2. 1. Pendekatan Dalam Manajemen Pendidikan
Islam.
2. Tantangan Dalam Manajemen Pendidikan Islam
di Era Globalisasi.
3. Menghadapi Tantangan Dalam Manajemen
Pendidikan Islam di Era Globalisasi.
2
3. Pengertian Pendekatan
Pendekatan menurut H.M Habib thaha adalah cara pemrosesan
subyek atas obyek untuk mencapai tujuan. Pendekatan ini juga
berarti cara pandang terhadap sebuah obyek permasalahan,
dimana cara pandang tersebut memiliki cakupan yang luas.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Oteng sutisna, M.Sc., pendekatan
adalah apa yang hendak ia kerjakan dan bagaimana ia akan
mengerjakan sesuatu. Yang pertama disebut pendekatan dalam
pengertian “tugas” dan yang kedua adalah pendekatan dalam
pengertian “proses”.
3
Prof. Dr. Oteng Sutisna, M. Sc., Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional (Bandung: Angkasa , 1983), hlm. 35-36.
4. Penggunaan istilah “pendekatan” memiliki arti yang berbeda-beda
tergantung kepada obyek apa yang akan menjadi tema sentral
perencanaan kerja dan kajian pemikiran apa yang akan
dikembangkan. Dalam konteks belajar, pendekatan dipahami sebagai
segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik untuk
menunjang efisiensi dan efektifitas dalam proses pembelajaran
tertentu. Dengan demikian pendekatan adalah seperangkat langkah
operasional yang direkayasa sedemikian rupa, untuk memecahkan
masalah atau untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
4
Ulul Azmi, Pendekatan Dalam Pendidikan Islam, dalam http://Ululazmi-
zabaz.blogspot.com/2011/03/pendekatan-dalam-pendidikan-islam_25.html?m=1
diunggah pada Jumat 25 Maret 2011.
5. 1. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian
John Dewey yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan
baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui
dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi
disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang
tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisa
data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu
maupun kelompok.
Ahmad Badruzaman, Strategi Dan Pendekatan Dalam Pembelajaran (Yogyakarta: Ar
Ruuz, 2006).
Macam-Macam Pendekatan dalam
Manajemen Pendidikan Islam
5
6. 2. Pendekatan Sains
Pendekatan Sains adalah suatu pengkajian pendidikan untuk
menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan
menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Melalui
pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau
ilmu pendidikan.
3. Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis adalah suatu pendekatan yang menelaah
dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan
menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutukan filsafat
karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan
pendidikan semata yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam
pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas,
kompleks dan lebih mendalam. Cara kerja pendekatan filsafat
dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang radikal,
sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan.
Uyoh, Sadullah, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: PT. Media Iptek, 1994).
6
7. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001).
7
4. Pendekatan Religius
Pendekatan religius adalah suatu pendekatan untuk menyusun
teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada
ajaran agama. Didalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai
tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk
menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis
pendidikan.
Cara kerja pendekatan religius berbeda dengan pendekatan
sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan
sepenuhnya pada akal atau rasio. Dalam pendekatan religius titik
tolaknya adalah keimanan, pendekatan religius menuntut orang
untuk meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam
agama baru kemudian mengerti.
8. 1. Krisis Moral-Akhlak
Memperhatikan kenyataan merosotnya akhlak sebagian besar
bangsa kita, tentunya penyelenggara pendidikan agama beserta
para guru agama dan dosen agama tergugah untuk merasa
bertanggung jawab guna meningkatkan kualitas pelaksanaan
pendidikan agama agar mampu membantu mengatasi kemerosotan
akhlak yang sudah parah itu. Kemerosotan akhlak bangsa
disebabkan oleh banyak faktor, seperti pengaruh globalisasi, krisis
ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lain-lain.
8
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 25.
9. Disinilah tantangan terbesar bagi sekolah- sekolah Agama
Islam, yakni melahirkan intelektual muslim yang mampu melahirkan
konsep-konsep Islamiah yang aplikatif dalam masyarakat Islam
yang hidup dalam era globalisasi ini. Khususnya untuk masyarakat
Islam Indonesia, kebhinekaan masyarakat Indonesia merupakan
tantangan tersendiri bagi perumusan konsep-konsep tersebut.
Tuntutan masa depan bagi Sekolah Tinggi Agama Islam adalah
menghasilkan alumni yang memiliki moral yang tinggi serta
kedalaman ilmu pengetahuan. Selain itu secara institusi, Perguruan
Tinggi Agama Islam diharapkan dapat mengaplikasikan nilai-nilai
moral yang tinggi secara internal di lingkungan kampus dan dapat
menyebarluaskan di masyarakat.
Syahrin Harahap, Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi (Yogyakarta: TIARA WACANA
YOGYA, 1998), hlm. 17.
