1. Awas, Bullying di Sekolah!
(Sebuah Catatan Harian untuk Almamaterku Tercinta,
Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta)
Bullying di sekolah adalah penindasan yang dilakukan
terhadap teman sebaya yang dianggap lebih lemah.
Fenomena ini ‘bisa’ terjadi oleh dan bagi siapa pun,
kapan pun di mana pun, termasuk di almamaterku
tercinta. Nah, Bagaimana kita tahu bahwa anak-anak
kita menjadi korban bullying? Karena, terkadang, anak
menjadi korban bullying di sekolah, tetapi – karena kita
tak melihatnya sendiri, kita tidak pernah tahu.
Apa itu Bullying?
Bullying adalah tindakan mengintimidasi dan memaksa
seorang individu atau kelompok yang lebih lemah untuk
melakukan sesuatu di luar kehendak mereka, dengan maksud
untuk membahayakan fisik, mental atau emosional melalui
pelecehan dan penyerangan. Orang tua sering tidak menyadari,
anaknya menjadi korban bullying di sekolah.
Bentuk yang paling umum dari bentuk penindasan/
bullying di sekolah adalah pelecehan verbal, yang bisa datang
dalam bentuk ejekan, menggoda atau meledek dalam penyebutan
nama. Jika tidak diperhatikan, bentuk penyalahgunaan ini dapat
meningkat menjadi teror fisik seperti menendang, meronta-ronta
dan bahkan – karena tidak terpantau – bisa berupa ‘tindakan
kekerasan seksual’.
Mengapa Anak-anak Melakukan Bullying?
Biasanya pelaku memulai bullying di sekolah pada usia
muda, dengan melakukan teror pada anak laki-laki dan
perempuan secara emosional atau intimidasi psikologis. Anak
mengganggu karena berbagai alasan. Biasanya karena mencari
perhatian dari teman sebaya dan orang tua mereka, atau juga
1
2. karena merasa penting dan merasa memegang kendali. Banyak
juga bullying di sekolah dipacu karena meniru tindakan orang
dewasa atau program televisi.
[Artikel terkait : Memilih Tayangan Kartun Untuk Anak]
James (bukan nama sebenarnya) yang selalu menindas
saat masih anak-anak, mengatakan bahwa ia melakukannya
sebagai cara mencari teman di sekolah. Dia menambahkan,
“Biasanya tukang gertak ini orang yang paling merasa tidak
aman di kelas.”
Efek dari Bullying di Sekolah
Penindasan memiliki efek jangka panjang pada korban
dan si penindas itu sendiri. Untuk korban, perlakuan itu
merampas rasa percaya diri mereka. Untuk pelaku bullying,
efeknya adalah menjadi kebiasaan dan kenikmatan untuk
meningkatkan ego mereka.
Ketakutan dan trauma emosional yang diderita si korban
dapat memicu kecenderungan untuk putus sekolah. Beberapa
anak-anak yang terbiasa melakukan bullying di sekolah akhirnya
dapat menjadi orang dewasa yang kejam atau penjahat.
Apa yang Perlu Diperhatikan?
Korban bullying, biasanya tidak akan mengeluh karena
takut menerima reaksi dari si pengganggu. Namun, mereka
biasanya menunjukkan beberapa gejala seperti di bawah ini:
1.
kesulitan tidur
2.
kesulitan menaruh perhatian di kelas atau kegiatan apapun
3.
sering membuat alasan untuk bolos sekolah
4.
tiba-tiba menjauhkan diri dari aktivitas yang disukai
sebelumnya seperti naik bus sekolah atau mengunjungi
tempat bermain
5.
tampak gelisah, lesu dan putus asa terus-menerus
2
3. Bagaimana Melindungi Anak Anda Dari Bullying?
1.
Mencari Bantuan Sekolah
Dengan meningkatnya jumlah kekerasan di sekolah barubaru ini, sangatlah penting bagi kita untuk menanggapi
kekhawatiran anak dengan serius. Selidikilah apakah bullying
yang diterima masih dalam batas wajar, atau Anda harus
membahasnya dengan guru.
2.
Bicara Kepada Pelaku Bullying
Di balik tindakan berani mereka, para penindas pada
dasarnya pengecut. Mereka bertindak jahat dan menjatuhkan
orang lain untuk menutupi ketidak-amanan mereka sendiri dan
kurangnya rasa percaya diri. Bullying mudah dijinakkan ketika
kekuasaan dan kontrol diambil.
3.
Berdayakan Anak Anda
Berdiskusi dengan anak Anda untuk mengatasi bullying
yang tidak terlalu parah. Misalnya, abaikan ejekan atau
gangguan non fisik. Contoh lainnya adalah bersahabat dengan
semua orang lain sehingga ketika si penindas mulai beraksi, anak
Anda memiliki teman-teman yang membantu atau membelanya.
4.
Bicara Tentang Pengalaman Anda Sendiri
Ceritakan pengalaman Anda sendiri di sekolah kepada
anak. Ini akan membantu anak tahu bahwa dia tidak sendirian
dalam situasi seperti itu.
5.
Bentuk Persahabatan di Luar Sekolah
Upayakan
anak-anak
terlibat
dalam
kegiatan
ekstrakurikuler seperti kursus, kegiatan keagamaan, pramuka,
dan lainnya di mana mereka bisa menciptakan kelompok sosial
lain dan belajar keterampilan baru. Ini akan membiasakan anak
untuk bersosialisasi dan lebih dapat menghadapi situasi yang
tidak menyenangkan.
3
4. 6.
Terus Memberi Perhatian, Memantau Keadaan Anak Anda
dan Si Penindas.
Jika keadaan tidak membaik, hubungi pihak berwenang
yang relevan dan dapatkan penyelesaian terhadap masalahnya.
Catatan Khusus:
Tulisan ini kami 'unggah', bukan karena di 'Almamater Tercinta
Kami' telah benar-benar terjadi 'bullying'. Namun, karena 'cinta'
kami terhadap almamater, tulisan ini kami persembahkan dalam
rangka memberikan warning (peringatan dini), agar fenomena ini
benar-benar 'jangan sampai' terjadi di almamater kami tercinta,
"Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta".
Âmîn Yâ Mujîbas Sâilîn.
[Artikel terkait : Jangan Eksploitasi Bakat Anak]
(Dikutip dan diselaraskan dari http://id.theasianparent.com/sipenindas-di-kelas/)
Âmîn Yâ Mujîbas Sâilîn.
4