Persiapan belajar bahan pretest dan post test geriatri ib aditya nugraha 3 10-16
1. Persiapan Belajar Bahan Pretest Dan Post Test Geriatri
Retyped : dr Ida Bagus Aditya Nugraha
NIM : 1314048207
Pretest (dr Iin)
1. Jelaskan jenis jenis inkontinensia, dan patofisiologinya!
2. Jelaskan patofisiologi sindrom delirium serta penanganan delirium sindrom secara
komprehensif !
3. Jelaskan definisi dan penegakan diagnosis osteoporosis !
4. Jelaskan mengenai definisi serta jenis-jenis dementia!
5. ??
Jawaban
1. TIPE TIPE INKONTINENSIA
1.1 Inkontinensia Urine
NO TIPE
1 Akut
reversibel
ireversibel
2 Kronik
fungsional
urgensi
stress
overflow
campuran
neurogenik
3 Transient
4 Congenital
2. Tipe inkontinensiaurin:
1. Inkontinensia Urin Tipe Fungsional
Merupakan keluarnya sejumlah urin yang tidak pada waktunya dan tidak pada tempatnya akibat
disabilitas fisik atau gangguan eksternal yang menghalangi seseorang mencapai toilet.
Kemungkinanpasienmemiliki kelainansalurankencingbagianbawahseperti hiperaktifitasdetrusor.
1
Gambar Inkontinensia Urine Tipe Fungsional1
2. Inkontinensia Urin Tipe Urgensi
Adalahkeluarnyasejumlahbesarurinpada saat yang tidak diharapkan termasuk saat tidur, dimana
ada dorongankuat untukberkemihtanpaadanyaalasan,yangtidakdapatditahan.Pasienmengeluh
inginbuangair kecil secaratiba-tibayangtidakdapatditahan.Biladia menahannya, maka urin akan
keluardengansendirinya.Kelainanini seringakibatkontraksi yangtidakdapatdihindari karenaotot-
otot vesika urinaria sangat aktif berkontraksi disebut sebagai overactive bladder (hiperaktifitas
kontraksi detrusorinvolunter) selama fase pengisian penyimpanan. Pada Urge Inkontinensia, urin
yang keluar lebih banyak, sering buang air kecil pada malam hari dan pada waktu tidurpun urin
dapat keluar, karena otot-otot vesika berkontraksi tergantung dari jumlah urin di dalam vesika
urinaria. Overactive bladderadalahgejalaurgensi denganatautanpainkontinensiaurintipe urgensi
disertai keluhan:frekuensi (berkemihdelapankali atau lebih perhari), nokturia (berkemih dua kali
atau lebih pada malam hari).
Gejala yang paling mengganggu adalah keinginan yang sangat kuat untuk berkemih yang datang
secara mendadak dan sulit untuk ditahan.
3. Patofisiologi terjadinya hiperaktifitas otot detrusor idiopatik (idiopathic detrusor overactivity)
meliputi perubahanmekanisme sensorik aferen sehingga timbul aktivasi aferen yang melalui jalur
refleks akan menyebabkan pelepasan asetilkolin oleh saraf-saraf pasca ganglion dan non-neuron.
Obstruksi kandung kemih dapat menyebabkan hiperaktifitas otot detrusor oleh karena pada
obstruksi kandungkemihakanterjadi denervasi parsial yang menginduksi peningkatan sensitivitas
asetilkolin dan penurunan respon terhadap stimulasi saraf intramural, perubahan otot
detrusor,peningkatan ekspresi neural growth factor yang dapat menyebabkan hipertrofi neuron
aferen dan eferen. 6
Gambar Inkontinensia Tipe Urgensi6
3. Inkontinensia Urin Tipe Stress
Hilangnya atau keluamya urin yang sangat erat hubungannya dengan suatu peningkatan
tekanan intra abdominal. Pasien mengeluh sering keluar air kecil saat dia bersin, batuk, tertawa,
melompat atau gerakan-gerakan lainnya.
