SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 65
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Pengembangan Lembaga
Keuangan Non Bank Bagi
Usaha Perempuan
Irwantoro
Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi
Usaha Perempuan
Penulis : Irwantoro
© 2017
Diterbitkan Oleh:
Penerbit Zifatama Publisher,
Jl. Taman Pondok Jati J 3, Taman Sidoarjo
Telp/fax : 031-7871090
Email : zifatama@gmail.com
Anggota IKAPI No. 149/JTI/2014
Cetakan Pertama, Maret 2017
Ukuran/ Jumlah hal: 15,5 x 23 cm /65 Hal
Layout & cover: Emji
ISBN :	 978-602-6930-48-4
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau
seluruh isi buku ke dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk fotokopi,
merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit. Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000 tentang Hak Cipta, Bab XII Ketentuan Pidana, Pasal 72, Ayat (1), (2), dan (6)
iiiPengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
PENGANTAR
P E N U L I S
Dalam mengatasi ketidakberdayaan perempuan
untuk mengatasi kesulitan ekonominya, pada dasarnya
mereka sudah berusaha secara maksimal untuk
menghadapinya dengan merintis usaha pada skala
kecil namun seringkali mengalami kesulitan dalam hal
permodalan untuk memulai usahanya.
Dari sisi individu masyarakat, kesulitan dalam
memperoleh akses keuangan karena pelaku usaha
perempuan pada umumnya kesulitan untuk memenuhi
persyaratan yang diberikan oleh lembaga keuangan
perbankan antara lain belum memiliki usaha yang
berkesinambungan, belum memiliki laporan keuangan
yangstandar,sertatidakmemilikiagunanyangmencukupi.
Sehinggaperluadanyapengembanganlembagakeuangan
non bank yang berperan unuk meningkatkan aksesbilitas
permodalan bagi usaha perempuan.
Buku ini berusaha membahas berbagai persoalan
yang dihadapi perempuan dalam usahanya untuk
meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya. Berbagai
program dari pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah yang telah digulirkan untuk peningkatan usaha
maupun kesejahteraan perempuan, namun setelah
program-program tersebut berakhir maka berakhir juga
semua kegiatan yang berkaitan dengan program tersebut.
Oleh karena itu diperlukan suatu pemikiran maupun
iv Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
strategi alternatif agar dengan berakhirnya program-
program dimaksud tidak berakhir pula kegiatan-kegiatan
yang dapat menunjang usaha perempuan tersebut.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada
semua pihak yang membantu penerbitan buku ini, mohon
kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi
kesempurnaan penulisan buku ini.
Akhirnya semoga buku ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surabaya, 21 Maret 2017
Penulis,
Irwantoro
vPengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
DAFTAR
I S I
KATA PENGANTAR _____________________________iii
DAFTAR ISI ____________________________________v
BAB I	 PENDAHULUAN__________________________1
Latar Belakang _________________________________1
Peran Pemerintah ______________________________3
Pengertian Lembaga Keuangan Non Bank __________10
Peranan dan Perkembangan Lembaga Keuangan Non
Bank _________________________________________13
Usaha Perempuan dan Kendalahanya ______________16
BAB II	 KEMISKINAN DAN ALTERNATIF PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN PEREMPUAN ____________23
Perempuan dan Kemiskinan ______________________23
Peningkatan Kesejahteraan Perempuan ____________27
BAB III	 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
	 PEREMPUAN DI JAWA TIMUR _____________33
Pengembangan Usaha Perempuan di Kabupaten
Sampang______________________________________33
Permodalan Usaha Rumah Tangga Miskin melalui
UPK di Kabupaten Sampang______________________33
Pemberdayaan UKM melalui Lembaga Keuangan
Mikro di Kabupaten Sampang_____________________36
vi Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
Pengembangan Wira Usaha Baru Perempuan Menjadi
Kopwan di Kabupaten Sampang___________________39
Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi
Kemiskinan di Kabupaten Sampang________________43
Pengembangan Usaha Perempuan di Kabupaten
Bojonegoro____________________________________44
Permodalan Usaha Rumah Tangga Miskin melalui UPK
di Kabupaten Bojonegoro________________________44
Pengembangan Usaha Perempuan melalui Kopwan
di Kabupaten Bojonegoro________________________48
Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi
Kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro______________49
BAB IV	INVENTARISASI PROBLEMATIKA DAN
	 LANGKAH STRATEGIS ____________________53
Inventarisasi Problematika Lembaga Keuangan Non
Bank bagi Usaha Perempuan _____________________53
Langkah Strategis Pengembangan Lembaga
Keuangan Non Bank bagi Usaha Perempuan ________54
Daftar Pustaka ________________________________57
Tentang Penulis ________________________________59
1BAB 1 | Pendahuluan
BAB I | PENDAHULUAN
A.	Latar Belakang
Perempuan dan ketimpangan gender adalah suatu
persoalan yang cukup menarik perhatian masyarakat
baik pada tataran internasional, nasional maupun daerah.
Persoalan perempuan dan ketimpangan gender tersebut
menjadi salah satu dari delapan Tujuan Pembangunan
Milinium (MDGs) yaitu meningkatkan kesejahteraan gender
dan pemberdayaan perempuan.
Pada tataran nasional isu perempuan dan gender
menjadi krusial sehingga pemerintah menuangkan
persoalan tersebut dalam agenda RPJMN 2015-2019
maupundiagendakandalamRencanaStrategisKementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang
memuat tujuan, arah kebijakan, strategi, program dan
target-target kinerja selama kurun waktu lima tahun ke
depan (Tahun 2014-2019).
Sedangkan pada tataran daerah salah satunya pada
Pemerintah Provinsi Jawa Timur, persoalan perempuan
dan gender merupakan salah satu agenda penting dalam
RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019.
Persoalan perempuan dan gender menjadi sangat
krusial ketika dihadapkan pada pemenuhan kebutuhan
rumah tangga, kesehatan dan pendidikan anak, maupun
2 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
kerentanan kemiskinan, dimana tidak dapat dipungkiri
bahwa perempuan mempunyai keterbatasan pada
beberapa bidang karena perempuan dianggap mempunyai
keterbatasan dibanding laki-laki.
Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki, tidak
sedikit perempuan yang berusaha untuk melepaskan diri
dari berbagai permasalahan yang dihadapinya dengan
menjadi wirausaha untuk menopang kebutuhan keluarga
yang semakin meningkat.
Kenyataannya usaha yang dilakukan oleh kaum
perempuan yang lebih banyak di sektor informal dan
berskala mikro menemui berbagai kendala terutama dalam
aksesibilitas kredit usaha dari lembaga keuangan bank
karena membutuhkan jaminan dan persyaratan yang tidak
dapat dipenuhi oleh usaha perempuan yang notabene
bersifat informal ataupun mikro sehingga dibutuhkan
suatu lembaga keuangan bukan bank yang memungkinkan
mereka dapat memperoleh kredit usaha.
Mengingat terbatasnya aksesibilitas kredit dari
lembaga keuangan bank bagi wirausaha perempuan
yang bergerak di sektor informal maupun usaha mikro
mendorong maka sudah selayaknya diperlukan peran
pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut
diantaranya dengan mengembangkan lembaga keuangan
non bank bagi usaha perempuan.
Sebenarnya berbagai program dari pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah telah digulirkan untuk
meningkatkan kesejahteraan perempuan, namun belum
3BAB 1 | Pendahuluan
sepenuhnya dapat mengatasi permasalahan usaha
perempuan tersebut.
Secara lebih terperinci terdapat beberapa hal yang
perlumenjadifokusperhatianbagistakeholder,diantaranya
mengenai kondisi lembaga keuangan non bank bagi usaha
perempuan, hambatan dalam pengembangan lembaga
keuangan non bank bagi usaha perempuan, dan peran
pemerintah dalam pengembangan lembaga keuangan non
bank bagi usaha perempuan serta strategi alternatif untuk
pengembangan lembaga keuangan non bank bagi usaha
perempuan di Jawa Timur.
B. Peran Pemerintah
Sering kita mendengar tentang kata peran atau
peranan dalam kehidupan sehari-hari, namun belum tentu
semua orang mengerti arti kata tersebut. Berbagai definisi
tentang kata arti peranan telah dikemukakan oleh para
ahli. Poerwadarminta mengemukakan bahwa (1995:751)
“peran merupakan tindakan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu peristiwa”. Berdasarkan
pendapat Poerwadarminta maksud dari tindakan yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
peristiwa tersebut merupakan perangkat tingkah laku
yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang
berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dan peranan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena jika melihat
dari pengertian tersebut keduanya saling berhubungan.
4 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
Bryant dan White dalam Amira (2012:9) menyatakan
bahwaperandidefinisikansebagaisuatudeskripsi“pekerjaan
untuk seseorang atau individu yang mengandung harapan-
harapan tertentu yang tidak mempedulikan siapa yang
menduduki suatu posisi tersebut”. Definisi tersebut dapat
menjelaskan bahwa peran merupakan suatu deskripsi
pekerjaan atau tugas seseorang yang di dalamnya
mengandung harapan-harapan terhadap orang–orang
yang menduduki posisi tersebut. Pengharapan merupakan
suatu norma yang dapat mengakibatkan terjadinya peran.
Konsep peran selalu berkaitan dengan struktur organisai
(lembaga atau institusi formal) karena dari peran tersebut
dapat diketahui struktur organisasi yang ada di suatu
lembaga atau institusi yang berisi tentang uraian status atau
kedudukan sesorang atas suatu peran yang harus dilakukan
dan bersifat kolektif. Peran diperoleh dari uraian jabatan
atas suatu pekerjaan dan uraian jabatan memberikan
serangkaian pengharapan yang menentukan terjadinya
peran.
Dari beberapa konsep di atas dapat diambil
pengertian bahwa peran merupakan penilaian sejauh
mana fungsi seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu kedudukan (status) sebagai bagian dalam menunjang
usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan. Pengertian
tersebut bila dikaitkan dengan fungsi pemerintahan, maka
definisiperanadalahorganisasipemerintah.Perkembangan
pemerintahan ke arah desentralisasi menyebabkan perlu
membuka diri untuk menyampakan informasi. Masyarakat
menuntut pemerintah agar memanfaatkan segala potensi
5BAB 1 | Pendahuluan
yang ada dalam pembangunan. Melalui peran pemerintah
dalam pembangunan, kebutuhan masyarakat diatur dan
dipenuhi. Menurut pendapat Soerjono Soekanto,“peranan”
(role)merupakanaspekdinamiskedudukan(status).Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya. Maka ia menjalankan sesuatu
peranan, peranan menentukan apa yang diperbuatnya
bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa
yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. (Soekanto,
2004:243).
Sesuaidenganpendapatdiatas,perananmerupakan
aspek dinamis kedudukan atau status seseorang. Seseorang
akandinyatakanmelaksanakanperanansetelahmenjalankan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya.
Hak dan kewajiban tersebut juga menentukan tindakan-
tindakan seseorang dalam melaksanakan pembangunan.
Masyarakat akan memberikan kesempatan-kesempatan
atas tindakan-tindakan tersebut. masyarakat akan
memberikan tanggapan-tanggapan atas peranan yang
yang dilakukan oleh seseorang. Menurut pendapat Soejono
Soekanto peranan dapat mencakup 3 (tiga) hal, yaitu :
1.	 peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat, peranan dalam arti merupakan
rangkaian-rangkaian peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan
2.	 peranan adalah suatu konsep tentang apa yang
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi
6 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
3.	 peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku
individuyangpentingbagistruktursosialmasyarakat.
(Soekanto, 2004:244).
Berdasarkan pendapat tersebut, peranan mencakup
tiga aspek. Pertama, peranan merupakan penilaian dari
perilaku seseorang yang berada di masyarakat. Perilaku
seseorangyangberkaitandenganposisidankedudukannya
di masyarakat. Perilaku tersebut diatur dengan peraturan
yang berlaku untuk membimbing seseorang di masyarakat.
Kedua, peranan merupakan konsep-konsep yang
dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat sesuai dengan
kedudukannya. Ketiga, peranan merupakan perilaku
seseorang yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin dalam
buku yang berjudul Ensiklopedia Manajemen adalah
sebagai berikut:
1.	 Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh
manajemen.
2.	 Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai
suatu status.
3.	 Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok
atau pranata.
4.	 Fungsiyangdiharapkandariseseorangataumenjadi
karakteristik yang ada padanya.
5.	 Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab
akibat. (Komarudin, 1994:768)
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas peranan
diatur oleh norma-norma yang berlaku. Peranan yang
7BAB 1 | Pendahuluan
melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi
dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam
masyarakat merupakan unsur statis yang menentukan
