SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 19
PPh Pasal 26
TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN
PPh PASAL 26
TARIF PPh PASAL 26
BERDASARKAN
P3B
(TAX TREATY)
JUMLAH BRUTO
FINAL
UMUM
20%
TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN
PPh PASAL 26
DARI JUMLAH BRUTO
- Dividen;
- Bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap
dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
- Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta;
- Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan,
dan kegiatan;
- Hadiah dan penghargaan;
- Pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN
PPh PASAL 26
DARI JUMLAH BRUTO (lanjutan)
- Penghasilan Kena Pajak (PKP) sesudah dikurangi pajak dari suatu
BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali
di Indonesia, dengan syarat :
 Penanaman kembali dilakukan atas seluruh PKP dikurangi PPh
dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang baru
didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau
peserta pendiri;
 Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau
selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya dari tahun pajak
diterima atau diperolehnya penghasilan tersebut;
 Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut
paling sedikit 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat
penanaman dilakukan berproduksi komersial;
 Bentuk penanaman kembali dalam penyertaan modal dilaporkan
dalam SPT Tahunan.
PRINSIP PEMOTONGAN PPh PASAL 26
 Jika antara Indonesia dengan negara asing tidak memiliki tax treaty maka
dikenakan PPh Pasal 26 secara penuh (tarif 20%) atas semua pembayaran ke
luar negeri;
Jika antara Indonesia dengan negara asing terdapat tax treaty maka
pembayaran penghasilan usaha/pekerjaan bebas ke luar negeri menjadi
bebas PPh Pasal 26 apabila :
a. Seluruh pekerjaan dilakukan di luar negeri. Jika ada sebagian kecil saja
yang dilakukan di Indonesia maka harus dipotong PPh Pasal 26;
b. Pekerjaan dilakukan di Indonesia tidak melebihi time testJika antara
Indonesia dengan negara asing terdapat tax treaty maka pembayaran
pembayaran penghasilan modal ke luar negeri dikenakan PPh Pasal 26
sesuai tarif tax treaty kecuali apabila penerima pembayaran memiliki BUT
di Indonesia maka akan dikenakan PPh Pasal 23 (dianggap penghasilan
BUT tersebut selaku WP dalam negeri - walaupun pembayarannya
ditransfer ke luar negeri).
Subjek Pajak Luar Negeri
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang :
1. menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia;
2. dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha/ kegiatan
melalui BUT di Indonesia.
Badan Usaha Tetap (BUT)
Bentuk usaha yang digunakan (oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang
tidak didirikan dan tidak berkedudukan di
Indonesia) untuk menjalankan usaha/kegiatan di
Indonesia
Jenis BUT
1. BUT Fasilitas Fisik
Suatu tempat dimana melalui tempat itu usaha suatu
perusahaan di jalankan.
Contoh tempat usaha yang dikategorikan BUT :
• Tempat kedudukan manajemen
• Cabang
• Kantor
• Parik
• Bengkel
• Pertambangan, sumur minyak dan gas bumi, tempat
penggalian dan tempat pengambilan sumber daya alam
• Mesin dan Peralatan
Jenis BUT
2. BUT Aktivitas
Timbulnya BUT tipe ini ditandai dengan adanya
aktivitas yang melebihi batas waktu tertentu (time test)
yang dilakukan di negara lain. Lamanya time test
berbeda beda tergantung Tax Treaty.
Bentuk BUT tipe aktivitas :
• Proyek konstruksi, proyek perakitan, instalasi dan
pengawasan yang ada hubungannya dengan proyek
tersebut.
Perhitungan time test dimulai pada saat kontraktor
memulai pekerjaannya termasuk pekerjaan tahap
persiapan.
Jenis BUT
• Pemberian jasa termasuk jasa konsultan yang
dilakukan perusahaan melalui karyawan atau pihak
lain yang bekerja untuk perusahaan itu untuk tujuan
tersebut.
Perhitungan time test mengacu pada tax treaty.
Apabila belum ada tax treaty maka time testnya
diatur dalam UU PPh yaitu lebih dari 60 hari dalam
jangka wmulai pada saat kontraktor memulai
pekerjaktu 12 bulan.
3. BUT Keagenan
BUT timbul apabila perusahaan asing untuk
menjalankan usaha di Indonesia menunjuk orang
atau badan yang bertindak sebagai agen yang tidak
bebas (dependent agent).
Jenis BUT
Yang dimaksud dengan dependent agent adalah agen
yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan di luar
negeri.
4. BUT Asuransi
Perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
berkedudukan di Indonesia yang menerima premi
asuransi atau menanggung risiko di Indonesia termasuk
melalui agen atau pegawainya.
Laba Setelah Pajak dari BUT
• BUT dikenakan pajak di Indonesia dengan ketentuan yang
sama dengan badan hukum dalam negeri.
• Laba Setelah Pajak yang diperoleh BUT dikenakan
tambahan PPh sebesar 20% atau sesuai tarif yang berlaku
dalam Tax Treaty.
• Tambahan PPh tersebut wajib dilunasi oleh BUT dalam waktu
yang bersamaan dengan pelunasan PPh Pasal 29 (setoran
akhir PPh tahunan).
• Tambahan PPh atas laba setelah pajak yang diperoleh BUT
tersebut tidak dikenakan apabila laba setelah pajak BUT
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, dengan syarat :
a. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh
penghasilan kena pajak setelah dikurangi PPh dalam
bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang
baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia
sebagai pendiri atau peserta pendiri.
b. Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak
berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak
berikutnya dari tahun pajak diterima atau
diperolehnya penghasilan tersebut.
c. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman
kembali tersebut paling sedikit dalam dalam jangka
waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat
penanaman modal dilakukan berproduksi secara
komersial.
PEMOTONGAN PPH PASAL 15
Pasal 15 UU PPh & KEPUTUSAN MENKEU
PPh PASAL 15
PERUSH. PELAYARAN DAN/ATAU
PENERBANGAN LUAR NEGERI
PERUSH. PENERBANGAN DALAM NEGERI
PERUSH. PELAYARAN DALAM NEGERI
BADAN PEMERINTAH / BADAN LAINNYA/SETOR SENDIRI
YANG MELAKUKAN PEMBAYARAN
KEPADA BADAN/BUT
KANTOR PERWAKILAN DAGANG DI IND.
14
JASA MAKLOON PERMAINAN ANAK
INTERNASIONAL
FINAL
TDK FINAL
FINAL
FINAL
FINAL
DPP : PENGHASILAN BRUTO
NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS
(KMK No. 416/KMK.04/1996)
1. Bagi WP Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
• Peredaran Bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa
uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh WP perusahaan
pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang
yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia
dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri
dan/atau sebaliknya.
• Penghasilan Neto bagi WP perusahaan pelayaran dalam negeri
ditetapkan sebesar 4% (empat persen) dari peredaran bruto.
• Besarnya PPh atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau
barang bagi WP perusahaan pelayaran dalam negeri adalah sebesar
1,2% (satu koma dua persen) dari peredaran bruto dan bersifat Final.
NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS
(KMK No. 181/KMK.04/1995)
2. Bagi WP Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
• WP perusahaan penerbangan dalam negeri adalah perusahaan
penerbangan yang bertempat kedudukan di Indonesia yang
memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian charter.
• Peredaran Bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa
uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh WP berdasarkan
perjanjian charter dari pengangkutan orang dan/atau barang yang
dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau
dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
• Penghasilan Neto adalah sebesar 6% (enam persen) dari Peredaran
Bruto.
• Besarnya PPh atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau
barang adalah sebesar 1,8% (satu koma delapan persen) dari
Peredaran Bruto dan Tidak Bersifat Final sehingga atas pembayaran
PPh tersebut merupakan kredit pajak yang dapat diperhitungkan
dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS
(KMK No. 417/KMK.04/1996)
3. Bagi WP Perusahaan Pelayaran dan atau Penerbangan Luar Negeri
• Peredaran Bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa
uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh WP Perusahaan
Pelayaran dan/atau Penerbangan luar negeri dari pengangkutan
orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke
pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke
pelabuhan di luar negeri.
• Penghasilan Neto ditetapkan sebesar 6% (enam persen) dari
peredaran bruto.
• Besarnya PPh adalah sebesar 2,64% (dua koma enam puluh empat
persen) dari Peredaran Bruto dan bersifat Final.
NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS
(KMK No. 634/KMK.04/1994 jo KEP - 667/PJ./2001)
4. Bagi WP Luar Negeri yg mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di
Indonesia (khusus untuk yang tidak ada tax treaty)
• Nilai Ekspor Bruto adalah semua nilai pengganti atau imbalan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai
kantor perwakilan dagang di Indonesia dari penyerahan barang
kepada orang pribadi atau badan yang berada atau bertempat
kedudukan di Indonesia.
• Norma Penghitungan Penghasilan Neto ditetapkan sebesar 1% (satu
persen) dari Nilai Ekspor Bruto.
• Tarif Efektif PPh terutang yang harus dilunasi WP adalah 0,44% (nol
koma empat empat perseratus) dari Nilai Ekspor Bruto dan bersifat
Final.
NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS
(KMK No. 543/KMK.03/2002)
5. WP Jasa Makloon Mainan Anak Internasional
• Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha jasa makloon (Contract
Manufacturing) internasional adalah WP Badan dalam negeri yang
melakukan jasa pembuatan atau perakitan barang berupa produk
mainan anak-anak, dengan bahan-bahan, spesifikasi, petunjuk
teknis dan penentuan imbalan jasa dari pihak pemesan yang
berkedudukan di luar negeri dan mempunyai hubungan istimewa
dengan WP.
• Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto adalah sebesar 7%
dari jumlah seluruh biaya pembuatan atau perakitan barang tidak
termasuk termasuk biaya pemakaian bahan baku (direct materials).
• PPh Pasal 15 terutang ditetapkan sebesar 30% dari Penghasilan
Neto. Dengan demikian tarif efektif PPh-nya adalah 2,1% (7% x 30%)
dari jumlah seluruh biaya pembuatan atau perakitan barang (tidak
termasuk biaya pemakaian bahan baku/direct materials) dan bersifat
final. Ketentuan ini mulai berlaku sejak Januari 2003.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Makalah sistem akuntansi pemerintah daerah
Makalah sistem akuntansi pemerintah daerahMakalah sistem akuntansi pemerintah daerah
Makalah sistem akuntansi pemerintah daerah
Marobo United
 