Perubahan fisik saat kehamilan, persalinan, dan menopause sering menyebabkan
Inkontinensia urin tipe stres. Tipe ini merupakan kejadian terbesar pada inkontinensia urin
pada wanita. Pada laki-laki jarang terjadi namun dapat terjadi pasca terapi radiasi pada
keganasan saluran kemih bawah atau pembedahan trans uretra. 3,7
4. Gambar Inkontinensia Urine Tipe Stress7
4. Inkontinensia Urin Tipe Overflow
Ditandai dengankeluarnyaurinkarenadesakanmekanikakibatkandungkemih yang sangat regang,
yang tidakterkontrol karenakandungkemihsangatpenuh urinkeluarmenetesterus menerus, dan
akan keluarlebihbanyakbilaadatekananintraabdominal seperti batuk,bersin,dantertawa.Hal ini
disebabkan karena kelemahan otot-otot vesika urinaria atau kerusakan syaraf karena penyakit
diabetes melitus, atau karena ada penekanan oleh tumor atau batu atau kelenjar prostat. Karena
adanya obstruksi mekanik pada bagian distal kandung kemih maka dapat menstimulasi kontraksi
otot detrusor involunter sehingga menimbulkan gejala urgensi, frekuensi, nokturia. Keadaan ini
sering terjadi pada laki-laki dan jarang terjadi pada wanita. 7,8
Gambar Inkontinensia Urin Tipe Overflow7,8
5. Inkontinensia Urin Tipe Mixed/ campuran7
Merupakan tipe stress dan urgensi bersama-sama, adalah keluarnya urin tanpa disengaja yang
disertai dengan urgensi dan juga pada saat batuk, bersin atau mengangkat benda berat. 7
6. Inkontinensia Urin Tipe Neurogenik
5. Berkaitandenganpenyakitneurologikmisalnyalesi lobusfrontal,stroke,demensia,lesi batangotak,
cederamedullaspinalis,sindromakaudaekuina,parkinson,disfungsi buli-buli padapenyakitmedulla
spinalis.5
Gambar Inkontinensia Urine Tipe Neurogenik
1.2 INKONTINENSIA ALVI
Suatu keadaan keluarnya feses secara individual dari rektum pada waktu yang tidak tepat.1
Tipe inkontinensia alvi
1. Tipe over flow
Pada konstipasi rektum akan terdistensi akan terjadi dislokasi sudut anorektal dan
mengakibatkan hilangnya tonus spincter anal sehingga terjadi inkontinensia alvi.
2. Tipe anorektal
Kerusakan nervus Pudendus eksternus dan kelemahan otot dasar pelvis / panggul
mengakibatkan penurunan perineum sehingga refleks anal hilang, tonus spincter dan sudut
anorektal hilang dan terjadi inkontinensia alvi.
3. Inkontinensia alvi neurogenik
Pada penderitadengangangguan serebral globalterjadi refleksgastrokolik, sehingga penderita
tidak mampu menekan proses defekasi
4. Inkontinensiaalvi simtomatik
Karenapenyakit kolorektal misalnya akibat diare. Pada Geriatri akibat adanya perubahan yang
berkaitan dengan proses kontrol pada fungsi sfingter terhadap fases yang cair dan gangguan
pada saluran anus bagian atas dalam membedakan flatus dan fases yang cair. 1,6
6. Mekanisme anatomiskontinensia lainnya adalah bentuk dari saluran anal (seperti celah dalam
arah anteroposterior pada setengah bagian atas dan berbentuk seperti huruf Y pada setengah bagian
bawah); kemungkinan mempunyai kerja sebagai katup “flutter”.
Perubahanyangberhubungandengan menuadalamstrukturanatomik masihsedikit diketahui.
Diafragmapelvismengalami kehilanganunitmotorik.Hal ini kemungkinansebagai akibat dari kerusakan
nervus pudendus yang terjadi pada wanita selama persalinan yang lama atau traumatik dan juga pada
pasienyangmempunyai kebiasaanmenahanfases.Walaupun kehilangan unit motorik yang meningkat
sesuai denganbertambahnyausia,tetapi keadaanini tidakterjadi secara umum, jadi bukan merupakan
dasar perubahan yang berhubungan dengan ketuaan (aging). Pada sejumlah orang, keadaan ini
menyebabkan penurunan perineum yang berhubungan dengan hilangnya sudut anorektal, hilangnya
tonus sfingter eksternal dan kemungkinan prolapsus rektal dan inkontinensia anorektal. 1,7
2. SINDROMA DELIRIUM
Sindrom delirium memiliki banyak nama, beberapa literature menggunakan istilah
seperti acute mental status change, altered mental status, reversible dementia, toxic /
metabolic encephalopathy, organic brain syndrome, dysergastic reaction dan acute
confutional state.
FAKTOR PREDISPOSISI DAN FAKTOR PENCETUS
Faktor predisposisi antara lain : usia sangat lanjut, gangguan faal kognitif ringan
(mild cognitive impairment = MCI) sampi demensia, gangguan ADL, gangguan sensorium
(penglihatan dan /atau pendengaran), usia lanjut yang rapuh (fragile), usia lanjut yang
sedang menggunakan obat yang mengganggu faal neurotransmitter otak (misalnya
ranitiddin, simetidin, siprofloksasin, psikotropika), polifarmasi dan komorbiditas.
