit seperti pakaian dan sepatu, peralatan
dan kendaraan yang terkontaminasi.
19. Resistensi virus ASF
• Sebagian besar disinfektan tidak efektif
• Disinfektan yang efektif untuk ASF (mengandung
zat aktif):
• Sodium hydroxide 2%;
• Detergen dan phenol substitutes;
• Sodium atau calcium hypochlorite (2-3% chlorine);
• Sodium dichloro-striazinetrione;
• Citric acid; dan
• iodine compounds
Sumber: Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2018
20. Negara # wabah # wabah
berlangsung
% wilayah
administratif tertular
# hewan yang
dimusnahkan
China 158 54 97% (32/33) 1.170.000
Mongolia 11 0 28,6% (6/21) 3.155
Vietnam 6.083 6.083 98,4% (62/63) 3.798.010
Kamboja 13 0 20% (5/25) 3.673
Hongkong 2 0 100% (1/1) 4.160
Korea Utara 1 1 9% (1/11) 99
Laos 94 94 83,3% (15/18) 25.776
Myanmar 3 3 6,6% (1/15) 69
Kumulatif Wabah ASF (sejak Agustus 2018
– September 2019)
Sumber: OIE Regional Representation for Asia and the Pacific. Situational updates
of ASF in Asia and the Pacific (September 2019)
Merah – belum berhasil dikendalikan
21. ASF di China
• Sejak ditemukannya pada Agustus 2018, ASF telah menyebar
ke setiap provinsi di daratan China.
• ASF saat ini diperkirakan menjangkiti 150-200 juta ekor babi,
dugaan kerugian produksi daging babi mencapai 30%.
• Kerugian ini tidak dapat dengan mudah digantikan oleh protein
lain (ayam, bebek, makanan laut, daging sapi dan daging
domba/kambing), atau dengan impor yang lebih besar – dapat
sepenuhnya mengimbangi kerugian.
• Pembangunan kembali industri babi di China akan berjalan
lambat dan butuh bertahun-tahun.
• Produsen akan tetap waspada mengingat risiko kontaminasi
ulang dan difokuskan kepada peningkatan biosekuriti pada
operasi yang tersisa.
22. Skala peternakan babi di China
• Populasi China sekitar 440 juta ekor babi, dengan produksi babi
~54,04 juta ton (2018).
• Lebih dari 90% rumah tangga di China memelihara babi.
• 50% babi dunia diproduksi oleh China.
• Tradisional: <30%; kepemilikan 1-3 ekor; belakang rumah,
produksi tanaman lebih utama.
• Semi-komersial: >30%; pendapatan utama dari babi;
mendominasi produk babi di pasar lokal; produksi tanaman.
• Komersial: ratusan/ribuan ekor; manajemen dan tindakan
pengendalian penyakit; lokasi di wilayah pinggiran kota.
• Intensifikasi sistim produksi dan kaitan dengan rantai nilai
meningkat secara cepat.
Sumber: Presentation Ding Shijun et al. Undertanding Animal Disease:
In Intensifying Livestock Systems in China.
23. China: Peternakan skala kecil
dengan biosekuriti terbatas
• Babi di China sebagian besar tersebar dalam bentuk peternakan
skala kecil, jumlah masing-masing kurang dari seratus ekor.
• Seringkali dengan biosekuriti terbatas — sedikit atau tidak ada
mekanisme pengendalian yang dapat digunakan untuk
memastikan virus tidak ditularkan lewat truk, atau pakaian orang
yang masuk ke peternakan, atau dalam pakan, dimana virus
bertahan untuk jangka waktu lama.
• Virus ASF adalah salah satu virus yang kuat dalam pH ekstrim
dan juga temperatur ekstrim, sehingga dapat bertahan secara
berkelanjutan untuk jangka waktu lama dan mempertahankan
infektivitasnya dalam berbagai kondisi lingkungan.
24. Gejala klinis (China)
• Demam tinggi (41-42℃)
• Kehilangan nafsu makan dan tidak aktif (berbaring saja)
• Kemerahan pada kulit di bagian dada, abdomen, ekor
dan kaki
Sumber: Presentation Dr. Shengqiang Ge. Current Situation and Control Strategy of
African Swine Fever in China.
25. Gejala klinis
Babi menunjukkan telinga
memerah, konjuctivitis dan
temperatur tinggi temperatur
(lebih dari 41
o
C).
Babi terinfeksi dengan virus
ASF virulen, diarrhea
berdarah (dysentery)
kadang-kadang teramati.
Sumber: The Pirbright Institute
26. Patologi yang menciri (China)
Sumber: Presentation Dr. Shengqiang Ge. Current Situation and Control Strategy
of African Swine Fever in China.
