SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 104
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PANCASILA MENURUT SOEKARNO
(ANALISIS HERMENEUTIKA DILTHEY PADA PIDATO
      “LAHIRNYA PANCASILA” I JUNI 1945)


                     SKRIPSI




               Nama : Leo Budiman
                  NIM : 0541500450

           Program Studi : Ilmu Komunikasi

             Peminatan : Public Relations




        FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
          UNIVERSITAS BUDI LUHUR
                 JAKARTA
                   2010
PANCASILA MENURUT SOEKARNO
(ANALISIS HERMENEUTIKA DILTHEY PADA PIDATO
      “LAHIRNYA PANCASILA” I JUNI 1945)


                         SKRIPSI




     Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
               Sarjana Ilmu Komunikasi (S. I.Kom)


                    Nama : Leo Budiman
                      NIM : 0541500450

              Program Studi : Ilmu Komunikasi

                 Peminatan : Public Relations



         FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
           UNIVERSITAS BUDI LUHUR
                  JAKARTA
                    2010
LEMBAR PERSETUJUAN

      Setelah dilakukan bimbingan, maka skripsi dengan judul ” PANCASILA
MENURUT SOEKARNO (ANALISIS HERMENEUTIKA DILTHEY PADA
PIDATO “LAHIRNYA PANCASILA” I JUNI 1945) yang diajukan oleh Leo
Budiman-0541500450 disetujui dan siap untuk dipertanggungjawabkan di
hadapan penguji pada saat sidang skripsi strata satu (S-1), program studi
komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Budi Luhur.




                                               Dosen Pembimbing




                                          (Liza Dwi Ratna Dewi, M.Si)




                                    ii
LEMBAR PENGESAHAN

       Diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Program Studi Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Universitas Budi Luhur Jakarta, guna
melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S-1) program studi ilmu komunikasi.

                                                                        Jakarta, Desember 2010



Tim Penguji :

   1.                                                               Rusmulyadi, M.Si
        (.................................)




   2.                                                               Murdiani, M.Si
        (.................................)




   3.                                                               Liza Dwi Ratna Dewi, M.Si
        (.................................)




                                              Ketua Program Studi

                                               Ilmu Komunikasi




                           (Bambang Pujiyono, S.Sos, MM., M.Si.)




                                                      iii
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS



Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip,
                maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar




                    Nama                    : Leo budiman

                    NIM                     : 0541500450

                    Tanda Tangan            : ......................

                    Tanggal                 : 17 Desember 2010




                                       v
ABSTRAK

Nama                    : Leo Budiman
NIM                     : 0541500450
Jurusan                 : Ilmu Komunikasi
Bidang Konsentrasi      : Public Relations
Jumlah Halaman          : xi + 70 halaman
Jumlah Literatur        : 27 Buku, 2 Jurnal dan sumber dari situs internet
Judul                   : Pancasila Menurut Soekarno
                          (Analisis Hermeneutika Dilthey pada Pidato
                          “Lahirnya Pancasila” 1 Juni 1945)

           Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia telah mengalir di dalam
darah Bangsa Indonesia sejak dulu kala karena memang berasal dari kebudayaan
bangsa ini. Namun sayangnya, Pancasila yang pertama kali diutarakan oleh Ir.
Soekarno pada rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, yang merupakan hasil
penggalian kembali dari budaya dan nilai-nilai bangsa, mengalami pergeseran
makna pada masa Orde Baru. Proses pendoktrinan Pancasila pada masa Orde
Baru menjadikan keseragaman pemahaman yang sesungguhnya justru berbeda
dengan apa yang dimaksudkan Ir. Soekarno saat menawarkan konsep Pancasila
kepada peserta rapat BPUPKI.
            Pasca kejatuhan rezim Orde Baru, banyak tokoh masyarakat yang
menafsirkan Pancasila berbeda-beda dan menawarkannya kembali kepada
masyarakat untuk mendapatkan dukungan dalam panggung politik. Lalu
Bagaimana interpretasi Ir. Soekarno Mengenai Sistem Demokrasi Pancasila
di dalam Pidatonya pada Rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945? Hal inilah yang
ingin dicari tahu oleh peneliti. Penelitian ini bermaksud untuk memahami konsep
Pancasila yang sesungguhnya seperti yang diinginkan oleh Ir. Soekarno.
           Penelitian ini menggunakan metode Hermeneutika Dilthey dengan
tujuan untuk mendapatkan hasil yang terbaik sesuai dengan tujuan dari penelitian.
Metode Hermeneutika Dilthey memahami teks dengan menggunakan autobiografi
dari komunikator agar mendapatkan pandangan yang sesubjektif mungkin dari
komunikator.
           Kesimpulan yang peneliti dapatkan dalam penelitian ini adalah bahwa
konsep Pancasila yang ditawarkan oleh Ir. Soekarno merupakan hasil
penggaliannya terhadap kebudayaan Bangsa Indonesia sejak masa kejayaan
Sriwijaya dan Majapahit. Konsep Pancasila yang ditawarkan Ir. Soekarno dapat
kita pahami dengan menyelami autobiografi Ir. Soekarno dan menganalisisnya
dengan menggunakan metode Hermeneutika Dilthey.




v                                                         Universitas Budi Luhur
KATA PENGANTAR


Salam Sejahtera,

            Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa atas segala rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, lalu kepada

orang tua dan seluruh keluarga saya, yang telah memberikan segalanya dalam

kehidupan ini, sehingga saya bisa menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

”Pancasila Menurut Soekarno (Analisis Hermeneutika Dilthey Pada Pidato

“Lahirnya Pancasila” 1 Juni 1945)”. Penulisan skripsi ini adalah untuk

memenuhi salah satu syarat menyelesaikan kesarjanaan Strata (S-1) pada program

studi ilmu komunikasi.

            Dalam penulisan skripsi ini, saya telah banyak mendapatkan

bimbingan, bantuan serta dorongan baik berupa moril maupun materil dari

berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

     1. Liza Dwi Ratna Dewi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi

        Universitas Budi Luhur Jakarta dan Dosen Pembimbing dalam penelitian

        ini. Terima kasih ibu atas kesabarannya selama membimbing saya dalam

        penelitian ini.

     2. Bambang Pujiyono, S.Sos, MM., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

        Komunikasi Universitas Budi Luhur Jakarta. Terima kasih atas

        kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyusun skripsi ini

        walaupun telah memakan waktu yang terlalu lama.




vi                                                        Universitas Budi Luhur
3. Ibu Nawiroh Vera dan ibu Riyodina G. Pratikto dan seluruh dosen serta

          staf sekretariat FIKOM Univesitas Budi Luhur yang berbaik hati

          menyemangati, membuka wacana, dan bimbingan kepada saya selama ini.

      4. Keluarga besar KM Universitas Budi Luhur yang selalu bersedia menjadi

          teman diskusi dan mengingatkan serta menyemangati saya selama

          penyusunan skripsi ini.

      5. Ketiga kakak penulis yang dengan senantiasa bersabar mengingatkan

          penulis untuk menyelesaikan kuliah secepatnya.

      6. Khusus kepada Irwansyah Nuzar, Parlin Siagian, Helsusandra Syam, Tina

          Dornauli dan seluruh keluarga KM Jakarta yang telah membuka wacana

          saya tentang Pancasila.

      7. Rekan-rekan organisasi Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia

          (IMIKI) dan Himpunan Mahasiswa Komunikasi (HIMAKOM) yang telah

          memberikan pengalaman dan pemahaman kepada saya selama ini.

      8. Kepada Lisa Andriyani yang telah menjadi pasangan yang setia

          menyemangati dan mengerti dengan sabar sifat dan karakter saya.

      9. Terakhir kepada semua teman-teman dan pihak yang telah disebutkan

          maupun yang tidak disebutk an, terima kasih banyak atas pengertian dan

          dukungan kalian selama ini.

              Penulis merasa bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan

      masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya pengetahuan

      penulis. Namun, hal ini bukanlah penghalang bagi penulis untuk berusaha

      menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan penuh




vii                                                           Universitas Budi Luhur
kerendahan hati penulis akan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun

       agar segala langkah yang akan datang dapat lebih baik.

                Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

       pihak, bagi pihak Universitas Budi Luhur maupun Fakultas Ilmu Komunikasi

       (FIKOM). Penulis juga berharap agar penulisan skripsi ini berguna sebagai acuan

       dan masukan bagi pembacanya.




viii                                                            Universitas Budi Luhur
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan ............................................................................................... ii

Lembar Pengesahan............................................................................................... iii

Lembar Pernyataan Orisinalitas.……...…………………………………………. iv

Abstraksi ................................................................................................................ v

Kata Pengantar ...................................................................................................... vi

Daftar Isi ............................................................................................................... ix

Daftar Gambar ....................................................................................................... xi

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

1.2. Permasalahan ……........................................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6

1.4. Manfaat Penelitian …...................................................................................... 6

1.5. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 7

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1. Kajian Teori ………….................................................................................... 9

2.1.1. Komunikasi ……………….......................................................................... 9

2.1.2. Retorika ……….......................................................................................... 12

2.1.3. Demokrasi ….............................................................................................. 15

2.1.4. Hermeneutik................................................................................................ 17

2.2. Tinjauan Penelitian......................................................................................... 22

2.3. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 27

Bab III Metodologi Penelitian




ix                                                                                         Universitas Budi Luhur
3.1. Paradigma Penelitian ..................................................................................... 29

3.2. Pendekatan Penelitian ................................................................................... 31

3.3. Metode Penelitian .......................................................................................... 32

3.4. Objek Penelitian ............................................................................................ 33

3.5. Sumber Data ……………………………………………..………………... 33

3.6. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 34

3.7. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 35

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1. Hasil Penelitian …......................................................................................... 38

4.1.1 Sejarah Indonesia ………............................................................................ 38

4.1.2 BPUPKI dan Rapat BPUPKI ….................................................................. 42

4.1.3 Ir. Soekarno …………………………………............................................. 45

4.2. Pembahasan ……………………................................................................... 49

4.2.1. Analisis Dasar Pertama ......……………………………………………… 51

4.2.2. Analisis Dasar Kedua …………………………………………………… 57

4.2.3. Analisis Dasar Ketiga …………………………………………………… 60

4.2.4. Analisis Dasar Keempat ………………………………………………… 63

4.2.5. Analisis Dasar Kelima ……………….………………………………….. 67

Bab V Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 70

5.2. Saran ............................................................................................................ 71

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran




x                                                                                        Universitas Budi Luhur
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................. 28

2. Gambar 4.1 Hasil Keputusan Kongres Pemuda ............................................ 40




xi                                                                     Universitas Budi Luhur
BAB I

                                     PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah


        Manusia, sebagai mahluk sosial dan mahluk individu, memiliki kebutuhan

untuk hidup bersama dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu,

manusia cenderung hidup berkelompok. Salah satu bentuk pengelompokkan

manusia di dunia adalah bangsa. Manusia di dunia terbagi ke dalam bangsa-

bangsa dimana dia lahir dan membawa nilai-nilai yang dipercaya atau dianut oleh

bangsa tersebut. Bangsa menurut Ernest Renan (1968)1 adalah sekelompok

manusia yang telah mengalami pengalaman historis bersama dalam waktu yang

cukup lama. Setiap bangsa memiliki nilai-nilai yang dipegang dalam menjalani

kehidupan sehari-hari selama berabad-abad. Hal ini termasuk bagaimana seorang

individu memandang individu lain baik di dalam bangsanya ataupun di dalam

bangsa lain, juga termasuk didalamnya bagaimana bangsa tersebut memandang

alam disekitarnya. Nilai-nilai inilah yang disebut juga Philosofisch grondslag2.

Philosofisch grondslag lahir dari proses pemikiran yang mendalam sebagai upaya

manusia memahami kodratnya berada di dunia ini, yang tentu saja setiap bangsa

memiliki Philosofisch grondslag yang berbeda tergantung pada keadaan yang

dialami oleh bangsa tersebut dalam lahir dan berkembang di dunia ini.


1
  Ernest Renan adalah seorang pujangga besar berkebangsaan Perancis. Penjelasan mengenai
bangsa disampaikan oleh Ernest Renan dengan judul : “Qu’est ce qu’une nation ?” di Universitas
Sorbonne (Paris) pada 11 Maret 1882 yang disalin kembali kedalam Bahasa Indonesia oleh Prof.
Sunario S.H
2
  Philosaofiche Grondslag (Bahasa Belanda) atau disebut juga Weltanschauung (Jerman) yang
berarti dasar pemikiran, fondasi, dasar falsafah, jiwa, pikiran dan hasrat yang sedalam-dalamnya.




                                                       1      Universitas Budi Luhur
2




        Bangsa Indonesia, yang dalam sejaranya, pernah mengalami masa

keemasan lama sebelum para penjajah datang bersama VOC. Tercatat dalam

sejarah Bangsa Indonesia, yang menempati wilayah nusantara, pernah ada paling

tidak dua kerajaan besar disamping ratusan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.

Terdapat ribuan raja besar yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia. Kerajaan

Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit termasuk kerajaan yang memiliki wilayah yang

terluas, luas wilayah Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Pulau Sumatera dan

sekitarnya sampai dengan wilayah Malaysia dan Filiphina. Sedangkan Wilayah

Kerajaan Majapahit berpusat di Pulau Jawa sampai dengan pantai barat Afrika.


        Nusantara pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit memiliki wilayah

kekuasaan yang sangat luas hingga meliputi dari kepulauan Nusantara sampai ke

Madagaskar pantai Afrika Timur. Seperti Romawi dan Yunani, bangsa Indonesia

saat itu telah memiliki Philosofisch grondslag sendiri yang merupakan hasil

pemikiran mendalam dari para Empu (filsuf) yang ada. Philosofisch grondslag ini

pertama kali dikemukakan Empu Prapanca dengan sebutan Pancasila yang

disebutkan dalam karya sastra Kakawin Desa Warnnana Uthawi Nagara

Krtagama3. Kemudian seiring dengan berjalannya sejarah bangsa Indonesia yang

jatuh dan bangkit serta terjajah oleh bangsa lain selama berabad-abad,

Philosofisch grondslag ini (Pancasila) digali dan diperkenalkan lagi oleh Ir.




3
  Di dalam kitab diceritakan tentang masa kejayaan majapahit yang dipimpin oleh raja Hayam
Wuruk dan dapat memiliki wilayah yang luas berkat patih Gajah mada. Selain itu, diceritakan pula
sejarah raja-raja majapahit dan penyebab kejayaan majapahit di bawah pimpinan hayam wuruk
yang bijaksana.nilai-nilai yang dirumuskan oleh empu prapanca diteruskan secara turun temurun
melalui cerita-cerita rakyat yang sering ditampilkan sebagai hiburan rakyat melalui cerita wayang



                                                                      Universitas Budi Luhur
3




Soekarno pada Rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Republik

Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945.


       Pancasila dari kelahirannya kembali dalam Rapat BPUPKI tersebut

mampu merasuk ke dalam jiwa Bangsa Indonesia karena bukan merupakan hal

yang baru bagi Bangsa Indonesia. Pancasila juga mampu bersaing dan bertahan

dari besarnya pengaruh dari dua Philosofisch grondslag yang ada di dunia saat itu

dan Indonesia pada saat Orde Lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno

mampu bertahan dari derasnya tekanan bangsa-bangsa lain yang menganut

Kapitalisme dan Sosialisme yang pada saat itu sedang bersaing menanamkan

pengaruh pada negara-negara yang ada di dunia dengan porosnya negara-negara

Eropa Barat dan Amerika untuk Kapitalisme serta Uni Soviet dan China untuk

Sosialisme.


       Pancasila, sebagai sebuah pesan yang disampaikan dengan tehnik retorika

yang disampaikan oleh Ir. Soekarno pada rapat BPUPKI tersebut, menjadi sebuah

jawaban bagi upaya untuk mempersatukan Bangsa Indonesia yang terpecah belah

karena politik devide et impera (adu domba) yang dijalankan oleh para penjajah

untuk memecah belah bangsa Indonesia. Negara dan Bangsa Indonesia yang pada

saat itu sudah sangat merindukan kemerdekaan setelah lebih dari 350 tahun

dijajah bangsa lain masih memiliki pertanyaan besar yang harus dijawab para

pemimpin bangsa, yaitu mengenai Dasar Negara Indonesia setelah merdeka, dasar

negara dan bangsa yang bersatu dan merdeka. Dalam pidatonya, Ir. Soekarno

menyampaikan penjelasan yang sangat mendalam mengenai kebutuhan dan




                                                          Universitas Budi Luhur
4




tantangan yang akan dihadapi oleh Bangsa Indonesia setelah merdeka, dan Ir.

Soekarno juga menjelaskan bagaimana Pancasila menjadi jawaban atas segala

kebutuhan dan tantangan tersebut.


        Dalam pidato tersebut juga dijelaskan bentuk demokrasi yang sesuai

dengan Bangsa Indonesia. Bukan Demokrasi Liberal, juga bukan Demokrasi

Sosialis-Komunis tapi melainkan Demokrasi Pancasila yang berasal dari nilai-

nilai Bangsa Indonesia. Pada saat itu, para tokoh perjuangan yang mewakili

kelompok-kelompoknya4 bangsa percaya dan yakin bahwa Pancasila merupakan

jalan yang paling tepat untuk Bangsa Indonesia sehingga kemudian Pancasila

ditetapkan sebagai Dasar Negara Indonesia Merdeka. Penjelasan lebih rinci

mengenai Pancasila diperjelas lagi oleh Ir. Soekarno pada buku Pancasila Sebagai

Dasar Negara yang ditulis dari kumpulan kuliah umum yang diberikan oleh Ir.

Soekarno pada tahun 1958 sampai tahun 1959.


        Namun pada pelaksanaannya selama perjalanan Bangsa Indonesia

Merdeka, Pancasila yang dipercaya sebagai dasar pendirian Bangsa tidak

dijalankan dengan benar. Hal ini disebabkan oleh terjadinya beberapa kali proses

penyeragaman pemahaman tentang Pancasila yang dilakukan oleh pemerintah

sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pada masa Orde Lama, proses indoktrinasi

(penyeragaman pemahaman) terhadap Pancasila dilakukan oleh Ir. Soekarno

melalui kuliah umum-kuliah umum yang diadakan di beberapa universitas besar


4
  Rapat BPUPKI tanggal 1 juni 1945 dihadiri oleh tokoh-tokoh besar dari kelompok-kelompok
social yang ada di Indonesia saat itu, setidaknya terdapat Soetardjo, Dr. Soekiman, Ki Bagoes
Hadikoesomo, M. Yamin, Ki Hajar Dewantara, Sanoesi, Abi Koesno, Lim Koen Hian, dan
perwakilan dari kerajaan-kerajaan yang ada.



                                                                   Universitas Budi Luhur
5




di tanah air. Selanjutnya pada masa Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto

sebagai presiden, proses indoktrinasi dilakukan melalui suatu sistem pendidikan

yang kita kenal dengan sebutan P4 (Pendidikan Pelatihan Pengamalan Pancasila)

yang diadakan dengan satu tujuan politis yaitu desoekarnoisasi (penghancuran

citra Soekarno di masyarakat). Pancasila sebagai sebuah dasar negara dan sebagai

sebuah pesan, memberikan ruang interpretasi yang sangat luas bagi siapa saja

untuk menafsirkannya, terutama bagi pemerintah yang memegang kekuasaan. Hal

ini menyebabkan interpretasi dan pemahaman tengtang Pancasila yang sesuai

dengan apa yang dimaksudkan oleh komunikatornya semakin bias.


       Pancasila yang disampaikan sebagai sebuah pesan dalam retorika yang

dikomunikasikan oleh Ir. Soekarno pada Rapat BPUPKI tersebut telah sejak lama

dipikirkan olehnya. Pesan tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh perjalanan

hidup dan nilai-nilai yang dipercaya oleh Ir. Soekarno sebagai komunikatornya,

oleh karena itu untuk dapat memahami dengan benar Pancasila dan untuk dapat

menjalankannya dengan tepat di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka

sebaiknya kita memahami arti Pancasila dari sudut pandang Ir. Soekarno sebagai

komunikator dalam proses komunikasi tersebut.


1.2. Permasalahan


       Melihat latar belakang yang peneliti buat, maka peneliti mengangkat

rumusan permasalahan di penelitian ini adalah: Bagaimana Interpretasi Ir.

Soekarno mengenai Pancasila di komunikasikan melalui Pidatonya dalam rapat

BPUPKI 1 Juni 1945?




                                                         Universitas Budi Luhur
6




1.3.      Tujuan Penelitian


         Dari rumusan permasalahan yang peneliti kemukakan di atas, maka tujuan

dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mencari interpretasi Pancasila yang

dimaksudkan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada Rapat BPUPKI 1 Juni

1945.


1.4.      Manfaat Penelitian

       1) Manfaat Teoritis


         Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan

Ilmu Komunikasi khususnya dalam bidang Fenomenologi Komunikasi. Dalam hal

ini memberikan pemahaman tentang Pancasila yang dipresentasikan oleh Ir.

Soekarno melalui retorikanya tanggal 1 Juni 1945 pada Rapat BPUPKI.


       2) Manfaat Praktis


         Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap wawasan ilmu dan

pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi pada umumnya dan pengetahuan dalam

bidang Hermeneutika Komunikasi pada khususnya. Terutama dalam aplikasinya

terhadap proses interpretasi dan pemahaman terhadap teks sebagai pesan yang

disampaikan pada komunikasi publik, maupun aplikasinya secara pribadi. Serta

untuk menggali dan mengenalkan kembali nilai-nilai luhur bangsa yang terdapat

di dalam Pancasila kepada masyarakat luas khususnya kaum muda intelektual

yang menjadi penentu perubahan dan kemajuan bangsa ini.




                                                          Universitas Budi Luhur
7




1.5 Sistematika Penulisan


        Sistematika penulisan ini mempunyai tujuan memberikan gambaran

kepada pembaca mengenai uraian yang akan dibahas, sehingga pembaca akan

mudah memahami isi dari karya tulis ini. Penulisan karya tulis ini terdiri dari lima

bab, yaitu:


BAB I          :   PENDAHULUAN


                   Dalam bab ini peneliti menjelaskan secara singkat mengenai

                   latar belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan

                   penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

                   penelitian.


BAB II         :   KERANGKA TEORI


                   Dalam bab ini peneliti menjabarkan teori-teori yang digunakan

                   sebagai landasan berfikir untuk memahami permasalahan yang

                   diangkat dalam penelitian ini.


BAB III        :   METODOLOGI PENELITIAN


                   Dalam bab ini peneliti menjelaskan tentang Paradigma

                   Penelitian, Pendekatan Penelitian, Metode Penelitian, Objek

                   Penelitian, Sumber Data, Teknik Pemilihan Informan, Teknik

                   Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.




