Dokumen tersebut membahas model desain instruksional yang terdiri dari 6 orang mahasiswa. Dokumen menjelaskan latar belakang desain instruksional sebagai proses sistematis yang terdiri dari tiga tahap yaitu desain instruksional, pelaksanaan instruksional, dan evaluasi. Dokumen ini juga membandingkan beberapa model desain instruksional.
1. MODEL DESAIN INSTRUKSIONAL
KELOMPOK II
1. ANNI H.M SITANGGANG ( 8146172073)
2. AHMAD RAHMATIKA (8146172002)
3. FEBRI RONALD MARPAUNG (8146172020)
4. JASINTA TASLEKY (8146171043)
5. NURCAHAYA HUTASOIT (8146172075)
6. TUANI MANGARINCAN NAPITUPULU (8146172068)
2. Latar Belakang
Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai
kegiatan tenaga pengajar yang melaksanakan
tugas mengajar dan kegiatan warga belajar yang
melaksanakan kegiatan belajar. Kegiatan
pengajar dan kegiatan warga belajar berada
pada suatu konteks interaksi belajar mengajar
3. Proses belajar mengajar sebagai suatu
sistem yang komponennya bekerja
sama sejak kegiatan awal sampai
dengan kegiatan berakhir. Menurut
pandangan manajemen proses belajar
mengajar meliputi tiga kegiatan, yakni
Model desain instruksional,
pelaksanaan instruksional, dan
pelaksanaan penilaian pengajaran.
4. Tahap desain instruksional menjadi pola penentu
bagi tahap kegiatan pelaksanaan dan tahap
kegiatan penilaian. Dengan kata lain, desain yang
baik memungkinkan menciptakan suatu kegiatan
yang baik, dan kegiatan yang baik memungkinkan
menciptakan hasil penilaian yang baik. Betapa pun
baiknya suatu desain instruksional belum
menjamin terjadi suatu kegiatan yang baik, apalagi
mencapai suatu hasil yang baik. Kendatipun
demikian, dapat diprediksi bahwa dengan adanya
desain instruksional yang baik akan membimbing
pelaksana dalam
mencapai suatu tujuan instruksional yang baik.
5. Proses Desain Instruksional Sebagai Suatu Sistem
Istilah sistem telah digunakan secara luas dan dan
secara umum berarti benda, peristiwa, kejadian
atau cara yang terorganisasi yang terdiri atas
bagian-bagian yang lebih kecil dan seluruh bagian
tersebut secara bersama-sama berfungsi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
6. Definisi ini menunjukkan bahwa suatu benda atau
peristiwa baru disebut system bila memenuhi
empat kriteria secara serentak, yaitu : pertama,
dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil, kedua setiap bagian tersebut mempunyai
fungsi secara bersama, ketiga seluruh bagian itu
melakukan fungsi secara bersama. Keempat fungsi
bersama yang dilakukannya mempunyai suatu
tujuan tertentu yang tidak dapat dicapai oleh
fungsi dari satu atau beberapa bagian saja darinya.
7. Batas subsistem, sistem dan suprasisitem
tergantung kepada tempat kedudukan anda
atau di manan anda mendapatkan diri. Bila
anda sedang mengajar didepan kelas tau
mempelajari cara mengajar, kegiatan
instruksional dapat anda tempatkan sebagai
suatu sisitem, sedangkan penyelenggaran tes
sebagai subsisitem, dan pengelolaan program
pendidikan di lembaga anda bekerja sebagai
suprasistem.
8. Menurut Pakar Desain Instuksional
1. Hamereus (1968)
menyatakan bahwa
desain instrtuksional
merupakan proses
sistematik untuk
memungkinkan tujuan
umum dicapai melalui
proses belajar yang
efektif. Proses yang
sisitematik itu dimulai
dengan rumusan tujuan
umum.
2. Gustafon (1997)
menyatakan bahwa deain
instruksional adalah ‘a
process for improving the
quality instruction’.
