SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 15
TINJAUAN PUSTAKA




                    MULTIPLE SKLEROSIS




  Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Kedokteran

                               OLEH:

                      NURUL LAILIA HAMIDA
                           109111019

            PROGRAM STUDI D3 FISIOTERAPI
            STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYAH
                        CILACAP
                          2012
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah ini telah di setujui untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi
Kedokteran
Hari           :
Tanggal        :
Tempat         : STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyah Cilacap




                                                  Dosen Pengampu,



                                                  Arif Hendrawan
KATA PENGANTAR

       Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya tugas
penulisan Tinjuan Pustaka si Sub Bagian patologi neuron. Tujuan dari penulisan
makalah tinjauan pustaka ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang
Multiple Sklerosis sebagai media edukasi untuk sub.bagian neurologi pada
matakuliah Biologi Kedokteran. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terimaksih kepada:
       1. Arif Hendrawan selaku dosen mata kuliah bilogi kedokteran yang telah
           memberi petunjuk, saran dan bimbingan
       2. Semua rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan
           dan penyusunan makalah ini.
       Makalah ini dibuat sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu
biologi kedokteran. Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan demi demi
kesempurnaan makalah ini, agar di manfaatkan sebagaimana mestinya.


       .
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..
DEFINISI MULTIPLE SKLEROSIS…………………………………..
PATOFISIOLOGI MULTIPLE SKLEROSIS………………………....
PENATALAKSANAAN……………………………………………….
KESIMPULAN
BAB I
                                 PENDAHULUAN


       Pada saraf-saraf pusat, sebagian besar prosesus neuronal terselubung di
dalam mielin, yang di bentuk dari kompleks lipatan membran sel oligodendrosit.
Mielin saraf-saraf pusat sedikit berbeda dalam bentuk dan komposisi dengan
mielin perifer, tetapi pada dasarnya melaksanakan fungsi yang sama yaitu:
   1. Melindungi dan mengisolasi prosesus neuronal
   2. Memungkinkan transmisi yang ceoat dari impuls elektrik oleh konduksi
       saltatori
       Banyak mielin pada saraf-saraf pusat berlokasi pada subtansi alba, tetapi
prosesus neuron pada subtansi kelabu juga di kelilingi mielin
       Demielinasi primer saraf-saraf pusat terjadi pada beberapa keadaan yang
pembungkus mielinnya rusak tetapi akson tetap utuh. Kerusakan akson primer
menyebabkan hancurnya mielin sekeliling akson yang rusak proses ini disebut
demielinasi sekunder. Sewaktu kerusakan mielin terjadi, jaringan yang rusak
difagosit oleh makrofag. Mielin yang utuh kaya akan kolestrol dan fosfolipid,
tetapi fagositosis selanjutnya dialihkan dalam tetesan lipid netral.
       Ada beberapa macam kondisi demielinasi, diantaranya:
       1. Leukodistrofi
           Walaupun termasuk sebagai kondisi demielinasi, diketahui behwa
           hampir sebagian besar leukodietrofi berasal dari kegagalan mensintesis
           mielin normal. (Kadang-kadang disebut dismielinasi) Kedua kelainan
           ini leukodistrofi metakromatik dan leukodistrofi sel globoid krabbe,
           diakibatkan defisiensi enzim lisosomal yang diturunkan, dan dapat di
           diagnosis     pada     waktu     antenatal.    Keadaan      lain   seperti
           adrenoleukodistrofi, merupakan hasil kelainan metabolisme lipid yang
           diturunkan, sedangkan pada lainnya penyebabnya belum diketahui.
       2. Gangguan metabolik
           Beberapa gangguan metabolik mungkin menghasilkan demielinasi.
           Misalnya pada mielinolisis pontine sentral, yang palin sering terjadi
pada alkoholisme dan malnutrisi, kerusakan mielin terjadi pada sentral
           batang otak dan serebrum. Patogenesis kelainan ini belum diketahui,
           tetapi beberapa kasus kelihatannya merupakan hasil dari perbaikan
           yang cepat dari hiponatremia.
       3. Toksin
           Toksin dapat dihasilkan pada mielin yang rusak dalam saraf-saraf
           pusat. Satu contoh yang paling baik ialah heksaklorofen suatu bahan
           antiseptik yang menyebabkan demielinasi berat pada bayi oleh efek
           langsung pada mielin.
       4. Virus
           Virus dapat menyebabkan demielinasi seperti pada leukoensefalopati
           multilokal progresif, yang menghasilkan infeksi sitolitik dari
           oligodendrosit.
       5. Reaksi Imunologik
           Reaksi imunologik dapat menghasilkan demielinasi seperti pada
           esenfalomielitis diseminata akut. (J.C.E UNDERWOOD 1996 Hal
           881)
       Kondisi Demielinating dapat disebabkan virus, bahkan bahan kimia atau
mekanisme imunologik. Kondisi demielinisasi yang paling sering ialah sklerosis
multipel, mekanisme demielinasinya tidak diketahui. (J.C.E. UNDERWOOD
1996. Hal 879)
       Umumnya kelainan ini ditemukan pada penduduk yang tinggal disekitar
garis lintang yang jauh, dari garis ekuator yang prevalensinya terutama tinggi di
Eropa Uatara, tetapi rendah pada daerah tropis. Individu yang pindah dari daerah
dengan prevalensi tinggi ke prevalensi rendah setelah umur 15 tahun resikonya
masih tetap tinggi, resiko menjadi lebih rendah apabila perpindahan dilakukan
pada umur yang lebih awal


     Daerah                                  Prevalen kotor (crude) per
                                             100.000 populasi
     Skotlandia     bagian    timur     laut 144
Northumberland, Inggris,                  50
     Italia utara                              20
     Israel                                    13
     Meksiko                                   1,5
   (J.C.E. UNDERWOOD 1996, hal 879)
       Di seluruh dunia, 2,5 juta orang telah didiagnosis dengan MS. MS yang
paling umum di Eropa Utara, Amerika Utara, tenggara Australia dan Selandia
Baru. Hal ini setidaknya umum di daerah tropis dan subtropis. Di AS, sekitar
10.000 sampai 15.000 kasus baru didiagnosa setiap tahun.
       Resiko terkena multiple sclerosis, rata-rata, adalah 1 dalam 750. Jika
seseorang dalam keluarga Anda memiliki MS, kesempatan MS berkembang dapat
meningkat. MS tidak secara langsung turun-temurun, meskipun kerentanan
genetik memainkan peran dalam perkembangannya.Faktor-faktor seperti geografi,
etnis, dan mungkin bahkan infeksi dapat mempengaruhi apakah seseorang
mengembangkan multiple sclerosis.
       Multiple sclerosis yang paling sering didiagnosis antara usia 20 dan 50
tahun usia, walaupun onset mungkin sebelumnya. Sementara siapa pun bisa
mendapatkan MS, itu adalah 2 sampai 3 kali lebih umum pada wanita
dibandingkan pada pria. MS terjadi pada kelompok etnis yang paling tetapi lebih
umum      di        antara   orang-orang   keturunan    Eropa   utara. (Sumber:
www.multiplesclerosis.com)
       Tujuan pembuatan makalah mengenai Multiple Sklerosis adalah untuk
memberikan gambaran secara umum tentang Multiple Sklerosis, menjelaskan
tentang penanganannya baik secara medis, maupun non medis khususnya
penanganan melalui bidang fisioterapi. Kemudian memberikan arahan bagaimana
peran fisioterapi pada penderita Multiple skleorosis.
BAB II


                             TINJAUAN PUSTAKA


DEFINISI MULTIPLE SKLEROSIS
          Sklerosis multipel merupakan kelainan demielinasi paling sering yang
mengenai saraf-saraf pusat. Umumnya kelainan ini ditemukan pada penduduk
yang tinggal disekitar garis lintang yang jauh, dari garis ekuator yang
prevalensinya terutama tinggi di Eropa Uatara, tetapi rendah pada daerah tropis.
Individu yang pindah dari daerah dengan prevalensi tinggi ke prevalensi rendah
setelah umur 15 tahun resikonya masih tetap tinggi, resiko menjadi lebih rendah
apabila     perpindahan   dilakukan   pada   umur   yang   lebih   awal   (J.C.E.
UNDERWOOD 1996, hal 879)
          Multiple Sklerosis merupakan penyakit progresif yang disebabkan oleh
demielinasi (Hilangnya materi selubung mielin, yang penting sifatnya dalam
transmisi impuls saraf) dalam sel-sel putih dari otak dan sumsum tulang belakang.
Dalam penyakit ini, jalur-jalur demielinasi yang sporadis dideluruh sistem saraf
pusat dengan luas mendorong tidak berfungsinya neurologis yang tersebar dan
bervariasi. Dengan ditandai oleh ledakan kemarahan dan remisi, Multiple
Sklerosis merupakan penyebab utama ketidakmampuannya kronis pada anak
muda. (Anggota IKAPI 1996)
          Penyakit demielinasi yang paling banyak ditemukan bersifat menahun,
dengan berbagai remisi dan eksaserbasi dan mengenai seluruh otak dan medula
spinalis. Dapat di temukan pada semua usia, tetapi paling sering antara 20-40
tahun. Wanita lebih sering daripada pria dan pada usia lebih muda. Lama penyakit
rata-rata 20 tahun (Sataf Pengajar bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran
UI, 1973, Hal 407)
          Multiple sklerosis adalah suatu penyakit otoimun yang ditandai oleh
pembentukan antibodi terhadap mielin susunan saraf pusat. Sistem safar perifer
tidak terkena. Dengan rusaknya mielin maka hantarn saraf melambat. Respons
peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan
dan edema yang merusak neuron-neuron dan menyebabkan pembentukan plak
jaringan parut pada mielin. (Elisabeth j. Corwin, hal 188)


ETIOLOGI
Teori penyebab terjadinya sklerosis multiple sebagai berikut:
   1. Kelainan pada unsure pokok lipid myelin
   2. Gangguan autoimun (Kemungkinan dirangsang virus)
   3. Racun yang beredar dalam CSS
   4. Infeksi virus pada saraf-saraf pusat.


       Multiple sklerosis dapat merupakan gangguan autoimun yang dipicu oleh
inveksi virus (mungkin morbili) pada individu yang genetic rentan; yang masih
menunggu untuk dibuktikan lebih lanjut. Percobaan klinis dengan sitokin, seperti
interferon   yang mengatur respon imun telah mengurangi jumlah kambuhnya
penyakit dan kemajuan pada beberapa penderita. (J.C.E. UNDERWOOD 1996,
hal 880)


       PATOFISIOLOGI
       Satu teori menyebutkan bahwa virus, yang mungkin sudah menetap lama
dalam tubuh, mungkin memainkan peranan penting dalam perkembangan
penyakit ini dan mungkin mengganggu sistem kekebalan atau secara tidak
langsung mengubah proses sistem kekebalan tubuh. Banyak penelitian yang sudah
mencoba mengidentifikasi virus MS. Ada satu dugaan bahwa kemungkinan tidak
ada virus MS, melainkan hanya ada virus-virus biasa, seperti virus campak
( rubella ) dan herpes, yang menjadi pemicu timbulnya penyakit MS. Pada
penderita multipel sklerosis ternyata serum dan cairan serebrospinal mengandung
berbagai antibodi campak serta ada bukti yang menyatakan bahwa zat anti
tersebut dihasilkan dalam otak.
       Virus-virus ini mengaktifkan sel darah putih (limposit) dalam aliran darah
menuju ke otak dengan melemahkan mekanisme pertahanan otak (yaitu substansi
yang melindungi darah/otak). Kemudian, di dalam otak, sel-sel ini mengaktifkan
unsur-unsur lain dari sistem kekebalan tubuh dengan satu cara yang pada akhirnya
membuat sel-sel tersebut menyerang dan menghancurkan myelin. Pada awalnya,
setiap peradangan yang terjadi berangsur menjadi reda sehingga memungkinkan
regenerasi selaput mielin. Pada saat ini, gejala awal MS masih berupa episode
disfungsi neurologis yang berulang kali membaik. Walaupun demikian, dengan
berselangnya waktu, sitokina yang disekresi oleh sel T akan mengaktivasi
sejumlah mikroglia, dan astrosit sejenis fagosit yang bermukim pada jaringan otak
dan sumsum tulang belakang, dan menyebabkan disfungsi sawar otak serta
degenerasi saraf kronis yang berkelanjutan.
       Kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan
serabut syaraf untuk menghantarkan pesan ke dan dari otak. Lokasi terjadinya
kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras:
pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang.


PERAN FISIOTERAPI
       Beberapa gejala (terutama kelemahan, tremor, disatria dan disfagia)
memiliki factor-faktor yang dapat memperhebat gejala, terutama latihan fisik,
infeksi, kegairahan, demam, suhu lingkungan yang tinggi, ketidakseimbangan
elektrolit dan malnutrisi. Menghindari factor-faktor yang berpengaruh bila
mungkin yang dapat mengurangi insiden dan keparahan beberapa gejala.
       Imobilisasi dan tirah baring yang lama perlu dihindari, fisioterapi adalah
penting karena latihan yang teratur dapat memperlambat kemunduran penderita,
memberikan kompensasi , dan bahkan dapat memperbaiki fungsi. Gerakan aktif
meningkatkan kekuatan daya tahan, sementara gerakan pasif mengurangi
spastisitas dan mencegah deformitas yang ditimbulkan oleh pemendekan otak
progresif. Nyeri dapat timbul; akibat spastisitas atau gaya berjalan yang berubah,
dan fisioterapi dapat membantu meringankan nyeri yaitu dengan mengurangi
ketidakseimbangan musculoskeletal. Ataksia (keterlibatan serebelar)         dapat
ditolong dengan latihan-latihan penguatan dan mengambangkan gerakan-gerakan
kompensasi, (misal, dasar melangkah yang lebih lebar). Latihan-latihan ini juga
dapat mengurangi tremor bila belum berat.
       Bantuan dalam melakukan kegiatan rutin harian perlu dinilai per individu.
Nasihat yang rinci menyangkut pemakaian alat-alat bantu sangat penting. Alat-
alat bantu gerak seperti bebat penokong sendi-sendi yang lemah, walker, tripod,
tongkat, kruk, dan kursi roda pada kasus yang berat, semuanya dapat membantu.
Pemakaian bidai pada malam hari dapat membantu mengurangi kontraktur akibat
spastisitas. Gips kerah dapat membantu tremor kepala yang hebat, Kebutuhan
individual juga berubah dengan perjalanan penyakit, dan perlu ditinjau kembali
setelah beberapa waktu.
       Gangguan penglihatan terutama terjadi pada neuritis retrobulbar dan
memerlukan alat bantu seperti kaca pembesar, buku-buku braille, dan tulisan yang
direkam. Bila timbul diplopia yang berat, maka penekanan salah satu pandangan
dengan menutup satu mata mungkin perlu diperlukan.
       Gangguan bicara biasanya berupa bicara yang terseret-seret atau mencari-
cari, dan kesulitan bernafas. Suatu cara bicara yang lambat namun jelas dapat di
ajarkan kepada penderita oleh ahli terapi wicara. Demensia juga sering ditemukan,
terutama menyangkut gangguan memori dan hilangnya cara berfikir abstrak. Pada
10 persen penderita, demensia ini berat, dan umumnya penderita juga mengalami
gangguan fisik berat. (T. Declan wash, 1997)


ALUR PENGOBATAN
       Rencana pengobatan haruslah mudah dan sederhana guna mempertinggi
kepatuhan penderita.
   1. Terapi merupakan salah satu cara utama dalam pengobatan MS.
       Ada dua geris besar terapi, yaitu:
       a. Imunomodulasi
            Meskipun tidak sepenuhnya jelas bagaimana terapi ini benar-benar
           bekerja, diyakini bahwa jenis terapi ini memiliki sifat dominan
           imunomodulasi. Dengan MS, kekebalan sel-sel yang memainkan peran
           penting dalam sistem pertahanan alami kita untuk melawan infeksi
agen-dapat berfungsi dan mulai menyerang sel-sel saraf yang sehat
      kita sendiri. Sifat imunomodulasi terapi ini menyebabkan pengurangan
      rusak sel kekebalan dengan mengatur aktivasi mereka. Selain itu,
      penghalang alami antara sirkulasi darah dan otak, yang disebut
      "penghalang       darah-otak,"     diyakini       menjadi        kurang
      permeabel. Penghalang ini memungkinkan sel kekebalan lebih sedikit
      masuk ke otak di mana mereka bisa menyebabkan kerusakan dengan
      menyerang jaringan saraf yang sehat.
   b. Terapi imunosupresif
      Meskipun tidak ada definisi yang diterima secara universal, agen ini
      umumnya terkait dengan penurunan jumlah sel-sel kekebalan
      beredar. Kekebalan sel-sel yang memainkan peran penting dalam
      sistem pertahanan alami kita untuk melawan infeksi agen-dapat
      kerusakan di MS dan mulai menyerang sel-sel saraf yang sehat kita
      sendiri. Sifat terapi imunosupresan ini menyebabkan pengurangan sel-
      sel kekebalan berfungsi dalam sirkulasi darah yang berpotensi dapat
      menyebabkan kerugian bagi sel-sel saraf. Sebagai sisi negatifnya,
      jumlah berfungsi dengan baik sel kekebalan berkurang juga. Sel-sel ini
      penting untuk melindungi tubuh dari pengaruh berpotensi berbahaya
      dari agen infeksius (www.multiplesklerosis.com)


2. Obat-obatan
   a. Asam lemak polyunsaturated. Dapat membantu mengurangi keparahan
      dan lamanya relaps
   b. Diet bebas gluten juga telah dianjurkan, namun belum terbukti
   c. Hormon adrenokortikotropik (ACTH) dalam bentuk jel, 40 unit
      intramuskular tiap 12 jam selama seminggu, diikuti dengan penurunan
      dosis secara bertahap dalam dua minggu             berikutnya,    dapat
      memperpendek masa relaps akut.
   d. Siklofosfamid dan azitioprin, keduanya layak di coba pada penyakit
      yang sangat progresif
e. Baklofen, 5mg per oral tiap 8 jam, dan ditingkatkan 5mg tiap 3 hari,
     hingga mencapai dosis maksimum 60 mg/ hari, dapat mengurangi
     spastisitas, spasme otot, nyeri dan klonus otot.
  f. Interferon yang diberikan melalui injeksi intratekal berulang, dapat
     mengurangi angka relaps. Obat ini masih dalam penelitian.
  g. Diazepam, 2 mg per oral, tiap 8 jam, dan ditingkatkan hingga dosis
     maksimum 40 mg per hari, dapat mengurangi spastisitas dan spasme
     tetapi sering menyebabkan mengantuk.


