Implementasi CSR PT. Unilever Indonesia melalui Program Jakarta Green and Clean dalam Mengatasi Permasalahan Sampah di DKI Jakarta tahun 2006-2010. (Studi Kasus: Kelurahan Malaka Sari, Jakarta Timur dan Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur)
This research focuses on the efforts that have been made by PT Unilever Indonesia through Unilever Indonesia Foundation in Jakarta Green and Clean program to solve the waste problem in DKI Jakarta. The CSR activity is considered to be important because, in its business practices, PT Unilever Indonesia is one of Indonesia’s company that manufactures using packing, in the end, all the packs ended up being waste that could damage and contaminate the environment. In an attempt to overcome the problems of waste, Unilever Indonesia Foundation did a program named Unilever Green and Clean. In its development, Unilever Green and Clean program implemented in various cities one of them in DKI Jakarta by name Jakarta Green and Clean, and emphasize its activities on efforts to reduce the volume of waste by introducing the Waste Bank and Trashion. The problem of waste that happened in DKI Jakarta could not be handled only by the government but required others party to contribute to addressing the problems of waste.
In this research, the theories that will be used are theories of International Relations, Pluralism, Multinational Corporations, CSR, Citra Theory, Stakeholder, Community Development, and also the integrated solid waste management. The method used in this study is a qualitative method and type of research is descriptive.
This study concluded that the implementation of CSR PT Unilever Indonesia through Jakarta Green and Clean program has succeeded in reducing the amount of waste. Also used as value-added goods such as compost and various creations such as bag, umbrella, wallet. Jakarta Green and Clean program can make a positive impact on the beneficiaries, such as community empowerment, education, and change behavior.
Ähnlich wie Implementasi CSR PT. Unilever Indonesia melalui Program Jakarta Green and Clean dalam Mengatasi Permasalahan Sampah di DKI Jakarta tahun 2006-2010. (Studi Kasus: Kelurahan Malaka Sari, Jakarta Timur dan Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur)
Fase A_Cerdik Olah Sampah Plastik nw.pptxDindaDwi25
Ähnlich wie Implementasi CSR PT. Unilever Indonesia melalui Program Jakarta Green and Clean dalam Mengatasi Permasalahan Sampah di DKI Jakarta tahun 2006-2010. (Studi Kasus: Kelurahan Malaka Sari, Jakarta Timur dan Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur) (20)
Pengambilan Keputusan mata kuliah sistem informasi manajemen
Implementasi CSR PT. Unilever Indonesia melalui Program Jakarta Green and Clean dalam Mengatasi Permasalahan Sampah di DKI Jakarta tahun 2006-2010. (Studi Kasus: Kelurahan Malaka Sari, Jakarta Timur dan Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur)
1. Universitas Katolik Parahyangan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A
SK BAN-PT No: 027/BAN-PT/AK-XII/S1/IX/2009
Implementasi CSR PT. Unilever Indonesia melalui
Program Jakarta Green and Clean dalam Mengatasi
Permasalahan Sampah di DKI Jakarta tahun 2006-2010.
(Studi Kasus: Kelurahan Malaka Sari, Jakarta Timur
dan Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur)
Skripsi
Oleh
Luqman Pradityo
2009330174
Bandung
2013
2. Universitas Katolik Parahyangan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A
SK BAN-PT No: 027/BAN-PT/AK-XII/S1/IX/2009
Implementasi CSR PT. Unilever Indonesia melalui
Program Jakarta Green and Clean dalam Mengatasi
Permasalahan Sampah di DKI Jakarta tahun 2006-2010.
(Studi Kasus: Kelurahan Malaka Sari, Jakarta Timur
dan Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur)
Skripsi
Oleh
Luqman Pradityo
2009330174
Pembimbing
Dr. A. Irawan J. H. M.A.
Bandung
2013
3. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Tanda Pengesahan Skripsi
Nama : Luqman Pradityo
Nomor Pokok : 2009330174
Judul : Implementasi CSR PT. Unilever Indonesia melalui
Program Jakarta Green and Clean dalam Mengatasi
Permasalahan Sampah di DKI Jakarta tahun 2006-2010.
(Studi Kasus: Kelurahan Malaka Sari, Jakarta Timur dan
Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur)
Telah diuji dalam Ujian Sidang jenjang Sarjana
Pada Selasa, 18 Juni 2013
dan dinyatakan LULUS
Tim Penguji
Ketua Sidang merangkap anggota
Giandi Kartasasmita S.Ip, M.A. ……………………………………
Sekretaris
Dr. A. Irawan J. H. M.A. ……………………………………
Anggota
Drs. Arie Indra Chandra, M.Si ……………………………………..
Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Mangadar Situmorang, Ph.D
4. Pernyataan
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Luqman Pradityo
NPM : 2009330174
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Judul : Implementasi CSR PT. Unilever Indonesia melalui
Program Jakarta Green and Clean dalam Mengatasi
Permasalahan Sampah di DKI Jakarta tahun 2006-2010.
(Studi Kasus: Kelurahan Malaka Sari, Jakarta Timur dan
Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur)
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya tulis ilmiah
sendiri dan bukanlah merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar akademik oleh pihak lain. Adapun karya atau pendapat pihak lain yang
dikutip, ditulis dengan sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.
Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan bersedia menerima
konsekuensi apapun sesuai aturan yang berlaku apabila dikemudian hari diketahui
bahwa pernyataan ini tidak benar.
Bandung, Mei 2013
Luqman Pradityo
5. i
Abstrak
Nama : Luqman Pradityo
NPM : 2009330174
Judul : Implementasi CSR PT. Unilever Indonesia melalui Program Jakarta
Green and Clean dalam Mengatasi Permasalahan Sampah di DKI Jakarta
tahun 2006-2010. (Studi Kasus: Kelurahan Malaka Sari, Jakarta Timur dan
Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur)
Penelitian ini berfokus pada upaya-upaya yang telah dilakukan oleh PT
Unilever Indonesia melalui Yayasan Unilever Indonesia dalam program Jakarta
Green and Clean untuk mereduksi volume sampah di DKI Jakarta. Hal ini
menjadi penting karena pada praktik bisnisnya, PT Unilever Indonesia merupakan
salah satu perusahaan di Indonesia yang memproduksi barang-barang yang
menggunakan kemasan, pada akhirnya kemasan-kemasan ini berakhir menjadi
sampah yang dapat merusak dan mengotori lingkungan. Dalam upayanya
mengatasi permasalahan sampah melalui kegiatan CSRnya, Yayasan Unilever
Indonesia melakukan program yang bernama Unilever Green and Clean. Pada
perkembangannya, program Unilever Green and Clean diterapkan diberbagai kota
salah satunya adalah di DKI Jakarta dengan nama Jakarta Green and Clean dan
memfokuskan kegiatannya pada upaya untuk mereduksi volume sampah dengan
memperkenalkan kegiatan Bank Sampah dan Trashion. Permasalahan mengenai
sampah yang terjadi di DKI Jakarta tidak bisa hanya ditangani oleh pemerintah
saja, akan tetapi diperlukan pihak lain untuk berkontribusi dalam menangani
permasalahan sampah.
Dalam penelitian ini, teori-teori yang digunakan adalah teori-teori
mengenai Hubungan Internasional, Pluralisme, Teori Multinational Corporations
(MNCs), Teori CSR, Teori Citra, Teori Stakeholder, Teori Community
Development, serta konsep pengelolaan sampah yang terintegrasi. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan jenis
penelitiannya adalah deskriptif.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa implementasi CSR PT Unilever
Indonesia melalui program Jakarta Green and Clean telah berhasil mereduksi
jumlah sampah untuk dijadikan barang yang memiliki nilai tambah seperti
kompos dan aneka kreasi, seperti dompet, tas, dan payung. Program ini dapat
memberikan efek yang positif kepada masayarakat penerima program berupa
edukasi, pemberdayaan masyarakat, dan perubahan perilaku.
6. ii
Abstract
Name : Luqman Pradityo
NPM : 2009330174
Title : PT Unilever Indonesia Implementation of Corporate Social
Responsibility (CSR) through Jakarta Green and Clean Programme to
Overcome Waste Issues in DKI Jakarta in 2006 - 2010. (Case study:
Malaka Sari Village, East Jakarta and Cipinang Melayu Village, East
Jakarta)
This research focuses on the efforts that have been made by PT Unilever
Indonesia through Unilever Indonesia Foundation in Jakarta Green and Clean
program to solve the waste problem in DKI Jakarta. This is considered to be
important because in its business practices, PT Unilever Indonesia is one of
Indonesia’s company that manufactures good using packing, in the end all the
packs ended up being waste that could damage and contaminate the environment.
In an attempt to overcome the problems of waste, Unilever Indonesia Foundation
did a program named Unilever Green and Clean. In its development, Unilever
Green and Clean program implemented in various cities one of them in DKI
Jakarta by name Jakarta Green and Clean, and emphasize its activities on efforts
to reduce the volume of waste by introducing the Waste Bank and Trashion.
Problem of waste that happened in DKI Jakarta could not be handled only by the
government, but required others party to contribute in addresing the problems of
waste.
In this research, the theories that will be used are theories of International
Relations, Pluralism, Multinational Corporations, CSR, Citra Theory,
Stakeholder, Community Development, and also the integrated solid waste
management . The method use in this study is a qualitative method and type of
research is descriptive.
This study concluded that the implementation of CSR PT Unilever
Indonesia through Jakarta Green and Clean program gas succeeded in reducing
the amount of waste and to be used as value-added goods such as compost and
various creations such as bag, umbrella, wallet. Jakarta Green and Clean
program can make a positive impact to the beneficiaries, such as community
empowerment, education, and change behaviour.
7. iii
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang
berjudul “Implementasi CSR PT. Unilever Indonesia Melalui Program Jakarta
Green and Clean Dalam Mengatasi Permasalahan Sampah di DKI Jakarta (Studi
Kasus: Kelurahan Malaka Sari, Jakarta Timur dan Kelurahan Cipinang Melayu,
Jakarta Timur)”. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dr. Adelbertus Irawan Justiniarto Hartono, Drs., M.A
selaku dosen pembimbing yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan serta bimbingan yang membantu dalam penulisan penelitian
ini hingga selesai. Lalu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan juga mendukung
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah sebagai syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Strata-I (Sarjana) Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Katolik
Parahyangan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan dan kelemahan, serta jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Akhir kata, penulis berharap bahwa
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya serta dapat memperluas
wawasan pembaca.
Terima kasih.
Bandung, Mei 2013
Luqman Pradityo
8. iv
Ucapan Terima Kasih
Dalam penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang terlibat dalam
prosesnya, meskipun tidak terlibat secara langsung akan tetapi tindakan-
tindakan yang mereka lakukan sangat berarti untuk penulis. Maka dari itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya :
1. Pertama-tama saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada Allah
SWT. Syukur yang sebesar-besarnya saya panjatkan atas semua karunia
yang telah diberikan oleh Allah SWT, karena atas segala berkat, rahmat,
izin, kuasa, dan keagungann-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan tepat waktu.
2. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk
kedua orang tua, yaitu Bapak Agus Darmadji dan Ibu Supraptiningsih.
Terima kasih sudah memberikan banyak nasihat, perhatian, dan dukungan,
serta bantuan secara moral dan finansial kepada anak kesayanganmu ini
dari saya lahir hingga sekarang.
3. Kepada dosen pembimbing saya yaitu Dr Albertus Irawan Justiniarto
Hartono Drs., M.A. Terima kasih untuk semua waktu, arahan, petunjuk,
pedoman, wejangan, nasihat, masukan, dan bimbingannya selama saya
mengerjakan skripsi ini yah mas.
4. Kepada dosen penguji saya, Giandi Kartasasmita S.Ip, M.A. dan Arie
Indra Chandra, Drs., M.Si. Terima kasih yah mas sudah memberikan saran
dan kritik yang membangun saat sidang skripsi.
5. Kepada semua dosen di HI UNPAR. Terima kasih atas semua pelajaran
yang telah diberikan selama saya kuliah disini. Terima kasih telah
memberikan saya ilmu tentang Hubungan Internasional dalam berbagai
aspek, tanpa kalian saya hanyalah butiran debu.
6. Kepada semua karyawan administrasi di FISIP UNPAR. Terima kasih
telah memberikan kemudahan untuk saya dalam mengurus urusan
administrasi.
9. v
7. Kepada pihak Yayasan Unilever Indonesia, khususnya Ibu Sylvi Tirawaty
yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan saya terkait
program CSR dibidang lingkungan yang dijalankan oleh Yayasan Unilever
Indonesia. It has been a great oppurtinity to meet you in person and
discuss about my thesis. Lalu, terima kasih juga untuk Ibu Atie yang selalu
sabar membalas e-mail dari saya dan terima kasih telah merancang
pertemuan saya dengan Ibu Sylvi.
