SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 16
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
   GAGAL NAFAS e.c PPOK DAN PNEUMONIA




             Nama : Jemirda Sundari Y
             NPM    : 0806334003




           Fakultas Ilmu Keperawatan
             Universitas Indonesia
                     2013
KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini. Penulisan makalah
ilmiah ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan mata
kuliah kegawatdaruratan. Saya menyadari bahwa dengan bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, saya bisa menyelesaikan makalah ilmiah ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tuti Herawati S. Kp., M.N., selaku
koordinator   mata ajar KGD dan teman-teman FIK UI yang telah memberi
semangat dan masukan berharga dalam penulisan makalah ilmiah ini. Berkat
dukungan dan kerja sama yang baik, makalah ilmiah ini dapat diselesaikan.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan memberikan segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ilmiah ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.




                                                          Depok, 17 Maret 2013




                                                                     Penulis




                                                                               ii
DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2
1.3 Metode Penulisan ................................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN TEORI ....................................................................................... 4

2.1 Pengertian Gagal Nafas, PPOK, dan Pneumonia ................................................... 4

2.2 Patofisiologi Pasien Gagal Nafas ec PPOK dan Pneumonia ................................ 6

2.3 Pengkajian dan Manifestasi Klinis Gagal Nafas .................................................... 7

2.4 Penatalaksanaan pada Pasien Gagal Nafas ec PPOK dan Pneumonia ................... 8

2.4.1 Penatalaksanaan medis........................................................................................ 8

2.4.2 Penatalaksanaan keperawatan ............................................................................. 9

BAB 3 PENUTUP ...................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 12

3.2 Saran ...................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13




                                                                                                                          iii
BAB 1

                                 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
   Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin pesat
menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Persaingan yang
muncul dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup manusia menuntut agar manusia
mampu meningkatkan produktifitas kerjanya semaksimal mungkin. Usaha untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan dengan kerja keras yang berlebihan
sehingga dapat menimbulkan stress fisik maupun emosional. Selain itu juga,
terjadi peningkatan jumlah pabrik dan berbagai kendaraan. Asap dari pabrik,
kendaraan, dan rokok merupakan suatu polutan dalam udara. Bila tidak diimbangi
dengan penghijauan, maka sistem tubuh yang pertama terganggu adalah sistem
pernapasan. Karena manusia bernapas membutuhkan pertukaran gas, dimana
menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida hasil dari sisa metabolisme.
Bila udara yang dihirup tidak bersih maka akan mengakibatkan gangguan
pernapasan.
   Survey Kesehatan Rumah Tangga yang dilakukan pada tahun 1996, menurut
Dirjen Pelayanan Medik (YANMED) Departemen Kesehatan; Sri Astuti
Supartono mengatakan bahwa penyakit yang menyebabkan sesak nafas seperti
bronchitis, emfisema, dan asma merupakan penyebab kematian ketujuh di
Indonesia. Bronkitis dan emfisema merupakan penyakit paru obstruktif kronik.
Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut : kebiasaan merokok
yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70 %, pertambahan penduduk,
industrialisasi, dan polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di
pertambangan (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003).
   Penyakit paru obstuktif kronis (PPOK) masih merupakan komplikasi penting
dari gagal napas. Dasar fisiologis kegagalan pernapasan akut pada PPOK
sekarang jelas. Ketidakcocokan ventilasi/perfusi yang signifikan dengan
peningkatan relatif ruang mati menyebabkan hiperkapnia dan asidosis karenanya.
Selain PPOK, pneumonia juga merupakan infeksi penapasan bawah akut yang
banyak ditemukan. Jurnal medika tahun 2011 menyebutkan bahwa seringkali sulit


                                                                                       1
membedakan pneumonia dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Bisa
dikatakan bahwa pneumonia adalah suatu penyakit penyerta atau faktor risiko
untuk terjadinya suatu eksaserbasi dari PPOK.
    PPOK adalah penyebab utama umum dari kegagalan pernapasan (Hudak dan
Gallo, 1997). Gagal nafas merupakan masalah keupayaan untuk bernafas tetapi
bukan sesuatu penyakit. Gagal nafas dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan
sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2),
eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah
ventilasi difusi atau perfusi (Hairina, 2011). Gagal nafas juga menjadi sebagai
masalah pengobatan seumur hidup (life-threatening) yang dimana telah
mewujudkan konsep pengobatan intensif (Intensive care unit-ICU) di rumah sakit
utama. ICU menyediakan peralatan untuk mensuport untuk mempertahankan
fungsi vital pada pasien gagal nafas.
    Penanganan gagal nafas harus dilakukan dengan segera karena risiko kematian
lebih tinggi. Selain itu, gagal nafas juga berisiko menyebabkan multipel gagal
organ yang lain. Untuk itu, tujuan penulisan makalah ilmiah ini dilakukan adalah
untuk membahas mengenai penatalaksanaan pasien gagal nafas ec PPOK dan
Pneumonia.


1.2 Tujuan Penulisan
    Adapun tujuan dari penulisan makalah ilmiah ini adalah:
    1. Mengetahui definisi PPOK, Pneumonia, dan Gagal Nafas
    2. Mengetahui patofisiologi pada pasien gagal nafas ec PPOK dan
        pneumonia
    3. Mengetahui tanda dan gejala gagal nafas
    4. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien gagal nafas ec PPOK dan
        pneumonia


1.3 Metode Penulisan
    Metode penulisan pada makalah ini adalah deskriptif dengan teknik studi
pustaka dengan menggunakan berbagai literature yang terdiri dari buku, jurnal,
dan artikel.



                                                                                   2
1.4 Sistematika Penulisan
   Penulisan makalah ilmiah ini, secara sistematis disusun menjadi empat bab
dan masing-masing bab terdiri dari sub bab yaitu sebagai berikut :

BAB 1 : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
        dan teknik penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB 2 : Tinjauan teori, yang terdiri dari pengertian PPOK, pneumonia, dan gagal
        nafas; patofisiologi pasien gagal nafas ec PPOK dan pneumonia; tanda
        dan gejala gagal nafas; penatalaksanaan pasien gagal nafas ec PPOK dan
        pneumonia

BAB 3 : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.




                                                                                  3
BAB 2
                              TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian PPOK, Pneumonia, dan Gagal Napas
   Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang ditandai
oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel
atau reversibel parsial (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). PPOK terdiri
dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik
merupakan peradangan salluran udara (bronkus) yang ditandai oleh batuk
berdahak selama minimal 3 bulan dalam setahun pada 2 tahun berturut-turut.
Emfisema yaitu perubahan anatomic paru yang ditandai dengan melebarnya
secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis, yang disertai
kerusakan dinding alveolus (Hudak dan Gallo, 1997). Jurnal medika tahun 2011
menyatakan penyakit penyerta atau faktor risiko untuk terjadinya suatu
eksaserbasi dari PPOK adalah pneumonia.
   Pneumonia secara klinis didefinisakan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit) (Nuryasni,
2009). Menurut Hudak dan Gallo (1997), pneumonia adalah infeksi akut dari
parenkim paru dari distal sampai bronkiolus terminalis. PPOK dan pneumonia
dapat menyebabkan gagal nafas pada penderitanya.
   Gagal nafas adalah tidak berfungsinya pernapasan pada derajat dimana
pertukaran gas tidak adekuat untuk mempertahankan analisa gas darah normal,
dengan kata lain PO2 < 50 mmHg dan PCO2 > 50 mmHg (Hudak dan Gallo,
1997). Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau
perfusi (Susan Martin T, 1997 dalam Hairina, 2011). Gagal nafas adalah
kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan
karbon dioksida dalam jumlah yang dapat mengakibatkan gangguan pada
kehidupan (RS Jantung Harapan Kita, 2001). Gagal nafas terjadi bilamana
pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat
memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-
sel tubuh sehingga menyebabkan tekanan oksigen kurang dari 50 mmHg


                                                                                  4
(Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia) (Brunner & Sudarth, 2001).
   Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut
adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural
maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas
kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis
kronik dan emfisema.




                                                                                  5
2.2 Patofisiologi Pasien Gagal Nafas ec PPOK dan Pneumonia


                               Pasien PPOK
                               Kerusakan jaringan paru :
                               - Penyempitan saluran nafas dan fibrosis
                               - Destruksi parenkim
                               - Hipersekresi mukus


                                 - Etiologi Primer : Infeksi trakeobronkial
                                 - Etiologi Sekunder : pneumonia


                                                  Eksaserbasi akut                      Bersihan Jalan nafas tidak efektif



                                Sesak bertambah                       Produksi sputum
  Peningkatan tekanan
  hidrostatik pulmonal
                                                                      Dinding alveoli rusak
                                                                      akibat infeksi
    Peningkatan aliran
    limpatik
                                                       Area permukaan alveolar yang kontak langsung
                                                       dengan kapiler paru secara kontinu
   Cairan transudat ke
   alveolus
                                                                         ruang rugi

   Edema pulmonal
                                                                     Kerusakan difusi O2

Kerusakan Pertukaran Gas
                                                                       Hipoksemia


                                    PaCO2                            Eliminasi CO2
     Gagal Napas                                                     mengalami kerusakan
                                  (hiperkapnia)




           Sumber : (Hudak and Gallo, 1997; Smeltzer, and Bare, 2001; Black and Jane, 2002; Perhimpunan
           Dokter Paru Indonesia, 2003; Katyal, P and ognjen, 2006).



                                                                                                       6
2.3 Pengkajian dan Manifestasi Klinis Gagal Nafas
   Menurut Black and Jane (2002), Pengkajian gagal nafas terdiri dari :
   1. Airway : Peningkatan sekresi pernapasan; bunyi nafas krekels, ronki dan
       wheezing.
       o Produksi sputum : catat perubahan warna sputum klien, bau, kualitas,
          dan kuantitas. Normalnya, trakeobronkial memproduksi 3 ons mucus
          per hari sebagai bagian mekanisme pembersihan yang normal.
       o Krekels. Bunyi ini terdengar bila terbukanya saluran udara kecil yang
          berisi cairan. Krekels selalu terdengar selama inspirasi dan tidak hilang
          dengan batuk.
       o Ronki. Timbul akibat udara yang melewati cairan. Suara ini ada pada
          klien dengan produksi mukus berlebih. Ronki selalu terdengar saat
          ekspirasi dan hilang dengan batuk.
       o Wheezing. Bunyi ini timbul karena adanya udara yang lewat pada jalan
          napas yang sempit. Wheezing terdengar selama inpirasi dan ekspirasi.
          Wheezing yang parah akan terdengar tanpa menggunakan stetoskop.
   2. Breathing : Distress pernapasan :pernapasan cuping hidung,
       takipneu/bradipneu, retraksi; menggunakan otot aksesori pernapasan;
       kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis.
           o Dispnea.salah satu manifestasi pasien dengan gangguan paru dan
               jantung. Ini adalah gejala subyektif dan refleksi dari penilaian klien
               terhadap kerja napasnya.
   3. Circulation : takikardia; sakit kepala; gangguan tingkat kesadaran : ansietas,
      gelisah, kacau mental, mengantuk; penurunan haluaran urine.
   Tanda yang menunjukkan bahwa seseorang mengalami gagal nafas yaitu :
aliran udara di mulut dan hidung tidak dapat didengar/dirasakan; pada gerakan
nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak ada
pengembangan dada pada inspirasi, adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha
memberikan ventilasi buatan; terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring,
dan wheezing; dan ada retraksi dada. Gejala pada gagal nafas yaitu penurunan
kesadaran, takikardia, gelisah, berkeringat, dan sianosis (Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia, 2003).



