Meta Data dan Implikasi Akurasi Pengukuran Dan Pemetaan Batas Bidang Tanah_Eko Budi STPN (1).pptx
1. Pelatihan Pemetaan Bidang Tanah Terintegrasi
Meta Data danImplikasi Akurasi
Pengukuran Dan Pemetaan
Batas Bidang Tanah
EKOBUDI WAHYONO
2. Pendahuluan
• Menurut Ghilani, 2018 :
1. Tidak ada pengukuran yang tepat,
2. Setiap pengukuran mengandung kesalahan,
3. Nilai sebenarnya dari pengukuran tidak pernah diketahui, dan dengan
demikian
4. Ukuran pasti dari kesalahan ini selalu tidak diketahui.
• Dalam suatu kegiatan pengukuran atau pengamatan seorang (observer) harus
menyadari bahwa setiap pengamatan atau pengukuran tidak akan menghasilkan
nilai yang mutlak benar.
• Kebenaran nilai dari hasil suatu pengukuran hanya dapat dicapai pada batas
tertentu saja, karena ada kesalahan – kesalahan yang tidak dapat dihilangkan.
• Kebenaran nilai dengan batas tertentu biasa disebut dengan nilai yang telah
memenuhi akurasi yang ditentukan.
• Untuk Ketelitian hasil ukuran batas bidang tanah, harus ada ukuran lebih.
3. Teknik Dasar Akurasi
Pengukuran dan Pemetaan
a. Metadata Hasil Pengukuran Sesuai Peraturan Menteri
Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16Tahun 2021
b. Implikasi Kesalahan Data Ukuran Terhadap Hasil
Pemetaan Bidang Tanah
6. Sesuai Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 16Tahun 2021
• Metadata dapat diartikan sebagai ‘data
tentang data (spasial)’, berisikan informasi
mengenai karakteristik data, kondisi,cara
dan memegang peran penting di dalam
mekanisme pertukaran data.
• Metadata dipergunakan untuk melakukan
dokumentasi data spasial yang
berhubungan tentang siapa,apa,kapan,
dimana, dan bagaimana data spasial
dipersiapkan.
7. Sesuai Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 16Tahun 2021
• Pencantuman metadata seperti peralatan pengukuran yang
digunakan, metode pengukuran, data dan hasil pengukuran,
penyelesaian sengketa batas dan data teknis lainnya.
(Pasal 30A ayat 3,PMNA/Ka. BPN No. 16Tahun2021)
• Gambar Ukur mencantumkan metadata seperti peralatan
pengukuran yang digunakan, metode pengukuran, data dan hasil
pengukuran, akurasi setiap titik yang diukur, penyelesaian sengketa
batas dan data teknis lainnya. (Juknis PTSL 2022)
• Metadata juga perlu ditampilkan pada peta – peta tematik terkait :
Sistem Referensi/Datum, metode akuisisi data, peralatan yang
digunakan, ketelitian peta yang dihasilkan dan lain – lain.
8. Meta Data Dibawah Ini, Minimal Yang Harus Ada Dalam Gambar Ukur/Catatan Lapangan :
• JENIS ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN
Meetband/Total Station/Teodolit digital/analog/instrumen terestris lain.
• KETELITIAN ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN
Lihat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan.
• KETELITIAN TITIK REFERENSI
Ketelitian titik refrensi yang dijadikan titik ikat pengukuran batas bidang.
• KETELITIAN PETA DASAR
Ketelitian peta dasar yang digunakan dalam pemetaan bidang tanah tersebut.
• KETELITIAN HASIL UKURAN PADA DATA UKURAN DAN NILAI KOORDINAT TITIK BATAS
Setiap data ukuran dan nilai koordinat titik batas harus terdefinisikan ketelitiannya.
• KETERANGAN DAN IDENTITAS JURU UKUR
ASN/SKB dan NIP/No Lisensi
• KONDISI ALAM DAN CUACA SAAT PENGUKURAN
Kondisi Alam :menggambarkan kondisi topografi dan penggunaan tanah bidang tanah serta cuaca saat
pengukuran berlangsung.
9. Meta Data di bawah Ini,Minimal Yang Harus Ada Dalam Gambar Ukur/Catatan Lapangan :
• JENIS PETA FOTO :
Peta Foto/Blow Up Foto Udara/Peta Garis Hasil Fotogrametris.
• KETELITIAN PETA FOTO/PETA GARIS HASIL FOTOGRAMETRIS
Ketelitian Kualitatif : Nilai Ground Sampel Distance (GSD)/Resolusi Spasial.
Ketelitian Kuantitatif : Nilai RMSE GCP dan ICP Peta Foto dengan metode Indirect
Georeference, Nilai RMSE keseluruhan peta foto dengan metode direct georeference,
Ketelitian planimetris untuk Peta Garis hasil fotogrametris
• KETELITIAN IDENTIFIKASI TITIK BATAS BIDANG TANAH
Ketelitian identifikasi posisi titik batas bidang tanah di muka bumi dibandingkan
posisi titik batas bidang tanah pada peta foto/Peta Garis Hasil Fotogrametris.
• KETELITIAN HASIL UKURAN PADA DATAUKURAN PADA BLOW UP FOTO UDARA
Pengukuran secara langsung di lapangan tetap dilakukan dan setiap data ukuran
harus terdefinisikan ketelitiannya, Meta data menyesuaikan metode pengukuran:
Terestris dan Survei GNSS.
• KETERANGAN DAN IDENTITAS JURU UKUR
ASN/SKB dan NIP/No Lisensi
• KONDISI ALAM DAN CUACA SAAT PENGUKURAN
Kondisi Alam : menggambarkan kondisi topografi dan penggunaan tanah bidang tanah
serta cuaca saat pengukuran berlangsung.
10. Meta Data di bawah Ini, Minimal Yang Harus Ada Dalam Gambar Ukur/Catatan Lapangan :
• METODE PENGUKURAN :
Metode pengamatan: Statik/Rapid Statik/RTK (NTRIP/Radio).
• JENIS DAN KETELITIAN RECEIVER GNSS
Merek, tipe, jenis Receiver GNSS beserta spesifikasi teknis receiver GNSS yang digunakan.
• KETELITIAN TITIK REFERENSI
Ketelitian titik refrensi yang dijadikan titik ikat pengukuran batas bidang.
• KETELITIAN PETA DASAR
Ketelitian peta dasar yang digunakan dalam pemetaan bidang tanah tersebut.
• KETELITIAN HASIL UKURAN PADA DATA UKURAN DAN NILAI KOORDINAT TITIK BATAS
Setiap data ukuran dan nilai koordinat titik batas harus terdefinisikan ketelitiannya.
• KETERANGAN DAN IDENTITAS
JURU UKUR ASN/SKB dan NIP/No
Lisensi
• KONDISI ALAM DAN CUACA SAAT PENGUKURAN
Kondisi Alam : menggambarkan kondisi topografi dan penggunaan tanah bidang tanah
serta cuaca saat pengukuran berlangsung.
11. • Meta Data pada metode Kombinasi, tergantung jenis kombinasi.
• Kemungkinan Metode Kombinasi :
Metode Fotogrametris dan Terestris.
Metode Fotogrametris dan Pengamatan Satelit.
Metode Pengamatan Satelit dan Terestris
• Meta Data harus dapat menunjukkan tingkat ketelitian metode
kombinasi dengan memperhitungkan ketelitian masing – masing
metode.
• Ketelitian hasil pengukuran metode kombinasi harus
memperhitungkan perambatan kesalahan dari kedua metode diatas.
12. • JENIS PETA FOTO :
Peta Foto/Peta Garis Hasil Fotogrametris.
• KETELITIAN PETA FOTO/PETA GARIS HASIL FOTOGRAMETRIS
Ketelitian Kualitatif : Nilai Ground Sampel Distance (GSD)/Resolusi Spasial.
Ketelitian Kuantitatif : Nilai RMSE GCP dan ICP Peta Foto dengan metode Indirect Georeference, Nilai RMSE keseluruhan
peta foto dengan metode direct georeference, Ketelitian planimetris untuk Peta Garis hasil fotogrametris
• JENIS ALAT UKUR TERESTRIS YANG DIGUNAKAN
Meetband/Total Station/Teodolit digital/analog/instrumen terestris lain.
• KETELITIAN ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN
Lihat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan.
• KETELITIAN HASIL UKURAN PADA DATA UKURAN DAN NILAI KOORDINAT TITIK BATAS
Setiap data ukuran dan nilai koordinat titik batas harus terdefinisikan ketelitiannya.
• KETELITIAN IDENTIFIKASI TITIK BATAS BIDANG TANAH
Ketelitian identifikasi posisi titik batas bidang tanah di muka bumi dibandingkan posisi titik batas bidang tanah pada peta
foto/Peta Garis Hasil Fotogrametris.
• KETERANGAN DAN IDENTITAS JURU UKUR
ASN/SKB dan NIP/No Lisensi
• KONDISI ALAM DAN CUACA SAAT PENGUKURAN
Kondisi Alam : menggambarkan kondisi topografi dan penggunaan tanah bidang tanah serta cuaca saat pengukuran
berlangsung.
13. • JENIS PETA FOTO :
Peta Foto/Peta Garis Hasil Fotogrametris.
• KETELITIAN PETA FOTO/PETA GARIS HASIL FOTOGRAMETRIS
Ketelitian Kualitatif : Nilai Ground Sampel Distance (GSD)/Resolusi Spasial.
Ketelitian Kuantitatif : Nilai RMSE GCP dan ICP Peta Foto dengan metode Indirect Georeference, Nilai RMSE
keseluruhan peta foto dengan metode direct georeference, Ketelitian planimetris untuk Peta Garis hasil fotogrametris.
• METODE PENGUKURAN :
Metode pengamatan: Statik/Rapid Statik/RTK (NTRIP/Radio).
• JENIS DAN KETELITIAN RECEIVER GNSS
Merek, tipe, jenis Receiver GNSS beserta spesifikasi teknis receiver GNSS yang digunakan.
• KETELITIAN TITIK REFERENSI
Ketelitian titik refrensi yang dijadikan titik ikat pengukuran batas bidang.
• KETELITIAN HASIL UKURAN PADA DATA UKURAN DAN NILAI KOORDINAT TITIK BATAS
Setiap data ukuran dan nilai koordinat titik batas harus terdefinisikan ketelitiannya.
• KETERANGAN DAN IDENTITAS JURU UKUR
ASN/SKB dan NIP/No Lisensi
• KONDISI ALAM DAN CUACA SAAT PENGUKURAN
Kondisi Alam : menggambarkan kondisi topografi dan penggunaan tanah bidang tanah serta cuaca saat pengukuran
berlangsung.
14. • METODE PENGUKURAN :
Metode pengamatan: Statik/Rapid Statik/RTK (NTRIP/Radio).
• JENIS DAN KETELITIAN RECEIVER GNSS
Merek, tipe, jenis Receiver GNSS beserta spesifikasi teknis receiver GNSS yang
digunakan.
• KETELITIAN TITIK REFERENSI
Ketelitian titik refrensi yang dijadikan titik ikat pengukuran batas bidang.
• JENIS ALAT UKUR TERESTRIS YANG DIGUNAKAN
Meetband/Total Station/Teodolit digital/analog/instrumen terestris lain.
• KETELITIAN ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN
Lihat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan.
• KETELITIAN PETA DASAR
Ketelitian peta dasar yang digunakan dalam pemetaan bidang tanah tersebut.
• KETELITIAN HASIL UKURAN PADA DATA UKURAN DAN NILAI KOORDINAT TITIK BATAS
Setiap data ukuran dan nilai koordinat titik batas harus terdefinisikan ketelitiannya.
• KETERANGAN DAN IDENTITAS JURU UKUR
ASN/SKB dan NIP/No Lisensi
• KONDISI ALAM DAN CUACA SAAT PENGUKURAN
Kondisi Alam : menggambarkan kondisi topografi dan penggunaan tanah bidang tanah
serta cuaca saat pengukuran berlangsung.
