Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya menerima keterbatasan sebagai karunia dari Tuhan. Kedewasaan rohani dan emosi seseorang terlihat dari kemampuannya untuk hidup bahagia dalam batasan-batasan yang diberikan Tuhan sesuai dengan karakteristik pribadinya. Memahami dan menghargai keterbatasan diri sendiri dan orang lain merupakan kualitas penting bagi pemimpin untuk mengasihi Tuhan dan manusia dalam
4. Tesis
Kesehatan emosi dan kesehatan
rohani tidak dapat dipisahkan.
Seorang kristiani tidak mungkin
dewasa secara rohani jika ia
tidak dewasa secara emosi.
5. Inventori Kesehatan
Emosi/Rohani
Bagian A:
Pembinaan Rohani secara Umum
Bagian B:
Pembinaan dalam Komponen Emosi
Jawablah dengan skala:
1 = Tidak benar demikian
2 = Kadang benar demikian
3 = Sering benar demikian
4 = Sangat benar demikian
6. Prinsip 4: Menerima
Karunia Keterbatasan
20. Saya tidak pernah dituduh “mau mengerjakan
segalanya” atau mau melakukan lebih dari yang
mampu dilakukan (Mat 4:1-11).
21. Saya biasanya dapat berkata tidak kepada
permintaan atau kesempatan daripada beresiko
memaksakan diri secara berlebihan (Mar 6:30-
32).
22. Saya mengenali berbagai situasi di mana
kepribadian saya yang unik dapat menolong atau
menghambat dalam menanggapi secara tepat
(Maz 139; Rm 12:3; 1Ptr 4:10).
7. Prinsip 4: Menerima
Karunia Keterbatasan
23. Mudah bagi saya untuk membedakan kapan perlu
menolong mengangkat beban seseorang (Gal 6:2) dan
kapan melepaskannya sehingga mereka dapat
mengangkat beban sendiri (Gal 6:5).
24. Saya dapat mengukur kapasitas emosi, relasi, fisik, dan
spiritual dengan baik, mengatur waktu untuk undur diri
beristirahat dan mengisi “persediaan bahan bakar” saya
lagi (Mar 1:21-39).
25. Orang yang dekat dengan saya akan mengatakan bahwa
saya bagus dalam menjaga keseimbangan antara keluarga,
beristirahat, bekerja, dan bermain secara alkitabiah (Kel
20:8).
Total ___________
8. Simptom-simptom
“Saya selalu merasa seakan-akan ada terlalu sedikit
waktu dan terlalu banyak hal yang harus dikerjakan.”
“Saya terus-menerus merasa dikejar-kejar banyak hal
yang belum selesai. Saya sangat tertekan dan resah
dalam batin saya.”
“Hidup saya memiliki sedikit sekali margin dan
fleksibilitas.”
“Saya tidak pernah merasa ‘selesai’ menjawab kebutuhan-
kebutuhan yang ada di sekitar saya.”
“Saya menjadi getir dan benci terhadap semua orang
karena mereka tidak ‘menderita’ bagi Tuhan.
“Saya menghabiskan sebagian besar waktu dengan
berusaha menjadi seseorang yang bukan diri saya.”
9. Yesus dan Batas-batas
• Yesus tidak melakukan mukjizat apa pun selama 30
tahun pertama kehidupan-Nya. Setelah sekitar 30
tahun tidak dikenal, Ia dikukuhkan untuk memulai
pelayanan publik yang singkat selama 3 tahun lebih.
• Yesus tidak menyembuhkan setiap orang yang sakit
dan kerasukan. Dia memilih hanya 12 orang untuk
mengikuti Dia. Yesus tidak mengejar banyak orang
setelah Dia memberikan pengajaran yang keras.
• Yesus tidak memenuhi kebutuhan setiap orang
sendirian. Namun, Dia berdoa pada akhir hidup-Nya,
“Aku telah memuliakan Engkau di bumi dengan
menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan
kepada-Ku untuk Kulakukan” (Yoh 17:4).
10. Kisah Alkitab dan Batas-batas
MUSA: Keluaran 18:13-27
DAUD: 2 Samuel 7:1-16
PAULUS: 2 Korintus 12:7-10; Perjalanan misi
yang ke-3; Surat-surat penjara
11. Belajar Mengenali
Keterbatasan Saya
Perhatikanlah kepribadian Anda.
• Mendapat energi ketika bertemu orang (ekstravert) atau
ketika menyendiri (introvert)?
• Menyukai kreativitas dan spontanitas (perception) atau
kendali dan keteraturan (judgment)?
Perhatikanlah masa-masa dalam hidup Anda.
• Melajang, Menikah (1Kor 7:32-35), Membesarkan Anak,
Paruh Baya, Sarang Kosong
• Memulai karir, Investasi, Merdeka finansial
Perhatikanlah situasi kehidupan Anda.
• Muda, Dewasa, Tua
• Fisik, Emosi: Sehat, Sakit, Rentan
12. Belajar Mengenali
Keterbatasan Saya
Perhatikanlah kapasitas fisik, emosi, dan
intelektual Anda.
• Frekuensi dan intensitas aktivitas, refleksi, rekreasi
• Kesehatan, Kebugaran, Keteduhan
Perhatikanlah emosi-emosi negatif Anda.
• Depresi, Frustrasi, Keputusasaan, Kemarahan
Perhatikanlah luka-luka dari masa lalu Anda.
• Keterbatasan yang diwarisi dari keluarga, pengalaman
masa lalu
Ketika kita tidak menghargai batasan-batasan Tuhan
dalam hidup kita, kita akan sering mendapati diri
kita terlalu sibuk, tertekan, dan kelelahan.
13. Setia kepada Diri Anda
yang Sebenarnya
• Tanyakan: Apakah cara saya menjalani kehidupan
saya cocok dengan diri saya yang sebenarnya
sesuai dengan rancangan Tuhan (talenta,
pengalaman, keunikan, kelemahan)?
• Dongeng kuno Hasidik: Rabi Zusya, ketika sudah
tua, berkata, “Di dalam dunia yang akan datang,
mereka tidak akan bertanya kepada saya:
‘Mengapa Engkau bukan Musa?’ Mereka akan
bertanya kepada saya: ‘Mengapa Engkau bukan
Zusya?’” (MARTIN BUBER, Tales of the Hasidim: The
Early Masters)
14. Keterbatasan dan
Kedewasaan Emosi/Rohani
• Kedewasaan dalam hidup adalah ketika seseorang
hidup dengan penuh sukacita di dalam batas-batas
mereka yang berasal dari Tuhan.
• Orang yang sehat secara emosional menyadari
batas-batas yang telah Tuhan berikan kepada
mereka. Mereka dengan senang menerima 1, 2, 7,
atau 10 talenta yang telah Tuhan bagikan dengan
penuh kemurahan.
• Karena itu, mereka tidak menjadi gila-gilaan dan
penuh keinginan, berusaha menjalani kehidupan
yang tidak pernah Tuhan maksudkan. Mereka
memiliki rasa puas dan sukacita.
15. Keterbatasan dan
Kedewasaan Emosi/Rohani
• Memahami dan menghormati batasan-batasan
dan keterbatasan-keterbatasan kita
merupakan salah satu kualitas karakter dan
kemampuan yang sangat penting yang
dibutuhkan para pemimpin untuk dapat
mengasihi Tuhan dan manusia dalam jangka
panjang.
• Dibutuhkan kedewasaan yang sungguh-
sungguh untuk mengenali kesempatan-
kesempatan yang ada dan memilih untuk tidak
memanfaatkannya.
16. Keterbatasan dan
Kedewasaan Emosi/Rohani
• Saya menemukan banyak di antara kita yang
membenci batas-batas—di dalam diri sendiri maupun
orang lain. Kita berharap terlalu banyak dari diri kita
dan dari satu sama lain, dan seringkali menjalani
kehidupan yang diwarnai frustrasi dan kemarahan.
Seringkali, kejenuhan merupakan hasil dari
memberikan apa yang tidak kita miliki.
• Meskipun budaya kita menolak ide tentang batas-
batas, sangat penting bagi kita untuk menerimanya.
Keterbatasan bagaikan halaman yang dipagari untuk
melindungi anak-anak. Keterbatasan adalah tangan
seorang teman, yang menahan kita agar tidak melukai
diri sendiri, orang lain, dan pekerjaan Tuhan.
17. Perawatan Diri dan
Keterbatasan
Perawatan diri tidak pernah menjadi tindakan yang
egois—hal itu hanya suatu penatalayanan yang baik
atas satu-satunya karunia yang saya miliki, karunia
keberadaan saya yang ditempatkan di dunia untuk
memberikannya kepada orang lain. Setiap saat kita
dapat mendengarkan diri kita yang sebenarnya dan
memberikan perawatan yang dibutuhkannya, kita
tidak melakukannya untuk diri kita sendiri, tetapi
untuk banyak orang lain yang hidupnya kita sentuh.
(PARKER PALMER, Let Your Life Speak: Listening for the
Voice of Vocation)
18.
19. Bersukacita dalam Keterbatasan-
keterbatasan Membutuhkan Iman
Kepada Kebaikan Tuhan
• Inti permasalahan spiritual bagi kita jika kita
ingin setia hidup dalam batas-batas dan
keterbatasan kita yang dari Tuhan:
Apakah Tuhan sungguh baik dan benar-benar
berdaulat?
• Tuhan begitu mengejutkan sampai-sampai kita
bahkan tidak dapat membayangkan ke mana
Dia sedang melangkah dan apa yang sedang
dikerjakan-Nya di dalam dan melalui hidup
kita.
20. Bersukacita dalam Keterbatasan-
keterbatasan Membutuhkan Iman
Kepada Kebaikan Tuhan
• Betapa pun luasnya pengetahuan dan informasi kita,
tetap saja terlalu sempit untuk mengetahui seluruh
maksud Tuhan. Hanya waktu yang akan menghalau
pengertian kita yang dangkal tentang apa yang
sedang terjadi dan mengapa Tuhan berkata “tidak”
terhadap rencana-rencana kita serta mengapa
impian dan harapan kita menjadi kandas.
• Sementara itu kita harus tetap setia pada batas-
batas yang diberikan Tuhan. Ini menuntut sebuah
iman yang radikal dan kepercayaan yang penuh
kepada kebaikan Tuhan, yang memberikan batas-
batas sebagai karunia dan ungkapan kasih-Nya.