Definisi ini menekankan
maksud dari proses
desain instruksional yang
pada akhirnya untuk
meningkatkan kualitas
pembelajaran.
9. 3. Buhl (1975) dalam
Reigeluth, C M.,
Bunderson, C. Victor
dan Merril M. David
(1978) mengatakan
bahwa desain
instruksional sebagai
rangkaian kegaiatan
yang dimaksudkan
untuk meningkatkan
kondisi-kondisi belajar
agar dapat membantu
pesrta didik.
4. Rothwel and Kazanas
(2004, p. 3). Mereka
berpendapat bahwa
desain instruksional
lebih dari menciptakan
intrumentasi atau alat
tetapi lebih terkait
dengan konsep lebih
luas tentang
penganalisasian
masalah kinerja
manusia secara
sistematik
10. Dari berbagai definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa desain instruksional
adalah suatu proses sistematis, efektif
dan efisien dalam menciptakan sisitem
instruksional untuk memecahkan
masalah belajar atau peningkatan
kinerja peserta didik melalui
serangkaian kegiatan pengidentifikasian
maslah, pengembangan dan
pengevaluasian.
11. Penggunaan Desaian Instruksional
Untuk mempertajam pemahaman tentang desain
instruksional ada baiknya ditambahkan pendapat
berbagai ahli lain sebagai berikut:
Clarence Schauer (1971) dalamReigeluth, C.M,
Bunderson, C. Victor dam MerrilM.David (1978)
menyebutnya sebagai perencanaan secara akal
sehat untuk mengidentifikasikan masalah belajar
dan mengusahakan pemecahan masalah dengan
menggunakan rencana terhadap pelaksanaan
evaluasi, ujicoba, umpan balik, dan hasilnya.
12. AT & T atau American Telephone &
Telegraph (1985), mendefenisikan
desain instruksional sebagai suatu
resep dalam menyusun peristiwa
dan kegiatan yang diperlukan
untuk memberikan petunjuk untuk
mencapai tujuan
13. Berbagai Model Desain Pembelajaran
Penggunaan pendekatan sistem dalam desain
instruksional telah menghasilkan berbagai
model. Tidak semua model itu serupa. Sebagian
sesuai untuk digunakan untuk memecahkan
masalah yang lebih luas, sebagian kecil sesuai
untuk pemecahan masalah yang lebih sempit
14. Tabel 1 Daftar Lima Buah Pendekatan Sistem dalam Pendidikan
No. Judul Pengarang Tahun
1. System Approach For Education (SAFE) Corrigan 1966
2 Michigan State university Instructional
System development model
Barson 1967
3 Project MINERVA Instructional System
Design
Tracey 1967
4 Teaching Research System Hamreus 1968
5 Banathy Instructional Development System Banathy 1968
15. Berikut ini disampaikan lima model yang
tergolongpaling awal (tahun 1960-an) dan
digunakan, baik oleh pengaragnya sendiri
maupun oleh orang lain. Perbandiangan
kelima model ini diturunkan dari karya
Twelker, Urbach, dan Buck (1972). Judul
dan pengarang kelima model yang
tergolong sebagai pendahulu tersebut
tanpak dalam daftar berikut ini.