3. TINDAKAN
  a. Blok saraf dengan fenol dapat membantu pada spatisitas otot yang
     berat
  b. Transplantasi tendon dapat mengurangi kontraktur dan membantu
     gerakan
  c. Kriotalamotomi dapat dipertimbangkan pada kasus-kasus intention
     tremor bilateral yang berat yang disertai dengan kelemahan ringan
     hingga sedang.
  d. Stimulasi   medula    spinalis   dapat   mengurangi   spastisitas   dan
     memperbaiki fungsi kandung kemih, Elektroda diselipkan atau
     ditanamkan secara permanen, pada ruang epiduralguna merangsang
     medula spinalis. Namun tindakan ini masih bersifat eksperimental. (T.
     Declan wash, 1997, hal 491)
BAB III
KESIMPULAN
       Kondisi Demielinating dapat disebabkan virus, bahkan bahan kimia atau
mekanisme imunologik. Kondisi demielinisasi yang paling sering ialah sklerosis
multipel. Multiple sklerosis di diagnosis anatara uasia 20 sampai 30, dan 2 sampai
3, lebih sering terkena pada wanita.
       Pengbatan bisa dilakukan dengan jalan terapi, yang antara lain: terapi
imunomodulasi dan terapi imunosupresif. Dapat pula di lakukan langkah medis
dengan obat-obatan yang fungsionalnya sebagai pengurang relaps.
       Pentingnya peran fisioterapi dalam kasus ini adalah, memebrikan arahan,
memberikan latihan teratur untuk memperlambat kemunduran penderita,
memberikan kompensasi dan memperbaiki fungsi.
DAFTAR PUSTAKA

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt? (20)

Makalah febris
Makalah febrisMakalah febris
Makalah febris
 
Askep glukoma
Askep glukomaAskep glukoma
Askep glukoma
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Sistem endokrin
Sistem endokrinSistem endokrin
Sistem endokrin
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Makalah Biolistrik
Makalah BiolistrikMakalah Biolistrik
Makalah Biolistrik
 
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
 
Makalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletalMakalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletal
 
Makalah ekg
Makalah ekg Makalah ekg
Makalah ekg
 
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyangBagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyang
 
Makalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuhMakalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuh
 
Askep polio mielitis
Askep polio mielitisAskep polio mielitis
Askep polio mielitis
 
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
Pathways ggk
Pathways ggkPathways ggk
Pathways ggk
 
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralAsuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (9)

Hepatitis B dalam kehamilan
Hepatitis B dalam kehamilan   Hepatitis B dalam kehamilan
Hepatitis B dalam kehamilan
 
Kewaspadaan umum lab klinik
Kewaspadaan umum lab klinikKewaspadaan umum lab klinik
Kewaspadaan umum lab klinik
 
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
 
Skleroderma ppt
Skleroderma pptSkleroderma ppt
Skleroderma ppt
 
FISIOLOGI JARINGAN SARAF
FISIOLOGI JARINGAN SARAFFISIOLOGI JARINGAN SARAF
FISIOLOGI JARINGAN SARAF
 
Multiple sklerosis
Multiple sklerosisMultiple sklerosis
Multiple sklerosis
 
Askep multiple sklerosis
Askep multiple sklerosisAskep multiple sklerosis
Askep multiple sklerosis
 
Multiple Sclerosis ppt
Multiple Sclerosis pptMultiple Sclerosis ppt
Multiple Sclerosis ppt
 
Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih
Jurnal Tentang Infeksi Saluran KemihJurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih
Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih
 

Ähnlich wie Makalah Multiple sklerosis

Ähnlich wie Makalah Multiple sklerosis (20)

Multiple sclerosis
Multiple sclerosisMultiple sclerosis
Multiple sclerosis
 
Sle jadi
Sle jadiSle jadi
Sle jadi
 
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITISLAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
 
Makalah meningitis anti
Makalah meningitis antiMakalah meningitis anti
Makalah meningitis anti
 
Modul Kesadaran Menurun (word)
Modul Kesadaran Menurun (word)Modul Kesadaran Menurun (word)
Modul Kesadaran Menurun (word)
 
129281580 referat-koma
129281580 referat-koma129281580 referat-koma
129281580 referat-koma
 
PPT LEUKEMIA.pptx
PPT LEUKEMIA.pptxPPT LEUKEMIA.pptx
PPT LEUKEMIA.pptx
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera KepalaAsuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 Asuhan Keperawatan Cidera Kepala   Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 
Makalah meningitis anti
Makalah meningitis antiMakalah meningitis anti
Makalah meningitis anti
 
Makalah Dimentia
Makalah DimentiaMakalah Dimentia
Makalah Dimentia
 
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSYREHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
 
Sindrom Guillain Bare
Sindrom Guillain BareSindrom Guillain Bare
Sindrom Guillain Bare
 
5 Istilah Kelainan Pada Penyakit ppt
5 Istilah Kelainan Pada Penyakit ppt5 Istilah Kelainan Pada Penyakit ppt
5 Istilah Kelainan Pada Penyakit ppt
 
PJBL SLE
PJBL SLEPJBL SLE
PJBL SLE
 
Makalah meningitis anti AKPER PEMKAB MUNA
Makalah meningitis anti AKPER PEMKAB MUNAMakalah meningitis anti AKPER PEMKAB MUNA
Makalah meningitis anti AKPER PEMKAB MUNA
 
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathyChronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
 
Nakalah
NakalahNakalah
Nakalah
 
Lp vertigo
Lp vertigoLp vertigo
Lp vertigo
 
KELOMPOK 4 PATOFISIOLOGI.pptx
KELOMPOK 4 PATOFISIOLOGI.pptxKELOMPOK 4 PATOFISIOLOGI.pptx
KELOMPOK 4 PATOFISIOLOGI.pptx
 

Mehr von Lailia Hameeda

Peran ft pada bencana gempa 2006 (bantul)
Peran ft pada bencana gempa 2006 (bantul)Peran ft pada bencana gempa 2006 (bantul)
Peran ft pada bencana gempa 2006 (bantul)Lailia Hameeda
 
Rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana
Rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencanaRehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana
Rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencanaLailia Hameeda
 
Peroneal tendinitis (Physiotherapy on sport injury)
Peroneal tendinitis (Physiotherapy on sport injury)Peroneal tendinitis (Physiotherapy on sport injury)
Peroneal tendinitis (Physiotherapy on sport injury)Lailia Hameeda
 
Kepemimpinan (be a good leader)
Kepemimpinan (be a good leader)Kepemimpinan (be a good leader)
Kepemimpinan (be a good leader)Lailia Hameeda
 
Physiotherapy on Meningitis
Physiotherapy on Meningitis Physiotherapy on Meningitis
Physiotherapy on Meningitis Lailia Hameeda
 
Pemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleura
Pemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleuraPemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleura
Pemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleuraLailia Hameeda
 
Deep massage at illiotibialis band disorder
Deep massage at illiotibialis band disorderDeep massage at illiotibialis band disorder
Deep massage at illiotibialis band disorderLailia Hameeda
 
Massage pada skoliosis
Massage pada skoliosisMassage pada skoliosis
Massage pada skoliosisLailia Hameeda
 
Massage pada lengan atas
Massage pada lengan atasMassage pada lengan atas
Massage pada lengan atasLailia Hameeda
 
Patology of Emfisema ppt
Patology of Emfisema pptPatology of Emfisema ppt
Patology of Emfisema pptLailia Hameeda
 
Analisis gerak saat smash
Analisis gerak saat smashAnalisis gerak saat smash
Analisis gerak saat smashLailia Hameeda
 
Laser (Sumber Fisis Fisioterapi)
Laser (Sumber Fisis Fisioterapi) Laser (Sumber Fisis Fisioterapi)
Laser (Sumber Fisis Fisioterapi) Lailia Hameeda
 

Mehr von Lailia Hameeda (18)

Peran ft pada bencana gempa 2006 (bantul)
Peran ft pada bencana gempa 2006 (bantul)Peran ft pada bencana gempa 2006 (bantul)
Peran ft pada bencana gempa 2006 (bantul)
 
PLF pada Efusi Pleura
PLF pada Efusi PleuraPLF pada Efusi Pleura
PLF pada Efusi Pleura
 
Rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana
Rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencanaRehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana
Rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana
 
Peroneal tendinitis (Physiotherapy on sport injury)
Peroneal tendinitis (Physiotherapy on sport injury)Peroneal tendinitis (Physiotherapy on sport injury)
Peroneal tendinitis (Physiotherapy on sport injury)
 
Kepemimpinan (be a good leader)
Kepemimpinan (be a good leader)Kepemimpinan (be a good leader)
Kepemimpinan (be a good leader)
 
Physiotherapy on Meningitis
Physiotherapy on Meningitis Physiotherapy on Meningitis
Physiotherapy on Meningitis
 
Pemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleura
Pemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleuraPemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleura
Pemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleura
 
Deep massage at illiotibialis band disorder
Deep massage at illiotibialis band disorderDeep massage at illiotibialis band disorder
Deep massage at illiotibialis band disorder
 
Massage pada skoliosis
Massage pada skoliosisMassage pada skoliosis
Massage pada skoliosis
 
Massage pada lengan atas
Massage pada lengan atasMassage pada lengan atas
Massage pada lengan atas
 
Effect MWD to CTS
Effect MWD to CTSEffect MWD to CTS
Effect MWD to CTS
 
Patology of Emfisema ppt
Patology of Emfisema pptPatology of Emfisema ppt
Patology of Emfisema ppt
 
Hipopituitarisme 1
Hipopituitarisme 1Hipopituitarisme 1
Hipopituitarisme 1
 
Psikopat
PsikopatPsikopat
Psikopat
 
Transisi menuju masa
Transisi menuju masaTransisi menuju masa
Transisi menuju masa
 
Kontraksi otot
Kontraksi ototKontraksi otot
Kontraksi otot
 
Analisis gerak saat smash
Analisis gerak saat smashAnalisis gerak saat smash
Analisis gerak saat smash
 
Laser (Sumber Fisis Fisioterapi)
Laser (Sumber Fisis Fisioterapi) Laser (Sumber Fisis Fisioterapi)
Laser (Sumber Fisis Fisioterapi)
 

Makalah Multiple sklerosis

  • 1. TINJAUAN PUSTAKA MULTIPLE SKLEROSIS Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Kedokteran OLEH: NURUL LAILIA HAMIDA 109111019 PROGRAM STUDI D3 FISIOTERAPI STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYAH CILACAP 2012
  • 2. HALAMAN PENGESAHAN Makalah ini telah di setujui untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Kedokteran Hari : Tanggal : Tempat : STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyah Cilacap Dosen Pengampu, Arif Hendrawan
  • 3. KATA PENGANTAR Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya tugas penulisan Tinjuan Pustaka si Sub Bagian patologi neuron. Tujuan dari penulisan makalah tinjauan pustaka ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang Multiple Sklerosis sebagai media edukasi untuk sub.bagian neurologi pada matakuliah Biologi Kedokteran. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimaksih kepada: 1. Arif Hendrawan selaku dosen mata kuliah bilogi kedokteran yang telah memberi petunjuk, saran dan bimbingan 2. Semua rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan penyusunan makalah ini. Makalah ini dibuat sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu biologi kedokteran. Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan demi demi kesempurnaan makalah ini, agar di manfaatkan sebagaimana mestinya. .
  • 4. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………….. DAFTAR ISI…………………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….. DEFINISI MULTIPLE SKLEROSIS………………………………….. PATOFISIOLOGI MULTIPLE SKLEROSIS……………………….... PENATALAKSANAAN………………………………………………. KESIMPULAN
  • 5. BAB I PENDAHULUAN Pada saraf-saraf pusat, sebagian besar prosesus neuronal terselubung di dalam mielin, yang di bentuk dari kompleks lipatan membran sel oligodendrosit. Mielin saraf-saraf pusat sedikit berbeda dalam bentuk dan komposisi dengan mielin perifer, tetapi pada dasarnya melaksanakan fungsi yang sama yaitu: 1. Melindungi dan mengisolasi prosesus neuronal 2. Memungkinkan transmisi yang ceoat dari impuls elektrik oleh konduksi saltatori Banyak mielin pada saraf-saraf pusat berlokasi pada subtansi alba, tetapi prosesus neuron pada subtansi kelabu juga di kelilingi mielin Demielinasi primer saraf-saraf pusat terjadi pada beberapa keadaan yang pembungkus mielinnya rusak tetapi akson tetap utuh. Kerusakan akson primer menyebabkan hancurnya mielin sekeliling akson yang rusak proses ini disebut demielinasi sekunder. Sewaktu kerusakan mielin terjadi, jaringan yang rusak difagosit oleh makrofag. Mielin yang utuh kaya akan kolestrol dan fosfolipid, tetapi fagositosis selanjutnya dialihkan dalam tetesan lipid netral. Ada beberapa macam kondisi demielinasi, diantaranya: 1. Leukodistrofi Walaupun termasuk sebagai kondisi demielinasi, diketahui behwa hampir sebagian besar leukodietrofi berasal dari kegagalan mensintesis mielin normal. (Kadang-kadang disebut dismielinasi) Kedua kelainan ini leukodistrofi metakromatik dan leukodistrofi sel globoid krabbe, diakibatkan defisiensi enzim lisosomal yang diturunkan, dan dapat di diagnosis pada waktu antenatal. Keadaan lain seperti adrenoleukodistrofi, merupakan hasil kelainan metabolisme lipid yang diturunkan, sedangkan pada lainnya penyebabnya belum diketahui. 2. Gangguan metabolik Beberapa gangguan metabolik mungkin menghasilkan demielinasi. Misalnya pada mielinolisis pontine sentral, yang palin sering terjadi
  • 6. pada alkoholisme dan malnutrisi, kerusakan mielin terjadi pada sentral batang otak dan serebrum. Patogenesis kelainan ini belum diketahui, tetapi beberapa kasus kelihatannya merupakan hasil dari perbaikan yang cepat dari hiponatremia. 3. Toksin Toksin dapat dihasilkan pada mielin yang rusak dalam saraf-saraf pusat. Satu contoh yang paling baik ialah heksaklorofen suatu bahan antiseptik yang menyebabkan demielinasi berat pada bayi oleh efek langsung pada mielin. 4. Virus Virus dapat menyebabkan demielinasi seperti pada leukoensefalopati multilokal progresif, yang menghasilkan infeksi sitolitik dari oligodendrosit. 5. Reaksi Imunologik Reaksi imunologik dapat menghasilkan demielinasi seperti pada esenfalomielitis diseminata akut. (J.C.E UNDERWOOD 1996 Hal 881) Kondisi Demielinating dapat disebabkan virus, bahkan bahan kimia atau mekanisme imunologik. Kondisi demielinisasi yang paling sering ialah sklerosis multipel, mekanisme demielinasinya tidak diketahui. (J.C.E. UNDERWOOD 1996. Hal 879) Umumnya kelainan ini ditemukan pada penduduk yang tinggal disekitar garis lintang yang jauh, dari garis ekuator yang prevalensinya terutama tinggi di Eropa Uatara, tetapi rendah pada daerah tropis. Individu yang pindah dari daerah dengan prevalensi tinggi ke prevalensi rendah setelah umur 15 tahun resikonya masih tetap tinggi, resiko menjadi lebih rendah apabila perpindahan dilakukan pada umur yang lebih awal Daerah Prevalen kotor (crude) per 100.000 populasi Skotlandia bagian timur laut 144
  • 7. Northumberland, Inggris, 50 Italia utara 20 Israel 13 Meksiko 1,5 (J.C.E. UNDERWOOD 1996, hal 879) Di seluruh dunia, 2,5 juta orang telah didiagnosis dengan MS. MS yang paling umum di Eropa Utara, Amerika Utara, tenggara Australia dan Selandia Baru. Hal ini setidaknya umum di daerah tropis dan subtropis. Di AS, sekitar 10.000 sampai 15.000 kasus baru didiagnosa setiap tahun. Resiko terkena multiple sclerosis, rata-rata, adalah 1 dalam 750. Jika seseorang dalam keluarga Anda memiliki MS, kesempatan MS berkembang dapat meningkat. MS tidak secara langsung turun-temurun, meskipun kerentanan genetik memainkan peran dalam perkembangannya.Faktor-faktor seperti geografi, etnis, dan mungkin bahkan infeksi dapat mempengaruhi apakah seseorang mengembangkan multiple sclerosis. Multiple sclerosis yang paling sering didiagnosis antara usia 20 dan 50 tahun usia, walaupun onset mungkin sebelumnya. Sementara siapa pun bisa mendapatkan MS, itu adalah 2 sampai 3 kali lebih umum pada wanita dibandingkan pada pria. MS terjadi pada kelompok etnis yang paling tetapi lebih umum di antara orang-orang keturunan Eropa utara. (Sumber: www.multiplesclerosis.com) Tujuan pembuatan makalah mengenai Multiple Sklerosis adalah untuk memberikan gambaran secara umum tentang Multiple Sklerosis, menjelaskan tentang penanganannya baik secara medis, maupun non medis khususnya penanganan melalui bidang fisioterapi. Kemudian memberikan arahan bagaimana peran fisioterapi pada penderita Multiple skleorosis.