2 pengertian dan jenis pajak
2 pengertian dan jenis pajak2 pengertian dan jenis pajak
2 pengertian dan jenis pajak
natal kristiono
 
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Maiya Maiya
 

Was ist angesagt? (20)

Informasi APBN 2018
Informasi APBN 2018Informasi APBN 2018
Informasi APBN 2018
 
Makalah Pajak Penghasilan (PPh)
Makalah Pajak Penghasilan (PPh)Makalah Pajak Penghasilan (PPh)
Makalah Pajak Penghasilan (PPh)
 
Presentasi pph
Presentasi pphPresentasi pph
Presentasi pph
 
PPN Saat & Tempat Terutang
PPN   Saat & Tempat TerutangPPN   Saat & Tempat Terutang
PPN Saat & Tempat Terutang
 
Makalah sistem akuntansi pemerintah daerah
Makalah sistem akuntansi pemerintah daerahMakalah sistem akuntansi pemerintah daerah
Makalah sistem akuntansi pemerintah daerah
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBM
 
PPN objek
PPN objekPPN objek
PPN objek
 
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 
Undang-undang Pajak Penghasilan
Undang-undang Pajak PenghasilanUndang-undang Pajak Penghasilan
Undang-undang Pajak Penghasilan
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
 
Sanksi Pajak dan Besarnya Sanksi Pajak
Sanksi Pajak dan Besarnya Sanksi PajakSanksi Pajak dan Besarnya Sanksi Pajak
Sanksi Pajak dan Besarnya Sanksi Pajak
 
Pph 22
Pph 22Pph 22
Pph 22
 
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan judul Investasi Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan judul Investasi PemerintahMata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan judul Investasi Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan judul Investasi Pemerintah
 
2 pengertian dan jenis pajak
2 pengertian dan jenis pajak2 pengertian dan jenis pajak
2 pengertian dan jenis pajak
 
Penetapan dan ketetapan pajak
Penetapan dan ketetapan pajakPenetapan dan ketetapan pajak
Penetapan dan ketetapan pajak
 
Perlindungan konsumen
 Perlindungan konsumen Perlindungan konsumen
Perlindungan konsumen
 
PPh Pasal 25
PPh Pasal 25PPh Pasal 25
PPh Pasal 25
 
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
 
Sengketa Pajak
Sengketa PajakSengketa Pajak
Sengketa Pajak
 
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara PerpajakanKetentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
 

Ähnlich wie PPh Pasal 26

perpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.ppt
perpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.pptperpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.ppt
perpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.ppt
AdeliaFebrianti4
 
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Sidik Abdullah
 
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Sidik Abdullah
 
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptxpph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
IputuEka
 
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
NathaniaAprillya
 

Ähnlich wie PPh Pasal 26 (20)

perpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.ppt
perpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.pptperpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.ppt
perpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.ppt
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
Norma penghitungan khusus
Norma penghitungan khususNorma penghitungan khusus
Norma penghitungan khusus
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
 
