SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 21
MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengajar : Ahmad Bahaudin Almufaro
Disusun oleh :
KELOMPOK 6
1.ATIKA NUR ALMIRA (1641720078)
2.KRIS WIDYO FEBYANTI (1641720006)
3.MUHAMMAD ARYA PUJA LAKSANA (1641720025)
JURUSAN TEKNOLOGIINFORMASI PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK
INFORMATIKA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2017
1 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, nerkat
kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang ditugaskan. Di dalam
makalah ini kami membahas “Konsep Manusia Menurut Islam”, suatu kajian tentang
hakikat kehidupan manusia dalam ajaran islam.
Semoga dengan membaca makalah ini, para pembaca akan lebih memahami Konsep
Manusia Menurut Islam. Kritik dan saran demi kemajuan makalah ini sangat
diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penyusun,
Kelompok VI
2 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 1
BAB 1 .........................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................3
C. TUJUAN ...................................................................................................................... 3
BAB 2 .........................................................................................................................................4
1. PENGERTIAN MANUSIA ............................................................................................... 4
2. HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM.............................................................................. 4
2.1 POTENSI DALAM DIRI MANUSIA .........................................................................6
2.2 SEGI POSITIF DAN NEGATIF MANUSIA.............................................................. 8
2.3 FUNGSI KEHIDUPAN MANUSIA ...........................................................................9
2.4 HAKIKAT HIDUP DIDUNIA DAN AKHERAT ........................................................ 10
3. KONSEP MANUSIA MENURUT FILSUF BARAT ....................................................... 12
4. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP MANUSIA DALAM PANDANGAN BARAT DAN ISLAM... 18
BAB 3 ................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 20
3 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta.
Manusia hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat
perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam,
sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam
menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia
dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan
menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam hidup di dunia, manusia
diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta
pengelolaan dan pemeliharaan alam dengan perangkat iman dan ilmu pengetahuan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Hakikat Manusia Dalam Islam?
2. Bagaimana Konsep Manusia Menurut Filosofi Barat?
3. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Konsep Manusia Dalam Pandangan
Barat dan Islam?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Hakikat Manusia dalam Islam.
2. Untuk Mengetahui Konsep Manusia Menurut Filosofi Barat.
3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan konsep manusia dalam
pandangan Barat dan Islam.
4 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
BAB 2
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN MANUSIA
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan
oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu
konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-
Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
2. HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM
Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat
diciptakannnya manusia. Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia
berdasarkan pandangan agama islam
1. Sebagai Hamba Allah
Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi
Allah SWT. Sebagai seorang hamba maka manusia wajib mengabdi
kepada Allah SWT dengan cara menjalani segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikanketaatan kepada-Nya dalam menjalankanagama
yang lurus …,” (QS:98:5).
2. Sebagai al- Nas
Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al
nas dalam Alquran cenderung mengacu pada hakikat manusia dalam
hubungannya dengan manusia lain atau dalam masyarakat. Manusia
sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk
sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya
(baca keutamaan menyambung tali silaturahmi). Sebagaimana yang
dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut
“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu
saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An
Nisa:1).
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi
Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al Hujurat :13).
5 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
3. Sebagai khalifah Allah
Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada
hakikatnya, manusia diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau
pemimpin di muka bumi.(baca fungsi alqur’an bagi umat manusia)
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah
(peguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia
dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena ia
akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).
Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan
dimintai pertanggung jawabannya kelak di hari akhir.
4. Sebagai Bani Adam
Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar
tidak terjadi kesalahpahaman bahwa manusia merupakan hasil
evolusi kera sebagaimana yang disebutkan oleh Charles Darwin.
Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk menghormati
nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat. Dalam
Alqur’an Allah SWT berfirman
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian
itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga
mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh
syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari
surga, …” (QS : Al araf 26-27).
5. Sebagai al- Insan
Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga
disebut sebagai Al insan merujuk pada kemampuannya dalam
menguasai ilmu dan pengetahuan serta kemampuannya untuk
berbicara dan melakukan hal lainnya (baca hukum menuntut ilmu).
Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud berikut ini
“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian
rahmat itu kami cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi
tidak berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).
6. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)
Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar
karena manusia memiliki raga atau fisik yang dapat melakukan
aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan, berkembang biak dan
lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya.
Sama seperti makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan
tumbuhan, hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir
dan mengalami kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran
serta perbuatannya harus dapat dipertanggungjawabkan kelak di
akhirat.
6 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT
agar manusia dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam
kehidupan. Manusia sendiri harus dapat memenuhi tugas dan
perannya sehingga tidak menghilangkan hakikat utama
penciptaannya.
2.1 POTENSI DALAM DIRI MANUSIA
a) Roh
َ‫َي‬‫س‬ْ‫أ‬َ ُ‫و‬‫س‬َ ‫س‬ ‫ع‬ْ‫س‬ِ‫ع‬‫ا‬‫ل‬ ‫وأ‬‫س‬ِ ‫ع‬ ‫ق‬َُ‫س‬ُ‫ا‬‫ق‬‫ر‬ ‫و‬‫أ‬ِ ‫أ‬‫ا‬ ‫ن‬‫س‬‫أ‬ ‫أ‬‫م‬ ‫س‬‫م‬‫ع‬ِ‫أ‬‫ر‬ ‫ع‬‫و‬‫س‬ِ ‫ق‬َ‫ا‬‫لام‬ ‫س‬‫ي‬‫ق‬َ ْ ‫س‬َ‫ا‬‫لام‬ ‫س‬‫و‬‫أ‬ْ ‫أ‬ ‫أ‬ِ‫ا‬‫ق‬‫ا‬‫أ‬َ‫ع‬ِ‫أ‬َ ‫أ‬‫ا‬
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit".
b) Fitrah
Fitrah manusia pada dasarnya menghendaki adanya kebaikan, dengan
memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi
manusia sejati (insan Kamil). Dalam al-Qur’an “Fitrah” disamakan dengan
“Nafsu Muthmainnah” (jiwa yg tenang), yaitu suatu dorongan untuk
mendekati Allah Swt (Ketaqwaan).
c) Qalb
Qalb merupakan unsur yang membuat manusia memiliki rasa
kebaikan, pusat penalaran, pemikiran, dan kehendak, yang
membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain.
‫ع‬َ‫أ‬َ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫أو‬ِ‫ع‬‫ر‬ ‫أ‬‫م‬‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬ ُِ‫أ‬‫ن‬‫أ‬‫م‬‫س‬‫ا‬ ‫ل‬ َ‫َم‬‫س‬‫ر‬‫أ‬‫ا‬ ‫وأ‬‫س‬ِ ‫س‬‫و‬ ‫س‬‫م‬‫ع‬‫لا‬ ‫س‬‫ا‬‫ع‬ِ ‫س‬‫ع‬ْ‫ل‬ ‫أ‬‫ا‬ ْ ‫ع‬ ‫ق‬‫ن‬‫أ‬‫ا‬ ُ‫ال‬‫ق‬ْ‫ق‬َ ‫أ‬‫و‬ ‫اوأ‬‫ق‬‫ن‬‫أ‬َ‫ع‬‫ن‬‫أ‬َ ‫و‬‫أ‬‫ن‬‫س‬‫أ‬ ‫ع‬ ‫ق‬‫ن‬‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ا‬ ُ‫و‬‫ق‬َ‫ع‬ْ‫أ‬‫ر‬ ‫أ‬‫و‬ ‫ق‬َ ‫اوأ‬‫ق‬‫م‬ ‫س‬َ‫ع‬‫أ‬
‫و‬‫أ‬‫ن‬‫س‬‫أ‬ ‫ع‬ ‫ق‬‫ن‬‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ا‬ ُ‫لو‬‫أ‬‫ا‬ٌ ‫أ‬‫و‬ ‫اوأ‬‫ق‬ِ‫أ‬ِ‫ع‬ِ‫أ‬َ ‫و‬‫أ‬‫ن‬‫س‬‫أ‬ ‫أ‬ ‫س‬ َٰ‫أ‬‫ا‬‫ا‬‫ق‬‫ر‬ ‫س‬ ‫و‬‫أ‬ِ‫ع‬ِ‫أ‬ ‫ع‬‫وا‬‫أ‬‫ا‬ ‫يع‬‫أ‬‫أ‬ ‫ع‬ ‫ق‬ْ ‫ي‬‫أ‬‫ل‬‫أ‬‫ر‬ ‫أ‬ ‫س‬ َٰ‫أ‬‫ا‬‫ا‬‫ق‬‫ر‬ ‫ق‬ ‫ق‬ْ ‫اوأ‬‫ق‬ْ‫س‬ِ‫أو‬‫و‬‫ع‬‫لا‬
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai.” (Qs. Al-A’raf ayat 179)
 Qalb (kalbu,daya rasa) yakni alat untuk mencapai ma’rifatullah
dengan mengenal Allah sebagai dzat pencipta, pemelihara, dan
penyayang atas sekalian manusia alam.
 Qalb merupakan unsur jiwa yang memiliki rasa kebaikan, pusat
penalaran, pemikiran dan kehendak untuk berfikir.
 Qalb merupakan wadah fitrah yang sehat dan tumpuan dari segala
perasaan manusia.
7 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
d) Aql
Aql (akal atau daya nalar). Dengan menggunakan akal
memungkinkan manusia mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah serta
mengambil pelajaran darinya.
‫ع‬‫و‬‫أ‬ِ‫أ‬ِ‫أ‬‫ر‬ ‫ق‬ ‫أ‬ْ‫ع‬ِ‫أ‬َ ‫أ‬ ُِ‫أ‬‫ر‬‫ل‬ ‫أ‬‫ي‬ ‫س‬‫ز‬‫ع‬ِ‫ق‬‫ر‬ ‫أ‬ ‫ع‬َ‫أ‬‫ا‬‫س‬َ ‫ع‬‫و‬‫س‬ِ ‫أ‬ ‫س‬‫أ‬‫أ‬‫م‬ ْ‫أ‬َ‫ع‬‫ا‬‫ل‬ ‫ع‬‫و‬‫أ‬ِ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ا‬‫ق‬ْ َٰ‫ع‬‫أ‬ِ‫ع‬ْ‫أ‬‫ر‬ ‫و‬‫أ‬ُِِ‫س‬َ ‫ق‬‫م‬ُ‫ا‬‫أ‬‫ا‬‫أ‬ُ‫أ‬َ ‫ا‬‫ق‬‫ا‬‫ا‬‫ق‬‫ر‬ ‫س‬‫ل‬‫و‬‫أ‬‫أ‬‫ع‬‫ا‬‫أ‬ ‫ع‬‫لا‬
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang
buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil
pelajaran,”
e) Nafs
Nafsu adalah dorongan-dorongan yang bersemayam pada jiwa
manusia. Allah berfirman,
‫و‬‫أ‬ِ‫أ‬‫ا‬ ‫ق‬‫ب‬ ‫س‬‫م‬‫أ‬‫أ‬‫ق‬‫ر‬ ‫ن‬‫س‬ِ‫ع‬‫ن‬‫أ‬ِ ُ‫و‬‫س‬َ ‫أ‬‫ا‬‫ع‬‫ن‬ُِ‫لا‬ َُ‫أ‬‫وم‬ُِ‫أ‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫س‬‫اا‬ِ‫وا‬‫س‬‫أ‬ ُ‫و‬‫س‬َ ‫و‬‫أ‬ِ ‫أ‬ ‫س‬َ ‫أ‬‫م‬ ‫ن‬‫س‬‫أ‬ ‫أ‬‫م‬ ُ‫و‬‫س‬َ ‫ن‬‫س‬‫أ‬ ‫أ‬‫م‬ ُ‫ام‬‫ق‬‫ن‬‫أ‬ٌ ُ َ ‫س‬َ ‫أ‬‫م‬
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali
nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi Maha Penyanyang.”(QS. Yusuf 12:53)
Nafsu digolongkan menjadi 3, yaitu :
1. Nafsu mutmainnah (jiwa tentram, tenang)
2. Nafsu ammarah (jiwa labil)
3. Nafsu ammarah bis suu’ (jiwa hina)
Menurut Ismail bin Sayid Muhammad Said al Qadri, nafsu dibagi
menjadi 7 dan diklasifikasikan menjadi 2 :
1. Yang tergolong nafsu tercela, meliputi nafsu ammarah dan
lawwamah. Ciri-ciri ammarah : kikir, tamak, dengki, jahl (bodoh),
takabur, syahwat, dan pemarah. Sedangkan ciri-ciri lawwamah :
laum (suka mencela), hawa (suka mengumbah nafsu), menipu,
bangga dg amalannya (ujub), mengumpat, riya’, dusta, dan lupa
mengingat Allah.
2. Nafsu yg terpuji, meliputi lima macam, yaitu Mulhammah,
Mutmainnah, Radhiyah, Mardhiyah, dan Kamillah. Ciri-cirinya :
a. Mulhammah : pemurah, nrima, bijak, rendah hati, sabarm
serta tahan uji.
b. Mutmainnah : dermawan tawakkal, ibadah dengan ikhlas,
syukur ridha, dan takut berbuat maksiat.
c. Radhiyah : dermawan zuhud, ikhlas, wara’ (menghindari
larangan Allah), riyadhah, dan menepati janji.
d. Mardiyah : berbudi luhur, meninggalkan apa saja selain Allah,
kasih sayang sesama makhluk, mengajak kebaikan,
8 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
memaafkan, mencintai sesamanya, dan mengamalkan sifat-
sifat terpuji.
e. Kamillah : ilmul-yakin, ‘ainul yakin dan haqqal yakin.
2.2 SEGI POSITIF DAN NEGATIF MANUSIA
Walaupun manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya (positif)
namun secara inhern di dalam diri manusia terdapat kelemahan (negatif).
Disinilah pentingnya mengetahui dua unsur itu sehingga manusia bisa
menentukan alternatif pilihan hidupnya.
Adapun sisi positif manusia adalah :
1. Manusia adalah khalifah Tuhan dibumi.
‫ع‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ا‬‫أ‬‫ر‬ ‫أ‬‫م‬‫أ‬َ ‫َوأ‬‫س‬‫ا‬ُ‫لا‬ ‫ال‬‫ق‬‫م‬‫أ‬‫ن‬‫أ‬‫ا‬ ُ‫و‬‫أ‬‫ر‬ ‫س‬‫لس‬ ‫أ‬‫وا‬‫أ‬ُِِ‫لا‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫ع‬‫لام‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫و‬‫أ‬ُ‫أ‬ِ‫و‬‫أ‬‫ا‬ ‫و‬ََ‫ع‬ُ ‫أ‬‫م‬ ‫و‬‫أ‬ِ‫ق‬ْ‫أو‬ِ‫ع‬َ‫أ‬ُ‫أ‬‫ن‬‫أ‬ِ ‫أو‬ِ‫ع‬ْ‫أ‬ِ‫أ‬‫م‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫وأ‬‫س‬ِ ‫ل‬‫س‬‫وا‬‫أ‬ِ‫ع‬‫ا‬ ُ‫ي‬‫ق‬‫ا‬
َ‫ا‬‫ع‬‫أن‬ٍ َ‫ن‬‫أ‬َ ‫ي‬‫أ‬ِ‫أ‬‫ر‬ ‫اوأ‬‫ق‬ِ‫س‬ِ‫نع‬‫ق‬َ
"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui, bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?." – (QS.21:30)
2. Manusia punya intelegensi/bisa dididik.
3. Manusia punya potensi dekat dengan tuhan. Qs.7:172
4. Dalam fitrahnya memiliki unsur surgawi. Qs.32:7-9)
5. Manusia adalah pilihan tuhan.
6. Memiliki kemerdekaan, amanah.
7. Mempunyai martabat pembawaan mulia.
8. Memiliki kesadaran moral, baik dan buruk.
9. Jiwa manusia bisa damai dengan mengingat Tuhan.
10.Segala yang dialam untuk manusia.
11.Tuhan menciptakan adalah untuk menyembahnya.
12.Kalau lupa Allah akan lupa diri dan sebaliknya.
13.Hidup untuk mencapai ridha Allah.
Sedangkan segi negatif (kelemahan) manusia adalah :
1. Bersifat tergesa-gesa.
2. Suka membantah.
3. Sifat keluh kesah dan kikir.
4. Bersifat susah payah.
5. Sifat ingkar.
6. Berlebih-lebihan dan melampaui batas.
7. Zhalim dan bodoh.
8. Bersifat lalai.
Dengan demikian manusia adalah makhluk tertinggi di hadapan
Allah, manusia diberi akal untuk menentukan pilihan hidupnya yang
harus di pertanggung jawabkan kelak.
9 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
2.3 FUNGSI KEHIDUPAN MANUSIA
‫ع‬‫ا‬‫س‬َ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ي‬‫و‬‫أ‬َ ‫أ‬ ‫أ‬‫أ‬‫م‬ ‫س‬‫ل‬‫أ‬‫ا‬‫س‬ ‫ي‬‫أ‬ِ‫ع‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫ن‬‫س‬ِ‫س‬َ ُ‫ي‬‫س‬ْ‫و‬‫أ‬‫م‬ ‫ن‬‫س‬ِ ‫س‬‫ا‬ ‫ع‬‫لام‬ َ‫ل‬‫أ‬‫ن‬َ‫س‬ْ‫أ‬ً ‫ال‬‫ق‬‫ا‬‫و‬‫أ‬َ ‫ق‬‫ي‬‫أ‬ِ‫ع‬‫م‬‫أ‬ُ‫أ‬‫ر‬ ‫و‬‫أ‬‫ن‬َ‫س‬ِ ‫أ‬ِ‫ع‬‫و‬ ‫ق‬َ‫س‬ِ‫ع‬‫ن‬‫ق‬َ
‫و‬‫أ‬‫ن‬َ‫س‬ِ ‫ق‬ ‫س‬‫ن‬‫ع‬ِ‫أ‬َ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ا‬‫و‬‫أ‬ِ‫س‬َ‫لا‬ ‫ق‬‫و‬‫ع‬َ‫أ‬ِ‫أ‬‫ا‬ ‫ق‬‫س‬‫س‬‫أ‬‫أ‬ِ‫ق‬ِ ‫أ‬ ‫س‬َ‫ع‬ِ‫أ‬َ‫س‬‫أ‬ ‫ق‬‫ا‬‫س‬َ‫أ‬َ‫ق‬ِ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ي‬‫و‬‫أ‬َ ‫ن‬‫س‬ِ‫س‬َ ‫ق‬ ‫أ‬ْ‫ع‬ْ‫أ‬‫ر‬ ‫و‬‫أ‬ِ ‫و‬ ‫أ‬ُ‫أ‬‫و‬‫ا‬‫ق‬ِ‫أ‬ْ‫ع‬ِ
"Ingatlah, ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat:
'SesungguhnyaAku hendak menjadikanseorang khalifahdi mukabumi'.
Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih, dengan
memuji Engkau, dan mensucikan Engkau'. Rabb berfirman:
'Sesungguhnya, Aku mengetahui, apa yang tidak kamu ketahui'." –
(QS.2:30)
Allah menjadikan manusia sebagai makhluk tertinggi martabatnya
melampaui dan melebihi makhluk-makhluk lainnya. Allah
mempercayakan amanah kepada manusia daripada pada malaikat-
malaikatnya. Amanah Allah yang dibebankan kepada manusia
merupakan acuan dari fungsi kehidupan manusia. Pada garis besarnya
amanah sekaligus fungsi kehidupan manusia dapat di klasifikasikan
menjadi 3 bagian :
1. FUNGSI ABDULLAH (hamba Allah)
Makna yang terkandung dari kata abd’ (hamba) adalah
ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak
diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan,
kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu
anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan keluargamu
dengan iman dari api neraka).
2. FUNGSI KHALIFATULLAH (khalifah Allah)
Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas
kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi,
serta pengolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang
kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan
untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang
diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya
mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi
untuk kepentingan hidpnya.
Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim
akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang tiada henti
sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal
saleh.
10 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
3. FUNGSI KERAKHMATAN (mengemban sifat Allah dan Rasul-Nya)
Manusia adalah penerus perjuangan Rasul, maka manusia
harus mentransformasikan masi Rasul Rakhmatan lil ‘alamin dan
menyempurnakan akhlak (makarimal akhlak) dalam kehidupan
manusia.
Adapun fungsi manusia dalam kaitan kerakhmatan diantaranya
:
- Mengemban sifat Rakhman dan Rakhim Allah (kasih
sayang) dalam kehidupan manusia (kepada manusia,
hewan dan tumbuhan). Pengembanan sifat ini akan
mencapai puncak kemanusiaan “ma ‘rifatullah”.
Sebagai contoh :
 Menyelamatkan orang yang tersesat.
 Tidak merokok di kendaraan umum.
 Memeberi makan hewan.
 Tidak menebang pohon sembarangan.
 Memberi makan anak yatim piatu dan fakir miskin.
2.4HAKIKAT HIDUP DIDUNIA DAN AKHERAT
1. Hakekat Kehidupan Dunia.
a. Kehidupan temporer (sesaat).
Kehidupan dunia sekarang ini tidak ada yang langgeng
dan tidak ada yang abadi semuanya mengalami proses
perubahan, kematian, dan kehancuran, dari kecil menjadi
besar, tua, dan kembali lagi menjadi kecil bahkan tidak ada lalu
ada lagi. Inilah kehidupan yang kita sebut dengan alam fana’
(binasa). Sebab kehidupan dunia saat ini menentukan
kehidupan akhir nanti.
b. Tempat amal shaleh-jihad.
Dunia adalah tempat bekerja, tempat ibadah dan tempat
untuk mewujudkan tugas kemanusiaan yaitu kekhalifahan. Jadi
dunia merupakan alat atau jembatan menuju akherat.
ُ‫و‬‫س‬َ ‫أ‬‫و‬‫و‬‫أ‬ِ‫ع‬ِْ‫ل‬ ‫ن‬‫س‬‫ن‬‫أ‬‫ا‬ َ‫م‬‫ع‬ِ‫ق‬ً
‫و‬‫س‬َ ‫أ‬‫و‬َ‫س‬‫ا‬ُ‫ا‬‫ل‬ ‫ال‬‫ق‬ِ‫أ‬ٌِ ‫ال‬‫ق‬ْ‫س‬ِ‫أ‬ْ‫أ‬‫ا‬ ‫س‬‫س‬‫و‬‫أ‬َ‫س‬‫ا‬‫و‬َُ‫لا‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫ا‬‫أ‬َ‫ل‬‫أ‬‫أا‬ُ‫أ‬‫ا‬ ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ع‬‫ا‬‫و‬‫س‬‫أ‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫ا‬‫أ‬َ‫ل‬‫أ‬‫أا‬ُ‫أ‬‫ا‬ ‫وا‬‫س‬‫أ‬ ‫س‬‫عم‬‫أ‬َُ
"Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh, dan nasehat menasehati, supaya mentaati
kebenaran, dan nasehat menasehati, supaya menetapi
kesabaran." – (QS.103:3)
c. Tanggung jawab individual dan kolektif.
Setiap aktivitas yang dilakukan manusia di tengah
masyarakat akan membawa dampak langsung terhadap diri
sendiri dan masyarakat secara keseluruhan.
‫ال‬‫ق‬َُُ‫ل‬ ‫أ‬‫ا‬ َ‫أل‬ِ‫ع‬ُ‫س‬ِ ‫و‬ ُ‫و‬‫أ‬‫أ‬َ ‫س‬َ‫ق‬ُ ‫َوأ‬‫س‬‫ا‬ُ‫لا‬ ‫أ‬ْ‫أ‬َ‫ال‬‫ق‬ِ ‫ع‬ ‫ق‬‫ا‬‫ع‬ِ‫س‬ِ َ‫ل‬َُ‫ًأو‬ ‫ال‬‫ق‬ِ‫أ‬ْ‫ع‬ْ‫ل‬ ‫أ‬‫ا‬ ُ‫و‬‫أ‬‫ر‬ ‫أ‬ ُ‫له‬ َ‫س‬َ‫أ‬ٍ‫ق‬َ ‫س‬‫ل‬‫و‬‫أ‬َ‫س‬ِ‫ع‬‫لا‬
11 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan, yang tidak khusus
menimpa orang-orang yang zalim saja, di antara kamu. Dan
ketahuilah bahwa Allahamat keras siksaan-Nya." – (QS.8:25)
d. Semangat kebersamaan.
Dalam kemanusiaan. Manusia tidak diperkenankan
berfikir individualis, nafsi-nafsi, kapitalistik, dan liberalistik dan
tidak memperhatikan oranglain. Di dunia inilah tempat kerja
antar sesaman manusia membangun perdamaian dan
kedamaian umat manusia.
Allah berfirman :
“Dan tolong-menolonglahkamudalam (mengerjakan)kebaikan
dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya, Allah amat berat siksa-Nya." – (QS.5:2).
“..maka berlomba-lombalah kamu (dalam mambuat)
kebaikan…”(QS. 2 : 148)
2. Hakekat Kehidupan Akherat
Kehidupan akherat adalah kehidupan yang kekal abadi.
"Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." –
(QS.87:17)
a. Akhir dari sejarah kehidupan alam semesta.
Kehidupan akherat merupakan akhir dari cerita manusia
dan kemanusiaan di dunia.
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?”
Mereka menjawab: "Kami dahulutidak termasuk orang-orang yang
mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang
miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama
dengan orang-orang yang membicarakannya,” (QS.74:42-45)
b. Tidak lagi terdapat kewajiban, amal shaleh.
Di akherat tidak ada kewajiban apapun bentuknya dan
tidak amal shaleh. Kehidupan di akherat merupakan akibat dari
kehidupan dunia, kalau di dunia jelek di akherat jelek, jika di
dunia akheratnya baik pula.
Allah berfirman :
“Barang siapa di sini (dunia) buta (tidak berilmu),
maka di akherat nanti buta pula dan lebih sesat lagi
jalannya.” (QS.17:72)
“Kerajaan pada hari itu hanya bagi Allah, Dia
mengadili antara manusia (QS.22:56). Bukankah Allah
Hakim yang seadil-adilnya”. (QS.95:8)
12 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
“Bagi mereka yang berbuat baik di dunia mendapat
kebaikan dan tentulah kebaikan di akherat lebih lagi”
(QS.16:30)
c. Pertanggung jawaban individu secara mutlak.
Apapun yang manusia laksanakan di bumi sebagai
pengemban amanah Allah akan dipertanggung jawabkan
secara individu di hadapan Allah. Jadi tidak ada pertanggung
jawaban secara kolektif.
“Tiap-tiap kamu adalah pemimpin, dan tiap-tiap kamu
bertanggung jawab atas pemimpinnya…”(HR. Bukhari Muslim)
d. Kehidupan individualistik.
Kehidupan akherat sangat berbeda dengan kehidupan
dunia, sebab kehidupan akherat tidak ada kerjasama antar
manusia, tidak ada tolong menolong semuanya ditanggung
sendiri.
Allah berfirman :
‫ال‬‫ق‬َُُ‫ل‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫و‬َِ‫ع‬‫ا‬‫أ‬َ ‫و‬ ‫ت‬ ‫س‬‫ز‬‫ع‬‫م‬‫أ‬ُ ُ‫ا‬‫ع‬‫ن‬‫أ‬ِ ‫ع‬‫و‬‫أ‬ْ َ‫ا‬‫ع‬‫ن‬‫أ‬ِ ‫و‬َ ‫ع‬َ‫أ‬ٍ ‫و‬‫أ‬‫ا‬ ‫ق‬‫ي‬‫أ‬‫أ‬‫ع‬َ‫ق‬َ ‫و‬‫أ‬‫ن‬‫ع‬ِ‫س‬ِ ُ‫ل‬‫أ‬ْ‫و‬‫أ‬‫ن‬‫أ‬ٍ ‫أ‬‫وا‬ ‫ق‬‫ا‬‫ًأ‬‫نع‬‫ق‬َ
‫و‬‫أ‬‫ن‬‫ع‬ِ‫س‬ِ ُ‫ي‬‫ع‬َ‫أ‬ْ ‫و‬‫أ‬‫ا‬ ‫ع‬ ‫ق‬ْ ‫اوأ‬‫ق‬‫م‬‫أ‬َ‫ع‬ِ‫ق‬َ
"Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada
hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau
sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan
tebusan darinya, dan tidaklah mereka akan ditolong." –
(QS.2:48)
3. KONSEP MANUSIA MENURUT FILSUF BARAT
Beberapa filsuf memberikan pandangannya dalam memahami
makhluk yang bernama manusia. Beberapa filsuf antara lain :
1. Aristoteles
Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk yang
berakal budi. Dengan akal budi itulah ia dapat berpikir dan
mengambil tindakan. Manusia adalah makhluk yang rasional.
Puncak perbuatan kesusilaan manusia terletak dalam “pikiran
murni”. Kebahagiaan mnausia yang tertinggi adalah “berpikir
murni”. Tetapi, puncak itu hanya dapat dicapai oleh para Dewa.
Manusia hanya dapat mencoba mendekatinya dengan
mengatur keinginannya. Manusia itu bukan serigala, melainkan
ia adalah makluk yang berpikir ( animal rationale). Artinya,
dengan pikirannya ia mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk dalam tindakannya. Dengan pikirannya pula,
ia bisa mengatasi naluri kebinatangannya dan bertindak lebih
menusiawi. Berbekalkan akal budinya aksinya bukan hanya
merupakan actus hominis dalam arti gerakan-gerakan yang
hanya dikuasai oleh hukum-hukum biologis, melainkan
13 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
merupakan actus humanus dalam arti tindakannya sarat dengan
pertimbangan-pertimbangan nilai.
2. Plato
Dalam pemikirann Plato, seorang pribadi merupakan
bagian dari dunia fisik dalam pengertian bahwa ia mempunyai
tubuh yang melaluinya dia menerima impresi-impresi indrawi.
Tetapi, pada waktu yang sama ia mempunyai budi rohani yang
mampu mengetahui kebenaran-kebenaran abadi yang
mengatasi dunia. Ia juga mempunyai daya mengarahkan, jiwa,
yang digambarkan oleh Plato sebagai pengendara kereta, yang
membimbing dan dibimbing oleh dua kuda, budi dan badan.
Budi ingin menjelajahi kawasan surgawi dari ide-ide
memahami mereka; badan ingin terlibat dalam masalah-
masalah duniawi yang berkaitanm dengan indera. Jiwa manusia
terperangkap antara dua kekuatan yang berlainan ini. Jiwa
mencoba mengarahkan, tetapi terperangkap dalam penjara
badan. Maka, menurut Plato, manusia tidak mempunyai
kebebasan nyata bila hidup mereka dipusatkan pada tuntutan-
tuntutan fisik. Namun, jiwa manusia dapat membebaskan diri
dari belenggu ini dan mengarahkan hidup, baik di lingkungan
fisik maupun kegiatan-kegiatan intelektual. Tetapi, ini terjadi
hanya setelah eksistensi badani sehingga jiwa naik ke dunia
abadi, Ide-Ide. Bagi Plato, jiwa dan badan merupakan dua hal
berbeda. Jiwa itu immortal, abadi; dia mendiamni badan yang
sementara.
3. Jean- Paul Sartre
Eksistensi mendahului esensi adalah bahwa pertama-
tama manusia itu eksis (ada, hadir), menjumpai dirinya, muncul
(Inggris: surges up; Jawa: mentas) di dunia dan baru setelah itu
mendefinisikan dirinya itu siapa. Jika manusia sebagai
eksistensialis melihat bahwa dirinya itu belum ditentukan. Hal itu
adalah karena pada permulaannya dia itu memang bukan apa-
apa (nothing). Dia tidak akan menjadi apa-apa sampai tiba
saatnya ketika ia menjadi apa yang ia tentukan sendiri. Oleh
karenanya, tidak ada itu yang dinamakan kodrat manusia, sebab
tidak ada Allah yang mempunyai konsepsi tentang dia
(manusia).Inilah prinsip pertama dari eksistensialisme.
Manusia tak lain tak bukan adalah dia yang menentukan
dirinya sendiri mau menjadi apa. Apakah pandangan ini tidak
terlalu subyektif? Lalu, di mana tempat orang lain dalam
eksistensi si individu itu? Bagaimana dengan hal-hal tertentu
yang tidak bisa kita tentukan sendiri misalnya: kita lahir di mana,
dalam keluarga apa, dibesarkan dalam lingkungan berbahasa
apa, dan macam-macam hal lainnya?.
Mengenai subjektivitas ini, Sartre mengakuinya. Namun,
bukan subjektivitas sebagaimana dimaksud oleh para
pengkritiknya. Subjektivitas yang dimaksud Sartre dalam
pengertiannya tentang eksistensi, bahwa manusia itu
14 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
mempunyai martabat yang lebih luhur daripada, katakanlah,
batu atau meja. Subjektivitas yang dimaksud Sartre adalah
bahwa manusia pertama-tama eksis. Bahwa manusia adalah
manusia (man is), sesuatu yang mendesak, bergerak maju
menuju masa depan dan bahwa ia menyadari apa yang ia
lakukan itu. Jika memang benar bahwa eksistensi itu
mendahului esensi, maka manusia itu bertanggungjawab atas
mau menjadi apa dia (what he is). Inilah dampak paling pertama
dari eksistensialisme, bahwa manusia dengan menyadari bahwa
kontrol berada penuh di tangannya, ia memikul beban
eksistensinya itu, yaitu tanggungjawab, di pundaknya. Namun
hal ini tidak lantas berarti bahwa ia bertanggungjawab hanya
atas individualitasnya sendiri. Melainkan, bahwa ia
bertanggungjawab atas semua umat manusia. Kita tentu
bertanya, bagaimana bisa demikian?
Untuk menjawab ini, Sartre mengadakan dua distingsi atas
subyektivisme. Pengertian yang pertama adalah kebebasan
subjek individu. Pengertian kedua adalah bahwa manusia tidak
bisa melampaui subjektivitas kemanusiaannya (human
subjectivity). Pengertian kedua inilah yang pengertian yang lebih
mendalam dari eksistensialisme. Pengertian yang kedua inilah
yang memberikan gambaran kepada kita mengenai sifat dasar
manusia yang kreatif, yang terus menerus mencipta dan menjadi
apa yang dia inginkan. Mencipta ini berarti juga memilih dari
sekian banyak kemungkinan-kemungkinan yang terbentang
luas di hadapannya.
Memilih antara ini atau itu pada saat yang bersamaan juga
berarti mengafirmasi nilai dari apa yang dipilih. Dan, yang kita
pilih itu tentu apa yang kita anggap lebih baik, dan yang lebih
baik bagi kita tentu juga kita anggap baik untuk semua.
Tanggung-jawab kita lantas terletak pada kualitas pilihan kita ini.
Pilihan-pilihan yang kita buat itu menyangkut kemanusiaan
sebagai suatu keseluruhan. Berangkat dari pengertian ini, kita
siap memasuki dimensi kedua dari eksistensialisme yang mau
dibuktikan Sartre dalam tulisannya yaitu tentang humanisme.
Dalam pandangan Sartre, yang membedakan
humanismenya dengan humanisme yang sudah digagas oleh
banyak filsuf yang mendahuluinya terletak pada radikalitasnya.
Nilai humanisme pada era sebelumnya oleh Sartre dianggap
belum radikal karena masih mengandaikan adanya nilai-nilai
yang ditentukan dari luar diri manusia itu sendiri, entah itu
Tuhan, Realitas Tertinggi, ataupun norma-norma buatan
manusia yang dilanggengkan. Individu tidak mendapatkan
tempat untuk menciptakan sendiri nilai-nilai yang ia percayai dan
yang ia libati (engagement). Baginya, tidak akan ada satu
perubahan apapun jika kita masih menganggap bahwa Tuhan
itu ada. Kita seharusnya menemukan kembali norma-norma
seperti kejujuran, kemajuan, dan kemanusiaan. Untuk itu Allah
harus dibuang jauh-jauh sebagai sebuah hipotesis yang sudah
usang dan yang akan mati dengan sendirinya. Bagi Sartre,
15 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
mengutip Dostoevsky, “Jika Allah tidak eksis, maka segala
sesuatu akan diizinkan”. Inilah titik berangkat dari
eksistensialisme yang diacu Sartre.
Manusia lantas tidak bisa lagi menggantungkan dirinya
erat-erat pada kodrat manusia yang spesifik dan tertentu. Tidak
ada determinisme. Manusia itu bebas, manusia adalah bebas.
Tidak ada lagi excuse, manusia ditinggalkan sendirian. Manusia
dikutuk, terhukum untuk menjadi bebas. Terkutuk, sebab ia tidak
menciptakan dirinya sendiri namun sungguh-sungguh bebas.
Dan, terhitung sejak ia terlempar ke dunia ini ia
bertanggungjawab atas segala sesuatu yang ia lakukan. Action
(tindakan), itulah kata kunci yang mau ditunjukkan Sartre
kepada kita guna memberi makna pada kemanusiaan. Action
dan bukan quietism. Dengan kata lain, “Man is nothing else but
what he purposes, he exists only in so far as he realises himself.
He is therefore nothing else but the sum of his actions, nothing
else but what his life is”. Jadi, jelas di sini bahwa realisasi diri
manusia lewat tindakan adalah yang sesungguhnya membuat
dirinya menjadi manusia.
Namun, tindakan ini jangan dimengerti sebagai tindakan
tunggal pada saat tertentu saja. Tindakan di sini dimengerti
sebagai totalitas dari rangkaian tindakan-tindakan yang sudah,
sedang, dan akan dilakukannya sepanjang hidupnya. “A man is
no other than a series of undertakings that he is the sum, the
organisation, the set of relations that constitute these
undertakings”. Lewat itulah muncul apa yang kita sebut
komitmen. “I ought to commit myself and then act my
commitmen”. Dan, komitmen itupun perlu dipahami sebagai
komitmen total dan bukan komitmen kasus-per-kasus atau
tindakan tertentu. Inilah yang membedakan Humanisme Sartre
dengan humanisme sebelumnya. Konsepsi humanisme Sartre
tidak hanya bermain di level abstrak-spekulatif, namun lebih
pada etika tindakan dan self-commitment.
Konsepsi humanisme Sartre yang kedua menyangkut
martabat manusia itu sendiri, satu-satunya hal yang tidak
membuat manusia menjadi sebuah objek. Dengan mengkritik
materialisme yang mendasarkan segala realitas (termasuk
manusia di dalamnya) pada materi, Sartre mau membangun
kerajaan manusia (bukan Kerajaan Allah!) sebagai sebuah pola
dari nilai-nilai yang berbeda dari dunia materi. Subyektivitas,
sebagaimana sudah disinggung pada bagian satu di atas tidak
bisa dipersempit artinya menjadi individual subjectivism.
Sebabnya apa? Meminjam istilah yang digunakan Descartes,
namun sekaligus mengoreksinya, dalam kesadaran cogito, aku
berpikir, tidak hanya diri sendiri yang ditemukan namun juga
orang lain. Manusia tidak bisa menjadi apapun kecuali, kalau
orang lain mengakui (bukan menentukan) dirinya secara
demikian. Penyingkapan jati diriku pada saat yang bersamaan
berarti penyingkapan diri orang lain sebagai sebuah kebebasan
yang berhadapan dengan kebebasanku. Berhadapan baik
16 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
dalam artian “bagi” atau “melawan.” Dengan begitu, kesadaran
akan diriku dalam dunia ini sifatnya adalah inter-subjectivity.
Berkenaan dengan itu, meskipun menyangkal adanya kodrat
manusia, Sartre mengakui adanya “a human universality of
condition”. Human universality ini bukan sesuatu yang sudah
jadi (given), namun yang harus senantiasa dibuat oleh manusia
yang melakukan tindakan pemilihan lagi, dan lagi selama
hidupnya.
Sartre sudah menekankan bahwa tidak ada Tuhan yang
menciptakan nilai-nilai bagi manusia. Manusia sendirilah yang
harus menemukan (invent dan bukan create) nilai-nilai bagi
dirinya sendiri. Dan, penemuan nilai-nilai ini berarti bahwa tidak
ada yang à priori dalam hidup. Hidup belumlah apa-apa jika
belum dihayati. Dan, penghayatan ini, engkau sendirilah yang
menetukannya. Dan nilai atau makna atas kehidupan ini tak lain
tak bukan adalah sesuatu yang engkau pilih. Karenanya,
menjadi jelas bahwa selalu ada kemungkinan untuk
menciptakan sebuah komunitas manusia. Dengan itu, Sartre
mau menegaskan bahwa yang ia maksud dengan humanisme
di sini bukanlah humanisme dalam kerangka teori yang
meninggikan manusia sebagai tujuan pada dirinya sendiri, dan
sebagai nilai tertinggi (supreme value).
Bagi Sartre, ini humanisme yang absurd sebab hanya
anjing atau kuda yang paling mungkin berada dalam posisi untuk
melontarkan penilaian umum atas apa manusia itu. Seorang
eksistensialis tidak pernah menganggap manusia sebagai
tujuan pada dirinya sendiri sebab manusia masih harus
ditentukan. Humanity yang absurd semacam ini akan
menggiring manusia pada pengkultusan, suatu sikap tertutup-
pada-dirinya-sendiri sebagaimana sudah dirintis oleh Auguste
Comte (comtian humanism), dan berpuncak pada Fasisme.
Pengertian humanisme yang diikuti Sartre adalah
pengertian bahwa manusia adalah makhluk yang mampu
mengejar tujuan-tujuan transenden. Karena. manusia adalah
makhluk yang mampu melampaui dirinya sendiri, self-
surpassing, dan mampu meraih obyek-obyek hanya dalam
hubungannya dengan ke-self-surpassing-annya, maka ialah
yang menjadi jantung dan pusat dari transendensinya (bukan
dalam pengertian bahwa Tuhan adalah Yang Transenden,
namun dalam pengertian self-surpassing). Dan, relasi antara
transendensi manusia dengan subjektivitas (dalam pengertian
bahwa manusia tidak tertutup dalam dirinya sendiri, melainkan
selalu hadir dalam semesta manusia). Itulah yang disebut Sartre
dengan existential humanism. Ini disebut humanisme karena
mengingatkan kita bahwa manusia adalah legislator bagi dirinya
sendiri; betapapun ditinggalkan (abandoned) ia harus
memutuskan bagi dirinya sendiri. Bukan dengan berbalik pada
dirinya sendiri, namun dengan mencari, sembari melampaui
dirinya, tujuan yang berupa kemerdekaan atau sejumlah
17 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
realisasi tertentu, manusia bisa sampai pada kesadaran bahwa
dirinya adalah sungguh-sungguh manusia.
Yang manusia butuhkan bukanlah bukti dari eksistensi
Tuhan, namun penemuan dirinya kembali dan untuk memahami
bahwa tidak ada satupun yang dapat menyelamatkan dirinya
kecuali dirinya sendiri. Dalam terang pengertian inilah Sartre
berani mengatakan bahwa eksistensialisme itu optimistis, bukan
sebuah ajaran untuk menarik diri dari dunia ramai dan masuk ke
pertapaan guna menemukan kedamaian jiwa, melainkan
sebuah ajaran untuk bertindaksecara konkret dalam dunia
nyata, dunia sehari-hari, dunia umat manusia.
Sartre mendefinisikan manusia sebagai “nol yang me-nol-
kan” pour soi yang bukan merupakan objek melainkan subjek,
yang kodratnya bebas (Loren Bagus, 2000:266)
4. Rene Descartes
Filsuf terkenal dari Perancis, mendefinisikan manusia
sebagai ‘animal rationale,’ binatang yang dapat berpikir, atau ‘a
thinking being,’ makhluk yang berpikir. Sementara itu, berpikir
diartikan sebagai kegiatan refleksif yang melibatkan otak
sebagai organ pengendali semua panca indera, organ yang
secara auto-refleksif melakukan fungsi perencanaan,
penelaahan, pengambilan keputusan, dan pengkoordinasian
terhadap program-program kerja jasmani-rohani tubuh manusia.
Salah satu program kerja yang paling penting adalah berpikir,
melakukan penelaahan atas sesuatu topik yang biasanya
muncul dari adanya rangsangan atau impulsi dari luar. Topik
yang muncul tersebut bisa jadi memerlukan penelahaan yang
terkait dengan sebab-akibat, dengan kemungkinan
pelaksanaannya atau terjadinya, dengan segi baik-buruknya
atau untung-ruginya, dan/atau berbagai segi lain.
18 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
4. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP MANUSIA DALAM
PANDANGAN BARAT DAN ISLAM
Menurut pandangan islam, manusia adalah sejenis makhluk
Allah yang teristimewa daripada makhluk lain. Ia bukan jelmaan atau
hasil evolusi dari makhluk lain dan tidak akan berevolusi menjadi
makhluk lain pula. Manusia juga diberikan sifat-sifat khusus yang
membolehkannya menanggung amanah Allah yang tidak tertanggung
oleh makhluk lain. Keistimewaan manusia tidak ditentukan oleh bahan
baku dari mana ia diciptakan, melainkan dari adanya roh yang ditiupkan
kepadanya dan kemampuan rohani yang diberikan Allah kepadanya.
Kejadian manusia adalah sebaik dan seindah kejadian iaitu keindahan
yang dikehendaki dalam kedua-dua unsurnya iaitu jasmani dan rohani.
Walaupun manusia dicipta dari dua unsur yang berbeza dan
bercanggah tetapi dengan kekuasaan Allah telah mencantumkan
kedua-dua unsur tersebut dalam satu bentuk kejadian yang dinamakan
manusia.
Manakala menurut pandangan barat, manusia dikatakan berasal
dari hewan. Ia lahir di penghujung proses evolusi pada alam binatang.
Darwin menteorikan bahwa manusia dan beruk sama bermoyangkan
kera-purba. Teori sains itu adalah jawapan akal manusia. Manusi a
adalah makhluk yang terhad (terbatas), karena itu akalnya terbatas
sekalipun begitu tinggi ilmu dan teknologi yang dihasilkannya di zaman
moden ini. Karena terbatasnya akal, terbatas pulalah teori evolusi yang
disusunnya.
Namun sesungguhnya di dalam Al-Quran telah dinyatakan tentang
proses kejadian manusia dan bukannya berasal dari hewan.
Perbedaan mendasar pada keduanya terletak pada :
Dalam Pandangan Islam
 Bersifat teosentris (segala sesuatu berpusat kepada Tuhan)
 Allah-lah yang menjadi tolak ukur segala sesuatu, sedangkan
manusia adalah ciptaan Alla h untuk mengabdi kepada-Nya
Dalam Pandangan Barat
 Bersifat antroposentris (segala sesuatu berpusat kepada manusia)
 Manusia lah yang menjadi tolak ukur segala sesuatu.
19 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
BAB 3
KESIMPULAN
Manusia sebagai puncak ciptaan Allah. Manusia dilahirkan telah
memiliki potensi suci (fitrah). Berbagai potensi manusia harus dikembangkan
untuk mewujudkan fungsi kehidupannya. Manusia bukan hanya sebagai
Abdullah melainkan juga sebagai kholiffatulah. Dengan potensi yang dimiliki
manusia serta kesadaran tugas hidupnya, manusia akan mengerti hakekat
kehidupan dunia dan akherat. Kita sebagai manusia harus menjadi individu
yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita
jalani pasti selalu ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena
itu juga membutuhkan bantuan dari orang lain, karena manusia adalah
makhluk sosial sama seperti yang lain karena manusia tidak bisa berdiri
sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka dari itu kita
harus saling menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk
yang diciptakan tidak ada bedanya , selain itu dalam hidup manusia juga
terdapat banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat manusia.
Konsep manusia dalam pandangan filsafat Barat dan Islam memiliki
perbedaan yang prinsipil. Barat melihat manusia dari sisi yang berbeda-beda
setiap ilmuwan (parsial). Berbeda dengan pemahaman ilmuwan muslim
bahwa manusia merupakan makhluk yang unik yang diciptakan sempurna
dari mahluk-makluk lainnya. Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur ruh,
nafs, qolbu dan hawa. Kendati secara harfiah keempatnya terpisah namun
dalam hakekatnya mereka menyatu. Bahkan ruh disebut-sebut ikut
berpengaruh terhadap eksistensi manusia dalam kehidupan ini.
Perbedaan pemahaman Barat dan Islam tersebut sedikit banyak akan
mempengaruhi perbedaan dalam memahami konsep manusia dan
kepribadiannya.
20 | M a k a l a h A g a m a I s l a m
DAFTAR PUSTAKA
Handbook Pendidikan Agama Islam (Perguruan Tinggi Umum) – Polinema
https://islamagamauniversal.wordpress.com/db_cover/
http://sultonimubin.blogspot.co.id/2013/08/al-muddassir-ayat-41-50-dan-
terjemah.html
http://padenulis.blogspot.co.id/2016/04/memahami-konsep-manusia-
dalam.html
Fridayanti. 2006. “Tentang Manusia dalam Perspektif Ilmu Barat”. Dalam
Sejarah Ilmu Pengetahuan, http://arc.itb.ac.id/~aris/PRIVAT/galileo.
Musa Asy’ari, Filsafat Islam tentang Kebudayaan, Yogyakarta, 1999
Smith, Linda dan William Raeper. 2004. Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu
dan Sekarang. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Muhammad Abdul Halim Sani, Filsafat Manusia; Siapakah Manusia?
http://halimsani.wordpress.com/2007/09/06/

