2. Pendahuluan
• Syariat Islam penyakit atau sakit
merupakan fenomena yang biasa dalam
kehidupan manusia
• Manusia diuji dengan penyakit sebagaimana
diuji dengan penderitaanlainnya, sesuai
dengan sunnah dan undang-undang yang
mengatur alam semesta dan tata kehidupan
manusia.
3. •Nabi pun ditimpa penyakit
• Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru
Tuhannya: “(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku
telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan
yang Maha Penyayang di antara semua
Penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang
ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya
kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan
mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan
untuk menjadi peringatan bagi semua yang
menyembah Allah.
(Al Quran Surah Al Anbiyaa’ *21+:83-84)
4. Keutamaan dalam kondisi sakit
• Di hadapan Allah, orang saki bukanlah orang yang
hina. Mereka justru memiliki kedudukan yang
sangat mulia.
• “Tidak ada yang yang menimpa seorang muslim
kepenatan, sakit yang berkesinambungan
(kronis), kebimbangan, kesedihan, penderitaan,
kesusahan, sampai pun duri yang ia tertusuk
karenanya, kecuali dengan itu Allah menghapus
dosanya.(Hadist diriwayatkan oleh Al-Bukhari)
5. Keutamaan…… (lanjutan)
• Bahkan Allah menjanjikan apabila orang yang sakit apabila
ia bersabar dan berikhtirar dalam sakitnya, selain Allah
menghapus dosa-dosanya.
• “Tidaklah seorang muslim tertimpa derita dari penyakit
atau perkara lain kecuali Allah hapuskan dengannya (dari
sakit tersebut) kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya)
sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.”
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim)
• “Jika kamu menjenguk orang sakit, mintalah kepadanya
agar berdoa kepada Allah untukmu, karena doa orang yang
sakit seperti doa para malaikat.”
(HR. Asy-Suyuti)
6. • Kondisi sakit tdk menggugurkan kewajiban
ibadah
• Bagi orang sakit Terdapat keringanan
(rukhsah) dalam beribadah
• Hal tersebut dikuatkan dengan firman Allah
SWT yang berbunyi "Bertakwalah kepada
Allah SWT menurut kesanggupanmu" (Q.S At
Thaghabun:16).
7. Tata cara bersuci orang sakit
• setiap orang diwajibkan menggunakan air
ketika membersihkan najisnya, maka bagi
orang yang sakit, yang khawatir apabila
menggunakan air maka penyakitnya akan
kambuh, maka diperbolehkan menggunakan
debu atau bertayamum. Jika bertayamum saja
sulit, maka orang lain bisa membantu
mentayamumkannya. Dalam keadaan ini
masih merasa kesulitan, maka sholatlah dalam
keadaan yang demikian saja.
8. Pelaksanaan
• meniatkan terlebih dahulu. Setelah
melafazkan niat, maka selanjutnya meletakkan
telapak tangan pada tembok atau sprei yang
diyakini ada debunya. Terakhir, usapkanlah
kedua telapak tangan tersebut pada muka dan
kemudian mengusap kedua belah tangan
secara bergantian (dimulai dari tangan bagian
kanan kemudian bagian kiri).
9. TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT
• Jika tidak mampu melaksanakan dengan berdiri,
maka seseorang yang sakit bisa menggunakan
alat bantu seperti tongkat, menyandarkan diri ke
tembok. Apabila cara itu masih dirasa berat,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan
shalat dengan posisi duduk bersimpuh (iftirosy),
berbaring dengan menghadap ke kiblat dengan
miring disisi kanan. Jika tidak sanggup salat
berbaring boleh salat sambil terlentang dgn
menghadapkan kedua kaki ke kiblat. Dan yg lebih
utama yaitu dgn mengangkat kepala utk
menghadap kiblat. Jika tidak bisa menghadapkan
kedua kakinya ke kiblat dibolehkan salat
menghadap ke mana saja.
10. Tata cara pelaksanaan shalat ….. (2)
• Mengingat keadaan yang demikian parahnya,
orang yang telentang tadi bisa menggunakan
isyarat kepala (menundukkan). Kemudian
isyarat tersebut dijadikan tanda sujud, ruku'.
Masih tidak sanggup lagi Lakukanlah dengan
memakai isyarat mata. Caranya dengan
memejamkan sekejap kalau melakukan ruku'
dan jika sujud maka dipejamkan relatif lama.
• jika perlu shalatlah dengan hati, dia berniat
ruku’ sujud dan berdiri serta duduk. Masing-
masing orang akan diganjar sesuai dgn niatnya
11. Tata cara pelaksanaan shalat….. (3)
• Untuk melaksanakan shalat, sebenarnya tidak
tepat waktu juga tidak menjadi masalah, jika
memungkinkan, maka gabungkanlah atau
jamaklah takdim atau ta'khir. Boleh menjamak
antara sholat dzuhur dan ashar,
menggabungkan antara shalat maghrib dan
isya juga diperbolehkan. Terpenting dalam
pelaksanaan shalat bagi orang yang sakit tidak
boleh lupa dan jangan meninggalkan.