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
 
6. PPH 23.pptx
6. PPH 23.pptx6. PPH 23.pptx
6. PPH 23.pptx
 
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptxpph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
 
PERTEMUAN 4-pasal-23.ppt
PERTEMUAN 4-pasal-23.pptPERTEMUAN 4-pasal-23.ppt
PERTEMUAN 4-pasal-23.ppt
 
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
 
PPT MPJK MATERI 5.pptx
PPT MPJK MATERI 5.pptxPPT MPJK MATERI 5.pptx
PPT MPJK MATERI 5.pptx
 
Pajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umumPajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umum
 
Tugas 1 kristina perpajakan
Tugas 1 kristina perpajakanTugas 1 kristina perpajakan
Tugas 1 kristina perpajakan
 
pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26
 
Objek PPh.pdf
Objek PPh.pdfObjek PPh.pdf
Objek PPh.pdf
 
Pajak pph
Pajak pphPajak pph
Pajak pph
 
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
 
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptxHukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
 

Mehr von Muhammad Fajar

Rencana Operasi Business Plan
Rencana Operasi Business PlanRencana Operasi Business Plan
Rencana Operasi Business Plan
Muhammad Fajar
 
Variable Costing: Penentuan Harga Pokok Variabel
Variable Costing: Penentuan Harga Pokok VariabelVariable Costing: Penentuan Harga Pokok Variabel
Variable Costing: Penentuan Harga Pokok Variabel
Muhammad Fajar
 

Mehr von Muhammad Fajar (20)

Sidang Skripsi
Sidang SkripsiSidang Skripsi
Sidang Skripsi
 
Strategi dan Rencana Pemasaran
Strategi dan Rencana PemasaranStrategi dan Rencana Pemasaran
Strategi dan Rencana Pemasaran
 
Perilaku Organisasi
Perilaku OrganisasiPerilaku Organisasi
Perilaku Organisasi
 
Kasus Ratio Keuangan
Kasus Ratio KeuanganKasus Ratio Keuangan
Kasus Ratio Keuangan
 
Format Penulisan Artikel Ilmiah
Format Penulisan Artikel IlmiahFormat Penulisan Artikel Ilmiah
Format Penulisan Artikel Ilmiah
 
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya: Korea Selatan
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya: Korea SelatanKomunikasi Bisnis Lintas Budaya: Korea Selatan
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya: Korea Selatan
 
E-Business Market and Model
E-Business Market and ModelE-Business Market and Model
E-Business Market and Model
 
Decision Support System FIX
Decision Support System FIXDecision Support System FIX
Decision Support System FIX
 
Rencana Operasi Business Plan
Rencana Operasi Business PlanRencana Operasi Business Plan
Rencana Operasi Business Plan
 
ERD (Entity Relationship Diagram)
ERD (Entity Relationship Diagram)ERD (Entity Relationship Diagram)
ERD (Entity Relationship Diagram)
 
Strategi Mc. Kinsey
Strategi Mc. KinseyStrategi Mc. Kinsey
Strategi Mc. Kinsey
 
Penentuan Harga Transfer
Penentuan Harga TransferPenentuan Harga Transfer
Penentuan Harga Transfer
 
Penentuan Harga Jual
Penentuan Harga JualPenentuan Harga Jual
Penentuan Harga Jual
 
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi PenuhAkmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
 
Variable Costing: Penentuan Harga Pokok Variabel
Variable Costing: Penentuan Harga Pokok VariabelVariable Costing: Penentuan Harga Pokok Variabel
Variable Costing: Penentuan Harga Pokok Variabel
 
PPh Pasal 23
PPh Pasal 23PPh Pasal 23
PPh Pasal 23
 
PPh Pasal 4
PPh Pasal 4PPh Pasal 4
PPh Pasal 4
 
PPh 21
PPh 21PPh 21
PPh 21
 
For Good to the Great for UMKM
For Good to the Great for UMKMFor Good to the Great for UMKM
For Good to the Great for UMKM
 
Wanita Pengusaha dan Tantangannya
Wanita Pengusaha dan TantangannyaWanita Pengusaha dan Tantangannya
Wanita Pengusaha dan Tantangannya
 

Kürzlich hochgeladen

UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
Sumardi Arahbani
 

Kürzlich hochgeladen (10)