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islamPembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islam
Nanda_khalisa
 
Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)
Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)
Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)
DanBo Store
 
Problematika Masyarakat Modern
Problematika Masyarakat ModernProblematika Masyarakat Modern
Problematika Masyarakat Modern
Ameilya P P
 
Makalah pancasila sebagai suatu sistem
Makalah pancasila sebagai suatu sistemMakalah pancasila sebagai suatu sistem
Makalah pancasila sebagai suatu sistem
Zainal Abidin
 
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAAT
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAATTANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAAT
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAAT
Sara Santika
 

Was ist angesagt? (20)

makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islammakalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
 
Pembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islamPembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islam
 
Tugas makalah agama
Tugas makalah agamaTugas makalah agama
Tugas makalah agama
 
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
 
ruang lingkup ajaran agama Islam
ruang lingkup ajaran agama Islamruang lingkup ajaran agama Islam
ruang lingkup ajaran agama Islam
 
Makalah Pengantar Ilmu Pendidikan Hakikat Manusia dan Pengembangannya
Makalah Pengantar Ilmu Pendidikan Hakikat Manusia dan PengembangannyaMakalah Pengantar Ilmu Pendidikan Hakikat Manusia dan Pengembangannya
Makalah Pengantar Ilmu Pendidikan Hakikat Manusia dan Pengembangannya
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
 
Powerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakPowerpoint Akhlak
Powerpoint Akhlak
 
Agama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut IslamAgama : Hakikat Manusia Menurut Islam
Agama : Hakikat Manusia Menurut Islam
 
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ahPengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
 
Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)
Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)
Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)
 
IPTEK dalam Pandangan Islam
IPTEK dalam Pandangan IslamIPTEK dalam Pandangan Islam
IPTEK dalam Pandangan Islam
 
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaanBagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
 
Problematika Masyarakat Modern
Problematika Masyarakat ModernProblematika Masyarakat Modern
Problematika Masyarakat Modern
 
Hakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamHakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut Islam
 
Islam dan Ruang Lingkupnya
Islam dan Ruang LingkupnyaIslam dan Ruang Lingkupnya
Islam dan Ruang Lingkupnya
 
Makalah pancasila sebagai suatu sistem
Makalah pancasila sebagai suatu sistemMakalah pancasila sebagai suatu sistem
Makalah pancasila sebagai suatu sistem
 
Contoh Modul
Contoh Modul Contoh Modul
Contoh Modul
 
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAAT
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAATTANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAAT
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAAT
 
Konsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusiaKonsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusia
 

Ähnlich wie Makalah Konsep Manusia Menurut Islam

Hakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab IHakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab I
arvant
 
PPT Agama - Hakekat Manusia Menurut Islam.pptx
PPT Agama - Hakekat Manusia Menurut Islam.pptxPPT Agama - Hakekat Manusia Menurut Islam.pptx
PPT Agama - Hakekat Manusia Menurut Islam.pptx
DausaitamaSensei
 

Ähnlich wie Makalah Konsep Manusia Menurut Islam (20)

Makalah agama-
Makalah agama-Makalah agama-
Makalah agama-
 
Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islam
 
bimbingan konseling.docx
bimbingan konseling.docxbimbingan konseling.docx
bimbingan konseling.docx
 
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat ManusiaFp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
 
Agama , haris
Agama , harisAgama , haris
Agama , haris
 
Hakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab IHakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab I
 
Pemahaman Tentang Manusia
Pemahaman Tentang ManusiaPemahaman Tentang Manusia
Pemahaman Tentang Manusia
 
Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islam
 
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'QuranHakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
 
Teologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan Islam
Teologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan IslamTeologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan Islam
Teologi Pendidikan: Kewajiban Manusia dan Implikasinya Pada Pendidikan Islam
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Hakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamHakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut Islam
 
Modul
ModulModul
Modul
 
Manusia copy
Manusia   copyManusia   copy
Manusia copy
 
Hakikat Manusia Kel.1.pptx
Hakikat Manusia Kel.1.pptxHakikat Manusia Kel.1.pptx
Hakikat Manusia Kel.1.pptx
 
tamadun islam
tamadun islamtamadun islam
tamadun islam
 
CTU 101
CTU 101CTU 101
CTU 101
 
PPT Agama - Hakekat Manusia Menurut Islam.pptx
PPT Agama - Hakekat Manusia Menurut Islam.pptxPPT Agama - Hakekat Manusia Menurut Islam.pptx
PPT Agama - Hakekat Manusia Menurut Islam.pptx
 
Bab 1_Manusia dan Agama.pptx
Bab 1_Manusia dan Agama.pptxBab 1_Manusia dan Agama.pptx
Bab 1_Manusia dan Agama.pptx
 
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq TasawufKonsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
 

Kürzlich hochgeladen

1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 

Makalah Konsep Manusia Menurut Islam

  • 1. MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen Pengajar : Ahmad Bahaudin Almufaro Disusun oleh : KELOMPOK 6 1.ATIKA NUR ALMIRA (1641720078) 2.KRIS WIDYO FEBYANTI (1641720006) 3.MUHAMMAD ARYA PUJA LAKSANA (1641720025) JURUSAN TEKNOLOGIINFORMASI PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK INFORMATIKA POLITEKNIK NEGERI MALANG 2017
  • 2. 1 | M a k a l a h A g a m a I s l a m KATA PENGANTAR Rasa syukur kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, nerkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang ditugaskan. Di dalam makalah ini kami membahas “Konsep Manusia Menurut Islam”, suatu kajian tentang hakikat kehidupan manusia dalam ajaran islam. Semoga dengan membaca makalah ini, para pembaca akan lebih memahami Konsep Manusia Menurut Islam. Kritik dan saran demi kemajuan makalah ini sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Penyusun, Kelompok VI
  • 3. 2 | M a k a l a h A g a m a I s l a m DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 1 BAB 1 .........................................................................................................................................3 A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................3 B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................3 C. TUJUAN ...................................................................................................................... 3 BAB 2 .........................................................................................................................................4 1. PENGERTIAN MANUSIA ............................................................................................... 4 2. HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM.............................................................................. 4 2.1 POTENSI DALAM DIRI MANUSIA .........................................................................6 2.2 SEGI POSITIF DAN NEGATIF MANUSIA.............................................................. 8 2.3 FUNGSI KEHIDUPAN MANUSIA ...........................................................................9 2.4 HAKIKAT HIDUP DIDUNIA DAN AKHERAT ........................................................ 10 3. KONSEP MANUSIA MENURUT FILSUF BARAT ....................................................... 12 4. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP MANUSIA DALAM PANDANGAN BARAT DAN ISLAM... 18 BAB 3 ................................................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 20
  • 4. 3 | M a k a l a h A g a m a I s l a m BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam dengan perangkat iman dan ilmu pengetahuan. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana Hakikat Manusia Dalam Islam? 2. Bagaimana Konsep Manusia Menurut Filosofi Barat? 3. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Konsep Manusia Dalam Pandangan Barat dan Islam? C. TUJUAN 1. Untuk Mengetahui Hakikat Manusia dalam Islam. 2. Untuk Mengetahui Konsep Manusia Menurut Filosofi Barat. 3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan konsep manusia dalam pandangan Barat dan Islam.
  • 5. 4 | M a k a l a h A g a m a I s l a m BAB 2 PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN MANUSIA Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al- Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah. 2. HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia. Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam 1. Sebagai Hamba Allah Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai seorang hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalani segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikanketaatan kepada-Nya dalam menjalankanagama yang lurus …,” (QS:98:5). 2. Sebagai al- Nas Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran cenderung mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau dalam masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya (baca keutamaan menyambung tali silaturahmi). Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut “Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An Nisa:1). “Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al Hujurat :13).
  • 6. 5 | M a k a l a h A g a m a I s l a m 3. Sebagai khalifah Allah Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.(baca fungsi alqur’an bagi umat manusia) “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26). Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di hari akhir. 4. Sebagai Bani Adam Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi kesalahpahaman bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang disebutkan oleh Charles Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk menghormati nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat. Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : Al araf 26-27). 5. Sebagai al- Insan Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al insan merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta kemampuannya untuk berbicara dan melakukan hal lainnya (baca hukum menuntut ilmu). Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud berikut ini “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al Hud:9). 6. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar) Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia memiliki raga atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan, berkembang biak dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya. Sama seperti makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan, hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta perbuatannya harus dapat dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
  • 7. 6 | M a k a l a h A g a m a I s l a m Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat memenuhi tugas dan perannya sehingga tidak menghilangkan hakikat utama penciptaannya. 2.1 POTENSI DALAM DIRI MANUSIA a) Roh َ‫َي‬‫س‬ْ‫أ‬َ ُ‫و‬‫س‬َ ‫س‬ ‫ع‬ْ‫س‬ِ‫ع‬‫ا‬‫ل‬ ‫وأ‬‫س‬ِ ‫ع‬ ‫ق‬َُ‫س‬ُ‫ا‬‫ق‬‫ر‬ ‫و‬‫أ‬ِ ‫أ‬‫ا‬ ‫ن‬‫س‬‫أ‬ ‫أ‬‫م‬ ‫س‬‫م‬‫ع‬ِ‫أ‬‫ر‬ ‫ع‬‫و‬‫س‬ِ ‫ق‬َ‫ا‬‫لام‬ ‫س‬‫ي‬‫ق‬َ ْ ‫س‬َ‫ا‬‫لام‬ ‫س‬‫و‬‫أ‬ْ ‫أ‬ ‫أ‬ِ‫ا‬‫ق‬‫ا‬‫أ‬َ‫ع‬ِ‫أ‬َ ‫أ‬‫ا‬ “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". b) Fitrah Fitrah manusia pada dasarnya menghendaki adanya kebaikan, dengan memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi manusia sejati (insan Kamil). Dalam al-Qur’an “Fitrah” disamakan dengan “Nafsu Muthmainnah” (jiwa yg tenang), yaitu suatu dorongan untuk mendekati Allah Swt (Ketaqwaan). c) Qalb Qalb merupakan unsur yang membuat manusia memiliki rasa kebaikan, pusat penalaran, pemikiran, dan kehendak, yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain. ‫ع‬َ‫أ‬َ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫أو‬ِ‫ع‬‫ر‬ ‫أ‬‫م‬‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬ ُِ‫أ‬‫ن‬‫أ‬‫م‬‫س‬‫ا‬ ‫ل‬ َ‫َم‬‫س‬‫ر‬‫أ‬‫ا‬ ‫وأ‬‫س‬ِ ‫س‬‫و‬ ‫س‬‫م‬‫ع‬‫لا‬ ‫س‬‫ا‬‫ع‬ِ ‫س‬‫ع‬ْ‫ل‬ ‫أ‬‫ا‬ ْ ‫ع‬ ‫ق‬‫ن‬‫أ‬‫ا‬ ُ‫ال‬‫ق‬ْ‫ق‬َ ‫أ‬‫و‬ ‫اوأ‬‫ق‬‫ن‬‫أ‬َ‫ع‬‫ن‬‫أ‬َ ‫و‬‫أ‬‫ن‬‫س‬‫أ‬ ‫ع‬ ‫ق‬‫ن‬‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ا‬ ُ‫و‬‫ق‬َ‫ع‬ْ‫أ‬‫ر‬ ‫أ‬‫و‬ ‫ق‬َ ‫اوأ‬‫ق‬‫م‬ ‫س‬َ‫ع‬‫أ‬ ‫و‬‫أ‬‫ن‬‫س‬‫أ‬ ‫ع‬ ‫ق‬‫ن‬‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ا‬ ُ‫لو‬‫أ‬‫ا‬ٌ ‫أ‬‫و‬ ‫اوأ‬‫ق‬ِ‫أ‬ِ‫ع‬ِ‫أ‬َ ‫و‬‫أ‬‫ن‬‫س‬‫أ‬ ‫أ‬ ‫س‬ َٰ‫أ‬‫ا‬‫ا‬‫ق‬‫ر‬ ‫س‬ ‫و‬‫أ‬ِ‫ع‬ِ‫أ‬ ‫ع‬‫وا‬‫أ‬‫ا‬ ‫يع‬‫أ‬‫أ‬ ‫ع‬ ‫ق‬ْ ‫ي‬‫أ‬‫ل‬‫أ‬‫ر‬ ‫أ‬ ‫س‬ َٰ‫أ‬‫ا‬‫ا‬‫ق‬‫ر‬ ‫ق‬ ‫ق‬ْ ‫اوأ‬‫ق‬ْ‫س‬ِ‫أو‬‫و‬‫ع‬‫لا‬ “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda- tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Qs. Al-A’raf ayat 179)  Qalb (kalbu,daya rasa) yakni alat untuk mencapai ma’rifatullah dengan mengenal Allah sebagai dzat pencipta, pemelihara, dan penyayang atas sekalian manusia alam.  Qalb merupakan unsur jiwa yang memiliki rasa kebaikan, pusat penalaran, pemikiran dan kehendak untuk berfikir.  Qalb merupakan wadah fitrah yang sehat dan tumpuan dari segala perasaan manusia.
  • 8. 7 | M a k a l a h A g a m a I s l a m d) Aql Aql (akal atau daya nalar). Dengan menggunakan akal memungkinkan manusia mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah serta mengambil pelajaran darinya. ‫ع‬‫و‬‫أ‬ِ‫أ‬ِ‫أ‬‫ر‬ ‫ق‬ ‫أ‬ْ‫ع‬ِ‫أ‬َ ‫أ‬ ُِ‫أ‬‫ر‬‫ل‬ ‫أ‬‫ي‬ ‫س‬‫ز‬‫ع‬ِ‫ق‬‫ر‬ ‫أ‬ ‫ع‬َ‫أ‬‫ا‬‫س‬َ ‫ع‬‫و‬‫س‬ِ ‫أ‬ ‫س‬‫أ‬‫أ‬‫م‬ ْ‫أ‬َ‫ع‬‫ا‬‫ل‬ ‫ع‬‫و‬‫أ‬ِ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ا‬‫ق‬ْ َٰ‫ع‬‫أ‬ِ‫ع‬ْ‫أ‬‫ر‬ ‫و‬‫أ‬ُِِ‫س‬َ ‫ق‬‫م‬ُ‫ا‬‫أ‬‫ا‬‫أ‬ُ‫أ‬َ ‫ا‬‫ق‬‫ا‬‫ا‬‫ق‬‫ر‬ ‫س‬‫ل‬‫و‬‫أ‬‫أ‬‫ع‬‫ا‬‫أ‬ ‫ع‬‫لا‬ “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,” e) Nafs Nafsu adalah dorongan-dorongan yang bersemayam pada jiwa manusia. Allah berfirman, ‫و‬‫أ‬ِ‫أ‬‫ا‬ ‫ق‬‫ب‬ ‫س‬‫م‬‫أ‬‫أ‬‫ق‬‫ر‬ ‫ن‬‫س‬ِ‫ع‬‫ن‬‫أ‬ِ ُ‫و‬‫س‬َ ‫أ‬‫ا‬‫ع‬‫ن‬ُِ‫لا‬ َُ‫أ‬‫وم‬ُِ‫أ‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫س‬‫اا‬ِ‫وا‬‫س‬‫أ‬ ُ‫و‬‫س‬َ ‫و‬‫أ‬ِ ‫أ‬ ‫س‬َ ‫أ‬‫م‬ ‫ن‬‫س‬‫أ‬ ‫أ‬‫م‬ ُ‫و‬‫س‬َ ‫ن‬‫س‬‫أ‬ ‫أ‬‫م‬ ُ‫ام‬‫ق‬‫ن‬‫أ‬ٌ ُ َ ‫س‬َ ‫أ‬‫م‬ “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”(QS. Yusuf 12:53) Nafsu digolongkan menjadi 3, yaitu : 1. Nafsu mutmainnah (jiwa tentram, tenang) 2. Nafsu ammarah (jiwa labil) 3. Nafsu ammarah bis suu’ (jiwa hina) Menurut Ismail bin Sayid Muhammad Said al Qadri, nafsu dibagi menjadi 7 dan diklasifikasikan menjadi 2 : 1. Yang tergolong nafsu tercela, meliputi nafsu ammarah dan lawwamah. Ciri-ciri ammarah : kikir, tamak, dengki, jahl (bodoh), takabur, syahwat, dan pemarah. Sedangkan ciri-ciri lawwamah : laum (suka mencela), hawa (suka mengumbah nafsu), menipu, bangga dg amalannya (ujub), mengumpat, riya’, dusta, dan lupa mengingat Allah. 2. Nafsu yg terpuji, meliputi lima macam, yaitu Mulhammah, Mutmainnah, Radhiyah, Mardhiyah, dan Kamillah. Ciri-cirinya : a. Mulhammah : pemurah, nrima, bijak, rendah hati, sabarm serta tahan uji. b. Mutmainnah : dermawan tawakkal, ibadah dengan ikhlas, syukur ridha, dan takut berbuat maksiat. c. Radhiyah : dermawan zuhud, ikhlas, wara’ (menghindari larangan Allah), riyadhah, dan menepati janji. d. Mardiyah : berbudi luhur, meninggalkan apa saja selain Allah, kasih sayang sesama makhluk, mengajak kebaikan,
  • 9. 8 | M a k a l a h A g a m a I s l a m memaafkan, mencintai sesamanya, dan mengamalkan sifat- sifat terpuji. e. Kamillah : ilmul-yakin, ‘ainul yakin dan haqqal yakin. 2.2 SEGI POSITIF DAN NEGATIF MANUSIA Walaupun manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya (positif) namun secara inhern di dalam diri manusia terdapat kelemahan (negatif). Disinilah pentingnya mengetahui dua unsur itu sehingga manusia bisa menentukan alternatif pilihan hidupnya. Adapun sisi positif manusia adalah : 1. Manusia adalah khalifah Tuhan dibumi. ‫ع‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ا‬‫أ‬‫ر‬ ‫أ‬‫م‬‫أ‬َ ‫َوأ‬‫س‬‫ا‬ُ‫لا‬ ‫ال‬‫ق‬‫م‬‫أ‬‫ن‬‫أ‬‫ا‬ ُ‫و‬‫أ‬‫ر‬ ‫س‬‫لس‬ ‫أ‬‫وا‬‫أ‬ُِِ‫لا‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫ع‬‫لام‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫و‬‫أ‬ُ‫أ‬ِ‫و‬‫أ‬‫ا‬ ‫و‬ََ‫ع‬ُ ‫أ‬‫م‬ ‫و‬‫أ‬ِ‫ق‬ْ‫أو‬ِ‫ع‬َ‫أ‬ُ‫أ‬‫ن‬‫أ‬ِ ‫أو‬ِ‫ع‬ْ‫أ‬ِ‫أ‬‫م‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫وأ‬‫س‬ِ ‫ل‬‫س‬‫وا‬‫أ‬ِ‫ع‬‫ا‬ ُ‫ي‬‫ق‬‫ا‬ َ‫ا‬‫ع‬‫أن‬ٍ َ‫ن‬‫أ‬َ ‫ي‬‫أ‬ِ‫أ‬‫ر‬ ‫اوأ‬‫ق‬ِ‫س‬ِ‫نع‬‫ق‬َ "Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui, bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?." – (QS.21:30) 2. Manusia punya intelegensi/bisa dididik. 3. Manusia punya potensi dekat dengan tuhan. Qs.7:172 4. Dalam fitrahnya memiliki unsur surgawi. Qs.32:7-9) 5. Manusia adalah pilihan tuhan. 6. Memiliki kemerdekaan, amanah. 7. Mempunyai martabat pembawaan mulia. 8. Memiliki kesadaran moral, baik dan buruk. 9. Jiwa manusia bisa damai dengan mengingat Tuhan. 10.Segala yang dialam untuk manusia. 11.Tuhan menciptakan adalah untuk menyembahnya. 12.Kalau lupa Allah akan lupa diri dan sebaliknya. 13.Hidup untuk mencapai ridha Allah. Sedangkan segi negatif (kelemahan) manusia adalah : 1. Bersifat tergesa-gesa. 2. Suka membantah. 3. Sifat keluh kesah dan kikir. 4. Bersifat susah payah. 5. Sifat ingkar. 6. Berlebih-lebihan dan melampaui batas. 7. Zhalim dan bodoh. 8. Bersifat lalai. Dengan demikian manusia adalah makhluk tertinggi di hadapan Allah, manusia diberi akal untuk menentukan pilihan hidupnya yang harus di pertanggung jawabkan kelak.
