3. Tujuan praktikum
Mengetahui Prinsip Ekstraksi Panas dengan Metode Soxhletasi, Refluks,
dan Infundasi
Mengetahui cara kerja Ekstraksi Panas dengan Metode Sexhletasi, Refluks,
dan Infundasi
4. Landasan teori
Pengertian
Eksraksi adalah proses penyarian zat zat aktif dari
bagian tanaman obat hewan danbeberapa jenis ikan
termasuk biota laut.
Ekstraksi secara panas dilakukan untuk mengekstraksi
komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan seperti
glikosida, saponin dan minyak-minyak menguap yang
mempunyai titik didih yang tinggi, selain itu
pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka pori-pori
sel simplisia sehingga pelarut organic mudah masuk
kedalam sel untuk melarutkan komponen kimia
5. 1.Metode Soxhletasi
Metode Soxhletasi merupakan penyarian
simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari
terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam
labu alas bulat setelah melewati pipasifon.
6. Kelebihan Metode Soxhletasi :
a) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak
dan Tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung;
b) Digunakan pelarut yang lebih sedikit;
c) Pemanasannya dapat diatur.
kekurangan:
a) dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas;
b) dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya;
c) Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang
terlalu tinggi. (Keloko,2013).
7. 2. Metode Refluks
Metode Refluks adalah termasuk metode berkesinambungan
dimana cairan penyari secara kontinyu menyari komponen
kimia dalam simplisia cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin
balik, sehingga mengalami kondensasi menjadi molekul-
molekul cairan dan jatuh kembali ke labu alas bulat sambil
menyari simplisia. Proses ini berlangsung secara
berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3 kali dalam waktu
4 jam. (DitjenPOM : 1986).
8. Kelebihan dan Kekurangan Metode Refuks :
Kelebihan dari metode refluks adalah digunakan untuk
mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar,
dan tahan pemanasan langsung (Anonim, 2011).
Kekurangan dari metode refluks adalah membutuhkan volume
total pelarut yang besar, dan Sejumlah manipulasi dari
operator (Mandiri, 2013).
9. 3. Metode Infundasi
Metode Infundasi Merupakan metode penyarian dengan cara
menyari simplisia dalam air pada suhu 90OC selama 15
menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air
dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini
menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang
diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari
24 jam (Ansel, 1989).
10. Keuntungan Dan kekurangan Metode Infundasi
• Keuntungan Metode Infundasi:
1. Unit alat yang dipakai sederhana,
2. Biaya operasional nyarelatif rendah
• Kerugian
1. zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan
mengendap kembali, apabila kelarutannya sudah
mendingin.
(lewatjenuh)
2. hilangnya zat-zat atsiri
3. adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,
dismping itu
simplisia yang mengandung zat-zat albumin
tentunya zat ini
akan menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat
berkhasiat tersebut.
11. Alat dan bahan
ALAT BAHAN
1. Labu alas bulat
2. Rangkain alat
refluks
3. Rangkaian alat
soxhlet
4. Satu set panci infus
5. Heating mantle
6. Kompor
7. Corong kaca
8. Kertas saring
9. Sendok tanduk
1. Etanol 96%
2. Aquadest
3. Lengkuas
12. Cara kerja
Masukan simplisia
yang sudah
dihaluskan 50g dan
pelarut etanol 500ml
kedalam labu alas
bulat
Panaskan
dengan heating
mantle hingga
mencapai pada
suhu konstan
Didapatkan
ekstrak
•Metode refluks
1. Metode Refluks
2. Metode soxhletasi
Sampel yang
telah dihaluskan
Masukan
kedalam
solongsong
Masukan
kedalam
tabung sifon
Masukan
pelarutnya
Pasang alat
pendingin
(kondensor)
Panaskan
dengan heating
mantle
•soxhletasi
13. Cara Kerja
,3. Metode Infudasi
Tunggu hingga
suhu mencapai
90oC
Tunggu
selama 15
menit
Matikan
pemanas tunggu
hingga dingin
Saring filtrat
Lakukan RE
untuk mendapat
ekstrak kental
Panaskan
penangas
dengan kompor
Masukan 10g
simplisia yang
sudah
dihaluskan
Tambahkan
aquadest 1L
14. Data pengamatan
Metode ekstraksi Pelarut Bobot
Ekstrak
(g)
Bobot
simplisia
untuk
ekstaksi
(g)
Bobo
t
simpli
sia
setela
h
peng
ering
an
Bobot
simplisi
a (g)
Bobot
rende
men
(%)
Susut
Pengeri
ngan
(%)
Lengkuas Infudas
i
21 g 600 g 5000
g
6000g 3,5 % 16,66%
Refluks 23,2 g 600 g 3,86% 16,66%
Soxhlet 16,8 g 600 g 2,8% 16,66%
15. Data Pengamatan
Perhitungan
Susut Pengeringan
Susut Pengeringan = Bobot sebelum pemanasan – Bobot Akhir x 100%
Bobot Akhir
= 6000 – 5000 x 100%
6000
= 16,66%
Rendemen Ekstrak
Rendemen = Bobot serbuk simplisia x 100%
Bobot Ekstrak Kental
= 21x 100%
600
= 3,5% (infundasi)
17. Pembahasan
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan
pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang
datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan
cara difusi.
Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah
menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak
larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan
terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di
luar bahan (Sudjadi, 1988).
18. Pada praktikum kali ini metode Ekstraksi yang dilakukan adalah Ekstraksi
Panas, yang terdiri dari :
1. Soxhletasi
2. Refluks
3. Infundasi
Pada praktikum kali ini simplisia yang digunakan adalah Rimpang
Lengkuas atau Alpinia galanga merupakan keluarga Zingiberaceae. Tanaman ini
memiliki batang bawah tanah yang disebut rimpang yang memiliki aroma aromatik
yang kuat dengan mencolok node dan ruas (Jirawan, 2005).Benih Alpina galanga
digunakan dalam diet dan antiseptic mulut, itu merangsang daya pencernaan dan
nafsu makan.Ini juga digunakan sebagai pencahar.Biasanya rimpang digunakan
sebagai bumbu dan sumber minyak atsiri.
19. a. Antimikroba
Aktivitas Antimikroba Minyak esensial diperoleh dari rimpang segar dan
kering Alpinia galanga menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap bakteri g-positif.
Sebuah ekstrak dari rimpang kering menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap
Trichophytonmentagrophytes. 24 1S-1 'acetoxychavicol acetate diperoleh dari
Alpinia galanga bertindak sebagai penghambat pompa eflux yang memicu resistensi
pada Mycobacterium dan karenanya bertindak sebagai target baru untuk penemuan
agen anti-TB25.1-acetoxychavicol acetate dari Alpinia galanga menunjukkan
aktivitas antiplasmid terhadap bakteri yang resistan terhadap beberapa obat. Ekstrak
aseton kasar rimpang Alpinia galanga menunjukkan aktivitas antiplasmid terhadap
Salmonella typhi, Escherichia coli dan vankomisin tahan Enterococcus faecalis
dengan efisiensi masing-masing 92%, 82% dan 8% pada 400 mikro g / ml SIC
Menggunakan metode Soxhletasi, Refluks, dan Infudasi.
20. Rimpang galanga menunjukkan efektif terhadap Staphylococcus aureus,
Bacillus subtilis, Streptococcus faecalis [Enterococcus faecalis], Escherichiacoli, Proteus
vulgaris, Salmonella enteritidis, Saccharomyces cerevisiaeandAspergillusniger (nilai
MIC berkisar antara 1,25 hingga 12,5 mikro l / ml)Minyak atsiri yang diperoleh dari
rimpang kering lebih efektif daripada minyak atsiri segar dari rimpang lengkuas. kstrak
heksana, etil asetat, aseton, atau metanol rimpangAlpinia galangal, menunjukkan
aktivitas anti-Phytopthoracapsiciities. (Unnisa, 2011).
21. b. Antikanker
Ekstrak aseton berair dari Alpinia galanga menunjukkan efek
penghambatan pada melanogenesis dalam stimulasi teofilin murine B16 melanoma
4A5 sel (IC50 = 7,3 μg / ml) .46 Dalam penyelidikan dari potensi rimpang Alpina
galangauntuk menginduksi sitotoksik dan efek apoptosis dalam garis sel karsinoma
payudara manusia yang dikultur, (MCF-7) dibandingkan dengan sel yang tidak ganas
(MRC-5) yang dikultur dalam media DMEM, persentase sel apoptosis ditentukan
oleh flow cytometry menggunakan Annexin-V fluorescein isothiocyanate. Itu
ditemukan bahwa Alpinia galanga menginduksi apoptosis pada sel MCF-7,
sebagaimana ditentukan oleh flow cytometry.47 Senyawa aktif, 1's-1-
acetoxychavicol acetate ditemukan untuk memberikan penghambatan
pertumbuhan sel skuamosa oral karsinoma in vitro atau in vivo dengan
menghambat aktivasi konstitutif dari NF-κB melalui penekanan aktivasi IKKα / β .
22. Efek dari Senyawa ini juga berkorelasi dengan regulasi NF-BB yang
diaturdan potensi farmakologis.Kompilasi semua pengetahuan saat ini sejauh ini yang
kita miliki mengenai Alpinia galanga, terbukti bahwa tanaman tersebut adalah a
pembangkit tenaga listrik potensial dari beberapa molekul timah yang bertanggung
jawab untuk berbagai bioaktivitas.Karenanya, isolasi dan identifikasi mereka molekul
timbal diperlukan untuk membuka jendela baru dalam terapi biologi kanker serta
beberapa penyakit lainnya.(Mitsui, 1976).