• Limpa membengkak
27. Patologi yang menciri (China)
• Efusi darah dalam
ruang abdomen
• Hemoragik
Sumber: Presentation Dr. Shengqiang Ge. Current Situation and Control Strategy
of African Swine Fever in China.
28. Mengapa babi harus dimusnahkan?
• Virus ASF menyebabkan babi mengalami perdarahan
internal sampai kemudian mati
• Kematian babi pasti akan terjadi
• Babi mati dalam kurun waktu 2-10 hari sampai
setelah mengalami penderitaan
• Jadi satu-satunya opsi untuk menghentikan penyakit
adalah dengan membunuh setiap ekor babi yang
terinfeksi
29. Pemusnahan babi
• Jutaan babi telah dimusnahkan dalam suatu upaya putus
asa yang dilakukan untuk menghentikan penyakit ini di
negara-negara yang terjangkit ASF di Asia
• Menurut angka terbaru yang dikeluarkan Badan Pangan
dan Pertanian Dunia (FAO) adalah:
- 1,2 juta ekor di China;
- 4,5 juta ekor di Vietnam;
- 25.000 ekor di Laos;
- 7.000 ekor di Filipina;
- 3.115 ekor di Mongolia; dan
- 2.400 ekor di Kamboja.
30. Penyebab penyebaran ASF di China
Lalu lintas jarak jauh babi hidup
dan produk babi
Transportasi kendaraan dan orang
Sisa-sisa makanan untuk babi
(swill feeding)
16,3%
40,8%
42,9%
Sumber: Dr. Shengqiang Ge, China Animal Health and Epidemiology Center
31. ASF di Vietnam
• Pada Februari 2019, konfirmasi wabah ASF pertama
terdeteksi di Provinsi Thai Binh dan Hung Yen, yang
lokasinya di tenggara ibukota Hanoi, kira-kira 160 km dari
perbatasan China.
• Pada Mei 2019, ASF di Vietnam secara menyeluruh tidak
terkendali dan penyebaran terus berlangsung.
• Pada September 2019, total wabah mencapai 6.083 di 63
provinsi (seluruh Vietnam).
• Vaksin yang dikembangkan di National University of
Agriculture menunjukkan sukses awal dalam memerangi
ASF, tapi para ahli skeptis dan mengatakan diperlukan
lebih banyak penelitian.
32. Skala peternakan babi di Vietnam
• Vietnam memiliki sekitar 29 juta ekor babi,
dengan produksi babi ~3,7 juta ton (2018).
• Red River Delta memiliki sekitar 7,4 juta ekor
babi dan produksi babi sekitar 1,1 juta ton.
• Peternakan komersial: 11.737 dengan 16,6
juta ekor babi (51,9%).
• Peternakan kontrak: 2.982 dengan 3,9 juta
ekor babi.
• Rantai produksi babi (kelompok koperasi):
973 dengan 1,2 juta ekor babi
• Peternakan skala kecil: 2,5 juta rumah
tangga.
33. Vietnam: Konsumsi daging babi
• Daging babi merepresentasikan lebih dari 70%
konsumsi daging di Vietnam, dan produksi babi
menyediakan kehidupan bagi lebih dari 4 juta
peternak kecil di negara tersebut.
• 93% daging babi dikonsumsi secara segar, dan
7% masuk ke perusahaan-perusahaan
pengolahan makanan (10% di kota-kota besar).
• Kebanyakan daging babi dikonsumsi sekitar 10
km dari tempat pemotongan.
• Produksi babi dibatasi oleh kurangnya perbaikan
pakan, kualitas yang rendah dan pemotongan dan
fasilitas pengolahan yang kurang higienis.
34. Faktor risiko ASF potensial di Vietnam
• Panjang perbatasan dimana lebih dari ribuan orang dan
kendaraan melintas setiap hari.
• Virus ASF terdeteksi pada produk daging babi ilegal.
• Perjalanan internasional ke Vietnam dengan jutaan orang
dapat membawa daging dan produk makanan lainnya.
• Biosekuriti buruk; hanya ada satu laporan wabah pada
peternakan komersial.
• Penyakit non-zoonosis tetapi peternak menjual karena
panik, terutama selama festival Tet.
• Vektor insekta? (caplak, kutu, nyamuk dlsb)
Sumber: Presentation of Hung Nguyen. OIE webinar on African swine fever for South East
Asia: Risk communication. Bangkok, Thailand, 1 August 2019
35. Tindakan mencegah penyebaran ASF
• Dengan tidak adanya vaksin atau pengobatan yang
efektif, introduksi dan penyebaran ASF ke peternakan
babi domestik hanya dapat dicegah dengan kepatuhan
yang ketat terhadap tindakan pengendalian.