  • 8. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI MULTIPLE SKLEROSIS Sklerosis multipel merupakan kelainan demielinasi paling sering yang mengenai saraf-saraf pusat. Umumnya kelainan ini ditemukan pada penduduk yang tinggal disekitar garis lintang yang jauh, dari garis ekuator yang prevalensinya terutama tinggi di Eropa Uatara, tetapi rendah pada daerah tropis. Individu yang pindah dari daerah dengan prevalensi tinggi ke prevalensi rendah setelah umur 15 tahun resikonya masih tetap tinggi, resiko menjadi lebih rendah apabila perpindahan dilakukan pada umur yang lebih awal (J.C.E. UNDERWOOD 1996, hal 879) Multiple Sklerosis merupakan penyakit progresif yang disebabkan oleh demielinasi (Hilangnya materi selubung mielin, yang penting sifatnya dalam transmisi impuls saraf) dalam sel-sel putih dari otak dan sumsum tulang belakang. Dalam penyakit ini, jalur-jalur demielinasi yang sporadis dideluruh sistem saraf pusat dengan luas mendorong tidak berfungsinya neurologis yang tersebar dan bervariasi. Dengan ditandai oleh ledakan kemarahan dan remisi, Multiple Sklerosis merupakan penyebab utama ketidakmampuannya kronis pada anak muda. (Anggota IKAPI 1996) Penyakit demielinasi yang paling banyak ditemukan bersifat menahun, dengan berbagai remisi dan eksaserbasi dan mengenai seluruh otak dan medula spinalis. Dapat di temukan pada semua usia, tetapi paling sering antara 20-40 tahun. Wanita lebih sering daripada pria dan pada usia lebih muda. Lama penyakit rata-rata 20 tahun (Sataf Pengajar bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran UI, 1973, Hal 407) Multiple sklerosis adalah suatu penyakit otoimun yang ditandai oleh pembentukan antibodi terhadap mielin susunan saraf pusat. Sistem safar perifer tidak terkena. Dengan rusaknya mielin maka hantarn saraf melambat. Respons
  • 9. peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan dan edema yang merusak neuron-neuron dan menyebabkan pembentukan plak jaringan parut pada mielin. (Elisabeth j. Corwin, hal 188) ETIOLOGI Teori penyebab terjadinya sklerosis multiple sebagai berikut: 1. Kelainan pada unsure pokok lipid myelin 2. Gangguan autoimun (Kemungkinan dirangsang virus) 3. Racun yang beredar dalam CSS 4. Infeksi virus pada saraf-saraf pusat. Multiple sklerosis dapat merupakan gangguan autoimun yang dipicu oleh inveksi virus (mungkin morbili) pada individu yang genetic rentan; yang masih menunggu untuk dibuktikan lebih lanjut. Percobaan klinis dengan sitokin, seperti interferon yang mengatur respon imun telah mengurangi jumlah kambuhnya penyakit dan kemajuan pada beberapa penderita. (J.C.E. UNDERWOOD 1996, hal 880) PATOFISIOLOGI Satu teori menyebutkan bahwa virus, yang mungkin sudah menetap lama dalam tubuh, mungkin memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit ini dan mungkin mengganggu sistem kekebalan atau secara tidak langsung mengubah proses sistem kekebalan tubuh. Banyak penelitian yang sudah mencoba mengidentifikasi virus MS. Ada satu dugaan bahwa kemungkinan tidak ada virus MS, melainkan hanya ada virus-virus biasa, seperti virus campak ( rubella ) dan herpes, yang menjadi pemicu timbulnya penyakit MS. Pada penderita multipel sklerosis ternyata serum dan cairan serebrospinal mengandung berbagai antibodi campak serta ada bukti yang menyatakan bahwa zat anti tersebut dihasilkan dalam otak. Virus-virus ini mengaktifkan sel darah putih (limposit) dalam aliran darah menuju ke otak dengan melemahkan mekanisme pertahanan otak (yaitu substansi
  • 10. yang melindungi darah/otak). Kemudian, di dalam otak, sel-sel ini mengaktifkan unsur-unsur lain dari sistem kekebalan tubuh dengan satu cara yang pada akhirnya membuat sel-sel tersebut menyerang dan menghancurkan myelin. Pada awalnya, setiap peradangan yang terjadi berangsur menjadi reda sehingga memungkinkan regenerasi selaput mielin. Pada saat ini, gejala awal MS masih berupa episode disfungsi neurologis yang berulang kali membaik. Walaupun demikian, dengan berselangnya waktu, sitokina yang disekresi oleh sel T akan mengaktivasi sejumlah mikroglia, dan astrosit sejenis fagosit yang bermukim pada jaringan otak dan sumsum tulang belakang, dan menyebabkan disfungsi sawar otak serta degenerasi saraf kronis yang berkelanjutan. Kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan pesan ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang. PERAN FISIOTERAPI Beberapa gejala (terutama kelemahan, tremor, disatria dan disfagia) memiliki factor-faktor yang dapat memperhebat gejala, terutama latihan fisik, infeksi, kegairahan, demam, suhu lingkungan yang tinggi, ketidakseimbangan elektrolit dan malnutrisi. Menghindari factor-faktor yang berpengaruh bila mungkin yang dapat mengurangi insiden dan keparahan beberapa gejala. Imobilisasi dan tirah baring yang lama perlu dihindari, fisioterapi adalah penting karena latihan yang teratur dapat memperlambat kemunduran penderita, memberikan kompensasi , dan bahkan dapat memperbaiki fungsi. Gerakan aktif meningkatkan kekuatan daya tahan, sementara gerakan pasif mengurangi spastisitas dan mencegah deformitas yang ditimbulkan oleh pemendekan otak progresif. Nyeri dapat timbul; akibat spastisitas atau gaya berjalan yang berubah, dan fisioterapi dapat membantu meringankan nyeri yaitu dengan mengurangi ketidakseimbangan musculoskeletal. Ataksia (keterlibatan serebelar) dapat ditolong dengan latihan-latihan penguatan dan mengambangkan gerakan-gerakan