16. Implikasi Kesalahan Data Ukuran terhadap
Hasil Pemetaan Bidang Tanah
Kesalahan akibat dari system, dapat berasal dari alat,
kondisi fisik petugas ukur dan kondisi alam, besarnya
kesalahan sistematis cenderung konstan dapat besar
atau kecil.
Kesalahan
sistematis
Kesalahan akibat dari ketidak becusan, ketidak hati
hatian petugas ukur.
Kesalahan
Kasar/Blunder
Kesalahan yang selalu terjadi dalam setiap kegiatan
pengukuran.
Kesalahan
acak
KESALAHAN DATA UKURAN JENIS BLUNDER INIHARUS DIBUANG DAN
DILAKUKAN PENGUKURAN/PENGAMBILAN DATA UKURAN ULANG
17. Implikasi jenis kesalahan sistem atis pada data
ukuran terhadap hasil pemetaan bidang tanah:
Sifat kesalahan sistematis adalah konstan dan dapat dikoreksi jika
diketahui besaran kesalahan sistematisnya.
Posisi/letak/koordinat batas bidang tanah berbeda dengan posisi
sebenarnya, perbedaan nilai dengan ukuran sebenarnya konstan.
Ukuran panjang dan sudut berbeda dengan nilai sebenarnya dengan
perbedaan nilai yang konstan.
Bentuk bidang tanah yang dihasilkan dalam kegiatan pemetaan sama
dengan bentuk sebenarnya. Tetapi memiliki dimensi yang berbeda
dengan sebenarnya.
Nilai luas bidang tanah hasil perhitungan akan berbeda dengan nilai
sebenarnya, tetapi perbedaan luas bidang – bidang tanah tersebut
dengan nilai sebenarnya adalah konstan
18. Implikasi Jenis Kesalahan Kesalahan Random/Acak
Pada Data Ukuran Terhadap Hasil Pemetaan Bidang Tanah
Kesalahan random merupakan kesalahan yang selalu terjadi
pada setiap data ukuran.
>
> Untuk menghindari terjadinya kesalahan sistematis dan kesalahan blunder/kasar,
maka perlu adanya batasan ketelitian/toleransi.
>
Dengan toleransi yang telah ditetapkan dan data ukuran memenuhi batas
toleransi selanjutnya diolah dengan menggunakan adjustmen/hitung
perataan maka akan dihasilkan data yang mendekati harga/nilai yang
sebenarnya terbebas dari kesalahan random/acak.
> Hasil pemetaan akan sesuai dengan keadaan dan kondisi
dilapangan/sesungguhnya
19. Jika perbedaan antara dua hasil hitungan luas >
Toleransi (T), maka kedua
hitungan luas tersebut ditolak dan dilakukan minimal2kali lagi
penghitungan luas.
T :Toleransi Luas Yang Diperkenankan.
L :Luas Rerata Bidang Tanah Tersebut.
T =
1
2
𝐿
Akurasi perhitungan luas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :
20. • Jika perbedaan antara dua hasil hitungan luas > Toleransi (T), maka kedua
hitungan luas tersebut ditolak dan dilakukan minimal 2 kali lagi penghitungan
luas.
• Untuk perhitungan luas dengan menggunakan cara yang sama, luas bidang
tanah adalah rata – rata dari kedua hasil hitungan.
• Untuk perhitungan luas dengan cara yang berbeda, luas bidang tanah yang
dipergunakan adalah luas hasil perhitungan dengan cara yang lebih teliti.
• Untuk bidang tanah yang luas (HGU, HPL, dll), satu bidang tanah harus
digambarkan pada dua zone TM-30 yang berbeda maka perhitungan luas
merupakan jumlah dari masing – masing luas bagian bidang tanah pada
masing – masing zone TM-30.
21. Toleransi perbedaan luas yang diperkenankan tidak melebihi
±5%dari luas yang tertera pada GU.
Contoh:
Luas bidang
sampel pada GU:
100 m2
Luas bidang sampel pada gambar
situasi kontrol kualitas:
104m2
Luas bidang
sampel pada GU:
100 m2
Luas bidang sampel pada gambar
situasi kontrol kualitas:
109m2