SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 8
Downloaden Sie, um offline zu lesen
REKOMPAK-JRF
NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 1
Pedoman Perencanaan Drainase Tersier
PEDOMAN PERENCANAAN DRAINASE TERSIER UNTUK PROYEK
REKOMPAK- JRF
1 Umum
Sistem drainase perkotaan akan terdiri atas; saluran primer, sekunder dan tersier. Hal
ini adalah ketentuan umum yang berlaku di Indonesia dan banyak negara lain. Untuk
menyiapkan Master Plan dan Detail Desain untuk jaringan tersier, sekunder dan
primer, maka perlu lebih jauh memperhatikan terhadap perencanaan saluran tersier
yang sering direncanakan dan dibangun sebagai saluran drainase di sisi jalan.
Gambar Tipikal Sistem Jaringan Drainase
Flood Control
(Pengendali Banjir)
Definisi: Sungai yang
melintasi wilayah
kota berfungsi
sebagai
pengendalian banjir,
sehingga tidak
mengganggu
masyarakat dan
dapat memberikan
manfaat bagi
kegiatan kehidupan
manusia
Pengelola: Dinas
Pengairan (SDA)
Sistem Drainase-Tersier
Definisi: Sistem saluran awal yang melayani kawasan kota
tertentu seperti kompleks perumahan, areal pasar,
perkantoran, areal industri dan komersial
Pengelola: Masyarakat, pengembang atau instansi lainnya
Sistem Drainase
Utama
Terdiri dari saluran
drainase primer,
sekunder, dan tersier
beserta bangunan
pelengkapnya
Pengelola:
Pemerintah kota
setempat
Ketentuan umum untuk desain drainase tersier, agar dapat menghindari
kerusakan bahu jalan akibat genangan dan erosi harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
Ketinggian permukaan bibir drainase tersier di sisi jalan tidak boleh
lebih tinggi dari bahu jalan (disesuaikan dengan kondisi jalan)
Kemiringan as jalan menuju ke permukaan bibir drainase tersier di
sisi jalan adalah 2-3 %
REKOMPAK-JRF
NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 2
Pedoman Perencanaan Drainase Tersier
2 Pemilihan Penampang Saluran Drainase Tersier
Ada empat jenis penampang (profile) standard yang umumnya dipakai untuk desain
jaringan tersier perkotaan, disajikan pada gambar tipical berikut :
Gambar Tipikal Penampang Saluran Drainase Tersier
3 Pemilihan Jenis Konstruksi Drainase Tersier
Konsep drainase yang ramah lingkungan (green infrastructure) diterapkan pada
beberapa jenis konstruksi drainase tersier/ lokal, sebagai berikut :
1. Drainase Tanpa Perkerasan
2. Drainase Dengan Perkerasan.
3. Drainase Swale
4. Parit Infiltrasi
REKOMPAK-JRF
NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 3
Pedoman Perencanaan Drainase Tersier
3.1 Drainase Tanpa Perkerasan
Secara umum drainase jalan menggunakan curb yang cenderung mengakibatkan
terakumulasinya aliran air dengan volume besar dan kecepatan aliran yang relatif
tinggi. Dalam kaitannya dengan drainase yang ramah lingkungan, desain drainase
tanpa curb diharapkan dapat lebih mempertinggi kemungkinan terjadinya infiltrasi air
ke dalam tanah. Berm atau cek dam dapat dibangun pada arah melintang saluran
untuk mempertinggi proses infiltrasi.
Gambar Tipikal Drainase Tanpa Perkerasan
Kriteria Desain
• Kemiringan longitudinal < 4 %, direkomendasikan antara 1 – 2 %
• Baik digunakan pada tanah yang memiliki kapasitas infiltrasi
tinggi.
• Penampang saluran berbentuk trapesium, kemiringan lereng antara
(1:1,5) hinga (1:3); Luas penampang basah minimum 0,5 m2.
Untuk bentuk trapesium dengan kemiringan lereng (1:1,5), lebar
dasar saluran adalah sekitar 0,4 m
• Untuk kompleks perumahan, saluran didesain untuk menampung
debit perode ulang 5 tahun.
• Dapat digunakan dengan baik pada permukiman dengan
kepadatan rendah, dan sulit diaplikasikan untuk permukiman
dengan kepadatan tinggi.
• Perbedaan antara elevasi dasar saluran dengan elevasi muka air
tanah sebaiknya lebih dari 60 cm.
• Luas maksimum daerah tangkapan hujan sekitar 2 Ha.
Kelebihan/ Keuntungan
• Merupakan kombinasi antara sistem untuk meminimalisir
kuantitas aliran permukaan sekaligus meningkatkan kualitas
runoff.
• Biaya konstruksi lebih murah dibandingkan dengan saluran
dengan perkerasan.
• Mengurangi kecepatan aliran permukaan.
Kekurangan/ Keterbatasan
• Biaya pemeliharaan lebih tinggi dibandingkan dengan struktur
saluran dengan perkerasan.
• Tidak dapat digunakan untuk area dengan kemiringan lahan yang
curam..
• Memungkinkan terjadinya erosi dasar.
REKOMPAK-JRF
NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 4
Pedoman Perencanaan Drainase Tersier
3.2 Drainase Dengan Perkerasan
Drainase dapat dibuat menggunakan perkerasan (batu kali, beton dll) atau tanpa
perkerasan. Drainase di komplek permukiman banyak dibuat bersamaan dengan
drainase jalan.
Gambar Tipikal Drainase Dengan Perkerasan
Kriteria Desain
• Baik digunakan pada tanah yang mudah tererosi.
• Pada lahan yang terbatas, dapat digunakan penampang saluran
berbentuk persegi.
• Dapat digunakan dengan baik pada permukiman dengan
kepadatan tinggi dan pada lahan dengan kemringan yang terjal.
Kelebihan/ Keuntungan
• Biaya pemeliharaan lebih murah dibandingkan dengan saluran
tanpa perkerasan.
• Tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan saluran
tanpa perkerasan.
Kekurangan/ Keterbatasan
• Biaya konstruksi lebih mahal dibandingkan dengan saluran
dengan tanpa perkerasan
• Kecepatan aliran tinggi, tidak memungkinkan adanya infiltrasi
dari saluran, debit akumulasi runoff tinggi.
3.3 Drainase Swale
Perbedaan antara drainase swale dan konvensional (tradisional) terdapat pada
penggunaan media penyaring polutan. Struktur swale dilengkapi dengam media
penyaring untuk mengurangi kadar polutan dari air limpasan hujan, sehingga air yang
mengalir setelah melalui struktur swale diharapkan memiliki kualitas air yang lebih
baik.
Berdasarkan karakteristik genangan air struktur swale terbagi menjadi dua tipe yaitu
Drainase Swale Sistem Kering dan Sistem Tergenang:
REKOMPAK-JRF
NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 5
Pedoman Perencanaan Drainase Tersier
Drainase Swale Sistem Kering.
Struktur ini adalah berupa drainase yang diberi vegetasi (rumput) serta lapisan
penyaring di dasar saluran untuk mencegah lapisan tanah terbawa oleh aliran air.
Karena kondisinya yang hampir selalu kering, struktur ini baik untuk digunakan di
daerah permukiman.
Gambar Tipikal Drainase Swale Sistem Kering
Drainase Swale Sistem Tergenang
Struktur ini adalah berupa drainase dengan vegetasi (rumput) pada daerah rawa atau
daerah yang memiliki elevasi muka air tanah yang tinggi. Jika muka air tinggi,
struktur ini tergenang oleh air sedangkan jika muka air rendah, struktur ini kering.
Gambar Tipikal Drainase Swale Sistem Tergenang
Kriteria Desain
• Kemiringan longitudinal < 4 %
• Kemiringan lereng (1:2) atau lebih landai, direkomendasikan (1:4)
• Lebar dasar saluran 0,5 – 2,5 m
• Didesain untuk menampung debit periode ulang 25 tahun dengan
freeboard sekitar 15 cm
• Dapat digunakan dengan baik pada permukiman dengan
kepadatan tinggi
• Luas maksimum daerah tangkapan hujan sekitar 2,5 Ha
Kelebihan/ Keuntungan
• Merupakan kombinasi antara system untuk meminimalisir
kuantitas aliran permukaan sekaligus meningkatkan kualitas
runoff.
• Biaya konstruksi lebih murah dibandingkan dengan saluran
struktur perkerasan
• Mengurangi kecepatan aliran permukaan.
REKOMPAK-JRF
NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 6
Pedoman Perencanaan Drainase Tersier
Kekurangan/ Keterbatasan
• Biaya pemeliharaan lebih tinggi dibandingkan dengan saluran
struktur perkerasan.
• Tidak dapat digunakan untuk area dengan kemiringan lahan yang
curam.
• Memungkinkan terjadinya akumulasi sedimen
• Memungkinkan timbulnya bau yang tidak sedap serta
berkembangnya nyamuk (jika air selalu menggenang).
3.4 Parit Infiltrasi
Secara umum struktur ini adalah berupa parit yang diisi oleh agregat batu sehingga
memungkinkan penyerapan limpasan air hujan melalui dinding dan dasar parit. Parit
infiltrasi didesain dengan lapisan filter dan kemudian diisi oleh batu kerikil sehingga
parit ini dapat berfungsi sebagai reservoir bawah tanah yang dapat menampung beban
air limpasan hujan sesuai rencana. Air limpasan hujan yang tertampung dalam parit
ini diharapkan berangsur-angsur akan menyerap ke dalam tanah.
Sistem ini memerlukan struktur pencegah sedimen, sehingga sedimen yang mengalir
bersama air limpasan hujan dapat tertahan dan tidak ikut masuk ke dalam parit.
Struktur tambahan seperti saringan, atau struktur penahan sedimen lainnya perlu di
desain bersamaan dengan parit infiltrasi.
Gambar Tipikal Parit Infiltrasi
Kriteria Desain
• Luas maksimum daerah tangkapan hujan sekitar 2,5 Ha. Tingkat
infiltrasi tanah harus lebih besar dari 1,5 cm/jam.
• Kedalaman parit antara 1 – 2,5 m diisi dengan agregat batu
berdiameter 4 – 7 cm.
• Memerlukan adanya struktur pencegah sedimen dan sumur
pengamatan perkolasi
Kelebihan/ Keuntungan
• Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan dapat menambah
volume air tanah.
• Dapat diaplikasikan pada daerah yang tidak terlalu luas dengan
jenis tanah yang relatif lolos air (porous)
REKOMPAK-JRF
NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 7
Pedoman Perencanaan Drainase Tersier
• Dapat digunakan untuk permukiman daerah padat maupun tidak
padat.
Kekurangan/ Keterbatasan
• Kemungkinan terjadinya aliran polutan ke dalam air tanah, karena
itu tidak dipakai untuk sistem tercampur.
• Potensi penyumbatan tinggi, sehingga sebaiknya tidak digunakan
di daerah dengan jenis tanah yang relatif halus (lempung, lanau)
• Tidak dapat digunakan di daerah komersial.
• Memerlukan penyelidikan geoteknik sebelum diaplikasikan.
4 Penerapan Drainase Tersier Terhadap Morfologi Lokasi
Kemungkinan penerapan drainase tersier terhadap morfologi lokasi adalah sebagai
berikut :
Morfologi Lokasi
Drainase
Tanpa
Perkerasan
Drainase
Dengan
Perkerasan
Drainase
Swale
Sistem
Kering
Drainase
Swale
Sistem
Tergenang
Parit Infiltrasi
1 Daerah Dataran / Pantai
(slope 0 - 5 %)
Kepadatan penduduk rendah XX 0 XX XX X (m.a.t. tinggi)
(< 150 jiwa/ha)
Kepadatan penduduk tinggi 0 XX 0 0 X (m.a.t. tinggi)
(>= 150 jiwa/ha)
2 Daerah Aliran Sungai
(slope 5 - 15 %)
Kepadatan penduduk rendah X (cek dam) 0 0 X (cek dam) XX
(< 150 jiwa/ha)
Kepadatan penduduk tinggi 0 XX 0 0 XX
(>= 150 jiwa/ha)
3 Daerah Berbukit
(slope > 15 %)
Kepadatan penduduk rendah 0 XX 0 0 XX
(< 150 jiwa/ha)
Kepadatan penduduk tinggi 0 XX 0 0 XX
(>= 150 jiwa/ha)
Keterangan :
XX = sangat layak m.a.t =muka air tanah
X = layak dengan syarat tertentu
0 = kurang layak
REKOMPAK-JRF
NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 8
Pedoman Perencanaan Drainase Tersier
5 Buku Referensi
Adapun untuk merencanakan drainase perkotaan (saluran tersier, sekunder dan
primer) dapat mengacu pada beberapa buku referensi sebagai berikut :
Urban Stormwater Management Manual for Malaysia
Aceh Guideline for Improvement of Urban Drainage System, Manual 01
– Survey and Inventory of Urban Drains.
Aceh Guideline for Improvement of Urban Drainage System, Manual 02
– Urban Drainage Management with GIS - Kikker.
Aceh Guideline for Improvement of Urban Drainage System, Manual 03
– Design and Costing of Urban Tertiary Drains

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Dian Werokila
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
infosanitasi
 

Was ist angesagt? (20)

Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Drainase Perkotaan, Bagian 1
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Drainase Perkotaan, Bagian 1Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Drainase Perkotaan, Bagian 1
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Drainase Perkotaan, Bagian 1
 
Bangunan pelengkap-instalasi-drainase-bab-5
Bangunan pelengkap-instalasi-drainase-bab-5Bangunan pelengkap-instalasi-drainase-bab-5
Bangunan pelengkap-instalasi-drainase-bab-5
 
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 2
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 2Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 2
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 2
 
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase PerkotaanTata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
 
Pola Penanganan Drainase Perkotaan
Pola Penanganan Drainase PerkotaanPola Penanganan Drainase Perkotaan
Pola Penanganan Drainase Perkotaan
 
Sistem Drainase Kota
Sistem Drainase KotaSistem Drainase Kota
Sistem Drainase Kota
 
Drainase
DrainaseDrainase
Drainase
 
Kelompok 3 (prasarana drainase perkotaan)
Kelompok 3 (prasarana drainase perkotaan)Kelompok 3 (prasarana drainase perkotaan)
Kelompok 3 (prasarana drainase perkotaan)
 
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
(MKJI) manual kapasitas jalan indonesia
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 4
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 4Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 4
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 4
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
 
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA SampahTata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Buku Panduan Pengembangan Air Minum
Buku Panduan Pengembangan Air MinumBuku Panduan Pengembangan Air Minum
Buku Panduan Pengembangan Air Minum
 
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
 
Rencana Induk Persampahan (Master Plan)
Rencana Induk Persampahan (Master Plan)Rencana Induk Persampahan (Master Plan)
Rencana Induk Persampahan (Master Plan)
 
Bab 2 gambaran umum
Bab 2 gambaran umumBab 2 gambaran umum
Bab 2 gambaran umum
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
 
Drainase
DrainaseDrainase
Drainase
 

Andere mochten auch

DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...
DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...
DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...
Maytri Handayani
 
Rekayasa Drainase
Rekayasa Drainase Rekayasa Drainase
Rekayasa Drainase
Juleha Usmad
 

Andere mochten auch (6)

Gambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseGambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainase
 
DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...
DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...
DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...
 
Tata Cara Penyusunan Detail Desain (DED) Drainase Perkotaan - bagian 1
Tata Cara Penyusunan Detail Desain (DED) Drainase Perkotaan -  bagian 1Tata Cara Penyusunan Detail Desain (DED) Drainase Perkotaan -  bagian 1
Tata Cara Penyusunan Detail Desain (DED) Drainase Perkotaan - bagian 1
 
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah adaMetode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
 
Contoh metoda pelaksanaan drainase
Contoh metoda pelaksanaan drainaseContoh metoda pelaksanaan drainase
Contoh metoda pelaksanaan drainase
 
Rekayasa Drainase
Rekayasa Drainase Rekayasa Drainase
Rekayasa Drainase
 

Ähnlich wie Pedoman desain drainase tersier

materi kuliah sistem irigasi materi 1 sistem
materi kuliah sistem irigasi materi 1 sistemmateri kuliah sistem irigasi materi 1 sistem
materi kuliah sistem irigasi materi 1 sistem
vandamustika
 
78-3. MATERI SOSIALISASI RAPERMEN_NARASUMBER PPLP.ppt
78-3. MATERI SOSIALISASI RAPERMEN_NARASUMBER PPLP.ppt78-3. MATERI SOSIALISASI RAPERMEN_NARASUMBER PPLP.ppt
78-3. MATERI SOSIALISASI RAPERMEN_NARASUMBER PPLP.ppt
PaEThofaMazaya1
 

Ähnlich wie Pedoman desain drainase tersier (20)

Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Penampungan dan Penga...
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Penampungan dan Penga...Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Penampungan dan Penga...
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Penampungan dan Penga...
 
Inspeksi_dan_Pemeliharaan_Drainase (1).pptx
Inspeksi_dan_Pemeliharaan_Drainase (1).pptxInspeksi_dan_Pemeliharaan_Drainase (1).pptx
Inspeksi_dan_Pemeliharaan_Drainase (1).pptx
 
Drainase jalan raya 12
Drainase jalan raya 12Drainase jalan raya 12
Drainase jalan raya 12
 
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
 
Slide-CIV-313-pertemuan-6-drainase-jalan.pptx
Slide-CIV-313-pertemuan-6-drainase-jalan.pptxSlide-CIV-313-pertemuan-6-drainase-jalan.pptx
Slide-CIV-313-pertemuan-6-drainase-jalan.pptx
 
Dewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipilDewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipil
 
Spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir  SampahSpesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir  Sampah
Spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir Sampah
 
Bak air baku
Bak air bakuBak air baku
Bak air baku
 
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam PertanianPPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
 
Irigasi 2.pptx
Irigasi 2.pptxIrigasi 2.pptx
Irigasi 2.pptx
 
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainaseModul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
 
Perhitungan_Saluran_dan_Drainase.pdf
Perhitungan_Saluran_dan_Drainase.pdfPerhitungan_Saluran_dan_Drainase.pdf
Perhitungan_Saluran_dan_Drainase.pdf
 
05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdf05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdf
 
bukuajar drainase perkotaan.pdf
bukuajar drainase perkotaan.pdfbukuajar drainase perkotaan.pdf
bukuajar drainase perkotaan.pdf
 
Perencanaan pengembangan sistem jaringan
Perencanaan pengembangan sistem jaringanPerencanaan pengembangan sistem jaringan
Perencanaan pengembangan sistem jaringan
 
14 darinase permukaan
14   darinase permukaan14   darinase permukaan
14 darinase permukaan
 
materi kuliah sistem irigasi materi 1 sistem
materi kuliah sistem irigasi materi 1 sistemmateri kuliah sistem irigasi materi 1 sistem
materi kuliah sistem irigasi materi 1 sistem
 
System Planning Jaringan Irigasi Rawa.pptx
System Planning Jaringan Irigasi Rawa.pptxSystem Planning Jaringan Irigasi Rawa.pptx
System Planning Jaringan Irigasi Rawa.pptx
 
Drainase
DrainaseDrainase
Drainase
 
78-3. MATERI SOSIALISASI RAPERMEN_NARASUMBER PPLP.ppt
78-3. MATERI SOSIALISASI RAPERMEN_NARASUMBER PPLP.ppt78-3. MATERI SOSIALISASI RAPERMEN_NARASUMBER PPLP.ppt
78-3. MATERI SOSIALISASI RAPERMEN_NARASUMBER PPLP.ppt
 