  • 11. kompensasi, (misal, dasar melangkah yang lebih lebar). Latihan-latihan ini juga dapat mengurangi tremor bila belum berat. Bantuan dalam melakukan kegiatan rutin harian perlu dinilai per individu. Nasihat yang rinci menyangkut pemakaian alat-alat bantu sangat penting. Alat- alat bantu gerak seperti bebat penokong sendi-sendi yang lemah, walker, tripod, tongkat, kruk, dan kursi roda pada kasus yang berat, semuanya dapat membantu. Pemakaian bidai pada malam hari dapat membantu mengurangi kontraktur akibat spastisitas. Gips kerah dapat membantu tremor kepala yang hebat, Kebutuhan individual juga berubah dengan perjalanan penyakit, dan perlu ditinjau kembali setelah beberapa waktu. Gangguan penglihatan terutama terjadi pada neuritis retrobulbar dan memerlukan alat bantu seperti kaca pembesar, buku-buku braille, dan tulisan yang direkam. Bila timbul diplopia yang berat, maka penekanan salah satu pandangan dengan menutup satu mata mungkin perlu diperlukan. Gangguan bicara biasanya berupa bicara yang terseret-seret atau mencari- cari, dan kesulitan bernafas. Suatu cara bicara yang lambat namun jelas dapat di ajarkan kepada penderita oleh ahli terapi wicara. Demensia juga sering ditemukan, terutama menyangkut gangguan memori dan hilangnya cara berfikir abstrak. Pada 10 persen penderita, demensia ini berat, dan umumnya penderita juga mengalami gangguan fisik berat. (T. Declan wash, 1997) ALUR PENGOBATAN Rencana pengobatan haruslah mudah dan sederhana guna mempertinggi kepatuhan penderita. 1. Terapi merupakan salah satu cara utama dalam pengobatan MS. Ada dua geris besar terapi, yaitu: a. Imunomodulasi Meskipun tidak sepenuhnya jelas bagaimana terapi ini benar-benar bekerja, diyakini bahwa jenis terapi ini memiliki sifat dominan imunomodulasi. Dengan MS, kekebalan sel-sel yang memainkan peran penting dalam sistem pertahanan alami kita untuk melawan infeksi
  • 12. agen-dapat berfungsi dan mulai menyerang sel-sel saraf yang sehat kita sendiri. Sifat imunomodulasi terapi ini menyebabkan pengurangan rusak sel kekebalan dengan mengatur aktivasi mereka. Selain itu, penghalang alami antara sirkulasi darah dan otak, yang disebut "penghalang darah-otak," diyakini menjadi kurang permeabel. Penghalang ini memungkinkan sel kekebalan lebih sedikit masuk ke otak di mana mereka bisa menyebabkan kerusakan dengan menyerang jaringan saraf yang sehat. b. Terapi imunosupresif Meskipun tidak ada definisi yang diterima secara universal, agen ini umumnya terkait dengan penurunan jumlah sel-sel kekebalan beredar. Kekebalan sel-sel yang memainkan peran penting dalam sistem pertahanan alami kita untuk melawan infeksi agen-dapat kerusakan di MS dan mulai menyerang sel-sel saraf yang sehat kita sendiri. Sifat terapi imunosupresan ini menyebabkan pengurangan sel- sel kekebalan berfungsi dalam sirkulasi darah yang berpotensi dapat menyebabkan kerugian bagi sel-sel saraf. Sebagai sisi negatifnya, jumlah berfungsi dengan baik sel kekebalan berkurang juga. Sel-sel ini penting untuk melindungi tubuh dari pengaruh berpotensi berbahaya dari agen infeksius (www.multiplesklerosis.com) 2. Obat-obatan a. Asam lemak polyunsaturated. Dapat membantu mengurangi keparahan dan lamanya relaps b. Diet bebas gluten juga telah dianjurkan, namun belum terbukti c. Hormon adrenokortikotropik (ACTH) dalam bentuk jel, 40 unit intramuskular tiap 12 jam selama seminggu, diikuti dengan penurunan dosis secara bertahap dalam dua minggu berikutnya, dapat memperpendek masa relaps akut. d. Siklofosfamid dan azitioprin, keduanya layak di coba pada penyakit yang sangat progresif
  • 13. e. Baklofen, 5mg per oral tiap 8 jam, dan ditingkatkan 5mg tiap 3 hari, hingga mencapai dosis maksimum 60 mg/ hari, dapat mengurangi spastisitas, spasme otot, nyeri dan klonus otot. f. Interferon yang diberikan melalui injeksi intratekal berulang, dapat mengurangi angka relaps. Obat ini masih dalam penelitian. g. Diazepam, 2 mg per oral, tiap 8 jam, dan ditingkatkan hingga dosis maksimum 40 mg per hari, dapat mengurangi spastisitas dan spasme tetapi sering menyebabkan mengantuk. 3. TINDAKAN a. Blok saraf dengan fenol dapat membantu pada spatisitas otot yang berat b. Transplantasi tendon dapat mengurangi kontraktur dan membantu gerakan c. Kriotalamotomi dapat dipertimbangkan pada kasus-kasus intention tremor bilateral yang berat yang disertai dengan kelemahan ringan hingga sedang. d. Stimulasi medula spinalis dapat mengurangi spastisitas dan memperbaiki fungsi kandung kemih, Elektroda diselipkan atau ditanamkan secara permanen, pada ruang epiduralguna merangsang medula spinalis. Namun tindakan ini masih bersifat eksperimental. (T. Declan wash, 1997, hal 491)
  • 14. BAB III KESIMPULAN Kondisi Demielinating dapat disebabkan virus, bahkan bahan kimia atau mekanisme imunologik. Kondisi demielinisasi yang paling sering ialah sklerosis multipel. Multiple sklerosis di diagnosis anatara uasia 20 sampai 30, dan 2 sampai 3, lebih sering terkena pada wanita. Pengbatan bisa dilakukan dengan jalan terapi, yang antara lain: terapi imunomodulasi dan terapi imunosupresif. Dapat pula di lakukan langkah medis dengan obat-obatan yang fungsionalnya sebagai pengurang relaps. Pentingnya peran fisioterapi dalam kasus ini adalah, memebrikan arahan, memberikan latihan teratur untuk memperlambat kemunduran penderita, memberikan kompensasi dan memperbaiki fungsi.