Batasan pengembangan (development constraint) sumber daya alam dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi keterbatasan SDA yang dapat diberdayagunakan sebagai modal utama pembangunan yang perlu dipertimbangkan aspek ketersediaan dan kualitasnya (yang semakin berkurang) maupun karakteristiknya yang tergolong rentan dan berisiko tinggi untuk menunjang pembangunan. Berdasarkan hasil analisis Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang dilakukan oleh Kementerian PPN/Bappenas diketahui beberapa parameter sumber daya alam yang perlu dipertimbangkan aspek keterbatasannya dalam perencanaan pembangunan meliputi: (a) Hutan Primer; (b) Hutan di atas Lahan Gambut; (c) Habitat Spesies Langka; (d) Area Pesisir terdampak Perubahan Iklim; (e) Kawasan Rawan Bencana; (f) Ketersediaan Air; (g) Ketersediaan Energi; (h) Tingkat Emisi dan (i) Intensitas Emisi Gas Rumah Kaca.
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
Kondisi Daya Dukung Sumber Daya Alam Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
1. Batasan pengembangan (development constraint) sumber daya alam
dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi keterbatasan SDA yang dapat
diberdayagunakan sebagai modal utama pembangunan yang perlu
dipertimbangkan aspek ketersediaan dan kualitasnya (yang semakin
berkurang) maupun karakteristiknya yang tergolong rentan dan berisiko
tinggi untuk menunjang pembangunan.
KondisiDayaDukungSumberDayaAlam
DanDayaTampungLingkunganHidup
2. 2
Berdasarkan hasil analisis Kajian Lingkungan
Hidup Strategis yang dilakukan oleh
Kementerian PPN/Bappenas diketahui
beberapa parameter sumber daya alam yang
perlu dipertimbangkan aspek keterbatasannya
dalam perencanaan pembangunan meliputi:
(a) Hutan Primer; (b) Hutan di atas Lahan
Gambut; (c) Habitat Spesies Langka; (d) Area
Pesisir terdampak Perubahan Iklim; (e)
Kawasan Rawan Bencana; (f) Ketersediaan Air;
(g) Ketersediaan Energi; (h) Tingkat Emisi dan
(i) Intensitas Emisi Gas Rumah Kaca.
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
3. 3
Tutupan hutan primer Indonesia cenderung
terus berkurang. Walaupun laju deforestasi
telah berkurang secara signifikan
dibandingkan pada masa sebelum tahun
2000, namun luas tutupan hutan primer
semakin menurun sehingga diperkirakan
hanya akan tinggal tersisa 18,4 persen dari
luas lahan total nasional (189,6 juta ha) di
tahun 2045 dibandingkan kondisi di tahun
2000 yang mencapai 27,7 persen total luas
lahan nasional.
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
4. 4
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Di sisi lain, kebijakan moratorium hutan primer yang
telah diterapkan sejak tahun 2011 belum mampu
sepenuhnya mencegah penurunan luas hutan primer.
Berdasarkan analisis tutupan lahan, selama tujuh
tahun pelaksanaan kebijakan penundaan pemberian
izin baru dan penyempurnaan tata kelola hutan alam
primer dan lahan gambut sedikitnya tiga juta hektar
hutan alam primer dan lahan gambut atau kira-kira
setara dengan 5 kali luas Pulau Bali telah habis
dikonversi untuk penggunaan lain. Pada periode
yang sama, setiap tahunnya juga masih ditemukan
ribuan titik api menghancurkan kawasan hutan yang
dilindungi dalam peta Moratorium tersebut.
5. 5
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Agar tren kehilangan hutan primer
tidak berlanjut maka luas tutupan
hutan primer harus dapat
dipertahankan pada luas minimal
43 juta ha (kondisi tahun 2019).
Oleh karenanya, area moratorium
hutan primer menjadi batasan
mutlak yang harus diperhatikan
dalam perencanaan pembangunan.
6. 6
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Luas tutupan hutan, baik hutan
primer maupun sekunder yang
terletak di atas lahan gambut
semakin berkurang. Moratorium
lahan gambut dari tahun 2015
belum mampu sepenuhnya
mencegah penurunan tutupan
hutan di atas lahan gambut.
7. 7
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Dalam rencana pembangunan ke depan
Total tutupan hutan di atas lahan gambut
perlu dipertahankan minimal 9,2 juta ha
seperti kondisi di tahun 2000. Dengan
arti lain, diperlukan tambahan gambut
yang direstorasi seluas 2 juta ha dari
tahun 2015 sesuai Perpres Moratorium
Gambut untuk mencapai batas minimal
tersebut. Untuk itu, upaya restorasi lahan
gambut perlu menjadi prioritas.
8. 8
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Habitat spesies kunci terancam punah
semakin berkurang signifikan akibat
pengurangan luas tutupan hutan. Analisis
menunjukkan bahwa tutupan hutan pada
habitat species langka di sebelah barat garis
Wallacea akan menyusut dari 80,3 persen di
tahun 2000 menjadi 49,7 persen di tahun
2045, terutama pada wilayah Sumatera dan
Kalimantan. Diperkirakan luas key biodiversity
areas di sisi timur Garis Wallacea, khususnya
wilayah Papua juga berkurang signifikan.
9. 9
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Sesuai hasil analisis KLHS RPJMN
2020-2024, luas tutupan habitat
spesies langka yang harus
dipertahankan minimal seluas 43,2
juta ha. Bila kehilangan habitat satwa
langka ini tidak diantisipasi dengan
baik maka dikhawatirkan memicu
ketidakstabilan ekosistem yang dapat
menjadi hambatan utama dalam
pembangunan.
10. 10
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Total panjang pesisir rentan abrasi/akresi
akibat perubahan tinggi muka air laut
diperkirakan mencapai 18.480 km di tahun
2045. Bila tidak dilakukan intervensi maka
area yang rentan abrasi/akresi tersebut
tentunya tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk mendukung pembangunan,
khususnya mengancam keberlangsungan
pemukiman dan industri yang sudah
terdapat di area tersebut.
11. 11
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Berdasarkan hasil analisis diketahui
daerah pemukiman yang saat ini
sudah terkena efek abrasi/ akresi
sepanjang 11 km. Daerah
pemukiman yang berpotensi terkena
efek abrasi/akresi sepanjang 253
km. Sedangkan daerah pemukiman
yang perlu waspada akan dampak
abrasi/akresi sepanjang 155 km.
12. 12
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Secara geografis, Indonesia merupakan negara yang
rawan akan bencana, baik bencana hidrometeorologis
maupun geologis. Sebagian besar wilayah Indonesia
terletak di atas jalurjalur sumber gempa besar dari
zona megathrustsubduksi lempeng dan sesar-sesar
aktif sehingga bukan hanya berpotensi menimbulkan
kerusakan infrastruktur dan konektivitas dasar namun
juga dapat menimbulkan kerugian korban jiwa yang
sangat besar. Sekitar 217 juta (77 persen) penduduk
berpotensi terpapar gempa 0.1 g, dan 4 juta tinggal 1
km dari sesar aktif; Sekitar 3,7 juta penduduk
berpotensi terpapar tsunami;Sekitar 5 juta penduduk
bermukim dan beraktivitas di sekitar gunung api aktif.
13. 13
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Kawasan rawan bencana tergolong berisiko
tinggi untuk menunjang pembangunan sehingga
perlu dipertimbangkan sebagai batasan dalam
merencanakan pembangunan. Oleh karena itu,
zona dengan tingkat kerawanan bencana yang
tinggi perlu diprioritaskan menjadi kawasan
lindung dalam penataan ruang wilayah,
dibandingkan sebagai kawasan budidaya.
Apabila hal tersebut tidak bisa dihindari, maka
perlu didukung dengan adanya peningkatan
upaya adaptasi dan pengurangan risiko bencana
untuk mengurangi kerugian akibat bencana.
14. 14
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Kerusakan tutupan hutan diperkirakan
akan memicu terjadinya kelangkaan air
baku khususnya pada pulau-pulau yang
memiliki tutupan hutan sangat rendah
seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara. Dari hasil proyeksi, kelangkaan
air baku juga mulai merebak pada
beberapa wilayah lainnya dikarenakan
dampak dari perubahan iklim global yang
menerpa sebagian besar wilayah
Indonesia.
15. 15
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Diperkirakan luas wilayah kritis air
meningkat dari 6 persen di tahun 2000
menjadi 9.6 persen di tahun 2045. Saat
ini ketersediaan air sudah tergolong
langka hingga kritis di sebagian besar
wilayah Pulau Jawa dan Bali;
sementara Sumatera bagian selatan,
Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi
bagian selatan akan langka/kritis air di
tahun 2045.
16. 16
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Agar kelangkaan air tidak sampai
menghambat pembangunan maka wilayah
aman air secara nasional perlu dipertahankan
seluas minimal 175,5 juta ha (93 persen dari
luas wilayah Indonesia); sedangkan
ketersediaan air pada setiap pulau harus
dipertahankan di atas 1.000 m3
/kapita/tahun. Khusus untuk Pulau Jawa,
mengingat ancaman krisis air sudah sangat
mengkhawatirkan maka proporsi wilayah
aman air perlu ditingkatkan secara signifikan.
17. 17
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Tantangan pemenuhan kebutuhan
energi ke depan diperkirakan akan
semakin berat. Cadangan sumber
energi fosil (non-terbarukan) seperti
minyak bumi, gas dan batu bara
semakin menipis, sementara
pengembangan sumber energi
terbarukan juga masih belum
signifikan untuk dapat mencukupi
kebutuhan.
18. 18
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Suplai energi domestik diperkirakan hanya mampu
memenuhi 75 persen permintaan energi nasional pada
tahun 2030 dan akan terus menurun hingga 28 persen
di tahun 2045. Dengan harapan pertumbuhan ekonomi
yang relatif cukup tinggi, berkurangnya kemampuan
produksi energi domestik diperkirakan dapat
mempengaruhi keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan energi di tingkat nasional di masa yang
akan datang. Bila kebutuhan energi jauh melampaui
suplai dalam negeri, hal ini diprediksi akan
mengganggu defisit transaksi berjalan (Current
Account Deficit) pemerintah yang dapat berdampak
pada kestabilan kurs Rupiah dan pertumbuhan
ekonomi.
19. 19
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Suplai energi domestik diperkirakan hanya mampu
memenuhi 75 persen permintaan energi nasional pada
tahun 2030 dan akan terus menurun hingga 28 persen
di tahun 2045. Dengan harapan pertumbuhan ekonomi
yang relatif cukup tinggi, berkurangnya kemampuan
produksi energi domestik diperkirakan dapat
mempengaruhi keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan energi di tingkat nasional di masa yang
akan datang. Bila kebutuhan energi jauh melampaui
suplai dalam negeri, hal ini diprediksi akan
mengganggu defisit transaksi berjalan (Current
Account Deficit) pemerintah yang dapat berdampak
pada kestabilan kurs Rupiah dan pertumbuhan
ekonomi.
20. 20
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Guna mengurangi kelangkaan energi
tersebut, maka porsi energi baru
terbarukan harus ditingkatkan hingga
minimal 20 persen dari bauran energi
nasional pada tahun 2024. Selain itu,
diperlukan peningkatan upaya penemuan
sumber-sumber baru yang dapat
dieksploitasi untuk mengantisipasi
penurunan cadangan gas alam dan
batubara di masa mendatang.
21. 21
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Emisi GRK semakin meningkat pada kondisi
baseline, sedangkan intensitas emisi meskipun
cenderung positif namun belum mampu
mendukung upaya penurunan emisi secara
keseluruhan. Hal ini belum sejalan dengan
komitmen Pemerintah Indonesia untuk
menurunkan emisi GRK 26 persen dengan usaha
sendiri, dan 41 persen dengan dukungan
internasional pada tahun 2020. Bahkan dalam
pertemuan UNFCCC COP 21 tahun 2015 di Paris
komitmen ini ditingkatkan sehingga target
penurunan emisi menjadi minimal 29 persen di
tahun 2030.
22. 22
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Untuk mencapai target penurunan
emisi 29 persen (skenario
fair/minimal) maka emisi Gas Rumah
Kaca (GRK) harus dipertahankan di
bawah 1.825.374,5 Giga gr CO2/ tahun
pada tahun 2030. Adapun intesitas
emisi GRK harus dipertahankan di
bawah 261,1 ton CO2/ milyar Rp pada
tahun 2030 (berkurang 33 persen dari
baseline).
23. 23
Rerielestarimoerdijatlestarimoerdijat rerieLmoerdijat www.lestarimoerdijat.com LESTARI MOERDIJAT
Keterbatasan sumber daya alam merupakan
tantangan nyata yang dapat menghambat
pencapaian target-target pembangunan.
Diperlukan upaya yang holistik dan terintegrasi
dari berbagai sektor untuk mengatasi
tantangan keterbatasan sumber daya alam.
Selain itu perencanaan pembangunan perlu
memperhatikan keseimbangan antara
pemanfaatan sumber daya alam dan
pencapaian target-target pembangunan serta
memperhatikan arahan fungsi ruang dalam
pembangunan kewilayahan.