SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 21
Downloaden Sie, um offline zu lesen
ANALISIS KONTRASTIF PEMBENTUKAN KATA KERJA (VERBA)
            BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kontrastif dan Analisis
                               Kesalahan
                Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. Emzir, M.Pd.
                                 2. Prof. Dr. Jenny




                              Disusun Oleh
                            Marlina (7316080108)




            PROGRAM S-2 PENDIDIKAN BAHASA
   PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
                                   2009
BAB I
                                    PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran bahasa kedua (B2) seringkali mendapat interferensi dari bahasa pertama
(B1) pembelajar. Interferensi ini memberikan pengaruh baik langsung atau tidak langsung
bagi kelangsungan pembelajaran bahasa target. Pengaruh-pengaruh yang muncul
cenderung menjadi kesulitan yang menghambat bagi pembelajar dalam menguasai
bahasa target. Adanya interferensi yang menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam belajar
bahasa target menjadi tantangan tersendiri bagi para pengajar bahasa, khususnya dalam
pengajaran bahasa kedua. Tantangan tersebut adalah kemampuan pengajar dalam
meminimalisasi interferensi tersebut sehingga dalam prosesnya, pembelajaran bahasa
kedua akan berjalan dengan lebih baik.


Salah satu cara untuk meminimalisasi interferensi tersebut adalah dengan memprediksi
kemungkinan-kemungkinan interferensi yang muncul. Dengan adanya prediksi-prediksi
tersebut, pengajar dapat mencoba menemukan solusi dan memberikan fokus pada
kesulitan-kesulitan yang mungkin muncul dari interferensi tersebut. Dengan demikian,
pengajar dapat lebih memusatkan pada hal-hal yang diprediksi dapat menciptakan
kesulitan bagi pembelajar. Prediksi tersebut dapat dilakukan dengan melakukan analisis
kontrastif antara bahasa pertama dengan bahasa target.


Salah satu bahasa yang memiliki jumlah penutur yang cukup besar di Indonesia adalah
bahasa Sunda. Suku Sunda yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pertama
tersebar di kepulauan Jawa dan memiliki populasi yang besar. Dalam pengajaran bahasa
Indonesia, para penutur bahasa Sunda memiliki kecenderungan untuk menghadapi
kesulitan-kesulitan dalam mempelajari bahasa target karena adanya interferensi dari
bahasa pertamanya. Interferensi ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan antara
kedua bahasa mulai dari tataran fonologi, morfologi, maupun tataran sintaksisnya.
Salah satu kajian dalam tataran morfologi berbicara tentang pembentukan kata.
Pembentukan kata sebagai sebuah proses membentuk kata hingga menempati kategori
kata tertentu merupakan proses yang cukup kompleks. Khususnya jika melihat perbedaan
dari dua bahasa. Salah satu proses pembentukan kata yang sama-sama terjadi dalam
bahasa Sunda dan bahasa Indonesia adalah proses pengimbuhan atau afiksasi.


Kategori verba atau kata kerja dalam sebuah bahasa merupakan kategori kata yang
sangat luas cakupannya. Kata-kata ini dapat dibentuk dari beberapa bentuk afiks dengan
kata dasar atau akar kata dengan kategori yang cukup bervariasi. Bentuk afiksasi dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda khususnya dalam pembentukan kata kerja memiliki
beberapa perbedaa. Dengan adanya perbedaan tersebut diprediksikan apabila pembelajar
mempelajari pembentukan kata kerja dalam bahasa target maka akan ditemui beberapa
kesulitan dalam mempelajari bahasa target. Oleh karena itulah diperlukan adanya analisis
kontrastif antara pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dengan pembentukan
kata kerja dalam bahasa Sunda.


B. Perumusan Masalah
       Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah analisis kontrastif
pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda?”


C. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan membandingkan antara
pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.


D. Kebermaknaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bersifat deskriptif dan
komparatif tentang pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda
bagi para pembaca dan dapat membantu para guru bahasa Indonesia dalam mengajarkan
pembentukan kata kerja.
E. Ruang Lingkup
Permasalahan dalam penulisan ini dibatasi pada deskripsi dan perbandingan antara
pembentukan kata kerja dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda melalui afiksasi,
khususnya untuk prefiks dan sufiks.


F. Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif komparatif, yakni
secara kualitatif mendekripsikan pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan
dalam bahasa Sunda dan membandingkan atau mengkontraskan keduanya baik dari segi
persamaan maupun perbedaannya.
BAB II
                                    KAJIAN TEORETIS


A. Hakikat Analisis Kontrastif
Dinyatakan oleh Henry Guntur sebagai berikut:
      Analisis kontrastif adalah komparasi sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya
      sistem bunyi atau sistem gramatikal. Analisis ini dimulai sejak tahun 1950 dan 1960-
      an sebagai suatu aplikasi linguistik struktural pada pengajaran bahasa dan
      didasarkan pada asumsi-asumsi berikut:
      a. Kesukaran –kesukaran utama dalam mempelajari suatu bahasa baru disebabkan
         oleh interferensi bahasa pertama.
      b. Kesukaran-kesukaran tersebut dapat diprediksi atau diperkirakan oleh analisis
         kontrastif.
      c. Materi atau bahan pengajaran dapat memanfaatkan analisis kontrastif untuk
         mengurangi efek-efek interferensi. 1

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa analisis kontrastif ini adalah
sebuah analisis perbandingan atau komparasi pada sistem-sistem linguistik yang
digunakan untuk membandingkan antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Analisis ini
didasarkan pada asumsi bahwa terdapat pengaruh atau disebut interferensi dari bahasa
pertama terhadap pembelajaran bahasa kedua. Tugas dari analisis kontrastif adalah
memprediksikan interferensi tersebut sehingga dalam pembelajaran bahasa, interferensi
tersebut dapat dikurangi.


Carl James menjelaskan perihal tujuan dilakukannya analisis kontrastif sebagai berikut:
        Contrastive Analysis see it as their goal to explain certain aspects of L2 learning.
        Their means are descriptive accounts of the learner’s L1 and the L2 to be learnt,
        and techniques for the comparison of these descriptions. In other words, the goals
        belongs to psychology while the means are derived from linguistic science.2
        (Analisis kontrastif dilihat dalam tujuannya merupakan sebuah sarana untuk
        menjelaskan aspek-aspek tertentu dari pembelajaran bahasa kedua (L2) dengan
        cara-cara yang berbentuk laporan deskriptif dari bahasa pertama (L1) pelajar dan
        bahasa kedua (L2) yang dapat dianalisis dengan teknik-teknik untuk
        membandingkan deskripsi-deskripsi tersebut. Dengan kata lain ini termasuk dalam
        tataran psikologi sedangkan tata caranya diperoleh dari ilmu linguisti).


1
  Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Dirjen Dikti PPLPTK, 1989), p. 5.
2
  Carl James, Contrastive Analysis, (London: Longman, 1980), p.27.
Bila dilihat dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kajian analisis kontrastif
merupakan kajian yang menggabungkan dua bidang sekaligus, yakni bidang psikologi dan
bidang linguistik.


Sementara itu, Carl James juga menambahkan tentang kajian yang dapat dianalisis dalam
analisis kontrastif antara lain pada tingkatan fonologi, leksikal dan tata bahasa. Penjelasan
tentang deskripsi linguistik yang disebutkan di atas dipaparkan secara lebih jelas sebagai
berikut:
            No one of these deskriptives statements encapsulates a total description of L, of
            course: but the more there are, the fuller the description becomes. Notice the each
            statement retricts it self to some aspect of L simultaneously. So i) says a little
            about sounds systems of L; ii) says something about its lexical stock; iii) describes
            and aspect of word information, or morfhology of L; while iv) talks of the
            arrangement of words in L, the syntax. 3
            (Tidak ada satupun dari pernyataan deskriptif menjabarkan secara lengkap
            deskrips bahasa dalam pembelajaran:, Namun demikian, itu merupakan bagian
            menjadi bagian dari keseluruhan deskripsi. Setiap pernyataan memiliki aspek yang
            simultan. Jadi i) katakana sedikit tentang system bunyi dalam bahasa, ii) bicarakan
            tentang informasi leksikal yang berhubungan dengan makna dan pemakaian kata
            dalam bahasa, iii) gambarkan dan informasikan aspek-aspek morfologi dalam
            bahasa, di samping iv) bicarakan tentang aturan pemakaian bahasa dalam klausa
            dan kalimat, yang disebut dengan sintaksis).

Pemahaman di atas memberikan penjabaran bahwa dalam analisis kontrastif
pendeskripsian harus mencakup empat hal yakni mencakup kajian fonologi yang
membicarakan tentang system bunyi bahasa, kajian makna secara leksikal, kajian
morfologi, sampai pada kaijan sintaksisnya.

B. Hakikat Kata Kerja dan Pembentukan Kata Kerja


Dinyatakan oleh Kridalaksana bahwa secara sintaksis, sebuah satuan gramatikal dapat
diketahui berkategori verba dari perilakunya dalam satuan yang lebih besar. Sebuah kata
dapat diketahui berkategori verba dari perilakunya dalam frase. Cirinya adalah dnegan
kemunginan kata tersebut didampingi partikel tidak dan ketidakmungkinannya kata



3
    Ibid., p. 28.
tersebut didampingi oleh partikel di, ke, dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih,
atau agak.4


Dari pernyataan itu dapat diketahui bahwa sebuah kata dapat dikategorikan sebagai kata
kerja bila dalam bentuknya yang lebih luas (frase) dapat didampingi oleh kata tidak.


Chaer menyatakan kata kerja sebagai kata yang dapat diikuti oleh frase dengan...., baik
yang menyatakan alat, keadaan, maupun penyerta.5
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa sebuah kata dapat digolongkan
sebagai kata kerja bila kata tersebut dapat dibentuk menjadi frase menggunakan kata
dengan....


