2. Pendahuluan
• Penggunaan prosedur seleksi berbasis kompetensi
untuk memilih karyawan berkinerja tinggi telah menjadi
praktik standar bagi banyak organisasi/perusahaan.
• Banyak organisasi/perusahaan saat ini sedang menilai
keadaan terkini dalam prosedur penilaian berbasis
kompetensi ini melalui pekerjaan yang dilakukan oleh
satuan tugas pengukuran kompetensi.
• Contoh dari salah satu program tersebut adalah
program seleksi berbasis kompetensi yang digunakan
oleh Perusahaan L'Oreal untuk merekrut orang-orang
penjualan.
• Behavioral Event Interview (BEI), yang dikembangkan
oleh Hay McBer, digunakan untuk mengidentifikasi
kompetensi kunci yang penting untuk keberhasilan
dalam penjualan.
3. Key Advantages of Competency-based
Selection
• Improved objectivity, leading to truer talent
acquisition
• Consistency in hiring decisions
• Legal protection for the employer
• Improved consensus on hires across multiple
stakeholders
4. How it Works?
• The intention of a competency-based assessment is to
move hiring decisions away from the classic intuition-led
process (i.e. away from: “I feel that this person would be a
great hire”).
• Instead, the system brings in a certain amount of
objectivity, replacing much of the subjectivity of traditional
assessments.
• Candidates are not primarily assessed or rated based upon
their aspirations, opinions, or similar.
• Rather, the underlying premise is that we can anticipate
how a candidate will behave in a role in the future through
an assessment of their behavior in the past.
• Tujuan dari penilaian berbasis kompetensi adalah untuk
memindahkan keputusan perekrutan dari proses yang
dipimpin oleh intuisi klasik
(Misalnya, Menjauh kita dari: "Saya merasa bahwa orang ini
akan menjadi karyawan yang hebat").
• Alih-alih, sistem membawa sejumlah objektifitas,
menggantikan sebagian besar subjektivitas penilaian
tradisional. Calon tidak dinilai atau dinilai terutama
berdasarkan aspirasi, pendapat, atau yang serupa.
• Sebaliknya, premis yang mendasari adalah bahwa kita dapat
mengantisipasi bagaimana seorang kandidat akan berperilaku
dalam peran di masa depan melalui penilaian perilaku mereka
di masa lalu.
5. • In competency-based interviews, questions are
asked that require reference to specific events
(e.g. “When was the last time you were
overwhelmed by your workload?”).
• Candidates are discouraged from giving general
answers and asked to focus on specific incidents.
By examining how a candidate has actually
approached real situations in the past, we can
judge more accurately how they will act again in
similar circumstances.
In competency-based interviews
• Dalam wawancara berbasis kompetensi, pertanyaan
diajukan yang memerlukan referensi ke acara tertentu
(mis. "Kapan terakhir kali Anda merasakan kewalahan
oleh beban kerja Anda?").
• Calon tidak disarankan memberikan jawaban umum
dan diminta untuk fokus pada insiden tertentu. Dengan
memeriksa bagaimana seorang kandidat benar-benar
mendekati situasi nyata di masa lalu, kita dapat menilai
secara lebih akurat bagaimana mereka akan bertindak
lagi dalam situasi yang sama.
How it Works? …
6. In Setting the Target
• Agar dapat menilai kemampuan kandidat, kita perlu memiliki
kerangka referensi untuk menantangnya (dari afirmasi
positif).
• Cara ini adalah sesuatu yang bersifat individual untuk setiap
bisnis, karena tidak ada dua organisasi yang memiliki harapan
yang sama.
• Calon harus dinilai terhadap ciri kepribadian yang
didefinisikan (kompetensi) yang sesuai dengan peran yang
dimaksud.
• Biasanya kompetensi ini akan diambil dari kerangka kerja
global yang besar (a large global framework), dalam
kombinasi yang berbeda untuk setiap bidang bisnis (karena
departemen yang berbeda akan memerlukan profil yang
berbeda pula).
How it Works? …
7. In Rating the Candidate
• Dengan mengajukan serangkaian pertanyaan
spesifik dan menilai kemampuan yang
ditunjukkan oleh kandidat dalam jawaban
mereka terhadap kompetensi yang dipilih,
pewawancara memiliki semua yang mereka
butuhkan untuk diarahkan ke proses
pengambilan keputusan.
How it Works? …
8. “Making a Positive Difference with
Appreciative Leadership,”
• We reinforce our belief that each
individual has a unique “domain of
positive power.”
• We continue by describing five specific
ways readers will make a positive
difference in the world as they move more
deeply into the practice of Appreciative
Leadership to “be the change they wish to
see in the world.”
Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
9. Positive
Attitudes &
Emotions
Focus on What Works
Well
Recognition &
Appreciation
Making a Positive
Difference
Diana Whitney, Ph.D.
www.positivechange.org
9
Answer: Positive Power
26. Kekuatan Berpikir Positif
Dalam rangka untuk mengubah pikiran menuju
positif, beberapa pekerjaan batin diperlukan,
karena sikap dan pikiran tidak berubah dalam
semalam.
1. Selalu la berusaha utk berpikir positif,
berpikir tentang manfaatnya, dan membujuk
diri untuk mencobanya. Kekuatan pikiran
Anda adalah kekuatan besar yang selalu
membentuk hidup Anda.
27. 2. Abaikan apa yang orang lain katakan atau pikirkan
tentang Anda, jika mereka melihat bahwa Anda
mengubah cara berpikir Anda.
3. Gunakan imajinasi Anda untuk memvisualisasikan
hanya situasi yang menguntungkan dan
bermanfaat.
4. Gunakan kata-kata positif dalam dialog batin
Anda, atau ketika berbicara dengan orang lain.
5. Tersenyum sedikit lebih, karena hal ini membantu
untuk berpikir positif.
6. Apabila pikiran negatif memasuki pikiran Anda,
Anda harus menyadari hal itu, dan berusaha
untuk menggantinya dengan yang konstruktif dan
positif.
28. 7. Jika Anda mengalami resistensi dalam dan
kesulitan saat mengganti pikiran negatif dengan
yang positif, jangan menyerah, tetapi terus
mencari hanya pada pikiran menguntungkan, baik
dan bahagia dalam pikiran Anda.
8. Jangan peduli apa keadaan Anda pada saat ini.
Berpikir positif, hanya mengharapkan hasil yang
baik dan situasi, dan keadaan akan berubah
sesuai. Jika Anda bertahan, Anda akan mengubah
cara pikiran Anda berpikir. Mungkin butuh
beberapa waktu agar perubahan terjadi, tetapi
akhirnya akan bisa.
9. Teknik lain yang berguna adalah pengulangan
afirmasi. Teknik ini mirip dengan visualisasi kreatif,
dan dapat digunakan bersamaan.
Positive Power – the ability to turn potential into positive results. The ability to act or produce an effect. The ability to perform effectively.
This lead to our definition of Appreciative Leadership – gotta read the book
And 5 strategies