                                                            Universitas Budi Luhur
8




BAB IV   :   PEMBAHASAN


             Dalam     bab   ini    peneliti   menjelaskan   hasil   penelitian

             berdasarkan data yang diperoleh serta pembahasan hasil

             analisis penelitian.


BAB V    :   PENUTUP


             Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran–saran

             yang diberikan peneliti untuk dijadikan sebagai bahan

             masukan.




                                                       Universitas Budi Luhur
BAB II

                           TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


       Mengacu pada pokok permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya,

peneliti menggunakan beberapa tinjauan pustaka sebagai landasan pemikiran

dalam melakukan penelitian sebagai berikut:


2.1.1 Komunikasi


           Komunikasi dapat diartikan oleh J. B Wahyudi (1986:19) sebagai:


           Proses komunikasi yaitu bila seseorang atau kelompok melempar
           lambang atau ide yang ditunjukkan kepada orang lain atau kelompok
           lain, dengan tujuan agar terjadi persamaan pendapat diantara yang
           terlibat komunikasi, di dalam mengartikan lambang atau ide itu.
           Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung dengan atau tanpa
           media, dan dapat pula berlangsung secara rutin tetapi dapat pula
           secara tidak rutin.

           Bernard Berelson dan Gary Steiner menyatakan bahwa komunikasi

    adalah “Transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya

    dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan

    sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut

    dengan komunikasi.”(dalam Mulyana, 2000:54)


           Menurut Everret M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid, komunikasi

    adalah “Suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau

    melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya

    terjadi pengertian yang mendalam.”(Cangara, 2005:19)




                                              9                    Universitas Budi Luhur
10




       Jane Pauley (1999) memberikan definisi khusus atas komunikasi. Dia

berkata “Komunikasi merupakan: (1) transmisi informasi; (2) transmisi

pengertian; yang (3) menggunakan simbol-simbol yang sama. Jadi, kalau satu

komponen kurang maka komunikasi tidak akan terjadi.”(Liliweri, 2007:7)


       Komunikasi memiliki beberapa tipe atau bentuk yang telah di

kelompok-kelompokan oleh para pakar. Pengelompokan tersebut berdasarkan

pada sudut pandang masing-masing pakar menurut pengalaman dan bidang

studi para pakar, dan masing-masing pihak memiliki sumber yang cukup

beralasan.


       Dengan memperhatikan pandangan para pakar, Hafid Cangara,

(2005:34) dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi membagi komunikasi

ke dalam empat tipe, yakni komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi

antarpribadi, komunikasi publik dan komunikasi massa.


       Peneliti di sini hanya akan menjelaskan mengenai komunikasi publik

yang berhubungan dengan penelitian ini.


       Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi
       kolektif, komunikasi retorika, public speaking, dan komunikasi
       khalayak (audience communication). Apa pun namanya, komunikasi
       publik menunjukan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan
       disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan
       khalayak yang lebih besar. (Cangara, 2005:34)




                                                    Universitas Budi Luhur
11




       Berdasarkan penjelasan mengenai komunikasi publik yang diutarakan

oleh Hafid Cangara, dapat disimpulkan bahwa komunikasi publik, pada

umumnya, ditemui dalam berbagai aktifitas seperti kuliah umum, khotbah,

rapat akbar, pengarahan, ceramah, dan sebagainya.


       Lebih lanjut Hafid Cangara mengatakan,


       Ada kalangan tertentu menilai bahwa komunikasi publik bisa
       digolongkan komunikasi massa bila melihat pesannya yang terbuka
       Tetapi terdapat beberapa kasus tertentu di mana pesan yang
       disampaikan itu terbatas pada segmen khalayak tertentu, misalnya
       pada rapat anggota, diskusi panel, seminar, dan pengarahan. Karena
       itu komunikasi publik dapat juga dikatakan sebagai komunikasi
       kelompok jika dilihat dari segi tempat dan situasi (Cangara, 2005:34)

       Melihat dari keterbukaan pesan yang disampaikan dalam komunikasi

publik, maka hal ini dapat juga digolongkan ke dalam komunikasi massa,

namun pada beberapa keadaan, komunikasi publik tidak dapat dikategorikan

ke dalam komunikasi massa bila khalayaknya terbatas pada segmen tertentu.


       Dari beberapa definisi dan penjelasan mengenai komunikasi publik

yang telah disampaikan, peneliti menyimpulkan, bahwa komunikasi adalah

proses antara dua orang atau lebih dalam melakukan transmisi informasi, ide,

atau gagasan melalui simbol-simbol yang dapat berupa bahasa, gambar,

grafik, figur, dan sebagainya, guna mencapai pengertian yang mendalam di

antara mereka, baik secara langsung atau pun menggunakan media perantara.




                                                     Universitas Budi Luhur
12




2.1.2 Retorika


           “Craig membagi dunia komunikasi ke dalam tujuh tradisi pemikiran:

    (1) Semiotik; (2) Fenomenologis; (3) Sibernetika; (4) Sosiopsikologis; (5)

    Sosiokultural; (6) Kritis; (7) Retoris.”(Litlejohn, 2009:53)


           Craig meletakkan retorika sebagai tradisi pemikiran dalam ilmu

    komunikasi, namun Aristoteles mendefinisikan retorika sebagai:


           Someone who is always able to see what is persuasive.
           Correspondingly, rhetoric is defined as the ability to see what is
           possibly persuasive in every given case. This is not to say that the
           rhetorician will be able to convince under all circumstances. Rather
           he is in a situation similar to that of the physician: the latter has a
           complete grasp of his art only if he neglects nothing that might heal
           his patient, though he is not able to heal every patient. Similarly, the
           rhetorician has a complete grasp of his method, if he discovers the
           available means of persuasion, though he is not able to convince
           everybody.(www.plato.stanford.edu, 2002)

           Jadi dapat dikatakan bahwa retorika adalah kemampuan untuk

    berkomunikasi secara persuasif. Seorang retoris harus mampu memahami dan

    menempatkan dirinya baik sebagai komunikator atau pun sebagai komunikan

    untuk dapat menjadi persuasif sehingga dapat mempengaruhi lawan

    bicaranya.


           Retorika dalam perkembangannya, mengalami banyak perubahan

    penggunaan yang mengakibatkan berubahnya definisi retorika mengikuti

    penggunaannya dalam setiap periode sejarah peradaban manusia. Hal ini

    disebabkan karena perbedaan penggunaan retorika pada setiap periodenya.

    Oleh karena itu muncul keragaman dalam tradisi retorika antara lain : Periode




                                                             Universitas Budi Luhur
13




Klasik, Periode Pertengahan, Periode Renaissance, Periode Pencerahan,

Periode Kontemporer, dan Periode Post-Modern.


        Saat ini, retorika sering mengalami penyempitan makna--kosong atau
        kata-kata ornamen yang berlawanan dengan tindakan. Kajian retorika
        secara umum didefinisikan sebagai simbol yang digunakan manusia.
        Pada awalnya ilmu ini berhubungan dengan persuasi, sehingga
        retorika adalah seni penyusunan argumen dan pembuatan naskah
        pidato. Kemudian, berkembang sampai meliputi proses “adjusting
        ideas to people and people to ideas” dalam segala jenis
        pesan.(Littlejohn, 2009:73)

        Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss dalam bukunya Theories of

Human Communication (2009:74-76), menjelaskan Retorika dari sejarah

penggunaannya dari masa ke masa. Penulis merangkum penuturan sejarah

retorika sebagai berikut:


1. Retorika di zaman klasik (abad ke-5 sampai abad ke-1 sebelum masehi),
   didominasi oleh usaha-usaha untuk mendefinisikan dan menyusun
   peraturan dari seni retorika. Instruksi retorika paling awal diajarkan oleh
   para guru-guru pengembara, Sophist, dengan mengajarkan seni berdebat di
   kedua sisi pada sebuah kasus.
2. Pada Zaman pertengahan (400-1400 Masehi) retorika berfokus pada
   permasalahan penyusunan dan gaya. Secara pragmatis, kegunaan retorika
   pada zaman pertengahan adalah untuk penulisan surat karena pada abad ini
   banyak keputusan yang dibuat secara pribadi dalam dekrit dan surat.
   Sedangkan permasalahan tentang gaya ditekankan dalam pengajaran
   mengadaptasi pelapisan, bahasa, dan format untuk audiensi khusus.
3. Pada Zaman Renaissance (1300-1600 Masehi) disokong oleh Zaman
   Pertengahan, memandang kembali retorika sebagai filosofi seni. Yang
   menjadi tren pada zaman ini adalah Rasionalisme, sehingga para pemikir
   seperti Rene Descartes mencoba untuk menentukan apa yang dapat
   diketahui secara absolut dan objektif oleh pikiran manusia. zada zaman ini
   pun, logika atau pengetahuan juga terpisah dari bahasa dan retorika hanya
   menjadi cara untuk menyampaikan kebenaran ketika kebenaran tersebut
   diketahui.
4. Zaman Pencerahan (1600-1800 Masehi), retorika dibatasi karena gayanya,
   sehingga memunculkan pergerakan belles lettres-yang arti harfiahnya
   surat-surat indah atau menarik. Dengan adanya ketertarikan dalam gaya,
   selera, dan estetika tidak mengherankan jika sebuah gerakan seni




                                                       Universitas Budi Luhur
14




   deklamasi mengajarkan pelafalan serta sistem gerak tubuh dan gerakan
   pembicara juga muncul ke permukaan.
5. Retorika Kontemporer (beriringan pada abad ke-20), dimana abad ini
   pengaruh simbol-simbol meningkat sehingga retorika bergeser fokusnya
   dari pidato ke semua jenis penggunaan simbol. Dengan kata lain secara
   harfiah, tidak ada bentuk penggunaan simbol yang tidak dapat diteliti oleh
   para akademisi retorika. Selain itu, hal yang paling penting pada periode
   ini adalah adanya sebuah pemahaman mengenai retorika sebagai
   epistemika – sebagai sebuah cara untuk mengetahui dunia, bukan hanya
   sebuah cara untuk menyampaikan sesuatu tentang dunia.
6. Retorika post-modern (akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21). Retorika
   zaman ini mengistimewakan pendirian akan ras, kelas, gender, dan
   seksualitas ketika mereka masuk ke dalam pengalaman kehidupan khusus
   seseorang daripada mencari teori-teori yang luas dan penjelasan-
   penjelasan mengenai retorika.

       Berdasarkan kutipan penggunaan retorika dalam beberapa periode

sejarah, dapat disimpulkan bahwa secara umum retorika ialah seni

manipulatif atau teknik persuasi politik yang bersifat transaksional dengan

menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar

melalui pidato.


       “Selanjutnya, retorika jauh berbeda dengan tanpa arti, kosong, atau

pembicaraan ornamental. Hal ini merupakan seni dasar dan praktik

komunikasi manusia.” (Littlejohn, 2009:76)


       Dari kutipan di atas, maka dalam keberagaman konteks komunikasi

yang ada, tradisi retorika tidak memiliki bagian tersendiri karena teori-teori

retorika banyak yang tercakup dalam tradisi lain yang sesuai. Dengan ini, ada

perbedaan antara retorika klasik dan praktek kontemporer dari retorika yang

termasuk analisa atas teks tertulis dan visual.




                                                       Universitas Budi Luhur
15




          Berdasarkan pada penjelasan yang telah disampaikan, peneliti menarik

   kesimpulan bahwa retorika adalah seni berbicara secara manipulatif atau

   teknik persuasi politik yang bersifat transaksional dengan menggunakan

   lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato,

   dengan tujuan membuat orang lain memiliki pandangan dan pemikiran yang

   sama dengan kita sehingga bertindak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

   Untuk itu, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam

   merumuskan nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka. Retorika dapat

   dilakukan pada komunikasi kelompok dan juga komunikasi antarpribadi

   melalui komunikasi langsung ataupun menggunakan media.


2.1.3 Demokrasi


          Demokrasi, sebuah kosakata politik yang begitu sering digunakan dan

   diperdengarkan dalam wacana sosial politik kenegaraan. Demokrasi yang

   dijalankan oleh negara-negara di dunia sangatlah beragam jenisnya, ada

   demokrasi liberal, demokrasi sosialis, demokrasi komunis, demokrasi rakyat,

   demokrasi terpimpin, dan lain sebagainya.


          “Demokrasi secara etimologis berasal dari dua kata yang berasal dari

   bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk setempat

   dan “creatain” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan

   rakyat.”(www.hminews.com)      Dengan       bahasa   lain   demokrasi   adalah

   pemerintahan rakyat: pemerintahan yang diikuti oleh rakyat secara suka rela

   dan bukan karena takut atau paksa.




                                                           Universitas Budi Luhur
16




         Jadi, dalam demokrasi, rakyat adalah sumber legislasi dan sumber
         kekuasaan (source of legislation and authority). Dalam demokrasi
         kebebasan harus diwujudkan bagi setiap individu rakyats. Ada 4 jenis
         kebebasan yang dianut: (1) kebebasan beragama (freedom of religion),
         (2) kebebasan berpendapat (freedom of speech), (3) kebebasan
         kepemilikan (freedom of ownership), dan (4) kebebasan berperilaku
         (personal freedom).(www.hminews.com)

         Demokrasi dalam konteks kontemporer, Harris Soche, “Demokrasi

adalah      pemerintahan     rakyat   karena     itu     kekuasaan    melekat

pada rakyat.” (Elvani, 2007)


         Dapat disimpulkan demokrasi mengakui kehendak rakyat sebagai

landasan bagi legitimasi dan kewenangan pemerintahan (kedaulatan rakyat)

dan kehendak itu akan dinyatakan dalam sebuah iklim politik yang terbuka

melalui pemilihan umum yang bebas dan berkala.


         Sedangkan menurut C.F. Strong (seperti yang di kutip oleh Malkian

Elvani, 2007) , “Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dalam mana

mayoritas anggota dewan dari masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem

perwakilan       yang      menjamin      bahwa         pemerintah     akhirnya

mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.”


         Menurut Henry B. Mayo, system politik demokratis adalah

menunjukkan kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-

wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat, dan didasarkan atas kesamaan

politik dalam suasana terjaminnya kebebasan politik. (Elvani, 2007)




                                                        Universitas Budi Luhur
17




          International Commision for Jurist, merumuskan “Demokrasi adalah

   suatu bentuk pemerintahan untuk membuat keputusan politik diseleng-

   garakan oleh wakil wakil yang dipilih dan bertanggung jawab kepada mereka

   melalui pemilihan yang bebas.” (Elvani, 2007)


          Sedangkan, Samuel Huntington, “system politik sebagai demokratis

   sejauh para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam system itu

   dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur, dan semua orang dewasa

   mempunyai hak yang sama memberikan suara.” (Elvani, 2007)


          Maka      dapat   disimpulkan,   Sistem   Demokrasi   adalah   sistem

   pemerintahan suatu negara yang berdasarkan kedaulatan rakyat yang

   sepenuhnya dan seutuhnya baik melalui sistem perwakilan ataupun secara

   langsung. Sebuah sistem demokrasi bertujuan untuk mensejahterakan

   rakyatnya.


2.1.4 Hermeneutik


          Engkus Kuswarno (2008:25) dalam bukunya Etnografi Komunikasi

   mengatakan “Hermeneutik adalah cabang filsafat yang menguji teori tentang

   pemahaman dan penafsiran.” Selanjutnya, beliau juga mengatakan “Sebuah

   proses dipandang sebagai sesuatu yang sirkuler, jadi orang     hanya dapat

   memahami sesuatu dalam kaitannya dengan bagian-bagiannya. Namun

   bagian-bagian tersebut juga hanya dapat dipahami dari keseluruhannya.”




                                                         Universitas Budi Luhur
18




          “Secara    etimologis,   Hermeneutik    berasal     dari   kata   Yunani

   Hermeneuein yang berarti menafsirkan, kata bendanya Hermenia dapat

   diartikan sebagai penafsiran atau interpretasi.”(Steve JM, 2008:3)


          Dalam mitologi Yunani, kata hermeneutik sering dikaitkan dengan
          tokoh bernama Hermes, seorang utusan yang mempunyai tugas
          menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia. Tugas menyampaikan
          pesan berarti juga mengalihbahasakan ucapan para dewa ke dalam
          bahasa yang dapat dimengerti manusia. Pengalihbahasaan
          sesungguhnya identik dengan penafsiran. Dari situ kemudian
          pengertian kata Hermeneutika memiliki kaitan dengan sebuah
          penafsiran atau interpretasi.(Saidi, 2008)

          Ada banyak tokoh dalam Hermeneutika. Sebut saja, misalnya,

   Friedrich Ernst Schleiermacher, Wilhelm Dilthey, Martin Heidegger, Hans

   George Gadamer, Jurgen Habermas, dan Paul Ricoeur. Peneliti tidak akan

   menjelaskan pemikiran Hermeneutik semua tokoh tersebut. Dalam penulisan

   penelitian ini, penjelasan Hermeneutika yang akan disarikan adalah yang

   dikemukakan oleh Wilhelm Dilthey.


2.1.4.1 Hermeneutik Wilhelm Dilthey


          Wilhelm Dilthey adalah seorang filsuf Jerman. Ia terkenal dengan riset

   historisnya dalam bidang hermeneutik. “Ia berambisi menyusun dasar

   epistemologis baru bagi pertimbangan sejarah tentang pemahaman yang

   memandang dunia sebagai wajah interior dan eksterior.” (Steve JM, 2008:8)


          Ia sangat tertarik pada karya-karya Schleiermacher dan kehidupan
          intelektualnya, tertanam pada kemampuan intelektualnya dalam
          menggabungkan teologi dan kesusastraan dengan karya-karya
          kefilsafatan, serta kagum pada karya terjemahaan dan interpretasinya
          atas dialog Plato. (Steve JM, 2008:8)




                                                            Universitas Budi Luhur
19




       Pemikiran Dithey banyak dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan

Schleiermacher. Dia memandang hidup dan kehidupan adalah “sebuah proses

yang sedang berlangsung, suatu entitas yang secara kodrat mengalir

(Bergson). Sejarah tidak dapat dipahami kecuali melalui teori-teori dan

sebaliknya teori juga tidak dapat dipahami kecuali melalui sejarah.” (Steve

JM, 2008:11)


       Menurut Dilthey, “Hermenuetik sendiri pada dasarnya bersifat

menyejarah. Ini berarti bahwa makna itu sendiri tidak pernah ‘berhenti pada

satu masa’ saja, tetapi selalu berubah menurut modifikasi sejarah.” (Steve

JM, 2008:11)


       Dilthey mengatakan bahwa peristiwa sejarah dapat dipahami dalam

tiga proses:


       • Memahami sudut pandang atau gagasan para pelaku asli.

       • Memahami arti atau makna kegiatan-kegiatan mereka pada hal-hal
         yang secara langsung berhubungan dengan peristiwa sejarah.

       • Menilai peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan gagasan yang
        berlaku pada saat sejarahwan itu hidup.

       Menurut Dilthey, “memahami berarti menggabungkan semua daya

pikiran kita dalam pengertian.” (Steve JM, 2008:11). Dapat dikatakan bahwa

dalam memahami kita mengikuti proses mulai dari sistem keseluruhan yang

kita terima dalam pengalamana hidup sehingga kita dapat mengerti, sampai

ke pemahaman tentang diri sendiri.




                                                     Universitas Budi Luhur
20




       Proses pemahaman terdiri dari dua bagian; pertama, pengalaman yang
       hidup menimbulkan ungkapannya dan kedua, rekosntruksi berbagai
       peristiwa. Tentang sistem penyebaban, Dilthey membagi menjadi dua
       jenis Kausalzusammenhang (nexus sebab dan akibat yang bersifat
       mekanis) dan Wirkungszusanmmenhang (sistem dinamis).

       Pemikiran filsafat Dilthey dikenal dengan ’filsafat hidup’ karena ia

berupaya untuk menganalisis proses pemahaman yang membuat kita dapat

mengetahui kehidupan pikiran (kejiwaan) kita sendiri dan kejiwaan orang

lain. Tugas hermeneutika menurut Dilthey adalah untuk melengkapi teori

pembuktian validitas universal interpretasi agar mutu sejarah tidak tercemari

oleh pandangan yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan.


       Interpretasi nampaknya niscaya berupa suatu proses yang melingkar,

yaitu setiap bagian dari suatu karya sastra misalnya dapat ditangkap lewat

keseluruhannya, adapun sebaliknya keseluruhannya hanya dapat ditangkap

lewat bagian-bagiannya. Dengan demikian kita dihadapkan pada suatu

lingkaran logis. Lingkaran yang sama juga dijumpai manakala kita mencoba

memahami pengaruh-pengaruhnya yang dialami oleh pengarang atas suatu

karyanya. Kita dapat memahami situasi apa yang terdapat di benaknya hanya

jikalau kita telah mengetahui apa yang sudah dipikirkan. Lingkaran tersebut

secara logis berpautan, tidak terpecahkan, akan tetapi dalam praktek dapat

kita pecahkan setiap saat kita memahaminya.


       Proses hermeneutika selanjutnya bahwa arti suatu karya dapat

terungkap secara lebih penuh lewat karya-karya lain si pengarang, dan arti

karya-karya lain tersebut dapat dibaca lewat hidup dan watak si pengarang.

Dari pengertian inilah dapat diperoleh suatu pemahaman keadaan-keadaannya



                                                      Universitas Budi Luhur
21




sewaktu dia masih hidup, kemudian dipahami tulisan-tulisannya sebagai

suatu kejadian dalam suatu proses sejarah budaya atau sejarah sosial yang

jauh melampaui dirinya dan merupakan suatu bagian besar kisah umat

manusia. (Kaelan, 1998: 190-193)


       Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Dilthey memperlakukan

teks tertulis dalam sebuah karya sastra di hadapannya sebagai sebuah objek

interpretasi. Ia melihat teks sebagai ekspresi dari si pengarang dan interpretasi

adalah sebuah upaya untuk memahami maksud dari pengarang tersebut. Ia

percaya bahwa dengan menyelami teks kita dapat menemukan intensi dari

pengarang tersebut, dan dapat ditemukan metode untuk menyelami teks

tersebut.


       Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rekonstruksi makna

adalah hal yang mungkin dalam kehidupan kita. Bagi Dilthey, pemahaman

akan ungkapan orang lain mengikuti logika yang sama sebagaimana

seseorang memahami kegiatan dalam autobiografinya sendiri. Autobiografi

merupakan alat yang paling baik dalam memahami hidup dan kejadian dalam

hidup kita


       Penjelasan Autobiografi menurut Dilthey:


       Autobiography is the roots of all historical comprehension.
       Autobiography is all about understanding one’s self and the meaning
       of events in one’s own life. We understand how events and meanings
       are related in our own lives through reflection on our
       autobiographies. We understand why we did this or said that because
       we know the history that led up to those events and the consequences
       that arose as a result of them.