Adapun pengklasifikasian kata kerja menurut Kridalaksana dapat dirangkum sebagai
berikut:
Verba dapat dibagi menjadi verba dasar bebas dan verba turunan. Verba dasar bebas
adalah verba yang berupa morfem dasar bebas. Contohnya seperti kata duduk, makan,
mandi, dsb. Sementara itu, yang dimaksud dengan verba turunan adalah verba yang telah
mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, atau berupa panduan leksem. Contoh
verba berafiks adalah ajari, bernyanyi, menari, dsb. Contoh verba bereduplikasi adalah
bangun-bangun, ingat-ingat, dsb. Contoh verba berproses gabung adalah tersenyum-
senyum, bernyanyi-nyanyi, dsb. Contoh verba majemuk adalah cuci mata, campur tangan,
dsb.6


Sementara itu, tak jauh beda dengan Kridalaksana, Chaer juga membedakan kata kerja
berdasarkan strukturnya menjadi kata kerja dasar dan kata kerja berimbuhan. Kata kerja
dasar adalah kata kerja yang belum diberi imbuhan, seperti kata pergi, pulang, tulis, dsb.




4
  Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama, 2008), p. 51
5
  Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
p. 100.
6
  Kridalaksana, Op. Cit., p.p. 51-52.
Kata kerja berimbuhan adalah kata kerja yang dibentuk dari kata kerja dasar yang
mungkin kata benda, kata kerja, kata sifat, atau jenis kata lain dari imbuhan.7


Berdasarkan dua pendapat tersebut maka dapat dietahui bahwa kata kerja terdiri atas dua
jenis, yakni kata kerja dasar dan kata kerja turunan atau disebut juga kata kerja
berimbuhan.


Adapun dari segi subkategorisasinya atau dari banyaknya nomina yang mendampingi,
verba dapat dibagi menjadi verba transitif dan verba intransitif. Dijelaskan lebih lanjut
bahwa yang disbeut verba intransitif adalah verba yang menghindarkan objek atau tidak
memerlukan objek. Sementara itu, yang dimaksud dengan verba transitif adalah verba
yang mempunyai atau harus mendampingi objek.8


Pembentukan kata dinyatakan oleh Kridalaksana sebagai bagian dari satuan sintaksis.
Subsistem pembentukan kata disebut dengan morfologi leksikal atau morfologi derivatif.
Adapun proses pembentukan kata sebagai kajian morfologi dalam bahasa Indonesia terdiri
atas:
(1) derivasi zero
(2) afiksasi
(3) reduplikasi
(4) abreviasi (pemendekan)
(5) komposisi (perpaduan)
(6) derivasi balik
(7) metanalisis 9


Afiksasi sebagai bagian dari pembentukan kata yang terjadi dalam bahasa, pada
umumnya terjadi dalam bahasa apa pun. Demikian halnya dengan bahasa Indonesia
maupun bahasa Sunda.

7
  Chaer, Loc. Cit..
8
  Kridalaksana, Loc. Cit.
9
  Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1996), p. 10.
Afiksasi sendiri dinyatakan oleh Kridalaksana sebagai proses yang mengubah sebuah
leksem atau kata menjadi kata kompleks. Dalam hal ini, leksem berubah menjadi menjadi
kategori tertentu sehingga berstatus kata atau apabila telah menjadi kata maka akan
berganti kategori . Hal ini juga akan mempengaruhi makna kata tersebut. Dalam bahasa
Indonesia terdapat jenis-jenis afiks yang diklasifikasikan sebagai berikut:
(1) Prefiks, yakni afiks yang diletakkan di muka dasar, seperti me- di-, ber-, dsb.
(2) Infiks, yakni afiks yang diletakkan di dalam dasar, seperti –el-, -er-, dsb.
(3) Sufiks, yakni afiks yang diletakkan di belakang dasar, seperti –an, -kan, -i, dsb.
(4) Simulfiks, yakni afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan
       pada dasar, seperti kopi – ngopi, soto – nyoto, dsb.
(5) Konfiks, yakni afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka dasar dan satu di
       belakang bentuk dasar.
(6) Superfiks atau suprafiks, yakni afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
       suprasegmental
(7) Interfiks, yakni jenis infiks yang muncul di antara dua unsur.
(8) Transfiks, yakni jenis afiks yang menyebabkan bentuk dasar terbagi.
(9) Kombinasi afiks, yakni kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan
       dasar.10


Berdasarkan jenis-jenis afiks tersebut dapat dikatakan bahwa proses afiksasi merupakan
proses pembentukan kata yang sangat produktif dalam bahasa.




10
     Ibid., p.p. 28-29.
BAB III
                                        ANALISIS


A. Deskripsi Pembentukan Kata Kerja Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda


Carl James menyatakan tahapan-tahapan dalam analisis kontrastif sebagai berikut:
“Now, any CA (Contrastive Analysis) involved two steps: first, there is the stage of
description when each of the two languages is described on the appropriate level; the
second stage is the stage of juxtaposition for comparison”11
(Dalam setiap kajian Analisis KOntrastif selalu dilibatkan dua tahapan: yang pertama,
tahap pengkajian yang mendeskripsikan masing-masing bahasa secara tepat dalam level
yang sejajar; kedua adalamh membandingkan keduanya).


Berdasarkan pendapat tersebut maka analisis berikut akan dilakukan dengan dua tahapan,
yang pertama adalah mendeskripsikan pembentukan kata kerja untuk masing-masing
bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Kemudian, akan dilanjutkan dengan
tahap selanjutnya, yakni tahap membandingkan pembentukan kata kerja untuk dua
bahasa tersebut.


Berikut ini akan dideskripsikan pembentukan kata kerja dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Sunda.


1) Pembentukan Kata Kerja dalam Bahasa Indonesia


Dalam pengimbuhan bahasa Indonesia, kata kerja dalam bahasa Indonesia dibentuk
menggunakan beberapa imbuhan. Imbuhan-imbuhan tersebut dinyatakan oleh Chaer
sebagai berikut:
(a) awalan me- contohnya pada kata-kata menulis, membaca, melihat, dsb.
(b) Awalan ber- contohnya pada kata-kata berdiri, berlatih, berkuda, dsb.
(c) Awalan di- contohnya pada kata-kata ditulis, dibaca, dilihat, dsb.

11
     Carl James, Op. Cit., p.30.
(d) Awalan ter- contohnya pada kata-kata tertulis, terbaca, terlihat, dsb.
(e) Awalan per- contohnya pada kata-kata perpanjang, percepat, persingkat, dsb.
(f) Akhiran –kan contohnya pada kata-kata tuliskan, bacakan, damaikan, dsb.
(g) Akhiran –i contohnya pada kata-kata tulisi, diami, datangi, dsb.12


No.          Imbuhan            Kata Dasar     Kata Bentukan           Kalimat              Fungsi
            Pembentuk          (Kelas Kata)     (Kelas Kata)
            Kata Kerja
1.       Imbuhan me-           Lihat (V)      Melihat (V)        Saya        melihat Membentuk kata
                                                                 air terjun.          kerja transitif
                               Bawa (V)       Membawa (V)        Kakak                Membentuk kata
                                                                 membawa              kerja transitif
                                                                 keranjang dari
                                                                 pasar.

                               Putih (A)      Memutih (V)        Rambut kakek Membentuk kata
                                                                 sudah memutih. kerja intransitif.
                               Utara (N)      Mengutara (V)      Dia           terus Membentuk kata
                                                                 mengutara,           kerja intransitif.
                                                                 padahal temen-
                                                                 temannya
                                                                 menuju          ke
                                                                 barat.
                               Cat (N)        Mengecat (V)       Ayah mengecat Membentuk kata
                                                                 tembok rumah.        kerja transitif.
2.       Imbuhan ber-          Air (N)        Berair (V)         Mataku berair.       Membentuk kata
                                                                                      kerja intransitif
                               Racun (N)      Beracun (V)        Makanan         itu Membentuk kata
                                                                 beracun.             kerja intransitif
                               Kerja (V)      Bekerja (V)        Aku bekerja di Membentuk kata

12
     Chaer. Op. Cit., p. 101
kantor.              kerja intransitif
3.   Imbuhan di-    Baca (V)      Dibaca (V)           Buku itu dibaca Membentuk kata
                                                       adik.                kerja pasif
4.   Imbuhan ter-   Siksa (V)     Tersiksa (V)                              Membentuk kata
                                                                            kerja pasif
                    Robek (V)     Kertas itu terobek                        Membentuk kata
                                  Iwan.                                     kerja pasif
5.   Imbuhan per-   Singkat (A)   Persingkat (V)       Persingkat           Membentuk kata
                                                       tulisanmu.           kerja perintah
                    Luas (A)      Perluas (V)          Gubernur akan Membentuk kata
                                                       meninjau             kerja perintah
                                                       bangunan yang
                                                       telah         kita
                                                       perluas.
                    Lunak (A)     Perlunak (V)         Syarat-              Membnetuk kata
                                                       syaratnya tentu kerja            perintah
                                                       kami perlunak dalam keterangan
                                                       untuk mereka.        tambahan        pada
                                                                            subjek atau objek
6.   Imbuhan -i     Tulis (V)     Tulisi (V)           Tolong       tulisi Membentuk kata
                                                       kertas kosong kerja                transitif
                                                       itu.                 dalam         kalimat
                                                                            perintah.
                    Tembak (V)    Tembaki (V)          Gedung         ini Membentuk kata
                                                       mereka tembaki kerja               transitif
                                                       sampai hancur        dalam         kalimat
                                                                            pasif.
                    Surat (N)     Surati (V)           Orang        yang Membentuk kata
                                                       hendak       kamu kerja            transitif
                                                       surati     sudah dalam keterangan
ada di sini.         tambahan      pada
                                                                                               subjek        atau
                                                                                               predikat.


