Dokumen tersebut membahas tentang tugas membuat slide pengantar teori ekonomi mikro bab II tentang teori permintaan, penawaran, dan harga pasar oleh kelompok 8 kelas J FEB Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Dokumen tersebut menjelaskan konsep-konsep dasar teori permintaan, penawaran, dan harga pasar beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya serta aplikasi dalam kebijakan dan kasus-kasus pasar.
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
Tugas Membuat Slide Ekonomi Mikro Kelompok 8.pptx
1. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR TEORI EKONOMI MIKRO
OLEH KELOMPOK 8 KELAS J
1. AMAR’ATUS LAILA 2. ANGGUN PRATIWI 3. MARCELL WILLARD S
Dosen : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
FEB Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Desember 2022
2. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR TEORI EKONOMI MIKRO
BAB II
TEORI PERMINTAAN, PENAWARAN,
DAN HARGA PASAR
OLEH KELOMPOK 8 KELAS J
1. AMAR’ATUS LAILA 2. ANGGUN PRATIWI 3. MARCELL WILLARD S
Dosen : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
FEB Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Desember 2022
3. PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB II
TEORI PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA PASAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
4. KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
5. HARGA SUATU BARANG DAN JASA
Harga merupakan faktor penting dalam perekonomian.
Barang dan jasa memiliki harga jika mempunyai nilai dan guna. Disamping
berguna dan bernilai barang tersebut juga langka, semakin berguna dan semakin
langka maka harganya akan semakin mahal. Berguna tetapi tidak langka membuat
barang itu relatif tidak mahal. Apabila jika barang itu tidak berguna dan langka, maka
barang itu tidak berharga. Terbentuknya harga dikarenakan ada 2 pihak, yaitu pihak
yang memiliki dan bersedia untuk menawarkannya serta pihak yang memerlukan dan
bersedia untuk memintanya.
HARGA
Nilai barang dan jasa yang dinyatakan dengan jumlah
uang tertentu.
6. FUNGSI HARGA
1. Mengadakan keseimbangan antara kebutuhan dengan alat pemuas yang diminta.
2. Dengan adanya harga maka manusia mau tidak mau akan membatasi
kebutuhannya sesuai dengan kemampuannya dalam membayar.
3. Harga juga membagi alat produksi pada berbagai kemungkinan pemakaian. Alat-
alat produksi dipakai pada sektor yang dapat menguntungkan dibandingkan dengan
pengorbanan yang diberikan untuk mendapatkan alat-alat tersebut.
4. Harga juga merupakan pembentuk pendapatan berupa upah, bunga modal, serta
pendapatan pengusaha dan pemilik sumber.
7. TEORI PERMINTAAN
Teori Permintaan
Permintaan akan barang dan jasa timbul dari
kebutuhan konsumen untuk menguasai barang dan
jasa tersebut
PERMINTAAN
Suatu deretan jumlah barang yang pembeli
bersedia membeli dengan tenaga beli yang
ada padanya pada tingkatan harga tertentu
Permintaan akan suatu jenis barang
Tingkatan harga satuan dari tiap-tiap jumlah
barang itu berlainan
Berlaku pada waktu tertentu
8. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PERMINTAAN SUATU BARANG
1. Harga barang itu sendiri
2. Kegunaan barang tersebut
3. Rasa dan keinginan konsumen
4. Banyak dan sedikitnya konsumen itu
sendiri
5. Jumlah barang dan jasa yang tersedia
6. Jumlah dan jenis barang pengganti
7. Tingkat penghasilan konsumen
8. Waktu dan tempat
Faktor yang memengaruhi secara
umum, sebagai berikut:
1. Harga barang itu sendiri
2. Harga barang lain (Substitusi
maupun Komplementer)
3. Income
4. Selera
9. RUMUS FUNGSI PERMINTAAN
Dx = f (Px; Py…….. P₂ , I , S)
Dimana :
Dx = Permintaan akan barang
Px = Harga barang itu sendiri
P₂ = Harga barang yang lain
I = Pendapatan konsumen
S = Selera
10. HUKUM PERMINTAAN
Hukum permintaan sejalan dengan pikiran yang logis dan sederhana. Bunyi hukum
permintaan, yaitu:
“jika harga turun maka permintaan akan barang tersebut akan bertambah,
sebaliknya jika harga naik maka jumlah barang yang diminta akan berkurang.”
Kenaikan harga barang - barang karena kebijaksanaan kenaikan harga BBM di
Indonesia mengakibatkan harga susu bubuk cap bendera (Belanda) menjadi
sangat mahal. Akibatnya, hanya orang yang berpenghasilan tinggi saja yang
sanggup membelinya.
11. KURVA DEMAND
Kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang atau jasa yang
diminta dengan harga di mana harga sebagai variabel independen dan
jumlah barang yang diminta merupakan variabel dependen. Jumlah barang
yang biasanya diberikan notasi Q atau X digambarkan pada sumbu
horizontal atau Absis, sedangkan harga yang biasanya diberikan notasi P
digambarkan pada sumbu vertikal atau ordinat
12. PENGECUALIAN KURFA DEMAND
Menurut giffen, kenaikan harga roti, menyebabkan
keluarga yang sangat miskin membeli lebih banyak roti
sebab kenaikan harga roti menyebabkan mereka lebih
miskin lagi, dan jika mereka lebih miskin lagi, mereka
akan mengganti daging dan barang - barang yang lebih
mahal dengan roti untuk memenuhi kebutuhan utama
keluarganya.
Pengecualian ini berupa kasus klasik yang terkenal dengan nama
“barang giffen” atau “keanehan giffen” (giffen paradox). Sir
Robert Giffen, adalah seorang ahli ekonomi inggris pada abad
ke-19, yang menemukan pengecualian ini.
13. Menggambar Kurva Demand dengan Matematis
Hubungan antara harga & jumlah yang diminta dituliskan berupa fungsi sebagai berikut:
Fungsi ini bisa dituliskan dengan fungsi persamaan permintaan sebagai berikut :
Q = F(P)
Q = a-bP
dimana :
Q = jumlah barang yang diminta
P = harga
a = konstanta, jika harga barang
sama dengan nol, maka jumlah yang
diminta tertentu
CONTOH
14. PERGESERAN KURVA DEMAND
Perubahan permintaan dapat dibedakan menjadi :
Harga Barang Sendiri Faktor - Faktor Lain
Perubahan permintaan
sepanjang kurva permintaan
terjadi bila harga komoditi
yang diminta berubah (naik
atau turun)
Pergeseran kurva permintaan ke kanan atau
ke kiri disebabkan oleh perubahan
permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-
faktor selain harga komoditi tersebut.
Faktor yang memengaruhi: Pendapatan riil,
selera dan preferensi, harga barang lain yang
berkaitan (substitusi atau komplementer).
15. Permintaan Individu dan Permintaan Pasar.
Kurva permintaan pasar diperoleh dari penjumlahan kurva permintaan berbagai
individu terhadap barang tersebut pada setiap tingkat harga. Sebagai contoh,
bila dimisalkan pasar hanya terdiri dua individu, yaitu ali dan budi dengan jumlah
DVD yang diminta pada setiap tingkat harga sebagai berikut :
Tabel Pembentukan Kurva Pasar
Harga Jumlah yang diminta
ali
Jumlah yang diminta
budi
Jumlah yang diminta
pasar
Rp. 12.000,00 10 15 25
Rp. 10.000,00 20 20 40
Rp. 8.000,00 30 25 55
16. TEORI PENAWARAN
Teori Penawaran
Dikarenakan adanya kebutuhan akan barang dan
jasa, maka Sebagian dari masyarakat bertindak
untuk menyediakan kebutuhan – kebutuhan
tersebut.
PENAWARA
N
Berbagai kuantitas barang yang akan
dijual oleh penjual di pasar dengan
berbagai kemungkinan harga, dengan
asumsi keadaan lain dianggap tetap tak
berubah.
Hubungan antara harga dengan kuantitas
untuk setiap unit yang akan dijual oelh
penjual.
Mendorong penjual untuk menjual lebih
banyak.
17. HUKUM PENAWARAN
Bunyi hukum penawaran, yaitu:
“jika harga suatu barang/jasa naik maka jumlah barang yang ditawarkan akan
bertambah dan sebaliknya jika harga turun maka jumlah barang yang
ditawarkan akan berkurang dengan anggapan ceteris paribus .”
Hukum di atas berarti bahwa jika harga suatu barang meningkat maka jumlah
barang yang ditawarkan akan meningkat (karena produsen semakin
menguntungkan), dan sebaliknya jika harga turun, jumlah barang yang
ditawarkan juga menurun.
18. BENTUK KURVA PENAWARAN
Tunduk dengan Hukum Penawaran
BENTUK
GRAFIK
Memperlihatkan kuantitas maksimal dalam satu
unit waktu yang dijual oleh penjual dengan
berbagai pilihan harga di pasar.
Persamaan penawaran berslope positif. Kurva
penawaran berbentuk miring dari kiri bawah ke
kanan atas
GRAFIK
Bentuk
Matematik
a
Qs = F (Px)
Qs = a + bP
19. BENTUK KURVA PENAWARAN
Tidak Tunduk dengan Hukum Penawaran
Kurva S3 merupakan kurva penawaran untuk jangka waktu yang sangat pendek,
di mana produsen tidak dapat menambah/tidak sempat menambah jumlah
produksinya. Sering disebut sebagai Market Short Period Supply Curve.
Kurva S1 dan S2 dapat merupakan kurva penawaran jangka Panjang. Kurva S1
merupakan kurva jangka Panjang dengan biaya konstan (Constant Cost Long-Run
Supply Curve) , Kurva S2 disebut sebagai kurva jangka Panjang dengan biaya
menurun (Decreasing Cost Long-Run Supply Curve).
20. PERUBAHAN PENAWARAN
Jika terjadi perubahan, faktor yang memengaruhi jumlah barang yang ditawarkan
berakibat bertambahnya penawaran, maka kurva penawaran akan bergeser ke kanan.
Sebaliknya jika berakibat berkurangnya penawaran, maka kurva penawaran akan
bergeser ke kiri
Perubahan harga barang yang ditawarkan
menyebabkan perubahan di sepanjang kurva itu
sendiri (Shift Along The Supply Curve). Jika yang
berubah selain barang itu sendiri, kurva suplai
bergeser ke kiri (Jika Berkurang) dan ke kanan (Jika
Bertambah). Dikatakan sebagai Shift The Supply
Curve.
Contoh: penjualan di lelang ikan, barang antik.
21. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA
PERUBAHAN PENAWARAN
1. Berubahnya Harga Input Variabel
2. Perubahan Teknologi
3. Perubahan Iklim
4. Harga Komoditas Lain
5. Biaya Untuk Memperoleh Faktor Produksi
6. Pajak dan Subsidi
7. Harapan Harga
8. Tujuan Perusahaan
22. PENENTUAN HARGA PASAR
Harga pasar terjadi karena adanya interaksi permintaan dan penawaran. Pada harga
pasar konsumen bersedia membeli sesuatu barang dalam jumlah tertentu. Sedangkan
produsen bersedia melepaskan sejumlah produk yang dihasilkan pada tingkat harga
yang telah disepakati antara konsumen dan produsen.
Jika permintaan melebihi barang yang ditawarkan akan terjadi peningkatan harga,
sebaliknya jika penawaran melebihi jumlah yang diminta harga akan menurun.
Penentuan harga pasar bisa ditentukan dari 2 cara yaitu secara grafik dan secara
matematis.
23. Perubahan Permintaan dan Penawaran
Mengubah Harga dan Kuantitas Pasar
1. Harga pasar berubah jika penawaran bertambah
sedangkan permintaan tetap.
2. Harga pasar berubah jika terjadi perubahan
permintaan meningkat sedangkan penawaran tetap.
3. Perubahan keseimbangan jika terjadi perubahan
permintaan meningkat sedangkan penawaran turun.
24. APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR
KEBIJAKAN
CEILING PRICE
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dengan
tujuan melindungi konsumen agar mendapatkan
harga yang wajar.
Contoh: Harga eceran tertinggi untuk Gabah Kering
Giling (GKG), Harga eceran BBM
GRAFIK
25. APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR
KEBIJAKAN
FLOOR PRICE
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah di atas harga
pasar.
Contoh: Harga tiket pesawat dan bis.
GRAFIK
26. APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR
TEORI
PENYESUAIAN
HARGA
Harga dan kuantitas untuk berbagai barang berubah
secara siklis dalam jangka Panjang. Jika harga meningkat
atau menurun, jumlah yang diproduksi juga meningkat
atau menurun dalam gelombang yang berbeda.
Gerakan harga dan kuantitas ini dinamakan teori sarang
laba-laba (Cobweb Theory)
GRAFIK
27. APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR
SURPLUS PRODUSEN DAN KONSUMEN
Surplus Produsen adalah ukuran
keuntungan yang diperoleh produsen
karena mereka beroperasi pada suatu
pasar komoditi
Surplus Konsumen adalah
keuntungan yang diperoleh
konsumen karena mereka membeli
komoditi.
PP1E (Surplus
Konsumen)
OP1E (Surplus Produsen)
GRAFIK
28. APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR
PENGALIHAN BEBAN PAJAK (Shifting Tax)
Kesimpulan
Semakin tidak elastis kurva demand,
semakin besar proporsi beban pajak yang
di tanggung konsumen.
Semakin tidak elastis kurva demand dan
kurva supply, Semakin besar pendapatan
pemerintah.
29. APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR
KASUS PENETAPAN HARGA BARANG
BEBAS DAN BARANG POTENSIAL
Barang Bebas adalah barang yang
jumlahnya melimpah sehingga tidak
mempunyai harga.
Contoh: Di beberapa tempat, air
bersih dapat diperoleh dengan gratis.
Barang Potensial adalah peralatan
makan yang terbuat dari emas.
Contoh: Piring, gelas, sendok, garpu.
GRAFIK
30. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR TEORI EKONOMI MIKRO
BAB III
TEORI ELASTISITAS
OLEH KELOMPOK 8 KELAS J
1. AMAR’ATUS LAILA 2. ANGGUN PRATIWI 3. MARCELL WILLARD S
Dosen : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
FEB Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Desember 2022
31. PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB III
TEORI ELASTISITAS
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
32. KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
33. PENGERTIAN ELASTISITAS
Semakin elastis sifat permintaannya semakin besar, sebaliknya semakin tidak
elastis sifat permintaannya semakin kecil responnya. Tingkat elastisitas ini ialah tingkat
terpengaruhnya jumlah barang yang ditawarkan karena adanya perubahan harga.
Faktor – faktor yang mempengaruhinya:
• Harga barang itu sendiri
• Harga barang lain
• Pendapatan konsumen
ELASTISITAS
Mengukur respons atau reaksi dalam teori
ekonomi.
• Iklan
• Selera
• Penawaran
34. JENIS - JENIS ELASTISITAS
1. Elastisitas Harga Permintaan (price elasticity), yang berubah harga barang itu
sendiri.
2. Elastisitas Silang (cross elasticity), yang berubah harga barang lain yang
mempunyai hubungan (komplemen/substitusi).
3. Elastisitas Income (income elasticity), yang berubah pendapatan.
4. Elastisitas Iklan (advertising elasticity), yang berubah iklan dari barang itu sendiri.
35. ELASTISITAS PERMINTAAN (Ed ; Ep ; ɛ)
Elastisitas
Permintaan
Kepekaan jumlah suatu produk yang akan dibeli oleh
konsumen terhadap perubahan harga dengan kurva
permintaan tertentu.
SIFAT
Jika koefisien elastisitas tak terhingga (∞), disebut
perfect elastic (sangat elastis)
Jika koefisien elastisitas > 1, disebut elastis
Jika koefisien elastisitas < 1, disebut inelastis
Jika koefisien elastisitas = 1, disebut unitary elastic
Jika koefisien elastisitas = 0, disebut perfect inelastic
(inelastis sempurna)
36. Cara Mengukur Tingkat Elastisitas
Arc Elasticity (Elastisitas Busur)
• Mengukur respons perubahan jumlah
barang yang diminta karena adanya
perubahan harga.
Point Elasticity (Elastisitas Titik)
• Menggambarkan adanya kecilnya
perubahan harga sehingga seakan-
akan tidak terjadi perubahan
𝐸𝑑 =
(0𝑋₁ − 0𝑋₀)
0𝑋₀
∶
0𝑃₁ − 0𝑃₀
0𝑃₀
37. Contoh Soal Point Elasticity (Elastisitas Titik)
Semakin tinggi keberadaan titik di kurva permintaan semakin besar
koefisien elastisitasnya. Semakin rendah keberadaan titik tersebut di kurva
permintaan semakin rendah koefisien elastisitasnya. Jika titik itu tepat berada di
tengah-tengah membagi garis horizontal dan vertical maka koefisien elastisitasnya
sama dengan 1.
ED di A =
50 −20
20
=
−30
20
= - 1.5
ED di B =
50 −25
25
=
−25
25
= -1
38. Cara Menghitung Tingkat Elastisitas
Dengan pendekatan Persamaan
Fungsi
Rumus :
Contoh Soal
Misal : Q = 200 -2P ; P = Rp50
Ed =
Q = 200 – 2(50) = 100
Δ𝑄
Δ𝑃
= -2
𝐸𝑑 = −2 X
50
100
= -1
Dengan Hubungan Elastisitas dan Total
Revenue (Total Penerimaan)
No Nilai
Elastisitas
Jika Harga
Naik
Jika Harga
Turun
1. Ed > 1 TR Turun TP Naik
2. Ed = 1 TR Tetap TR Tetap
3. Ed < 1 TR Naik TR Turun
𝑬𝒅 =
𝜟𝑸
𝜟𝑷
X
𝑷
𝑸
Jika harga dinaikkan berakibat TR-nya
Turun maka sifat elastisitas permintaannya
adalah ELASTIS.
39. Cara Menghitung Tingkat Elastisitas
Mengamati Arah Perubahan Harga
dan Total Revenue
No Harga Reve-
nue
Arah
Perubahan
Elastisitas
1. Naik Naik Sama In elastis
2. Turun Naik Berlawanan Elastis
3. Naik Turun Berlawanan Elastis
4. Turun Turun Sama In Elastis
5. Naik Tetap - Unitary
6. Turun Tetap - Unitary
Dengan Melihat Kurva Permintaan (AR)
dan MR
1. Jika MR = 0, Koefisien Elastisitas = 1,
Unitary Elastis.
2. Jika MR = Positif, Koefisien Elastisitas
> 1, Elastis.
3. Jika MR = Negatif, Koefisien
Elastisitas < 1, Inelastis.
40. Cara Menghitung Tingkat Elastisitas
Melihat Kecondongan Kurva Permintaan
Jika kecondongan kurva permintaannya seperti:
D1 sifat permintaannya disebut perfect inelastis.
D2 sifat permintaannya disebut perfect elastis.
D3 sifat permintaannya disebut elastis.
D4 sifat permintaannya disebut unitary elastis.
D5 sifat permintaannya disebut inelastis.
Bentuk elastisitas yang ekstrem ada 2 yaitu elastis sempurna dan inelastis sempurna
41. ELASTIS SEMPURNA
Bila kurva permintaan sejajar sumbu X maka besarnya tingkat elastisitas = ω.
Keadaan ini disebut elastis sempurna yang berarti berapapun jumlah barang yang
diminta harga akan tetap.
43. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI ELASTISITAS
1) Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat elastisitas: Ada atau tidaknya barang
subtitusi yang kualitas relatif sama dan harganya lebih rendah. Jika ada maka
permintaan akan barang tersebut elastis.
2) Macam penggunaan: semakin bervariatif penggunaannya barang tersebut,
maka permintaan akan barang itu akan elastis. Sebaliknya jika barang tersebut
alternatif penggunaannya sangat terbatas, maka permintaan akan barang itu
akan bersifat inelastis.
3) Perbandingan harga barang-barang tersebut dengan pendapatan konsumen
Bila harga yang diminta itu relatif mengambil sebagian besar pendapatan
konsumen maka permintaan akan elastis dan sebaliknya bila permintaan
tersebut relatif mengambil sebagian kecil dari pendapatan konsumen maka
permintaan akan inelastis.
44. ELASTISITAS SILANG (Cross Elastisity ; η )
Elastisitas Silang
Mengukur sampai berapa jauh berbagai barang
berhubungan satu sama lain.
SIFAT
ELASTISITA
S SILANG
Identifikasi hubungan kedua barang komplementer atau
substitusi bisa juga di lihat dari besarnya koefisien
elastisitas silangnya.
Sering digunakan untuk menentukan batas batas suatu
industri, tapi penggunaannya dalam bidang ini memiliki
beberapa komplikasi
Elastisitas silang yang tinggi menunjukkan hubungan
yang erat atau barang dalam industri yang sama
elastisitas silang yang rendah menunjukkan hubungan
yang renggang atau barang dan industri yang berlainan
46. HUBUNGAN SUBSTITUSI/KOMPLEMENTER
Harga X Jumlah X Harga Y Jumlah Y Barang X dan Y
Turun Naik Tetap Naik Komplementer
Turun Naik Tetap Turun Subtitusi
Naik Turun Tetap Naik Substitusi
Naik Turun Tetap Turun Komplementer
47. ELASTISITAS SILANG BARANG SUBSTITUSI
Karena harga teh turun , selain berakibat naiknya jumlah yang diminta juga
mengakibatkan jumlah yang diminta kopi berkurang walaupun harga kopi tidak
berubah. Kejadian ini diakibatkan karena kopi dan teh adalah barang substitusi.
48. ELASTISITAS SILANG BARANG KOMPLEMENTER
Kopi dan gula adalah barang komplemen. Karena harga gula turun, selain berakibat
naiknya jumlah yang diminta juga mengakibatkan jumlah yang diminta kopi
bertambah walaupun harga kopi tidak berubah. Kejadian ini diakibatkan karena kopi
dan gula adalah barang substitusi.
49. HUBUNGAN SUBSTITUSI, KOMPLEMEN, DAN
ELASTISITAS SILANG
No. Elastisitas Silang Sifat Hubungan Jika Py Naik Jika Py Turun
1. Jika Exy > 0 Substitutes Qx Naik Qx Turun
2. Jika Exy = 0 Tidak ada
hubungan
Qx Tetap Qx Tetap
3. Jika Exy < 0 Komplemen Qx Turun Qx Naik
Jika harga barang Y naik mengakibatkan naiknya jumlah barang X yang diminta.
Barang X dan Y adalah substitut. Tetapi jika jika harga barang Y naik
mengakibatkan jumlah yang diminta barang X turun maka barang X dan Y adalah
barang komplemen.
50. ELASTISITAS PENAWARAN
Konsep elastisitas penawaran persis sama dengan konsep elastisitas permintaan.
𝐸𝑠 =
%Δ𝑄𝑠
%Δ𝑃𝑥
Es =
(𝑋2−𝑋1)
(𝑋1+𝑋2)
𝑋
(𝑃1+𝑋2)
(𝑃2−𝑃1)
RUMUS
51. MENENTUKAN SIFAT PENAWARAN
Melihat Besar Koefisien Elastisitasnya :
Jika nilai Es tak terhingga (∞) disebut perfect elastis (sangat elastis)
Jika nilai Es > 1 disebut elastis
Jika nilai Es < 1 disebut inelastic
Jika nilai Es = 1 disebut unitary elastis
Jika nilai Es = 0 disebut perfect elastis (inelastis sempurna)
52. MENENTUKAN SIFAT PENAWARAN
Melihat Kecondongan Kurva Permintaan :
S1 sifat permintaannya disebut perfect inelastis.
S2 sifat permintaannya disebut inelastis.
S3 sifat permintaannya disebut unitary elastis.
S4 sifat permintaannya disebut elastis.
S5 sifat permintaannya disebut perfect elastis.
53. ELASTISITAS PENDAPATAN (INCOME ELASTICITY ; Ei ; φ)
ELASTISITAS
PENDAPATAN
Elastisitas yang menunjukkan tingkat kepekaan dari
perubahan jumlah barang yang diminta dengan
perubahan pendapatan
RUMUS
a) Jika Ei > 1 ; barang yang diminta → barang superior
b) Jika 0 < Ei < 1 ; barang yang diminta → barang
kebutuhan pokok
𝐸𝑖 =
%∆𝑄𝑥
%∆𝐼
𝐸𝑖 =
𝑄2 − 𝑄1
𝑄1 + 𝑄2
∶
𝐼2 − 𝐼1
𝐼1 + 𝐼2
54. Perubahan Permintaan Barang Lux karena Adanya
Kenaikan Income
Barang luxury adalah barang
yang dibeli dalam jumlah lebih
banyak jika pendapatan
konsumen bertambah
55. Perubahan Permintaan Barang Inferior karena Adanya
Kenaikan Income
Barang inferior adalah barang
yang dibeli dalam jumlah
sedikit atau dikurangi jika
pendapatan konsumen
bertambah.
56. Hubungan Elastisitas Income dan Jenis Produk
No Elastisitas Income Jenis Produk
Jika Income
Naik
Jika Income
Turun
1. Ei > 1 Luxuries
Qx Naik
% Lebih Besar
Qx Turun
% Lebih besar
2. Ei > 0
Kebutuhan
pokok
Qx Naik
% Lebih Kecil
Qx Turun
% Lebih Kecil
3. Ei = Negatif Inferior Qx Turun Qx Naik
57. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR TEORI EKONOMI MIKRO
BAB IV
PERILAKU KONSUMEN
Dengan Pendekatan Cardinal dan Ordinal
OLEH KELOMPOK 8 KELAS J
1. AMAR’ATUS LAILA 2. ANGGUN PRATIWI 3. MARCELL WILLARD S
Dosen : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
FEB Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Desember 2022
58. PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB IV
PERILAKU KONSUMEN DARI PENDEKATAN CARDINAL
DAN ORDINAL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
59. KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
61. Beberapa Konsep Berkaitan Dengan Perilaku Konsumen
Permintaan timbul karena konsumen memerlukan manfaat dan barang yang
diminta. Manfaat inilah yang dikenal dengan istilah utilitas (utility). Jadi sebenarnya
permintaan suatu barang menggambarkan permintaan akan manfaat dan barang
tersebut atau dengan kata lain permintaan suatu barang merupakan derifikasi
(penurunan) dan manfaat yang diberikan oleh barang tersebut.
62. NILAI BARANG
1) Nilai Penggunaan Objektif atau
Nilai Guna
Kesanggupan suatu barang dan Jasa
untuk memenuhi keperluan manusia.
2) Nilai Penggunaan Subjektif
Arti yang diberikan oleh seseorang
kepada suatu barang yang tertentu
untuk memuaskan kebutuhannya.
Kebutuhan manusia pada garis besarnya dapat dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu (1) kebutuhan pokok dan (2) kebutuhan sekunder. Untuk memenuhi
bermacam-macam kebutuhan ini diperlukan barang dan jasa. Sedangkan
kemampuan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan manusia disebut
“nilai”. Nilai Barang dibedakan menjadi 2, yaitu:
63. NILAI PERTUKARAN
1) Nilai Pertukaran Objektif 2) Nilai Pertukaran Subjektif
Arti yang diberikan oleh seseorang
kepada suatu barang dan jasa,
bertalian dengan kegunaan barang
tersebut terhadap dirinya.
Pada zaman modern ini, barang dan jasa mempunyai nilai kegunaan untuk
pemenuhan kebutuhan, juga mempunyai nilai pertukaran, Nilai pertukaran ini
dapat dibagi menjadi:
Kemampuan barang dan jasa itu
sendiri untuk Ditukarkan dengan
barang dan jasa lain.
64. PEMENUHAN KEPUASAN
HUKUM GOSSEN I HUKUM GOSSEN II
“Tiap-tiap manusia akan berusaha
memenuhi berbagai Kebutuhannya
supaya semua kebutuhannya tersebut
dipuaskan dengan seimbang.”
Pada hakikatnya kepuasan manusia tidaklah terbatas untuk memenuhi
semua kebutuhan manusia. Oleh karena itu, hendaknya manusia dapat berpikir
rasional dalam menentukan kebutuhan sehingga keseimbangan antara
kebutuhan dan alat pemuasnya mendekati keseimbangan.
“Jika pemuasan kebutuhan dijalankan
terus-menerus, maka Kenikmatannya
akan terus-menerus berkurang, sampai
akhirnya jenuh.”
66. PENDEKATAN TRADISIONAL UNTUK
MENGUNGKAPKAN PERILAKU KONSUMEN
Secara tradisional perilaku konsumen dapat dijelaskan dengan
menggunakan konsep utilitas (daya guna). Menurut pendekatan ini setiap
barang mempunyai daya guna atau utilitas karena barang tersebut pasti
mempunyai kemampuan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen
yang menggunakan barang tersebut. Jadi, apabila seseorang meminta suatu
jenis barang, pada dasarnya yang diminta adalah daya guna barang tersebut.
67. PENDEKATAN TRADISIONAL UNTUK MENGUNGKAPKAN
PERILAKU KONSUMEN
U = f(X1; X2;.......Xn)
Atas dasar anggapan dapat diukurnya daya guna barang, pendekatan tradisional
ini merumuskan hubungan antara jumlah daya guna dengan barang yang
dikonsumsikan dalam bentuk suatu fungsi:
KETERANGAN:
U = Banyaknya daya guna bagi seseorang konsumen
(X1; X2; X3... Xn) = Banyaknya barang tertentu yang dikonsumsikan oleh konsumen
tersebut.
Jumlah daya guna total yang diperolehnya akan naik sebagai akibat dari kegiatan
tersebut.
68. PENDEKATAN TRADISIONAL
1) Teori Daya Guna Kardinal
(Cardinal Utility)
2) Teori Daya Guna Ordinal
(Ordinal Utility)
Menggunakan pendekatan
indifference curve (kurva indiferen)
Menjelaskan pendekatan marginal
utility dan total utility
70. CARDINAL APPROACH
CARDINAL
APPROACH
Menurut teori ini kita tidak perlu mengetahui secara
absolut besarnya daya guna bagi seorang konsumen.
Sebenarnya sudah cukup bila kita mengetahui bahwa
konsumen yang akan kita pelajari perilakunya itu
adalah seseorang yang mampu membuat order atau
urutan-urutan kombinasi barang yang dikonsumsikan
berdasarkan besarnya daya guna yang diterimanya.
TEORI NILAI
GUNA
Nilai Guna Total (Total Utility / TU)
Nilai Guna Marginal (Marginal Utility / MU)
71. Konsep Guna Batas dan Guna Total (MU dan TU)
Guna Batas
(Marginal
Utility)
Sumbangan kepuasan yang diberikan oleh barang terakhir
yang dimiliki oleh orang tersebut. Menurut Hukum Gossen,
maka semakin banyak jumlah barang yang sejenis yang
dipunyai oleh seseorang maka sumbangan kepuasan dari
barang yang terakhir semakin kecil. Kepuasan maksimum
yang Idiberikan oleh sejumlah barang tersebut akan menjadi
maksimum bila barang terakhir yang dimilikinya tidak
memberikan tambahan kepuasan lagi
Guna Total
(Total Utility)
Tingkat kepuasan yang diperoleh karena mengonsumen
berbagai jumlah barang. Guna total ini akan semakin besar
jika barang yang dikonsumsi semakin banyak sampai pada
tingkat tertentu di mana guna total ini akan mencapai titik
maksimum, maka kepuasan konsumen tidak akan
bertambah lagi dan total gunanya akan menurun walaupun
konsumen terus menambah barang tersebut.
72. CONTOH TABEL TOTAL UTILITY DAN MARGINAL UTILITY
Dari data di atas dapat digambarkan kurva TU dan MU-nya. Kurva TU bentuknya
mula-mula meningkat namun pada titik puncaknya kurva TU itu menurun. Kurva
MU bentuknya terus menurun, MU bisa bertanda negatif. MU bernilai negatif
ditandai dengan bentuk kurva MU-nya memotong sumbu horizontal bagian bawah.
Kurva TU setelah titik puncak akan cenderung menurun. Akan tetapi, bentuk kurva
TU tidak bisa memotong sumbu horizontal.
Jumlah karung (Q) Total Utility (TU) Marginal Utility (MU)
1 10 -
2 30 (10+20) 20
3 60 (30+30) 30
4 60 (60+0) 0
5 50 (60-10) -10
6 30 (50-20) -20
73. CONTOH KURVA TOTAL UTILITY DAN MARGINAL UTILITY
Pada waktu konsumen mengonsumsi unit
ketiga maka pada waktu itu kepuasan telah
mencapai titik maksimum dan pada unit
ketujuh kepuasan total tidak bertambah. Jika
konsumen menambah barang-barang yang
dikonsumsinya dengan unit selanjutnya maka
total gunanya akan menurun. Kalau
tambahan ini terus-menerus dilakukan maka
guna totalnya dapat menjadi 0 bahkan bisa
menjadi negatif.
Pada waktu TU maksimal (unit ke-3) maka
MU-nya = 0. Marginal utility terus menurun.
Hal ini disebabkan tambahan guna itu selalu
menurun dengan adanya tambahan unit
barang yang dikonsumsikan.
74. Asumsi (Anggapan) dalam Teori Cardinal
ASUMSI
TEORI
CARDINAL
1) Utility bisa diukur dengan Uang
2) Berlakunya Hukum Gossen, yaitu bahwa
semakin banyak suatu barang dikonsumsi,
maka tambahan kepuasan yang diperoleh
dari setiap satuan tambahan yang
dikonsumsikan akan menurun
3) Konsumen selalu berusaha mencapai
kepuasan total yang maksimal
75. 1) Utility Seseorang Bisa Diukur dengan Uang
Asumsi dasar yang digunakan pada pendekatan ini adalah tingkat kepuasan
konsumen mengonsumsi barang/jasa dapat dihitung secara numerik.
Misalkan, total utility seseorang mengonsumsi satu buah mangga adalah
sebesar sepuluh dan jika mengonsumsi dua buah total utility-nya sebesar
delapan belas, dan seterusnya.
76. 2) Berlakunya Hukum Gossen (Law of Diminishing
Marginal Utility)
Berkaitan dengan fenomena ini dalam teori nilai guna dikenal hukum Diminishing
of Marginal Utility, yaitu pertambahan utilitas yang menurun karena pertambahan
satu unit barang yang dikonsumsi.
Secara grafis, hubungan antara jumlah barang yang dikonsumsikan dengan daya
guna total dan laju pertambahan daya guna dapat ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Sumbu absis adalah kuantitas barang X. Sumbu ordinat merupakan
daya guna.
77. 2) Berlakunya Hukum Gossen (Law of Diminishing
Marginal Utility)
Kurva U (X) menggambarkan antara besarnya daya guna dengan banyaknya
barang yang dikonsumsi. Semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin besar
pula jumlah daya guna yang diperoleh konsumen. Hal ini dikarenakan sampai X3
lereng kurva U (X) adalah positif, berarti selalu ada pertambahan daya guna bila
konsumsi barang X bertambah.
Tapi, bila jumlah X3 sudah dilewati dan penambah jumlah barang X diteruskan,
jumlah daya guna justru akan lebih rendah dari jumlah sebelumnya. Titik X3
mencerminkan jumlah barang X yang memberikan tingkat daya guna maksimal
atau titik kepuasan maksimal.
78. 2) Berlakunya Hukum Gossen (Law of Diminishing
Marginal Utility)
Jadi asumsi ini diperlukan untuk
menggambarkan perilaku konsumen
secara lebih riil. Bila tidak, daya guna
akan bertambah terus tanpa batas,
yang berarti konsumen tidak pernah
merasa puas sehingga berusaha terus
menambah tingkat konsumsinya.
79. 3) Konsumen Bersifat Rasional
Konsumen bersifat rasional sehingga perilakunya harus dapat dipahami
menurut logika umum. Setiap konsumen dianggap mempunyai tujuan ideal,
yaitu daya guna maksimum. Perilaku konsumen dalam membelanjakan
uangnya harus dapat dimengerti apabila selalu diarahkan kepada
pencapaian daya guna maksimum.
80. Kritik pada Pendekatan Cardinal
KRITIK
a) Asumsi Utility Bisa Diukur adalah
Pemikiran yang Keliru
b) Marginal Utility dari Uang Tidaklah
Konstan
81. a) Asumsi Utility Bisa Diukur adalah Pemikiran yang
Keliru
Aliran ini menganggap bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung dari
subjek yang memberikan penilaian. Jadi suatu barang baru mempunyai arti bagi
seseorang konsumen apabila barang tersebut mempunyai daya guna baginya.
82. b) Marginal Utility dari Uang Tidaklah Konstan
Semakin banyak jumlah uang yang dimiliki, semakin memberikan kepuasan yang
lebih besar. Kriteria pokok dari suatu alat pengukur adalah bahwa alat pengukur
tersebut harus mempunyai nilai yang tetap. Dapat terjadi kemungkinan bahwa
makin kaya seseorang makin besar kesediaannya untuk memperoleh satu satuan
daya guna yang sama. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak uang yang
dimilikinya semakin rendah penilaiannya terhadap uang.
83. MAKSIMALISASI GUNA
Guna batas ini adalah tambahan guna pada guna total karena ada tambahan satu unit
barang lagi yang dikonsumsi. Untuk mencari marginal utility ini dipergunakan
perhitungan sebagai berikut:
TU2 (sesudah tambahan) – TU1 (sebelum ada penambahan) = MUx
(TUx+1)-(TUx) = MUx
Jika total utility mencapai titik maksimal maka MU = 0, dan selanjutnya jika total utility
menurun karena pertambahan unit barang yang dikonsumsi maka MU akan menjadi
negatif (-). Turunan pertama dari fungsi TU adalah nilai x yang bisa menghasilkan TU
maksimal atau bisa juga dikatakan nilai X dari turunan pertama dari MU sama dengan
nol maka TU-nya maksimal.
84. CONTOH SOAL
Seorang konsumen memerlukan dua jenis barang X dan Y, di mana harga barang X $1
per unit dan Y $1 per unit sedangkan pendapatan konsumen tersebut sebesar $ 10 dan
guna batas dari dua barang tersebut seperti dalam tabel berikut:
Barang X
Harga $1, - per unit
Barang Y
Harga $1, - per unit
Jumlah Unit MU Jumlah Unit MU
1 40 1 35
2 35 2 30
3 30 3 28
4 24 4 25
5 21 5 22
6 18 6 20
85. Keterangan Tabel
Berdasarkan tabel di slide sebelumnya, maka konsumen akan membelanjakan
pendapatannya dengan komposisi sebagai berikut:
1. Dolar pertama dari pendapatannya akan dibelanjakannya barang X karena barang
X memberikan MU X > MUY.
2. Dolar kedua juga akan dibelanjakan pada barang X karena barang MU X masih
lebih besar dari MU Y
3. Pada dolar yang ketiga konsumen masih akan membelanjakan pada barang
Karena pada waktu itu MUX > MU Y, yaitu MU X sebesar 30 dan MU Y sebesar 28
jadi bagi konsumen lebih memuaskan membeli barang X dari pada barang Y.
4. Baru pada $ yang kelima dan keenam konsumen lebih suka membelanjakan
barang Y karena MU Y masih lebih besar dari MUX.
86. Bagaimana apabila konsumen menghadapi dua jenis barang yang marginal utility-
nya berbeda dan harganya pun berbeda? Misalkan konsumen memerlukan barang X
dan Y, harga barang X $ 1, per unit dan barang Y $2 per unit sedangkan guna batas
kedua barang tersebut. Seperti tabel di bawah ini:
Barang X
Harga $1 per unit
Barang Y
Harga $2 per unit
Jumlah dalam bakul MU X Jumlah dalam kg MU Y
1 40 1 68
2 38 2 60
3 36 3 54
4 34 4 48
5 32 5 40
6 30 6 30
7 24 7 24
8 20 8 18
87. Keterangan Tabel
Misalkan konsumen memiliki uang sebesar $ 14. Kombinasi barang X dan Y yang
mana yang dipilih konsumen agar utility-nya maksimal. Untuk memecahkan kasus
semacam ini dapat mempergunakan formula berikut ini:
𝑴𝑼𝒙
𝑷𝒙
=
𝑴𝑼𝒚
𝑷𝒚
X . Px + Y . Py = ………. = I (Pendapatan)
Cara Mempergunakan Persamaan Fungsi
1. Kombinasi I : 4 barang X dan 1 barang Y.
2. Kombinasi II : 6 barang X dan 2 barang Y.
3. Kombinasi III : 7 barang X dan 4 barang Y.
4. Kombinasi IV : 8 barang X dan 5 barang Y.
88. Lanjutan Keterangan Tabel
Selanjutnya kita lihat dari keempat kombinasi di atas yang memenuhi
syarat kedua adalah kombinasi 7 barang X dan 3 barang Y (7 x $ 1 + 3 x
$ 2 = $ 13).
1) Syarat Pertama:
𝑴𝑼𝒙
𝑷𝒙
=
𝑴𝑼𝒚
𝑷𝒚
𝟐𝟔
𝟏
=
𝟒𝟎
𝟐
= 𝟐𝟎
Telah memenuhi syarat pertama
2) Syarat Kedua:
X . Px + Y . Py = I (Pendapatan)
𝟕 × $𝟏 + 𝟑 × $𝟐 = 𝟏𝟑
Telah memenuhi syarat kedua
89. Perubahan Kombinasi Barang yang Dibeli Konsumen
Adanya kenaikan harga dari salah satu barang yang dibutuhkan dapat mengubah
kombinasi barang yang dibeli. Hal ini disebabkan:
1) Adanya efek substitusi, yaitu dengan naiknya harga salah satu barang tersebut
konsumen akan mengalikan barang yang dibelinya kepada barang pengganti yang
Harganya lebih murah.
2) Efek pendapatannya (income), dengan kenaikan harga bagi konsumen yang
pendapatannya tetap akan menyebabkan pendapatan rill konsumen tersebut akan
Berkurang.
90. Contoh Menurunkan Fungsi Permintaan Dari Tabel
Marginal Utility
Diketahui besarnya marginal utility dari barang X dan Y sebagai berikut:
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8
Mux 16 14 12 10 8 6 4 2
MUy 11 10 9 8 7 6 5 4
Misalkan harga barang X $ 2 dan harga barang Y $ 1. Sedang jumlah uang yang
siap Dibelanjakan sebesar $ 12. Kombinasi barang X dan Y mana yang dipilih?
91. PENYELESAIAN
1) Syarat Pertama:
Pada tabel di atas yang memenuhi syarat pertama
𝑴𝑼𝒙
𝑷𝒙
=
𝑴𝑼𝒚
𝑷𝒚
ada beberapa
kombinasi, yaitu:
1) Unit barang X dan 4 unit barang Y.
2) Unit barang X dan 5 unit barang Y.
3) Unit barang X dan 6 unit barang Y.
4) Unit barang X dan 7 unit barang Y.
5) Unit barang X dan 8 unit barang Y.
Dari kelima kombinasi di atas yang memenuhi syarat kedua adalah kombinasi
3 unit barang X dan 6 unit barang Y karena:
X . Px + Y . Py = $12
3 . $2 + 6 . $1 = $12
92. PENYELESAIAN
Andaikata harga barang X turun menjadi $ 1 dan yang lainnya tetap, maka
Kombinasi yang dipilih konsumen berubah.
Pada tabel di atas yang memenuhi syarat pertama
𝑀𝑈𝑥
𝑃𝑥
=
𝑀𝑈𝑦
𝑃𝑦
ada
beberapa kombinasi, yaitu:
1) 5 unit barang X dan 4 unit barang Y.
2) 6 unit barang X dan 6 unit barang Y.
3) 7 unit barang X dan 8 unit barang Y.
Dari ketiga kombinasi di atas yang memenuhi syarat kedua adalah kombinasi
6 unit barang X dan 6 unit barang Y karena:
X. Px + Y. Py = $12
6.$1+6.$.1$ = $12
93. KURVA PENYELESAIAN
Jika kondisi perubahan harga dan perubahan jumlah yang diminta
digambarkan secara grafik bisa sebagai berikut:
95. Property Indifference Curve
KELEMAHA
N
THE
CARDINALIS
T
APPROACH
1) Pendekatan ini beranggapan bahwa kepuasan konsumen
mengonsumsi Komoditi dapat diukur secara numerik.
Sesungguhnya, ukuran utility yang Digunakan tidak
bersifat objektif, tetapi ukuran kepuasan itu bersifat
subjektif.
2) Asumsi yang menggambarkan utility dari uang yang
konstan adalah tidak realistik karena jika income
seseorang meningkat maka marginal utility dari uang
akan berubah.
3) Anggapan terjadinya diminishing marginal utility hanya
bersifat psikologis saja
Atas dasar kelemahan pendekatan ini muncul pendekatan ordinal. Pendekatan ordinal
ini menyatakan bahwa utilitas seseorang tidak dapat diukur dengan numerik tetapi bisa
diungkapkan secara ordinal. Ungkapan utilitas itu bisa dalam bentuk lebih suka, lebih
baik, lebih enak, dan sebagainya.
96. ASUMSI DALAM PENDEKATAN INDIFFERENCE CURVE
1. Konsumen selalu bersifat rasional (rationality).
2. Nilai guna dari uang bersifat konstan (constant marginal of money).
3. Utility dinyatakan secara ordinal.
4. Berlakunya hukum tambahan yang semakin lama semakin
berkurang (diminishing marginal utility).
5. The total utility dari konsumen tergantung dari beberapa komoditi.
6. Consistency and transitity of choice.
Secara rasional, utilitas konsumen akan meningkat jika jumlah komoditi yang
dikonsumsi meningkat. Konsumen akan bertindak secara rasional, yaitu dengan
jumlah uang yang dimiliki ingin mendapatkan utilitas yang maksimum.
Asumsi yang tidak kalah penting adalah menganggap bahwa berlakunya
constant marginal of money, yang artinya uang sekadar sebagai alat pembayaran
saja.
97. ASUMSI DALAM PENDEKATAN INDIFERENCE CURVE
Kurva kepuasan sama atau indifference care (IC), yaitu kurva yang
menggambarkan tingkat utility yang sama untuk berbag kombinasi komoditas.
Nilai guna marginal adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan akibat dari
pertambahan atau pengurangan satu unit komoditi tertentu.
Teori nilai guna dikenal hukum diminishing marginal utility.
Asumsi ini diperlukan untuk menggambarkan perilaku konsumen secara lebih riil.
98. ASUMSI DALAM PENDEKATAN INDIFERENCE CURVE
Semakin banyak barang X yang dikonsumsi, semakin kecil marginal utility yang
diperoleh dari barang X. Hal ini bertentangan dengan realita sehingga pendekatan
ini tidak akan mampu untuk menganalisis konsumen.
Konsisten (prinsip transitivity), jika dikatakan kombinasi A lebih disukai dari B dan
B lebih disukai dari C maka A mestilah lebih disukai dari C. Konsisten dengan dalil
ini maka kurva indiferen tidak ada yang berpotongan.
99. Kurva IC Menunjukkan Berlakunya Hukum Diminishing
Marginal Rate of Substitution
KURVA
IC
Berubahnya kombinasi dari A ke B menunjukkan jika
konsumen menghendaki barang X lebih banyak maka ia
harus bersedia mengurangi barang dengan jumlah tertentu.
GRAFIK
100. CONTOH SOAL
Kombinasi Barang X dan Y yang memberikan
kepuasan sama
Kombinasi Jumlah Barang X Jumlah Barang Y
A 2 10
B 4 6
C 7 4
D 12 2
Kesimpulan :
Dari gambar di atas menunjukkan konsumen mengonsumsi
kombinasi A B , C , dan D akan memberikan kepuasan ( utility ) yang sama.
Hal ini dikarenakan kombinasi tersebut terletak pada satu IC yang sama.
101. SIFAT – SIFAT INDIFFERENCE CURVE
INDIFFERENC
E CURVE
Berlakunya hukum diminishing rate of return, yaitu
jika kita menambah jumlah barang X, maka jumlah
barang Y yang ada akan dikurangi. Sebaliknya bila
barang Y yang ditambah maka barang X yang akan
dikurangi. Pengurangan itu semakin lama semakin
berkurang.
Dua IC tidak akan saling berpotongan.
Cembung terhadap titik 0 atau origin.
102. Jika Terjadi Kumpulan Kurva IC, Kurva IC Semakin Jauh
dari Titik Origin, Utilitasnya Semakin Besar
Kombinasi X dan Y pada indeference curve (IC) akan berubah dengan adanya
penambahan jumlah barang X dan Y menjadi kurva IC1 dan IC2 ini tidak akan
saling memotong karena kombinasi-kombinasi yang ada pada IC yang berbeda.
GRAFIK
103. Pada Dua IC Tidak Saling Berpotongan
Kombinasi di titik A memberikan utilitas sama dengan kombinasi di titik B. Hal ini
disebabkan terletak pada IC2. Kombinasi di titik A memberikan utilitas sama dengan
kombinasi di titik C. Hal ini disebabkan terletak pada IC1. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kombinasi di titik B sama dengan kombinasi yang ada di titik C.
GRAFIK
104. KENDALA ANGGARAN (Budget Contraint)
Untuk mengetahui kombinasi mana yang akan memberikan kepuasan yang maksimal
kepada konsumen dan berbagai kombinasi yang ada pada curve indifference maka perlu
diketahui kombinasi-kombinasi yang mana yang dapat dicapai oleh konsumen
berdasarkan batasan penghasilannya. Garis yang menghubungkan titik kombinasi dari
dua jenis barang yang dapat dicapai oleh konsumen disebut Garis Anggaran (Budget
Line).
BPx . (X) + Py. Y
Jika barang yang
dikonsumsi adalah X
dan Y, maka persamaan
budget line dapat ditulis
sebagai berikut:
KETERANGAN:
• B = Anggaran
• Px = Tingkat Harga X
• Py = Tingkat Harga Y
105. KENDALA ANGGARAN (Budget Contraint)
Cara membuat garis anggaran (budget line) lalah menghubungkan dua titik
kombinasi ekstrem antara barang X dan Y. Kombinasi ekstrem ialah kombinasi yang
terjadi bila pendapatan konsumen seluruhnya dibelikan dengan barang X berarti
barang Y= 0 dan bila pendapatan konsumen dibelikan seluruhnya barang Y berarti
barang X = 0.
CONTOH
GRAFIK
106. KESEIMBANGAN KONSUMEN
Kombinasi yang akan memberikan guna maksimal bagi konsumen atah kombinasi
yang terletak bagi konsumen antara curve indifference dengan kurva anggaran
(budget line).
Kombinasi yang memberikan guna yang maksimal bagi konsumen ialah kombinasi A
karena dengan jumlah uang yang ada konsumen mampu mendapatkan kombinasi
barang terbanyak.
107. KESEIMBANGAN KONSUMEN YANG OPTIMAL
Keseimbangan konsumen terjadi dengan jumlah
uang tertentu mengonsumsi kombinasi barang yang
optimal. Persamaan di atas menunjukkan tempat
keseimbangan, yakni jika rasio marginal utility
terhadap harga dan suatu barang adalah sama.
𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑩𝑳 = 𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑰𝑪
Slope IC = MRS =
𝑴𝑼𝒚
𝑴𝑼𝒙
𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑩𝑳 =
𝑷𝒚
𝑷𝒙
𝑷𝒚
𝑷𝒙
=
𝑴𝑼𝒚
𝑴𝑼𝒙
𝑴𝑼𝒚
𝑷𝒚
=
𝑴𝑼𝒙
𝑷𝒙
BENTUK
PERSAMAAN
108. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
1. Berubahnya Salah Satu dari Harga Barang
Jika harga barang X naik, maka garis anggaran
(budget line) dan indifference curve bergeser ke kiri.
Jika harga barang X turun maka garis anggaran
(budget line) dan indifference curve akan bergeser ke
kanan. Hal ini disebabkan jika harga naik jumlah
barang X yang dapat dibeli berkurang dan jika harga
turun jumlah barang X yang dapat dibeli bertambah.
Bila titik singgung antara garis anggaran (budget line)
dengan indifference curve yang baru dan yang lama
dihubungkan maka garis penghubung itu disebut
price cunsumtion curve (PCC).
Kurva Price Cunsumtion
Curve (PCC)
109. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
2. Berubahnya Pendapatan Konsumen
Meningkatnya pendapatan konsumen
menyebabkan preference konsumen terhadap
barang X dan Y berubah, tidak lagi terletak pada
titik E1 tetapi berubah pada titik E2. Fenomena ini
digambarkan garis anggaran (budget line) dan
indifference curve akan bergeser kiri dan sejajar.
Bilamana pendapatan konsumen turun maka
kedua curva di atas akan bergeser ke kanan dan
sejajar pula. Bila titik singgung antara kurva
anggaran (budget line) dan indefference yang lama
dan yang baru dihubungkan, maka garis yang
menghubungkan kedua titik itu disebut Income
Counsumption Curve (ICC).
Kurva Income
Counsumption Curve (ICC)
110. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan Inferior
Perubahan Harga pada Barang Normal
Dampak perubahan harga ini menyebabkan kurva BL (budget line / garis
anggaran) berubah dari BL1 ke BL2. Konsumen akan membeli barang dengan
jumlah yang lebih banyak jika harga barang itu turun (lebih murah). Perubahan ini
yang disebut dengan efek substitusi (substitution effect).
Efek substitusi dari gambar di atas diperlihatkan berubahnya kombinasi
barang X dan Y yang dikonsumsi konsumen dari titik E1 ke E3 atau sebesar X1-X2.
Substitusi (substitution effect). Efek substitusi dari gambar di atas diperlihatkan
berubahnya kombinasi barang X dan Y yang dikonsumsi konsumen dari titik E1 ke
E3 atau sebesar X1-X2.
111. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan
Inferior
Kondisi ini menyebabkan bergesernya BL2
ke BL3. Dengan daya beli yang meningkat akibat
turunnya harga barang X konsumen membeli
barang X dan Y dengan kombinasi E3 ke E2.
Perubahan kombinasi yang dibeli dari kombinasi E3
ke E2 ini disebut dengan income effect Income
effect dari gambar di atas sebesar X2-X3. Substitusi
efek dan income effect disebut total efek (total
effect), yaitu sebesar X1-X3. Income effect dari E3
ke E2 di atas menunjukkan barang X adalah barang
normal. Hal ini ditunjukkan dengan income effect
dari E3 ke E2.
Dampak Perubahan Harga
Barang Normal
112. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan
Inferior
Perubahan Harga pada Barang Inferior
Semakin murahnya barang X
menghasilkan efek pendapatan yang negatif,
yaitu jumlah barang X yang diminta berkurang.
Perubahan kombinasi dari E1 ke E3 adalah price
efect (efek harga) X1-X3, perubahan dari
kombinasi E3 ke E2 adalah income effect atau
sebesar E3 ke E2 sebesar X3-X2. Jadi total
efeknya adalah sebesar E1 ke EZ atau sebesar X1-
X2.
Dampak Perubahan Harga
Barang Inferior
113. Derivasi Kurva Permintaan dari Kurva PCC
Kurva permintaan adalah keseimbangan
konsumen (keinginan optimal konsumen
untuk membeli suatu barang pada satu
kendala tertentu).
Price Consumption Curve (FCC), yaitu
garis yang menunjukkan keseimbangan
konsumen karena perubahan tingkat
harga, dengan asumsi tingkat
pendapatan tetap.
114. Penggambaran Kurva Engel dari Kurva ICC
Permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan (the demand curve) tergantung apakah
tingkar pendapatan naik atau turun. dapat diterangkan sebagai berikut. Naiknya tingkat
pendapatan akan menggeser BL secara paralel dari BL ke BL1 ke BL2 (perubahan tersebut
ditampilkan pada Gambar slide 59), Selanjutnya keseimbangan konsumen bergeser dan
titik D ke titik E lalu ke titik F. Bila titik-titik D, E, F dapat dihubungkan menjadi 1 garis,
hasil yang diperoleh dikenal sebagai Income Consumption Curve (ICC) yang menunjukkan
keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat pendapatan selama tingkat harga
tetap Pada gambar bagian bawah ditunjukkan bahwa titik D,E,F berlaku pada satu tingkat
harga barang X, sehingga dapat dilihat terjadinya perubahan kurva permintaan.
115. Penggambaran Kurva Engel dari Kurva ICC
Dari kurva ICC ini dapat dibentuk Kurva Engel yang menggambarkan hubungan antara
pendapatan dengan jumlah barang yang diminta (Ernest Engel adalah orang pertama
yang mengamati hubungan perubahan tingkat pendapatan terhadap jumlah barang yang
dikonsumsi. Dalam Kurva Engel, sebagai sumbu vertikal adalah pendapatan dari sebagai
sumbu horizontal adalah kuantitas). Jika kita mempergunakan konsep elastisitas, maka
Kurva Engel tiada lain memperhatikan permintaan terhadap pendapatan. Jadi Kurva
Engel atau elastisitas permintaan-pendapatan menunjukkan karakteristik suatu barang
terhadap perubahan pendapatan masyarakat, yang dapat diklasifikasikan sebagai barang
normal, inferior, giffen.
116. Derivasi Kurva Permintaan dari Kurva PCC
ICC atau Kurva Engel
menunjukkan karakteristik
suatu barang terhadap
perubahan pendapatan ICC
atau kurva Engel dapat
diklasifikasikan sebagai
barang normal, inferior, dan
giffen.
117. Bentuk Indifference Curve
Bentuk kurva Indiference Curve adalah nonlinier turun dari kiri atas ke kanan bawah dan
cembung terhadap titik nol. Ada beberapa bentuk curve indifference yang lain, seperti
ditunjukkan pada kurva di bawah ini:
1) Kurva indifference yang linear menunjukkan
adanya substitusi sempurna
Untuk mendapatkan barang X lebih banyak
penggantian barang Y dan X dengan jumlah yang
sama Hal ini menunjukkan barang dan Y
mempunyai substitusi yang sempurna.
Pengurangan barang Y sebesar AC sama besarnya
dengan penambahan X sebesar CB.
118. Bentuk Indifference Curve
2) Kurva Indifference curve yang berupa huruf L
menunjukkan Barang Komplemen
Barang Y ditambah atau dikurangi
tidak bisa digantikan dengan barang X
119. Kritik dan Aplikasi Pendekatan Indifference Curve
KRITIK
a) Menggambarkan bentuk kurva IC yang
konveks untuk individu tidaklah mudah.
b) Substitusi barang Y terhadap barang X
yang diakibatkan adanya kenaikan harga
barang X tidak secara otomatis terjadi
karena masih adanya faktor-faktor lain
yang membuat konsumen tetap pada
barang X atau meninggalkan barang X.
c) IC approach tidak dapat digunakan untuk
menganalisis effect advertising, post
behavior of stock.
120. Aplikasi Menghitung Utilitas Konsumen dengan
Fungsi
CONTOH SOAL
Diketahui suatu fungsi utility beserta nilai dari pendapatan harga. Fungsi utility = XY dan
besarnya income (i) =$1.000 Harga barang X (Px)= $10 dan Py = $20. Hitunglah kuantitas
barang X dan barang Y yang mengoptimumkan kepuasan konsumen.
JAWAB
121. Aplikasi Menghitung Utilitas Konsumen dengan Fungsi
JAWAB
6. Jadi barang X yang dibeli sebanyak 20 unit
dan barang Y sebanyak 40 unit.
7. Recheck, apakah ini memenuhi syarat
kedua nilai X dan Y kita masukkan persamaan
garis anggaran (1000-(10.20)-(20.40)).
122. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR TEORI EKONOMI MIKRO
BAB V
PERILAKU PRODUSEN
OLEH KELOMPOK 8 KELAS J
1. AMAR’ATUS LAILA 2. ANGGUN PRATIWI 3. MARCELL WILLARD S
Dosen : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
FEB Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Desember 2022
123. PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB V
PERILAKU PRODUSEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
124. KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
125. PENGERTIAN PERILAKU PRODUSEN
Perilaku
Produsen
1) Dalam teori ekonomi seorang produsen harus
merumuskan dua macam keputusan yang penting, yaitu
1. Berapa output yang harus diproduksi
2. Bagaimana kombinasi faktor produksi yang
hendak dipergunakan.
2) Produksi adalah transformasi atau pengubahan faktor
produksi menjadi barang produksi atau suatu proses di
mana masukan (input) diubah menjadi output.
Faktor produksi dalam pembahasan perilaku
produsen ini adalah land, man, capital, dan skill
(bahan baku, tenaga kerja, modal, dan
keterampilan).
126. PENGERTIAN PERILAKU PRODUSEN
Perilaku
Produsen
3) Perilaku produsen (Producer’s Behaviour) ialah suatu
tindakan seorang produsen untuk mendapatkan
keuntungan yang semaksimum mungkin dengan
menggunakan beberapa input yang dimilikinya.
4) Perilaku produsen ialah suatu tindakan seorang
produsen untuk mendapatkan keuntungan yang
semaksimum mungkin dengan menggunakan beberapa
input yang dimilikinya.
127. CONTOH SOAL
Pada saat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya inilah seorang
produsen dikatakan dalam keadaan keseimbangan atau ekuilibrium atau
“ekuilibirum produsen.” Misalkan dalam proses produksi hanya ada dua input,
yaitu labor dan capital
Input
Proses
P1
Proses
P2
Proses
P3
Labor 2 3 4
Capital 3 2 1
128. KONSEP JANGKA WAKTU DALAM PROSES PRODUKSI
Dalam analisis proses produksi terdapat jangka waktu yang dinamakan "jangka
pendek" dan "jangka panjang“. Ukuran jangka waktu tidak sama antara industri satu
dengan industri lainnya. Ada proses produksi yang memerlukan waktu hanya hitungan
jam, ada yang hitungan hari, tetapi ada yang hitungan bulan bahkan tahun.
JANGKA PENDEK
Keadaan proses produksi di mana semua
faktor produksi bersifat variabel. Artinya
jumlahnya dapat diubah-ubah,
Sebesarnya keadaan produksi jangka
panjang merupakan rangkaian saja dari
keadaan produksi jangka pendek.
Jangka waktu yang sedemikian pendek
sehingga perusahaan tidak dapat
mengubah jumlah beberapa sumber
yang digunakan. Hanya satu input yang
bervariabel.
JANGKA PANJANG
129. FUNGSI PRODUKSI
PENGERTIA
N
Produksi adalah kegiatan mengubah input menjadi output.
Biasanya dalam ekonomi dinyatakan dalam fungsi produksi.
Fungsi produksi ialah hubungan teknis antara faktor produksi
dan barang produksi yang dihasilkan dalam proses produksi.
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara input (bersumber
masukan) dengan output (barang-barang atau jasa dihasilkan)
tanpa memperhitungkan harga.
OUTPUT
DAN INPUT
Jumlah output yang dihasilkan suatu perusahaan tergantung
pada Jumlah input yang digunakan. Perusahaan dapat
menaikkan atau mengurangi output dengan menambah atau
mengurangi input yang digunakan, atau karena sumber -
sumber bias. Dikombinasikan dengan berbagai perbandingan
untuk menghasilkan suatu barang, output juga bisa ditingkatkan
dengan menjumlahkan salah satu sumber sedang jumlah
sumber lain yang digunakan tetap tak berubah.
130. FUNGSI PRODUKSI
Output yang dihasilkan oleh perusahaan tergantung pada teknik produksi yang
digunakan. Dengan jumlah input yang tetap, dengan menggunakan teknik produksi
yang lebih efisien, maka output perusahaan akan lebih besar. Semakin kurang efisien
teknik yang digunakan maka akan semakin kecil output yang dihasilkan.
Fungsi Produksi itu menunjukkan bahwa jumlah barang produksi tergantung pada
jumlah faktor produksi yang digunakan. Jadi, barang produksi merupakan variabel
tidak bebas dan faktor produksi merupakan variabel bebas. Secara matematis fungsi
produksi dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑸 = 𝑭 (𝑪, 𝑳 , 𝑩, 𝑺) DIMANA
Q = Output
C = Capital
L = Labor
B = Bahan
Baku
S = Skill
131. HUBUNGAN ANTARA OUTPUT DAN INPUT
Bentuk Fungsi Linear
Bentuk Fungsi
Quadratik
Bentuk Fungsi Cubic
𝑸 = 𝒂 + 𝒃𝑿 𝑸 = 𝒂 + 𝒃₁X + b₂X²
𝑄 = 𝑎 + 𝑏₁X + b₂X² +
b₃X³
Sebagai contoh, fungsi produksi tambak udang menunjukkan jumlah udang yang
dihasilkan dari luas tambak, jumlah bibit yang ditebar, banyaknya makanan dan
obat-obatan yang dipakai, dan jam kerja karyawannya. Hubungan antara output dan
input itu bisa dalam bentuk linier ataupun tidak linier.
132. ANALISIS PROSES PRODUKSI JANGKA PENDEK
Untuk menjelaskan analisis proses produksi jangka pendek dalam teori ekonomi
diungkapkan dengan kurva TP (Total Product), AP (Average Product), dan MP
(Marginal Product). Di mana TP adalah total produksi yang dihasilkan oleh sejumlah
tenaga kerja (labor). AP adalah rata-rata yang dihasilkan oleh seorang tenaga kerja.
MP adalah tambahan hasil produksi apabila menambah satu tenaga kerja (labor).
𝑨𝑷 =
𝑻𝑷
𝑳𝒂𝒃𝒐𝒓
MP = TP₂ - TP ₁
Jika TP berupa fungsi maka turunan pertama TP adalah MP
MP =
𝝏 𝑻𝑷
𝝏 𝑳
133. Hukum Tambahan Hasil yang Semakin Berkurang
(The Law of Diminishing Returns)
Dalam analisis proses produksi jangka pendek ini berlaku Hukum
Pertambahan Hasil yang Semakin Berkurang (Law of Diminishing Returns). Dalam
hubungan produksi jangka pendek, di mana satu faktor produksi bersifat variabel
dan faktor faktor produksi lainnya tetap.
Produksi total akan bertambah terus tetapi dengan tambahan yang semakin
kecil, dan setelah suatu jumlah tertentu akan mencapai maksimum dan kemudian
menurun. Hal ini terjadi karena adanya Hukum Tambahan Hasil yang Semakin
Berkurang (Law of Diminishing Returns).
134. Hubungan Antara Faktor Produksi Tenaga Kerja, Tanah, TP,
AP, dan MP
Tanah Labor TP AP MP
1 0 0 0 -
1 1 3 3 3
1 2 7 3.5 4
1 3 12 4 5
1 4 16 4 4
1 5 19 3.8 3
1 6 21 3.5 2
1 7 22 3.15 1
1 8 22 2.25 0
1 9 21 2.33 -1
1 10 16 1.60 -5
Dari tabel di samping,
hasil yang semakin
bertambah terjadi sampai
pada penggunaan 3 labor.
Mulai labor ke-4, Law of
Diminishing Returns mulai
bekerja Hukum ini juga
disebut dengan Law of
Diminishing Marginal
Physical Product.
135. Hubungan Antara Faktor Produksi Tenaga Kerja, Tanah,
TP, AP, dan MP
Sifat dari produksi marjinal mula-mula meningkat sejalan dengan peningkatan
produksi total (TP), kemudian mencapai titik maksimal pada titik belok dari kurva
yang produksi total (TP), yaitu pada saat peningkatan produksi total menjadi mulai
semakin menurun, dan menurun terus sampai sama dengan nol pada saat produksi
total mencapai titik maksimum.
Secara grafis produksi marjinal (MP) ini
dapat ditunjukkan oleh lereng dan
kurva produksi total (TP), yaitu
ditunjukkan oleh garis singgung pada
setiap titik pada kurva produksi total.
136. Hubungan Antara Faktor Produksi Tenaga Kerja, Tanah,
TP, AP, dan MP
Dari produksi total (TP) itu kita dapat mengetahui pula besarnya produksi rata-rata
tenaga kerja. Pada umumnya tingkat produksi rata-rata ini dipakai sebagai ukuran
tingkat efisiensi penggunaan tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat produksi rata-
rata, semakin efisien pula faktor produksi tenaga kerja yang dipergunakan
Semakin banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, tambahan tenaga kerja
tersebut akan meningkatkan produksi rata-rata. Kemudian tambahan tenaga kerja
selanjutnya sampai pada jumlah tertentu akan menyebabkan produksi rata-rata
mencapai titik maksimum. Kemudian produksi rata-rata (AP) itu menurun terus
dengan tambahan jumlah tenaga kerja lebih lanjut.
Kurva produksi rata-rata (AP) dapat diturunkan dengan cara menarik garis lurus yang
menghubungkan kurva produksi total (TP) dengan titik asal (0). Sebagai misal pada
jumlah tenaga kerja OL1 tingkat produksi total adalah AL sehingga produksi rata-rata
(AP) adalah lereng dari garis lurus OA. Pada jumlah tenaga kerja L1 berarti bahwa
produksi marjinal (MP) lebih tinggi daripada produksi rata-rata (AP).
137. Hubungan Antara TP, AP, dan MP
Hubungan
antara TP,
AP, dan
MP
1) Dalam hubungan produksi jangka pendek, di mana
satu faktor produksi bersifat variabel dan faktor-
faktor produksi lainnya tetap, akan dijumpal suatu
kenaikan produksi total apabila kita menambah faktor
produksi variabel itu secara terus-menerus Produksi
total itu akan bertambah terus tetapi dengan
tambahan yang semakin kecil dan setelah suatu jumlah
tertentu mencapai maksimum kemudian menurun.
2) Hubungan antara AP, MP, dan TP sangat penting untuk
dipahami karena posisinya sangat menentukan kegiatan
produsen dalam melakukan kegiatan usahanya.
138. Hubungan Antara TP, AP, dan MP
Pertama, hubungan antara produksi marjinal (MP) dan produksi total (TP). Pada
saat produksi total (TP) mengalami perubahan peningkatan produksi dari yang
menaik menjadi yang menurun, maka pada saat itu kurva produksi marjinal (MP)
mencapai titik maksimumnya. Kemudian pada saat kurva produksi total (TP)
mencapai titik maksimum, maka kurva MP memotong sumbu horizontal, artinya
produksi marjinal (MP) sama dengan nol.
Kedua, hubungan antara produksi rata-rata (AP) dan produksi marjinal (MP). Pada
saat produk rata-rata (AP) meningkat, produksi marjinal (MP) lebih tinggi daripada
produk rata-rata (AP), dan pada saat produksi rata-rata (AP) menurun produksi
marjinal (MP) lebih rendah daripada produksi rata-rata (AP). Hal ini menunjukkan
bahwa pada saat produksi rata-rata (AP) mencapai titik maksimum produksi marjinal
(MP) sama dengan produksi rata-rata (AP), atau kurva produksi rata-rata (AP)
berpotongan dengan kurva produksi marjinal (MP).
139. Kesimpulan Hubungan Antara TP, AP, dan MP
KESIMPULAN
1) Jika AP semakin bertambah maka MP > AP
2) Jika AP maximum maka MP = AP
3) Jika AP semakin berkurang , maka MP < AP
140. Tahapan Dalam Proses Produksi
Hubungan antara produksi total, produksi rata-rata, dan produksi marjinal itu sangat
berguna untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi. Fungsi produksi
itu dalam tiga tingkatan atau tahap, yaitu tahap I, tahap II, dan tahap III. Tahap I
ditandai dari produksi awal hingga AP yang maximal. Tahap II dimulai dari AP maximal
hingga MP-nya sama dengan 0 (nol). Tahap III ditandai dari TP yang mulai menurun.
TAHAP I
Mulai dari titik asal (0) sampai titik maksimum produksi rata-rata (AP), yaitu
pada saat produksi marjinal (MP) sama dengan produksi rata-rata (AP). Jika labor
ditambah, AP bertambah. Bertambahnya AP ini menunjukkan terjadinya efisiensi
labor. Pada stage (tahap) ini TP juga bertambah.
141. Tahapan Dalam Proses Produksi
TAHAP III
AP dan TP pada tahap ini semakin berkurang dan MP menjadi negatif karena
luas tanah tetap dan labor ditambah terus sehingga terjadi ketidakefisiensian tanah
dan labor. Akibatnya pada tahap ini produksi total (TP) menurun terus.
TAHAP II
Dari titik pada saat produk rata-rata (AP) mencapai titik maksimal sampai pada
saat produksi total (TP) mencapai maksimal atau pada saat produksi marjinal (MP)
sama dengan nol, AP dan MP semakin berkurang tetapi MP masih positif. Hal ini
dikarenakan TP masih terus bertambah. Masih meningkatnya TP karena efisiensi tanah
masih terus bertambah. Dalam suatu proses produksi semakin banyak labor yang
dipakai menyebabkan tingkat efisiensi dari labor semakin berkurang.
Pada jumlah berapa produsen akan menggunakan tenaga kerja dalam
kegiatan produksinya. Tahap I dan Tahap III disebut sebagai tahap yang tidak
rasional dan Tahap II disebut sebagai tahap rasional.
142. PRODUKSI JANGKA PANJANG
PENGERTIA
N DAN JENIS
Produksi Jangka Panjang adalah suatu proses produksi di mana semua faktor
produksi dapat diubah-ubah jumlahnya atau semua faktor produksi bersifat
variabel.
Untuk menjelaskan fungsi produksi jangka panjang kita akan menggunakan apa yang
disebut dengan kurva isoquant (isoproduct atau isoquant).
143. ISOQUANT
PENGERTIA
N
Isoproduk atau isoquant adalah “Kurva yang menunjukkan
berbagai kemungkinan kombinasi teknis antara dua input
yang bervariabel yang menghasilkan suatu tingkat output
tertentu".
OUTPUT TENAGA
KERJA
MESIN
100 10 10
100 20 8
100 30 5
CONTOH KOMBINASI
KEMUNGKINAN PRODUKSI
GRAFIK ISOQUANT
144. SIFAT DARI KURVA ISOQUANT
SIFAT DARI
KURVA
ISOQUANT
1. Cembung ke arah titik origin
3. Kurva isoquant yang terletak di kanan atas
menunjukkan jumlah produksi yang lebih banyak atau
dengan kata lain semakin jauh kurva isoquant ini dari
titik asal menunjukkan semakin tinggi tingkat produksi
barang tersebut
2. Menurun dari kiri atas ke kanan bawah
4. Antara kurva yang satu dengan yang lain tidak dapat
saling berpotongan atau saling bersinggungan
145. MRTS (Marginal Rate Technical of Substitution)
PENGERTIA
N
MRTS adalah sejumlah faktor X yang harus dikompensasi
oleh tambahan faktor Y sehingga tingkat output tidak
berubah. Jadi, tingkat MRTS itu adalah kemiringan
isoquant pada titik khusus.
Besarnya Slope MRTS
Jika terjadi SUBSTITUSI dari kombinasi satu ke lainnya,
menghasilkan rasio K dan L yang bersifat:
𝑴𝑹𝑻𝑺 = −
∆ 𝑲
∆ 𝑳
𝑲𝟏
𝑳𝟏
>
𝑲𝟐
𝑳𝟐
𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑪𝒂𝒑𝒊𝒕𝒂𝒍 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒇
𝑲𝟏
𝑳𝟏
<
𝑲𝟐
𝑳𝟐
𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑳𝒂𝒃𝒐𝒓 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒇
146. BENTUK ISOQUANT LAIN
Bentuk Isoquant Linier Bentuk Isoquant yang Input Output
Menunjukkan tidak adanya substitusi Input
kapital dan labor. Substitusi kapital dan
labor hanya terjadi pada kebutuhan
minimum saja. Setelah itu tidak terjadi
substitusi.
Menunjukkan adanya substitusi input
kapital dan labor adalah SEMPURNA
147. ISO - BIAYA (Isocost)
PENGERTIA
N
"Kurva yang menunjukkan kedudukan dan titik-titik
yang menunjukkan kombinasi barang-barang atau
faktor produksi yang dibeli oleh produsen dengan
sejumlah anggaran tertentu.”
"Kurva yang memperlihatkan berbagai kombinasi dari
sumber-sumber yang dapat dibeli oleh perusahan
dengan harga tertentu dari masing-masing sumber
persatuan dan pengeluaran ongkos yang tertentu
dilakukan oleh perusahaan itu."
148. GAMBAR KURVA ISOCOST
Melihat gambar di samping,
Harga faktor produksi kapital = Pk
Harga labor = Pl
Besarnya dana yang tersedia = M
Kalau semua dana yang ada dibelikan kapital
maka barang kapital yang akan didapat
sebanyak =
𝑴
𝑷𝒌
unit.
Jika semua dana dibelikan labor
maka akan didapat labor sebanyak
𝑴
𝑷𝒍
unit. Jika kedua titik itu
dihubungkan maka akan mendapat
sebuah garis yang disebut dengan
"garis Isocost“.
Slope Kurva Isocost
𝑴
𝑷𝒌
∶
𝑴
𝑷𝒍
=
𝑴
𝑷𝒌
×
𝑷𝒍
𝑴
=
𝑷𝒍
𝑷𝒌
Fungsi TC = 𝑷𝒍 × 𝑳 + 𝑷𝒌 × 𝑲
149. PERUBAHAN ISOCOST
PENYEBAB
1) Harga faktor produksi labor turun atau naik
sedangkan lainnya tetap.
2) Harga faktor produksi kapital turun atau naik
sedangkan lainnya tetap.
3) Jumlah modal (dana) berubah berkurang atau
bertambah.
150. PERUBAHAN ISOCOST
a) Kurva Isocost Berubah Jika Harga Faktor Produksi Labor Turun atau Naik sedangkan
Lainnya Tetap
GRAFIK
151. Pada Dua IC Tidak Saling Berpotongan
Kombinasi di titik A memberikan utilitas sama dengan kombinasi di titik B. Hal ini
disebabkan terletak pada IC2. Kombinasi di titik A memberikan utilitas sama dengan
kombinasi di titik C. Hal ini disebabkan terletak pada IC1. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kombinasi di titik B sama dengan kombinasi yang ada di titik C.
GRAFIK
152. KENDALA ANGGARAN (Budget Contraint)
Untuk mengetahui kombinasi mana yang akan memberikan kepuasan yang maksimal
kepada konsumen dan berbagai kombinasi yang ada pada curve indifference maka perlu
diketahui kombinasi-kombinasi yang mana yang dapat dicapai oleh konsumen
berdasarkan batasan penghasilannya. Garis yang menghubungkan titik kombinasi dari
dua jenis barang yang dapat dicapai oleh konsumen disebut Garis Anggaran (Budget
Line).
BPx . (X) + Py. Y
Jika barang yang
dikonsumsi adalah X
dan Y, maka persamaan
budget line dapat ditulis
sebagai berikut:
KETERANGAN:
• B = Anggaran
• Px = Tingkat Harga X
• Py = Tingkat Harga Y
153. KENDALA ANGGARAN (Budget Contraint)
Cara membuat garis anggaran (budget line) lalah menghubungkan dua titik
kombinasi ekstrem antara barang X dan Y. Kombinasi ekstrem ialah kombinasi yang
terjadi bila pendapatan konsumen seluruhnya dibelikan dengan barang X berarti
barang Y= 0 dan bila pendapatan konsumen dibelikan seluruhnya barang Y berarti
barang X = 0.
CONTOH
GRAFIK
154. KESEIMBANGAN KONSUMEN
Kombinasi yang akan memberikan guna maksimal bagi konsumen atah kombinasi
yang terletak bagi konsumen antara curve indifference dengan kurva anggaran
(budget line).
Kombinasi yang memberikan guna yang maksimal bagi konsumen ialah kombinasi A
karena dengan jumlah uang yang ada konsumen mampu mendapatkan kombinasi
barang terbanyak.
155. KESEIMBANGAN KONSUMEN YANG OPTIMAL
Keseimbangan konsumen terjadi dengan jumlah
uang tertentu mengonsumsi kombinasi barang yang
optimal. Persamaan di atas menunjukkan tempat
keseimbangan, yakni jika rasio marginal utility
terhadap harga dan suatu barang adalah sama.
𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑩𝑳 = 𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑰𝑪
Slope IC = MRS =
𝑴𝑼𝒚
𝑴𝑼𝒙
𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑩𝑳 =
𝑷𝒚
𝑷𝒙
𝑷𝒚
𝑷𝒙
=
𝑴𝑼𝒚
𝑴𝑼𝒙
𝑴𝑼𝒚
𝑷𝒚
=
𝑴𝑼𝒙
𝑷𝒙
BENTUK
PERSAMAAN
156. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
1. Berubahnya Salah Satu dari Harga Barang
Jika harga barang X naik, maka garis anggaran
(budget line) dan indifference curve bergeser ke kiri.
Jika harga barang X turun maka garis anggaran
(budget line) dan indifference curve akan bergeser ke
kanan. Hal ini disebabkan jika harga naik jumlah
barang X yang dapat dibeli berkurang dan jika harga
turun jumlah barang X yang dapat dibeli bertambah.
Bila titik singgung antara garis anggaran (budget line)
dengan indifference curve yang baru dan yang lama
dihubungkan maka garis penghubung itu disebut
price cunsumtion curve (PCC).
Kurva Price Cunsumtion
Curve (PCC)
157. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
2. Berubahnya Pendapatan Konsumen
Meningkatnya pendapatan konsumen
menyebabkan preference konsumen terhadap
barang X dan Y berubah, tidak lagi terletak pada
titik E1 tetapi berubah pada titik E2. Fenomena ini
digambarkan garis anggaran (budget line) dan
indifference curve akan bergeser kiri dan sejajar.
Bilamana pendapatan konsumen turun maka
kedua curva di atas akan bergeser ke kanan dan
sejajar pula. Bila titik singgung antara kurva
anggaran (budget line) dan indefference yang lama
dan yang baru dihubungkan, maka garis yang
menghubungkan kedua titik itu disebut Income
Counsumption Curve (ICC).
Kurva Income
Counsumption Curve (ICC)
158. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan Inferior
Perubahan Harga pada Barang Normal
Dampak perubahan harga ini menyebabkan kurva BL (budget line / garis
anggaran) berubah dari BL1 ke BL2. Konsumen akan membeli barang dengan
jumlah yang lebih banyak jika harga barang itu turun (lebih murah). Perubahan ini
yang disebut dengan efek substitusi (substitution effect).
Efek substitusi dari gambar di atas diperlihatkan berubahnya kombinasi
barang X dan Y yang dikonsumsi konsumen dari titik E1 ke E3 atau sebesar X1-X2.
Substitusi (substitution effect). Efek substitusi dari gambar di atas diperlihatkan
berubahnya kombinasi barang X dan Y yang dikonsumsi konsumen dari titik E1 ke
E3 atau sebesar X1-X2.
159. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan
Inferior
Kondisi ini menyebabkan bergesernya BL2
ke BL3. Dengan daya beli yang meningkat akibat
turunnya harga barang X konsumen membeli
barang X dan Y dengan kombinasi E3 ke E2.
Perubahan kombinasi yang dibeli dari kombinasi E3
ke E2 ini disebut dengan income effect Income
effect dari gambar di atas sebesar X2-X3. Substitusi
efek dan income effect disebut total efek (total
effect), yaitu sebesar X1-X3. Income effect dari E3
ke E2 di atas menunjukkan barang X adalah barang
normal. Hal ini ditunjukkan dengan income effect
dari E3 ke E2.
Dampak Perubahan Harga
Barang Normal
160. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan
Inferior
Perubahan Harga pada Barang Inferior
Semakin murahnya barang X
menghasilkan efek pendapatan yang negatif,
yaitu jumlah barang X yang diminta berkurang.
Perubahan kombinasi dari E1 ke E3 adalah price
efect (efek harga) X1-X3, perubahan dari
kombinasi E3 ke E2 adalah income effect atau
sebesar E3 ke E2 sebesar X3-X2. Jadi total
efeknya adalah sebesar E1 ke EZ atau sebesar X1-
X2.
Dampak Perubahan Harga
Barang Inferior
161. Derivasi Kurva Permintaan dari Kurva PCC
Kurva permintaan adalah keseimbangan
konsumen (keinginan optimal konsumen
untuk membeli suatu barang pada satu
kendala tertentu).
Price Consumption Curve (FCC), yaitu
garis yang menunjukkan keseimbangan
konsumen karena perubahan tingkat
harga, dengan asumsi tingkat
pendapatan tetap.
162. Penggambaran Kurva Engel dari Kurva ICC
Permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan (the demand curve) tergantung apakah
tingkar pendapatan naik atau turun. dapat diterangkan sebagai berikut. Naiknya tingkat
pendapatan akan menggeser BL secara paralel dari BL ke BL1 ke BL2 (perubahan tersebut
ditampilkan pada Gambar slide 59), Selanjutnya keseimbangan konsumen bergeser dan
titik D ke titik E lalu ke titik F. Bila titik-titik D, E, F dapat dihubungkan menjadi 1 garis,
hasil yang diperoleh dikenal sebagai Income Consumption Curve (ICC) yang menunjukkan
keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat pendapatan selama tingkat harga
tetap Pada gambar bagian bawah ditunjukkan bahwa titik D,E,F berlaku pada satu tingkat
harga barang X, sehingga dapat dilihat terjadinya perubahan kurva permintaan.
163. Penggambaran Kurva Engel dari Kurva ICC
Dari kurva ICC ini dapat dibentuk Kurva Engel yang menggambarkan hubungan antara
pendapatan dengan jumlah barang yang diminta (Ernest Engel adalah orang pertama
yang mengamati hubungan perubahan tingkat pendapatan terhadap jumlah barang yang
dikonsumsi. Dalam Kurva Engel, sebagai sumbu vertikal adalah pendapatan dari sebagai
sumbu horizontal adalah kuantitas). Jika kita mempergunakan konsep elastisitas, maka
Kurva Engel tiada lain memperhatikan permintaan terhadap pendapatan. Jadi Kurva
Engel atau elastisitas permintaan-pendapatan menunjukkan karakteristik suatu barang
terhadap perubahan pendapatan masyarakat, yang dapat diklasifikasikan sebagai barang
normal, inferior, giffen.
164. Derivasi Kurva Permintaan dari Kurva PCC
ICC atau Kurva Engel
menunjukkan karakteristik
suatu barang terhadap
perubahan pendapatan ICC
atau kurva Engel dapat
diklasifikasikan sebagai
barang normal, inferior, dan
giffen.
165. Bentuk Indifference Curve
Bentuk kurva Indiference Curve adalah nonlinier turun dari kiri atas ke kanan bawah dan
cembung terhadap titik nol. Ada beberapa bentuk curve indifference yang lain, seperti
ditunjukkan pada kurva di bawah ini:
1) Kurva indifference yang linear menunjukkan
adanya substitusi sempurna
Untuk mendapatkan barang X lebih banyak
penggantian barang Y dan X dengan jumlah yang
sama Hal ini menunjukkan barang dan Y
mempunyai substitusi yang sempurna.
Pengurangan barang Y sebesar AC sama besarnya
dengan penambahan X sebesar CB.
166. Bentuk Indifference Curve
2) Kurva Indifference curve yang berupa huruf L
menunjukkan Barang Komplemen
Barang Y ditambah atau dikurangi
tidak bisa digantikan dengan barang X
167. Kritik dan Aplikasi Pendekatan Indifference Curve
KRITIK
a) Menggambarkan bentuk kurva IC yang
konveks untuk individu tidaklah mudah.
b) Substitusi barang Y terhadap barang X
yang diakibatkan adanya kenaikan harga
barang X tidak secara otomatis terjadi
karena masih adanya faktor-faktor lain
yang membuat konsumen tetap pada
barang X atau meninggalkan barang X.
c) IC approach tidak dapat digunakan untuk
menganalisis effect advertising, post
behavior of stock.
168. Aplikasi Menghitung Utilitas Konsumen dengan
Fungsi
CONTOH SOAL
Diketahui suatu fungsi utility beserta nilai dari pendapatan harga. Fungsi utility = XY dan
besarnya income (i) =$1.000 Harga barang X (Px)= $10 dan Py = $20. Hitunglah kuantitas
barang X dan barang Y yang mengoptimumkan kepuasan konsumen.
JAWAB
169. Aplikasi Menghitung Utilitas Konsumen dengan Fungsi
JAWAB
6. Jadi barang X yang dibeli sebanyak 20 unit
dan barang Y sebanyak 40 unit.
7. Recheck, apakah ini memenuhi syarat
kedua nilai X dan Y kita masukkan persamaan
garis anggaran (1000-(10.20)-(20.40)).
170. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR TEORI EKONOMI MIKRO
BAB VIII
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
OLEH KELOMPOK 8 KELAS J
1. AMAR’ATUS LAILA 2. ANGGUN PRATIWI 3. MARCELL WILLARD S
Dosen : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
FEB Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Desember 2022
171. PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB VIII
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
172. KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
173. BENTUK PASAR PERSAINGAN
Jika sesama produsen/penjual bersaing agar konsumen
membeli produknya dan sesama konsumen bersaing untuk
mendapatkan barang/jasa yang dibutuhkan.
PENGERTIA
N
PASAR
Pengertian pasar secara “FISIK” → Suatu tempat
berkumpulnya para penjual.
Pengertian pasar dalam “Teori Ekonomi” → Tempat
bertemunya pembeli dan penjual yang bersepakat
mengenai harga dan jumlah yang diperjual-belikan,
dengan kata lain terjadinya transaksi jual beli suatu
barang.
PENGERTIA
N
PERSAINGA
N
174. PENGGOLONGAN PASAR SECARA TEORI EKONOMI MIKRO
Ada 4
Golongan
Besar
1) Pasar Persaingan Sempurna
2) Pasar Persaingan Monopolistik
3) Pasar Monopoli
4) Pasar Oligopoli
175. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN
1) PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
No. Ciri – Ciri Keterangan
1. Jumlah Penjual Sangat Banyak.
2. Jumlah Pembeli Sangat Banyak.
3. Kondisi Produk yang Dijual Identik Substitusi.
4. Kekuasaan Menentukan Harga Tidak Ada.
5. Kemungkinan Keluar / Masuk Sangat Tidak Mudah, Tidak Ada Hambatan .
6. Reaksi Rival
Tidak Ada Reaksi Dari Pesaing Jika Terjadi
Perubahan Harga dan Jumlah.
7. Persaingan di Luar Harga Tidak Ada.
8. Contoh Transaksi di Sektor Hasil Pertanian
176. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN
2) PASAR PERSAINGAN
MONOPOLISTIK
No. Ciri – Ciri Keterangan
1. Jumlah Penjual Banyak.
2. Jumlah Pembeli Banyak.
3. Kondisi Produk yang Dijual
Hampir sama tetapi masih bisa dibedakan/beda
corak.
4. Kekuasaan Menentukan Harga Sedikit.
5. Kemungkinan Keluar / Masuk Cukup murah.
6. Reaksi Rival
Hampir tidak ada reaksi dari pesaing jika terjadi
perubahan harga dan jumlah.
7. Persaingan di Luar Harga
Sangat besar, terutama di bidang iklan, mutu, serta
desain.
8. Contoh Perusahaan sepatu, baju, sabun.
177. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN
3) PASAR MONOPOLI
No. Ciri – Ciri Keterangan
1. Jumlah Penjual Satu.
2. Jumlah Pembeli Banyak.
3. Kondisi Produk yang Dijual Tidak ada substitusi yang dekat/sempurna.
4. Kekuasaan Menentukan Harga Sangat besar.
5. Kemungkinan Keluar / Masuk Tidak mungkin.
6. Reaksi Rival
Setiap tindakan berkaitan dengan harga dan
jumlah akan mendapat reaksi dari rival.
7. Persaingan di Luar Harga Memelihara hubungan baik dengan masyarakat.
8. Contoh Kereta api, listrik.
178. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN
4) PASAR OLIGOPOLI
No. Ciri – Ciri Keterangan
1. Jumlah Penjual Sedikit.
2. Jumlah Pembeli Banyak.
3. Kondisi Produk yang Dijual Barang standar/berbeda corak.
4. Kekuasaan Menentukan Harga
Jika tanpa kerja sama sedikit. Tetapi dengan kerja
sama sangat besar.
5. Kemungkinan Keluar / Masuk Hambatan cukup kuat.
6. Reaksi Rival
Karena penjual hanya satu apa yang dilakukan
produsen tidak ada reaksi.
7. Persaingan di Luar Harga
Sangat besar apabila menghasilkan barang
berbeda corak.
8. Contoh Pabrik baja, mobil, sepeda motor, handphone,
179. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
Pasar Persaingan Sempurna adalah Suatu pasar yang terdapat banyak penjual dan
pembeli. Masing-masing penjual dan pembeli tidak dapat memengaruhi harga
pasar. Berapa pun jumlah barang yang diperjualbelikan di pasar, harga akan tetap.
Oleh karena itu, harga pasar digambarkan oleh garis lurus yang sejajar dengan
sumbu horizontal, yaitu sumbu jumlah barang. Dengan demikian, masing-masing
penjual di pasar adalah sebagai pengikut harga pasar atau disebut price taker.
180. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN MURNI/SEMPURNA
1. Jumlah Penjual dan Pembeli Sangat Banyak.
Ciri-Ciri
2. Barang yang Diperjualbelikan Homogen/Identik.
3. Penjual Bisa Keluar Masuk di Pasar dengan
Mudah.
4. Informasi terhadap Pasar Sempurna.
181. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN MURNI/SEMPURNA
1. Jumlah Penjual dan Pembeli
Sangat Banyak
Barang homogen artinya semua jenis
barang yang ditawarkan semua penjual
sama. Jadi, produksi satu penjual
merupakan substitusi yang sempuma
dengan hasil produksi penjual yang lain.
Jadi, pembeli membeli barang dari
penjual satu dengan lainnya akan
mendapatkan barang yang sama.
Masing-masing pembeli maupun
penjual tidak dapat memengaruhi
pasar.
2. Barang yang Diperjualbelikan
Homogen/Identik
182. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN MURNI/SEMPURNA
3. Penjual Bisa Keluar Masuk di
Pasar dengan Mudah
Jika ada konsumen yang mengetahui
harga yang lebih murah, maka konsumen
yang lain juga segera mengetahuinya.
Demikian juga jika ada produsen/penjual
yang mengetahui ada bahan baku yang
harganya lebih murah maka
produsen/penjual yang lain juga segera
mengetahuinya.
Konsumen dengan bebas memilih
dalam pembelian barang tersebut di
pasar. Penjual mudah keluar masuk
pasar artinya baik penjual yang baru
maupun yang lama bebas untuk
masuk atau meninggalkan pasar.
4. Informasi terhadap Pasar Sempurna
183. CONTOH BESERTA KURVA PERMINTAAN
Sebagai akibat dari ciri-ciri tersebut, maka kita dapat menggambarkan kurva
permintaan yang dihadapi oleh perusahaan sebagai penjual atau produsen barang.
Kurva permintaan itu yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang
diminta dan tingkat harga tampak horizontal pada Gambar 8.1.
184. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT HARGA, TR, AR, dan MR
Kita perhatikan dari tabel di slide sebelumnya, perusahaan dalam persaingan
sempurna produsen tidak dapat memengaruhi harga barang per satuan, maka
kurva penerimaan total akan bersifat linier, berbentuk garis lurus, mulai dari titik
asal (0) karena harga adalah konstan maka besarnya P, AR, dan MR mempunyai
nilai yang sama sehingga kurvanya berimpit menjadi satu. Jika digambarkan ke
tiga kurva tersebut seakan-akan hanya satu kurva.
185. PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DAN HARGA
Agar perusahaan mendapatkan laba maksimal atau rugi minimal, harga dan
jumlah produk yang diperjualbelikan ditetapkan dengan kaidah MC = MR. Kaidah
menetapkan harga dan jumlah produk dengan MR = MC dengan syarat informasi
pasar untuk memperoleh nilai MC dan MR bersifat centainty (bisa diperhitungkan).
Sedangkan, kaidah MC = MR dikarenakan MR adalah turunan pertama dari fungsi
TR dan MC adalah turunan pertama dari fungsi TC. Secara matematis nilai turunan
pertama dari suatu fungsi akan menghasilkan nilai tertinggi.
3 Cara
Penentuan
Harga Dalam
Pasar
Persaingan
Sempurna
1) Penentuan harga dalam pasar persaingan sempurna
yang memperoleh laba.
2) Penentuan harga dalam pasar persaingan sempurna
yang memperoleh kerugian yang minimum.
3) Penentuan harga dalam pasar persaingan sempurna
yang memperoleh normal profit (break even income)
186. PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DAN HARGA
1) Penentuan Harga dalam Pasar Persaingan Sempurna yang Memperoleh Laba.
Dari gambar di samping terlihat harga yang
menjamin laba maksimal adalah sebesar
OP1. Dengan harga sebesar OP1 besar TR
adalah OP1KQ1. Sedangkan besarnya TC
adalah OP2LQ1 dan total laba (TR - TC)
adalah sebesar P1P2LK. Besarnya AC
sebesar OP2 dan laba per unit P1P2.
Harga dan Jumlah yang Diproduksi yang
Menjamin Laba Maksimal P = 0P1 dan Q = 0Q1
187. PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DAN HARGA
2) Penentuan Harga dalam Pasar Persaingan Sempurna yang Memperoleh
Kerugian yang Minimum.
Dari gambar di atas terlihat, harga yang
menjamin rugi minimum adalah sebesar
OP1. Dengan harga sebesar OP1 besar TC
adalah OP2KQ1. Sedangkan besarnya TR
adalah OP1LQ1. Total rugi (TR- TC) adalah
sebesar P1P2KL. Besarnya AC sebesar OP2
dan rugi per unit P1P2.
Harga dan Jumlah yang Diproduksi
yang Menjamin Rugi Minimal P = 0P2 dan Q = 0Q1
188. PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DAN HARGA
3) Penentuan Harga Dalam Pasar Persaingan Sempurna yang Memperoleh
Normal Profit (Break Even Income)
Dari gambar di atas terlihat harga yang
menjamin laba normal adalah sebesar OP1.
Dengan harga sebesar OP1 besarnya TC adalah
OP1KQ1. Sedang besarnya TR adalah sama
OP1KQ1. Kita perhatikan perusahaan dalam
pasar persaingan sempurna seperti gambar di
samping, untuk mendapatkan laba normal
perusahaan harus bekerja yang paling efisien.
Terlihat besarnya AC yang paling rendah.
Harga dan Jumlah yang Diproduksi
yang Menjamin Laba Normal
P = 0P1 dan Q = 0Q1
Dengan AC yang Paling Rendah
189. Periode Jangka Pendek dan Jangka Panjang yang Dialami
Perusahaan dalam Persaingan Sempurna
1. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam Periode
Jangka Pendek
Maksud jangka pendek adalah jangka waktu yang demikian pendeknya
sehingga apabila terjadi kenaikan permintaan barang dan setiap produsen
tidak mampu untuk menaikkan produksinya serta tidak cukup waktu bagi
perusahaan perusahaan untuk menambah perusahaan-perusahaan yang
baru.
Dalam jangka pendek perusahaan dalam persaingan sempurna
dapat mengalami tiga hal, yaitu:
a) Mendapat laba super normal.
b) Mendapat laba normal.
c) Menderita kerugian
190. 1. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna
dalam Periode Jangka Pendek
Dalam jangka pendek suatu perusahaaan yang mengalami kerugian masih
mungkin untuk memutuskan tetap berproduksi, meskipun menderita rugi. Akan
tetapi, posisi ekuilibrium yang dipilih yaitu pada saat rugi yang minimum, yaitu
AVC masih bisa tertutup dari hasil penerimaan penjualan, walaupun AFC tidak bisa
tertutup. Dikarenakan kerugian sebesar AFC, baik perusahaan tutup usaha maupun
melanjutkan usaha kondisinya akan sama saja Akan berbeda jika penerimaan
penjualan sudah tidak bisa menutup AFC. Pada kondisi ini perusahaan sebaiknya
tutup usaha. Jika tutup usaha perusahaan masih juga membayar AFC-nya. Jika tidak
tutup usaha perusahaan juga mengalami kerugian sebesar AFC-nya tetapi masih
mempunyai kemungkinan terjadinya perubahan demand terhadap produk yang
diperjualbelikan. Saat ini ditunjukkan oleh harga (P) di bawah SAC, dan di atas SAVC.
Berarti bahwa sebagian dan ongkos tetap (FC) masih bisa ditutup oleh kelebihan P1
atas AVC dan ongkos variabel itu sudah bisa ditutup.
191. 1. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna
dalam Periode Jangka Pendek
Pada harga P = AVC perusahaan tidak perlu tutup usaha karena tutup usaha
dengan melanjutkan usaha kondisi kerugiannya sama, yaitu KL. Titik ini disebut
shortdown point. Hal ini dapat dilihat dengan gambar sebagai berikut
192. Periode Jangka Pendek dan Jangka Panjang yang Dialami
Perusahaan dalam Persaingan Sempurna
2. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam Periode
Jangka Panjang
Maksud jangka panjang adalah jangka waktu yang cukup lama di mana produsen
masih ada kesempatan untuk memperbanyak produksinya untuk dipasarkan atau
masih dapat mendirikan perusahaan-perusahaan baru untuk menaikkan
produksinya apabila terjadi kenaikan permintaan barang.
Jika dalam periode jangka pendek perusahaan yang berada dalam pasar
persaingan sempurna dapat mengalami tiga keadaan, yaitu laba, titik impas, dan
kerugian. Dalam jangka panjang perusahaan-perusahaan hanya mendapatkan
normal profit saja (impas/break even). Masuknya perusahaan baru akan menambah
jumlah produksi (supply meningkat) Bertambahnya jumlah produksi (supply lebih
besar dari demand) akan menyebabkan harga jual turun.
193. Periode Jangka Pendek dan Jangka Panjang yang Dialami
Perusahaan dalam Persaingan Sempurna
2. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam Periode
Jangka Panjang
Dalam jangka panjang mendorong perusahan-perusahaan baru masuk ke dalam
pasar dan perusahaan-perusahaan yang ada ingin menambah produksinya.
Sebaliknya, kalau dalam jangka pendek terjadi kerugian, mendorong perusahaan
- perusahaan mengurangi produksi atau mendorong keluarnya perusahaan-
perusahaan dari pasar.
Tambahnya kapasitas produksi dan masuknya perusahaan-perusahan baru
mengakibatkan bergesernya kurva Supply ke kanan dan harga akan turun. Apabila
turunnya harga ini sudah sampai pada P = LAC maka tiap-tiap perusahaan hanya
akan menerima keuntungan normal saja. Berarti tidak ada dorongan lagi bagi
perusahaan untuk menaikkan produksinya maupun masuknya perusahaan -
perusahaan baru ke dalam industri.
194. 2. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam
Periode Jangka Panjang
Kesimpulannya bahwa dalam jangka panjang perusahaan-perusahaan "selalu” hanya
akan memperoleh keuntungan normal saja dengan MR = MC = AC, pada saat AC
minimum. Perusahaan yang hanya menenima keuntungan normal (normal profit)
dinamakan "Marginal Firm/Marginal or Profitability”, artinya apabila harga turun
sedikit saja perusahaan akan segera keluar dari pasar.
195. Keburukan dan Kebaikan Perusahaan yang Berada
dalam Pasar Persaingan Sempurna
Tidak ada inovasi dan membatasi pilihan konsumen.
Produk yang diperjualbelikan identik dan perusahaan harus bekerja yang paling efisien
agar tidak mengalami kerugian sehingga produk yang diperjualbelikan tidak ada inovasi.
Antara penjual yang satu dengan yang lain produknya sama persis atau identik.
Produk yang homogen ini berakibat membatasi pilihan konsumen.
Konsumen tidak bisa memilih karena masing - masing konsumen tidak kuasa
memengaruhi pasar.
KEBURUKAN
196. Keburukan dan Kebaikan Perusahaan yang Berada
dalam Pasar Persaingan Sempurna
Adanya alokasi sumber daya yang efisien dan adanya kebebasan bertindak.
Persaingan pada perusahaan yang berada dalam persaingan sempurna sangal ketat.
Oleh karena itu , agar tidak mengalami kerugian perusahaan harus bekerja seefisien
mungkin.
Mudahnya perusahaan baru memasuki pasar ini dipersyaratkan pada pasar persaingan
sempurna. Persaingan yang ketat dan mudahnya memasuki pasar berakibat alokasi
sumber daya menjadi eisen dan konsumen dapat memperoleh barang dengan harga
yang kompetitif.
KEBAIKAN
197. CONTOH SOAL
PERHITUNGAN NUMERIK
Perusahaan dalam pasar persaingan sempurna dengan TC = Q² - 4Q +
40 dan P = $20. Ditanya:
a. Apakah perusahaan rugi/laba?
b. Jika harga dinaikkan menjadi $24 apakah jumlah produksi berkurang?
c. Hitung berapa labanya!
199. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR TEORI EKONOMI MIKRO
BAB IX
PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA
Oleh Kel 1 Kelas : J
1. Lola Widia Ningsih 2. Cyndi Salsabila 3. Anggit Farhan
Dosen : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
FEB Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Desember 2022
200. PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB IX
PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
201. KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
202. BENTUK PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK
PENGERTIA
N
Pasar Persaingan Monopolistik → Pasar yang terdapat
banyak penjual dan masing-masing penjual dapat
memengaruhi harga dengan jalan deferensiasi produk.
Adanya ongkos tambahan seperti ongkos advertensi
dan sebagainya merupakan penyebab pasar tersebbut
menjadi berbentuk pasar persaingan monopoli.
Dalam pasar dengan persaingan monopoli terdapat
banyak penjual untuk suatu jenis produk tertentu, dan
produk masing-masing penjual dapat dibedakan dari
produk penjual lainnya.
203. BENTUK PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK
DEFERENSIAS
I PRODUK
Deferensiasi Produk (product differentiation) →
Membedakan dua barang yang sebenarnya sama
sehingga menjadi berbeda.
Caranya dengan promosi, advertensi, perbedaan warna
bungkus, merek, pelayanan yang baik, dan lain
sebagainya.
Misalkan sabun cuci, sabun mandi, rokok kretek, dll.
204. 2 UNSUR MODEL PASAR PERSAINGAN MONOPOLI
1. Unsur Monopoli
Karena jumlah penjual banyak
sehingga tindakan dari seorang
penjual tidak mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap
penjual lainnya.
Karena jenis barang memang
hanya satu macam.
Kurva Permintaannya miring
dari kiri atas ke kanan bawah,
meskipun mendekati horizontal.
2. Terdapat Juga Unsur Persaingan
205. TEORI PERSAINGAN MONOPOLI
Industri Monopoli Persaingan → Bila jumlah penjual cukup banyak sehingga
kegiatan masing-masing penjual tidak mempunyai pengaruh yang nyata pada
penjual yang lain dan begitu juga sebaliknya.
Industri dengan persaingan di mana terdapat perbedaan produk pengolahan
makanan, pakaian pria, tekstil, perusahaan jasa di kota besar, dan lain-lainnya
yang mengakui adanya sedikit unsur monopoli dan perbedaan harga yang
dikenakan oleh berbagai penjual untuk suatu jenis produk tertentu.
Teori Persaingan Monopoli memberikan alat analisis yang baru. Analisis ini sangat
banyak persamaannya dengan Analisis Persaingan Murni. Analisis ini memberikan
gambaran lebih baik tentang:
206. PEMBEDAAN PRODUK
Kurva permintaan yang dihadapi oleh seorang penjual agak miring sedikit ke
bawah dan menyebabkan penjual sedikit banyak dapat mengendalikan harga
produknya.
Biasanya, Kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan sangat elastis dan
dalam batas harga tertentu karena berbagai barang substitusi tersedia bagi
produknya.
Pembedaan produk menyebabkan sebagaian konsumen lebih menyukai produk
penjual tertentu dibandingkan dengan produk penjual lain. Akibatnya:
207. PEMBEDAAN PRODUK
Tak ada harga tunggal yang berlaku untuk produk yang dibedakan dalam seluruh
industri. Penjual yang berlainan akan menerima harga yang berlainan tergantung
pada penilaian konsumen mengenai mutu berbagai produk yang dibedakan.
Kurva yang dihadapi penjual sangat elastis sebab banyak barang substitusi lain
yang hampir sama atau perbedaannya hanya sedikit sekali dan dapat menggantikan
barang pertama tersebut.
Pembedaan produk membuat unit produk yang dijual tidak sama dengan unit
produk penjual lain. Akibatnya:
208. PASAR PERSAINGAN MONOPOLI DALAM JANGKA PENDEK
1. Pada suatu saat perusahaan akan menerima keuntungan
lebih / menerima kerugian / hanya menerima keuntungan
normal saja.
Ciri-Ciri
2. Pada Pasar Persaingan Monopoli, Barang Heterogen
sehingga semua produsen juga tidak akan menetapkan
harga yang sama.
3. Pasar Persaingan Sempurna, Barang Homogen sehingga
semua produsen menetapkan harga pasar yang sama.
4. Selama tidak ada dua perusahaan yang menjual barang
yang persis sama maka harga-harga juga tidak akan sama di
dalam satu industri/pasar.
209. PASAR PERSAINGAN MONOPOLI DALAM JANGKA PANJANG
1. Terjadi dua kemungkinan penyesuaian jalan masuknya
perusahaan baru ke dalam industri, yaitu terbuka dan tertutup.
Ciri-Ciri
2. Apabila perusahaan – perusahaan dalam persaingan ini
mengalami keuntungan lebih, maka akan mendorong
masuknya perusahaan – perusahaan lain.
3. Untuk masuk ke dalam industri/pasar, perusahaan yang telah
ada harus menambah kapasitas produksinya.
4. Apabila semua barang merupakan barang substitusi yang baik,
maka pasar akan dibagi - bagikan diantara perusahaan yang
ada. Berarti, Kurva permintaan penjual perseorangan akan
bergeser ke kiri.
210. BENTUK KURVA DEMAND DAN MR DARI PERUSAHAAN
PERSAINGAN MONOPOLISTIK
Dengan adanya produk deferensiasi yang semakin besar berarti akan menaikkan
ongkos total, berarti kurva AC dan MC akan bergeser ke atas → Increasing Cost
Industry
Apabila ini berjalan terus menerus maka kelama-lamaan sampai seluruh
keuntungan lebih yang mula-mula dinikmati masing-masing perusahaan akan
habis.
Bentuk kurva demand dari perusahaan monopolistik berada di antara perusahaan
monopoli dan persaingan sempurna.
Pada Persaingan Sempurna → Bentuk kurva demand horizontal / elastis
sempurna.
Kurva demand dari perusahaan monopolistik → elastis. Kemiringannya di antara
kedua kurva demand dari monopoli dan persaingan sempurna.
212. TIGA KONDISI YANG BISA DIALAMI PERSAINGAN
MONOPOLISTIK
Dalam Jangka Pendek
Perusahaan Dalam Persaingan
Monopoli Dapat Mengalami 3
Hal
1.
Mendapat Laba
Supernormal
2.
Mendapat Laba
Normal
3.
Menderita
Kerugian
213. TIGA KONDISI YANG BISA DIALAMI PERSAINGAN
MONOPOLISTIK
1. Perusahaan Dalam Persaingan Monopolistik Yang Mendapat Laba
Supernormal
Dari gambar di samping, harga dan output
yang menjamin laba maksimal dengan
menggunakan kaidah MR = MC. Pada
kaidah MR = MC harga jual produk sebesar
OP1 dan output yang dijual sebanyak OQ1
dan besarnya laba P1P2LK.
214. TIGA KONDISI YANG BISA DIALAMI PERSAINGAN
MONOPOLISTIK
2. Perusahaan Dalam Persaingan Monopolistik Yang Mendapat Laba Normal
Dari gambar di samping, Kaidah MR = MC
adalah kaidah guna menetapkan harga dan
output yang menjamin laba maksimal. Pada
kaidah MR = MC harga jual produk sebesar
OP1 dan output yang dijual sebanyak OQ1
dan besarnya TC = TR, yaitu sebesar
OP1KQ1.
215. TIGA KONDISI YANG BISA DIALAMI PERSAINGAN
MONOPOLISTIK
3. Perusahaan Dalam Persaingan Monopolistik Yang Menderita Kerugian
Kaidah MR = MC adalah kaidah guna
menetapkan harga dan output yang menjamin
laba maksimal, laba yang maksimal tetapi kalau
rugi kerugian yang minimal. Pada kaidah MR =
MC, Harga jual produk sebesar OP2, biaya rata-
rata (AC) OP1. AC lebih besar dari penerimaan
rata-rata (AR). Kerugian yang minimal ini
output/jumlah produksi yang harus dijual
sebanyak OQ1 dan besar TC (OQ1KP1) dan TR
(OQ1LP2)
216. AKIBAT PERSAINGAN MONOPOLI TERHADAP OUTPUT DAN
HARGA
1) Perubahan Harga Berakibat Perubahan
Permintaan Yang Besar.
ADA 4
2) Efisiensi Masing – Masing Perusahaan.
3) Promosi Penjualan.
4) Jenis Produk Yang Tersedia.