                                                                                   7
Menurut Black and Jane (2002), dalam menganalisis gejalanya perlu
diperhatikan :
o Onset. Kapan manifestasi awalnya muncul?
o Lokasi. Lokasi penting diketahui, misalnya pada nyeri dada. Tujuannya untuk
  mnegetahui nyeri dada yang timbul akibat masalah jantung atau pernapasan.
o Durasi. Durasi ini penting untuk mengetahui gejalanya termasuk akut atau
  kronik
o Persepsi klien. Perlu ditanyakan pada klien tentang apa saja hal yang dirasakan.
  Selain itu, pada produksi sputum juga perlu ditanyakan berapa banyak sputum
  yang dikeluarkan setiap hari.
o Penyebab parahnya atau hilangnya gejala. Lingkungan dan posisi seperti apa
  yang dapat menghilangkan atau bahkan memperparah gejala yang muncul.
o Timing. Mencakup waktu awal munculnya dan periodenya (hari, minggu, atau
  bulan) selama masalah terjadi.


2.4 Penatalaksanaan pada Pasien Gagal Nafas ec PPOK dan Pneumonia
2.4.1 Manajemen Medis
     Manajemen medis pada pasien gagal nafas e.c PPOK dan Pneumonia
     menurut Black and Jane, 2002; Calverley, 2003; Baltopoulus and Nicolaos,
     2004; Murat, 2013), adalah :
      o Koreksi hipoksemia. Ini sangat penting dalam mempertahankan
           oksigenasi adekuat, dengan cara meningkatkan FiO2 pada ventilasi
           mekanik yang digunakan.
      o Kurangi preload. Klien ditempatkan pada posisi tegak. Diuretik
           diresepkan untuk eksresi cairan. Nitrat, seperti nitrogliserin digunakan
           untuk vasodilatasi.
      o Kurangi afterload. Gunanya untuk mengurangi beban kerja ventrikel
           kiri. Agen antihipertensi termasuk agen ampuh seperti nitroprusid
           diresepkan. Morpin juga diresepkan untuk mengurangi ansietas.
      o Support perfusi. Ventrikel kiri di support dengan menggunakan inotropik
           seperti dobutamin. Urine output selalu di monitor untuk mengetahui
           apakah fungsi ginjal adekuat.



                                                                                      8
o Pemberian obat-obatan: antikolinergik untuk bronkodilatasi,
        kortikosteroid untuk mengurangi edema jalan nafas, antibiotik untuk
        mengatasi infeksi, neuromuscular blocking agent untuk paralisis otot
        pernafasan.


2.4.2 Penatalaksanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien gagal nafas e.c PPOK dan pneumonia menurut
Black and Jane (2002) dan Doenges (1999), adalah :
   1. Kerusakan pertukaran gas
       Kriteria hasil : Klien akan menunjukkan pertukaran gas yang meningkat
       yang dibuktikan dengan PaO2 sampai 55 atau 60 mmHg, saturasi oksigen
       diatas 90%, pH normal, penurunan ansietas dan dispnea.
       Intervensi :
       Mandiri :
             Monitor tanda-tanda vital, derajat sesak, frekuensi napas,dan
              tingkat kesadaran. Monitor tanda vital setiap 15 menit hingga
              pasien stabil. Tujuannya untuk mengetahui tingkat eksaserbasi.
              Rasional : evaluasi derajat distress pernapasan dan/atau kronisnya
              proses penyakit; takikardia, disritmia, dan perubahan TD dapat
              menunjukkan hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
             Posisikan Klien
              Posisikan klien dengan kaki tergantung yang bertujuan untuk
              mengurangi preload dan tinggikan kepala tempat tidur
              Rasional : meningkatkan inspirasi maksimal
             Monitor respon klien terhadap ventilasi
              Rasional : evaluasi terhadap adanya perbaikan/perburukan dari
              respirasi klien
       Kolaborasi:
             Berikan terapi oksigen
              Berikan oksigenasi sesuai dengan instruksi untuk mempertahankan
              oksigenasinya. Titrasi aliran oksigen untuk mempertahankan



                                                                                   9
saturasi di atas 90%. Klien mungkin tidak mampu mentoleransi
           work of breathing (WOB) dan mungkin memerlukan ETT dan
           ventilasi mekanik.
           Rasional : mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg
          Pemasangan ETT
           Rasional: koreksi hipoksemia.
          Pemasangan ventilator : - PO2         FiO2
                           - PCO2          RR dan   Tidal volume
           Rasional : koreksi hipoksemia
          Pantau AGD
           Rasional: mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi
           paru.


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
   Kriteria hasil: bersihan jalan napas klien menjadi efektif
   Intervensi mandiri:
          Kaji kebutuhan untuk suctioning
           Rasional : obstruksi dapat disebabkan oleh akumulasi secret,
           perlengketan mukosa, perdarahan, atau masalah dengan posisi
           selang endotrakeal.
          Lakukan suction
           Raasional : mengeluarkan secret
          Pertahankan sterilitas
           Rasional : mencegah risiko infeksi
          Hiperoksigenasi sebelum dan setelah suction. Peningkatan FiO2
           pada ventilator atau ventilasi manual pada klien.
           Rasional : menurunkan hipoksia tiba-tiba
          Pemberian nutrisi dan cairan yang adekuat
           Rasional : hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret,
           mempermudah pengeluaran.




                                                                           10
Kolaborasi:
         Inhalasi nebulizer
          Rasional : meningkatkan ventilasi dan membuang secret dengan
          relaksasi otot halus/ spasme bronkus.


3. Kelebihan volume cairan
   Kriteria hasil: klien akan menunjukkan keseimbangan cairan, dibuktikan
   dengan diuresis.
   Intervensi mandiri:
         Monitor urine output, berat, dan jumlah potassium (kehilangan
          potassium merupakan efek samping furosemid)
          Rasional: evaluasi keseimbangan cairan pada klien.
         Monitor tekanan darah
          Rasional: mengetahui apakah klien bisa mempertahankan perfusi
          tanpa bantuan inotropik
         Karena cairan oral dibatasi, perawatan mulut dilakukan tiap 2 jam
          Rasional : mempertahankan kelembaban mukosa klien.
   Kolaborasi:
         Pemberian diuretic
          Rasional: memperbaiki kelebihan cairan




                                                                            11
BAB 3
                                    PENUTUP


3.1 Kesimpulan
   Penatalaksanaan gagal nafas merupakan tindakan gawat darurat karena kasus
ini sering menimbulkan kematian. Penyebab gagal nafas selalu disebabkan oleh
ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Terdapat 2
macam gagal nafas yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik. Gagal nafas
akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara
struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal
nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti
bronkitis kronik dan emfisema.
   Indikator terhadap gagal nafas dapat diliat dari peningkatan frekuensi
pernafasan dan kapisital vital. Pemeriksaan penunjang yanag dapat dilakukan
untuk mementukan keparahan gagal nafas dapat dilakukan dengan pemeriksaan
analisa gas darah. Dari hasil AGD, dapat diliat terjadinya hikposia ringan
(PaO2<80mmhg), sedang(Pa02<60mmhg) atau berat (Pa02<40 mmhg).
   Penatalaksanaan keperawatan pada pasien gagal nafas penting dilakukan baik
secara mandiri maupun kolaborasi. Secara mandiri dapat dilakukan monitoring
TTV, positioning, lakukan fisioterapi dada, suctioning, dan monitor respon klien
terhadap ventilator. Secara kolaborasi dapat dilakukan dengan pemasangan ETT,
ventilasi mekanik, inhalasi, panatau AGD, dan medikasi.


3.2 Saran
   Mahasiswa hendaknya mempelajari dan berpikir kritis dalam menganalisa
kegawatdaruratan pada pasien gagal nafas. Hal ini berguna untuk pemberian
intervensi yang tepat dan sigap. Intervensi ini dibutuhkan untuk menurunkan
angka kematian pasien akibat gagal nafas.




                                                                                 12
DAFTAR PUSTAKA


Black, J., Jane, H. (2002). Medical surgical nursing. Philadelphia : Elsevier
   Saunders.
Doenges, M. (1999). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta : EGC.
Hudak, C., Barbara, M. (1997). Keperawatan kritis. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S., Bare, B. (2001). Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.
Baltopoulus, G., Nicolaos, M., Pavlos, M. (2004). Respiratory failure. 17 Maret
   2013. http://www.nursingcenter.com/lnc/journalarticle?Article_ID=536343.
Calverley. (2003). Respiratory failure in chronic obstructive pulmonary disease.
   European Respiratory Journal. 17 Maret 2013.
   http://erj.ersjournals.com/content/22/47_suppl/26s.full.pdf+html.
Hidayati. (2011). Peran NAC pada penyakit saluran pernapasan. 17 Maret 2013.
    http://jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-02-vol-xxxvii-2011/291-
   kegiatan/541-peran-nac-pada-penyakit-saluran-pernapasan.
Katyal, P & Ognjen, G. (2006). Pathophysiology ofr respiratory failure and use of
   mechanical ventilation. 17 Maret 2013.
   http://www.thoracic.org/clinical/critical-care/clinical-education/respiratory-
   failure-mechanical-ventilation.pdf.
Murat, A. (2013). Resporatory failure. 17 Maret 2013.
   http://emedicine.medscape.com/article/167981-overview.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003). Penyakit Paru Obstruktif Kronik. 17
   Maret 2013. http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf
Rogayah, R., Feni,F., dan Menaldi,R. (2009). Ventilasi noninfasif (noninvasif
   ventilation/NIV). 17 Maret 2013.
   http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Juli09/Referat%20NIV%20Majalah%20200
   9rev.pdf.
Surjanto, Eddy. (2009). The relationship between underlying disease of respiratory failure with
   the treatment’s outcome on hospitalized patients in dr. Moewardi hospital surakarta 2009.
   17 Maret 2013. http://fk.uns.ac.id/static.




                                                                                    13

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt? (20)

Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
pemberian-oksigen
pemberian-oksigenpemberian-oksigen
pemberian-oksigen
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 
Makalah tb paru
Makalah tb paruMakalah tb paru
Makalah tb paru
 
Bronkitis ppt
Bronkitis pptBronkitis ppt
Bronkitis ppt
 
Askep gadar
Askep gadarAskep gadar
Askep gadar
 
Gagal Nafas
Gagal NafasGagal Nafas
Gagal Nafas
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakarAsuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Askep Mastoiditis
Askep MastoiditisAskep Mastoiditis
Askep Mastoiditis
 
Analisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBSAnalisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBS
 
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban Soal ukom perawat dan kunci jawaban
Soal ukom perawat dan kunci jawaban
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
Lp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilanLp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilan
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
Sp rpk
Sp rpkSp rpk
Sp rpk
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Tahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputikTahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputik
 
Pathways ggk
Pathways ggkPathways ggk
Pathways ggk
 

Andere mochten auch

Asuhan Keperawatan pada pasien akibat peradangan (PPOK/COPD, TBC, Pneumonia)
Asuhan Keperawatan pada pasien akibat peradangan (PPOK/COPD, TBC, Pneumonia)Asuhan Keperawatan pada pasien akibat peradangan (PPOK/COPD, TBC, Pneumonia)
Asuhan Keperawatan pada pasien akibat peradangan (PPOK/COPD, TBC, Pneumonia)pjj_kemenkes
 
Askep gagal nafas terbaru
Askep gagal nafas terbaruAskep gagal nafas terbaru
Askep gagal nafas terbarustikes kesosi
 
Makalah trauma abdomen
Makalah trauma abdomenMakalah trauma abdomen
Makalah trauma abdomenNoveldy Pitna
 
Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Egla Aliu
 
Patofisiologi aids
Patofisiologi aidsPatofisiologi aids
Patofisiologi aidsRiri Haridah
 
Konsep keperawatan gawat darurat
Konsep keperawatan gawat daruratKonsep keperawatan gawat darurat
Konsep keperawatan gawat daruratBita Fadillah
 

Andere mochten auch (13)

Kumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologiKumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologi
 
Penyimpangan kdm
Penyimpangan kdmPenyimpangan kdm
Penyimpangan kdm
 
Asuhan Keperawatan pada pasien akibat peradangan (PPOK/COPD, TBC, Pneumonia)
Asuhan Keperawatan pada pasien akibat peradangan (PPOK/COPD, TBC, Pneumonia)Asuhan Keperawatan pada pasien akibat peradangan (PPOK/COPD, TBC, Pneumonia)
Asuhan Keperawatan pada pasien akibat peradangan (PPOK/COPD, TBC, Pneumonia)
 
Dd
DdDd
Dd
 
Askep gagal nafas terbaru
Askep gagal nafas terbaruAskep gagal nafas terbaru
Askep gagal nafas terbaru
 
Makalah trauma abdomen
Makalah trauma abdomenMakalah trauma abdomen
Makalah trauma abdomen
 
Trauma abdomen
Trauma abdomenTrauma abdomen
Trauma abdomen
 
Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01
 
Patofisiologi aids
Patofisiologi aidsPatofisiologi aids
Patofisiologi aids
 
Konsep keperawatan gawat darurat
Konsep keperawatan gawat daruratKonsep keperawatan gawat darurat
Konsep keperawatan gawat darurat
 
Acute respiratory failure
Acute respiratory failureAcute respiratory failure
Acute respiratory failure
 
Ppt pneumonia
Ppt pneumoniaPpt pneumonia
Ppt pneumonia
 
Respirasi
RespirasiRespirasi
Respirasi
 

Ähnlich wie PENATALAKSANAAN

Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeSelasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeOperator Warnet Vast Raha
 
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docx
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docxTUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docx
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docxshintia29
 
ASMA2 YOHANA.pdf
ASMA2 YOHANA.pdfASMA2 YOHANA.pdf
ASMA2 YOHANA.pdfyohana63
 

Ähnlich wie PENATALAKSANAAN (20)

Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Askep pada pasien ppok Akper pemkab muna
Askep pada pasien ppok   Akper pemkab munaAskep pada pasien ppok   Akper pemkab muna
Askep pada pasien ppok Akper pemkab muna
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Systema digestivus
Systema  digestivusSystema  digestivus
Systema digestivus
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah anvis "enfisema"
Makalah anvis "enfisema"Makalah anvis "enfisema"
Makalah anvis "enfisema"
 
Satuan acara penyuluhan Bronkitis
Satuan acara penyuluhan BronkitisSatuan acara penyuluhan Bronkitis
Satuan acara penyuluhan Bronkitis
 
Ppok AKPER PEMKAB MUNA
Ppok AKPER PEMKAB MUNA Ppok AKPER PEMKAB MUNA
Ppok AKPER PEMKAB MUNA
 
Satpel ppok
Satpel ppokSatpel ppok
Satpel ppok
 
Asma bronchial AKPER PEMKAB MUNA
Asma bronchial AKPER PEMKAB MUNA Asma bronchial AKPER PEMKAB MUNA
Asma bronchial AKPER PEMKAB MUNA
 
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeSelasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
 
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docx
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docxTUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docx
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docx
 
ASMA2 YOHANA.pdf
ASMA2 YOHANA.pdfASMA2 YOHANA.pdf
ASMA2 YOHANA.pdf
 
gastroenteritis
gastroenteritisgastroenteritis
gastroenteritis
 
Saad abses paru
Saad abses paruSaad abses paru
Saad abses paru
 
Abses paru Akper pemkab muna
Abses paru Akper pemkab munaAbses paru Akper pemkab muna
Abses paru Akper pemkab muna
 
Abses paru AKPER PEMDA MUNA
Abses paru AKPER PEMDA MUNA Abses paru AKPER PEMDA MUNA
Abses paru AKPER PEMDA MUNA
 

PENATALAKSANAAN

  • 1. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL NAFAS e.c PPOK DAN PNEUMONIA Nama : Jemirda Sundari Y NPM : 0806334003 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2013
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini. Penulisan makalah ilmiah ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan mata kuliah kegawatdaruratan. Saya menyadari bahwa dengan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, saya bisa menyelesaikan makalah ilmiah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tuti Herawati S. Kp., M.N., selaku koordinator mata ajar KGD dan teman-teman FIK UI yang telah memberi semangat dan masukan berharga dalam penulisan makalah ilmiah ini. Berkat dukungan dan kerja sama yang baik, makalah ilmiah ini dapat diselesaikan. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan memberikan segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ilmiah ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Depok, 17 Maret 2013 Penulis ii
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2 1.3 Metode Penulisan ................................................................................................... 2 1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................................ 3 BAB 2 TINJAUAN TEORI ....................................................................................... 4 2.1 Pengertian Gagal Nafas, PPOK, dan Pneumonia ................................................... 4 2.2 Patofisiologi Pasien Gagal Nafas ec PPOK dan Pneumonia ................................ 6 2.3 Pengkajian dan Manifestasi Klinis Gagal Nafas .................................................... 7 2.4 Penatalaksanaan pada Pasien Gagal Nafas ec PPOK dan Pneumonia ................... 8 2.4.1 Penatalaksanaan medis........................................................................................ 8 2.4.2 Penatalaksanaan keperawatan ............................................................................. 9 BAB 3 PENUTUP ...................................................................................................... 12 3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 12 3.2 Saran ...................................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13 iii
  • 4. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin pesat menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Persaingan yang muncul dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup manusia menuntut agar manusia mampu meningkatkan produktifitas kerjanya semaksimal mungkin. Usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan dengan kerja keras yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan stress fisik maupun emosional. Selain itu juga, terjadi peningkatan jumlah pabrik dan berbagai kendaraan. Asap dari pabrik, kendaraan, dan rokok merupakan suatu polutan dalam udara. Bila tidak diimbangi dengan penghijauan, maka sistem tubuh yang pertama terganggu adalah sistem pernapasan. Karena manusia bernapas membutuhkan pertukaran gas, dimana menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida hasil dari sisa metabolisme. Bila udara yang dihirup tidak bersih maka akan mengakibatkan gangguan pernapasan. Survey Kesehatan Rumah Tangga yang dilakukan pada tahun 1996, menurut Dirjen Pelayanan Medik (YANMED) Departemen Kesehatan; Sri Astuti Supartono mengatakan bahwa penyakit yang menyebabkan sesak nafas seperti bronchitis, emfisema, dan asma merupakan penyebab kematian ketujuh di Indonesia. Bronkitis dan emfisema merupakan penyakit paru obstruktif kronik. Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut : kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70 %, pertambahan penduduk, industrialisasi, dan polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). Penyakit paru obstuktif kronis (PPOK) masih merupakan komplikasi penting dari gagal napas. Dasar fisiologis kegagalan pernapasan akut pada PPOK sekarang jelas. Ketidakcocokan ventilasi/perfusi yang signifikan dengan peningkatan relatif ruang mati menyebabkan hiperkapnia dan asidosis karenanya. Selain PPOK, pneumonia juga merupakan infeksi penapasan bawah akut yang banyak ditemukan. Jurnal medika tahun 2011 menyebutkan bahwa seringkali sulit 1
  • 5. membedakan pneumonia dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Bisa dikatakan bahwa pneumonia adalah suatu penyakit penyerta atau faktor risiko untuk terjadinya suatu eksaserbasi dari PPOK. PPOK adalah penyebab utama umum dari kegagalan pernapasan (Hudak dan Gallo, 1997). Gagal nafas merupakan masalah keupayaan untuk bernafas tetapi bukan sesuatu penyakit. Gagal nafas dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Hairina, 2011). Gagal nafas juga menjadi sebagai masalah pengobatan seumur hidup (life-threatening) yang dimana telah mewujudkan konsep pengobatan intensif (Intensive care unit-ICU) di rumah sakit utama. ICU menyediakan peralatan untuk mensuport untuk mempertahankan fungsi vital pada pasien gagal nafas. Penanganan gagal nafas harus dilakukan dengan segera karena risiko kematian lebih tinggi. Selain itu, gagal nafas juga berisiko menyebabkan multipel gagal organ yang lain. Untuk itu, tujuan penulisan makalah ilmiah ini dilakukan adalah untuk membahas mengenai penatalaksanaan pasien gagal nafas ec PPOK dan Pneumonia. 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ilmiah ini adalah: 1. Mengetahui definisi PPOK, Pneumonia, dan Gagal Nafas 2. Mengetahui patofisiologi pada pasien gagal nafas ec PPOK dan pneumonia 3. Mengetahui tanda dan gejala gagal nafas 4. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien gagal nafas ec PPOK dan pneumonia 1.3 Metode Penulisan Metode penulisan pada makalah ini adalah deskriptif dengan teknik studi pustaka dengan menggunakan berbagai literature yang terdiri dari buku, jurnal, dan artikel. 2
  • 6. 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan makalah ilmiah ini, secara sistematis disusun menjadi empat bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab yaitu sebagai berikut : BAB 1 : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode dan teknik penulisan, serta sistematika penulisan. BAB 2 : Tinjauan teori, yang terdiri dari pengertian PPOK, pneumonia, dan gagal nafas; patofisiologi pasien gagal nafas ec PPOK dan pneumonia; tanda dan gejala gagal nafas; penatalaksanaan pasien gagal nafas ec PPOK dan pneumonia BAB 3 : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran. 3
  • 7. BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian PPOK, Pneumonia, dan Gagal Napas Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik merupakan peradangan salluran udara (bronkus) yang ditandai oleh batuk berdahak selama minimal 3 bulan dalam setahun pada 2 tahun berturut-turut. Emfisema yaitu perubahan anatomic paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus (Hudak dan Gallo, 1997). Jurnal medika tahun 2011 menyatakan penyakit penyerta atau faktor risiko untuk terjadinya suatu eksaserbasi dari PPOK adalah pneumonia. Pneumonia secara klinis didefinisakan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit) (Nuryasni, 2009). Menurut Hudak dan Gallo (1997), pneumonia adalah infeksi akut dari parenkim paru dari distal sampai bronkiolus terminalis. PPOK dan pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas pada penderitanya. Gagal nafas adalah tidak berfungsinya pernapasan pada derajat dimana pertukaran gas tidak adekuat untuk mempertahankan analisa gas darah normal, dengan kata lain PO2 < 50 mmHg dan PCO2 > 50 mmHg (Hudak dan Gallo, 1997). Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997 dalam Hairina, 2011). Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam jumlah yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung Harapan Kita, 2001). Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel- sel tubuh sehingga menyebabkan tekanan oksigen kurang dari 50 mmHg 4
  • 8. (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia) (Brunner & Sudarth, 2001). Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik dan emfisema. 5
  • 9. 2.2 Patofisiologi Pasien Gagal Nafas ec PPOK dan Pneumonia Pasien PPOK Kerusakan jaringan paru : - Penyempitan saluran nafas dan fibrosis - Destruksi parenkim - Hipersekresi mukus - Etiologi Primer : Infeksi trakeobronkial - Etiologi Sekunder : pneumonia Eksaserbasi akut Bersihan Jalan nafas tidak efektif Sesak bertambah Produksi sputum Peningkatan tekanan hidrostatik pulmonal Dinding alveoli rusak akibat infeksi Peningkatan aliran limpatik Area permukaan alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu Cairan transudat ke alveolus ruang rugi Edema pulmonal Kerusakan difusi O2 Kerusakan Pertukaran Gas Hipoksemia PaCO2 Eliminasi CO2 Gagal Napas mengalami kerusakan (hiperkapnia) Sumber : (Hudak and Gallo, 1997; Smeltzer, and Bare, 2001; Black and Jane, 2002; Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003; Katyal, P and ognjen, 2006). 6
  • 10. 2.3 Pengkajian dan Manifestasi Klinis Gagal Nafas Menurut Black and Jane (2002), Pengkajian gagal nafas terdiri dari : 1. Airway : Peningkatan sekresi pernapasan; bunyi nafas krekels, ronki dan wheezing. o Produksi sputum : catat perubahan warna sputum klien, bau, kualitas, dan kuantitas. Normalnya, trakeobronkial memproduksi 3 ons mucus per hari sebagai bagian mekanisme pembersihan yang normal. o Krekels. Bunyi ini terdengar bila terbukanya saluran udara kecil yang berisi cairan. Krekels selalu terdengar selama inspirasi dan tidak hilang dengan batuk. o Ronki. Timbul akibat udara yang melewati cairan. Suara ini ada pada klien dengan produksi mukus berlebih. Ronki selalu terdengar saat ekspirasi dan hilang dengan batuk. o Wheezing. Bunyi ini timbul karena adanya udara yang lewat pada jalan napas yang sempit. Wheezing terdengar selama inpirasi dan ekspirasi. Wheezing yang parah akan terdengar tanpa menggunakan stetoskop. 2. Breathing : Distress pernapasan :pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi; menggunakan otot aksesori pernapasan; kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis. o Dispnea.salah satu manifestasi pasien dengan gangguan paru dan jantung. Ini adalah gejala subyektif dan refleksi dari penilaian klien terhadap kerja napasnya. 3. Circulation : takikardia; sakit kepala; gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk; penurunan haluaran urine. Tanda yang menunjukkan bahwa seseorang mengalami gagal nafas yaitu : aliran udara di mulut dan hidung tidak dapat didengar/dirasakan; pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi, adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan; terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, dan wheezing; dan ada retraksi dada. Gejala pada gagal nafas yaitu penurunan kesadaran, takikardia, gelisah, berkeringat, dan sianosis (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). 7
  • 11. Menurut Black and Jane (2002), dalam menganalisis gejalanya perlu diperhatikan : o Onset. Kapan manifestasi awalnya muncul? o Lokasi. Lokasi penting diketahui, misalnya pada nyeri dada. Tujuannya untuk mnegetahui nyeri dada yang timbul akibat masalah jantung atau pernapasan. o Durasi. Durasi ini penting untuk mengetahui gejalanya termasuk akut atau kronik o Persepsi klien. Perlu ditanyakan pada klien tentang apa saja hal yang dirasakan. Selain itu, pada produksi sputum juga perlu ditanyakan berapa banyak sputum yang dikeluarkan setiap hari. o Penyebab parahnya atau hilangnya gejala. Lingkungan dan posisi seperti apa yang dapat menghilangkan atau bahkan memperparah gejala yang muncul. o Timing. Mencakup waktu awal munculnya dan periodenya (hari, minggu, atau bulan) selama masalah terjadi. 2.4 Penatalaksanaan pada Pasien Gagal Nafas ec PPOK dan Pneumonia 2.4.1 Manajemen Medis Manajemen medis pada pasien gagal nafas e.c PPOK dan Pneumonia menurut Black and Jane, 2002; Calverley, 2003; Baltopoulus and Nicolaos, 2004; Murat, 2013), adalah : o Koreksi hipoksemia. Ini sangat penting dalam mempertahankan oksigenasi adekuat, dengan cara meningkatkan FiO2 pada ventilasi mekanik yang digunakan. o Kurangi preload. Klien ditempatkan pada posisi tegak. Diuretik diresepkan untuk eksresi cairan. Nitrat, seperti nitrogliserin digunakan untuk vasodilatasi. o Kurangi afterload. Gunanya untuk mengurangi beban kerja ventrikel kiri. Agen antihipertensi termasuk agen ampuh seperti nitroprusid diresepkan. Morpin juga diresepkan untuk mengurangi ansietas. o Support perfusi. Ventrikel kiri di support dengan menggunakan inotropik seperti dobutamin. Urine output selalu di monitor untuk mengetahui apakah fungsi ginjal adekuat. 8
  • 12. o Pemberian obat-obatan: antikolinergik untuk bronkodilatasi, kortikosteroid untuk mengurangi edema jalan nafas, antibiotik untuk mengatasi infeksi, neuromuscular blocking agent untuk paralisis otot pernafasan. 2.4.2 Penatalaksanaan Keperawatan Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan pada pasien gagal nafas e.c PPOK dan pneumonia menurut Black and Jane (2002) dan Doenges (1999), adalah : 1. Kerusakan pertukaran gas Kriteria hasil : Klien akan menunjukkan pertukaran gas yang meningkat yang dibuktikan dengan PaO2 sampai 55 atau 60 mmHg, saturasi oksigen diatas 90%, pH normal, penurunan ansietas dan dispnea. Intervensi : Mandiri :  Monitor tanda-tanda vital, derajat sesak, frekuensi napas,dan tingkat kesadaran. Monitor tanda vital setiap 15 menit hingga pasien stabil. Tujuannya untuk mengetahui tingkat eksaserbasi. Rasional : evaluasi derajat distress pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit; takikardia, disritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.  Posisikan Klien Posisikan klien dengan kaki tergantung yang bertujuan untuk mengurangi preload dan tinggikan kepala tempat tidur Rasional : meningkatkan inspirasi maksimal  Monitor respon klien terhadap ventilasi Rasional : evaluasi terhadap adanya perbaikan/perburukan dari respirasi klien Kolaborasi:  Berikan terapi oksigen Berikan oksigenasi sesuai dengan instruksi untuk mempertahankan oksigenasinya. Titrasi aliran oksigen untuk mempertahankan 9
  • 13. saturasi di atas 90%. Klien mungkin tidak mampu mentoleransi work of breathing (WOB) dan mungkin memerlukan ETT dan ventilasi mekanik. Rasional : mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg  Pemasangan ETT Rasional: koreksi hipoksemia.  Pemasangan ventilator : - PO2 FiO2 - PCO2 RR dan Tidal volume Rasional : koreksi hipoksemia  Pantau AGD Rasional: mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru. 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif Kriteria hasil: bersihan jalan napas klien menjadi efektif Intervensi mandiri:  Kaji kebutuhan untuk suctioning Rasional : obstruksi dapat disebabkan oleh akumulasi secret, perlengketan mukosa, perdarahan, atau masalah dengan posisi selang endotrakeal.  Lakukan suction Raasional : mengeluarkan secret  Pertahankan sterilitas Rasional : mencegah risiko infeksi  Hiperoksigenasi sebelum dan setelah suction. Peningkatan FiO2 pada ventilator atau ventilasi manual pada klien. Rasional : menurunkan hipoksia tiba-tiba  Pemberian nutrisi dan cairan yang adekuat Rasional : hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret, mempermudah pengeluaran. 10
  • 14. Kolaborasi:  Inhalasi nebulizer Rasional : meningkatkan ventilasi dan membuang secret dengan relaksasi otot halus/ spasme bronkus. 3. Kelebihan volume cairan Kriteria hasil: klien akan menunjukkan keseimbangan cairan, dibuktikan dengan diuresis. Intervensi mandiri:  Monitor urine output, berat, dan jumlah potassium (kehilangan potassium merupakan efek samping furosemid) Rasional: evaluasi keseimbangan cairan pada klien.  Monitor tekanan darah Rasional: mengetahui apakah klien bisa mempertahankan perfusi tanpa bantuan inotropik  Karena cairan oral dibatasi, perawatan mulut dilakukan tiap 2 jam Rasional : mempertahankan kelembaban mukosa klien. Kolaborasi:  Pemberian diuretic Rasional: memperbaiki kelebihan cairan 11
  • 15. BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Penatalaksanaan gagal nafas merupakan tindakan gawat darurat karena kasus ini sering menimbulkan kematian. Penyebab gagal nafas selalu disebabkan oleh ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Terdapat 2 macam gagal nafas yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik dan emfisema. Indikator terhadap gagal nafas dapat diliat dari peningkatan frekuensi pernafasan dan kapisital vital. Pemeriksaan penunjang yanag dapat dilakukan untuk mementukan keparahan gagal nafas dapat dilakukan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dari hasil AGD, dapat diliat terjadinya hikposia ringan (PaO2<80mmhg), sedang(Pa02<60mmhg) atau berat (Pa02<40 mmhg). Penatalaksanaan keperawatan pada pasien gagal nafas penting dilakukan baik secara mandiri maupun kolaborasi. Secara mandiri dapat dilakukan monitoring TTV, positioning, lakukan fisioterapi dada, suctioning, dan monitor respon klien terhadap ventilator. Secara kolaborasi dapat dilakukan dengan pemasangan ETT, ventilasi mekanik, inhalasi, panatau AGD, dan medikasi. 3.2 Saran Mahasiswa hendaknya mempelajari dan berpikir kritis dalam menganalisa kegawatdaruratan pada pasien gagal nafas. Hal ini berguna untuk pemberian intervensi yang tepat dan sigap. Intervensi ini dibutuhkan untuk menurunkan angka kematian pasien akibat gagal nafas. 12
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Black, J., Jane, H. (2002). Medical surgical nursing. Philadelphia : Elsevier Saunders. Doenges, M. (1999). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta : EGC. Hudak, C., Barbara, M. (1997). Keperawatan kritis. Jakarta : EGC. Smeltzer, S., Bare, B. (2001). Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC. Baltopoulus, G., Nicolaos, M., Pavlos, M. (2004). Respiratory failure. 17 Maret 2013. http://www.nursingcenter.com/lnc/journalarticle?Article_ID=536343. Calverley. (2003). Respiratory failure in chronic obstructive pulmonary disease. European Respiratory Journal. 17 Maret 2013. http://erj.ersjournals.com/content/22/47_suppl/26s.full.pdf+html. Hidayati. (2011). Peran NAC pada penyakit saluran pernapasan. 17 Maret 2013. http://jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-02-vol-xxxvii-2011/291- kegiatan/541-peran-nac-pada-penyakit-saluran-pernapasan. Katyal, P & Ognjen, G. (2006). Pathophysiology ofr respiratory failure and use of mechanical ventilation. 17 Maret 2013. http://www.thoracic.org/clinical/critical-care/clinical-education/respiratory- failure-mechanical-ventilation.pdf. Murat, A. (2013). Resporatory failure. 17 Maret 2013. http://emedicine.medscape.com/article/167981-overview. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003). Penyakit Paru Obstruktif Kronik. 17 Maret 2013. http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf Rogayah, R., Feni,F., dan Menaldi,R. (2009). Ventilasi noninfasif (noninvasif ventilation/NIV). 17 Maret 2013. http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Juli09/Referat%20NIV%20Majalah%20200 9rev.pdf. Surjanto, Eddy. (2009). The relationship between underlying disease of respiratory failure with the treatment’s outcome on hospitalized patients in dr. Moewardi hospital surakarta 2009. 17 Maret 2013. http://fk.uns.ac.id/static. 13