16. Tabel 1 Daftar Lima Buah Pendekatan Sistem dalam Pendidikan
No. Judul Pengarang Tahun
1. SystemApproachForEducation(SAFE) Corrigan 1966
2 Michigan State university Instructional
Systemdevelopmentmodel
Barson 1967
3 Project MINERVA Instructional System
Design
Tracey 1967
4 TeachingResearchSystem Hamreus 1968
5 BanathyInstructionalDevelopmentSystem Banathy 1968
17. Berikut ini disampaikan langkah-langkah dari setiap model
tersebut
1. SAFE Model
a. Tahap I, Analisis Sistem (Apa)
1. Menilai kebutuhan;
2. Menentukan tujuan misi;
3. Menentukan persyaratan misi;
4. Menentukan hambatan;
5. Menentukan profil misi dan peryratan dan hambatan;
6. Melakukan analisis fungsional tentang persyratan dan hambatan;
7. Melakukan analisis tugas dan persyaratan dan hambatan;
8. Melakukan analisis metode & alat dan persyaratan dan hambatan;
9. Membuat keputusan final tentang meneruskan atau berhenti;
b. Tahap II, Sintesis Sistem (Bagaimana)
1. Mengidentifikasi strategi perencanaan masalah;
2. Mendesain pengelolaan/rencana pelaksanaan untuk setiap alternatif;
3. Menganalisis alternatif dari segi keefektifan dan efisiensi biaya;
4. Memilih rencana pengelolaan dan pelaksanaan yang mempunyai
keefektifan biaya yang optimal;
5. Menyusun rencana validasi atau tes lapangan (metode/media) seduai
kebutuhan;
6. Implementasi/pengelolaan penggunaan rencana pelaksanaan;
7. Mengevaluasi penampilan (proses dan prduk);
8. Merevisi untuk mencapai prestasi yang dipersyaratkan.
18. 2. The Michigan State Model, (Barson, 1967)
a. menetukan tujuan pendidikan umum, perguruan tinggi, fakultas, jurusan,
mata kulliah;
b. Mulai;
c. Mengumpulkan data masukan;
d. Menentukan prilaku awal dan akhir;
e. Mengembangkan rasional untuk ujian awal dan akhir;
f. Mengombinasikan seluruh data masukan;
g. Mengembangkan contoh pengajaran untuk isi pelajaran tertentu;
h. Memilih bentuk informasi yang representative;
i. Rencanakan strategi;
j. Menentukan alat transmisi berdasarkan hasil pemilihan bentuk informasi;
k. Mengumpulkan, mendesain, memproduksi media yang telah ditentukan;
l. Merampungkan;
m. Tes lapangan dengan kelompok peserta didi;
n. Mengidentifikasikan dan memperbaiki kesalahan;
o. Mengembangkan instru,ment evaluasi dengan menggunakan data
mahasiswa dan informasi media berdasarkan hasil pengembangan
rasioanal untuk ujian awal dan akhir (langkah 5);
p. Penerapan pada mata kuliah berdasarkan hasil langkah 15 dan 14;
q. Evaluasi dan mengulang kembali untuk memperbaiki sebagai mana
diperlukan.
20. 4. Teaching Reserch System
a. Tahap I, Pendefinisian dan pengembangan dan Pengelolaan Sistem
1) Mengidentifikasi masalah instruksional;
2) Menentukan dan memilih staf pendukung;
3) Menentukan control pengelolaan;
4) Berdasarkan butir 2) dan 3) mengidentifikasi populasi peserta didik;
5) Berdasarkan butir 2) dan 3) mengumpulkan bahan pengajaran;
6) Berdasarkan butir 2) dan 3) menganalisis context isntruksional.
b. Tahap II, Analisis Desain
1) Mengidentifikasi tujuan prilaku;
2) Menyususn pengukur penampilan;
3) Berdasarkan butir 1) menetukan tujuan-tujuan khusus;
4) menyusun pengukur penampilan khusus;
5) Berdasarkan butir 3) mengidentifikasi jenis belajara;
6) Menentukan kondisi belajar;
7) Berdasarkan butir 5) menentukan penyesuaian terhadap pekerjaan
individual;
8) Menentukan bentuk kegiatan instruksional.
c. Tahap III, Pengembangan dan Penilaian
1) Pengemabnag psotiva instrksional;
2) Review teknis dan komunikasi;
3) Berdasarkan butir 1) melakukan uji coba prototype;
4) Meyelenggarakan tes penampilan;
5) Berdasarkan butir 5) mengidentifikasi hasil uji coba;
6) Menganalisis tes;
7) Berdasarkan butir 5) mengidentifikasi sistem instruksional:
8) Mengulang kembali.