perilaku seseorang. Pola perilaku yang dilakukan dalam
kelompok merupakan karakteristik dari individu. Perilaku
dari setiap individu merupakan hubungan sebab akibat
dalam pranata sosial. Sadu Wasistiono berpendapat bahwa:
“Perkembangan pemerintahan tak lepas dari
perkembangan sejarah terbentuknya suatu
masyarakat. Pada saat beberapa orang berkelompok
secara permanen untuk kemudian membentuk
masyarakat, pada saat itu pula terbentuk embrio
pemerintahan, yakni suatu kelompok atau institusi
yang berfungsi mengatur dan mengurus kehidupan
masyarakat agar dapat tetap bertahan terhadap
serangan kelompok luar”(Wasistiono, 2002:27).
Pendapat tersebut menandakan, bahwa perkembangan
suatu pemerintahan mengikuti perkembangan masyarakat.
Hubungan antara pemerintah dengan masyarakat
merupakan hubungan yang saling ketergantungan.
Pemerintah dibentuk oleh masyarakat. Pemerintah
berperan dalam mengatur dan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Peran pemerintah tersebut akan menciptakan
ketertiban dan ketentraman masyarakat. Peran dan fungsi
pemerintah dihadapkan pada pelaksanaan tugas yang
sangat luas dan kompleks, mulai dari hal yang bersifat
pelayanan operasional sampai pada hal yang bersifat
ideologi dan spiritual, pemerintah memegang peranan
sentral dalam pembangunan yaitu menetapkan kebijakan
8 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
umum dan melaksanakannya.
Pengharapan merupakan suatu norma yang dapat
mengakibatkan terjadinya peran. Konsep peran selalu
berkaitan dengan struktur organisai (lembaga atau institusi
formal) karena dari peran tersebut dapat diketahui struktur
organisasi yang ada di suatu lembaga atau institusi yang
berisi tentang uraian status atau kedudukan sesorang atas
suatu peran yang harus dilakukan dan bersifat kolektif.
Peran diperoleh dari uraian jabatan atas suatu pekerjaan
dan uraian jabatan memberikan serangkaian pengharapan
yang menentukan terjadinya peran. Dari beberapa
konsep di atas dapat diambil pengertian bahwa peran
merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu kedudukan (status) sebagai
bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang
ditetapkan. Dari pengertian tersebut bila dikaitkan dengan
fungi pemerintahan, maka definisi peran adalah organisasi
pemerintah.
Hal lain yang menggambarkan mengenai peranan
sebagaimana pendapat Horoepoetri, Arimbi dan Santosa
(2003), yang mengemukakan beberapa dimensi peran
sebagai berikut :
1.	 Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham
ini berpendapat bahwa peran merupakan
suatu kebijkasanaan yang tepat dan baik untuk
dilaksanakan.
2.	 Peran sebagai strategi. Penganut paham ini
mendalilkan bahwa peran merupakan strategi
9BAB 1 | Pendahuluan
untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat
(public supports). Pendapat ini didasarkan pada
suatu paham bahwa bilamana masyarakat merasa
memiliki akses terhadap pengambilan keputusan
dan kepedulian masyarakat pada tiap tingkatan
keputusan didokumentasikan.
3.	 Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan
sebagai instrumen atau alat untuk mendapatkan
masukan berupa informasi dalam proses
pengambilam keputusan. Persepsi ini dilandaskan
oleh suatu pemikiran bahwa pemerintahan
dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga
pandangan dan preferensi dari masyarakat tersebut
adalah masukan yang bernilai guna mewujudkan
keputusan yang responsif dan responsibel.
4.	 Peran sebagai alat penyelesaian sengketa, peran
didayagunakansebagaisuatucarauntukmengurangi
atau meredam konflik melalui usaha pencapaian
konsesus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi
yang melandasi persepsi ini adalah bertukar pikiran
danpandangandapatmeningkatkanpengertiandan
toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan
(mistrust) dan kerancuan (biasess)
Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran diakukan
sebagai upaya ”mengobati” masalah-masalah psikologis
masyarakat seperti halnya perasaan ketidakberdayaan
(sense of powerlessness), tidak percaya diri dan perasaan
bahwa diri mereka bukan komponen penting dalam
masyarakat.
10 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
C. Pengertian Lembaga Keuangan Non Bank
Seiring dengan berjalannya waktu dan
perkembangan perekonomian dunia serta kemajuan ilmu
teknologi maka suatu bangsa harus terus bisa bersaing
dengan global, perlu dilakukannya suatu perubahan kearah
yang lebih baik.
Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa dapat
kita lihat dari pembangunan di berbagai sektor. Oleh karena
itu keberadaan lembaga keuangan dalam pembiayaan
pembangunan sangat dibutuhkan.
Lembaga keuangan yang terlibat dalam suatu
pembiayaan pembangunan ekonomi dibagi menjadi dua,
yaitulembagakeuanganbankdanlembagakeuanganbukan
bank (LKBB). Keduanya merupakan lembaga intermediasi
keuangan. Nurastuti (2011:53) mengungkapkan: “Lembaga
keuangan non bank adalah badan usaha yang kekayaannya
terutama dalam bentuk asset keuangan atau tagihan
(claims) dibandingkan asset non finansial atau asset riil.”
Pengertian lembaga keuangan bukan bank dapat
dilihat dalam Pasal 1 angka (4) Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga
Pembiayaan, lembaga keuangan bukan bank adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan
yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun
dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan
menyalurkannya ke dalam masyarakat guna membiayai
investasi perusahaan.
11BAB 1 | Pendahuluan
Adapun bidang usaha yang termasuk dalam
lembaga keuangan bukan bank antara lain adalah asuransi,
pegadaian, dana pensiun, reksa dana, lembaga pembiayaan
dimana lembaga pembiayaan termasuk dalam lembaga
keuanganbukanbank.Sedangkanperusahaanpembiayaan
adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan
Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan
kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga
Pembiayaan.
Kegiatan lembaga pembiayaan meliputi antara lain
bidang usaha:
1. sewa guna usaha;
2. modal ventura;
3. perdagangan surat berharga
4. anjak piutang;
5. usaha kartu kredit;
6. pembiayaan konsumen.
Keenam kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh ketiga
bentuk lembaga pembiyaan di atas.
Lembaga keuangan bukan bank dibagi menjadi
dua, yaitu lembaga keuangan bukan bank yang beroperasi
menggunakan sistem konvensional dan lembaga keuangan
bukan bank yang beroperasi menggunakan sistem syariah.
Lembaga keuangan bukan bank memiliki banyak jenis, dan
salah satunya adalah lembaga pembiayaan. Pada Pasal 1
angka 1 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang
Lembaga Pembiayaan, pengertian lembaga pembiayaan
ialah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan dana dan/atau barang modal.
12 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
Pada Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009
mengenal tiga jenis lembaga pembiayaan yang meliputi :
1.	 Perusahaan Pembiayaan (PP), yaitu Badan usaha
yang khusus didirikan untuk melakukan pembiayaan
konsumen, dan/atau usaha kartu kredit. Secara
subtansial, pengertian pembiayaan konsumen pada
dasarnya tidak berbeda dengan kredit konsumen.
Kredit konsumen adalah kredit yang diberikan
kepada konsumen guna pembelian barang konsumsi
dan jasa seperti yang dibedakan dari pinjaman yang
digunakan untuk tujuan produktif atau dagang.
2.	 Perusahaan Modal Ventura, yaitu badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan atau penyertaan
modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima
bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu
dalam bentuk penyertaan saham, pentertaan melalui
pembeliian obligasi, konversi dan/atau pembiayaan
berdasarkan pembagian atas hasil usaha.
3.	 Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, yaitu Badan
usaha yang didirikan khusus untuk melakukan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana proyek
infrastruktur.
Menurut Asian Development Bank (ADB), lembaga
keuangan mikro (microfinance) atau bisa disebut juga
lembaga pembiayaan adalah lembaga yang menyediakan
jasa penyimpanan (deposits), kredit (loans), pembayaran
berbagai transaksi jasa (payment services) serta money
transfers yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan
13BAB 1 | Pendahuluan
pengusaha kecil (insurance to poor and low-income
households and their microenterprises). Sedangkan bentuk
Lembaga pembiayaan UMKM dapat berupa: (1) lembaga
formal misalnya bank desa dan koperasi, (2) lembaga
semiformal misalnya organisasi non pemerintah, dan (3)
sumber-sumber informal misalnya pelepas uang.
Lembaga pembiayaan menurut Bank Indonesia
dibagi menjadi dua kategori yaitu dibagi menjadi dua
kategori yaitu lembaga keuangan mikro yang berwujud
bank serta non bank. Lembaga keuangan mikro yang
berwujud bank adalah BRI Unit Desa, BPR dan BKD (Badan
Kredit Desa). Sedangkan yang bersifat non bank adalah
koperasi simpan pinjam (KSP), unit simpan pinjam (USP),
lembaga dana kredit pedesaan (LDKP), baitul mal wattanwil
(BMT), lembaga swadaya masyarakat (LSM), arisan, pola
pembiayaan Grameen, pola pembiayaan ASA, kelompok
swadaya masyarakat (KSM), dan credit union. Meskipun
BRI Unit Desa dan BPR dikategorikan sebagai lembaga
keuangan mikro, namun akibat persyaratan peminjaman
menggunakan metode bank konvensional, pengusaha
mikro kebanyakan masih kesulitan mengaksesnya.
D.	 Peranan dan Perkembangan Lembaga Keuangan
Non Bank
Dalam kegiatan usahanya yang bersifat
kontraktual (contractual institution) yaitu menaikan dana
dari masyarakat dengan menawarkan kontra untuk
memproteksi penabung terhadap risiko ketidakpastian,
dan memobilisasikan sumber keuangan dalam negeri
14 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
untuk membiayai pembangunan,
maka peranan lembaga keuangan non bank bagi
pemerintah menurut Nurastuti (2011:54) adalah sebagai
berikut:
1.	 Peningkatan akses terhadap jasa keuangan:
a.	 Perusahaan pembiayaan mempunyai tujuan untuk
meningkatkan alternatif sumber pendanaan bagi
UKM.
b.	 Perusahaan modal ventura mempunyai tujuan untuk
mendukung bertumbuhnya kewiraswastaan dan
selanjutnya penciptaan lapangan pekerjaan.
c.	 Dana pensiun dan asuransi mempunyai tujuan
menawarkan produk untuk mengelola risiko bagi
perusahaan dan perorangan.
d.	 Pengurangan biaya untuk memperoleh jasa
keuangan:
2.	 Meningkatkan persaingan antar penyedia jasa
keuangan agar produk dan jasa mereka lebih efisien
melalui biaya yang lebih rendah.
3.	 Meningkatkan stabilitas sistem keuangan untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengurangan
kemiskinan:
a.	 Lembaga keuangan non bank adalah bagian yang
peting dari pembangunan sektor keuangan yang
lebih beragam.
b.	 Membantu mengurangi potensi terjadinya krisis
dimasa yang akan datang.
15BAB 1 | Pendahuluan
Mengingat bahwa terdapat keterbatasan akses
terhadap perbankan, modal usaha bisa didapat dari
pemerintahdalambentukpinjamandanabergulir.Dalamhal
ini, dana bergulir adalah termasuk kredit modal kerja yang
merupakan program pemerintah untuk memberdayakan
koperasi dan UMKM. Menurut Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman Pengelolaan
Dana Bergulir pada Kementerian Negara/Lembaga, dana
bergulir adalah dana yang dialokasikan oleh Kementerian
Negara/Lembaga/Satuan Kerja Badan Layanan Umum
untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha
mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya yang berada
di bawah pembinaan Kementerian Negara/Lembaga.
Program ini merupakan salah satu terobosan untuk
membantu UMKM dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi masyarakat melalui kebijakan pembinaan dan
pengembangan UMKM (Panggabean, 2005).
Berdasarkan peraturan tersebut, secara umum
program dana bergulir bertujuan untuk membantu
perkuatan modal usaha guna pengembangan koperasi,
usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya dalam
upaya penanggulangan kemiskinan, pengangguran, dan
pengembangan ekonomi nasional. Perkuatan modal
mempunyai pengertian bahwa dana tersebut digunakan
untuk meningkatkan kemampuan operasional/bisnis
penerima dana bergulir. Dampak dana bergulir untuk
bantuanperkuatanUKMdapatdianalisisdariaspek-aspek(1)
Modal usaha dan kenaikan modal usaha, (2) Jumlah tenaga
kerja dan kenaikan tenaga kerja, serta (3) Omset penjualan
16 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
dan kenaikan omset penjualan dan (4) Keuntungan dan
kenaikan keuntungan usaha.
E. Usaha Perempuan dan Kendalanya
Perkembangan kewirausahaan perempuan di
negara berkembang seperti Indonesia sangat berpotensi
sebagai motor utama pendorong proses pemberdayaan
perempuan dan transformasi sosial (Tambunan, 2012).
Sekilas jika dicermati, kiprah perempuan di dunia wirausaha
sangatbaik,beradadiberbagaisektorusahadantidakjarang
pula yang berhasil meraih sukses dan dikenal oleh publik.
Saat ini, perempuan pengusaha banyak berkecimpung
terutama pada usaha mikro dan kecil, namun demikian
jumlahnya di Indonesia baru mencapai 0,1 persen dari
total penduduk (Menkokesra, 2011). Jumlah perempuan
pengusaha tersebut nampaknya memang belum memadai,
padahal jika dibandingkan dengan pengusaha pria,
sebenarnya jumlah perempuan pengusaha cukup besar,
yakni 60 persen dari 49,9 juta pelaku UMKM (Rmol, 2013).
Perempuan pengusaha terdiri dari berbagai tingkatan usia,
pendidikan, suku, sektor usaha dan sebagainya. Umumnya
orangmengenalperempuanpengusahaadalahperempuan
yang memiliki aktivitas ganda, sebagai pengusaha tetapi
juga sekaligus adalah ibu rumah tangga yang mengurus
keluarga. Namun demikian, saat ini banyak perempuan
yang belum menikah, berusia muda sudah mulai menekuni
dunia usaha meskipun dalam taraf awal.
17BAB 1 | Pendahuluan
Kiprah perempuan dalam dunia usaha bukanlah hal
baru, namun studi khusus tentang perempuan pengusaha
ini baru dimulai pada akhir tahun 1970 an ketika sejumlah
besar perempuan memasuki dunia kerja profesional
(Parker, 2010). Penelitian terdahulu tentang perempuan
yang menjadi pengusaha di beberapa negara berkembang
di Asia, menemukan bahwa perempuan memilih menjadi
pengusaha dapat dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan
alasan utamanya. Perempuan memilih menjadi wirausaha
karena ada kesempatan, misalnya meneruskan hobi,
mengikuti pasangan, memanfaatkan waktu. Alasan lainnya
adalah karena dipaksa, misalnya karena perlu uang,
tertantang melakukan sesuatu, menunjukkan pada orang
lain kalau bisa melakukan sesuatu. Alasan terakhir adalah
karena sengaja memilih profesi wirausaha untuk kepuasan
diri, mandiri, sebagai contoh untuk anak-anak (Tambunan,
2009).
Di Indonesia, perempuan pengusaha tidak banyak
berada pada skala besar dan modern, karena skala ini masih
menjadi dominasi pengusaha pria. Perempuan lebih banyak
berada dalam kelompok industri manufaktur makanan dan
minuman, tekstil dan pakaian jadi (Tambunan, 2012), dan
jikadilihatdariskalausahanya,perempuanpengusahalebih
banyak berada pada skala mikro dan kecil. Penyebutan skala
mikro dan kecil ini didasarkan pada Undang Undang nomor
20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Sebuah usaha dikelompokkan menjadi usaha berskala
mikro dengan ketentuan memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), tidak
18 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah). Usaha skala kecil yang dimaksudkan
dalam undang-undang adalah memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
jutarupiah).Berkaitandenganusahamikro,dapatdijelaskan
karakteristik usaha mikro yang dilakukan oleh perempuan
antara lain:
1.	 awal berdirinya dirintis oleh perempuan
2.	 pengelolaan usaha dilakukan oleh perempuan
3.	 kepemilikan usaha atas nama perempuan
4.	 proses pengambilan keputusan usaha lebih banyak
didominasi oleh perempuan
5.	 proses produksi biasanya dilakukan di rumah
6.	 umumnya omset usaha antara 1 juta hingga 2 - juta
7.	 biasanya bergerak dalam bidang perdagangan,
industri makanan dan minuman . (Smeru, 2003,
h.32).
Perempuan pengusaha memasuki dunia bisnis
dilandasi oleh berbagai alasan, namun demikian ketika
menjalankan usaha mereka juga menginginkan usahanya
berhasil. Penelusuran literatur menunjukkan bahwa
keberhasilan sangat sulit ditemukan definisinya, bahkan
19BAB 1 | Pendahuluan
istilah keberhasilan dapat digunakan bergantian dengan
istilahlainyangdianggapberdekatan,misalnyaperformansi,
sukses, pertumbuhan (Reijonen dan Komppula, 2007).
Beberapa penelitian juga menjelaskan keberhasilan
dengan menyebutkan indikatornya, misalnya indikator
naik turunnya penjualan, keuntungan, investasi, personel
dan pendapatan sejak perusahaan didirikan (Frese, Van
Gelderen & Ombach, 2000); kepuasan pelanggan dan
kepuasan pekerjanya (Panda, 2000); keuntungan dan turn-
over tahunan (Chattopadhyay dan Ghosh, 2002); kebebasan
dan kemandirian, dapat mengontrol masa depannya
sendiri, dan dapat menjadi pimpinan bagi dirinya sendiri,
finansial, pendapatan personal, dan kesejahteraan (Paige
dan Littrell dalam Kader, Mohammed, and Abraham, 2009).
Uraian tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan usaha
dapat dimaknai dari berbagai perspektif dan dapat bersifat
subjektif.
	 Kewirausahaan dinilai sebagai faktor utama dalam
menggerakkan perekonomian dengan memperkenalkan
inovasi, menyediakan pekerjaan, meningkatkan persaingan
dan kesejahteraan yang pada akhirnya mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi (Mazzarol et al. 1999, Wennekers
and Thurik 1999, Vincent 2005, Acs 2006, Acs et al. 2008).
Kewirausahaan diperlukan untuk mengatasi
pengangguran dan kemiskinan dalam rangka menciptakan
pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan terutama
di negara berkembang (Pambudy 2010), khususnya dalam
mengenali kesempatan cara pemanfaatan sumber daya
yang memberikan keuntungan lebih tinggi (Acs 2006).
20 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
Salah satu bentuk kewirausahaan yang berkembang luas
di Indonesia adalah Usaha Mikro dan Kecil (UMK). UMK
memiliki peran dalam menciptakan lapangan pekerjaan,
ouput dan nilai tambah, serta sebagai pusat kreativitas,
inovasi dan titik awal pertumbuhan kewirausahaan di
masyarakat (Baig 2007, Musnidar dan Tambunan 2007).
Keberadaan UMK yang sebagian besar berada di
pedesaan memiliki peran penting dalam pengembangan
kewirausahaan, khususnya bagi Perempuan (Tambunan
2008).PerkembanganUMKdalambeberapa tahun
terakhir terus mengalami pertumbuhan dan 60 persennya
merupakan usaha yang dikelola oleh perempuan (Hani et
al. 2012). UMK yang dikelola perempuan biasanya berbasis
rumahan (home-based) sehingga cenderung terlupakan
danmenjadiinvisibleentreprenerus(NdemoandMaina2007).
Keterlibatan perempuan dalam kewirausahaan, khususnya
dalam sektor informal, berdampak pada kesejahteraan
rumah tangga berpendapatan rendah dan pembangunan,
terutamadipedesaan(Omari1988,Musnidarandtambunan
2007, Duflo 2012), sehingga peran perempuan dalam
ekonomi rumah tangga secara keseluruhan relatif setara
dengan laki-laki (Kung and Lee 2010).
Wirausaha perempuan menghadapi banyak
kendala, seperti dukungan pemerintah, stereotype
wirausaha, serta pengakuan legalitas dan formalitas. Hal
ini menyebabkan sebagian besar wirausaha perempuan
bergerak dalam sektor informal dengan teknologi yang
sederhana serta kemampuan sumber daya manusia yang
belum berkembang sehingga berpengaruh terhadap
21BAB 1 | Pendahuluan
sistem manajemen usaha yang lemah dan kapabilitas
kewirausahaan yang masih terbatas (Baig 2007, Jamali
2009). Sedangkan kendala utama yang dihadapi oleh
wirausaha perempuan dalam mengembangkan usahanya
adalah ketersediaan ekuitas keuangan (Gnyawali and
Fogel 1994), terutama modal jangka panjang (Baig 2007),
dan kemampuan atau kapabilitas manajemen (Karnani
2007,Chowdhury 2009). Kemampuan mengakses layanan
keuangan merupakan faktor kunci bagi UMK untuk berhasil
dalam mengembangkan kapasitas produktif dan daya
saing serta menciptakan pekerjaan dan berkontribusi
dalam pengurangan kemiskinan di Negara berkembang
(Christopher 2011).
22 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
23BAB 2 | Kemiskinan Dan Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Perempuan
BAB II
KEMISKINAN & ALTERNATIF
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
PEREMPUAN
A.	 Perempuan dan Kemiskinan
Kaum perempuan sering diidentikan dengan kaum
yang lemah, dimana arti yang sempit tidak mempunyai
kekuatan maupun daya saing jika dibandingkan
dengan kaum pria dalam berbagai bidang kehidupan,
namun sesungguhnya yang terjadi adalah tidak adanya
kesempatan yang diberikan kepada kaum perempuan
untuk meningkatkan sumberdaya yang dimilikinya,
sehingga banyak dijumpai kemiskinan perempuan.
Sudah lazim di masyarakat bahwa isu gender
dan kemiskinan, dalam hal ini rumah tangga merupakan
salah satu sumber diskriminasi dan subordinasi terhadap
perempuan. Ketidaksetaraan di dalam alokasi sumberdaya
dalam rumah tangga memperlihatkan laki-laki dan
perempuan mengalami bentuk kemiskinan yang berbeda.
Kemiskinan perempuan selalu dikaitkan dengan
tertutupnya ruang-ruang partisipasi perempuan dalam
pengambilan keputusan yang sifatnya formal bagi
perempuan. Bagi perempuan seringkali konsep ruang
publik ini diartikan sebagai tempat kerja atau tempat
24 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
berusaha daripada forum-forum di dalam komunitas.
Keterlibatan dalam forum publik di dalam komunitas pun
biasanya terbatas dan masih tidak terlepas dari peran
domestiknya, seperti arisan, pengajian atau perkumpulan
keagamaan, dan PKK.
Persoalan lain yang dihadapi perempuan
adalah pembangunan di segala bidang yang seringkali
belum berpihak kepada perempuan. Program-program
pembangunansecaraformalseringkalidikuasailaki-lakidan
karena sumber daya yang penting dalam kehidupan selalu
dikuasai oleh pihak-pihak yang memiliki kekuatan sosial,
ekonomi dan politik lebih kuat, maka adanya marginalisasi
terhadap peran perempuan dalam pengambilan keputusan
seringkali terabaikan.
Wacana dominan yang menyatakan bahwa
perempuan bukanlah pencari nafkah dalam sebuah
keluarga, atau perempuan tidak perlu mandiri secara
ekonomi, telah menjadi penyebab utama keterkaitan
perempuan dan kemiskinan.
Pola pikir seperti ini begitu kuat mengakar sehingga
hadir dalam banyak sisi kehidupan, menurut hasil survey
BPS bahwa Indeks Pembangunan Gender 2014 dilihat dari
sisi ketenagakerjaan, masih terlihat kesenjangan antara
laki-laki dan perempuan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) perempuan sekitar 50 persen dan TPAK laki-laki
sekitar 80 persen.
Rendahnya TPAK perempuan disebabkan
perempuan lebih banyak berperan dalam mengurus rumah
25BAB 2 | Kemiskinan Dan Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Perempuan
tangga. Dari sisi upah, tenaga kerja perempuan masih di
bawah upah laki-laki, dengan rasionya kurang lebih sekitar
0,80.
Perempuan seringkali dihadirkan dalam wilayah
domestikdanperawatananaksaja,jarangdalamduniakerja
(yang menghasilkan uang), apalagi keduanya. Laki-lakinya
dihadirkan sebagai sosok yang hadir dan berkecimpung
dalam dunia kerja, tidak terlibat dalam urusan domestik
dan pengasuhan anak-anak.
Pada akhirnya pola pembagian tugas sosial yang
seperti itu biasanya berakhir pada wacana laki-laki saja
sebagai pihak yang diharuskan mandiri secara ekonomi.
Akibatnya, perempuan menjadi tergantung secara finansial
pada laki-laki. Menurut Sakernas BPS Tahun 2014 status
pekerjaan sebagai pengusaha (berusaha sendiri dan
berusaha dengan dibantu buruh) dan buruh/karyawan/
pegawai didominasi oleh laki-laki, sedangkan pekerja
bebas/keluarga/tak dibayar didominasi oleh perempuan,
dengan hasil survey sebagai berikut:
1.	 Dari 100 penduduk berumur 15 tahun ke atas yang
bekerja dengan status berusaha sendiri, 37 orang
adalah perempuan dan 63 orang adalah laki-laki.
2.	 Dari 100 penduduk berumur 15 tahun ke atas yang
bekerja dengan status berusaha dengan dibantu
buruh, 24 orang adalah perempuan dan 76 orang
adalah laki-laki.
3.	 Dari 100 penduduk berumur 15 tahun ke atas yang
bekerja sebagai pegawai/buruh/ karyawan, 35 orang
26 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
adalah perempuan dan 65 orang adalah laki-laki.
4.	 Dari 100 penduduk berumur 15 tahun ke atas
bekerja sebagai pekerja bebas/keluarga/tak dibayar,
54 adalah perempuan dan 46 adalah laki-laki.
Kiprah perempuan dalam bidang ekonomi terutama
yang melakukan peran sebagai pengelola usaha telah
merambah ke pelosok-pelosok wilayah perdesaan dengan
menjalankan usaha di berbagai sektor, seperti antara
lain pertanian, pengolahan makanan, industri kecil dan
perdagangan. Sedangkan di perkotaan usaha perempuan
lebih beragam sampai menjangkau keseluruh sektor-sektor
usaha yang ada.
Sebagian besar usaha perempuan pada
kenyataannya juga banyak bergerak di bidang-bidang yang
berkaitan dengan wilayah “domestik” dan dekat dengan
lingkungan rumah tangganya, seperti pada sektor jasa,
industri kerajinan dan rumah tangga serta sektor informal
lainnya.
Peran ganda perempuan yang semakin berkembang
tidak hanya terkait di sektor domestik tetapi telah meluas
ke sektor kegiatan ekonomi. Peran perempuan turut
menegakkan ekonomi rumah tangga dengan memasuki
berbagai kegiatan ekonomi diakui memberikan dampak
positif bagi kesejahteraan rumah tangga. Karena kuatnya
posisi ekonomi adalah sebagai modal untuk membiayai
seluruh keperluan rumah tangga.
Meningkatnya keterlibatan perempuan dalam
kegiatan ekonomi dilandasi peningkatan dalam jumlah
27BAB 2 | Kemiskinan Dan Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Perempuan
perempuan yang terlibat dalam pekerjaan di luar rumah
tangga yang meningkat dari waktu ke waktu. Di samping
itu peningkatan dalam bidang jumlah pekerjaan yang dapat
dimasuki oleh perempuan yang selama ini sebelumnya
masih didominasi oleh laki-laki.
Kaum perempuan saat ini memiliki peranan yang
cukup besar dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan.
Peran perempuan di bidang ekonomi sudah menunjukkan
adanya peningkatan, walaupun bila dibandingkan dengan
laki-laki masih lebih rendah, menurut hasil survey BPSTahun
2014 menyatakan bahwa terdapat 3.505.064 pengusaha
IMK yang tersebar di 33 provinsi dimana persentase
perempuan sebagai pengusaha sebesar 43,75 persen dan
laki-laki sebesar 56,25 persen.
B. Peningkatan Kesejahteraan Perempuan
	 Sebagaimana kita ketahui penanggulangan
kemiskinan perempuan dan anak merupakan masalah
sangatseriusdimanajikamelihatdataProgramPerlindungan
Sosial (PPLS) 2011 menunjukkan, dari sebanyak 1.230.042
rumah tangga berstatus kesejahteraan 10% terendah di