8. Kepada pihak kelurahan di Cipinang Melayu dan Malaka Sari, yaitu Ibu
Wahyu dan Bapak Prakoso. Terima kasih sudah membantu saya dalam
memberikan data, ide, dan pandangan tentang implementasi CSR PT
Unilever Indonesia yang dilakukan di kelurahan tersebut. Tanpa bantuan
dari kalian semua, mungkin Bab 4 saya tidak akan bisa jadi. Selain itu,
saya ucapkan banyak terima kasih pada kader-kader lingkungan di
Kelurahan Cipinang Melayu, yaitu Ibu Astin, Ibu Yanti, Ibu Susi, Ibu Rini,
dan Ibu Neni. Terima kasih banyak yah bu karena sudah mau sharing
dengan saya tentang program Jakarta Green and Clean. Semoga
kontribusi ibu-ibu sekalian terhadap lingkungan dibalas sama Tuhan
YME, karena seperti yang kita tahu kebersihan adalah sebagian dari iman.
9. Untuk para sahabat, Chaedar Ambadar, Hady Setiawan, Raditya
Kameshwara, dan Reza Prayudha Aji. Terima kasih selalu memberikan
dukungan dan support kepada saya selama mengerjakan skripsi ini.
Meskipun sekarang kita udah agak jarang ngumpul-ngumpul, but I know
you all guys will always be there.
10. Kepada PHONG! ku, Sylvia Agustine Maharani, Andien Andriani, Jehan
Firrizqi Ananda, Gilang Ramadhan, Karina Mahaya, Tita Marthasari,
Adika Hilman, Hadi Prasetyo, Amelinda Kuntari, Annisa Hendarson, Citra
Sheilla, Faris Afif, Febi Aulia, dan Ali Akbar. Terima kasih untuk saling
support, perhatian, dan saling memberikan semangat dalam menyelesaikan
studi masing-masing. Selain itu, terima kasih juga atas semua pengalaman-
pengalaman, baik suka maupun duka yang telah diberikan. Semoga semua
mimpi dan cita-cita kita bisa terwujud yah teman-teman. Thank you for all
the good and fly times.
10. vi
11. Untuk Patria Adi Nugraha, Gilang Kharisma, Kevina Meilisa, Rini
Rizkiawati, Jessica Indah, dan Maurizka Chairunissa. Terima kasih untuk
selalu mendukung dalam mengerjakan skripsi ini, serta menjadi teman
terbaik selama saya kuliah di Unpar. Thank you for being such a nice and
helpful friends.
12. Untuk Fiani Latifah. Terima kasih yah fi sudah mau menjadi teman
sekaligus sahabat yang menemani saya di awal-awal kuliah sampai
sekarang. Terima kasih juga for being so true and honest. Tak lupa, terima
kasih untuk sharing and quality time-nya.
13. Untuk Cynthia Agustine Maharani. Terima kasih selalu memberi
semangat, memotivasi, dan menginspirasi. Dan Rindra Rahmawati, terima
kasih yah telah bersedia untuk meluangkan waktunya untuk ngerjain
skripsi bareng, terima kasih juga untuk brainstorming, dan sharing-
sharingnya. Sukses buat kalian berdua. God always be with you.
14. Kepada teman-teman POTRET UNPAR! Ahmad Surya Fahruri, Azwimar,
Dewa Ngga, Dini Syafitri, Faisal Adi Maharani, Fredrix Abraham, Kevin
Jonathan, Kidang Emir, Krisna Aditya, Pandya Adidarma, Rangga
Putrawicaksana, Reiyan Khairina, Stella Yovita, dan Yossy Rachmatillah.
Terima kasih yah teman-teman atas kebersamaannya selama ini.
15. Kepada Delegasi Myanmar PRAKDIP 2012, Chakra Pratama, Gilang
Kharisma, Rini Rizkiawati, Jessica Indah, dan Rindra Rahmawati.
Akhirnya kita semua udah sarjana! Jangan pada sombong yah kalo udah
pada sukses. Selalu inget masa-masa sulit yang kita hadapi saat menjalani
rangkaian kegiatan prakdip. :p
16. Kepada HMPSIHI 2011/2012 divisi Hubungan Masyarakat, Nurfitra
Supardi, Patricia Agnes Bonita, Adiarta Sukma Yuninda, Aldi Prima
Putera, Inriana, Tiara Regina Pasha. Kalian semua adalah teman-teman
yang profesional dan kooperatif yang pernah saya temukan. Terima kasih
yah atas semua pengalaman-pengalamannya.
17. Kepada Dokumentasi OPERA, Shafira Ayunindya, Kevina Meilisa,
Meutianda Latrisya, Putri, Tiesa Kinanti, Rio Darmawan, Pandya, Asa,
11. vii
Rezza, Zhira. Terima kasih selalu memberi semangat baik via dunia nyata
ataupun dunia maya. God bless you guys.
18. Untuk teman-teman seperjuangan dibawah bimbingan dari Mas Irawan
tercinta, Olga Nathania, Mirza Naomi, Ardi Pramono, Diana, dan Ajeng.
Akhirnya perjuangan kita selesai juga yah teman-teman. Semoga
selesainya skripsi ini merupakan sebuah awal dari perjalanan menuju
kepada kesuksesan.
19. Teruntuk anak-anak HI 2009! Terima kasih karena telah menjadi teman
yang seru dan partner kerja yang profesional di acara-acara kampus.
Pampam, Itib, Aldi, Dilla, Alia, Aditama, Oma Manda, Angga, Arum,
Dimas, Finka, Kevin, Vito, Atha, Mila, Tecis, Marcella, Nadja, Olga, Paul,
Rindra, Tri, Pritta, Alia, Tazia, Bagus, Alby, Prita, Husin, Leon, dan lain
lainnya yang gak bisa saya sebutkan satu per satu. Sukses terus yah teman-
teman.
20. Dan yang terakhir, saya ucapkan terima kasih untuk “saksi bisu” atas
selesainya skripsi ini, seperti internet, google sebagai sumber informasi,
kafe-kafe yang saya kunjungi sebagai tempat inspirasi, buku dan jurnal
yang saya baca sebagai pusat informasi , dan lagu-lagu yang saya
dengarkan sebagai “teman” selama saya menulis. Sedikit banyak kalian
menyumbang terhadap selesainya skripsi ini. Terima kasih.
12. viii
DAFTAR ISI
Abstrak............................................................................................................i
Abstract..........................................................................................................ii
Kata Pengantar ............................................................................................. iii
Ucapan Terima Kasih.................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
Daftar Gambar............................................................................................. xii
Daftar Bagan............................................................................................... xiii
Daftar Diagram ........................................................................................... xiv
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6
1.2.1 Deskripsi Masalah ............................................................................... 6
1.2.2 Pembatasan Masalah.......................................................................... 10
1.2.3 Perumusan Masalah........................................................................... 10
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................................ 11
1.3.1 Tujuan Penelitian............................................................................... 11
1.3.2 Kegunaan Penelitian.......................................................................... 11
1.4 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 12
1.4.1 Teori Pluralisme ................................................................................ 12
1.4.2 Teori MNC ........................................................................................ 16
1.4.2.1 Teori Ekspansi MNC.................................................................... 16
1.4.2.2 Karakteristik MNC ....................................................................... 18
1.4.2.3 Konsep Struktur Perusahaan......................................................... 18
1.4.3 Teori CSR.......................................................................................... 19
1.4.3.1 CSR dan Pembangunan Berkelanjutan......................................... 22
1.4.3.2 Kegiatan CSR ............................................................................... 24
13. ix
1.4.3.3 Bentuk Pelaksanaan CSR ............................................................. 26
1.4.3.4 Manfaat CSR ................................................................................ 26
1.4.3.5 CSR dan ISO 26000 ..................................................................... 30
1.4.3.6 CSR dan United Nations Global Compact ................................... 32
1.4.3.7 CSR dan Millennium Development Goals ................................... 33
1.4.4 Teori Community Development........................................................ 34
1.4.5 Teori Stakeholder .............................................................................. 36
1.4.6 Teori Citra/Reputasi .......................................................................... 37
1.4.7 Teori Sampah..................................................................................... 39
1.4.7.1 Jenis Sampah ................................................................................ 41
1.4.7.2 Sumber Sampah............................................................................ 42
1.4.7.3 Karakteristik Sampah ................................................................... 42
1.4.7.4 Pengelolaan Sampah..................................................................... 46
1.4.7.5 Integrated Solid Waste Management............................................ 48
1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 50
1.5.1 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 50
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 51
1.6 Sistematika Pembahasan............................................................................. 51
BAB II
Unilever sebagai Multinational Corporations .............................................. 55
2.1 Unilever........................................................................................................... 56
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Unilever................................................. 56
2.1.2 Visi dan Misi Unilever ...................................................................... 61
2.1.3 Tujuan dan Prinsip Bisnis Unilever................................................... 63
2.2 PT Unilever Indonesia.................................................................................... 66
2.2.1 Sejarah dan Perkembangan PT Unilever Indonesia ......................... 67
2.2.2 Visi dan Misi PT. Unilever Indonesia ............................................... 70
2.2.3 Nilai PT Unilever Indonesia.............................................................. 71
2.2.4 Produk-produk PT Unilever Indonesia.............................................. 73
2.3 Yayasan Unilever Indonesia ........................................................................... 75
2.3.1 Latar Belakang Terbentuknya Yayasan Unilever Indonesia ............. 75
2.3.2 Misi, Tujuan, dan Struktur Organisasi Yayasan Unilever Indonesia 77
14. x
2.3.3 Strategi, Konsep, Wujud dan Bentuk Pelaksanaan CSR PT Unilever
Indonesia..................................................................................................... 80
2.3.4 Program CSR Yayasan Unilever Indonesia....................................... 84
BAB III
Permasalahan Sampah di Kelurahan Malaka Sari dan Kelurahan Cipinang
Melayu...........................................................................................................90
3.1 Permasalahan Sampah..................................................................................... 91
3.1.1 Permasalahan Sampah di Indonesia .................................................. 91
3.1.2 Permasalahan Sampah di DKI Jakarta............................................... 94
3.1.2.1 Penyebab dan Dampak Masalah Sampah di Jakarta .................... 98
3.1.2.2 Upaya Pemerintah DKI Jakarta dalam Mengatasi Permasalahan
Sampah .................................................................................................. 103
3.2 Kondisi Umum dan Permasalahan Sampah di Kelurahan Malaka Sari, Jakarta
Timur dan Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur..................................... 110
3.2.1 Kelurahan Malaka Sari, Jakarta Timur............................................ 111
3.2.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Malaka Sari ................................. 111
3.2.1.2 Demografi................................................................................... 112
3.2.1.3 Kondisi Sosial Ekonomi............................................................. 113
3.2.1.4 Kondisi Lingkungan ................................................................... 113
3.2.1.5 Permasalahan Sampah di Kel. Malaka Sari................................ 114
3.2.2 Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur ................................... 115
3.2.2.1 Gambaran Umum Kelurahan Cipinang Melayu......................... 115
3.2.2.2 Demografi................................................................................... 116
3.2.2.3 Kondisi Sosial Ekonomi............................................................. 117
3.2.2.4 Kondisi Lingkungan ................................................................... 118
3.2.2.5 Permasalahan Sampah di Kel. Cipinang Melayu ....................... 119
BAB IV
Implementasi Program Jakarta Green and Clean dalam Mengatasi
Permasalahan Sampah di Kelurahan Malaka Sari dan Kelurahan Cipinang
Melayu........................................................................................................ 121
4.1 Gambaran Umum Program Unilever Green and Clean ................................ 122
4.1.1 Profil Program Unilever Green and Clean ...................................... 122
4.1.2 Pihak yang Terlibat dalam Program Unilever Green and Clean ..... 126
15. xi
4.1.3 Perkembangan Program Unilever Green and Clean........................ 132
4.1.4 Jakarta Green and Clean.................................................................. 138
4.1.4.1 Bank Sampah.............................................................................. 141
4.1.4.2 Trashion...................................................................................... 147
4.2 Implementasi di Malaka Sari, Jakarta Timur ................................................ 150
4.2.1 Implementasi Jakarta Green and Clean ........................................... 150
4.2.2 Proses Pembentukan serta Proses Kegiatan..................................... 152
4.2.3 Proses Monitoring dan Evaluasi...................................................... 155
4.2.4 Faktor Keberhasilan atau Kegagalan Program dan Relevansi dengan
Berbagai Aspek......................................................................................... 157
4.3 Implementasi di Cipinang Melayu, Jakarta Timur........................................ 160
4.3.1 Implementasi Jakarta Green and Clean ........................................... 161
4.3.2 Proses Pembentukan serta Proses Kegiatan..................................... 164
4.3.3 Proses Monitoring dan Evaluasi...................................................... 167
4.3.4 Faktor Keberhasilan atau Kegagalan Program dan Relevansi dengan
Berbagai Aspek......................................................................................... 168
BAB V
Kesimpulan dan Saran ............................................................................... 173
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 173
5.2 Saran.............................................................................................................. 176
Daftar Pustaka..................................................................................................... 178
Lampiran ............................................................................................................. 188
16. xii
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Keterkaitan integratif Triple Bottom Line ....................................... 23
Gambar 1.2 Archie Carol‟s CSR Pyramid…………………………………….…29
Gambar 1.3 Skema Reputasi Menurut Cees B.M. van Riel.................................. 39
Gambar 2.1 Produk PT Unilever Indonesia dalam kategori Food &Beverages... 73
Gambar 2.2 Produk PT Unilever Indonesia dalam Kategori Home Care……….74
Gambar 2.3 Produk PT Unilever Indonesia dalam kategori Personal Care......... 74
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian..................................................................... 111
Gambar 3.2 Peta Wilayah Kecamatan Duren Sawit………………...………….112
Gambar 3.3 Peta Wilayah Kecamatan Makasar.................................................. 116
Gambar 4.1 Fasilitator Unilever Green and Clean.............................................. 125
Gambar 4.2 Kader Unilever Green and Clean .................................................... 125
Gambar 4.3 Perkembangan Program Unilever Green and Clean ....................... 133
17. xiii
Daftar Bagan
Bagan 1.1 Proses Timbulnya Sampah................................................................... 45
Bagan 1.2 Metode Konvensional dalam Pengelolaan Sampah............................. 46
Bagan 2.1 Struktur Organisasi Yayasan Unilever Indonesia................................ 78
Bagan 2.2 Bentuk Pelaksanaan CSR PT Unilever Indonesia ............................... 83
Bagan 4.1 Skema Kerjasama dalam Program Unilever Green and Clean .......... 131
18. xiv
Daftar Diagram
Diagram 3.1 Penduduk DKI Jakarta Berdasarkan Jenis Kelamin......................... 95
Diagram 4.1 Jumlah Kader Lingkungan se-Indonesia........................................ 134
Diagram 4.2 Jumlah Wilayah Program Green and Clean se-Indonesia.............. 135
20. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Konstelasi Hubungan Internasional pada satu dasawarsa terakhir ini
menunjukan perubahan-perubahan yang sangat signifikan dibandingkan dengan
masa-masa sebelumnya, seperti munculnya isu-isu baru yang telah mengubah
wajah dunia seperti konflik etnis, munculnya globalisasi dengan segala aspeknya,
dan regionalisasi di semua kawasan di dunia. Perubahan ini semua pasti akan
memberikan dampak baru terhadap dunia global. Salah satu yang terlihat adalah
perubahan dari pelaku hubungan internasional. Perubahan ini menimbulkan
pandangan bahwa hubungan internasional tidak hanya terbatas pada hubungan
antar negara saja tetapi juga merupakan hubungan antara individu dan kelompok
kepentingan dimana negara tidak selalu sebagai aktor utama dan aktor tunggal.
