SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 31
LAPORAN PENDAHULUAN
HIV AIDS
1.1 Tinjauan Teori
1.1.1 Pengertian
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
1. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau
kurang)dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.
2. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil
akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2009)
1.1.2 Etiologi
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III)
atau virus limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili
lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam
deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2
adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh
dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek
siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu
bahwa protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh
protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin
merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan
transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam serum dari para
perempuan Afrika barat (warga senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit
klinis tetapi tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2009)
1.1.3 Cara Penularan
Cara penularan AIDS antara lain sebagai berikut :
a) Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual
b) Melalui darah, yaitu:
1.Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%
2.Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03%
3.Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 0,0051%
4.Transmisi dari ibu ke anak :
a. Selama kehamilan
b. Saat persalinan, risiko penularan 50%
c. Melalui air susu ibu(ASI)14%
1.1.4 Patofisiologis
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan
antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi
HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam
sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel
target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama.
Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih
yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang
terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel
serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian
menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang
disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau
penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel
limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit
T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel
lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T
sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme
asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong
melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki
limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah
terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini
penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang
terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak
mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam
darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel
CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus
yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam
menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum
terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya
mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit
yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang
berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang
dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan
berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran
limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan
tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan
sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela”
(window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih
kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap
positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran
klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan
penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan,
bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)
Pathways
1.1.5 Tanda dan Gejala
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada
penderita AIDS :
a. Panas lebih dari 1 bulan,
b. Batuk-batuk,
c. Sariawan dan nyeri menelan,
d. Badan menjadi kurus sekali,
e. Diare,
f. Sesak napas,
g. Pembesaran kelenjar getah bening,
h. Kesadaran menurun,
i. Penurunan ketajaman penglihatan,
j. Bercak ungu kehitaman di kulit.
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat
merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala
panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa
gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku
yang mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2
minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun
simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari,
penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy,
pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala
infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC),
Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk
menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti
demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit
leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam
darah akan diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3
bulan.
1.1.6 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom
retroviral akut, demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau kanker yang terkait AIDS.
Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan
jumlah CD4 :
1. Infeksi retroviral akut
Frekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis
menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri
tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada mukokutan, diare,
leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien mengalami gangguan
neorologi seperti mrningitis asepik, sindrom Gillain Barre, atau psikosis akut.
Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan.
2. Masa asimtomatik
Pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi
limfadenopati umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga
masa jendela (window period).
3. Masa gejala dini
Pada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah
akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped
zoster, leukoplakia, ITP, dan tuberkolosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS
Related Complex(ARC)
4. Masa gejala lanjut
Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini
menyebabkan risiko tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau
keganasan.
1.1.7 Komplikasi
1. Pneumonia pneumocystis (PCP)
2. Tuberculosis (TBC)
3. Esofagitis
4. Diare
5. Toksoplasmositis
6. Leukoensefalopati multifocal prigesif
7. Sarcoma Kaposi
8. Kanker getah bening
9. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)
1.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS adalah :
1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV,
dan pemeriksaan Rontgen.
Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah
CD4, protein purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi
sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap smear.
Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila >500
maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka
diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi pneumonia pneumocystis
carinii. Pemberian profilaksi INH tidak tergantung pada jumlah CD4.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal
pemberian obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan.
Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop fluoresensi
atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus CD4 = (1/3 x jumlah
limfosit total)-8.
1.1.9 Penatalaksanaan Medis
1. Terapi
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu
(Endah Istiqomah : 2009) :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis
harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya >3.
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1. Didanosine
2. Ribavirin
3. Diedoxycytidine
4. Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan
keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang
pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
2. Diet
Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS adalah :
a. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
1. Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan
seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
2. Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang
diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass).
3. Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
4. Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.
b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
1. Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
2. Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat
pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan
kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan menelan.
3. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
4. Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan
otot).
5. Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat
sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan
c. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:
1. Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor
stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi
sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1°C.
2. Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti
jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada
kelainan ginjal dan hati.
3. Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak
disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak,
digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain
Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan
bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.
4. Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan
Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat,
Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan
vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat
menekan kekebalan tubuh.
5. Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
6. Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien.
7. Elektrolit, Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti
(natrium, kalium dan klorida).Makanan diberikan dalam porsi kecil dan
sering.
8. Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik,
termik, maupun kimia.
d. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV,
yaitu kepada pasien dengan:
1. Infeksi HIV positif tanpa gejala.
2. Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan
menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening).
3. Infeksi HIV dengan gangguan saraf.
4. Infeksi HIV dengan TBC.
5. Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu
secara oral, enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral
sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian
makanan enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.
Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.
1) Diet AIDS I
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala
panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut,
kesadaran menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan
berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan
keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan,
makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi
makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau
menggunakan makanan enteral komersial energi dan protein tinggi. Makanan
ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. Bila dibutuhkan lebih
banyak energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).
2) Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap
akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3
jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi
kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde
sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.
3) Diet AIDS III
Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau
kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau
biasa, diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein,
vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan
masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan
sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama.
Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian.
1. Riwayat: tesHIV positif,riwayatperilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.
2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.
3. Gejalasubyektif :demamkronik,denganatautanpamenggigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,
ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
5. Statusmental : marah atau pasrah,depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang
interestpadalingkungansekitar,gangguanproosespiker, hilang memori, gangguan
atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada
bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku
kuduk, kejang, paraplegia.
8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
12. Gu : lesi atau eksudat pada genital,
13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
II. Diagnosa keperawatan
1. Resikotinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup
yang beresiko.
2. Resikotinggi infeksi (kontakpasien) berhubungandengan infeksi HIV,adanyainfeksi
nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang
orang dicintai.
III. Perencanaan keperawatan.
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria
hasil
Intervensi Rasional
Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan
imunosupresi,
malnutrisi dan
pola hidup yang
beresiko.
Pasien akan bebas
infeksi oportunistik
dan komplikasinya
dengan kriteria tak
ada tanda-tanda
infeksi baru,lab
tidak ada infeksi
oportunis,tanda
vital dalambatas
normal,tidak ada
luka atau eksudat.
1. Monitor tanda-tanda
infeksi baru.
2. gunakan teknik
aseptik pada setiap
tindakan invasif. Cuci
tangan sebelum
meberikan tindakan.
3. Anjurkan pasien
metoda mencegah
terpapar terhadap
lingkungan yang
patogen.
4. Kumpulkan spesimen
untuk tes lab sesuai
order.
5. Atur pemberian
antiinfeksi sesuai
order
Untuk pengobatan dini
Mencegah pasien
terpapar oleh kuman
patogen yang diperoleh
di rumah sakit.
Mencegah bertambahnya
infeksi
Meyakinkan diagnosis
akuratdan pengobatan
Mempertahankan kadar
darah yangterapeutik
Resiko tinggi
infeksi (kontak
pasien)
berhubungan
dengan infeksi
HIV, adanya
infeksi
nonopportunisitik
yang dapat
ditransmisikan.
Infeksi HIV tidak
ditransmisikan,tim
kesehatan
memperhatikan
universal
precautions dengan
kriteriaa kontak
pasien dan tim
kesehatan tidak
terpapar HIV, tidak
terinfeksi patogen
lain seperti TBC.
1. Anjurkan pasien atau
orang penting lainnya
metode mencegah
transmisi HIV dan
kuman patogen
lainnya.
2. Gunakan darah dan
cairan tubuh
precaution bial
merawat pasien.
Gunakan masker bila
perlu.
Pasien dan keluarga mau
dan memerlukan
informasikan ini
Mencegah transimisi
infeksi HIVke oranglain
Intolerans
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan,
pertukaran
oksigen,
malnutrisi,
kelelahan.
Pasien berpartisipasi
dalamkegiatan,
dengan kriteria
bebas dyspnea dan
takikardi selama
aktivitas.
1. Monitor respon
fisiologis terhadap
aktivitas
2. Berikan bantuan
perawatan yang
pasien sendiri tidak
mampu
3. Jadwalkan
perawatan pasien
sehingga tidak
mengganggu
isitirahat.
Respon bervariasi dari
hari ke hari
Mengurangi kebutuhan
energi
Ekstra istirahatperlu jika
karena meningkatkan
kebutuhan metabolik
Perubahan nutrisi Pasien mempunyai 1. Monitor kemampuan Intake menurun
kurangdari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan intake
yang kurang,
meningkatnya
kebutuhan
metabolic,dan
menurunnya
absorbsi zatgizi.
intake kalori dan
protein yang
adekuat untuk
memenuhi
kebutuhan
metaboliknya
dengan kriteria
mual dan muntah
dikontrol,pasien
makan TKTP, serum
albumin dan protein
dalambatas n
ormal,BB
mendekati seperti
sebelum sakit.
mengunyah dan
menelan.
2. Monitor BB, intake
dan ouput
3. Atur antiemetik
sesuai order
4. Rencanakan diet
dengan pasien dan
orang penting
lainnya.
dihubungkan dengan
nyeri tenggorokan dan
mulut
Menentukan data dasar
Mengurangi muntah
Meyakinkan bahwa
makanan sesuai dengan
keinginan pasien
Diare
berhubungan
dengan infeksi GI
Pasien merasa
nyaman dan
mengnontrol diare,
komplikasi minimal
dengan kriteria
perut lunak,tidak
tegang, feses lunak
dan warna normal,
kram perut hilang,
1. Kaji konsistensi dan
frekuensi feses dan
adanya darah.
2. Auskultasi bunyi
usus
3. Atur agen
antimotilitas dan
psilium (Metamucil)
sesuai order
4. Berikan ointment A
dan D, vaselin atau
zinc oside
Mendeteksi adanya
darah dalamfeses
Hipermotiliti mumnya
dengan diare
Mengurangi motilitas
usus, yang pelan,
emperburuk perforasi
pada intestinal
Untuk menghilangkan
distensi
Tidak efektif
kopingkeluarga
berhubungan
dengan cemas
tentang keadaan
yang orang
dicintai.
Keluarga atau orang
penting lain
mempertahankan
suportsistem dan
adaptasi terhadap
perubahan akan
kebutuhannya
dengan kriteria
pasien dan keluarga
berinteraksi dengan
cara yang
konstruktif
1. Kaji koping keluarga
terhadap sakit pasein
dan perawatannya
2. Biarkan keluarga
mengungkapkana
perasaan secara verbal
3. Ajarkan kepada
keluaraga tentang
penyakit dan
transmisinya.
Memulai suatu hubungan
dalambekerja secara
konstruktif dengan
keluarga.
Mereka tak menyadari
bahwa mereka berbicara
secara bebas
Menghilangkan
kecemasan tentang
transmisi melalui kontak
sederhana.
1.1.10 Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan makan
Ketidakseimbangannutrisi : kurang dari kebutuhantubuh (00002)
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik
 Berat badan 20% atau lebih dari
rentang berat badan ideal
 Bisig usus hiperaktif
 Cepat kenyang setalah makan
 Diere
 Ganguan sensasi rasa
 Kehilangan rambut berlebihan
 Kelemahan otot pengunyah
 Kelemahan otot untuk menelan
 Kerapuhan kapiler
 Kesalahan informasi
 Kesalahan persepsi
 Ketidakmampuan memakana
makanan
 Kram abdomen
 Kurang informasi
 Kurang minat pada makanan
 Kurang minat pada makanan
 Membran mukosa pucat
 Nyeri abdomen
 Penurunan berat badan dengan
asupan makan adekuat
 Penurunan berat badan dengan
asupan makanan adekuat
 Sariawan rongga mulut
 Tonus otot menurun
Faktor yang berhubungan
 Faktor biologis
 Faktor ekonomi
 Ganguan psikososial
 Ketidakmampuan makan
 Ketidakmampuan
mencerna makanan
 Ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien
 Kurang asupan makanan
NOC
StatusNutrisi : ventilasi (1004)
Definisi :sejauhmananutrisi dicernadandiserapuntukmemenuhi kebutuhanmetabolik.
Sangat
menyim
pang dari
rentang
normal
Banyak
menyi
mpang
dari
rentang
Cukup
menyim
pang dari
rentang
normal
Sedikit
menyim
pang dari
rentang
normal
Tidak
menyi
mpang
dari
rentang
normal normal
SKALA OUTCOME
KESELURUHAN
1 2 3 4 5 NA
INDIKAT
OR
100401 Asupan
gizi
1 2 3 4 5 NA
100402 Asupan
makanan
1 2 3 4 5 NA
100408 Asupan
cairan
1 2 3 4 5 NA
100403 energi 1 2 3 4 5 NA
100405 Rasio
berat
badan/ti
nggi
badan
1 2 3 4 5 NA
100411 Hidrasi 1 2 3 4 5 NA
NOC
Statusnutrisi bayi : ventilasi (1020)
Definisi :jumlahnutrisi dicernadandiserapuntukmemenuhikebutuhanmetabolise serta
meningkatkanpertumbuhanbayi.
Tidak
adeku
at
Sedikit
adeku
at
Cukup
adeku
at
Sebagia
n besar
adekuat
Sepenuh
nya
adekuat
SKALA OUTCOME
KESELURUHAN
1 2 3 4 5 NA
INDIKATOR
102001 Inteke
nutrisi
1 2 3 4 5 NA
102002 Inteke
makanan
lewat mulut
1 2 3 4 5 NA
102003 Intake
cairan lewat
mulut
1 2 3 4 5 NA
102004 Toleransi
makanan
1 2 3 4 5 NA
102005 Perbanding
an
berat/tinggi
1 2 3 4 5 NA
102006 Hidrasi 1 2 3 4 5 NA
102007 Pertumbuha
n
1 2 3 4 5 NA
102008 Glukosa
darah
1 2 3 4 5 NA
102009
102010
Hemoglobin
Kapasitas
peningkatan
zat besi
total
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
NA
NA
102011 Salam
albumin
1 2 3 4 5 NA
102012 Intake kalori 1 2 3 4 5 NA
102013 Intake
protein
1 2 3 4 5 NA
102014 Inteke
lemak
1 2 3 4 5 NA
102015 Inteke
karbohidrat
1 2 3 4 5 NA
102016 Intake
vitamin
1 2 3 4 5 NA
102017 Intake
mineral
1 2 3 4 5 NA
102018 Intake Zat
besi
1 2 3 4 5 NA
102019 Intake
kalsium
1 2 3 4 5 NA
102020 Intake
sodium
1 2 3 4 5 NA
102021 Inteke
makanan
lewat selang
1 2 3 4 5 NA
102022 Inteke
cairan
intravena
1 2 3 4 5 NA
102023 Inteke
cairan
parenteral
1 2 3 4 5 NA
NOC
StatusNutrisi : Asupannutrisi:ventilasi (1009)
Definisi :asupangizi untukmemenuhi kebutuhan-kebutuhanmetabolik
Tidak
adekua
t
Sedikit
adekua
t
Cukup
adekua
t
Sebagia
n besar
adekuat
Sepenuhny
a adekuat
SKALA OUTCOME
KESELURUHAN
1 2 3 4 5 N
A
INDIKATO
R
100901 Asupan
kalori
1 2 3 4 5 N
A
100902 Asupan
protein
1 2 3 4 5 N
A
100903 Asupan
lemak
1 2 3 4 5 N
A
100904 Asupan
karbohidra
t
1 2 3 4 5 N
A
100910 Asupan
serat
1 2 3 4 5 N
A
100905 Asupan
vitamin
1 2 3 4 5 N
A
100906 Asupan
mineral
1 2 3 4 5 N
A
100907 Asupan zat
besi
1 2 3 4 5 N
A
100908
100911
Asupan
kalsium
Asupan
natrium
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
N
A
N
A
NIC
Bantuan pningkatan berat badan (1240)
Definisi : memfasilitasi peningkatan berat badan
Aktivitas-aktivitas :
 Jika diperlikan lakukan
pemeriksaan diagnostik untuk
mengetahui penyebab
penurunan berat badan.
 Timbang pasien pada jam yang
sama setiap hari
 Diskusikan kemungkinan
penyebab berat badan berkurang
 Monitor mual muntah
 Kaji penyebab mual muntah dan
tangani dengan tepat
 Berikan obat-obat untuk
meredakan mual dan nyeri
sebulum makan.
 Monitor asupan kalori setiap hari
 Monitor nilai albumin,limosit,dan
nilai elektrolit
 Dukung peningkatan asupan
kalori
 Instruksikan cara meningkatkan
asupan kalori
 Yakinkan bahwa pasien duduk
sebelum makan atau disuapi
makanan.
 Bantu pasien untuk makan atau
suapi pasien
 Berikan makanan yang sesuai
dengan instruksi dokter untuk
asien;diet umum ,teksturnya
lembut,memblender atau
menghaluskan makanan melalui
selang NGT atau PEG,atau
memberikan makanan total
parenteral
 Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan dan
menenangkan
 Diskusikan dengan pasien dan
keluarga mengenai persepsi atau
faktor penghambat kemampuan
 Ajukan pasien da keluarga
merencanakan makan.
 Kenali apakaah penurunan berat
badan yang dialami pasien
merupakan tanda penyakit
terminal (misalanya,kanker)
 Instruksikan pasien dan keluarga
mengenai target yang realitas
terkait penyakit dan peningkatan
berat badannya
 Kaji makanan kesukaan
pasien,bubu kesukaan,apakah
pasien suka makan yang hangat
atau dingin.
 Sediakan suplemen makanan jika
diperlukan
 Ciptakan suasana sosial yang
tepat untuk makan
 Ajarkan pasien dan keluarga
bagamana cara membeli
makanan murah tapi bergizi
tinggi
 Berikan hadiah jika pasien
mengalami kenaikan berat badan
 Gambarkan dalam grafik
kenaikan berat badan pasien dan
buat rencana yang sesuai
 Dorong kehadiran pasien dalam
komunitas pendukung
 Sedaiakan variasi makanan yang
tinggi pada kalori dan bernutrisi
tinggi
 Kaji makanan kesukaan
pasien,baik itu kesukaan pribadi
atau yang dianjurkan budaya dan
agamanya.
 Lakukan perawatan mulut
sebelum makan
 Berikan istirahat yang cukup
 . Sajikan makanan dengan
atau keinginan untuk makan
 Rujuk pada lembaga di
komunitas yang dapat
membantu dalam memenuhi
makanan.
menarik
 Diskusikan dengan pasien dan
keluarga faktor bahwa faktor
sosial ekonomi mempegaruhi
nutrisi yang tidak adekuat
NIC
Menejemen ganguan makan (1030)
Definisi : pencegahan dan perawatan terhadap pembatasan diet ketat dan olahraga
yang berlebihan atau perilaku memuntahkan makanan dan cairan.
Aktivitas-aktivitas
 Kolaorasi dengan tim kesehatan
lain untuk mengembangkan
rencana keperawatan dengan
melibatkan klien dan rang-orang
terdekatnya dengan tepat
 Rundingkan dengan tim dan
klien untuk mengatur target
pencapaian berat badan jika
berat badan klien tidak berada
dalam rentang berat badab dan
direkomendasikan sesuai umur
dan bentuk tubuh
 Tentukan pencapaian berat
badan harian sesuai keinginan
 Rundingan dengan ahli gizi
dalam menentukan asupan
kalori harian yang diperlukan
untuk mempertahankan berat
badan yang sudah ditentukan
 Ajarkan dan dukung konsep
nutrisi yang baik dengan klien
(dan orang terdekat klien
dengan tepat)
 Dorong klien untuk
mendiskusikan makanan yang
disukai bersama dengan ahli gizi
 Kembangkan hubungan yang
mendukung dengan klien
 Batasi aktivitas fisik sesuai
kebtuhan untuk meningkatkan
berat badan
 Sediakan program latihan
dibawah observasi jika diperlukan.
 Beri kesempatan untuk
membatasi pilihan makanan dan
latihan untuk meningkatkan berat
badan sebagaimana berat badan
meingkat sesuai dengan sikap
yang diinginkan
 Bantu klien (orang-orang terdekat
klien dengan tepat) untuk
mengkaji dan memecahkan
masalah-masalah personal yang
berkontribusi terhadap
(terjadinya)ganguan makan
 Bantu klien untuk
mengembangkan harga diri yang
sesuai dengan berat badan yang
sehat
 Rundingan dengan tim kesehatan
lainnya setiap hari terkait
perkembangan klien
 Inisiasi mempertahankan
perawatan klien,ketika klien
mudah mencapai berat badan
sesuai dengan target dan secara
 Monitor tanda-tanda fisiologis
(tanda-tanda
vital,elektrolit)yang diperlukan
 Timbang berat badan klien
secara rutin (pada hari yang
pertama dan setelah BAB/BAK)
 Monitor intake/asupan dan
asupan cairan secara tepat
 Monitor asupn kalori makanan
harian
 Dorong klien utuk memonitor
sendiri asupan makanan harian
dan menimbang berat badan
secara tepat
 Bangun harapan terkait dengan
perolaku makan yang
baik,intake asupan/asupan
makanan/cairan dan jumlah
aktivitas fisik.
 Gunakan kontrak dalam
berperilaku dengan klien untuk
mendapatkan perolehan berat
badan yang diinginkan ataupun
mempertahankan perilaku
 Gunakan teknik modifikasi
perilaku untuk meningkatkan
perilaku yang berkontribusi
terhadap penambahan berat
badan dan batasi perilaku yang
engurangi berat badan,dengan
tepat
 Berikan dukungan terhadap
peningkatan berat badan dan
perilaku yang meningkatkan
berat badan
 Berikan konsekuesi
pengulangan ketika berespon
dengan kehilangan berat
badan,perilaku mengurangi
berat badan atau kurang berat
badan.
 Beri dukungan (misalnya,terapi
relaksasi,latihan
desentisasi,kesempatan utuk
membicaraan perasaan)
sembari klien juga berusaha
mengintegrasikan perilaku
makan yang baru,perubahan
citra tubuh dan perubahan gaya
hidup
konsisten menunjukan perilaku
manakan yang diingnkan sesuai
periode waktu tertentu
 Monitor berat badan klien secara
rutin
 Pertimbangan variasi berat badan
yang dapat diterima sesuai target
 Beri tanggung jawab terkait
dengan pilihan-pilihan makanan
dan aktivitas fisik dengan klien
dengan cara yang tepat
 Berikan dukungan dan arahan jika
diperlukan
 Bantu klien untuk mengevaluasi
kesesuaian/konsekuensi pilihan
makanan dan aktifitas fisik
 Dudukkan kembli protokol
penambahan berat jika klien tidak
mampu mempertahankan
penambahan berat badan
 Bangun program perawatan dan
follow up(medis,konseling) untuk
menejemen dirumah.
 Temani klien kekamar mandi
selama observasi pemberian
makanan/makanan ringan
 Batasi makanan sesuai dengan
jdwal makanan pembuka maupun
makanan ringan
 Observasi klien selama dan
setelah pemberian
makan/makanan ringan untuk
meyakikan bahwa intake/asupan
makanan jyang cukup tercapai
dan dipertahankan
 Batasi waktu klien dikamar mandi
selama waktu klien tidak dalam
observasi
 Monitor perilaku klien yang
berhubungan dengan pola
makan,penambahan dan
kehilangan berat badan
 Dukung klien dalam menggunakan
buku harian untuk
mendokumentasikan perasaan
disela-sela keinginan yang
memaksa klien untuk
memuntahkan makanan dan
latihan berlebihan
NIC
Manajemen nutrisi (1100)
Definisi : menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang seimbang
Aktivitas-aktivitas:
 Tentukan status gizi pasien
dan kemampuan (pasien)
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
 Identifikasi 9adanya) alergi
atau intoleransi makanan
yang dimiliki pasien
 Tentukan apa yang menjadi
preferensi makanan bagi
pasien
 Instruksikan pasien
mengenai kebutuhan
nutrisi (yaitu;mambahas
pedoman diet dan piramida
makanan)
 Bantu pasien dalam
menentukan pedoman atau
piramida makanan yang
paling cocok dalam
memenuhi kebutuhan
nutrisi dan
preferensi(misalnya,pirami
da makanan
vegetarian,piramida
paduan makanan,dan
piramida makanan untuk
lanjut usia lebih dari 70)
 Tentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenhi
persyaratan gizi
 Anjurkan pasien terkait
dengan kebutuhan makan
tertentu berdasarkan
perkembangan atau
usia(misalnya,peningkatan
kalsium,protein,cairan da
kalori untuk wanita
menyusui;peningkatan
asupan serat untuk
 Ciptakan ligkungan yang optimal pada
saat mengkondumsi
makanan(misalnya,bersih,berventilasi
,santai,dan bebas dari bau yang
menyengat)
 Lakukan atau bantu pasien terkait
dengan perawatan mulutsebelum
makan
 Pastikan pasien menggunakan gigi
palsu yang pas,dengan cara yang
tepat
 Beri obta-obatan sebelum makan
(misalnya,penghilang rasa
sakit,antimetik)jika diperlukan
 Anjurkan pasien untuk duduk pada
posisi tegak di kursi,jika
memungkinkan
 Pastikan makanan disajikan dengan
cara yang menarik dan pada suhu
yang paling cocok untuk konsumsi
secara optimal
 Anjurkan keluarga untuk membawa
makanan fovorite pasien
sementara(pasien) berada dirumah
sakit atau fasilitas perawatan,yang
sesuai
 Bantu pasien membuka kemasan
makaan,memotong makanan,dan
makan jika diperlukan
 Anjurkan pasien mengenai modifikasi
diet yang diperlukan
(misalnya,NPO,cairan bening,cairan
penuh,lembut atau diet sesuai
toleransi)
 Anjurkan pasien terkait dengan
kebutuhan diet untuk kondisi dan
makanan yang diantar ke rumah
 Berikan arahan,bila diperlukan
 Berikan pilihan makanan sambil
menawarkan bimbingan terhadap
mencegah konstipasi pada
orang dewasa atau lebih
tua)
 Tawarkan makanan ringan
yang padat gizi
 Pastikan diet mencakup
makanan tinggi kandungan
serat untuk mencegah
konstipasi
 Monitor kalori dan asupan
makanan
 Anjurkan pasien untuk
memantau kalori dan
intake makanan
(misalnya,buku harian
makanan)
 Bantu pasien untuk
mengakses program-
program gizi
komunitas(misalnya,perem
puan,bayi dan anak,kupon
makanan
pilihan (makan)yang lebih sehat,jika
diperlukan
 Atur diet yang diperlukan (yaitu:
menyediakan makanan protein
tinggi;menyrankan menggunakan
bumbu dan rempah-rempahsebagai
alternatif untuk garam,menyediakan
pengganti gula;menambah atau
mengurangi kalori,menambang atau
menggurangi vitamin,mineral,atau
suplemen) sakit(yaituuntuk
pasindengan penyakit ginjal
pembatasan
natrium,kalium,protein,dan cairan)
 Dorong untuk (melakukan)
bagaimana cara menyiapkan
makanan (dengan) aman dan teknik
pengawetan makanan
 Monior kecenderungan terjadinya
penurunan dan kenaikan berat badan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas (0031)
Definisi :ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas
Batasan karakteristik
 Batuk yang tidak efektif
 Dispnea
 Gelisah
 Kesulitan verbalisasi
 Mata terbuka lebar
 Ortonea
 Penurunan bunyi napas
 Perubahan frekuensi napas
 Perubahan pola napas
 Sianosis
 Sputum dalam jumlah yang
berlebihan
 Suara napas tambahan
Faktor yang berhubungan
Lingkungan
 Perokok
 Perokok pasif
 Terpajan asap
Obstruksi jalan napas
 Adanya jalan nafas buatan
 Benda asing jalan napas
 Eksuadat dalam alveoli
 Hiperplasia pada dinding
brokus
 Mukus berlebihan
 Penyakit paru obstuksi kronis
 Tidak ada batuk  Sekresi yang tertahan
 Spesme jalan napas
Fisiologi
 Asma
 Disfungsi neuromuskular
 Infeksi
 Jalan napas alergik
NOC :Status pernafasan: Kepatenan Jalan NafasKode................................... ( 410)
Definisi : saluran trakeobronkial yang terbuka dan lancar untuk pertuakran udara
Berat Cukup
Berat
Sedang Ringan Tidak
ada
1 2 3 4 5 NA
INDIKATOR
041004 Frekuensi
Pernafasan
1 2 3 4 5 NA
041005 Irama
Pernafasan
1 2 3 4 5 NA
041017 Kedalaman
Inspirasi
1 2 3 4 5 NA
041012 Kemampua
m untuk
mengeluark
an sekret
1 2 3 4 5 NA
SKALA OUTCOME
KESELURUHAN
Berat Cukup
Berat
Sedang Ringan Tidak
ada
041002 Ansietas 1 2 3 4 5 NA
041011 Ketakutan 1 2 3 4 5 NA
041003 Tersedak 1 2 3 4 5 NA
041007 Suara Nafas
Tambahan
1 2 3 4 5 NA
041014 Mendesah 1 2 3 4 5 NA
041015 Dispnea
Saat Tidur
1 2 3 4 5 NA
041016 Dispnea
Dengan
Aktivitas
Ringan
1 2 3 4 5 NA
041018 Penggunaan
Otot Bantu
Nafas
1 2 3 4 5 NA
041019 Batuk 1 2 3 4 5 NA
041020 Akumulasi
Sputum
1 2 3 4 5 NA
041021 Respirasi
Agonal
1 2 3 4 5 NA
NIC
Manajemen jalan nafa (3140)
Definisi : Fasilitas Kepatenan jalan nafas
Aktivitas-aktivitas
 Buka jalan nafas dengan tehnik chin lift
atau jaw thrust, sebagai mana mestinya
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
 Identifikas kebutuhan aktual/potensial
pasien untuk memasukkan alat
membuka jalan nafas
 Masukkan alat nasopharyngnegeal
airway (NPA) Atau oropharyngeal
airway (OPA), Sebagaimana mestinya
 Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana
mestinya
 Buang secret dengan memotivasi pasien
untuk melakukan batuk atau menyedot
lender
 Motivasi pasien untuk bernafas pelan,
dalam, berputar dan batuk
 Gunakan tehnik yang menyenangkan
untuk memotivasi bernafas dalam
kepada anak-anak (missal :meniup
gelembung, meniup kincir,peluit,
harmonica,balon, meniup layaknya
pesta :buat lomba meniup dengan bola
ping pong, meniup bulu)
 Lakukan penyedotan melalui
endotrakea atau nasotrakea,
sebagaimana mestinya
 Kelola pemberian bronkodilator,
sebagaimana mestinya
 Ajarkan pasien bagaiman
menggunakan inhaler sesuai resep
sebagaimana mestinya
 Kelola pengobatan aerosol,
sebagimana mestinya
 Kelola nebulizer ultrasonic,
sebagaimana mestinya
 Kelola udara atau oksigen yang
dilembabkan sebagaimana mestinya
 Ambol benda asing dengan foserp
McGill, sebagaimana mestinya
 Regulasi asupan cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan
cairan
 Posisikan untuk meringankan sesak
nafas
 Monitor status pernafasan dan
oksigenasi, sebagaimana mestinya
 Instruksikan bagaimana agar bisa
melakukan batuk efektif
 Bantu dengan dorongan spirometer,
sebagaimana mestinya
 Auskultasi suara nafas, catat area
yang ventilasinya menurun atau
tidak adanya suara nafas tambahan
NIC
Peningkatan (Manajemen)Batuk (3250)
Definisi : Meningkatkan inhalasi dalam pasien yang akan memicu tekanan yang
tinggi dalam intra-toraks dan penekanan pada bagian bawah prenkim paru untuk
mengeluarkan udara yang kuat
Aktivitas-Aktivitas
 Monitor fungsi paru, terutama
kapasitas vital, tekanan
inspirasi maksimal, tekanan
volume ekspirasi 1 detik
(FEV) dan FEV/FVC sesuai
dengan kebutuhan
 Dampingi pasien untuk bisa
duduk pada posisi dengan
kepala sedikit lurus, bahu
rileks dan lutut ditekuk atau
posisi fleksi
 Dukung pasien menarik nafas
dalam beberapa kali
 Dukung pasien untuk
melakukan nafas dalam, tahan
selama 2 detik, bungkukkan
kedepan, tahan 2 detik dan
batukkan 2-3 kali
 Minta pasien menarik nafas
dalam bungkukkan kedepan
lakukan 3 atau 4 kali
hembusan (untuk membuka
area glotis)
 Tekan perut dibawah xipoid dengan
tangan terbuka sembari membantu
pasien untuk fleksi kedepan selama
batuk
 Minta pasien untuk batuk dilanjutkan
dengan beberapa periode nafas dalam
 Dukung menggunakan incentive
spirometry, sesuai dengan kebutuhan
 Dukung hidrasi cairan yang sistematik,
sesuai dengan kebutuhan
 Dampingi pasien menggunakan bantal
atau selimut yang dilipat untuk menafan
perut saat batuk
 Minta pasien menarik nafas dalam
beberapa kali, keluarkan perlahan dan
batukkan diakhir ekshalasi
(penghembusan)
 Lakukan tekhnik ‘chest well rib spring’
selama fase ekspirasi melalu manufer
batuk sesuai dengan kebutuhan
NIC
Monitor pernapasan (3350)
Definisi : Sekumpulan data dan analisis keadaan pasien untuk memastikan
kepatenan jalan nafas dan kecukupan pertukaran gas
Aktivitas-aktivitas
 Monitor kecepatan, irama, kedalaman
dan kesulitan bernapas
 Catart pergerakkan dada, catat
 Auskultasi Suara nafas, catat area
dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas tambahan
ketidaksemestrian, penggunaan otot-
otot bantu nafas, dan retraksi pada otot
Supraclaviculas dan interkosta
 Monitor suara nafas tambahan seperti
ngorok atau mengi
 Monitor pola napas (Misalnya,
bradipneu, takipneu, hiperventilasi,
pernapasan kusmaul, pernapasan 1:1
apneustik, respirasi biot dan pola
ataxic)
 Monitor Saturasi oksigen pada pasien
yang tersedasi (seperti
SaO2,SvO2,SpO2) Sesuai dengan
protocol yang ada
 Pasang sensor pemantauan oksigen
non-invasive (Misalnya, pasien yang
obesitas Melaporkan pernah mengalami
apnea saat tidur , mempunyai riwayat
penyakit denagn terapi oksigen menetap
usia ekstrim) sesuai dengan procedure
tetap yang ada
 Palpasi kesimetrian ekpansi paru
 Perkusi Torak anterior san posterior,
dari apeks ke basis paru kanan dan kiri
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan otot-otot diafragma
dengan pergerakkan parasoksikal
 Monitor keluhan sesak nafas pasien,
termasuk kegiatan yang meningkatkan
atau memeperburukk sesak nafas
tersebut
 Monitor suara krepitasi pada pasien
 Monitor hasil foto toraks
 Buka jalan nafas dengan menggunakan
manever chin lift atau jaw thrust dengan
tepat
 Kaji perlunya penyedotan pada
jalan nafas dengan auskultasi suara
nafas setelah tindakan, untuk
dicatat
 Monitor nilai fungsi Paru, terutama
kapasitas vital paru volume
inspirasi maksimal, volume
ekspirasi maksimal selama 1 detik (
FEV1/FVC sesuai dengan data
yang tersedia
 Monitor hasil pemeriksaan
ventilasi mekanik, catat
peningkatan tekanan inspirasi dan
penurunan volume tidal
 Monitor peningkatan kelelahan,
kecemasan dan kekurangan udara
pada pasien
 Catat perubahan pada saturasi O2,
Volume tidal akhir CO2, dan
perubahan nilai analisa gas darah
dengan tepat
 Monitor kemampuan batuk efektif
pasien
 Catat onset, Karateristik, dan
lamanya batuk
 Monitor sekresi pernapasan pasien
 Monitor secara ketat pasien-pasien
yang beresiko tinggi mengalami
gangguan respirai (Misalnya,
pasien dengan terapi opiod, bayi
baru lahir, pas
 Monitor suara serak dan perubahan
suara tersebut setiap jam pada
pasien luka bakar
 Berikan bantuan resuitasi jika
diperlukan
 Posisikan pasien miring ke samping
sesuai indikasi untuk mencegah
aspirasi, lakukan tehnik log roll, jika
pasien diduga mengalami cedera leher
 Berikan bantuan terapi nafas jika
diperlukan (misalnya, nebulizer)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2009 . Patofisiologis Konsep Klinis
Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC
Nursalam dan Ninuk Dian. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson SindromKonsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson SindromEncepal Cere
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAMas Mawon
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distresAsuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distresf' yagami
 
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisLaporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisSelvia Agueda
 
Pengkajian pada sistem imun
Pengkajian pada sistem imun Pengkajian pada sistem imun
Pengkajian pada sistem imun nindy cofiana
 
Makalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoidMakalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoidNova Ci Necis
 
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaKonsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaSulistia Rini
 
Penyakit Hepatitis dan Jenisnya
Penyakit Hepatitis dan JenisnyaPenyakit Hepatitis dan Jenisnya
Penyakit Hepatitis dan JenisnyaLestari Moerdijat
 
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
Sindrom steven johnson (ssj)
Sindrom steven johnson (ssj)Sindrom steven johnson (ssj)
Sindrom steven johnson (ssj)Kaze Va
 

Was ist angesagt? (20)

Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson SindromKonsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
 
Asuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan MeningitisAsuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan Meningitis
 
Askep glomerulonefritis
Askep glomerulonefritisAskep glomerulonefritis
Askep glomerulonefritis
 
Proses penuaan
Proses penuaanProses penuaan
Proses penuaan
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIA
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Materi HIV & AIDS
Materi HIV & AIDSMateri HIV & AIDS
Materi HIV & AIDS
 
Askep kanker serviks
Askep kanker serviksAskep kanker serviks
Askep kanker serviks
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distresAsuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
 
Askep ca serviks
Askep ca serviksAskep ca serviks
Askep ca serviks
 
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisLaporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan Bronkitis
 
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyamanKebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
 
Pengkajian pada sistem imun
Pengkajian pada sistem imun Pengkajian pada sistem imun
Pengkajian pada sistem imun
 
Makalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoidMakalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoid
 
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaKonsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
 
Penyakit Hepatitis dan Jenisnya
Penyakit Hepatitis dan JenisnyaPenyakit Hepatitis dan Jenisnya
Penyakit Hepatitis dan Jenisnya
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
 
Sindrom steven johnson (ssj)
Sindrom steven johnson (ssj)Sindrom steven johnson (ssj)
Sindrom steven johnson (ssj)
 

Ähnlich wie HIV AIDS Laporan Pendahuluan

Ähnlich wie HIV AIDS Laporan Pendahuluan (20)

Lp dan askep hiv
Lp dan askep hivLp dan askep hiv
Lp dan askep hiv
 
Pwr hiv aids AKPER PEMKAB MUNA
Pwr hiv aids AKPER PEMKAB MUNA Pwr hiv aids AKPER PEMKAB MUNA
Pwr hiv aids AKPER PEMKAB MUNA
 
Hiv bumil
Hiv bumilHiv bumil
Hiv bumil
 
Tugas pa saad
Tugas pa saadTugas pa saad
Tugas pa saad
 
Saad askep sistem imunitas hiv
Saad askep sistem imunitas hivSaad askep sistem imunitas hiv
Saad askep sistem imunitas hiv
 
ASKEP HIV AIDS KEL 9 (Riswan,Nina,Eka).docx
ASKEP HIV AIDS KEL 9  (Riswan,Nina,Eka).docxASKEP HIV AIDS KEL 9  (Riswan,Nina,Eka).docx
ASKEP HIV AIDS KEL 9 (Riswan,Nina,Eka).docx
 
ASKEP HIV AIDS KEL 9 (Riswan,Nina,Eka).docx
ASKEP HIV AIDS KEL 9  (Riswan,Nina,Eka).docxASKEP HIV AIDS KEL 9  (Riswan,Nina,Eka).docx
ASKEP HIV AIDS KEL 9 (Riswan,Nina,Eka).docx
 
Tugas pa saad AKPER PEMKAB MUNA
Tugas pa saad AKPER PEMKAB MUNA Tugas pa saad AKPER PEMKAB MUNA
Tugas pa saad AKPER PEMKAB MUNA
 
Saad askep sistem imunitas hiv AKPER PEMKAB MUNA
Saad askep sistem imunitas hiv AKPER PEMKAB MUNA Saad askep sistem imunitas hiv AKPER PEMKAB MUNA
Saad askep sistem imunitas hiv AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah kel. 4 hiv & aids
Makalah kel. 4 hiv & aidsMakalah kel. 4 hiv & aids
Makalah kel. 4 hiv & aids
 
Makalah hiv aids
Makalah hiv aidsMakalah hiv aids
Makalah hiv aids
 
Makalah hiv
Makalah hivMakalah hiv
Makalah hiv
 
Definisi dan klasifikasi hiv
Definisi dan klasifikasi hivDefinisi dan klasifikasi hiv
Definisi dan klasifikasi hiv
 
Makalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aidsMakalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aids
 
OVERVIEW OF HIV-AIDS.pptx
OVERVIEW OF HIV-AIDS.pptxOVERVIEW OF HIV-AIDS.pptx
OVERVIEW OF HIV-AIDS.pptx
 
Makalah hiv aids
Makalah hiv aidsMakalah hiv aids
Makalah hiv aids
 
Makalah hiv aids
Makalah hiv aidsMakalah hiv aids
Makalah hiv aids
 
Makalah hiv aids
Makalah hiv aidsMakalah hiv aids
Makalah hiv aids
 
Asuhan Keperawatan Imunodefisiensi
Asuhan Keperawatan ImunodefisiensiAsuhan Keperawatan Imunodefisiensi
Asuhan Keperawatan Imunodefisiensi
 