Jawa Timur, 12,4% atau sebanyak 152.343 di antaranya
adalah rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan.
Sebanyak 22.858 orang atau 15% di antaranya hidup
sebatang kara, sedangkansisanyasebanyak129.485kepala
rumah tangga perempuan memikul beban tanggung
jawab atas kehidupan anggota rumah tangga sebanyak
368.919 jiwa. Kecuali itu, dari data yang sama menunjukkan
28 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
terdapat 5.174.675 orang yang tergolong ke dalam status
kesejahteraan 10% terendah di Jawa Timur,di mana hampir
separo di antaranya, 49,7% atau sebanyak 2.575.416 adalah
perempuan.
Dapat dikatakan bahwa kemiskinan yang melanda
kaum perempuan memberi dampak kerusakan serius bagi
perkembangan generasi, antara lain meningkatnyajumlah
penderita gizi buruk di kalangan anak-anak, hilangnya
akses anak-anaknya terhadap pelayanan pendidikan, dan
juga kesehatan, tidak terpenuhinya kebutuhan akan air
bersih dan sanitasi, dan sebagainya, yang pada akhirnya
kemiskinan perempuan akan berimbas pada kemiskinan
anak atau child poverty, dan bukan mustahil akan
terlestarikan dari generasi ke generasi. Dengan kata lain,
feminization of poverty akan berjalan seiring dengan
juvenilisationofpoverty, kemiskinan yang semakin berwajah
muda.
Oleh karena itu pencegahan dan penanggulangan
feminisasi kemiskinan merupakan upaya yang harus
dilakukan, bukan hanya untuk menyelamatkan perempuan
dari kemiskinan, tetapi juga menyelamatkan generasi baru
dari cengkeraman kemiskinan.
Dalam hal ketidakberdayaan perempuan dalam
mengatasi kesulitan ekonominya sebenarnya mereka
sudah berusaha secara maksimal untuk menghadapinya
dengan merintis usaha dalam skala kecil namun seringkali
mengalami kesulitan dalam hal permodalan untuk memulai
usahanya.
29BAB 2 | Kemiskinan Dan Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Perempuan
Kemudahan memperoleh akses keuangan
merupakan salah satu persyaratan yang dapat membantu
pelaku usaha perempuan tersebut. Namun, fakta di
lapangan menunjukkan bahwa masih banyak pelaku usaha
perempuan yang kesulitan dalam memperoleh akses
keuangan terutama kepada lembaga keuangan perbankan.
Kesulitan memperoleh akses keuangan disebabkan
oleh dua hal yaitu, pertama dari sisi lembaga keuangan
perbankan dan kedua dari sisi individu masyarakat (pelaku
usaha perempuan) yang akan memanfaatkan jasa lembaga
keuangan terutama dalam bentuk pinjaman usaha.
Dari sisi lembaga keuangan, pelaku usaha
perempuan kesulitan memperoleh akses keuangan karena
lembaga keuangan umumnya menerapkan persyaratan
yang ketat dalam memberikan pinjaman. Persyaratan
tersebut mencakup:
1.	 Persyaratan kapasitas, ditunjukkan dengan catatan
usaha yang sudah berjalan selama durasi tertentu;
2.	 Persyaratan jaminan, baik jaminan pokok, dan
khususnya jaminan tambahan;
3.	 Persyaratan penyertaan modal sendiri.
Lembaga keuangan, khususnya perbankan, menerapkan
persyaratan yang ketat dan berhati-hati mengingat dana
yang disalurkan untuk kredit adalah dana yang berasal dari
pihak ketiga (deposan). Salah satu bentuk kehati-hatian
bank dalam penyaluran kredit adalah penggunaan kriteria
5C yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition
dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit.
30 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
Dari sisi individu masyarakat, kesulitan dalam
memperoleh akses keuangan karena pelaku usaha
perempuan pada umumnya kesulitan untuk memenuhi
persyaratan yang diberikan oleh lembaga keuangan
perbankan antara lain belum memiliki usaha yang
berkesinambungan, belum memiliki laporan keuangan
yang standar, serta tidak memiliki agunan yang mencukupi.
Dalam hal perempuan dan kemiskinan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur terus berupaya mencari solusi agar
dapat menekan angka kemiskinan melalui perberdayaan
perempuan. Seperti diketahui data BPS Jawa Timur per
September 2015 mencatat hingga Triwulan I jumlah
penduduk miskin di Jawa Timur mencapai lebih dari 4,7
juta jiwa atau sekitar 12,3 persen dari total penduduk Jawa
Timur, oleh karena itu menurut Herwanto selaku Kepala
Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Pemprov Jatim bahwa salah satu upaya untuk menekan
kemiskinan tersebut yakni dengan memberdayakan
perempuan di Jawa Timur. 
“Bagaimana upaya pemerintah Jawa Timur untuk
menanggulangi kemiskinan. Kami komitmen
mengajak kaum perempuan agar angka kemiskinan
ini cepat turun. Sebab kita memandang perempuan
ini pemegang atau pelaku ekonomi yang tangguh,”
kata Herwanto kepada Republika.co.id.
Dengan memberdayakan usaha perempuan
yang ditunjang oleh lembaga keuangan non bank
ataupun beberapa program  yang digagas Pemprov Jatim
seperti Program Jalur Matra maupun Pemberdayaan
31BAB 2 | Kemiskinan Dan Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Perempuan
dan Pengembangan Perempuan Ekonomi Lokal (P3EL),
Feminimisme, serta Koperasi dan UKM diharapkan
perempuan mampu mendongkrak perekonomian di Jawa
Timur lebih baik lagi.
Tak hanya itu, kaum perempuanpun diberikan
pelatihan untuk mengelola bisnis dan usahanya. Sekitar
enam ratus perempuan yang memiliki UKM diberikan
pelatihan manajemen bisnis dan usaha, dengan harapan
adanya pemerataan ekonomi di setiap kabupaten dan kota
di Jawa Timur.
32 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
33BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur
BAB III
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
PEREMPUAN DI JAWA TIMUR
	 Pada bagian ini diuraikan mengenai beberapa
program yang dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat,
pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten
dalam pengembangan usaha perempuan dengan tujuan
untuk menanggulangi kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan perempuan di Kabupaten Sampang dan
Kabupaten Bojonegoro sesuai dengan amanat yang
telah digariskan dalam dokumen kebijakan tentang
pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender dalam
RPJMN maupun RPJMD.
A.	Pengembangan Usaha Perempuan di Kabupaten
Sampang
1.	Permodalan Usaha Rumah Tangga Miskin melalui
UPK di Kabupaten Sampang
Berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat
maupun rumah tangga miskin terutama di Kabupaten
Sampang ada beberapa program baik yang berasal
dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Timur
maupun Pemerintah Kabupaten Sampang yang bertujuan
untuk penanggulangan kemiskinan diantaranya adalah
34 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
terbentuknya lembaga keuangan yang merupakan produk
dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM),
dimana program ini berakhir pada tahun 2014.
PNPM merupakanprogrambantuandaripemerintah
pusat kepada pemerintah daerah, dimana bantuan ini oleh
pemerintah daerah ditujukan kepada kecamatan yang
wilayahnya memiliki jumlah masyarakat miskin yang cukup
banyak.
Bantuan yang diberikan berupa dana hibah dari
pemerintah untuk kegiatan fisik atau sarana prasarana dan
kegiatan ekonomi yang dananya akan kembali kepada UPK
(Unit Pengelola Kegiatan).
Dana tersebut diperuntukkan untuk kelangsungan
hidup UPK, perputaran kembali pinjaman bagi masyarakat
dan apabila sisa hasil usaha perputaran jasa pinjaman UPK
mencukupi dapat digunakan untuk membiayai kegiatan
sarana prasarana.
Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam
kegiatan PNPM diantaranya kegiatan Simpan Pinjam
Khusus Perempuan (SPP) artinya kegiatan ini hanyalah
diperuntukkan kaum perempuan saja.
Dengan memberi kesempatan bagi perempuan
berpartisipasi menerima bantuan dari PNPM, sekaligus
membantu memperkuat kelembagaan kegiatan kaum
perempuan dan mendorong pengurangan rumah tangga
miskin.
Disamping itu ada juga kegiatan Usaha Ekonomi
Produktif yang tujuannya mengembangkan potensi
35BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur
pelaku kegiatan UEP di pedesaan dengan meningkatkan
kualitas teknologi produksi, meningkatkan kapasitas
dalam penggunaan teknologi tepat guna hingga memberi
kemudahan akses informasi pasar.
UPK sendiri adalah mitra kerja atau yang membantu
mewadahi keinginan masyarakat yang berharap bantuan
dari PNPM, disetiap wilayah kecamatan yang memperoleh
bantuan PNPM umumnya terdapat UPK yang juga
didampingi Fasilitator Kecamatan.
Pada Kabupaten Sampang masih terdapat asset
kurang lebih 12 milyar rupiah yang dimiliki oleh UPK di
Kabupaten Sampang dan dengan berakhirnya PNPM
disamping itu masih belum adanya payung hukum atau
regulasi yang mengatur maka yang dapat dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten Sampang hanya pembinaan
terhadap UPK tersebut.
Saat ini pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
oleh Bapemas Kabupaten Sampang untuk menanggulangi
kemiskinan yang ditujukan untuk perempuan diantaranya
adalah diadakannya berbagai pelatihan yang dapat
menunjang usaha perempuan, misalnya pelatihan
membatik maupun menjahit mulai dari proses produksi
sampai pemasarannya, mengingat masih banyaknya
perempuan di Kabupaten Sampang terutama yang berada
di perdesaan mempunyai SDM yang rendah sehingga
membutuhkan peningkatan kapasitas SDM terutama kaum
perempuan maka pembinaan maupun pelatihan masih
sangat dibutuhkan dengan harapan kaum perempuan
di Kabupaten Sampang yang kurang mampu akan lebih
36 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
berdaya.
2.	Pemberdayaan UKM melalui Lembaga Keuangan
Mikro di Kabupaten Sampang
Upaya Pemerintah Kabupaten Sampang dalam
meretas problem akses permodalan masyarakat lapisan
bawah, menjadi bukti kesungguhannya.
Kemudahan akses modal antara lain diberikan
kepada pelaku usaha yang baru lulus dari perguruan tinggi
(fresh graduated) dan masih merintis usahanya melalui
Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sampang, program
perkuatan kredit dana bergulir dikemas menjadi stimulan
berwirausahabagimasyarakatakanyangtidakdikhususkan
pada usaha perempuan namun dalam kenyataannya
pelaku usaha dimaksud lebih banyak dilakukan oleh para
wirausaha perempuan di bidang makanan, batik maupun
konveksi.
Beragamrintisanusahabarupunmunculbersamaan
dengan dijalankannya program yang bersumber dari
alokasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)
Kabupaten Sampang.
Salah satu terobosan daerah ini adalah memodifikasi
persyaratan kredit bagi usaha mikro. Semula, kredit yang
disalurkan tanpa agunan justru memicu persepsi keliru di
masyarakat. Dana yang seharusnya bisa digulirkan kepada
pelaku usaha lain, malah dianggap hibah yang tidak perlu
dikembalikan. Akibatnya, dana itu pun macet di tengah
jalan.
37BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur
Kondisi tersebut memicu ide untuk menjadikan
garansi personal sebagai semacam agunan, dimana pelaku
usaha mikro mendapatkan kemudahan untuk mengakses
bantuan permodalan meski belum memiliki badan hukum
dan kelengkapan administratif lainnya, “garansi personal”
bisa didapatkan dari pegawai negeri sipil atau kepala desa
setempat.
Untuk memastikan validitas pemohon kredit,
pemkab melakukan restrukturisasi tim survei dengan
melibatkan Bagian Perekonomian, Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Pertambangan Kabupaten Sampang,
unsurperbankan(BankJatimdanBPRBaktiArthaSejahtera),
dan bidang-bidang di lingkup Dinkop UKM Kabupaten
Sampang dengan maksud agar hasil survei lebih objektif
dan akuntabel. Standar operasional prosedur penyaluran
kredit pun dibuat lebih sederhana dan mudah diakses.
Dalam hal menjembatani UMKM dengan Dinkop
UKM, Pemerintah Kabupaten Sampang menempatkan
tenaga konsultan bisnis (TKB) di setiap kecamatan.
Tugas TKB antara lain mendampingi proses penyusunan
proposal kredit sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh perbankan. Juga memberikan konsultasi terkait aspek
produksi,manajemen,pemasaran,danpermodalan.Sekilas,
program ini tidak jauh beda dengan upaya yang dilakukan
daerah lain.
Cikal bakal keberadaan TKB berawal dari
program  Business Development Service  (BDS) pada 2001.
Setelah berjalan lima tahun yaitu pada tahun 2006, BDS
mengembangkan pilot project  yang pada gilirannya
38 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
berkembang menjadi TKB di enam titik (kecamatan).
Pada tahun 2009 Pemerintah Kabupaten Sampang
memperluas cakupan program sekaligus merekrut
tenaga  fresh graduated  untuk menjadi TKB, Kompentensi
dasar yang disyaratkan bagi personel TKB adalah lulusan
(minimal) diploma tiga (D-3), memiliki keterampilan dasar
sebagai konsultan, serta memiliki kemauan kuat dalam
melakukan pendampingan. Personel TKB yang terpilih
kemudian mengikuti  upgrading  untuk pembekalan
sebelum diterjunkan ke lapangan.
Setiap TKB ditugaskan untuk memberikan
pelayanan konsultasi dan pendampingan pada satu wilayah
kecamatan. Untuk memaksimalkan fungsi dan perannya,
setiap TKB diwajibkan mendampingi sedikitnya 10 UMKM.
Pada Kabupaten Sampang rata-rata terdapat 20 UMKM
dan wira usaha baru (WUB) di setiap kecamatan, khusus
untuk WUB, syarat pengajuan kredit bisa dilakukan dengan
menjaminkan ijazah.
Kendati telah melewati tahap upgrading, personel
TKB tetap harus beradaptasi dengan beragam tantangan
di lapangan. Anggapan keliru yang menyamakan dana
bergulir dengan hibah, masih cukup melekat di benak
masyarakat, namun berkat keuletan dan ketekunan
personel TKB, persepsi keliru itu perlahan mulai diluruskan.
Pendampingan yang dilakukan oleh TKB secara berkala
terbukti efektif dalam membentuk kemandirian dan
membangun kesadaran pelaku UMKM.
39BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur
Menurut data dari Dinas Koperasi dan UMKM
Kabupaten Sampang, hasil progam tersebut antara lain,
dapat dilihat dari statistik jumlah UMKM yang memperoleh
fasilitas akses permodalan pada 2011-2012. Meski
jumlahnyamenurundari186menjadi151UMKM,danayang
tersalurkan justru meningkat dari Rp 2,7 miliar pada tahun
2011 menjadi Rp 3,067 miliar 2012. Persentase tunggakan
juga turun dari 1,7% menjadi 1,1%.
3.	Pengembangan Wira Usaha Baru Perempuan
Menjadi Kopwan di Kabupaten Sampang
Program pemberdayaan usaha perempuan yang
telah dilaksanakan di Kabupaten Sampang pada tahun 2015
diantaranya adalah melakukan pembinaan dan pelatihan
manajemen pengelolaan usaha pada sentra makanan
maupun batik sedangkan untuk Koperasi Wanita dilakukan
pembinaan dalam hal pengelolaan administrasi keuangan
terhadap 186 Koperasi Wanita.
Dalam hal dukungan finansial terdapat pinjaman
melalui program koordinasi penggunaan dana pemerintah
yaitu dana bergulir dan untuk mendorong para pelaku
usaha perempuan agar konsisten dalam hal pembayaran
pinjaman dimana sebelum tahun 2016 masih diberlakukan
pinjamantanpajaminanmakamulaitahun2016diharuskan
ada jaminan untuk mendapatkan pinjaman, dalam hal
pembinaan bagi UKM disediakan juga tenaga konsultan
bisnis (TKB) yanga berada di kecamatan yang berjumlah 15
orang.
40 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
Adapun pelaku usaha perempuan yang banyak
mendapat dana bergulir dimaksud diantaranya usaha
perempuandibidangpertokoan,pertaniandanpeternakan.
Sebagai contoh data yang diperoleh dari dokumen
RKPD Dinkop dan UKM Kabupaten Sampang Tahun 2015,
menyatakan bahwa sasaran ketiga yaitu ”Meningkatnya
Jumlah BPR / LKM (BPR/LKM aktif)”.
Capaian sasaran tersebut dilaksanakan dengan
program Program Utama Pemberdayaan Usaha Skala
Mikro, perhitungan capaian dapat digambarkan bahwa
indikator pertama yang diukur adalah jumlah BPR/LKM
(Kelompok) aktif target RPJM 8 LKM terealisasi 10 LKM
melebihi target RPJM atau mencapai (125,00%) sedangkan
Jumlah keseluruhan dari 35 LKM yang aktif ada 10 LKM
atau mencapai (28,57) rata-rata prosentase capaian sasaran
(125,00%) dengan memperoleh predikat sangat baik.
Namun demikian meskipun indikator diatas rata-
rata 90% tapi masih perlu mendapat perhatian yang lebih
untuk upaya penyempurnaan akan menjadi perhatian
guna perencanaan dan perbaikan kinerja di masa
mendatang. Sedangkan sedangkan untuk mencapai tujuan
dan sasaran kebijakan diperlukan penguatan ekonomi
rakyat/masyarakat yang berbasis potensi lokal melalui
pengembangansentraindustrikecil/UMKMdengansasaran
meningkatnya jumlah BPR/LKM aktif.
Strategi Program yang digunakan adalah Program
Utama Pemberdayaan Usaha Skala Mikro dengan tujuan
dan sasaran kebijakan memberdayakan LKM sebagai akses
41BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur
permodalan masyarakat, sedangkan untuk perhitungan
capaian dapat digambarkan sebagai berikut :
1.	 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil
Indikator Jumlah Usaha Mikro Kecil dan menengah
Non BPR merupakan parameter untuk mengetahui
peningkatan ekonomi Kabupaten Sampang dari tahun
berjalan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan
survey yang dilakukan oleh Dinas koperasi dan
UKM Kabupaten Sampang pada tahun 2014 jumlah
UMKM sebanyak 27.130, sedangkan pada tahun 2015
bertambah sebesar 280 UMKM dengan jumlah total
27.410UMKMataumencapai(98,98%)didasarkanpada
pemberian pelatihan pada para usaha pemula yang
telah diberikan pemberdayaan bimbingan, pelatihan
juga fasilitasi kemudahan prasarana usaha bagi usaha
mikro kecil menengah. Sehingga memberi tambahan
geliat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sampang
semakinmembaikdantentunyaakanmenyeraptenaga
kerja untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
Kabupaten Sampang. Indikator tersebut memperoleh
katagori baik.
Indikator pertama yang diukur adalah jumlah Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah target 27,335 Usaha
Mikro Kecil (UMK) teralisasi 27.108 Usaha Mikro Kecil
(UMK) atau mencapai (99.17%), sedangkan Jumlah
Keseluruhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
target RPJM 27.405 UMKM terealisasi 27.410 Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melebihi target
RPJM atau mencapai (100.02%)
42 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
2.	 Indikator kedua adalah jumlah pertumbuhan minat
wira usaha baru dengan target 750 WUB terealisasi
970 atau mencapai (129.33%) sedangkan target 2014
jumlahWUBada500terealisasi760WUBataumencapai
(152.00%) jadi ada peningkatan 260 WUB.
Dari 2 (dua) indikator tersebut rata-rata prosentase capaian
sasaran (98,06%) memperoleh katagori baik.
Pada Program Utama Pemberdayaan Usaha Skala
Mikro dengan kegiatan pemberdayaan lembaga keuangan
mikro (LKM) dan sentra. Permasalahannya adalah terjadi
pada belanja perjalanan dinas luar Ke OJK di Provinsi
dalam rangka Sosialisasi dan pengurusan badan hukum
LKM tidak terlaksana karena LKM kurang memenuhi
syarat dan belanja cetak untuk buku organisasi dan usaha
LKM terealisasi 28 buku dari target 36, solusinya adalah
melakukan maping terhadap Pemberdayaan LKM sentra
sebagai embrio terbentuknya koperasi baru dan sebagai
LKM yang berorentasi kepada OJK sesuai dengan UU No 1
tahun 2013 tentang OJK.
	 Apabila diamati capaian kinerja Dinkop dan UKM
dalam rangka mengembangkan LKM yang ditujukan untuk
menunjang wira usaha baru dapat dikatakan bahwa upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sampang
sudah cukup baik namun wira usaha baru tersebut masih
belum bersifat khusus yang diperuntukan bagi usaha
perempuan mengingat perempuan mempunyai tingkat
kerentanan yang cukup tinggi untuk masalah kemiskinan.
43BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur
4.	Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi
Kemiskinan di Kabupaten Sampang
	 Pemerintah Kabupaten Sampang merupakan
salah satu kabupaten yang menjadi sasaran program Jalin
Matra Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan (PFK) yang
merupakan satu program inovasi pengentasan kemiskinan
yang berasal dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Pelaksanaan program Jalin Matra di Kabupaten
Sampang pada tahun 2015 terdapat 42 desa penermima
bantuan yang tersebar di 8 Kecamatan,   antara lain
Sampang,Torjun, Pengarengan, Sreseh, Camplong, Omben,
Sokobanah, dan Kecamatan Banyuates. Bantuan akan
disalurkan ke kelompok yang terdiri dari 10 sampai dengan
20 orang dimana penerimanya diberikan berdasarkan by
name by addres. Sedangkan bantuannya, berupa bantuan
modal usaha seperti bantuan hewan ternak kambing,
bantuan peralatan untuk usaha perdagangan maupun
usaha konveksi. Dari jumlah total 42 desa tersebut, tercatat
ada 1.592 penerima, setiap penerima dianggarkan sebesar
Rp. 2,5 juta, sehingga total dana yang dikucurkan oleh
pemerintah Provinsi Jawa Timur di Kabupaten Sampang
sekitar Rp. 4,9 miliar.
Dalam pelaksanaannya tidak ada sanksi khusus
apabila penerima bantuan penerima bantuan Jalin Matra
tersebut gagal gagal dalam usahanya, namun penerima
yang gagal menjalankan usahanya tidak akan didaftar
kembali sebagai penerima manfaat di tahun berikutnya.
44 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
Program Jalin Matra PFK pada tahun 2016 yang
dilaksanakan di Kabupaten Sampang ditujukan kepada
508 Kepala RumahTangga Perempuan (KRTP) di Kecamatan
Omben, di 10 desa, yakni Desa Kebun Sareh, Karang
Nengger, Gersempal, Meteng, Madulang, Kamondung,
Tambak, Jrangoan, Angsokah, dan Desa Rongdalem.
Sementara kegiatan Bantuan RTSM, dialokasikan kepada
208 RTSM di dua desa, dan di empat desa untuk kegiatan
PK2. Program Jalin Matra PFK dilaksanakan melalui :
1.	 Fasilitasi pengembangan Usaha Produktif KRTP
2.	 Fasilitasi penguatan modal sosial KRTP melalui
penguatan kelompok yang ditumbuhkan dari
kesadaran partisipatoris,
3.	 Pengembangan jejaring usaha, baik disektor hulu, hilir
maupun fasilitasi permodalan dan pengembangan
kapasitas sumber daya manusia KRTP.
B.	Pengembangan Usaha Perempuan di Kabupaten
Bojonegoro
1.	Permodalan Usaha Rumah Tangga Miskin melalui
UPK di Kabupaten Bojonegoro
	 Kabupaten Bojonegoro masih terdapat sekitar 136
UPK (Unit Pengelola Kegiatan) yang lahir dari Program
NasionalPemberdayanMasyarakatyaitulembagapengelola
kegiatan ekonomi masyarakat milik desa/kelurahan, dan
dikelola secara otonom oleh masyarakat namun belum
dikhususkan untuk perempuan.
45BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur
Saat ini aset UPK yang ada di seluruh kecamatan
se-Kabupaten Bojonegoro mencapai Rp 120 miliar, tetapi
belum ada regulasi yang jelas setelah Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) selesai diakhir tahun
2014 dimana UPK tersebut rencana selanjutnya akan
dikembangkan menjadi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
yang bisa saja diprioritaskan untuk usaha perempuan
mengingat banyaknya kendala atau hambatan dalam
pengembangan usaha perempuan diantaranya:
1.	 Lemahnya akses permodalan untuk pengembangan
usaha.
2.	 Keterbatasan waktu karena perempuan masih harus
mengurusi pekerjaan rumah tangga.
3.	 Masih rendahnya SDM perempuan di desa.
UPK dibentuk melalui musyawarah desa/kelurahan,
dan ditetapkan dengan peraturan desa sedangkan untuk
kelurahan, ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati/
Walikota. Apabila di desa/kelurahan sudah terdapat
lembaga ekonomi milik pemerintah desa/kelurahan sejenis
UPK, maka sepanjang lembaga tersebut fungsional, tidak
bermasalah dan disepakati dalam musyawarah, maka
dapat difungsikan sebagai UPK yang mempunyai visi
mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa/kelurahan
melalui pengembangan usaha ekonomi dan pelayanan
sosial.
Sedangkan misinya adalah
1.	 meningkatkan pendapatan masyarakat dan
mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin
46 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
(RTM) dengan cara menggerakkan perekonomian
perdesaan melalui pemberian pelayanan di bidang
keuangan dan pelayanan sosial.
2.	 Pengembangan usaha ekonomi melalui usaha simpan
pinjam dan usaha kemitraan.
3.	 Pengembangan layanan sosial melalui sistem
keterjaminan sosial bagi rumah tangga miskin.
4.	 Pengembangan infrastruktur dasar perdesaan yang
mendukung perekonomian.
5.	 Mengembangkan jaringan kerjasama ekonomi dengan
berbagai pihak.
Selama ini Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintahan Desa Kabupaten Bojonegoro masih
melakukan pembinaan maupun pelatihan kepada pelaku
UPK untuk meningkatkan sumberdaya manusia karena
mereka mempunyai semangat yang tinggi untuk tetap
mengembangkan UPK tersebut dan harapannya UPK
tersebut ada keberlanjutan misalnya dikembangkan
menjadi BUMdes dengan alasan bahwa organisasi ekonomi
perdesaanmenjadibagianpentingsekaligusmasihmenjadi
titik lemah dalam rangka mendukung penguatan ekonomi
perdesaan.
Oleh Karen itu diperlukan upaya sistematis untuk
mendorong organisasi ini agar mampu mengelola aset
ekonomi strategis di desa sekaligus mengembangkan
jaringan ekonomi demi meningkatkan daya saing ekonomi
perdesaan.
47BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur
BUMDes pada dasarnya merupakan bentuk
konsolidasi atau penguatan terhadap lembaga-lembaga
ekonomi desa. Beberapa agenda yang bisa dilakukan
antara lain: (i) pengembangan kemampuan SDM sehingga
mampu memberikan nilai tambah dalam pengelolaan
aset ekonomi desa, (ii) mengintegrasikan produk-
produk ekonomi perdesaan sehingga memiliki posisi
nilai tawar baik dalam jaringan pasar, (iii) mewujudkan
skala ekonomi kompetitif terhadap usaha ekonomi yang
dikembangkan, (iv) menguatkan kelembagaan ekonomi
desa, (v) mengembangkan unsur pendukung seperti
perkreditan mikro, informasi pasar, dukungan teknologi dan
manajemen, prasarana ekonomi dan jaringan komunikasi
maupun dukungan pembinaan dan regulasi.
 	 BUMDes merupakan instrumen pendayagunaan
ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi.
Pendayagunaan potensi ini terutama bertujuan untuk
peningkatan kesejahteran ekonomi warga desa melalui
pengembangan usaha ekonomi mereka.
Disamping itu, keberadaan BUMDes juga
memberikan sumbangan bagi peningkatan sumber
pendapatan asli desa yang memungkinkan desa
mampu melaksanakan pembangunan dan peningkatan
kesejahteraan rakyat secara optimal.
Dalam rangka membangkitkan ekonomi perdesaan
danpengentasankemiskinanmelaluiProgramGerdu-Taskin
Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengembangkan
UPK yang terbukti secara signifikan sebagai lembaga dana
dankeuanganperdesaan.UPKdipersiapkansebagaiembrio
48 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
BUMDes yang berfungsi sebagai pusat pengembangan
ekonomi perdesaan dimana pembentukan BUMDes
merupakan realisasi tindak lanjut pengembangan UPK.
2.	 Pengembangan Usaha Perempuan melalui Kopwan
di Kabupaten Bojonegoro
	 Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bojonegoro
mempunyai peran yang cukup memadai dalam
pengembangan usaha perempuan di Kabupaten
Bojonegoro melalui pengembangan Kopwan.