Faktor pencentus yang sering dijumpai antara lain : pneumonia, infeksi saluran kemih
dan kondisi akut lain seperti hiponatremia, dehidrasi, hipoglikemia dan CVD, serta perubahan
lingkungan (perpindahan ruangan misalnya).
PATOFISIOLOGI
Defisiensi neurotransmitter asetilkolin sering dihubungkan dengan sindrom delirium.
Penyebabnya antara lain gangguan metabolisme oksidatif di otak yang dikaitkan dengan
7. hipoksia dan hipoglikemia. Faktor lain yang berperan antara lain meningkatnya sitokin otak
pada penyakit akut. Gangguan atau defisiensi asetilkolin atau neurotransmitter lain maupun
peningkatan sitoksin akan mengganggu transduksi sinyal neurotransmitter serta second
messenger system. Pada gilirannya, kondisi tadi akan memunculkan gejala-gejala serebal
dan aktivitas psikomotor yang terdapat pada sindrom delirium.
OSTEOPOROSIS
Gejala Klinis dan Diagnosis Osteoporosis
Osteoporosis memberikan gejala setelah terjadi fraktur. Gejala klinisnya meliputi : perubahan
bentuk tubuh dengan berbagai akibatnya, seperti: kiposis, yang disebabkan oleh fraktur kompresi
vertebra; memendek; membungkuk; penurunan kapasitas paru sebagai akibat penurunan volume
paru karena kiposis; dan refluks esofagitis akibat perubahan ruang abdomen ( Mazokopakis dan
Starakis, 2011).
Patofisiologi
Faktor yang memperantarai pembentukan osteoklast (yang berperan dalam regulasi
tulang) adalah ekspresi ligan resptor aktivator nuclear faktor kappa B (Reseptor Activator of
Nuclear Factor Kappa B (NFKB) ligand/ ligand RANK). Ligand RANK bekerja pada prekursor
haemopoetik untuk menginisiasi pembentukan osteoklast. Ligand RANK akan berikatan dengan
reseptor RANK (reseptor activator of NFKB) pada preosteoklast. Interaksi ini memicu formasi
osteoklast, aktivitas resorpsi dan memperpanjang lama hidup osteoklast. Interkasi antara ligand
RANK dan RANK dihambat oleh reseptor pengalih osteoprotegerin (decoy reseptor
osteoprotegerin), yang mengikat ligand RANK dan menghambat aktivitas osteoklast. (Raisz LG
dan Rodan GA, 2003)
Sel osteoblast berperan dalam memproduksi faktor penstimulasi koloni makrofag (Macrofag
colony-stimulating factor/ M-CSF), yang dapat memicu replikasi osteoklast. Faktor lain yang
mempengaruhi formasi osteoklast adalah adanya reaksi dengan Tumor Nekrosis Faktor Alfa
(TNF-), prostaglandin E2 (PGE2), dan Transformating Growth Factor Beta (TGF-).
Kompleks TGF- dapat memicu apoptosis osteoklast, tetapi jika osteoklast pada TGF- dapat
pula menghambat formasi osteoklast dengan menghambat ekspresi ligand RANK. Sel T juga
8. mempunyai peran dalam osteoklastogenesis karena sel T mempunyai ekspresi ligand RANK dan
memproduksi TNF yang memicu osteoklast.
Faktor sistemik yang mempunyai peranan dalam regulasi resorpsi tulang adalah Hormon
Paratiroid, 1,25-dehidroksi vitamin D, dan hormon tiroid dengan cara memicu ekspresi igand
RANK pada beberapa kasus menginhibisi OPG. Asupan kalsium yang rendah juga dapat
meningkatkan resiko resiko fraktur dengan meningkatkan sekresi PTH. Selain itu, estrogen juga
berperan dalam menghambat resorpsi tulang, meskipun belum jelas jalur mana yang berperan
seara relevan. Estrogen mengurangi jumlah osteoklast invivo. Estrogen dapat bereaksi melalui
sitokin seperti inter leukin-1 (IL1), interleukin-6 (IL6), dan TNF-, yang mana secara langsung
pada osteoblast meningkatkan produksi decoy reseptor osteoprotegerin, dan pada osteoklast
memicu apoptosis, mungkin melalui TGF- (Raisz LG dan Rodan GA, 2003).
