SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 20
i
MAKALAH
METODE NUMERIK :
โ€œSISTEM PERSAMAAN LINEARโ€
Disusun oleh:
Karnal B. P. Pakinde
&
Lusiana Talindu
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN TENTENA
TENTENA
2016
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan rahmat-Nya sehingga
makalah metode numerik tentang sistem persamaan linear dapat kami selesaikan dengan baik
sesuai batas waktu yang ditentukan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah metode numerik dengan dosen pengampuh bapak Ruben Sonda, M.Pd.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
telah ikut membantu dalam penulisan makalah ini. Terima kasih untuk bantuan materil
maupun moril yang telah diberikan semoga Tuhan yang akan membalas semuanya.
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami sangat
membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian. Harapan kami semoga makalah
ini dapat digunakan untuk membantu resensi tugas kuliah dan digunakan sebagai mana
mestinya.
Tentena, November 2016
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Persamaan Linear (SPL.......................................................................3
B. Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linier .............................................4
C. Contoh-Contoh Soal Sistem Persamaan Linier..............................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelesaian suatu sistem n persamaan dengan n bilangan tak diketahui banyak
dijumpai dalam permasalahan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti penyelesaian
numeris persamaan diferensial biasa dan diferensial parsial, analisis struktur, analisis
jaringan, dan sebagainya.
Di dalam penyelesaian sistem persamaan akan dicari nilai
๐‘ฅ1, ๐‘ฅ1, โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ, ๐‘ฅ ๐‘›, yang memenuhi sistem persamaan berikut :
๐‘“1(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ , ๐‘ฅ ๐‘›,) = 0
๐‘“2(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ, ๐‘ฅ ๐‘›, ) = 0
.
.
.
๐‘“3(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ, ๐‘ฅ ๐‘›, ) = 0
Sistem persamaan linier di atas dapat linier atau tidak linier. Penyelesaian sistem
persamaan tak linier adalah sulit. Untungnya, sebagian besar permasalahan yang ada
merupakan persamaan linier. Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai sistem
persamaan linier, yang mempunyai bentuk umum berikut ini.
๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž1๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘1
๐‘Ž21 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž22 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ. +๐‘Ž2๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘2
.
.
.
๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž ๐‘›2 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž ๐‘›๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘ ๐‘›
Dengan ๐‘Ž adalah koefisien konstan, b adalah konstan, n adalah jumlah persamaan
dan ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ1, โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ, ๐‘ฅ ๐‘›, adalah bilangan tak diketahui.
2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud sistem persamaan linier ?
2. Bagaimana metode penyelesaian sistem persamaan linier ?
3. Bagaimana contoh-contoh soal sistem persamaan linier ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Untuk menjelaskan sistem persamaan linier.
2. Untuk mengetahui metode penyelesaian sistem persamaan linier.
3. Untuk memahami contoh-contoh soal sistem persamaan linier.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Persamaan Linear (SPL)
1. Definisi SPL
Sistem persamaan linier merupakan salah satu model dan masalah matematika
yang banyak dijumpai dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk matematika, statistika,
fisika, biologi, ilmu-ilmu sosial, teknik dan bisnis. Sistem-sistem persamaan linier
muncul secara langsung dari masalah-masalah nyata dan merupakan bagian dari
proses penyelesaian masalah-masalah lain misalnya penyelesaian sistem persamaan
nonlinier simultan.
2. Bentuk Umum SPL
Bentuk umum suatu sistem persamaan linear yang sering kita jumpai pada
umumnya seperti :
a. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
๐‘Ž๐‘ฅ + ๐‘๐‘ฆ = ๐‘ atau ๐‘Ž1 ๐‘ฅ + ๐‘1 ๐‘ฆ = ๐‘1
๐‘๐‘ฅ + ๐‘ž๐‘ฆ = ๐‘Ÿ ๐‘Ž2 ๐‘ฅ + ๐‘2 ๐‘ฆ = ๐‘2
b. Sistem Persamaan Linear Tiga Varibel (SPLTV)
๐‘Ž๐‘ฅ + ๐‘๐‘ฆ + ๐‘๐‘ง = ๐‘‘ ๐‘Ž1 ๐‘ฅ + ๐‘1 ๐‘ฆ + ๐‘1 ๐‘ง = ๐‘‘1
๐‘’๐‘ฅ + ๐‘“๐‘ฆ + ๐‘”๐‘ง = โ„Ž atau ๐‘Ž2 ๐‘ฅ + ๐‘2 ๐‘ฆ + ๐‘2 ๐‘ง = ๐‘‘2
๐‘–๐‘ฅ + ๐‘—๐‘ฆ + ๐‘˜๐‘ง = ๐‘™ ๐‘Ž3 ๐‘ฅ + ๐‘3 ๐‘ฆ + ๐‘3 ๐‘ง = ๐‘‘3
Akan tetapi bentuk umum yang akan dibahas dalam bab ini adalah bentuk suatu
sistem persamaan linier yang terdiri atas sejumlah berhingga persamaan linier dalam
sejumlah berhingga variabel. Bentuk yang dimaksud adalah :
4
๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž1๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘1
๐‘Ž21 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž22 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž2๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘2
.
.
.
๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž ๐‘›2 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž ๐‘›๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘ ๐‘›
B. Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linear (SPL)
Menyelesaikan suatu sistem persamaan linier adalah mencari nilai-nilai variabel-
variabel tersebut yang memenuhi semua persamaan linier yang diberikan..
Pada dasarnya terdapat dua kelompok metode yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan suatu sistem persamaan linier. Metode pertama dikenal sebagai metode
langsung, yakni metode yang mencari penyelesaian suatu sistem persamaan linier dalam
langkah berhingga. Metode-metode ini dijamin berhasil dan disarankan untuk pemakaian
secara umum. Kelompok kedua dikenal sebagai metode tak langsung atau metode
iteratif, yang bermula dari suatu hampiran penyelesaian awal dan kemudian berusaha
memperbaiki hampiran dalam tak berhingga namunlangkah konvergen. Metode-metode
iteratif digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan linier berukuran besar dan
proporsi koefisien nolnya besar, seperti sistem-sistem yang banyak dijumpai dalam
sIstem persamaan diferensial. Berikut diuraikan beberapa cara yang dapat kita lakukan
untuk menyelesaikan sistem persamaan linier
a. Notasi Matriks
Sebuah sistem persamaan linear dapat kita selesaikan dengan mengubahnya
terlebih dahulu ke dalam bentuk matriks. Matriks adalah suatu larikan bilangan-
bilangan yang berbentuk empat persegi panjang.
Matriks tersebut mempunyai bentuk :
๐ด = [
๐‘Ž11
๐‘Ž21
โ‹ฎ
๐‘Ž ๐‘š1
๐‘Ž12
๐‘Ž22
โ‹ฎ
๐‘Ž ๐‘š2
๐‘Ž13
๐‘Ž23
โ‹ฎ
๐‘Ž ๐‘š3
โ€ฆ
โ€ฆ
1
โ€ฆ
๐‘Ž1๐‘›
๐‘Ž2๐‘›
โ‹ฎ
๐‘Ž ๐‘š๐‘›
]
Di dalam bentuk di atas, A adalah notasi matriks sedang ๐‘Ž๐‘–๐‘— adalah elemen
matriks. Deretan horizontal elemen-elemen disebut baris dan deretan vertikal disebut
5
kolom. Subskrip pertama i menunjukan nomor baris dimana elemen berada. Subskrip
kedua j menunjukan kolom. Misalkan elemen ๐‘Ž23 adalah elemen yang terletak pada
baris ke 2 dan kolom ke 3.
Matriks di atas mempunyai m baris dan n kolom, dan disebut mempunyai
dimensi m x n. Matriks dengan dimensi baris m = 1, seperti:
๐ต = [๐‘1, ๐‘2, โ€ฆ ๐‘ ๐‘›]
disebut vektor baris. Untuk menyederhanakan penulisan, subskrip pertama dari tiap
elemen dihilangkan. Matriks dengan dimensi kolom n = 1, seperti :
๐ถ = [
๐‘1
๐‘2
โ‹ฎ
๐‘ ๐‘š
]
Disebut vektor kolom. Untuk menyederhanakan penulisan. Subskrip kedua
dihilangkan. Matriks dimana m = n disebut matriks bujur sangkar. Misalnya matriks 4
x 4 adalah :
๐ด = [
๐‘Ž11
๐‘Ž21
๐‘Ž31
๐‘Ž41
๐‘Ž12
๐‘Ž22
๐‘Ž32
๐‘Ž42
๐‘Ž13
๐‘Ž23
๐‘Ž33
๐‘Ž43
๐‘Ž14
๐‘Ž24
๐‘Ž34
๐‘Ž44
]
Diagonal yang terdiri dari elemen ๐‘Ž11 , ๐‘Ž22, ๐‘Ž33 dan ๐‘Ž44 adalah diagonal utama
matriks.
a. Beberapa tipe matriks bujur sangkar
Matriks bujur sangkar banyak digunakan dalam penyelesaian sistem persamaan
linier. Di dalam sistem tersebut, jumlah persamaan (baris) dan jumlah bilangan tak
diketahui (kolom) harus sama untuk mendapatkan penyelesaian tunggal.
Ada beberapa contoh matriks bujur sangkar, antara lain;
1. Matriks simetri
2. Matriks diagonal
3. Matriks identitas
4. Matriks segitiga atas
5. Matriks segitiga bawah
6. Matriks pita
6
b. Operasi matriks
Matriks dengan bentuk tertentu dapat dioperasikan dengan 3 cara yaitu
penjumlahan, pengurangan dan perkalian.
1. Kesamaan dua matriks
Dua matriks A dan B dikatakan sama apabila elemen-elemen matriks A
sama dengan elemen-elemen matriks B dan ukuran keduanya adalah sama, ๐‘Ž๐‘–๐‘— =
๐‘๐‘–๐‘— untuk semua i dan j.
2. Penjumlahan dan pengurangan matriks
Apabila ๐ด = [๐‘Ž๐‘–๐‘—] dan ๐ต = [๐‘๐ผ๐ฝ] adalah dua matriks m x n, penjumlahan atau
pengurangan dari kedua matriks tersebut A ยฑ B, adalah sama dengan matriks ๐ถ =
[๐‘๐ผ๐ฝ] dengan dimensi m x n, dimana tiap elemen matriks C adalah jumlah atau
selisih dari elemen-elemen yang berkaitan dari A dan B.
๐ถ = ๐ด ยฑ ๐ต = [๐‘Ž๐‘–๐‘— ยฑ ๐‘๐‘–๐‘— ] = [๐‘๐‘–๐‘—]
3. Perkalian matriks
Perkalian matriks A dengan skalar g diperoleh dengan mengalikan semua
elemen dari A dengan skalar g. Jika gA = C, maka ๐‘๐‘–๐‘— = ๐‘”๐‘Ž๐‘–๐‘—
4. Matriks transpose (๐ด ๐‘‡
)
Matriks transpose adalah matriks yang terbentuk dengan mengganti baris
menjadi kolom dan kolom menjadi baris.
5. Matriks inversi
Di dalam matriks operasi pembagian matriks tidak didefinisikan. Akan
tetapi operasi matriks yang mrip dengan pembagian adalah matriks inversi.
Apabila A adalah matriks, maka matriks inversinya adalah ๐ดโˆ’1
, sedemikian
sehingga :
๐ด๐ดโˆ’1
= ๐ดโˆ’1
๐ด = ๐ผ
6. Peningkatan matriks
Matriks dapat ditingkatkan dengan menambahkan kolom atau kolom-kolom pada
matriks asli.
7
c. Sistem persamaan dalam bentuk matriks
Sistem persamaan linier dapat ditulis dalam bentuk matriks. Misalnya sistem
persamaan berbentuk :
๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž1๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘1
๐‘Ž21 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž22 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž2๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘2
.
. (1.1)
.
๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž ๐‘›2 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ. +๐‘Ž ๐‘›๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘ ๐‘›
Dapat ditulis dalam bentuk
[
๐‘Ž11
๐‘Ž21
โ‹ฎ
๐‘Ž ๐‘›1
๐‘Ž12
๐‘Ž22
โ‹ฎ
๐‘Ž ๐‘›2
โ€ฆ
โ€ฆโ€ฆ
โ€ฆ
๐‘Ž1๐‘›
๐‘Ž2๐‘›
โ‹ฎ
๐‘Ž ๐‘›๐‘›
] [
๐‘ฅ1
๐‘ฅ2
โ‹ฎ
๐‘ฅ ๐‘›
] = [
๐‘1
๐‘2
โ‹ฎ
๐‘ ๐‘›
] atau A X = B
Dengan :
A : matriks koefisien n x n
X : kolom vektor n x 1 dari bilangan tak diketahui
B : kolom vektor n x 1dari konstanta
Di dalam penyelesaian sistem persamaan , di cari vektor kolom x berdasarkan
Persamaan (1.1). Salah satu cara untuk menyelesaiakannya adalah mengalikan
kedua ruas persamaan dengan matriks inversi.
๐ดโˆ’1
๐ด๐‘‹ = ๐ดโˆ’1
๐ต
Karena : ๐ดโˆ’1
๐ด = ๐ผ, maka ๐‘‹ = ๐ดโˆ’1
๐ต
Dengan demikian nilai X dapat dihitung.
Di dalam penyelesaian sistem persamaan linier juga sering digunakan matriks
yang di tingkatkan . misalkan matriks (3 x 3) akan ditingkatkan dengan matriks C
(3 x 1) sehingga berbentuk matriks (3 x 4) menjadi :
[
๐‘Ž11
๐‘Ž21
๐‘Ž31
๐‘Ž12
๐‘Ž22
๐‘Ž32
๐‘Ž13 โ‹ฎ
๐‘Ž23
๐‘Ž33
โ‹ฎ
โ‹ฎ
๐‘1
๐‘2
๐‘3
]
8
Sebagian besar permasalahan yang dijumpai dapat digolongkan dalam dua
kategori yaitu suatu sistem persamaan dengan n kecil tetapi sedikit elemen nol,
dan suatu sistem dengan matriks order tinggi (n besar) tetapi banyak mengandung
elemen nol.
b. Metode Eliminasi Gauss
Metode eliminasi Gauss digunakan untuk menyelesaikan sebuah system
persamaan linier dengan mengubah SPL tesebut ke dalam bentuk system persamaan
linier berbentuk segitiga atas, yakni yang semua koefisien di bawah diagonal
utamanya bernilai nol. Bentuk segitiga atas ini dapat diselesaikan dengan
menggunakan substitusi (penyulihan) balik. Untuk mendapatkan bentuk SPL segitiga
dari SPL yang diketahui, metode eliminasi Gauss menggunakan sejumlah roperasi
Baris Elementer (OBE) :
1. Menukar posisi dua buah persamaan (dua baris matriks augmented).
2. Menambah sebuah persamaan (baris matriks augmented) dengan suatu kelipatan
persamaan lain (baris lain).
3. Mengalikan sebuah persamaan (baris matriks augmented) dengan sebarang
konstanta taknol.
Pemakaian operasi-operasi baris elementer di atas pada sebuah SPL tidak akan
mengubah penyelesaikan SPL yang bersangkutan. Jelas bahwa penyelesaian sebuah
SPL tidak tergantung pada susunan penulisan persamaan, sehingga operasi baris
nomor 1 dapat dipakai. Dalam setiap persamaan, kedua ruas menyatakan nilai yang
sama, sehingga operasi baris nomor 2 dapat digunakan. Demikian pula, operasi baris
nomor 3 menghasilkan persamaan yang ekivalen.
[
๐‘Ž11
๐‘Ž21
๐‘Ž31
๐‘Ž12
๐‘Ž22
๐‘Ž32
๐‘Ž13 โ‹ฎ
๐‘Ž23
๐‘Ž33
โ‹ฎ
โ‹ฎ
๐‘1
๐‘2
๐‘3
] โŸน [
๐‘Ž11
0
0
๐‘Ž12
๐‘Ž22
0
๐‘Ž13 โ‹ฎ
๐‘Ž23
๐‘Ž33
โ‹ฎ
โ‹ฎ
๐‘1
๐‘โ€ฒ2
๐‘โ€ฒโ€ฒ3
]
๐‘ฅ3 =
๐‘โ€ฒโ€ฒ
3
๐‘Žโ€ฒโ€ฒ
33
๐‘ฅ2 =
(๐‘โ€ฒ
2โˆ’๐‘Žโ€ฒ
23 ๐‘ฅ3
๐‘Žโ€ฒ22
๐‘ฅ1 =
(๐‘1โˆ’๐‘Ž12 ๐‘ฅ2โˆ’๐‘Ž13 ๐‘ฅ3)
๐‘Ž11
Gambar 2.1 Gambaran prosedur hitungan metode eliminasi Gauss.
9
c. Metode Gauss-Jordan
Metode gauss jordan mirip dengan metode eliminasi Gauss. Dalam metode Gauss-
Jordan Bilangan tak diketahui di eliminasi dari semua persamaan, yang dalam metode
Gauss bilangan tersebut di eliminasi dari persamaan berikutnya. Dengan demikian
langkah-langkah eliminasi menghasilkan matriks identitas, seperti ditunjukan dalam
gambar 3.2.
[
๐‘Ž11
๐‘Ž21
๐‘Ž31
๐‘Ž12
๐‘Ž22
๐‘Ž32
๐‘Ž13 โ‹ฎ
๐‘Ž23
๐‘Ž33
โ‹ฎ
โ‹ฎ
๐‘1
๐‘2
๐‘3
] โŸน [
1
0
0
0
1
0
0 โ‹ฎ
0 โ‹ฎ
1 โ‹ฎ
๐‘1
โˆ—
๐‘2
โˆ—
๐‘3
โˆ—
] โŸน [
๐‘ฅ1
0
0
๐‘œ
๐‘ฅ2
0
0
0
1
=
=
=
๐‘1
โˆ—
๐‘2
โˆ—
๐‘3
โˆ—
]
Gambar 3.2 prosedur hitungan metode Gauss-Jordan.
d. Matriks Tridiagonal (Metode Sapuan Ganda)
Dalam penyelesaian sistem persamaan yang berbentuk matriks tridiagonal,
metode penyelesaian langsung sering disebut metode sapuan ganda atau metode
Choleski. Metode ini pemakaiannya mudah dan matriks tridiagonal banyak dijumpai
dalam banyak permasalahan, terutama dalam penyelesaian persamaan diferensial orde
dua.
Jika A matriks nyata, simetris dan definit positif, maka kita dapat menemukan
suatu matriks segitiga bawah L sedemikian hingga ๐ด = ๐ฟ ๐ฟ๐‘‡
. Cara ini dikenal sebagai
faktorisasi Choleski.matriks L dihitung dengan menyelesaikan persamaan-persamaan
โˆ‘ ๐‘™ ๐‘Ÿ๐‘—
2
+ ๐‘™ ๐‘Ÿ๐‘Ÿ
2
= ๐‘Ž ๐‘Ÿ๐‘Ÿ
๐‘Ÿโˆ’1
๐‘—=1
= โˆ‘ ๐‘™ ๐‘Ÿ๐‘—
2
๐‘™ ๐‘–๐‘—
2
+ ๐‘™ ๐‘Ÿ๐‘– ๐‘™๐‘–๐‘– = ๐‘Ž ๐‘Ÿ๐‘–
๐‘–โˆ’1
๐‘—=1
Untuk r = 1, 2, 3, ... , n dan untuk setiap r, i = 1, 2, ..., r โ€“ 1.
e. Matriks Inversi
Apabila matriks A adalah bujur sangkar, maka terdapat matriks lain yaitu ๐ดโˆ’1
,
yang disebut matriks inversi dari A, sedemikian hingga :
๐ด๐ดโˆ’1
= ๐ดโˆ’1
๐ด = ๐ผ
Dengan I adalah matriks identitas.
Matriks inversi dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem yang berbentuk :
10
AX = C (5.1)
atau
X = ๐ดโˆ’1
C (5.2)
Persamaan di atas menunjukan bahwa x dapat di hitung dengan mengalikan
matriks inversi dari koefisien matriks A dengan ruas kanan dari sistem persamaan (5.1),
yaitu C.
Metode Gauss-Jordan dapat di gunakan untuk mencari matriks inversi. Untuk itu
koefisien matriks ditingkatkan dengan matriks identitas. Metode gauss-jordan
digunakan untuk mereduksi koefisien matriks menjadi matriks identitas. Setelah selesai,
sisi kanan dari matriks yang ditingkatkan merupakan matriks inversi. Gambar (5.1)
adalah gambaran prosedur hitungan matriks inversi.
[
๐‘Ž11
๐‘Ž21
๐‘Ž31
๐‘Ž12
๐‘Ž22
๐‘Ž32
๐‘Ž13 โ‹ฎ
๐‘Ž23
๐‘Ž33
โ‹ฎ
โ‹ฎ
1 0 0
0 1 0
0 0 1
] โŸน [
1 0 0
0 1 0
0 0 1
โ‹ฎ ๐‘Ž11
โˆ’1
๐‘Ž12
โˆ’1
๐‘Ž13
โˆ’1
โ‹ฎ ๐‘Ž21
โˆ’1
๐‘Ž22
โˆ’1
๐‘Ž23
โˆ’1
โ‹ฎ ๐‘Ž31
โˆ’1
๐‘Ž32
โˆ’1
๐‘Ž33
โˆ’1
]
๐ด ๐ผ ๐ผ ๐ดโˆ’1
Gambar 5.1 prosedur hitungan matriks inversi
f. Metode Iterasi
Metode iterasi lebih baik di banding dengan metode langsung, misalnya untuk matriks
yang tersebar yaitu matriks dengan banyak elemen nol. Metode ini juga dapat
digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan tidak linier. Metode iterasi terbagi
menjadi dua, yaitu metode Jacobi dan Gauss-Seidel.
1. Metode Jacobi
Misalkan terdapat sistem 3 persamaan dengan 3 bilangan tak diketahui :
๐‘Ž11 ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 + ๐‘Ž13 ๐‘ฅ3 = ๐‘1
๐‘Ž21 ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž22 ๐‘ฅ2 + ๐‘Ž23 ๐‘ฅ3 = ๐‘2 (6.1)
๐‘Ž31 ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž32 ๐‘ฅ2 + ๐‘Ž33 ๐‘ฅ3 = ๐‘3
Persamaan pertama dari sistem di atas dapat digunakan untuk menghitung ๐‘ฅ1 dan
๐‘ฅ3. Demikian juga persamaan kedua dan ketiga untuk menghitung ๐‘ฅ2 dan ๐‘ฅ3,
sehingga didapat :
11
๐‘ฅ1 =
(๐‘1โˆ’๐‘Ž12 ๐‘ฅ โˆ’๐‘Ž13 ๐‘ฅ3)
๐‘Ž11
๐‘ฅ2 =
(๐‘2โˆ’๐‘Ž21 ๐‘ฅ1โˆ’๐‘Ž23 ๐‘ฅ3)
๐‘Ž22
๐‘ฅ3 =
(๐‘3โˆ’๐‘Ž31 ๐‘ฅ1โˆ’๐‘Ž32 ๐‘ฅ3)
๐‘Ž33
(6.2)
Hitungan dimulai dengan nilai perkiraan awal sebarang untuk variabel yang
dicari nilai perkiraan awal tersebut di subtitusikan kedalam ruas kanan dari sistem
persamaan (6.2). Selanjutnya nilai variabel yang didapat tersebut disubtitusikan ke
ruas kanan dari sistem (6.2) lagi untuk mendapatkan nilai perkiraan kedua. Prosedur
tersebut diulangi lagi sampai nilai setiap variabel pada iterasi ke n mendekati nilai
pada iterasi ke n-1. Apabila superskrip n menunjukan jumlah iterasi, maka
persamaan (6.2) dapat ditulis menjadi :
๐‘ฅ1
๐‘›
=
(๐‘1 โˆ’ ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2
๐‘›โˆ’1
โˆ’ ๐‘Ž13 ๐‘ฅ3
๐‘›โˆ’1
)
๐‘Ž11
๐‘ฅ2
๐‘›
=
(๐‘2 โˆ’ ๐‘Ž21 ๐‘ฅ1
๐‘›โˆ’1
โˆ’ ๐‘Ž23 ๐‘ฅ3
๐‘›โˆ’1
)
๐‘Ž22
๐‘ฅ3
๐‘›
=
(๐‘3 โˆ’ ๐‘Ž31 ๐‘ฅ1
๐‘›โˆ’1
โˆ’ ๐‘Ž32 ๐‘ฅ2
๐‘›โˆ’1
)
๐‘Ž33
Iterasi hitungan berakhir setelah :
๐‘ฅ1
๐‘›โˆ’1
โ‰ˆ ๐‘ฅ1
๐‘›
, ๐‘ฅ2
๐‘›โˆ’1
โ‰ˆ ๐‘ฅ2,
๐‘›
dan ๐‘ฅ3
๐‘›โˆ’1
โ‰ˆ ๐‘ฅ3
๐‘›
atau telah dipenuhi kriteria berikut :
๐œ€a = |
๐‘ฅ ๐‘–
๐‘›
โˆ’ ๐‘ฅ ๐‘–
๐‘›โˆ’1
๐‘ฅ ๐‘–
๐‘› | 100% < ๐œ€ ๐‘ 
dengan ๐œ€๐‘  adalah batasan ketelitian yang dikehendaki.
2. Metode Gauss-Seidel
Di dalam metode Jacobi nilai ๐‘ฅ1 yang dihitung dari persamaan pertama tidak
digunakan untuk menghitung nilai ๐‘ฅ2 dengan persamaan kedua. Demikian juga
nilai ๐‘ฅ2 tidak digunakan untuk mencari ๐‘ฅ3 , sehingga nilai-nilai tersebut tidak
dimanfaatkan. Sebenarnya nilai-nilai baru tersebut labih baik dari nilai-nilai yang
lama. Di dalam metode Gauss Seidel nilai-nilai tersebut dimanfaatkan untuk
menghitung variabel berikutnya.
12
C. Contoh - Contoh Soal Sistem Persamaan Linear
Contoh 1
Perhatikan SPL
๐‘ฅ1 + 3๐‘ฅ2 = 5
3๐‘ฅ1 + 9๐‘ฅ2 = 7
Penyelesaian
Jika persamaan kedua dikurangi tiga kali persamaan pertama maka kita dapatkan 0 = 7 ๏€ญ
15. Ini artinya SPL tersebut tidak mempunyai penyelesaian. Apabila kita plot kedua garis
yang menyajikan kedua persamaan linier di atas kita dapatkan dua buah kurva linier yang
tidak berpotongan.
Contoh 2
Selesaikan sistem persamaan berikut dengan metode Gauss Jordan :
3x + y โ€“ z = 5 (1.a)
4x + 7y โ€“ 3z = 20 (1.b)
2x ๏€ญ 2y + 5z = 10 (1.c)
Penyelesaian
Sistem persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks berikut :
[
3 1 โˆ’1
4 7 3
2 โˆ’2 5
] [
๐‘ฅ1
๐‘ฅ2
๐‘ฅ3
] = [
5
20
10
]
Baris pertama dalam persamaan (2) dibagi dengan elemen pertama dari
persamaan pertama, yaitu 3, sehingga persamaan menjadi
[
1 0,3333 โˆ’0,3333
4 7 โˆ’3
2 โˆ’2 5
][
๐‘ฅ
๐‘ฆ
๐‘ง
] = [
1,6666
20
10
]
Persamaan pertama dikalikan elemen pertama dari persamaan kedua, yaitu 4, dan
kemudian dikurangkan terhadap persamaan kedua. Dengan cara yang sama untuk
persamaan ketiga, sehingga didapat :
[
1 0,3333 โˆ’0,3333
0 5,6668 โˆ’1,6668
0 โˆ’2,6666 5,6666
][
๐‘ฅ
๐‘ฆ
๐‘ง
] = [
1,6666
13,3336
6,6668
]
13
Baris kedua dari persamaan di atas dibagi dengan elemen pertama tidak nol dari
baris kedua, yaitu 5,6668, sehingga sistem persamaan menjadi :
[
1 0,3333 โˆ’0,3333
0 1 โˆ’0,2941
0 โˆ’2,6666 5,6666
][
๐‘ฅ
๐‘ฆ
๐‘ง
] = [
1,6666
2,3529
6,6668
]
Persamaan kedua dikalikan dengan elemen kedua dari persamaan pertama
(0,3333) dan kemudian dikurangkan terhadap persamaan pertama. Kemudian dengan
cara yang sama untuk persamaan ketiga, sehingga didapat :
[
1 0 โˆ’0,2353
0 1 โˆ’0,2941
0 0 4,8824
] [
๐‘ฅ
๐‘ฆ
๐‘ง
] = [
0,8824
2,3529
12,9410
]
Persamaan ketiga dibagi dengan elemen pertama tidak nol dari baris ketiga yaitu
4,8824 sehingga persamaan menjadi :
[
1 0 โˆ’0,2353
0 1 โˆ’0,2941
0 0 1
][
๐‘ฅ
๐‘ฆ
๐‘ง
] = [
0,8824
2,3529
2,6505
]
Persamaan ketiga dikalikan elemen ketiga dari persamaan pertama dan kemudian
dikurangkan terhadap persamaan pertama. Kemudian dengan cara yang sama untuk
persamaan kedua, sehingga didapat :
[
1 0 0
0 1 0
0 0 1
] [
๐‘ฅ
๐‘ฆ
๐‘ง
] = [
1,5061
3,1324
2,6505
]
Dari sistem persamaan di atas, didapat nilai x, y dan z berikut ini :
x = 1,5061
y = 3,1324
z = 2,6505
Contoh 3
Selesaikan sistem persamaan berikut dengan metode iterasi Jacobi dan Gauss-Seidel.
3x + y โ€“ z = 5
4x + 7y ๏€ญ 3z = 20 (1)
2x ๏€ญ 2y + 5z = 10
Penyelesaian
a. Iterasi Jacobi
๐‘ฅ =
5 โˆ’ ๐‘ฆ + ๐‘ง
3
14
๐‘ฆ =
20 โˆ’ 4๐‘ฅ + 3๐‘ง
7
๐‘ง =
10 โˆ’ 2๐‘ฅ + 2๐‘ง
7
Langkah pertama dicoba nilai x = y = z = 0 dan dihitung nilai xโ€™, yโ€™, dan zโ€™.
๐‘ฅโ€ฒ
=
5 โˆ’ 0 + 0
3
= 1,66667
๐‘ฆโ€ฒ
=
20 โˆ’ 0 + 0
7
= 2,85714
๐‘งโ€ฒ
=
10 โˆ’ 0 + 0
5
= 2
Nilai xโ€™, yโ€™, dan zโ€™ yang diperoleh tidak sama dengan nilai pemisalan. Iterasi dilanjutkan
dengan memasukan nilai xโ€™, yโ€™ dan zโ€™ ke dalam persamaan (2) untuk menghitung xโ€™โ€™, yโ€™โ€™
dan zโ€™โ€™ dan kesalahan yang terjadi.
๐‘ฅโ€ฒโ€ฒ
=
5 โˆ’ 2,857714+ 2
3
= 1,38095
๐œ€ ๐‘ฅ =
1,38095 โˆ’ 1,66667
1,38095
100% = 20,69%
๐‘ฆโ€ฒโ€ฒ
=
20 โˆ’ 4(1,66667)+ 3(2)
7
= 2,76190
๐œ€ ๐‘ฆ =
2,76190โˆ’ 2,85714
2,76190
100% = 3,45%
๐‘งโ€ฒโ€ฒ
=
10 โˆ’ 2(1,66667) + 2(2)
5
= 2,13333
๐œ€ ๐‘ง =
2,13333 โˆ’ 2
2,13333
100% = 6,25%
b. Iterasi Gauss-Seidel
Langkah pertama dicoba nilai y = z = 0 dan dan dihitung xโ€™ dengan menggunakan
persamaan
๐‘ฅ1
1
=
(๐‘1 โˆ’ ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2
0
โˆ’ ๐‘Ž13 ๐‘ฅ3
0
)
๐‘Ž11
Menjadi :
15
๐‘ฅโ€ฒ
=
5 โˆ’ 0 + 0
3
= 1,6667
Persamaan ๐‘ฅ2
1
=
(๐‘2โˆ’๐‘Ž21 ๐‘ฅ1
1
โˆ’๐‘Ž23 ๐‘ฅ3
0
)
๐‘Ž22
digunakan untuk menghitung nilai yโ€™ :
๐‘ฆโ€ฒ
=
20 โˆ’ 4(1,66667)+ 3(0)
7
= 1,90476
Nilai zโ€™ dihitung dari persamaan ๐‘ฅ3
1
=
(๐‘3โˆ’๐‘Ž31 ๐‘ฅ1
1
โˆ’๐‘Ž32 ๐‘ฅ2
0
)
๐‘Ž33
:
๐‘งโ€ฒ
=
10 โˆ’ 2(1,66667)+ 2(1,90467)
5
= 2,09524
Nilai xโ€™, yโ€™, dan zโ€™ yang diperoleh tidak sama dengan nilai pemisalan. Iterasi
dilanjutkan dengan prosedur di atas untuk menghitung xโ€™โ€™, yโ€™โ€™, dan zโ€™โ€™ dan kesalahan
yang terjadi.
๐‘ฅโ€ฒโ€ฒ
=
5 โˆ’ 1,90476+ 2,09524
3
= 1,73016
๐œ€ ๐‘ฅ =
1,73016 โˆ’ 1,66667
1,73016
100% = 3,67%
๐‘ฆโ€ฒโ€ฒ
=
20 โˆ’ 4(1,73016)+ 3(2,09524)
7
= 2,76644
๐œ€ ๐‘ฆ =
2,76644 โˆ’ 1, 90476
2,76644
100% = 31,15%
๐‘งโ€ฒโ€ฒ
=
10 โˆ’ 2(1,73016) + 2(2,76644)
5
= 2,41451
๐œ€ ๐‘ง =
2,41451โˆ’ 2,09524
2,41451
100% = 13,22%
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem persamaan linier merupakan salah satu model dan masalah matematika
yang banyak dijumpai dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk matematika, statistika,
fisika, biologi, ilmu-ilmu sosial, teknik dan bisnis sistem-sistem persamaan linier muncul
secara langsung dari masalah-masalah nyata. Masalah โ€“masalah tersebut dapat di ubah
dalam bentuk persamaan :
๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž1๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘1
๐‘Ž21 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž22 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž2๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘2
.
.
.
๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž ๐‘›2 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž ๐‘›๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘ ๐‘›
Persamaan di atas dapat dicari penyelesaiannya dengan menggunakan matriks,
metode eliminasi Gauss, metode Gauss-Jordan, matriks tridiagonal, matriks inversi
maupun metode iterasi. Masing-masing metode memiliki keunikan tersendiri. Dari
beberapa metode yang ada metode penyelesaian yang paling mudah dan sederhana
digunakan adalah metode iterasi.
B. Saran
Sistem persamaan linier merupakan model matematika yang berkaitan erat dalam
kehidupan kita setiap hari. Oleh dan sebab itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari
secara mendalam cara memecahkan suatu model persamaan linier. Sangat disarankan
kepada para pembaca untuk menambah resensi materi tentang sistem persamaan linear
dari sumber-sumber lain seperti buku diktat atau modul SPL atau internet.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://aning.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/27626/numerik.doc
http://yuliana.lecturer.pens.ac.id/Metode%20Numerik/Teori/MetNum4-SPL.ppt
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131930136/KomputasiNumerikBab2.pdf

Weitere รคhnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifAyuk Wulandari
ย 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
ย 
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)Nerossi Jonathan
ย 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Maya Umami
ย 
Metode Numerik Trapesium
Metode Numerik TrapesiumMetode Numerik Trapesium
Metode Numerik TrapesiumWahyu Priyanti
ย 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksRochimatulLaili
ย 
03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuanRudi Wicaksana
ย 
Relasi Rekurensi
Relasi RekurensiRelasi Rekurensi
Relasi RekurensiHeni Widayani
ย 
Deret Taylor dan McLaurin
Deret Taylor dan McLaurinDeret Taylor dan McLaurin
Deret Taylor dan McLaurinFerdhika Yudira
ย 
Bab 2 perhitungan galat
Bab 2  perhitungan galatBab 2  perhitungan galat
Bab 2 perhitungan galatKelinci Coklat
ย 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan DimensiRizky Wulansari
ย 
Interpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newtonInterpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newtonYuni Dwi Utami
ย 
Vektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierVektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierSartiniNuha
ย 
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
ย 
Integral Lipat Tiga
Integral Lipat TigaIntegral Lipat Tiga
Integral Lipat TigaKelinci Coklat
ย 
Aplikasi integral
Aplikasi integralAplikasi integral
Aplikasi integralDw Alonlyman
ย 
Modul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensiModul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensiAchmad Sukmawijaya
ย 
Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
ย 
Metode simpleks dua fase
Metode simpleks dua faseMetode simpleks dua fase
Metode simpleks dua fasespecy1234
ย 
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksiMatriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksiElemantking Daeva
ย 

Was ist angesagt? (20)

Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
ย 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
ย 
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
ย 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
ย 
Metode Numerik Trapesium
Metode Numerik TrapesiumMetode Numerik Trapesium
Metode Numerik Trapesium
ย 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
ย 
03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan
ย 
Relasi Rekurensi
Relasi RekurensiRelasi Rekurensi
Relasi Rekurensi
ย 
Deret Taylor dan McLaurin
Deret Taylor dan McLaurinDeret Taylor dan McLaurin
Deret Taylor dan McLaurin
ย 
Bab 2 perhitungan galat
Bab 2  perhitungan galatBab 2  perhitungan galat
Bab 2 perhitungan galat
ย 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensi
ย 
Interpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newtonInterpolasi lagrange dan newton
Interpolasi lagrange dan newton
ย 
Vektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierVektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar Linier
ย 
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
ย 
Integral Lipat Tiga
Integral Lipat TigaIntegral Lipat Tiga
Integral Lipat Tiga
ย 
Aplikasi integral
Aplikasi integralAplikasi integral
Aplikasi integral
ย 
Modul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensiModul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensi
ย 
Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
ย 
Metode simpleks dua fase
Metode simpleks dua faseMetode simpleks dua fase
Metode simpleks dua fase
ย 
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksiMatriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
Matriks eselon baris dan eselon baris tereduksi
ย 

Andere mochten auch

11X1 T16 07 approximations (2011)
11X1 T16 07 approximations (2011)11X1 T16 07 approximations (2011)
11X1 T16 07 approximations (2011)Nigel Simmons
ย 
Satuan acara perkuliahan Metode Numerik Pendidikan matematika UMT
Satuan acara perkuliahan Metode Numerik Pendidikan matematika UMTSatuan acara perkuliahan Metode Numerik Pendidikan matematika UMT
Satuan acara perkuliahan Metode Numerik Pendidikan matematika UMTrukmono budi utomo
ย 
Bahan kuliah 1 metoda numerik
Bahan kuliah 1   metoda numerikBahan kuliah 1   metoda numerik
Bahan kuliah 1 metoda numerikSriyono Nozbee
ย 
Tugas Metode Numerik Newton 6 a1 Prodi pendidikan matematika UMT
Tugas Metode Numerik Newton 6 a1 Prodi pendidikan matematika UMTTugas Metode Numerik Newton 6 a1 Prodi pendidikan matematika UMT
Tugas Metode Numerik Newton 6 a1 Prodi pendidikan matematika UMTrukmono budi utomo
ย 
Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaIbad Ahmad
ย 
Multimedia1
Multimedia1Multimedia1
Multimedia1UIA
ย 
4. akar persamaan tak linier
4. akar persamaan tak linier4. akar persamaan tak linier
4. akar persamaan tak linierAfista Galih Pradana
ย 

Andere mochten auch (7)

11X1 T16 07 approximations (2011)
11X1 T16 07 approximations (2011)11X1 T16 07 approximations (2011)
11X1 T16 07 approximations (2011)
ย 
Satuan acara perkuliahan Metode Numerik Pendidikan matematika UMT
Satuan acara perkuliahan Metode Numerik Pendidikan matematika UMTSatuan acara perkuliahan Metode Numerik Pendidikan matematika UMT
Satuan acara perkuliahan Metode Numerik Pendidikan matematika UMT
ย 
Bahan kuliah 1 metoda numerik
Bahan kuliah 1   metoda numerikBahan kuliah 1   metoda numerik
Bahan kuliah 1 metoda numerik
ย 
Tugas Metode Numerik Newton 6 a1 Prodi pendidikan matematika UMT
Tugas Metode Numerik Newton 6 a1 Prodi pendidikan matematika UMTTugas Metode Numerik Newton 6 a1 Prodi pendidikan matematika UMT
Tugas Metode Numerik Newton 6 a1 Prodi pendidikan matematika UMT
ย 
Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unila
ย 
Multimedia1
Multimedia1Multimedia1
Multimedia1
ย 
4. akar persamaan tak linier
4. akar persamaan tak linier4. akar persamaan tak linier
4. akar persamaan tak linier
ย 