      Imbuhan-imbuhan di atas merupakan imbuhan yang berfungsi membentuk verba dalam
      bahasa Indonesia.13


      2) Pembentukan Kata Kerja dalam Bahasa Sunda
      Pembentukan kata kerja dalam bahasa Sunda secara umum bersifat derivasi. Dinyatakan
      oleh Robin bahwa derivasi yang membentuk kata kerja antara lain terbagi atas derivasi
      verba ke verba, dan nomina dari verba. Hasil bentukan kata yang berupa verba dibagi atas
      verba transitif (Vt) dan verba intransitif (Vi). Verba transitif adalah verba yang memiliki
      bentuk aktif dan pasif (aVt dan pVt).14


      Berikut ini akan disajikan sebuah tabel analisis pembentukan kata kerja dalam bahasa
      Sunda yang dijabarkan oleh Robin.15


No.         Imbuhan          Kata Dasar         Kata Bentukan            Kalimat             Fungsi
           Pembentuk        (Kelas Kata)         (Kelas Kata)
           Kata Kerja
1     Sufiks -an            Dadak (Vi)       Dadakan (Vi)          Ieu      rencana Membentuk
                                                                   dadakan.              verba intransitif
                            Balanja (Vt)     Ngabalanjaan          Manehna               Membentuk
                                             (Vt)                  ngabalanjaan          verba transitif.
                                                                   indungna.


                            Aku (Vt) (A)     Akuan (Vi)            Anjeunna mah Membentuk
                                                                   jalma akuan ka verba

      13
         Ibid , p.p. 201-255.
      14
         R.H. Robbins. Sistem dan Struktur Bahasa Sunda,(Jakarta: Djambatan, 1983), p.. p. 80-83.
      15
         Ibid., p.p. 94-108.
saha wae.          intransitif.
                      Omong (Vt)     Omongan (Vt)      Bapa               Membentuk
                                                       ngomongan          verba transitif
                                                       abdi.
                      Incu (N)       incuan            Bapa abdi tos Membentuk
                                                       incuan.            verba intransitif
                      Duit (N)       Ngaduitan (Vt)    Bapa ngaduitan Membentuk
                                                       abdi.              kata           kerja
                                                                          transitif
2    Sufiks -eun      Leungit (Vi)   Leungiteun (Vt)   Ibu leungiteun Membentuk
                                                       emas.              kata           kerja
                                                                          transitif
3.   Prefiks ba-      Dami (Vi)      Badami (Vi)       Anjeunna           Membentuk
                                                       hoyong badami. verba intransitif
                      Darat (N)      Badarat (V)       Enjing       abdi Membentuk
                                                       bade badarat.      verba
                                                                          intransitif.
4.   Prefiks barang   Cokot (V)      barangcokot       Anjeunna      sok Membentuk
                                                       barangcokot        kata           kerja
                                                       banda batur.       transitif
5.   Prefiks sang     Hareup (N)     Nyanghareup (V)   Imahna             Membentuk
                                                       nyanghareup        verba transitif
                                                       masjid.
6.   Prefiks si-      Beungeut (N)   Sibeungeut (V)    Abdi               Membentuk
                                                       sibeungeut      di kata           kerja
                                                       susukan.           intransitif
7.   Prefiks ka-      Abur (V)       Kabur (V)         Abdi kabur ti Membentuk
                                                       bumi               verba
                                                                          intransitif.
8.   Prefiks pa-      Antel (V)      Paantel (V)       Maranehna          Membentuk
paantel         ku verba
                                                           sabab tiris.         intransitif.
9.                       Aduk (V)       Paaduk (V)         Adonan eta tos Membentuk
                                                           paaduk.              verba intransitif
10.   Prefiks pi-        Butuh (V)      Mibutuh (V)        Abdi      mibutuh Membentuk
                                                           artos.               verba transitif
                         Indung (N)     Miindung (V)       Anjeunna             Membentuk
                                                           miindung        ka verba transitif.
                                                           Mak Ijah.
11.   Prefiks silih-     Tenjo (V)      Silihtenjo (V)     Aranjeuuna silih Membentuk
                                                           tenjo.               verba
                                                                                intransitif.
12.   Prefiks ti-        Beubeut (Vt) Tibeubeut (V)        Si             Orok Membentuk
                         (A)                               tibeubeut      tina verba intransitif
                                                           kasur.




      B. Perbandingan Pembentukan Kata Kerja dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa
          Sunda
      Berdasarkan deskripsi pembentukan kata kerja dua bahasa di atas, dapat dijabarkan
      sebuah perbandingan dari dua segi, yakni dari persamaan dan perbedaannya.
      Sebagai acuan, tabel deskripsi pembentukan kata dalam bahasa Sunda yang dijabarkan di
      atas akan diterjemakhan secara terperinci ke dalam bahasa Indonesia (Tabel tersebut
      disajikan dalam dua bahasa)


No.      Imbuhan         Kata Dasar       Kata Bentukan              Kalimat                   Fungsi
       Pembentuk        (Kelas Kata)       (Kelas Kata)
        Kata Kerja
1     Sufiks -an       Dadak (Vi), tiba- Dadakan (Vi)        Ieu rencana dadakan.        Membentuk
                       tiba             Mendadak (V)         Ini             rencana verba intransitif
mendadak.
                      Balanja (Vt)     Ngabalanjaan (Vt)     Manehna                   Membentuk
                      Berbelanja (V)   Memberi       belanja ngabalanjaan              verba transitif.
                                       (V)                   indungna.
                                                             Dia memberi belanja
                                                             ibunya
                      Aku (Vt) (A)     Akuan (Vi)            Anjeunna mah jalma Membentuk
                      Mengaku (V)      Suka mengaku (V)      akuan ka saha wae.        verba intransitif.
                                                             Dia itu orang yang
                                                             suka          mengaku
                                                             kepada siapa saja.
                      Incu (N)         Incuan (V)            Bapa abdi tos incuan.     Membentuk
                      Cucu (N)         Bercucu (V)           Ayah      saya    sudah verba intransitif
                                                             bercucu
                      Duit (N)         Ngaduitan (Vt)        Bapa ngaduitan abdi.      Membentuk
                      Uang (N)         Memberi         uang Ayah memberi uang kata                 kerja
                                       kepada (V)            kepada saya.              transitif
2    Sufiks -eun      Leungit (Vi)     Leungiteun (Vt)       Ibu leungiteun emas.      Membentuk
                      Hilang (V)       Kehilangan (V)        Ibu kehilangan emas.      kata        kerja
                                                                                       transitif
3.   Prefiks ba-      Dami (Vi)        Badami (Vi)           Anjeunna          hoyong Membentuk
                      Setuju (A)       Berunding (V)         badami.                   verba intransitif
                                                             Dia ingin berunding.
                      Darat (N)        Badarat (V)           Enjing     abdi    bade Membentuk
                      Darat (N)        Berjalan darat (V)    badarat.                  verba intransitif.
                                                             Besok      saya    akan
                                                             berjalan darat.
4.   Prefiks barang   Cokot (V)        Barangcokot (V)       Anjeunna            sok Membentuk
                      Mengambil (V)    Mengambili-ambili     barangcokot       banda kata          kerja
                                       (V)                   batur.                    transitif
Dia suka mengambil-
                                                               ambili barang orang
                                                               lain.
5.    Prefiks sang     Hareup (N)     Nyanghareup (V)          Imahna nyanghareup Membentuk
                       Depan (N)      Menghadap (V)            masjid.                      verba transitif
                                                               Rumahnya
                                                               menghadap masjid.
6.    Prefiks si-      Beungeut (N)   Sibeungeut (V)           Abdi sibeungeut di Membentuk
                       Wajah (N)      Mencuci muka (V)         susukan.                     kata        kerja
                                                               Saya mencuci muka intransitif
                                                               di sungai.
7.    Prefiks ka-      Abur (V)       Kabur (V)                Abdi kabur ti bumi.          Membentuk
                       Melepas (V)    Lari (V)                 Saya lari dari rumah.        verba intransitif.
8.    Prefiks pa-      Antel (V)      Paantel (V)              Maranehna          paantel Membentuk
                       Rapat (A)      Saling merapat (V)       ku sabab tiris.              verba intransitif.
                                                               Mereka              saling
                                                               merapat             karena
                                                               dingin.
9.                     Aduk (V)       Paaduk (V)               Adonan        eta      tos Membentuk
                       Aduk (V)       Teraduk (V)              paaduk.                      verba intransitif
                                                               Adonan       itu    sudah
                                                               teraduk.
10.   Prefiks pi-      Butuh (V)      Mibutuh (V)              Abdi mibutuh artos.          Membentuk
                       Butuh (V)      Membutuhkan (V)          Saya      membutuhkan verba transitif
                                                               uang.
                       Indung (N)     Miindung (V)             Anjeunna        miindung Membentuk
                       Ibu (N)        Mencintai        seperti Mak Ijah.                    verba transitif.
                                      ibu (V)                  Dia mencintai seperti
                                                               Ibu Mak Ijah.
11.   Prefiks silih-   Tenjo (V)      Silihtenjo (V)           Aranjeuuna silih tenjo. Membentuk
Melihat (V)           Saling melihat (V)   Mereka          saling verba intransitif.
                                                                    melihat.
12.   Prefiks ti-        Beubeut (Vt) (A) Tibeubeut (V)             Si Orok tibeubeut tina Membentuk
                         Banting (V)           Terbanting (V)       kasur.                    verba intransitif
                                                                    Si bayi terbanting dari
                                                                    kasur.


      a. Persamaan Pembentukan Kata Kerja


      Persamaan yang ditemukan dalam pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan
      bahasa Sunda adalah sebagai berikut:
      a) Kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda salah satunya terjadi melalui
       pengimbuhan. Imbuhan tersebut dapat dilihat dalam tabel di atas.
      b) Kata kerja dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda merupakan kata kerja
       transitif dan kata kerja intransitif.
      c) Imbuhan ti- dan pa- dalam bahasa Sunda memiliki makna yang sama dengan imbuhan
       ter- dalam bahasa Indonesia untuk beberapa kata dan imbuhan ba- serta –an dalam
       bahasa Sunda memiliki makna yang sama dengan imbuhan ber- dalam bahasa
       Indonesia untuk beberapa kata tertentu.


      b. Perbedaan Pembentukan Kata Kerja


      Bila dikontraskan antara kedua bahasa tersebut, pembentukan kata kerja yang terjadi
      memiliki perbedaan sebagai berikut:
      a) Imbuhan pembentuk kata kerja dalam bahasa Indonesia terdiri atas prefiks me-, ber,
          ter, -per, dan di -. Sementara untuk sufiksnya adalah sufiks –kan dan sufiks –i. Dalam
          bahasa Sunda, pembentukan kata kerja terjadi melalui pengimbuhan yang lebih
          beraneka ragam. Imbuhan-imbuhan tersebut adalah sufiks –an dan –eun, prefiks ba-,
          barang-, sang-, si-, ka-, pa-, pi-, silih-, dan ti-.
      b) Dalam pembentukan kata kerja bahasa Indonesia, beberapa imbuhan yang digunakan
          seperti me-, ber-, dan ter- dapat mengalami perubahan bunyi. Imbuhan-imbuhan
tersebut memiliki beberapa alomorf, sehingga terdapat beberapa bentuk yang berbeda
   untuk kata-kata yang berbeda. Contohnya dalam imbuhan me- terdapat alomorf me-,
   mem-, meng-, meny-, menge, men-. Terdapat enam alomorf untuk imbuhan tersebut.
   Begitu juga dengan imbuhan ber- yang memiliki tiga alomorf yakni ber-, be-, dan bel-.
   Sementara imbuhan per- memiliki dua alomorf, yakni per- pel-, dan pe- . Imbuhan ter-
   memiliki alomorf ter- dan te-.
c) Dalam bahasa Sunda, perubahan bunyi terjadi pada kata-kata dasar atau disebut akar
   kata tertentu bila kata tersebut memiliki huruf-huruf awal tertentu. Contohnya, kata
   tenjo (akar kata berawalan huruf t berubah bunyi menjadi bunyi nasal menjadi nenjo).
   Dalam bahasa Indonesia juga dikenal bentuk seperti ini dan disebut dengan simulfiks,
   yakni contohnya pada kata kopi- yang menjadi ngopi atau soto –yang menjadi nyoto.
d) Beberapa akar kata dalam bahasa Sunda sudah merupakan kata bentukan dalam
   bahasa Indonesia. Contoh yang dapat dilihat dari tabel di atas adalah kata dasar tenjo
   dalam bahasa Sunda sama dengan kata melihat dalam bahasa Indonesia. Hal ini
   menyebabkan ketika kata tersebut mendapat imbuhan maka akan sepadan maknanya
   dengan imbuhan turunan dalam bahasa Indonesia. Contoh lainnya pada kata balanja
   yang sama dengan berbelanja. Ketika diberi imbuhan –an menjadi ngabalanjaan
   dalam bahasa Indonesia tidak lagi menjadi satu kata, melainkan menjadi memberi
   belanja.
e) Dalam bahasa Sunda terdapat imbuhan pembentuk kata kerja seperti silih- dan
   barang- yang dalam bahasa Indonesia bukan merupakan imbuhan melainkan terlihat
   pada pemaknaannya.
f) Imbuhan sang- dalam bahasa Sunda ketika digunakan dalam akar kata berubah
   menjadi nyang-. Contohnya pada kata nyanghareup.
BAB IV
                                      KESIMPULAN


Berdasarkan deskripsi dan perbandingan yang dilakukan melalui analisis kontrastif di atas
diperoleh kesimpulan perihal pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonsia dan bahasa
Sunda sebagai berikut:
1) Jumlah afiks pembentuk kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda
    memiliki keanekaragaman yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia, terdapat afiks
    pembentuk kata kerja sebanyak 6 afiks, yakni 4 prefiks dan 2 sufiks. Dalam bahasa
    Sunda terdapat 9 prefiks dan 2 sufiks.
2) Imbuhan ti- dan pa- dalam bahasa Sunda memiliki makna yang sama dengan imbuhan
    ter- dalam bahasa Indonesia untuk beberapa kata dan imbuhan ba- serta –an dalam
    bahasa Sunda memiliki makna yang sama dengan imbuhan ber- dalam bahasa
    Indonesia untuk beberapa kata tertentu. Ini dapat dijadikan sebagai perbandingan
    sehingga pembelajar dapat membandingkan persamaan-persamaan tersebut.
3) Dalam bahasa Indonesia terdapat alomorf yang membedakan bentuk imbuhan untuk
    kata-kata dasar tertentu, sementara dalam bahasa Sunda, perubahan bunyi dari segi
    fonologis terjadi untuk kata-kata dasar yang memiliki fonem awal tertentu.
4) Penerjemahan dari bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia akan mejadi lebih
    kompleks untuk kata-kata tertentu, karena satu kata dalam bahasa Sunda dapat
    diterjemahkan menjadi konstruksi yang lebih luas untuk bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA


Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
    2006.


James, Carl. Contrastive Analysis. London: Longman. 1980.


Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua.
    Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1996.


Kridalaksana, Harimurti. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta:
    Gramedia Pustaka Utama.2008.


Robbins, R.H. Sistem dan Struktur Bahasa Sunda. Jakarta: Djambatan. 1983.


Tarigan , Henry Guntur. Pengajaran Analisis Kontrasti.,(Jakarta: Departemen Pendidikan
    dan Kebudayaan Dirjen Dikti PPLPTK. 1989.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Rpp. bahasa inggris kelas 7 smp m ts
Rpp. bahasa inggris kelas 7 smp m tsRpp. bahasa inggris kelas 7 smp m ts
Rpp. bahasa inggris kelas 7 smp m ts
irmasonghyekyo
 
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia-sma-121001091636-phpapp02
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia-sma-121001091636-phpapp02Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia-sma-121001091636-phpapp02
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia-sma-121001091636-phpapp02
Kak Seta
 
RPP BAHASA INGGRIS TEKS DESKRIPTIF KELAS X KURIKULUM 2013
RPP BAHASA INGGRIS TEKS DESKRIPTIF KELAS X KURIKULUM 2013RPP BAHASA INGGRIS TEKS DESKRIPTIF KELAS X KURIKULUM 2013
RPP BAHASA INGGRIS TEKS DESKRIPTIF KELAS X KURIKULUM 2013
Bob Septian
 
Pengertian wacana
Pengertian wacanaPengertian wacana
Pengertian wacana
febrino
 
Rpp kelas 7 smp k13 days and months-PPL STKIPPO
Rpp kelas 7 smp k13 days and months-PPL STKIPPORpp kelas 7 smp k13 days and months-PPL STKIPPO
Rpp kelas 7 smp k13 days and months-PPL STKIPPO
hadi spn
 
Situasi tutur- Pragmatik
Situasi tutur- PragmatikSituasi tutur- Pragmatik
Situasi tutur- Pragmatik
LizaTriH
 

Was ist angesagt? (20)

Materi wacana
Materi wacanaMateri wacana
Materi wacana
 
Kepribadian dan profesionalisme guru
Kepribadian dan profesionalisme guruKepribadian dan profesionalisme guru
Kepribadian dan profesionalisme guru
 
RPP SMA PKWU - Aspek Pengolahan Kelas XII
RPP SMA PKWU - Aspek Pengolahan Kelas XIIRPP SMA PKWU - Aspek Pengolahan Kelas XII
RPP SMA PKWU - Aspek Pengolahan Kelas XII
 
Văn chính luận Hồ Chí Minh từ góc nhìn phân tích diễn ngôn, HAY
Văn chính luận Hồ Chí Minh từ góc nhìn phân tích diễn ngôn, HAYVăn chính luận Hồ Chí Minh từ góc nhìn phân tích diễn ngôn, HAY
Văn chính luận Hồ Chí Minh từ góc nhìn phân tích diễn ngôn, HAY
 
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
 
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
 
Rpp. bahasa inggris kelas 7 smp m ts
Rpp. bahasa inggris kelas 7 smp m tsRpp. bahasa inggris kelas 7 smp m ts
Rpp. bahasa inggris kelas 7 smp m ts
 
Contoh RPP Bahasa Indonesia K13
Contoh RPP Bahasa Indonesia K13Contoh RPP Bahasa Indonesia K13
Contoh RPP Bahasa Indonesia K13
 
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia-sma-121001091636-phpapp02
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia-sma-121001091636-phpapp02Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia-sma-121001091636-phpapp02
Jenis jenis-frasa-dlm-bhs-indonesia-sma-121001091636-phpapp02
 
Sosio 1
Sosio 1Sosio 1
Sosio 1
 
Norm Reference Test and Criterion Referenced Test
Norm Reference Test and Criterion Referenced TestNorm Reference Test and Criterion Referenced Test
Norm Reference Test and Criterion Referenced Test
 
RPP BAHASA INGGRIS TEKS DESKRIPTIF KELAS X KURIKULUM 2013
RPP BAHASA INGGRIS TEKS DESKRIPTIF KELAS X KURIKULUM 2013RPP BAHASA INGGRIS TEKS DESKRIPTIF KELAS X KURIKULUM 2013
RPP BAHASA INGGRIS TEKS DESKRIPTIF KELAS X KURIKULUM 2013
 
Jenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis SemantikJenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis Semantik
 