Pada tahun 2010 sampai 2013 Pemerintah Provinsi
Jawa Timur melaksanakan program bantuan sosial
kepada keluarga perempuan yang dimaksudkan untuk
pertumbuhan ekonomi di perdesaan yang selanjutnya dari
kelompok-kelompok masyarakat tersebut dikembangkan
menjadiKopwandimanaterbentuk430kopwanpadatahun
2009 sampai 2010, masing-masing kopwan mendapatkan
Rp. 25 juta yang kemudian Kopwan yang sudah terbentuk
tersebut dalam perkembangannya ada yang kinerjanya
bagus, kurang bagus maupun stagnan.
Kopwan yang kinerjanya bagus berjumlah sekitar
140 Kopwan dan telah mendapatkan bantuan yang kedua,
adapun penilainnya dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi
adapun laporan hasil penilaiannya diserahkan kepada
Pemerintah Provinsi JawaTimur dari hasil penilaian tersebut
terdapat Kopwan yang mendapatkan bantuan sampai
4 putaran yaitu mendapatkan Rp. 200 juta yang dalam
perkembangannya jenis usaha Kopwan tersebut ada yang
49BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur
berbentukpertokoaan,usahabutik,salonmaupunkonveksi,
namun ada juga yang khusus usaha simpan pinjam.
Kendala yang dijumpai pada pengembangan
Kopwan terutama yang berada di desa yang jauh dari ibu
kota kabupaten diantaranya adalah masalah sumberdaya
manusia yang rendah. Dalam hal ini Dinas Koperasi dan
UKM Kabupaten Bojonegoro telah melakukan bimtek
maupun pelatihan diantaranya pelatihan penyusunan
administrasi keuangan. Disamping itu masalah sulitnya
akses permodalan bagi Kopwan, adapun strategi yang
digunakan adalah menggali permodalan dari dalam
Kopwan itu sendiri melalui peningkatan simpanan wajib,
simpanan pokok maupun simpanan pokok maupun
dengan peningkatan terhadap pelaksanaan sistem
tanggung renteng. Permasalahan yang sering dijumpai
pada Kopwan diantaranya adalah beberapa anggota
Kopwan yang mengajukan pinjaman digunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan yang bersifat konsumtif, dimana hal
ini perlu adanya peningkatan kesadaran kepada anggota
Kopwan agar tidak menggunakan hasil pinjamannya untuk
kebutuhan yang sifatnya konsumtif.
3.	 Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi
Kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro
	 Kabupaten Bojonegoro adalah salah satu daerah
yang mendapatkan program Jalin Matra dari Pemerintah
Provinsi Jawa Timur dengan dukungan pendampingan
dan pengalokasian dana program Jalin Matra Provinsi
50 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
Jawa Timur yang dilaksanakan tahun 2015 sampai 2018
berdasarkan MoU yang dilakukan antara Gubernur Jawa
Timur dan Bupati Bojonegoro. Program Jalin Matra PFK
di Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2014 sebagai pilot
project dilaksanakan pada 6 desa yang terdapat di 3
Kecamatan, pada tahun 2015 dilaksanakan di 8 desa pada 4
kecamatan.
Menurut petunjuk pelaksanaan Program Jalin Matra
PFK Kabupaten Bojonegoro kondisi permasalahan dan
kemiskinan yang dihadapi rumah tangga dengan kepala
rumah tangga perempuan secara umum lebih kronis
dibanding dengan kepala rumah tangga laki-laki. KRPT
tidak hanya mengalami permasalahan di sektor ekonomi,
tetapi juga problematika psikologis, sosial dan budaya.
Kebutuhan untuk mendapatkan jalan keluar dari
perangkap kemiskinan tidak cukup melalui fasilitasi akses
ekonomi, tetapi memerlukan dukungan interaksi secara
intensif dari figur yang secara keseharian sudah dikenal,
dinilai mampu memberikan perlindungan, berkelanjutan,
serta memiliki legitimasi sosial. Figur tersebut yang
selanjutnya menjadi “mother care” atau laiknya sebagai
sosok ibu/orang tua yang memiliki kepedulian yang tinggi,
menjadi simpul interaksi dan berbagi antar KRTP sehingga
akan memupuk harapan serta semangat untuk berjuang
bersama-sama dalam upaya keluar dari kemiskinan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
Berdasarkan kondisi tersebut, Kader dari Tim
Penggerak PKK adalah figur yang tepat untuk berposisi
sebagai “mother care” bagi KRTP. Gerakan PKK merupakan
51BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur
gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang
tumbuh dari bawah, yang pengelolaannya dari, oleh dan
untuk masyarakat.
Jejaring PKK dapat menjangkau kepada keluarga-
keluargasecaralangsung,karenatelahterbentukkelompok-
kelompok PKK RW, RT dan kelompok DasaWisma. Sehingga
melalui optimalisasi TP-PKK dalam Program Jalin Matra
Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan (PFK) diharapkan
dapat benar-benar secara riel memecahkan permasalahan
kemiskinan yang berwajah perempuan ditingkat keluarga.
Atas dasar permasalahan tersebut, Pemerintah
Kabupaten Bojonegoro sangat mendukung Program Jalin
Matra Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan (PFK) yang
dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dengan
membiayai program tersebut melalui APBD Kabupaten
Bojonegoro atau yang biasa kita sebut Program Jalin Matra
PFK Pola Mandiri (Matching Grant).
Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi
Kemiskinan (PFK) ini dirancang untuk menangani
kemiskinan perempuan, terutama bagi rumah tangga yang
Kepala Rumah Tangga Perempuan (KRTP). Program ini tidak
hanya sebagai upaya jangka pendek untuk memberikan
bantuan kepada KRTP, tetapi terlebih daripada itu adalah
sebagai program yang berkelanjutan dalam rangka untuk
mengantisipasi adanya perangkap kemiskinan pada
KRTP. Sehingga cita-cita untuk mewujudkan masyarakat
Bojonegoro yang sehat, cerdas dan produktif secara
bertahap dapat terwujud.
52 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
53BAB 4 | Inventarisasi Problematika Dan Langkah Strategis
BAB IV
INVENTARISASI PROLEMATIKA &
LANGKAH STRATEGIS
A. Inventarisasi Problematika Lembaga Keuangan
Non Bank bagi Usaha Perempuan
Pada dasarnya kondisi lembaga keuangan non bank
bagi usaha perempuan pada dua kabupaten di Jawa Timur
tersebut didominasi oleh koperasi wanita yang diinisiasi
oleh pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten
yang dalam kenyataannya masih terdapat beberapa
koperasi wanita yang tidak aktif maupun stagnan yang
disebabkan karena permasalahan SDM pelaku koperasi
wanita yang relatif masih rendah terutama terjadi pada
koperasi wanita yang terdapat di perdesaan yang jauh dari
pusat kota disamping itu masalah permodalan dan masih
ketergantungannya pada pemerintah.
Dalam hal kuantitas Kabupaten Sampang
mempunyai 186 koperasi wanita sedangkan Kabupaten
Bojonegoro mempunyai 400 koperasi wanita, sedangkan
jika dilihat dari segi kualitas kondisi koperasi wanita pada
kedua kabupaten tersebut kurang dari 50% dalam keadaan
sehat atau baik dari sisi manajemen dan keuangannya.
Terdapat lembaga keuangan non bank bagi usaha
perempuan yang merupakan ex program PNPM yaitu
54 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
Simpan Pinjam Perempuan yang melekat pada Unit
PelaksanaKegiatan(UPK),dimanadalamperkembangannya
setelah program PNPM berakhir maka berhentilah semua
kegiatan simpan pinjam perempuan tersebut padahal
sebenarnya asset yang dimiliki baik berupa gedung dan
modal masih cukup besar.
Disamping lembaga keuangan non bank tersebut
sebenarnya terdapat juga program pemberdayaan
masyarakat dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur yaitu
ProgramJalinMatraPenanggulanganFeminisasiKemiskinan
(PFK) yang memang ditujukan bagi usaha perempuan.
Salahsatuhambatandalamyangdijumpaidalamhal
pengembangan lembaga keuangan non bank bagi usaha
perempuan adalah belum adanya regulasi maupun payung
hukum terutama untuk lembaga yang lahir dari program
pengentasan kemiskinan yang telah berakhir, sehingga
walaupun mempunyai asset yang cukup besar namun tidak
bisa melakukan kegiatan yang konkrit bagi pengembangan
usaha perempuan.
B.	Langkah Strategis Pengembangan Lembaga
Keuangan Non Bank bagi Usaha Perempuan
Dari berbagai permasalahan maupun kondisi
lembaga keuangan non bank bagi usaha perempuan di
Jawa Timur diharapkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur
maupun Pemerintah Kabupaten meningkatkan anggaran
bagi permodalan tidak hanya kepada koperasi wanita
yang dinilai sehat namun juga untuk koperasi wanita yang
55BAB 4 | Inventarisasi Problematika Dan Langkah Strategis
tidak sehat dengan diberikan pendampingan maupun
pengawasan yang lebih intensif, disamping itu juga
perlu lebih mengintensifkan pelatihan, pembinaan dan
pengawasan maupun pendampingan agar koperasi yang
telah ada dapat terus berkembang dan lebih banyak banyak
menjangkau layanannya bagi usaha perempuan.
Dalam hal pemanfaatan maupun pengembangan
Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) eks-program PNPM maupun
Gerdutaskin yang mempunyai unit usaha Simpan Pinjam
Perempuan, Pemerintah Kabupaten dengan fasilitasi
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam hal ini Badan
Pemberdayaan Perempuan menindaklanjuti permasalahan
terhentinya kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
yang melekat pada Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) yang
masih mempunyai asset cukup besar tersebut dengan
menginformasikan maupun memberikan masukan kepada
Pemerintah Pusat agar segera membuat payung hukum
maupun regulasi untuk menentukan langkah berikutnya
berkaitan dengan pengembangan usaha perempuan.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun
Pemerintah Kabupaten/Kota harus bersinergi mendorong
dan memfasilitasi serta melakukan maping terhadap
Pemberdayaan LKM sentra sebagai embrio terbentuknya
BUMDes maupun koperasi baru dan sebagai LKM agar
berorentasi kepada OJK sesuai dengan UU No 1 tahun 2013
tentang OJK.
BerkaitandengankeberlanjutanprogramJalinMatra
PFK cukup dirasakan manfaatnya bagi pengembangan
usahaperempuanmiskinsehingga PemerintahKabupaten/
56 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
Kota benar-benar mendukung program tersebut sampai
berakhirnya program dan mulai saat ini baik Pemerintah
Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten diharapkan
memfasilitasi kegiatan pasca program dimaksud agar
terdapat keberlanjutan setelah berakhirnya Program Jalin
Matra dengan memfasilitasi maupun mengarahkan agar
terbentuknya koperasi wanita ataupun Badan Usaha Milik
Desa yang khusus ditujukan untuk pengembangan usaha
perempuan.
57Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
DAFTAR
PUSTAKA
Amira, 2012. Membangun E-Learning dengan Learning
Management System Moodle. Jakarta: PT Berkah
Mandiri Globalindo.
Horoepoetri, Arimbi dan Santosa, 2003. Peran Serta
Masyarakat Dalam. Pengelolaan Lingkungan,
Jakarta: Walhi.
Journal of Research on Women and Gender. March. 1. 169
-190.
Kader,R.A.,Mohamad,R.M.,andIbrahim,C.A.2009.Success
Factos for Small Rural Entrepreneurs under the One-
District-One –Industry Programme in Malaysia.
Contemporary Management Research.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun
1988.
Komarudin, 1994. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara
Nurastuti, Wiji, 2011. Teknologi Perbankan, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011.
Panda.N.M, 2000. What brings entrepreneurial success in a
developing region?. Journal of Entrepreneurship.
Panggabean, Riana. 2005. Efektivitas Program Dana Bergulir
Bagi Koperasi dan UKM. Infokop No. 26.
Parker, B.J. 2010. A Conceptual Framework for Developing
the Female Entrepreneurship Literature.
Poerwadarminta, 1995, Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
58 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
Reijonen,H., & Kompulla,R. 2007. Perception of Success and
Its Effect on Small Firm Performance. Journal of Small
Business and Enterprise Development.
Smeru, Kementrian Pemberdayaan Perempuan RI, 2003,
Upaya Penguatan Usaha Mikro Dalam Rangka
Peningkatan Ekonomi Perempuan
Tambunan, T, 2009. Women Entrepreneurship in Asian
Developing Countries: Their Development and
Main Constraints. Journal of Development and
Agricultural Economics.
Tambunan,T. 2012. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di
Indonesia. Isu-isu Penting. Jakarta : Penerbit LP3ES.
Wasistiono, Sadu, 2002. Kapita Selekta Manajemen
Pemerintahan Daerah. Jakarta L: Fokus Media.
http://www.rmol.co/read/2013/10/22/130347/DPP-Iwapi-
Motivasi-
http://wartaekonomi.co.id/berita9636/hipmi-berharap-
porsi-jumlah-wanita-pengusaha-meningkat.html.
59Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
TENTANG
PENULIS
Irwantoro, S.Sos., MSi lahir di
Surabaya, tanggal 20 Mei 1969, lulus
S1 Fakultas Ilmu Adminitrasi Negara
Universitas Brawijaya Malang Tahun
1994 dan lulus S2 Ilmu Administrasi
Publik Universitas WR. Supratman Surabaya Tahun 2011.
Pekerjaan: (1) Peneliti Muda Bidang Kebijakan dan Administrasi
pada Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur
(2) Dosen Luar Biasa FISIP Universitas Pembangunan Nasional
JawaTimur.Diklatyangpernahdiikuti:(1)PelatihanPenelitiandan
Statistik,BadanLitbangProvJatim–LPPMUNAIR,SurabayaTahun
2004 (2) Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Pertama Pusbindiklat
Peneliti LIPI, Bogor Tahun 2009 (3) Bintek Metodologi Penelitian
Mix Methods Badan Litbang Kemendagri, Jakarta Tahun 2010 (4)
Diklat Local Economic Resources Development, BAPPENAS –
RCCP FIA Unibraw, Malang Tahun 2011.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAPPEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
Zakiah dr
 