Penegakan diagnosis Osteoporosis dengan Baku Emas Densitometri, dengan skor seperti
ditampilkan pada tabel 3.
Tabel 3. Pemeriksaan Densitometri Tulang, Resiko dan Pengobatannya (WHO,,2005 dan
Sairanen, 2006)
T-score Resiko Fraktur Tindakan
> +1 Sangat rendah Tidak ada terapi
Ulang pemeriksaan bila ada indikasi
+ 1 s/d 0 Rendah Tidak ada terapi
Ulangi pemeriksaan setelah 5 tahun
0 s/d -1 Rendah Tidak ada terapi
Ulangi pemeriksaan setelah 2 tahun
-1 sd -2.5 Sedang Tindakan pencegahan Osteoporosis
Ulangi pemeriksaan setelah 1 tahun
<-2.5 (tanpa
fraktur)
Tinggi Pengobatan Osteoporosis
Pencegahan dilanjutkan
Ulangi pemeriksaan setelah 1 tahun
9. <-2.5 (fraktur) Sangat tinggi Pengobatan Osteoporosis
Pencegahan dilanjutkan
Tindakan bedah atas indikasi
Ulangi pemeriksaan dalam 6 bulan -1 tahun
DEMENTIA
DEMENSIASINDROMA PENURUNAN PROGRESIF FUNGSI
INTELEKTUAL KEMUNDURAN FUNGSI KOGNISI DAN FUNGSIONAL
• DEMENSIA 4 PENYEBAB KEMATIAN TERBANYAK PADA LANSIA
• PREVALENSI MENINGKAT PADA LANSIA
• 5-10% PADA UMUR 65-74 DAN 40-50% PADA UMUR >85 TAHUN
• POPULASI LANSIA DI INDONESIA MENINGKAT TAJAM 414% (1990-2025)
• MENURUT UMUR:
• DEMENSIA SENILIS (>60 TAHUN)
• DEMENSIA PRASENILIS (<60 TAHUN)
• MENURUT PERJALAN PENYAKIT
• REVERSIBLE: DAPAT MEMBAIK
• IRREVERSIBEL
• MENURUT KERUSAKAN OTAK
• TIPE ALZHEIMER
• TIPE NON ALZHEIMER
• DEMENSIA VASCULAR
• DEMENSIA JISIM LEW (LEWY BODY DEMENTIA)
• DEMENSIA LOBUS FRONTO-TEMPORAL
• LAIN-LAIN: DEMENSIA TERKAIT HIV-AIDS, MORBUS PARKISON,
MORBUS HATINGTON, MORBUS PICK, MORBUS JAKOB
CREUTZFELDT, PRION DISEASE, PALSI SUPRANUKLEAR
PROGRESIF, MULTIPLE SCLEROSIS, NEUROSIFILIS
• TIPE CAMPURAN
• MENURUT SIFAT KLINIS
• DEMENSIA PROPRIUS
• PSEUDO-DEMENSIA
Tanda dan gejala :
PENURUNAN FUNGSI KOGNISI BERUPA:
PENURUNAN DAYA INGAT, ORIENTASI
ATENSI
PENURUNAN DAYA PIKIR: APHASIA, APRAXIA, AGNOSIA
GANGGUAN FUNGSI EKSEKUTIF
10. ORGANIZING PLANING, BERPIKIR ABSTRAK
PENURUNAN KEMAMPUAN
AKTIFITAS SEHARI-HARI
MANDI, MAKAN
MEMBERSIHKAN DIRI
BAB, BAK
PENURUNAN KEMAMPUAN
PEKERJAAN
SEKOLAH
BEKERJA
BERIBADAH
PENURUNAN FUNGSI SOSIAL
ARISAN
KERJA BAKTI
MENGHADIRI UNDANGAN
PENEGAKAN DX:
• MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE),
• CLOCK DRAW TEST (CDT),
• 3 RECALL ITEMS.
DIAGNOSIS DITEGAKAN DOKTER MENGGUNAKAN DSM IV
Post test (dr Raya)
1. Bagaimana penatalaksanaan falls (jatuh) pada lansia dari segi “intrinsic” dan
“ekstrinsic”?
2. Bagaimana peranan vitamin D pada usia tua dengan penyakit kardiovascular?
3. Bagaimana peranan Ca2+ pada penderita lansia dgn penyakit kardiovascular?
4. Bagaimana peranan Ca2+ dan PO4 3-
pada penderita lansia dgn penyakit
kardiovascular?bagaimana peranankardio rehabilitasi
5. bagaimana peranan kardio rehabilitasipada pasientua dengan Infark
MiokardAkut?