  • 10. 9 | M a k a l a h A g a m a I s l a m 2.3 FUNGSI KEHIDUPAN MANUSIA ‫ع‬‫ا‬‫س‬َ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ي‬‫و‬‫أ‬َ ‫أ‬ ‫أ‬‫أ‬‫م‬ ‫س‬‫ل‬‫أ‬‫ا‬‫س‬ ‫ي‬‫أ‬ِ‫ع‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫ن‬‫س‬ِ‫س‬َ ُ‫ي‬‫س‬ْ‫و‬‫أ‬‫م‬ ‫ن‬‫س‬ِ ‫س‬‫ا‬ ‫ع‬‫لام‬ َ‫ل‬‫أ‬‫ن‬َ‫س‬ْ‫أ‬ً ‫ال‬‫ق‬‫ا‬‫و‬‫أ‬َ ‫ق‬‫ي‬‫أ‬ِ‫ع‬‫م‬‫أ‬ُ‫أ‬‫ر‬ ‫و‬‫أ‬‫ن‬َ‫س‬ِ ‫أ‬ِ‫ع‬‫و‬ ‫ق‬َ‫س‬ِ‫ع‬‫ن‬‫ق‬َ ‫و‬‫أ‬‫ن‬َ‫س‬ِ ‫ق‬ ‫س‬‫ن‬‫ع‬ِ‫أ‬َ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ا‬‫و‬‫أ‬ِ‫س‬َ‫لا‬ ‫ق‬‫و‬‫ع‬َ‫أ‬ِ‫أ‬‫ا‬ ‫ق‬‫س‬‫س‬‫أ‬‫أ‬ِ‫ق‬ِ ‫أ‬ ‫س‬َ‫ع‬ِ‫أ‬َ‫س‬‫أ‬ ‫ق‬‫ا‬‫س‬َ‫أ‬َ‫ق‬ِ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫أ‬‫ي‬‫و‬‫أ‬َ ‫ن‬‫س‬ِ‫س‬َ ‫ق‬ ‫أ‬ْ‫ع‬ْ‫أ‬‫ر‬ ‫و‬‫أ‬ِ ‫و‬ ‫أ‬ُ‫أ‬‫و‬‫ا‬‫ق‬ِ‫أ‬ْ‫ع‬ِ "Ingatlah, ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: 'SesungguhnyaAku hendak menjadikanseorang khalifahdi mukabumi'. Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih, dengan memuji Engkau, dan mensucikan Engkau'. Rabb berfirman: 'Sesungguhnya, Aku mengetahui, apa yang tidak kamu ketahui'." – (QS.2:30) Allah menjadikan manusia sebagai makhluk tertinggi martabatnya melampaui dan melebihi makhluk-makhluk lainnya. Allah mempercayakan amanah kepada manusia daripada pada malaikat- malaikatnya. Amanah Allah yang dibebankan kepada manusia merupakan acuan dari fungsi kehidupan manusia. Pada garis besarnya amanah sekaligus fungsi kehidupan manusia dapat di klasifikasikan menjadi 3 bagian : 1. FUNGSI ABDULLAH (hamba Allah) Makna yang terkandung dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka). 2. FUNGSI KHALIFATULLAH (khalifah Allah) Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya. Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal saleh.
  • 11. 10 | M a k a l a h A g a m a I s l a m 3. FUNGSI KERAKHMATAN (mengemban sifat Allah dan Rasul-Nya) Manusia adalah penerus perjuangan Rasul, maka manusia harus mentransformasikan masi Rasul Rakhmatan lil ‘alamin dan menyempurnakan akhlak (makarimal akhlak) dalam kehidupan manusia. Adapun fungsi manusia dalam kaitan kerakhmatan diantaranya : - Mengemban sifat Rakhman dan Rakhim Allah (kasih sayang) dalam kehidupan manusia (kepada manusia, hewan dan tumbuhan). Pengembanan sifat ini akan mencapai puncak kemanusiaan “ma ‘rifatullah”. Sebagai contoh :  Menyelamatkan orang yang tersesat.  Tidak merokok di kendaraan umum.  Memeberi makan hewan.  Tidak menebang pohon sembarangan.  Memberi makan anak yatim piatu dan fakir miskin. 2.4HAKIKAT HIDUP DIDUNIA DAN AKHERAT 1. Hakekat Kehidupan Dunia. a. Kehidupan temporer (sesaat). Kehidupan dunia sekarang ini tidak ada yang langgeng dan tidak ada yang abadi semuanya mengalami proses perubahan, kematian, dan kehancuran, dari kecil menjadi besar, tua, dan kembali lagi menjadi kecil bahkan tidak ada lalu ada lagi. Inilah kehidupan yang kita sebut dengan alam fana’ (binasa). Sebab kehidupan dunia saat ini menentukan kehidupan akhir nanti. b. Tempat amal shaleh-jihad. Dunia adalah tempat bekerja, tempat ibadah dan tempat untuk mewujudkan tugas kemanusiaan yaitu kekhalifahan. Jadi dunia merupakan alat atau jembatan menuju akherat. ُ‫و‬‫س‬َ ‫أ‬‫و‬‫و‬‫أ‬ِ‫ع‬ِْ‫ل‬ ‫ن‬‫س‬‫ن‬‫أ‬‫ا‬ َ‫م‬‫ع‬ِ‫ق‬ً ‫و‬‫س‬َ ‫أ‬‫و‬َ‫س‬‫ا‬ُ‫ا‬‫ل‬ ‫ال‬‫ق‬ِ‫أ‬ٌِ ‫ال‬‫ق‬ْ‫س‬ِ‫أ‬ْ‫أ‬‫ا‬ ‫س‬‫س‬‫و‬‫أ‬َ‫س‬‫ا‬‫و‬َُ‫لا‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫ا‬‫أ‬َ‫ل‬‫أ‬‫أا‬ُ‫أ‬‫ا‬ ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ع‬‫ا‬‫و‬‫س‬‫أ‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫ا‬‫أ‬َ‫ل‬‫أ‬‫أا‬ُ‫أ‬‫ا‬ ‫وا‬‫س‬‫أ‬ ‫س‬‫عم‬‫أ‬َُ "Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan nasehat menasehati, supaya mentaati kebenaran, dan nasehat menasehati, supaya menetapi kesabaran." – (QS.103:3) c. Tanggung jawab individual dan kolektif. Setiap aktivitas yang dilakukan manusia di tengah masyarakat akan membawa dampak langsung terhadap diri sendiri dan masyarakat secara keseluruhan. ‫ال‬‫ق‬َُُ‫ل‬ ‫أ‬‫ا‬ َ‫أل‬ِ‫ع‬ُ‫س‬ِ ‫و‬ ُ‫و‬‫أ‬‫أ‬َ ‫س‬َ‫ق‬ُ ‫َوأ‬‫س‬‫ا‬ُ‫لا‬ ‫أ‬ْ‫أ‬َ‫ال‬‫ق‬ِ ‫ع‬ ‫ق‬‫ا‬‫ع‬ِ‫س‬ِ َ‫ل‬َُ‫ًأو‬ ‫ال‬‫ق‬ِ‫أ‬ْ‫ع‬ْ‫ل‬ ‫أ‬‫ا‬ ُ‫و‬‫أ‬‫ر‬ ‫أ‬ ُ‫له‬ َ‫س‬َ‫أ‬ٍ‫ق‬َ ‫س‬‫ل‬‫و‬‫أ‬َ‫س‬ِ‫ع‬‫لا‬
  • 12. 11 | M a k a l a h A g a m a I s l a m "Dan peliharalah dirimu dari siksaan, yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja, di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allahamat keras siksaan-Nya." – (QS.8:25) d. Semangat kebersamaan. Dalam kemanusiaan. Manusia tidak diperkenankan berfikir individualis, nafsi-nafsi, kapitalistik, dan liberalistik dan tidak memperhatikan oranglain. Di dunia inilah tempat kerja antar sesaman manusia membangun perdamaian dan kedamaian umat manusia. Allah berfirman : “Dan tolong-menolonglahkamudalam (mengerjakan)kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya, Allah amat berat siksa-Nya." – (QS.5:2). “..maka berlomba-lombalah kamu (dalam mambuat) kebaikan…”(QS. 2 : 148) 2. Hakekat Kehidupan Akherat Kehidupan akherat adalah kehidupan yang kekal abadi. "Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." – (QS.87:17) a. Akhir dari sejarah kehidupan alam semesta. Kehidupan akherat merupakan akhir dari cerita manusia dan kemanusiaan di dunia. "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: "Kami dahulutidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya,” (QS.74:42-45) b. Tidak lagi terdapat kewajiban, amal shaleh. Di akherat tidak ada kewajiban apapun bentuknya dan tidak amal shaleh. Kehidupan di akherat merupakan akibat dari kehidupan dunia, kalau di dunia jelek di akherat jelek, jika di dunia akheratnya baik pula. Allah berfirman : “Barang siapa di sini (dunia) buta (tidak berilmu), maka di akherat nanti buta pula dan lebih sesat lagi jalannya.” (QS.17:72) “Kerajaan pada hari itu hanya bagi Allah, Dia mengadili antara manusia (QS.22:56). Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya”. (QS.95:8)
  • 13. 12 | M a k a l a h A g a m a I s l a m “Bagi mereka yang berbuat baik di dunia mendapat kebaikan dan tentulah kebaikan di akherat lebih lagi” (QS.16:30) c. Pertanggung jawaban individu secara mutlak. Apapun yang manusia laksanakan di bumi sebagai pengemban amanah Allah akan dipertanggung jawabkan secara individu di hadapan Allah. Jadi tidak ada pertanggung jawaban secara kolektif. “Tiap-tiap kamu adalah pemimpin, dan tiap-tiap kamu bertanggung jawab atas pemimpinnya…”(HR. Bukhari Muslim) d. Kehidupan individualistik. Kehidupan akherat sangat berbeda dengan kehidupan dunia, sebab kehidupan akherat tidak ada kerjasama antar manusia, tidak ada tolong menolong semuanya ditanggung sendiri. Allah berfirman : ‫ال‬‫ق‬َُُ‫ل‬ ‫أ‬‫ا‬ ‫و‬َِ‫ع‬‫ا‬‫أ‬َ ‫و‬ ‫ت‬ ‫س‬‫ز‬‫ع‬‫م‬‫أ‬ُ ُ‫ا‬‫ع‬‫ن‬‫أ‬ِ ‫ع‬‫و‬‫أ‬ْ َ‫ا‬‫ع‬‫ن‬‫أ‬ِ ‫و‬َ ‫ع‬َ‫أ‬ٍ ‫و‬‫أ‬‫ا‬ ‫ق‬‫ي‬‫أ‬‫أ‬‫ع‬َ‫ق‬َ ‫و‬‫أ‬‫ن‬‫ع‬ِ‫س‬ِ ُ‫ل‬‫أ‬ْ‫و‬‫أ‬‫ن‬‫أ‬ٍ ‫أ‬‫وا‬ ‫ق‬‫ا‬‫ًأ‬‫نع‬‫ق‬َ ‫و‬‫أ‬‫ن‬‫ع‬ِ‫س‬ِ ُ‫ي‬‫ع‬َ‫أ‬ْ ‫و‬‫أ‬‫ا‬ ‫ع‬ ‫ق‬ْ ‫اوأ‬‫ق‬‫م‬‫أ‬َ‫ع‬ِ‫ق‬َ "Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan tebusan darinya, dan tidaklah mereka akan ditolong." – (QS.2:48) 3. KONSEP MANUSIA MENURUT FILSUF BARAT Beberapa filsuf memberikan pandangannya dalam memahami makhluk yang bernama manusia. Beberapa filsuf antara lain : 1. Aristoteles Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk yang berakal budi. Dengan akal budi itulah ia dapat berpikir dan mengambil tindakan. Manusia adalah makhluk yang rasional. Puncak perbuatan kesusilaan manusia terletak dalam “pikiran murni”. Kebahagiaan mnausia yang tertinggi adalah “berpikir murni”. Tetapi, puncak itu hanya dapat dicapai oleh para Dewa. Manusia hanya dapat mencoba mendekatinya dengan mengatur keinginannya. Manusia itu bukan serigala, melainkan ia adalah makluk yang berpikir ( animal rationale). Artinya, dengan pikirannya ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam tindakannya. Dengan pikirannya pula, ia bisa mengatasi naluri kebinatangannya dan bertindak lebih menusiawi. Berbekalkan akal budinya aksinya bukan hanya merupakan actus hominis dalam arti gerakan-gerakan yang hanya dikuasai oleh hukum-hukum biologis, melainkan
  • 14. 13 | M a k a l a h A g a m a I s l a m merupakan actus humanus dalam arti tindakannya sarat dengan pertimbangan-pertimbangan nilai. 2. Plato Dalam pemikirann Plato, seorang pribadi merupakan bagian dari dunia fisik dalam pengertian bahwa ia mempunyai tubuh yang melaluinya dia menerima impresi-impresi indrawi. Tetapi, pada waktu yang sama ia mempunyai budi rohani yang mampu mengetahui kebenaran-kebenaran abadi yang mengatasi dunia. Ia juga mempunyai daya mengarahkan, jiwa, yang digambarkan oleh Plato sebagai pengendara kereta, yang membimbing dan dibimbing oleh dua kuda, budi dan badan. Budi ingin menjelajahi kawasan surgawi dari ide-ide memahami mereka; badan ingin terlibat dalam masalah- masalah duniawi yang berkaitanm dengan indera. Jiwa manusia terperangkap antara dua kekuatan yang berlainan ini. Jiwa mencoba mengarahkan, tetapi terperangkap dalam penjara badan. Maka, menurut Plato, manusia tidak mempunyai kebebasan nyata bila hidup mereka dipusatkan pada tuntutan- tuntutan fisik. Namun, jiwa manusia dapat membebaskan diri dari belenggu ini dan mengarahkan hidup, baik di lingkungan fisik maupun kegiatan-kegiatan intelektual. Tetapi, ini terjadi hanya setelah eksistensi badani sehingga jiwa naik ke dunia abadi, Ide-Ide. Bagi Plato, jiwa dan badan merupakan dua hal berbeda. Jiwa itu immortal, abadi; dia mendiamni badan yang sementara. 3. Jean- Paul Sartre Eksistensi mendahului esensi adalah bahwa pertama- tama manusia itu eksis (ada, hadir), menjumpai dirinya, muncul (Inggris: surges up; Jawa: mentas) di dunia dan baru setelah itu mendefinisikan dirinya itu siapa. Jika manusia sebagai eksistensialis melihat bahwa dirinya itu belum ditentukan. Hal itu adalah karena pada permulaannya dia itu memang bukan apa- apa (nothing). Dia tidak akan menjadi apa-apa sampai tiba saatnya ketika ia menjadi apa yang ia tentukan sendiri. Oleh karenanya, tidak ada itu yang dinamakan kodrat manusia, sebab tidak ada Allah yang mempunyai konsepsi tentang dia (manusia).Inilah prinsip pertama dari eksistensialisme. Manusia tak lain tak bukan adalah dia yang menentukan dirinya sendiri mau menjadi apa. Apakah pandangan ini tidak terlalu subyektif? Lalu, di mana tempat orang lain dalam eksistensi si individu itu? Bagaimana dengan hal-hal tertentu yang tidak bisa kita tentukan sendiri misalnya: kita lahir di mana, dalam keluarga apa, dibesarkan dalam lingkungan berbahasa apa, dan macam-macam hal lainnya?. Mengenai subjektivitas ini, Sartre mengakuinya. Namun, bukan subjektivitas sebagaimana dimaksud oleh para pengkritiknya. Subjektivitas yang dimaksud Sartre dalam pengertiannya tentang eksistensi, bahwa manusia itu
  • 15. 14 | M a k a l a h A g a m a I s l a m mempunyai martabat yang lebih luhur daripada, katakanlah, batu atau meja. Subjektivitas yang dimaksud Sartre adalah bahwa manusia pertama-tama eksis. Bahwa manusia adalah manusia (man is), sesuatu yang mendesak, bergerak maju menuju masa depan dan bahwa ia menyadari apa yang ia lakukan itu. Jika memang benar bahwa eksistensi itu mendahului esensi, maka manusia itu bertanggungjawab atas mau menjadi apa dia (what he is). Inilah dampak paling pertama dari eksistensialisme, bahwa manusia dengan menyadari bahwa kontrol berada penuh di tangannya, ia memikul beban eksistensinya itu, yaitu tanggungjawab, di pundaknya. Namun hal ini tidak lantas berarti bahwa ia bertanggungjawab hanya atas individualitasnya sendiri. Melainkan, bahwa ia bertanggungjawab atas semua umat manusia. Kita tentu bertanya, bagaimana bisa demikian? Untuk menjawab ini, Sartre mengadakan dua distingsi atas subyektivisme. Pengertian yang pertama adalah kebebasan subjek individu. Pengertian kedua adalah bahwa manusia tidak bisa melampaui subjektivitas kemanusiaannya (human subjectivity). Pengertian kedua inilah yang pengertian yang lebih mendalam dari eksistensialisme. Pengertian yang kedua inilah yang memberikan gambaran kepada kita mengenai sifat dasar manusia yang kreatif, yang terus menerus mencipta dan menjadi apa yang dia inginkan. Mencipta ini berarti juga memilih dari sekian banyak kemungkinan-kemungkinan yang terbentang luas di hadapannya. Memilih antara ini atau itu pada saat yang bersamaan juga berarti mengafirmasi nilai dari apa yang dipilih. Dan, yang kita pilih itu tentu apa yang kita anggap lebih baik, dan yang lebih baik bagi kita tentu juga kita anggap baik untuk semua. Tanggung-jawab kita lantas terletak pada kualitas pilihan kita ini. Pilihan-pilihan yang kita buat itu menyangkut kemanusiaan sebagai suatu keseluruhan. Berangkat dari pengertian ini, kita siap memasuki dimensi kedua dari eksistensialisme yang mau dibuktikan Sartre dalam tulisannya yaitu tentang humanisme. Dalam pandangan Sartre, yang membedakan humanismenya dengan humanisme yang sudah digagas oleh banyak filsuf yang mendahuluinya terletak pada radikalitasnya. Nilai humanisme pada era sebelumnya oleh Sartre dianggap belum radikal karena masih mengandaikan adanya nilai-nilai yang ditentukan dari luar diri manusia itu sendiri, entah itu Tuhan, Realitas Tertinggi, ataupun norma-norma buatan manusia yang dilanggengkan. Individu tidak mendapatkan tempat untuk menciptakan sendiri nilai-nilai yang ia percayai dan yang ia libati (engagement). Baginya, tidak akan ada satu perubahan apapun jika kita masih menganggap bahwa Tuhan itu ada. Kita seharusnya menemukan kembali norma-norma seperti kejujuran, kemajuan, dan kemanusiaan. Untuk itu Allah harus dibuang jauh-jauh sebagai sebuah hipotesis yang sudah usang dan yang akan mati dengan sendirinya. Bagi Sartre,