Paparan-_POSYANDU[1].ppt
Paparan-_POSYANDU[1].pptPaparan-_POSYANDU[1].ppt
Paparan-_POSYANDU[1].ppt
dpmdbusel
 
Materi TENTANG REMBUG DESA, Rembug Stunting Desa, 31 Agustus 2022 (1).pptx
Materi TENTANG REMBUG DESA, Rembug Stunting Desa, 31 Agustus 2022 (1).pptxMateri TENTANG REMBUG DESA, Rembug Stunting Desa, 31 Agustus 2022 (1).pptx
Materi TENTANG REMBUG DESA, Rembug Stunting Desa, 31 Agustus 2022 (1).pptx
hadisulistiyawan
 
Materi pelatihan pengelolaan bumdes juli 2017
Materi pelatihan pengelolaan bumdes juli 2017Materi pelatihan pengelolaan bumdes juli 2017
Materi pelatihan pengelolaan bumdes juli 2017
Menna Ayu AManda
 

Was ist angesagt? (20)

Penggunaan Dana Desa untuk Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting
Penggunaan Dana Desa untuk Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting  Penggunaan Dana Desa untuk Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting
Penggunaan Dana Desa untuk Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting
 
Laporan pelaksanaan program kerja dharma wanita persatuan
Laporan pelaksanaan program kerja dharma wanita persatuan Laporan pelaksanaan program kerja dharma wanita persatuan
Laporan pelaksanaan program kerja dharma wanita persatuan
 
pembinaan PKK kec.ppt
pembinaan PKK kec.pptpembinaan PKK kec.ppt
pembinaan PKK kec.ppt
 
Permenkes No. 3 Tahun 2019 tentang Juknis penggunaan Dana alokasi khusus nonf...
Permenkes No. 3 Tahun 2019 tentang Juknis penggunaan Dana alokasi khusus nonf...Permenkes No. 3 Tahun 2019 tentang Juknis penggunaan Dana alokasi khusus nonf...
Permenkes No. 3 Tahun 2019 tentang Juknis penggunaan Dana alokasi khusus nonf...
 
Arah kebijakan perencanaan pembangunan desa
Arah kebijakan perencanaan pembangunan desa Arah kebijakan perencanaan pembangunan desa
Arah kebijakan perencanaan pembangunan desa
 
Desa Ramah Perempuan dan Desa Peduli Anak | Konperensi Pers 11 Nopember 2020
Desa Ramah Perempuan dan Desa Peduli Anak | Konperensi Pers 11 Nopember 2020Desa Ramah Perempuan dan Desa Peduli Anak | Konperensi Pers 11 Nopember 2020
Desa Ramah Perempuan dan Desa Peduli Anak | Konperensi Pers 11 Nopember 2020
 
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAPPEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
 
REMBUK STUNTING DESA (1).pptx
REMBUK STUNTING DESA (1).pptxREMBUK STUNTING DESA (1).pptx
REMBUK STUNTING DESA (1).pptx
 
Paparan-_POSYANDU[1].ppt
Paparan-_POSYANDU[1].pptPaparan-_POSYANDU[1].ppt
Paparan-_POSYANDU[1].ppt
 
Contoh sk perangkat desa
Contoh sk perangkat desaContoh sk perangkat desa
Contoh sk perangkat desa
 
Poskestren
PoskestrenPoskestren
Poskestren
 
Permohonan pembukaan rekening
Permohonan pembukaan rekeningPermohonan pembukaan rekening
Permohonan pembukaan rekening
 
Gender, Pengarusutamaan Gender Dan Perencanaan Penganggaran Responsif Gender ...
Gender, Pengarusutamaan Gender Dan Perencanaan Penganggaran Responsif Gender ...Gender, Pengarusutamaan Gender Dan Perencanaan Penganggaran Responsif Gender ...
Gender, Pengarusutamaan Gender Dan Perencanaan Penganggaran Responsif Gender ...
 
