Dokumen ini membahas tentang perencanaan agregat dan penerapannya di PT. Adi Bungsu, sebuah pabrik rokok di Malang. Perencanaan agregat digunakan untuk menentukan jumlah operator, mesin, dan biaya yang dibutuhkan berdasarkan permintaan rokok yang fluktuatif setiap bulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi chase memberikan biaya tenaga kerja terendah dibandingkan praktik saat ini. Sedangkan untuk biaya listrik, prakt
1. PENJADWALAN PROYEK DAN PEMBANGUNAN PROYEK
DI SUSUN OLEH :
MOHAMMAD SAHIDIN ( 18.01.031.066 )
ANGGOTA :
REZA ARINANDA
PALWAN WIJAYANSYAH
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MAN
2. perencanaan agregat merupakan bagian dari sistem perencanaan produksi
yang lebih besar, sehingga pemahaman mengenai keterkaitan antara rencana dan
beberapa faktor internal dan eksternal merupakan sesuatu yang berguna.Aggregate
Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan
waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang. AP juga didefinisikan sebagai
usaha untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau jasa
dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang
tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan
backorder level.
3. Terdapat beberapa proses dalam perencanaan agregat sebagai berikut :
a. Long Range Plans
b. Intermediete Range Plans
c. Short Range Plans
4. Ada beberapa tehnik yang digunakan manajer operasi untuk mengembangkan
rencana agregat yang lebih bermanfaat dan lebih tepat, diantaranya:
1. Metode Pembuatan Grafis Dan Diagram
Tahapan dalam metode ini adalah:
1. Tentukan permintaan pada tiap periode;
2. Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu lembur, dan tindakan subkontrak
untuk tiap periode;
3. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan biaya pemberhentian karyawan serta
biaya penahanan persediaan;
4. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para pekerja dan
tingkatan persediaan;
5. Kembangkan rencana alternatif dan amati biaya totalnya.
5. 2. Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan
Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak dikembangkan
diantaranya:
a. Metode Transportasi Dalam Program Linear
b. Linear Decision Rule
c. Management Coefficient Model
d. Simulasi
6. Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain :
1. Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)
2. Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)
3. Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur
dan biaya menganggur)
4. Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya
persediaan dan biaya kehabisan persediaan)
5. Subcontract Cost (biaya subkontrak)
7. Penerapan Perencanaan Agregat disektor jasa diantaranya pada:
a. Restoran
b. Industri Penerbangan
c. Rumah sakit
d. Rantai Perusahaan Kecil Nasional
e. Jasa lain-lain
8. Berikut ini beberapa karakteristik yang menjadi cirri dari perencanaan agregat, yakni:
1. Dinyatakan dalam kelompok produk atau famili
(aggregate);
2. Satuan unit tergantung jenis produk (ton, liter,
kubik, jam mesin atau jam orang);
3. Satuan unit dikonversikan ke bentuk satuan
rupiah;
4. Setelah satuan unit ditetapkan maka factor
konversi juga harus ditetapkan;
5.Horizon perencanaan cukup panjang (5 tahun).
9. Eksekutif puncak memiliki tugas dan tanggung jawab dalam hal:
1. Perencanaan jangka panjang (lebih dari satu
tahun);
2. Penelitian & Pengembangan;
3. Rencana produk baru;
4. Penanaman modal;
5. Lokasi/perluasan fasilitas.
10. Manajer produksi memiliki tugas dan tanggung jawab dalam hal:
1. Perencanaan Jangka Menengah (3 hingga 18 bulan);
2. Perencanaan penjualan;
3. Perencanaan produksi dan anggaran;
4. Menentukan tingkat ketenagakerjaan, persediaan, level
subkontrak;
5. Menganalisis rencana produksi.
Tugas dan tanggung jawab dari para penyelia, mandor antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Rencana jangka pendek (hingga 3 bulan);
2. Penugasan pekerjaan;
3. Pemesanan;
4. Penjadwalan kerja;
5. Pengiriman;
6. Lembur;
7. Bantuan paruh waktu;
8. Tanggung jawab;
11. PR.Adi Bungsu merupakan salah satu pabrik rokok di
kota Malang yang memiliki jumlah permintaan rokok SKT dan
SKM yang sangat fluktuatif setiap bulannya. Jumlah
permintaan rokok yang sangat fluktuatif ini tentu sangat
berpengaruh terhadap kebutuhan akan jumlah operator yang
membuat rokok kretek tangan (SKT) dan juga penggunaan
jumlah mesin yang digunakan untuk membuat rokok filter
(SKM). Lini produksi SKT PR. Adi Bungsu menerapkan
penggunaan operator SKT dan verpack dalam jumlah yang
konstan untuk memenuhi berapapun jumlah permintaan
rokok dari konsumen. Hal ini menimbulkan besarnya biaya
tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh Perusahaan.
Pengaturan jumlah operator SKT dan verpack dengan chase
strategy akan dibandingkan dengan penggunaan jumlah
tenaga kerja di PR.Adi Bungsu guna mengetahui strategi mana
yang menghasilkan biaya tenaga kerja yang minimal.
12. Perbandingan juga akan dilakukan pada strategi jumlah
penggunaan mesin maker, verpack, mesin bandrol dan mesin
wrapper untuk mengetahui strategi mana yang menghasilkan
biaya listrik yang minimal. Berdasarkan perbandingan biaya tenaga
kerja masing – masing strategi, metode chase strategy
menghasilkan total biaya tenaga kerja paling kecil yaitu sebesar
Rp.744.673.875. sedangkan total biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan Perusahaan sebesar Rp.1.199.007.984 atau 37% lebih
besar dari biaya tenaga kerja berdasarkan metode chase strategy.
Sedangkan untuk total biaya listrik, Perusahaan telah
mengeluarkan biaya sebesar Rp.72.815.948. Jika dibandingkan
dengan hasil peramalan, total biaya listrik untuk penggunaan 4
mesin yang harus dikeluarkan Perusahaan sebesar Rp.71.276.490.
Selisih keduanya adalah Rp.1.539.458 atau 2% lebih kecil dari total
biaya listrik yang sudah dikeluarkan Perusahaan.