Pengertian wacana
Pengertian wacanaPengertian wacana
Pengertian wacana
 
Rpp kelas 7 smp k13 days and months-PPL STKIPPO
Rpp kelas 7 smp k13 days and months-PPL STKIPPORpp kelas 7 smp k13 days and months-PPL STKIPPO
Rpp kelas 7 smp k13 days and months-PPL STKIPPO
 
semantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesiasemantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesia
 
semiotika sastra dalam puisi Pagar
semiotika sastra dalam puisi Pagarsemiotika sastra dalam puisi Pagar
semiotika sastra dalam puisi Pagar
 
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaContoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
 
Makalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeMakalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kode
 
Situasi tutur- Pragmatik
Situasi tutur- PragmatikSituasi tutur- Pragmatik
Situasi tutur- Pragmatik
 

Andere mochten auch

Bab tentang pembentukan kata
Bab tentang pembentukan kataBab tentang pembentukan kata
Bab tentang pembentukan kata
Ibnu Khoiry
 
Kawasan perdagangan bebas ( afta ) )
Kawasan perdagangan bebas    ( afta ) )Kawasan perdagangan bebas    ( afta ) )
Kawasan perdagangan bebas ( afta ) )
Stephanie Solupin
 
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTAMemahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Bermand Hutagalung
 
Makalah strategi pembelajaran
Makalah strategi pembelajaranMakalah strategi pembelajaran
Makalah strategi pembelajaran
iskawia
 
8 teknik pembelajaran komunikatif menyenangkan
8 teknik pembelajaran komunikatif menyenangkan8 teknik pembelajaran komunikatif menyenangkan
8 teknik pembelajaran komunikatif menyenangkan
Suhaeni S.Pd.
 

Andere mochten auch (20)

Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai...
Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai...Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai...
Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai...
 
Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan BerbahasaAnalisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan Berbahasa
 
Pembentukan kata
Pembentukan kataPembentukan kata
Pembentukan kata
 
Bab tentang pembentukan kata
Bab tentang pembentukan kataBab tentang pembentukan kata
Bab tentang pembentukan kata
 
Kawasan perdagangan bebas ( afta ) )
Kawasan perdagangan bebas    ( afta ) )Kawasan perdagangan bebas    ( afta ) )
Kawasan perdagangan bebas ( afta ) )
 
Kerjasama ekonomi
Kerjasama ekonomiKerjasama ekonomi
Kerjasama ekonomi
 
Perang Dunia Ii
Perang Dunia IiPerang Dunia Ii
Perang Dunia Ii
 
Arti lambang asean
Arti lambang aseanArti lambang asean
Arti lambang asean
 
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTAMemahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
 
Metode dan tekhnik pembelajaran dan konsep dasar pembelajaran
Metode dan tekhnik pembelajaran dan konsep dasar pembelajaranMetode dan tekhnik pembelajaran dan konsep dasar pembelajaran
Metode dan tekhnik pembelajaran dan konsep dasar pembelajaran
 
Kunci dan Perangkat PKN SMP kelas 8
Kunci dan Perangkat PKN SMP kelas 8Kunci dan Perangkat PKN SMP kelas 8
Kunci dan Perangkat PKN SMP kelas 8
 
Makalah strategi pembelajaran
Makalah strategi pembelajaranMakalah strategi pembelajaran
Makalah strategi pembelajaran
 
ASEAN
ASEANASEAN
ASEAN
 
soal-ukk-pkn-kelas-viii
soal-ukk-pkn-kelas-viiisoal-ukk-pkn-kelas-viii
soal-ukk-pkn-kelas-viii
 
Pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran
Pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaranPendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran
Pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran
 
Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Klasifikasi Strategi PembelajaranKlasifikasi Strategi Pembelajaran
Klasifikasi Strategi Pembelajaran
 
Macam-macam Strategi Pembelajaran
Macam-macam Strategi PembelajaranMacam-macam Strategi Pembelajaran
Macam-macam Strategi Pembelajaran
 
8 teknik pembelajaran komunikatif menyenangkan
8 teknik pembelajaran komunikatif menyenangkan8 teknik pembelajaran komunikatif menyenangkan
8 teknik pembelajaran komunikatif menyenangkan
 
Konsep Dasar Pembelajaran
Konsep Dasar PembelajaranKonsep Dasar Pembelajaran
Konsep Dasar Pembelajaran
 
Revisi MAKALAH penggunaan metode dalam pembelajaran dan strategi pembelajaran...
Revisi MAKALAH penggunaan metode dalam pembelajaran dan strategi pembelajaran...Revisi MAKALAH penggunaan metode dalam pembelajaran dan strategi pembelajaran...
Revisi MAKALAH penggunaan metode dalam pembelajaran dan strategi pembelajaran...
 

Ähnlich wie Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

08aisi pelajaran -interaksi-1
08aisi pelajaran -interaksi-108aisi pelajaran -interaksi-1
08aisi pelajaran -interaksi-1
Oh Jenny
 
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan DescretePengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Marliena An
 
Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda jatmika nurhadi
Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadiDiamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi
Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda jatmika nurhadi
jatmikanurhadi
 
New microsoft office word document
New microsoft office word documentNew microsoft office word document
New microsoft office word document
Fajar Pambudi
 
teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asing
Oktari Aneliya
 

Ähnlich wie Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja (20)

BMM3107
BMM3107BMM3107
BMM3107
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
08aisi pelajaran -interaksi-1
08aisi pelajaran -interaksi-108aisi pelajaran -interaksi-1
08aisi pelajaran -interaksi-1
 
Linguistik
LinguistikLinguistik
Linguistik
 
linguistik sinkronik dan diakronik
linguistik sinkronik dan diakroniklinguistik sinkronik dan diakronik
linguistik sinkronik dan diakronik
 
الأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانية
الأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانيةالأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانية
الأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانية
 
Tugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayuTugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayu
 
Interverensi bahasa...
Interverensi bahasa...Interverensi bahasa...
Interverensi bahasa...
 
ppt ilmu lugoh kel 3.pptx
ppt ilmu lugoh kel 3.pptxppt ilmu lugoh kel 3.pptx
ppt ilmu lugoh kel 3.pptx
 
Transformasi generatif tambahan
Transformasi generatif tambahanTransformasi generatif tambahan
Transformasi generatif tambahan
 
Ruj lingusosilinguistik
Ruj lingusosilinguistikRuj lingusosilinguistik
Ruj lingusosilinguistik
 
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan DescretePengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
 
Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda jatmika nurhadi
Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadiDiamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi
Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda jatmika nurhadi
 
New microsoft office word document
New microsoft office word documentNew microsoft office word document
New microsoft office word document
 
Akuisisi Bahasa Kedua الأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانية
Akuisisi Bahasa Kedua الأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانيةAkuisisi Bahasa Kedua الأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانية
Akuisisi Bahasa Kedua الأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانية
 
teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asing
 
C. Linguistik umum P.U
C. Linguistik umum P.UC. Linguistik umum P.U
C. Linguistik umum P.U
 
Bahagian b
Bahagian bBahagian b
Bahagian b
 
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
 
makalah semantik
makalah semantikmakalah semantik
makalah semantik
 

Mehr von Marliena An (15)

Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baru
 
Panduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilahPanduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilah
 
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbnPedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
 
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesiaKamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
 
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakanPedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
 
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
 
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan KelasProposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
 
Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar
 
Seminar Proposal Tesis
Seminar Proposal TesisSeminar Proposal Tesis
Seminar Proposal Tesis
 
Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya
 
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan MenulisKreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
 
Penilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranPenilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku Pelajaran
 
Resepsi sastra film
Resepsi sastra filmResepsi sastra film
Resepsi sastra film
 
Pengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi AjarPengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi Ajar
 
Metodologi Pembelajaran
Metodologi PembelajaranMetodologi Pembelajaran
Metodologi Pembelajaran
 

Kürzlich hochgeladen

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Kürzlich hochgeladen (20)

TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

  • 1. ANALISIS KONTRASTIF PEMBENTUKAN KATA KERJA (VERBA) BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. Emzir, M.Pd. 2. Prof. Dr. Jenny Disusun Oleh Marlina (7316080108) PROGRAM S-2 PENDIDIKAN BAHASA PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2009
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa kedua (B2) seringkali mendapat interferensi dari bahasa pertama (B1) pembelajar. Interferensi ini memberikan pengaruh baik langsung atau tidak langsung bagi kelangsungan pembelajaran bahasa target. Pengaruh-pengaruh yang muncul cenderung menjadi kesulitan yang menghambat bagi pembelajar dalam menguasai bahasa target. Adanya interferensi yang menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam belajar bahasa target menjadi tantangan tersendiri bagi para pengajar bahasa, khususnya dalam pengajaran bahasa kedua. Tantangan tersebut adalah kemampuan pengajar dalam meminimalisasi interferensi tersebut sehingga dalam prosesnya, pembelajaran bahasa kedua akan berjalan dengan lebih baik. Salah satu cara untuk meminimalisasi interferensi tersebut adalah dengan memprediksi kemungkinan-kemungkinan interferensi yang muncul. Dengan adanya prediksi-prediksi tersebut, pengajar dapat mencoba menemukan solusi dan memberikan fokus pada kesulitan-kesulitan yang mungkin muncul dari interferensi tersebut. Dengan demikian, pengajar dapat lebih memusatkan pada hal-hal yang diprediksi dapat menciptakan kesulitan bagi pembelajar. Prediksi tersebut dapat dilakukan dengan melakukan analisis kontrastif antara bahasa pertama dengan bahasa target. Salah satu bahasa yang memiliki jumlah penutur yang cukup besar di Indonesia adalah bahasa Sunda. Suku Sunda yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pertama tersebar di kepulauan Jawa dan memiliki populasi yang besar. Dalam pengajaran bahasa Indonesia, para penutur bahasa Sunda memiliki kecenderungan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dalam mempelajari bahasa target karena adanya interferensi dari bahasa pertamanya. Interferensi ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan antara kedua bahasa mulai dari tataran fonologi, morfologi, maupun tataran sintaksisnya.
  • 3. Salah satu kajian dalam tataran morfologi berbicara tentang pembentukan kata. Pembentukan kata sebagai sebuah proses membentuk kata hingga menempati kategori kata tertentu merupakan proses yang cukup kompleks. Khususnya jika melihat perbedaan dari dua bahasa. Salah satu proses pembentukan kata yang sama-sama terjadi dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia adalah proses pengimbuhan atau afiksasi. Kategori verba atau kata kerja dalam sebuah bahasa merupakan kategori kata yang sangat luas cakupannya. Kata-kata ini dapat dibentuk dari beberapa bentuk afiks dengan kata dasar atau akar kata dengan kategori yang cukup bervariasi. Bentuk afiksasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda khususnya dalam pembentukan kata kerja memiliki beberapa perbedaa. Dengan adanya perbedaan tersebut diprediksikan apabila pembelajar mempelajari pembentukan kata kerja dalam bahasa target maka akan ditemui beberapa kesulitan dalam mempelajari bahasa target. Oleh karena itulah diperlukan adanya analisis kontrastif antara pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dengan pembentukan kata kerja dalam bahasa Sunda. B. Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah analisis kontrastif pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda?” C. Tujuan Penulisan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan membandingkan antara pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. D. Kebermaknaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bersifat deskriptif dan komparatif tentang pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda bagi para pembaca dan dapat membantu para guru bahasa Indonesia dalam mengajarkan pembentukan kata kerja.
  • 4. E. Ruang Lingkup Permasalahan dalam penulisan ini dibatasi pada deskripsi dan perbandingan antara pembentukan kata kerja dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda melalui afiksasi, khususnya untuk prefiks dan sufiks. F. Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif komparatif, yakni secara kualitatif mendekripsikan pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Sunda dan membandingkan atau mengkontraskan keduanya baik dari segi persamaan maupun perbedaannya.
  • 5. BAB II KAJIAN TEORETIS A. Hakikat Analisis Kontrastif Dinyatakan oleh Henry Guntur sebagai berikut: Analisis kontrastif adalah komparasi sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi atau sistem gramatikal. Analisis ini dimulai sejak tahun 1950 dan 1960- an sebagai suatu aplikasi linguistik struktural pada pengajaran bahasa dan didasarkan pada asumsi-asumsi berikut: a. Kesukaran –kesukaran utama dalam mempelajari suatu bahasa baru disebabkan oleh interferensi bahasa pertama. b. Kesukaran-kesukaran tersebut dapat diprediksi atau diperkirakan oleh analisis kontrastif. c. Materi atau bahan pengajaran dapat memanfaatkan analisis kontrastif untuk mengurangi efek-efek interferensi. 1 Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa analisis kontrastif ini adalah sebuah analisis perbandingan atau komparasi pada sistem-sistem linguistik yang digunakan untuk membandingkan antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa terdapat pengaruh atau disebut interferensi dari bahasa pertama terhadap pembelajaran bahasa kedua. Tugas dari analisis kontrastif adalah memprediksikan interferensi tersebut sehingga dalam pembelajaran bahasa, interferensi tersebut dapat dikurangi. Carl James menjelaskan perihal tujuan dilakukannya analisis kontrastif sebagai berikut: Contrastive Analysis see it as their goal to explain certain aspects of L2 learning. Their means are descriptive accounts of the learner’s L1 and the L2 to be learnt, and techniques for the comparison of these descriptions. In other words, the goals belongs to psychology while the means are derived from linguistic science.2 (Analisis kontrastif dilihat dalam tujuannya merupakan sebuah sarana untuk menjelaskan aspek-aspek tertentu dari pembelajaran bahasa kedua (L2) dengan cara-cara yang berbentuk laporan deskriptif dari bahasa pertama (L1) pelajar dan bahasa kedua (L2) yang dapat dianalisis dengan teknik-teknik untuk membandingkan deskripsi-deskripsi tersebut. Dengan kata lain ini termasuk dalam tataran psikologi sedangkan tata caranya diperoleh dari ilmu linguisti). 1 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti PPLPTK, 1989), p. 5. 2 Carl James, Contrastive Analysis, (London: Longman, 1980), p.27.
  • 6. Bila dilihat dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kajian analisis kontrastif merupakan kajian yang menggabungkan dua bidang sekaligus, yakni bidang psikologi dan bidang linguistik. Sementara itu, Carl James juga menambahkan tentang kajian yang dapat dianalisis dalam analisis kontrastif antara lain pada tingkatan fonologi, leksikal dan tata bahasa. Penjelasan tentang deskripsi linguistik yang disebutkan di atas dipaparkan secara lebih jelas sebagai berikut: No one of these deskriptives statements encapsulates a total description of L, of course: but the more there are, the fuller the description becomes. Notice the each statement retricts it self to some aspect of L simultaneously. So i) says a little about sounds systems of L; ii) says something about its lexical stock; iii) describes and aspect of word information, or morfhology of L; while iv) talks of the arrangement of words in L, the syntax. 3 (Tidak ada satupun dari pernyataan deskriptif menjabarkan secara lengkap deskrips bahasa dalam pembelajaran:, Namun demikian, itu merupakan bagian menjadi bagian dari keseluruhan deskripsi. Setiap pernyataan memiliki aspek yang simultan. Jadi i) katakana sedikit tentang system bunyi dalam bahasa, ii) bicarakan tentang informasi leksikal yang berhubungan dengan makna dan pemakaian kata dalam bahasa, iii) gambarkan dan informasikan aspek-aspek morfologi dalam bahasa, di samping iv) bicarakan tentang aturan pemakaian bahasa dalam klausa dan kalimat, yang disebut dengan sintaksis). Pemahaman di atas memberikan penjabaran bahwa dalam analisis kontrastif pendeskripsian harus mencakup empat hal yakni mencakup kajian fonologi yang membicarakan tentang system bunyi bahasa, kajian makna secara leksikal, kajian morfologi, sampai pada kaijan sintaksisnya. B. Hakikat Kata Kerja dan Pembentukan Kata Kerja Dinyatakan oleh Kridalaksana bahwa secara sintaksis, sebuah satuan gramatikal dapat diketahui berkategori verba dari perilakunya dalam satuan yang lebih besar. Sebuah kata dapat diketahui berkategori verba dari perilakunya dalam frase. Cirinya adalah dnegan kemunginan kata tersebut didampingi partikel tidak dan ketidakmungkinannya kata 3 Ibid., p. 28.