ร„hnlich wie Makalah Metode Numerik : Sistem Persamaan Linear

Matriks X
Matriks XMatriks X
Matriks XKet Ket
ย 
Matriks
MatriksMatriks
MatriksKet Ket
ย 
Aljabar matriks-its
Aljabar matriks-itsAljabar matriks-its
Aljabar matriks-itsMasnia Siti
ย 
Modul aljabar matriks
Modul aljabar matriksModul aljabar matriks
Modul aljabar matriksSafran Nasoha
ย 
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdekaBAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdekachairilhidayat
ย 
Persamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.pdf
Persamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.pdfPersamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.pdf
Persamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.pdfZukรฉt Printing
ย 
Persamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.docx
Persamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.docxPersamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.docx
Persamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.docxZukรฉt Printing
ย 
Makalah_Kombinatorik_Kel_1_Relasi_Berulang.docx
Makalah_Kombinatorik_Kel_1_Relasi_Berulang.docxMakalah_Kombinatorik_Kel_1_Relasi_Berulang.docx
Makalah_Kombinatorik_Kel_1_Relasi_Berulang.docxSantiKartini
ย 
Tugas kalkulus ii
Tugas kalkulus iiTugas kalkulus ii
Tugas kalkulus iiMuzz Lhieya
ย 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinanJulianto Samudra
ย 
Sistem persamaan linear (spl)
Sistem persamaan linear (spl)Sistem persamaan linear (spl)
Sistem persamaan linear (spl)Dnr Creatives
ย 
RPP SMA Matematika Peminatan Kelas XII
RPP SMA Matematika Peminatan Kelas XIIRPP SMA Matematika Peminatan Kelas XII
RPP SMA Matematika Peminatan Kelas XIIDiva Pendidikan
ย 
Persamaan dan pertidaksamaan linear
Persamaan dan pertidaksamaan linearPersamaan dan pertidaksamaan linear
Persamaan dan pertidaksamaan linearahmad alghifary
ย 
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERMella Imelda
ย 
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptxBAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptxsoegihbgt
ย 

ร„hnlich wie Makalah Metode Numerik : Sistem Persamaan Linear (20)

Matriks X
Matriks XMatriks X
Matriks X
ย 
Matriks
MatriksMatriks
Matriks
ย 
Aljabar matriks-its
Aljabar matriks-itsAljabar matriks-its
Aljabar matriks-its
ย 
Modul aljabar matriks
Modul aljabar matriksModul aljabar matriks
Modul aljabar matriks
ย 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
ย 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
ย 
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdekaBAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
ย 
Persamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.pdf
Persamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.pdfPersamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.pdf
Persamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.pdf
ย 
Persamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.docx
Persamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.docxPersamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.docx
Persamaan Linier, Pertidaksamaan Linier, dan Grafik Fungsi Linier.docx
ย 
Bab5KELAS 8.ppt
Bab5KELAS 8.pptBab5KELAS 8.ppt
Bab5KELAS 8.ppt
ย 
Makalah_Kombinatorik_Kel_1_Relasi_Berulang.docx
Makalah_Kombinatorik_Kel_1_Relasi_Berulang.docxMakalah_Kombinatorik_Kel_1_Relasi_Berulang.docx
Makalah_Kombinatorik_Kel_1_Relasi_Berulang.docx
ย 
Tugas kalkulus ii
Tugas kalkulus iiTugas kalkulus ii
Tugas kalkulus ii
ย 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
ย 
Sistem persamaan linear (spl)
Sistem persamaan linear (spl)Sistem persamaan linear (spl)
Sistem persamaan linear (spl)
ย 
RPP SMA Matematika Peminatan Kelas XII
RPP SMA Matematika Peminatan Kelas XIIRPP SMA Matematika Peminatan Kelas XII
RPP SMA Matematika Peminatan Kelas XII
ย 
Persamaan dan pertidaksamaan linear
Persamaan dan pertidaksamaan linearPersamaan dan pertidaksamaan linear
Persamaan dan pertidaksamaan linear
ย 
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ย 
MODUL 6.ppt
MODUL 6.pptMODUL 6.ppt
MODUL 6.ppt
ย 
Anum
AnumAnum
Anum
ย 
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptxBAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
ย 

Kรผrzlich hochgeladen

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
ย 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
ย 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
ย 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
ย 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
ย 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
ย 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
ย 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
ย 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
ย 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
ย 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
ย 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
ย 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
ย 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
ย 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
ย 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
ย 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
ย 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
ย 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
ย 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
ย 

Kรผrzlich hochgeladen (20)

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
ย 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
ย 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
ย 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
ย 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
ย 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
ย 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
ย 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
ย 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
ย 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ย 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
ย 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
ย 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
ย 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
ย 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
ย 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
ย 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
ย 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
ย 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
ย 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
ย 