Pedoman desain drainase tersier

  • 1. REKOMPAK-JRF NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 1 Pedoman Perencanaan Drainase Tersier PEDOMAN PERENCANAAN DRAINASE TERSIER UNTUK PROYEK REKOMPAK- JRF 1 Umum Sistem drainase perkotaan akan terdiri atas; saluran primer, sekunder dan tersier. Hal ini adalah ketentuan umum yang berlaku di Indonesia dan banyak negara lain. Untuk menyiapkan Master Plan dan Detail Desain untuk jaringan tersier, sekunder dan primer, maka perlu lebih jauh memperhatikan terhadap perencanaan saluran tersier yang sering direncanakan dan dibangun sebagai saluran drainase di sisi jalan. Gambar Tipikal Sistem Jaringan Drainase Flood Control (Pengendali Banjir) Definisi: Sungai yang melintasi wilayah kota berfungsi sebagai pengendalian banjir, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia Pengelola: Dinas Pengairan (SDA) Sistem Drainase-Tersier Definisi: Sistem saluran awal yang melayani kawasan kota tertentu seperti kompleks perumahan, areal pasar, perkantoran, areal industri dan komersial Pengelola: Masyarakat, pengembang atau instansi lainnya Sistem Drainase Utama Terdiri dari saluran drainase primer, sekunder, dan tersier beserta bangunan pelengkapnya Pengelola: Pemerintah kota setempat Ketentuan umum untuk desain drainase tersier, agar dapat menghindari kerusakan bahu jalan akibat genangan dan erosi harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut : Ketinggian permukaan bibir drainase tersier di sisi jalan tidak boleh lebih tinggi dari bahu jalan (disesuaikan dengan kondisi jalan) Kemiringan as jalan menuju ke permukaan bibir drainase tersier di sisi jalan adalah 2-3 %
  • 2. REKOMPAK-JRF NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 2 Pedoman Perencanaan Drainase Tersier 2 Pemilihan Penampang Saluran Drainase Tersier Ada empat jenis penampang (profile) standard yang umumnya dipakai untuk desain jaringan tersier perkotaan, disajikan pada gambar tipical berikut : Gambar Tipikal Penampang Saluran Drainase Tersier 3 Pemilihan Jenis Konstruksi Drainase Tersier Konsep drainase yang ramah lingkungan (green infrastructure) diterapkan pada beberapa jenis konstruksi drainase tersier/ lokal, sebagai berikut : 1. Drainase Tanpa Perkerasan 2. Drainase Dengan Perkerasan. 3. Drainase Swale 4. Parit Infiltrasi
  • 3. REKOMPAK-JRF NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 3 Pedoman Perencanaan Drainase Tersier 3.1 Drainase Tanpa Perkerasan Secara umum drainase jalan menggunakan curb yang cenderung mengakibatkan terakumulasinya aliran air dengan volume besar dan kecepatan aliran yang relatif tinggi. Dalam kaitannya dengan drainase yang ramah lingkungan, desain drainase tanpa curb diharapkan dapat lebih mempertinggi kemungkinan terjadinya infiltrasi air ke dalam tanah. Berm atau cek dam dapat dibangun pada arah melintang saluran untuk mempertinggi proses infiltrasi. Gambar Tipikal Drainase Tanpa Perkerasan Kriteria Desain • Kemiringan longitudinal < 4 %, direkomendasikan antara 1 – 2 % • Baik digunakan pada tanah yang memiliki kapasitas infiltrasi tinggi. • Penampang saluran berbentuk trapesium, kemiringan lereng antara (1:1,5) hinga (1:3); Luas penampang basah minimum 0,5 m2. Untuk bentuk trapesium dengan kemiringan lereng (1:1,5), lebar dasar saluran adalah sekitar 0,4 m • Untuk kompleks perumahan, saluran didesain untuk menampung debit perode ulang 5 tahun. • Dapat digunakan dengan baik pada permukiman dengan kepadatan rendah, dan sulit diaplikasikan untuk permukiman dengan kepadatan tinggi. • Perbedaan antara elevasi dasar saluran dengan elevasi muka air tanah sebaiknya lebih dari 60 cm. • Luas maksimum daerah tangkapan hujan sekitar 2 Ha. Kelebihan/ Keuntungan • Merupakan kombinasi antara sistem untuk meminimalisir kuantitas aliran permukaan sekaligus meningkatkan kualitas runoff. • Biaya konstruksi lebih murah dibandingkan dengan saluran dengan perkerasan. • Mengurangi kecepatan aliran permukaan. Kekurangan/ Keterbatasan • Biaya pemeliharaan lebih tinggi dibandingkan dengan struktur saluran dengan perkerasan. • Tidak dapat digunakan untuk area dengan kemiringan lahan yang curam.. • Memungkinkan terjadinya erosi dasar.
  • 4. REKOMPAK-JRF NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 4 Pedoman Perencanaan Drainase Tersier 3.2 Drainase Dengan Perkerasan Drainase dapat dibuat menggunakan perkerasan (batu kali, beton dll) atau tanpa perkerasan. Drainase di komplek permukiman banyak dibuat bersamaan dengan drainase jalan. Gambar Tipikal Drainase Dengan Perkerasan Kriteria Desain • Baik digunakan pada tanah yang mudah tererosi. • Pada lahan yang terbatas, dapat digunakan penampang saluran berbentuk persegi. • Dapat digunakan dengan baik pada permukiman dengan kepadatan tinggi dan pada lahan dengan kemringan yang terjal. Kelebihan/ Keuntungan • Biaya pemeliharaan lebih murah dibandingkan dengan saluran tanpa perkerasan. • Tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan saluran tanpa perkerasan. Kekurangan/ Keterbatasan • Biaya konstruksi lebih mahal dibandingkan dengan saluran dengan tanpa perkerasan • Kecepatan aliran tinggi, tidak memungkinkan adanya infiltrasi dari saluran, debit akumulasi runoff tinggi. 3.3 Drainase Swale Perbedaan antara drainase swale dan konvensional (tradisional) terdapat pada penggunaan media penyaring polutan. Struktur swale dilengkapi dengam media penyaring untuk mengurangi kadar polutan dari air limpasan hujan, sehingga air yang mengalir setelah melalui struktur swale diharapkan memiliki kualitas air yang lebih baik. Berdasarkan karakteristik genangan air struktur swale terbagi menjadi dua tipe yaitu Drainase Swale Sistem Kering dan Sistem Tergenang:
  • 5. REKOMPAK-JRF NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 5 Pedoman Perencanaan Drainase Tersier Drainase Swale Sistem Kering. Struktur ini adalah berupa drainase yang diberi vegetasi (rumput) serta lapisan penyaring di dasar saluran untuk mencegah lapisan tanah terbawa oleh aliran air. Karena kondisinya yang hampir selalu kering, struktur ini baik untuk digunakan di daerah permukiman. Gambar Tipikal Drainase Swale Sistem Kering Drainase Swale Sistem Tergenang Struktur ini adalah berupa drainase dengan vegetasi (rumput) pada daerah rawa atau daerah yang memiliki elevasi muka air tanah yang tinggi. Jika muka air tinggi, struktur ini tergenang oleh air sedangkan jika muka air rendah, struktur ini kering. Gambar Tipikal Drainase Swale Sistem Tergenang Kriteria Desain • Kemiringan longitudinal < 4 % • Kemiringan lereng (1:2) atau lebih landai, direkomendasikan (1:4) • Lebar dasar saluran 0,5 – 2,5 m • Didesain untuk menampung debit periode ulang 25 tahun dengan freeboard sekitar 15 cm • Dapat digunakan dengan baik pada permukiman dengan kepadatan tinggi • Luas maksimum daerah tangkapan hujan sekitar 2,5 Ha Kelebihan/ Keuntungan • Merupakan kombinasi antara system untuk meminimalisir kuantitas aliran permukaan sekaligus meningkatkan kualitas runoff. • Biaya konstruksi lebih murah dibandingkan dengan saluran struktur perkerasan • Mengurangi kecepatan aliran permukaan.
  • 6. REKOMPAK-JRF NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 6 Pedoman Perencanaan Drainase Tersier Kekurangan/ Keterbatasan • Biaya pemeliharaan lebih tinggi dibandingkan dengan saluran struktur perkerasan. • Tidak dapat digunakan untuk area dengan kemiringan lahan yang curam. • Memungkinkan terjadinya akumulasi sedimen • Memungkinkan timbulnya bau yang tidak sedap serta berkembangnya nyamuk (jika air selalu menggenang). 3.4 Parit Infiltrasi Secara umum struktur ini adalah berupa parit yang diisi oleh agregat batu sehingga memungkinkan penyerapan limpasan air hujan melalui dinding dan dasar parit. Parit infiltrasi didesain dengan lapisan filter dan kemudian diisi oleh batu kerikil sehingga parit ini dapat berfungsi sebagai reservoir bawah tanah yang dapat menampung beban air limpasan hujan sesuai rencana. Air limpasan hujan yang tertampung dalam parit ini diharapkan berangsur-angsur akan menyerap ke dalam tanah. Sistem ini memerlukan struktur pencegah sedimen, sehingga sedimen yang mengalir bersama air limpasan hujan dapat tertahan dan tidak ikut masuk ke dalam parit. Struktur tambahan seperti saringan, atau struktur penahan sedimen lainnya perlu di desain bersamaan dengan parit infiltrasi. Gambar Tipikal Parit Infiltrasi Kriteria Desain • Luas maksimum daerah tangkapan hujan sekitar 2,5 Ha. Tingkat infiltrasi tanah harus lebih besar dari 1,5 cm/jam. • Kedalaman parit antara 1 – 2,5 m diisi dengan agregat batu berdiameter 4 – 7 cm. • Memerlukan adanya struktur pencegah sedimen dan sumur pengamatan perkolasi Kelebihan/ Keuntungan • Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan dapat menambah volume air tanah. • Dapat diaplikasikan pada daerah yang tidak terlalu luas dengan jenis tanah yang relatif lolos air (porous)
  • 7. REKOMPAK-JRF NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 7 Pedoman Perencanaan Drainase Tersier • Dapat digunakan untuk permukiman daerah padat maupun tidak padat. Kekurangan/ Keterbatasan • Kemungkinan terjadinya aliran polutan ke dalam air tanah, karena itu tidak dipakai untuk sistem tercampur. • Potensi penyumbatan tinggi, sehingga sebaiknya tidak digunakan di daerah dengan jenis tanah yang relatif halus (lempung, lanau) • Tidak dapat digunakan di daerah komersial. • Memerlukan penyelidikan geoteknik sebelum diaplikasikan. 4 Penerapan Drainase Tersier Terhadap Morfologi Lokasi Kemungkinan penerapan drainase tersier terhadap morfologi lokasi adalah sebagai berikut : Morfologi Lokasi Drainase Tanpa Perkerasan Drainase Dengan Perkerasan Drainase Swale Sistem Kering Drainase Swale Sistem Tergenang Parit Infiltrasi 1 Daerah Dataran / Pantai (slope 0 - 5 %) Kepadatan penduduk rendah XX 0 XX XX X (m.a.t. tinggi) (< 150 jiwa/ha) Kepadatan penduduk tinggi 0 XX 0 0 X (m.a.t. tinggi) (>= 150 jiwa/ha) 2 Daerah Aliran Sungai (slope 5 - 15 %) Kepadatan penduduk rendah X (cek dam) 0 0 X (cek dam) XX (< 150 jiwa/ha) Kepadatan penduduk tinggi 0 XX 0 0 XX (>= 150 jiwa/ha) 3 Daerah Berbukit (slope > 15 %) Kepadatan penduduk rendah 0 XX 0 0 XX (< 150 jiwa/ha) Kepadatan penduduk tinggi 0 XX 0 0 XX (>= 150 jiwa/ha) Keterangan : XX = sangat layak m.a.t =muka air tanah X = layak dengan syarat tertentu 0 = kurang layak
  • 8. REKOMPAK-JRF NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java 8 Pedoman Perencanaan Drainase Tersier 5 Buku Referensi Adapun untuk merencanakan drainase perkotaan (saluran tersier, sekunder dan primer) dapat mengacu pada beberapa buku referensi sebagai berikut : Urban Stormwater Management Manual for Malaysia Aceh Guideline for Improvement of Urban Drainage System, Manual 01 – Survey and Inventory of Urban Drains. Aceh Guideline for Improvement of Urban Drainage System, Manual 02 – Urban Drainage Management with GIS - Kikker. Aceh Guideline for Improvement of Urban Drainage System, Manual 03 – Design and Costing of Urban Tertiary Drains