2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
 

PPh Pasal 26

  • 2. TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN PPh PASAL 26 TARIF PPh PASAL 26 BERDASARKAN P3B (TAX TREATY) JUMLAH BRUTO FINAL UMUM 20%
  • 3. TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN PPh PASAL 26 DARI JUMLAH BRUTO - Dividen; - Bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang; - Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; - Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan; - Hadiah dan penghargaan; - Pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
  • 4. TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN PPh PASAL 26 DARI JUMLAH BRUTO (lanjutan) - Penghasilan Kena Pajak (PKP) sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, dengan syarat :  Penanaman kembali dilakukan atas seluruh PKP dikurangi PPh dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri;  Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya penghasilan tersebut;  Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling sedikit 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat penanaman dilakukan berproduksi komersial;  Bentuk penanaman kembali dalam penyertaan modal dilaporkan dalam SPT Tahunan.
  • 5. PRINSIP PEMOTONGAN PPh PASAL 26  Jika antara Indonesia dengan negara asing tidak memiliki tax treaty maka dikenakan PPh Pasal 26 secara penuh (tarif 20%) atas semua pembayaran ke luar negeri; Jika antara Indonesia dengan negara asing terdapat tax treaty maka pembayaran penghasilan usaha/pekerjaan bebas ke luar negeri menjadi bebas PPh Pasal 26 apabila : a. Seluruh pekerjaan dilakukan di luar negeri. Jika ada sebagian kecil saja yang dilakukan di Indonesia maka harus dipotong PPh Pasal 26; b. Pekerjaan dilakukan di Indonesia tidak melebihi time testJika antara Indonesia dengan negara asing terdapat tax treaty maka pembayaran pembayaran penghasilan modal ke luar negeri dikenakan PPh Pasal 26 sesuai tarif tax treaty kecuali apabila penerima pembayaran memiliki BUT di Indonesia maka akan dikenakan PPh Pasal 23 (dianggap penghasilan BUT tersebut selaku WP dalam negeri - walaupun pembayarannya ditransfer ke luar negeri).
  • 6. Subjek Pajak Luar Negeri Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang : 1. menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia; 2. dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha/ kegiatan melalui BUT di Indonesia.
  • 7. Badan Usaha Tetap (BUT) Bentuk usaha yang digunakan (oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia) untuk menjalankan usaha/kegiatan di Indonesia
  • 8. Jenis BUT 1. BUT Fasilitas Fisik Suatu tempat dimana melalui tempat itu usaha suatu perusahaan di jalankan. Contoh tempat usaha yang dikategorikan BUT : • Tempat kedudukan manajemen • Cabang • Kantor • Parik • Bengkel • Pertambangan, sumur minyak dan gas bumi, tempat penggalian dan tempat pengambilan sumber daya alam • Mesin dan Peralatan
  • 9. Jenis BUT 2. BUT Aktivitas Timbulnya BUT tipe ini ditandai dengan adanya aktivitas yang melebihi batas waktu tertentu (time test) yang dilakukan di negara lain. Lamanya time test berbeda beda tergantung Tax Treaty. Bentuk BUT tipe aktivitas : • Proyek konstruksi, proyek perakitan, instalasi dan pengawasan yang ada hubungannya dengan proyek tersebut. Perhitungan time test dimulai pada saat kontraktor memulai pekerjaannya termasuk pekerjaan tahap persiapan.
  • 10. Jenis BUT • Pemberian jasa termasuk jasa konsultan yang dilakukan perusahaan melalui karyawan atau pihak lain yang bekerja untuk perusahaan itu untuk tujuan tersebut. Perhitungan time test mengacu pada tax treaty. Apabila belum ada tax treaty maka time testnya diatur dalam UU PPh yaitu lebih dari 60 hari dalam jangka wmulai pada saat kontraktor memulai pekerjaktu 12 bulan. 3. BUT Keagenan BUT timbul apabila perusahaan asing untuk menjalankan usaha di Indonesia menunjuk orang atau badan yang bertindak sebagai agen yang tidak bebas (dependent agent).
  • 11. Jenis BUT Yang dimaksud dengan dependent agent adalah agen yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan di luar negeri. 4. BUT Asuransi Perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia termasuk melalui agen atau pegawainya.
  • 12. Laba Setelah Pajak dari BUT • BUT dikenakan pajak di Indonesia dengan ketentuan yang sama dengan badan hukum dalam negeri. • Laba Setelah Pajak yang diperoleh BUT dikenakan tambahan PPh sebesar 20% atau sesuai tarif yang berlaku dalam Tax Treaty. • Tambahan PPh tersebut wajib dilunasi oleh BUT dalam waktu yang bersamaan dengan pelunasan PPh Pasal 29 (setoran akhir PPh tahunan). • Tambahan PPh atas laba setelah pajak yang diperoleh BUT tersebut tidak dikenakan apabila laba setelah pajak BUT tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, dengan syarat :