12. Peran Perawat
• Diharapkan dengan mengetahui tata cara
pelaksanaan ibadah bagi orang sakit, perawat
dapat membimbing pasien dalam pelaksanaan
sholat selama proses hospitalisasi berlangsung
• Jika terdapat kebijakan institusi/RS dalam
menyediakan pelayanan spiritual, perawat
berperan untuk mengkolaborasikan
kebutuhan spiritual pasien.
14. Diriwayatkan di dalam hadits sahih
• Dari AbuHurairah r.a. bahwa Nabi saw.
bersabda:
"Hak orang muslim atas orang muslim lainnya
ada lima: menjawab salam, menjenguk yang
sakit, mengantarkan jenazahnya, mendatangi
undangannya, dan mendoakannya ketika
bersin."
15. • Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Musa
al-Asy'ari, ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda:"Berilah makan orang yang lapar,
jenguklah orang yang sakit, dan tolonglah
orang yang kesusahan.“
16. KEUTAMAAN DAN PAHALA MENJENGUK ORANG
SAKIT
1. Hadits Tsauban (dari Nabi saw.):
"Sesungguhnya apabila seorang muslim
menjenguk orang muslim lainnya, maka ia
berada di dalam khurfatul jannah.”
• Dalam riwayat lain ditanyakan kepada
Rasulullah saw: "Wahai Rasulullah, apakah
khurfatul jannah itu?" Beliau menjawab, "Yaitu
taman buah surga."
17. KEUTAMAAN DAN PAHALA MENJENGUK ORANG
SAKIT
2. Hadits Jabir
"Barangsiapa yang menjenguk orang sakit berarti
dia menyelam dalam rahmat, sehingga ketika dia
duduk berarti dia berhenti disitu (didalam
rahmat).“
3. Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.,
ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
"Barangsiapa menjenguk orang sakit maka berserulah
seorang penyeru dari langit (malaikat), 'Bagus engkau,
bagus perjalananmu, dan engkau telah
mempersiapkan tempat tinggal di dalam surga."
18. Adab menjenguk orang sakit
1. Berpakaian sopan dan rapi.
2. Memberi nasehat kepada orang yang sakit agar sabar menerima
musibah/cobaan dari Allah dan jika yang sakit dalam perawatan
dokter diberi saran agar selalu mematuhi nasehat dokter.
3. Mendoakan yang sakit.
Rasulullah SAW bersabda :
Dari Aisyah ra, bahwasanya Nabi SAW menjenguk salah seorang
keluarganya dengan mengusapkan tangan kanannya seraya berkata:
"Allahumma robban naas adzhibil ba-tsa isyfi antasy syaafi laa
syifaa-a illaa syifaa-uk syifaa-an laa yughodiru saqoman"
(Ya Allah Tuhan semua manusia, hilangkanlah segala penyakit,
sembuhkanlah, karena hanya Engkaulah yang dapat
menyembuhkan, tiada kesembuhan melainkan kesembuhan
dariMU, kesembuhan yang tidak dihinggapi penyakit lagi)." (HR. Al-
Bukhari dan Muslim).
19. Adab menjenguk orang sakit …. (2)
• Bagi orang yang sudah payah, hendaklah
diajarkan membaca kalimah thayyibah (laa ilaaha
illallaah) atau dibacakan surat Yaasin.
Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda :
"Ajarilah kepada orang yang sakit payah dengan
membaca 'laa ilaaha illallaah'."(HR. Muslim)
Dari Muq'al bin Yasar, Nabi SAW bersabda :
"Bacakanlah kepada orang yang sakit payah surat
yasin". (HR. Abu Dawud dan An-Nasai).
• Menyarankan banyak-banyak membaca Al-
Hauqalah (Lahaula wala quwwata illa billah)
20. Adab menjenguk orang sakit … (3)
4. Menanyakan tentang penyakit orang yang sakit
kepada keluarganya (seperlunya), Jangan banyak
bertanya, dan hendaklah menampakkan rasa
belas kasihan.Tidak semua orang mau
mengutarakan apa penyakitnya, terutama bila
dianggap memalukan,misalnya wasir atau
penyakit yg berkaitan dengan fungsi organ
seks/reproduksi
5. Memberikan bantuan berupa makanan atau uang
jika diperlukan oleh si sakit dan keluarganya.
21. 6. Jangan meminta izin masuk dari depan pintu (tengah-
tengah), Jangan mengetuk pintu terlalu pelan.
7. Jangan menyebutkan identitas diri secara tidak jelas,
misalnya dengan mengatakan "saya," tanpa menyebut
namanya.
