Proses penetasan telur ayam meliputi pengolahan telur tetas, pengaturan suhu dan kelembapan di setter dan hatcher, transfer telur ke hatcher, pengelolaan mesin hatcher, dan pengangkatan DOC. Faktor-faktor seperti suhu, kelembapan, sirkulasi udara, dan sanitasi mempengaruhi hasil penetasan.
2. KELOMPOK 2
Teknologi Penetasan Th 2017/2018
Tri Doni Saputra - 1514141009
Dinda Maisyaroh - 1514141011
Aang Suhendra - 1514141040
Ede Sutisna - 1414141025
Lusia Komala Widiastuti - 1514141010
Viesta Septi Dyana - 1514141017
3. PENGOLAHAN TELUR TETAS
• Pada hatchery skala besar kondisi telur tetas harus diketahui sehingga
dapat tentukan proses inkubasi yang tebat.
Hal yang perlu diketahui
Jenis
telur
Sumber
telur
Status
kesehatan
flock
Usia induk di
kandang
Koleksi telur
tetas di
kandang
Lama
koleksi
Jumlah telur
tetas yang
dikirim
4. •Hal-hal tersebut perlu diketahui guna mengetahui
tindakan antisipasi sanitasi selama proses, mulai dari
terminal, setter, hatcher, dan pada DOC.
•Sanitasi telur tetas dilakukan pnyemprotan
desinfektan (H202) pada saatserah terima di terminal
dan diulang lebih merata pada saat seleksi per egg
tray, kemudian telur tetas difumigasi
5. Agar fumigasi terlaksana dengan efektif
• Konsentrasi formaldehyde dalam formalin 40%
• Suhu ruang fumigasi 27-29oC
• Kelembapan ruang 70-75%
• Volume ruang dan jumlah telur dan dosis fumigasi (PK 60g + formalin
+ 20cc untuk ruang 2.83cm)
• Waktu fumigasi 15-20 menit
• Sistem sirkulasi serta exhaust fan yang baik
6. Beberapa hal yang penting dalam pemilihan
telur tetas:
a) Bobot telur
b) Bentuk telur
c) Kualitas dan kebersihan kerabang
d) Rongga udara
e) Umur telur tetas
7. • Setelah seleksi fisik, telur tetas dimasukan ke dalam egg holding
(cooling room) untuk menunggu jadwal masuk ke dalam setter.
• Penyimpanan telur tetas sebaiknya dilakukan di ruang bersuhu
rendah (18.3oC), dan kelembapan 75-80%
• Waktu simpan telur tetas yang baik maksimal 7 hari, agar tidak
berdampak negative terhadap daya tetas dan menyebabkan
bertambahnya waktu yang diperlukan untuk menetas
8. Pengaturan suhu dan kelembapan di dalam
cooling room
Lama penyimpanan (hari) Suhu (oC) Kelembapan (%) Posisi bagian tumpul
telur
1 – 3 19 -- 21 75 – 77 Di atas
1 – 4 14 – 16 77 – 80 Di atas
8 -- 14 11 – 12 80 -- 82 Di bawah dan perlu
turning
9. hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan
setting telur tetas (hatching egg)
• Melakukan sanitasi
• Posisi telur tidak terbalik
• Telur kotor dan retak harus diafkir
• Pengkodean kandang, tanggal produksi, kode stting harus benar
• Telur tetas dikelompokan per mesin, berdasarkan strain, tipe bulu, usia induk,
kandang dan lama koleksinya
10. • Sebelum setting, turning dipastikan sudah dalam posisi netral
• Egg buggy dimasukkan satu per satu untuk di-setting
• Waktu setting mesin chick master multy stage fix rack 40m3nit
(15.552butir)
• Posisi egg tray dipastikan sudah tepat
• Setelah setting, egg buggy harus diserahkan ke ruang pencucian
untuk dicuci
• Selama bekerja diruangan setter pintu selalu dalam keadaan tertutup
11. PENGELOLAAN MESIN SETTER
Mesin tetas
Mesin setter
(inkubasi)
Mesin hatcher
(menetaskan)
1 – 18 hari
18/19 – 21
(menetas)
12. Faktor yang mempengaruhi penetasan
• SUHU
• Sangat mempengaruhi perkembangan embrio. Suhu rendah embrio
tumbuh lambat selama diinkubasi, dan sebaliknya. Pengaturan set
point harus selaras dengan kelembapan
• Pada mesin tetas tanpa kipas suhu ideal 39-40.5oC sedangkan mesin
yang dilengkapi dengan kipas 37-37.5oC
13. • KELEMBAPAN
• Kelembapan (RH) pada setter sangat digunakan untuk mengontrol
weight loss pada telur. Menurut Sudaryani dan Santosa (1999),
kelembapan di setter adalah 52-55%, sedangkan menurut Nuryati,
dkk. (2000), kelembapan ideal dalam penetasan telur ayam hari ke-1
hingga ke-18 adalah 55-60%.
• Untuk daerah tropis seperti Indonesia, umumnya digunakan set point
wt bulb 50-55% untuk mencapai wight loss ideal (12-14%)
• Faktor yang mempengaruhi weight loss : bobot haching egg (HE),
umur induk, lama koleksi HE dalam sooling room, set point wet bulb,
waktu transfer, kualitas kerabang telur.
14. • TURNING (PEMUTARAN TELUR)
• bertujuan agar embrio dapat memanfaatkan seluruh
albumen protein yang tersedia dan mencegah menempelnya
embrio pada sel membrane, khususnya pada minggu
pertama inkubasi.
• Idealnya turning dilakukan setiap jam sekali dengan sudut
kemiringan 45o dengan system automatic electric.
15. • SIRKULASI UDARA
• Kebutuhan oksigen didalam mesin tetas sekitar 21% dan
setiap penurunan 1% oksigen dapat menurunkan hingga 5%
daya tetas telur. Sirkulasi udara dalam setter diatur dengan
adanya ventilasi yang berfungsi untuk mempermudah
gerakan udara atau oksigen dalam mesin dan
mendistribusikan panas secara merata.
16. •Penanganan Telur busuk
Telur busuk menurunkan daya tetas dan kualitas DOC
Langkah untuk memperkecil adanya telur busuk
a. Menghindari telur kotor masuk ke setter
b. Pada ruang tidak representaif telur tetas harus ditangani di bawah 2
jam
c. Melakukan spray HE dengan dosis yang benar
d. Larutan desinfektan dibuat untuk sekali pakai
e. Fumigasi HE dilakukan sesuai standar operasi (SOP)
f. Telur busuk segera dikeluarkan
17. •Prewarming
• Prewarminga yaitu perlakuan atau pengenalan atau adaptasi telur terhadap suhu
inkubasi.
• Manfaat prewarming
a. Telur menetas lebih cepat dalam udara hagat
b. Menghemat pemakaian energi listrik
c. Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mnegmbalikkan setter ke suhu operasional
normal
d. Mampu menaikkan daya tetas
• Kerugian prewarming
a. Kemungkinan terjadinya kontaminasi
b. Tidak seragamnya waktu menetas
c. Meemerlukan tenaga kerja dan kemungkinan adanya telur retak dan pecah saat
pengerjaan
18. Pengontrolan setter
• Dilakukan setiap 3 jam sekali yang meliputi pemeriksaan:
a. Display panel dry bul dan wet bulb
b. Fungsi alarm
c. Pengaman termostat
d. Kerja turning
e. Posisi egg tray pada rak triplat
f. Sumbu kelmbaban
g. Kipas
h. Bukaan cooling valve
i. Nozzle dan kondisi nozzle
19. C. Transfer Telur
• Merupakan kegiatan memindahkan telur tetas dari mesin setter ke mesin
hatcher yang sekaligus melakukan pemisahan telur infertile dengan telur
fertil
• Waktu transfer
Dilakukan pada umur 18-19hari
Tujuan waktu transfer
a. Pencapaian weight loss yang tepat sesuai telur yang di setting
b. Tidak ada telur pipping atau menetas di setter
c. Pelaksanaan transfer tidak berbenturan dengan persiapan mesin hatcher
d. Kemudahan pengaturan kerja
20. • Hal-hal yang perlu diperhatikan saat transfer
a. Suhu ruang hatcher 25—280C
b. Meja candling berfungsi dengan baik dan dalam kondisi bersih dan
kering
c. Telur diambil dengan hati-hati dan kodenya sudah benar, dan
pengambilan telur dilakukan per egg buggy
d. Selama pengambilan telur di setter, pintu harus selalu tertutup
e. Hindari tiupanatau terpaan udara dingin langsung mengenai telur
f. Pada saat berlangsung candling dimeja perlu diperhatikan apakah
ada telur yang terbalik atau retak ikut tersetting
21. D. Pengelolaan mesin hatcher
Suhu
Suhu ruangan hatcher berkisar 25—270C. Suhu yang lebih rendah menjelang
akhir penetasan yang berguna untuk:
a. Mengurangi pemakaian oksigen dan mengurangi produk CO2
b. Menurunkan frekuensi bernafas
c. Menambah panjang tarikan napas sehingga meningkatkan daya tetas
Kelembaban
Kelembaban di mesin hatcher 55-60 %. Stelah beerapa telur mulai pipping
dan menetas kelembaban dinaikkan menjadi 60-75 %
22. • Ventilasi
Ventlasi yang tepat di dalam hatcher merupakan faktor yang penting
karena di mesin hatcher produksi panas dan CO2 oleh embrio sangat
tinggi. Direkomendasikan konsentrasi CO2 pada kisaran 0,1 – 0, 3 %
Fumigasi dan penguapan
Setelah transfer telur selesai fumigasi segera dilakukan dengan
kekuatan 1 kali dosis dengan tujuan memindahkan mikroba yang ada
pada telur, mesin, dan peralatan penunjang.
Penguapan formalin dilakukan pada saat telur mulai menetas 10%
yang ditujukan untuk pewarnaan bulu agar menjadi kuning cerah dan
meminimalkan mikroba.
23. • Perawatan hatcher
a. Mesin hatcher yang beroperasi diperika setiap jam yang meliputi kontrol
fungsi alarm, pencatatan suhu, sumbu dan kelembaban serta kontrol
kondisi DOC menjelang panen
b. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh basket hatcher dan dipastikan tidak
ada yang bocor
c. Pada saat mesin kosong, tempat termostat diperiksa daam kondisi bersih
dan kering
d. Dinding dalam dan luar serta atap mesin hatcher harus selalu bersih dan
kering
e. Nampan penadah air dan kelembaban yang ada paada mesin hatcher
diperhatikan jangan sampai ada yang bocor
f. Tidak boleh terdapat fluff pada lubang exhaust mesin
g. Dinding harus selalu bersih, kering dan tidak boleh ada fluff
24. E. Pull chick
Yaitu kegiatan pada saat telur tetas berubah menjadi anak ayam (DOC).
Kriteria dan syarat dilakukan pull chick
a. Semua telur secara keseluruhan sudah menetas
b. DOS sebaiknya dipanen ketika masih 5% basah di sekitar bulan
leher
c. Pusar sudah menutup rapat dan kering
d. DOC bernafas normal dan tidak terengah-engah
e. Pegang dan rasakan kondisi perut DOC, apakah yolk terserap
dengan baik. Kondisi perut yang normal adalah tidak
kempes/lembut dan tidak keras, akan tetapi kenyal-kenyal.
25. • Waktu pull chick
• a. Masa inkubasi normal untuk telur broiler di daerah tropis 498-501 jam
sedangkan layer adalah 504-506 jam
• Kontrol secra berkala kondisi DOC, khususnya pada 4-6 jam menjelang
waktu normal
• Turning waktu pull chick yang tepat akan memengaruhi jumlah culled chick
dan kualitas DOC
• Terlambat mengangkat anak ayam mengakibatkan DOC yang menetas dini
menjadi kekurangan cairan
• Anak ayam yang baru menetas memerlukan waktu istirahat 12 jam.
Analisa culled chick
pada saat memindahkan anak ayam, pada hatcher terdapat beberapa telur
tidak menetas. Telur-telur itu dikumpulkan dan dihitung jumlahnya
26. Macam-macam telur yang tidak menetas:
a. Mati dalam shell;
b. Telur busu (tetapi tidak melerus);
c. Telur retak pada saat pelaksanaan transfer, karena handling yang kasar;
d. Telur infertile;
e. Telur pipping (mati atau hidup);
f. Telur late.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat seleksi dan grading DOC:
a. Box-box DOC diletakkan sedemikian rupa sesuai denagn mesin dan asal kandang;
b. Jarak antar tumpukan DOC dibuat agar sirkulasi udara lebih lancar;
c. Meja seleksi digunakan agar mudah mengamati dan mengambil DOC yang akan diseleksi;
d. Fan sirkulasi diletakkan di tengah atau antar baris-baris tumpukan box-box DOC agar sirkulasi
udara lebih lancar dan merata ke semua box;
e. Seleksi dan grading DOC dilakukan denagn hati-hati;
f. Seleksi dan grading dilakuakn berdasarkan kelompoknya secara untas, dan per mesin, per flock
dan per kandang;
g. Pemeriksaan secara berkala dilakukan terhadap hasil seleksi operator grading yang sudah
dipacking, meliputi : akurasi jumlah, kondisi fisik DOC dan limbah atau ikutan kerabang telur.
27. Tanda-tanda DOC yang berkualitas baik:
a. Pusarnya kering dan tertutup dengan baik;
b. Mempunyai sisik kaki yang berwarna kuning cerah dan tidak kering, sikapnya lincah,
responsif dan warna bulu tidak kusam;
c. Besarnya relatif seragam (37—45 g);
d. Tidak cacat fisik;
e. Mata cerah terang;
f. Nostril bersih dan tidak ada bulu-bulu kecil menempel;
g. Cepat beradaptasi dengan lingkungan.
Indikator lain yang digunakan untuk mengamati keadaan DOC:
a. Tingkat mortalitas/kematian terutama sampai dengan minggu pertama setelah
menetas;
b. Mempunyai ND, IB, IBD, dan AE;
c. Tidak mengandung bibit penyakit yang ditularkan secara vertikal, misalnya Salmonella
pullorum, dan mycoplasma.
28. Sampling DOC
Sampling bobot badan DOC dilakukan dan masing-masing mesin, flock
dan kandang khususnya pada setiap perubahan usia produksi.
a. Usia awal produksi (25—30 minggu);
b. Usia 31—35 minggu;
c. Usia di atas 35 minggu.
Pelaksanaan pengambilan sample bobot DOC secara rutin:
a. Timbang DOC per ekor untuk masing-masing flock sebanyak 100
ekor;
b. Timbang DOC per box @ 102 untuk masing-masing mesin 5 box.
29. Sexing
Sexing adalah memisahkan DOC jantan dan betina melalui feather (bulu)
untuk broiler. Sexing dapat dilakukan melalui warna bulu, dan pemeriksaan
vent pada kloaka.
Aplikasi sexing bentuk bulu:
Male (jantan):
a. Bulu pelindung/penutup selalu lebih panjang dan paad bulu primer;
b. Bulu primer dan bulu coverts sama panjang;
c. Bulu coverts sedikit lebih panjang dari bulu primer;
d. Bulu coverts jelas terlihat lebih panjang dari bulu primer female (betina);
e. Bulu coverts selalu lebih pendek dari bulu primer;
f. Bulu primer sedikit lebih panjang (1/2 –3/4) dan bulu coverts.
30. Debeaking
Debeaking adalah suatu upaya peniadaan atau pemotongan bagian ujung teruncing paruh anak
ayam yang bertujuan untu:
a. Menghindari kanibalisme;
b. Efisiensi penggunaaan ransum.
Distribusi DOC
Pendistribusian DOC per pelanggan harus ditentukan dengan mengambil dari satu kelompok saja
sehingga DOC yang diterima oleh pelanggan relatif seragam.
Pedoman pengelompokkan DOC per pelanggan:
a. Dari satu strain dan tipe pertumbuhan bulu yang sama;
b. Dari satu mesin;
c. Dari flock yang sama;
d. Dari usia in duk yang sama;
e. Diharapkan satu pelanggan satu grade;
f. Dari DOC yang dipanen bersamaan.
31. Status atau kondisi DOC yang perlu mendapat perlakuan tersebut:
a. DOC silver turuna perlu injeksi dengan antibiotik dan cairan injeksi
(0,4 ce/dosis);
b. Pengiriman DOC ke luar pulau perlu tam bahan feed additive;
c. Pengiriman DOC dengan jarak tempuh kendaraan 12 jam perlu
tambahan feed additive;
d. DOC silver dan HE produksi awal minggu pertama betelur perlu
dipertimbangkan untuk diinjeksi antibiotik;
e. DOC yang menginap pada saat pengiriman karena tidak laku dan
akan dikirim besoknya perlu tambahan feed additive.
32. Suhu, kelembaban dan ventilasi pada saat pengiriman.
Administrasi
Pengiriman DOC melalui udara
Beberapa hal yang penting diperhatikan:
a. Ukuran box tidak boleh kurang dari 46x61x18 cm, bila suhu lingkungan di atas 21 C ,maka hanya
dapat diangkut 85 ayam/box standar, tetapi bila suhu lingkungan di bawah 21 C dapat diangkut
100 ekor/box standar;
b. DOC harus berada di bnadar 3 jam sebelum jadwal keberangkatan;
c. Diusahakan tidak ada penerbangan transit;
d. Pada kapal penumpang, perlu dilakukan pemeriksaan fasilitas pengangkutan DOC yang dimiliki;
e. Pada kapal barang, perlu diperhatikan bahwa maksimumb pengangkutan adalah 100 box,
digunakan pallet saat memuat box DOC, dan dilakukan pemeruksaan pada barang lain yang
diangkut supaya tidak mengganggu DOC;
f. Diinformasikan pada pilot tentang adanya DOC dalam kapal tersebut;
g. Penempatan DOC sedemikian rupa sehingga DOC nyaman, ( tidak melebihi 8 tumpukan, tidak
ditutup dengan terpal, tidak terkena sinar matahari langsung, tidak, hindarkan box basah, dan
lembab, dan lain-lain)