• Tindakan pencegahan yang penting untuk komersial, non-
komersial dan belakang rumah adalah:
– Identifikasi ternak dan catatan peternakan;
– Penegakan aturan pelarangan pemberian sisa-sisa
makanan (swill feeding); dan
– Pengandangan babi, sehingga tidak memungkinkan
kontak langsung atau tidak langsung antara babi
dengan babi dan/atau babi dengan babi hutan liar.
Sumber: Cristina Jurado et al. (2018). Relevant Measures to Prevent the Spread of African
Swine Fever in the European Union Domestic Pig Sector. Front. Vet. Sci. 5:77.
36. Tindakan pencegahan lain untuk
seluruh peternakan
• Edukasi peternak, pekerja dan operator;
• Tidak ada kontak antara peternak dan pekerja peternakan
dan babi dari luar;
• Pembuangan yang tepat karkas, residu pemotongan dan
sisa-sisa pakan;
• Disposal yang layak kotoran ternak dan bangkai hewan;
• Pantang melakukan kegiatan berburu selama 48 hari
sebelumnya (memungkinkan interval 48 hari antara berburu
dan melakukan kontak dengan babi domestik).
• Peningkatan akses ke dokter hewan dan layanan kesehatan
bagi peternakan non-komersial dan belakang rumah.
Sumber: Cristina Jurado et al. (2018). Relevant Measures to Prevent the Spread of African
Swine Fever in the European Union Domestic Pig Sector. Front. Vet. Sci. 5:77.
37. Tindakan pada saat wabah
• Isolasi secara fisik kelompok ternak.
• Tidak ada introduksi babi baru ke dalam kelompok ternak.
• Pergerakan babi harus berhenti (stand still).
• Pasar babi harus berada dalam supervisi veteriner yang ketat dan babi
yang diizinkan masuk pasar hanya yang disertai dengan sertifikat
kesehatan hewan.
• Disposal bangkai babi dan bagian-bagian babi yang berasal dari
pemotongan babi harus diinsinerasi atau dikubur di tanah yang berizin.
• Kawin alam dengan babi pejantan dari luar tidak diperbolehkan.
• Pelarangan konsumsi pakan terkontaminasi (swill feeding) dengan
peraturan.
• Kendaraan yang digunakan untuk transportasi babi harus dibersihkan
dan didisinfeksi segera setelah setiap transportasi dilakukan.
• Pengunjung, termasuk pekerja, harus menggunakan pakaian dan alas
kaki khusus dan meninggalkannya di peternakan.
• Disposal kotoran babi, material alas kandang dan lumpur limbah.
38. Pendapat Ahli tentang ASF
• Dirk Pfeiffer - ahli epidemiologi City University
Hong Kong dan Royal Veterinary College Inggris
“wabah penyakit hewan terbesar yang pernah
terjadi” ketika mencapai China pada bulan
Agustus lalu, menyebar seperti api liar ke seluruh
flok babi terbesar di dunia.
• Christine McCracken - Rabbobank
“Ini bersejarah; tidak pernah ada yang seperti ini
dalam sejarah produksi ternak modern dan ini
suatu situasi yang menakutkan hanya karena
tidak ada pengendalian saat ini”. Wabah ASF
jauh lebih buruk dari wabah flu burung dalam hal
kerugian ternak.
39. Catatan penutup (1)
• Peternak skala kecil yang banyak, sistim produksi babi dengan
biosekuriti rendah membuat Asia Tenggara menjadi sangat
berisiko terhadap ASF.
• Penyebaran ASF jarak pendek/menengah/jauh kemungkinan
dikaitkan dengan faktor risiko yang berbeda.
• Wabah ASF akan menyebabkan lalu lintas babi jarak jauh,
didorong oleh perbedaan harga dan faktor-faktor sosiologis.
• Penyebaran ASF antar perbatasan sulit untuk dikendalikan
karena panjangnya perbatasan dan adanya celah-celah di
perbatasan antara negara.
Sumber: Presentation Dr Yu Qiu, OIE SRR-SEA. Pig Production System
and Value-Chain in South-East Asia. 10 April 2019. Beijing, China.
40. Catatan penutup (2)
• Begitu wabah ASF terjadi, lingkungan kemungkinan
menjadi terkontaminasi berat karena ketergantungan yang
tinggi pada lingkungan dan sistim produksi multi-integratif.
• Surveilan dan pengendalian ASF harus mempertimbangkan
sistim produksi lokal dan budaya sosio-ekonomi setempat.
• Krisis ASF mungkin dapat menyebabkan perubahan yang
signifikan terhadap sistim produksi dan rantai nilai (value
chain) saat ini.
• Penelitian lebih mendalam mengenai rantai nilai diperlukan
untuk mendukung pendekatan kompartementalisasi.
Sumber: Presentation Dr Yu Qiu, OIE SRR-SEA. Pig Production System
and Value-Chain in South-East Asia. 10 April 2019. Beijing, China.