8. Jangan berkunjung pada waktu yang tidak layak untuk
berkunjung, seperti pada waktu si sakit minum obat,
atau waktu mengganti pembalut luka, waktu tidur,
atau waktu istirahat.
9. Jangan terlalu lama
10.Menimbulkan optimisme kepada si sakit.
11.Menganjurkannya berlaku sabar, karena sabar itu
besar pahalanya, dan melarangnya berkeluh kesah,
karena berkeluh-kesah itu dosa.
22. PERAN PERAWAT DALAM DYING
PROCESS (SAKARATUL MAUT)
PASIEN TERMINAL
BY:
Ns.Bisma
23. Pendahuluan
• Kematian adalah keniscayaan tidak satupun
jiwa dapat menghindarinya,sedikit sekali yg
mau menerimanya
• Dalam QS Al Baqarah(2):96 “ Setiap orang di
antara mereka menginginkan seandainya dia
diberi umur seribu tahun…”
24. • Fase sakaratul maut seringkali di sebutkan
oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat
dan menyakitkan.
• Gambaran tentang beratnya sakaratul maut
dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadis. “ Dan
sekiranya kamu dapat melihat malaikat
mencabut nyawa orang-orang kafir seraya
memukul muka dan belakang mereka serta
berkata “rasakan olehmu siksa neraka yang
membakar” (QS Al Anfal: 50).
25. • Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung
dari amal perbuatan orang yang bersangkutan
bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka
kepada ALLAH maka malaikat Izrail mencabut
nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila terhadap
orang sholeh cara mencabutnya dengan lemah
lembut dan dengan hati-hati.
• Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa
dengan raga tetap amat menyakitkan. “ Sakitnya
sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali
sakitnya di pukul pedang. “ ( HR. Ibnu Abu Dunya)
26. Peran Perawat
• Peran perawat sangat komprehensif memenuhi
kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual
klien.
• NAMUN kebutuhan SPIRITUAL ini sering kali diabaikan
oleh perawat.
• Pada pasien Terminal aspek spiritual sangat penting
• Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang
mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul
maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis
spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan
kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”.
27. • Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa
depresi yang berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam
fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut
selalu berada di samping perawat.
• Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan
spiritual dapat meningkatkan semangat hidup
klien yang didiagnosa harapan sembuhnya
tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien
untuk menghadapi kematian.
28. Peran Perawat
1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT.
Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik
sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim.”Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali
dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah”,
• selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada
sangka-sangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah
kepadaKu dengan sangkaaan yang baik .
• Selanjutnya Ibnu Abas berkata. Apabila kamu melihat seseorang
menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik pada
Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu.
• Selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata : Demi Allah yang tak ada
Tuhan selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah
maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu. Hal ini
menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya
29. Peran Perawat….. (2)
2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim
dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien
terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan
nafasnya yang terakhir.
• Wotf, Weitzel, Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok klien
terminal yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir:
penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur
yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada
ujung kaki. Meskipun suhu tubuh pasien biasanya tinggi ia terasa
dingin dan lembab mulai pada kaki tangan dan ujung hidung, kulit
nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. Nadi mulai tak teratur,
lemah dan pucat. Terdengar suara ngorok disertai gejala nafas
cyene stokes. Dengan menurunnya tekanan darah, peredaran darah
perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi
hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap
individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang
tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.
30. • Dalam keadaan dying itu peran perawat
disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga
harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien
muslim agar diupayakan meninggal dalam
keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing
pasien dengan mentalkinkan (membimbing
dengan melafalkan secara berulang-ulang),
• Rasulullah mengajarkan dalam Hadist Riwayat
Muslim,
”Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara
kami dengan kalimat Laailahaillallah karena
sesungguhnya seseoranng yang mengakhiri
ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah
bekalnya menuju surga”
31. 3. Berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika
menutupkan matanya. Di samping berusaha
memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim
perlu berkomunikasi terapeutik, antara lain
diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW
bersabda: Bila kamu datang mengunjungi orang sakit
atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik
karena sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap
apa yang kamu ucapkan.
• Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah
bersabda apabila kamu menghadiri orang yang
meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah
matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti
ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata
yang baik karena malaikat mengaminkan terhadap
apa yang kamu ucapkan.
32. Mengurus Jenazah
• Menyampaikan kepada keluarga ketika kematian
sudah ditetapkan secara medis.
• Lepaskan semua peralatan pengobatan yang
terpasang pada klien: infus,NGT, kateter, masker
O2, ventilator. bersihkan jika ada kotoran.
• Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri
(posisi bersedekap), kemudian di fiksasi dengan
kasa gulung, fiksasi juga dilakukan pada kaki dan
rahang
• Tetap menjaga privasi jenazah/menutup aurat,
menutupkan kain ke seluruh tubuh.