SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
NAMA : JAYANTI KUMALA SARI
NIM : 20102005
PROGAM STUDI : ILMU PEMERINTAHAN
MATA KULIAH : TEKNOLOGI INFORMASI PEMERINTAHAN
LOCAL E-GOVERNMENT
DEVELOPMENT IN CITIES
AND HUMAN
SETTLEMENTS
Chapter 4
4.1 INTRODUCTION
Inovasi dan perkembangan teknologi telah mendisrupsi tradisional praktek dan
organisasi masyarakat. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang sekarang digunakan secara
luas di semua sektor masyarakat, memainkan peran yang semakin penting dalam interaksi antara
pemerintah dan masyarakat. Ada konsensus luas bahwa TIK dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas pemberian layanan, meningkatkan efisiensi lembaga publik, menjangkau banyak orang,
mempromosikan transparansi dan akuntabilitas, memfasilitasi interaksi dan partisipasi elektronik,
dan mengurangi korupsi. Namun, teknologi berkembang begitu pesat sehingga menjadi perlu untuk
terus menerus “mengejar gelombang digital”. Oleh karena itu sangat penting bahwa penelitian
dilakukan untuk menghasilkan pemahaman yang lebih baik dan lebih menyeluruh tentang peran
TIK di dunia yang mengglobal dan bagaimana pemerintah dan lembaga publik dapat menggunakan
teknologi digital dengan lebih baik untuk mencapai tujuan pembangunan.
Pemerintah memanfaatkan teknologi digital untuk memperkuat administrasi publik di semua
tingkatan. Integrasi TIK dapat memperluas dan meningkatkan penyediaan layanan, merampingkan dan
mengoptimalkan proses internal, dan memungkinkan warga untuk terlibat dengan institusi dan masalah
publik dalam berbagai cara baik secara nasional maupun lokal. Pentingnya pemerintah daerah
terkadang diabaikan atau diremehkan. Namun, seperti yang disorot dalam agenda baru perkotaan,
organisasi internasional sangat menyadari bahwa kontribusi pemerintah daerah dan lokal terhadap
definisi dan implementasi kebijakan sama pentingnya dengan kontribusi pemerintah nasional.
TIK memainkan peran penting dalam memfasilitasi komunikasi dan konsultasi,
memungkinkan berbagai pemangku kepentingan untuk berinteraksi dan berpartisipasi dalam
pemerintahan lokal dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Multistakeholderisme mendapatkan pijakan dalam konteks lokal karena digitalisasi
menawarkan peluang yang lebih luas bagi berbagai aktor yang berbeda untuk terlibat dalam hampir
setiap aspek proses pembahasan kebijakan. Menggunakan TIK untuk pemberian layanan membantu
pemerintah daerah merampingkan operasi dan mengurangi beban administrasi mereka, memfasilitasi
interaksi jarak jauh dengan publik dan komunikasi dan kolaborasi internal yang lebih efisien, dan
meningkatkan efisiensi keseluruhan dengan cara yang ramah lingkungan.
Masyarakat cenderung lebih banyak berinteraksi langsung dengan pemerintah daerah yang
menempatkan pemerintah daerah pada posisi yang unik untuk merespon kebutuhan dan keprihatinan
warga. Kedekatan dengan masyarakat lokal ini membentuk inti dari wacana tentang jenis peran yang
harus dimainkan oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka
yang tinggal di dalam yurisdiksi mereka. Orang sering kali lebih tertarik pada apa yang terjadi di
komunitas lokal mereka, karena pemerintah lokal menangani langsung masalah yang memengaruhi
kehidupan sehari-hari mereka di berbagai bidang seperti pendidikan, layanan sosial, dan pengelolaan
kota. Ada rasa memiliki dan memiliki, dan warga lokal seringkali diberi kesempatan untuk melihat hasil
nyata dari interaksi dan keterlibatan mereka dengan pemerintah daerah.
Pengembangan e-government memiliki agenda politik yang tinggi, tetapi penekanannya
terutama pada prioritas dan kemajuan nasional, sebagaimana dibuktikan oleh banyak inisiatif dan
publikasi regional dan internasional yang menilai pertumbuhan dan efektivitas e-government di tingkat
negara.
Ada mekanisme yang mapan untuk menilai kemajuan dalam pengembangan e-government
nasional, tetapi penilaian kematangan e-government lokal masih dalam tahap awal dan masih relatif
jarang. Kota pada dasarnya adalah kumpulan jaringan manusia, sosial, ekonomi dan budaya dan
merupakan pengaturan di mana rasa memiliki dan kebersamaan dapat dipupuk dan di mana proses
publik yang mendukung kohesivitas dan pembangunan sosial dapat dioptimalkan dan dibuat lebih
efisien dan berdaya guna. Menjelang akhir ini, perhatian yang meningkat harus diberikan untuk menilai
kehadiran online pemerintah daerah di kota-kota sebagai aspek mendasar dari e-government.
Dalam studi tahun 2020, penilaian ditingkatkan untuk memasukkan 100 kota di berbagai
wilayah di dunia. Kebutuhan untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas layanan dan untuk
mengoptimalkan integrasi teknologi yang berkembang untuk mencapai tujuan ini mendorong
pemerintah untuk meningkatkan kehadiran online mereka. Pemerintah pusat dan daerah terlibat dalam
upaya yang berkembang untuk memanfaatkan manfaat yang ditawarkan TIK dalam penyediaan layanan
publik, termasuk inklusi sosial yang lebih besar, peningkatan efisiensi dan efektivitas, pemberian
layanan yang lebih personal, dan ketersediaan layanan.
Minat yang berkembang dalam pengembangan e-government, dikombinasikan dengan meningkatnya
jumlah permintaan untuk penyertaan dan perwakilan dalam survei e-government lokal, mendorong
penyelenggara studi untuk meningkatkan jumlah kota yang dinilai untuk survei 2020. Ini merupakan
perkembangan yang positif, karena menilai jumlah portal yang jauh lebih besar memberikan manfaat
berikut:
a) cakupan dan representasi yang lebih luas dari status e-government lokal
b) potret pemerintahan lokal yang lebih komprehensif dan lengkap di seluruh dunia, dengan sampel
survei yang lebih besar memungkinkan wawasan yang lebih akurat, analisis yang lebih konsisten, dan
peluang untuk lebih mengidentifikasi tantangan, kesulitan, dan peluang yang dimiliki kota bersama (dan
di mana terdapat perbedaan)
c) kesempatan untuk terlibat dalam analisis berbasis bukti yang lebih luas tentang kehadiran online
pemerintah daerah di seluruh dunia, dengan peningkatan kapasitas untuk perbandingan yang produktif
dan kemampuan untuk mengidentifikasi area yang membutuhkan perbaikan
d) pembentukan jaringan pakar dan praktisi yang dapat berbagi praktik yang baik dan pembelajaran.
4.2 LOCAL E-GOVERNMENT
4.2.1 methodology
LOSI terdiri dari 80 indikator yang berkaitan dengan empat kriteria, yaitu :
1. Dimensi teknologi berfokus pada teknis fitur portal untuk menentukan bagaimana situs dan
konten tersedia untuk pengguna. indikator yang relevan berhubungan dengan faktor-faktor
seperti aksesibilitas, kualitas, fungsionalitas, keandalan, kemudahan navigasi, daya tarik
visual, dan keselarasan dengan standar teknologi.
2. penyediaan konten, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi sejauh mana informasi dan
sumber daya publik yang penting tersedia secara online.
3. penyediaan layanan, dengan fokus pada ketersediaan dan penyampaian layanan pemerintah
yang ditargetkan.
4. partisipasi dan keterlibatan, yang menilai ketersediaan mekanisme dan inisiatif untuk
interaksi dan peluang partisipasi publik dalam struktur pemerintahan lokal. Informasi lebih
komprehensif tentang metodologi survei 2020 dan indikator LOSI tersedia di lampiran.
Ada dua faktor penting yang mendasari pemilihan 80 indikator yang digunakan dalam
instrumen penilaian. Tinjauan literatur dan penelitian empiris sebelumnya membantu menentukan
rangkaian metrik mana yang paling mewakili elemen sentral dari layanan publik digital dan
penyediaan layanan di tingkat kota. Selain itu, upaya penyelarasan indikator LOSI dengan online
service index (OSI) dilakukan dengan keputusan berdasarkan beberapa komentar yang diterima setelah
studi edisi pertama dirilis pada tahun 2018.
Nilai LOSI keseluruhan untuk sebuah kota adalah nilai normalisasi dari 80 indikator untuk
kota tersebut. Berdasarkan nilai LOSI yang dihitung, peringkat top-down menunjukkan posisi relatif
kota di antara semua yang diukur. Berdasarkan jumlah total indikator yang terpenuhi, kota-kota
ditetapkan ke salah satu dari empat tingkat atau kelompok mulai dari sangat tinggi hingga rendah.
Kota dengan tingkat LOSI yang sangat tinggi adalah kota yang memenuhi setidaknya 60 dari 80
indikator yang dianalisis dan memiliki nilai LOSI antara 0,75 dan 1,00. Kota-kota dalam kelompok
LOSI tinggi memenuhi antara 40 dan 59 indikator dan memiliki nilai LOSI dalam kisaran 0,50 hingga
0,75.
Pada kelompok LOSI menengah adalah kota-kota yang memenuhi 20 hingga 39 indikator dan memiliki
nilai LOSI pada kisaran 0,25 hingga 0,50. Akhirnya, kota-kota dalam kelompok LOSI rendah bertemu
kurang dari 20 indikator dan memiliki nilai LOSI antara 0,00 dan 0,25.
Untuk mendapatkan hasil survei LOSI untuk tahun 2020, total 148 peneliti sukarelawan di
86 negara menilai portal kota terpilih dan portal terkait lainnya, sebagaimana berlaku, menggunakan
LGQ. Pengumpulan data dan penelitian survei berlangsung selama paruh kedua tahun 2019. Setiap
portal kota dinilai oleh setidaknya dua peneliti, yang melakukan penilaian dalam salah satu bahasa
nasional negara tempat kota itu berada. Setelah penilaian awal, evaluasi oleh dua peneliti untuk setiap
kota dibandingkan, dan setiap perbedaan ditinjau bersama dan diselesaikan oleh para peneliti.
Peninjauan akhir dan verifikasi semua jawaban dilakukan oleh peninjau senior. Setelah nilai LOSI
disetujui oleh peninjau senior, tim statistik menetapkan peringkat LOSI.
4.2.2 current status of local online services
100 kota yang disurvei untuk LOSI 2020 dipilih berdasarkan lokasi geografis dan distribusi
penduduk. Semua wilayah dunia terwakili secara adil. jumlah negara yang dipilih dari setiap wilayah
didasarkan pada pangsa populasi wilayah itu dalam populasi global. Di antara 100 kota yang dipilih, 29
di Asia, 32 di Afrika, 21 di Eropa, 16 di Amerika, dan 2 di Oseania. Empat belas dari kota-kota ini
ditemukan tidak memiliki portal web.
Untuk itu, LOSI 2020 menilai 86 portal kota 27 di Asia, 21 di Afrika, 21 di Eropa, 15 di
Amerika dan 2 di Oseania. Pemeringkatan akhir kota mencerminkan jumlah total indikator yang
terpenuhi; masing-masing nilai LOSI dirinci dalam lampiran. Seperti disebutkan di atas, setiap kota
ditugaskan ke salah satu dari empat tingkat LOSI—sangat tinggi, tinggi, sedang, atau rendah—
berdasarkan nilai LOSI-nya.
LOSI levels with corresponding OSI levels for 2020
LOSI dan tingkat Online Services Index (OSI) yang sesuai disajikan untuk tujuan ini.
Informasi rinci tentang nilai, level, dan pengelompokan OSI disediakan dalam bab 1 laporan ini.
Secara singkat, negara-negara diberi salah satu dari empat level OSI berdasarkan nilai OSI mereka,
sebagai berikut: sangat tinggi (0,75-1,00), tinggi (0,50-0,75), sedang (0,25-0,50), dan rendah (0,00-
0,25).
Di antara 86 kota yang dinilai pada tahun 2020, 25 berada pada level LOSI yang sesuai
dengan level OSI untuk negaranya masing-masing. Khususnya, 60 kota berada pada tingkat LOSI
yang lebih rendah dari tingkat OSI negara mereka. Di antara kota-kota tersebut, 20 kota memiliki
nilai LOSI yang menempatkannya dua tingkat di bawah level OSI negaranya, 9 kota berada pada
level LOSI menengah sedangkan negaranya berada pada level OSI sangat tinggi, dan 11 kota berada
pada level LOSI rendah. Hanya dalam satu kasus, sebuah kota mencapai tingkat LOSI lebih tinggi
dari tingkat OSI negaranya. Informasi lebih spesifik tentang level LOSI dan OSI 2020 yang relevan
tersedia di lampiran.
Perbedaan antara pengembangan e-government lokal dan nasional diverifikasi dalam studi
LOSI edisi 2018 dan 2020. Tinjauan tahun 2020 menunjukkan bahwa sekitar 70 persen kota yang
disurvei memiliki tingkat LOSI yang lebih rendah dari tingkat OSI untuk negara-negara tempat mereka
berada - naik dari 42,5 persen pada 2018.
Temuan tinjauan paralel tingkat LOSI dan OSI 2020 ini mengkonfirmasi pernyataan dalam
edisi 2018 bahwa perbedaan antara kinerja e-government lokal dan nasional mungkin lebih terlihat
ketika penilaian e-government lokal yang lebih luas dilakukan. Pada tahun 2018 hanya 40 kota yang
dinilai, dibandingkan dengan 86 pada tahun 2020.
Implementation of LOSI indicators in city portals
Hanya 10% portal kota yang dinilai telah menerapkan 75-100% dari 12 indikator teknologi
yang diukur, sedangkan 48% telah menerapkan antara 50-75% indikator tersebut. Kepatuhan yang
tinggi paling terlihat untuk penyediaan konten, 27% portal kota dinilai telah memenuhi 75-100% dari
32 ketentuan konten Indikator, sedangkan 24% telah mencapai 50-75% kepatuhan untuk kriteria ini.
Sementara 16% portal kota yang dinilai telah menerapkan 75-100% dari 11 indikator partisipasi dan
keterlibatan, hanya 7% yang telah menerapkan 75-100% dari 25 indikator penyediaan layanan.
Implementation of technology indicators in city portal
Mirip dengan temuan LOSI 2018, hampir semua portal kota (96,5%) dapat diakses melalui
platform seluler, ini memiliki relevansi khusus mengingat penetrasi perangkat seluler yang tinggi.
Khususnya, hanya sekitar setengah dari portal kota yang dipelajari yang mudah dinavigasi, dapat
dimuat dalam waktu kurang dari lima detik, dan menyediakan konten portal mereka dalam lebih dari
satu bahasa. Selanjutnya, hanya 36,1% portal kota yang menawarkan opsi pencarian lanjutan, dan hanya
27,9% yang memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan opsi tampilan portal seperti jenis font,
ukuran, dan warna.
Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar portal kota yang dinilai belum memenuhi
Web Content Accessibility, hanya 10 portal (11,6%) yang memenuhi standar tersebut. Kepatuhan
terhadap rekomendasi validasi tampilan dan markup oleh World Wide Web Consortium (W3C) juga
buruk, dengan hanya 9 dan 2 portal kota (10,5% dan 2,3%) yang memenuhi standar teknologi ini.
Implementation of content provision indicators in city portals
Indikator penyediaan konten dipenuhi oleh sebagian besar kota portal berhubungan dengan
informasi tentang nama dan jabatan kepala dinas kota/kotamadya dan fungsinya, jam kerja dan rincian
kontak, serta informasi tentang layanan yang disediakan portal. Sebagian besar portal kota juga
menyediakan berbagai informasi yang berkaitan dengan berbagai sektor, termasuk kesehatan,
pendidikan, lingkungan, kesejahteraan sosial, rekreasi, budaya, dan olahraga. Pengumuman pengadaan
dan informasi tentang organisasi, operasi, manajemen dan anggaran kota/kota tersedia di portal lebih
dari 60% kota yang dinilai. Hanya sekitar sepertiga dari portal kota (37,2%) yang menyediakan hasil
pengadaan dan informasi terkait. Lebih dari setengah kota yang disurvei (53,5%) telah memperbarui
konten portal mereka dalam sebulan terakhir. Khususnya, kurang dari setengah kota yang diteliti
(48,8%) menyediakan akses gratis ke layanan online pemerintah melalui kios, pusat komunitas, kantor
pos, perpustakaan, ruang publik, atau Wi-Fi gratis.
Portal juga dianalisis untuk menentukan apakah kota menggunakan, mulai menggunakan,
atau berniat menggunakan TIK dengan cara yang lebih inovatif. Untuk menilai kemajuan di bidang ini,
para peneliti menyelidiki apakah data pemerintah terbuka (OGD) atau inisiatif kota pintar direncanakan
atau ada dan apakah teknologi yang muncul seperti internet of things (iot), kecerdasan buatan (AI),
blockchain, realitas virtual (VR) atau augmented reality (AR) sedang dipertimbangkan atau digunakan.
Hasil survei menunjukkan bahwa inisiatif OGD yang beroperasi di 57,0% kota merupakan indikasi kuat
keinginan kota-kota tersebut untuk menjadi lebih transparan dan efisien. Namun, hanya 36,1% kota
yang dinilai memberikan kebijakan OGD yang menetapkan aturan dan rekomendasi untuk menerbitkan
dan menggunakan kumpulan data terbuka, dan hanya sepertiga (33,7%) yang menyediakan metadata.