23. c. Antioxidant
Aktivitas antioksidan ditunjukkan oleh ekstrak Alpinia galanga 50%
etanol dalam air untuk aktivitas antioksidan dan komposisinya dibandingkan
dengan dua sampel lain, ekstrak air dan minyak esensial. Dengan menggunakan 2,
2-difenil-1-picrylhydrazyl (DPPH) dan kapasitas penyerapan radikal oksigen (ORAC)
aktivitas antioksi dan diukur. Kemampuan pembersihan radikal bebas DPPH
tertinggi dilaporkan dari ekstrak etanol. Nilai ORAC tertinggi diamati jika
dibandingkan dengan ekstrak air dan minyak atsiri (Mahae, 2009). Aktivitas
antioksidan1-acetoxychavicol acetate dan senyawanya yang terkait telah
dilaporkan dari rimpang Alpinia galanga (Kubota, 2001). Ekstrak metanol dari
Alpinia galanga telah dievaluasi untuk kandungan fenolik total (TPC) dan aktivitas
antioksidan (AOA). Menggunakan 1, 1-difenil-2-picrylhydrazyl (DPPH), mengurangi
daya (RP), ion chelating besi dan pemutihan β-karotenpengujian AOA telah
diselidiki. Alpina galanga daun dan bunga menunjukkan kemampuan pemutihan
chelating dan β-karoten tertinggi. Sehingga daun tanaman dapat berfungsi sebagai
sumber makanan potensial antioksidan alami.
24. d. Anti inflmasi
Pada antiinflamasi lengkuas ekstrak aseton berair 80% dari rimpan
lengkuas menyatakan penghambatan pelepasan beta-hexaminida,sebagai penanda
degradasi yang dimediasi antigen-IgE dalam sel menunjukkan aktivitas
penghambatan yang kuat (Matsuda,2003). Ekstrak etanol rimpang lengkuas
memiliki teknik skrining antiinflamasi yang divalidasi secara ilmiah pada tikus oleh
karagen yang menyebabkan pleusy.hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
ekstrak etanol memiliki aktifitas signifikan pada tikus. oleh karena itu lengkuas
memiliki potensi kuat untuk aktivitas anti inflamasi, dan hasil diperoleh memlalui
metode cara panas yang digunakan, akan tetapi kebenaran untuk penyembuhan
secara spesifik masih diragukan sehingga butuh dilakukan penelitian secara
menyeluruh.
25. Pada pengujian parameter spesifik dan non spesifik jika ditemukan hasil
yang kurang baik apalagi pada hasil persentase rendemen dan susut pengeringan
ini dapat disebabkan oleh beberpa faktor seperti, adanya zat asing yang mungkin
tercampur pada simpisia maupun pelarut, dan pada faktor pelarut itu sendir.
pelarut yang digunakan danya pelarut organik ini dikarekan larutan yang akan
dipakai sebagai pelarut seharusnya merupakan pelarut pilihan yang terbaik dan
viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat bersikulasi dengan
mudah.Biasanya, pelarut murni akan diapaki pada awalnya, tetapi setelah proses
ekstraksi berakhir, konsentrasi terlarut akan naik dan laju ekstraksinya turun,
pertama karenagradien konsentrasi akan berkurang dan kedua terlarutnya
menjadi lebih kental (Khophar,1990).
26. Kesimpulan
1. (%) randemen terbanyak didapat melalui metode ekstraksiyaitu mulai yang paling
tinggi yaitu rendemen dari metode refluk di dapatkan 3,867% dan kemudian dari
rendemen infundansi yaitu di dapatkan rendemen 3,5% dan kemudian yang paling
kecil randemen dari metode sokhletasi yaitu 2,8%
2. Uji non spesifik metode refluks sesuai spesifikasi Kemenkes dari uji nonspesifik
metode sokhletasi sudah sesuai dengan Kemenkes sedangkan metode dari infundansi
tidak sesuai dengan spesifikasi bpom
3. Skrining fitokimia didapatkan senyawa paling banyak
4. Potensi anti bakteri/antikanker/antiaging/anti inflamasi terbaik dari ke 3 metode
yang di gunakan yaitu metode refluks
27. Daftar pustaka
Anonim. 2011. Memahami Berbagai Macam penyakit. Dialih bahasakan oleh
Paramita. Jakarta : PT Indeks
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta,
UI Press.
Ditjen POM. (1986). Sediaan Galenik. Jilid II. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Halaman 19 - 22.
Keloko, raju S.P. 2013. Ekstraksi.
Mahae, N., Chalat, C. & Muhamud, P., 2011, Antioxidant And Antimicrobial
Properties Of Chitosan-Sugar Complex, International Food Research Journal,
18, 1543-1551.
Mandiri, Rizky. 2013. Ekstraksi Metode Refluks.
Sudjadi, 1988, Metode Pemisahan, hal 167-177, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah