2. ARTI ZUHUD
Secara Etimologi (Bahasa) :
Disebutkan di dalam kitab kamus Mu’jamul Wasith, bab Zahida:
ُهْنَع َو ِهْيِف َدِه َز
–
ُدَه ْزَي
–
ًادْهُز
,
ًةَدَاه َز َو
Yaitu, seseorang melakukan zuhud atau zahaadah. Artinya, dia berpaling darinya
dan meninggalkannya karena dia meremehkannya, atau menghindari kesusahan
darinya, atau karena sedikitnya.
منه والراضي عنها الراغب
artinya tidak tertarik pada dunia dan hanya menginginkan keridhoan-Nya.
ada pula kata zahada berarti raghaba ‘An Shay’in wa Tarakahu, artinya tidak
tertarik pada sesuatu dan meniggalkannya. Zahada fi al-dunya, berarti
megosongkan diri dari dari dunia
Zuhud menurut bahasa Arab materinya tidak berkeinginan. Dikatakan zuhud pada
sesuatu apabila tidak tamak padanya. Adapun sasarannya adalah dunia
3. ARTI ZUHUD
Secara Terminologi (definisi):
Ibnu Taimiyah: ما ترك الزهد
اآلخرة في ينفع ال “Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang
tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat.”
Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata: “Zuhud adalah istilah dari
berpalingnya keinginan dari sesuatu menuju yang lain yang lebih baik darinya. Dan
syarat hal yang ditinggalkan keinginannya itu, juga disukai pada sebagian sisinya.
Maka barangsiapa meninggalkan sesuatu yang dzatnya tidak disukai dan tidak
dicari, dia tidak dinamakan zaahid (orang yang zuhud)”.
imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata,”Maksud zuhud di dunia adalah
mengosongkan hati dari menyibukkan diri dengan dunia, sehingga orang itu dapat
berkonsentrasi untuk mencari (ridha) Allah, mengenalNya, dekat kepadaNya,
merasa tenang denganNya, dan rindu menghadapNya.”
Abu Sulaiman rahimahullah berkata,”Orang yang zuhud bukanlah orang yang
meninggalkan kelelahan-kelelahan dunia dan beristirahat darinya. Tetapi orang
yang zuhud adalah orang yang meninggalkan dunia, dan berpayah-payah di dunia
untuk akhirat.”
4. ARTI ZUHUD
Menurut Imam Ahmad rahimahullah , zuhud itu ada tiga bentuk.
Pertama, meninggalkan yang haram. (Demikian) ini zuhudnya orang-orang awam.
Kedua, meninggalkan yang berlebih-lebihan dari yang halal. (Demikian) ini zuhud orang-orang
khusus.
Ketiga, meninggalkan semua perkara yang menyibukkan diri dari Allah. Ini zuhudnya orang-orang
‘arif (orang-orang yang faham terhadap Allah)
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, ”Zuhud yang bermanfaat, disyari’atkan, dan
yang dicintai oleh Allah dan RasulNya, adalah zuhud (meninggalkan dan
mengecilkan arti) segala sesuatu yang tidak bermanfaat di akhirat.
Berkaitan dengan hal-hal yang berguna di akhirat dan piranti yang dapat
mendukungnya, maka zuhud terhadap bentuk ini, berarti meremehkan satu jenis
ibadah kepada Allah dan ketaatan kepadaNya. (dan ini bukan zuhud)
Yang dimaksud zuhud hanyalah dengan meninggalkan semua yang
membahayakan atau segala sesuatu yang tidak bermanfaat. Adapun zuhud
terhadap hal-hal yang bermanfaat, ini adalah sebuah bentuk ketidaktahuan dan
kesesatan.”
5. ZUHUD DALAM AL-QURAN
Sebagian ulama menyebutkan bahwa zuhud telah Allah jelaskan
dalam al-Quran melalui ayat-Nya,
ُي َ
ال ُ ه
َّللا َو ْمُكاَتَآ اَمِب واُح َرْفَت َ
ال َو ْمُكَتاَف اَم ىَلَع ا ْوَسْأَت َ
َْليَكِل
ٍ
ورُخَف ٍلاَتْخُم هلُك ُّب ِح
Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan bersedih
terhadap apa yang tidak kamu dapatkan, dan supaya kamu jangan
terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan
Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri. (QS. Al-Hadid: 23)
Memahami ayat di atas, Imam al-Junaid mengatakan,
مفقود على منها يأسف وال بموجود الدنيا من يفرح ال فالزاهد
Orang yang zuhud tidak menjadi bangga karena memiliki dunia dan
tidak menjadi sedih karena kehilangan dunia. (Madarij as-Salikin,
2/10).
6. ZUHUD DALAM HADIST
Sahl bin Sa’d As-Sa’idi Radhiyallahu ‘anhuma berkata:
ِ ه
َّللا َلوُس َر اَي َلاَقَف ٌلُج َر َمهلَس َو ِهْيَلَع ُ ه
َّللا ىهلَص هيِبهنال ىَتَأ
ُتْلِمَع َانَأ اَذِإ ٍلَمَع ىَلَع يِنهُلد
ُ ه
َّللا يِنهبَحَأ ُه
ُاسهنال يِنهبَحَأ َو
هب ِحُي اَيْنُّدال يِف ْدَه ْاز َمهلَس َو ِهْيَلَع ُ ه
َّللا ىهلَص ِ ه
َّللا ُلوُس َر َلاَقَف
ِدْيَأ يِف اَميِف ْدَه ْاز َو ُ ه
َّللا َك
َُّوكب ِحُي ِ
اسهنال
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
lalu berkata: “Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan.
Jika aku mengamalkannya, niscaya Allah mencintaiku dan manusia
juga mencintaiku!” Rasulullah bersabda: “Zuhudlah di dunia, niscaya
Allah mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada
tangan-tangan manusia, niscaya mereka akan mencintaimu!’ (HR Ibnu
Majah, no. 4102, dan lainnya)
7. ZUHUD DALAM HADIST
Dilihat dari perspektif hadis Nabi saw, zuhud bukan berarti mengharamkan yang
halal atau menyia-nyiakan hal-hal duniawi, tetapi merasa hati lebih terpaut
kepada apa yang di sisi Allah daripada kepada harta, serta lebih berharap akan
pahala dari musibah yang menimpa.
Zuhud tidak selalu identik dengan kemiskinan. Kaya harta dengan cara yang
halal, dan tidak menghambakan diri kepada kekayaan tersebut, sebaliknya hati
selalu terpaut dengan apa yang ada di sisi Allah, juga merupakan zuhud.
Dari perspektif hadis pula, pada hakikatnya zuhud ada dua:
1) zuhud dari dunia, dan
2) zuhud dari apa yang dimiliki manusia.
Zuhud terhadap dunia, bukanlah dengan mengharamkan hal-hal yang dihalalkan
oleh syariat, tetapi "hati lebih terpaut kepada apa yang ada di sisi Allah dari pada
kepada apa yang kita miliki': dan 'Jika ditimpa musibah duniawi, lebih berharap
akan pahalanya daripada tidak adanya musibah itu sendiri’:
Zuhud terhadap milik manusia akan menimbulkan rasa cinta mereka kepada
kita.
8. KEUTAMAAN ZUHUD
1. Dicintai Allah dan Manusia
Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam dan lantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu
amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula
manusia.”. basulullah bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu.
Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR.Ibnu
Majah).
2. kemudahan dalam menjalankan hidup.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah
akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan / tidak pernah merasa
cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda)
duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang
(menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan
urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta
benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“
(HR.Ibnu Majah, Ahmad, Ad Darimi, Ibnu Hibban).
3. Memperoleh Rezeki Tanpa Bersusah Payah
Sebagaimana dijelaskan pada hadist di atas
9. KEUTAMAAN ZUHUD
4. Terlepas dari Penderitaan
Orang yang zuhud adalah mereka yang tidak lagi memiliki hasrat terhadap dunia.
Sikap zuhud akan membuatnya bebas dari penderitaan yang akan menimpa orang
yang terlalu cinta dunia.
Seorang ulama besar, Ibnu Qayyim al Jauziyyah, menjelaskan bahwa ada tiga
macam penderitaan yang akan menimpa orang-orang yang terlalu cinta dunia,
yaitu kekalutan pikiran yang selalu menyertai, kepayahan yang tiada henti, dan
penyesalan yang tidak ada akirnya.
Penyebab penderitaan tersebut adalah karena nafsu terhadap dunia yang tidak ada
habisnya. Ia tidak pernah merasa puas, dan merasa harus selalu mengejar dunia
agar bisa diperolehnya dalam genggaman.
5. Mendapatkan Kekayaan yang Sejati
Sejatinya, bukan harta benda yang membuat seseorang merasa tenang dan merasa
kaya, melainkan hati yang kaya. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Bukanlah
kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah
kekayaan (dalam) jiwa“ (HR.Bukhari dan Muslim).
6. Meraih Kebahagiaan Hidup di Dunia dan Akhirat
10. SARANA-SARANA AGAR BERSIFAT
ZUHUD
Mengutip buku Akhlak Rasul menurut Al-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’im
al-Hasyimi, 2018), setidaknya ada lima faktor yang bisa menumbuhkan sifat
zuhud di dalam hati seseorang.
Pertama, memikirkan (berorientasi) kehidupan akhirat. Di dalam Islam,
kehidupan di dunia adalah ladang akhirat. Jika dia beramal baik, maka dia
akan mendapatkan pahala dan ganjaran. Juga sebaliknya. Bila dia berlaku
buruk selama di dunia, maka ia akan mendapatkan siksa. Di akhirat kelak.
Dengan senantiasa memikirkan kehidupan akhirat, maka dia akan selalu
ingat bahwa amal yang dia kerjakan di dunia akan dipertanggungjawabkan
di hadapan Allah. Sehingga dia tidak tertartik lagi dengan kenikmatan di
kehidupan dunia yang sementara ini.
Kedua, menumbuhkan kesadaran bahwa kenikmatan di dunia bisa
memalingkan hati dari ingat kepada Allah. Di samping itu, perlu juga
ditumbuhkan dalam hati bahwa kenikmatan dunia membuat seseorang akan
lama berdiri di hadapan Allah untuk mempertanggungjawabkan semuanya
kepada-Nya.
11. SARANA-SARANA AGAR BERSIFAT
ZUHUD
Ketiga, menumbuhkan kesadaran bahwa memburu dunia sangatlah
melelahkan. Tidak jarang seseorang saling sikut, berbuat keji dan
hina, untuk mendapatkan dunia. Hal itu tentu saja membuat derajat
manusia semakin rendah di hadapan Allah, meskipun mungkin
derajatnya tinggi di hadapan manusia.
Keempat, menyadari bahwa dunia itu terlaknat. Sebagaimana
keterangan dalam hadits nabi, dunia dan yang ada di dalamnya
adalah terlaknat kecuali dzikir kepada Allah, belajar atau mengajar,
dan pekerjaan yang ditujukan hanya kepada Allah. Jadi apapun itu,
jika membuat seseorang menjadi jauh dari Allah maka terlaknat.
Kelima, merasa bahwa dunia adalah hina dan godaannya bisa
membahayakan kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Hal ini selaras dengan firman Allah dalam QS. Al-A’laa ayat 16-17;
"Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia,
padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal."
12. SARANA-SARANA AGAR BERSIFAT
ZUHUD
Cara Agar bisa Zuhud Menurut Hasan al-Bashri
Hasan al-Bashri – ulama senior masa tabi’in – pernah ditanya,
؟ الدنيا فى زهدك سر ما (Apa rahasia zuhud anda terhadap dunia?)
Jawab beliau, ( له قلبى فاطمأن غيرى يأخذه لن رزقى بأن علمت
,
به فاشتغلت غيرى به يقوم ال عملى بأن وعلمت
,
معصية على أقابله أن فاستحييت على مطلع هللا أن وعلمت
,
هللا للقاء الزاد فأعددت ينتظرنى الموت أن وعلمت )
Aku yakin bahwa rezekiku tidak akan diambil orang lain, sehingga hatiku tenang
dalam mencarinya.
Saya yakin bahwa amalku tidak akan diwakilkan kepada orang lain, sehingga aku
sendiri yang sibuk menjalankannya.
Aku yakin bahwa Allah selalu mengawasi diriku, hingga aku malu merespon
pengawasan-Nya dengan melakukan maksiat.
Aku yakin bahwa kematian menantiku. Sehingga aku siapkan bekal untuk ketemu
Allah…
13. PEMAHAMAN ZUHUD YANG SALAH
1. Meninggalkan Dunia Sama Sekali
Nabi saw melarang tiga orang sahabat yang berniat akan tidak tidur (selalu tahajjud)
setiap malam, tidak akan menikah dan akan berpuasa setiap hari.
2. Meninggalkan Hal-hal Mubah, Padahal Bermanfaat
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Di antara tipu daya iblis terhadap orang-orang
zuhud, (adalah) iblis menjadikan mereka salah sangka bahwa zuhud (berarti)
meninggalkan hal-hal yang mubah (padahal bermanfaat). Contoh: Mereka, ada yang
tidak menambahi (bahan lain) terhadap roti gandum (yakni hanya makan roti gandum
saja,, ada yang tidak pernah mencicipi buah-buahan dan lainnya
3. Zuhud Lahiriyah Semata
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Salah satu wujud penipuan iblis terhadap orang-orang
zuhud, adalah iblis menjadikan mereka keliru dengan makna zuhud, yaitu (dengan cara
merasa) puas dengan makanan dan pakaian yang berkualitas rendah saja. Tetapi
mereka memuliakan orang-orang kaya, tidak memuliakan orang-orang miskin. Dan
terkadang salah seorang dari mereka menolak harta agar dikatakan “Sesungguhnya telah
nampak zuhud baginya”. Padahal mereka termasuk orang yang paling sering keluar-
masuk menemui umara (pejabat), dan mencium tangan mereka pada pintu yang paling
luas dari wilayah-wilayah dunia, karena sesungguhnya puncak dunia adalah
kepimimpinan”.
14. PEMAHAMAN ZUHUD YANG SALAH
4. Meninggalkan Pernikahan
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengatakan:
هو ََزتَأ َو ُدُق ْرَأ َو يِِّلَصُأ َو ُرِطْفُأ َو ُموُصَأ يِِّنِكَل ُهَل ْمُكاَقْتَأ َو ِ ه ِ
َلِل ْمُكَاشْخَ َ
َل يِِّنِإ ِ ه
َّللا َو اَمَأ
ُج
يِِّنِم َْسيَلَف يِتهنُس ْنَع َبِغ َر ْنَمَف َءاَسِِّنال
“Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut di antaramu kepada
Allah, dan orang yang paling takwa di antaramu kepadaNya. Tetapi aku berpuasa dan berbuka; aku
shalat (malam) dan tidur; dan aku menikahi wanita-wanita. Barangsiapa membenci sunnahku
(ajaranku), dia bukan dariku”.[18]
5. Meninggalkan Harta-Benda Secara Total Dan Menjadikan Kefakiran Sebagai
Tujuan Hidup
Padahal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa:
َمَلْظُأ ْوَأ َمِلْظَأ ْنَأ ْنِم َكِب ُذوُعَأ َو ِةهلِِّذال َو ِةهلِقْال َو ِ
رْقَفْال ْنِم َكِب ُذوُعَأ يِِّنِإ همُههالل
“Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kefakiran, kekurangan (dari perbuatan
baik), dan kehinaan. Dan aku berlindung kepadaMu dari berbuat zhalim, atau dizhalimi”.
6. Memahami Hadist tentang ”Dunia adalah penjara mu’min dan surga orang
kafir”.Yang benar adalah Dunia tidak sebanding dengan akhirat (Kisah Cucu
Rasulullah dan Yahudi Pengemis)
7. Pemahaman zuhud adalah meninggalkan dunia. Padahal artinya menjadikan
dunia di tangan, bukan di hati (kisah santri melanjutkan pelajaran ke
tingkatan tashawuf yang lebih tinggi)