                                                         Universitas Budi Luhur
22




            Autobiografi mencerminkan akar dari semua pemahaman sejarah.
            Autobiografi berkaitan dengan pemahaman diri seseorang dan makna
            berkaitan dengan hidup kita sendiri melalui refleksi atas autobiografi
            kita. Kita dapat mengerti mengapa kita melakukan sesuatu karena kita
            tahu dari sejarah yang menuntun kita pada kejadian-kejadian tersebut.
            (Radford, 2005:163)

            Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi objek interpretasi

    dalam penelitian ini adalah teks tertulis yang merupakan transkrip dari sebuah

    pidato yang disampaikan dalam sebuah rapat. Untuk menerjemahkan dan

    menginterpretasikan aspek-aspek tersebut, peneliti harus menginduksi

    autobiografi si retoris. Jadi, kegunaan hermeneutik atau interpretasi dalam

    penelitian ini adalah untuk memahami obyek dalam konteks ruang dan waktu

    dimana obyek tersebut berada, terkait di dalamnya keseluruhan aspek kondisi

    sosial, ekonomi, budaya, pandangan hidup maupun sejarahnya.


2.2 Tinjauan Penelitian


               Dalam penelitian ini peneliti turut memberikan beberapa penelitian

    pendahulu yang memiliki kesamaan baik metodologi, metode, teori, ataupun

    objek penelitian. Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara

    lain:


2.2.1 Konstruksi Argumentasi dalam Retorika Soekarno (Kasus: Pidato
Soekarno pada 1 Juni 1945 di depan BPUPKI)

Oleh Liza Dwi Ratna Dewi dalam Tesis S2 Universitas Indonesia tahun 2007


               Di dalam penelitian ini, peneliti (Liza Dwi Ratna) meneliti dan

       menjelaskan mengenai proses penyusunan bahasa dan kata-kata yang

       digunakan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya di Rapat BPUPKI tanggal 1



                                                           Universitas Budi Luhur
23




Juni 1945. Peneliti beranggapan bahwa penyusunan bahasa dan kata-kata

yang disampaikan sebagai pesan oleh Ir. Soekarno saat itu dilakukan

dengan penuh pertimbangan dan maksud. Berdasarkan pada teori bahasa

Bakhtin, terdapat dua objek yang dituju oleh seorang komunikator dalam

mengeluarkan pesannya, objek yang nyata disebut addressee dan objek

yang abstrak adalah supperaddressee. Lebih jauh, peneliti menjelaskan

bahwa yang dimaksud addressee adalah orang yang dituju dari proses

komunikasi yang dilakukan (komunikan) sedangkan supperaddressee

adalah latar belakang komunikan seperti ideologi, pendidikan, paradigm,

nilai-nilai budaya, dll. yang mempengaruhi respon komunikan dalam

menerima dan menginterpretasikan pesan yang disampaikan dalam proses

komunikasi.


       Peneliti mengambil pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945

sebagai penelitiannya karena Ir. Soekarno sangat terkenal dengan

kemampuannya dalam berpidato. Selain itu, peneliti juga berpendapat

bahwa pidato tanggal 1 Juni 1945 mempunyai isu yang dimainkan dengan

piawai oleh Ir. Soekarno karena pada saat itu sedang dilakukan

pembahasan mengenai Dasar Negara Indonesia Merdeka dan dihadiri oleh

tokoh-tokoh pemimpin pergerakkan kemerdekaan yang berasal dari latar

belakang yang berbeda-beda.


       Untuk memahami dan mencapai tujuan penelitian, peneliti

menggunakan paradigma konstruktivis yang memandang bahwa realitas




                                                 Universitas Budi Luhur
24




        kehidupan sosial bukanlah realitas yang netral, tetapi hasil dari konstruksi.

        Peneliti juga menggunakan pendekatan kualitatif yang memahami realitas

        yang diteliti secara menyeluruh dan berfokus pada hubungan-hubungan

        antara bagian-bagian yang terpisah. Selain itu peneliti juga menggunakan

        metode Hermeneutika Wilhelm Dilthey yang mengatakan bahwa individu

        membentuk ddan dibentuk oleh konteks budaya di mana dia hidup.


2.2.2 Kedai Tiga Nyonya Sebagai Representasi Budaya Peranakan Cina-

Jawa


Oleh Lisa Andriani dalam Skripsi S1 FIKOM Universitas Budi Luhur tahun 2009


              Proses percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu

       dan saling mempengaruhi disebut akulturasi (acculturation). Salah satu

       akibat dari proses akulturasi adalah hibriditas. Hibriditas budaya (budaya

       peranakan) adalah budaya baru yang dihasilkan melalui proses perkawinan

       silang dari dua jenis budaya yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk

       melihat dan menggambarkan salah satu jenis hibriditas budaya di Indonesia,

       yaitu budaya peranakan Cina-Jawa yang terwujud dalam Kedai Tiga

       Nyonya.


              Kedai Tiga Nyonya bisa dikatakan sebagai pemain kuliner pertama

       di Jakarta yang merangkul makanan Cina peranakan. Dengan demikian,

       yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Kedai Tiga Nyonya Sebagai

       Representasi Budaya Peranakan Cina-Jawa”.




                                                             Universitas Budi Luhur
25




        Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme yang

memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially

meaningful action melalui pengamatan langsung. Teori representasi yang

digunakan    untuk   menginterpretasikan   data   penelitian   ini   adalah

Hermeneutika Wilhelm Dilthey. Pendekatan dari penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, karena secara umum digunakan untuk memperoleh

hasil penelitian yang bersifat deskriptif berupa kata-kata dari suatu objek

penelitian. Metodologi penelitian ini adalah metode etnografi, karena

metode ini dapat menggambarkan, menjelaskan dan membangun hubungan

dari kategori-kategori dan data yang ditemukan. Selain itu, ciri khas

penelitian lapangan etnografi adalah bersifat holistik, integratif, thick

description, dan analisis kualitatif untuk mendapatkan native’s point of

view.


        Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kedai Tiga Nyonya

merepresentasikan budaya peranakan Cina-Jawa. Budaya peranakan Cina-

Jawa yang terwujud dalam Kedai Tiga Nyonya, ditampilkan dan diartikan

sesuai latar belakang atau riwayat hidup dari pemilik Kedai. Kedai Tiga

Nyonya selain menjadi bangunan secara utuh, juga berperan pada

pembentukan ruang-ruang sosial dan simbolik, sebuah “ruang” menjadi

cerminan dari perancang dan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Pendek

kata, Kedai Tiga Nyonya menjadi cerminan budaya dari pemilik Kedai -

Paul B. Nio yaitu budaya Peranakan Cina-Jawa (Semarang).




                                                    Universitas Budi Luhur
26




2.2.3 Wacana feminism dalam Novel Ayu Manda (Studi Analisis

Hermeneutika)


Oleh Fitria Lestari dalam Skripsi S1 FIKOM Universitas Budi Luhur tahun 2010


       Novel merupakan salah satu media massa cetak yang dapat member

banyak inspirasi bagi para pembacanya. Alur cerita dalam sebuah novel dapat

membentuk sebuah imajinasi dan menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda

dari masing-masing pembaca. Oleh karena itu, teks bersifat polisemis, yaitu dapat

mengandung dan menimbulkan banyak makna. Dalam novel ini, diangkatnya

tema feminism      membuat     penulis   tertarik   untuk   melakukan   penelitian.

Permasalahan yang terdapat dalam novel ini berkaitan dengan feminism adalah

masalah poligami, posisi perempuan dalam budaya Bali, seperti dalam hal hokum

waris dan dalam struktur kasta, serta budaya patriarki dalam kaitannya dengan

ketidaksetaraan gender.


       Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana wacana

feminism ditampilkan dalam novel Ayu Manda.


       Metodologi penelitian yang digunakan adalah hermeneutika dari Paul

Ricouer. Metode hermeneutika dilakukan melalui sebuah proses interpretasi untuk

mengetahui makna dari sebuah makna. Ada berbagai segi yang diperhatikan

dalam meneliti suatu teks yaitu dari segi bahasa, segi latar belakang penulis, segi

lingkungan teks, segi kaitan dengan teks lain, serta “dialog” dengan pembaca.

Dalam hermeneutika, pembaca secara sengaja dan hati-hati melakukan interpretasi

serta penafsiran tentang apa yang dibacanya, dalam hal ini teks novel Ayu Manda.



                                                            Universitas Budi Luhur
27




       Hasil penelitian yang diperoleh yaitu mengenai bagaimana masalah

poligami dalam perspektif dua orang tokoh perempuan dalam novel ini, yaitu

sebagai istri pertama dan istri kedua. Selain itu novel ini juga menggambarkan

bagaimana budaya patriarki telah melahirkan ketidakadilan gender terhadap

perempuan serta posisi perempuan dalam kebudayaan Bali yang direpresentasikan

lewat seorang tokoh utama dalam novel ini yaitu Ayu Manda.


       Kesimpulan yang penulis buat berdasarkan hasil penelitian di atas adalah

tentang budaya patriarki yang sangat erat kaitannya dengan lahirnya sebuah

gerakan feminism. Patriarki dianggap sebagai sumber dimana perempuan

ditempatkan tidak sejajar dalam tatanan masyarakat. Kemudian saran yang dapat

penulis sampaikan adalah ditujukan kepada seluruh perempuan Indonesia agar

terus berjuang menunjukan eksistensi dirinya dengan semangat feminism.


2.3 Kerangka Pemikiran


           Berdasarkan pada penjelasan landasan teori yang telah peneliti

    jelaskan di atas, maka kerangka pemikiran peneliti dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut.




                                                           Universitas Budi Luhur
28




                  Konsep ide Pancasila Ir. Soekarno
                        Pada Rapat BPUPKI
                        (Tanggal 1 Juni 1945)




                            Hermeneutika
                           Wilhelm Dilthey




                             Interpretasi
                     Sistem Demokrasi Pancasila



              GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN


       Gambar 2.1 menunjukan bahwa penelitian ini akan menjelaskan

interpretasi dari Sistem Demokrasi Pancasila yang berdasarkan pada teks

retorika Ir. Soekarno pada Rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.


       Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Sistem Demokrasi

Pancasila yang sebenarnya menurut Ir. Soekarno dengan mendeskripsikan

dan menganalisis tanda-tanda verbal maupun non verbal dari naskah retorika

Ir. Soekarno pada rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Perspektif teori yang

digunakan untuk menginterpretasikan data yang diperoleh dalam penelitian

ini adalah teori interpretasi Hermeneutika Wilhelm Dilthey yakni dengan cara

menginduksi autobiografi Ir. Soekarno dan menganalisa teks retorika Ir.

Soekarno pada Rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.



                                                      Universitas Budi Luhur
BAB IV

                      HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Sejarah Indonesia


       Pra Kolonial


                    Bangsa Indonesia yang telah menetap di wilayah kepulauan

       nusantara selama beribu-ribu tahun, hal ini ditandai dengan ditemukannya

       fosil manusia tertua di dunia yang di kenal dengan sebutan paleo javanicus5,

       mempunyai kebudayaan dan peradaban yang tinggi.


                   Bangsa Indonesia sejak dahulu telah memiliki sistem pemerintahan

       dengan bukti adanya kerajaan-kerajaan yang tersebar di seluruh wilayah

       nusantara. Kerajaan yang tertua adalah Kerajaan Kutai yang berada di Pulau

       Kalimantan. Selain itu juga dikenal banyak kerajaan-kerajaan lainnya seperti

       Singosari, Samudra Pasai, Sriwijaya, Mataram, Demak, Majapahit dan lain

       sebagainya. Dua kerajaan yang memiliki wilayah kekuasaan terbesar adalah

       kerajaan Sriwijaya dan Majapahit yang juga dikenal dengan sebutan Kerajaan

       Nusantara.




5
    Berasal dari bahasa latin yang artinya Manusia Jawa




                                                          38            Universitas Budi Luhur
39




                Kerajaan-kerajaan nusantara sangat membuka diri dengan bangsa

    lain dalam semangat perdagangan. Banyak pedagang bangsa lain yang dating

    dan kemudian menetap di wilayah nusantara seperti China, India, Arab, dan

    Eropa.


    Jaman Kolonial


                Bangsa Asing yang pertama kali menjajah nusantara adalah

    Belanda. Belanda atau lebih tepatnya VOC6 pertama kali datang ke Indonesia

    pada abad ke 16 di Semenanjung Malaka. Setelah itu VOC langsung

    memonopoli perdagangan dan menjajah Bangsa Indonesia selama kurang

    lebih tiga setengah abad lamanya. VOC bangkrut pada abad ke 18, dan

    setelah pemerintahan kolonial Inggris yang pendek, Belanda mengambil alih

    kembali penjajahan atas Indonesia. Penjajahan Belanda atas Indoensia

    berangsung dengan banyak pasang surut, dengan banyaknya perlawanan di

    setiap daerah dan beberapa kali terjadi pergantian gubernur jendral.7


    Kebangkitan Nasional


                Bangsa Indonesia di bawah kolonialisme Belanda sangatlah

    menderita.     Terdapat     banyak     pembatasan      yang     diberlakukan     oleh

    pemerintahan kolonialisme. Salah satunya adalah pembatasan pendidikan

    dimana hanya keturunan para raja dan priyai saja yang dapat memperoleh

6
  VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) merupakan sebuah kamar dagang atau perusahaan
pemerintah Belanda. Diberikan hak untuk memonopoli perdagangan dan aktivitas kolonial oleh
parlemen Belanda pada tahun 1602. Bermarkas di Batavia yang sekarang bernama Jakarta
7
   Gubernur Jendral adalah sebutan untuk pimpinan tertinggi pemerintah kolonial di daerah
jajahannya yang merupakan perwakilan langsung dari Ratu Belanda.




                                                                  Universitas Budi Luhur
40




     pendidikan formal. Selain itu Bangsa Indonesia juga dilarang untuk berserikat

     dan berkumpul. Namun pada tanggal 2 Mei 19088, berdiri serikat pertama

     yang bernama Boedi Oetomo yang dideklarasikan oleh tiga orang yang

     dikenal sebagai Tiga Serangkai. Organisasi Boedi Oetomo bergerak dalam

     dunia pendidikan terutama untuk rakyat kecil yang tidak dapat masuk ke

     dalam sekolah-sekolah buatan belanda.


                Setelah itu, kejadian besar yang perlu disoroti dalam garis sejarah

     Bangsa Indonesia adalah Kongres Pemuda9 yang menjadi tanda dari

     persatuan perjuangan kemerdekaan di seluruh wilayah nusantara. Kongres

     Pemuda ini lalu mengeluarkan keputusan yang dikenal dengan Sumpah

     Pemuda.




    Gambar 4.1 Hasil Keputusan Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober
                             1928 di Jakarta.

8
 Kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
9Sumpah Pemuda, (28 Oktober 1928) deklarasi yang di gagas oleh para pemuda Indonesia untuk
bersatu dalam perjuangan memerdekakan Bangsa Indoensia dari penjajahan. Di tandai dengan
pembacaan sumpah untuk mengakui Tanah air, kebangsaan, dan Bahasa yang digunakan.



                                                                 Universitas Budi Luhur
41




         Selanjutnya perjuangan kemerdekaan berlangsung terus menerus

disetiap daerah dengan semangat yang baru, bukan lagi semangat kedaerah

melainkan semangat persatuan se Indonesia.


         Pada tahun 1942, bangsa Jepang yang ingin menaklukan negara-

negara sekutu berhasil menghancurkan pangkalan militer Amerika di Pearl

Harbour. Kejayaan Bangsa Jepang saat itu sampai ke Indonesia dengan

memukul mundur Belanda dari Nusantara. Namun hal ini tidak menjadikan

Bangsa Indonesia merdeka melainkan mendapat penjajah baru yaitu Bangsa

Jepang. Pada awal penjajahannya, Bangsa Jepang begitu baik sehingga para

pejuang kemerdekaan menjadi kooperatif. Bangsa Jepang menjanjikan

kemerdekaan Bangsa Indonesia jika membantu peperangan melawan sekutu

pada perang dunia kedua. Pada tahun 1945 pemerintahan kolonial Jepang

membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI) untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. BPUPKI yang

hanya berumur beberapa bulan saja lalu digantikan oleh Panitia persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI).


         Pada pertengahan tahun 1945 Amerika membom atom kota

Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat

ke[ada sekutu dan mengakhiri perang. Dengan kekalahan Jepang dari sekutu,

maka terjadi kekosongan pemerintahan kolonial di Indonesia, hal inilah yang

dimanfaatkan oleh para pemuda Indonesia untuk mendesak Ir. Soekarno dan

Mohammad Hatta yang pada saat itu merupakan tokoh sentral perjuangan




                                                     Universitas Budi Luhur
42




   kemerdekaan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para

   pemuda menculik ke dua tokoh tersebut dan membawanya ke daerah Rengas

   Dengklok dengan tujuan agar tidak mendapat pengaruh dari pihak-pihak yang

   dapat menghalangi usaha kemerdekaan.


4.1.2 BPUPKI dan Rapat BPUPKI


             Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan

   tentara Sekutu. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia

   membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji

   kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana

   Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus

   terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji

   kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan

   tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar

   Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura) No. 23.


             Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan

   Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

   Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk

   selanjutnya   dikemukakan    kepada    pemerintah    Jepang   untuk   dapat

   dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.




                                                        Universitas Budi Luhur
43




         Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan

mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945. Dalam

sidang pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara

untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak anggota

yang berbicara dan menyampaikan pandangannya mengenai pendirian Negara

Indonesia Merdeka namun kemudian pada tahun 1984, Lembaga Soekarno –

Hatta menerbitkan buku Sejarah Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 dan

Pancasila, yang mengatakan bahwa hari lahirnya Pancasila 1 Juni 1945 tidak

bisa dilepaskan dari Soekarno. Sebab Soekarno adalah satu-satunya orang

yang mengemukakan Pancasila sebagai dasar negara di depan sidang

BPUPKI 29 Mei - 1 Juni 1945.


         Pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mengajukan usul mengenai

calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu: (1) Nasionalisme

(Kebangsaan Indonesia), (2) Internasionalisme (Perikemanusiaan), (3)

Mufakat atau Demokrasi, (4) Kesejahteraan Sosial, dan (5) Ketuhanan yang

Berkebudayaan.


         Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih

lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas

menjadi Trisila, yaitu: 1. Sosio-nasionalisme, 2. Sosio-demokrasi, 3.

Ketuhanan. Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi

Ekasila yaitu Gotong Royong.




                                                    Universitas Budi Luhur
44




          Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota

BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya

adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta

melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi

kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan

tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan

orang, yaitu Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wachid Hasjim, Mr.

Muh. Yamin, M. Sutardjo Kartohadikusumo, Mr. A.A. Maramis, R. Otto

Iskandar Dinata, dan Drs. Muh. Hatta.


          Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia

Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang

dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik

Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu: Ir.

Soekarno, Drs. Muh. Hatta, Mr. A.A. Maramis, K.H. Wachid Hasyim, Abdul

Kahar Muzakkir, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, Mr. Ahmad

Subardjo, dan Mr. Muh. Yamin.


          Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal

itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah

Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam

Jakarta”. Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 Juli 1945, hasil yang

dicapai adalah merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus.

Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia




                                                     Universitas Budi Luhur
45




    (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada

    Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut

    dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia,

    yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17

    Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan

    sidang, dengan acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar

    dengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil

    Presiden.


4.1.3 Ir. Soekarno


                Penjelasan tentang Ir. Soekarno pada sub bab ini merupakan

    ringkasan peneliti dari berbagai sumber yang didapat seperti buku Soekarno

    Penjambung Lidah Rakjat Indonesia tulisan Cindi Adams yang ditulis dari

    hasil wawancaranya dengan Ir. Soekarno. Wawancara yang dilakukan

    merupakan permintaan langsung dari Ir. Soekarno untuk menuliskan riwayat

    hidupnya pada masa akhir hidup Soekarno. Selain buku tersebut ada pula

    beberapa sumber lain yang digunakan oleh peneliti dengan upaya untuk

    benar-benar dapat memahami alam pikiran Ir. Soekarno semasa ia hidup.


                Ir. Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur, pada tanggal 6 Juni 1901

    dan wafat di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun. Beliau adalah

    Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 - 1966. Ia

    memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari

    penjajahan Belanda. Ia adalah menggali kembali Pancasila dari sari pati




                                                           Universitas Budi Luhur
46




Bangsa Indonesia. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia bersama

dengan Mohammad Hatta yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.


          Soekarno semenjak kecil sudah sangat cerdas dan mempunyai

kemampuan memimpin yang terbawa sejak lahir. Kedua orang tuanya sangat

percaya bahwa dia akan menjadi seorang pemimpin besar karena dilahirkan

pada saat fajar tiba. Sejak keccil ayahnya sudah merencanakan pendidikan

yang akan diberikan kepada Soekarno agar ia dapat menjadi orang besar.

Ayahnya menggunnakan haknya sebagai keturunan dari keluarga raja untuk

memasukan Soekarno ke sekolah untuk anak-anak Belanda, karena hanya

dari sekolah itulah Soekarno dapat melajutkan pendidikan formalnya sampai

ke perguruan tinggi seperti yang direncanakan oleh ayahnya.


          Pekerjaan ayahnya sebagai seorang guru menjadikan Soekarno

sangat dekat dengan ruang pendidikan dan menganggap bahwa pendidikan

sangatlah penting untuk menjadi sukses dalam hidup. Hal ini mempengaruhi

Soekarno sehingga ia sangat gemar membaca dan mendengarkan orang

berdiskusi, ia juga sangat gemar belajar dan lebih meluangkan waktunya

semasa remaja untuk belajar.


Latar belakang dan pendidikan


          Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya

bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Jawa.

Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai berasal dari Buleleng, Bali. Ketika

kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. Pada



                                                     Universitas Budi Luhur
47




       usia 14 tahun, seorang kawan dari ayahnya yang bernama Oemar Said

       Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke

       Hoogere Burger School (H.B.S.) di sana sambil mengaji di tempat

       Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para

       pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu.

       Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa).

       Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School

       (sekarang ITB) di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung,

       Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes

       Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische

       Partij10.


                   Semasa kecilnya, Soekarno sangat gemar dengan pertunjukan

       wayang. Dengan tinggal bersama dengan kakeknya, Soekarno kecil sering

       diajak untuk ikut menonton pertunjukan wayang. Soekarno kecil dengan

       kecerdasannya dapat memahami inti dari cerita wayang yang ia tonton.


                   Di usia muda, Soekarno dititipkan kepada Tjokroaminoto yang saat

       itu sangat aktif dalam Serikat Islam (SI). Soekarno mendapatkan pemahaman

       tentang Islam yang lebih mendalam dari Tjokroaminoto dan teman-temannya

       di SI. Selain mendapatkan pengetahuan tentang Islam, Soekarno juga

       mendapatkan        kemudahan dalam membaca buku-buku pengetahuan yang

       dimiliki oleh Tjokroaminoto, terutama yang menjadi kesukaannya adalah

       buku-buku tentang filsafat.
10
     Partai Nasional Indonesia (Bahasa Belanda)




                                                             Universitas Budi Luhur
48




            Selanjutnya Soekarno meneruskan sekolahnya di TBS di Bandung.

Di sana dia tinggal di rumah temannya Tjokroaminoto. Ketika bersekolah di

TBS, Soekarno memulai aktifitas pergerakan politiknya untuk menentang

penjajah. Ia mulai menulis artikel-artikel perlawanan, selain aktif dalam

kelompok-kelompok diskusi. Salah satu tulisannya yang terkenal berjudul

Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme yang di muat dalam Suluh

Indonesia. Sedangkan kelompok diskusi yang ia buat berkembang menjadi

Partai Nasional Indonesia (PNI).


            Karena aktifitas politiknya, Soekarno ditangkap dan diadili oleh

Pemerintah Kolonial Belanda. Pada saat itulah Soekarno menyampaikan

pledoinya yang terkenal dengan judul Indonesia Menggugat di hadapan

hakim dari Belanda. Berdasarkan keputusan pengadilan, Soekarno pun di

penjara di rumah tahanan di Bandung. selain di penjara, Soekarno juga

beberapa kali diasingkan, namun semua hal itu tidak menurunkan semangat

Soekarno untuk memerdekakan bangsanya dari penjajahan.


            Soekarno juga memimpin organisasi Putera pada masa penjajahan

Jepang. Hal ini karena janji Perdana Mentri Jepang yang akan memberikan

kemerdekaan kepada Bangsa Indonesia di kemudian hari jika bersedia

membantu Jepang dalam perang. Namun pada saat Jepang mengalami

kekalahan     perang,   para   pemuda   Indonesia   segera   menemui    dan

mengamankan Soekarno dan Hatta dengan membawa mereka ke Rengas

Dengklok. Di sana, para pemuda Indonesia mendesak Soekarno untuk segera




                                                      Universitas Budi Luhur
49




   memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Keesokan harinya pada tanggal

   17 Agustus 1945, Soekarno bersama Hatta memproklamasikan kemerdekaan

   Indonesia dan tidak lama setelah itu mereka berdua di tetapkan sebagai

   Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang pertama.


4.2 Pembahasan


               Dalam penelitian ini, hasil penelitian dan pembahasan merupakan

   hasil dari interpretasi yang penulis lakukan terhadap teks-teks dalam pidato Ir.

   Soekarno tanggal 1 Juni 1945. Ada beberapa alasan mengapa penulis memilih

   teks-teks yang akan diteliti kemudian adalah yaitu pertama adalah karena teks

   ini merupakan sebuah momen sejarah yang sangat penting karena dikenal

   juga sebagai Kelahiran Pancasila. Kedua, pidato ini disampaikan dan menjadi

   jawaban dalam rapat BPUPKI yang pada saat itu sedang membahas persoalan

   bangsa mengenai Dasar Indonesia Merdeka.


               Proses pemaknaan tersebut menggunakan metode hermeneutika

   Wilhelm Dilthey. Berikut ini adalah hasil penelitian dan pembahasan untuk

   mengetahui seperti apa pemahaman Pancasila yang dimaksud oleh Ir.

   Soekarno.


               Ir. Soekarno memberikan lima dasar yang disebut Pancasila untuk

   menjadi Dasar Negara Indonesia Merdeka, kelima dasar itu adalah:


               1. Kebangsaan,

               2. Internasionalisme,




                                                           Universitas Budi Luhur
50




  3. Musyawarah mufakat, perwakilan,

  4. Keadilan sosial, dan

  5. Ketuhanan Yang Maha Esa


  Penjelasan makna kelima dasar di atas adalah sebagai berikut:


1. Nasionalisme, yang memiliki pemahaman bahwa perlu adanya

   kecintaan Bangsa Indonesia terhadap tanah airnya yang meliputi

   seluruh wilayah nusantara dari utara Pulau Sumatera sampai

   selatan Pulau Irian dan rasa persatuan dengan memahami bahwa

   semua suku di dalamnya merupakan satu bangsa yang sama yaitu

   Bangsa Indonesia. Dasar ini di kemudian hari kita kenal sebagai

   sila Persatuan Indonesia.

2. Peri Kemanusiaan atau Internasionalisme, dasar ini memiliki

   pemahaman bahwa perlu adanya perilaku menghargai bangsa lain

   dan menghindari pemahaman yang meninggikan bangsa sendiri di

   atas bangsa lain, memahami bahwasannya setiap bangsa setara

   dan sejajar kedudukannya. Dasar ini kita kenal sebagai sila

   Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

3. Permusyawaratan perwakilan, dasar ini dapat dipahami sebagai

   demokrasi     yang       dalam   mengambil    keputusan        lebih

   mengedepankan     musyawarah      untuk   mufakat   dan   dengan

   persamaan hak untuk setiap golongan untuk memberikan

   perwakilan-perwakilannya di lembaga parlemen yang ada. Dasar




                                              Universitas Budi Luhur
51




                  ini kita kenal sebagai sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat

                  Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.

          4. Keadilan Sosial, dasar ini melengkapi dan menyempurnakan sistem

                  demokrasi Indonesia yang dapat dipahami bahwa demokrasi

                  Indonesia bukan hanya memberikan keadilan dalam politik tetapi

                  juga menjamin keadilan dalam ekonomi. Demokrasi yang

                  menjamin    akan   terciptanya   kesejahteraan    seluruh   rakyat

                  Indonesia. Dasar ini kemudian kita kenal sebagai sila Keadilan

                  Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.


                 Ketuhanan Yang Maha Esa, dasar ini dapat kita pahami bahwa

                 Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Tuhan, tetapi Tuhan

                 yang   berkebudayaan.   Ketuhanan     yang     saling   menghargai

                 perbedaan pendapat dan keyakinan dalam semangat persatuan

                 Kebangsaan Indonesia. Ketuhanan yang saling menghormati dan

                 saling menghargai antar umat beragama.


4.2.1 Analisis Dasar Pertama


                 Di bawah ini merupakan teks yang memberikan gambaran

    mengenai dasar pertama Pancasila yaitu dasar Kebangsaan yang di

    maksudkan oleh Ir. Soekarno pada pidato di dalam rapat BPUPKI tanggal 1

    Juni 1945:




                                                              Universitas Budi Luhur
52




                          … itu bukan berarti satu kebangsaan dalam arti yang
                   sempit, tetapi saya menghendaki satu nationale staat11, seperti
                   yang saya katakan dalam rapat di Taman Raden Saleh beberapa
                   hari yang lalu. Satu Nationale Staat Indonesia bukan berarti staat
                   yang sempit. Sebagai Saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo katakan
                   kemarin, maka Tuan adalah orang bangsa Indonesia, bapak Tuan
                   pun adalah orang Indonesia, nenek Tuan pun bangsa Indonesia,
                   datuk datuk Tuan, nenek moyang Tuan pun bangsa Indonesia. Di
                   atas satu kebangsaan Indonesia, dalam arti yang dimaksudkan
                   oleh Saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo itulah, kita dasarkan
                   Negara Indonesia…(Lahirnya Pancasila)

                   Dalam kutipan di atas, Ir. Soekarno menghendaki adanya rasa

       Kebangsaan di antara seluruh rakyat Indonesia. Kebangsaan dalam arti yang

       luas yaitu yang telah terjalin sejak masa leluhur kita. Lebih lanjut, Ir.

       Soekarno mengatakan:


                          Tempat itu yaitu tanah air. Tanah air itu adalah satu
                   kesatuan. Allah s.w.t. membuat peta dunia, menyusun peta dunia.
                   Kalau kita melihat peta dunia, kita dapat menunjukkan di mana
                   “kesatuan kesatuan” di situ. Seorang anak kecil pun – jikalau ia
                   melihat peta dunia – ia dapat menunjukkan bahwa kepulauan
                   Indonesia merupakan satu kesatuan. Pada peta itu dapat
                   ditunjukkan satu kesatuan gerombolan pulau pulau di antara 2
                   lautan yang besar, Lautan Pacific dan Lautan Hindia, dan di
                   antara 2 benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Seorang
                   anak kecil dapat mengatakan, bahwa pulau pulau Jawa,
                   Sumatera, Borneo, Selebes, Halmahera, Kepulauan Sunda Kecil,
                   Maluku, dan lain lain pulau kecil di antaranya, adalah satu
                   kesatuan.(Lahirnya Pancasila)

                   Di sini disampaikan dan ditekankan bahwa kesatuan Bangsa

       Indonesia dan merupakan tanah air Bangsa Indonesia sejak jaman leluhur

       yang mencakup seluruh Kepulauan Nusantara, dari ujung utara Sumatera

       sampai ujung selatan Irian, merupakan sebuah kesatuan yang telah




11
     Nationale staat, berasal dari Bahasa Belanda yang artinya Negara Nasional




                                                                      Universitas Budi Luhur
53




     ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya perkataan di atas

     diperkuat lagi dengan logika ilmiah dari ilmu Geopolitik melaui perkataan:


                         Maka manakah yang dinamakan tanah tumpah darah kita,
                 tanah air kita? Menurut geopolitik, maka Indonesia lah tanah air
                 kita. Indonesia yang bulat – bukan Jawa saja, bukan Sumatera
                 saja, atau Borneo saja, atau Selebes saja, atau Ambon saja, atau
                 Maluku saja, tetapi segenap kepulauan yang ditunjuk oleh Allah
                 s.w.t. menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera
                 – itulah tanah air kita!(Lahirnya Pancasila)

                 Penekanan selanjutnya untuk menegaskan maksud maksud di atas

     disampaikan melaui kalimat:


                        Pendek kata, bangsa Indonesia – Natie Indonesia –
                 bukanlah sekadar satu golongan orang yang hidup dengan “le
                 desir d’etre ensemble”12 di atas daerah yang kecil seperti
                 Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis,
                 tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia manusia yang,
                 menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah s.w.t., tinggal
                 di kesatuannya semua pulau pulau Indonesia dari ujung Utara
                 Sumatera sampai ke Irian! Seluruhnya!(Lahirnya Pancasila)

                 Perkataan selanjutnya yang menerangkan mengenai maksud dari

     dasar kebangsaan yang diinginkan oleh Ir. Soekarno adalah:


                         Nationale staat hanya Indonesia seluruhnya, yang telah
                 berdiri di zaman Sriwijaya dan Majapahit dan yang kini pula kita
                 harus dirikan bersama sama. Karena itu, jikalau Tuan tuan
                 terima baik, marilah kita mengambil sebagai dasar Negara yang
                 pertama: Kebangsaan Indonesia. Kebangsaan Indonesia yang
                 bulat! Bukan kebangsaan Jawa, bukan kebangsaan Sumatera,
                 bukan kebangsaan Borneo, Sulawesi, Bali, atau lain lain, tetapi
                 kebangsaan Indonesia, yang bersama sama menjadi dasar satu
                 nationale staat.(Lahirnya Pancasila)




12
  le desir d’etre ensemble atau l’ame et le desir, bahasa Perancis yang berarti persatuan jiwa dan
kehendak




                                                                        Universitas Budi Luhur
54




         Kalimat di atas menegaskan bahwa Negara Indonesia harus

dibangun bersama-sama oleh seluruh Bangsa Indonesia, bukan hanya

penduduk Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali atau pun suku bangsa lainnya

tetapi keseluruhan penduduk kepulauan nusantara seperti yang pernah

dibangun oleh leluhur bangsa pada masa Sriwijaya dan Majapahit.

Selanjutnya, untuk merangkul pula rakyat Indonesia yang merupakan

keturunan Tionghoa, pada rapat itu diwakili oleh Liem Koen Hian, Ir.

Soekarno menyampaikan:


                 Saya mengaku, pada waktu saya berumur 16 tahun, duduk
         di bangku sekolah HBS di Surabaya, saya dipengaruhi oleh
         seorang sosialis yang bernama A. Baars, yang memberi pelajaran
         kepada saya. Katanya: “Jangan berpaham kebangsaan, tetapi
         berpahamlah rasa kemanusiaan sedunia, jangan mempunyai rasa
         kebangsaan sedikitpun”. Itu terjadi pada tahun ’17. Tetapi pada
         tahun 1918, alhamdulillah, ada orang lain yang memperingatkan
         saya, ialah Dr. Sun Yat Sen! Di dalam tulisannya, San Min Chu I
         atau The Three People’s Principles, saya mendapat pelajaran yang
         membongkar kosmopolitisme yang diajarkan oleh Baars itu.
         Dalam hati saya sejak itu tertanamlah rasa kebangsaan, oleh
         pengaruh The Three People’s Principles itu. Maka oleh karena itu,
         jikalau seluruh bangsa Tionghoa menganggap Dr. Sun Yat Sen
         sebagai penganjurnya, yakinlah, bahwa Bung Karno juga seorang
         Indonesia yang dengan perasaan hormat sehormat hormatnya
         merasa berterima kasih kepada Dr. Sun Yat Sen, sampai masuk
         ke lobang kubur.(Lahirnya Pancasila)

         Kutipan di atas dimaksudkan untuk merangkul rakyat Indonesia

keturunan Tionghoa yang sejak lama menjadi bagian dari Bangsa Indonesia.

Pada teks di atas juga menerangkan bahwa paham kebangsaan yang dimaksud

oleh Ir. Soekarno sama seperti yang dimaksudkan oleh Sun Yat Sen di dalam




                                                    Universitas Budi Luhur
55




     prinsipnya yang terkenal sebagai San Min Chu I atau The Three People’s

     Principles13.


                Keseluruhan kutipan pidato di atas yang peneliti sajikan

     menjelaskan dasar pertama dari Pancasila yaitu dasar Kebangsaan atau

     Nasionalisme. Nasionalisme yang dimaksud adalah rasa cinta, rasa memiliki,

     serta rasa persatuan terhadap tanah air yang ada di hati seluruh rakyat

     Indonesia dari utara Sumatera sampai selatan Irian. Bukan lagi terpisah-pisah

     berdasarkan      kerajaan-kerajaan       atau     suku-suku     bangsa.     Melainkan

     keseluruhan kepulauan Nusantara seperti yang terjadi pada masa Sriwijaya

     dan majapahit. Selain itu Ir. Soekarno juga menekankan perlunya dan

     pentingnya rasa persatuan dan persamaan tanah air di antara setiap suku

     bangsa dan golongan yang ada di Indonesia untuk membangun Negara

     Indonesia Merdeka.


                Metode analisa Hermeneutika Dilthey menggunakan autobiografi

     komunikator      sebagai     dasar    analisis,   dalam     penelitian    ini   peneliti

     menggunakan autobiografi Ir. Soekarno. Berikut ini adalah kutipan dari buku

     autobiografinya yang ditulis oleh Cindy Adams.


                        … Aku adalah anak dari seorang ibu kelahiran Bali dari
                kasta Brahmana. Ibuku, Idaju, asalnja dari keturunan bangsawan.
                Radja Singaradja jang terachir adalah paman ibu. Bapakku
                berasal dari Djawa. Nama lengkapnja Raden Sukemi
                Sosrodihardjo. Dan bapak berasal~dari kieturunan Sultan Kediri
                ….

13
 San Min Chu I atau The Three People’s Principles adalah tiga prinsip yang dibuat oleh Dr. Sun
Yat Sen untuk membentuk Negara China yang demokratis (Taiwan). Berisi tiga pedoman yaitu
Nasionalisme, Demokrasi, dan Sosialisme.



                                                                   Universitas Budi Luhur
56




          Kutipan berikutnya dari buku yang sama yang menguatkan

pandangannya mengenai dasar pertama ini adalah:


                   … Mengapa nasib kita tidak berobah djika rakjat kita
          telah berdjoang melawan sistim ini sedjak berabad-abad ?”
          “Karena pahlawan-pahlawan kita selalu berdjoang sendiri-
          sendiri. Masing-masing berperang dengan pengikut jang ketjil
          didaerah jang terbatas," Alimin mendjawab. “0., mereka kalah
          karena tidak bersatu," kataku …

          Maka pendapat Ir. Soekarno mengenai dasar pertama ini dapat

dimengerti dengan mengingat bahwa dia merupakan anak dari perkawinan

campuran antara dua suku yang berbeda yaitu Suku Jawa dan Suku Bali.


          Selain itu, jika kita ingat bahwa dia seringkali diasingkan ke pulau

terpencil oleh Pemerintah Kolonial, Ir. Soekarno selalu diterima dengan baik

oleh penduduk setempat tanpa memandang dari suku apa dia berasal. Lalu

dapat kita lihat juga melalui tulisannya yang berjudul Nasionalisme,

Islamisme, dan Marxisme yang dia buat di atas keprihatinannya terhadap

keadaan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang pada saat itu terpecah belah

di dalam tiga golongan yaitu golongan nasionalis, islamis dan komunis. Ir.

Soekarno menginginkan persatuan di ketiga golongan karena ia berpendapat

bahwa hanya dengan bersatulah Indonesia merdeka dapat tercapai karena

dengan tidak adanya persatuan maka setiap perlawanan menjadi lemah dan

situasi itulah yang diinginkan oleh Penjajah agar Bangsa Indonesia tetap

terpecah belah.




                                                       Universitas Budi Luhur
57




4.2.2 Analisis Dasar Kedua


                    Dasar Kebangsaan yang dijadikan dasar pertama oleh Ir. Soekarno

        memiliki kelemahan yang disadari olehnya, oleh karena itu Ir. Soekarno

        menjadikan Internasionalisme atau Kemanusiaan sebagai dasar kedua untuk

        mengimbangi dan menyempurnakan dasar yang pertama. Hal ini dijelaskan

        dalam pidato yang sama, seperti yang dikutip oleh peneiti di bawah ini:


                           Saudara saudara. Tetapi........ tetapi........... memang
                    prinsip kebangsaan ini ada bahayanya! Bahayanya ialah mungkin
                    orang meruncingkan nasionalisme menjadi chauvinisme14,
                    sehingga berfaham “Indonesia uber Alles15". Inilah bahayanya!
                    Kita cinta tanah air yang satu, merasa berbangsa yang satu,
                    mempunyai bahasa yang satu. Tetapi Tanah Air kita Indonesia
                    hanya satu bahagian kecil saja dari pada dunia! Ingatlah akan hal
                    ini!(Lahirnya Pancasila)

                    Selanjutnya Ir. Soekarno juga menambahkan penjelasan:


                           Kebangsaan yang kita anjurkan bukan kebangsaan yang
                    menyendiri, bukan chauvinisme, sebagai dikobar kobarkan orang
                    di Eropah, yang mengatakan “Deutschland uber Alles", tidak ada
                    yang setinggi Jermania, yang katanya, bangsanya minulyo,
                    berambut jagung dan bermata biru         bangsa Aria       yang
                    dianggapnya tertinggi di atas dunia, sedang bangsa lain lain
                    tidak ada harganya. Jangan kita berdiri di atas azas demikian,
                    Tuan tuan, jangan berkata, bahwa bangsa Indonesialah yang
                    terbagus dan termulya, serta meremehkan bangsa lain. Kita harus
                    menuju persatuan dunia, persaudaraan dunia.(Lahirnya
                    Pancasila)

                    Dalam kutipan pidato di atas, Ir. Soekarno menjelaskan bahwa

        sebagai sebuah bangsa kita tidak boleh memandang bangsa kita yang tertinggi

        karena pada dasarnya semua bangsa terlahir sejajar dan setara, tidak ada yang


14
     Chauvinisme berarti rasa cinta tanah air yang berlebihan
15
     Berarti Indonesia berada di atas semua bangsa




                                                                Universitas Budi Luhur
58




lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Lalu ia memberikan penegasan

kembali dengan mengatakan:


               Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia
         Merdeka, tetapi kita harus menuju pula kepada kekeluargaan
         bangsa bangsa.

                Justru inilah prinsip saya yang kedua. Inilah filosofisch
         princiep yang nomor dua, yang saya usulkan kepada Tuan tuan,
         yang boleh saya namakan “internasionalisme". Tetapi jikalau saya
         katakan     internasionalisme,     bukanlah    saya    bermaksud
         kosmopolitisme, yang tidak mau adanya kebangsaan, yang
         mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada
         Birma, tidak ada Inggris, tidak ada Amerika, dan lain lainnya.

                 Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak
         berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat
         hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya
         internasionalisme. Jadi, dua hal ini, saudara saudara, prinsip 1
         dan prinsip 2, yang pertama tama saya usulkan kepada
         tuan tuan sekalian, adalah bergandengan erat satu sama
         lain.(Lahirnya Pancasila)

         Kalimat-kalimat di atas sangat menegaskan bentuk kebangsaan

yang dimaksud pada dasar pertama dan bentuk paham kemanusiaan sebagai

dasar kedua yang diinginkan Ir. Soekarno sebagai dasar Negara Indonesia

Merdeka. Dia menginginkan Bangsa Indonesia yang nasionalis tapi tidak

berlebihan, dengan pengertian, tetap menganggap semua bangsa sejajar

martabatnya. Ir. Soekarno menginginkan Bangsa Indonesia tergabung dalam

kekeluargaan bangsa-bangsa di dunia untuk menjaga perdamaian dunia.




                                                    Universitas Budi Luhur
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno
Pancasila Menurut Soekarno

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Rpp 4, 5, 6, 7 dan 8
Rpp 4, 5, 6, 7 dan 8Rpp 4, 5, 6, 7 dan 8
Rpp 4, 5, 6, 7 dan 8husna farhana
 
Buku paket Guru Kelas X Sejarah 2013
Buku paket Guru Kelas X Sejarah 2013Buku paket Guru Kelas X Sejarah 2013
Buku paket Guru Kelas X Sejarah 2013Ahmad Fauzi
 
Rpp ips kelas 5 semester 2 ppki pendekatan scientific
Rpp ips kelas 5 semester 2 ppki pendekatan scientificRpp ips kelas 5 semester 2 ppki pendekatan scientific
Rpp ips kelas 5 semester 2 ppki pendekatan scientificRachmah Safitri
 
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
(19) RPP IPS kenampakan alam 4ANastiti Rahajeng
 
Rpp 15, 16, 17, 18 dan 19
Rpp 15, 16, 17, 18 dan 19Rpp 15, 16, 17, 18 dan 19
Rpp 15, 16, 17, 18 dan 19husna farhana
 
RPP IPS Kelas 7 Kurtilas Semester I TP. 2014/2015
RPP IPS Kelas 7 Kurtilas Semester I TP. 2014/2015RPP IPS Kelas 7 Kurtilas Semester I TP. 2014/2015
RPP IPS Kelas 7 Kurtilas Semester I TP. 2014/2015kreasi_cerdik
 
120732 rencana pembelajaran semester
120732 rencana pembelajaran semester120732 rencana pembelajaran semester
120732 rencana pembelajaran semesterrendy mardta
 
RPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUN
RPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUNRPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUN
RPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUNMAN SAMPIT
 
3.8.rpp sumpah pemuda
3.8.rpp sumpah pemuda3.8.rpp sumpah pemuda
3.8.rpp sumpah pemudaRessa
 
04. rpp artikel budaya sunda
04. rpp artikel budaya sunda04. rpp artikel budaya sunda
04. rpp artikel budaya sundaCecep Subagja
 
3.9.rpp kehidupan sosek jaman jepang
3.9.rpp kehidupan sosek jaman jepang3.9.rpp kehidupan sosek jaman jepang
3.9.rpp kehidupan sosek jaman jepangRessa
 
Rpp 3 awal kehidupan manusia purba
Rpp 3 awal kehidupan manusia purbaRpp 3 awal kehidupan manusia purba
Rpp 3 awal kehidupan manusia purbaRessa
 

Was ist angesagt? (20)

Rpp bab 5
Rpp bab 5Rpp bab 5
Rpp bab 5
 
Rpp 4, 5, 6, 7 dan 8
Rpp 4, 5, 6, 7 dan 8Rpp 4, 5, 6, 7 dan 8
Rpp 4, 5, 6, 7 dan 8
 
Buku paket Guru Kelas X Sejarah 2013
Buku paket Guru Kelas X Sejarah 2013Buku paket Guru Kelas X Sejarah 2013
Buku paket Guru Kelas X Sejarah 2013
 
RPP ips kelas 6
RPP ips kelas 6RPP ips kelas 6
RPP ips kelas 6
 
Rpp 9 dan 10
Rpp 9 dan 10Rpp 9 dan 10
Rpp 9 dan 10
 
Rpp 15 dan 16
Rpp 15 dan 16Rpp 15 dan 16
Rpp 15 dan 16
 
Rpp ips kelas 5 semester 2 ppki pendekatan scientific
Rpp ips kelas 5 semester 2 ppki pendekatan scientificRpp ips kelas 5 semester 2 ppki pendekatan scientific
Rpp ips kelas 5 semester 2 ppki pendekatan scientific
 
Rpp ips 4 krincing
Rpp ips 4 krincingRpp ips 4 krincing
Rpp ips 4 krincing
 
Rpp sejarah x khairina
Rpp sejarah x khairinaRpp sejarah x khairina
Rpp sejarah x khairina
 
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
 
Rpp 15, 16, 17, 18 dan 19
Rpp 15, 16, 17, 18 dan 19Rpp 15, 16, 17, 18 dan 19
Rpp 15, 16, 17, 18 dan 19
 
RPP IPS Kelas 7 Kurtilas Semester I TP. 2014/2015
RPP IPS Kelas 7 Kurtilas Semester I TP. 2014/2015RPP IPS Kelas 7 Kurtilas Semester I TP. 2014/2015
RPP IPS Kelas 7 Kurtilas Semester I TP. 2014/2015
 
120732 rencana pembelajaran semester
120732 rencana pembelajaran semester120732 rencana pembelajaran semester
120732 rencana pembelajaran semester
 
RPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUN
RPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUNRPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUN
RPP ANTROPOLOGI BY RENNY MARBUN
 
3.8.rpp sumpah pemuda
3.8.rpp sumpah pemuda3.8.rpp sumpah pemuda
3.8.rpp sumpah pemuda
 
04. rpp artikel budaya sunda
04. rpp artikel budaya sunda04. rpp artikel budaya sunda
04. rpp artikel budaya sunda
 
Rpp sejarah
Rpp sejarah Rpp sejarah
Rpp sejarah
 
3.9.rpp kehidupan sosek jaman jepang
3.9.rpp kehidupan sosek jaman jepang3.9.rpp kehidupan sosek jaman jepang
3.9.rpp kehidupan sosek jaman jepang
 
Rpp 3 awal kehidupan manusia purba
Rpp 3 awal kehidupan manusia purbaRpp 3 awal kehidupan manusia purba
Rpp 3 awal kehidupan manusia purba
 
Rpp ips kelas 4
Rpp ips kelas 4Rpp ips kelas 4
Rpp ips kelas 4
 

Ähnlich wie Pancasila Menurut Soekarno

Kearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap Lingkungan
Kearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap   LingkunganKearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap   Lingkungan
Kearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap LingkunganMu'iz Lidinillah
 
Sosiologi X; RPP (Kurikulum 2013)
Sosiologi X; RPP (Kurikulum 2013)Sosiologi X; RPP (Kurikulum 2013)
Sosiologi X; RPP (Kurikulum 2013)Fakhrudin Sujarwo
 
landasan sosiologi dan antropologi pendidikan
landasan sosiologi dan antropologi pendidikanlandasan sosiologi dan antropologi pendidikan
landasan sosiologi dan antropologi pendidikanMey Wulan
 
Semiotika komunikasi by_indiwan_seto_wahyu_(z-lib.org)
Semiotika komunikasi by_indiwan_seto_wahyu_(z-lib.org)Semiotika komunikasi by_indiwan_seto_wahyu_(z-lib.org)
Semiotika komunikasi by_indiwan_seto_wahyu_(z-lib.org)Handiawan Susanto
 
Makalah kebudayaan
Makalah kebudayaanMakalah kebudayaan
Makalah kebudayaanPastime.net
 
Makalah Filsafat Pancasila
Makalah Filsafat PancasilaMakalah Filsafat Pancasila
Makalah Filsafat Pancasilaliuenxiu97
 
Media pembelajaran video
Media pembelajaran videoMedia pembelajaran video
Media pembelajaran videoJennySutanto
 
jawaban UTS ISBD.docx
jawaban UTS ISBD.docxjawaban UTS ISBD.docx
jawaban UTS ISBD.docxMasJay06
 
Pendidikan Multikulturalisme
Pendidikan MultikulturalismePendidikan Multikulturalisme
Pendidikan MultikulturalismeEka Fatma
 
CRITICAL_BOOK_REVIEW_CBR_Filsafat_Ilmu[1].docx
CRITICAL_BOOK_REVIEW_CBR_Filsafat_Ilmu[1].docxCRITICAL_BOOK_REVIEW_CBR_Filsafat_Ilmu[1].docx
CRITICAL_BOOK_REVIEW_CBR_Filsafat_Ilmu[1].docxYescaflorensiaHarefa
 
klmpk 3 dasar sosiologi ilmu pendidikan.docx
klmpk 3 dasar sosiologi ilmu pendidikan.docxklmpk 3 dasar sosiologi ilmu pendidikan.docx
klmpk 3 dasar sosiologi ilmu pendidikan.docxMuhammadNurulMubin1
 
Kelas10 sosiologi elisanti_tintin
Kelas10 sosiologi elisanti_tintinKelas10 sosiologi elisanti_tintin
Kelas10 sosiologi elisanti_tintinw0nd0
 
Kelas10 sosiologi elisanti_tintin
Kelas10 sosiologi elisanti_tintinKelas10 sosiologi elisanti_tintin
Kelas10 sosiologi elisanti_tintinw0nd0
 

Ähnlich wie Pancasila Menurut Soekarno (20)

Kearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap Lingkungan
Kearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap   LingkunganKearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap   Lingkungan
Kearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap Lingkungan
 
Sosiologi X; RPP (Kurikulum 2013)
Sosiologi X; RPP (Kurikulum 2013)Sosiologi X; RPP (Kurikulum 2013)
Sosiologi X; RPP (Kurikulum 2013)
 
landasan sosiologi dan antropologi pendidikan
landasan sosiologi dan antropologi pendidikanlandasan sosiologi dan antropologi pendidikan
landasan sosiologi dan antropologi pendidikan
 
Semiotika komunikasi by_indiwan_seto_wahyu_(z-lib.org)
Semiotika komunikasi by_indiwan_seto_wahyu_(z-lib.org)Semiotika komunikasi by_indiwan_seto_wahyu_(z-lib.org)
Semiotika komunikasi by_indiwan_seto_wahyu_(z-lib.org)
 
Makalah kebudayaan
Makalah kebudayaanMakalah kebudayaan
Makalah kebudayaan
 
Rpp x 2013 2014
Rpp x 2013 2014Rpp x 2013 2014
Rpp x 2013 2014
 
Makalah Filsafat Pancasila
Makalah Filsafat PancasilaMakalah Filsafat Pancasila
Makalah Filsafat Pancasila
 
Media pembelajaran video
Media pembelajaran videoMedia pembelajaran video
Media pembelajaran video
 
jawaban UTS ISBD.docx
jawaban UTS ISBD.docxjawaban UTS ISBD.docx
jawaban UTS ISBD.docx
 
Rpp 9 ppkn sma kls x
Rpp 9 ppkn sma kls xRpp 9 ppkn sma kls x
Rpp 9 ppkn sma kls x
 
Buku prosiding HISPISI-2013
Buku prosiding HISPISI-2013Buku prosiding HISPISI-2013
Buku prosiding HISPISI-2013
 
Pendidikan Multikulturalisme
Pendidikan MultikulturalismePendidikan Multikulturalisme
Pendidikan Multikulturalisme
 
Makalah wsbd
Makalah wsbdMakalah wsbd
Makalah wsbd
 
CRITICAL_BOOK_REVIEW_CBR_Filsafat_Ilmu[1].docx
CRITICAL_BOOK_REVIEW_CBR_Filsafat_Ilmu[1].docxCRITICAL_BOOK_REVIEW_CBR_Filsafat_Ilmu[1].docx
CRITICAL_BOOK_REVIEW_CBR_Filsafat_Ilmu[1].docx
 
klmpk 3 dasar sosiologi ilmu pendidikan.docx
klmpk 3 dasar sosiologi ilmu pendidikan.docxklmpk 3 dasar sosiologi ilmu pendidikan.docx
klmpk 3 dasar sosiologi ilmu pendidikan.docx
 
Makalah pancasila
Makalah pancasilaMakalah pancasila
Makalah pancasila
 
Makalah pancasila
Makalah pancasilaMakalah pancasila
Makalah pancasila
 
Makalah pancasila
Makalah pancasilaMakalah pancasila
Makalah pancasila
 
Kelas10 sosiologi elisanti_tintin
Kelas10 sosiologi elisanti_tintinKelas10 sosiologi elisanti_tintin
Kelas10 sosiologi elisanti_tintin
 
Kelas10 sosiologi elisanti_tintin
Kelas10 sosiologi elisanti_tintinKelas10 sosiologi elisanti_tintin
Kelas10 sosiologi elisanti_tintin
 

Kürzlich hochgeladen

MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 

Kürzlich hochgeladen (20)

MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 

Pancasila Menurut Soekarno

  • 1. PANCASILA MENURUT SOEKARNO (ANALISIS HERMENEUTIKA DILTHEY PADA PIDATO “LAHIRNYA PANCASILA” I JUNI 1945) SKRIPSI Nama : Leo Budiman NIM : 0541500450 Program Studi : Ilmu Komunikasi Peminatan : Public Relations FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BUDI LUHUR JAKARTA 2010
  • 2. PANCASILA MENURUT SOEKARNO (ANALISIS HERMENEUTIKA DILTHEY PADA PIDATO “LAHIRNYA PANCASILA” I JUNI 1945) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S. I.Kom) Nama : Leo Budiman NIM : 0541500450 Program Studi : Ilmu Komunikasi Peminatan : Public Relations FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BUDI LUHUR JAKARTA 2010
  • 3. LEMBAR PERSETUJUAN Setelah dilakukan bimbingan, maka skripsi dengan judul ” PANCASILA MENURUT SOEKARNO (ANALISIS HERMENEUTIKA DILTHEY PADA PIDATO “LAHIRNYA PANCASILA” I JUNI 1945) yang diajukan oleh Leo Budiman-0541500450 disetujui dan siap untuk dipertanggungjawabkan di hadapan penguji pada saat sidang skripsi strata satu (S-1), program studi komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Budi Luhur. Dosen Pembimbing (Liza Dwi Ratna Dewi, M.Si) ii
  • 4. LEMBAR PENGESAHAN Diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Universitas Budi Luhur Jakarta, guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) program studi ilmu komunikasi. Jakarta, Desember 2010 Tim Penguji : 1. Rusmulyadi, M.Si (.................................) 2. Murdiani, M.Si (.................................) 3. Liza Dwi Ratna Dewi, M.Si (.................................) Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi (Bambang Pujiyono, S.Sos, MM., M.Si.) iii
  • 5. iv
  • 6. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip, maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar Nama : Leo budiman NIM : 0541500450 Tanda Tangan : ...................... Tanggal : 17 Desember 2010 v
  • 7. ABSTRAK Nama : Leo Budiman NIM : 0541500450 Jurusan : Ilmu Komunikasi Bidang Konsentrasi : Public Relations Jumlah Halaman : xi + 70 halaman Jumlah Literatur : 27 Buku, 2 Jurnal dan sumber dari situs internet Judul : Pancasila Menurut Soekarno (Analisis Hermeneutika Dilthey pada Pidato “Lahirnya Pancasila” 1 Juni 1945) Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia telah mengalir di dalam darah Bangsa Indonesia sejak dulu kala karena memang berasal dari kebudayaan bangsa ini. Namun sayangnya, Pancasila yang pertama kali diutarakan oleh Ir. Soekarno pada rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, yang merupakan hasil penggalian kembali dari budaya dan nilai-nilai bangsa, mengalami pergeseran makna pada masa Orde Baru. Proses pendoktrinan Pancasila pada masa Orde Baru menjadikan keseragaman pemahaman yang sesungguhnya justru berbeda dengan apa yang dimaksudkan Ir. Soekarno saat menawarkan konsep Pancasila kepada peserta rapat BPUPKI. Pasca kejatuhan rezim Orde Baru, banyak tokoh masyarakat yang menafsirkan Pancasila berbeda-beda dan menawarkannya kembali kepada masyarakat untuk mendapatkan dukungan dalam panggung politik. Lalu Bagaimana interpretasi Ir. Soekarno Mengenai Sistem Demokrasi Pancasila di dalam Pidatonya pada Rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945? Hal inilah yang ingin dicari tahu oleh peneliti. Penelitian ini bermaksud untuk memahami konsep Pancasila yang sesungguhnya seperti yang diinginkan oleh Ir. Soekarno. Penelitian ini menggunakan metode Hermeneutika Dilthey dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang terbaik sesuai dengan tujuan dari penelitian. Metode Hermeneutika Dilthey memahami teks dengan menggunakan autobiografi dari komunikator agar mendapatkan pandangan yang sesubjektif mungkin dari komunikator. Kesimpulan yang peneliti dapatkan dalam penelitian ini adalah bahwa konsep Pancasila yang ditawarkan oleh Ir. Soekarno merupakan hasil penggaliannya terhadap kebudayaan Bangsa Indonesia sejak masa kejayaan Sriwijaya dan Majapahit. Konsep Pancasila yang ditawarkan Ir. Soekarno dapat kita pahami dengan menyelami autobiografi Ir. Soekarno dan menganalisisnya dengan menggunakan metode Hermeneutika Dilthey. v Universitas Budi Luhur
  • 8. KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, lalu kepada orang tua dan seluruh keluarga saya, yang telah memberikan segalanya dalam kehidupan ini, sehingga saya bisa menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul ”Pancasila Menurut Soekarno (Analisis Hermeneutika Dilthey Pada Pidato “Lahirnya Pancasila” 1 Juni 1945)”. Penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan kesarjanaan Strata (S-1) pada program studi ilmu komunikasi. Dalam penulisan skripsi ini, saya telah banyak mendapatkan bimbingan, bantuan serta dorongan baik berupa moril maupun materil dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Liza Dwi Ratna Dewi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Jakarta dan Dosen Pembimbing dalam penelitian ini. Terima kasih ibu atas kesabarannya selama membimbing saya dalam penelitian ini. 2. Bambang Pujiyono, S.Sos, MM., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Jakarta. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyusun skripsi ini walaupun telah memakan waktu yang terlalu lama. vi Universitas Budi Luhur
  • 9. 3. Ibu Nawiroh Vera dan ibu Riyodina G. Pratikto dan seluruh dosen serta staf sekretariat FIKOM Univesitas Budi Luhur yang berbaik hati menyemangati, membuka wacana, dan bimbingan kepada saya selama ini. 4. Keluarga besar KM Universitas Budi Luhur yang selalu bersedia menjadi teman diskusi dan mengingatkan serta menyemangati saya selama penyusunan skripsi ini. 5. Ketiga kakak penulis yang dengan senantiasa bersabar mengingatkan penulis untuk menyelesaikan kuliah secepatnya. 6. Khusus kepada Irwansyah Nuzar, Parlin Siagian, Helsusandra Syam, Tina Dornauli dan seluruh keluarga KM Jakarta yang telah membuka wacana saya tentang Pancasila. 7. Rekan-rekan organisasi Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) dan Himpunan Mahasiswa Komunikasi (HIMAKOM) yang telah memberikan pengalaman dan pemahaman kepada saya selama ini. 8. Kepada Lisa Andriyani yang telah menjadi pasangan yang setia menyemangati dan mengerti dengan sabar sifat dan karakter saya. 9. Terakhir kepada semua teman-teman dan pihak yang telah disebutkan maupun yang tidak disebutk an, terima kasih banyak atas pengertian dan dukungan kalian selama ini. Penulis merasa bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya pengetahuan penulis. Namun, hal ini bukanlah penghalang bagi penulis untuk berusaha menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan penuh vii Universitas Budi Luhur
  • 10. kerendahan hati penulis akan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun agar segala langkah yang akan datang dapat lebih baik. Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, bagi pihak Universitas Budi Luhur maupun Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM). Penulis juga berharap agar penulisan skripsi ini berguna sebagai acuan dan masukan bagi pembacanya. viii Universitas Budi Luhur
  • 11. DAFTAR ISI Lembar Persetujuan ............................................................................................... ii Lembar Pengesahan............................................................................................... iii Lembar Pernyataan Orisinalitas.……...…………………………………………. iv Abstraksi ................................................................................................................ v Kata Pengantar ...................................................................................................... vi Daftar Isi ............................................................................................................... ix Daftar Gambar ....................................................................................................... xi Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1 1.2. Permasalahan ……........................................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6 1.4. Manfaat Penelitian …...................................................................................... 6 1.5. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 7 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1. Kajian Teori ………….................................................................................... 9 2.1.1. Komunikasi ……………….......................................................................... 9 2.1.2. Retorika ……….......................................................................................... 12 2.1.3. Demokrasi ….............................................................................................. 15 2.1.4. Hermeneutik................................................................................................ 17 2.2. Tinjauan Penelitian......................................................................................... 22 2.3. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 27 Bab III Metodologi Penelitian ix Universitas Budi Luhur
  • 12. 3.1. Paradigma Penelitian ..................................................................................... 29 3.2. Pendekatan Penelitian ................................................................................... 31 3.3. Metode Penelitian .......................................................................................... 32 3.4. Objek Penelitian ............................................................................................ 33 3.5. Sumber Data ……………………………………………..………………... 33 3.6. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 34 3.7. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 35 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian …......................................................................................... 38 4.1.1 Sejarah Indonesia ………............................................................................ 38 4.1.2 BPUPKI dan Rapat BPUPKI ….................................................................. 42 4.1.3 Ir. Soekarno …………………………………............................................. 45 4.2. Pembahasan ……………………................................................................... 49 4.2.1. Analisis Dasar Pertama ......……………………………………………… 51 4.2.2. Analisis Dasar Kedua …………………………………………………… 57 4.2.3. Analisis Dasar Ketiga …………………………………………………… 60 4.2.4. Analisis Dasar Keempat ………………………………………………… 63 4.2.5. Analisis Dasar Kelima ……………….………………………………….. 67 Bab V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 70 5.2. Saran ............................................................................................................ 71 Daftar Pustaka Lampiran-lampiran x Universitas Budi Luhur
  • 13. DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................. 28 2. Gambar 4.1 Hasil Keputusan Kongres Pemuda ............................................ 40 xi Universitas Budi Luhur
  • 14. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia, sebagai mahluk sosial dan mahluk individu, memiliki kebutuhan untuk hidup bersama dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia cenderung hidup berkelompok. Salah satu bentuk pengelompokkan manusia di dunia adalah bangsa. Manusia di dunia terbagi ke dalam bangsa- bangsa dimana dia lahir dan membawa nilai-nilai yang dipercaya atau dianut oleh bangsa tersebut. Bangsa menurut Ernest Renan (1968)1 adalah sekelompok manusia yang telah mengalami pengalaman historis bersama dalam waktu yang cukup lama. Setiap bangsa memiliki nilai-nilai yang dipegang dalam menjalani kehidupan sehari-hari selama berabad-abad. Hal ini termasuk bagaimana seorang individu memandang individu lain baik di dalam bangsanya ataupun di dalam bangsa lain, juga termasuk didalamnya bagaimana bangsa tersebut memandang alam disekitarnya. Nilai-nilai inilah yang disebut juga Philosofisch grondslag2. Philosofisch grondslag lahir dari proses pemikiran yang mendalam sebagai upaya manusia memahami kodratnya berada di dunia ini, yang tentu saja setiap bangsa memiliki Philosofisch grondslag yang berbeda tergantung pada keadaan yang dialami oleh bangsa tersebut dalam lahir dan berkembang di dunia ini. 1 Ernest Renan adalah seorang pujangga besar berkebangsaan Perancis. Penjelasan mengenai bangsa disampaikan oleh Ernest Renan dengan judul : “Qu’est ce qu’une nation ?” di Universitas Sorbonne (Paris) pada 11 Maret 1882 yang disalin kembali kedalam Bahasa Indonesia oleh Prof. Sunario S.H 2 Philosaofiche Grondslag (Bahasa Belanda) atau disebut juga Weltanschauung (Jerman) yang berarti dasar pemikiran, fondasi, dasar falsafah, jiwa, pikiran dan hasrat yang sedalam-dalamnya. 1 Universitas Budi Luhur
  • 15. 2 Bangsa Indonesia, yang dalam sejaranya, pernah mengalami masa keemasan lama sebelum para penjajah datang bersama VOC. Tercatat dalam sejarah Bangsa Indonesia, yang menempati wilayah nusantara, pernah ada paling tidak dua kerajaan besar disamping ratusan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Terdapat ribuan raja besar yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia. Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit termasuk kerajaan yang memiliki wilayah yang terluas, luas wilayah Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Pulau Sumatera dan sekitarnya sampai dengan wilayah Malaysia dan Filiphina. Sedangkan Wilayah Kerajaan Majapahit berpusat di Pulau Jawa sampai dengan pantai barat Afrika. Nusantara pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas hingga meliputi dari kepulauan Nusantara sampai ke Madagaskar pantai Afrika Timur. Seperti Romawi dan Yunani, bangsa Indonesia saat itu telah memiliki Philosofisch grondslag sendiri yang merupakan hasil pemikiran mendalam dari para Empu (filsuf) yang ada. Philosofisch grondslag ini pertama kali dikemukakan Empu Prapanca dengan sebutan Pancasila yang disebutkan dalam karya sastra Kakawin Desa Warnnana Uthawi Nagara Krtagama3. Kemudian seiring dengan berjalannya sejarah bangsa Indonesia yang jatuh dan bangkit serta terjajah oleh bangsa lain selama berabad-abad, Philosofisch grondslag ini (Pancasila) digali dan diperkenalkan lagi oleh Ir. 3 Di dalam kitab diceritakan tentang masa kejayaan majapahit yang dipimpin oleh raja Hayam Wuruk dan dapat memiliki wilayah yang luas berkat patih Gajah mada. Selain itu, diceritakan pula sejarah raja-raja majapahit dan penyebab kejayaan majapahit di bawah pimpinan hayam wuruk yang bijaksana.nilai-nilai yang dirumuskan oleh empu prapanca diteruskan secara turun temurun melalui cerita-cerita rakyat yang sering ditampilkan sebagai hiburan rakyat melalui cerita wayang Universitas Budi Luhur
  • 16. 3 Soekarno pada Rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945. Pancasila dari kelahirannya kembali dalam Rapat BPUPKI tersebut mampu merasuk ke dalam jiwa Bangsa Indonesia karena bukan merupakan hal yang baru bagi Bangsa Indonesia. Pancasila juga mampu bersaing dan bertahan dari besarnya pengaruh dari dua Philosofisch grondslag yang ada di dunia saat itu dan Indonesia pada saat Orde Lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno mampu bertahan dari derasnya tekanan bangsa-bangsa lain yang menganut Kapitalisme dan Sosialisme yang pada saat itu sedang bersaing menanamkan pengaruh pada negara-negara yang ada di dunia dengan porosnya negara-negara Eropa Barat dan Amerika untuk Kapitalisme serta Uni Soviet dan China untuk Sosialisme. Pancasila, sebagai sebuah pesan yang disampaikan dengan tehnik retorika yang disampaikan oleh Ir. Soekarno pada rapat BPUPKI tersebut, menjadi sebuah jawaban bagi upaya untuk mempersatukan Bangsa Indonesia yang terpecah belah karena politik devide et impera (adu domba) yang dijalankan oleh para penjajah untuk memecah belah bangsa Indonesia. Negara dan Bangsa Indonesia yang pada saat itu sudah sangat merindukan kemerdekaan setelah lebih dari 350 tahun dijajah bangsa lain masih memiliki pertanyaan besar yang harus dijawab para pemimpin bangsa, yaitu mengenai Dasar Negara Indonesia setelah merdeka, dasar negara dan bangsa yang bersatu dan merdeka. Dalam pidatonya, Ir. Soekarno menyampaikan penjelasan yang sangat mendalam mengenai kebutuhan dan Universitas Budi Luhur
  • 17. 4 tantangan yang akan dihadapi oleh Bangsa Indonesia setelah merdeka, dan Ir. Soekarno juga menjelaskan bagaimana Pancasila menjadi jawaban atas segala kebutuhan dan tantangan tersebut. Dalam pidato tersebut juga dijelaskan bentuk demokrasi yang sesuai dengan Bangsa Indonesia. Bukan Demokrasi Liberal, juga bukan Demokrasi Sosialis-Komunis tapi melainkan Demokrasi Pancasila yang berasal dari nilai- nilai Bangsa Indonesia. Pada saat itu, para tokoh perjuangan yang mewakili kelompok-kelompoknya4 bangsa percaya dan yakin bahwa Pancasila merupakan jalan yang paling tepat untuk Bangsa Indonesia sehingga kemudian Pancasila ditetapkan sebagai Dasar Negara Indonesia Merdeka. Penjelasan lebih rinci mengenai Pancasila diperjelas lagi oleh Ir. Soekarno pada buku Pancasila Sebagai Dasar Negara yang ditulis dari kumpulan kuliah umum yang diberikan oleh Ir. Soekarno pada tahun 1958 sampai tahun 1959. Namun pada pelaksanaannya selama perjalanan Bangsa Indonesia Merdeka, Pancasila yang dipercaya sebagai dasar pendirian Bangsa tidak dijalankan dengan benar. Hal ini disebabkan oleh terjadinya beberapa kali proses penyeragaman pemahaman tentang Pancasila yang dilakukan oleh pemerintah sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pada masa Orde Lama, proses indoktrinasi (penyeragaman pemahaman) terhadap Pancasila dilakukan oleh Ir. Soekarno melalui kuliah umum-kuliah umum yang diadakan di beberapa universitas besar 4 Rapat BPUPKI tanggal 1 juni 1945 dihadiri oleh tokoh-tokoh besar dari kelompok-kelompok social yang ada di Indonesia saat itu, setidaknya terdapat Soetardjo, Dr. Soekiman, Ki Bagoes Hadikoesomo, M. Yamin, Ki Hajar Dewantara, Sanoesi, Abi Koesno, Lim Koen Hian, dan perwakilan dari kerajaan-kerajaan yang ada. Universitas Budi Luhur
  • 18. 5 di tanah air. Selanjutnya pada masa Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto sebagai presiden, proses indoktrinasi dilakukan melalui suatu sistem pendidikan yang kita kenal dengan sebutan P4 (Pendidikan Pelatihan Pengamalan Pancasila) yang diadakan dengan satu tujuan politis yaitu desoekarnoisasi (penghancuran citra Soekarno di masyarakat). Pancasila sebagai sebuah dasar negara dan sebagai sebuah pesan, memberikan ruang interpretasi yang sangat luas bagi siapa saja untuk menafsirkannya, terutama bagi pemerintah yang memegang kekuasaan. Hal ini menyebabkan interpretasi dan pemahaman tengtang Pancasila yang sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh komunikatornya semakin bias. Pancasila yang disampaikan sebagai sebuah pesan dalam retorika yang dikomunikasikan oleh Ir. Soekarno pada Rapat BPUPKI tersebut telah sejak lama dipikirkan olehnya. Pesan tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh perjalanan hidup dan nilai-nilai yang dipercaya oleh Ir. Soekarno sebagai komunikatornya, oleh karena itu untuk dapat memahami dengan benar Pancasila dan untuk dapat menjalankannya dengan tepat di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka sebaiknya kita memahami arti Pancasila dari sudut pandang Ir. Soekarno sebagai komunikator dalam proses komunikasi tersebut. 1.2. Permasalahan Melihat latar belakang yang peneliti buat, maka peneliti mengangkat rumusan permasalahan di penelitian ini adalah: Bagaimana Interpretasi Ir. Soekarno mengenai Pancasila di komunikasikan melalui Pidatonya dalam rapat BPUPKI 1 Juni 1945? Universitas Budi Luhur
  • 19. 6 1.3. Tujuan Penelitian Dari rumusan permasalahan yang peneliti kemukakan di atas, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mencari interpretasi Pancasila yang dimaksudkan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada Rapat BPUPKI 1 Juni 1945. 1.4. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Ilmu Komunikasi khususnya dalam bidang Fenomenologi Komunikasi. Dalam hal ini memberikan pemahaman tentang Pancasila yang dipresentasikan oleh Ir. Soekarno melalui retorikanya tanggal 1 Juni 1945 pada Rapat BPUPKI. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap wawasan ilmu dan pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi pada umumnya dan pengetahuan dalam bidang Hermeneutika Komunikasi pada khususnya. Terutama dalam aplikasinya terhadap proses interpretasi dan pemahaman terhadap teks sebagai pesan yang disampaikan pada komunikasi publik, maupun aplikasinya secara pribadi. Serta untuk menggali dan mengenalkan kembali nilai-nilai luhur bangsa yang terdapat di dalam Pancasila kepada masyarakat luas khususnya kaum muda intelektual yang menjadi penentu perubahan dan kemajuan bangsa ini. Universitas Budi Luhur
  • 20. 7 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini mempunyai tujuan memberikan gambaran kepada pembaca mengenai uraian yang akan dibahas, sehingga pembaca akan mudah memahami isi dari karya tulis ini. Penulisan karya tulis ini terdiri dari lima bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini peneliti menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan penelitian. BAB II : KERANGKA TEORI Dalam bab ini peneliti menjabarkan teori-teori yang digunakan sebagai landasan berfikir untuk memahami permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini peneliti menjelaskan tentang Paradigma Penelitian, Pendekatan Penelitian, Metode Penelitian, Objek Penelitian, Sumber Data, Teknik Pemilihan Informan, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data. Universitas Budi Luhur
  • 21. 8 BAB IV : PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti menjelaskan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh serta pembahasan hasil analisis penelitian. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran–saran yang diberikan peneliti untuk dijadikan sebagai bahan masukan. Universitas Budi Luhur
  • 22. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Mengacu pada pokok permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti menggunakan beberapa tinjauan pustaka sebagai landasan pemikiran dalam melakukan penelitian sebagai berikut: 2.1.1 Komunikasi Komunikasi dapat diartikan oleh J. B Wahyudi (1986:19) sebagai: Proses komunikasi yaitu bila seseorang atau kelompok melempar lambang atau ide yang ditunjukkan kepada orang lain atau kelompok lain, dengan tujuan agar terjadi persamaan pendapat diantara yang terlibat komunikasi, di dalam mengartikan lambang atau ide itu. Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung dengan atau tanpa media, dan dapat pula berlangsung secara rutin tetapi dapat pula secara tidak rutin. Bernard Berelson dan Gary Steiner menyatakan bahwa komunikasi adalah “Transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut dengan komunikasi.”(dalam Mulyana, 2000:54) Menurut Everret M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid, komunikasi adalah “Suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi pengertian yang mendalam.”(Cangara, 2005:19) 9 Universitas Budi Luhur
  • 23. 10 Jane Pauley (1999) memberikan definisi khusus atas komunikasi. Dia berkata “Komunikasi merupakan: (1) transmisi informasi; (2) transmisi pengertian; yang (3) menggunakan simbol-simbol yang sama. Jadi, kalau satu komponen kurang maka komunikasi tidak akan terjadi.”(Liliweri, 2007:7) Komunikasi memiliki beberapa tipe atau bentuk yang telah di kelompok-kelompokan oleh para pakar. Pengelompokan tersebut berdasarkan pada sudut pandang masing-masing pakar menurut pengalaman dan bidang studi para pakar, dan masing-masing pihak memiliki sumber yang cukup beralasan. Dengan memperhatikan pandangan para pakar, Hafid Cangara, (2005:34) dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi membagi komunikasi ke dalam empat tipe, yakni komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi, komunikasi publik dan komunikasi massa. Peneliti di sini hanya akan menjelaskan mengenai komunikasi publik yang berhubungan dengan penelitian ini. Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking, dan komunikasi khalayak (audience communication). Apa pun namanya, komunikasi publik menunjukan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. (Cangara, 2005:34) Universitas Budi Luhur
  • 24. 11 Berdasarkan penjelasan mengenai komunikasi publik yang diutarakan oleh Hafid Cangara, dapat disimpulkan bahwa komunikasi publik, pada umumnya, ditemui dalam berbagai aktifitas seperti kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan, ceramah, dan sebagainya. Lebih lanjut Hafid Cangara mengatakan, Ada kalangan tertentu menilai bahwa komunikasi publik bisa digolongkan komunikasi massa bila melihat pesannya yang terbuka Tetapi terdapat beberapa kasus tertentu di mana pesan yang disampaikan itu terbatas pada segmen khalayak tertentu, misalnya pada rapat anggota, diskusi panel, seminar, dan pengarahan. Karena itu komunikasi publik dapat juga dikatakan sebagai komunikasi kelompok jika dilihat dari segi tempat dan situasi (Cangara, 2005:34) Melihat dari keterbukaan pesan yang disampaikan dalam komunikasi publik, maka hal ini dapat juga digolongkan ke dalam komunikasi massa, namun pada beberapa keadaan, komunikasi publik tidak dapat dikategorikan ke dalam komunikasi massa bila khalayaknya terbatas pada segmen tertentu. Dari beberapa definisi dan penjelasan mengenai komunikasi publik yang telah disampaikan, peneliti menyimpulkan, bahwa komunikasi adalah proses antara dua orang atau lebih dalam melakukan transmisi informasi, ide, atau gagasan melalui simbol-simbol yang dapat berupa bahasa, gambar, grafik, figur, dan sebagainya, guna mencapai pengertian yang mendalam di antara mereka, baik secara langsung atau pun menggunakan media perantara. Universitas Budi Luhur
  • 25. 12 2.1.2 Retorika “Craig membagi dunia komunikasi ke dalam tujuh tradisi pemikiran: (1) Semiotik; (2) Fenomenologis; (3) Sibernetika; (4) Sosiopsikologis; (5) Sosiokultural; (6) Kritis; (7) Retoris.”(Litlejohn, 2009:53) Craig meletakkan retorika sebagai tradisi pemikiran dalam ilmu komunikasi, namun Aristoteles mendefinisikan retorika sebagai: Someone who is always able to see what is persuasive. Correspondingly, rhetoric is defined as the ability to see what is possibly persuasive in every given case. This is not to say that the rhetorician will be able to convince under all circumstances. Rather he is in a situation similar to that of the physician: the latter has a complete grasp of his art only if he neglects nothing that might heal his patient, though he is not able to heal every patient. Similarly, the rhetorician has a complete grasp of his method, if he discovers the available means of persuasion, though he is not able to convince everybody.(www.plato.stanford.edu, 2002) Jadi dapat dikatakan bahwa retorika adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara persuasif. Seorang retoris harus mampu memahami dan menempatkan dirinya baik sebagai komunikator atau pun sebagai komunikan untuk dapat menjadi persuasif sehingga dapat mempengaruhi lawan bicaranya. Retorika dalam perkembangannya, mengalami banyak perubahan penggunaan yang mengakibatkan berubahnya definisi retorika mengikuti penggunaannya dalam setiap periode sejarah peradaban manusia. Hal ini disebabkan karena perbedaan penggunaan retorika pada setiap periodenya. Oleh karena itu muncul keragaman dalam tradisi retorika antara lain : Periode Universitas Budi Luhur
  • 26. 13 Klasik, Periode Pertengahan, Periode Renaissance, Periode Pencerahan, Periode Kontemporer, dan Periode Post-Modern. Saat ini, retorika sering mengalami penyempitan makna--kosong atau kata-kata ornamen yang berlawanan dengan tindakan. Kajian retorika secara umum didefinisikan sebagai simbol yang digunakan manusia. Pada awalnya ilmu ini berhubungan dengan persuasi, sehingga retorika adalah seni penyusunan argumen dan pembuatan naskah pidato. Kemudian, berkembang sampai meliputi proses “adjusting ideas to people and people to ideas” dalam segala jenis pesan.(Littlejohn, 2009:73) Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss dalam bukunya Theories of Human Communication (2009:74-76), menjelaskan Retorika dari sejarah penggunaannya dari masa ke masa. Penulis merangkum penuturan sejarah retorika sebagai berikut: 1. Retorika di zaman klasik (abad ke-5 sampai abad ke-1 sebelum masehi), didominasi oleh usaha-usaha untuk mendefinisikan dan menyusun peraturan dari seni retorika. Instruksi retorika paling awal diajarkan oleh para guru-guru pengembara, Sophist, dengan mengajarkan seni berdebat di kedua sisi pada sebuah kasus. 2. Pada Zaman pertengahan (400-1400 Masehi) retorika berfokus pada permasalahan penyusunan dan gaya. Secara pragmatis, kegunaan retorika pada zaman pertengahan adalah untuk penulisan surat karena pada abad ini banyak keputusan yang dibuat secara pribadi dalam dekrit dan surat. Sedangkan permasalahan tentang gaya ditekankan dalam pengajaran mengadaptasi pelapisan, bahasa, dan format untuk audiensi khusus. 3. Pada Zaman Renaissance (1300-1600 Masehi) disokong oleh Zaman Pertengahan, memandang kembali retorika sebagai filosofi seni. Yang menjadi tren pada zaman ini adalah Rasionalisme, sehingga para pemikir seperti Rene Descartes mencoba untuk menentukan apa yang dapat diketahui secara absolut dan objektif oleh pikiran manusia. zada zaman ini pun, logika atau pengetahuan juga terpisah dari bahasa dan retorika hanya menjadi cara untuk menyampaikan kebenaran ketika kebenaran tersebut diketahui. 4. Zaman Pencerahan (1600-1800 Masehi), retorika dibatasi karena gayanya, sehingga memunculkan pergerakan belles lettres-yang arti harfiahnya surat-surat indah atau menarik. Dengan adanya ketertarikan dalam gaya, selera, dan estetika tidak mengherankan jika sebuah gerakan seni Universitas Budi Luhur
  • 27. 14 deklamasi mengajarkan pelafalan serta sistem gerak tubuh dan gerakan pembicara juga muncul ke permukaan. 5. Retorika Kontemporer (beriringan pada abad ke-20), dimana abad ini pengaruh simbol-simbol meningkat sehingga retorika bergeser fokusnya dari pidato ke semua jenis penggunaan simbol. Dengan kata lain secara harfiah, tidak ada bentuk penggunaan simbol yang tidak dapat diteliti oleh para akademisi retorika. Selain itu, hal yang paling penting pada periode ini adalah adanya sebuah pemahaman mengenai retorika sebagai epistemika – sebagai sebuah cara untuk mengetahui dunia, bukan hanya sebuah cara untuk menyampaikan sesuatu tentang dunia. 6. Retorika post-modern (akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21). Retorika zaman ini mengistimewakan pendirian akan ras, kelas, gender, dan seksualitas ketika mereka masuk ke dalam pengalaman kehidupan khusus seseorang daripada mencari teori-teori yang luas dan penjelasan- penjelasan mengenai retorika. Berdasarkan kutipan penggunaan retorika dalam beberapa periode sejarah, dapat disimpulkan bahwa secara umum retorika ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik yang bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato. “Selanjutnya, retorika jauh berbeda dengan tanpa arti, kosong, atau pembicaraan ornamental. Hal ini merupakan seni dasar dan praktik komunikasi manusia.” (Littlejohn, 2009:76) Dari kutipan di atas, maka dalam keberagaman konteks komunikasi yang ada, tradisi retorika tidak memiliki bagian tersendiri karena teori-teori retorika banyak yang tercakup dalam tradisi lain yang sesuai. Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik dan praktek kontemporer dari retorika yang termasuk analisa atas teks tertulis dan visual. Universitas Budi Luhur
  • 28. 15 Berdasarkan pada penjelasan yang telah disampaikan, peneliti menarik kesimpulan bahwa retorika adalah seni berbicara secara manipulatif atau teknik persuasi politik yang bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, dengan tujuan membuat orang lain memiliki pandangan dan pemikiran yang sama dengan kita sehingga bertindak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Untuk itu, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka. Retorika dapat dilakukan pada komunikasi kelompok dan juga komunikasi antarpribadi melalui komunikasi langsung ataupun menggunakan media. 2.1.3 Demokrasi Demokrasi, sebuah kosakata politik yang begitu sering digunakan dan diperdengarkan dalam wacana sosial politik kenegaraan. Demokrasi yang dijalankan oleh negara-negara di dunia sangatlah beragam jenisnya, ada demokrasi liberal, demokrasi sosialis, demokrasi komunis, demokrasi rakyat, demokrasi terpimpin, dan lain sebagainya. “Demokrasi secara etimologis berasal dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk setempat dan “creatain” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan rakyat.”(www.hminews.com) Dengan bahasa lain demokrasi adalah pemerintahan rakyat: pemerintahan yang diikuti oleh rakyat secara suka rela dan bukan karena takut atau paksa. Universitas Budi Luhur
  • 29. 16 Jadi, dalam demokrasi, rakyat adalah sumber legislasi dan sumber kekuasaan (source of legislation and authority). Dalam demokrasi kebebasan harus diwujudkan bagi setiap individu rakyats. Ada 4 jenis kebebasan yang dianut: (1) kebebasan beragama (freedom of religion), (2) kebebasan berpendapat (freedom of speech), (3) kebebasan kepemilikan (freedom of ownership), dan (4) kebebasan berperilaku (personal freedom).(www.hminews.com) Demokrasi dalam konteks kontemporer, Harris Soche, “Demokrasi adalah pemerintahan rakyat karena itu kekuasaan melekat pada rakyat.” (Elvani, 2007) Dapat disimpulkan demokrasi mengakui kehendak rakyat sebagai landasan bagi legitimasi dan kewenangan pemerintahan (kedaulatan rakyat) dan kehendak itu akan dinyatakan dalam sebuah iklim politik yang terbuka melalui pemilihan umum yang bebas dan berkala. Sedangkan menurut C.F. Strong (seperti yang di kutip oleh Malkian Elvani, 2007) , “Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dalam mana mayoritas anggota dewan dari masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.” Menurut Henry B. Mayo, system politik demokratis adalah menunjukkan kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil- wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat, dan didasarkan atas kesamaan politik dalam suasana terjaminnya kebebasan politik. (Elvani, 2007) Universitas Budi Luhur
  • 30. 17 International Commision for Jurist, merumuskan “Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan untuk membuat keputusan politik diseleng- garakan oleh wakil wakil yang dipilih dan bertanggung jawab kepada mereka melalui pemilihan yang bebas.” (Elvani, 2007) Sedangkan, Samuel Huntington, “system politik sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam system itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur, dan semua orang dewasa mempunyai hak yang sama memberikan suara.” (Elvani, 2007) Maka dapat disimpulkan, Sistem Demokrasi adalah sistem pemerintahan suatu negara yang berdasarkan kedaulatan rakyat yang sepenuhnya dan seutuhnya baik melalui sistem perwakilan ataupun secara langsung. Sebuah sistem demokrasi bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya. 2.1.4 Hermeneutik Engkus Kuswarno (2008:25) dalam bukunya Etnografi Komunikasi mengatakan “Hermeneutik adalah cabang filsafat yang menguji teori tentang pemahaman dan penafsiran.” Selanjutnya, beliau juga mengatakan “Sebuah proses dipandang sebagai sesuatu yang sirkuler, jadi orang hanya dapat memahami sesuatu dalam kaitannya dengan bagian-bagiannya. Namun bagian-bagian tersebut juga hanya dapat dipahami dari keseluruhannya.” Universitas Budi Luhur
  • 31. 18 “Secara etimologis, Hermeneutik berasal dari kata Yunani Hermeneuein yang berarti menafsirkan, kata bendanya Hermenia dapat diartikan sebagai penafsiran atau interpretasi.”(Steve JM, 2008:3) Dalam mitologi Yunani, kata hermeneutik sering dikaitkan dengan tokoh bernama Hermes, seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia. Tugas menyampaikan pesan berarti juga mengalihbahasakan ucapan para dewa ke dalam bahasa yang dapat dimengerti manusia. Pengalihbahasaan sesungguhnya identik dengan penafsiran. Dari situ kemudian pengertian kata Hermeneutika memiliki kaitan dengan sebuah penafsiran atau interpretasi.(Saidi, 2008) Ada banyak tokoh dalam Hermeneutika. Sebut saja, misalnya, Friedrich Ernst Schleiermacher, Wilhelm Dilthey, Martin Heidegger, Hans George Gadamer, Jurgen Habermas, dan Paul Ricoeur. Peneliti tidak akan menjelaskan pemikiran Hermeneutik semua tokoh tersebut. Dalam penulisan penelitian ini, penjelasan Hermeneutika yang akan disarikan adalah yang dikemukakan oleh Wilhelm Dilthey. 2.1.4.1 Hermeneutik Wilhelm Dilthey Wilhelm Dilthey adalah seorang filsuf Jerman. Ia terkenal dengan riset historisnya dalam bidang hermeneutik. “Ia berambisi menyusun dasar epistemologis baru bagi pertimbangan sejarah tentang pemahaman yang memandang dunia sebagai wajah interior dan eksterior.” (Steve JM, 2008:8) Ia sangat tertarik pada karya-karya Schleiermacher dan kehidupan intelektualnya, tertanam pada kemampuan intelektualnya dalam menggabungkan teologi dan kesusastraan dengan karya-karya kefilsafatan, serta kagum pada karya terjemahaan dan interpretasinya atas dialog Plato. (Steve JM, 2008:8) Universitas Budi Luhur
  • 32. 19 Pemikiran Dithey banyak dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan Schleiermacher. Dia memandang hidup dan kehidupan adalah “sebuah proses yang sedang berlangsung, suatu entitas yang secara kodrat mengalir (Bergson). Sejarah tidak dapat dipahami kecuali melalui teori-teori dan sebaliknya teori juga tidak dapat dipahami kecuali melalui sejarah.” (Steve JM, 2008:11) Menurut Dilthey, “Hermenuetik sendiri pada dasarnya bersifat menyejarah. Ini berarti bahwa makna itu sendiri tidak pernah ‘berhenti pada satu masa’ saja, tetapi selalu berubah menurut modifikasi sejarah.” (Steve JM, 2008:11) Dilthey mengatakan bahwa peristiwa sejarah dapat dipahami dalam tiga proses: • Memahami sudut pandang atau gagasan para pelaku asli. • Memahami arti atau makna kegiatan-kegiatan mereka pada hal-hal yang secara langsung berhubungan dengan peristiwa sejarah. • Menilai peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan gagasan yang berlaku pada saat sejarahwan itu hidup. Menurut Dilthey, “memahami berarti menggabungkan semua daya pikiran kita dalam pengertian.” (Steve JM, 2008:11). Dapat dikatakan bahwa dalam memahami kita mengikuti proses mulai dari sistem keseluruhan yang kita terima dalam pengalamana hidup sehingga kita dapat mengerti, sampai ke pemahaman tentang diri sendiri. Universitas Budi Luhur
  • 33. 20 Proses pemahaman terdiri dari dua bagian; pertama, pengalaman yang hidup menimbulkan ungkapannya dan kedua, rekosntruksi berbagai peristiwa. Tentang sistem penyebaban, Dilthey membagi menjadi dua jenis Kausalzusammenhang (nexus sebab dan akibat yang bersifat mekanis) dan Wirkungszusanmmenhang (sistem dinamis). Pemikiran filsafat Dilthey dikenal dengan ’filsafat hidup’ karena ia berupaya untuk menganalisis proses pemahaman yang membuat kita dapat mengetahui kehidupan pikiran (kejiwaan) kita sendiri dan kejiwaan orang lain. Tugas hermeneutika menurut Dilthey adalah untuk melengkapi teori pembuktian validitas universal interpretasi agar mutu sejarah tidak tercemari oleh pandangan yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan. Interpretasi nampaknya niscaya berupa suatu proses yang melingkar, yaitu setiap bagian dari suatu karya sastra misalnya dapat ditangkap lewat keseluruhannya, adapun sebaliknya keseluruhannya hanya dapat ditangkap lewat bagian-bagiannya. Dengan demikian kita dihadapkan pada suatu lingkaran logis. Lingkaran yang sama juga dijumpai manakala kita mencoba memahami pengaruh-pengaruhnya yang dialami oleh pengarang atas suatu karyanya. Kita dapat memahami situasi apa yang terdapat di benaknya hanya jikalau kita telah mengetahui apa yang sudah dipikirkan. Lingkaran tersebut secara logis berpautan, tidak terpecahkan, akan tetapi dalam praktek dapat kita pecahkan setiap saat kita memahaminya. Proses hermeneutika selanjutnya bahwa arti suatu karya dapat terungkap secara lebih penuh lewat karya-karya lain si pengarang, dan arti karya-karya lain tersebut dapat dibaca lewat hidup dan watak si pengarang. Dari pengertian inilah dapat diperoleh suatu pemahaman keadaan-keadaannya Universitas Budi Luhur
  • 34. 21 sewaktu dia masih hidup, kemudian dipahami tulisan-tulisannya sebagai suatu kejadian dalam suatu proses sejarah budaya atau sejarah sosial yang jauh melampaui dirinya dan merupakan suatu bagian besar kisah umat manusia. (Kaelan, 1998: 190-193) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Dilthey memperlakukan teks tertulis dalam sebuah karya sastra di hadapannya sebagai sebuah objek interpretasi. Ia melihat teks sebagai ekspresi dari si pengarang dan interpretasi adalah sebuah upaya untuk memahami maksud dari pengarang tersebut. Ia percaya bahwa dengan menyelami teks kita dapat menemukan intensi dari pengarang tersebut, dan dapat ditemukan metode untuk menyelami teks tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rekonstruksi makna adalah hal yang mungkin dalam kehidupan kita. Bagi Dilthey, pemahaman akan ungkapan orang lain mengikuti logika yang sama sebagaimana seseorang memahami kegiatan dalam autobiografinya sendiri. Autobiografi merupakan alat yang paling baik dalam memahami hidup dan kejadian dalam hidup kita Penjelasan Autobiografi menurut Dilthey: Autobiography is the roots of all historical comprehension. Autobiography is all about understanding one’s self and the meaning of events in one’s own life. We understand how events and meanings are related in our own lives through reflection on our autobiographies. We understand why we did this or said that because we know the history that led up to those events and the consequences that arose as a result of them. Universitas Budi Luhur
  • 35. 22 Autobiografi mencerminkan akar dari semua pemahaman sejarah. Autobiografi berkaitan dengan pemahaman diri seseorang dan makna berkaitan dengan hidup kita sendiri melalui refleksi atas autobiografi kita. Kita dapat mengerti mengapa kita melakukan sesuatu karena kita tahu dari sejarah yang menuntun kita pada kejadian-kejadian tersebut. (Radford, 2005:163) Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi objek interpretasi dalam penelitian ini adalah teks tertulis yang merupakan transkrip dari sebuah pidato yang disampaikan dalam sebuah rapat. Untuk menerjemahkan dan menginterpretasikan aspek-aspek tersebut, peneliti harus menginduksi autobiografi si retoris. Jadi, kegunaan hermeneutik atau interpretasi dalam penelitian ini adalah untuk memahami obyek dalam konteks ruang dan waktu dimana obyek tersebut berada, terkait di dalamnya keseluruhan aspek kondisi sosial, ekonomi, budaya, pandangan hidup maupun sejarahnya. 2.2 Tinjauan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti turut memberikan beberapa penelitian pendahulu yang memiliki kesamaan baik metodologi, metode, teori, ataupun objek penelitian. Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain: 2.2.1 Konstruksi Argumentasi dalam Retorika Soekarno (Kasus: Pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 di depan BPUPKI) Oleh Liza Dwi Ratna Dewi dalam Tesis S2 Universitas Indonesia tahun 2007 Di dalam penelitian ini, peneliti (Liza Dwi Ratna) meneliti dan menjelaskan mengenai proses penyusunan bahasa dan kata-kata yang digunakan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya di Rapat BPUPKI tanggal 1 Universitas Budi Luhur
  • 36. 23 Juni 1945. Peneliti beranggapan bahwa penyusunan bahasa dan kata-kata yang disampaikan sebagai pesan oleh Ir. Soekarno saat itu dilakukan dengan penuh pertimbangan dan maksud. Berdasarkan pada teori bahasa Bakhtin, terdapat dua objek yang dituju oleh seorang komunikator dalam mengeluarkan pesannya, objek yang nyata disebut addressee dan objek yang abstrak adalah supperaddressee. Lebih jauh, peneliti menjelaskan bahwa yang dimaksud addressee adalah orang yang dituju dari proses komunikasi yang dilakukan (komunikan) sedangkan supperaddressee adalah latar belakang komunikan seperti ideologi, pendidikan, paradigm, nilai-nilai budaya, dll. yang mempengaruhi respon komunikan dalam menerima dan menginterpretasikan pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi. Peneliti mengambil pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945 sebagai penelitiannya karena Ir. Soekarno sangat terkenal dengan kemampuannya dalam berpidato. Selain itu, peneliti juga berpendapat bahwa pidato tanggal 1 Juni 1945 mempunyai isu yang dimainkan dengan piawai oleh Ir. Soekarno karena pada saat itu sedang dilakukan pembahasan mengenai Dasar Negara Indonesia Merdeka dan dihadiri oleh tokoh-tokoh pemimpin pergerakkan kemerdekaan yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Untuk memahami dan mencapai tujuan penelitian, peneliti menggunakan paradigma konstruktivis yang memandang bahwa realitas Universitas Budi Luhur
  • 37. 24 kehidupan sosial bukanlah realitas yang netral, tetapi hasil dari konstruksi. Peneliti juga menggunakan pendekatan kualitatif yang memahami realitas yang diteliti secara menyeluruh dan berfokus pada hubungan-hubungan antara bagian-bagian yang terpisah. Selain itu peneliti juga menggunakan metode Hermeneutika Wilhelm Dilthey yang mengatakan bahwa individu membentuk ddan dibentuk oleh konteks budaya di mana dia hidup. 2.2.2 Kedai Tiga Nyonya Sebagai Representasi Budaya Peranakan Cina- Jawa Oleh Lisa Andriani dalam Skripsi S1 FIKOM Universitas Budi Luhur tahun 2009 Proses percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi disebut akulturasi (acculturation). Salah satu akibat dari proses akulturasi adalah hibriditas. Hibriditas budaya (budaya peranakan) adalah budaya baru yang dihasilkan melalui proses perkawinan silang dari dua jenis budaya yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menggambarkan salah satu jenis hibriditas budaya di Indonesia, yaitu budaya peranakan Cina-Jawa yang terwujud dalam Kedai Tiga Nyonya. Kedai Tiga Nyonya bisa dikatakan sebagai pemain kuliner pertama di Jakarta yang merangkul makanan Cina peranakan. Dengan demikian, yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Kedai Tiga Nyonya Sebagai Representasi Budaya Peranakan Cina-Jawa”. Universitas Budi Luhur
  • 38. 25 Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme yang memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung. Teori representasi yang digunakan untuk menginterpretasikan data penelitian ini adalah Hermeneutika Wilhelm Dilthey. Pendekatan dari penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena secara umum digunakan untuk memperoleh hasil penelitian yang bersifat deskriptif berupa kata-kata dari suatu objek penelitian. Metodologi penelitian ini adalah metode etnografi, karena metode ini dapat menggambarkan, menjelaskan dan membangun hubungan dari kategori-kategori dan data yang ditemukan. Selain itu, ciri khas penelitian lapangan etnografi adalah bersifat holistik, integratif, thick description, dan analisis kualitatif untuk mendapatkan native’s point of view. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kedai Tiga Nyonya merepresentasikan budaya peranakan Cina-Jawa. Budaya peranakan Cina- Jawa yang terwujud dalam Kedai Tiga Nyonya, ditampilkan dan diartikan sesuai latar belakang atau riwayat hidup dari pemilik Kedai. Kedai Tiga Nyonya selain menjadi bangunan secara utuh, juga berperan pada pembentukan ruang-ruang sosial dan simbolik, sebuah “ruang” menjadi cerminan dari perancang dan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Pendek kata, Kedai Tiga Nyonya menjadi cerminan budaya dari pemilik Kedai - Paul B. Nio yaitu budaya Peranakan Cina-Jawa (Semarang). Universitas Budi Luhur
  • 39. 26 2.2.3 Wacana feminism dalam Novel Ayu Manda (Studi Analisis Hermeneutika) Oleh Fitria Lestari dalam Skripsi S1 FIKOM Universitas Budi Luhur tahun 2010 Novel merupakan salah satu media massa cetak yang dapat member banyak inspirasi bagi para pembacanya. Alur cerita dalam sebuah novel dapat membentuk sebuah imajinasi dan menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda dari masing-masing pembaca. Oleh karena itu, teks bersifat polisemis, yaitu dapat mengandung dan menimbulkan banyak makna. Dalam novel ini, diangkatnya tema feminism membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian. Permasalahan yang terdapat dalam novel ini berkaitan dengan feminism adalah masalah poligami, posisi perempuan dalam budaya Bali, seperti dalam hal hokum waris dan dalam struktur kasta, serta budaya patriarki dalam kaitannya dengan ketidaksetaraan gender. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana wacana feminism ditampilkan dalam novel Ayu Manda. Metodologi penelitian yang digunakan adalah hermeneutika dari Paul Ricouer. Metode hermeneutika dilakukan melalui sebuah proses interpretasi untuk mengetahui makna dari sebuah makna. Ada berbagai segi yang diperhatikan dalam meneliti suatu teks yaitu dari segi bahasa, segi latar belakang penulis, segi lingkungan teks, segi kaitan dengan teks lain, serta “dialog” dengan pembaca. Dalam hermeneutika, pembaca secara sengaja dan hati-hati melakukan interpretasi serta penafsiran tentang apa yang dibacanya, dalam hal ini teks novel Ayu Manda. Universitas Budi Luhur
  • 40. 27 Hasil penelitian yang diperoleh yaitu mengenai bagaimana masalah poligami dalam perspektif dua orang tokoh perempuan dalam novel ini, yaitu sebagai istri pertama dan istri kedua. Selain itu novel ini juga menggambarkan bagaimana budaya patriarki telah melahirkan ketidakadilan gender terhadap perempuan serta posisi perempuan dalam kebudayaan Bali yang direpresentasikan lewat seorang tokoh utama dalam novel ini yaitu Ayu Manda. Kesimpulan yang penulis buat berdasarkan hasil penelitian di atas adalah tentang budaya patriarki yang sangat erat kaitannya dengan lahirnya sebuah gerakan feminism. Patriarki dianggap sebagai sumber dimana perempuan ditempatkan tidak sejajar dalam tatanan masyarakat. Kemudian saran yang dapat penulis sampaikan adalah ditujukan kepada seluruh perempuan Indonesia agar terus berjuang menunjukan eksistensi dirinya dengan semangat feminism. 2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan pada penjelasan landasan teori yang telah peneliti jelaskan di atas, maka kerangka pemikiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Universitas Budi Luhur
  • 41. 28 Konsep ide Pancasila Ir. Soekarno Pada Rapat BPUPKI (Tanggal 1 Juni 1945) Hermeneutika Wilhelm Dilthey Interpretasi Sistem Demokrasi Pancasila GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN Gambar 2.1 menunjukan bahwa penelitian ini akan menjelaskan interpretasi dari Sistem Demokrasi Pancasila yang berdasarkan pada teks retorika Ir. Soekarno pada Rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Sistem Demokrasi Pancasila yang sebenarnya menurut Ir. Soekarno dengan mendeskripsikan dan menganalisis tanda-tanda verbal maupun non verbal dari naskah retorika Ir. Soekarno pada rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Perspektif teori yang digunakan untuk menginterpretasikan data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah teori interpretasi Hermeneutika Wilhelm Dilthey yakni dengan cara menginduksi autobiografi Ir. Soekarno dan menganalisa teks retorika Ir. Soekarno pada Rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Universitas Budi Luhur
  • 42. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Indonesia Pra Kolonial Bangsa Indonesia yang telah menetap di wilayah kepulauan nusantara selama beribu-ribu tahun, hal ini ditandai dengan ditemukannya fosil manusia tertua di dunia yang di kenal dengan sebutan paleo javanicus5, mempunyai kebudayaan dan peradaban yang tinggi. Bangsa Indonesia sejak dahulu telah memiliki sistem pemerintahan dengan bukti adanya kerajaan-kerajaan yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Kerajaan yang tertua adalah Kerajaan Kutai yang berada di Pulau Kalimantan. Selain itu juga dikenal banyak kerajaan-kerajaan lainnya seperti Singosari, Samudra Pasai, Sriwijaya, Mataram, Demak, Majapahit dan lain sebagainya. Dua kerajaan yang memiliki wilayah kekuasaan terbesar adalah kerajaan Sriwijaya dan Majapahit yang juga dikenal dengan sebutan Kerajaan Nusantara. 5 Berasal dari bahasa latin yang artinya Manusia Jawa 38 Universitas Budi Luhur
  • 43. 39 Kerajaan-kerajaan nusantara sangat membuka diri dengan bangsa lain dalam semangat perdagangan. Banyak pedagang bangsa lain yang dating dan kemudian menetap di wilayah nusantara seperti China, India, Arab, dan Eropa. Jaman Kolonial Bangsa Asing yang pertama kali menjajah nusantara adalah Belanda. Belanda atau lebih tepatnya VOC6 pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke 16 di Semenanjung Malaka. Setelah itu VOC langsung memonopoli perdagangan dan menjajah Bangsa Indonesia selama kurang lebih tiga setengah abad lamanya. VOC bangkrut pada abad ke 18, dan setelah pemerintahan kolonial Inggris yang pendek, Belanda mengambil alih kembali penjajahan atas Indonesia. Penjajahan Belanda atas Indoensia berangsung dengan banyak pasang surut, dengan banyaknya perlawanan di setiap daerah dan beberapa kali terjadi pergantian gubernur jendral.7 Kebangkitan Nasional Bangsa Indonesia di bawah kolonialisme Belanda sangatlah menderita. Terdapat banyak pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintahan kolonialisme. Salah satunya adalah pembatasan pendidikan dimana hanya keturunan para raja dan priyai saja yang dapat memperoleh 6 VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) merupakan sebuah kamar dagang atau perusahaan pemerintah Belanda. Diberikan hak untuk memonopoli perdagangan dan aktivitas kolonial oleh parlemen Belanda pada tahun 1602. Bermarkas di Batavia yang sekarang bernama Jakarta 7 Gubernur Jendral adalah sebutan untuk pimpinan tertinggi pemerintah kolonial di daerah jajahannya yang merupakan perwakilan langsung dari Ratu Belanda. Universitas Budi Luhur
  • 44. 40 pendidikan formal. Selain itu Bangsa Indonesia juga dilarang untuk berserikat dan berkumpul. Namun pada tanggal 2 Mei 19088, berdiri serikat pertama yang bernama Boedi Oetomo yang dideklarasikan oleh tiga orang yang dikenal sebagai Tiga Serangkai. Organisasi Boedi Oetomo bergerak dalam dunia pendidikan terutama untuk rakyat kecil yang tidak dapat masuk ke dalam sekolah-sekolah buatan belanda. Setelah itu, kejadian besar yang perlu disoroti dalam garis sejarah Bangsa Indonesia adalah Kongres Pemuda9 yang menjadi tanda dari persatuan perjuangan kemerdekaan di seluruh wilayah nusantara. Kongres Pemuda ini lalu mengeluarkan keputusan yang dikenal dengan Sumpah Pemuda. Gambar 4.1 Hasil Keputusan Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta. 8 Kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. 9Sumpah Pemuda, (28 Oktober 1928) deklarasi yang di gagas oleh para pemuda Indonesia untuk bersatu dalam perjuangan memerdekakan Bangsa Indoensia dari penjajahan. Di tandai dengan pembacaan sumpah untuk mengakui Tanah air, kebangsaan, dan Bahasa yang digunakan. Universitas Budi Luhur
  • 45. 41 Selanjutnya perjuangan kemerdekaan berlangsung terus menerus disetiap daerah dengan semangat yang baru, bukan lagi semangat kedaerah melainkan semangat persatuan se Indonesia. Pada tahun 1942, bangsa Jepang yang ingin menaklukan negara- negara sekutu berhasil menghancurkan pangkalan militer Amerika di Pearl Harbour. Kejayaan Bangsa Jepang saat itu sampai ke Indonesia dengan memukul mundur Belanda dari Nusantara. Namun hal ini tidak menjadikan Bangsa Indonesia merdeka melainkan mendapat penjajah baru yaitu Bangsa Jepang. Pada awal penjajahannya, Bangsa Jepang begitu baik sehingga para pejuang kemerdekaan menjadi kooperatif. Bangsa Jepang menjanjikan kemerdekaan Bangsa Indonesia jika membantu peperangan melawan sekutu pada perang dunia kedua. Pada tahun 1945 pemerintahan kolonial Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. BPUPKI yang hanya berumur beberapa bulan saja lalu digantikan oleh Panitia persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada pertengahan tahun 1945 Amerika membom atom kota Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat ke[ada sekutu dan mengakhiri perang. Dengan kekalahan Jepang dari sekutu, maka terjadi kekosongan pemerintahan kolonial di Indonesia, hal inilah yang dimanfaatkan oleh para pemuda Indonesia untuk mendesak Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta yang pada saat itu merupakan tokoh sentral perjuangan Universitas Budi Luhur
  • 46. 42 kemerdekaan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda menculik ke dua tokoh tersebut dan membawanya ke daerah Rengas Dengklok dengan tujuan agar tidak mendapat pengaruh dari pihak-pihak yang dapat menghalangi usaha kemerdekaan. 4.1.2 BPUPKI dan Rapat BPUPKI Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura) No. 23. Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia. Universitas Budi Luhur
  • 47. 43 Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara dan menyampaikan pandangannya mengenai pendirian Negara Indonesia Merdeka namun kemudian pada tahun 1984, Lembaga Soekarno – Hatta menerbitkan buku Sejarah Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, yang mengatakan bahwa hari lahirnya Pancasila 1 Juni 1945 tidak bisa dilepaskan dari Soekarno. Sebab Soekarno adalah satu-satunya orang yang mengemukakan Pancasila sebagai dasar negara di depan sidang BPUPKI 29 Mei - 1 Juni 1945. Pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu: (1) Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia), (2) Internasionalisme (Perikemanusiaan), (3) Mufakat atau Demokrasi, (4) Kesejahteraan Sosial, dan (5) Ketuhanan yang Berkebudayaan. Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu: 1. Sosio-nasionalisme, 2. Sosio-demokrasi, 3. Ketuhanan. Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong. Universitas Budi Luhur
  • 48. 44 Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wachid Hasjim, Mr. Muh. Yamin, M. Sutardjo Kartohadikusumo, Mr. A.A. Maramis, R. Otto Iskandar Dinata, dan Drs. Muh. Hatta. Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Muh. Hatta, Mr. A.A. Maramis, K.H. Wachid Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, Mr. Ahmad Subardjo, dan Mr. Muh. Yamin. Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”. Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 Juli 1945, hasil yang dicapai adalah merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Universitas Budi Luhur
  • 49. 45 (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden. 4.1.3 Ir. Soekarno Penjelasan tentang Ir. Soekarno pada sub bab ini merupakan ringkasan peneliti dari berbagai sumber yang didapat seperti buku Soekarno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia tulisan Cindi Adams yang ditulis dari hasil wawancaranya dengan Ir. Soekarno. Wawancara yang dilakukan merupakan permintaan langsung dari Ir. Soekarno untuk menuliskan riwayat hidupnya pada masa akhir hidup Soekarno. Selain buku tersebut ada pula beberapa sumber lain yang digunakan oleh peneliti dengan upaya untuk benar-benar dapat memahami alam pikiran Ir. Soekarno semasa ia hidup. Ir. Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur, pada tanggal 6 Juni 1901 dan wafat di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun. Beliau adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 - 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah menggali kembali Pancasila dari sari pati Universitas Budi Luhur
  • 50. 46 Bangsa Indonesia. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia bersama dengan Mohammad Hatta yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno semenjak kecil sudah sangat cerdas dan mempunyai kemampuan memimpin yang terbawa sejak lahir. Kedua orang tuanya sangat percaya bahwa dia akan menjadi seorang pemimpin besar karena dilahirkan pada saat fajar tiba. Sejak keccil ayahnya sudah merencanakan pendidikan yang akan diberikan kepada Soekarno agar ia dapat menjadi orang besar. Ayahnya menggunnakan haknya sebagai keturunan dari keluarga raja untuk memasukan Soekarno ke sekolah untuk anak-anak Belanda, karena hanya dari sekolah itulah Soekarno dapat melajutkan pendidikan formalnya sampai ke perguruan tinggi seperti yang direncanakan oleh ayahnya. Pekerjaan ayahnya sebagai seorang guru menjadikan Soekarno sangat dekat dengan ruang pendidikan dan menganggap bahwa pendidikan sangatlah penting untuk menjadi sukses dalam hidup. Hal ini mempengaruhi Soekarno sehingga ia sangat gemar membaca dan mendengarkan orang berdiskusi, ia juga sangat gemar belajar dan lebih meluangkan waktunya semasa remaja untuk belajar. Latar belakang dan pendidikan Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Jawa. Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai berasal dari Buleleng, Bali. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. Pada Universitas Budi Luhur
  • 51. 47 usia 14 tahun, seorang kawan dari ayahnya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke Hoogere Burger School (H.B.S.) di sana sambil mengaji di tempat Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu. Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa). Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij10. Semasa kecilnya, Soekarno sangat gemar dengan pertunjukan wayang. Dengan tinggal bersama dengan kakeknya, Soekarno kecil sering diajak untuk ikut menonton pertunjukan wayang. Soekarno kecil dengan kecerdasannya dapat memahami inti dari cerita wayang yang ia tonton. Di usia muda, Soekarno dititipkan kepada Tjokroaminoto yang saat itu sangat aktif dalam Serikat Islam (SI). Soekarno mendapatkan pemahaman tentang Islam yang lebih mendalam dari Tjokroaminoto dan teman-temannya di SI. Selain mendapatkan pengetahuan tentang Islam, Soekarno juga mendapatkan kemudahan dalam membaca buku-buku pengetahuan yang dimiliki oleh Tjokroaminoto, terutama yang menjadi kesukaannya adalah buku-buku tentang filsafat. 10 Partai Nasional Indonesia (Bahasa Belanda) Universitas Budi Luhur
  • 52. 48 Selanjutnya Soekarno meneruskan sekolahnya di TBS di Bandung. Di sana dia tinggal di rumah temannya Tjokroaminoto. Ketika bersekolah di TBS, Soekarno memulai aktifitas pergerakan politiknya untuk menentang penjajah. Ia mulai menulis artikel-artikel perlawanan, selain aktif dalam kelompok-kelompok diskusi. Salah satu tulisannya yang terkenal berjudul Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme yang di muat dalam Suluh Indonesia. Sedangkan kelompok diskusi yang ia buat berkembang menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Karena aktifitas politiknya, Soekarno ditangkap dan diadili oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pada saat itulah Soekarno menyampaikan pledoinya yang terkenal dengan judul Indonesia Menggugat di hadapan hakim dari Belanda. Berdasarkan keputusan pengadilan, Soekarno pun di penjara di rumah tahanan di Bandung. selain di penjara, Soekarno juga beberapa kali diasingkan, namun semua hal itu tidak menurunkan semangat Soekarno untuk memerdekakan bangsanya dari penjajahan. Soekarno juga memimpin organisasi Putera pada masa penjajahan Jepang. Hal ini karena janji Perdana Mentri Jepang yang akan memberikan kemerdekaan kepada Bangsa Indonesia di kemudian hari jika bersedia membantu Jepang dalam perang. Namun pada saat Jepang mengalami kekalahan perang, para pemuda Indonesia segera menemui dan mengamankan Soekarno dan Hatta dengan membawa mereka ke Rengas Dengklok. Di sana, para pemuda Indonesia mendesak Soekarno untuk segera Universitas Budi Luhur
  • 53. 49 memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno bersama Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan tidak lama setelah itu mereka berdua di tetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang pertama. 4.2 Pembahasan Dalam penelitian ini, hasil penelitian dan pembahasan merupakan hasil dari interpretasi yang penulis lakukan terhadap teks-teks dalam pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945. Ada beberapa alasan mengapa penulis memilih teks-teks yang akan diteliti kemudian adalah yaitu pertama adalah karena teks ini merupakan sebuah momen sejarah yang sangat penting karena dikenal juga sebagai Kelahiran Pancasila. Kedua, pidato ini disampaikan dan menjadi jawaban dalam rapat BPUPKI yang pada saat itu sedang membahas persoalan bangsa mengenai Dasar Indonesia Merdeka. Proses pemaknaan tersebut menggunakan metode hermeneutika Wilhelm Dilthey. Berikut ini adalah hasil penelitian dan pembahasan untuk mengetahui seperti apa pemahaman Pancasila yang dimaksud oleh Ir. Soekarno. Ir. Soekarno memberikan lima dasar yang disebut Pancasila untuk menjadi Dasar Negara Indonesia Merdeka, kelima dasar itu adalah: 1. Kebangsaan, 2. Internasionalisme, Universitas Budi Luhur
  • 54. 50 3. Musyawarah mufakat, perwakilan, 4. Keadilan sosial, dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa Penjelasan makna kelima dasar di atas adalah sebagai berikut: 1. Nasionalisme, yang memiliki pemahaman bahwa perlu adanya kecintaan Bangsa Indonesia terhadap tanah airnya yang meliputi seluruh wilayah nusantara dari utara Pulau Sumatera sampai selatan Pulau Irian dan rasa persatuan dengan memahami bahwa semua suku di dalamnya merupakan satu bangsa yang sama yaitu Bangsa Indonesia. Dasar ini di kemudian hari kita kenal sebagai sila Persatuan Indonesia. 2. Peri Kemanusiaan atau Internasionalisme, dasar ini memiliki pemahaman bahwa perlu adanya perilaku menghargai bangsa lain dan menghindari pemahaman yang meninggikan bangsa sendiri di atas bangsa lain, memahami bahwasannya setiap bangsa setara dan sejajar kedudukannya. Dasar ini kita kenal sebagai sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. 3. Permusyawaratan perwakilan, dasar ini dapat dipahami sebagai demokrasi yang dalam mengambil keputusan lebih mengedepankan musyawarah untuk mufakat dan dengan persamaan hak untuk setiap golongan untuk memberikan perwakilan-perwakilannya di lembaga parlemen yang ada. Dasar Universitas Budi Luhur
  • 55. 51 ini kita kenal sebagai sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. 4. Keadilan Sosial, dasar ini melengkapi dan menyempurnakan sistem demokrasi Indonesia yang dapat dipahami bahwa demokrasi Indonesia bukan hanya memberikan keadilan dalam politik tetapi juga menjamin keadilan dalam ekonomi. Demokrasi yang menjamin akan terciptanya kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dasar ini kemudian kita kenal sebagai sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Ketuhanan Yang Maha Esa, dasar ini dapat kita pahami bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Tuhan, tetapi Tuhan yang berkebudayaan. Ketuhanan yang saling menghargai perbedaan pendapat dan keyakinan dalam semangat persatuan Kebangsaan Indonesia. Ketuhanan yang saling menghormati dan saling menghargai antar umat beragama. 4.2.1 Analisis Dasar Pertama Di bawah ini merupakan teks yang memberikan gambaran mengenai dasar pertama Pancasila yaitu dasar Kebangsaan yang di maksudkan oleh Ir. Soekarno pada pidato di dalam rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945: Universitas Budi Luhur
  • 56. 52 … itu bukan berarti satu kebangsaan dalam arti yang sempit, tetapi saya menghendaki satu nationale staat11, seperti yang saya katakan dalam rapat di Taman Raden Saleh beberapa hari yang lalu. Satu Nationale Staat Indonesia bukan berarti staat yang sempit. Sebagai Saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo katakan kemarin, maka Tuan adalah orang bangsa Indonesia, bapak Tuan pun adalah orang Indonesia, nenek Tuan pun bangsa Indonesia, datuk datuk Tuan, nenek moyang Tuan pun bangsa Indonesia. Di atas satu kebangsaan Indonesia, dalam arti yang dimaksudkan oleh Saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo itulah, kita dasarkan Negara Indonesia…(Lahirnya Pancasila) Dalam kutipan di atas, Ir. Soekarno menghendaki adanya rasa Kebangsaan di antara seluruh rakyat Indonesia. Kebangsaan dalam arti yang luas yaitu yang telah terjalin sejak masa leluhur kita. Lebih lanjut, Ir. Soekarno mengatakan: Tempat itu yaitu tanah air. Tanah air itu adalah satu kesatuan. Allah s.w.t. membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita melihat peta dunia, kita dapat menunjukkan di mana “kesatuan kesatuan” di situ. Seorang anak kecil pun – jikalau ia melihat peta dunia – ia dapat menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan. Pada peta itu dapat ditunjukkan satu kesatuan gerombolan pulau pulau di antara 2 lautan yang besar, Lautan Pacific dan Lautan Hindia, dan di antara 2 benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Seorang anak kecil dapat mengatakan, bahwa pulau pulau Jawa, Sumatera, Borneo, Selebes, Halmahera, Kepulauan Sunda Kecil, Maluku, dan lain lain pulau kecil di antaranya, adalah satu kesatuan.(Lahirnya Pancasila) Di sini disampaikan dan ditekankan bahwa kesatuan Bangsa Indonesia dan merupakan tanah air Bangsa Indonesia sejak jaman leluhur yang mencakup seluruh Kepulauan Nusantara, dari ujung utara Sumatera sampai ujung selatan Irian, merupakan sebuah kesatuan yang telah 11 Nationale staat, berasal dari Bahasa Belanda yang artinya Negara Nasional Universitas Budi Luhur
  • 57. 53 ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya perkataan di atas diperkuat lagi dengan logika ilmiah dari ilmu Geopolitik melaui perkataan: Maka manakah yang dinamakan tanah tumpah darah kita, tanah air kita? Menurut geopolitik, maka Indonesia lah tanah air kita. Indonesia yang bulat – bukan Jawa saja, bukan Sumatera saja, atau Borneo saja, atau Selebes saja, atau Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan yang ditunjuk oleh Allah s.w.t. menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera – itulah tanah air kita!(Lahirnya Pancasila) Penekanan selanjutnya untuk menegaskan maksud maksud di atas disampaikan melaui kalimat: Pendek kata, bangsa Indonesia – Natie Indonesia – bukanlah sekadar satu golongan orang yang hidup dengan “le desir d’etre ensemble”12 di atas daerah yang kecil seperti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia manusia yang, menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah s.w.t., tinggal di kesatuannya semua pulau pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera sampai ke Irian! Seluruhnya!(Lahirnya Pancasila) Perkataan selanjutnya yang menerangkan mengenai maksud dari dasar kebangsaan yang diinginkan oleh Ir. Soekarno adalah: Nationale staat hanya Indonesia seluruhnya, yang telah berdiri di zaman Sriwijaya dan Majapahit dan yang kini pula kita harus dirikan bersama sama. Karena itu, jikalau Tuan tuan terima baik, marilah kita mengambil sebagai dasar Negara yang pertama: Kebangsaan Indonesia. Kebangsaan Indonesia yang bulat! Bukan kebangsaan Jawa, bukan kebangsaan Sumatera, bukan kebangsaan Borneo, Sulawesi, Bali, atau lain lain, tetapi kebangsaan Indonesia, yang bersama sama menjadi dasar satu nationale staat.(Lahirnya Pancasila) 12 le desir d’etre ensemble atau l’ame et le desir, bahasa Perancis yang berarti persatuan jiwa dan kehendak Universitas Budi Luhur
  • 58. 54 Kalimat di atas menegaskan bahwa Negara Indonesia harus dibangun bersama-sama oleh seluruh Bangsa Indonesia, bukan hanya penduduk Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali atau pun suku bangsa lainnya tetapi keseluruhan penduduk kepulauan nusantara seperti yang pernah dibangun oleh leluhur bangsa pada masa Sriwijaya dan Majapahit. Selanjutnya, untuk merangkul pula rakyat Indonesia yang merupakan keturunan Tionghoa, pada rapat itu diwakili oleh Liem Koen Hian, Ir. Soekarno menyampaikan: Saya mengaku, pada waktu saya berumur 16 tahun, duduk di bangku sekolah HBS di Surabaya, saya dipengaruhi oleh seorang sosialis yang bernama A. Baars, yang memberi pelajaran kepada saya. Katanya: “Jangan berpaham kebangsaan, tetapi berpahamlah rasa kemanusiaan sedunia, jangan mempunyai rasa kebangsaan sedikitpun”. Itu terjadi pada tahun ’17. Tetapi pada tahun 1918, alhamdulillah, ada orang lain yang memperingatkan saya, ialah Dr. Sun Yat Sen! Di dalam tulisannya, San Min Chu I atau The Three People’s Principles, saya mendapat pelajaran yang membongkar kosmopolitisme yang diajarkan oleh Baars itu. Dalam hati saya sejak itu tertanamlah rasa kebangsaan, oleh pengaruh The Three People’s Principles itu. Maka oleh karena itu, jikalau seluruh bangsa Tionghoa menganggap Dr. Sun Yat Sen sebagai penganjurnya, yakinlah, bahwa Bung Karno juga seorang Indonesia yang dengan perasaan hormat sehormat hormatnya merasa berterima kasih kepada Dr. Sun Yat Sen, sampai masuk ke lobang kubur.(Lahirnya Pancasila) Kutipan di atas dimaksudkan untuk merangkul rakyat Indonesia keturunan Tionghoa yang sejak lama menjadi bagian dari Bangsa Indonesia. Pada teks di atas juga menerangkan bahwa paham kebangsaan yang dimaksud oleh Ir. Soekarno sama seperti yang dimaksudkan oleh Sun Yat Sen di dalam Universitas Budi Luhur
  • 59. 55 prinsipnya yang terkenal sebagai San Min Chu I atau The Three People’s Principles13. Keseluruhan kutipan pidato di atas yang peneliti sajikan menjelaskan dasar pertama dari Pancasila yaitu dasar Kebangsaan atau Nasionalisme. Nasionalisme yang dimaksud adalah rasa cinta, rasa memiliki, serta rasa persatuan terhadap tanah air yang ada di hati seluruh rakyat Indonesia dari utara Sumatera sampai selatan Irian. Bukan lagi terpisah-pisah berdasarkan kerajaan-kerajaan atau suku-suku bangsa. Melainkan keseluruhan kepulauan Nusantara seperti yang terjadi pada masa Sriwijaya dan majapahit. Selain itu Ir. Soekarno juga menekankan perlunya dan pentingnya rasa persatuan dan persamaan tanah air di antara setiap suku bangsa dan golongan yang ada di Indonesia untuk membangun Negara Indonesia Merdeka. Metode analisa Hermeneutika Dilthey menggunakan autobiografi komunikator sebagai dasar analisis, dalam penelitian ini peneliti menggunakan autobiografi Ir. Soekarno. Berikut ini adalah kutipan dari buku autobiografinya yang ditulis oleh Cindy Adams. … Aku adalah anak dari seorang ibu kelahiran Bali dari kasta Brahmana. Ibuku, Idaju, asalnja dari keturunan bangsawan. Radja Singaradja jang terachir adalah paman ibu. Bapakku berasal dari Djawa. Nama lengkapnja Raden Sukemi Sosrodihardjo. Dan bapak berasal~dari kieturunan Sultan Kediri …. 13 San Min Chu I atau The Three People’s Principles adalah tiga prinsip yang dibuat oleh Dr. Sun Yat Sen untuk membentuk Negara China yang demokratis (Taiwan). Berisi tiga pedoman yaitu Nasionalisme, Demokrasi, dan Sosialisme. Universitas Budi Luhur
  • 60. 56 Kutipan berikutnya dari buku yang sama yang menguatkan pandangannya mengenai dasar pertama ini adalah: … Mengapa nasib kita tidak berobah djika rakjat kita telah berdjoang melawan sistim ini sedjak berabad-abad ?” “Karena pahlawan-pahlawan kita selalu berdjoang sendiri- sendiri. Masing-masing berperang dengan pengikut jang ketjil didaerah jang terbatas," Alimin mendjawab. “0., mereka kalah karena tidak bersatu," kataku … Maka pendapat Ir. Soekarno mengenai dasar pertama ini dapat dimengerti dengan mengingat bahwa dia merupakan anak dari perkawinan campuran antara dua suku yang berbeda yaitu Suku Jawa dan Suku Bali. Selain itu, jika kita ingat bahwa dia seringkali diasingkan ke pulau terpencil oleh Pemerintah Kolonial, Ir. Soekarno selalu diterima dengan baik oleh penduduk setempat tanpa memandang dari suku apa dia berasal. Lalu dapat kita lihat juga melalui tulisannya yang berjudul Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme yang dia buat di atas keprihatinannya terhadap keadaan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang pada saat itu terpecah belah di dalam tiga golongan yaitu golongan nasionalis, islamis dan komunis. Ir. Soekarno menginginkan persatuan di ketiga golongan karena ia berpendapat bahwa hanya dengan bersatulah Indonesia merdeka dapat tercapai karena dengan tidak adanya persatuan maka setiap perlawanan menjadi lemah dan situasi itulah yang diinginkan oleh Penjajah agar Bangsa Indonesia tetap terpecah belah. Universitas Budi Luhur
  • 61. 57 4.2.2 Analisis Dasar Kedua Dasar Kebangsaan yang dijadikan dasar pertama oleh Ir. Soekarno memiliki kelemahan yang disadari olehnya, oleh karena itu Ir. Soekarno menjadikan Internasionalisme atau Kemanusiaan sebagai dasar kedua untuk mengimbangi dan menyempurnakan dasar yang pertama. Hal ini dijelaskan dalam pidato yang sama, seperti yang dikutip oleh peneiti di bawah ini: Saudara saudara. Tetapi........ tetapi........... memang prinsip kebangsaan ini ada bahayanya! Bahayanya ialah mungkin orang meruncingkan nasionalisme menjadi chauvinisme14, sehingga berfaham “Indonesia uber Alles15". Inilah bahayanya! Kita cinta tanah air yang satu, merasa berbangsa yang satu, mempunyai bahasa yang satu. Tetapi Tanah Air kita Indonesia hanya satu bahagian kecil saja dari pada dunia! Ingatlah akan hal ini!(Lahirnya Pancasila) Selanjutnya Ir. Soekarno juga menambahkan penjelasan: Kebangsaan yang kita anjurkan bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan chauvinisme, sebagai dikobar kobarkan orang di Eropah, yang mengatakan “Deutschland uber Alles", tidak ada yang setinggi Jermania, yang katanya, bangsanya minulyo, berambut jagung dan bermata biru bangsa Aria yang dianggapnya tertinggi di atas dunia, sedang bangsa lain lain tidak ada harganya. Jangan kita berdiri di atas azas demikian, Tuan tuan, jangan berkata, bahwa bangsa Indonesialah yang terbagus dan termulya, serta meremehkan bangsa lain. Kita harus menuju persatuan dunia, persaudaraan dunia.(Lahirnya Pancasila) Dalam kutipan pidato di atas, Ir. Soekarno menjelaskan bahwa sebagai sebuah bangsa kita tidak boleh memandang bangsa kita yang tertinggi karena pada dasarnya semua bangsa terlahir sejajar dan setara, tidak ada yang 14 Chauvinisme berarti rasa cinta tanah air yang berlebihan 15 Berarti Indonesia berada di atas semua bangsa Universitas Budi Luhur
  • 62. 58 lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Lalu ia memberikan penegasan kembali dengan mengatakan: Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia Merdeka, tetapi kita harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa bangsa. Justru inilah prinsip saya yang kedua. Inilah filosofisch princiep yang nomor dua, yang saya usulkan kepada Tuan tuan, yang boleh saya namakan “internasionalisme". Tetapi jikalau saya katakan internasionalisme, bukanlah saya bermaksud kosmopolitisme, yang tidak mau adanya kebangsaan, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada Birma, tidak ada Inggris, tidak ada Amerika, dan lain lainnya. Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme. Jadi, dua hal ini, saudara saudara, prinsip 1 dan prinsip 2, yang pertama tama saya usulkan kepada tuan tuan sekalian, adalah bergandengan erat satu sama lain.(Lahirnya Pancasila) Kalimat-kalimat di atas sangat menegaskan bentuk kebangsaan yang dimaksud pada dasar pertama dan bentuk paham kemanusiaan sebagai dasar kedua yang diinginkan Ir. Soekarno sebagai dasar Negara Indonesia Merdeka. Dia menginginkan Bangsa Indonesia yang nasionalis tapi tidak berlebihan, dengan pengertian, tetap menganggap semua bangsa sejajar martabatnya. Ir. Soekarno menginginkan Bangsa Indonesia tergabung dalam kekeluargaan bangsa-bangsa di dunia untuk menjaga perdamaian dunia. Universitas Budi Luhur