  • 7. tersebut didampingi oleh partikel di, ke, dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih, atau agak.4 Dari pernyataan itu dapat diketahui bahwa sebuah kata dapat dikategorikan sebagai kata kerja bila dalam bentuknya yang lebih luas (frase) dapat didampingi oleh kata tidak. Chaer menyatakan kata kerja sebagai kata yang dapat diikuti oleh frase dengan...., baik yang menyatakan alat, keadaan, maupun penyerta.5 Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa sebuah kata dapat digolongkan sebagai kata kerja bila kata tersebut dapat dibentuk menjadi frase menggunakan kata dengan.... Adapun pengklasifikasian kata kerja menurut Kridalaksana dapat dirangkum sebagai berikut: Verba dapat dibagi menjadi verba dasar bebas dan verba turunan. Verba dasar bebas adalah verba yang berupa morfem dasar bebas. Contohnya seperti kata duduk, makan, mandi, dsb. Sementara itu, yang dimaksud dengan verba turunan adalah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, atau berupa panduan leksem. Contoh verba berafiks adalah ajari, bernyanyi, menari, dsb. Contoh verba bereduplikasi adalah bangun-bangun, ingat-ingat, dsb. Contoh verba berproses gabung adalah tersenyum- senyum, bernyanyi-nyanyi, dsb. Contoh verba majemuk adalah cuci mata, campur tangan, dsb.6 Sementara itu, tak jauh beda dengan Kridalaksana, Chaer juga membedakan kata kerja berdasarkan strukturnya menjadi kata kerja dasar dan kata kerja berimbuhan. Kata kerja dasar adalah kata kerja yang belum diberi imbuhan, seperti kata pergi, pulang, tulis, dsb. 4 Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008), p. 51 5 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), p. 100. 6 Kridalaksana, Op. Cit., p.p. 51-52.
  • 8. Kata kerja berimbuhan adalah kata kerja yang dibentuk dari kata kerja dasar yang mungkin kata benda, kata kerja, kata sifat, atau jenis kata lain dari imbuhan.7 Berdasarkan dua pendapat tersebut maka dapat dietahui bahwa kata kerja terdiri atas dua jenis, yakni kata kerja dasar dan kata kerja turunan atau disebut juga kata kerja berimbuhan. Adapun dari segi subkategorisasinya atau dari banyaknya nomina yang mendampingi, verba dapat dibagi menjadi verba transitif dan verba intransitif. Dijelaskan lebih lanjut bahwa yang disbeut verba intransitif adalah verba yang menghindarkan objek atau tidak memerlukan objek. Sementara itu, yang dimaksud dengan verba transitif adalah verba yang mempunyai atau harus mendampingi objek.8 Pembentukan kata dinyatakan oleh Kridalaksana sebagai bagian dari satuan sintaksis. Subsistem pembentukan kata disebut dengan morfologi leksikal atau morfologi derivatif. Adapun proses pembentukan kata sebagai kajian morfologi dalam bahasa Indonesia terdiri atas: (1) derivasi zero (2) afiksasi (3) reduplikasi (4) abreviasi (pemendekan) (5) komposisi (perpaduan) (6) derivasi balik (7) metanalisis 9 Afiksasi sebagai bagian dari pembentukan kata yang terjadi dalam bahasa, pada umumnya terjadi dalam bahasa apa pun. Demikian halnya dengan bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda. 7 Chaer, Loc. Cit.. 8 Kridalaksana, Loc. Cit. 9 Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), p. 10.
  • 9. Afiksasi sendiri dinyatakan oleh Kridalaksana sebagai proses yang mengubah sebuah leksem atau kata menjadi kata kompleks. Dalam hal ini, leksem berubah menjadi menjadi kategori tertentu sehingga berstatus kata atau apabila telah menjadi kata maka akan berganti kategori . Hal ini juga akan mempengaruhi makna kata tersebut. Dalam bahasa Indonesia terdapat jenis-jenis afiks yang diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Prefiks, yakni afiks yang diletakkan di muka dasar, seperti me- di-, ber-, dsb. (2) Infiks, yakni afiks yang diletakkan di dalam dasar, seperti –el-, -er-, dsb. (3) Sufiks, yakni afiks yang diletakkan di belakang dasar, seperti –an, -kan, -i, dsb. (4) Simulfiks, yakni afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada dasar, seperti kopi – ngopi, soto – nyoto, dsb. (5) Konfiks, yakni afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka dasar dan satu di belakang bentuk dasar. (6) Superfiks atau suprafiks, yakni afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental (7) Interfiks, yakni jenis infiks yang muncul di antara dua unsur. (8) Transfiks, yakni jenis afiks yang menyebabkan bentuk dasar terbagi. (9) Kombinasi afiks, yakni kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar.10 Berdasarkan jenis-jenis afiks tersebut dapat dikatakan bahwa proses afiksasi merupakan proses pembentukan kata yang sangat produktif dalam bahasa. 10 Ibid., p.p. 28-29.
  • 10. BAB III ANALISIS A. Deskripsi Pembentukan Kata Kerja Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda Carl James menyatakan tahapan-tahapan dalam analisis kontrastif sebagai berikut: “Now, any CA (Contrastive Analysis) involved two steps: first, there is the stage of description when each of the two languages is described on the appropriate level; the second stage is the stage of juxtaposition for comparison”11 (Dalam setiap kajian Analisis KOntrastif selalu dilibatkan dua tahapan: yang pertama, tahap pengkajian yang mendeskripsikan masing-masing bahasa secara tepat dalam level yang sejajar; kedua adalamh membandingkan keduanya). Berdasarkan pendapat tersebut maka analisis berikut akan dilakukan dengan dua tahapan, yang pertama adalah mendeskripsikan pembentukan kata kerja untuk masing-masing bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Kemudian, akan dilanjutkan dengan tahap selanjutnya, yakni tahap membandingkan pembentukan kata kerja untuk dua bahasa tersebut. Berikut ini akan dideskripsikan pembentukan kata kerja dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda. 1) Pembentukan Kata Kerja dalam Bahasa Indonesia Dalam pengimbuhan bahasa Indonesia, kata kerja dalam bahasa Indonesia dibentuk menggunakan beberapa imbuhan. Imbuhan-imbuhan tersebut dinyatakan oleh Chaer sebagai berikut: (a) awalan me- contohnya pada kata-kata menulis, membaca, melihat, dsb. (b) Awalan ber- contohnya pada kata-kata berdiri, berlatih, berkuda, dsb. (c) Awalan di- contohnya pada kata-kata ditulis, dibaca, dilihat, dsb. 11 Carl James, Op. Cit., p.30.
  • 11. (d) Awalan ter- contohnya pada kata-kata tertulis, terbaca, terlihat, dsb. (e) Awalan per- contohnya pada kata-kata perpanjang, percepat, persingkat, dsb. (f) Akhiran –kan contohnya pada kata-kata tuliskan, bacakan, damaikan, dsb. (g) Akhiran –i contohnya pada kata-kata tulisi, diami, datangi, dsb.12 No. Imbuhan Kata Dasar Kata Bentukan Kalimat Fungsi Pembentuk (Kelas Kata) (Kelas Kata) Kata Kerja 1. Imbuhan me- Lihat (V) Melihat (V) Saya melihat Membentuk kata air terjun. kerja transitif Bawa (V) Membawa (V) Kakak Membentuk kata membawa kerja transitif keranjang dari pasar. Putih (A) Memutih (V) Rambut kakek Membentuk kata sudah memutih. kerja intransitif. Utara (N) Mengutara (V) Dia terus Membentuk kata mengutara, kerja intransitif. padahal temen- temannya menuju ke barat. Cat (N) Mengecat (V) Ayah mengecat Membentuk kata tembok rumah. kerja transitif. 2. Imbuhan ber- Air (N) Berair (V) Mataku berair. Membentuk kata kerja intransitif Racun (N) Beracun (V) Makanan itu Membentuk kata beracun. kerja intransitif Kerja (V) Bekerja (V) Aku bekerja di Membentuk kata 12 Chaer. Op. Cit., p. 101
  • 12. kantor. kerja intransitif 3. Imbuhan di- Baca (V) Dibaca (V) Buku itu dibaca Membentuk kata adik. kerja pasif 4. Imbuhan ter- Siksa (V) Tersiksa (V) Membentuk kata kerja pasif Robek (V) Kertas itu terobek Membentuk kata Iwan. kerja pasif 5. Imbuhan per- Singkat (A) Persingkat (V) Persingkat Membentuk kata tulisanmu. kerja perintah Luas (A) Perluas (V) Gubernur akan Membentuk kata meninjau kerja perintah bangunan yang telah kita perluas. Lunak (A) Perlunak (V) Syarat- Membnetuk kata syaratnya tentu kerja perintah kami perlunak dalam keterangan untuk mereka. tambahan pada subjek atau objek 6. Imbuhan -i Tulis (V) Tulisi (V) Tolong tulisi Membentuk kata kertas kosong kerja transitif itu. dalam kalimat perintah. Tembak (V) Tembaki (V) Gedung ini Membentuk kata mereka tembaki kerja transitif sampai hancur dalam kalimat pasif. Surat (N) Surati (V) Orang yang Membentuk kata hendak kamu kerja transitif surati sudah dalam keterangan
  • 13. ada di sini. tambahan pada subjek atau predikat. Imbuhan-imbuhan di atas merupakan imbuhan yang berfungsi membentuk verba dalam bahasa Indonesia.13 2) Pembentukan Kata Kerja dalam Bahasa Sunda Pembentukan kata kerja dalam bahasa Sunda secara umum bersifat derivasi. Dinyatakan oleh Robin bahwa derivasi yang membentuk kata kerja antara lain terbagi atas derivasi verba ke verba, dan nomina dari verba. Hasil bentukan kata yang berupa verba dibagi atas verba transitif (Vt) dan verba intransitif (Vi). Verba transitif adalah verba yang memiliki bentuk aktif dan pasif (aVt dan pVt).14 Berikut ini akan disajikan sebuah tabel analisis pembentukan kata kerja dalam bahasa Sunda yang dijabarkan oleh Robin.15 No. Imbuhan Kata Dasar Kata Bentukan Kalimat Fungsi Pembentuk (Kelas Kata) (Kelas Kata) Kata Kerja 1 Sufiks -an Dadak (Vi) Dadakan (Vi) Ieu rencana Membentuk dadakan. verba intransitif Balanja (Vt) Ngabalanjaan Manehna Membentuk (Vt) ngabalanjaan verba transitif. indungna. Aku (Vt) (A) Akuan (Vi) Anjeunna mah Membentuk jalma akuan ka verba 13 Ibid , p.p. 201-255. 14 R.H. Robbins. Sistem dan Struktur Bahasa Sunda,(Jakarta: Djambatan, 1983), p.. p. 80-83. 15 Ibid., p.p. 94-108.