Banyak aktor-aktor baru yang bermunculan dan dapat memainkan peran selevel
dengan negara, seperti IGO, INGO, dan MNC.1
Kemudian, aktivitas yang
dilakukan oleh aktor-aktor non-negara ini biasa disebut dengan international
society (masyarakat internasional) yang artinya adalah interaksi antarindividu atau
kelompok yang melewati batas-batas negara. Interaksi yang melewati batas negara
ini menyebabkan globalisasi yang mempengaruhi satu negara dengan negara yang
sama lain.
1
Anak Agung Perwita dan Yanyan Mochamad Yani. (2006). “Pengantar Ilmu Hub. Internasional”,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal 11
21. 2
Globalisasi merupakan sebuah peluang dan tantangan yang harus dihadapi
oleh setiap negara, berpeluang bagi setiap warga negara untuk memiliki
kesempatan yang sama dalam menghidupi kehidupannya yang lebih baik dan
tantangan untuk berkompetisi dengan dunia internasional untuk menunjukan
kemampuannya. Proses dan kegiatan yang dilakukan secara global ini akan
memiliki dampak yang mempengaruhi kegiatan di negara tersebut di dalam skala
internasional. Misalnya, dalam aktivitas ekonomi tentunya akan membuka
peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional yang akan bersaing
dengan berbagai kompetitor.2
Seiring dengan perkembangan zaman arus globalisasi menyentuh beberapa
bidang, salah satunya dibidang ekonomi. Globalisasi ekonomi menyebabkan
persaingan yang semakin ketat, baik antar sesama negara berkembang maupun
antar negara berkembang dan negara maju. Globalisasi dalam bidang ekonomi ini
apabila dilihat dari efeknya, tentu saja akan memiliki dampak yang positif, seperti
contohnya dapat memotivasi sumber daya manusia untuk meningkatkan
kualitasnya agar meningkatkan daya saingnya supaya bisa bersaing dengan orang
dari luar negeri, banyaknya lapangan pekerjaan yang akan terbuka seiring dengan
meluasnya kegiatan ekonomi. Selain itu, globalisasi ekonomi juga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara karena dapat
meningkatkan ekspor atau pangsa pasar dari suatu negara di pasar dunia.3
Indonesia mulai merasakan globalisasi ekonomi pada bulan Januari 1967
yang ditandai dengan pemerintah Orde baru mengambil keputusan dengan
2
Stanley Fischer. ”Globalization and Its Challenge”. Diakses pada tanggal 19 September 2012
melalui http://www.iie.com/fischer/pdf/fischer011903.pdf, hal. 29
3
Robert Jackson dan George Sorensen. (2009). “Pengantar Studi Hub. Internasional”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 267
22. 3
mengeluarkan Undang-undang Penanaman Modal Asing (the Foreign Capital
Investment Law No. 1 of January 1964).4
Dalam pemerintah pada masa orde baru,
perhatian pemerintah lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
melalui proses industrialisasi dalam skala besar, yang pada saat itu dianggap
sebagai satu-satunya cara yang paling efektif dalam menanggulangi masalah
ekonomi. Kehadiran modal asing disini dan proses industrialisasi yang dimaksud
adalah dalam bentuk kehadiran Multinational Corporations (MNC) dengan tujuan
untuk membantu meningkatkan pertumbuhan perekonomian.
Keberadaan MNC dinilai dapat merubah struktur perekonomian global.
Hal yang membuktikannya adalah pada awal dekade 1960, pangsa sektor
manufaktur dalam perdagangan antarnegara berkembang tercatat sebesar 41
persen dan meningkat menjadi 55 persen pada awal dekade 1980-an.5
Menurut
data dari GATT, antara tahun 1960-1980, pangsa ekspor produk manufaktur
negara berkembang mengalami kenaikan lebih dari dua kali lipat dari total ekspor
mereka, yakni dari 19,8 persen (1960) menjadi 43,9 persen (1980).6
Meningkatnya pangsa sektor manufaktur dalam perdagangan antar-negara tersebut
disebabkan dengan beroperasinya MNC diseluruh dunia yang berakibat pada
meningkatkan perekonomian global khususnya di negara berkembang.
Saat ini MNC merupakan aktor yang paling fleksibel yang mendukung
globalisasi karena MNC merupakan entitas yang menggunakan konsep Foreign
Direct Investment atau Investasi Asing dan memiliki kontrol akan perusahaannya
dilebih dari satu negara. MNC memiliki dua karakteristik utama. Pertama mereka
4
Tulus Tambunan. (2009). “Perekonomian Indonesia”. Bogor: Ghalia Indonesia, hal.24
5
Bob Sugeng Hadiwinata. (2002). “Politik Bisnis Internasional”. Jakarta: Kanisius, hal. 117
6
Ibid, hal. 115
23. 4
mengkoordinasikan produksi ekonomi diantara sejumlah perusahaan yang
berbeda. Kedua, sebagian besar kegiatan ekonomi yang terjadi di MNC adalah
terjadi di seluruh perbatasan nasional.7
Keberadaan MNC tidak hanya berdampak
pada bidang ekonomi seperti merubah struktur perekonomian global. MNC juga
memiliki tugas moral untuk menjunjung integritas dan menekankan bahwa
perusahaan harus mengembangkan praktik bisnis yang etis dan berkesinambungan
secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. MNC harus memiliki
pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan yang terlibat seperti
konsumen, karyawan, komunitas, dan lingkungan. Bentuk pertanggungjawaban
dari sebuah perusahaan biasanya dikenal dengan program Corporate Social
Responsibility (CSR).
CSR bertujuan untuk memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri
dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder dengan menyusun
program-program pengembangan masyarakat. Perusahaan tidak hanya mencari
keuntungan belaka bagi keberlangsungan perusahaannya. Tetapi perlu juga untuk
melakukan tanggung jawab dari sekedar mencari keuntungan, terutama kepada
masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan. Setiap perusahaan di Indonesia
sudah wajib untuk menerapkan program CSR, karena penerapan program CSR
sudah diatur dalam UUD No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.8
CSR
merupakan sebuah konsep tentang nilai yang dilakukan oleh perusahaan dengan
7
Romeo Ionescu. “Multinational Corporations in the Global Economy”. Diakses pada tanggal 29
September 2012 melalui http://idec.gr/iier/new/3rd%20Panhellenic%20Conference/IONESCU-
OPREA-
%20%20MULTINATIONAL%20CORPORATIONS%20AND%20THE%20GLOBAL%20ECONOMY.pdf
8
UU RI No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (PT) . Diakses pada tanggal 27 September
2013 melalui
http://aria.bapepam.go.id/reksadana/files/regulasi/UU%2040%202007%20Perseroan%20Terbat
as.pdf
24. 5
kegiatan perusahaan tersebut. CSR adalah sebuah komitmen yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan untuk bertindak secara etis dan berkontribusi untuk
peningkatan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komuniti
lokal dan masyarakat. Konsep CSR melibatkan beberapa pihak dalam
pengimplementasiannya, seperti pemerintah, NGO, dan masyarakat.
Perusahaan-perusahaan memiliki metodenya sendiri dalam
mengimplementasikan CSR, tapi pada umumnya metode yang dilakukan adalah
menggunakan metode charity dan community development. Metode community
development dinilai mampu meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
pemberdayaan masyarakat, karena dengan basis community development
perusahaan memberikan kontribusi yang bersifat jangka panjang untuk
masyarakatnya, contohnya adalah sebuah perusahaan membangun jalan sebagai
akses bagi masyarakat yang hidup di sekitar perusahaan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraannya untuk mempermudah akses dalam melakukan
kegiatan. Selain itu, CSR yang bermodelkan community development dapat
memberikan nilai tambah kepada perusahaan, yaitu berupa Good Coorperate
Governance dan memberikan image positif dimata publik.
Salah satu perusahaan di Indonesia yang giat melakukan program CSR
adalah PT Unilever Indonesia. PT Unilever Indonesia menyadari pentingnya
melakukan pengabdian pada masyarakat. Motif dari PT Unilever Indonesia
menjalankan program CSR bukan hanya untuk meningkatkan reputasi, tetapi
membantu perusahaan untuk tumbuh dan berkembang. Bagi PT Unilever
Indonesia, CSR tidak terpisahkan dari bisnis.
25. 6
Melalui Yayasan Unilever Indonesia, PT Unilever Indonesia menunjukan
komitmennya untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian kehidupan
masyarakat yang lebih baik. Bentuk realisasi dari program CSR Unilever
Indonesia adalah dengan menciptakan Unilever Suistanable Living Plan.9
Cetak
biru ini terdiri dari beberapa program yang bertujuan untuk memberikan
kontribusi positif bagi masyarakat, seperti program public & health education
yang berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan masyarakat Indonesia, program
green and clean yang berkaitan dengan masalah lingkungan, program economic
development yang membahas tentang pengembangan ekonomi masyarakat lewat
Usaha Kecil Menengah, dan program social and humanitarian aid yaitu program
yang berkaitan dengan bantuan kemanusiaan.10
Pelaksanaan program-program ini
didasari oleh pemikiran bahwa PT Unilever Indonesia ingin menjadi bagian dari
solusi permasalahan yang dihadapi oleh rakyat Indonesia
1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1 Deskripsi Masalah
Kehadiran perusahan-perusahan multinasional di negara berkembang
seperti Indonesia tentu saja memberikan dampak positif bagi masyarakat dan
negaranya, seperti memberikan kesempatan kerja, menyediakan barang yang
dibutuhkan kepada masyarakat untuk konsumsi, membayar pajak, dan memberi
sumbangan devisa negara. Akan tetapi, kehadiran perusahaan juga dapat
memberikan efek buruk untuk keadaan sosial dan lingkungan lewat proses
9
PT Unilever Indonesia. “Unilever Suistanable Living Plan”. Diakses pada tanggal 30 September
2012 melalui http://www.unilever.co.id/id/sustainable-living/ourapproach/
10
Yayasan Unilever Indonesia. “About Us” Diakses pada tanggal 30 September 2012 melalui
http://unilevergreenandclean.co.id/id.php/aboutus/yayasan
26. 7
industrialisasi yang dilakukan oleh perusahan tersebut. Industrialisasi
didefinisikan sebagai pembangunan ekonomi melalui transformasi sumber daya
dan kuantitas energi yang digunakan.11
Proses industrialisasi mau tidak mau membawa perubahan pada keadaan
masyarakat. Eksistensi industri di tengah-tengah masyarakat berdampak pada
kehidupan masyarakat itu sendiri. Secara ekonomi, keberadaan industri dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian kesempatan kerja.
Secara sosial, adanya industri berdampak pada perubahan nilai-nilai sosial
kemasyarakatan. Secara ekologis, industri dapat merubah infrastruktur masyarakat
maupun terjadinya pencemaran lingkungan. Dampak negatif yang terjadi karena
proses industrialisasi berpengaruh signifikan terhadap gangguan lingkungan sosial
maupun lingkungan fisik yang dapat menimbulkan social cost jangka panjang dan
ditanggung oleh masyarakat. Contohnya adalah kasus PT Freeport Indonesia yang
berada di Papua. Keberadaan PT Freeport banyak memberikan kontribusi bagi
negara, namun ternyata pada level grass root menimbulkan banyak masalah,
seperti banyakanya pelanggaran hak hidup, masalah ketimpangan ekonomi, serta
kehancuran lingkungan.12
Dalam aspek sosial, PT Freeport telah menyalahi aturan
yang berlaku di tanah Papua. Dahulu di tengah masyarakat Papua ada daerah yang
dianggap oleh masyarakat setempat adalah daerah yang sakral, sehingga secara
adat tidak diijinkan untuk dimasuki, daerah ini bernama daerah Amungsal (Tanah
Amungme). Namun, sejak kehadiran PT Freeport di Papua, daerah in justru
dijadikan pusat pertambangan dan dieksploitasi sehingga merampas kemerdekaan
suku Amungme.
11
Nor Hadi. (2011). “Corporate Social Responsibility”. Yogyakarta: Graha Ilmu, hal 3
12
Nor Hadi. (2011). Op.Cit, hal 4
27. 8
Selain itu, perusahaan yang menimbulkan dampak negatif kepada keadaan
lingkungan adalah PT Unilever Indonesia. Sebagai perusahaan manufaktur yang
memproduksi produk-produk yang menggunakan kemasan, PT Unilever
Indonesia berperan sebagai produsen sampah. Mengkemas produk memang dapat
melindungi produk tersebut dan memungkinkan perusahaan untuk mengangkut
dan mengirim produk dengan aman, namun disaat yang bersamaan kemasan-
kemasan produk tersebut akan berakhir menjadi sampah dan hal ini mewajibkan
PT Unilever Indonesia harus bertanggungjawab terhadap aktifitas perusahaannya.
Karena seperti yang kita tahu, salah satu masalah lingkungan yang terjadi
di DKI Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia adalah bertambahnya volume
sampah dari hari ke hari. Sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia,
sampah selalu bertambah dengan perkembangan kehidupan manusia itu sendiri.
Semakin kompleks alur kehidupan manusia, jumlah sampah akan terus
bertambah. Menurut data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta, volume sampah di
Jakarta sekitar 6.000 – 6.500 ton per hari mencapai 28 ribu m3 dengan kenaikan
sekitar 1.000 m3 per tahun.13
Melihat angka tersebut yang sangat tinggi,
dibutuhkan keterlibatan seluruh pihak untuk menyelesaikan masalah
persampahan, seperti pihak pemerintah, pihak swasta dan warga DKI Jakarta itu
sendiri. Sampah yang diproduksi oleh masyarakat atau industri ini sudah tidak
mampu diatasi dengan cara konvensional berupa pengangkutan secara manual.
Dibutuhkan solusi lain untuk menyelesaikan persoalan sampah. Karena apabila
dibiarkan, masalah sampah yang dibiarkan dapat menyebabkan bencana seperti
13
Detik News. (2012). “Dua Hari Saja Tumpukan Sampah Di Jakarta Bisa Dibangun Candi
Borobudur”. Diakses pada 30 September 2012 melalui
http://health.detik.com/read/2012/02/04/161543/2160755/763/2-hari-saja-tumpukan-sampah-
di-jakarta-bisa-dibangun-candi-borobudur?880004755
28. 9
banjir yang akan merugikan banyak pihak. Permasalahan sampah yang semakin
mengkhawatirkan dari hari ke hari merupakan salah satu dampak negatif dari
industrialisasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan baik nasional maupun
multinasionanal.
Maka dari itu untuk meminimalisir dampak negatif dari industrilisasi
seperti kerusakan lingkungan dan ketimpangan sosial, perusahaan-perusahaan
yang beroperasi harus memperhatikan aspek sosial (social responsibility) dan
memperhatikan tata kelola perusahaan yang tepat (legal responsibility).14
Pemahaman seperti ini memberikan pedoman bahwa korporasi bukan lagi sebuah
entitas yang hanya mementingkan keadaan internalnya saja, akan tetapi sebuah
entitas yang harus beradaptasi secara budaya dengan lingkungan sosialnya. Salah
satu hal yang dapat menjalin keterikatan antara perusahaan dengan masyarakat
adalah dengan menjalankan Corporate Social Responsibilty (CSR). CSR dapat
diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak
operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta terus menerus
menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat.
PT Unilever Indonesia melalui Yayasan Unilever Indonesia turut serta
dalam mengaplikasikan CSR secara konsisten untuk pengembangan masyarakat.
Lewat Program Unilever Green and Clean yang dilaksanakan oleh Yayasan
Unilever Indonesia, perusahaan berkomitmen untuk mengelola dampak sosial dan
lingkungan secara bertanggung jawab, bekerja dalam kemitraan dengan para
pengambil keputusan dan memberikan sumbangsih pada pembangun yang
berkelanjutan.
14
Nor Hadi. Op.Cit, hal 5
29. 10
1.2.2 Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan berfokus pada implementasi CSR PT. Unilever
Indonesia yang merupakan sebuah MNC yang giat melakukan program CSRnya.
Pada penelitian ini, penulis akan membahas salah satu program CSR yang
dijalankan oleh Yayasan Unilever Indonesia, yaitu Program Jakarta Green and
Clean.
Penelitian memfokuskan pada implementasi program CSR Unilever
Indonesia dalam menangani permasalahan sampah di beberapa daerah di Jakarta
seperti di Kelurahan Cipinang Melayu dan Keluraha Malaka Sari pada tahun
2006-2010. Tahun ini dipilih karena program Jakarta Green and Clean mulai
diimplementasikan pada tahun 2006-2007 dan berakhir pada tahun 2009-2010 di
kedua kelurahan tersebut. Selain itu, kelurahan ini dipilih karena kedua kelurahan
terletak di Jakarta Timur yang pada dasarnya salah satu wilayah terpadat apabila
dibandingkan dengan yang lain dan tentu saja semakin banyak populasi, ototmatis
volume sampah akan banyak. Maka dari itu penulis mengambil objek penelitian di
Kelurahan Malaka Sari dan Kelurahan Cipinang Melayu untuk mengetahui
permasalahan sampah dan implementasi program Jakarta Green and Clean itu
sendiri.
1.2.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah diungkapkan dalam latar belakang
masalah dan identifikasi masalah, maka penulis merumuskan permasalahan
kedalam satu pertanyaan riset sebagai berikut:
30. 11
“Bagaimana proses implementasi program Jakarta Green and Clean di
Kelurahan Malaka Sari dan Kelurahan Cipinang Melayu dalam upayanya untuk
mereduksi volume sampah?”
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan implementasi CSR PT.
Unilever Indonesia melalui program Jakarta Green and Clean dalam upayanya
untuk mereduksi volume sampah di Kelurahan Malaka Sari dan Cipinang Melayu.
Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kebijakan
perusahaan dan wujud pelaksanaan CSR PT Unilever Indonesia dalam mereduksi
volume sampah. Ditambah lagi, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan
deskripsi dan gambaran tentang realisasi dari CSR PT Unilever Indonesia
dibidang lingkungan.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini disusun untuk mengaplikasikan teori, ilmu, dan pengetahuan
yang dimiliki oleh penulis selama penulis berada di jurusan Hubungan
Internasional. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
gambaran mengenai implementasi CSR PT. Unilever Indonesia khususnya dalam
bidang lingkungan. PT. Unilever Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam
menangani masalah-masalah lingkungan yang terjadi di Indonesia. Sebagai MNC
yang sering mendapatkan penghargaan atas kinerja CSRnya dan memiliki peran
yang semakin signifikan dalam perekonomian global, PT Unilever Indonesia telah
31. 12
menunjukan komitmennya dalam memperbaiki kualitas hidup masyarakat
Indonesia. Dalam hal ini adalah PT Unilever Indonesia melalui program Unilever
Green and Clean yang dilakukan oleh Yayasan Unilever Indonesia di beberapa
wilayah Indonesia.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan bagi penulisan ilmiah terkait implementasi CSR yang menjadi bagian
penting dari strategi perencanaan perusahaan, lalu penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumber pengetahuaan bagi masyarakat tentang pentingnya manfaat suatu
program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.
1.4 Kerangka Pemikiran
Untuk menjawab pertanyaan riset; “Bagaimana proses implementasi
program Jakarta Green and Clean di Kelurahan Malaka Sari dan Kelurahan
Cipinang Melayu dalam upayanya untuk mereduksi volume sampah?” Maka,
penulis akan membuat kerangka konseptual untuk menjawab pertanyaan tersebut.
1.4.1 Teori Pluralisme
Perspektif pluralisme menyebutkan bahwa terdapat aktor lain selain negara
yang tak kalah pentingnya dalam hubungan internasional terutama dalam hal
intervensi kedalam proses hubungan internasional itu sendiri yang melibatkan
entitas aktor negara atau non-negara di dalamnya. Dan aktor non-negara dianggap
mempunyai peran yang penting dalam menyelesaikan beberapa persoalan.15
Selain itu, menurut perspektif liberalisme manusia itu pada dasarnya adalah baik,
tidak liar. Pada dasarnya, manusia memiliki sifat cooperative untuk melakukan
15
Anak Agung Perwita dan Yanyan Mochamad Yani. (2006). Op.Cit, hal 26
32. 13
interaksi-interaksi yang bersifat kerja sama (bukan konflik) dengan manusia
lainnya. Maka dari itu, apabila paradigma tersebut diterapkan dalam penelitian ini,
kita dapat melihat bahwa MNC adalah aktor hubungan internasional yang
menghendaki adanya kerja sama/tatanan yang teratur dengan aktor-aktor
hubungan internasional lainnya, baik itu negara, organisasi-organisasi
internasional (state atau non-state), maupun aktor-aktor hubungan internasional
lainnya seperti NGO dan individu.16
Maka dari itu, MNC adalah sebuah aktor hubungan internasional yang
berdiri sendiri sebagai aktor independen. Penulis menilai bahwa MNC tidak
berdiri sebagai instrumen yang hanya dipandang sebagai alat aktor hubungan
internasional tertentu. Namun, MNC memiliki tujuan-tujuan dengan
pelaksanaannya yang bukan dibuat untuk kepentingan aktor hubungan
internasional tertentu. Keadaan ini sesuai dengan perspektif pluralisme, di mana
negara bukanlah satu-satunya aktor dalam interaksi hubungan internasional (state-
centric), namun aktor-aktor lainnya seperti organisasi internasional pun diakui
sebagai aktor independen.
Merujuk berbagai sumber, seperti artikel yang dipublikasikan oleh
Department of Economic and Social Affairs of United Nations disimpulkan bahwa
dunia bisnis kini telah menjelma menjadi institusi paling berkuasa dimuka bumi
selama setengah abad terakhir ini.17
Dari 100 besar penguasa ekonomi dunia, 51
di antaranya adalah MNC dan 49 nya adalah negara.18
Mengutip laporan The
16
Ibid, hal 27
17
UN Department of Economic and Social Affairs. (1973). “Multinational Corporations In World
Development”. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012 melalui
http://unctc.unctad.org/data/e73iia11a.pdf
18
Ibid.
33. 14
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD):The World
Investment (2002), ditemukan bahwa sekitar 65 ribu MNC bersama 850 ribu
affiliasi asingnya menguasai 10% total Gross Domestic Product (GDP) dan 33%
ekspor dunia.19
Sejumlah MNC memiliki pendapatan sebanding dengan GDP
negara maju dan melebihi puluhan negara miskin dan berkembang. Misalnya,
penjualan tahunan General Motor sebanding dengan GDP Denmark dan omset
Exxon Mobil melebihi gabungan GDP 180 negara miskin dan berkembang.20
Lalu, mengutip dari Just Labour: A Canadian Journal of Work and Society
(2008), MNC yang berada dibawah naungan International Framework
Agreements (IFA) yang berguna untuk menjamin hak-hak buruh, telah
memperkerjakan sekitar 3,6 juta pekerja.21
Keberadaan MNC di negara-negara
berkembang membawa perubahan yang positif untuk negaranya. Menurut Guyon,
kedatangan MNC disebuah negara berkembang akan mempengaruhi empat
bidang, yaitu pertama adalah modal. Modal merupakan kebutuhan dasar bagi
masayarakat yang hidup di negara berkembang, karena modal dapat digunakan
untuk perbaikan dalam struktur sistem ekonomi.
Kedua adalah teknologi. Teknologi juga akan dibawa ke negara
berkembang lewat MNC. Keberadaan teknologi sangat penting untuk proses
produksi dan distribusi produk. Selain itu, teknologi juga berguna untuk
pengembangan perusahaan lokal. Perusahaan-perusahaan lokal mungkin tidak
19
UN Conference On Trade And Development. (2002). “World Investment Repor: Transnational
Corporations and Export Competitiveness”. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012 melalui
http://unctad.org/en/docs/wir2002_en.pdf
20
Ibid
21
Reynald Bourque. (2008). “International Framework Agreements And The Future of Collective
Bargaining in Multinational Companies”. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012 melalui
http://www.justlabour.yorku.ca/volume12/pdfs/04_bourque_press.pdf
34. 15
memiliki mesin yang efisien untuk memproduksi produknya. Pengenalan
teknologi untuk negara berkembang dapat mengarah kepada penggunaan
teknologi yang efisien dan efektif.
Ketiga adalah keterampilan. Tingkat keterampilan para pekerja di host-
country akan meningkat karena perusahaan asing akan mendidik mereka dalam
keterampilan kerja yang diperlukan untuk memproduksi produk secara efisien dan
dapat menguntungkan baik perusahaan dan host-country.
Yang terakhir adalah ekspor. Jumlah ekspor dari host-country akan
tumbuh dengan sangat baik. Pertumbuhan ini akan berpotensi untuk menarik lebih
banyak investor di industri yang sama di tempat yang lain dan akan menyebabkan
pemerataan pertumbuhan ekonomi.22
Kemudian yang akan terjadi adalah investasi
dalam tenaga kerja lokal juga meningkatkan pendapatan penduduk. Tingkat pajak
akan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan, lalu pemerintah akan
memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan pada kebutuhan domestik.
Kesehatan, pendidikan dan program-program domestik lainnya dapat didanai dan
kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Hal ini juga sejalan dengan apa yang
dikatakan oleh Sukawarsini Djelantik dalam bukunya yang berjudul Diplomasi
antara Teori dan Praktik. Beliau mengungkapkan bahwa peran MNC dan TNC
menjadi signifikan sebagai actor-aktor diplomasi, khususnya dalam diplomasi
ekonomi, yaitu memiliki pengaruh yang besar terhadap produk kebijakan
pemerintah.23
22
Guyon. (2007). “Multinational Corporations & Their Effects on Developing Countries”. Diakses
pada tanggal 15 Oktober 2012 melalui http://yahoo.com/multinational-corporations-their-
effects-developing-385313.html
23
Sukawarsini Djelantik. (2008). “Diplomasi antara Teori dan Praktik”. Yogyakarta: Graha Ilmu,
hal 26
35. 16
1.4.2 Teori MNC
Lalu, apa sebenarnya MNC itu? Menurut Colman dan Nixson
mendefinisikan MNC sebagai unit-unit usaha yang memiliki atau mengontrol
aset-aset seperti pabrik, pertambangan, perkebunan, outlet, dan perkantoran yang
terdapat di dua atau lebih negara.24
Selain itu, Theodore H Cohn berpendapat
bahwa MNC adalah perusahaan yang memiliki, mengendalikan produksi,
distribusi dan pemasaran umum paling tidak di dua negara dan memiliki control
dan mengatur produksinya setidaknya dua negara.25
Dari kedua konsep ini maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa MNC adalah entitas yang bergerak dalam
berbagai macam bidang/sektor dan memiliki jaringan di berbagai negara.
Ekspansi MNC ke negara berkembang disebabkan oleh globalisasi ekonomi yang
terjadi di banyak negara. Menurut Zovic, MNC merupakan pokok dari aktivitas
ekonomi pada tingkat global. Keberadaan MNC menciptakan peradaban global
dimana pasar terintegrasi pada tingkat dunia. MNC menjadi aktor utama dalam
ekonomi politik internasional. Perusahaan-perusahan tersebut menggeser posisi
negara dalam kegiatan ekonomi.26
1.4.2.1 Teori Ekspansi MNC
Menurut Rhys Jenkins ada 3 latar belakang mengapa MNC melakukan
ekspansi.27
Pertama adalah Eksplanasi Profit. Fokus utama yang harus dijalankan
oleh perusahaan adalah pengejaran kepada keuntungan (profit). Profit ini
24
Hadiwinata, Bob Sugeng. (2002). Op.Cit, hal117
25
Rhys Jenkins. (1996). “Theoretical Perspectives on the Transnational Corporation”. London:
Lynne Rienner
26
Stefanovic, Zoran. (2008). “Globalization: Theoretical Perspectives, Impacts and Institutional
Response Of The Economy”. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012 melalui
http://facta.junis.ni.ac.rs/eao/eao200803/eao200803-09.pdf
27
Bob Sugeng Hadiwinata. (2002). Op.Cit, hal 118
36. 17
kemudian akan digunakan untuk melakukan ekspansi usaha. Sebuah perusahaan
dapat dikatakan sehat jika perolehan keuntungan per tahunnya meningkat atau
paling tidak bertahan pada angka yang dicapai pada tahun-tahun sebelumnya. Ada
3 cara agar perusahaan dapat meningkatkan perolehan keuntungannya, yaitu
menaikkan harga, peningkatan pangsa pasar, dan melakukan diversifikasi produk.
Kedua adalah Eksplanasi “Daur Hidup Produk”. Persaingan antar
perusahaan yang memproduksi produk yang sama akan mengakibatkan kompetitif
semakin ketat karena makin banyak „pemain‟ yang terlibat dan hal ini akan
mengakibatkan kerugian bagi beberapa pihak. Untuk meminimalisir kerugian,
perusahaan-perusahaan melakukan relokasi proses produksi mereka ke negara-
negara berkembang yang notabenenya memiliki biaya produksi yang lebih rendah.
Perusahaan melakukan hal ini untuk menghemat biaya produksi sebesar-besarnya
dalam rangka untuk mengurangi harga jual produk mereka agar keberadaan
perusahaan tersebut tetap eksis ditengah-tengah persaingan. Menurut Raymond
Vernon, setidaknya setiap produk memiliki empat fase, yaitu early development,
growth, maturity, dan obselence.28
Ketiga adalah Eksplanasi Teknologi. Seiring dengan berkembangnya
teknologi, perusahaan-perusahaan asing tidak ragu lagi untuk mengoperasikannya
perusahaannya dalam skala global dengan tujuan untuk melakukan globalisasi
pasar.
28
Bob Sugeng Hadiwinata. (2002). Op.Cit, hal 121
37. 18
1.4.2.2 Karakteristik MNC
Sebuah perusahaan dapat dikatakan bersifat multinasional apabila
mempunyai karakteristik seperti 29
pertama, kepemilikan dan manajemen dari
perusahaan dikuasai di satu negara, serta mempunyai kesamaan kendali dasar,
misalnya kendali terpusat yang diterapkan berdasarkan pada kesatuan sistem
produksi internasional. Kedua, memiliki tempat beroperasi di suatu negara, lebih
dikarenakan adanya pengaruh yang sangat besar dari pemilik dan manajer-
manajer perusahaan induk. Ketiga, ditandai dengan adanya kantor atau pabrik
yang terletak di luar negeri.
1.4.2.3 Konsep Struktur Perusahaan
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki struktur organisasi
perusahaan. Menurut Ulber Silalahi, di dalam strukur perusahaan (MNC) terdapat
penggambaran yang jelas mengenai berbagai macam tingkatan posisi yang ada di
perusahaan tersebut. Di dalam struktur organisasi perusahaan biasanya akan
dibuat dalam bentuk struktur fungsional, artinya masing-masing posisi memiliki
yang jelas termasuk dalam menentukan kewenangan serta garis komando dalam
sistem tersebut. Dengan demikian, struktur perusahaan yang baik adalah struktur
yang mampu membuat anggota perusahaan menjalankan mereka sesuai dengan
garis kebijakan yang telah ditetapkan.30
29
Richard Robinson. (1984). “Internationalizaton of Business : An Introduction” USA: The Dryden
Press, hal 271.
30
Ulber Silalahi. (2011). “Asas-Asas Manajemen”. Bandung: PT Refika Aditama, hal 184
38. 19
1.4.3 Teori CSR
Keberadaan MNC di negara berkembang tidak serta merta hanya
memberikan kesejahteraan masyarakat dunia, akan tetapi ada dampak-dampak
negatif yang ditimbulkan dari beroperasinya sebuah MNC di negara. Maka dari
itu, perusahaan harus lebih berkontribusi kepada masyarakat tempat dimana
perusahaan itu beroperasi agar aktivitas yang mereka lakukan dapat dirasakan
secara langsung manfaatnya oleh masyarakat sekitar mereka, baik pemegang
saham, karyawan ataupun konsumen dari produk atau jasa yang mereka tawarkan.
Bentuk kontribusi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan asing ini dikenal
dengan Tanggung Jawab Sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan
atau lebih dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan bentuk pengembangan dari konsep kedermawanan sosial. Sebagai
sebuah konsep yang semakin popular, CSR ternyata belum memiliki definisi yang
tunggal. The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
yang merupakan lembaga internasional yang berdiri tahun 1955 dan
beranggotakan 120 MNC yang berasal dari 30 negara dunia mendefinisikan CSR:
“Continuing commitment by business to behave ethically and contributed to
economic development while improving the quality of life of the workforce and
their families as well as of the local community and society at large”31
Sementara Johnson and Johnson mengemukakan:
“Corporate Social Responsibility is about how companies manage the business
processes to produce an overall positive impact on society”32
Dari dua definisi konsep di atas, dapat diketahui bahwa CSR belum
memiliki suatu kesepakatan mengenai definisi bakunya. Hal ini dapat dimaklumi,
mengingat CSR adalah sebuah konsep yang berkembang dengan cepat, sehingga
31
Nor Hadi. (2011). Op.Cit, hal 46
32
Ibid, hal 47
39. 20
definisinya pun bisa berubah menyesuaikan dengan perkembangannya. Namun
demikian, konsep CSR memiliki kesamaan yaitu merupakan satu bentuk tindakan
yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk
meningkatkan perekonomian, yang disertai dengan peningkatan kualitas hidup
masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas.
Konsep CSR pertama kali diperkenalkan oleh Bowen tahun 1953. Menurut
Bowen, CSR adalah:
”… it refers to the obligations of businessmen to pursue those policies, to
make those decisions, or to follow those lines of action which are desirable in
terms of the objectives and values of our society” 33
Dari definisi diatas, CSR adalah itikad baik pelaku bisnis untuk mengenal
kewajiban dan dalam menetapkan tujuan dengan memperhatikan keseimbangan
dengan nilai-nilai dalam masyarakat.
Lahirnya CSR dipengaruhi oleh fenomena DEAF (yang dalam Bahasa
Inggris berarti tuli) di dunia industri. DEAF adalah akronim dari Dehumanisasi,
Emansipasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi (Suharto, 2007a: 103-4):34
(1) Dehumanisasi industri. Efisiensi dan mekanisasi yang semakin
menguat di dunia industri telah menciptakan persoalan-persoalan kemanusiaan
baik bagi kalangan di perusahaan, maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan.
Ekspansi dan eksploitasi industri telah melahirkan ketimpangan sosial, polusi dan
kerusakan lingkungan yang hebat,
(2) Emansipasi hak-hak publik. Masyarakat kini semakin sadar akan
haknya untuk meminta pertanggung jawaban perusahaan atas berbagai masalah
33
Elvinaro Ardianto dan Dindin M. Machfudz. (2011). “Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR”.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo, hal 47
34
Edi Suharto. “Corporate Social Responsibility: What is and Benefits for Corporate”. Diakses
pada tanggal 15 Oktober 2012 melalui
http://www.policy.hu/suharto/Naskah%20PDF/CSRIntipesanJkt.pdf
40. 21
sosial yang seringkali ditimbulkan oleh beroperasinya perusahaan. Kesadaran ini
semakin menuntut kepedulian perusahaan bukan saja dalam proses produksi,
melainkan pula terhadap berbagai dampak sosial yang ditimbulkannya,
(3) Aquariumisasi dunia industri. Dunia kerja kini semakin transparan dan
terbuka laksana sebuah akuarium. Perusahaan yang hanya mementingksn profit
dan cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis dan filantropis tidak akan
mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat menuntut
agar perusahaan seperti ini ditutup,
(4) Feminisasi dunia kerja. Semakin banyaknya wanita yang bekerja
semakin menuntut penyesuaian perusahaan bukan saja terhadap lingkungan
internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan, keselamatan dan
kesehatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti
penelantaran anak, kenakalan remaja, akibat berkurangnya atau hilangnya
kehadiran ibu-ibu di rumah dan tentunya di lingkungan masyarakat. Pendirian
fasilitas pendidikan, kesehatan dan perawatan anak (child care) atau pusat-pusat
kegiatan.
Inti praktik tanggung jawab sosial (social responsibility) sesungguhnya
adalah persoalan etika bisnis (business ethic).35
Mengingat melaksanakan
tanggung jawab sosial tak dapat dilepas dari panggilan nurani pelaku bisnis.
Menurut Susanto, etika pada dasarnya merupakan standar moral yang menyangkut
benar-salah dan baik-buruk. Etika adalah berupa standar atau norma dan nilai
yang dijadikan dasar dan rujukan dalam penilaian perilaku dalam satu komunitas,
termasuk MNC.
35
Nor Hadi. (2011). Op.Cit, hal 69
41. 22
Dalam dunia bisnis, etika bisnis dijelaskan secara khusus dalam etika
bisnis, yang didalamnya mengandung etika perusahaan, etika kerja, dan etika
peroragan. Etika bisnis tersebut mengatur hubungan orang perorang dala
perusahaan, orang-perorangan dengan perusahaan, dan orang-perorangan dalam
perusahaan dengan lingkungan eksternal.36
Pada dasarnya CSR menitikberatkan agar perusahaan ambil bagian
tanggung jawab untuk ikut membiayai pembangunan di sekitar lokasi perusahaan.
Hal itu ditegaskan oleh Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD), yang mengatakan bahwa CSR merupakan:
“...business’s contribution to suistanable development and that corporate
behaviour must not only ensure return to share holders, wages to employees, and
product and service to consumers,but they must respond to society and
environtmental concerns and values”37
Definisi diatas menekankan bahwa keberadaan CSR harus menciptakan
pembangunan yang berkelanjutan yang menjamin upah para pegawai dan servis
kepada para konsumen dan juga harus bertanggung jawab dengan masyarakat
disekitarnya dan menaruh perhatian kepada aspek lingkungannya. CSR sangat erat
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.
1.4.3.1 CSR dan Pembangunan Berkelanjutan
Saat ini, pembangunan berkelanjutan telah menjadi isu global yang harus
dipahami dan direalisasikan pada tingkat lokal. Pembangunan berkelanjutan
mencakupi tiga hal kebijakan, yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial,
36
Nor Hadi. (2011). Op.Cit, hal 71
37
Elvinaro Ardianto dan Dindin M. Machfudz. (2011). Op.Cit, hal xiv
42. 23
dan perlindungan lingkungan yang digambarkan oleh John Elkington dalam triple
bottom line yang merupakan tujuan pembangunan.38
Pembangunan berkelanjutan adalah inti dari CSR yang tidak boleh
dipahami secara parsial sekedar dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan,
ataupun dilihat dari lokasinya, yakni market place, workplace, environtment, dan
community saja, tetapi lebih dari itu. Suatu keharusan untuk melihat keterkaitan di
antara semua elemen yang membentuk sebuah sistem CSR. Hal ini karena kondisi
dan perubahan satu elemen akan mempengaruhi sistem secara menyeluruh.
Dengan pemahaman ini, sebuah intervensi yang efektif dan efisien akan lebih
mudah diperoleh untuk mencapai sustainability. CSR dan sustainability pada
dasarnya menggerakan elemen people, planet, dan profit dalam satu kesatuan.
Gambar 1.1 Keterkaitan integratif Triple Bottom Line
Sumber: www.examiner.com
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa tiga aspek utama dalam perusahaan yaitu
planet, people, dan profit harus saling bersinergi antar satu dengan yang lain agar
38
Nurdizal M. Rachman, et all. (2011). “Panduan Lengkap Perencanaan CSR”. Depok: Penebar
Swadaya, hal 11.
43. 24
suistainability dapat terwujud dengan baik. Hal ini harus menjadi perhatian utama
dari perusahaan dalam menciptakan suistanability.
1.4.3.2 Kegiatan CSR
Pelaksanaan kegiatan CSR memiliki beragam jenis kegiatan utama dalam
mengimplementasikan nilai-nilai tanggung jawab sosial perusahaan. Kotler and
Lee memaparkan beberapa kegiatan utama dalam CSR dengan istilah corporate
social initiatives yang menggambarkan beberapa kegiatan utama dalam CSR yang
dilakukan perusahaan untuk menyelesaikan permasalahan sosial dan menjalankan
nilai-nilai tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate social initiative terbagi
menjadi 6 kegiatan utama,39
yaitu yang pertama adalah Cause Promotion. Suatu
usaha perusahaan untuk menyediakan dana, kontribusi sumber daya untuk
meningkatkan kesadaran, perhatian, dan kepedulian terhadap masalah-masalah
sosial untuk mendukung penggalangan dana, partisipasi, atau rekruitmen sukarela.
Dalam hal ini perusahaan dapat melakukan kegiatannya sendiri, bekerja sama
dengan sebuah perusahaan atau organisasi lain sebagai partner utama, ataupun
bertindak sebagai salah satu sponsor kegiatan sosial.
Kedua adalah Cause-Related Marketing. Sebuah perusahaan berkomitmen
untuk menyumbangkan atau mendonasikan beberapa persen dari keuntungannya
untuk permasalahan sosial yang spesifik berdasarkan penjualan produk.
Umumnya kegiatan ini dilakukan pada periode waktu tertentu, pada produk
tertentu, dan untuk kegiatan sosial tertentu. Pada kelompok kegiatan ini,
perusahaan biasanya bekerja sama dengan organisasi non-profit untuk
39
Philip Kotler and Nancy Lee. (2005). “CSR: Doing the Most Good for Your Company and Your
Cause”. Canada: John Wiley & Sons, Inc. Hal 22-24
44. 25
menciptakan hubungan saling menguntungkan baik untuk meningkatkan
dukungan finansial terhadap kegiatan sosial maupun untuk meningkatkan
penjualan produk.
Yang ketiga adalah Corporate Social Marketing. Sebuah perusahaan
mendukung pengembangan atau pelaksanaan kampanye perubahan perilaku
masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan umum, kesehatan
masyarakat, lingkungan, ataupun komunitas luas. Corporate Social Marketing
berfokus pada perubahan perilaku masyarakat sekaligus membedakannya dengan
Cause-Promotion yang berfokus pada penciptaan kesadaraan sosial, dukungan dan
dan perekrutan sukarela untuk kegiatan sosial. Perusahaan dapat melaksanakan
kegiatannya secara sendiri atau bekerja sama dengan organisasi non-profit.
Yang keempat adalah Corporate Philanthropy. Kegiatan ini adalah bentuk
kegiatan CSR yang paling tradisional. Perusahaan melakukan kegiatan kontribusi
secara langsung untuk kegiatan amal dalam bentuk donasi, hibah, tunai, ataupun
bentuk pelayanan untuk permasalahan sosial tertentu.
Yang kelima adalah Community Volunterring. Sebuah perusahaan
mendukung dan meminta para karyawannya, partner bisnis, untuk
menyumbangkan waktu, tenaga, dan atau uang mereka untuk mendukung
organisasi sosial dan kegiatan sosial. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh
perusaahan secara sendiri atau bekerja sama dengan organisasi non-profit.
Yang keenam adalah Socially Responsible Business Practices. Sebuah
perusahaan yang melakukan praktik bisnis yang bertanggungjawab secara sosial
berarti perusahaan tersebut mengadopsi kegiatan bisnis dan investasi yang
mendukung kegiatan sosial untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
45. 26
melindungi lingkungan hidup. Kegiatan ini umumnya dilakukan secara sendiri
oleh perusahaan, namun juga dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan
organisasi atau pihak lainnya.
1.4.3.3 Bentuk Pelaksanaan CSR
Terdapat dua bentuk pelaksanaan CSR yang digunakan di Indonesia,
yaitu40
pertama adalah tanggung jawab institusional perusahaan yang terikat
dengan peraturan perundang-undangan. Dalam model ini, perusahaan
menjalankan kegiatan CSR karena dituntut oleh hukum yang berlaku di Indonesia.
Kedua, tanggung jawab sukarela yang tidak terikat dengan peraturan
perundang-undangan, tetapi dianggap penting dikerjakan perusahaan, baik oleh
kebutuhan internal perusahaan maupun pertimbangan moral, sosial, dan
kemanusiaan. Dalam model ini, perusahaan menjalankan kegiatan CSR karena
sadar bahwa CSR merupakan hal yang fundamental bagi keberlangsungan sebuah
perusahaan.
1.4.3.4 Manfaat CSR
Bagi sebuah perusahaan, menjalankan kegiatan CSR akan bermanfaat baik
untuk keadaan internal maupun eksternal sebuah perusahaan. Menurut Branco and
Rodrigues CSR bagi perusahaan memiliki dua manfaat, dilihat dari sisi internal
dan eksternal.41
Dari sisi internal, manfaat yang akan didapat yaitu, pertama akan
menciptakan pengembangan sumber daya manusia yang tinggi sehingga hasil
40
Elvinaro Ardianto dan Dindin M. Machfudz. (2011). Op.Cit, hal 45
41
Tirta, et all. (2011). “Corporate Social Responsibility di Indonesia: Teori dan Implementasi”.
Jakarta: INDEF, hal 27
46. 27
yang diperoleh adalah karyawan yang berkualitas. Karyawan yang berkualitas
akan menyumbang pada sistem manajemen sumber daya manusia yang lebih
efektif. Karyawan yang berkualitas didapat dari praktik-praktik ketenagakerjaan
yang bertanggungjawab seperti pemberian upah yang wajar, kesempatan
pelatihan, dan menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan aman. Pada
akhirnya hal ini semua akan mingkatkan loyalitas karyawan dan meningkatakn
performa dari perusahaan tersebut.
Kedua adalah munculnya penyusunan strategi komprehensif untuk
mencegah polusi yang disebabkan oleh proses produksi perusahaan dan berusaha
meminimalisasi dampak negatif bagi lingkungan. Aktivitas yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan bahan baku yang dapat didaur ulang dan mengganti
bahan baku produksi yang kurang ramah lingkungan.
Ketiga akan menciptakan budaya perusahaan, kapabilitas sumber daya
manusia, dan organisasi yang baik. Penerapan CSR dalam lingkup perusahaan
diharapkan dapat memunculkan komitmen karyawan yang kuat terhadap
perusahaan dan kemauan untuk terus belajar. Selain itu, partisipasi para karyawan
di dalam perusahaan dan keterampilan mereka diharapkan meningkat pula.
Terakhir adalah dengan dilakukannya CSR, kinerja keuangan perusahaan
terutama harga saham bagi perusahaan menjadi lebih baik. Hal ini dibuktikan
dengan riset yang dilakukan oleh Al-Tuwaijri, yang menguji hubungan antara
tiga variabel, yakni pengungkapan tanggung jawab kepada lingkungan yang
merupakan salah satu unsur CSR, kualitas lingkungan, dan kinerja ekonomi
47. 28
perusahaan pada 531 perusahaan yang terdaftar di Wall Street pada 1994.42
Hasil
riset menunjukan bahwa terdapat korelasi positif antara ketiga variabel tersebut.
Manfaat eksternal dari penerapan CSR bagi perusahaan adalah43
, yang
pertama penerapan CSR akan meningkatkan reputasi perusahaan sebagai institusi
yang memiliki misi sosial. Reputasi perusahaan yang baik akan meningkatkan
loyalitas konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkan. Investor juga akan
lebih tertarik kepada perusahaan tersebut. Selain itu akan memperluas jaringan
partner bisnis serta mengurangi kemungkinan resiko bisnis. Tentu tidak hanya itu,
perusahaan yang mengaplikasikan CSR dengan baik akan menarik para pemasok
yang berkualitas.
Kedua adalah dengan melaksanakan dan menerapkan CSR merupakan
instrumen untuk komunikasi yang baik dengan khalayak/masyarakat. Dengan
demikian, akan membantu perusahaan dan para karyawannya dalam membangun
keterikatan dengan komunitas secara lebih kohesif dan terintegrasi. Hal ini semua
akan menyebabkan, perusahaan tidak hanya dapat membangun hubungan yang
baik dengan pemerintah tetapi juga membangun hubungan yang harmonis antara
perusahaan dan masyarakat.
Ketiga adalah CSR merupakan satu bentuk diferensiasi produk yang baik,
maksudnya sebuah produk yang memenuhi persyaratan-persyaratan ramah
lingkungan dan merupakan hasil dari bertanggungjawab secara sosial.
Konsep Piramida CSR yang dikembangkan Archie B. Carrol memberikan
justifikasi teoritis mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR. Dalam
42
Andreas Lako. (2011). “Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akutansi”. Jakarta:
Erlangga, hal 86
43
Tirta, et all. (2011). Op.Cit, hal 30.
48. 29
pandangan Carrol, CSR adalah puncak piramida yang erat terkait, dan bahkan
identik dengan tanggung jawab filantropis. 44
Gambar 1.2 Archie Carol’s CSR Pyramid
Sumber: www.sd-network.eu
Dalam gambar 1.2 digambarkan tentang tanggung jawab yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan. Tanggung jawab yang dimaksud oleh Carrol
adalah yang pertama tanggung jawab ekonomis. Motif utama perusahaan adalah
menghasilkan laba. Laba adalah pondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki
nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup
(survive) dan berkembang.
Kedua adalah tanggung jawab legal. Perusahaan harus taat hukum. Dalam
proses mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum
yang telah ditetapkan pemerintah.
44
Archie B. Carrol. (1991). “The Pyramid of Corporate Social Responsibility: Toward the Moral
Management of Organizational Stakeholders”. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2012 melalui
http://www.cbe.wwu.edu/dunn/rprnts.pyramidofcsr.pdf
49. 30
Ketiga adalah tanggung jawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk
menjalankan praktik bisnis yang baik, adil dan fair. Norma-norma masyarakat
perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan.
Dan yang terakhir adalah tanggung jawab filantropis. Selain perusahaan
harus memperoleh laba, taat hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar
dapat memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Para pemilik
dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab ganda, yakni
kepada perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah non-
fiduciary responsibility. Perusahaan tidak akan berfungsi secara terpisah dari
masyarakat sekitarnya. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat
tergantung pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi. Oleh karena
itu, Konsep Piramida CSR yang dikembangkan Archie B. Carrol harus dipahami
sebagai satu kesatuan.
1.4.3.5 CSR dan ISO 26000
Kegiatan CSR telah mendapatkan perhatian dari dunia global. Hal ini
ditandai dengan adanya inisiatif standar secara internasional dalam bentuk ISO,
yaitu ISO 26000. ISO 26000 menyatakan bahwa CSR adalah bentuk kepedulian
sosial perusahaan yang saat ini menjadi aspek penting dalam rangka
meningkatkan kinerja perusahaan.45
ISO 26000 adalah standar internasional untuk tanggung jawab sosial atau
social responsibility. Tanggung jawab organisasi atas dampak yang ditimbulkan
45
Nurdizal M. Rachman, et all. (2011). Op.Cit, hal 37
50. 31
sebagai akibat dari keputusan dan aktivitasnya pada masyarakat dan lingkungan
melalui perilaku etis dan transparan dalam berkontribusi terhadap pembangunan
berkelanjutan, seperti kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan
ekspektasi pemangku kepentingan, dan menaati peraturan dan perundangan yang
berlaku serta konsisten dengan norma perilaku internasional.46
Dalam ISO 26000, ada tujuh isu utama dalam merencanakan CSR,47
yaitu
yang pertama adalah tata kelola organisasi. Dengan mematuhi pada hukum,
adanya transparansi, memperkenalkan profil perusahaan, dan memenuhi minat
dari para stakeholder.
Kedua adalah hak asasi manusia, seperti menjamin hak sipil, politik, hak
sosial, ekonomi, budaya, dan kelompok rentan, serta hak dasar dalam kerja.
Ketiga adalah aktivitas tenaga kerja, seperti menjalin hubungan yang baik antar
pekerja, memberikan perlindungan social terhadap pekerja, dan menjamin
kesehatan dan keamanan kepada para pekerja.
Keempat adalah lingkungan, seperti mencegah polusi, melakukan adaptasi
dan mitigasi terhadap perubahan iklim, serta proteksi dan restorasi lingkungan
alam. Kelima adalah aktivitas operasi yang fair, seperti anti korupsi dan anti suap,
pelibatan tanggung jawab politik, kompetisi yang fair, promosi tanggung jawab
sosial melalui rantai pasok, serta perhatian pada HAKI.
Keenam adalah isu konsumen, seperti perlindungan keamanan dan
kesehatan konsumen, provisi dan pengembangan produk dan jasa yang memberi
manfaat sosial dan lingkungan, layanan konsumen, penyelesaian perselisihan,
privasi dan perlindungan data konsumen, serta pendidikan dan kepedulian.
46
Ibid, hal 38
47
Ibid, hal 39
51. 32
Ketujuh adalah kontribusi pada komunitas dan masyarakat dengan
melibatkan komunitas, melakukan kontribusi pada pengembangan ekonomi, dan
kontribusi pada pengembangan sosial.
1.4.3.6 CSR dan United Nations Global Compact
Pada tanggal 14 Juni 2005, Sekjen PBB Kofi Annan mengkampanyekan
etika korporasi dalam pertemuan “United Nations Global Compact” (UNGC) di
Paris, Perancis. UNGC adalah sebuah inisiatif berupa aturan etika bisnis yang
disusun oleh PBB pada tahun 2000 untuk mendorong MNC di negara-negara
berkembang agar MNC-MNC tersebut mengadopsi kebijakan-kebijakan yang
berkelanjutan (suistainable) dan bertanggung jawab secara sosial (socially
responsible).48
Kebijakan-kebijakan tersebut mengatur bahwa MNC perlu
memberi penghargaan pada hak-hak asasi manusia (HAM), memiliki standar
ketenagakerjaan, meniadakan bentuk kerja paksa dan diskriminasi pekerja,
mengharamkan semua bentuk korupsi, pemerasan, dan penyogokan, serta
memiliki kepedulian pada lingkungan hidup.49
UNGC dimaksudkan untuk mendorong pebisnis untuk mendukung
tindakan perlindungan lingkungan hidup dan mengambil inisiatif untuk
mempromosikan tanggung jawab atas lingkungan hidup lewat kegiatan-kegiatan
CSR yang dilakukan oleh MNC-MNC tersebut. Program CSR yang dilakukan
MNC tentu saja dapat mendukung dari tujuan utama dari UNGC, karena program
CSR adalah sebuah program yang memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan.
48
United Nations Global Compact. “Overview”. Diakses pada tanggal 23 Juni 2013 melalui
http://www.unglobalcompact.org/AboutTheGC/index.html
49
United Nations Global Compact. “Ten Principles”. Diakses pada tanggal 23 Juni 2013 melalui
http://www.unglobalcompact.org/AboutTheGC/TheTenPrinciples/index.html
52. 33
Dan hal ini memiliki relevansi yang kuat dengan apa yang tertuang di UNGC itu
sendiri.
Menurut Andreas Lako, ada dua alasan mengapa implementasi UNGC
harus dilakukan di Indonesia lewat kegiatan CSR nya,50
yang pertama adalah
terdapat banyak MNC yang beroperasi di Indonesia dalam berbagai sector industri
seperti pertambangan dan manufaktur. Selama ini sebagian besar dari MNC
tersebut dinilai kurang memiliki etika korporasi terhadap isu-isu seperti
dinyatakan dalam UNGC. Mereka hanya mementingkan tanggung jawab ekonomi
dan hokum kepada pemegang sahamnya (shareholder), sementara tanggung
jawabnya terhadap masalah HAM serta masalah-masalah sosial dan lingkungan
cenderung diabaikan.
Yang kedua adalah kebanyakan MNC belum memiliki kepedulian yang
tinggi pada etika korporasi seperti diatur di UNGC. Kebanyakan MNC tidak
memberi penghargaan kepada HAM, tidak memiliki standar ketenagakerjaan,
tidak memberi keleluasaan bagi pekerja untuk menuntut hak-haknya, serta kurang
peduli terhadap lingkungan hidup. Bahkan untuk mencapai tujuan pragmatisnya,
korporasi melakukan “pemerasan” terhadap konsumen melalui penetapan harga
jual produk/jasa yang tinggi.
1.4.3.7 CSR dan Millennium Development Goals
Dalam implementasi CSR yang dilakukan oleh MNC memilki relevansi
dengan beberapa poin-poin dalam Millennium Development Goals (MDGs). PBB
pada tahun 2000 telah merancang sebuah cetak biru dalam rangka untuk
50
Andreas Lako. (2011). Op.Cit, hal 48
53. 34
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran global. Cetak biru itu dikenal
dengan nama Millennium Development Goals. Dalam memenuhi poin-poin dalam
MDGs, pemerintah tidak bisa berjuang sendiri. Pihak lain seperti MNC, perlu
membantu pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut lewat kegiatan CSR.
Dengan melakukan kegiatan CSR, maka target pencapaian MDGs bisa dipercepat.
Aktivitas CSR yang dilakukan oleh MNC sangat membantu proses
pencapaian MDGs, seperti contohnya tentang upaya dalam memerangi
HIV/AIDS. Penyakit ini timbul salah satunya adalah karena pemakaian narkoba.
Dalam hal ini, banyak MNC yang mendukung Badan Narkotika Nasional (BNN)
untuk mengatasi masalah narkoba tersebut dengan cara melakukan penyuluhan-
penyuluhan ke berbagai sekolah-sekolah di Indonesia. Selain itu, dalam hal
pemberantasan kemiskinan. MNC telah melakukan upaya untuk mengatasi itu
dengan membuka peluang kerja bagi masyarakat dengan merekrut masyarakat
sebagai pekerja, apalagi dalam jumlah besar, maka itu sama artinya dengan
mengurangi jumlah kemiskinan.
Salah satu contoh MNC yang memiliki program mengarah kepada tujuan
MDGs adalah PT Unilever Indonesia. Secara garis besar, terdapat empat pilar
program CSR PT Unilever Indonesia, yaitu pengembangan usaha kecil menengah,
program lingkungan, program pendidikan dan kesehatan, dan program bantuan
kemanusiaan.
1.4.4 Teori Community Development
Bicara tentang model dan kegiatan CSR adalah bicara tentang
pemberdayaan masyarakat (community development), karena dewasa ini model
54. 35
dan kegiatan CSR pada umumnya telah melibatkan masyarakat dalam
implementasi programnya. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu
bentuk aktualisasi CSR. Menurut Achda, ada 4 tujuan dari pelaksanaan
community development,51
yaitu yang pertama adalah meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam menemukan alternatif ekonomi dalam jangka panjang, kedua
adalah meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, baik dalam aspek ekonomi,
sosial, maupun budaya, ketiga adalah menguatkan kelembagaan lokal yang
mampu memelopori tumbuhnya prakarsa-prakarsa lokal, dan yang terakhir adalah
mewujudkan kemandirian masyarakat, baik dalam bidang politik, ekonomi,
maupun budaya.
Di Indonesia, yang merupakan negara berkembang dengan kondisi
masyarakat yang banyak hidup dibawah garis kemiskinan, kegiatan community
development yang relevan adalah „pemberdayaan masyarakat‟. Maka dari itu,
kegiatan community developmentnya lebih diarahkan pada usaha peningkatan
pendapatan atau kesejahteraan masyarakat, masalah-masalah pekerjaan,
peningkatan pendidikan, kesehatan masyarakat, penguatan kelembagaan lokal,
serta tersedianya infrastruktur dasar yang memadai.
Menurut Arthur Dunham, community development memiliki tiga
klasifikasi, yaitu yang pertama adalah Development for Community. Merupakan
pendekatan yang menempatkan masyarakat pada posisi sebagai „objek‟
pembangunan. Pendekatan ini cocok untuk diterapkan pada masyarakat yang
kesadaran dan budayanya masih terdominasi.
51
Elvinaro Ardianto dan Dindin M. Machfudz. (2011). Op.Cit hal 54
55. 36
Kedua adalah Development with Community. Dalam pendekatan ini,
dilakukan dalam bentuk kolaborasi antara aktor luar dan masyarakat setempat.
Dasar pemikiran untuk pendekatan ini adalah perlunya sinergi dari potensi yang
dimiliki oleh masyarakat lokal dengan pihak luar.
Dan klasifikasi yang ketiga adalah Development of Community, adalah
pendekatan yang menempatkan masyarakat sendiri sebagai agen pembangunan
sehingga inisiatif, perencanaan, dan pelaksanaan dilakukan sendiri oleh
masyarakat. Masyarakat menjadi pemilik dan proses pembangunan dan peran
aktor dari luar lebih sebagai sistem pendukung.52
1.4.5 Teori Stakeholder
Dalam menjalankan kegiatan CSR, suatu perusahaan bukanlah satu-
satunya aktor yang terlibat dalam kegiatan tersebut, akan tetapi perusahaan
melibatkan pemangku kepentingan lainnya (stakeholder) agar program CSR yang
dijalankan dapat berjalan maksimal dan berhasil dalam mencapai tujuan.
Menurut Hummels, stakeholder adalah individu-individu dan kelompok-
kelompok yang memiliki legitimasi untuk menuntut kepada organisasi agar bisa
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, karena mereka dipengaruhi oleh
praktik, kebijakan, dan tindakan organisasi.53
Hal ini berarti bahwa perusahaan
seharusnya memperhatikan stakeholder, karena kebijakan yang diambil oleh
perusahaan sedikit banyak akan mempengaruhi aktivitasnya.
52
Elvinaro Ardianto dan Dindin M. Machfudz. (2011). Op.Cit, hal 54-55
53
Nor Hadi. (2011). Op.Cit, hal 93
56. 37
Menurut Jones, Thomas, dan Andrew, asumsi dari teori stakeholder
adalah54
pertama, perusahaan memiliki hubungan dengan banyak kelompok-
kelompok konstituen yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan
perusahaan, kedua adalah teori ini ditekankan pada sifat alami hubungan dalam
proses dan keluaran bagi perusahaan dan stakeholder-nya, ketiga adalah
kepentingan semua legitimasi stakeholder memiliki nilai secara hakiki, dan tidak
membentuk kepentingan yang didominasi satu sama lain, dan yang keempat
adaalah teori ini memfokuskan pada pengambilan keputusan manajerial.
Berdasarkan asumsi diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak
dapat melepaskan diri dari lingkungan sosial sekitarnya karena keberadaan
stakeholder sangat penting bagi perusahaan dan perusahaan perlu menjaga
hubungan baik dengan para stakeholder untuk dapat mendukung pencapaian
tujuan dari sebuah program CSR.
1.4.6 Teori Citra/Reputasi
Perang Citra yang terjadi dewaa ini membuat peran, fungsi, dan tugas dari
Public Relations (PR) dari sebuah institusi terasa semakin diperlukan. PR-lah
yang membentuk, meningkatkan, dan memelihata citra dan reputasi dari sebuah
institusi di mata stakeholder nya.
Secara konseptual CSR adalah bagian dari PR. Dewasa ini, dalam CSR
sudah tercakup kegiatan dari PR yakni Community Relations (Comrel) dan
Community Development (Comdev). Comrel adalah upaya terus memelihara
54
Ibid, hal 94
57. 38
hubungan baik dengan public organisasi/perusahaan, sedang Comdev adalah
usaha untuk memberdayakan masyarakat.55
Di Indonesia, cara pandang sebuah MNC terhadap pelaksanaan CSR
masih beragam. Ada yang dimotivasi karena keinginan sendiri dengan hasil
berupa pembangunan yang berkelanjutan, dan sebagian diantaranya masih ada
yang dimotivasi karena ingin meningkatkan citra/reputasi dari sebuah korporat di
mata para stakeholder.56
Reputasi mencerminkan persepsi publik terkait tindakan-
tindakan-tindakan perusahaan dibandingkan dengan pesaing utamanya. Menurut
Fombrum, ada empat sisi reputasi korporat yang perlu ditangani, yaitu credibility
(kredibilitas di mata investor), trustworthies (terpercaya dalam pandangan
karyawann), reliability (kehandalan di mata konsumen), dan responsibility
(tanggung jawab).57
Menurut Cees B.M. van Riel, reputasi terdiri dari sejumlah komponen,
yakni dimulai dari lingkaran yang paling dalam core values (nilai-nilai dasar),
lingkaran kedua values (nilai-nilai), lingkaran ketiga identity (identitas), lingkaran
keempat projection (proyeksi), lingkaran kelima image (citra), dan di luar
lingkaran akan terbentuk reputation (reputasi).58
Seperti yang digambarkan oleh
gambar berikut ini :
55
Elvinaro Ardianto dan Dindin M. Machfudz. (2011). Op.Cit, hal 26
56
Ibid, hal 28
57
Elvinaro Ardianto dan Dindin M. Machfudz. (2011). Op.Cit, hal 108
58
Ibid, hal 109
58. 39
Gambar 1.3 Skema Reputasi Menurut Cees B.M. van Riel
Sumber: Ardianto, hal 109
Bagi sebagian MNC, melakukan kegiatan CSR merupakan cara yang
paling ampuh dalam meningkatkan reputasi di mata para stakeholder, khususnya
masyarakat. Dengan melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang,
maka akan menumbuhkan rasa penerimaan masyarakat terhadap kehadiran
perusahaan. Kondisi seperti inilah yang pada akhirnya dapat memberikan
keuntungan ekonomi-bisnis pada perusahaan yang bersangkutan. Dalam
operasinya, perusahaan dalam mencari laba diperbolehkan, akan tetapi jangan
lupa memperhatikan aspek eksternalnya.59
1.4.7 Teori Sampah
Dalam implementasi CSR yang dilakukan oleh perusahaan, biasanya
perusahaan akan bergerak di dalam isu-isu sosial seperti kemiskinan,
pemberdayaan, lingkungan, pendidikan, dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena
perusahaan ingin menjadi solusi dalam memecahkan masalah-masalah yang
59
Elvinaro Ardianto dan Dindin M. Machfudz. (2011). Op.Cit, hal 277
59. 40
terjadi di Indonesia dan pada umumnya masalah-masalah tersebut adalah masalah-
masalah sosial yang belum terselesaikan sampai sekarang.
Salah satu keadaan yang memprihatinkan di Indonesia adalah kerusakan
lingkungan. Saat ini, kerusakan lingkungan telah mengglobal. Hal ini akan
berpengaruh terhadap terjadinya perubahan iklim, timbulnya bencana, timbulnya
berbagai macam penyakit, dsbnya. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan
adalah sampah. Sampah saat ini menjadi persoalan kompleks di kota-kota besar
dinegara berkembang, khususnya di Indonesia.
Masalah persampahan itu kompleks. Oleh karena itu, perlu penyelesaian
yang menyeluruh dan terintegrasi serta didukung oleh semua pemangku
kepentingan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah disebutkan pada Pasal 1 poin 1 bahwa sampah
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat.60
Sedangkan, sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
61
Selain itu, definisi sampah juga dikeluarkan oleh United Nations melalui
The United Nations Statistics Divisions (UNSD), menurut mereka sampah adalah:
“Waste are materials that are not prime products (that is products produced for the
market) for which the generator has no further use in terms of his/her own purposes
of production, transformation or consumption, and of which he/she wants to dispose.
Wastes may be generated during the extraction of raw materials, the processing of
raw materials into intermediate and final products, the consumption of final
products, and other human activities. Residuals recycled or reused at the place of
generation are excluded.”
62
60
Kementrian Lingkungan Hidup. Undang – undang RI No. 18/2008. Diakses 01 April 2013 melalui
http://www.menlh.go.id/DATA/UU18-2008.pdf
61
Ibid.
62
United Nations Environtment Programme. What Is Waste: A Multitude of Approaches and
Definitions. Diakses 01 April 2013 melalui
http://www.unep.org/training/programmes/Instructor%20Version/Part_2/Activities/Lifestyle_Pa
tterns/Waste/Core/What_is_Waste.pdf
60. 41
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sampah adalah
sisa-sisa organisme dalam bentuk padat atau cair yang keberadaannya tidak
diinginkan. Sedangkan sampah rumah tangga adalah sampah yang dihasilkan dari
rumah rumah tangga yang pada awalnya adalah digunakan untuk konsumsi,
sampah jenis terdiri dari bentuk yang padat. Pencemaran lingkungan yang terjadi
memiliki kaitan yang erat dengan banyaknya produksi sampah yang dihasilkan.
Sampah adalah fokus dan isu utama dalam hal yang berkaitan dengan lingkungan.
Sampah yang dihasilkan tersebut sebagian besar berasal dari aktivitas manusia.
1.4.7.1 Jenis Sampah
Menurut Tchobanoglous dalam bukunya yang berjudul Integrated Solid
Waste Management, membagi jenis sampah menjadi tiga kelompok besar, yaitu
sampah perkotaan, sampah industri, dan sampah beracun.63
Sampah perkotaan
adalah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat sehari-hari. Sampah perkotaan
menempati jumlah paling banyak dalam produksi sampah, karena sebagian besar
penduduk hidup dan melakukan aktifitas di daerah perkotaan. Karakter sampah
perkotaan sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk, pertumbuhan
ekonomi, kemakmuran, serta gaya hidup dari masyarakat perkotaan.
Sedangkan sampah industri adalah sampah yang berasal dari kegiatan
perindustrian yang dilakukan manusia. Bentuk sampah industri diantaranya adalah
sisa bahan kertas, potongan kayu, kaleng bekas, dll. Sampah yang dihasilkan dari
63
George Tchobanoglous, et. all. (1993). “Integrated Solid Waste Management”. Singapore:
Publication Services, hal 40-43
61. 42
produk industri umumnya bisa dimanfaatkan kembali dengan melakukan
pengolahan terlebih dahulu.
Lalu sampah beracun adalah sampah yang memiliki bahaya langsung atau
bahaya yang ditimbulkan seiring dengan lamanya waktu periode penyimpanan
dari sampah tersebut. Sampah beracun umunya berbentuk senyawa kimia atau zat
kimia yang berasal dari hasil industrialisasi. Sampah jenis ini sangat berbahaya
bagi semua jenis makhluk hidup
1.4.7.2 Sumber Sampah
Sedangkan untuk sumber penghasil sampah yang bisa ditemukan dalam
lingkungan masyarakat terdiri dari, pertama adalah sampah yang berasal dari
kegiatan rumah tangga atau daerah pemukiman masyarakat. Kedua sampah yang
berasal dari daerah komersil seperti rumah makan, pasar, hotel, dan rumah sakit.
Sumber ketiga adalah sampah yang dihasilkan oleh institusi, sarana pendidikan,
rumah sakit, dan pusat pemerintahan. Keempat adalah sampah yang dihasilkan
dari daerah terbuka seperti jalan, taman, area bermain, tempat rekreasi dan pantai.
Kelima adalah sampah yang dihasilkan konstruksi dan pembangunan. Dan yang
terakhir adalah sampah yang dihasilkan dari kegiatan instalasi dan komposisi
timbunan sampah.64
1.4.7.3 Karakteristik Sampah
Sampah memiliki berbagai macam karakteristik yang sangat ditentukan
oleh banyaknya timbunan sampah dan jenis sampah yang ada. Karakteristik dari
sampah merupakan suatu elemen yang harus diketahui untuk menentukan cara
64
George Tchobanoglous, et. all. (1993). Op.Cit, hal 41
62. 43
pengelolaan dan pengolahan sampah yang tepat dan efektif. Karakteristik sampah
bisa dikelompokkan menjadi tiga golongan utama, yaitu karakteristik fisik
sampah, karakteristik kimia sampah, dan karakteristik biologi sampah.65
Karakteristik fisik sampah adalah hal yang dapat diamati secara langsung
dari timbunan sampah yang ada. Karakteristik sampah meliputi jenis komponen
sampah, ukuran dari partikel sampah, kelembapan sampah, dan kepadatan dari
timbunan sampah.
Sedangkan karakteristik kimia sampah diperoleh dari hasil pengujian
laboratorium. Data dari hasil analisis kimia sampah berguna untuk menentukan
zat-zat kimia yang terkandung dalam sampah, pada akhirnya pengujian ini
berguna untuk dapat menentukan cara pengelolaan dari sampah.
Dan yang karakteristik yang terakhir adalah karakteristik biologi sampah,
sangat penting untuk menentukan kadar organik dan non-organik dari sampah.
Selain itu, kadar biologi dari sampah sangat penting untuk mengetahui
perkembangan lalat, jamur, dan bakteri yang terkandung di dalam sampah.
Sedangkan menurut Hadiwiyoto, sampah dapat digolongkan atas beberapa
kriteria, yaitu : 66
a. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya
1. Sampah seragam. Biasanya sampah hasil kegiatan industri
umumnya dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya
terdiri atas kertas, karton, dan semacamnya yang masih tergolong
seragam atau sejenis
65
Ibid, hal 69
66
Kuncoro Sejati. (2009). “Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point, dan
Center Point.” Yogyakarta: Kanisius, hal
63. 44
2. Sampah campuran. Misalnya sampah yang berasal dari pasar atau
sampah dari tempat-tempat umum yang sangat beraneka ragam dan
bercampur menjadi satu.
b. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya
Dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sampah padat (seperti daun kertas,
karton, kaleng, dsbnya), sampah cair (misalnya bekas air pencuci,
limbah industri), dan sampah berbentuk gas (misalnya CO2, amonia,
dll)
c. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya
Dibedakan menjadi dua, yaitu sampah kota dan sampah daerah.
d. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya
Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sampah alami ialah sampah yang
terjadinya karena proses yang alami seperti rontokan dedaunan dan
sampah non-alami yaitu sampah yang terjadi karena kegiatan manusia
seperti plastik dan kertas
e. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya
Berdasarkan sifatnya sampah terdiri dari dua jenis yaitu sampah
organik dan non-organik. Sampah organik adalah sampah yang dapat
terurai oleh mikroba, biasanya terdiri atas sisa makanan, sayur, dan
buah. Sedangkan sampah non-organik adalah sampah yang tidak bisa
terurai, terdiri atas kaleng, plastik, besi, logam, dll. Sampah jenis ini
harus didaur ulang agar jumlahnya tidak menumpuk dan mengotori
lingkungan.
64. 45
Permasalahan sampah di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah
yang belum selesai. Selama masih ada populasi yang hidup di suatu wilayah,
permasalahan sampah akan tetap ada. Lalu, bagaimana sampah itu bisa muncul
dalam kehidupan kita? Penjelasannya akan dipaparkan oleh gambar berikut ini :
Bagan 1.1 Proses Timbulnya Sampah
Sumber: Bambang Wintoko, (2011)
Bagan 1.1 menjelaskan salah satu faktor bagaimana sampah bisa timbul
dalam kehidupan kita. Pada gambar tersebut ditunjukan bahwa proses
pembentukan sampah dimulai dari proses produksi. Ada hubungan antara proses
produksi dan konsumsi mengenai sampah, seperti yang digambarkan oleh bagan
1.1. Hal ini dimulai dari pabrik-pabrik yang menghasilkan barang. Kemudian
barang-barang tersebut dipasarkan kepada masyarakat melalui tahap pemasaran.
Setelah itu, masyarakat akan mengkonsumsi barang tersebut sampai pada
akhirnya sisa penggunaannya menjadi sampah. Para produsen yang memproduksi
65. 46
barang-barang tersebut harus bertanggung jawab atas dampak lingkungan dari
produk mereka. Baik bertanggung jawab dalam menciptakan produk yang
memiliki kemasan ramah lingkungan, atau langsung terjun ke lapangan untuk
menyelesaikan permasalahan sampah.67
1.4.7.4 Pengelolaan Sampah
Pada awalnya ketika jumlah penduduk Indonesia masih sedikit, sampah
bukan merupakan sebuah permasalahan. Namun, seiring dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan semakin beragamnya aktivitasnya, maka
jumlah sampah semakin banyak volumenya. Karena itu, dibutuhkan pengelolaan
yang terpadu untuk menangani sampah dalam jumlah yang besar ini, terutama di
daerah perkotaan. Dalam metode yang konvensional, pengelolaan sampah adalah
sebagai berikut :
Bagan 1.2 Metode Konvensional dalam Pengelolaan Sampah
Sumber: Bambang Wintoko, (2011)
67
Bambang Wintoko. (2011). “Bank Sampah: Keuntungan Ganda Lingkungan Bersih dan
Kemapanan Finansial”. Yogyakarta: Pustaka Baru Press, hal 42