Implementation of services provision indicators in city portals
Hasil survei untuk indikator penyediaan layanan jauh lebih rendah dibandingkan dengan
indikator penyediaan teknologi dan konten. Otentikasi pengguna layanan tambahan dasar untuk
penyediaan sebagian besar layanan online adalah indikator yang paling sering ditemui tetapi hanya
tersedia di 49 dari 86 portal kota (57,0%). Selain layanan tambahan dasar ini, 17 layanan khusus
dianalisis untuk studi 2020, 9 di antaranya telah dinilai dalam studi LOSI sebelumnya dan 8 layanan
baru. Yang dipertahankan dari studi 2018 termasuk akses ke data pribadi, pembaruan data pribadi,
aplikasi tempat tinggal, aplikasi untuk lowongan pemerintah, aplikasi untuk izin bangunan,
pemberitahuan perubahan alamat, deklarasi ke polisi kota, pengajuan tender melalui platform e-
procurement , dan pembayaran biaya untuk layanan atau denda pemerintah. Kedelapan layanan baru
yang dinilai dalam LOSI 2020 antara lain permohonan akta kelahiran, nikah dan kematian, permohonan
SIM, STNK, pendaftaran hak atas tanah, permohonan izin usaha dan paten, serta izin terkait
lingkungan. Masing-masing dari 17 layanan tersebut diberi nilai 1 apakah layanan tersebut tersedia
langsung di portal kota atau melalui tautan ke portal layanan elektronik lainnya.
31,4% portal kota memungkinkan penggunanya untuk mengakses data mereka sendiri
secara online, dan 26,7% mengizinkan mereka untuk mengubah data mereka. Jumlah portal kota yang
sedikit lebih kecil (25,6%) memungkinkan bisnis untuk mengajukan izin usaha dan mengakses data
mereka secara online, dan hanya 10,5% dari portal yang memungkinkan pendaftaran hak atas tanah
secara online. Denda kota dan biaya lainnya dapat dibayarkan di 46,5% dari portal kota; namun,
layanan pembayaran pajak bisnis online hanya tersedia di 26,7% portal. Tender dapat diajukan
melalui platform e-procurement di 34,9% portal kota, dan 30,2% portal menerima aplikasi online
untuk izin bangunan. Melamar lowongan pemerintah dimungkinkan di 36,1% portal kota.
Hanya 26,7% dari portal kota yang ditinjau memungkinkan penduduk membuat
pernyataan kepada polisi, dan melaporkan segala bentuk diskriminasi adalah pilihan hanya di 27,9%
portal. Layanan online yang paling jarang diberikan meliputi pemberitahuan perubahan alamat,
aplikasi untuk kelahiran, akta nikah dan kematian, aplikasi untuk tempat tinggal, STNK, aplikasi
SIM, dan pendaftaran hak atas tanah. Kurang dari 20% portal kota menyediakan layanan tersebut
secara langsung atau melalui tautan.
Implementation of participation and engagement indicators in city portals
Sementara pendekatan yang berbeda digunakan untuk memungkinkan warga mengajukan
keluhan atau berbagi pendapat dengan pemerintah daerah mereka, opsi ini tersedia di 72% portal kota,
beberapa portal menawarkan opsi penyelidikan umum, sementara portal lainnya mengidentifikasi area
spesifik untuk umpan balik. Penduduk sering menghubungi kantor kota untuk melaporkan masalah atau
masalah yang mempengaruhi ruang publik, seperti lubang di jalan, lampu publik yang rusak, atau
kerusakan fasilitas olahraga atau taman bermain. Hasil survei menunjukkan bahwa banyak penduduk
kota masih melaporkan kejadian ini menggunakan cara tradisional, karena pelaporan online hanya
tersedia di 38% portal kota.
Kurang dari setengah portal kota (45%) menyediakan alat di situs web masing-masing untuk
melibatkan orang dalam proses musyawarah dan pengambilan keputusan, dan hanya 23% portal kota
memberikan indikasi konsultasi publik online yang telah menghasilkan keputusan kebijakan, regulasi
atau layanan.
Highest-ranking cities within each indicator category
Kota dengan peringkat tertinggi di setiap kategori indikator LOSI 2020 didasarkan pada
jumlah total indikator yang terpenuhi di masing-masing dari empat sub kelompok kriteria (teknologi,
penyediaan konten, penyediaan layanan, serta partisipasi dan keterlibatan).
Di sub kelompok teknologi, Tokyo adalah pemimpin, diikuti oleh Madrid, New York, Seoul,
Shanghai, London, Toronto, Kuala Lumpur dan Kabul. Eropa memiliki proporsi tertinggi kota-kota
terkemuka sebagai bagian dari total regional, diikuti oleh Asia dan Amerika. Di antara portal kota
Eropa, hampir 48% (10 dari 21 portal yang dinilai) termasuk yang tertinggi, sementara di antara portal
kota Asia, sekitar 37% (10 dari 27 portal yang dinilai) termasuk yang terbaik. Dari portal kota di
Amerika, 20% (3 dari 15 portal yang dinilai) termasuk yang berperingkat tertinggi. Tak satu pun dari
portal kota di Afrika atau Oseania berperingkat tinggi dalam subkelompok teknologi.
Madrid, new york, paris, seoul dan london adalah pemimpin dalam penyediaan konten.
Sekali lagi, eropa memiliki proporsi tertinggi kota-kota terkemuka sebagai bagian dari jumlah total
yang dinilai di setiap wilayah, diikuti oleh oseania, amerika, asia, dan afrika. Di antara pemimpin
dalam penyediaan konten adalah 52% dari portal kota yang dinilai di eropa (11 dari 21), 50% dari
portal kota yang dinilai di oseania (1 dari 2), 33% dari portal kota yang dinilai di amerika (5 dari 15),
19% dari portal kota yang dinilai di asia (5 dari 27), dan 5% dari portal kota yang dinilai di afrika (1
dari 21).
Dalam kategori penyediaan layanan, portal kota madrid, new york, tallinn, stockholm,
buenos aires, dubai dan bogota memimpin. Di antara para pemimpin dalam penyediaan layanan,
eropa memiliki proporsi terbesar portal kota sebagai bagian dari total regional, dengan sekitar 62%
(13 dari 21) portal yang dinilai diwakili, diikuti oleh amerika, dengan 40% (6 dari 15 portal), dan
asia, dengan hanya di bawah 19 % (5 dari 27 portal). Tak satu pun dari portal kota di afrika atau
oseania ada dalam daftar ini.
Dalam sub grup partisipasi dan keterlibatan, madrid, paris, helsinki, bogota, moskow, berlin,
warsawa, toronto, dan lisbon memiliki portal kota dengan peringkat tertinggi. Kota-kota di eropa juga
mendominasi dalam kategori ini, dengan sekitar 62% (13 dari 21) portal kota yang dinilai di kawasan
ini berada di peringkat teratas.
4.2.3 challenges and opportunities
Pengembangan e-government lokal memberikan banyak peluang untuk menjadikan kota dan
pemukiman manusia inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan (SDG 11). Namun, proses transformasi
digital dan integrasi teknologi baru dalam struktur tata kelola di tingkat kota atau kotamadya dapat
menimbulkan beberapa tantangan dan risiko besar.
Inadequate infrastructure and high technology costs
Infrastruktur TIK yang tidak memadai tetap menjadi kendala utama transformasi digital dan
pengembangan e-government di tingkat lokal.10 Beberapa kota, terutama di negara berkembang, tidak
dapat menerapkan teknologi baru karena tidak memiliki infrastruktur TIK yang sesuai; bandwidth yang
lemah dan kecepatan Internet yang rendah menghalangi kota-kota untuk memanfaatkan sepenuhnya
teknologi perbatasan. Infrastruktur canggih dan sistem pendukung diperlukan untuk transfer instan,
analisis, dan pemrosesan data yang dikumpulkan melalui teknologi inovatif seperti AI, IoT, AV, dan VR
untuk manajemen operasi kota yang efisien. Dengan infrastruktur TIK yang kuat serta perangkat keras
dan perangkat lunak yang sesuai, pemerintah daerah akan memiliki perangkat yang mereka butuhkan
untuk mempercepat pengembangan e-government, membangun kota pintar, dan memecahkan masalah
umum perkotaan seperti polusi udara dan kemacetan lalu lintas.
Tingginya biaya yang terkait dengan penerapan dan penerapan teknologi baru merupakan
tantangan serius lainnya bagi pemerintah daerah. Misalnya, memperkenalkan VR atau AR untuk
mempromosikan pariwisata kota seringkali tidak layak, terutama di negara berkembang, karena
teknologi ini mahal. Kurangnya sumber daya keuangan untuk investasi modal dalam teknologi baru
dapat menjadi hambatan yang signifikan untuk pelaksanaan inisiatif e-government. Sementara
anggaran publik menutupi biaya pengembangan e-government lokal, ada juga biaya yang ditanggung
oleh penduduk lokal, yang membutuhkan biaya tetap atau langganan internet broadband seluler untuk
dapat memanfaatkan layanan publik online. Keterjangkauan internet sering menjadi masalah,
terutama di negara berkembang berpenghasilan rendah. Di mana akses internet mahal dan tingkat
penetrasi internet rendah, lebih sedikit orang yang dapat memperoleh manfaat dari layanan elektronik
bahkan jika mereka ditawarkan. Hambatan lain dalam konteks ini mungkin termasuk tingginya biaya
perangkat elektronik atau kurangnya sinyal internet yang kuat di daerah yang lebih terpencil.
Platform layanan komputasi awan mungkin menawarkan skala ekonomi untuk kota-kota
kecil dan menengah, yang dapat berlangganan atau menyewa layanan yang sesuai daripada membeli
perangkat keras dan perangkat lunak yang relevan, ini terutama ekonomis jika layanan tersebut
digunakan secara bersama dan terkoordinasi. Cara lain untuk mengurangi biaya dan memperkuat
pengembangan e-government (termasuk dukungan untuk proyek “kota pintar”) adalah melalui
peningkatan kolaborasi dengan sektor swasta. Proyek e-government lokal sebenarnya dapat
merangsang inovasi di kalangan usaha kecil dan menengah (UKM).
Institusi pemerintah daerah menggunakan sejumlah alat, termasuk telepon seluler dan
jaringan media sosial, untuk menyebarkan informasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Melalui
teknologi, pemerintah daerah dapat mengungkapkan informasi yang berguna dan tepat waktu (seperti
keputusan dewan, informasi keuangan publik, dan notulen rapat) dalam format yang sesuai. Adopsi
teknologi seluler memfasilitasi transformasi e-government (penyediaan layanan publik online)
menjadi smart government (memanfaatkan data untuk membuat keputusan).
Threats to privacy and security
Teknologi canggih semakin banyak digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data
tentang aktivitas dan pergerakan orang. Sebagai bagian dari manajemen kota yang cerdas, misalnya,
sensor dan kamera dipasang di beberapa lokasi strategis untuk mengumpulkan dan mengirimkan data
dalam jumlah besar. Penggunaan teknologi pengenalan wajah kontroversial, karena dapat dilihat
sebagai ancaman terhadap privasi dan keamanan orang. Namun, ada beberapa cara kota dapat
mengatasi masalah tersebut. Ketika Departemen Kepolisian Chula Vista (CVPD) di California
memperkenalkan program drone-nya, perhatian khusus diberikan untuk mengatasi kekhawatiran
masyarakat tentang kebebasan sipil mereka dan hak privasi publik sehubungan dengan operasi drone.
Sebelum pelaksanaan program, informasi yang akurat disebarluaskan dan banyak diskusi diadakan
melalui berbagai media untuk memungkinkan orang mengungkapkan kekhawatiran tentang privasi
pribadi mereka dan memberikan umpan balik. Setelah wacana dan debat yang mendalam, dan dengan
jaminan bahwa privasi akan dilindungi, CVPD menerapkan program tersebut.
Keamanan data merupakan faktor kunci dalam keberhasilan dan ketahanan e-government
lokal. Data dapat diakses dan dieksploitasi oleh penyerang untuk mendapatkan informasi publik dan
pribadi yang sensitif, dan pemerintah kota dapat terkena risiko pencurian, penipuan, dan sabotase.
Pemerintah daerah perlu mengadopsi peraturan yang komprehensif dan terintegrasi dengan baik,
menerapkan strategi dan protokol keamanan dan privasi yang solid, dan menggunakan pendekatan
teknis yang sesuai dan alat yang andal untuk mengatasi masalah keamanan data dan perlindungan
privasi yang dihasilkan oleh teknologi yang sedang berkembang.
The lack of skilled workers and managing bureaucratic processe
Manfaat potensial dari e-government lokal dapat direalisasikan sepenuhnya hanya jika
pekerja terampil yang tepat tersedia dalam jumlah yang memadai. Banyak kotamadya tidak memiliki
karyawan yang cukup mampu dan memenuhi syarat untuk mengelola proyek dan inisiatif e-
government atau bahkan operasi sehari-hari. Pemerintah daerah harus memprioritaskan penguatan
literasi digital dan perolehan keterampilan elektronik yang ditargetkan di antara karyawan yang ada
dan potensial yang penting untuk penyediaan layanan elektronik. Hal ini dapat dicapai melalui berbagi
pengetahuan dan pelatihan lintas kota/kabupaten, dengan dukungan dari pakar hukum dan teknologi di
sektor swasta dan masyarakat sipil.
Penyediaan layanan publik online mengurangi biaya transaksi dan menyederhanakan
prosedur birokrasi yang memakan waktu, terutama bagi pemerintah daerah. Aplikasi teknologi dapat
merampingkan interaksi antara entitas pemerintah dan pengguna, tetapi mereka juga dapat digunakan
untuk meningkatkan operasi e-government internal.
San francisco telah memperkenalkan chatbot pengadaan untuk penggunaan internal guna
memandu karyawan melalui proses pengadaan, menggantikan kebingungan dengan panduan yang
jelas. Digitalisasi layanan pemerintah daerah meningkatkan efisiensi dalam banyak hal tetapi
terutama dengan mengurangi kesalahan dan waktu yang dihabiskan untuk tugas yang berulang.
Evolusi teknologi yang cepat menciptakan potensi layanan baru yang inovatif. Aplikasi
teknologi yang sedang berkembang seperti chatbot yang digerakkan oleh AI dapat membantu
pemerintah daerah meningkatkan penyediaan layanan bagi penduduk, bisnis, dan pengunjung, dan
juga dapat digunakan untuk merampingkan operasi dan manajemen tenaga kerja internal.
The digital divide
Perkembangan dan evolusi teknologi baru dapat memperlebar kesenjangan digital antar
kota. Kesenjangan digital muncul dari kesenjangan sosial ekonomi yang luas, dan akar dari
keduanya adalah kesenjangan ekonomi dan sosial antara negara, kelompok, dan individu yang
memengaruhi kemampuan mereka untuk mengakses dan menggunakan TIK. Langkah pertama
dalam menjembatani kesenjangan digital adalah mengatasi ketidaksetaraan. Pemerintah kota di Wina
telah melaksanakan lebih dari 60 proyek peka gender, menjadikan kota ini tempat yang lebih aman
dan nyaman bagi perempuan dengan mengintegrasikan pengarusutamaan gender ke dalam desain
proyek perkotaan, seringkali dengan biaya tambahan yang minimal. Proyek sensitif gender lainnya
yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah terkait dengan pekerjaan, pendidikan, budaya, dan waktu
luang.
Banyak kota di negara berpenghasilan rendah memiliki sumber daya yang terbatas,
infrastruktur TIK yang lemah, dan kapasitas keterampilan yang tidak memadai, serta tidak dapat
memanfaatkan sepenuhnya teknologi yang muncul untuk mendukung inisiatif transformasi digital
mereka. Isolasi merugikan transformasi digital; pemerintah daerah yang mencoba menghadapi
tantangan teknologi dan sosial ekonomi yang sangat kompleks yang dihadapi kota sendirian mungkin
merasa sulit untuk mencapai kemajuan yang memadai. Kemitraan menghasilkan solusi yang lebih
terintegrasi dan berkelanjutan yang menawarkan kesempatan kepada pemerintah daerah untuk
meningkatkan kota mereka dan memenuhi kebutuhan penduduk setempat, sehingga sangat penting
untuk mengembangkan model kolaboratif untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan solusi
inovatif. Berbagi prakarsa kota, aplikasi, kebijakan dan pengalaman serta replikasi praktik terbaik
dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial kota lain, terutama di negara berkembang.
Inisiatif berbagi kebijakan seoul.
Opportunities for increasing satisfaction and ensuring inclusion
Kota dapat menghasilkan tingkat kepuasan yang tinggi di antara penduduk lokal dengan
menawarkan berbagai macam layanan online. Menyediakan informasi, memungkinkan pengguna untuk
mengajukan sertifikat dan izin resmi, memfasilitasi pengajuan tender, dan menerima pembayaran
elektronik hanyalah beberapa cara pemerintah daerah dapat menghemat waktu dan sumber daya
penduduk melalui penyediaan layanan publik yang efektif dan efisien.
Melalui integrasi TIK, pemerintah daerah dapat meningkatkan keterbukaan, memperkuat
transparansi, mempromosikan akuntabilitas, dan memberdayakan masyarakat—semuanya berkontribusi
untuk membangun masyarakat yang adil, damai, dan inklusif (SDG 16) dan untuk pembangunan
berkelanjutan secara keseluruhan. Dengan keterbukaan dan interaksi yang lebih besar, pemerintah
daerah dapat mengembangkan kebijakan yang lebih responsif, meningkatkan pengambilan keputusan,
mengurangi korupsi dan penyuapan, mendukung pertumbuhan ekonomi dengan lebih baik, dan
meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah. Pemerintah kota yang menciptakan lingkungan seperti
ini diharapkan dapat menikmati tingkat legitimasi yang tinggi di antara penduduk.
4.3 SMARTER LOCAL GOVERNMENT
Administrasi lokal mengakui kekuatan teknologi dan data untuk mengubah operasi internal,
penyampaian layanan, dan mekanisme interaktif dengan cara yang berkontribusi pada tata kelola yang
lebih cerdas. Model tata kelola yang cerdas mengandalkan analisis sejumlah besar data untuk
memastikan bahwa semua aspek administrasi ditangani secara efisien dan efektif dan dikoordinasikan
dalam sistem administrasi yang terintegrasi penuh. Misalnya, model tersebut mampu mengintegrasikan
semua aspek politik, sosial dan ekonomi kota dan mengelola investasi dan kegiatan yang diperlukan
untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan. Kota dapat menggunakan aplikasi teknologi yang
muncul untuk proyek tertentu, tetapi kontribusi aplikasi layanan cerdas untuk e-government yang
sukses dan inovatif secara keseluruhan terutama dalam membentuk kembali struktur administrasi,
mensintesis aspek fisik dan sosial kota untuk hasil yang optimal, menerapkan pemantauan dan
mekanisme kontrol untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, serta meningkatkan infrastruktur untuk
mendukung kualitas hidup yang lebih baik dan keberlanjutan yang lebih baik.
Konsep layanan cerdas berasal dari peran transformatif dan mengganggu yang dapat
dimainkan oleh teknologi yang muncul dalam mengatasi masalah mendesak yang memengaruhi
masyarakat modern. Teknologi tersebut, jika dimanfaatkan dengan tepat, dapat digunakan untuk
memperkuat keberlanjutan komunitas lokal dengan latar belakang perubahan iklim, degradasi
lingkungan, politik penghematan, penuaan populasi, kesenjangan sosial yang merajalela, masalah
keamanan publik, urbanisasi yang cepat, masalah migrasi global, pengangguran yang tinggi. Dan
pertumbuhan ekonomi yang stagnan. Kota-kota semakin mengejar pendekatan holistik dan
terintegrasi untuk e-government yang bercita-cita untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus
berkembang dan membentuk visi kebijakan pembuat keputusan dalam kerangka pembangunan
berkelanjutan yang lebih luas. Konsep tata kelola yang cerdas telah menarik perhatian entitas lokal,
nasional, dan supranasional seperti bank dunia, OECD, uni eropa, dan perusahaan swasta. Jutaan
orang di seluruh dunia saat ini tinggal di komunitas di mana inisiatif layanan pintar telah
diperkenalkan, meskipun tahap yang dicapai dalam pengembangan kota pintar sangat bervariasi.
Investasi dalam memanfaatkan teknologi baru untuk pengembangan kota pintar diperkirakan akan
meningkat pada tingkat tahunan gabungan sebesar 16,5% selama lima tahun ke depan, mencapai
$252,6 miliar pada tahun 2025,3.
Dalam kebanyakan kasus, inisiatif layanan cerdas adalah produk dari teknologi yang
saling terkait dan bukan terisolasi. Ada banyak contoh eksperimen dengan kombinasi teknologi
pintar yang berpotensi berkontribusi pada pendekatan pembangunan sosial lingkungan alternatif di
tingkat pemerintah daerah yang dapat lebih mendukung pencapaian pembangunan berkelanjutan.
Algoritma dan aplikasi AI seperti pembelajaran mesin memiliki potensi untuk membantu
pemerintah kota mengatasi tantangan utama yang terkait dengan populasi yang besar dan tumbuh
cepat, termasuk masalah yang berkaitan dengan pasokan air, ketahanan pangan, keselamatan publik,
manajemen lalu lintas, perawatan kesehatan, kebutuhan energi, pengelolaan sampah, dan kebutuhan
akan pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata serta kesempatan belajar sepanjang hayat
untuk semua. Adopsi teknologi semacam itu oleh kota-kota telah memengaruhi cara mereka
mengembangkan rencana dan membuat keputusan tentang proyek pembangunan, transportasi,
organisasi dan infrastruktur.
Salah satu tantangan terbesar bagi kota-kota modern adalah mengatasi timbulan sampah
padat yang berlebihan dan memastikan pembuangannya yang aman bagi lingkungan. Peningkatan
sampah padat, khususnya sampah rumah tangga, ditambah dengan pengelolaan yang tidak memadai
dan kurangnya kapasitas pembuangan, telah menjadi perhatian global. Melalui adopsi AI untuk daur
ulang cerdas dan pengelolaan limbah, sistem pengelolaan limbah berkelanjutan dapat dikembangkan
untuk meningkatkan transportasi, penanganan, pembuangan, dan daur ulang limbah.
Blockchain membuka berbagai kemungkinan untuk aplikasi layanan pintar. Potensi
transformatif dari teknologi ini sangat besar. Pejabat publik sedang menyelidiki bagaimana sistem
blockchain dapat membantu mereka dalam tugas administratif mereka dan sedang mengeksplorasi cara
ekosistem blockchain dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Teknologi blockchain akan
memungkinkan aspek-aspek tertentu dari manajemen kota untuk didistribusikan di antara para
pemangku kepentingan, desentralisasi tata kelola dan memungkinkan transaksi yang kompleks untuk
dikelola oleh banyak pihak di berbagai bidang seperti produksi listrik, distribusi dan konsumsi.
Big data dihasilkan dari berbagai sumber dan menjadi sangat penting dalam desain dan
penerapan kebijakan pemerintah daerah yang efektif. Pengambilan keputusan berdasarkan analisis
data kota real-time yang komprehensif memungkinkan otoritas kota untuk mengoptimalkan sumber
daya publik secara holistik. Memanfaatkan potensi penuh dari data besar dapat mengubah model
pemerintah, model layanan, dan proses pengembangan industri, menjadikan kota dan pemukiman
manusia inklusif aman, tangguh, dan berkelanjutan. Teknologi ini memiliki kapasitas untuk
mengubah pengelolaan layanan publik seperti pemeliharaan jalan, pengelolaan sampah, penerangan,
irigasi ruang hijau, dan banyak fungsi penting lainnya yang memerlukan koordinasi logistik.
Menggunakan pembaruan waktu nyata dari berbagai sumber memungkinkan otoritas lokal untuk
menanggapi kebutuhan masyarakat dengan lebih cepat dan efisien. Pemerintah lokal di madrid,
misalnya, berinvestasi besar-besaran dalam penggunaan data untuk meningkatkan kualitas dan
efisiensi layanan kota dan untuk menginformasikan pengembangan dan penyebaran alat baru untuk
meningkatkan interaksi dan komunikasi antara penduduk dan kantor kota.
Dukungan untuk penggunaan iot dalam penyediaan layanan publik mendapatkan daya
tarik yang serius. Mekanisme umpan balik yang dibangun ke dalam aplikasi iot menjadikan teknologi
ini ideal untuk sistem perawatan kesehatan cerdas, proyek transportasi cerdas, penegakan hukum,
situasi darurat, pengelolaan jalan dan air, pemantauan polusi udara, dan pengelolaan hutan dan lahan
pertanian (termasuk pemantauan tanah erosi dan degradasi).
Teknologi imersif seperti AR dan VR dapat memberikan pengalaman yang menarik bagi
pengguna dan dalam konteks saat ini dapat meningkatkan tata kelola kota serta kehidupan
pengunjung dan penduduk lokal. Teknologi ini sering disebutkan dalam konteks mempromosikan
pariwisata lokal, karena dapat memainkan peran penting dalam menarik pengunjung, yang
meningkatkan perekonomian. Namun, ada juga sejumlah kegunaan praktis untuk AR dan VR dalam
operasi kota. Area metropolitan yang besar seringkali sulit untuk dinavigasi, bahkan untuk penduduk
lokal, dan menggunakan GPS smartphone tradisional tidak selalu merupakan pendekatan yang paling
aman, karena mengganggu kesadaran pengguna akan lingkungannya dan dapat menyebabkan
kecelakaan..
Migrasi global dan krisis pengungsi merupakan tantangan mendesak bagi banyak kota.
Perkembangan sosial politik dapat mendorong migrasi besar-besaran, dan kota-kota di negara tujuan
sering ditugaskan untuk menampung sejumlah besar pengungsi dan pencari suaka. Penerapan sistem
pengambilan keputusan kolaboratif untuk akomodasi pengungsi dapat membantu pemerintah daerah
membuat keputusan yang tepat yang paling baik untuk melayani komunitas khusus mereka. Sistem
tersebut mungkin didasarkan pada kombinasi yang berbeda dari pendekatan e-government tradisional
dan yang didorong oleh teknologi inovatif. Solusi yang disesuaikan dengan pengaturan individu
mendukung pencapaian sdgs 8, 10, 11 dan 16 dengan mengurangi ketidaksetaraan, menjadikan kota
inklusif dan tangguh, dan mengadvokasi komunitas yang damai dan berkelanjutan. Hamburg telah
mengatasi tantangan dalam mengakomodasi pengungsi dengan menggunakan pendekatan
pengambilan keputusan berbasis masyarakat dari bawah ke atas. Sebuah solusi sistematis telah
diadopsi yang berpusat pada pemerataan pengungsi di dalam kota sehingga mereka tidak
terkonsentrasi di satu wilayah.
Upaya dalam hal ini didukung oleh aplikasi teknologi di bidang-bidang seperti perencanaan kota,
arsitektur, pengembangan real estat, analisis data, logistik dan dinamika manusia, yang memastikan
bahwa pendekatan sistematis diambil untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan pengungsi dan
untuk memfasilitasi komunikasi dan keterlibatan sehingga ketegangan tidak muncul atas
ketidaksetaraan yang dirasakan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk membangun lembaga yang efektif,
akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan (SDG 16), pemerintah daerah dapat mengalihdayakan
berbagai fungsi dan menghemat waktu dan uang mereka sendiri dan pengguna. Dengan
menggunakan platform komersial yang dibuat oleh penyedia layanan yang mapan, otoritas lokal
tidak perlu berinvestasi dalam perangkat keras dan perangkat lunak yang mahal, dan penduduk
memiliki akses yang mudah ke layanan. Provinsi guangdong di cina memiliki populasi lebih dari
110 juta, dan pemerintah telah mengaturnya agar penduduk dapat menggunakan aplikasi jejaring
sosial untuk 142 fungsi dan layanan pemerintah daerah, yang memungkinkan mereka menghindari
antrean panjang di kantor-kantor pemerintah.
4.4 SUMMARY AND CONCLUSIONS
Rangkuman dan kesimpulan berikut diambil dari hasil survei LOSI 2020 dan studi kasus
yang disajikan dalam bab ini: :
• Temuan survei LOSI 2020 memperkuat temuan survei 2018 yang menegaskan bahwa portal
pemerintah daerah umumnya tidak berkinerja sebaik portal nasional di negara-negara di mana kota-kota
tersebut berada. Ini menggarisbawahi kebutuhan berkelanjutan untuk penilaian terpisah dari
pengembangan e-government di tingkat lokal dan nasional.
• Nilai LOSI rata-rata untuk kota-kota yang dinilai dalam studi saat ini adalah 0,43, yang menunjukkan
bahwa sebagian besar portal kota memiliki jalan panjang untuk mewujudkan potensi penuh mereka.
Perbandingan antara portal kota dan portal nasional semakin mendukung pandangan ini sebagaimana
disebutkan di atas, sebagian besar portal nasional jauh lebih maju daripada yang beroperasi di tingkat
lokal.
• Tampaknya ada korelasi positif antara tingkat LOSI sebuah kota dan kelompok pendapatan negara
di mana kota itu berada. Dengan kata lain, kota-kota di negara-negara berpenghasilan rendah
cenderung memiliki peringkat yang relatif rendah dalam indeks layanan online lokal. Namun, ada
perbedaan yang cukup untuk menunjukkan bahwa sumber daya keuangan bukan satu-satunya faktor
penting, ada sejumlah kota di negara berpenghasilan tinggi dengan nilai LOSI menengah dan
beberapa kota di negara berpenghasilan menengah ke atas dengan nilai LOSI sangat tinggi.
• Secara grup, portal kota yang dinilai dalam survei LOSI 2020 memiliki kinerja terbaik dalam
kategori penyediaan konten, dengan sebagian besar kota memenuhi sebagian besar indikator yang
relevan. Konsisten dengan temuan LOSI 2018, hasil studi LOSI 2020 menunjukkan bahwa kota-kota
berkomitmen untuk menawarkan konten yang memadai dan meningkatkan kegunaan situs web
mereka tetapi tidak terlalu fokus pada penyediaan layanan elektronik dan meningkatkan partisipasi.
• Tingkat kepatuhan terendah adalah pada kategori penyediaan layanan, dengan hanya 7% portal kota
yang dinilai telah menerapkan 75 hingga 100% dari 25 layanan yang terdaftar. Mayoritas portal kota
yang ditinjau tidak memenuhi standar dan pedoman teknologi umum (WCAG dan W3C). Namun,
kota-kota berusaha untuk meningkatkan aksesibilitas; hasil survei menunjukkan bahwa hampir semua
portal kota dapat diakses melalui perangkat seluler, yang menunjukkan peningkatan penyebaran
teknologi seluler dan integrasi luasnya dalam sistem e-government.
• Sebagian besar portal kota dinilai sangat bergantung pada jaringan media sosial seperti facebook,
twitter, youtube dan flickr untuk terhubung dengan masyarakat umum. Sangat sedikit portal yang
menggabungkan alat partisipasi tradisional seperti e-jajak pendapat, e-forum, ruang obrolan, blog,
petisi elektronik, atau alat lain untuk interaksi langsung. Mungkin ada beberapa alasan untuk ini,
tetapi kemungkinan besar karena, secara komparatif, media sosial berbiaya rendah, lebih akrab, dan
lebih mudah digunakan.
• Temuan studi menunjukkan perlunya visi bersama tentang e-government lokal dan peningkatan
kolaborasi pada proyek-proyek pembangunan yang relevan. Semua pemangku kepentingan termasuk
penduduk lokal, sektor swasta, pemerintah, organisasi non-pemerintah dan organisasi internasional
harus membantu memandu evolusi e-government untuk kebaikan semua.
• UKM harus diberi insentif untuk mengembangkan ide dan inisiatif inovatif untuk pengembangan
e-government lokal. Perusahaan lokal memiliki kepentingan penting dalam keberhasilan komunitas
mereka dan memiliki potensi untuk menjadi mitra penting dalam mengembangkan dan memberikan
solusi kota pintar.
• Ada kebutuhan untuk mendukung lebih banyak kolaborasi antar kota, terutama dalam memanfaatkan
teknologi baru untuk inisiatif kota pintar. Kota-kota yang telah berhasil mengimplementasikan proyek
layanan pintar dapat berbagi apa yang telah mereka pelajari dengan kota-kota yang masih mencari
solusi yang tepat.
• Teknologi baru memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pemberian layanan publik,
tetapi pada akhirnya mereka hanyalah sarana untuk mencapai tujuan. Seperti inisiatif e-government
nasional, pengembangan e-government lokal perlu didorong oleh orang daripada didorong oleh
teknologi. Prioritas utama otoritas pemerintah daerah harus membawa orang online dan
meningkatkan kepuasan mereka. Pemerintah dapat memfasilitasi akses ke layanan elektronik dengan
memastikan bahwa layanan wi-fi tersedia di tempat umum yang ada seperti perpustakaan, balai kota,
lembaga pendidikan, dan kios, dan akses wi-fi dapat disediakan di ruang publik seperti stasiun
transportasi, taman dan rumah sakit. Untuk memenuhi harapan masyarakat, pemerintah daerah perlu
memahami prioritas dan keprihatinan mereka dan melibatkan mereka dalam tata kelola. Hal ini dapat
dicapai dengan melakukan kampanye kesadaran dan menyoroti peran penting yang dimainkan
masyarakat sebagai mitra setara di pemerintah daerah daripada sekadar konsumen layanan elektronik.
Yang paling penting, inisiatif e-government lokal khususnya yang mengintegrasikan teknologi baru
harus dirancang untuk memberi manfaat bagi semua orang dan tidak meninggalkan siapa pun,
terutama wanita, pemuda, penyandang disabilitas, pengungsi, pengunjung, kelompok berpenghasilan
rendah, dan populasi terlayani lainnya.
Power point materi pembelajaran mata kuliah teknologi informasi pemerintahan dengan materi E-Government survey 2020

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Makalah sistem pelaporan keuangan
Makalah sistem pelaporan keuanganMakalah sistem pelaporan keuangan
Makalah sistem pelaporan keuangan
pondokcabe2014
 
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARASISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
PLUR
 
Etika Pelayanan Publik
Etika Pelayanan PublikEtika Pelayanan Publik
Etika Pelayanan Publik
Dian Herdiana
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Oswar Mungkasa
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
Sujatmiko Wibowo
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi Publik
Siti Sahati
 
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
Siti Sahati
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
ARY SETIADI
 
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Ian Setiawan
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
Tri Widodo W. UTOMO
 
Makalah urbanisasi
Makalah urbanisasiMakalah urbanisasi
Makalah urbanisasi
Agunk Wihikan
 
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...Dadang DjokoKaryanto
 
Pelayanan terpadu
Pelayanan terpaduPelayanan terpadu
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Tri Widodo W. UTOMO
 
Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa"
Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa" Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa"
Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa"
Akademi Desa 4.0
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
Rian Saifulloh
 
Hubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lain
Harles Janang
 

Was ist angesagt? (20)

Makalah sistem pelaporan keuangan
Makalah sistem pelaporan keuanganMakalah sistem pelaporan keuangan
Makalah sistem pelaporan keuangan
 
Tugas paper
Tugas paperTugas paper
Tugas paper
 
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARASISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
 
Etika Pelayanan Publik
Etika Pelayanan PublikEtika Pelayanan Publik
Etika Pelayanan Publik
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi Publik
 
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
 
Makalah urbanisasi
Makalah urbanisasiMakalah urbanisasi
Makalah urbanisasi
 
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
 
Pelayanan terpadu
Pelayanan terpaduPelayanan terpadu
Pelayanan terpadu
 
Kajian otsus papua
Kajian otsus papuaKajian otsus papua
Kajian otsus papua
 
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
 
Materi e government
Materi e governmentMateri e government
Materi e government
 
Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa"
Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa" Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa"
Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa"
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
 
Hubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lain
 

Ähnlich wie Power point materi pembelajaran mata kuliah teknologi informasi pemerintahan dengan materi E-Government survey 2020

Ppt muhlizar
Ppt muhlizarPpt muhlizar
Ppt muhlizar
Muhlizar
 
Ppt e gov
Ppt e govPpt e gov
Ppt e gov
Aditya Afrinaldi
 
Local e government development in cities and human settlements
Local e government development in cities and human settlementsLocal e government development in cities and human settlements
Local e government development in cities and human settlements
PRAMUDHITA SELTYA CHAIRI
 
Local E-Government Development in Cities and Human Settlements
Local E-Government Development  in Cities and Human SettlementsLocal E-Government Development  in Cities and Human Settlements
Local E-Government Development in Cities and Human Settlements
DeliaAfianaAgustina
 
Dedys agoestin nim 20102056
Dedys agoestin nim 20102056Dedys agoestin nim 20102056
Dedys agoestin nim 20102056
DEDYSAGOESTIN
 
Regional Challenges and Opportunities / Tantangan dan Peluang Regional
Regional Challenges and Opportunities / Tantangan dan Peluang RegionalRegional Challenges and Opportunities / Tantangan dan Peluang Regional
Regional Challenges and Opportunities / Tantangan dan Peluang Regional
anggitania4
 
PPT TIP Ahmad Syaifudin
PPT TIP Ahmad SyaifudinPPT TIP Ahmad Syaifudin
PPT TIP Ahmad Syaifudin
AhmadSyaifudin33
 
E-PARTICIPATION
E-PARTICIPATIONE-PARTICIPATION
E-PARTICIPATION
FikriHaikal67
 
E-PARTICIPATION
E-PARTICIPATIONE-PARTICIPATION
E-PARTICIPATION
FretyFadilla
 
Review e book transforming city governments for successful smart cities
Review e book transforming city governments for successful smart cities Review e book transforming city governments for successful smart cities
Review e book transforming city governments for successful smart cities
Elisa Lumintang
 
Kelompok v e government
Kelompok v e governmentKelompok v e government
Kelompok v e government
DeanCrosstian
 
Tomi 20102057 (tip)
Tomi 20102057 (tip)Tomi 20102057 (tip)
Tomi 20102057 (tip)
Tomi
 
E-samsat indonesia
E-samsat indonesiaE-samsat indonesia
E-samsat indonesia
wardanaekaputra
 
Bab i pendahuluan k
Bab i pendahuluan kBab i pendahuluan k
Bab i pendahuluan k
ChintiaRahmi
 
Makalah komputer pemerintahan
Makalah komputer pemerintahanMakalah komputer pemerintahan
Makalah komputer pemerintahan
viqrialfi
 
Tugas mid
Tugas midTugas mid
Tugas mid
Joshua Mamahit
 
E government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
E government dan penerepannya di kota bandung jawa baratE government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
E government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
Julio Mamesah
 
E government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
E government dan penerepannya di kota bandung jawa baratE government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
E government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
Julio Mamesah
 
E-Government dan Penerepannya di Kota Bandung Jawa Barat
E-Government dan Penerepannya di Kota Bandung Jawa BaratE-Government dan Penerepannya di Kota Bandung Jawa Barat
E-Government dan Penerepannya di Kota Bandung Jawa Barat
Julio Mamesah
 
E government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
E government dan penerepannya di kota bandung jawa baratE government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
E government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
Julio Mamesah
 

Ähnlich wie Power point materi pembelajaran mata kuliah teknologi informasi pemerintahan dengan materi E-Government survey 2020 (20)

Ppt muhlizar
Ppt muhlizarPpt muhlizar
Ppt muhlizar
 
Ppt e gov
Ppt e govPpt e gov
Ppt e gov
 
Local e government development in cities and human settlements
Local e government development in cities and human settlementsLocal e government development in cities and human settlements
Local e government development in cities and human settlements
 
Local E-Government Development in Cities and Human Settlements
Local E-Government Development  in Cities and Human SettlementsLocal E-Government Development  in Cities and Human Settlements
Local E-Government Development in Cities and Human Settlements
 
Dedys agoestin nim 20102056
Dedys agoestin nim 20102056Dedys agoestin nim 20102056
Dedys agoestin nim 20102056
 
Regional Challenges and Opportunities / Tantangan dan Peluang Regional
Regional Challenges and Opportunities / Tantangan dan Peluang RegionalRegional Challenges and Opportunities / Tantangan dan Peluang Regional
Regional Challenges and Opportunities / Tantangan dan Peluang Regional
 
PPT TIP Ahmad Syaifudin
PPT TIP Ahmad SyaifudinPPT TIP Ahmad Syaifudin
PPT TIP Ahmad Syaifudin
 
E-PARTICIPATION
E-PARTICIPATIONE-PARTICIPATION
E-PARTICIPATION
 
E-PARTICIPATION
E-PARTICIPATIONE-PARTICIPATION
E-PARTICIPATION
 
Review e book transforming city governments for successful smart cities
Review e book transforming city governments for successful smart cities Review e book transforming city governments for successful smart cities
Review e book transforming city governments for successful smart cities
 
Kelompok v e government
Kelompok v e governmentKelompok v e government
Kelompok v e government
 
Tomi 20102057 (tip)
Tomi 20102057 (tip)Tomi 20102057 (tip)
Tomi 20102057 (tip)
 
E-samsat indonesia
E-samsat indonesiaE-samsat indonesia
E-samsat indonesia
 
Bab i pendahuluan k
Bab i pendahuluan kBab i pendahuluan k
Bab i pendahuluan k
 
Makalah komputer pemerintahan
Makalah komputer pemerintahanMakalah komputer pemerintahan
Makalah komputer pemerintahan
 
Tugas mid
Tugas midTugas mid
Tugas mid
 
E government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
E government dan penerepannya di kota bandung jawa baratE government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
E government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
 
E government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
E government dan penerepannya di kota bandung jawa baratE government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
E government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
 
E-Government dan Penerepannya di Kota Bandung Jawa Barat
E-Government dan Penerepannya di Kota Bandung Jawa BaratE-Government dan Penerepannya di Kota Bandung Jawa Barat
E-Government dan Penerepannya di Kota Bandung Jawa Barat
 
E government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
E government dan penerepannya di kota bandung jawa baratE government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
E government dan penerepannya di kota bandung jawa barat
 

Kürzlich hochgeladen

CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfCERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
Zainul Ulum
 
Rencana Moderasi Lokakarya dua prgram guru penggerakk
Rencana Moderasi Lokakarya dua prgram guru penggerakkRencana Moderasi Lokakarya dua prgram guru penggerakk
Rencana Moderasi Lokakarya dua prgram guru penggerakk
DwiSuprianto2
 
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdfMitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
pelestarikawasanwili
 
slip gaji karyawan contoh slip gaji karyawan contoh
slip gaji karyawan contoh slip gaji karyawan contohslip gaji karyawan contoh slip gaji karyawan contoh
slip gaji karyawan contoh slip gaji karyawan contoh
projecttomarss
 
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdfMateri Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
pelestarikawasanwili
 
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptxRapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
ApriyandiIyan1
 
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdfRegulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
MuhaiminMuha
 
PPT SOSIALISASI DBHCHT Gempur Rokok Ilegal.pdf
PPT SOSIALISASI DBHCHT Gempur Rokok Ilegal.pdfPPT SOSIALISASI DBHCHT Gempur Rokok Ilegal.pdf
PPT SOSIALISASI DBHCHT Gempur Rokok Ilegal.pdf
adminguntur
 
Berita Resmi Statistik materi-brs-2023-10-16.pdf
Berita Resmi Statistik materi-brs-2023-10-16.pdfBerita Resmi Statistik materi-brs-2023-10-16.pdf
Berita Resmi Statistik materi-brs-2023-10-16.pdf
DenniPratama2
 

Kürzlich hochgeladen (9)

CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfCERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
 
Rencana Moderasi Lokakarya dua prgram guru penggerakk
Rencana Moderasi Lokakarya dua prgram guru penggerakkRencana Moderasi Lokakarya dua prgram guru penggerakk
Rencana Moderasi Lokakarya dua prgram guru penggerakk
 
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdfMitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
 
slip gaji karyawan contoh slip gaji karyawan contoh
slip gaji karyawan contoh slip gaji karyawan contohslip gaji karyawan contoh slip gaji karyawan contoh
slip gaji karyawan contoh slip gaji karyawan contoh
 
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdfMateri Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
 
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptxRapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
 
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdfRegulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
 
PPT SOSIALISASI DBHCHT Gempur Rokok Ilegal.pdf
PPT SOSIALISASI DBHCHT Gempur Rokok Ilegal.pdfPPT SOSIALISASI DBHCHT Gempur Rokok Ilegal.pdf
PPT SOSIALISASI DBHCHT Gempur Rokok Ilegal.pdf
 
Berita Resmi Statistik materi-brs-2023-10-16.pdf
Berita Resmi Statistik materi-brs-2023-10-16.pdfBerita Resmi Statistik materi-brs-2023-10-16.pdf
Berita Resmi Statistik materi-brs-2023-10-16.pdf
 

Power point materi pembelajaran mata kuliah teknologi informasi pemerintahan dengan materi E-Government survey 2020

  • 1. NAMA : JAYANTI KUMALA SARI NIM : 20102005 PROGAM STUDI : ILMU PEMERINTAHAN MATA KULIAH : TEKNOLOGI INFORMASI PEMERINTAHAN
  • 2. LOCAL E-GOVERNMENT DEVELOPMENT IN CITIES AND HUMAN SETTLEMENTS Chapter 4
  • 4. Inovasi dan perkembangan teknologi telah mendisrupsi tradisional praktek dan organisasi masyarakat. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang sekarang digunakan secara luas di semua sektor masyarakat, memainkan peran yang semakin penting dalam interaksi antara pemerintah dan masyarakat. Ada konsensus luas bahwa TIK dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pemberian layanan, meningkatkan efisiensi lembaga publik, menjangkau banyak orang, mempromosikan transparansi dan akuntabilitas, memfasilitasi interaksi dan partisipasi elektronik, dan mengurangi korupsi. Namun, teknologi berkembang begitu pesat sehingga menjadi perlu untuk terus menerus “mengejar gelombang digital”. Oleh karena itu sangat penting bahwa penelitian dilakukan untuk menghasilkan pemahaman yang lebih baik dan lebih menyeluruh tentang peran TIK di dunia yang mengglobal dan bagaimana pemerintah dan lembaga publik dapat menggunakan teknologi digital dengan lebih baik untuk mencapai tujuan pembangunan.
  • 5. Pemerintah memanfaatkan teknologi digital untuk memperkuat administrasi publik di semua tingkatan. Integrasi TIK dapat memperluas dan meningkatkan penyediaan layanan, merampingkan dan mengoptimalkan proses internal, dan memungkinkan warga untuk terlibat dengan institusi dan masalah publik dalam berbagai cara baik secara nasional maupun lokal. Pentingnya pemerintah daerah terkadang diabaikan atau diremehkan. Namun, seperti yang disorot dalam agenda baru perkotaan, organisasi internasional sangat menyadari bahwa kontribusi pemerintah daerah dan lokal terhadap definisi dan implementasi kebijakan sama pentingnya dengan kontribusi pemerintah nasional. TIK memainkan peran penting dalam memfasilitasi komunikasi dan konsultasi, memungkinkan berbagai pemangku kepentingan untuk berinteraksi dan berpartisipasi dalam pemerintahan lokal dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung. Multistakeholderisme mendapatkan pijakan dalam konteks lokal karena digitalisasi menawarkan peluang yang lebih luas bagi berbagai aktor yang berbeda untuk terlibat dalam hampir setiap aspek proses pembahasan kebijakan. Menggunakan TIK untuk pemberian layanan membantu pemerintah daerah merampingkan operasi dan mengurangi beban administrasi mereka, memfasilitasi interaksi jarak jauh dengan publik dan komunikasi dan kolaborasi internal yang lebih efisien, dan meningkatkan efisiensi keseluruhan dengan cara yang ramah lingkungan.
  • 6. Masyarakat cenderung lebih banyak berinteraksi langsung dengan pemerintah daerah yang menempatkan pemerintah daerah pada posisi yang unik untuk merespon kebutuhan dan keprihatinan warga. Kedekatan dengan masyarakat lokal ini membentuk inti dari wacana tentang jenis peran yang harus dimainkan oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka yang tinggal di dalam yurisdiksi mereka. Orang sering kali lebih tertarik pada apa yang terjadi di komunitas lokal mereka, karena pemerintah lokal menangani langsung masalah yang memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka di berbagai bidang seperti pendidikan, layanan sosial, dan pengelolaan kota. Ada rasa memiliki dan memiliki, dan warga lokal seringkali diberi kesempatan untuk melihat hasil nyata dari interaksi dan keterlibatan mereka dengan pemerintah daerah. Pengembangan e-government memiliki agenda politik yang tinggi, tetapi penekanannya terutama pada prioritas dan kemajuan nasional, sebagaimana dibuktikan oleh banyak inisiatif dan publikasi regional dan internasional yang menilai pertumbuhan dan efektivitas e-government di tingkat negara.
  • 7. Ada mekanisme yang mapan untuk menilai kemajuan dalam pengembangan e-government nasional, tetapi penilaian kematangan e-government lokal masih dalam tahap awal dan masih relatif jarang. Kota pada dasarnya adalah kumpulan jaringan manusia, sosial, ekonomi dan budaya dan merupakan pengaturan di mana rasa memiliki dan kebersamaan dapat dipupuk dan di mana proses publik yang mendukung kohesivitas dan pembangunan sosial dapat dioptimalkan dan dibuat lebih efisien dan berdaya guna. Menjelang akhir ini, perhatian yang meningkat harus diberikan untuk menilai kehadiran online pemerintah daerah di kota-kota sebagai aspek mendasar dari e-government. Dalam studi tahun 2020, penilaian ditingkatkan untuk memasukkan 100 kota di berbagai wilayah di dunia. Kebutuhan untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas layanan dan untuk mengoptimalkan integrasi teknologi yang berkembang untuk mencapai tujuan ini mendorong pemerintah untuk meningkatkan kehadiran online mereka. Pemerintah pusat dan daerah terlibat dalam upaya yang berkembang untuk memanfaatkan manfaat yang ditawarkan TIK dalam penyediaan layanan publik, termasuk inklusi sosial yang lebih besar, peningkatan efisiensi dan efektivitas, pemberian layanan yang lebih personal, dan ketersediaan layanan.
  • 8. Minat yang berkembang dalam pengembangan e-government, dikombinasikan dengan meningkatnya jumlah permintaan untuk penyertaan dan perwakilan dalam survei e-government lokal, mendorong penyelenggara studi untuk meningkatkan jumlah kota yang dinilai untuk survei 2020. Ini merupakan perkembangan yang positif, karena menilai jumlah portal yang jauh lebih besar memberikan manfaat berikut: a) cakupan dan representasi yang lebih luas dari status e-government lokal b) potret pemerintahan lokal yang lebih komprehensif dan lengkap di seluruh dunia, dengan sampel survei yang lebih besar memungkinkan wawasan yang lebih akurat, analisis yang lebih konsisten, dan peluang untuk lebih mengidentifikasi tantangan, kesulitan, dan peluang yang dimiliki kota bersama (dan di mana terdapat perbedaan) c) kesempatan untuk terlibat dalam analisis berbasis bukti yang lebih luas tentang kehadiran online pemerintah daerah di seluruh dunia, dengan peningkatan kapasitas untuk perbandingan yang produktif dan kemampuan untuk mengidentifikasi area yang membutuhkan perbaikan d) pembentukan jaringan pakar dan praktisi yang dapat berbagi praktik yang baik dan pembelajaran.
  • 10. 4.2.1 methodology LOSI terdiri dari 80 indikator yang berkaitan dengan empat kriteria, yaitu : 1. Dimensi teknologi berfokus pada teknis fitur portal untuk menentukan bagaimana situs dan konten tersedia untuk pengguna. indikator yang relevan berhubungan dengan faktor-faktor seperti aksesibilitas, kualitas, fungsionalitas, keandalan, kemudahan navigasi, daya tarik visual, dan keselarasan dengan standar teknologi. 2. penyediaan konten, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi sejauh mana informasi dan sumber daya publik yang penting tersedia secara online. 3. penyediaan layanan, dengan fokus pada ketersediaan dan penyampaian layanan pemerintah yang ditargetkan. 4. partisipasi dan keterlibatan, yang menilai ketersediaan mekanisme dan inisiatif untuk interaksi dan peluang partisipasi publik dalam struktur pemerintahan lokal. Informasi lebih komprehensif tentang metodologi survei 2020 dan indikator LOSI tersedia di lampiran.
  • 11. Ada dua faktor penting yang mendasari pemilihan 80 indikator yang digunakan dalam instrumen penilaian. Tinjauan literatur dan penelitian empiris sebelumnya membantu menentukan rangkaian metrik mana yang paling mewakili elemen sentral dari layanan publik digital dan penyediaan layanan di tingkat kota. Selain itu, upaya penyelarasan indikator LOSI dengan online service index (OSI) dilakukan dengan keputusan berdasarkan beberapa komentar yang diterima setelah studi edisi pertama dirilis pada tahun 2018. Nilai LOSI keseluruhan untuk sebuah kota adalah nilai normalisasi dari 80 indikator untuk kota tersebut. Berdasarkan nilai LOSI yang dihitung, peringkat top-down menunjukkan posisi relatif kota di antara semua yang diukur. Berdasarkan jumlah total indikator yang terpenuhi, kota-kota ditetapkan ke salah satu dari empat tingkat atau kelompok mulai dari sangat tinggi hingga rendah. Kota dengan tingkat LOSI yang sangat tinggi adalah kota yang memenuhi setidaknya 60 dari 80 indikator yang dianalisis dan memiliki nilai LOSI antara 0,75 dan 1,00. Kota-kota dalam kelompok LOSI tinggi memenuhi antara 40 dan 59 indikator dan memiliki nilai LOSI dalam kisaran 0,50 hingga 0,75.
  • 12. Pada kelompok LOSI menengah adalah kota-kota yang memenuhi 20 hingga 39 indikator dan memiliki nilai LOSI pada kisaran 0,25 hingga 0,50. Akhirnya, kota-kota dalam kelompok LOSI rendah bertemu kurang dari 20 indikator dan memiliki nilai LOSI antara 0,00 dan 0,25. Untuk mendapatkan hasil survei LOSI untuk tahun 2020, total 148 peneliti sukarelawan di 86 negara menilai portal kota terpilih dan portal terkait lainnya, sebagaimana berlaku, menggunakan LGQ. Pengumpulan data dan penelitian survei berlangsung selama paruh kedua tahun 2019. Setiap portal kota dinilai oleh setidaknya dua peneliti, yang melakukan penilaian dalam salah satu bahasa nasional negara tempat kota itu berada. Setelah penilaian awal, evaluasi oleh dua peneliti untuk setiap kota dibandingkan, dan setiap perbedaan ditinjau bersama dan diselesaikan oleh para peneliti. Peninjauan akhir dan verifikasi semua jawaban dilakukan oleh peninjau senior. Setelah nilai LOSI disetujui oleh peninjau senior, tim statistik menetapkan peringkat LOSI.
  • 13. 4.2.2 current status of local online services 100 kota yang disurvei untuk LOSI 2020 dipilih berdasarkan lokasi geografis dan distribusi penduduk. Semua wilayah dunia terwakili secara adil. jumlah negara yang dipilih dari setiap wilayah didasarkan pada pangsa populasi wilayah itu dalam populasi global. Di antara 100 kota yang dipilih, 29 di Asia, 32 di Afrika, 21 di Eropa, 16 di Amerika, dan 2 di Oseania. Empat belas dari kota-kota ini ditemukan tidak memiliki portal web. Untuk itu, LOSI 2020 menilai 86 portal kota 27 di Asia, 21 di Afrika, 21 di Eropa, 15 di Amerika dan 2 di Oseania. Pemeringkatan akhir kota mencerminkan jumlah total indikator yang terpenuhi; masing-masing nilai LOSI dirinci dalam lampiran. Seperti disebutkan di atas, setiap kota ditugaskan ke salah satu dari empat tingkat LOSI—sangat tinggi, tinggi, sedang, atau rendah— berdasarkan nilai LOSI-nya.
  • 14. LOSI levels with corresponding OSI levels for 2020 LOSI dan tingkat Online Services Index (OSI) yang sesuai disajikan untuk tujuan ini. Informasi rinci tentang nilai, level, dan pengelompokan OSI disediakan dalam bab 1 laporan ini. Secara singkat, negara-negara diberi salah satu dari empat level OSI berdasarkan nilai OSI mereka, sebagai berikut: sangat tinggi (0,75-1,00), tinggi (0,50-0,75), sedang (0,25-0,50), dan rendah (0,00- 0,25). Di antara 86 kota yang dinilai pada tahun 2020, 25 berada pada level LOSI yang sesuai dengan level OSI untuk negaranya masing-masing. Khususnya, 60 kota berada pada tingkat LOSI yang lebih rendah dari tingkat OSI negara mereka. Di antara kota-kota tersebut, 20 kota memiliki nilai LOSI yang menempatkannya dua tingkat di bawah level OSI negaranya, 9 kota berada pada level LOSI menengah sedangkan negaranya berada pada level OSI sangat tinggi, dan 11 kota berada pada level LOSI rendah. Hanya dalam satu kasus, sebuah kota mencapai tingkat LOSI lebih tinggi dari tingkat OSI negaranya. Informasi lebih spesifik tentang level LOSI dan OSI 2020 yang relevan tersedia di lampiran.
  • 15. Perbedaan antara pengembangan e-government lokal dan nasional diverifikasi dalam studi LOSI edisi 2018 dan 2020. Tinjauan tahun 2020 menunjukkan bahwa sekitar 70 persen kota yang disurvei memiliki tingkat LOSI yang lebih rendah dari tingkat OSI untuk negara-negara tempat mereka berada - naik dari 42,5 persen pada 2018. Temuan tinjauan paralel tingkat LOSI dan OSI 2020 ini mengkonfirmasi pernyataan dalam edisi 2018 bahwa perbedaan antara kinerja e-government lokal dan nasional mungkin lebih terlihat ketika penilaian e-government lokal yang lebih luas dilakukan. Pada tahun 2018 hanya 40 kota yang dinilai, dibandingkan dengan 86 pada tahun 2020.
  • 16. Implementation of LOSI indicators in city portals Hanya 10% portal kota yang dinilai telah menerapkan 75-100% dari 12 indikator teknologi yang diukur, sedangkan 48% telah menerapkan antara 50-75% indikator tersebut. Kepatuhan yang tinggi paling terlihat untuk penyediaan konten, 27% portal kota dinilai telah memenuhi 75-100% dari 32 ketentuan konten Indikator, sedangkan 24% telah mencapai 50-75% kepatuhan untuk kriteria ini. Sementara 16% portal kota yang dinilai telah menerapkan 75-100% dari 11 indikator partisipasi dan keterlibatan, hanya 7% yang telah menerapkan 75-100% dari 25 indikator penyediaan layanan.
  • 17. Implementation of technology indicators in city portal Mirip dengan temuan LOSI 2018, hampir semua portal kota (96,5%) dapat diakses melalui platform seluler, ini memiliki relevansi khusus mengingat penetrasi perangkat seluler yang tinggi. Khususnya, hanya sekitar setengah dari portal kota yang dipelajari yang mudah dinavigasi, dapat dimuat dalam waktu kurang dari lima detik, dan menyediakan konten portal mereka dalam lebih dari satu bahasa. Selanjutnya, hanya 36,1% portal kota yang menawarkan opsi pencarian lanjutan, dan hanya 27,9% yang memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan opsi tampilan portal seperti jenis font, ukuran, dan warna. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar portal kota yang dinilai belum memenuhi Web Content Accessibility, hanya 10 portal (11,6%) yang memenuhi standar tersebut. Kepatuhan terhadap rekomendasi validasi tampilan dan markup oleh World Wide Web Consortium (W3C) juga buruk, dengan hanya 9 dan 2 portal kota (10,5% dan 2,3%) yang memenuhi standar teknologi ini.
  • 18. Implementation of content provision indicators in city portals Indikator penyediaan konten dipenuhi oleh sebagian besar kota portal berhubungan dengan informasi tentang nama dan jabatan kepala dinas kota/kotamadya dan fungsinya, jam kerja dan rincian kontak, serta informasi tentang layanan yang disediakan portal. Sebagian besar portal kota juga menyediakan berbagai informasi yang berkaitan dengan berbagai sektor, termasuk kesehatan, pendidikan, lingkungan, kesejahteraan sosial, rekreasi, budaya, dan olahraga. Pengumuman pengadaan dan informasi tentang organisasi, operasi, manajemen dan anggaran kota/kota tersedia di portal lebih dari 60% kota yang dinilai. Hanya sekitar sepertiga dari portal kota (37,2%) yang menyediakan hasil pengadaan dan informasi terkait. Lebih dari setengah kota yang disurvei (53,5%) telah memperbarui konten portal mereka dalam sebulan terakhir. Khususnya, kurang dari setengah kota yang diteliti (48,8%) menyediakan akses gratis ke layanan online pemerintah melalui kios, pusat komunitas, kantor pos, perpustakaan, ruang publik, atau Wi-Fi gratis.
  • 19. Portal juga dianalisis untuk menentukan apakah kota menggunakan, mulai menggunakan, atau berniat menggunakan TIK dengan cara yang lebih inovatif. Untuk menilai kemajuan di bidang ini, para peneliti menyelidiki apakah data pemerintah terbuka (OGD) atau inisiatif kota pintar direncanakan atau ada dan apakah teknologi yang muncul seperti internet of things (iot), kecerdasan buatan (AI), blockchain, realitas virtual (VR) atau augmented reality (AR) sedang dipertimbangkan atau digunakan. Hasil survei menunjukkan bahwa inisiatif OGD yang beroperasi di 57,0% kota merupakan indikasi kuat keinginan kota-kota tersebut untuk menjadi lebih transparan dan efisien. Namun, hanya 36,1% kota yang dinilai memberikan kebijakan OGD yang menetapkan aturan dan rekomendasi untuk menerbitkan dan menggunakan kumpulan data terbuka, dan hanya sepertiga (33,7%) yang menyediakan metadata.
  • 20. Implementation of services provision indicators in city portals Hasil survei untuk indikator penyediaan layanan jauh lebih rendah dibandingkan dengan indikator penyediaan teknologi dan konten. Otentikasi pengguna layanan tambahan dasar untuk penyediaan sebagian besar layanan online adalah indikator yang paling sering ditemui tetapi hanya tersedia di 49 dari 86 portal kota (57,0%). Selain layanan tambahan dasar ini, 17 layanan khusus dianalisis untuk studi 2020, 9 di antaranya telah dinilai dalam studi LOSI sebelumnya dan 8 layanan baru. Yang dipertahankan dari studi 2018 termasuk akses ke data pribadi, pembaruan data pribadi, aplikasi tempat tinggal, aplikasi untuk lowongan pemerintah, aplikasi untuk izin bangunan, pemberitahuan perubahan alamat, deklarasi ke polisi kota, pengajuan tender melalui platform e- procurement , dan pembayaran biaya untuk layanan atau denda pemerintah. Kedelapan layanan baru yang dinilai dalam LOSI 2020 antara lain permohonan akta kelahiran, nikah dan kematian, permohonan SIM, STNK, pendaftaran hak atas tanah, permohonan izin usaha dan paten, serta izin terkait lingkungan. Masing-masing dari 17 layanan tersebut diberi nilai 1 apakah layanan tersebut tersedia langsung di portal kota atau melalui tautan ke portal layanan elektronik lainnya.
  • 21. 31,4% portal kota memungkinkan penggunanya untuk mengakses data mereka sendiri secara online, dan 26,7% mengizinkan mereka untuk mengubah data mereka. Jumlah portal kota yang sedikit lebih kecil (25,6%) memungkinkan bisnis untuk mengajukan izin usaha dan mengakses data mereka secara online, dan hanya 10,5% dari portal yang memungkinkan pendaftaran hak atas tanah secara online. Denda kota dan biaya lainnya dapat dibayarkan di 46,5% dari portal kota; namun, layanan pembayaran pajak bisnis online hanya tersedia di 26,7% portal. Tender dapat diajukan melalui platform e-procurement di 34,9% portal kota, dan 30,2% portal menerima aplikasi online untuk izin bangunan. Melamar lowongan pemerintah dimungkinkan di 36,1% portal kota. Hanya 26,7% dari portal kota yang ditinjau memungkinkan penduduk membuat pernyataan kepada polisi, dan melaporkan segala bentuk diskriminasi adalah pilihan hanya di 27,9% portal. Layanan online yang paling jarang diberikan meliputi pemberitahuan perubahan alamat, aplikasi untuk kelahiran, akta nikah dan kematian, aplikasi untuk tempat tinggal, STNK, aplikasi SIM, dan pendaftaran hak atas tanah. Kurang dari 20% portal kota menyediakan layanan tersebut secara langsung atau melalui tautan.
  • 22. Implementation of participation and engagement indicators in city portals Sementara pendekatan yang berbeda digunakan untuk memungkinkan warga mengajukan keluhan atau berbagi pendapat dengan pemerintah daerah mereka, opsi ini tersedia di 72% portal kota, beberapa portal menawarkan opsi penyelidikan umum, sementara portal lainnya mengidentifikasi area spesifik untuk umpan balik. Penduduk sering menghubungi kantor kota untuk melaporkan masalah atau masalah yang mempengaruhi ruang publik, seperti lubang di jalan, lampu publik yang rusak, atau kerusakan fasilitas olahraga atau taman bermain. Hasil survei menunjukkan bahwa banyak penduduk kota masih melaporkan kejadian ini menggunakan cara tradisional, karena pelaporan online hanya tersedia di 38% portal kota. Kurang dari setengah portal kota (45%) menyediakan alat di situs web masing-masing untuk melibatkan orang dalam proses musyawarah dan pengambilan keputusan, dan hanya 23% portal kota memberikan indikasi konsultasi publik online yang telah menghasilkan keputusan kebijakan, regulasi atau layanan.
  • 23. Highest-ranking cities within each indicator category Kota dengan peringkat tertinggi di setiap kategori indikator LOSI 2020 didasarkan pada jumlah total indikator yang terpenuhi di masing-masing dari empat sub kelompok kriteria (teknologi, penyediaan konten, penyediaan layanan, serta partisipasi dan keterlibatan). Di sub kelompok teknologi, Tokyo adalah pemimpin, diikuti oleh Madrid, New York, Seoul, Shanghai, London, Toronto, Kuala Lumpur dan Kabul. Eropa memiliki proporsi tertinggi kota-kota terkemuka sebagai bagian dari total regional, diikuti oleh Asia dan Amerika. Di antara portal kota Eropa, hampir 48% (10 dari 21 portal yang dinilai) termasuk yang tertinggi, sementara di antara portal kota Asia, sekitar 37% (10 dari 27 portal yang dinilai) termasuk yang terbaik. Dari portal kota di Amerika, 20% (3 dari 15 portal yang dinilai) termasuk yang berperingkat tertinggi. Tak satu pun dari portal kota di Afrika atau Oseania berperingkat tinggi dalam subkelompok teknologi.
  • 24. Madrid, new york, paris, seoul dan london adalah pemimpin dalam penyediaan konten. Sekali lagi, eropa memiliki proporsi tertinggi kota-kota terkemuka sebagai bagian dari jumlah total yang dinilai di setiap wilayah, diikuti oleh oseania, amerika, asia, dan afrika. Di antara pemimpin dalam penyediaan konten adalah 52% dari portal kota yang dinilai di eropa (11 dari 21), 50% dari portal kota yang dinilai di oseania (1 dari 2), 33% dari portal kota yang dinilai di amerika (5 dari 15), 19% dari portal kota yang dinilai di asia (5 dari 27), dan 5% dari portal kota yang dinilai di afrika (1 dari 21). Dalam kategori penyediaan layanan, portal kota madrid, new york, tallinn, stockholm, buenos aires, dubai dan bogota memimpin. Di antara para pemimpin dalam penyediaan layanan, eropa memiliki proporsi terbesar portal kota sebagai bagian dari total regional, dengan sekitar 62% (13 dari 21) portal yang dinilai diwakili, diikuti oleh amerika, dengan 40% (6 dari 15 portal), dan asia, dengan hanya di bawah 19 % (5 dari 27 portal). Tak satu pun dari portal kota di afrika atau oseania ada dalam daftar ini.
  • 25. Dalam sub grup partisipasi dan keterlibatan, madrid, paris, helsinki, bogota, moskow, berlin, warsawa, toronto, dan lisbon memiliki portal kota dengan peringkat tertinggi. Kota-kota di eropa juga mendominasi dalam kategori ini, dengan sekitar 62% (13 dari 21) portal kota yang dinilai di kawasan ini berada di peringkat teratas.
  • 26. 4.2.3 challenges and opportunities Pengembangan e-government lokal memberikan banyak peluang untuk menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan (SDG 11). Namun, proses transformasi digital dan integrasi teknologi baru dalam struktur tata kelola di tingkat kota atau kotamadya dapat menimbulkan beberapa tantangan dan risiko besar.
  • 27. Inadequate infrastructure and high technology costs Infrastruktur TIK yang tidak memadai tetap menjadi kendala utama transformasi digital dan pengembangan e-government di tingkat lokal.10 Beberapa kota, terutama di negara berkembang, tidak dapat menerapkan teknologi baru karena tidak memiliki infrastruktur TIK yang sesuai; bandwidth yang lemah dan kecepatan Internet yang rendah menghalangi kota-kota untuk memanfaatkan sepenuhnya teknologi perbatasan. Infrastruktur canggih dan sistem pendukung diperlukan untuk transfer instan, analisis, dan pemrosesan data yang dikumpulkan melalui teknologi inovatif seperti AI, IoT, AV, dan VR untuk manajemen operasi kota yang efisien. Dengan infrastruktur TIK yang kuat serta perangkat keras dan perangkat lunak yang sesuai, pemerintah daerah akan memiliki perangkat yang mereka butuhkan untuk mempercepat pengembangan e-government, membangun kota pintar, dan memecahkan masalah umum perkotaan seperti polusi udara dan kemacetan lalu lintas.
  • 28. Tingginya biaya yang terkait dengan penerapan dan penerapan teknologi baru merupakan tantangan serius lainnya bagi pemerintah daerah. Misalnya, memperkenalkan VR atau AR untuk mempromosikan pariwisata kota seringkali tidak layak, terutama di negara berkembang, karena teknologi ini mahal. Kurangnya sumber daya keuangan untuk investasi modal dalam teknologi baru dapat menjadi hambatan yang signifikan untuk pelaksanaan inisiatif e-government. Sementara anggaran publik menutupi biaya pengembangan e-government lokal, ada juga biaya yang ditanggung oleh penduduk lokal, yang membutuhkan biaya tetap atau langganan internet broadband seluler untuk dapat memanfaatkan layanan publik online. Keterjangkauan internet sering menjadi masalah, terutama di negara berkembang berpenghasilan rendah. Di mana akses internet mahal dan tingkat penetrasi internet rendah, lebih sedikit orang yang dapat memperoleh manfaat dari layanan elektronik bahkan jika mereka ditawarkan. Hambatan lain dalam konteks ini mungkin termasuk tingginya biaya perangkat elektronik atau kurangnya sinyal internet yang kuat di daerah yang lebih terpencil.
  • 29. Platform layanan komputasi awan mungkin menawarkan skala ekonomi untuk kota-kota kecil dan menengah, yang dapat berlangganan atau menyewa layanan yang sesuai daripada membeli perangkat keras dan perangkat lunak yang relevan, ini terutama ekonomis jika layanan tersebut digunakan secara bersama dan terkoordinasi. Cara lain untuk mengurangi biaya dan memperkuat pengembangan e-government (termasuk dukungan untuk proyek “kota pintar”) adalah melalui peningkatan kolaborasi dengan sektor swasta. Proyek e-government lokal sebenarnya dapat merangsang inovasi di kalangan usaha kecil dan menengah (UKM). Institusi pemerintah daerah menggunakan sejumlah alat, termasuk telepon seluler dan jaringan media sosial, untuk menyebarkan informasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Melalui teknologi, pemerintah daerah dapat mengungkapkan informasi yang berguna dan tepat waktu (seperti keputusan dewan, informasi keuangan publik, dan notulen rapat) dalam format yang sesuai. Adopsi teknologi seluler memfasilitasi transformasi e-government (penyediaan layanan publik online) menjadi smart government (memanfaatkan data untuk membuat keputusan).
  • 30. Threats to privacy and security Teknologi canggih semakin banyak digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data tentang aktivitas dan pergerakan orang. Sebagai bagian dari manajemen kota yang cerdas, misalnya, sensor dan kamera dipasang di beberapa lokasi strategis untuk mengumpulkan dan mengirimkan data dalam jumlah besar. Penggunaan teknologi pengenalan wajah kontroversial, karena dapat dilihat sebagai ancaman terhadap privasi dan keamanan orang. Namun, ada beberapa cara kota dapat mengatasi masalah tersebut. Ketika Departemen Kepolisian Chula Vista (CVPD) di California memperkenalkan program drone-nya, perhatian khusus diberikan untuk mengatasi kekhawatiran masyarakat tentang kebebasan sipil mereka dan hak privasi publik sehubungan dengan operasi drone. Sebelum pelaksanaan program, informasi yang akurat disebarluaskan dan banyak diskusi diadakan melalui berbagai media untuk memungkinkan orang mengungkapkan kekhawatiran tentang privasi pribadi mereka dan memberikan umpan balik. Setelah wacana dan debat yang mendalam, dan dengan jaminan bahwa privasi akan dilindungi, CVPD menerapkan program tersebut.
  • 31. Keamanan data merupakan faktor kunci dalam keberhasilan dan ketahanan e-government lokal. Data dapat diakses dan dieksploitasi oleh penyerang untuk mendapatkan informasi publik dan pribadi yang sensitif, dan pemerintah kota dapat terkena risiko pencurian, penipuan, dan sabotase. Pemerintah daerah perlu mengadopsi peraturan yang komprehensif dan terintegrasi dengan baik, menerapkan strategi dan protokol keamanan dan privasi yang solid, dan menggunakan pendekatan teknis yang sesuai dan alat yang andal untuk mengatasi masalah keamanan data dan perlindungan privasi yang dihasilkan oleh teknologi yang sedang berkembang.
  • 32. The lack of skilled workers and managing bureaucratic processe Manfaat potensial dari e-government lokal dapat direalisasikan sepenuhnya hanya jika pekerja terampil yang tepat tersedia dalam jumlah yang memadai. Banyak kotamadya tidak memiliki karyawan yang cukup mampu dan memenuhi syarat untuk mengelola proyek dan inisiatif e- government atau bahkan operasi sehari-hari. Pemerintah daerah harus memprioritaskan penguatan literasi digital dan perolehan keterampilan elektronik yang ditargetkan di antara karyawan yang ada dan potensial yang penting untuk penyediaan layanan elektronik. Hal ini dapat dicapai melalui berbagi pengetahuan dan pelatihan lintas kota/kabupaten, dengan dukungan dari pakar hukum dan teknologi di sektor swasta dan masyarakat sipil. Penyediaan layanan publik online mengurangi biaya transaksi dan menyederhanakan prosedur birokrasi yang memakan waktu, terutama bagi pemerintah daerah. Aplikasi teknologi dapat merampingkan interaksi antara entitas pemerintah dan pengguna, tetapi mereka juga dapat digunakan untuk meningkatkan operasi e-government internal.
  • 33. San francisco telah memperkenalkan chatbot pengadaan untuk penggunaan internal guna memandu karyawan melalui proses pengadaan, menggantikan kebingungan dengan panduan yang jelas. Digitalisasi layanan pemerintah daerah meningkatkan efisiensi dalam banyak hal tetapi terutama dengan mengurangi kesalahan dan waktu yang dihabiskan untuk tugas yang berulang. Evolusi teknologi yang cepat menciptakan potensi layanan baru yang inovatif. Aplikasi teknologi yang sedang berkembang seperti chatbot yang digerakkan oleh AI dapat membantu pemerintah daerah meningkatkan penyediaan layanan bagi penduduk, bisnis, dan pengunjung, dan juga dapat digunakan untuk merampingkan operasi dan manajemen tenaga kerja internal.
  • 34. The digital divide Perkembangan dan evolusi teknologi baru dapat memperlebar kesenjangan digital antar kota. Kesenjangan digital muncul dari kesenjangan sosial ekonomi yang luas, dan akar dari keduanya adalah kesenjangan ekonomi dan sosial antara negara, kelompok, dan individu yang memengaruhi kemampuan mereka untuk mengakses dan menggunakan TIK. Langkah pertama dalam menjembatani kesenjangan digital adalah mengatasi ketidaksetaraan. Pemerintah kota di Wina telah melaksanakan lebih dari 60 proyek peka gender, menjadikan kota ini tempat yang lebih aman dan nyaman bagi perempuan dengan mengintegrasikan pengarusutamaan gender ke dalam desain proyek perkotaan, seringkali dengan biaya tambahan yang minimal. Proyek sensitif gender lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah terkait dengan pekerjaan, pendidikan, budaya, dan waktu luang.
  • 35. Banyak kota di negara berpenghasilan rendah memiliki sumber daya yang terbatas, infrastruktur TIK yang lemah, dan kapasitas keterampilan yang tidak memadai, serta tidak dapat memanfaatkan sepenuhnya teknologi yang muncul untuk mendukung inisiatif transformasi digital mereka. Isolasi merugikan transformasi digital; pemerintah daerah yang mencoba menghadapi tantangan teknologi dan sosial ekonomi yang sangat kompleks yang dihadapi kota sendirian mungkin merasa sulit untuk mencapai kemajuan yang memadai. Kemitraan menghasilkan solusi yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan yang menawarkan kesempatan kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kota mereka dan memenuhi kebutuhan penduduk setempat, sehingga sangat penting untuk mengembangkan model kolaboratif untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan solusi inovatif. Berbagi prakarsa kota, aplikasi, kebijakan dan pengalaman serta replikasi praktik terbaik dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial kota lain, terutama di negara berkembang. Inisiatif berbagi kebijakan seoul.
  • 36. Opportunities for increasing satisfaction and ensuring inclusion Kota dapat menghasilkan tingkat kepuasan yang tinggi di antara penduduk lokal dengan menawarkan berbagai macam layanan online. Menyediakan informasi, memungkinkan pengguna untuk mengajukan sertifikat dan izin resmi, memfasilitasi pengajuan tender, dan menerima pembayaran elektronik hanyalah beberapa cara pemerintah daerah dapat menghemat waktu dan sumber daya penduduk melalui penyediaan layanan publik yang efektif dan efisien. Melalui integrasi TIK, pemerintah daerah dapat meningkatkan keterbukaan, memperkuat transparansi, mempromosikan akuntabilitas, dan memberdayakan masyarakat—semuanya berkontribusi untuk membangun masyarakat yang adil, damai, dan inklusif (SDG 16) dan untuk pembangunan berkelanjutan secara keseluruhan. Dengan keterbukaan dan interaksi yang lebih besar, pemerintah daerah dapat mengembangkan kebijakan yang lebih responsif, meningkatkan pengambilan keputusan, mengurangi korupsi dan penyuapan, mendukung pertumbuhan ekonomi dengan lebih baik, dan meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah. Pemerintah kota yang menciptakan lingkungan seperti ini diharapkan dapat menikmati tingkat legitimasi yang tinggi di antara penduduk.
  • 37. 4.3 SMARTER LOCAL GOVERNMENT
  • 38. Administrasi lokal mengakui kekuatan teknologi dan data untuk mengubah operasi internal, penyampaian layanan, dan mekanisme interaktif dengan cara yang berkontribusi pada tata kelola yang lebih cerdas. Model tata kelola yang cerdas mengandalkan analisis sejumlah besar data untuk memastikan bahwa semua aspek administrasi ditangani secara efisien dan efektif dan dikoordinasikan dalam sistem administrasi yang terintegrasi penuh. Misalnya, model tersebut mampu mengintegrasikan semua aspek politik, sosial dan ekonomi kota dan mengelola investasi dan kegiatan yang diperlukan untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan. Kota dapat menggunakan aplikasi teknologi yang muncul untuk proyek tertentu, tetapi kontribusi aplikasi layanan cerdas untuk e-government yang sukses dan inovatif secara keseluruhan terutama dalam membentuk kembali struktur administrasi, mensintesis aspek fisik dan sosial kota untuk hasil yang optimal, menerapkan pemantauan dan mekanisme kontrol untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, serta meningkatkan infrastruktur untuk mendukung kualitas hidup yang lebih baik dan keberlanjutan yang lebih baik.
  • 39. Konsep layanan cerdas berasal dari peran transformatif dan mengganggu yang dapat dimainkan oleh teknologi yang muncul dalam mengatasi masalah mendesak yang memengaruhi masyarakat modern. Teknologi tersebut, jika dimanfaatkan dengan tepat, dapat digunakan untuk memperkuat keberlanjutan komunitas lokal dengan latar belakang perubahan iklim, degradasi lingkungan, politik penghematan, penuaan populasi, kesenjangan sosial yang merajalela, masalah keamanan publik, urbanisasi yang cepat, masalah migrasi global, pengangguran yang tinggi. Dan pertumbuhan ekonomi yang stagnan. Kota-kota semakin mengejar pendekatan holistik dan terintegrasi untuk e-government yang bercita-cita untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang dan membentuk visi kebijakan pembuat keputusan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan yang lebih luas. Konsep tata kelola yang cerdas telah menarik perhatian entitas lokal, nasional, dan supranasional seperti bank dunia, OECD, uni eropa, dan perusahaan swasta. Jutaan orang di seluruh dunia saat ini tinggal di komunitas di mana inisiatif layanan pintar telah diperkenalkan, meskipun tahap yang dicapai dalam pengembangan kota pintar sangat bervariasi. Investasi dalam memanfaatkan teknologi baru untuk pengembangan kota pintar diperkirakan akan meningkat pada tingkat tahunan gabungan sebesar 16,5% selama lima tahun ke depan, mencapai $252,6 miliar pada tahun 2025,3.
  • 40. Dalam kebanyakan kasus, inisiatif layanan cerdas adalah produk dari teknologi yang saling terkait dan bukan terisolasi. Ada banyak contoh eksperimen dengan kombinasi teknologi pintar yang berpotensi berkontribusi pada pendekatan pembangunan sosial lingkungan alternatif di tingkat pemerintah daerah yang dapat lebih mendukung pencapaian pembangunan berkelanjutan. Algoritma dan aplikasi AI seperti pembelajaran mesin memiliki potensi untuk membantu pemerintah kota mengatasi tantangan utama yang terkait dengan populasi yang besar dan tumbuh cepat, termasuk masalah yang berkaitan dengan pasokan air, ketahanan pangan, keselamatan publik, manajemen lalu lintas, perawatan kesehatan, kebutuhan energi, pengelolaan sampah, dan kebutuhan akan pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata serta kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua. Adopsi teknologi semacam itu oleh kota-kota telah memengaruhi cara mereka mengembangkan rencana dan membuat keputusan tentang proyek pembangunan, transportasi, organisasi dan infrastruktur.
  • 41. Salah satu tantangan terbesar bagi kota-kota modern adalah mengatasi timbulan sampah padat yang berlebihan dan memastikan pembuangannya yang aman bagi lingkungan. Peningkatan sampah padat, khususnya sampah rumah tangga, ditambah dengan pengelolaan yang tidak memadai dan kurangnya kapasitas pembuangan, telah menjadi perhatian global. Melalui adopsi AI untuk daur ulang cerdas dan pengelolaan limbah, sistem pengelolaan limbah berkelanjutan dapat dikembangkan untuk meningkatkan transportasi, penanganan, pembuangan, dan daur ulang limbah. Blockchain membuka berbagai kemungkinan untuk aplikasi layanan pintar. Potensi transformatif dari teknologi ini sangat besar. Pejabat publik sedang menyelidiki bagaimana sistem blockchain dapat membantu mereka dalam tugas administratif mereka dan sedang mengeksplorasi cara ekosistem blockchain dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Teknologi blockchain akan memungkinkan aspek-aspek tertentu dari manajemen kota untuk didistribusikan di antara para pemangku kepentingan, desentralisasi tata kelola dan memungkinkan transaksi yang kompleks untuk dikelola oleh banyak pihak di berbagai bidang seperti produksi listrik, distribusi dan konsumsi.
  • 42. Big data dihasilkan dari berbagai sumber dan menjadi sangat penting dalam desain dan penerapan kebijakan pemerintah daerah yang efektif. Pengambilan keputusan berdasarkan analisis data kota real-time yang komprehensif memungkinkan otoritas kota untuk mengoptimalkan sumber daya publik secara holistik. Memanfaatkan potensi penuh dari data besar dapat mengubah model pemerintah, model layanan, dan proses pengembangan industri, menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif aman, tangguh, dan berkelanjutan. Teknologi ini memiliki kapasitas untuk mengubah pengelolaan layanan publik seperti pemeliharaan jalan, pengelolaan sampah, penerangan, irigasi ruang hijau, dan banyak fungsi penting lainnya yang memerlukan koordinasi logistik. Menggunakan pembaruan waktu nyata dari berbagai sumber memungkinkan otoritas lokal untuk menanggapi kebutuhan masyarakat dengan lebih cepat dan efisien. Pemerintah lokal di madrid, misalnya, berinvestasi besar-besaran dalam penggunaan data untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi layanan kota dan untuk menginformasikan pengembangan dan penyebaran alat baru untuk meningkatkan interaksi dan komunikasi antara penduduk dan kantor kota.
  • 43. Dukungan untuk penggunaan iot dalam penyediaan layanan publik mendapatkan daya tarik yang serius. Mekanisme umpan balik yang dibangun ke dalam aplikasi iot menjadikan teknologi ini ideal untuk sistem perawatan kesehatan cerdas, proyek transportasi cerdas, penegakan hukum, situasi darurat, pengelolaan jalan dan air, pemantauan polusi udara, dan pengelolaan hutan dan lahan pertanian (termasuk pemantauan tanah erosi dan degradasi). Teknologi imersif seperti AR dan VR dapat memberikan pengalaman yang menarik bagi pengguna dan dalam konteks saat ini dapat meningkatkan tata kelola kota serta kehidupan pengunjung dan penduduk lokal. Teknologi ini sering disebutkan dalam konteks mempromosikan pariwisata lokal, karena dapat memainkan peran penting dalam menarik pengunjung, yang meningkatkan perekonomian. Namun, ada juga sejumlah kegunaan praktis untuk AR dan VR dalam operasi kota. Area metropolitan yang besar seringkali sulit untuk dinavigasi, bahkan untuk penduduk lokal, dan menggunakan GPS smartphone tradisional tidak selalu merupakan pendekatan yang paling aman, karena mengganggu kesadaran pengguna akan lingkungannya dan dapat menyebabkan kecelakaan..
  • 44. Migrasi global dan krisis pengungsi merupakan tantangan mendesak bagi banyak kota. Perkembangan sosial politik dapat mendorong migrasi besar-besaran, dan kota-kota di negara tujuan sering ditugaskan untuk menampung sejumlah besar pengungsi dan pencari suaka. Penerapan sistem pengambilan keputusan kolaboratif untuk akomodasi pengungsi dapat membantu pemerintah daerah membuat keputusan yang tepat yang paling baik untuk melayani komunitas khusus mereka. Sistem tersebut mungkin didasarkan pada kombinasi yang berbeda dari pendekatan e-government tradisional dan yang didorong oleh teknologi inovatif. Solusi yang disesuaikan dengan pengaturan individu mendukung pencapaian sdgs 8, 10, 11 dan 16 dengan mengurangi ketidaksetaraan, menjadikan kota inklusif dan tangguh, dan mengadvokasi komunitas yang damai dan berkelanjutan. Hamburg telah mengatasi tantangan dalam mengakomodasi pengungsi dengan menggunakan pendekatan pengambilan keputusan berbasis masyarakat dari bawah ke atas. Sebuah solusi sistematis telah diadopsi yang berpusat pada pemerataan pengungsi di dalam kota sehingga mereka tidak terkonsentrasi di satu wilayah.
  • 45. Upaya dalam hal ini didukung oleh aplikasi teknologi di bidang-bidang seperti perencanaan kota, arsitektur, pengembangan real estat, analisis data, logistik dan dinamika manusia, yang memastikan bahwa pendekatan sistematis diambil untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan pengungsi dan untuk memfasilitasi komunikasi dan keterlibatan sehingga ketegangan tidak muncul atas ketidaksetaraan yang dirasakan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi. Sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk membangun lembaga yang efektif, akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan (SDG 16), pemerintah daerah dapat mengalihdayakan berbagai fungsi dan menghemat waktu dan uang mereka sendiri dan pengguna. Dengan menggunakan platform komersial yang dibuat oleh penyedia layanan yang mapan, otoritas lokal tidak perlu berinvestasi dalam perangkat keras dan perangkat lunak yang mahal, dan penduduk memiliki akses yang mudah ke layanan. Provinsi guangdong di cina memiliki populasi lebih dari 110 juta, dan pemerintah telah mengaturnya agar penduduk dapat menggunakan aplikasi jejaring sosial untuk 142 fungsi dan layanan pemerintah daerah, yang memungkinkan mereka menghindari antrean panjang di kantor-kantor pemerintah.
  • 46. 4.4 SUMMARY AND CONCLUSIONS
  • 47. Rangkuman dan kesimpulan berikut diambil dari hasil survei LOSI 2020 dan studi kasus yang disajikan dalam bab ini: : • Temuan survei LOSI 2020 memperkuat temuan survei 2018 yang menegaskan bahwa portal pemerintah daerah umumnya tidak berkinerja sebaik portal nasional di negara-negara di mana kota-kota tersebut berada. Ini menggarisbawahi kebutuhan berkelanjutan untuk penilaian terpisah dari pengembangan e-government di tingkat lokal dan nasional. • Nilai LOSI rata-rata untuk kota-kota yang dinilai dalam studi saat ini adalah 0,43, yang menunjukkan bahwa sebagian besar portal kota memiliki jalan panjang untuk mewujudkan potensi penuh mereka. Perbandingan antara portal kota dan portal nasional semakin mendukung pandangan ini sebagaimana disebutkan di atas, sebagian besar portal nasional jauh lebih maju daripada yang beroperasi di tingkat lokal.
  • 48. • Tampaknya ada korelasi positif antara tingkat LOSI sebuah kota dan kelompok pendapatan negara di mana kota itu berada. Dengan kata lain, kota-kota di negara-negara berpenghasilan rendah cenderung memiliki peringkat yang relatif rendah dalam indeks layanan online lokal. Namun, ada perbedaan yang cukup untuk menunjukkan bahwa sumber daya keuangan bukan satu-satunya faktor penting, ada sejumlah kota di negara berpenghasilan tinggi dengan nilai LOSI menengah dan beberapa kota di negara berpenghasilan menengah ke atas dengan nilai LOSI sangat tinggi. • Secara grup, portal kota yang dinilai dalam survei LOSI 2020 memiliki kinerja terbaik dalam kategori penyediaan konten, dengan sebagian besar kota memenuhi sebagian besar indikator yang relevan. Konsisten dengan temuan LOSI 2018, hasil studi LOSI 2020 menunjukkan bahwa kota-kota berkomitmen untuk menawarkan konten yang memadai dan meningkatkan kegunaan situs web mereka tetapi tidak terlalu fokus pada penyediaan layanan elektronik dan meningkatkan partisipasi.
  • 49. • Tingkat kepatuhan terendah adalah pada kategori penyediaan layanan, dengan hanya 7% portal kota yang dinilai telah menerapkan 75 hingga 100% dari 25 layanan yang terdaftar. Mayoritas portal kota yang ditinjau tidak memenuhi standar dan pedoman teknologi umum (WCAG dan W3C). Namun, kota-kota berusaha untuk meningkatkan aksesibilitas; hasil survei menunjukkan bahwa hampir semua portal kota dapat diakses melalui perangkat seluler, yang menunjukkan peningkatan penyebaran teknologi seluler dan integrasi luasnya dalam sistem e-government. • Sebagian besar portal kota dinilai sangat bergantung pada jaringan media sosial seperti facebook, twitter, youtube dan flickr untuk terhubung dengan masyarakat umum. Sangat sedikit portal yang menggabungkan alat partisipasi tradisional seperti e-jajak pendapat, e-forum, ruang obrolan, blog, petisi elektronik, atau alat lain untuk interaksi langsung. Mungkin ada beberapa alasan untuk ini, tetapi kemungkinan besar karena, secara komparatif, media sosial berbiaya rendah, lebih akrab, dan lebih mudah digunakan.
  • 50. • Temuan studi menunjukkan perlunya visi bersama tentang e-government lokal dan peningkatan kolaborasi pada proyek-proyek pembangunan yang relevan. Semua pemangku kepentingan termasuk penduduk lokal, sektor swasta, pemerintah, organisasi non-pemerintah dan organisasi internasional harus membantu memandu evolusi e-government untuk kebaikan semua. • UKM harus diberi insentif untuk mengembangkan ide dan inisiatif inovatif untuk pengembangan e-government lokal. Perusahaan lokal memiliki kepentingan penting dalam keberhasilan komunitas mereka dan memiliki potensi untuk menjadi mitra penting dalam mengembangkan dan memberikan solusi kota pintar. • Ada kebutuhan untuk mendukung lebih banyak kolaborasi antar kota, terutama dalam memanfaatkan teknologi baru untuk inisiatif kota pintar. Kota-kota yang telah berhasil mengimplementasikan proyek layanan pintar dapat berbagi apa yang telah mereka pelajari dengan kota-kota yang masih mencari solusi yang tepat.
  • 51. • Teknologi baru memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pemberian layanan publik, tetapi pada akhirnya mereka hanyalah sarana untuk mencapai tujuan. Seperti inisiatif e-government nasional, pengembangan e-government lokal perlu didorong oleh orang daripada didorong oleh teknologi. Prioritas utama otoritas pemerintah daerah harus membawa orang online dan meningkatkan kepuasan mereka. Pemerintah dapat memfasilitasi akses ke layanan elektronik dengan memastikan bahwa layanan wi-fi tersedia di tempat umum yang ada seperti perpustakaan, balai kota, lembaga pendidikan, dan kios, dan akses wi-fi dapat disediakan di ruang publik seperti stasiun transportasi, taman dan rumah sakit. Untuk memenuhi harapan masyarakat, pemerintah daerah perlu memahami prioritas dan keprihatinan mereka dan melibatkan mereka dalam tata kelola. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan kampanye kesadaran dan menyoroti peran penting yang dimainkan masyarakat sebagai mitra setara di pemerintah daerah daripada sekadar konsumen layanan elektronik. Yang paling penting, inisiatif e-government lokal khususnya yang mengintegrasikan teknologi baru harus dirancang untuk memberi manfaat bagi semua orang dan tidak meninggalkan siapa pun, terutama wanita, pemuda, penyandang disabilitas, pengungsi, pengunjung, kelompok berpenghasilan rendah, dan populasi terlayani lainnya.