21. 5. The Banathy Model (Bela H. Banathy, 1968)
a. Tahap I, Analisis dan Perumusan Tujuan
1) Maksud sistem;
2) Spesifikasi tujuan;
3) Tes acuan patokan.
b. Tahap II, Analisis dan Perumusan tugas-tugas Belajar
1) Menentukan tuas-tugas belajar;
2) Menilai kompetensi masukan;
3) Melakuakan tes masukan;
4) Mengidentifikasi dan larakterisasi tugas-tugas belajar yang actual.
c. Tahap III, Desain Sistem Ttersebut
1) Analisis funsi, isi, dan urutan;
2) Analisis komponen;
3) Distribusi fungsi antar komponen;
4) Penjadwalan.
d. Tahap IV, Implementasi dan Kontrol Kualitas
1) Latihan sistem;
2) Tes sistem;
3) Pelaksanaan;
4) Mengevaluasi dengan menggunakan tes acuan patokan;
5) Mengubah untuk meningkatkan.
22. Tiga tahap yang akan digunakan sebagai dasar perbandiangan adalah:
Tahap pertama, Definisi Masalah dan Organisasi, meliputi tiga langkah,
yaitu :
a. Idenfikasi Masalah;
b. Analisis Latar (Setting);
c. Organisasi Pengelolaan.
Tahap Kedua, Analisis dan Pengembangan Sistem, meliputi tiga langkah
pula, yaitu:
a. Identifikasi Tujuan;
b. Penentuan Metode;
c. Penentuan Prototipe.
Tahap Ketiga, Evaluasi, Meliputi tiga langkah sebagai berikut:
a. Melaksanakan tes atau uji coba;
b. Menganalisis hasil uji coba;
c. Implementasi atau uji coba ulang.
23. Tabel 2 perbandinagn istilah untuk meyatakan identifikasi masalah
MODEL KEGIATAN
Teaching Research System
Michigan State University
Instructional System
Development Model
Mendefinisikan masalah instruksional
Menentukan tujuan pendidikan umum: perguruan
Tinggi, Fakultas, Jurusan, Mata kuliah.
SAFE
Project MINERVA
Banathy
1) Menilai kebutuhan;
2) Menentukan tujuan misi;
3) Menentukan persyaratan penempilan
(Performance) misi;
4) Menentukan hambatan;
5) Menentukan profil misi;
6) melakukan analisis fungsional;
7) Melakukan analisis tugas;
8) Melakuakan analisis metode dan alat;
9) Membuat keputusan kelayakan final (terus atau
berhenti);
Mengumpulkan data pekerjaan
Maksud sistem
1. Tahap pertama Definisi Masalah dan Organisasi, meliputi tiga langkah.
24. Tabel 3 Perbandingan istilah untuk menyatakan analisis latar
MODEL KEGIATAN
Teaching Research System
Michigan State University
Instructional System
Development Model
SAFE
Project MINERVA
Banathy
1) Mengidentifikasi populasi pesrta didik;
2) Mengumpulkan bahan pelajaran yang relevan;
3) Menganalisis context intruksional;
Mengumpulkan data masukan
Mengidentifikais strategi alternatif pemecahan
maslah
Mengumpulkan datapekerjaan
1) Menilai kompetensi masukan;
2) Tes masukan
25. Tabel 4 perbandingan istilah untuk menyatakan organisasi pengelolaan
MODEL KEGIATAN
Teaching Research System
Michigan State University
Instructional System
Development Model
SAFE
Project MINERVA
Banathy
1) Menentukan dan memilih staf pendukung
2) Menentukan control pengelolan
Tidak ada
Mendesain pengelolaan atau rencana pelaksanaan
setiap alternatif
Tidak ada
Tidak ada
26. Tabel 5 Perbandingan istilah untuk menyatakan
identifikasi tujuan
2. Tahap Kedua, Analisis dan pengembangan Sistem
MODEL KEGIATAN
Teaching Research System
Michigan State University
Instructional System
Development Model
SAFE
Project MINERVA
Banathy
1) Mengidentifikasi tujuan perilaku (behavioral
objectives)
2) Menentukan tujuan misi
Menentukan secara spesifik perilaku awal dan akhir
Menentukan tujuan misi
Merumuskan tujuan penampilan
Spesifikasi tujuan
27. Tabel 6 Perbandingan istilah untuk meyatakan metode
MODEL KEGIATAN
Teaching Research System
Michigan State University
Instructional System
Development Model
SAFE
Project MINERVA
Banathy
1) Mengidentifikasi tipe belajar;
2) Menentukan kondisi belajar;
3) Menentukan penyesuaian terhadap perbedaan
individual;
4) Mengidentifikasi bentuk kegiatan instruksional.
