1. 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMPN 06 Batang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/ semester : VII/ I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan )
Standar Kompetensi : Siswa mampu memahami tata-tata cara bersuci dari najis.
Kompetensi Dasar :
1. Siswa dapat mengetahui pengertian najis.
Indikator :
- Siswa mampu menjelaskan pengertian najis secara bahasa.
- Siswa mampu menjelaskan pengertian najis secara istilah.
- Siswa mampu menjelaskan pengertian najis menurut para ulama.
- Siswa mampu menjelaskan pengertian najis.
2. Siswa dapat mengetahui macam-macam najis.
Indikator :
- Siswa mampu menyebutkan macam-macam najis.
- Siswa mampu menjelaskan macam-macam najis.
- Siswa mampu menjelaskan tata-tata cara bersuci dari macam-macam najis.
- Siswa mampu mempraktekkan tata-tata cara bersuci dari macam-macam najis dengan
baik dan benar.
3. Siswa dapat mengetahui hikmah dan kegunaan bersuci dari najis.
Indikator :
- Siswa mampu menyebutkan hikmah bersuci dari najis.
- Siswa mampu menjelaskan hikmah bersuci dari najis.
- Siswa mampu menjelaskan kegunaan bersuci dari najis.
Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian najis.
2. Siswa dapat menyebutkan macam-macam najis.
3. Siswa dapat menjelaskan macam-macam najis.
4. Siswa dapat menjelaskan tata-tata cara bersuci dari macam-macam najis.
2. 2
5. Siswa dapat memperagakan atau mempraktekkan tata-tata cara bersuci dari macam-
macam najis dengan baik dan benar.
6. Siswa dapat menjelaskan hikmah dan kegunaan bersuci dari najis.
Materi Pembelajaran :
A. Pengertian Najis
Secara etimologi atau bahasa najis berarti sesuatu yang dapat
mengotori,menjijikan. Sedangkan menurut istilah syara’, najis adalah sesuatu yang
kotor dan dapat menghalangi keabsahan shalat, atau setiap kotoran yang harus
dihilangkan lebih dahulu atau dibersihkan dari badan orang yang hendak beribadah
misalnya pakaiannya, tempatnya, dan sebagainya sehingga syah menurut syari’at
islam.
Najis menurut definisi Asy-Syafi'iyah, sebagaimana disebutkan oleh Al-
Qalyubi dalam kitab, Hasyiyata Al-Qalyubi wa Umairah, adalah sesuatu yang
dianggap kotor dan mencegah sahnya shalat. Al-Khatib Asy-Syarbini dalam kitab Al-
Iqna' juga menuliskan definisi yang sama persis. Dan menurut definisi Al-Malikiyah,
sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Arafah yang dinukil oleh Ad-Dardir dalam kitab
Asy-Syarhu Al-Kabir, bahwa najis adalah sifat hukum yang mencegah bolehnya
seseorang melaksanakan shalat bila terkena atau berada di dalamnya.
Jadi, najis adalah sesuatu yang kotor dan wajib dihilangkan atau disucikan
dahulu ketika akan melaksanakan ibadah sholat.
B. Macam-macam najis :
Najis itu dapat dibagi menjadi tiga bagian :
1. Najis mukhaffafah (ringan) ialah air kencing bayi laki-laki yang belum
berumur 2 tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali air susu
ibunya.
2. Najis mutawassitah (sedang) ialah najis yang selain dari dua najis
tersebut di atas, seperti segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur
manusia dan binatang, kecuali air mani, barang cair yang memabukkan,
susu hewan yang tidak halal dimakan, bangkai, juga tulang dan bulunya,
kecuali bangkai-bangkai manusia dan ikan serta belalang. Najis
mutawassitah dibagi menjadi dua :
3. 3
a. Najis ‘ainiyah, ialah najis yang berwujud, yakni tampak dilihat.
b. Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak kelihatan bendanya, seperti
bekas kencing, atau arak yang sudah kering dan sebagainya.
3. Najis mughallazhah (berat) ialah najis anjing dan babi dan keturunannya.
C. Cara menghilangkan najis
1. Barang yang terkena najis mukhaffafah, cukup diperciki air pada tempat najis
itu. Adapun kencing bayi perempuan dihukumi najis dan harus di siram atau
di cuci hingga baunya hilang. Dalam syarah Shahih muslim, Imam Nawawi
mengatakan:Sesungguhnya memercikkan air pada kencing bayi sudah
memadai selama bayi tersebut semata-mata hanya menyusui pada ibunya.
Apabila bayi tersebut sudah memakan makanan tambahan untuk
mengenyangkan,maka wajib mencucinya tanpa adaperbedaan pendapat di
kalangan ulama. Bagi bayi yang sejak lahir disupai kurma tidaklah ada
halangan untuk memerciki kencingnya,sebab yang demikian itu tidaklah
dianggap memakan makanan tambahan selain air susu ibu.perbuatan
menyuapi bayi dengan kurma adalah sunnah nabi. Jika bayi memakan selain
ASI seperti minum obat atau madu,namun untuk tujuan tertentu,misalnya
berobat maka, air kencingnya tetap dipercikkan bukan di basuh atau di cuci.
2. Barang yang terkena najis mutawassitha dapat suci dengan cara dibasuh
sekali, asal sifat-sifat najisnya (warna, bau, dan rasanya) itu hilang. Adapun
dengan cara tiga kali cucian atau siraman lebih baik.
3. Barang yang kena najis mughallazhah seperti jilatan anjing atau babi. Jilatan
dari kedua hewan ini harus dicuci sebanyak tujuh kali yang salah satunya
dicampur dengan tanah. Air liur anjing itu najis,jika ia menjilati sebuah
bejana maka bejana itu pun harus di cuci sebanyak tujuh kali yang salah
satunya dengan menggunakan tanah. Dalam hal ini najis terletak pada mulut
dan air liur anjing. Sedangkan bulunya tidak najis jika dalam keadaan kering.
Begitupun babi, keseluruhannya adalah najis sebagaimana firman Allah
dalam QS.Al An’am:145 dan QS.Almaidah:3. Akan tetapi ulama
memperbolehkan menjahit dengan menggunakan bulu babi.
4. 4
D. Hikmah dan Kegunaan Bersuci dari Najis
1. Hikmah bersuci dari najis :
a. Untuk memelihara kesehatan jasmani
Dengan membersihkan badan maupun benda lainnya dari kotoran
berarti membersihkannya dari gangguan bibit penyakit dan zat-zat
berbahaya lainnya yang merusak kesehatan tubuh.
b. Untuk memelihara kesehatan rohani
Kesehatan rohani banyak dipengaruhi oleh kesehatan jasmani, orang
yang dirinya berpenyakit daya ingat dan ketenangan jiwanya berpengaruh.
Selain itu apabila badan seseorang tidak bersih, perasaannyapun aman dari
sikap kecewa orang lain terhadapnya. Dengan demikian jelaslah apabila
jasmani sehat rohanipun akan ikut sehat pula.
c. Untuk memelihara sikap dan akhlaqul karimah
Dalam ibadah kepada Allah SWT diperlukan sikap jiwa yang bersih
dari kotoran batin, seperti sikap tidak percaya terhadap diri sendiri. Orang
yang bersih jasmaninya mempunyai sikap percaya diri bahwa ibadahnya di
hadapan Allah SWT akan diterima dengan kebersihan dirinya sekaligus.
Dengan demikian maka, bersih dari lahir batin berarti, pemeliharaan
akhlaqul karimah dalam ibadah kepada Tuhan.
2. Kegunaan bersuci dari najis
Kegunaan bersuci dari najis ialah merupakan syarat sahnya shalat, sehingga
kalau badan, tempat, pakaian kita terkena najis dan belum dibersihkan maka shalat
kita tidak akan sah.
Metode Pembelajaran :
1. Metode ceramah
2. Metode tanya jawab
3. Metode demontrasi
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :
1. Kegiatan Pendahuluan :
a. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan membaca basmallah bersama-sama.
b. Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran.
5. 5
c. Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.
d. Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
2. Kegiatan Inti :
a. Mengamati : Siswa ditugaskan menyimak materi tentang najis.
b. Menanya : Guru bertanya pada siswa tentang pengertian, macam-macam, tata-tata
cara bersuci dari najis.
c. Eksplore : Guru merevisi jawaban siswa yang kurang tepat tentang pengertian,
macam-macam, tata-tata cara bersuci dari najis.
d. Asosiasi : Guru menunjuk salah satu siswa untuk memperagakan tata-tata cara
bersuci dari najis.
e. Komunikasi : Siswa yang lain memperhatikan dan mengamati peragaan tata-tata cara
bersuci dari najis.
3. Kegiatan Penutup :
a. Guru menyimpulkan materi tentang najis.
b. Guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
c. Guru memberi tugas kepada siswa membuat video tentang tata cara bersuci dari najis.
d. Bersama-sama menutup pelajaran dengan do’a.
Sumber Pembelajaran :
1. Al-Quran dan Terjemah.
2. Buku paket PAI kelas VII Tim Abdi Guru, Erlangga, hal 53-60.
Media atau Alat Pembelajaran :
1. Proyektor
2. LCD
Strategi Pembelajaran :
1. Strategi pengajaran ekspositif : sistem dua arah
2. Strategi pengajaran discovery dalam kelas : sistem dua arah
6. 6
Penilain :
1. Jenis : Tes tulis
2. Bentuk : Pilihan ganda
3. Teknik Pelaksanaan : Post test
4. Item tes atau alat penilaian (Naskah soal dan indikator) :
a. Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini yang dianggap benar
sebagai cara bersuci dari najis.
1) Barang yang terkena najis mukhaffah dicuci sebanyak tujuh kali yang
salah satunya dicampur dengan tanah.
2) Barang yang terkena najis mutawassitha dapat suci dengan cara dibasuh
sekali, asal sifat-sifat najisnya (warna, bau, dan rasanya) itu hilang.
Adapun dengan cara tiga kali cucian atau siraman lebih baik.
3) Barang yang terkena najis mughallazhah, cukup diperciki air pada tempat
najis itu.
b. Cocokkan jenis najis dan cara bersucinya.
Najis Cara Bersuci
Najis mughallazhah Barang yang terkena najis dapat suci
dengan cara dibasuh sekali, asal
sifat-sifat najisnya (warna, bau, dan
rasanya) itu hilang. Adapun dengan
cara tiga kali cucian atau siraman
lebih baik.
Najis mutawassitha Barang yang terkena najis cukup
diperciki air pada tempat najis itu.
Najis mukhaffah Barang yang terkena najis dicuci
sebanyak tujuh kali yang salah
satunya dicampur dengan tanah.
7. 7
c. Urutkan cara bersuci dari najis dibawah ini secara teratur dan benar dari najis
ringan sampai najis berat.
1) Najis Mukhaffafah :
2) Najis Mutawassitah :
3) Najis Mughalladzah :
d. Tugas Rumah : Praktekkan cara bersuci dari najis dan buat videonya.
Mengetahui,
Kepala Sekolah .....................
( .......................................... )
NIP :
Pekalongan, 28 Oktober 2016
Guru Mapel Pendidikan
Agama Islam
( .......................................... )
NIP :