  • 16. 15 | M a k a l a h A g a m a I s l a m mengutip Dostoevsky, “Jika Allah tidak eksis, maka segala sesuatu akan diizinkan”. Inilah titik berangkat dari eksistensialisme yang diacu Sartre. Manusia lantas tidak bisa lagi menggantungkan dirinya erat-erat pada kodrat manusia yang spesifik dan tertentu. Tidak ada determinisme. Manusia itu bebas, manusia adalah bebas. Tidak ada lagi excuse, manusia ditinggalkan sendirian. Manusia dikutuk, terhukum untuk menjadi bebas. Terkutuk, sebab ia tidak menciptakan dirinya sendiri namun sungguh-sungguh bebas. Dan, terhitung sejak ia terlempar ke dunia ini ia bertanggungjawab atas segala sesuatu yang ia lakukan. Action (tindakan), itulah kata kunci yang mau ditunjukkan Sartre kepada kita guna memberi makna pada kemanusiaan. Action dan bukan quietism. Dengan kata lain, “Man is nothing else but what he purposes, he exists only in so far as he realises himself. He is therefore nothing else but the sum of his actions, nothing else but what his life is”. Jadi, jelas di sini bahwa realisasi diri manusia lewat tindakan adalah yang sesungguhnya membuat dirinya menjadi manusia. Namun, tindakan ini jangan dimengerti sebagai tindakan tunggal pada saat tertentu saja. Tindakan di sini dimengerti sebagai totalitas dari rangkaian tindakan-tindakan yang sudah, sedang, dan akan dilakukannya sepanjang hidupnya. “A man is no other than a series of undertakings that he is the sum, the organisation, the set of relations that constitute these undertakings”. Lewat itulah muncul apa yang kita sebut komitmen. “I ought to commit myself and then act my commitmen”. Dan, komitmen itupun perlu dipahami sebagai komitmen total dan bukan komitmen kasus-per-kasus atau tindakan tertentu. Inilah yang membedakan Humanisme Sartre dengan humanisme sebelumnya. Konsepsi humanisme Sartre tidak hanya bermain di level abstrak-spekulatif, namun lebih pada etika tindakan dan self-commitment. Konsepsi humanisme Sartre yang kedua menyangkut martabat manusia itu sendiri, satu-satunya hal yang tidak membuat manusia menjadi sebuah objek. Dengan mengkritik materialisme yang mendasarkan segala realitas (termasuk manusia di dalamnya) pada materi, Sartre mau membangun kerajaan manusia (bukan Kerajaan Allah!) sebagai sebuah pola dari nilai-nilai yang berbeda dari dunia materi. Subyektivitas, sebagaimana sudah disinggung pada bagian satu di atas tidak bisa dipersempit artinya menjadi individual subjectivism. Sebabnya apa? Meminjam istilah yang digunakan Descartes, namun sekaligus mengoreksinya, dalam kesadaran cogito, aku berpikir, tidak hanya diri sendiri yang ditemukan namun juga orang lain. Manusia tidak bisa menjadi apapun kecuali, kalau orang lain mengakui (bukan menentukan) dirinya secara demikian. Penyingkapan jati diriku pada saat yang bersamaan berarti penyingkapan diri orang lain sebagai sebuah kebebasan yang berhadapan dengan kebebasanku. Berhadapan baik
  • 17. 16 | M a k a l a h A g a m a I s l a m dalam artian “bagi” atau “melawan.” Dengan begitu, kesadaran akan diriku dalam dunia ini sifatnya adalah inter-subjectivity. Berkenaan dengan itu, meskipun menyangkal adanya kodrat manusia, Sartre mengakui adanya “a human universality of condition”. Human universality ini bukan sesuatu yang sudah jadi (given), namun yang harus senantiasa dibuat oleh manusia yang melakukan tindakan pemilihan lagi, dan lagi selama hidupnya. Sartre sudah menekankan bahwa tidak ada Tuhan yang menciptakan nilai-nilai bagi manusia. Manusia sendirilah yang harus menemukan (invent dan bukan create) nilai-nilai bagi dirinya sendiri. Dan, penemuan nilai-nilai ini berarti bahwa tidak ada yang à priori dalam hidup. Hidup belumlah apa-apa jika belum dihayati. Dan, penghayatan ini, engkau sendirilah yang menetukannya. Dan nilai atau makna atas kehidupan ini tak lain tak bukan adalah sesuatu yang engkau pilih. Karenanya, menjadi jelas bahwa selalu ada kemungkinan untuk menciptakan sebuah komunitas manusia. Dengan itu, Sartre mau menegaskan bahwa yang ia maksud dengan humanisme di sini bukanlah humanisme dalam kerangka teori yang meninggikan manusia sebagai tujuan pada dirinya sendiri, dan sebagai nilai tertinggi (supreme value). Bagi Sartre, ini humanisme yang absurd sebab hanya anjing atau kuda yang paling mungkin berada dalam posisi untuk melontarkan penilaian umum atas apa manusia itu. Seorang eksistensialis tidak pernah menganggap manusia sebagai tujuan pada dirinya sendiri sebab manusia masih harus ditentukan. Humanity yang absurd semacam ini akan menggiring manusia pada pengkultusan, suatu sikap tertutup- pada-dirinya-sendiri sebagaimana sudah dirintis oleh Auguste Comte (comtian humanism), dan berpuncak pada Fasisme. Pengertian humanisme yang diikuti Sartre adalah pengertian bahwa manusia adalah makhluk yang mampu mengejar tujuan-tujuan transenden. Karena. manusia adalah makhluk yang mampu melampaui dirinya sendiri, self- surpassing, dan mampu meraih obyek-obyek hanya dalam hubungannya dengan ke-self-surpassing-annya, maka ialah yang menjadi jantung dan pusat dari transendensinya (bukan dalam pengertian bahwa Tuhan adalah Yang Transenden, namun dalam pengertian self-surpassing). Dan, relasi antara transendensi manusia dengan subjektivitas (dalam pengertian bahwa manusia tidak tertutup dalam dirinya sendiri, melainkan selalu hadir dalam semesta manusia). Itulah yang disebut Sartre dengan existential humanism. Ini disebut humanisme karena mengingatkan kita bahwa manusia adalah legislator bagi dirinya sendiri; betapapun ditinggalkan (abandoned) ia harus memutuskan bagi dirinya sendiri. Bukan dengan berbalik pada dirinya sendiri, namun dengan mencari, sembari melampaui dirinya, tujuan yang berupa kemerdekaan atau sejumlah
  • 18. 17 | M a k a l a h A g a m a I s l a m realisasi tertentu, manusia bisa sampai pada kesadaran bahwa dirinya adalah sungguh-sungguh manusia. Yang manusia butuhkan bukanlah bukti dari eksistensi Tuhan, namun penemuan dirinya kembali dan untuk memahami bahwa tidak ada satupun yang dapat menyelamatkan dirinya kecuali dirinya sendiri. Dalam terang pengertian inilah Sartre berani mengatakan bahwa eksistensialisme itu optimistis, bukan sebuah ajaran untuk menarik diri dari dunia ramai dan masuk ke pertapaan guna menemukan kedamaian jiwa, melainkan sebuah ajaran untuk bertindaksecara konkret dalam dunia nyata, dunia sehari-hari, dunia umat manusia. Sartre mendefinisikan manusia sebagai “nol yang me-nol- kan” pour soi yang bukan merupakan objek melainkan subjek, yang kodratnya bebas (Loren Bagus, 2000:266) 4. Rene Descartes Filsuf terkenal dari Perancis, mendefinisikan manusia sebagai ‘animal rationale,’ binatang yang dapat berpikir, atau ‘a thinking being,’ makhluk yang berpikir. Sementara itu, berpikir diartikan sebagai kegiatan refleksif yang melibatkan otak sebagai organ pengendali semua panca indera, organ yang secara auto-refleksif melakukan fungsi perencanaan, penelaahan, pengambilan keputusan, dan pengkoordinasian terhadap program-program kerja jasmani-rohani tubuh manusia. Salah satu program kerja yang paling penting adalah berpikir, melakukan penelaahan atas sesuatu topik yang biasanya muncul dari adanya rangsangan atau impulsi dari luar. Topik yang muncul tersebut bisa jadi memerlukan penelahaan yang terkait dengan sebab-akibat, dengan kemungkinan pelaksanaannya atau terjadinya, dengan segi baik-buruknya atau untung-ruginya, dan/atau berbagai segi lain.
  • 19. 18 | M a k a l a h A g a m a I s l a m 4. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP MANUSIA DALAM PANDANGAN BARAT DAN ISLAM Menurut pandangan islam, manusia adalah sejenis makhluk Allah yang teristimewa daripada makhluk lain. Ia bukan jelmaan atau hasil evolusi dari makhluk lain dan tidak akan berevolusi menjadi makhluk lain pula. Manusia juga diberikan sifat-sifat khusus yang membolehkannya menanggung amanah Allah yang tidak tertanggung oleh makhluk lain. Keistimewaan manusia tidak ditentukan oleh bahan baku dari mana ia diciptakan, melainkan dari adanya roh yang ditiupkan kepadanya dan kemampuan rohani yang diberikan Allah kepadanya. Kejadian manusia adalah sebaik dan seindah kejadian iaitu keindahan yang dikehendaki dalam kedua-dua unsurnya iaitu jasmani dan rohani. Walaupun manusia dicipta dari dua unsur yang berbeza dan bercanggah tetapi dengan kekuasaan Allah telah mencantumkan kedua-dua unsur tersebut dalam satu bentuk kejadian yang dinamakan manusia. Manakala menurut pandangan barat, manusia dikatakan berasal dari hewan. Ia lahir di penghujung proses evolusi pada alam binatang. Darwin menteorikan bahwa manusia dan beruk sama bermoyangkan kera-purba. Teori sains itu adalah jawapan akal manusia. Manusi a adalah makhluk yang terhad (terbatas), karena itu akalnya terbatas sekalipun begitu tinggi ilmu dan teknologi yang dihasilkannya di zaman moden ini. Karena terbatasnya akal, terbatas pulalah teori evolusi yang disusunnya. Namun sesungguhnya di dalam Al-Quran telah dinyatakan tentang proses kejadian manusia dan bukannya berasal dari hewan. Perbedaan mendasar pada keduanya terletak pada : Dalam Pandangan Islam  Bersifat teosentris (segala sesuatu berpusat kepada Tuhan)  Allah-lah yang menjadi tolak ukur segala sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Alla h untuk mengabdi kepada-Nya Dalam Pandangan Barat  Bersifat antroposentris (segala sesuatu berpusat kepada manusia)  Manusia lah yang menjadi tolak ukur segala sesuatu.
  • 20. 19 | M a k a l a h A g a m a I s l a m BAB 3 KESIMPULAN Manusia sebagai puncak ciptaan Allah. Manusia dilahirkan telah memiliki potensi suci (fitrah). Berbagai potensi manusia harus dikembangkan untuk mewujudkan fungsi kehidupannya. Manusia bukan hanya sebagai Abdullah melainkan juga sebagai kholiffatulah. Dengan potensi yang dimiliki manusia serta kesadaran tugas hidupnya, manusia akan mengerti hakekat kehidupan dunia dan akherat. Kita sebagai manusia harus menjadi individu yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena manusia tidak bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka dari itu kita harus saling menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya , selain itu dalam hidup manusia juga terdapat banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat manusia. Konsep manusia dalam pandangan filsafat Barat dan Islam memiliki perbedaan yang prinsipil. Barat melihat manusia dari sisi yang berbeda-beda setiap ilmuwan (parsial). Berbeda dengan pemahaman ilmuwan muslim bahwa manusia merupakan makhluk yang unik yang diciptakan sempurna dari mahluk-makluk lainnya. Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur ruh, nafs, qolbu dan hawa. Kendati secara harfiah keempatnya terpisah namun dalam hakekatnya mereka menyatu. Bahkan ruh disebut-sebut ikut berpengaruh terhadap eksistensi manusia dalam kehidupan ini. Perbedaan pemahaman Barat dan Islam tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi perbedaan dalam memahami konsep manusia dan kepribadiannya.
  • 21. 20 | M a k a l a h A g a m a I s l a m DAFTAR PUSTAKA Handbook Pendidikan Agama Islam (Perguruan Tinggi Umum) – Polinema https://islamagamauniversal.wordpress.com/db_cover/ http://sultonimubin.blogspot.co.id/2013/08/al-muddassir-ayat-41-50-dan- terjemah.html http://padenulis.blogspot.co.id/2016/04/memahami-konsep-manusia- dalam.html Fridayanti. 2006. “Tentang Manusia dalam Perspektif Ilmu Barat”. Dalam Sejarah Ilmu Pengetahuan, http://arc.itb.ac.id/~aris/PRIVAT/galileo. Musa Asy’ari, Filsafat Islam tentang Kebudayaan, Yogyakarta, 1999 Smith, Linda dan William Raeper. 2004. Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Muhammad Abdul Halim Sani, Filsafat Manusia; Siapakah Manusia? http://halimsani.wordpress.com/2007/09/06/