  • 14. saha wae. intransitif. Omong (Vt) Omongan (Vt) Bapa Membentuk ngomongan verba transitif abdi. Incu (N) incuan Bapa abdi tos Membentuk incuan. verba intransitif Duit (N) Ngaduitan (Vt) Bapa ngaduitan Membentuk abdi. kata kerja transitif 2 Sufiks -eun Leungit (Vi) Leungiteun (Vt) Ibu leungiteun Membentuk emas. kata kerja transitif 3. Prefiks ba- Dami (Vi) Badami (Vi) Anjeunna Membentuk hoyong badami. verba intransitif Darat (N) Badarat (V) Enjing abdi Membentuk bade badarat. verba intransitif. 4. Prefiks barang Cokot (V) barangcokot Anjeunna sok Membentuk barangcokot kata kerja banda batur. transitif 5. Prefiks sang Hareup (N) Nyanghareup (V) Imahna Membentuk nyanghareup verba transitif masjid. 6. Prefiks si- Beungeut (N) Sibeungeut (V) Abdi Membentuk sibeungeut di kata kerja susukan. intransitif 7. Prefiks ka- Abur (V) Kabur (V) Abdi kabur ti Membentuk bumi verba intransitif. 8. Prefiks pa- Antel (V) Paantel (V) Maranehna Membentuk
  • 15. paantel ku verba sabab tiris. intransitif. 9. Aduk (V) Paaduk (V) Adonan eta tos Membentuk paaduk. verba intransitif 10. Prefiks pi- Butuh (V) Mibutuh (V) Abdi mibutuh Membentuk artos. verba transitif Indung (N) Miindung (V) Anjeunna Membentuk miindung ka verba transitif. Mak Ijah. 11. Prefiks silih- Tenjo (V) Silihtenjo (V) Aranjeuuna silih Membentuk tenjo. verba intransitif. 12. Prefiks ti- Beubeut (Vt) Tibeubeut (V) Si Orok Membentuk (A) tibeubeut tina verba intransitif kasur. B. Perbandingan Pembentukan Kata Kerja dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda Berdasarkan deskripsi pembentukan kata kerja dua bahasa di atas, dapat dijabarkan sebuah perbandingan dari dua segi, yakni dari persamaan dan perbedaannya. Sebagai acuan, tabel deskripsi pembentukan kata dalam bahasa Sunda yang dijabarkan di atas akan diterjemakhan secara terperinci ke dalam bahasa Indonesia (Tabel tersebut disajikan dalam dua bahasa) No. Imbuhan Kata Dasar Kata Bentukan Kalimat Fungsi Pembentuk (Kelas Kata) (Kelas Kata) Kata Kerja 1 Sufiks -an Dadak (Vi), tiba- Dadakan (Vi) Ieu rencana dadakan. Membentuk tiba Mendadak (V) Ini rencana verba intransitif
  • 16. mendadak. Balanja (Vt) Ngabalanjaan (Vt) Manehna Membentuk Berbelanja (V) Memberi belanja ngabalanjaan verba transitif. (V) indungna. Dia memberi belanja ibunya Aku (Vt) (A) Akuan (Vi) Anjeunna mah jalma Membentuk Mengaku (V) Suka mengaku (V) akuan ka saha wae. verba intransitif. Dia itu orang yang suka mengaku kepada siapa saja. Incu (N) Incuan (V) Bapa abdi tos incuan. Membentuk Cucu (N) Bercucu (V) Ayah saya sudah verba intransitif bercucu Duit (N) Ngaduitan (Vt) Bapa ngaduitan abdi. Membentuk Uang (N) Memberi uang Ayah memberi uang kata kerja kepada (V) kepada saya. transitif 2 Sufiks -eun Leungit (Vi) Leungiteun (Vt) Ibu leungiteun emas. Membentuk Hilang (V) Kehilangan (V) Ibu kehilangan emas. kata kerja transitif 3. Prefiks ba- Dami (Vi) Badami (Vi) Anjeunna hoyong Membentuk Setuju (A) Berunding (V) badami. verba intransitif Dia ingin berunding. Darat (N) Badarat (V) Enjing abdi bade Membentuk Darat (N) Berjalan darat (V) badarat. verba intransitif. Besok saya akan berjalan darat. 4. Prefiks barang Cokot (V) Barangcokot (V) Anjeunna sok Membentuk Mengambil (V) Mengambili-ambili barangcokot banda kata kerja (V) batur. transitif
  • 17. Dia suka mengambil- ambili barang orang lain. 5. Prefiks sang Hareup (N) Nyanghareup (V) Imahna nyanghareup Membentuk Depan (N) Menghadap (V) masjid. verba transitif Rumahnya menghadap masjid. 6. Prefiks si- Beungeut (N) Sibeungeut (V) Abdi sibeungeut di Membentuk Wajah (N) Mencuci muka (V) susukan. kata kerja Saya mencuci muka intransitif di sungai. 7. Prefiks ka- Abur (V) Kabur (V) Abdi kabur ti bumi. Membentuk Melepas (V) Lari (V) Saya lari dari rumah. verba intransitif. 8. Prefiks pa- Antel (V) Paantel (V) Maranehna paantel Membentuk Rapat (A) Saling merapat (V) ku sabab tiris. verba intransitif. Mereka saling merapat karena dingin. 9. Aduk (V) Paaduk (V) Adonan eta tos Membentuk Aduk (V) Teraduk (V) paaduk. verba intransitif Adonan itu sudah teraduk. 10. Prefiks pi- Butuh (V) Mibutuh (V) Abdi mibutuh artos. Membentuk Butuh (V) Membutuhkan (V) Saya membutuhkan verba transitif uang. Indung (N) Miindung (V) Anjeunna miindung Membentuk Ibu (N) Mencintai seperti Mak Ijah. verba transitif. ibu (V) Dia mencintai seperti Ibu Mak Ijah. 11. Prefiks silih- Tenjo (V) Silihtenjo (V) Aranjeuuna silih tenjo. Membentuk
  • 18. Melihat (V) Saling melihat (V) Mereka saling verba intransitif. melihat. 12. Prefiks ti- Beubeut (Vt) (A) Tibeubeut (V) Si Orok tibeubeut tina Membentuk Banting (V) Terbanting (V) kasur. verba intransitif Si bayi terbanting dari kasur. a. Persamaan Pembentukan Kata Kerja Persamaan yang ditemukan dalam pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda adalah sebagai berikut: a) Kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda salah satunya terjadi melalui pengimbuhan. Imbuhan tersebut dapat dilihat dalam tabel di atas. b) Kata kerja dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda merupakan kata kerja transitif dan kata kerja intransitif. c) Imbuhan ti- dan pa- dalam bahasa Sunda memiliki makna yang sama dengan imbuhan ter- dalam bahasa Indonesia untuk beberapa kata dan imbuhan ba- serta –an dalam bahasa Sunda memiliki makna yang sama dengan imbuhan ber- dalam bahasa Indonesia untuk beberapa kata tertentu. b. Perbedaan Pembentukan Kata Kerja Bila dikontraskan antara kedua bahasa tersebut, pembentukan kata kerja yang terjadi memiliki perbedaan sebagai berikut: a) Imbuhan pembentuk kata kerja dalam bahasa Indonesia terdiri atas prefiks me-, ber, ter, -per, dan di -. Sementara untuk sufiksnya adalah sufiks –kan dan sufiks –i. Dalam bahasa Sunda, pembentukan kata kerja terjadi melalui pengimbuhan yang lebih beraneka ragam. Imbuhan-imbuhan tersebut adalah sufiks –an dan –eun, prefiks ba-, barang-, sang-, si-, ka-, pa-, pi-, silih-, dan ti-. b) Dalam pembentukan kata kerja bahasa Indonesia, beberapa imbuhan yang digunakan seperti me-, ber-, dan ter- dapat mengalami perubahan bunyi. Imbuhan-imbuhan
  • 19. tersebut memiliki beberapa alomorf, sehingga terdapat beberapa bentuk yang berbeda untuk kata-kata yang berbeda. Contohnya dalam imbuhan me- terdapat alomorf me-, mem-, meng-, meny-, menge, men-. Terdapat enam alomorf untuk imbuhan tersebut. Begitu juga dengan imbuhan ber- yang memiliki tiga alomorf yakni ber-, be-, dan bel-. Sementara imbuhan per- memiliki dua alomorf, yakni per- pel-, dan pe- . Imbuhan ter- memiliki alomorf ter- dan te-. c) Dalam bahasa Sunda, perubahan bunyi terjadi pada kata-kata dasar atau disebut akar kata tertentu bila kata tersebut memiliki huruf-huruf awal tertentu. Contohnya, kata tenjo (akar kata berawalan huruf t berubah bunyi menjadi bunyi nasal menjadi nenjo). Dalam bahasa Indonesia juga dikenal bentuk seperti ini dan disebut dengan simulfiks, yakni contohnya pada kata kopi- yang menjadi ngopi atau soto –yang menjadi nyoto. d) Beberapa akar kata dalam bahasa Sunda sudah merupakan kata bentukan dalam bahasa Indonesia. Contoh yang dapat dilihat dari tabel di atas adalah kata dasar tenjo dalam bahasa Sunda sama dengan kata melihat dalam bahasa Indonesia. Hal ini menyebabkan ketika kata tersebut mendapat imbuhan maka akan sepadan maknanya dengan imbuhan turunan dalam bahasa Indonesia. Contoh lainnya pada kata balanja yang sama dengan berbelanja. Ketika diberi imbuhan –an menjadi ngabalanjaan dalam bahasa Indonesia tidak lagi menjadi satu kata, melainkan menjadi memberi belanja. e) Dalam bahasa Sunda terdapat imbuhan pembentuk kata kerja seperti silih- dan barang- yang dalam bahasa Indonesia bukan merupakan imbuhan melainkan terlihat pada pemaknaannya. f) Imbuhan sang- dalam bahasa Sunda ketika digunakan dalam akar kata berubah menjadi nyang-. Contohnya pada kata nyanghareup.
  • 20. BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan deskripsi dan perbandingan yang dilakukan melalui analisis kontrastif di atas diperoleh kesimpulan perihal pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonsia dan bahasa Sunda sebagai berikut: 1) Jumlah afiks pembentuk kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda memiliki keanekaragaman yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia, terdapat afiks pembentuk kata kerja sebanyak 6 afiks, yakni 4 prefiks dan 2 sufiks. Dalam bahasa Sunda terdapat 9 prefiks dan 2 sufiks. 2) Imbuhan ti- dan pa- dalam bahasa Sunda memiliki makna yang sama dengan imbuhan ter- dalam bahasa Indonesia untuk beberapa kata dan imbuhan ba- serta –an dalam bahasa Sunda memiliki makna yang sama dengan imbuhan ber- dalam bahasa Indonesia untuk beberapa kata tertentu. Ini dapat dijadikan sebagai perbandingan sehingga pembelajar dapat membandingkan persamaan-persamaan tersebut. 3) Dalam bahasa Indonesia terdapat alomorf yang membedakan bentuk imbuhan untuk kata-kata dasar tertentu, sementara dalam bahasa Sunda, perubahan bunyi dari segi fonologis terjadi untuk kata-kata dasar yang memiliki fonem awal tertentu. 4) Penerjemahan dari bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia akan mejadi lebih kompleks untuk kata-kata tertentu, karena satu kata dalam bahasa Sunda dapat diterjemahkan menjadi konstruksi yang lebih luas untuk bahasa Indonesia.
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. James, Carl. Contrastive Analysis. London: Longman. 1980. Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1996. Kridalaksana, Harimurti. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.2008. Robbins, R.H. Sistem dan Struktur Bahasa Sunda. Jakarta: Djambatan. 1983. Tarigan , Henry Guntur. Pengajaran Analisis Kontrasti.,(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti PPLPTK. 1989.