Konsep hiv
Konsep hivKonsep hiv
Konsep hiv
 

Kürzlich hochgeladen

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 

HIV AIDS Laporan Pendahuluan

  • 1. LAPORAN PENDAHULUAN HIV AIDS 1.1 Tinjauan Teori 1.1.1 Pengertian Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain: 1. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang)dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. 2. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2009) 1.1.2 Etiologi HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia. Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika barat (warga senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2009)
  • 2. 1.1.3 Cara Penularan Cara penularan AIDS antara lain sebagai berikut : a) Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual b) Melalui darah, yaitu: 1.Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98% 2.Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03% 3.Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 0,0051% 4.Transmisi dari ibu ke anak : a. Selama kehamilan b. Saat persalinan, risiko penularan 50% c. Melalui air susu ibu(ASI)14% 1.1.4 Patofisiologis Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya. Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T
  • 3. sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker. Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi. Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang. Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)
  • 4. Pathways 1.1.5 Tanda dan Gejala Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita AIDS : a. Panas lebih dari 1 bulan, b. Batuk-batuk, c. Sariawan dan nyeri menelan, d. Badan menjadi kurus sekali, e. Diare, f. Sesak napas, g. Pembesaran kelenjar getah bening, h. Kesadaran menurun,
  • 5. i. Penurunan ketajaman penglihatan, j. Bercak ungu kehitaman di kulit. Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV. Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral. Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal 1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh. 2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif. 3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan. 1.1.6 Manifestasi Klinis
  • 6. Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom retroviral akut, demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau kanker yang terkait AIDS. Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4 : 1. Infeksi retroviral akut Frekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien mengalami gangguan neorologi seperti mrningitis asepik, sindrom Gillain Barre, atau psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan. 2. Masa asimtomatik Pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela (window period). 3. Masa gejala dini Pada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster, leukoplakia, ITP, dan tuberkolosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related Complex(ARC) 4. Masa gejala lanjut Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini menyebabkan risiko tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau keganasan. 1.1.7 Komplikasi 1. Pneumonia pneumocystis (PCP) 2. Tuberculosis (TBC) 3. Esofagitis 4. Diare 5. Toksoplasmositis 6. Leukoensefalopati multifocal prigesif 7. Sarcoma Kaposi
  • 7. 8. Kanker getah bening 9. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV) 1.1.8 Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS adalah : 1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS. 2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan. 3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi. 4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan pemeriksaan Rontgen. Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah CD4, protein purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap smear. Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila >500 maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi pneumonia pneumocystis carinii. Pemberian profilaksi INH tidak tergantung pada jumlah CD4. Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal pemberian obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan. Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8. 1.1.9 Penatalaksanaan Medis 1. Terapi Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) : a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
  • 8. Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis. b. Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya >3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3 c. Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : 1. Didanosine 2. Ribavirin 3. Diedoxycytidine 4. Recombinant CD 4 dapat larut d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. 2. Diet Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS adalah : a. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah: 1. Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV. 2. Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass). 3. Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi. 4. Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi. b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
  • 9. 1. Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah. 2. Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan menelan. 3. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal. 4. Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot). 5. Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan c. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah: 1. Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1°C. 2. Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati. 3. Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan. 4. Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh. 5. Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna. 6. Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. 7. Elektrolit, Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium, kalium dan klorida).Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering. 8. Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun kimia. d. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
  • 10. Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada pasien dengan: 1. Infeksi HIV positif tanpa gejala. 2. Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening). 3. Infeksi HIV dengan gangguan saraf. 4. Infeksi HIV dengan TBC. 5. Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome. Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral, enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III. 1) Diet AIDS I Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. Bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule). 2) Diet AIDS II Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.
  • 11. 3) Diet AIDS III Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa, diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama. Asuhan Keperawatan I. Pengkajian. 1. Riwayat: tesHIV positif,riwayatperilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat. 2. Penampilan umum : pucat, kelaparan. 3. Gejalasubyektif :demamkronik,denganatautanpamenggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur. 4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis. 5. Statusmental : marah atau pasrah,depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang interestpadalingkungansekitar,gangguanproosespiker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi. 6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis. 7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia. 8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL. 9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness. 10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif. 11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning. 12. Gu : lesi atau eksudat pada genital, 13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
  • 12. II. Diagnosa keperawatan 1. Resikotinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko. 2. Resikotinggi infeksi (kontakpasien) berhubungandengan infeksi HIV,adanyainfeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan. 3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan. 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi. 5. Diare berhubungan dengan infeksi GI 6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.
  • 13. III. Perencanaan keperawatan. Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko. Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru,lab tidak ada infeksi oportunis,tanda vital dalambatas normal,tidak ada luka atau eksudat. 1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. 2. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan. 3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen. 4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order. 5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order Untuk pengobatan dini Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit. Mencegah bertambahnya infeksi Meyakinkan diagnosis akuratdan pengobatan Mempertahankan kadar darah yangterapeutik Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan. Infeksi HIV tidak ditransmisikan,tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC. 1. Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya. 2. Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu. Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan ini Mencegah transimisi infeksi HIVke oranglain Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan. Pasien berpartisipasi dalamkegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas. 1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas 2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu 3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat. Respon bervariasi dari hari ke hari Mengurangi kebutuhan energi Ekstra istirahatperlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik Perubahan nutrisi Pasien mempunyai 1. Monitor kemampuan Intake menurun
  • 14. kurangdari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic,dan menurunnya absorbsi zatgizi. intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol,pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalambatas n ormal,BB mendekati seperti sebelum sakit. mengunyah dan menelan. 2. Monitor BB, intake dan ouput 3. Atur antiemetik sesuai order 4. Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya. dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut Menentukan data dasar Mengurangi muntah Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien Diare berhubungan dengan infeksi GI Pasien merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak,tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang, 1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah. 2. Auskultasi bunyi usus 3. Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order 4. Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside Mendeteksi adanya darah dalamfeses Hipermotiliti mumnya dengan diare Mengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk perforasi pada intestinal Untuk menghilangkan distensi Tidak efektif kopingkeluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai. Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suportsistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif 1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya 2. Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal 3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya. Memulai suatu hubungan dalambekerja secara konstruktif dengan keluarga. Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana. 1.1.10 Rencana Keperawatan
  • 15. Diagnosa keperawatan : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan Ketidakseimbangannutrisi : kurang dari kebutuhantubuh (00002) Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik Batasan karakteristik  Berat badan 20% atau lebih dari rentang berat badan ideal  Bisig usus hiperaktif  Cepat kenyang setalah makan  Diere  Ganguan sensasi rasa  Kehilangan rambut berlebihan  Kelemahan otot pengunyah  Kelemahan otot untuk menelan  Kerapuhan kapiler  Kesalahan informasi  Kesalahan persepsi  Ketidakmampuan memakana makanan  Kram abdomen  Kurang informasi  Kurang minat pada makanan  Kurang minat pada makanan  Membran mukosa pucat  Nyeri abdomen  Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat  Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat  Sariawan rongga mulut  Tonus otot menurun Faktor yang berhubungan  Faktor biologis  Faktor ekonomi  Ganguan psikososial  Ketidakmampuan makan  Ketidakmampuan mencerna makanan  Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien  Kurang asupan makanan NOC StatusNutrisi : ventilasi (1004) Definisi :sejauhmananutrisi dicernadandiserapuntukmemenuhi kebutuhanmetabolik. Sangat menyim pang dari rentang normal Banyak menyi mpang dari rentang Cukup menyim pang dari rentang normal Sedikit menyim pang dari rentang normal Tidak menyi mpang dari rentang
  • 16. normal normal SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5 NA INDIKAT OR 100401 Asupan gizi 1 2 3 4 5 NA 100402 Asupan makanan 1 2 3 4 5 NA 100408 Asupan cairan 1 2 3 4 5 NA 100403 energi 1 2 3 4 5 NA 100405 Rasio berat badan/ti nggi badan 1 2 3 4 5 NA 100411 Hidrasi 1 2 3 4 5 NA NOC Statusnutrisi bayi : ventilasi (1020) Definisi :jumlahnutrisi dicernadandiserapuntukmemenuhikebutuhanmetabolise serta meningkatkanpertumbuhanbayi. Tidak adeku at Sedikit adeku at Cukup adeku at Sebagia n besar adekuat Sepenuh nya adekuat SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5 NA
  • 17. INDIKATOR 102001 Inteke nutrisi 1 2 3 4 5 NA 102002 Inteke makanan lewat mulut 1 2 3 4 5 NA 102003 Intake cairan lewat mulut 1 2 3 4 5 NA 102004 Toleransi makanan 1 2 3 4 5 NA 102005 Perbanding an berat/tinggi 1 2 3 4 5 NA 102006 Hidrasi 1 2 3 4 5 NA 102007 Pertumbuha n 1 2 3 4 5 NA 102008 Glukosa darah 1 2 3 4 5 NA 102009 102010 Hemoglobin Kapasitas peningkatan zat besi total 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 NA NA 102011 Salam albumin 1 2 3 4 5 NA 102012 Intake kalori 1 2 3 4 5 NA 102013 Intake protein 1 2 3 4 5 NA
  • 18. 102014 Inteke lemak 1 2 3 4 5 NA 102015 Inteke karbohidrat 1 2 3 4 5 NA 102016 Intake vitamin 1 2 3 4 5 NA 102017 Intake mineral 1 2 3 4 5 NA 102018 Intake Zat besi 1 2 3 4 5 NA 102019 Intake kalsium 1 2 3 4 5 NA 102020 Intake sodium 1 2 3 4 5 NA 102021 Inteke makanan lewat selang 1 2 3 4 5 NA 102022 Inteke cairan intravena 1 2 3 4 5 NA 102023 Inteke cairan parenteral 1 2 3 4 5 NA NOC StatusNutrisi : Asupannutrisi:ventilasi (1009) Definisi :asupangizi untukmemenuhi kebutuhan-kebutuhanmetabolik Tidak adekua t Sedikit adekua t Cukup adekua t Sebagia n besar adekuat Sepenuhny a adekuat
  • 19. SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5 N A INDIKATO R 100901 Asupan kalori 1 2 3 4 5 N A 100902 Asupan protein 1 2 3 4 5 N A 100903 Asupan lemak 1 2 3 4 5 N A 100904 Asupan karbohidra t 1 2 3 4 5 N A 100910 Asupan serat 1 2 3 4 5 N A 100905 Asupan vitamin 1 2 3 4 5 N A 100906 Asupan mineral 1 2 3 4 5 N A 100907 Asupan zat besi 1 2 3 4 5 N A 100908 100911 Asupan kalsium Asupan natrium 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 N A N A
  • 20. NIC Bantuan pningkatan berat badan (1240) Definisi : memfasilitasi peningkatan berat badan Aktivitas-aktivitas :  Jika diperlikan lakukan pemeriksaan diagnostik untuk mengetahui penyebab penurunan berat badan.  Timbang pasien pada jam yang sama setiap hari  Diskusikan kemungkinan penyebab berat badan berkurang  Monitor mual muntah  Kaji penyebab mual muntah dan tangani dengan tepat  Berikan obat-obat untuk meredakan mual dan nyeri sebulum makan.  Monitor asupan kalori setiap hari  Monitor nilai albumin,limosit,dan nilai elektrolit  Dukung peningkatan asupan kalori  Instruksikan cara meningkatkan asupan kalori  Yakinkan bahwa pasien duduk sebelum makan atau disuapi makanan.  Bantu pasien untuk makan atau suapi pasien  Berikan makanan yang sesuai dengan instruksi dokter untuk asien;diet umum ,teksturnya lembut,memblender atau menghaluskan makanan melalui selang NGT atau PEG,atau memberikan makanan total parenteral  Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan menenangkan  Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai persepsi atau faktor penghambat kemampuan  Ajukan pasien da keluarga merencanakan makan.  Kenali apakaah penurunan berat badan yang dialami pasien merupakan tanda penyakit terminal (misalanya,kanker)  Instruksikan pasien dan keluarga mengenai target yang realitas terkait penyakit dan peningkatan berat badannya  Kaji makanan kesukaan pasien,bubu kesukaan,apakah pasien suka makan yang hangat atau dingin.  Sediakan suplemen makanan jika diperlukan  Ciptakan suasana sosial yang tepat untuk makan  Ajarkan pasien dan keluarga bagamana cara membeli makanan murah tapi bergizi tinggi  Berikan hadiah jika pasien mengalami kenaikan berat badan  Gambarkan dalam grafik kenaikan berat badan pasien dan buat rencana yang sesuai  Dorong kehadiran pasien dalam komunitas pendukung  Sedaiakan variasi makanan yang tinggi pada kalori dan bernutrisi tinggi  Kaji makanan kesukaan pasien,baik itu kesukaan pribadi atau yang dianjurkan budaya dan agamanya.  Lakukan perawatan mulut sebelum makan  Berikan istirahat yang cukup  . Sajikan makanan dengan
  • 21. atau keinginan untuk makan  Rujuk pada lembaga di komunitas yang dapat membantu dalam memenuhi makanan. menarik  Diskusikan dengan pasien dan keluarga faktor bahwa faktor sosial ekonomi mempegaruhi nutrisi yang tidak adekuat NIC Menejemen ganguan makan (1030) Definisi : pencegahan dan perawatan terhadap pembatasan diet ketat dan olahraga yang berlebihan atau perilaku memuntahkan makanan dan cairan. Aktivitas-aktivitas  Kolaorasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan rencana keperawatan dengan melibatkan klien dan rang-orang terdekatnya dengan tepat  Rundingkan dengan tim dan klien untuk mengatur target pencapaian berat badan jika berat badan klien tidak berada dalam rentang berat badab dan direkomendasikan sesuai umur dan bentuk tubuh  Tentukan pencapaian berat badan harian sesuai keinginan  Rundingan dengan ahli gizi dalam menentukan asupan kalori harian yang diperlukan untuk mempertahankan berat badan yang sudah ditentukan  Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien (dan orang terdekat klien dengan tepat)  Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang disukai bersama dengan ahli gizi  Kembangkan hubungan yang mendukung dengan klien  Batasi aktivitas fisik sesuai kebtuhan untuk meningkatkan berat badan  Sediakan program latihan dibawah observasi jika diperlukan.  Beri kesempatan untuk membatasi pilihan makanan dan latihan untuk meningkatkan berat badan sebagaimana berat badan meingkat sesuai dengan sikap yang diinginkan  Bantu klien (orang-orang terdekat klien dengan tepat) untuk mengkaji dan memecahkan masalah-masalah personal yang berkontribusi terhadap (terjadinya)ganguan makan  Bantu klien untuk mengembangkan harga diri yang sesuai dengan berat badan yang sehat  Rundingan dengan tim kesehatan lainnya setiap hari terkait perkembangan klien  Inisiasi mempertahankan perawatan klien,ketika klien mudah mencapai berat badan sesuai dengan target dan secara
  • 22.  Monitor tanda-tanda fisiologis (tanda-tanda vital,elektrolit)yang diperlukan  Timbang berat badan klien secara rutin (pada hari yang pertama dan setelah BAB/BAK)  Monitor intake/asupan dan asupan cairan secara tepat  Monitor asupn kalori makanan harian  Dorong klien utuk memonitor sendiri asupan makanan harian dan menimbang berat badan secara tepat  Bangun harapan terkait dengan perolaku makan yang baik,intake asupan/asupan makanan/cairan dan jumlah aktivitas fisik.  Gunakan kontrak dalam berperilaku dengan klien untuk mendapatkan perolehan berat badan yang diinginkan ataupun mempertahankan perilaku  Gunakan teknik modifikasi perilaku untuk meningkatkan perilaku yang berkontribusi terhadap penambahan berat badan dan batasi perilaku yang engurangi berat badan,dengan tepat  Berikan dukungan terhadap peningkatan berat badan dan perilaku yang meningkatkan berat badan  Berikan konsekuesi pengulangan ketika berespon dengan kehilangan berat badan,perilaku mengurangi berat badan atau kurang berat badan.  Beri dukungan (misalnya,terapi relaksasi,latihan desentisasi,kesempatan utuk membicaraan perasaan) sembari klien juga berusaha mengintegrasikan perilaku makan yang baru,perubahan citra tubuh dan perubahan gaya hidup konsisten menunjukan perilaku manakan yang diingnkan sesuai periode waktu tertentu  Monitor berat badan klien secara rutin  Pertimbangan variasi berat badan yang dapat diterima sesuai target  Beri tanggung jawab terkait dengan pilihan-pilihan makanan dan aktivitas fisik dengan klien dengan cara yang tepat  Berikan dukungan dan arahan jika diperlukan  Bantu klien untuk mengevaluasi kesesuaian/konsekuensi pilihan makanan dan aktifitas fisik  Dudukkan kembli protokol penambahan berat jika klien tidak mampu mempertahankan penambahan berat badan  Bangun program perawatan dan follow up(medis,konseling) untuk menejemen dirumah.  Temani klien kekamar mandi selama observasi pemberian makanan/makanan ringan  Batasi makanan sesuai dengan jdwal makanan pembuka maupun makanan ringan  Observasi klien selama dan setelah pemberian makan/makanan ringan untuk meyakikan bahwa intake/asupan makanan jyang cukup tercapai dan dipertahankan  Batasi waktu klien dikamar mandi selama waktu klien tidak dalam observasi  Monitor perilaku klien yang berhubungan dengan pola makan,penambahan dan kehilangan berat badan  Dukung klien dalam menggunakan buku harian untuk mendokumentasikan perasaan disela-sela keinginan yang memaksa klien untuk memuntahkan makanan dan latihan berlebihan
  • 23. NIC Manajemen nutrisi (1100) Definisi : menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang seimbang Aktivitas-aktivitas:  Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi  Identifikasi 9adanya) alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien  Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien  Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (yaitu;mambahas pedoman diet dan piramida makanan)  Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan yang paling cocok dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan preferensi(misalnya,pirami da makanan vegetarian,piramida paduan makanan,dan piramida makanan untuk lanjut usia lebih dari 70)  Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenhi persyaratan gizi  Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makan tertentu berdasarkan perkembangan atau usia(misalnya,peningkatan kalsium,protein,cairan da kalori untuk wanita menyusui;peningkatan asupan serat untuk  Ciptakan ligkungan yang optimal pada saat mengkondumsi makanan(misalnya,bersih,berventilasi ,santai,dan bebas dari bau yang menyengat)  Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulutsebelum makan  Pastikan pasien menggunakan gigi palsu yang pas,dengan cara yang tepat  Beri obta-obatan sebelum makan (misalnya,penghilang rasa sakit,antimetik)jika diperlukan  Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di kursi,jika memungkinkan  Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu yang paling cocok untuk konsumsi secara optimal  Anjurkan keluarga untuk membawa makanan fovorite pasien sementara(pasien) berada dirumah sakit atau fasilitas perawatan,yang sesuai  Bantu pasien membuka kemasan makaan,memotong makanan,dan makan jika diperlukan  Anjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang diperlukan (misalnya,NPO,cairan bening,cairan penuh,lembut atau diet sesuai toleransi)  Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi dan makanan yang diantar ke rumah  Berikan arahan,bila diperlukan  Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap
  • 24. mencegah konstipasi pada orang dewasa atau lebih tua)  Tawarkan makanan ringan yang padat gizi  Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi  Monitor kalori dan asupan makanan  Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan (misalnya,buku harian makanan)  Bantu pasien untuk mengakses program- program gizi komunitas(misalnya,perem puan,bayi dan anak,kupon makanan pilihan (makan)yang lebih sehat,jika diperlukan  Atur diet yang diperlukan (yaitu: menyediakan makanan protein tinggi;menyrankan menggunakan bumbu dan rempah-rempahsebagai alternatif untuk garam,menyediakan pengganti gula;menambah atau mengurangi kalori,menambang atau menggurangi vitamin,mineral,atau suplemen) sakit(yaituuntuk pasindengan penyakit ginjal pembatasan natrium,kalium,protein,dan cairan)  Dorong untuk (melakukan) bagaimana cara menyiapkan makanan (dengan) aman dan teknik pengawetan makanan  Monior kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan Ketidakefektifan bersihan jalan napas (0031) Definisi :ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas Batasan karakteristik  Batuk yang tidak efektif  Dispnea  Gelisah  Kesulitan verbalisasi  Mata terbuka lebar  Ortonea  Penurunan bunyi napas  Perubahan frekuensi napas  Perubahan pola napas  Sianosis  Sputum dalam jumlah yang berlebihan  Suara napas tambahan Faktor yang berhubungan Lingkungan  Perokok  Perokok pasif  Terpajan asap Obstruksi jalan napas  Adanya jalan nafas buatan  Benda asing jalan napas  Eksuadat dalam alveoli  Hiperplasia pada dinding brokus  Mukus berlebihan  Penyakit paru obstuksi kronis
  • 25.  Tidak ada batuk  Sekresi yang tertahan  Spesme jalan napas Fisiologi  Asma  Disfungsi neuromuskular  Infeksi  Jalan napas alergik NOC :Status pernafasan: Kepatenan Jalan NafasKode................................... ( 410) Definisi : saluran trakeobronkial yang terbuka dan lancar untuk pertuakran udara Berat Cukup Berat Sedang Ringan Tidak ada 1 2 3 4 5 NA INDIKATOR 041004 Frekuensi Pernafasan 1 2 3 4 5 NA 041005 Irama Pernafasan 1 2 3 4 5 NA 041017 Kedalaman Inspirasi 1 2 3 4 5 NA 041012 Kemampua m untuk mengeluark an sekret 1 2 3 4 5 NA SKALA OUTCOME KESELURUHAN
  • 26. Berat Cukup Berat Sedang Ringan Tidak ada 041002 Ansietas 1 2 3 4 5 NA 041011 Ketakutan 1 2 3 4 5 NA 041003 Tersedak 1 2 3 4 5 NA 041007 Suara Nafas Tambahan 1 2 3 4 5 NA 041014 Mendesah 1 2 3 4 5 NA 041015 Dispnea Saat Tidur 1 2 3 4 5 NA 041016 Dispnea Dengan Aktivitas Ringan 1 2 3 4 5 NA 041018 Penggunaan Otot Bantu Nafas 1 2 3 4 5 NA 041019 Batuk 1 2 3 4 5 NA 041020 Akumulasi Sputum 1 2 3 4 5 NA 041021 Respirasi Agonal 1 2 3 4 5 NA
  • 27. NIC Manajemen jalan nafa (3140) Definisi : Fasilitas Kepatenan jalan nafas Aktivitas-aktivitas  Buka jalan nafas dengan tehnik chin lift atau jaw thrust, sebagai mana mestinya  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi  Identifikas kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan alat membuka jalan nafas  Masukkan alat nasopharyngnegeal airway (NPA) Atau oropharyngeal airway (OPA), Sebagaimana mestinya  Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya  Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lender  Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan batuk  Gunakan tehnik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas dalam kepada anak-anak (missal :meniup gelembung, meniup kincir,peluit, harmonica,balon, meniup layaknya pesta :buat lomba meniup dengan bola ping pong, meniup bulu)  Lakukan penyedotan melalui endotrakea atau nasotrakea, sebagaimana mestinya  Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya  Ajarkan pasien bagaiman menggunakan inhaler sesuai resep sebagaimana mestinya  Kelola pengobatan aerosol, sebagimana mestinya  Kelola nebulizer ultrasonic, sebagaimana mestinya  Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan sebagaimana mestinya  Ambol benda asing dengan foserp McGill, sebagaimana mestinya  Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan  Posisikan untuk meringankan sesak nafas  Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya  Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif  Bantu dengan dorongan spirometer, sebagaimana mestinya  Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak adanya suara nafas tambahan
  • 28. NIC Peningkatan (Manajemen)Batuk (3250) Definisi : Meningkatkan inhalasi dalam pasien yang akan memicu tekanan yang tinggi dalam intra-toraks dan penekanan pada bagian bawah prenkim paru untuk mengeluarkan udara yang kuat Aktivitas-Aktivitas  Monitor fungsi paru, terutama kapasitas vital, tekanan inspirasi maksimal, tekanan volume ekspirasi 1 detik (FEV) dan FEV/FVC sesuai dengan kebutuhan  Dampingi pasien untuk bisa duduk pada posisi dengan kepala sedikit lurus, bahu rileks dan lutut ditekuk atau posisi fleksi  Dukung pasien menarik nafas dalam beberapa kali  Dukung pasien untuk melakukan nafas dalam, tahan selama 2 detik, bungkukkan kedepan, tahan 2 detik dan batukkan 2-3 kali  Minta pasien menarik nafas dalam bungkukkan kedepan lakukan 3 atau 4 kali hembusan (untuk membuka area glotis)  Tekan perut dibawah xipoid dengan tangan terbuka sembari membantu pasien untuk fleksi kedepan selama batuk  Minta pasien untuk batuk dilanjutkan dengan beberapa periode nafas dalam  Dukung menggunakan incentive spirometry, sesuai dengan kebutuhan  Dukung hidrasi cairan yang sistematik, sesuai dengan kebutuhan  Dampingi pasien menggunakan bantal atau selimut yang dilipat untuk menafan perut saat batuk  Minta pasien menarik nafas dalam beberapa kali, keluarkan perlahan dan batukkan diakhir ekshalasi (penghembusan)  Lakukan tekhnik ‘chest well rib spring’ selama fase ekspirasi melalu manufer batuk sesuai dengan kebutuhan NIC Monitor pernapasan (3350) Definisi : Sekumpulan data dan analisis keadaan pasien untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan kecukupan pertukaran gas Aktivitas-aktivitas  Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas  Catart pergerakkan dada, catat  Auskultasi Suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan
  • 29. ketidaksemestrian, penggunaan otot- otot bantu nafas, dan retraksi pada otot Supraclaviculas dan interkosta  Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi  Monitor pola napas (Misalnya, bradipneu, takipneu, hiperventilasi, pernapasan kusmaul, pernapasan 1:1 apneustik, respirasi biot dan pola ataxic)  Monitor Saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi (seperti SaO2,SvO2,SpO2) Sesuai dengan protocol yang ada  Pasang sensor pemantauan oksigen non-invasive (Misalnya, pasien yang obesitas Melaporkan pernah mengalami apnea saat tidur , mempunyai riwayat penyakit denagn terapi oksigen menetap usia ekstrim) sesuai dengan procedure tetap yang ada  Palpasi kesimetrian ekpansi paru  Perkusi Torak anterior san posterior, dari apeks ke basis paru kanan dan kiri  Catat lokasi trakea  Monitor kelelahan otot-otot diafragma dengan pergerakkan parasoksikal  Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan yang meningkatkan atau memeperburukk sesak nafas tersebut  Monitor suara krepitasi pada pasien  Monitor hasil foto toraks  Buka jalan nafas dengan menggunakan manever chin lift atau jaw thrust dengan tepat  Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan auskultasi suara nafas setelah tindakan, untuk dicatat  Monitor nilai fungsi Paru, terutama kapasitas vital paru volume inspirasi maksimal, volume ekspirasi maksimal selama 1 detik ( FEV1/FVC sesuai dengan data yang tersedia  Monitor hasil pemeriksaan ventilasi mekanik, catat peningkatan tekanan inspirasi dan penurunan volume tidal  Monitor peningkatan kelelahan, kecemasan dan kekurangan udara pada pasien  Catat perubahan pada saturasi O2, Volume tidal akhir CO2, dan perubahan nilai analisa gas darah dengan tepat  Monitor kemampuan batuk efektif pasien  Catat onset, Karateristik, dan lamanya batuk  Monitor sekresi pernapasan pasien  Monitor secara ketat pasien-pasien yang beresiko tinggi mengalami gangguan respirai (Misalnya, pasien dengan terapi opiod, bayi baru lahir, pas  Monitor suara serak dan perubahan suara tersebut setiap jam pada pasien luka bakar  Berikan bantuan resuitasi jika diperlukan
  • 30.  Posisikan pasien miring ke samping sesuai indikasi untuk mencegah aspirasi, lakukan tehnik log roll, jika pasien diduga mengalami cedera leher  Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya, nebulizer)
  • 31. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2009 . Patofisiologis Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC Nursalam dan Ninuk Dian. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika.