SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 14
Downloaden Sie, um offline zu lesen
1
THE PROCESS OF REFLECTIVE THINKING IN SOLVING THE PROBLEM OF
MATHEMATICS EDUCATION STUDENTS ON THE MATRIAL OF THE GROUP
VIEWED FROM CONCEPTUAL TEMPO COGNITIVE STYLES
Nurdin Arsyad, Alimuddin, Muh. Alfiansyah
Mathematics Education Postgraduate Program
Universitas Negeri Makassar, Indonesia
e-mail : muh.alfiansyah11@gmail.com
ABSTRACT
The research was descriptive research by using qualitative approach, the subject
were four students of Mathematics Education. The results of the research showed that:
the fast accurate and reflective subject reached each phase of reflective process which
covered reacting, comparing, and contemplating phase. Meanwhile, the impulsive and
slow inaccurate subject reached reflective thinking phase process only in reacting and
comparing phase (except strategy implementation indicator). The fast accurate subject
was quick in giving response without careful consideration, so the solution given was not
structured and there were some mistake but soon realized, so the solution which was
given tended to be fast. The impulsive subject was quick in giving response without
careful consideration, so the response given was unclear and tended to be wrong. The
reflective subject reviewed and thought carefully each alternative which was possible
when facing the problem, the response given was not too detail but tended to be correct.
Meanwhile, the slow inaccurate subject was long in giving response but without throught
consideration because the subject tended to give response which was not believed by
herself.
Keywords: reflektive thinking, cognitive styles, group theory
PENDAHULUAN
Tujuan pembelajaran matematika di perguruan tinggi yakni untuk memperoleh
pengetahuan dasar dan pola pikir matematika dalam bentuk tertatanya pola pikir ilmiah
yang kritis, logis, dan sistematik, terlatihnya daya nalar dan kreativitas setelah
mempelajari berbagai strategi dalam pemecahan masalah, terlatih dalam merancang
model matematika sederhana dan terampil dalam teknik matematika yang baku dengan
didukung oleh konsep, penalaran, rumus, dan metode yang benar (Martono, 1999).
Pembelajaran matematika di perguruan tinggi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan kemandirian
mahasiswa (Sholihah dan Mubarok, 2016). Menurut Polya (Suradi, 2002) masalah
dalam matematika dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu masalah untuk menemukan
(problem to find) dan masalah untuk membuktikan (problem to prove).
2
Arnawa (2009) mengemukakan bahwa mahasiswa terkadang mengalami
kesulitan ketika berhadapan dengan pemecahan masalah pembuktian, hal ini disebabkan
oleh beberapa hal seperti: konsep-konsep dalam materi yang abstrak dan berfungsi
sebagai kategori dengan cakupan luas dan beragam, banyak contoh-contoh yang
berkenaan dengan konsep tidak dikenali dengan baik oleh mahasiswa dan banyak
mahasiswa yang belum terbiasa dengan pembuktian. Lebih lanjut, (Herlina, 2013)
mengemukakan bahwa ada mahasiswa yang mampu melakukan pembuktian yang valid,
namun tidak dapat menjelaskan bukti tersebut. Hal ini disebabkan mahasiswa lebih
cenderung menghafal struktur dari bukti.
Menurut Sabandar (2010) dalam mempelajari matematika mahasiswa harus
memiliki keterampilan berpikir agar mampu memahami konsep-konsep matematika yang
telah dipelajari serta menggunakannya dengan tepat untuk menyelesaikan permasalahan
matematika yang dihadapi. Proses berpikir dalam menyelesaikan masalah matematika
yang dimaksud terkait dengan kemampuan mengingat, mengenali hubungan antar
konsep, hubungan sebab akibat, hubungan analogi atau perbedaan, yang selanjutnya
dapat menimbulkan gagasan-gagasan original sehingga berpengaruh dalam penarikan
keputusan atau kesimpulan.
Salah satu kemampuan berpikir yang mendukung keterampilan pemecahan
masalah dalam pembelajaran matematika adalah berpikir reflektif. Noer (2008)
menjelaskan bahwa teori berpikir reflektif dimulai dari eksplorasi John Dewey saat
mendiskusikan proses mental tertentu yaitu memfokuskan dan mengendalikan pola
pikiran. Dewey menamai hal tersebut dengan istilah "berpikir reflektif". Proses yang
dilakukan bukan sekadar urutan dari gagasan-gagasan, tetapi suatu proses yang berurutan
sedemikian sehingga setiap ide mengacu pada ide terdahulu untuk menentukan langkah
berikutnya. Dengan demikian, semua langkah berurutan, saling terhubung, saling
mendukung satu sama lain dan berperan untuk menuju pada penarikan kesimpulan atau
menemukan solusi dari masalah yang dihadapi.
Gurol (2011) mendefinisikan berpikir reflektif sebagai proses kegiatan terarah
dan tepat yakni seseorang menyadari, menganalisis, mengevaluasi, memotivasi,
mendapatkan makna yang mendalam, menggunakan strategi belajar yang tepat dalam
proses belajarnya sendiri. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Skemp (Nasriadi, 2016)
mengemukakan bahwa berpikir reflektif dapat digambarkan sebagai proses berpikir yang
merespons masalah dengan menggunakan informasi atau data yang berasal dari dalam
diri (internal), dapat menjelaskan apa yang telah dilakukan, memperbaiki kesalahan yang
ditemukan dalam memecahkan masalah, serta mengkomunikasikan ide dengan simbol
bukan dengan gambar atau objek langsung.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan wawancara singkat yang dilakukan
dengan mahasiswa PPs Pendidikan Matematika UNM angkatan 2016/2017 (semester
ganjil), peneliti memperoleh beberapa temuan diantaranya: mahasiswa merasa kesulitan
memahami alur pembuktian teorema, padahal menurutnya teorema-teorema tersebut
sangat berguna saat dihadapkan dengan masalah pembuktian. Lebih lanjut, mengingat
sejumlah teorema yang ada juga merupakan hal yang tidak mudah, akibatnya ketika
memecahkan masalah pembuktian mereka cenderung hanya kembali pada definisi.
Selain itu, cara menuliskan suatu bukti secara formal juga menjadi kendala yang dialami,
sedemikian sehingga mereka cenderung sekadar menghafal pembuktian yang ada sebab
tidak mengetahui apa itu bukti dan bagaimana menuliskannya. Sementara itu, beberapa
mahasiswa yang diobservasi belum mampu menyelesaikan tugas berpikir reflektif
matematis (masalah pembuktian grup) yakni pada tugas mengaitkan dan mengevaluasi.
3
Selain memperhatikan kemampuan berpikir reflektif, pengajar juga perlu
memperhatikan gaya kognitif mahasiswa saat memecahkan masalah, sebab menurut
Panjaitan (Nasriadi, 2016) pemecahan masalah dapat dipahami sebagai suatu proses
kognitif yang memerlukan usaha dan konsentrasi pikiran, karena dalam memecahkan
masalah mahasiswa mengumpulkan, mengidentifikasi dan menganalisis informasi yang
relevan dan akhirnya mengambil keputusan. Oleh sebab itu, menurut Nasriadi (2016)
gaya kognitif berhubungan dengan cara penerimaan dan pemrosesan informasi
mahasiswa, sehingga berpengaruh terhadap keberhasilannya memecahkan masalah.
Para psikolog mengembangkan berbagai jenis gaya kognitif diantaranya
berdasarkan konseptual tempo (kecepatan dalam berpikir) yakni gaya kognitif
reflektif-impulsif. Kagan dan Kogan (Warli, 2009) mendefinisikan reflektif-impulsif
adalah derajat/tingkat subjek dalam menggambarkan ketepatan dugaan penyelesaian
masalah yang mengandung ketidakpastian jawaban. Mengacu pada definisi
impulsif-reflektif tersebut, terdapat dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam
mengukur impulsif-reflektif, yaitu: Aspek pertama, dalam mengukur impulsif reflektif
dilihat dari variabel waktu yang digunakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah.
Aspek kedua, frekuensi mahasiswa dalam memberikan jawaban sampai mendapatkan
jawaban benar.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan topik “Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan
Masalah Pembuktian Konsep Grup Ditinjau dari Gaya Kognitif Konseptual Tempo”.
Tabel 1. Karakteristik Proses Berpikir Reflektif Pemecahan Pembuktian
Fase/ Tingkatan Sumber Asli
1. Reacting (berpikir reflektif untuk aksi), dalam
tingkatan ini hal-hal yang harus dilakukan oleh
mahasiswa adalah:
a. Membaca dan memahami bahasa soal.
b. Menyebutkan apa yang diketahui.
c. Menyebutkan yang akan dibuktikan.
d. Menjelaskan kemungkinan jawaban.
e. Menyebutkan hubungan antara yang ditanya
dengan yang diketahui.
f. Menjelaskan kelengkapan data diketahui apakah
sudah cukup untuk melakukan pembuktian.
Pada tingkat ini siswa
cenderung menggunakan
sumber asli Curiosity
(keingintahuan dalam
pemahaman masalah).
2. Comparing (berpikir reflektif untuk evaluasi), pada
tingkat ini mahasiswa melakukan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Menjelaskan jawaban permasalahan yang pernah
diperoleh sebelumnya.
b. Mengaitkan masalah yang ditanyakan dengan
masalah yang pernah dihadapi.
c. Mengusulkan strategi.
d. Menjelaskan strategi.
Pada tingkat ini mahasiswa
cenderung menggunakan
sumber asli Suggestion
(saran) berupa ide yang
dirancang sesuai
pengetahuan yang telah
diketahui.
3. Contemplating (berpikir reflektif untuk inkuiri
kritis), pada fase ini mahasiswa melakukan beberapa
hal berikut:
Pada tingkat ini
maahasiswa cenderung
menggunakan sumber asli
4
Fase/ Tingkatan Sumber Asli
a. Memeriksa kembali solusi yang diberikan.
b. Memperbaiki dan menjelaskan jika terjadi
kesalahan dari jawaban.
c. Memperluas informasi.
d. Membuat kesimpulan dengan benar .
berupa Orderlinnes
(keteraturan) berdasarkan
Curiosity (keingintahuan)
Suggestion (saran).
Sumber: Surbeck, Han, dan Moyer (Noer, 2008) & Primrose (Kashinath, 2013)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Subjek dalam penelitian ini dipilih dari mahasiswa kelas B dan F Prodi
Pendidikan Matematika PPs UNM angkatan 2016/2017. Subjek penelitian terdiri dari
empat mahasiswa dengan rincian masing-masing satu mahasiswa pada tiap kategori gaya
kognitif konseptual tempo. Penetapan subjek penelitian juga mempertimbangkan tingkat
kemampuan awal mahasiswa berada pada kategori tinggi (memperoleh nilai minimal 85
pada mata kuliah teori grup), jenis kelamin dan kemampuan komunikasi yang baik.
Data penelitian dikumpulkan menggunakan dua instrumen yakni: 1) instrumen
utama yaitu peneliti sendiri; dan 2) instrumen pendukung terdiri dari: a) Matching
Familiar Figure Test (MFFT) yang dimodifikasi oleh Warli (2010), untuk pengkategorian
gaya kognitif konseptual tempo menggunakan kriteria Quoriga, dkk. (2007) yakni
berdasarkan median waktu dan median frekuensi memberikan jawaban sampai
memperoleh jawaban benar; b) Tes pemecahan masalah; dan c) pedoman wawancara.
Untuk menguji kredibilitas data (kepercayaan terhadap data), peneliti melakukan
triangulasi metode dan triangulasi waktu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil tes gaya kognitif MFFT diperoleh data seperti yang tertera
pada Tabel 2.
Tabel 2. Deskripsi Gaya Kognitif Mahasiswa
Kelas
Gaya Kognitif Jumlah
MahasiswaFast Accurate Reflektif Impulsif Slow Inaccurate
B 3 5 3 3 14
F 2 3 5 2 12
Jumlah 5 8 8 5 26
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh bahwa dari 26 mahasiswa yang bersedia
diberikan tes gaya kognitif konseptual tempo, terdapat 19.23% mahasiswa yang berada
pada kelompok gaya kognitif Fast Accurate, 30.77% yang berada pada kelompok gaya
kognitif reflektif, 30.77% yang berada pada kelompok gaya kognitif impulsif dan
19.23% yang berada pada kelompok gaya kognitif Slow Inaccurate.
5
Setelah mengelompokkan mahasiswa berdasarkan gaya kognitifnya, tahap
selanjutnya adalah memilih masing-masing satu mahasiswa pada setiap kategori dengan
mempertimbangkan beberapa kriteria yang meliputi: memiliki kemampuan setara yakni
dengan melihat range nilai mata kuliah teori grup mahasiswa yang terpilih berada pada
selang 0 sampai 10 dengan skala 0 sampai 100, berjenis kelamin sama dan dapat
berkomunikasi dengan baik. Data subjek yang terpilih tertera pada tabel 3.
Tabel 3. Profil Subjek yang Terpilih
Inisial Nama
Mahasiswa
Kelas Jenis Kelamin
Kategori gaya
Kognitif
Nilai Mata Kuliah
Teori Grup
NB F Perempuan Fast Accurate 91
NI F Perempuan Impulsif 93
NA B Perempuan Reflektif 90
Mai B Perempuan Slow Inaccurate 89
Tabel 4. Proses Berpikir Reflektif Subjek Fast Accurate
Fase/ Indikator Paparan
Fase Reacting
Membaca dan memahami
bahasa soal.
a. Masalah yang diberikan bersifat non-rutin
b. Membaca sekilas untuk memahami bahasa soal.
c. Mengidentifikasi istilah yang dapat ditafsirkan
berbeda oleh orang lain.
Menyebutkan informasi
yang diketahui.
Memaparkan informasi yang diketahui dengan
mengadopsi bahasa soal.
Menyebutkan hal yang
akan dibuktikan.
Memaparkan hal yang akan dibuktikan dengan
mengadopsi bahasa soal.
Menjelaskan kemungkinan
jawaban.
Memperkirakan kemungkinan alternatif solusi yang
dapat dilakukan dengan melakukan koneksi terhadap
konsep dan prinsip berdasarkan pengalaman belajarnya.
Menyebutkan keterkaitan
antara informasi yang
diketahui dan hal yang
akan dibuktikan
Memaparkan keterkaitan antara informasi yang diketahui
dan hal yang akan dibuktikan dengan sekadar membaca
kembali soal.
Menjelaskan kelengkapan
data.
Mengidentifikasi kecukupan informasi yang diketahui
serta informasi lain yang menurutnya dapat menunjang
dalam menyelesaikan masalah.
Fase comparing
Menjelaskan jawaban
permasalahan yang pernah
diperoleh sebelumnya.
Mengingat masalah serupa/ identik dengan masalah yang
diberikan, disertai garis-garis besar penyelesaiannya.
Mengaitkan masalah yang
diberikan dengan masalah
yang pernah dihadapi.
Mengidentifikasi kemiripan masalah yang pernah
dihadapi dengan masalah yang diberikan, namun kurang
spesifik.
Keyakinan subjek dengan
kemampuan awal yang
dimiliki.
Ragu dengan kemampuan awal yang dimiliki dapat
menyelesaikan masalah yang diberikan.
6
Fase/ Indikator Paparan
Mengusulkan strategi
untuk memecahkan
masalah.
Merencanakan dan menetapkan strategi yang akan
digunakan dengan menghubungkan informasi yang
diperoleh dan hal yang akan dibuktikan.
Menjelaskan strategi
pemecahan masalah yang
diterapkan.
a. Melaksanakan strategi pemecahan masalah sesuai
dengan yang telah direncanakan.
b. Menuliskan kembali informasi diketahui dan hal yang
akan dibuktikan dengan menggunakan bahasa soal.
c. Solusi yang dituliskan kurang sistematis dan kurang
terstruktur.
d. Meyakinkan setiap langkah yang dilakukannya
dengan alasan jelas dan logis.
e. Menyadari dan memperbaiki kekeliruan pada solusi
yang dituliskan.
f. Membuat kesimpulan.
Fase Contemplating
Memeriksa kembali. Memeriksa kembali dengan cara membaca ulang setiap
proses, dengan memberikan alasan yang logis pada setiap
tahapnya.
Memperbaiki solusi. Tidak menemukan kekeliruan dan merasa yakin dengan
solusinya.
Memperluas informasi. Tidak dapat menunjukkan alternatif lain.
Membuat kesimpulan. Memberikan kesimpulan yang tepat.
Subjek dengan gaya kognitif fast accurate dapat menyelesaikan masalah yang
diberikan melalui proses berpikir reflektif pada semua fase yaitu: reacting, comparing
dan contemplating. Berkaitan dengan proses wawancara, subjek cenderung memberikan
respons dengan cepat, singkat dan jelas, namun terkadang mengulang kembali
pertanyaan serta respons yang diberikan bukan berdasarkan hasil pengolahan informasi
dengan matang (misalnya memberikan alasan: sebab berdasarkan dari soal). Sementara
saat mengerjakan tes yang diberikan, subjek cenderung langsung menuliskan setiap hal
yang terlintas dipikirannya pada lembar jawaban tanpa melalui coretan di kertas buram
atau dengan kata lain tanpa mengolah dan menyeleksi informasi tersebut terlebih dahulu.
Akibatnya dari lembar jawaban, subjek terlihat beberapa kali menghapus dan mengganti
jawabannya. Walaupun demikian, pada akhirnya subjek dapat memberikan solusi yang
tepat. Lebih lanjut, catatan waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh subjek fast accurate
saat menyelesaikan kedua masalah yang diberikan adalah sekitar 35 menit, catatan
waktu ini lebih cepat dibandingkan dua subjek lainnya.
Pemaparan pada paragraf sebelumnya sesuai dengan karakteristik yang
dinyatakan oleh Rozencwajg dan Corroyer (Ningsih, 2012) dan Kagan (Widadah, dkk.,
2013) bahwa seseorang yang fast accurate adalah seseorang yang memiliki karakteristik
menggunakan waktu singkat dalam menjawab masalah, tetapi cermat/teliti sehingga
jawaban yang diberikan cenderung benar. Berkaitan dengan hal tersebut karakteristik
subjek yang cepat merespons sesuai dengan teori yang ada. Hasil penelitian ini juga
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Ningsih (2012) bahwa seseorang fast
accurate menceritakan kembali permasalahan yang terdapat pada soal dengan bahasa
sendiri, cenderung singkat dan jelas, serta waktu yang digunakan untuk menjawab juga
sangat singkat. Selanjutnya mengenai ketepatan jawaban yang diberikan, subjek fast
7
accurate cenderung memberikan respons yang salah pada respons pertama. Hal ini
terlihat dari lembar jawaban bahwa subjek beberapa kali menghapus dan mengganti
jawabannya, meskipun pada akhirnya ia menyadari sendiri kesalahannya dan dapat
memberikan solusi yang tepat. Selain itu, dalam memaparkan beberapa alasan subjek
cenderung mengadopsi bahasa soal secara langsung, namun ketika dikonfirmasi subjek
dapat memberi penjelasan.
Tabel 5. Proses Berpikir Reflektif Subjek Impulsif
Fase/ Indikator Paparan
Fase Reacting
Membaca dan memahami
bahasa soal.
a. Masalah yang diberikan bersifat non-rutin.
b. Membaca berulang untuk memahami bahasa soal.
c. Mengidentifikasi istilah yang menimbulkan makna
ganda dan ada istilah yang tidak dapat dijelaskan.
Menyebutkan informasi
yang diketahui.
Memaparkan informasi yang diketahui dengan
mengadopsi bahasa soal.
Menyebutkan hal yang
akan dibuktikan.
Memaparkan hal yang akan dibuktikan dengan
mengadopsi bahasa soal.
Menjelaskan kemungkinan
jawaban.
Memperkirakan kemungkinan alternatif solusi yang
dapat dilakukan dengan melakukan koneksi terhadap
konsep dan prinsip berdasarkan pengalaman belajarnya.
Menyebutkan keterkaitan
antara informasi yang
diketahui dan hal yang
akan dibuktikan
Memaparkan keterkaitan antara informasi yang diketahui
dan hal yang akan dibuktikan dengan sekadar membaca
kembali soal.
Menjelaskan kelengkapan
data.
Mengidentifikasi kecukupan informasi yang diketahui
disertai dengan alasan yang jelas.
Fase comparing
Menjelaskan jawaban
permasalahan yang pernah
diperoleh sebelumnya.
Mengingat masalah serupa/ identik dengan masalah yang
diberikan, disertai garis-garis besar penyelesaiannya.
Mengaitkan masalah yang
diberikan dengan masalah
yang pernah dihadapi.
Mengidentifikasi kemiripan antara masalah yang pernah
dihadapi dengan masalah yang diberikan, namun kurang
spesifik.
Mengusulkan strategi
untuk memecahkan
masalah.
Merencanakan dan menetapkan strategi yang akan
digunakan dengan menghubungkan informasi yang
diperoleh dan hal yang akan dibuktikan.
Menjelaskan strategi
pemecahan masalah yang
diterapkan.
a. Melaksanakan strategi pemecahan masalah sesuai
dengan yang telah direncanakan.
b. Menuliskan kembali informasi yang diketahui dan hal
yang akan dibuktikan dengan bahasa sendiri.
c. Solusi yang dituliskan sistematis dan terstruktur.
d. Tidak dapat memberikan alasan yang jelas dan logis
pada setiap tahap proses pembuktian yang dilakukan.
e. Tidak dapat menyadari dan memperbaiki kekeliruan
pada solusi yang dituliskan.
f. Tidak dapat membuat kesimpulan.
8
Fase/ Indikator Paparan
Fase Contemplating
Memeriksa kembali. Memeriksa kembali dengan cara membaca ulang setiap
proses, dengan memberikan alasan yang logis pada setiap
tahapnya.
Memperbaiki solusi. Tidak menemukan kekeliruan dan merasa yakin dengan
solusinya.
Memperluas informasi. Tidak dapat menunjukkan alternatif lain.
Membuat kesimpulan. Memberikan kesimpulan yang tepat.
Subjek dengan gaya kognitif impulsif dapat menyelesaikan masalah yang
diberikan melalui proses berpikir reflektif pada fase yaitu: reacting dan comparing
(kecuali indikator menerapkan strategi). Berkaitan dengan proses wawancara, subjek
cenderung memberikan respons dengan cepat, singkat, tetapi kurang jelas. Selain itu,
subjek terkadang mengulang kembali pertanyaan serta respons yang diberikan
cenderung bukan berdasarkan hasil pengolahan informasi dengan matang (misalnya
memberikan alasan: sebab berdasarkan dari soal). Sementara saat mengerjakan tes yang
diberikan, subjek cenderung langsung menuliskan setiap hal yang terlintas dipikirannya
pada lembar jawaban tanpa melalui coretan di kertas buram. Akibatnya terdapat
beberapa tahap pembuktian yang dilakukan tanpa pertimbangan yang matang atau tidak
dapat memberikan alasan yang jelas sedemikian sehingga subjek tidak dapat menyadari
dan memperbaiki kekeliruannya. Lebih lanjut, catatan waktu rata-rata yang dibutuhkan
oleh subjek impulsif saat menyelesaikan kedua masalah yang diberikan adalah sekitar
27 menit, catatan waktu ini paling cepat dibandingkan tiga subjek lainnya.
Pemaparan pada paragraf sebelumnya sesuai dengan karakteristik yang
dinyatakan oleh Rozencwajg dan Corroyer (Ningsih, 2012) dan Kagan (Widadah, dkk.,
2013) bahwa seseorang yang impulsif adalah Seseorang yang memiliki karakteristik
menggunakan waktu yang relatif singkat dalam menyelesaikan masalah, tetapi kurang
cermat sehingga jawaban cenderung salah. Nasution (2006) menjelaskan bahwa
seseorang yang impulsif akan mengambil keputusan dengan cepat tanpa memikirkannya
secara mendalam. Selain itu, Arifin (Nasriadi, 2016) menyatakan bahwa seseorang yang
memiliki gaya kognitif impulsif, memberikan reaksi yang cepat terhadap masalah yang
diterimanya, tanpa perenungan yang mendalam. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
subjek impulsif bahwa saat diberikan pertanyaan yang menuntut pemaparan alasan,
subjek cenderung menjawab dengan singkat misalnya menyatakan sebab sudah jelas
dari soal, akibatnya pemaparan yang diungkapkan tidak spesifik. Berdasarkan hal
tersebut, diperlukan beberapa pertanyaan lanjutan untuk subjek impulsif agar informasi
yang inginkan dapat terungkap dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut karakteristik
subjek yang cepat merespons sesuai dengan teori yang ada.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Nasriadi
(2016) bahwa seseorang yang bergaya kognitif impulsif cenderung cepat dan kurang
berhati-hati dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sedemikian sehingga ketika
terjadi kesalahan tidak menyadarinya. Hal ini sesuai dengan subjek impulsif bahwa
subjek tidak dapat menyadari dan memperbaiki kekeliruan yang dilakukan, sebab
subjek tidak memperlihatkan usaha mengolah dan menyeleksi informasi yang dimiliki
guna memberikan alasan yang jelas dan logis pada setiap tahap. Berkaitan dengan hal
tersebut, mengenai ketepatan jawaban yang diberikan, subjek impulsif cenderung
memberikan respons yang keliru dan tidak dapat menyadari serta memperbaikinya.
9
Tabel 6. Proses Berpikir Reflektif Subjek Reflektif
Fase/ Indikator Paparan
Fase Reacting
Membaca dan memahami
bahasa soal.
a. Masalah yang diberikan bersifat non-rutin.
b. Membaca berulang untuk memahami bahasa soal.
a. Mengidentifikasi istilah yang bermakna ganda.
Menyebutkan informasi
yang diketahui.
Memaparkan informasi yang diketahui dengan
menggunakan bahasa sendiri.
Menyebutkan hal yang
akan dibuktikan.
Memaparkan hal yang akan dibuktikan dengan
menggunakan bahasa sendiri.
Menjelaskan kemungkinan
jawaban.
Memperkirakan kemungkinan alternatif solusi yang
dapat dilakukan dengan melakukan koneksi terhadap
konsep dan prinsip berdasarkan pengalaman belajarnya.
Menyebutkan keterkaitan
antara informasi yang
diketahui dan hal yang
akan dibuktikan
Memaparkan keterkaitan antara informasi yang diketahui
dan hal yang akan dibuktikan dengan jelas dan logis,
serta memaparkannya dengan bahasa sendiri.
Menjelaskan kelengkapan
data.
Mengidentifikasi kecukupan informasi yang diketahui,
disertai dengan alasan yang jelas.
Fase comparing
Menjelaskan jawaban
permasalahan yang pernah
diperoleh sebelumnya.
Mengingat masalah serupa/identik dengan masalah yang
diberikan, disertai garis-garis besar penyelesaiannya.
Mengaitkan masalah yang
diberikan dengan masalah
yang pernah dihadapi.
Mengidentifikasi kemiripan antara masalah yang pernah
dihadapi dengan masalah yang diberikan, disertai dengan
alasan yang jelas.
Mengusulkan strategi
untuk memecahkan
masalah.
Merencanakan dan menetapkan strategi yang akan
digunakan dengan menghubungkan informasi yang
diperoleh dan hal yang akan dibuktikan.
Menjelaskan strategi
pemecahan masalah yang
diterapkan.
a. Melaksanakan strategi pemecahan masalah sesuai
yang telah direncanakan.
b. Hanya menuliskan kembali hal yang akan dibuktikan
dengan bahasa sendiri.
c. Solusi yang dituliskan sistematis dan terstruktur.
d. Memberikan alasan yang jelas dan logis pada setiap
tahap proses pembuktian yang dilakukan.
e. Menyadari dan memperbaiki kekeliruan pada solusi
yang dituliskan.
f. Membuat kesimpulan.
Fase Contemplating
Memeriksa kembali. Memeriksa kembali dengan cara membaca kembali
setiap proses, disertai pertimbangan secara menyeluruh.
Memperbaiki solusi. Menyadari dan memperbaiki kekeliruan pada solusi yang
dituliskan.
Memperluas informasi. Tidak dapat menunjukkan alternatif lain.
Membuat kesimpulan. Memberikan kesimpulan yang tepat.
10
Subjek dengan gaya kognitif reflektif dapat menyelesaikan masalah yang
diberikan melalui proses berpikir reflektif pada semua fase yaitu: reacting, comparing
dan contemplating. Berkaitan dengan proses wawancara, subjek selalu menunjukkan
sikap berpikir terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan peneliti sedemikian
sehingga memerlukan waktu yang cenderung lama, tetapi jawaban disampaikan
berdasarkan hasil pengolahan informasi yang matang). Begitupula saat mengerjakan tes
yang diberikan, subjek tampak memikirkan terlebih dahulu setiap ide yang akan
dituliskan, disertai dengan sesekali menuliskan idenya pada kertas buram sebelum
menuliskannya di lembar jawaban. Akibatnya setiap tahap pembuktian yang dilakukan
berdasarkan pada pertimbangan yang matang sedemikian sehingga subjek dapat
menyadari dan memperbaiki kekeliruan yang dialami. Lebih lanjut, catatan waktu
rata-rata yang dibutuhkan oleh subjek reflektif saat menyelesaikan kedua masalah yang
diberikan adalah sekitar 50 menit, catatan waktu ini cenderung lambat dibandingkan dua
subjek lainnya.
Pemaparan pada paragraf sebelumnya sesuai dengan karakteristik yang
dinyatakan oleh Rozencwajg dan Corroyer (Ningsih, 2012) dan Kagan (Widadah, dkk.,
2013) bahwa seseorang yang reflektif adalah seseorang yang memiliki karakteristik
menggunakan waktu yang relatif lama dalam menyelesaikan masalah, tetapi cermat atau
teliti sehingga jawaban yang diberikan cenderung benar dan unik (tidak umum). Hasil
penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Aprilia, dkk.
(2015) bahwa ciri utama siswa gaya kognitif reflektif secara akademis yaitu selalu
mencoba berulang kali saat memecahkan masalah matematika jika masih tidak
diketahui jawabannya dan lama dalam menjawab atau merespons sesuatu. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara subjek reflektif bahwa saat diberikan pertanyaan yang
menuntut pemaparan alasan, subjek cenderung merenung lama memikirkan jawaban
yang akan dikomunikasikan, walaupun demikian, jawaban yang disampaikan jelas dan
logis. Berkaitan dengan hal tersebut karakteristik subjek yang lambat merespons sesuai
dengan teori yang ada.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Nasriadi
(2016) bahwa seseorang yang bergaya kognitif reflektif terlihat sangat berhati-hati
dalam memecahkan masalah. Sehingga saat terjadi kesalahan subjek yang bergaya
kognitif reflektif dapat menyadari dan memperbaiki kesalahan tersebut. Hal ini sesuai
dengan hasil tes dan wawancara subjek reflektif bahwa subjek dapat menyadari dan
memperbaiki kekeliruan yang dilakukan, sebab subjek menunjukkan usaha untuk
mengolah informasi yang dimiliki guna memberikan alasan yang jelas dan logis pada
tiap tahap pembuktian yang dilakukan. Berkaitan dengan hal tersebut, mengenai
ketepatan jawaban yang diberikan, subjek reflektif cenderung memberikan respons yang
tepat, sebab dapat menyadari serta memperbaiki kekeliruannya.
Tabel 7. Proses Berpikir Reflektif Subjek Slow Inaccurate
Fase/ Indikator Paparan
Fase Reacting
Membaca dan memahami
bahasa soal.
a. Masalah yang diberikan bersifat non-rutin untuk
subjek SS.
b. Membaca berulang untuk memahami bahasa soal.
c. Mengidentifikasi istilah yang menimbulkan makna
ganda.
11
Fase/ Indikator Paparan
Menyebutkan informasi
yang diketahui.
Memaparkan informasi yang diketahui dengan
mengadopsi bahasa soal.
Menyebutkan hal yang
akan dibuktikan.
Memaparkan hal yang akan dibuktikan dengan
mengadopsi bahasa soal.
Menjelaskan kemungkinan
jawaban.
Memperkirakan kemungkinan alternatif solusi yang
dapat dilakukan dengan melakukan koneksi terhadap
konsep dan prinsip berdasarkan pengalaman belajarnya,
namun tidak disertai dengan alasan jelas dan logis.
Menyebutkan keterkaitan
antara informasi yang
diketahui dan hal yang
akan dibuktikan
Memaparkan keterkaitan antara informasi yang diketahui
dan hal yang akan dibuktikan dengan sekadar membaca
kembali soal dan tidak disertai dengan alasan yang logis.
Menjelaskan kelengkapan
data.
Mengidentifikasi kecukupan informasi yang diketahui,
namun tidak disertai dengan alasan yang jelas.
Fase comparing
Menjelaskan jawaban
permasalahan yang pernah
diperoleh sebelumnya.
Mengingat masalah serupa/ identik dengan masalah yang
diberikan, disertai garis-garis besar penyelesaiannya.
Mengaitkan masalah yang
diberikan dengan masalah
yang pernah dihadapi.
Mengidentifikasi kemiripan antara masalah yang pernah
dihadapi dengan masalah yang diberikan, namun kurang
spesifik.
Mengusulkan strategi
untuk memecahkan
masalah.
Merencanakan dan menetapkan strategi yang akan
digunakan, tetapi tidak disertai dengan pertimbangan
yang matang. Subjek masih ragu dengan rencana dan
strategi yang disusun.
Menjelaskan strategi
pemecahan masalah yang
diterapkan.
a. Melaksanakan strategi pemecahan masalah sesuai
dengan yang telah direncanakan.
b. Menuliskan kembali informasi yang diketahui dengan
menggunakan bahasa soal dan untuk hal yang akan
dibuktikan menggunakan bahasa sendiri.
c. Solusi yang dituliskan tidak sistematis dan tidak
terstruktur.
d. Tidak dapat memberikan alasan yang jelas dan logis
pada setiap tahap proses pembuktian yang dilakukan.
e. Tidak dapat menyadari dan memperbaiki kekeliruan
pada solusi yang dituliskan.
f. Tidak dapat membuat kesimpulan.
Fase Contemplating
Memeriksa kembali. Memeriksa kembali dengan cara membaca ulang setiap
proses, tanpa disertai pertimbangan secara menyeluruh.
Memperbaiki solusi. Tidak dapat menyadari dan memperbaiki kekeliruan pada
solusi yang dituliskan.
Memperluas informasi. Tidak dapat menunjukkan alternatif lain.
Membuat kesimpulan. Tidak dapat memberikan kesimpulan yang tepat.
Subjek dengan gaya kognitif slow inaccurate dapat menyelesaikan masalah yang
diberikan melalui proses berpikir reflektif pada fase yaitu: reacting dan comparing
12
(kecuali indikator melaksanakan strategi). Berkaitan dengan proses wawancara, subjek
cenderung lambat memberikan respons dan respons yang diberikan kadang tidak jelas
sebab tidak melalui pertimbangan yang matang (misalnya memberikan alasan: sebab
sudah jelas dari soal). Sementara saat mengerjakan tes yang diberikan, subjek
cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk merenung memikirkan ide yang akan
dituliskan pada lembar jawaban, namun aksi tersebut tidak disertai dengan menuliskan
setiap ide yang terlintas pada kertas buram. Subjek hanya sekadar berusaha
mengkoneksikan setiap hal dalam pikirannya. Walaupun demikian, pada akhirnya
subjek cenderung tidak dapat memberikan solusi yang tepat. Lebih lanjut, catatan waktu
rata-rata yang dibutuhkan oleh subjek slow inaccurate saat menyelesaikan kedua
masalah yang diberikan adalah sekitar 65 menit, merupakan catatan waktu paling lama
dibandingkan subjek lainnya.
Pemaparan pada paragraf sebelumnya sesuai dengan karakteristik yang
dinyatakan oleh Rozencwajg dan Corroyer (Ningsih, 2012) dan Kagan (Widadah, dkk.,
2013) bahwa seseorang yang slow inaccurate adalah seseorang yang memiliki
karakteristik menggunakan waktu yang lama dalam menjawab masalah, tetapi
tidak/kurang cermat sehingga jawaban cenderung salah. Berkaitan dengan hal tersebut
karakteristik subjek yang lambat merespons sesuai dengan teori yang ada. Hasil
penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Ningsih (2012) bahwa
seseorang slow inaccurate belum dapat menceritakan permasalahan yang terdapat pada
soal tersebut, hanya mengulang (membaca soal saja, tanpa makna) dan waktu yang
digunakan pun cenderung lama, tidak dapat menjelaskan kesimpulan yang dibuat
dengan benar, karena belum selesai mengerjakan dan tidak melakukan overview. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara bahwa subjek cenderung memberikan alasan hanya
dengan sekadar membaca kembali soal, tanpa adanya usaha untuk memberikan makna
pada setiap kalimat. Oleh karena itu, subjek tidak dapat memberikan kesimpulan dari
masalah yang diberikan sebab proses yang dilakukan pada dasarnya belum rampung,
terdapat tahap yang masih diragukan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Terdapat perbedaan karakteristik proses berpikir reflektif mahasiswa dalam
memecahkan masalah pembuktian materi konsep grup ditinjau dari gaya kognitif
konseptual tempo sebagai berikut:
a. Karakteristik proses berpikir reflektif subjek fast accurate yakni cepat dalam
memberikan respon tanpa melalui pertimbangan yang matang, tetapi subjek dapat
mengonfirmasi saat diperlukan pemaparan lebih lanjut. Begitu pula saat mengerjakan
test, subjek langsung menuangkan setiap idenya pada lembar jawaban tanpa melalui
pertimbangan yang matang akibatnya solusi yang diberikan tidak terstruktur sebab
subjek beberapa kali memperbaiki jawabannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
subjek dapat menyadari kekeliruan yang dialaminya sedemikian sehingga solusi yang
diberikan cenderung tepat.
b. Karakteristik proses berpikir reflektif subjek impulsif yakni cepat dalam memberikan
respon tanpa melalui pertimbangan yang matang akibatnya respon yang diberikan
kadang tidak jelas. Sementara saat mengerjakan tes, subjek dapat menuliskan solusi
yang terstruktur dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk menuliskan setiap
13
idenya. Namun, subjek cenderung tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri dengan
solusi yang diperoleh akibatnya tidak dapat menyadari kekeliruan yang dialaminya.
c. Karakteristik proses berpikir reflektif subjek reflektif yakni menelaah dan
memikirkan dengan penuh pertimbangan setiap alternatif yang mungkin saat
dihadapkan dengan suatu masalah sedemikian sehingga cenderung lama dalam
menjawab atau merespon sesuatu. Begitupun saat mengerjakan tes, subjek gaya
kognitif reflektif tidak terlalu rinci dalam menjawab soal melainkan langsung pada
hal yang ditanyakan.
d. Karakteristik proses berpikir reflektif subjek slow inaccurate yakni lama dalam
memberikan respon, subjek tampak merenungkan respon yang akan diberikan,
namun tidak disertai dengan pertimbangan secara menyeluruh sebab subjek
cenderung memberikan respon yang tidak diyakini oleh dirinya sendiri. Sementara
saat mengerjakan tes, subjek tidak dapat menuliskan solusi dengan terstruktur dan
memerlukan waktu yang lama untuk menuliskan setiap idenya.
Saran
1. Bagi pendidik perlu memberikan perhatian yang lebih kepada peserta didik yang
bergaya kognitif impulsif dan slow inaccurate dalam proses pembelajaran, sebab
berdasarkan temuan pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan seseorang
dengan gaya kognitif tersebut dalam menyelesaikan masalah matematika. Sebagai
alternatifnya pendidik dapat membuat variasi dalam proses pembelajaran, misalnya
dengan pembelajaran kooperatif agar terjadi interaksi antara peserta didik
impulsif-reflektif dan fast accurate-slow inaccurate.
2. Kajian dalam penelitian ini masih terbatas pada berpikir reflektif mahasiswa dalam
memecahkan masalah pembuktian materi konsep grup ditinjau dari gaya kognitif
konseptual tempo. Untuk penelitian lainnya dapat ditinjau dari perbedaan gaya
kognitif atau gaya belajar lainnya dan memperluas cakupan materinya.
3. Kajian pada penelitian ini hanya menggunakan masalah membuktikan saja. Oleh
karena itu, peneliti menyarankan apabila hendak melaksanakan penelitian ulang,
sebaiknya menggunakan dua masalah yaitu masalah menemukan dan masalah
membuktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arnawa, I., M. 2009. Mengembangkan Kemampuan Mahasiswa dalam Memvalidasi
Bukti pada Aljabar Abstrak Melalui Pembelajaran Berdasarkan Teori APOS. Jurnal
Matematika dan Sains, 14(2), 62-68.
Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Gurol. A. 2011. Determining the reflective thinking skills of pre-service teachers in
learning and teaching process. Energy Education Science and Technology Part B:
Social and Educational Studies, 3(3), 387-402.
Herlina, E. 2013. Meningkatkan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Melalui
Pendekatan APOS. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi
14
Bandung, 2(2), 169-182.
Kashinath, K. S. 2013. Steps of Reflective Thinking. Global Online Electronic
International Interdisciplinary Research Journal (GOEIIRJ), 2, 331-335.
Martono, K. 1999. Kalkulus. Jakarta: Erlangga.
Nasriadi, A. 2016. Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika
Ditinjau dari Perbedaan Gaya Kognitif. Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Bina
Bangsa Getsempena, 3(1), 15-26.
Noer, S., H. 2008. Problem-Based Learning dan Kemampuan Berpikir Reflektif dalam
Pembelajaran Matematika. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika
(Online), (http://eprints.uny.ac.id, Diakses 17 Oktober 2016).
Quiroga, M. A., Hernandez, J. M., Rubio, V., Shih, P. C., dan Santacreu, J. 2007.
Influence of Impulsivity-Reflexivity when Testing Dynamic Spatial Ability: Sex
and g Differences. The Spanish Journal of Psychology, 10(2), 294-302.
Sabandar, J. 2010. Berpikir Reflektif dalam pembelajaran Matematika. Prodi
Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana UPI (Online), (http://file.upi.edu,
Diakses 31 Agustus 2016).
Sholihah, U. dan Mubarok, D. A. 2016. Analisis Pemahaman Integral Taktentu
Berdasarkan Teori Apos (Action, Process, Object, Scheme) pada Mahasiswa Tadris
Matematika (TMT) IAIN Tulungagung. Cendekia, 14(1), 123-136.
Suradi. 2002. Pemanfaatan Peta Konsep dalam Menyelesaikan Soal Pembuktian pada
Teori Grup. Buletin Pendidikan Matematika, 4(2), FKIP Universitas Pattimura
Ambon.
Warli. 2009. Pembelajaran Kooperatif Berbasis Gaya Kognitif Reflektif-Impulsif (Studi
Pendahuluan Pengembangan Model KBR-I). Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, (567-574). Yogyakarta: Fakultas
MIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Widadah, S., Afifah, D. S. N., dan Suroto. 2013. Profil Metakognisi Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Berdasarkan Gaya
Kognitif. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 1(1), 13-24.
Aprilia, N. C., Sunardi dan Trapsilasiwi D. 2016. Proses Berpikir Siswa Gaya Kognitif
Reflektif dan Impulsif dalam Memecahkan Masalah Matematika di Kelas VII
SMPN 11 Jember. UNEJ Jurnal Edukasi, 3(1), 1-7.
Ningsih, P. R. 2012. Profil Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif. Gamatika, 2(2), 120-127.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Program Linear dan Metode Simpleks
Program Linear dan Metode SimpleksProgram Linear dan Metode Simpleks
Program Linear dan Metode Simpleksraaaka12
 