1) Merencanakan strategi
2) Mengembangkan contoh pengajaran untuk isi
pelajaran tertentu;
3) Memilih bentuk informasi yang refresentatif;
4) Menentuka alat transmisi.
1) Memilih rencana pengelolaan dan pelaksanaan
yang mempunyai keefektifan biaya optimal
2) Menganalisis alternatif dari segi keefektifan dan
keuntungan biaya;
3) Memilih pengelolaan atau rencana pelaksanaan
yang mempunyai efektivitas biaya yang paling
optimal.
1) Memilih isi mata pelajaran;
2) Memilih strategi instruksioanal.
1) Menentuka tugas-tugas belajar;
2) Mengidentifikasi dan karakterisasi tugas-tugas
belajar actual;
3) Menganalisis fungsi;
4) Menganalisis komponen;
5) Pendistribusian;
6) Penjadwalan.
28. Tabel 7 Perbandingan istilah untuk menyatakan pembuatan prototipe
MODEL KEGIATAN
Teaching Research System
Michigan State University
Instructional System
Development Model
SAFE
Project MINERVA
Banathy
1) Mengembangkan prototipe isntruksional;
2) Menyusun alat pengukur penampilan;
3) Menyusun alat pengukur penampilan khusus;
4) Reviu teknis dan komunikasi.
1) Mengumpulkan, mendesain, dan memproduksi
media yang telah ditentukan;
2) Mengembangkan rasional untuk tes awal dan
akhir;
3) Mengembangkan instrument evaluasi dengan
infromsai tentang peserta didik dan media.
Tidak spesifik
1) Memproduksi bahan instruksional;
2) Menyusun tes penampilan.
Tes acuan patokan
29. Tabel 8 Perbandingan istilah untuk menyatkan uji coba peototipe
3. Tahap ketiga, Evaluasi, meliputi tiga langkah sebagai berikut:
MODEL KEGIATAN
Teaching Research System
Michigan State University
Instructional System
Development Model
SAFE
Project MINERVA
Banathy
1) Uji coba prototipe
2) Menyelenggarakan tes penampilan;
Tes lapangan dengan kelompok pesrta didik
1) Menyusun rencana validasi atau tes lapangan
(metode/alat/media) sepeti diperlukan;
2) Implementasi/memantau pengelolaan dan rencana
pelaksanaan;
3) Mengevaluasi penampilan.
1) Melaksanakan kegiatan isntruksional;
2) Melaksanakan dan menganalisis tes
1) Latihan sistem;
2) Tes sistem.