Makalah Metode Numerik : Sistem Persamaan Linear

  • 1. i MAKALAH METODE NUMERIK : โ€œSISTEM PERSAMAAN LINEARโ€ Disusun oleh: Karnal B. P. Pakinde & Lusiana Talindu PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN TENTENA TENTENA 2016
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan rahmat-Nya sehingga makalah metode numerik tentang sistem persamaan linear dapat kami selesaikan dengan baik sesuai batas waktu yang ditentukan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah metode numerik dengan dosen pengampuh bapak Ruben Sonda, M.Pd. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam penulisan makalah ini. Terima kasih untuk bantuan materil maupun moril yang telah diberikan semoga Tuhan yang akan membalas semuanya. Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian. Harapan kami semoga makalah ini dapat digunakan untuk membantu resensi tugas kuliah dan digunakan sebagai mana mestinya. Tentena, November 2016 Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................................................1 B. Rumusan Masalah............................................................................................2 C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Sistem Persamaan Linear (SPL.......................................................................3 B. Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linier .............................................4 C. Contoh-Contoh Soal Sistem Persamaan Linier..............................................12 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.........................................................................................................16 B. Saran...................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelesaian suatu sistem n persamaan dengan n bilangan tak diketahui banyak dijumpai dalam permasalahan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti penyelesaian numeris persamaan diferensial biasa dan diferensial parsial, analisis struktur, analisis jaringan, dan sebagainya. Di dalam penyelesaian sistem persamaan akan dicari nilai ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ1, โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ, ๐‘ฅ ๐‘›, yang memenuhi sistem persamaan berikut : ๐‘“1(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ , ๐‘ฅ ๐‘›,) = 0 ๐‘“2(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ, ๐‘ฅ ๐‘›, ) = 0 . . . ๐‘“3(๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ, ๐‘ฅ ๐‘›, ) = 0 Sistem persamaan linier di atas dapat linier atau tidak linier. Penyelesaian sistem persamaan tak linier adalah sulit. Untungnya, sebagian besar permasalahan yang ada merupakan persamaan linier. Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai sistem persamaan linier, yang mempunyai bentuk umum berikut ini. ๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž1๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘1 ๐‘Ž21 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž22 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ. +๐‘Ž2๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘2 . . . ๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž ๐‘›2 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž ๐‘›๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘ ๐‘› Dengan ๐‘Ž adalah koefisien konstan, b adalah konstan, n adalah jumlah persamaan dan ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ1, โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ, ๐‘ฅ ๐‘›, adalah bilangan tak diketahui.
  • 5. 2 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud sistem persamaan linier ? 2. Bagaimana metode penyelesaian sistem persamaan linier ? 3. Bagaimana contoh-contoh soal sistem persamaan linier ? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dari pembuatan makalah ini, yaitu : 1. Untuk menjelaskan sistem persamaan linier. 2. Untuk mengetahui metode penyelesaian sistem persamaan linier. 3. Untuk memahami contoh-contoh soal sistem persamaan linier.
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Sistem Persamaan Linear (SPL) 1. Definisi SPL Sistem persamaan linier merupakan salah satu model dan masalah matematika yang banyak dijumpai dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk matematika, statistika, fisika, biologi, ilmu-ilmu sosial, teknik dan bisnis. Sistem-sistem persamaan linier muncul secara langsung dari masalah-masalah nyata dan merupakan bagian dari proses penyelesaian masalah-masalah lain misalnya penyelesaian sistem persamaan nonlinier simultan. 2. Bentuk Umum SPL Bentuk umum suatu sistem persamaan linear yang sering kita jumpai pada umumnya seperti : a. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) ๐‘Ž๐‘ฅ + ๐‘๐‘ฆ = ๐‘ atau ๐‘Ž1 ๐‘ฅ + ๐‘1 ๐‘ฆ = ๐‘1 ๐‘๐‘ฅ + ๐‘ž๐‘ฆ = ๐‘Ÿ ๐‘Ž2 ๐‘ฅ + ๐‘2 ๐‘ฆ = ๐‘2 b. Sistem Persamaan Linear Tiga Varibel (SPLTV) ๐‘Ž๐‘ฅ + ๐‘๐‘ฆ + ๐‘๐‘ง = ๐‘‘ ๐‘Ž1 ๐‘ฅ + ๐‘1 ๐‘ฆ + ๐‘1 ๐‘ง = ๐‘‘1 ๐‘’๐‘ฅ + ๐‘“๐‘ฆ + ๐‘”๐‘ง = โ„Ž atau ๐‘Ž2 ๐‘ฅ + ๐‘2 ๐‘ฆ + ๐‘2 ๐‘ง = ๐‘‘2 ๐‘–๐‘ฅ + ๐‘—๐‘ฆ + ๐‘˜๐‘ง = ๐‘™ ๐‘Ž3 ๐‘ฅ + ๐‘3 ๐‘ฆ + ๐‘3 ๐‘ง = ๐‘‘3 Akan tetapi bentuk umum yang akan dibahas dalam bab ini adalah bentuk suatu sistem persamaan linier yang terdiri atas sejumlah berhingga persamaan linier dalam sejumlah berhingga variabel. Bentuk yang dimaksud adalah :
  • 7. 4 ๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž1๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘1 ๐‘Ž21 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž22 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž2๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘2 . . . ๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž ๐‘›2 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž ๐‘›๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘ ๐‘› B. Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linear (SPL) Menyelesaikan suatu sistem persamaan linier adalah mencari nilai-nilai variabel- variabel tersebut yang memenuhi semua persamaan linier yang diberikan.. Pada dasarnya terdapat dua kelompok metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan linier. Metode pertama dikenal sebagai metode langsung, yakni metode yang mencari penyelesaian suatu sistem persamaan linier dalam langkah berhingga. Metode-metode ini dijamin berhasil dan disarankan untuk pemakaian secara umum. Kelompok kedua dikenal sebagai metode tak langsung atau metode iteratif, yang bermula dari suatu hampiran penyelesaian awal dan kemudian berusaha memperbaiki hampiran dalam tak berhingga namunlangkah konvergen. Metode-metode iteratif digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan linier berukuran besar dan proporsi koefisien nolnya besar, seperti sistem-sistem yang banyak dijumpai dalam sIstem persamaan diferensial. Berikut diuraikan beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menyelesaikan sistem persamaan linier a. Notasi Matriks Sebuah sistem persamaan linear dapat kita selesaikan dengan mengubahnya terlebih dahulu ke dalam bentuk matriks. Matriks adalah suatu larikan bilangan- bilangan yang berbentuk empat persegi panjang. Matriks tersebut mempunyai bentuk : ๐ด = [ ๐‘Ž11 ๐‘Ž21 โ‹ฎ ๐‘Ž ๐‘š1 ๐‘Ž12 ๐‘Ž22 โ‹ฎ ๐‘Ž ๐‘š2 ๐‘Ž13 ๐‘Ž23 โ‹ฎ ๐‘Ž ๐‘š3 โ€ฆ โ€ฆ 1 โ€ฆ ๐‘Ž1๐‘› ๐‘Ž2๐‘› โ‹ฎ ๐‘Ž ๐‘š๐‘› ] Di dalam bentuk di atas, A adalah notasi matriks sedang ๐‘Ž๐‘–๐‘— adalah elemen matriks. Deretan horizontal elemen-elemen disebut baris dan deretan vertikal disebut
  • 8. 5 kolom. Subskrip pertama i menunjukan nomor baris dimana elemen berada. Subskrip kedua j menunjukan kolom. Misalkan elemen ๐‘Ž23 adalah elemen yang terletak pada baris ke 2 dan kolom ke 3. Matriks di atas mempunyai m baris dan n kolom, dan disebut mempunyai dimensi m x n. Matriks dengan dimensi baris m = 1, seperti: ๐ต = [๐‘1, ๐‘2, โ€ฆ ๐‘ ๐‘›] disebut vektor baris. Untuk menyederhanakan penulisan, subskrip pertama dari tiap elemen dihilangkan. Matriks dengan dimensi kolom n = 1, seperti : ๐ถ = [ ๐‘1 ๐‘2 โ‹ฎ ๐‘ ๐‘š ] Disebut vektor kolom. Untuk menyederhanakan penulisan. Subskrip kedua dihilangkan. Matriks dimana m = n disebut matriks bujur sangkar. Misalnya matriks 4 x 4 adalah : ๐ด = [ ๐‘Ž11 ๐‘Ž21 ๐‘Ž31 ๐‘Ž41 ๐‘Ž12 ๐‘Ž22 ๐‘Ž32 ๐‘Ž42 ๐‘Ž13 ๐‘Ž23 ๐‘Ž33 ๐‘Ž43 ๐‘Ž14 ๐‘Ž24 ๐‘Ž34 ๐‘Ž44 ] Diagonal yang terdiri dari elemen ๐‘Ž11 , ๐‘Ž22, ๐‘Ž33 dan ๐‘Ž44 adalah diagonal utama matriks. a. Beberapa tipe matriks bujur sangkar Matriks bujur sangkar banyak digunakan dalam penyelesaian sistem persamaan linier. Di dalam sistem tersebut, jumlah persamaan (baris) dan jumlah bilangan tak diketahui (kolom) harus sama untuk mendapatkan penyelesaian tunggal. Ada beberapa contoh matriks bujur sangkar, antara lain; 1. Matriks simetri 2. Matriks diagonal 3. Matriks identitas 4. Matriks segitiga atas 5. Matriks segitiga bawah 6. Matriks pita
  • 9. 6 b. Operasi matriks Matriks dengan bentuk tertentu dapat dioperasikan dengan 3 cara yaitu penjumlahan, pengurangan dan perkalian. 1. Kesamaan dua matriks Dua matriks A dan B dikatakan sama apabila elemen-elemen matriks A sama dengan elemen-elemen matriks B dan ukuran keduanya adalah sama, ๐‘Ž๐‘–๐‘— = ๐‘๐‘–๐‘— untuk semua i dan j. 2. Penjumlahan dan pengurangan matriks Apabila ๐ด = [๐‘Ž๐‘–๐‘—] dan ๐ต = [๐‘๐ผ๐ฝ] adalah dua matriks m x n, penjumlahan atau pengurangan dari kedua matriks tersebut A ยฑ B, adalah sama dengan matriks ๐ถ = [๐‘๐ผ๐ฝ] dengan dimensi m x n, dimana tiap elemen matriks C adalah jumlah atau selisih dari elemen-elemen yang berkaitan dari A dan B. ๐ถ = ๐ด ยฑ ๐ต = [๐‘Ž๐‘–๐‘— ยฑ ๐‘๐‘–๐‘— ] = [๐‘๐‘–๐‘—] 3. Perkalian matriks Perkalian matriks A dengan skalar g diperoleh dengan mengalikan semua elemen dari A dengan skalar g. Jika gA = C, maka ๐‘๐‘–๐‘— = ๐‘”๐‘Ž๐‘–๐‘— 4. Matriks transpose (๐ด ๐‘‡ ) Matriks transpose adalah matriks yang terbentuk dengan mengganti baris menjadi kolom dan kolom menjadi baris. 5. Matriks inversi Di dalam matriks operasi pembagian matriks tidak didefinisikan. Akan tetapi operasi matriks yang mrip dengan pembagian adalah matriks inversi. Apabila A adalah matriks, maka matriks inversinya adalah ๐ดโˆ’1 , sedemikian sehingga : ๐ด๐ดโˆ’1 = ๐ดโˆ’1 ๐ด = ๐ผ 6. Peningkatan matriks Matriks dapat ditingkatkan dengan menambahkan kolom atau kolom-kolom pada matriks asli.
  • 10. 7 c. Sistem persamaan dalam bentuk matriks Sistem persamaan linier dapat ditulis dalam bentuk matriks. Misalnya sistem persamaan berbentuk : ๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž1๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘1 ๐‘Ž21 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž22 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž2๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘2 . . (1.1) . ๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž ๐‘›2 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ. +๐‘Ž ๐‘›๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘ ๐‘› Dapat ditulis dalam bentuk [ ๐‘Ž11 ๐‘Ž21 โ‹ฎ ๐‘Ž ๐‘›1 ๐‘Ž12 ๐‘Ž22 โ‹ฎ ๐‘Ž ๐‘›2 โ€ฆ โ€ฆโ€ฆ โ€ฆ ๐‘Ž1๐‘› ๐‘Ž2๐‘› โ‹ฎ ๐‘Ž ๐‘›๐‘› ] [ ๐‘ฅ1 ๐‘ฅ2 โ‹ฎ ๐‘ฅ ๐‘› ] = [ ๐‘1 ๐‘2 โ‹ฎ ๐‘ ๐‘› ] atau A X = B Dengan : A : matriks koefisien n x n X : kolom vektor n x 1 dari bilangan tak diketahui B : kolom vektor n x 1dari konstanta Di dalam penyelesaian sistem persamaan , di cari vektor kolom x berdasarkan Persamaan (1.1). Salah satu cara untuk menyelesaiakannya adalah mengalikan kedua ruas persamaan dengan matriks inversi. ๐ดโˆ’1 ๐ด๐‘‹ = ๐ดโˆ’1 ๐ต Karena : ๐ดโˆ’1 ๐ด = ๐ผ, maka ๐‘‹ = ๐ดโˆ’1 ๐ต Dengan demikian nilai X dapat dihitung. Di dalam penyelesaian sistem persamaan linier juga sering digunakan matriks yang di tingkatkan . misalkan matriks (3 x 3) akan ditingkatkan dengan matriks C (3 x 1) sehingga berbentuk matriks (3 x 4) menjadi : [ ๐‘Ž11 ๐‘Ž21 ๐‘Ž31 ๐‘Ž12 ๐‘Ž22 ๐‘Ž32 ๐‘Ž13 โ‹ฎ ๐‘Ž23 ๐‘Ž33 โ‹ฎ โ‹ฎ ๐‘1 ๐‘2 ๐‘3 ]
  • 11. 8 Sebagian besar permasalahan yang dijumpai dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu suatu sistem persamaan dengan n kecil tetapi sedikit elemen nol, dan suatu sistem dengan matriks order tinggi (n besar) tetapi banyak mengandung elemen nol. b. Metode Eliminasi Gauss Metode eliminasi Gauss digunakan untuk menyelesaikan sebuah system persamaan linier dengan mengubah SPL tesebut ke dalam bentuk system persamaan linier berbentuk segitiga atas, yakni yang semua koefisien di bawah diagonal utamanya bernilai nol. Bentuk segitiga atas ini dapat diselesaikan dengan menggunakan substitusi (penyulihan) balik. Untuk mendapatkan bentuk SPL segitiga dari SPL yang diketahui, metode eliminasi Gauss menggunakan sejumlah roperasi Baris Elementer (OBE) : 1. Menukar posisi dua buah persamaan (dua baris matriks augmented). 2. Menambah sebuah persamaan (baris matriks augmented) dengan suatu kelipatan persamaan lain (baris lain). 3. Mengalikan sebuah persamaan (baris matriks augmented) dengan sebarang konstanta taknol. Pemakaian operasi-operasi baris elementer di atas pada sebuah SPL tidak akan mengubah penyelesaikan SPL yang bersangkutan. Jelas bahwa penyelesaian sebuah SPL tidak tergantung pada susunan penulisan persamaan, sehingga operasi baris nomor 1 dapat dipakai. Dalam setiap persamaan, kedua ruas menyatakan nilai yang sama, sehingga operasi baris nomor 2 dapat digunakan. Demikian pula, operasi baris nomor 3 menghasilkan persamaan yang ekivalen. [ ๐‘Ž11 ๐‘Ž21 ๐‘Ž31 ๐‘Ž12 ๐‘Ž22 ๐‘Ž32 ๐‘Ž13 โ‹ฎ ๐‘Ž23 ๐‘Ž33 โ‹ฎ โ‹ฎ ๐‘1 ๐‘2 ๐‘3 ] โŸน [ ๐‘Ž11 0 0 ๐‘Ž12 ๐‘Ž22 0 ๐‘Ž13 โ‹ฎ ๐‘Ž23 ๐‘Ž33 โ‹ฎ โ‹ฎ ๐‘1 ๐‘โ€ฒ2 ๐‘โ€ฒโ€ฒ3 ] ๐‘ฅ3 = ๐‘โ€ฒโ€ฒ 3 ๐‘Žโ€ฒโ€ฒ 33 ๐‘ฅ2 = (๐‘โ€ฒ 2โˆ’๐‘Žโ€ฒ 23 ๐‘ฅ3 ๐‘Žโ€ฒ22 ๐‘ฅ1 = (๐‘1โˆ’๐‘Ž12 ๐‘ฅ2โˆ’๐‘Ž13 ๐‘ฅ3) ๐‘Ž11 Gambar 2.1 Gambaran prosedur hitungan metode eliminasi Gauss.
  • 12. 9 c. Metode Gauss-Jordan Metode gauss jordan mirip dengan metode eliminasi Gauss. Dalam metode Gauss- Jordan Bilangan tak diketahui di eliminasi dari semua persamaan, yang dalam metode Gauss bilangan tersebut di eliminasi dari persamaan berikutnya. Dengan demikian langkah-langkah eliminasi menghasilkan matriks identitas, seperti ditunjukan dalam gambar 3.2. [ ๐‘Ž11 ๐‘Ž21 ๐‘Ž31 ๐‘Ž12 ๐‘Ž22 ๐‘Ž32 ๐‘Ž13 โ‹ฎ ๐‘Ž23 ๐‘Ž33 โ‹ฎ โ‹ฎ ๐‘1 ๐‘2 ๐‘3 ] โŸน [ 1 0 0 0 1 0 0 โ‹ฎ 0 โ‹ฎ 1 โ‹ฎ ๐‘1 โˆ— ๐‘2 โˆ— ๐‘3 โˆ— ] โŸน [ ๐‘ฅ1 0 0 ๐‘œ ๐‘ฅ2 0 0 0 1 = = = ๐‘1 โˆ— ๐‘2 โˆ— ๐‘3 โˆ— ] Gambar 3.2 prosedur hitungan metode Gauss-Jordan. d. Matriks Tridiagonal (Metode Sapuan Ganda) Dalam penyelesaian sistem persamaan yang berbentuk matriks tridiagonal, metode penyelesaian langsung sering disebut metode sapuan ganda atau metode Choleski. Metode ini pemakaiannya mudah dan matriks tridiagonal banyak dijumpai dalam banyak permasalahan, terutama dalam penyelesaian persamaan diferensial orde dua. Jika A matriks nyata, simetris dan definit positif, maka kita dapat menemukan suatu matriks segitiga bawah L sedemikian hingga ๐ด = ๐ฟ ๐ฟ๐‘‡ . Cara ini dikenal sebagai faktorisasi Choleski.matriks L dihitung dengan menyelesaikan persamaan-persamaan โˆ‘ ๐‘™ ๐‘Ÿ๐‘— 2 + ๐‘™ ๐‘Ÿ๐‘Ÿ 2 = ๐‘Ž ๐‘Ÿ๐‘Ÿ ๐‘Ÿโˆ’1 ๐‘—=1 = โˆ‘ ๐‘™ ๐‘Ÿ๐‘— 2 ๐‘™ ๐‘–๐‘— 2 + ๐‘™ ๐‘Ÿ๐‘– ๐‘™๐‘–๐‘– = ๐‘Ž ๐‘Ÿ๐‘– ๐‘–โˆ’1 ๐‘—=1 Untuk r = 1, 2, 3, ... , n dan untuk setiap r, i = 1, 2, ..., r โ€“ 1. e. Matriks Inversi Apabila matriks A adalah bujur sangkar, maka terdapat matriks lain yaitu ๐ดโˆ’1 , yang disebut matriks inversi dari A, sedemikian hingga : ๐ด๐ดโˆ’1 = ๐ดโˆ’1 ๐ด = ๐ผ Dengan I adalah matriks identitas. Matriks inversi dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem yang berbentuk :
  • 13. 10 AX = C (5.1) atau X = ๐ดโˆ’1 C (5.2) Persamaan di atas menunjukan bahwa x dapat di hitung dengan mengalikan matriks inversi dari koefisien matriks A dengan ruas kanan dari sistem persamaan (5.1), yaitu C. Metode Gauss-Jordan dapat di gunakan untuk mencari matriks inversi. Untuk itu koefisien matriks ditingkatkan dengan matriks identitas. Metode gauss-jordan digunakan untuk mereduksi koefisien matriks menjadi matriks identitas. Setelah selesai, sisi kanan dari matriks yang ditingkatkan merupakan matriks inversi. Gambar (5.1) adalah gambaran prosedur hitungan matriks inversi. [ ๐‘Ž11 ๐‘Ž21 ๐‘Ž31 ๐‘Ž12 ๐‘Ž22 ๐‘Ž32 ๐‘Ž13 โ‹ฎ ๐‘Ž23 ๐‘Ž33 โ‹ฎ โ‹ฎ 1 0 0 0 1 0 0 0 1 ] โŸน [ 1 0 0 0 1 0 0 0 1 โ‹ฎ ๐‘Ž11 โˆ’1 ๐‘Ž12 โˆ’1 ๐‘Ž13 โˆ’1 โ‹ฎ ๐‘Ž21 โˆ’1 ๐‘Ž22 โˆ’1 ๐‘Ž23 โˆ’1 โ‹ฎ ๐‘Ž31 โˆ’1 ๐‘Ž32 โˆ’1 ๐‘Ž33 โˆ’1 ] ๐ด ๐ผ ๐ผ ๐ดโˆ’1 Gambar 5.1 prosedur hitungan matriks inversi f. Metode Iterasi Metode iterasi lebih baik di banding dengan metode langsung, misalnya untuk matriks yang tersebar yaitu matriks dengan banyak elemen nol. Metode ini juga dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan tidak linier. Metode iterasi terbagi menjadi dua, yaitu metode Jacobi dan Gauss-Seidel. 1. Metode Jacobi Misalkan terdapat sistem 3 persamaan dengan 3 bilangan tak diketahui : ๐‘Ž11 ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 + ๐‘Ž13 ๐‘ฅ3 = ๐‘1 ๐‘Ž21 ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž22 ๐‘ฅ2 + ๐‘Ž23 ๐‘ฅ3 = ๐‘2 (6.1) ๐‘Ž31 ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž32 ๐‘ฅ2 + ๐‘Ž33 ๐‘ฅ3 = ๐‘3 Persamaan pertama dari sistem di atas dapat digunakan untuk menghitung ๐‘ฅ1 dan ๐‘ฅ3. Demikian juga persamaan kedua dan ketiga untuk menghitung ๐‘ฅ2 dan ๐‘ฅ3, sehingga didapat :
  • 14. 11 ๐‘ฅ1 = (๐‘1โˆ’๐‘Ž12 ๐‘ฅ โˆ’๐‘Ž13 ๐‘ฅ3) ๐‘Ž11 ๐‘ฅ2 = (๐‘2โˆ’๐‘Ž21 ๐‘ฅ1โˆ’๐‘Ž23 ๐‘ฅ3) ๐‘Ž22 ๐‘ฅ3 = (๐‘3โˆ’๐‘Ž31 ๐‘ฅ1โˆ’๐‘Ž32 ๐‘ฅ3) ๐‘Ž33 (6.2) Hitungan dimulai dengan nilai perkiraan awal sebarang untuk variabel yang dicari nilai perkiraan awal tersebut di subtitusikan kedalam ruas kanan dari sistem persamaan (6.2). Selanjutnya nilai variabel yang didapat tersebut disubtitusikan ke ruas kanan dari sistem (6.2) lagi untuk mendapatkan nilai perkiraan kedua. Prosedur tersebut diulangi lagi sampai nilai setiap variabel pada iterasi ke n mendekati nilai pada iterasi ke n-1. Apabila superskrip n menunjukan jumlah iterasi, maka persamaan (6.2) dapat ditulis menjadi : ๐‘ฅ1 ๐‘› = (๐‘1 โˆ’ ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 ๐‘›โˆ’1 โˆ’ ๐‘Ž13 ๐‘ฅ3 ๐‘›โˆ’1 ) ๐‘Ž11 ๐‘ฅ2 ๐‘› = (๐‘2 โˆ’ ๐‘Ž21 ๐‘ฅ1 ๐‘›โˆ’1 โˆ’ ๐‘Ž23 ๐‘ฅ3 ๐‘›โˆ’1 ) ๐‘Ž22 ๐‘ฅ3 ๐‘› = (๐‘3 โˆ’ ๐‘Ž31 ๐‘ฅ1 ๐‘›โˆ’1 โˆ’ ๐‘Ž32 ๐‘ฅ2 ๐‘›โˆ’1 ) ๐‘Ž33 Iterasi hitungan berakhir setelah : ๐‘ฅ1 ๐‘›โˆ’1 โ‰ˆ ๐‘ฅ1 ๐‘› , ๐‘ฅ2 ๐‘›โˆ’1 โ‰ˆ ๐‘ฅ2, ๐‘› dan ๐‘ฅ3 ๐‘›โˆ’1 โ‰ˆ ๐‘ฅ3 ๐‘› atau telah dipenuhi kriteria berikut : ๐œ€a = | ๐‘ฅ ๐‘– ๐‘› โˆ’ ๐‘ฅ ๐‘– ๐‘›โˆ’1 ๐‘ฅ ๐‘– ๐‘› | 100% < ๐œ€ ๐‘  dengan ๐œ€๐‘  adalah batasan ketelitian yang dikehendaki. 2. Metode Gauss-Seidel Di dalam metode Jacobi nilai ๐‘ฅ1 yang dihitung dari persamaan pertama tidak digunakan untuk menghitung nilai ๐‘ฅ2 dengan persamaan kedua. Demikian juga nilai ๐‘ฅ2 tidak digunakan untuk mencari ๐‘ฅ3 , sehingga nilai-nilai tersebut tidak dimanfaatkan. Sebenarnya nilai-nilai baru tersebut labih baik dari nilai-nilai yang lama. Di dalam metode Gauss Seidel nilai-nilai tersebut dimanfaatkan untuk menghitung variabel berikutnya.
  • 15. 12 C. Contoh - Contoh Soal Sistem Persamaan Linear Contoh 1 Perhatikan SPL ๐‘ฅ1 + 3๐‘ฅ2 = 5 3๐‘ฅ1 + 9๐‘ฅ2 = 7 Penyelesaian Jika persamaan kedua dikurangi tiga kali persamaan pertama maka kita dapatkan 0 = 7 ๏€ญ 15. Ini artinya SPL tersebut tidak mempunyai penyelesaian. Apabila kita plot kedua garis yang menyajikan kedua persamaan linier di atas kita dapatkan dua buah kurva linier yang tidak berpotongan. Contoh 2 Selesaikan sistem persamaan berikut dengan metode Gauss Jordan : 3x + y โ€“ z = 5 (1.a) 4x + 7y โ€“ 3z = 20 (1.b) 2x ๏€ญ 2y + 5z = 10 (1.c) Penyelesaian Sistem persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks berikut : [ 3 1 โˆ’1 4 7 3 2 โˆ’2 5 ] [ ๐‘ฅ1 ๐‘ฅ2 ๐‘ฅ3 ] = [ 5 20 10 ] Baris pertama dalam persamaan (2) dibagi dengan elemen pertama dari persamaan pertama, yaitu 3, sehingga persamaan menjadi [ 1 0,3333 โˆ’0,3333 4 7 โˆ’3 2 โˆ’2 5 ][ ๐‘ฅ ๐‘ฆ ๐‘ง ] = [ 1,6666 20 10 ] Persamaan pertama dikalikan elemen pertama dari persamaan kedua, yaitu 4, dan kemudian dikurangkan terhadap persamaan kedua. Dengan cara yang sama untuk persamaan ketiga, sehingga didapat : [ 1 0,3333 โˆ’0,3333 0 5,6668 โˆ’1,6668 0 โˆ’2,6666 5,6666 ][ ๐‘ฅ ๐‘ฆ ๐‘ง ] = [ 1,6666 13,3336 6,6668 ]
  • 16. 13 Baris kedua dari persamaan di atas dibagi dengan elemen pertama tidak nol dari baris kedua, yaitu 5,6668, sehingga sistem persamaan menjadi : [ 1 0,3333 โˆ’0,3333 0 1 โˆ’0,2941 0 โˆ’2,6666 5,6666 ][ ๐‘ฅ ๐‘ฆ ๐‘ง ] = [ 1,6666 2,3529 6,6668 ] Persamaan kedua dikalikan dengan elemen kedua dari persamaan pertama (0,3333) dan kemudian dikurangkan terhadap persamaan pertama. Kemudian dengan cara yang sama untuk persamaan ketiga, sehingga didapat : [ 1 0 โˆ’0,2353 0 1 โˆ’0,2941 0 0 4,8824 ] [ ๐‘ฅ ๐‘ฆ ๐‘ง ] = [ 0,8824 2,3529 12,9410 ] Persamaan ketiga dibagi dengan elemen pertama tidak nol dari baris ketiga yaitu 4,8824 sehingga persamaan menjadi : [ 1 0 โˆ’0,2353 0 1 โˆ’0,2941 0 0 1 ][ ๐‘ฅ ๐‘ฆ ๐‘ง ] = [ 0,8824 2,3529 2,6505 ] Persamaan ketiga dikalikan elemen ketiga dari persamaan pertama dan kemudian dikurangkan terhadap persamaan pertama. Kemudian dengan cara yang sama untuk persamaan kedua, sehingga didapat : [ 1 0 0 0 1 0 0 0 1 ] [ ๐‘ฅ ๐‘ฆ ๐‘ง ] = [ 1,5061 3,1324 2,6505 ] Dari sistem persamaan di atas, didapat nilai x, y dan z berikut ini : x = 1,5061 y = 3,1324 z = 2,6505 Contoh 3 Selesaikan sistem persamaan berikut dengan metode iterasi Jacobi dan Gauss-Seidel. 3x + y โ€“ z = 5 4x + 7y ๏€ญ 3z = 20 (1) 2x ๏€ญ 2y + 5z = 10 Penyelesaian a. Iterasi Jacobi ๐‘ฅ = 5 โˆ’ ๐‘ฆ + ๐‘ง 3
  • 17. 14 ๐‘ฆ = 20 โˆ’ 4๐‘ฅ + 3๐‘ง 7 ๐‘ง = 10 โˆ’ 2๐‘ฅ + 2๐‘ง 7 Langkah pertama dicoba nilai x = y = z = 0 dan dihitung nilai xโ€™, yโ€™, dan zโ€™. ๐‘ฅโ€ฒ = 5 โˆ’ 0 + 0 3 = 1,66667 ๐‘ฆโ€ฒ = 20 โˆ’ 0 + 0 7 = 2,85714 ๐‘งโ€ฒ = 10 โˆ’ 0 + 0 5 = 2 Nilai xโ€™, yโ€™, dan zโ€™ yang diperoleh tidak sama dengan nilai pemisalan. Iterasi dilanjutkan dengan memasukan nilai xโ€™, yโ€™ dan zโ€™ ke dalam persamaan (2) untuk menghitung xโ€™โ€™, yโ€™โ€™ dan zโ€™โ€™ dan kesalahan yang terjadi. ๐‘ฅโ€ฒโ€ฒ = 5 โˆ’ 2,857714+ 2 3 = 1,38095 ๐œ€ ๐‘ฅ = 1,38095 โˆ’ 1,66667 1,38095 100% = 20,69% ๐‘ฆโ€ฒโ€ฒ = 20 โˆ’ 4(1,66667)+ 3(2) 7 = 2,76190 ๐œ€ ๐‘ฆ = 2,76190โˆ’ 2,85714 2,76190 100% = 3,45% ๐‘งโ€ฒโ€ฒ = 10 โˆ’ 2(1,66667) + 2(2) 5 = 2,13333 ๐œ€ ๐‘ง = 2,13333 โˆ’ 2 2,13333 100% = 6,25% b. Iterasi Gauss-Seidel Langkah pertama dicoba nilai y = z = 0 dan dan dihitung xโ€™ dengan menggunakan persamaan ๐‘ฅ1 1 = (๐‘1 โˆ’ ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 0 โˆ’ ๐‘Ž13 ๐‘ฅ3 0 ) ๐‘Ž11 Menjadi :
  • 18. 15 ๐‘ฅโ€ฒ = 5 โˆ’ 0 + 0 3 = 1,6667 Persamaan ๐‘ฅ2 1 = (๐‘2โˆ’๐‘Ž21 ๐‘ฅ1 1 โˆ’๐‘Ž23 ๐‘ฅ3 0 ) ๐‘Ž22 digunakan untuk menghitung nilai yโ€™ : ๐‘ฆโ€ฒ = 20 โˆ’ 4(1,66667)+ 3(0) 7 = 1,90476 Nilai zโ€™ dihitung dari persamaan ๐‘ฅ3 1 = (๐‘3โˆ’๐‘Ž31 ๐‘ฅ1 1 โˆ’๐‘Ž32 ๐‘ฅ2 0 ) ๐‘Ž33 : ๐‘งโ€ฒ = 10 โˆ’ 2(1,66667)+ 2(1,90467) 5 = 2,09524 Nilai xโ€™, yโ€™, dan zโ€™ yang diperoleh tidak sama dengan nilai pemisalan. Iterasi dilanjutkan dengan prosedur di atas untuk menghitung xโ€™โ€™, yโ€™โ€™, dan zโ€™โ€™ dan kesalahan yang terjadi. ๐‘ฅโ€ฒโ€ฒ = 5 โˆ’ 1,90476+ 2,09524 3 = 1,73016 ๐œ€ ๐‘ฅ = 1,73016 โˆ’ 1,66667 1,73016 100% = 3,67% ๐‘ฆโ€ฒโ€ฒ = 20 โˆ’ 4(1,73016)+ 3(2,09524) 7 = 2,76644 ๐œ€ ๐‘ฆ = 2,76644 โˆ’ 1, 90476 2,76644 100% = 31,15% ๐‘งโ€ฒโ€ฒ = 10 โˆ’ 2(1,73016) + 2(2,76644) 5 = 2,41451 ๐œ€ ๐‘ง = 2,41451โˆ’ 2,09524 2,41451 100% = 13,22%
  • 19. 16 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sistem persamaan linier merupakan salah satu model dan masalah matematika yang banyak dijumpai dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk matematika, statistika, fisika, biologi, ilmu-ilmu sosial, teknik dan bisnis sistem-sistem persamaan linier muncul secara langsung dari masalah-masalah nyata. Masalah โ€“masalah tersebut dapat di ubah dalam bentuk persamaan : ๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž1๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘1 ๐‘Ž21 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž22 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž2๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘2 . . . ๐‘Ž11 ๐‘ฅ1+ ๐‘Ž ๐‘›2 ๐‘ฅ2 + โ€ฆ . +๐‘Ž ๐‘›๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘ ๐‘› Persamaan di atas dapat dicari penyelesaiannya dengan menggunakan matriks, metode eliminasi Gauss, metode Gauss-Jordan, matriks tridiagonal, matriks inversi maupun metode iterasi. Masing-masing metode memiliki keunikan tersendiri. Dari beberapa metode yang ada metode penyelesaian yang paling mudah dan sederhana digunakan adalah metode iterasi. B. Saran Sistem persamaan linier merupakan model matematika yang berkaitan erat dalam kehidupan kita setiap hari. Oleh dan sebab itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari secara mendalam cara memecahkan suatu model persamaan linier. Sangat disarankan kepada para pembaca untuk menambah resensi materi tentang sistem persamaan linear dari sumber-sumber lain seperti buku diktat atau modul SPL atau internet.