2. Katalog dalam Terbitan
Indonesia. Pusat Kurikulum, Badan Penelitian
dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional
Pelayanan Profesional Kurikulum 2004
Penilaian Kelas, - Jakarta:
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003
iv, 64 hal.
ISBN
2
3. KATA PENGANTAR
Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja
pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan yang
demikian itu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang
cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka, dan berdemokrasi, serta
mampu bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia. Dalam pada itu, kinerja
pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap
aspek substantif yang mendukungnya, yakni kurikulum.
Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas telah menyiapkan seperangkat
kurikulum yang disebut dengan “Kurikulum 2004”. Sebelum kurikulum
ini diberlakukan secara nasional telah dilakukan rintisan pelaksanaan (pilot
mini) di beberapa sekolah kemudian dilanjutkan dengan perluasan rintisan
pelaksanaan di sejumlah sekolah yang lebih banyak. Rintisan dan perluasan
rintisan ini bertujuan untuk mendapatkan masukan tentang kekuatan dan
kelemahan perangkat yang telah disusun sebagai bahan penyempurnaan.
Perangkat kurikulum 2004 terdiri atas Kerangka Dasar, Standar Kompetensi
Bahan Kajian, dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Perangkat Kurikulum
2004 juga didukung oleh perangkat layanan profesional yang terdiri atas
(1) Pemahaman terhadap Kurikulum 2004, (2) Model Sistem Penyampaian
Kurikulum, (3) Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif, (4) Pengelolaan
Kurikulum di Tingkat Sekolah, (5) Model Pelatihan dan Pengembangan
Silabus.
Jakarta, November 2003
Kepala Pusat Kurikulum
Dr. H. Siskandar, MA
3
4. DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 5
A. Latar Belakang .................................................................. 5
B. Orientasi Penilaian Kelas ................................................. 6
C. Prinsip-Prinsip Penilaian Kelas ........................................ 8
D. Peranan Penilaian Kelas ................................................... 9
BAB II. KONSEP PENILAIAN KELAS ................................................ 11
A. Pengertian Penilaian Kelas ............................................... 11
B. Pengertian Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes ....... 11
C. Hubungan antara Penilaian Kelas dengan Kurikulum
Berbasis Kompetensi ........................................................ 12
BAB III. PELAKSANAAN PENILAIAN KELAS .................................... 16
A. Penilaian Eksternal dan Internal ...................................... 16
B. Persyaratan Pelaksanaan Penilaian Kelas ......................... 18
C. Penilaian Kompetensi Dasar Mata Pelajaran .................... 19
BAB IV. PENGUMPULAN DAN PENGELOLAAN INFORMASI HASIL
BELAJAR ................................................................................ 22
A. Pendekatan Penilaian ....................................................... 22
B. Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar ............................ 27
C. Pengumpulan Informasi Hasil Belajar .............................. 34
1. Pengumpulan Informasi ............................................. 34
2. Cara Pengumpulan Informasi ................................... 36
3. Bentuk Tagihan ............................................................ 48
4. Contoh Cara Penilaian .............................................. 49
BAB V. PENCAPAIAN KOMPETENSI DAN PELAPORAN ................ 55
A. Pencapaian Kompetensi ................................................... 55
B. Laporan sebagai Akuntabilitas Publik .............................. 56
C. Bentuk Laporan ............................................................... 57
4
5. 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyempurnaan kurikulum adalah salah satu upaya peningkatan mutu
pendidikan. Upaya itu berhasil jika ada perubahan pola kegiatan
pembelajaran, dari yang berpusat pada guru kepada yang berpusat pada
siswa, serta orientasi penilaian dari yang berorientasi diskriminasi siswa
kepada yang berorientasi diferensiasi siswa. Keseluruhan perubahan itu
akan menentukan hasil pendidikan.
Ketepatan penilaian yang dilakukan sekolah, terutama yang berkaitan
dengan penilaian kelas, memperlihatkan pencapaian hasil belajar siswa.
Penilaian tersebut mempengaruhi pendekatan, kegiatan, dan sumber
belajar yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran.
Penilaian dan kegiatan pembelajaran bermuara pada penguasaan
kompetensi yang diharapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas
kurang mampu menggambarkan kemampuan siswa yang beragam
karena cara dan alat yang digunakan kurang sesuai dan kurang bervariasi.
Karena keterbatasan kemampuan dan waktu, penilaian cenderung
dilakukan dengan menggunakan cara dan alat yang lebih menyederhanakan
tuntutan perolehan siswa.
Hasil evaluasi pelaksanaan Kurikulum 1994 menunjukkan bahwa
penilaian yang dilakukan di kelas kurang mampu memperlihatkan
tuntutan hasil belajar siswa, yaitu:
a. mengungkapkan pemahamannya dengan kalimat sendiri secara lisan
dan tertulis;
b. mengekspresi gagasan, khususnya dalam bentuk gambar, grafik,
diagram, atau simbol lainnya;
c. mengembangkan keterampilan fungsional sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan fisik, sosial, dan budaya;
d. menggunakan lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) sebagai sumber
dan media belajar;
5
6. Penilaian Kelas
e. membuat laporan penelitian dan membuat sinopsis; dan
f. mengembangkan kemampuan bereksporasi dan mengaktualisasi diri.
Di samping itu, penilaian dilakukan tidak hanya untuk mengungkapkan
hasil belajar ranah kognitif, tetapi juga diharapkan mampu mengungkapkan
hasil belajar siswa dalam lingkup ranah afektif dan psikomotor.
Diharapkan penilaian kelas mampu mengatasi permasalahan penilaian
yang ada sehingga hasil belajar siswa dapat dinilai sesuai dengan tuntutan
kompetensi.
B. Orientasi Penilaian Kelas
1. Manfaat Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang
kemajuan belajar siswa, guna menetapkan sampai sejauhmana siswa
telah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Hasil penilaian kelas berguna:
• Sebagai umpan balik bagi siswa agar mengetahui kemampuan
dan kekurangannya sehingga termotivasi untuk meningkatkan
dan memperbaiki hasil belajarnya.
• Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar
yang dialami siswa sehingga dapat dilakukan pengayaan dan
remidiasi.
• Sebagai umpan balik bagi guru untuk memperbaiki metode,
pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
• Sebagai masukan bagi guru guna merancang kegiatan belajar
sedemikian rupa sehingga para siswa dapat mencapai
kompetensi dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda.
• Sebagai informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang
efektivitas pendidikan sehingga partisipasi orang tua dan komite
sekolah dapat ditingkatkan.
2. Keunggulan Penilaian Kelas
Berikut ini dikemukakan sejumlah keunggulan penilaian kelas
• Pengumpulan informasi kemajuan belajar baik formal maupun
6
7. Pendahuluan
informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan dan
memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa
untuk menunjukkan apa yang dipahami dan mampu
dikerjakannya.
• Prestasi belajar siswa terutama tidak dibandingkan dengan
prestasi kelompok, tetapi dengan prestasi atau kemampuan yang
dimiliki sebelumnya; dengan demikian siswa tidak didiskriminasi
(lulus atau tidak lulus, pintar atau bodoh (masuk ranking
berapa), tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.
• Pengumpulan informasi dilakukan dengan berbagai cara agar
gambaran kemampuan siswa dapat lebih lengkap terdeteksi atau
terungkap.
• Siswa tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang tersedia, tetapi
lebih dituntut mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk
mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan memecahkan
masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri.
• Pengumpulan informasi menentukan ada tidaknya kemajuan
belajar dan perlu tidaknya bantuan secara terencana, bertahap,
dan berkesinambungan, berdasarkan fakta dan bukti yang
memadai. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan
memperbaiki prestasi belajarnya.
• Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar
(PBM) tetapi dapat dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung
(penilaian proses). Hasil kerja atau karya siswa yang berbentuk 2
dimensi yang dapat dikumpulkan dalam portofolio dan yang
berbentuk 3 dimensi (produk) terutama dihasilkan melalui PBM.
Karya tersebut dapat juga bersumber atau berasal dari berbagai
kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan sekolah, kegiatan OSIS, kegiatan
lomba antar sekolah, bahkan kegiatan hobi pribadi. Dengan
demikian, penilaian kelas mengurangi dikhotomi antara PBM dan
kegiatan penilaian serta antara kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
kokurikuler dan ekstrakurikuler.
• Kriteria penilaian karya siswa dapat dibahas guru dengan para
siswa sebelum karya itu dikerjakan; dengan demikian siswa
mengetahui patokan penilaian yang akan digunakan atau secara
tidak langsung terdorong agar berusaha mencapai harapan
(expectations) (standar yang dituntut) guru.
7
8. Penilaian Kelas
C. Prinsip-prinsip Penilaian Kelas
1. Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat
penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai,
misalnya:
Kompetensi Alat Penilaian
A : Kemampuan siswa berbicara X : Wawancara
tentang hobi dalam bahasa
Inggris
B : Kemampuan menggunakan Y : Reading
tenses yang tepat pada waktu Comprehension
yang berbeda
Jika guru menilai kompetensi A dan alat penilaian yang digunakan
adalah X, penilaian ini valid.
Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat penilaian X,
dalam kenyataan yang dinilai bukan kompetensi A tetapi B, penilaian
ini tidak valid.
Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat penilaian X,
dalam kenyataan yang dipakai justru alat penilaian Y, penilaian ini
tidak valid.
2. Reliabilitas
Penilaian yang reliable (terpercaya) memungkinkan perbandingan yang
reliable dan menjamin konsistensi. Misalnya, guru menilai kompetensi
siswa dalam melakukan eksperimen kimia dalam laboratorium. Tiga
puluh siswa melakukan eksperimen dan masing-masing menulis
laporannya. Penilaian ini reliable jika guru dapat membandingkan taraf
penguasaan 30 siswa itu dengan kompetensi eksperimen yang dituntut
dalam kurikulum. Penilaian ini reliable jika 30 siswa yang sama
mengulangi eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama dan
hasilnya ternyata sama. Kondisi yang sama misalnya:
• Tidak ada siswa yang sakit
• Penerangan/pencahayaan dalam laboratorium sama
8
9. Pendahuluan
• Suhu udara dalam lab sama
• Alat yang digunakan sama
Penilaian tersebut tidak reliable jika ada kondisi yang berubah,
misalnya ada 3 siswa yang sakit tetapi dipaksa melakukan
eksperimen yang sama, dan ternyata hasilnya berbeda.
3. Terfokus pada kompetensi
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian harus
terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan),
bukan pada penguasaan materi (pengetahuan).
4. Keseluruhan
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara
dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan siswa,
sehingga tergambar profil kemampuan siswa.
5. Objektivitas
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian
harus adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa
yang dapat dipahami siswa, dan menerapkan kriteria yang jelas
dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor).
6. Mendidik
Penilaian dilakukan bukan untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau
tidak lulus) atau menghukum siswa tetapi untuk mendiferensiasi
siswa (sejauh mana seorang siswa membuat kemajuan atau posisi
masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapaian suatu
kompetensi). Berbagai aktivitas penilaian harus memberikan
gambaran kemampuan siswa, bukan gambaran ketidakmampuannya.
D. Peranan Penilaian Kelas
Penilaian secara umum memiliki peranan yang sangat penting dalam
kurikulum. Peranan penilaian adalah untuk grading, seleksi, mengetahui
tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.
9
10. Penilaian Kelas
1. Sebagai grading, penilaian berperan untuk menentukan atau
membedakan kedudukan hasil kerja siswa dibandingkan dengan
siswa lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan siswa dalam
urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi
penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan
anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan
norma (norm-referenced assessment).
2. Sebagai alat seleksi, penilaian berperan untuk memisahkan antara
siswa yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Siswa
yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam
hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk
atau tidak di sekolah tertentu.
3. Peranan penilaian untuk menggambarkan sejauh mana seorang
siswa telah menguasai kompetensi.
4. Sebagai bimbingan, penilaian berperan untuk mengevaluasi hasil belajar
siswa dalam rangka membantu siswa memahami dirinya, membuat
keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,
pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
5. Sebagai alat diagnosis, penilaian berperan menunjukkan kesulitan
belajar yang dialami siswa dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah
seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.
6. Sebagai alat prediksi, penilaian berperan untuk mendapatkan informasi
yang dapat memprediksi bagaimana kinerja siswa pada jenjang
pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari
penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.
Dari keenam peranan penilaian tersebut, peranan untuk melihat tingkat
penguasaan kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan
utama dalam penilaian kelas.
Sesuai dengan peranan tersebut, penilaian kelas menuntut guru agar
secara langsung atau tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam
keseluruhan proses pembelajaran. Jadi, peran penilaian kelas adalah
memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil
belajar siswa baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung
maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara
penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai siswa.
10
11. 2 KONSEP PENILAIAN KELAS
A. Pengertian Penilaian Kelas
Penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis
kompetensi. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan
penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil
belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga
didapatkan potret/profil kemampuan siswa sesuai dengan daftar
kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian kelas
dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-mengajar. Penilaian
dapat dilakukan baik dalam suasana formal maupun informal, di dalam
kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar atau
dilakukan pada waktu yang khusus.
Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis
(paper and pencil test), penilaian hasil kerja siswa melalui kumpulan
hasil kerja (karya) siswa (portofolio), penilaian produk 3 dimensi, dan
penilaian, unjuk kerja (performance) siswa. Penilaian kelas merupakan
suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan,
pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan
pencapaian hasil belajar siswa, pelaporan, dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar siswa.
B. Pengertian evaluasi, penilaian, pengukuran, dan tes
Banyak orang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi ,
pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assessment), padahal
keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan
identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat
pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi
berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Di bidang
11
12. Penilaian Kelas
pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru,
suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja
guru. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) siswa. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa
hasil atau prestasi belajar seorang siswa.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang
siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil penilaian dapat berupa
nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif
(berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif tersebut. Tes adalah cara penilaian yang
dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat
tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang
jelas.
Penilaian kelas merupakan penilaian yang dilakukan guru baik yang
mencakup aktivitas penilaian untuk mendapatkan nilai kualitatif
maupun aktivitas pengukuran untuk mendapatkan nilai kuantitatif
(angka). Perlu diingat bahwa penilaian kelas dilakukan terutama untuk
memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa yang dapat digunakan
sebagai diagnosis dan masukan dalam membimbing siswa dan untuk
menetapkan tindak lanjut yang perlu dilakukan guru dalam rangka
meningkatkan pencapaian kompetensi siswa.
C. Hubungan antara penilaian kelas dengan kurikulum berbasis
kompetensi
Untuk melihat hubungan tersebut, perlu diamati perbedaan antara
unsur-unsur yang tercantum dalam dokumen kurikulum berbasis materi
dan dokumen kurikulum berbasis kompetensi. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
12
13. Konsep Penilaian Kelas
Kurikulum berbasis Kurikulum berbasis
Sistem PBM
materi kompetensi (KBK)
• Input Alat, bahan, dan -
• Proses sumber belajar
• Output Kegiatan belajar -
-
Outcome (hasil/
belajar yang
berdampak) dan
indikator penilaian
Dari segi input proses belajar-mengajar (PBM), alat, bahan, dan sumber
belajar dicantumkan dalam dokumen kurikulum berbasis materi (secara
eksplisit dicantumkan dalam Kurikulum 1975 dan 1984 dan secara
implisit dalam Kurikulum 1994). Hal ini tidak dicantumkan dalam
dokumen KBK. Dari segi proses, daftar kegiatan belajar dicantumkan
dalam Kurikulum 1984 dan 1994. Dalam KBK, kegiatan belajar ini tidak
dicantumkan. Dari segi output, hasil belajar yang diharapkan tidak
dicantumkan dalam Kurikulum 1975, 1984, dan 1994. Dalam KBK yang
dicantumkan hanyalah output berupa outcome atau hasil belajar yang
berdampak.
Hafalan yang tidak relevan, pengetahuan yang sederhana, dan
pemahaman tingkatan rendah merupakan hasil belajar, tetapi bukan hasil
belajar yang berdampak. Yang dimaksudkan adalah dampak terhadap
kegiatan belajar selanjutnya pada mata pelajaran yang sama atau mata
pelajaran lain, kegiatan belajar pada jenjang pendidikan lebih tinggi,
atau terhadap aktivitas dalam dunia kerja dan dalam kehidupan di
masyarakat. Contoh hasil belajar yang berdampak adalah:
• membaca peta
• membuat peta
• menulis puisi
• menulis karangan
• menyusun naskah drama
• menghitung
• mengukur
13
14. Penilaian Kelas
• mengendalikan variabel
• melakukan eksperimen
• menabung
• membuat model
• menggambar rancang bangun
• menyelesaikan konflik
• membuat tabel, grafik, diagram
• menafsirkan tabel, grafik, diagram
Rumusan hasil belajar yang berdampak sebaiknya dapat ditunjukkan
atau didemonstrasikan siswa (demonstrable), dapat diamati (observable),
dan spesifik (khusus).
Dalam KBK hasil belajar yang berdampak dirumuskan pada tingkat
yang paling umum sampai dengan tingkat yang paling khusus, mulai
dari rumusan kompetensi tamatan, kompetensi lintas kurikulum,
standar kompetensi rumpun bahan kajian, standar kompetensi mata
pelajaran sampai dengan rumusan kompetensi dasar atau hasil
belajarnya. Selain itu, dalam KBK dicantumkan indikator penilaian
atau indikator pencapaian hasil belajar siswa. Indikator merupakan
penunjuk sampel hasil belajar siswa atau pencapaian kompetensi
dasar. Indikator tersebut dapat membantu guru dalam merancang
penilaian.
Dengan demikian, dalam KBK hanya dicantumkan outcome (hasil belajar
yang berdampak) dan indikator penilaian. Apa pun input yang akan
digunakan guru dan apa pun proses yang hendak dilakukan guru, yang
penting kurikulum telah menetapkan standar atau hasil belajar yang
berdampak yang dituntut secara nasional. Karena itu, di lapangan
hendaknya disusun silabus sebagai jembatan antara tuntutan kurikulum
dan proses belajar-mengajar (PBM).
Adapun unsur-unsur penting yang seyogianya dicantumkan dalam
silabus adalah:
• Alat, bahan, dan sumber belajar
• Pengalaman/kegiatan belajar
• Penilaian: alat penilaian (jika perlu)
14
15. Konsep Penilaian Kelas
Penilaian tersebut terutama disusun berdasarkan indikator yang
tercantum dalam kurikulum. Jika silabus per mata pelajaran telah
disusun, guru dapat menggunakan silabus tersebut untuk merencanakan
dan melaksanakan penilaian kelas.
15
16. 3 PELAKSANAAN PENILAIAN KELAS
A. Penilaian Eksternal dan Internal
Tujuan penilaian pada umumnya selain sebagai usaha untuk memberikan
gambaran tentang perkembangan hasil belajar siswa dan untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang harus dilakukan, juga digunakan
sebagai pengakuan terhadap kualitas pendidikan yang telah dicapai di
suatu sekolah, yang ditunjukkan melalui sertifikasi. Dalam era globalisasi
dan desentralisasi pendidikan diperlukan kebijakan baru yang dilakukan
oleh pemerintah untuk menetapkan tingkatan kualitas siswa pada
masing-masing sekolah sesuai dengan kebutuhannya. Penilaian terhadap
kompetensi siswa dapat dilakukan oleh pihak luar (penilaian eksternal),
baik yang bersifat internasional, nasional maupun lokal dan oleh pihak
sekolah sendiri. Sehubungan dengan hal itu, penilaian yang bertujuan
untuk memberikan gambaran tentang perkembangan hasil belajar siswa
dan perbaikan proses belajar mengajar dilakukan oleh sekolah sendiri.
Ruang lingkup penilaian ini disebut penilaian internal.
1. Penilaian Eksternal
Penilaian eksternal dapat diterapkan sekolah untuk memperoleh
pengakuan tentang kualitas sekolah tersebut yang disetarakan dengan
tingkatan penilaian yang ditentukan lembaga penilaian eksternal.
a. Penilaian Internasional
Penilaian tingkat internasional dapat diterapkan sekolah untuk
memperoleh pengakuan dari pihak tertentu yang memiliki akses
internasional agar lulusan sekolah tersebut berhak memasuki
suatu jenjang sekolah atau perguruan tinggi di mancanegara.
b. Penilaian Nasional
Penilaian tingkat nasional dapat diterapkan sekolah untuk
memperoleh pengakuan dan sertifikat di tingkat nasional.
Pengakuan ini menjadikan semua siswa yang telah memperoleh
sertifikat pada jenjang pendidikan tertentu secara nasional
16
17. Pelaksanaan Penilaian Kelas
berhak melanjutkan pendidikannya dan mengikuti seleksi
masuk di sekolah mana pun di Indonesia. Siswa yang
memperoleh sertifikat tingkat nasional bisa juga menggunakan
sertifikat tersebut untuk keperluan yang berkaitan dengan
jenjang pendidikan di tingkat nasional dan dunia kerja. Pada
tingkat SD dapat diterapkan tes terstandar, misalnya untuk
Bahasa Indonesia, Matematika, Sains, dan Pengetahuan Sosial.
c. Penilaian lokal
Penilaian stingkat lokal adalah penilaian yang diterapkan dinas
pendidikan provinsi atau kabupaten/kota atau lembaga swasta
yang ditunjuk oleh Dewan Pendidikan. Penilaian lokal dapat
dilakukan secara terbatas pada sekolah-sekolah sampel, misalnya
untuk mendapatkan gambaran kemampuan baca-tulis-hitung
siswa SD kelas II, gambaran kemampuan Matematika siswa SMP
kelas II, atau gambaran kemampuan Biologi siswa kelas I SMA,
pada suatu provinsi atau kabupaten/kota. Hasil penilaian lokal
dapat digunakan untuk menentukan kebijakan peningkatan
mutu pendidikan pada tingkat provinsi atau kabupaten/kota.
2. Penilaian Internal
Penilaian internal adalah penilaian terhadap hasil belajar siswa yang
dilakukan oleh guru atas nama sekolah untuk menilai kompetensi
siswa pada tingkat tertentu. Penilaian dilakukan pada saat dan akhir
pembelajaran.
Keuntungan penilaian yang dilakukan pada saat proses dan akhir
masing-masing kompetensi adalah penilaian dilakukan sesuai
dengan kompetensi yang dituju, dengan menggunakan berbagai
alternatif cara penilaian , yaitu portofolio, produk, kinerja, dan tes
tertulis. Sedangkan penilaian kompetensi yang lebih menekankan
pada hasil belajar melalui cara penilaian tertulis pilihan ganda
sebaiknya dikurangi. Pilihan ganda hanya cocok digunakan untuk
menilai pengetahuan dan pemahaman tingkat rendah dalam ruang
lingkup materi yang cukup luas. Pilihan ganda cenderung tidak
mampu menilai kemampuan aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi
dalam ranah kognitif.
17
18. Penilaian Kelas
B. Persyaratan Pelaksanaan Penilaian Kelas
Dalam melaksanakan penilaian, guru seyogianya:
• Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.
• Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat
penilaian sebagai cermin diri.
• Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran
untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar
siswa.
• Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus siswa.
• Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang
bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar siswa.
• Menggunakan penilaian dalam rangka mengumpulkan informasi
untuk membuat keputusan tentang tingkat pencapaian siswa.
Penilaian kelas dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, produk
portofolio, unjuk kerja, dan tingkah laku. Agar penilaian objektif, guru
harus berupaya secara optimal untuk:
1. Memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja siswa dari sejumlah
penilaian yang dilakukan dengan berbagai cara dan alat penilaian.
2. Membuat keputusan yang adil tentang penguasaan kemampuan
siswa dengan mempertimbangkan hasil kerja (karya) yang
dikumpulkan.
Guru menetapkan tingkat pencapaian siswa berdasarkan hasil belajarnya
pada kurun waktu tertentu dan dalam berbagai rentang situasi. Pada
akhir satuan waktu (semester atau tahun), guru perlu membuat
keputusan akhir tentang kemampuan yang telah dikuasai siswa berkaitan
dengan indikator pencapaian yang telah ditetapkan secara nasional dalam
kurikulum.
Penilaian kelas dilakukan secara berkesinambungan. Hal ini berarti
suatu aktivitas penilaian dapat dilakukan setelah siswa mempelajari
suatu kompetensi. Pelaporan dilakukan dengan menggunakan
informasi yang telah diperoleh melalui penilaian untuk masing-masing
kompetensi.
18
19. Pelaksanaan Penilaian Kelas
C. Penilaian Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi terdiri dari:
• Kerangka dasar
• Kompetensi bahan kajian perjenjang (Dinilai di jenjang apa saja,
oleh siapa)
• Kompetensi mata pelajaran per kelas (Dinilai oleh guru dan pada
akhir satuan pendidikan oleh pihak eksternal).
Penilaian kelas dilakukan terhadap hasil belajar dan kompetensi dasar
sebagaimana tercantum dalam kurikulum setiap mata pelajaran. Hasil
belajar merupakan pernyataan minimal tentang suatu kemampuan,
sedangkan kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal tentang
suatu kemampuan dasar setelah siswa menyelesaikan suatu hasil belajar
tertentu. Daftar kompetensi dasar ini merupakan standar minimal suatu
mata pelajaran dan merupakan bagian dari kompetensi tamatan. Jika
seorang guru melakukan penilaian kompetensi dasar mata pelajaran,
guru tersebut sekaligus juga telah menilai kompetensi rumpun mata
pelajaran, kompetensi lintas kurikulum, dan kompetensi tamatan dari
sudut pandang dan sesuai dengan karakteristik mata pelajarannya.
Untuk menilai pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran digunakan
sejumlah tuntutan hasil belajar yang tercantum dalam buku Kurikulum
dan Hasil Belajar Mata Pelajaran. Buku Kurikulum dan Hasil Belajar
masing-masing mata pelajaran berisi pendahuluan tentang rasional,
pengertian, fungsi dan tujuan, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi
umum, pendekatan pembelajaran dan penilaian, pengorganisasian
materi, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi serta rambu-
rambu. Penilai harus memahami hal-hal yang tercantum dalam
pendahuluan untuk memperjelas isi inti dari buku tersebut, yaitu
kompetensi, hasil belajar dan indikator. Isi tersebut ditulis pada format
yang masing-masing berisi Kompetensi Dasar; Hasil Belajar, Indikator,
materi pokok. Setiap butir kompetensi dasar dijabarkan menjadi satu
atau lebih butir hasil belajar. Cakupan hasil belajar lebih sempit
dibandingkan dengan kompetensi dasar. Setiap hasil belajar disertai
indikator. Indikator adalah penunjuk sampel hasil belajar yang akan
dinilai. Dengan kata lain, indikator adalah bukti minimal yang dijadikan
19
20. Penilaian Kelas
acuan menilai hasil belajar. Karena pada umumnya hasil belajar
cenderung luas, tidak semua aspek atau dimensi hasil belajar dinilai.
Yang dinilai hanyalah sampel hasil belajar yang menggambarkan seluruh
hasil belajar. Sebagai analogi dapat disajikan ilustrasi berikut ini. Seorang
pembeli hendak menilai kacang tanah yang berada dalam satu keranjang.
Jika ia menilai kacang tanah satu per satu, dibutuhkan waktu terlalu
lama. Untuk menghemat waktu, ia memilih sampel kacang tanah secara
acak. Karena dalam keranjang itu ada kacang tanah satu polong, dua
polong, dan tiga polong, secara acak ia hanya memilih dan menilai 15
kacang tanah, yang masing-masing terdiri dari 5 kacang tanah 1 polong,
5 kacang tanah 2 polong, dan 5 kacang tanah 3 polong. Dengan hanya
menilai 15 kacang tanah, ia dapat memperoleh gambaran kualitas semua
kacang tanah dalam keranjang tersebut.
Dengan kata lain, jika misalnya hasil belajar terdiri dari kumpulan A, B,
dan C, tidak perlu semua A, B, dan C dinilai. Yang dinilai hanyalah
indikator kumpulan A, B, dan C tersebut. Sebagai indikator dipilih hanya
sampel misalnya satu A, satu B, dan satu C. Dengan menilai hanya tiga
percontoh, dapat diperoleh gambaran hasil/penilaian seluruh kumpulan
A, B, dan C tersebut. Uraian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
A B A
C A C B
C B A
B C
Indikator
Gambar ini menunjukkan bahwa hasil belajar lebih luas dari indikator.
Seluruh hasil belajar terdiri dari 4 A, 4B, dan 4C, sedangkan indikator hanya
terdiri dari 1A, 1B, dan 1C. Misalnya, satu hasil belajar disertai tiga indikator
dalam kurikulum. Implikasinya dalam proses belajar-mengajar adalah guru
harus menciptakan lebih dari tiga kegiatan belajar, misalnya 5 atau 6 kegiatan
belajar, sehingga siswa mencapai hasil belajar yang dituntut dalam
kurikulum. Guru hendaknya tidak hanya mengembangkan tiga kegiatan
20
21. Pelaksanaan Penilaian Kelas
belajar yang merujuk kepada tiga indikator. Kalau siswa hanya melakukan
tiga kegiatan belajar tersebut, hasil belajar yang diperoleh lebih kurang
daripada yang dituntut kurikulum.
Perlu dicamkan, indikator bukanlah kegiatan belajar walaupun redaksinya
mirip rumusan kegiatan belajar. Indikator adalah penunjuk sampel hasil
belajar. Dengan demikian, indikator adalah istilah atau konsep penilaian
(assessment). Indikator bukanlah istilah atau konsep proses belajar-mengajar,
walaupun secara implisit indikator dapat menggambarkan kegiatan belajar
yang dapat dikembangkan guru.
21
22. 4 PENGUMPULAN DAN PENGELOLAAN
INFORMASI HASIL BELAJAR
A. Pendekatan Penilaian
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian
hasil belajar, yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian
Acuan Norma atau norm-referenced assessment) dan penilaian yang
mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau criterion-
referenced assessment). Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak
pada acuan yang dipakai. Pada penilaian yang mengacu kepada norma,
interpretasi hasil penilaian siswa dikaitkan dengan hasil penilaian
seluruh siswa yang dinilai dengan alat penilaian yang sama. Jadi hasil
seluruh siswa digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang
mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian
bergantung pada apakah atau sejauh mana seorang siswa mencapai atau
menguasai kriteria atau patokan yang telah ditentukan. Kriteria atau
patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam
kurikulum berbasis kompetensi. Alur pengembangan kedua pendekatan
dapat dilihat pada bagan berikut.
22
23. Pengumpulan Dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
Keduduk- Penyesu-
an indi- aian per- Seleksi
Perlakuan vidu di- lakuan
instruksional perlakuan
Kriteria banding- terhadap Kriteria
untuk untuk
(PAK) kan de- individu mencapai mutlak
mencapai ngan KD agar
kompetensi KD
yang di- mencapai
tentukan KD
Diagnosis Acuan
Tujuan Fungsi Sifat Standar
Kemampuan Penilaian
Mengeta- Penyesu-
Perlakuan hui kedu- aian per-
instruksi- dukan lakukan
onal untuk Norma individu terhadap Seleksi Norma
mencapai Kelompok dalam individu terhadap kelompok
norma/ (PAN) kelompok agar men- individu relatif
standar capai nor-
kelompok ma ke-
lompok
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi pendekatan
penilaian yang digunakan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria
atau patokan. Dalam hal ini prestasi siswa ditentukan oleh kriteria yang
telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi. Dengan kata lain,
penilaian mengacu kepada kurikulum. Meskipun demikian, kadang-
kadang dapat digunakan penilaian acuan norma, untuk maksud khusus
tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih siswa masuk
rombongan belajar yang mana, untuk mengelompokkan siswa dalam
kegiatan belajar, dan untuk menyeleksi siswa yagn mewakili sekolah
dalam lomba antar-sekolah.
23
24. Penilaian Kelas
Agar lebih jelas disajikan tabel berikut ini.
No. Aspek PAN (Norma) PAK (Kriteria)
1. Pengertian Hasil penilaian prestasi Hasil penilaian prestasi
seorang siswa siswa dibandingkan
dibandingkan dengan dengan kriteria atau
prestasi sebuah patokan hasil belajar
kelompok siswa sebagai yang ditetapkan secara
kelompok “normatif” nasional dalam dokumen
(mengacu kepada kurikulum. Kriteria
sekelompok siswa tersebut dijadikan acuan
sebagai norma atau untuk menilai sejauh
tolok ukur). Kelompok mana kedudukan (posisi)
“normatif” dapat berupa seorang siswa, sekelom-
1 kelompok siswa dalam pok siswa, kelas siswa
1 kelas, 1 kelas siswa, 1 atau sekelompok lulusan
sekolah, 1 gugus terhadap kriteria tersebut.
sekolah, atau 1 Kriteria itu dirumuskan
kelompok yang lebih berupa kompetensi atau
besar. hasil belajar dalam kuri-
kulum berbasis kompe-
tensi. Kriteria tersebut
menjadi standar nasional.
2. Contoh Hasil penilaian peta Hasil penilaian peta yang
yang dibuat seorang dibuat siswa dibanding-
siswa dibandingkan kan dengan kompetensi
dengan prestasi membuat peta dalam
membuat peta kurikulum nasional.
sekelompok siswa, Kompetensi itu menyata-
tanpa memperhatikan kan kemampuan membuat
kriteria/kompetensi peta yang minimal meme-
membuat peta yang nuhi 5 syarat, yaitu (1)
ditetapkan dalam ada tema, (2) ada garis
kurikulum nasional. lintang dan garis bujur,
Prestasi kelompok (3) ada legenda dan
“normatif” tersebut penjelasannya, (4)
dijadikan acuan dalam digunakan skala, dan (5)
menilai peta yang dibuat ada gambar mata angin
seorang siswa. yang menunjuk arah
utara. Kompetensi ini
merupakan kriteria yang
dijadikan acuan untuk
menilai peta yang dibuat
siswa siapa saja.
24
25. Pengumpulan Dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
No. Aspek PAN (Norma) PAK (Kriteria)
• Persyaratan • Persyaratan
mengikuti kelas mengikuti kelas
renang adalah renang adalah
kemampuan kemampuan siswa
kelompok siswa berenang sepanjang
terbaik yang 25 m. Yang mampu
mampu berenang diizinkan mengikuti
sepanjang 15 m. kelas renang,
(Padahal syarat sedangkan yang
standar yang belum mampu harus
berlaku di mana- berlatih dulu sampai
mana adalah 25 m). ia mampu berenang
Kemampuan siswa 25 m.
A berenang 7 m,
sedangkan B 10 m,
dibandingkan
dengan kemampuan
sekelompok siswa
terbaik (15 m).
3. Kegunaan PAN dipakai untuk: PAK dipakai untuk:
• Menentukan ranking • Menentukan sejauh
prestasi siswa dalam mana siswa telah
1 kelas. mencapai target/
• Mengelompokkan kompetensi yang
siswa dalam satu telah ditetapkan
kelas berdasarkan dalam kurikulum.
prestasi belajar. • Memberikan remidi
• Menentukan/ atau pengayaan bagi
menyeleksi siswa ke siswa-siswa tertentu
dalam kelas unggul berdasarkan hasil
dan kelas normal. penilaian diagnostik.
• Membandingkan • Memperkirakan mutu
antar-siswa. suatu sekolah
• Menentukan/ berdasarkan standar
menyeleksi siswa mutu nasional yang
yang mewakili lomba tergambar dalam
antar-sekolah. daftar kompetensi
• Menyeleksi siswa yang tercantum
yang hendak ke dalam kurikulum.
jenjang sekolah lebih
tinggi atau ke PT.
25
26. Penilaian Kelas
No. Aspek PAN (Norma) PAK (Kriteria)
4. Seleksi elemen Seleksi elemen penilaian Seleksi elemen penilaian
penilaian bertujuan bertujuan
“mendiskriminasi” siswa, “mendiferensiasi” siswa
siapa yang lolos dan untuk melihat
siapa yang tidak lolos. kedudukan (posisi)
Karena itu, taraf masing-masing siswa
kesulitan elemen- terhadap kompetensi
elemen penilaian mata pelajaran yang
cenderung ditingkatkan. dituntut dalam
Daftar indikator kurikulum. Kepada
penilaian dalam siswa dapat
kurikulum tidaklah disampaikan/dibahas
penting: Kepada siswa lebih dulu patokan
biasanya tidak penilaian yang hendak
disampaikan lebih dulu digunakan guru.
patokan penilaian yang
akan digunakan.
5 Cara siswa • Berusaha • Semua siswa
meningkatkan meningkatkan didorong
diri prestasi untuk meningkatkan diri
mencapai ranking agar mendekati atau
lebih tinggi di atas mencapai kompetensi
pengorbanan siswa- yang dituntut dalam
siswa lain. kurikulum.
• Para siswa yang
berada pada ranking
di bawah atau tidak
masuk ranking
dianggap “gagal”.
• Sekor-sekor dalam • Pernyataan lulus
6. Cara urutan ranking • Pernyataan kriteria
presentasi • Pencatuman ranking yang dicapai
hasil dalam rapor • Pernyataan kriteria
• Umumnya berupa yang dicapai dalam
angka: batas-batas yang
0 - 10 ditentukan
0 - 100 sebelumnya
A-D • Pernyataan unjuk
Persentase kerja (penampilan)
26
27. Pengumpulan Dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
B. Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain),
yaitu (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan
bahasa dan kecerdasan logika - matematika), (2) domain afektif (sikap
dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan
intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain
psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik,
kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan
terhadap sukses seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan? Data hasil
penelitian multi kecerdasan menunjukkan sebagai berikut:
• Kecerdasan bahasa
} Domain kognitif : 5%
• Kecerdasan logika - matematika
• Kecerdasan antarpribadi
• Kecerdasan intrapribadi } Kecerdasan emosional
Domain afektif : 80%
• Kecerdasan kinestetik
• Kecerdasan visual - spasial } Domain psikomotor : 15%
• Kecerdasan musikal
Data ini menunjukkan bahwa sukses seseorang baik dalam pekerjaan
maupun dalam kehidupan amat ditentukan oleh kecerdasan emosional
(EQ) atau kemampuan afektif (sekitar 80%). Sumbangan kecerdasan-
kecerdasan yang tergolong kemampuan psikomotor terhadap sukses
tersebut hanya sekitar 15% dan kercerdasan-kecerdasan yang tergolong
kemampuan kognitif hanya sekitar 5%. Namun, dalam praxis pendidikan
di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-mengajar dan penilaian,
yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain ini
terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa,
matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang
terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan jasmani,
keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal
ini terjadi pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam mata-
mata pelajaran agama dan kewarganegaraan.
27
28. Penilaian Kelas
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan
dengan proporsi sumbangan masing-maisng domain terhadap sukses
dalam pekerjaan dan kehidupan, para guru perlu memahami pengertian
dan tingkatan tiap domain serta bagaimana menerapkannya dalam proses
belajar-mengajar dan penilaian. Sehubungan dengan hal itu, berikut ini
dikemukakan arti tiap tingkatan dan contoh kegiatan belajar pada
domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Tingkatan Domain Kognitif
Tingkat Deskripsi
I. Pengetahuan Arti : • Pengetahuan terhadap fakta, konsep,
definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar,
rumus, teori, dan kesimpulan.
Contoh kegiatan belajar:
• mengemukakan arti
• menamakan
• membuat daftar
• menentukan lokasi
• mendeskripsikan sesuatu
• menceritakan apa yang terjadi
• menguraikan apa yang terjadi
II. Pemahaman Arti : • Pengertian terhadap hubungan antar-faktor,
antar konsep, dan antar-data, hubungan
sebab-akibat, dan penarikan kesimpulan
Contoh kegiatan belajar:
• mengungkapkan gagasan/pendapat dengan kata-
kata sendiri
• membedakan, membandingkan
• mengintepretasi data
• mendiskripsi dengan kata-kata sendiri
• menjelaskan gagasan pokok
• menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri
III. Aplikasi Arti : • Menggunakan pengetahuan untuk
memecahkan masalah
• Menerapkan pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari
Contoh kegiatan belajar:
• menghitung kebutuhan
• melakukan percobaan
28
29. Pengumpulan Dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
Tingkat Deskripsi
• membuat peta
• membuat model
• merancang strategi
IV. Analisis Arti : • Menentukan bagian-bagian dari suatu
masalah, penyelesaian, atau gagasan dan
menunjukkan hubungan antar-bagian
tersebut.
Contoh kegiatan belajar:
• mengidentifikasi faktor penyebab• merumuskan
masalah
• mengajukan pertanyaan untuk memperoleh
informasi
• membuat grafik
• mengkaji ulang
V. Sintesis Arti : • Menggabungkan berbagai informasi
menjadi satu kesimpulan atau konsep
• Meramu/merangkai berbagai gagasan
menjadi suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
• membuat desain
• mengarang komposisi lagu
• menemukan solusi masalah
• memprediksi
• merancang model mobil-mobilan, pesawat
sederhana
• menciptakan produk baru
VI. Evaluasi Arti : • Mempertimbangkan dan menilai benar-
salah, baik-buruk, bermanfaat-tak
bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
• mempertahankan pendapat
• beradu argumentasi
• memilih solusi yang lebih baik
• menyusun kriteria penilaian
• menyarankan perubahan
• menulis laporan
• membahas suatu kasus
• menyarankan strategi baru.
29
30. Penilaian Kelas
Tingkatan Domain Afektif
Tingkat Deskripsi
I. Penerimaan Arti : • Kepekaan (keinginan menerima/
(Receiving) memperhatikan) terhadap fenomena dan
stimuli
• Menunjukkan perhatian yang terkontrol
dan terseleksi
Contoh kegiatan belajar:
• sering mendengarkan musik
• senang membaca puisi
• senang mengerjakan soal matematika
• ingin menonton sesuatu
• senang membaca cerita
• senang menyanyikan lagu
II. Responsi Arti : • Menunjukkan perhatian aktif
(Responding) • Melakukan sesuatu dengan/tentang
fenomena
• Setuju, ingin, puas meresponsi
(menanggapi)
Contoh kegiatan belajar:
• mentaati aturan
• mengerjakan tugas
• mengungkapkan perasaan
• menanggapi pendapat
• meminta maaf atas kesalahan
• mendamaikan orang yang bertengkar
• menunjukkan empati
• menulis puisi
• melakukan renungan
• melakukan introspeksi
III. Acuan nilai Arti : • Menunjukkan konsistensi perilaku yang
(Valuing) mengandung nilai
• Termotivasi berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai yang pasti
• Tingkatan: menerima, lebih menyukai, dan
menunjukkan komitmen terhadap suatu
nilai
Contoh kegiatan belajar:
• mengapresiasi seni
• menghargai peran
• menunjukkan keprihatinan
30
31. Pengumpulan Dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
Tingkat Deskripsi
• menunjukkan alasan perasaan jengkel
• mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik
• melakukan upaya pelestarian lingkungan hidup
• menunjukkan simpati kepada korban
pelanggaran HAM
• menjelaskan alasan senang membaca novel
IV. Organisasi Arti: • Mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke
dalam satu sistem.
• Menentukan saling hubungan antar nilai
• Memantapkan suatu nilai yang dominan
dan diterima di mana-mana
• Tingkatan : - Konseptualisasi suatu nilai
- Organisasi suatu sistem nilai
Contoh kegiatan belajar:
• bertanggung jawab terhadap perilaku
• menerima kelebihan dan kekurangan pribadi
• membuat rancangan hidup masa depan
• merefleksi pengalaman dalam hal tertentu
• membahas cara melestarikan lingkungan hidup
• merenungkan makna ayat kitab suci bagi
kehidupan
V. Karakterisasi Arti : • Suatu nilai/sistem nilai telah menjadi
(menjadi karakter) karakter
• Nilai-nilai tertentu telah mendapat tempat
dalam hirarki nilai individu, diorganisasi
secara konsisten, dan telah mampu
mengontrol tingkah laku individu.
Contoh kegiatan belajar:
• rajin, tepat waktu, berdisiplin diri
• mandiri dalam bekerja secara independen
• objektif dalam memecahkan masalah
• mempertahankan pola hidup sehat
• menilai masih pada fasilitas umum dan
mengajukan saran perbaikan
• menyarankan pemecahan masalah HAM
• menilai kebiasaan konsumsi
• mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik
antar-teman
31
32. Penilaian Kelas
Tingkatan Domain Psikomotor
Tingkat Deskripsi
I. Gerakan refleks Arti : • Gerakan refleks adalah basis semua
perilaku bergerak
• Responsi terhadap stimulus tanpa sadar
Misalnya: melompat, menunduk, berjalan,
menggerakkan leher dan kepala,
mengenggam, memegang
Contoh kegiatan belajar:
• mengupas mangga dengan pisau
• memotong dahan bunga
• menampilkan ekspresi yang berbeda
• meniru gerakan polisi lalu lintas, juru parkir
• meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang
diterpa angin.
II. Gerakan dasar Arti : • Gerakan ini muncul tanpa latihan tapi
(Basic fundamental dapat diperhalus melalui praktik
movements) • Gerakan ini terpola dan dapat ditebak
Contoh kegiatan belajar:
• Contoh gerakan tak berpindah: bergoyang,
membungkuk, merentang, mendorong,
menarik, memeluk, berputar
• Contoh gerakan berpindah: merangkak, maju
perlahan-lahan, meluncur, berjalan, berlari,
meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat
• Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/
blok, menggunting, menggambar dengan
crayon, memegang dan melepas objek, blok,
atau mainan
• Keterampilan gerak tangan dan jari-jari:
memainkan bola, menggambar.
III. Gerakan persepsi Arti: • Gerakan sudah lebih meningkat karena
(Perceptual dibantu kemampuan perseptual
abilities) Contoh kegiatan belajar:
• menangkap bola, mendrible bola
• melompat dari satu petak ke petak lain dengan
1 kali sambil menjaga keseimbangan
• memilih satu objek kecil dari sekelompok objek
yang ukurannya bervariasi
• membaca
32
33. Pengumpulan Dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
Tingkat Deskripsi
• melihat terbangnya bola pingpong
• melihat gerak pendulun
• menggambar simbol geometri
• menulis alfabet
• mengulangi pola gerak tarian
• memukul bola tenis, pingpong
• membedakan bunyi beragam alat musik
• membedakan suara berbagai binatang
• mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
• membedakan berbagai tekstur dengan meraba
IV. Gerakan Arti : • Gerak lebih efisien
kemampuan fisik • Berkembang melalui kematangan dan
(Psysical abilities) belajar
Contoh kegiatan belajar:
• menggerakkan otot/sekelompok otot selama
waktu tertentu
• berlari jauh
• mengangkat beban, menarik-mendorong,
melakukan push-ups, kegiatan memperkuat
lengan, kaki, dan perut
• menari
• melakukan senam
• melakukan gerak pesenam, pemain biola,
pemain bola
V. Gerakan terampil Arti : • Dapat mengontrol berbagai tingkatan gerak
(Skilled movements) • Terampil, tangkas, cekatan melalukan
gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
Contoh kegiatan belajar:
• melakukan gerakan terampil berbagai cabang
olahraga
• menari, berdansa
• membuat kerajinan tangan
• menggergaji
• mengetik
• bermain piano
• memanah
• skating
• melakukan gerak akrobatik
• melakukan koprol yang sulit
33
34. Penilaian Kelas
Tingkat Deskripsi
VI. Gerakan indah dan Arti : • Mengkomunikasikan perasaan melalui
kreatif (Non- gerakan
discursive communi- • Gerak estetik: gerakan-gerakan terampil
cation) yang efisien dan indah
• Gerak kreatif: gerakan-gerakan pada
tingkat tertinggi untuk
mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
• kerja seni yang bermutu (membuat patung,
melukis, menari balet, melakukan senam
tingkat tinggi, bermain drama (acting)
• keterampilan olahraga tingkat tinggi
C. Pengumpulan Informasi Hasil Belajar
1. Pengumpulan Informasi
Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada penilaian berbasis kelas
kemajuan belajar siswa pada tiap mata pelajaran dipantau dari waktu ke
waktu. Kemajuan belajar tersebut dapat diidentifikasi dengan mengacu
kepada indikator pencapaian yang sudah ditentukan dalam kurikulum.
Cara penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa
harus dirancang dengan memperhatikan hal-hal berikut:
• Mengacu kepada kurikulum, artinya penilaian yang dilakukan
harus mengarah ke menilai kompetensi-kompetensi dasar yang
ditentukan dalam kurikulum.
• Bersifat adil bagi seluruh siswa, tanpa membedakan latar
belakang budaya, jenis kelamin, dan hal-hal lain yang tidak
berkaitan dengan penilaian.
• Dapat memberi informasi yang lengkap sebagai umpan balik
bagi guru guna perbaikan program pembelajaran dan pemberian
bantuan kepada siswa secara perseorangan.
• Bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya.
• Dilaksanakan tanpa menekan siswa atau dalam suasana yang
menyenangkan.
• Diadministrasi secara tepat dan efisien.
34
35. Pengumpulan Dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
Untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa, pemilihan cara
dan alat penilaian harus dilakukan dengan hati-hati, karena tidak
semuanya mampu mengumpulkan informasi yang tepat tentang hasil
belajar siswa. Pemilihan cara penilaian dapat mempengaruhi
pemikiran siswa mengenai apa yang bernilai. Sebagai contoh: bagi
pelajaran Sains keterampilan yang diperoleh waktu praktik di
laboratorium sangatlah penting, tetapi hasil belajar dinilai dengan
tes tertulis. Akibatnya, siswa - bahkan guru sendiri - akan
memusatkan perhatian dan usahanya hanya kepada hasil belajar
yang dapat dinilai berdasarkan tes tertulis.
Pengumpulan informasi hasil belajar biasanya memerlukan cara dan
alat penilaian yang beragam. Informasi tentang hasil belajar tertentu
mungkin diperoleh melalui observasi, sedangkan informasi tentang
hasil belajar lainnya mungkin diperoleh melalui tugas tertulis, seperti
tes, kuis, dan pekerjaan rumah. Informasi hasil belajar lainnya
mungkin hanya dapat diperoleh melalui penilaian karya siswa.
Kompetensi, Indikator
dan Kriteria Penilaian
Tentukan bentuk dan jumlah
bukti/informasi yang harus dikumpulkan
Melalui
kombinasi
cara
berikut
Bukti Kinerja, dari: Bukti tambahan,
• Pengamatan di dari
tempat kegiatan • Pertanyaan lisan
• Kumpulan • Tulisan terbuka
contoh hasil Bukti/informasi dari hasil (ringkas,
• Simulasi (tes belajar sebelumnya. panjang, esai,
kompetensi, tes (laporan, rancangan, hasil dsb.)
keterampilan, karya siswa, dokumen • Tes pilihan
proyek/tugas dari sumber lain. ganda, dsb.
35
36. Penilaian Kelas
2. Cara pengumpulan informasi
Ada beragam cara mengumpulkan informasi tentang kemajuan
belajar siswa, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun
hasil belajar. Cara mengumpulkan informasi pada prinsipnya
merupakan cara menilai kemajuan belajar siswa. Dari segi apa yang
dimiliki, minimal ada 7 cara penilaian. Amatilah tabel berikut ini:
No. Cara penilaian Apa yang dinilai
1. Tertulis tipe objektif Jawaban tertulis
2. Tertulis tipe subjektif Jawaban tertulis
3. Lisan Suara
4. Unjuk kerja Penampilan/perbuatan/tindakan
5. Produk Karya 3 dimensi
6. Portofolio Karya 2 dimensi
7. Tingkah laku Tingkah laku
Tabel ini menunjukkan bahwa semakin beragam cara penilaian yang
diterapkan guru, semakin lengkap entitas (apa) yang dinilai dalam
diri siswa.
Selanjutnya berikut ini dikemukakan daftar contoh alat penilaian
pada masing-masing cara penilaian.
I. TERTULIS TIPE OBJEKTIF
1. Jawaban benar-salah
2. Isian singkat
3. Pilihan ganda
4. Menjodohkan
II. TERTULIS TIPE SUBJEKTIF
1. Pengerjaan soal
2. Latihan (exercise)
3. Reading comprehension
4. Data-pertanyaan
5. Esai berstruktur
6. Esai bebas
III. LISAN
1. Tanya-jawab singkat
2. Pelafalan
36
37. Pengumpulan Dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
3. Membaca nyaring
4. Mendengarkan (listening)
5. Instruksi lisan
6. Kuis
7. Percakapan (speaking)
IV. UNJUK KERJA
1. Permainan (game)
2. Permainan peran
3. Drama
4. Demonstrasi
5. Olahraga
6. Senam
7. Permainan musik
8. Bernyanyi
9. Pantomim
10. Menari
11. Dinamika kelompok
12. Berdoa
13. Memelihara tanaman
14. Memelihara ternak
15. Membaca puisi/deklamasi
16. Berpidato/berkhotbah
17. Diskusi
18. Wawancara
19. Debat
20. Bercerita (story telling)
V. PRODUK
1. Patung
2. Kerajinan tangan
3. Model
4. Pesawat sederhana
5. Alat
6. Ternak
7. Tanaman
8. Simpul tali-temali
9. Janur
10. Hiasan buah-buahan
37
38. Penilaian Kelas
VI. PORTOFOLIO
1. Puisi
2. Karangan
3. Gambar/tulisan
4. Peta/denah
5. Desain
6. Paper
7. Laporan observasi
8. Laporan penyelidikan
9. Laporan penelitian
10. Laporan eksperimen
11. Sinopsis
12. Naskah pidato/kotbah
13. Naskah drama
14. Doa
15. Rumus
16. Kartu ucapan
17. Surat
18. Komposisi musik
19. Teks lagu
20. Resep masakan
VII. TINGKAH LAKU
1. Skala sikap
2. Catatan anekdot
3. Penilaian diri
4. Sosiogram
5. Kuesioner
6. Buku harian (diary)
7. Ungkapan perasaan
8. Pengamatan perilaku
Pertanyaan yang relevan diajukan adalah:
• Sejauh mana pola mengajar tradisional mampu mengembang-
kan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa?
Dibandingkan dengan pola belajar aktif, sejauh mana pola ini
mampu mengembangkan kemampuan tersebut?
• Sejauh mana ke-7 cara penilaian beserta alat-alat
38
39. Pengumpulan Dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
penilaiannya mampu menilai kemajuan belajar siswa, dari
segi tingkatan domain kognitif, afektif, dan psikomotor?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, amatilah tabel
berikut ini:
Pola Cara penilaian
mengajar
Tulis Sobjektif
Tulis Objektif
Tingkah laku
TINGKATAN
Belajar aktif
No.
Tradisional
Ujuk kerja
DOMAIN
Portofolio
Produk
Lisan
KOGNITIF
VI Evaluasi - v - v - v - v v
V. Sintesis - v - v - v - v v
IV. Analisis - v - v - v - v v
III. Aplikasi - v - v v v v v v
II. Pemahaman v v v v v v v v v
I. Pengetahuan v v v v v v v v v
AFEKTIF
V. Karakterisasi - v - - - - - v -
IV. Organisasi - v - - - v - v -
III. Acuan nilai - v - - - v v v v
II. Responsi v v - - - v v v v
I. Penerimaan v v - - - v v v v
PSIKOMOTOR
VI Gerakan indah
dan kreatif - v - - - v v - -
V. Gerakan terampil - v - - - v v - -
IV. Gerakan kemam-
puan fisik - v - - - v v - -
III. Gerakan persepsi - v - - - v v v -
II. Gerakan dasar v v - - - v v v -
I. Gerakan refleks v v - - - v v v v
Jumlah 6 17 2 8 3 16 12 14 10
Persentase 35 100 12 47 18 94 71 82 59
% % % % % % % % %
39
40. Penilaian Kelas
Data pada tabel ini menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
• Pola mengajar tradisional hanya mampu mengembangkan 2
tingkat pada masing-masing domain. Jika ke-17 tingkat dari 3
domain ini mencerminkan ruang lingkup kompetensi siswa,
pola mengajar tradisional hanya mampu mengembangkan
maksimal 35% lingkup kompetensi siswa.
• Sedangkan, pola mengajar belajar aktif mampu mengembangkan
semua tingkat domain (dengan kata lain 100% lingkup
kompetensi siswa).
• Cara penilaian tertulis tipe objektif hanya menilai tingkat
pengetahuan dan pemahaman siswa dalam lingkup domain
kognitif. Cara ini tidak dapat menilai domain afektif dan
psikomotor.
• Cara penilaian lisan hanya mampu menilai 3 tingkat domain
kognitif, tetapi tidak dapat menilai domain afektif dan
psikomotor.
• Sebagian besar tingkat dari ketiga domain dapat dinilai dengan
cara penilaian unjuk kerja (94%), produk (71%), portofolio
(82%), dan tingkah laku (59%).
Konsekuensinya, kurikulum berbasis kompetensi akan berhasil
dilaksanakan jika diterapkan pola belajar aktif karena pola ini
mampu mengembangkan seluruh kompetensi secara optimal. Jika
pola ini diterapkan, beragam cara dan alat penilaian harus pula
diterapkan, terutama cara-cara unjuk kerja, produk, portofolio, dan
tingkah laku.
Selanjutnya, dikemukakan penjelasan tentang cara-cara penilaian
tertulis, unjuk kerja, produk, dan portofolio.
a. Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas
dan dalam kondisi tertentu.
Dari berbagai alat penilaian tertulis, alat penilaian jawaban
benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat
yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu
40
41. Pengumpulan Dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
kemampuan mengingat (pengetahuan). Alat pilihan ganda dapat
digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan
memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu siswa
tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung
hanya menerka jawaban yang benar. Hal ini menimbulkan
kecenderungan siswa tidak belajar untuk memahami pelajaran
tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat penilaian ini
kurang dianjurkan pemakaiannya karena tidak menggambarkan
kemampuan siswa yang sesungguhnya.
Esai adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk
mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau
hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat
menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan
pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat
ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam melakukan pemeriksaan soal esai perlu diperhatikan hal-
hal berikut:
• Siapkan pedoman penilaian atau penskoran segera setelah
menulis soal untuk memeriksa jawaban siswa kelak.
• Bacalah jawaban siswa lalu bandingkan dengan jawaban
yang ada pada pedoman.
• Berikan skor sesuai dengan tingkat kelengkapan dan
kesempurnaan jawaban siswa. Semakin lengkap jawabannya
semakin tinggi skornya dan sebaliknya semakin kurang
lengkap jawabannya semakin kecil skornya.
• Periksalah seluruh lembar jawaban siswa pada nomor yang
sama, baru kemudian dilanjutkan memeriksa jawaban
nomor berikutnya. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga
konsistensi dan objektivitas pemberian skor.
• Hindarkan faktor-faktor yang tidak relevan dalam
pemberian skor, seperti bagus tidaknya tulisan, kedekatan
hubungan guru dengan siswa, dan perilaku siswa yang
menyenangkan atau menjengkelkan.
41
42. Penilaian Kelas
b. Penilaian Unjuk Kerja (Performance)
Pada dokumen kurikulum tercantum banyak hasil belajar yang
menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. Untuk
menilai hasil belajar tersebut dibutuhkan pengamatan terhadap
siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah
penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap
aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan
terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Cara
penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang
dinilai lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya.
Semakin sering guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin
terpercaya hasil penilaian kemampuan siswa.
Penilaian dengan cara ini lebih tepat digunakan untuk menilai
kemampuan siswa dalam berpidato, pembacaan puisi, dan
diskusi, pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi
siswa dalam diskusi kelompok kecil, menari, memainkan alat
musik, dan melakukan aktivitas berbagai cabang olahraga,
menggunakan peralatan laboratorium, dan mengoperasikan
suatu alat.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai
konteks sebelum menetapkan tingkat pencapaian kemampuan
tertentu. Contoh; untuk menilai kemampuan berbicara siswa,
perlu dilakukan pengamatan berbicara yang beragam, seperti:
diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan
melakukan wawancara. Dengan demikian, gambaran
kemampuan siswa akan lebih utuh.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat
penilaian unjuk kerja adalah sebagai berikut:
• Identifikasi semua langkah penting atau aspek yang
diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir.
• Tuliskan kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan
untuk menyelesaikan tugas.
• Usahakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu
banyak, sehingga semua dapat diamati.
42
43. Pengumpulan Dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
• Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan
yang akan diamati
• Bila menggunakan skala rentang, perlu disediakan kriteria
untuk setiap pilihan ( kompeten bila siswa…….., agak
kompeten bila …….. ).
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah cara
mengamati dan memberi skor terhadap unjuk kerja siswa.
Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang agar
faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih
akurat.
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar cek (ya - tidak) atau skala rentang (sangat kompeten -
kompeten - agak kompeten - tidak kompeten). Pada penilaian
unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai
apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati
oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh
nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua
pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat
diamati. Dengan demikian nilai tengah tidak ada. Penilaian
unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan
penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi
tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di mana
pilihan kategori nilai lebih dari dua.
c. Penilaian Produk
Penilaian hasil kerja meliputi pula penilaian terhadap
kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni,
seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung), barang-
barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Penilaian produk ini tidak hanya melihat hasil akhirnya saja
tetapi juga proses pembuatannya. Contoh, kemampuan siswa
menggunakan berbagai teknik menggambar, menggunakan
peralatan dengan aman, membakar kue dengan hasil baik,
bercita rasa enak, dan berpenampilan menarik.
43
44. Penilaian Kelas
Pengembangan produk meliputi tiga tahap.
• Tahap persiapan, meliputi: menilai kemampuan siswa
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan,
dan mendesain produk.
• Tahap pembuatan (produk), meliputi: menilai kemampuan
siswa menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
• Tahap penilaian (appraisal), meliputi: menilai kemampuan
siswa membuat produk sesuai kegunaannya dan memenuhi
kriteria keindahan.
Untuk produk penilaian biasanya menggunakan cara holistik atau
analitik. Cara holistik yang berdasarkan kesan keseluruhan dari
produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal. Cara analitik
terhadap aspek-aspek produk yang berbeda, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan. Contoh penilaian untuk produk teknologi pada
tahap perencanaan termasuk kriteria yang berkaitan dengan desain
dan pemilihan bahan pada tahap produksi termasuk kriteria yang
berkaitan dengan aplikasi proses dan kemampuan menggunakan
alat dan pada tahap appraisal termasuk kriteria berkaitan dengan
pencapaian tujuan yang diinginkan.
d. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan karya (hasil kerja) seorang
siswa dalam satu periode. Kumpulan karya ini menggambarkan
taraf kemampuan/kompetensi yang telah dicapai seorang siswa.
Hal penting yang menjadi ciri portofolio adalah karya tersebut
dapat diperbaiki jika siswa menghendakinya. Dengan
demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan
kemajuan belajar siswa. Perkembangan tersebut tidak dapat
terlihat dari hasil pengujian. Kumpulan karya siswa itu
merupakan refleksi perkembangan berbagai kompetensi. Di
samping itu, kumpulan karya yang berkelanjutan lebih
memperkuat hubungan pembelajaran dan penilaian.
Pengumpulan dan penilaian karya siswa yang terus-menerus
sebaiknya dijadikan titik sentral program pengajaran, karena
penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran. Karya
44
45. Pengumpulan Dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
tersebut harus selalu diberi tanggal sehingga dapat terlihat
perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
Yang menjadi pertimbangan utama adalah guru seyogianya
menggunakan penilaian portofolio sebagai bagian integral dari
proses pembelajaran karena nilai diagnostik portofolio sangat
berarti bagi guru.
Portofolio dapat digunakan untuk menilai perkembangan siswa
dalam ilmu-ilmu sosial, seperti menganalisis masalah-masalah
sosial, bahasa, seperti menulis karangan, dan matematika, seperti
pemecahan masalah matematika.
Guru bahasa asing dapat menggunakan portofolio audio untuk
membantu siswa mengembangkan keterampilan berbicara.
Rekaman contoh-contoh berbicara siswa yang dikumpulkan
secara terus- menerus dalam waktu tertentu dapat dimasukkan
dalam portofolio berbicara.
Untuk melihat dan mendiagnosis kesulitan siswa dalam
mengarang, guru dapat mengumpulkan tulisan-tulisan siswa.
Untuk mendapatkan hasil terbaik pada pertunjukan mendatang,
seorang guru drama dapat menggunakan “videotape” untuk
merekam latihan-latihan.
Berikut ini dikemukakan hal-hal pokok yang perlu diperhatikan
dalam membuat portofolio di dalam kelas.
• Pastikan bahwa tiap siswa merasa memiliki portofolio.
Dalam hal ini siswa perlu diberi penjelasan maksud
penggunaan portofolio, yaitu tidak semata-mata merupakan
kumpulan hasil kerja sementara siswa yang digunakan
hanya oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh
siswa sendiri. Dengan melihat portofolionya siswa dapat
mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya.
Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi
membutuhkan waktu bagi siswa untuk belajar meyakini
hasil penilaian mereka sendiri.
45
46. Penilaian Kelas
• Tentukan bersama siswa sampel-sampel karya apa saja yang
akan dikumpulkan. Kemungkinan karya yang dikumpulkan
tidak sama antara siswa yang satu dan yang lain. Misalnya,
untuk kemampuan menulis karangan karya yang
dikumpulkan adalah karangan-karangan siswa. Untuk
kemampuan menggambar, karya yang dikumpulkan adalah
gambar-gambar buatan siswa.
• Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam
satu map atau folder.
• Tentukan kriteria penilaian sampel-sampel karya siswa
beserta pembobotannya bersama para siswa agar dicapai
kesepakatan. Diskusikan dengan para siswa bagaimana
menilai kualitas karya mereka. Contoh; untuk kemampuan
menulis karangan, kriteria penilaiannya misalnya:
penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan
gagasan, dan sistematika penulisan. Sebaiknya kriteria
penilaian suatu karya dibahas dan disepakati bersama siswa
sebelum siswa membuat karya tersebut. Dengan demikian,
siswa mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha
mencapai harapan atau standar itu.
• Mintalah siswa menilai karyanya secara berkesinambungan.
Guru dapat membimbing siswa tentang bagaimana cara
menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan atau
kekurangan karya tersebut dan bagaimana cara
memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat
membahas portofolio.
• Setelah suatu karya dinilai dan ternyata nilainya jelek atau
belum memuaskan siswa, kepada siswa dapat diberi
kesempatan untuk memperbaiki lagi. Namun, antara siswa
dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai
jangka waktu perbaikan, misalnya setelah 2 minggu karya
yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
• Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas
portofolio. Jika dianggap perlu, undanglah orang tua siswa.
Orang tua perlu diberi penjelasan tentang maksud dan
tujuan portofolio sehingga mereka dapat membantu dan
memotivasi anaknya.
46
47. Pengumpulan Dan Pengelolaan Informasi Hasil Belajar
Perlu dicatat bahwa tidak ada satu pun alat penilaian yang
dapat mengumpulkan informasi prestasi dan kemajuan belajar
siswa secara lengkap. Penilaian tunggal tidak cukup untuk
memberikan gambaran/informasi tentang kemampuan,
keterampilan, pengetahuan dan sikap seseorang. Lagi pula,
interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi karena anak terus
berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya.
Alat penilaian tertulis seperti pilihan ganda yang mengarah
kepada hanya satu jawaban yang benar (convergent thinking),
tidak mampu menilai keterampilan/kemampuan lain yang
dimiliki siswa. Hal ini amat menghambat penguasaan beragam
kompetensi yang tercantum pada kurikulum secara utuh. Alat
penilaian pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi
yang cukup untuk dijadikan umpan-balik guna mendiagnosis
atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu, guru
hendaknya mengembangkan alat-alat penilaian yang
membedakan antara jenis-jenis kompetensi yang berbeda dari
tiap tingkat pencapaian. Hasil penilaian dapat menghasilkan
rujukan terhadap pencapaian siswa dalam domain kognitif,
afektif, dan psikomotor, sehingga hasil tersebut dapat
menggambarkan profil siswa secara lengkap.
Penilaian kemajuan belajar siswa pada kurikulum berbasis
kompetensi menghendaki ciri-ciri berikut ini.
- Tujuan penilaian bergeser dari keperluan untuk klasifikasi
siswa (diskriminasi) ke pelayanan individual siswa dalam
mengembangkan kemampuannya (diferensiasi).
- Lebih cenderung menggunakan penilaian acuan kriteria
(criterion referenced assessment) daripada penilaian acuan
norma (norm-referenced assessment).
- Tujuan-tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum
lebih terjamin dicapai karena kompetensi dasar yang
dirumuskan dalam kurikulum menjadi acuan utama.
- Tidak sekedar menerapkan penilaian tertulis dan lisan tetapi
juga penilaian unjuk kerja, produk, portofolio dan tingkah
laku untuk menjamin validitas penilaian, objektivitas
47
48. Penilaian Kelas
penilaian, dan keanekaragaman kompetensi yang dinilai
agar kemampuan siswa lebih rinci terpapar dan tergambarkan.
- Profil kompetensi siswa sebagai hasil belajar memberikan
informasi yang lebih lengkap dan mudah dipahami baik oleh
siswa, orang tua, guru lain maupun pengguna lulusan,
sehingga prinsip akuntabilitas publik lebih terjamin.
- Pemanfaatan berbagai cara dan alat penilaian mendorong
penerapan pendekatan belajar aktif sehingga
mengoptimalkan pengembangan kepribadian serta
kemampuan bernalar dan bertindak siswa.
Pengumpulan informasi hasil belajar siswa dapat dilakukan
dalam suasana formal dan informal, dengan berbagai cara
penilaian.
3. Bentuk Tagihan
• Ulangan harian: dilakukan secara periodik pada akhir
pengembangan kompetensi. Nilai setiap kompetensi
dikumpulkan dan akan dilaporkan pada akhir tiap semester.
Tes pada akhir semester hanya dilakukan untuk menilai
kompetensi yang relevan yang belum dinilai melalui ulangan
harian.
• Penilaian akhir tahun: dilakukan untuk memberi sumbangan
nilai untuk menentukan kenaikan kelas. Rujukan untuk
penilaian akhir tahun adalah indikator terpenting dari masing-
masing kompetensi. Ada indikator yang telah dinilai melalui
observasi, penyelidikan, atau eksperimen (praktikum).
Indikator seperti ini tak perlu dinilai pada aktivitas penilaian
akhir tahun.
48