  • 13. a. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah dikurangi PPh dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri. b. Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya penghasilan tersebut. c. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling sedikit dalam dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat penanaman modal dilakukan berproduksi secara komersial.
  • 14. PEMOTONGAN PPH PASAL 15 Pasal 15 UU PPh & KEPUTUSAN MENKEU PPh PASAL 15 PERUSH. PELAYARAN DAN/ATAU PENERBANGAN LUAR NEGERI PERUSH. PENERBANGAN DALAM NEGERI PERUSH. PELAYARAN DALAM NEGERI BADAN PEMERINTAH / BADAN LAINNYA/SETOR SENDIRI YANG MELAKUKAN PEMBAYARAN KEPADA BADAN/BUT KANTOR PERWAKILAN DAGANG DI IND. 14 JASA MAKLOON PERMAINAN ANAK INTERNASIONAL FINAL TDK FINAL FINAL FINAL FINAL DPP : PENGHASILAN BRUTO
  • 15. NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS (KMK No. 416/KMK.04/1996) 1. Bagi WP Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri • Peredaran Bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh WP perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya. • Penghasilan Neto bagi WP perusahaan pelayaran dalam negeri ditetapkan sebesar 4% (empat persen) dari peredaran bruto. • Besarnya PPh atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang bagi WP perusahaan pelayaran dalam negeri adalah sebesar 1,2% (satu koma dua persen) dari peredaran bruto dan bersifat Final.
  • 16. NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS (KMK No. 181/KMK.04/1995) 2. Bagi WP Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri • WP perusahaan penerbangan dalam negeri adalah perusahaan penerbangan yang bertempat kedudukan di Indonesia yang memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian charter. • Peredaran Bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh WP berdasarkan perjanjian charter dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri. • Penghasilan Neto adalah sebesar 6% (enam persen) dari Peredaran Bruto. • Besarnya PPh atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang adalah sebesar 1,8% (satu koma delapan persen) dari Peredaran Bruto dan Tidak Bersifat Final sehingga atas pembayaran PPh tersebut merupakan kredit pajak yang dapat diperhitungkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
  • 17. NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS (KMK No. 417/KMK.04/1996) 3. Bagi WP Perusahaan Pelayaran dan atau Penerbangan Luar Negeri • Peredaran Bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh WP Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan luar negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri. • Penghasilan Neto ditetapkan sebesar 6% (enam persen) dari peredaran bruto. • Besarnya PPh adalah sebesar 2,64% (dua koma enam puluh empat persen) dari Peredaran Bruto dan bersifat Final.
  • 18. NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS (KMK No. 634/KMK.04/1994 jo KEP - 667/PJ./2001) 4. Bagi WP Luar Negeri yg mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia (khusus untuk yang tidak ada tax treaty) • Nilai Ekspor Bruto adalah semua nilai pengganti atau imbalan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang berada atau bertempat kedudukan di Indonesia. • Norma Penghitungan Penghasilan Neto ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari Nilai Ekspor Bruto. • Tarif Efektif PPh terutang yang harus dilunasi WP adalah 0,44% (nol koma empat empat perseratus) dari Nilai Ekspor Bruto dan bersifat Final.
  • 19. NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS (KMK No. 543/KMK.03/2002) 5. WP Jasa Makloon Mainan Anak Internasional • Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha jasa makloon (Contract Manufacturing) internasional adalah WP Badan dalam negeri yang melakukan jasa pembuatan atau perakitan barang berupa produk mainan anak-anak, dengan bahan-bahan, spesifikasi, petunjuk teknis dan penentuan imbalan jasa dari pihak pemesan yang berkedudukan di luar negeri dan mempunyai hubungan istimewa dengan WP. • Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto adalah sebesar 7% dari jumlah seluruh biaya pembuatan atau perakitan barang tidak termasuk termasuk biaya pemakaian bahan baku (direct materials). • PPh Pasal 15 terutang ditetapkan sebesar 30% dari Penghasilan Neto. Dengan demikian tarif efektif PPh-nya adalah 2,1% (7% x 30%) dari jumlah seluruh biaya pembuatan atau perakitan barang (tidak termasuk biaya pemakaian bahan baku/direct materials) dan bersifat final. Ketentuan ini mulai berlaku sejak Januari 2003.