Metode Simplek Minimasi
Metode Simplek MinimasiMetode Simplek Minimasi
Metode Simplek MinimasiSiti Zuariyah
 
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiRelasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiOnggo Wiryawan
 
MODUL MENGENAL BENTUK ALJABAR
MODUL MENGENAL BENTUK ALJABARMODUL MENGENAL BENTUK ALJABAR
MODUL MENGENAL BENTUK ALJABARNety24
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linierAcika Karunila
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptrahmawarni
 
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksiMatriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksiElemantking Daeva
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
 
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiMatriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiRohantizani
 
Tugas statistik non parametrik
Tugas statistik non parametrikTugas statistik non parametrik
Tugas statistik non parametrikNoeghraha Prathama
 
Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013
Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013
Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013Yoollan MW
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)Nia Matus
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IFerry Angriawan
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifAyuk Wulandari
 

Was ist angesagt? (20)

Program Linear dan Metode Simpleks
Program Linear dan Metode SimpleksProgram Linear dan Metode Simpleks
Program Linear dan Metode Simpleks
 
Metode Simplek Minimasi
Metode Simplek MinimasiMetode Simplek Minimasi
Metode Simplek Minimasi
 
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiRelasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
MODUL MENGENAL BENTUK ALJABAR
MODUL MENGENAL BENTUK ALJABARMODUL MENGENAL BENTUK ALJABAR
MODUL MENGENAL BENTUK ALJABAR
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
 
20100104 fungsi determinan
20100104 fungsi determinan20100104 fungsi determinan
20100104 fungsi determinan
 
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksiMatriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomiMatriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
 
contoh soal program linear
contoh soal program linearcontoh soal program linear
contoh soal program linear
 
Tugas statistik non parametrik
Tugas statistik non parametrikTugas statistik non parametrik
Tugas statistik non parametrik
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013
Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013
Bahan Ajar Persamaan Kuadrat SMP Kelas IX Kurikulum 2013
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_I
 
MATRIKS (RPP & LKPD)
MATRIKS (RPP & LKPD)MATRIKS (RPP & LKPD)
MATRIKS (RPP & LKPD)
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
 

Ähnlich wie Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian Teorema Grup Ditinjau dari Gaya Kognitif Konseptual Tempo

Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...asmaun4
 
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)bemgusti
 
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritisPeningkatan kemampuan berpikir kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritisMilo Muhammad
 
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)Lukman
 
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pbBerfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pbAfwanilhuda Nst
 
Proposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingProposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingelita takarai
 
Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsiSayid Barca
 
RUANG KOLABORASI_TOPIK1_KELOMPOK1.pptx
RUANG KOLABORASI_TOPIK1_KELOMPOK1.pptxRUANG KOLABORASI_TOPIK1_KELOMPOK1.pptx
RUANG KOLABORASI_TOPIK1_KELOMPOK1.pptxMuhammadRyandJanuary
 
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...safitkafit
 
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxModel Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxlalumhw88
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektifLukman
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektifLukman
 
Model mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaranModel mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaranAwaluddin Asham
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaranNurul Hilal
 
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...Siti Romlah
 
Pembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitifPembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitifzikriamri86
 
Resume jurnal
Resume jurnalResume jurnal
Resume jurnalwandary
 

Ähnlich wie Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian Teorema Grup Ditinjau dari Gaya Kognitif Konseptual Tempo (20)

Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan masalah Nonrutin pa...
 
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab ii)
 
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritisPeningkatan kemampuan berpikir kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
 
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
 
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pbBerfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
 
Proposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingProposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solving
 
Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsi
 
4 modelnl
4 modelnl4 modelnl
4 modelnl
 
RUANG KOLABORASI_TOPIK1_KELOMPOK1.pptx
RUANG KOLABORASI_TOPIK1_KELOMPOK1.pptxRUANG KOLABORASI_TOPIK1_KELOMPOK1.pptx
RUANG KOLABORASI_TOPIK1_KELOMPOK1.pptx
 
Bab.2.pdf
Bab.2.pdfBab.2.pdf
Bab.2.pdf
 
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS YANG KREATIF, INOVATIF DAN MENYEN...
 
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxModel Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektif
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektif
 
Pembelajaran Osborn
Pembelajaran OsbornPembelajaran Osborn
Pembelajaran Osborn
 
Model mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaranModel mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaran
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...
 
Pembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitifPembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitif
 
Resume jurnal
Resume jurnalResume jurnal
Resume jurnal
 

Mehr von Muhammad Alfiansyah Alfi

Pencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdf
Pencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdfPencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdf
Pencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdfMuhammad Alfiansyah Alfi
 
Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...
Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...
Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Bab v 2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda
Bab v   2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbedaBab v   2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda
Bab v 2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbedaMuhammad Alfiansyah Alfi
 
Bab iv 3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagian
Bab iv   3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagianBab iv   3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagian
Bab iv 3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagianMuhammad Alfiansyah Alfi
 
Bab iv 2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan pengurangan
Bab iv   2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan penguranganBab iv   2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan pengurangan
Bab iv 2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan penguranganMuhammad Alfiansyah Alfi
 

Mehr von Muhammad Alfiansyah Alfi (20)

Pencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdf
Pencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdfPencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdf
Pencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdf
 
Infografis Laporan Aktualisasi.pdf
Infografis Laporan Aktualisasi.pdfInfografis Laporan Aktualisasi.pdf
Infografis Laporan Aktualisasi.pdf
 
Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...
Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...
Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...
 
ANALISIS KKM
ANALISIS KKMANALISIS KKM
ANALISIS KKM
 
PROGRAM SEMESTER KELAS 8
PROGRAM SEMESTER KELAS 8PROGRAM SEMESTER KELAS 8
PROGRAM SEMESTER KELAS 8
 
PROGRAM TAHUNAN KELAS 8
PROGRAM TAHUNAN KELAS 8PROGRAM TAHUNAN KELAS 8
PROGRAM TAHUNAN KELAS 8
 
SILABUS MATEMATIKA KELAS 8
SILABUS MATEMATIKA KELAS 8SILABUS MATEMATIKA KELAS 8
SILABUS MATEMATIKA KELAS 8
 
Bab v 2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda
Bab v   2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbedaBab v   2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda
Bab v 2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda
 
Bab v 1. perbandingan dua besaran
Bab v   1. perbandingan dua besaranBab v   1. perbandingan dua besaran
Bab v 1. perbandingan dua besaran
 
Bab iv 8. remedial dan pengayaan ke-4
Bab iv   8. remedial dan pengayaan ke-4Bab iv   8. remedial dan pengayaan ke-4
Bab iv 8. remedial dan pengayaan ke-4
 
Bab iv 7. ujian harian ke-4
Bab iv   7. ujian harian ke-4Bab iv   7. ujian harian ke-4
Bab iv 7. ujian harian ke-4
 
Bab iv 6. tugas projek ke-4
Bab iv   6. tugas projek ke-4Bab iv   6. tugas projek ke-4
Bab iv 6. tugas projek ke-4
 
Bab iv 5. menyelesaikan masalah pt lsv
Bab iv   5. menyelesaikan masalah pt lsvBab iv   5. menyelesaikan masalah pt lsv
Bab iv 5. menyelesaikan masalah pt lsv
 
Bab iv 4. konsep pt lsv
Bab iv   4. konsep pt lsvBab iv   4. konsep pt lsv
Bab iv 4. konsep pt lsv
 
Bab iv 3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagian
Bab iv   3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagianBab iv   3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagian
Bab iv 3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagian
 
Bab iv 2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan pengurangan
Bab iv   2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan penguranganBab iv   2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan pengurangan
Bab iv 2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan pengurangan
 
Bab iv 1. konsep plsv
Bab iv   1. konsep plsvBab iv   1. konsep plsv
Bab iv 1. konsep plsv
 
Bab iii 8. remedial dan pengayaan ke-3
Bab iii   8. remedial dan pengayaan ke-3Bab iii   8. remedial dan pengayaan ke-3
Bab iii 8. remedial dan pengayaan ke-3
 
Bab iii 7. ujian harian ke-3
Bab iii   7. ujian harian ke-3Bab iii   7. ujian harian ke-3
Bab iii 7. ujian harian ke-3
 
Bab iii 6. tugas projek ke-3
Bab iii   6. tugas projek ke-3Bab iii   6. tugas projek ke-3
Bab iii 6. tugas projek ke-3
 

Kürzlich hochgeladen

Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdfAfriYani29
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024panyuwakezia
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian Teorema Grup Ditinjau dari Gaya Kognitif Konseptual Tempo

  • 1. 1 THE PROCESS OF REFLECTIVE THINKING IN SOLVING THE PROBLEM OF MATHEMATICS EDUCATION STUDENTS ON THE MATRIAL OF THE GROUP VIEWED FROM CONCEPTUAL TEMPO COGNITIVE STYLES Nurdin Arsyad, Alimuddin, Muh. Alfiansyah Mathematics Education Postgraduate Program Universitas Negeri Makassar, Indonesia e-mail : muh.alfiansyah11@gmail.com ABSTRACT The research was descriptive research by using qualitative approach, the subject were four students of Mathematics Education. The results of the research showed that: the fast accurate and reflective subject reached each phase of reflective process which covered reacting, comparing, and contemplating phase. Meanwhile, the impulsive and slow inaccurate subject reached reflective thinking phase process only in reacting and comparing phase (except strategy implementation indicator). The fast accurate subject was quick in giving response without careful consideration, so the solution given was not structured and there were some mistake but soon realized, so the solution which was given tended to be fast. The impulsive subject was quick in giving response without careful consideration, so the response given was unclear and tended to be wrong. The reflective subject reviewed and thought carefully each alternative which was possible when facing the problem, the response given was not too detail but tended to be correct. Meanwhile, the slow inaccurate subject was long in giving response but without throught consideration because the subject tended to give response which was not believed by herself. Keywords: reflektive thinking, cognitive styles, group theory PENDAHULUAN Tujuan pembelajaran matematika di perguruan tinggi yakni untuk memperoleh pengetahuan dasar dan pola pikir matematika dalam bentuk tertatanya pola pikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematik, terlatihnya daya nalar dan kreativitas setelah mempelajari berbagai strategi dalam pemecahan masalah, terlatih dalam merancang model matematika sederhana dan terampil dalam teknik matematika yang baku dengan didukung oleh konsep, penalaran, rumus, dan metode yang benar (Martono, 1999). Pembelajaran matematika di perguruan tinggi mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan kemandirian mahasiswa (Sholihah dan Mubarok, 2016). Menurut Polya (Suradi, 2002) masalah dalam matematika dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu masalah untuk menemukan (problem to find) dan masalah untuk membuktikan (problem to prove).
  • 2. 2 Arnawa (2009) mengemukakan bahwa mahasiswa terkadang mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan pemecahan masalah pembuktian, hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti: konsep-konsep dalam materi yang abstrak dan berfungsi sebagai kategori dengan cakupan luas dan beragam, banyak contoh-contoh yang berkenaan dengan konsep tidak dikenali dengan baik oleh mahasiswa dan banyak mahasiswa yang belum terbiasa dengan pembuktian. Lebih lanjut, (Herlina, 2013) mengemukakan bahwa ada mahasiswa yang mampu melakukan pembuktian yang valid, namun tidak dapat menjelaskan bukti tersebut. Hal ini disebabkan mahasiswa lebih cenderung menghafal struktur dari bukti. Menurut Sabandar (2010) dalam mempelajari matematika mahasiswa harus memiliki keterampilan berpikir agar mampu memahami konsep-konsep matematika yang telah dipelajari serta menggunakannya dengan tepat untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang dihadapi. Proses berpikir dalam menyelesaikan masalah matematika yang dimaksud terkait dengan kemampuan mengingat, mengenali hubungan antar konsep, hubungan sebab akibat, hubungan analogi atau perbedaan, yang selanjutnya dapat menimbulkan gagasan-gagasan original sehingga berpengaruh dalam penarikan keputusan atau kesimpulan. Salah satu kemampuan berpikir yang mendukung keterampilan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika adalah berpikir reflektif. Noer (2008) menjelaskan bahwa teori berpikir reflektif dimulai dari eksplorasi John Dewey saat mendiskusikan proses mental tertentu yaitu memfokuskan dan mengendalikan pola pikiran. Dewey menamai hal tersebut dengan istilah "berpikir reflektif". Proses yang dilakukan bukan sekadar urutan dari gagasan-gagasan, tetapi suatu proses yang berurutan sedemikian sehingga setiap ide mengacu pada ide terdahulu untuk menentukan langkah berikutnya. Dengan demikian, semua langkah berurutan, saling terhubung, saling mendukung satu sama lain dan berperan untuk menuju pada penarikan kesimpulan atau menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Gurol (2011) mendefinisikan berpikir reflektif sebagai proses kegiatan terarah dan tepat yakni seseorang menyadari, menganalisis, mengevaluasi, memotivasi, mendapatkan makna yang mendalam, menggunakan strategi belajar yang tepat dalam proses belajarnya sendiri. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Skemp (Nasriadi, 2016) mengemukakan bahwa berpikir reflektif dapat digambarkan sebagai proses berpikir yang merespons masalah dengan menggunakan informasi atau data yang berasal dari dalam diri (internal), dapat menjelaskan apa yang telah dilakukan, memperbaiki kesalahan yang ditemukan dalam memecahkan masalah, serta mengkomunikasikan ide dengan simbol bukan dengan gambar atau objek langsung. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan wawancara singkat yang dilakukan dengan mahasiswa PPs Pendidikan Matematika UNM angkatan 2016/2017 (semester ganjil), peneliti memperoleh beberapa temuan diantaranya: mahasiswa merasa kesulitan memahami alur pembuktian teorema, padahal menurutnya teorema-teorema tersebut sangat berguna saat dihadapkan dengan masalah pembuktian. Lebih lanjut, mengingat sejumlah teorema yang ada juga merupakan hal yang tidak mudah, akibatnya ketika memecahkan masalah pembuktian mereka cenderung hanya kembali pada definisi. Selain itu, cara menuliskan suatu bukti secara formal juga menjadi kendala yang dialami, sedemikian sehingga mereka cenderung sekadar menghafal pembuktian yang ada sebab tidak mengetahui apa itu bukti dan bagaimana menuliskannya. Sementara itu, beberapa mahasiswa yang diobservasi belum mampu menyelesaikan tugas berpikir reflektif matematis (masalah pembuktian grup) yakni pada tugas mengaitkan dan mengevaluasi.
  • 3. 3 Selain memperhatikan kemampuan berpikir reflektif, pengajar juga perlu memperhatikan gaya kognitif mahasiswa saat memecahkan masalah, sebab menurut Panjaitan (Nasriadi, 2016) pemecahan masalah dapat dipahami sebagai suatu proses kognitif yang memerlukan usaha dan konsentrasi pikiran, karena dalam memecahkan masalah mahasiswa mengumpulkan, mengidentifikasi dan menganalisis informasi yang relevan dan akhirnya mengambil keputusan. Oleh sebab itu, menurut Nasriadi (2016) gaya kognitif berhubungan dengan cara penerimaan dan pemrosesan informasi mahasiswa, sehingga berpengaruh terhadap keberhasilannya memecahkan masalah. Para psikolog mengembangkan berbagai jenis gaya kognitif diantaranya berdasarkan konseptual tempo (kecepatan dalam berpikir) yakni gaya kognitif reflektif-impulsif. Kagan dan Kogan (Warli, 2009) mendefinisikan reflektif-impulsif adalah derajat/tingkat subjek dalam menggambarkan ketepatan dugaan penyelesaian masalah yang mengandung ketidakpastian jawaban. Mengacu pada definisi impulsif-reflektif tersebut, terdapat dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam mengukur impulsif-reflektif, yaitu: Aspek pertama, dalam mengukur impulsif reflektif dilihat dari variabel waktu yang digunakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah. Aspek kedua, frekuensi mahasiswa dalam memberikan jawaban sampai mendapatkan jawaban benar. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik “Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Pembuktian Konsep Grup Ditinjau dari Gaya Kognitif Konseptual Tempo”. Tabel 1. Karakteristik Proses Berpikir Reflektif Pemecahan Pembuktian Fase/ Tingkatan Sumber Asli 1. Reacting (berpikir reflektif untuk aksi), dalam tingkatan ini hal-hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa adalah: a. Membaca dan memahami bahasa soal. b. Menyebutkan apa yang diketahui. c. Menyebutkan yang akan dibuktikan. d. Menjelaskan kemungkinan jawaban. e. Menyebutkan hubungan antara yang ditanya dengan yang diketahui. f. Menjelaskan kelengkapan data diketahui apakah sudah cukup untuk melakukan pembuktian. Pada tingkat ini siswa cenderung menggunakan sumber asli Curiosity (keingintahuan dalam pemahaman masalah). 2. Comparing (berpikir reflektif untuk evaluasi), pada tingkat ini mahasiswa melakukan beberapa hal sebagai berikut: a. Menjelaskan jawaban permasalahan yang pernah diperoleh sebelumnya. b. Mengaitkan masalah yang ditanyakan dengan masalah yang pernah dihadapi. c. Mengusulkan strategi. d. Menjelaskan strategi. Pada tingkat ini mahasiswa cenderung menggunakan sumber asli Suggestion (saran) berupa ide yang dirancang sesuai pengetahuan yang telah diketahui. 3. Contemplating (berpikir reflektif untuk inkuiri kritis), pada fase ini mahasiswa melakukan beberapa hal berikut: Pada tingkat ini maahasiswa cenderung menggunakan sumber asli
  • 4. 4 Fase/ Tingkatan Sumber Asli a. Memeriksa kembali solusi yang diberikan. b. Memperbaiki dan menjelaskan jika terjadi kesalahan dari jawaban. c. Memperluas informasi. d. Membuat kesimpulan dengan benar . berupa Orderlinnes (keteraturan) berdasarkan Curiosity (keingintahuan) Suggestion (saran). Sumber: Surbeck, Han, dan Moyer (Noer, 2008) & Primrose (Kashinath, 2013) METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini dipilih dari mahasiswa kelas B dan F Prodi Pendidikan Matematika PPs UNM angkatan 2016/2017. Subjek penelitian terdiri dari empat mahasiswa dengan rincian masing-masing satu mahasiswa pada tiap kategori gaya kognitif konseptual tempo. Penetapan subjek penelitian juga mempertimbangkan tingkat kemampuan awal mahasiswa berada pada kategori tinggi (memperoleh nilai minimal 85 pada mata kuliah teori grup), jenis kelamin dan kemampuan komunikasi yang baik. Data penelitian dikumpulkan menggunakan dua instrumen yakni: 1) instrumen utama yaitu peneliti sendiri; dan 2) instrumen pendukung terdiri dari: a) Matching Familiar Figure Test (MFFT) yang dimodifikasi oleh Warli (2010), untuk pengkategorian gaya kognitif konseptual tempo menggunakan kriteria Quoriga, dkk. (2007) yakni berdasarkan median waktu dan median frekuensi memberikan jawaban sampai memperoleh jawaban benar; b) Tes pemecahan masalah; dan c) pedoman wawancara. Untuk menguji kredibilitas data (kepercayaan terhadap data), peneliti melakukan triangulasi metode dan triangulasi waktu. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil tes gaya kognitif MFFT diperoleh data seperti yang tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Deskripsi Gaya Kognitif Mahasiswa Kelas Gaya Kognitif Jumlah MahasiswaFast Accurate Reflektif Impulsif Slow Inaccurate B 3 5 3 3 14 F 2 3 5 2 12 Jumlah 5 8 8 5 26 Berdasarkan Tabel 1 diperoleh bahwa dari 26 mahasiswa yang bersedia diberikan tes gaya kognitif konseptual tempo, terdapat 19.23% mahasiswa yang berada pada kelompok gaya kognitif Fast Accurate, 30.77% yang berada pada kelompok gaya kognitif reflektif, 30.77% yang berada pada kelompok gaya kognitif impulsif dan 19.23% yang berada pada kelompok gaya kognitif Slow Inaccurate.
  • 5. 5 Setelah mengelompokkan mahasiswa berdasarkan gaya kognitifnya, tahap selanjutnya adalah memilih masing-masing satu mahasiswa pada setiap kategori dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang meliputi: memiliki kemampuan setara yakni dengan melihat range nilai mata kuliah teori grup mahasiswa yang terpilih berada pada selang 0 sampai 10 dengan skala 0 sampai 100, berjenis kelamin sama dan dapat berkomunikasi dengan baik. Data subjek yang terpilih tertera pada tabel 3. Tabel 3. Profil Subjek yang Terpilih Inisial Nama Mahasiswa Kelas Jenis Kelamin Kategori gaya Kognitif Nilai Mata Kuliah Teori Grup NB F Perempuan Fast Accurate 91 NI F Perempuan Impulsif 93 NA B Perempuan Reflektif 90 Mai B Perempuan Slow Inaccurate 89 Tabel 4. Proses Berpikir Reflektif Subjek Fast Accurate Fase/ Indikator Paparan Fase Reacting Membaca dan memahami bahasa soal. a. Masalah yang diberikan bersifat non-rutin b. Membaca sekilas untuk memahami bahasa soal. c. Mengidentifikasi istilah yang dapat ditafsirkan berbeda oleh orang lain. Menyebutkan informasi yang diketahui. Memaparkan informasi yang diketahui dengan mengadopsi bahasa soal. Menyebutkan hal yang akan dibuktikan. Memaparkan hal yang akan dibuktikan dengan mengadopsi bahasa soal. Menjelaskan kemungkinan jawaban. Memperkirakan kemungkinan alternatif solusi yang dapat dilakukan dengan melakukan koneksi terhadap konsep dan prinsip berdasarkan pengalaman belajarnya. Menyebutkan keterkaitan antara informasi yang diketahui dan hal yang akan dibuktikan Memaparkan keterkaitan antara informasi yang diketahui dan hal yang akan dibuktikan dengan sekadar membaca kembali soal. Menjelaskan kelengkapan data. Mengidentifikasi kecukupan informasi yang diketahui serta informasi lain yang menurutnya dapat menunjang dalam menyelesaikan masalah. Fase comparing Menjelaskan jawaban permasalahan yang pernah diperoleh sebelumnya. Mengingat masalah serupa/ identik dengan masalah yang diberikan, disertai garis-garis besar penyelesaiannya. Mengaitkan masalah yang diberikan dengan masalah yang pernah dihadapi. Mengidentifikasi kemiripan masalah yang pernah dihadapi dengan masalah yang diberikan, namun kurang spesifik. Keyakinan subjek dengan kemampuan awal yang dimiliki. Ragu dengan kemampuan awal yang dimiliki dapat menyelesaikan masalah yang diberikan.
  • 6. 6 Fase/ Indikator Paparan Mengusulkan strategi untuk memecahkan masalah. Merencanakan dan menetapkan strategi yang akan digunakan dengan menghubungkan informasi yang diperoleh dan hal yang akan dibuktikan. Menjelaskan strategi pemecahan masalah yang diterapkan. a. Melaksanakan strategi pemecahan masalah sesuai dengan yang telah direncanakan. b. Menuliskan kembali informasi diketahui dan hal yang akan dibuktikan dengan menggunakan bahasa soal. c. Solusi yang dituliskan kurang sistematis dan kurang terstruktur. d. Meyakinkan setiap langkah yang dilakukannya dengan alasan jelas dan logis. e. Menyadari dan memperbaiki kekeliruan pada solusi yang dituliskan. f. Membuat kesimpulan. Fase Contemplating Memeriksa kembali. Memeriksa kembali dengan cara membaca ulang setiap proses, dengan memberikan alasan yang logis pada setiap tahapnya. Memperbaiki solusi. Tidak menemukan kekeliruan dan merasa yakin dengan solusinya. Memperluas informasi. Tidak dapat menunjukkan alternatif lain. Membuat kesimpulan. Memberikan kesimpulan yang tepat. Subjek dengan gaya kognitif fast accurate dapat menyelesaikan masalah yang diberikan melalui proses berpikir reflektif pada semua fase yaitu: reacting, comparing dan contemplating. Berkaitan dengan proses wawancara, subjek cenderung memberikan respons dengan cepat, singkat dan jelas, namun terkadang mengulang kembali pertanyaan serta respons yang diberikan bukan berdasarkan hasil pengolahan informasi dengan matang (misalnya memberikan alasan: sebab berdasarkan dari soal). Sementara saat mengerjakan tes yang diberikan, subjek cenderung langsung menuliskan setiap hal yang terlintas dipikirannya pada lembar jawaban tanpa melalui coretan di kertas buram atau dengan kata lain tanpa mengolah dan menyeleksi informasi tersebut terlebih dahulu. Akibatnya dari lembar jawaban, subjek terlihat beberapa kali menghapus dan mengganti jawabannya. Walaupun demikian, pada akhirnya subjek dapat memberikan solusi yang tepat. Lebih lanjut, catatan waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh subjek fast accurate saat menyelesaikan kedua masalah yang diberikan adalah sekitar 35 menit, catatan waktu ini lebih cepat dibandingkan dua subjek lainnya. Pemaparan pada paragraf sebelumnya sesuai dengan karakteristik yang dinyatakan oleh Rozencwajg dan Corroyer (Ningsih, 2012) dan Kagan (Widadah, dkk., 2013) bahwa seseorang yang fast accurate adalah seseorang yang memiliki karakteristik menggunakan waktu singkat dalam menjawab masalah, tetapi cermat/teliti sehingga jawaban yang diberikan cenderung benar. Berkaitan dengan hal tersebut karakteristik subjek yang cepat merespons sesuai dengan teori yang ada. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Ningsih (2012) bahwa seseorang fast accurate menceritakan kembali permasalahan yang terdapat pada soal dengan bahasa sendiri, cenderung singkat dan jelas, serta waktu yang digunakan untuk menjawab juga sangat singkat. Selanjutnya mengenai ketepatan jawaban yang diberikan, subjek fast
  • 7. 7 accurate cenderung memberikan respons yang salah pada respons pertama. Hal ini terlihat dari lembar jawaban bahwa subjek beberapa kali menghapus dan mengganti jawabannya, meskipun pada akhirnya ia menyadari sendiri kesalahannya dan dapat memberikan solusi yang tepat. Selain itu, dalam memaparkan beberapa alasan subjek cenderung mengadopsi bahasa soal secara langsung, namun ketika dikonfirmasi subjek dapat memberi penjelasan. Tabel 5. Proses Berpikir Reflektif Subjek Impulsif Fase/ Indikator Paparan Fase Reacting Membaca dan memahami bahasa soal. a. Masalah yang diberikan bersifat non-rutin. b. Membaca berulang untuk memahami bahasa soal. c. Mengidentifikasi istilah yang menimbulkan makna ganda dan ada istilah yang tidak dapat dijelaskan. Menyebutkan informasi yang diketahui. Memaparkan informasi yang diketahui dengan mengadopsi bahasa soal. Menyebutkan hal yang akan dibuktikan. Memaparkan hal yang akan dibuktikan dengan mengadopsi bahasa soal. Menjelaskan kemungkinan jawaban. Memperkirakan kemungkinan alternatif solusi yang dapat dilakukan dengan melakukan koneksi terhadap konsep dan prinsip berdasarkan pengalaman belajarnya. Menyebutkan keterkaitan antara informasi yang diketahui dan hal yang akan dibuktikan Memaparkan keterkaitan antara informasi yang diketahui dan hal yang akan dibuktikan dengan sekadar membaca kembali soal. Menjelaskan kelengkapan data. Mengidentifikasi kecukupan informasi yang diketahui disertai dengan alasan yang jelas. Fase comparing Menjelaskan jawaban permasalahan yang pernah diperoleh sebelumnya. Mengingat masalah serupa/ identik dengan masalah yang diberikan, disertai garis-garis besar penyelesaiannya. Mengaitkan masalah yang diberikan dengan masalah yang pernah dihadapi. Mengidentifikasi kemiripan antara masalah yang pernah dihadapi dengan masalah yang diberikan, namun kurang spesifik. Mengusulkan strategi untuk memecahkan masalah. Merencanakan dan menetapkan strategi yang akan digunakan dengan menghubungkan informasi yang diperoleh dan hal yang akan dibuktikan. Menjelaskan strategi pemecahan masalah yang diterapkan. a. Melaksanakan strategi pemecahan masalah sesuai dengan yang telah direncanakan. b. Menuliskan kembali informasi yang diketahui dan hal yang akan dibuktikan dengan bahasa sendiri. c. Solusi yang dituliskan sistematis dan terstruktur. d. Tidak dapat memberikan alasan yang jelas dan logis pada setiap tahap proses pembuktian yang dilakukan. e. Tidak dapat menyadari dan memperbaiki kekeliruan pada solusi yang dituliskan. f. Tidak dapat membuat kesimpulan.
  • 8. 8 Fase/ Indikator Paparan Fase Contemplating Memeriksa kembali. Memeriksa kembali dengan cara membaca ulang setiap proses, dengan memberikan alasan yang logis pada setiap tahapnya. Memperbaiki solusi. Tidak menemukan kekeliruan dan merasa yakin dengan solusinya. Memperluas informasi. Tidak dapat menunjukkan alternatif lain. Membuat kesimpulan. Memberikan kesimpulan yang tepat. Subjek dengan gaya kognitif impulsif dapat menyelesaikan masalah yang diberikan melalui proses berpikir reflektif pada fase yaitu: reacting dan comparing (kecuali indikator menerapkan strategi). Berkaitan dengan proses wawancara, subjek cenderung memberikan respons dengan cepat, singkat, tetapi kurang jelas. Selain itu, subjek terkadang mengulang kembali pertanyaan serta respons yang diberikan cenderung bukan berdasarkan hasil pengolahan informasi dengan matang (misalnya memberikan alasan: sebab berdasarkan dari soal). Sementara saat mengerjakan tes yang diberikan, subjek cenderung langsung menuliskan setiap hal yang terlintas dipikirannya pada lembar jawaban tanpa melalui coretan di kertas buram. Akibatnya terdapat beberapa tahap pembuktian yang dilakukan tanpa pertimbangan yang matang atau tidak dapat memberikan alasan yang jelas sedemikian sehingga subjek tidak dapat menyadari dan memperbaiki kekeliruannya. Lebih lanjut, catatan waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh subjek impulsif saat menyelesaikan kedua masalah yang diberikan adalah sekitar 27 menit, catatan waktu ini paling cepat dibandingkan tiga subjek lainnya. Pemaparan pada paragraf sebelumnya sesuai dengan karakteristik yang dinyatakan oleh Rozencwajg dan Corroyer (Ningsih, 2012) dan Kagan (Widadah, dkk., 2013) bahwa seseorang yang impulsif adalah Seseorang yang memiliki karakteristik menggunakan waktu yang relatif singkat dalam menyelesaikan masalah, tetapi kurang cermat sehingga jawaban cenderung salah. Nasution (2006) menjelaskan bahwa seseorang yang impulsif akan mengambil keputusan dengan cepat tanpa memikirkannya secara mendalam. Selain itu, Arifin (Nasriadi, 2016) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki gaya kognitif impulsif, memberikan reaksi yang cepat terhadap masalah yang diterimanya, tanpa perenungan yang mendalam. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara subjek impulsif bahwa saat diberikan pertanyaan yang menuntut pemaparan alasan, subjek cenderung menjawab dengan singkat misalnya menyatakan sebab sudah jelas dari soal, akibatnya pemaparan yang diungkapkan tidak spesifik. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan beberapa pertanyaan lanjutan untuk subjek impulsif agar informasi yang inginkan dapat terungkap dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut karakteristik subjek yang cepat merespons sesuai dengan teori yang ada. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Nasriadi (2016) bahwa seseorang yang bergaya kognitif impulsif cenderung cepat dan kurang berhati-hati dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sedemikian sehingga ketika terjadi kesalahan tidak menyadarinya. Hal ini sesuai dengan subjek impulsif bahwa subjek tidak dapat menyadari dan memperbaiki kekeliruan yang dilakukan, sebab subjek tidak memperlihatkan usaha mengolah dan menyeleksi informasi yang dimiliki guna memberikan alasan yang jelas dan logis pada setiap tahap. Berkaitan dengan hal tersebut, mengenai ketepatan jawaban yang diberikan, subjek impulsif cenderung memberikan respons yang keliru dan tidak dapat menyadari serta memperbaikinya.
  • 9. 9 Tabel 6. Proses Berpikir Reflektif Subjek Reflektif Fase/ Indikator Paparan Fase Reacting Membaca dan memahami bahasa soal. a. Masalah yang diberikan bersifat non-rutin. b. Membaca berulang untuk memahami bahasa soal. a. Mengidentifikasi istilah yang bermakna ganda. Menyebutkan informasi yang diketahui. Memaparkan informasi yang diketahui dengan menggunakan bahasa sendiri. Menyebutkan hal yang akan dibuktikan. Memaparkan hal yang akan dibuktikan dengan menggunakan bahasa sendiri. Menjelaskan kemungkinan jawaban. Memperkirakan kemungkinan alternatif solusi yang dapat dilakukan dengan melakukan koneksi terhadap konsep dan prinsip berdasarkan pengalaman belajarnya. Menyebutkan keterkaitan antara informasi yang diketahui dan hal yang akan dibuktikan Memaparkan keterkaitan antara informasi yang diketahui dan hal yang akan dibuktikan dengan jelas dan logis, serta memaparkannya dengan bahasa sendiri. Menjelaskan kelengkapan data. Mengidentifikasi kecukupan informasi yang diketahui, disertai dengan alasan yang jelas. Fase comparing Menjelaskan jawaban permasalahan yang pernah diperoleh sebelumnya. Mengingat masalah serupa/identik dengan masalah yang diberikan, disertai garis-garis besar penyelesaiannya. Mengaitkan masalah yang diberikan dengan masalah yang pernah dihadapi. Mengidentifikasi kemiripan antara masalah yang pernah dihadapi dengan masalah yang diberikan, disertai dengan alasan yang jelas. Mengusulkan strategi untuk memecahkan masalah. Merencanakan dan menetapkan strategi yang akan digunakan dengan menghubungkan informasi yang diperoleh dan hal yang akan dibuktikan. Menjelaskan strategi pemecahan masalah yang diterapkan. a. Melaksanakan strategi pemecahan masalah sesuai yang telah direncanakan. b. Hanya menuliskan kembali hal yang akan dibuktikan dengan bahasa sendiri. c. Solusi yang dituliskan sistematis dan terstruktur. d. Memberikan alasan yang jelas dan logis pada setiap tahap proses pembuktian yang dilakukan. e. Menyadari dan memperbaiki kekeliruan pada solusi yang dituliskan. f. Membuat kesimpulan. Fase Contemplating Memeriksa kembali. Memeriksa kembali dengan cara membaca kembali setiap proses, disertai pertimbangan secara menyeluruh. Memperbaiki solusi. Menyadari dan memperbaiki kekeliruan pada solusi yang dituliskan. Memperluas informasi. Tidak dapat menunjukkan alternatif lain. Membuat kesimpulan. Memberikan kesimpulan yang tepat.
  • 10. 10 Subjek dengan gaya kognitif reflektif dapat menyelesaikan masalah yang diberikan melalui proses berpikir reflektif pada semua fase yaitu: reacting, comparing dan contemplating. Berkaitan dengan proses wawancara, subjek selalu menunjukkan sikap berpikir terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan peneliti sedemikian sehingga memerlukan waktu yang cenderung lama, tetapi jawaban disampaikan berdasarkan hasil pengolahan informasi yang matang). Begitupula saat mengerjakan tes yang diberikan, subjek tampak memikirkan terlebih dahulu setiap ide yang akan dituliskan, disertai dengan sesekali menuliskan idenya pada kertas buram sebelum menuliskannya di lembar jawaban. Akibatnya setiap tahap pembuktian yang dilakukan berdasarkan pada pertimbangan yang matang sedemikian sehingga subjek dapat menyadari dan memperbaiki kekeliruan yang dialami. Lebih lanjut, catatan waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh subjek reflektif saat menyelesaikan kedua masalah yang diberikan adalah sekitar 50 menit, catatan waktu ini cenderung lambat dibandingkan dua subjek lainnya. Pemaparan pada paragraf sebelumnya sesuai dengan karakteristik yang dinyatakan oleh Rozencwajg dan Corroyer (Ningsih, 2012) dan Kagan (Widadah, dkk., 2013) bahwa seseorang yang reflektif adalah seseorang yang memiliki karakteristik menggunakan waktu yang relatif lama dalam menyelesaikan masalah, tetapi cermat atau teliti sehingga jawaban yang diberikan cenderung benar dan unik (tidak umum). Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Aprilia, dkk. (2015) bahwa ciri utama siswa gaya kognitif reflektif secara akademis yaitu selalu mencoba berulang kali saat memecahkan masalah matematika jika masih tidak diketahui jawabannya dan lama dalam menjawab atau merespons sesuatu. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara subjek reflektif bahwa saat diberikan pertanyaan yang menuntut pemaparan alasan, subjek cenderung merenung lama memikirkan jawaban yang akan dikomunikasikan, walaupun demikian, jawaban yang disampaikan jelas dan logis. Berkaitan dengan hal tersebut karakteristik subjek yang lambat merespons sesuai dengan teori yang ada. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Nasriadi (2016) bahwa seseorang yang bergaya kognitif reflektif terlihat sangat berhati-hati dalam memecahkan masalah. Sehingga saat terjadi kesalahan subjek yang bergaya kognitif reflektif dapat menyadari dan memperbaiki kesalahan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil tes dan wawancara subjek reflektif bahwa subjek dapat menyadari dan memperbaiki kekeliruan yang dilakukan, sebab subjek menunjukkan usaha untuk mengolah informasi yang dimiliki guna memberikan alasan yang jelas dan logis pada tiap tahap pembuktian yang dilakukan. Berkaitan dengan hal tersebut, mengenai ketepatan jawaban yang diberikan, subjek reflektif cenderung memberikan respons yang tepat, sebab dapat menyadari serta memperbaiki kekeliruannya. Tabel 7. Proses Berpikir Reflektif Subjek Slow Inaccurate Fase/ Indikator Paparan Fase Reacting Membaca dan memahami bahasa soal. a. Masalah yang diberikan bersifat non-rutin untuk subjek SS. b. Membaca berulang untuk memahami bahasa soal. c. Mengidentifikasi istilah yang menimbulkan makna ganda.
  • 11. 11 Fase/ Indikator Paparan Menyebutkan informasi yang diketahui. Memaparkan informasi yang diketahui dengan mengadopsi bahasa soal. Menyebutkan hal yang akan dibuktikan. Memaparkan hal yang akan dibuktikan dengan mengadopsi bahasa soal. Menjelaskan kemungkinan jawaban. Memperkirakan kemungkinan alternatif solusi yang dapat dilakukan dengan melakukan koneksi terhadap konsep dan prinsip berdasarkan pengalaman belajarnya, namun tidak disertai dengan alasan jelas dan logis. Menyebutkan keterkaitan antara informasi yang diketahui dan hal yang akan dibuktikan Memaparkan keterkaitan antara informasi yang diketahui dan hal yang akan dibuktikan dengan sekadar membaca kembali soal dan tidak disertai dengan alasan yang logis. Menjelaskan kelengkapan data. Mengidentifikasi kecukupan informasi yang diketahui, namun tidak disertai dengan alasan yang jelas. Fase comparing Menjelaskan jawaban permasalahan yang pernah diperoleh sebelumnya. Mengingat masalah serupa/ identik dengan masalah yang diberikan, disertai garis-garis besar penyelesaiannya. Mengaitkan masalah yang diberikan dengan masalah yang pernah dihadapi. Mengidentifikasi kemiripan antara masalah yang pernah dihadapi dengan masalah yang diberikan, namun kurang spesifik. Mengusulkan strategi untuk memecahkan masalah. Merencanakan dan menetapkan strategi yang akan digunakan, tetapi tidak disertai dengan pertimbangan yang matang. Subjek masih ragu dengan rencana dan strategi yang disusun. Menjelaskan strategi pemecahan masalah yang diterapkan. a. Melaksanakan strategi pemecahan masalah sesuai dengan yang telah direncanakan. b. Menuliskan kembali informasi yang diketahui dengan menggunakan bahasa soal dan untuk hal yang akan dibuktikan menggunakan bahasa sendiri. c. Solusi yang dituliskan tidak sistematis dan tidak terstruktur. d. Tidak dapat memberikan alasan yang jelas dan logis pada setiap tahap proses pembuktian yang dilakukan. e. Tidak dapat menyadari dan memperbaiki kekeliruan pada solusi yang dituliskan. f. Tidak dapat membuat kesimpulan. Fase Contemplating Memeriksa kembali. Memeriksa kembali dengan cara membaca ulang setiap proses, tanpa disertai pertimbangan secara menyeluruh. Memperbaiki solusi. Tidak dapat menyadari dan memperbaiki kekeliruan pada solusi yang dituliskan. Memperluas informasi. Tidak dapat menunjukkan alternatif lain. Membuat kesimpulan. Tidak dapat memberikan kesimpulan yang tepat. Subjek dengan gaya kognitif slow inaccurate dapat menyelesaikan masalah yang diberikan melalui proses berpikir reflektif pada fase yaitu: reacting dan comparing
  • 12. 12 (kecuali indikator melaksanakan strategi). Berkaitan dengan proses wawancara, subjek cenderung lambat memberikan respons dan respons yang diberikan kadang tidak jelas sebab tidak melalui pertimbangan yang matang (misalnya memberikan alasan: sebab sudah jelas dari soal). Sementara saat mengerjakan tes yang diberikan, subjek cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk merenung memikirkan ide yang akan dituliskan pada lembar jawaban, namun aksi tersebut tidak disertai dengan menuliskan setiap ide yang terlintas pada kertas buram. Subjek hanya sekadar berusaha mengkoneksikan setiap hal dalam pikirannya. Walaupun demikian, pada akhirnya subjek cenderung tidak dapat memberikan solusi yang tepat. Lebih lanjut, catatan waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh subjek slow inaccurate saat menyelesaikan kedua masalah yang diberikan adalah sekitar 65 menit, merupakan catatan waktu paling lama dibandingkan subjek lainnya. Pemaparan pada paragraf sebelumnya sesuai dengan karakteristik yang dinyatakan oleh Rozencwajg dan Corroyer (Ningsih, 2012) dan Kagan (Widadah, dkk., 2013) bahwa seseorang yang slow inaccurate adalah seseorang yang memiliki karakteristik menggunakan waktu yang lama dalam menjawab masalah, tetapi tidak/kurang cermat sehingga jawaban cenderung salah. Berkaitan dengan hal tersebut karakteristik subjek yang lambat merespons sesuai dengan teori yang ada. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Ningsih (2012) bahwa seseorang slow inaccurate belum dapat menceritakan permasalahan yang terdapat pada soal tersebut, hanya mengulang (membaca soal saja, tanpa makna) dan waktu yang digunakan pun cenderung lama, tidak dapat menjelaskan kesimpulan yang dibuat dengan benar, karena belum selesai mengerjakan dan tidak melakukan overview. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bahwa subjek cenderung memberikan alasan hanya dengan sekadar membaca kembali soal, tanpa adanya usaha untuk memberikan makna pada setiap kalimat. Oleh karena itu, subjek tidak dapat memberikan kesimpulan dari masalah yang diberikan sebab proses yang dilakukan pada dasarnya belum rampung, terdapat tahap yang masih diragukan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Terdapat perbedaan karakteristik proses berpikir reflektif mahasiswa dalam memecahkan masalah pembuktian materi konsep grup ditinjau dari gaya kognitif konseptual tempo sebagai berikut: a. Karakteristik proses berpikir reflektif subjek fast accurate yakni cepat dalam memberikan respon tanpa melalui pertimbangan yang matang, tetapi subjek dapat mengonfirmasi saat diperlukan pemaparan lebih lanjut. Begitu pula saat mengerjakan test, subjek langsung menuangkan setiap idenya pada lembar jawaban tanpa melalui pertimbangan yang matang akibatnya solusi yang diberikan tidak terstruktur sebab subjek beberapa kali memperbaiki jawabannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek dapat menyadari kekeliruan yang dialaminya sedemikian sehingga solusi yang diberikan cenderung tepat. b. Karakteristik proses berpikir reflektif subjek impulsif yakni cepat dalam memberikan respon tanpa melalui pertimbangan yang matang akibatnya respon yang diberikan kadang tidak jelas. Sementara saat mengerjakan tes, subjek dapat menuliskan solusi yang terstruktur dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk menuliskan setiap
  • 13. 13 idenya. Namun, subjek cenderung tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri dengan solusi yang diperoleh akibatnya tidak dapat menyadari kekeliruan yang dialaminya. c. Karakteristik proses berpikir reflektif subjek reflektif yakni menelaah dan memikirkan dengan penuh pertimbangan setiap alternatif yang mungkin saat dihadapkan dengan suatu masalah sedemikian sehingga cenderung lama dalam menjawab atau merespon sesuatu. Begitupun saat mengerjakan tes, subjek gaya kognitif reflektif tidak terlalu rinci dalam menjawab soal melainkan langsung pada hal yang ditanyakan. d. Karakteristik proses berpikir reflektif subjek slow inaccurate yakni lama dalam memberikan respon, subjek tampak merenungkan respon yang akan diberikan, namun tidak disertai dengan pertimbangan secara menyeluruh sebab subjek cenderung memberikan respon yang tidak diyakini oleh dirinya sendiri. Sementara saat mengerjakan tes, subjek tidak dapat menuliskan solusi dengan terstruktur dan memerlukan waktu yang lama untuk menuliskan setiap idenya. Saran 1. Bagi pendidik perlu memberikan perhatian yang lebih kepada peserta didik yang bergaya kognitif impulsif dan slow inaccurate dalam proses pembelajaran, sebab berdasarkan temuan pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan seseorang dengan gaya kognitif tersebut dalam menyelesaikan masalah matematika. Sebagai alternatifnya pendidik dapat membuat variasi dalam proses pembelajaran, misalnya dengan pembelajaran kooperatif agar terjadi interaksi antara peserta didik impulsif-reflektif dan fast accurate-slow inaccurate. 2. Kajian dalam penelitian ini masih terbatas pada berpikir reflektif mahasiswa dalam memecahkan masalah pembuktian materi konsep grup ditinjau dari gaya kognitif konseptual tempo. Untuk penelitian lainnya dapat ditinjau dari perbedaan gaya kognitif atau gaya belajar lainnya dan memperluas cakupan materinya. 3. Kajian pada penelitian ini hanya menggunakan masalah membuktikan saja. Oleh karena itu, peneliti menyarankan apabila hendak melaksanakan penelitian ulang, sebaiknya menggunakan dua masalah yaitu masalah menemukan dan masalah membuktikan. DAFTAR PUSTAKA Arnawa, I., M. 2009. Mengembangkan Kemampuan Mahasiswa dalam Memvalidasi Bukti pada Aljabar Abstrak Melalui Pembelajaran Berdasarkan Teori APOS. Jurnal Matematika dan Sains, 14(2), 62-68. Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Gurol. A. 2011. Determining the reflective thinking skills of pre-service teachers in learning and teaching process. Energy Education Science and Technology Part B: Social and Educational Studies, 3(3), 387-402. Herlina, E. 2013. Meningkatkan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Melalui Pendekatan APOS. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi
  • 14. 14 Bandung, 2(2), 169-182. Kashinath, K. S. 2013. Steps of Reflective Thinking. Global Online Electronic International Interdisciplinary Research Journal (GOEIIRJ), 2, 331-335. Martono, K. 1999. Kalkulus. Jakarta: Erlangga. Nasriadi, A. 2016. Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Perbedaan Gaya Kognitif. Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Getsempena, 3(1), 15-26. Noer, S., H. 2008. Problem-Based Learning dan Kemampuan Berpikir Reflektif dalam Pembelajaran Matematika. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika (Online), (http://eprints.uny.ac.id, Diakses 17 Oktober 2016). Quiroga, M. A., Hernandez, J. M., Rubio, V., Shih, P. C., dan Santacreu, J. 2007. Influence of Impulsivity-Reflexivity when Testing Dynamic Spatial Ability: Sex and g Differences. The Spanish Journal of Psychology, 10(2), 294-302. Sabandar, J. 2010. Berpikir Reflektif dalam pembelajaran Matematika. Prodi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana UPI (Online), (http://file.upi.edu, Diakses 31 Agustus 2016). Sholihah, U. dan Mubarok, D. A. 2016. Analisis Pemahaman Integral Taktentu Berdasarkan Teori Apos (Action, Process, Object, Scheme) pada Mahasiswa Tadris Matematika (TMT) IAIN Tulungagung. Cendekia, 14(1), 123-136. Suradi. 2002. Pemanfaatan Peta Konsep dalam Menyelesaikan Soal Pembuktian pada Teori Grup. Buletin Pendidikan Matematika, 4(2), FKIP Universitas Pattimura Ambon. Warli. 2009. Pembelajaran Kooperatif Berbasis Gaya Kognitif Reflektif-Impulsif (Studi Pendahuluan Pengembangan Model KBR-I). Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, (567-574). Yogyakarta: Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Widadah, S., Afifah, D. S. N., dan Suroto. 2013. Profil Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Berdasarkan Gaya Kognitif. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 1(1), 13-24. Aprilia, N. C., Sunardi dan Trapsilasiwi D. 2016. Proses Berpikir Siswa Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif dalam Memecahkan Masalah Matematika di Kelas VII SMPN 11 Jember. UNEJ Jurnal Edukasi, 3(1), 1-7. Ningsih, P. R. 2012. Profil Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif. Gamatika, 2(2), 120-127.