30. Tabel 9 Perbandingan istilah untuk meyatakan analisis hasil
MODEL KEGIATAN
Teaching Research System
Michigan State University
Instructional System
Development Model
SAFE
Project MINERVA
Banathy
1) Menganalisis hasil uji coba;
2) Menganalisi tes;
Tidak spesifik
Evaluasi penampilan (proses dan produk)
Mengevaluasi kegiatan instruksional
Mengevaluasi
31. Tabel 10 Perbandingan istilah untuk menyatakan implementasi/uji coba ulang
MODEL KEGIATAN
Teaching Research System
Michigan State University
Instructional System
Development Model
SAFE
Project MINERVA
Banathy
Memodifikasi sistem isntruksional
1) Mengidentifikasi letak dan mengoreksi
kelemahan;
2) Mengevaluasi dan mengulang kembali untuk
memperbaiki sebagaimana diperlukan.
Merevisi untuk mencapai prestasi yang didinginkan
Tertuang untuk mencapai prestasi yang diinginkan
Mengubah untuk memperbaiki
32. KESIMPULAN
1. Pada garis besarnya setiap model dapat dibagi dalam
tiga tahap, yaitu: tahap definisi, tahap analisis dan
pengembangan sistem, dan tahap evaluasi.
2. Perbedaan antar model yang atu dengan yang lain
terletak pada empat faktor yaitu:
Tingkat penggunaanya sepeti tingkat institusi dan
tingkat mata pelajaran;
Penggunaan istilah dalam setiap tahap dan langkah;
Jumlah langkah pada setiap tahap;
Lengkap tidaknya konsep dan prinsip yang digunakan.
33. 3. Smua model desain instruksional itu sepakat dalam enam hal, sebagai
berikut:
1. Desain instruksional selalu mulai dari perumusan tujuan instruksional umum yang
berisi kompetensi yang diharapkan dicapai oleh pesrta didik pada akhir pembelajran
2. Perumusan tujuan instruksional umum dianalisis atau dijabarkan menjadi tujuan
isntruksional khusus melalui suatu proses yang disebut dengan analisis instruksional.
Proses analisis sepeti acap kali diabaikan oleh praktisi pemebelajaran.
3. Penulisan tujuan isntruksional khusus berdasrkan hasil analisis instruksional yang
berisi kompetensi-kompetensi khusus yang belum dikuasai oleh peserta didik.
penentuan batas anatara kompetensi khusus yang belum dikuasai dengan yang sudah
dikuasai pesrta didik dilakkukan dengan cara sebagai berikut.
Membuat daftar hasil analisis instruksional dalam bentuk bagan yang salaing
berkaitan.
Menentukan kompetensi khusus yang telah dikuasai pesrta didik sebelum
mengikuti pembelajaran melalui tes perilaku awal (entering behavior test).
Menentukan garis batas antara A dan B yang disebut garis perilaku awal (enetering
behavior line).
34. 4. Menulis tes atau alat penilaian hasil belajar berdasarkan tujuan
isntruksional umu dan tujuan instruksional khusus. hal ini berbeda
dengan kebanyakan praktisi pemebelajaran yang menulis tes
berdasarkan isi pembelajaran dan melakukannya pada akhir
pembelajaran, bukan sebelum mulai pembelajaran.
5. Menentukan strategi instruksional yang meliputi urutan
langkha-langkah isntruksional, urutan ini instruksional metode dab
media & alat isntruksional serta alokasi waktu sebagai dasar untuk
menyusun bahan istruksional. Kebanyakan praktisi pemebelajaran
tidak membuat strategi isntruksional dan langsung membuat
bahan isntruksional berdasarkan daftar isi intruksional.
6. Evaluasi formatif dilakuakan untuk memvalidasi prototipe
sistem instruksional yang terdiri dari bahan isntruksional dan
pedoman serta panduan pelaksanaan kegiatan isntruksional.
Kebanyakan praktisi mengabaikan pelaksanaan evaluasi formatif
dan melaksanakan tes di tengah-tengah kegiatan isntruksional. Tes
semacam itu mereka sebut tes foramtif.
35. 4. Model pengembangan isntruksional (MPI) terdiri atas tiga
tahap dan setiap tahap terdiri beberapa langkah.