Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Afghanistan
1. Afghanistan, Rupert
Murdoch, dan
perkembangan
sepakbola pasca
kehancuran
Afghanistan, Rupert Murdoch
dan perkembangan sepakbola
pasca kehancuran
Kesederhanaan yang bisa mempersatukan
bangsa.
Sepakbola bisa menjadi titik balik Afghanistan menuju perdamaian.
Bom bunuh diri, serangan pasukan Taliban, bom ranjau dimana-mana, itulah
image yang kita dapat dari Afghanistan. Tak akan pernah terlintas sedikitpun di
pikiran kita tentang prestasi olahraga dari negara yang terletak di Timur Tengah ini.
Mungkin Anda masih bisa mengenal nama-nama pesepakbola asal Timur Tengah
lainnya seperti Ali Karimi dan Ali Daei asal Iran, kemudian Younis Mahmoud pemain
asal Irak, namun Anda pasti akan mengerutkan dahi ketika ditanya mengenai sepak
bola atau cabang olahraga lain di Afghanistan. Wajar saja, ditengah segala masalah
yang sedang dihadapi Afghanistan, dimana warga biasa bahkan harus memiliki
rasa ketakutan yang luar biasa untuk beraktifitas normal, olahraga tentu saja
bukan sesuatu yang menjadi prioritas Afghanistan.
19 Oktober, 2012. Di suatu sudut kota Kabul, yang merupakan kota terbesar di
Afghanistan, tiba-tiba dipenuhi banyak warga yang mayoritas laki-laki mengenakan
kostum KW tim-tim sepakbola dunia seperti Manchester United dan Real Madrid,
2. mereka berjalan beramai-ramai dengan segala resiko yang bisa merengut
nyawa mereka menuju stadion multi-fungsi berkapasitas 25.000 penonton.
Andai saja situasi disana lebih kondusif, pasti sisa 20.000 kursi yang masih
kosong akan terisi penuh. Sekitar 5000 warga mendatangi stadion Ghazi di Kabul
pada 19 Oktober itu untuk menjadi bagian dari sejarah Afghanistan, ya pada hari itu
dihelat pertandingan final pertama Roshan Premier League, Liga profesional
pertama Afghanistan yang baru dimulai pada tahun 2012.
Di saat Indonesia memiliki ratusan tim yang terbagi dalam dua liga profesional dan
masing-masing liga memiliki beberapa divisi, Afghanistan memulai segalanya
dengan kesederhanaan. Delapan tim saja yang menjadi bagian di Roshan Premier
League, mereka dibagi dalam dua grup dan akhirnya dua tim terbaik akan bermain
di pertandingan final yang dihelat di Kabul Stadium dan memperebutkan piala, uang
tunai 5000 USD, dan tercatat dalam sejarah penting negara. Toofan Harirod FC
akhirnya menjadi tim yang terbaik. Mereka berhasil mengalahkan Simorgh
Alborz FC, 2-1 dalam pertandingan final itu.
Delapam tim yang mengikuti Roshan Premier League mewakilkan delapan daerah di
Afghanistan, semua tim baru dibentuk pada bulan Agustus 2012 saat
berlangsungannya liga telah dikonfirmasi, dan jangan Anda bayangkan kehadiran
pemain-pemain asing dalam tim-tim tersebut, bahkan tak ada satupun pemain yang
tergabung dalam klub-klub tersebut itu merupakan pemain profesioanal sebelumnya.
Ya, sejak situasi negara tersebut yang sudah tidak kondusif memang tidak ada lagi
pertandingan pertandingan sepak bola dan juga olahraga lainnya karena situasi
yang terlalu berbahaya. Hal yang dilakukan federasi sepakbola Afghanistan
untuk mencari para pemain baru untuk bermain di Roshan Premier League
adalah dengan menyelenggarakan kompetisi reality show bagaikan X-Factor
dimana warga sendiri yang akan memilih pemainnya berdasarkan polling sms.
Berdasarkan polling sms terpilihlah total 144 pemain yang akan mengisi delapan tim
yang mewakili setiap daerah. Meski bukan pemain profesional, para pemain tersebut
memilki mimpi yang sama, bermain sepakbola dan berharap jalan yang mereka pilih
dapat membantu warga Afghanistan mulai maju paska kehancuran.
Begitulah cara Afghanistan membangun sepakbola, meski dengan segala
kesederhanaan, mereka bisa dibilang cukup berhasil membangun sesuatu yang
sangat positif bagi negaranya. Selama era rezim Taliban, sebagian besar olah raga
memang dilarang, namun sepakbola merupakan salah satu cabang yang ditoleransi.
Namun jangan kira masyarakat bisa menyaksikan sebuah sepakbola layaknya di
negara lain. Pada tahun 1999, para penonton sepakbola di Afghanistan
mendapatkan "hiburan" pada paruh waktu pertandingan, jika dalam cabang-cabang
olahraga di Amerika seperti American Football, para penonton disajikan hiburan
penampilan-penampilan dari musisi ternama pada paruh waktu, sementara di
Afghanistan masyarakat disajikan adegan hukum gantung!
Asosiasi sepakbola Afghanistan tentu tidak bergerak sendiri untuk menjalankan
suatu liga baru dari nol. Selain sponsor utama dari Roshan, sebuah perusahaan
telekomunikasi dari Afghanistan, terdapat suatu perusahaan yang menyokong
Roshan Premier League. Moby Group, raksasa media di Afghanistan, yang
merupakan salah satu perusahaan milik taipan media dunia, Rupert Murdoch.
3. Nama Murdoch merupakan salah satu nama yang paling besar dalam
perkembangan media di seluruh dunia, sebagai pemilik dari News Corp, ia
membawahi banyak media, sebut saja Sky, yang menjadi salah satu saluran berita
paling besar di dunia.
Selain berurusan dengan media, Murdoch memang kerap menjadi penyokong liga-
liga di dunia, sebut saja Liga Belanda dan Italia yang pernah terlibat dengannya.
Nama Murdoch yang menjadi salah satu penyokong utama Liga Afghanistan
merupakan satu fakta yang menarik, sebagai nama besar yang kerap disebut-
sebut merupakan keturunan Yahudi, banyak pihak yang akan berpikir
keterlibatannya dengan perkembangan sepakbola Afghanistan merupakan hal yang
kurang lazim, tetapi saya tidak akan membahasnya lebih jauh karena Anda
pasti tau akan berarah kemana pembicaraan ini.
Satu yang pasti, keberhasilan Roshan Premier League musim pertama ini
merupakan hasil dari keterbukaan manusia, tanpa pandang bulu, apapun
tujuan mereka masing-masing, yang jelas Roshan Premier League bisa jadi
merupakan salah satu titik balik Afghanistan dari kehancuran mereka. Banyak
pesepakbola baru bermunculan, dan masyarakat bersatu untuk mendukung tim
favorit mereka. Mari kita bandingkan dengan negara tercinta kita, dimana semua
pihak saling menghujat dan saling menutup diri, padahal sepakbola adalah salah
satu olahraga paling digemari di negara ini. Negara seperti Afghanistan harus
menggunakan acara televisi untuk mencari atlet baru sementara atlet sepakbola
Indonesia dilarang untuk membela negaranya oleh klub, sungguh ironis!
http://www.talkmen.com/articles/read/249/afghanistan-rupert-murdoch-dan-
perkembangan-sepakbola-pasca-kehancuran/