9
10. 2. Masih Kuatnya Manajemen Patriarki
Dalam ruang lingkup lembaga pendidikan agama/keagamaan
masih sering kita dapatkan manajemen patriarki (kekeluargaan).
Artinya semua unsur pemangku kebijakan di lembaga tersebut
adalah terdiri dari satu keluarga-kerabat, misalnya dari unsur ketua
yayasan, pembina, pengawas, pengurus, kepala sekolah, bahkan
guru dan staf. Pendekatan manajemen seperti ini dalam banyak hal
akan menimbulkan disfungsi manajemen organisasi kelembagaan
pendidikan yang ada, hal tersebut sudah barang tentu akan
menggangu profesionalitas manajemen pengelolaan lembaga
tersebut, sehingga dapat dikatakan tingkat akuntabilitasnya sulit
dipertanggungjawabkan.
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 28.
10
11. 3. Semakin diminatinya Pendidikan Umum
Telah lama dirasakan bahwa sekolah agama islam dianggap
sebagai “kelas kedua”. Mereka masuk sekolah islam setelah mereka
tidak diterima di sekolah umum. Pendidikan Umum yang ternyata
lebih mampu menghadapi tantangan duniawi dalam arti jasmaniah
dan materi, sedangkan pendidikan umum yang lebih bercorak Islam
milik lembaga atau yayasan umat Islam tidak mampu bersaing
dalam segi kualitas dan kuantitas.
Syahrin Harahap, Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi (Yogyakarta: TIARA
WACANA YOGYA, 1998), hlm. 81.
11
12. 4. Pendidikan menjadi tuntutan duniawi
Masyarakat cenderung untuk memilih pendidikan yang lebih
dapat menjawab tuntutan dan tantangan atas kebutuhan hidup
duniawi. Sedangkan Pendidikan Umum hanya memberikan bagian
waktu yang kecil bagi Pelajaran Agama, misalnya hanya 2 kali 45
menit saja dalam satu minggu. Berarti kekurangan yang terjadi
dalam Pendidikan Agama ini harus diperoleh dari sumber-sumber
lain (pendidikan non formal). Jika kekurangan ini tidak terisi berarti
akan hilanglah keseimbangan antara IMTAQ dan IPTEK dari pada
peserta didik. Akibat Pendidikan Umum telah “lebih mampu”
menjawab tantangan duniawi dan materi dari masyarakat, maka
Pendidikan Agama dalam arti lembaga (institusionil) merupakan
pendidikan yang kurang mempunyai daya tarik bagi sebagian
masyarakat Islam Indonesia.
Syahrin Harahap, Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi (Yogyakarta: TIARA WACANA
YOGYA, 1998), hlm. 82.
12
13. 1. Para lulusan yang berminat kembali ke desa, sudah barang
tentu di samping keharusan untuk mampu beradaptasi dengan
suasana kehidupan pedesaan-agraris namun bercampur
dengan lembaga-lembaga modernitas, mereka tentunya
diharapkan mampu memberikan santunan keagamaan dalam
tingkatan yang elementer.
2. Para lulusan yang memilih tinggal bersama dengan masyarakat
perkotaan dan terlibat aktivitas di lapangan birokratis baik
pemerintahan maupun swasta. Kepada mereka ini dititipkan
harapan agar mampu mewarnai suasana birokratis itu dengan
sentuhan-sentuhan religi sehingga perkembangan warga
birokratis sebagai kelompok elit strategis masyarakat dapat
membawa kemajuan bagi perkembangan masyarakat.
Masyarakat perkotaan sebagai pengaruh dari kehidupan
modernitas itu telah mulai dirasakan sebagai tragedi
dehumanisasi. Untuk agama hendaknya dapat dijadikan
sebagai terapi untuk melakukan penyembuhan itu.
13
14. 3. Para lulusan yang tidak berminat terlibat di lapangan birokrasi
tetapi lebih memusatkan perhatian untuk memberikan
sumbanggan pemikiran-pemikiran filosofis kepada jalannya
pembangunan bangsa. Para lulusan perguruan tinggi Islam
tersebut mempersiapkan dirinya sebagai kritikus terhadap
perjalanan kehidupan masyarakat.
Syahrin Harahap, Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi (Yogyakarta: TIARA
WACANA YOGYA, 1998), hlm. 207-209.
14
15. Pertanyaan
Sebagai seorang pendidik, apa yang harus dilakukan untuk
menghadapi krisis akhlak?
Apa yang menyebabkan pendidikan umum lebih diminati
daripada pendidikan agama?
Menurut anda mana pendekatan yang sering digunakan
dalam manajemen pendidikan islam?
Bolehkah pendekatan sains atau filosofis diterapkan dalam
manajemen pendidikan islam tanpa dibarengioleh
pendekatan religius?
Bagaiman caranya untuk menanggulangi seseorang yang
melakukan pendekatan yang merujuk pada pendekatan
filsafat?
Apakah tantangan dalam manajemen pendidkan islam hanya
terpaku pada keempat tantangan tersebut?