Materi TENTANG REMBUG DESA, Rembug Stunting Desa, 31 Agustus 2022 (1).pptx
Materi TENTANG REMBUG DESA, Rembug Stunting Desa, 31 Agustus 2022 (1).pptxMateri TENTANG REMBUG DESA, Rembug Stunting Desa, 31 Agustus 2022 (1).pptx
Materi TENTANG REMBUG DESA, Rembug Stunting Desa, 31 Agustus 2022 (1).pptx
 
Panduan BUMDes
Panduan BUMDesPanduan BUMDes
Panduan BUMDes
 
Materi pelatihan pengelolaan bumdes juli 2017
Materi pelatihan pengelolaan bumdes juli 2017Materi pelatihan pengelolaan bumdes juli 2017
Materi pelatihan pengelolaan bumdes juli 2017
 
Pointer permendes pdtt 7 tahun 2021 tentang prioritas penggunaan dana desa t...
Pointer permendes pdtt 7 tahun 2021  tentang prioritas penggunaan dana desa t...Pointer permendes pdtt 7 tahun 2021  tentang prioritas penggunaan dana desa t...
Pointer permendes pdtt 7 tahun 2021 tentang prioritas penggunaan dana desa t...
 
Rumah Desa Sehat.pptx
Rumah Desa Sehat.pptxRumah Desa Sehat.pptx
Rumah Desa Sehat.pptx
 
Untuk paparan pemberdayaan desa mandiri
Untuk paparan pemberdayaan desa mandiriUntuk paparan pemberdayaan desa mandiri
Untuk paparan pemberdayaan desa mandiri
 
Perencanaan Pembangunan RKP Desa
Perencanaan Pembangunan RKP DesaPerencanaan Pembangunan RKP Desa
Perencanaan Pembangunan RKP Desa
 

Ähnlich wie Pengembangan usaha perempuan

Makalah dampak kewirausahan terhadap perekonomian
Makalah dampak kewirausahan terhadap perekonomianMakalah dampak kewirausahan terhadap perekonomian
Makalah dampak kewirausahan terhadap perekonomian
Septian Muna Barakati
 
205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf
205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf
205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf
mtsn1lombokbaratntb
 
Calling for A Team.pdf
Calling for A Team.pdfCalling for A Team.pdf
Calling for A Team.pdf
Tawakkal2
 
Bpr sebagai penggerak wirausaha di indonesia
Bpr sebagai penggerak wirausaha di indonesiaBpr sebagai penggerak wirausaha di indonesia
Bpr sebagai penggerak wirausaha di indonesia
Widya Mauretya
 
Pengaruh pemberdayaan kredit usaha rakyat pada pt. bank rakyat indonesia unit...
Pengaruh pemberdayaan kredit usaha rakyat pada pt. bank rakyat indonesia unit...Pengaruh pemberdayaan kredit usaha rakyat pada pt. bank rakyat indonesia unit...
Pengaruh pemberdayaan kredit usaha rakyat pada pt. bank rakyat indonesia unit...
iman18
 
Peran bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (
Peran  bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (Peran  bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (
Peran bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (
stmt trisakti
 
Skripsi sosiology belum valid
Skripsi sosiology belum validSkripsi sosiology belum valid
Skripsi sosiology belum valid
Dhe Dhe Sulistio
 

Ähnlich wie Pengembangan usaha perempuan (20)

464-Article Text-1756-2-10-20210530.pdf
464-Article Text-1756-2-10-20210530.pdf464-Article Text-1756-2-10-20210530.pdf
464-Article Text-1756-2-10-20210530.pdf
 
Wanita Pengusaha dan Tantangannya
Wanita Pengusaha dan TantangannyaWanita Pengusaha dan Tantangannya
Wanita Pengusaha dan Tantangannya
 
Proposal sati 27 02 2019
Proposal sati 27 02 2019Proposal sati 27 02 2019
Proposal sati 27 02 2019
 
Makalah dampak kewirausahan terhadap perekonomian
Makalah dampak kewirausahan terhadap perekonomianMakalah dampak kewirausahan terhadap perekonomian
Makalah dampak kewirausahan terhadap perekonomian
 
Peranan ninik mamak
Peranan ninik mamakPeranan ninik mamak
Peranan ninik mamak
 
Lkm & pemberdayaan ekonomi
Lkm & pemberdayaan ekonomiLkm & pemberdayaan ekonomi
Lkm & pemberdayaan ekonomi
 
Wirausaha Mengurangi Pengangguran dan Menambah Kesempatan Kerja
Wirausaha Mengurangi Pengangguran dan Menambah Kesempatan Kerja Wirausaha Mengurangi Pengangguran dan Menambah Kesempatan Kerja
Wirausaha Mengurangi Pengangguran dan Menambah Kesempatan Kerja
 
205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf
205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf
205-Article Text-896-1-10-20220304.pdf
 
Calling for A Team.pdf
Calling for A Team.pdfCalling for A Team.pdf
Calling for A Team.pdf
 
Words
WordsWords
Words
 
Isu pembangunan (MAP UNTIRTA 2014)
Isu pembangunan (MAP UNTIRTA 2014)Isu pembangunan (MAP UNTIRTA 2014)
Isu pembangunan (MAP UNTIRTA 2014)
 
Bpr sebagai penggerak wirausaha di indonesia
Bpr sebagai penggerak wirausaha di indonesiaBpr sebagai penggerak wirausaha di indonesia
Bpr sebagai penggerak wirausaha di indonesia
 
Pengaruh pemberdayaan kredit usaha rakyat pada pt. bank rakyat indonesia unit...
Pengaruh pemberdayaan kredit usaha rakyat pada pt. bank rakyat indonesia unit...Pengaruh pemberdayaan kredit usaha rakyat pada pt. bank rakyat indonesia unit...
Pengaruh pemberdayaan kredit usaha rakyat pada pt. bank rakyat indonesia unit...
 
Peran dan Kedudukan ASN Dalam NKRI
Peran dan Kedudukan ASN Dalam NKRIPeran dan Kedudukan ASN Dalam NKRI
Peran dan Kedudukan ASN Dalam NKRI
 
Peran bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (
Peran  bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (Peran  bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (
Peran bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (
 
Bidan sebagai social entrepreneur
Bidan  sebagai  social entrepreneurBidan  sebagai  social entrepreneur
Bidan sebagai social entrepreneur
 
Skripsi sosiology belum valid
Skripsi sosiology belum validSkripsi sosiology belum valid
Skripsi sosiology belum valid
 
Buletin sukaratu ed.mei 2014
Buletin sukaratu ed.mei 2014Buletin sukaratu ed.mei 2014
Buletin sukaratu ed.mei 2014
 
bab 1 Buku Literasi Keuangan (1).pdf
bab 1 Buku Literasi Keuangan (1).pdfbab 1 Buku Literasi Keuangan (1).pdf
bab 1 Buku Literasi Keuangan (1).pdf
 
Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 14, Tahun 2014
Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 14, Tahun 2014Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 14, Tahun 2014
Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 14, Tahun 2014
 

Kürzlich hochgeladen

Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
hartonohajar
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
Di Prihantony
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
iman333159
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
citraislamiah02
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
NezaPurna
 

Kürzlich hochgeladen (13)

PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxPELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 

Pengembangan usaha perempuan

  • 1. Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan Irwantoro
  • 2. Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan Penulis : Irwantoro © 2017 Diterbitkan Oleh: Penerbit Zifatama Publisher, Jl. Taman Pondok Jati J 3, Taman Sidoarjo Telp/fax : 031-7871090 Email : zifatama@gmail.com Anggota IKAPI No. 149/JTI/2014 Cetakan Pertama, Maret 2017 Ukuran/ Jumlah hal: 15,5 x 23 cm /65 Hal Layout & cover: Emji ISBN : 978-602-6930-48-4 Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ke dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk fotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Hak Cipta, Bab XII Ketentuan Pidana, Pasal 72, Ayat (1), (2), dan (6)
  • 3. iiiPengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan PENGANTAR P E N U L I S Dalam mengatasi ketidakberdayaan perempuan untuk mengatasi kesulitan ekonominya, pada dasarnya mereka sudah berusaha secara maksimal untuk menghadapinya dengan merintis usaha pada skala kecil namun seringkali mengalami kesulitan dalam hal permodalan untuk memulai usahanya. Dari sisi individu masyarakat, kesulitan dalam memperoleh akses keuangan karena pelaku usaha perempuan pada umumnya kesulitan untuk memenuhi persyaratan yang diberikan oleh lembaga keuangan perbankan antara lain belum memiliki usaha yang berkesinambungan, belum memiliki laporan keuangan yangstandar,sertatidakmemilikiagunanyangmencukupi. Sehinggaperluadanyapengembanganlembagakeuangan non bank yang berperan unuk meningkatkan aksesbilitas permodalan bagi usaha perempuan. Buku ini berusaha membahas berbagai persoalan yang dihadapi perempuan dalam usahanya untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya. Berbagai program dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang telah digulirkan untuk peningkatan usaha maupun kesejahteraan perempuan, namun setelah program-program tersebut berakhir maka berakhir juga semua kegiatan yang berkaitan dengan program tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu pemikiran maupun
  • 4. iv Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan strategi alternatif agar dengan berakhirnya program- program dimaksud tidak berakhir pula kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang usaha perempuan tersebut. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada semua pihak yang membantu penerbitan buku ini, mohon kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan buku ini. Akhirnya semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Surabaya, 21 Maret 2017 Penulis, Irwantoro
  • 5. vPengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan DAFTAR I S I KATA PENGANTAR _____________________________iii DAFTAR ISI ____________________________________v BAB I PENDAHULUAN__________________________1 Latar Belakang _________________________________1 Peran Pemerintah ______________________________3 Pengertian Lembaga Keuangan Non Bank __________10 Peranan dan Perkembangan Lembaga Keuangan Non Bank _________________________________________13 Usaha Perempuan dan Kendalahanya ______________16 BAB II KEMISKINAN DAN ALTERNATIF PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PEREMPUAN ____________23 Perempuan dan Kemiskinan ______________________23 Peningkatan Kesejahteraan Perempuan ____________27 BAB III STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN DI JAWA TIMUR _____________33 Pengembangan Usaha Perempuan di Kabupaten Sampang______________________________________33 Permodalan Usaha Rumah Tangga Miskin melalui UPK di Kabupaten Sampang______________________33 Pemberdayaan UKM melalui Lembaga Keuangan Mikro di Kabupaten Sampang_____________________36
  • 6. vi Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan Pengembangan Wira Usaha Baru Perempuan Menjadi Kopwan di Kabupaten Sampang___________________39 Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan di Kabupaten Sampang________________43 Pengembangan Usaha Perempuan di Kabupaten Bojonegoro____________________________________44 Permodalan Usaha Rumah Tangga Miskin melalui UPK di Kabupaten Bojonegoro________________________44 Pengembangan Usaha Perempuan melalui Kopwan di Kabupaten Bojonegoro________________________48 Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro______________49 BAB IV INVENTARISASI PROBLEMATIKA DAN LANGKAH STRATEGIS ____________________53 Inventarisasi Problematika Lembaga Keuangan Non Bank bagi Usaha Perempuan _____________________53 Langkah Strategis Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank bagi Usaha Perempuan ________54 Daftar Pustaka ________________________________57 Tentang Penulis ________________________________59
  • 7. 1BAB 1 | Pendahuluan BAB I | PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan dan ketimpangan gender adalah suatu persoalan yang cukup menarik perhatian masyarakat baik pada tataran internasional, nasional maupun daerah. Persoalan perempuan dan ketimpangan gender tersebut menjadi salah satu dari delapan Tujuan Pembangunan Milinium (MDGs) yaitu meningkatkan kesejahteraan gender dan pemberdayaan perempuan. Pada tataran nasional isu perempuan dan gender menjadi krusial sehingga pemerintah menuangkan persoalan tersebut dalam agenda RPJMN 2015-2019 maupundiagendakandalamRencanaStrategisKementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang memuat tujuan, arah kebijakan, strategi, program dan target-target kinerja selama kurun waktu lima tahun ke depan (Tahun 2014-2019). Sedangkan pada tataran daerah salah satunya pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, persoalan perempuan dan gender merupakan salah satu agenda penting dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019. Persoalan perempuan dan gender menjadi sangat krusial ketika dihadapkan pada pemenuhan kebutuhan rumah tangga, kesehatan dan pendidikan anak, maupun
  • 8. 2 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan kerentanan kemiskinan, dimana tidak dapat dipungkiri bahwa perempuan mempunyai keterbatasan pada beberapa bidang karena perempuan dianggap mempunyai keterbatasan dibanding laki-laki. Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki, tidak sedikit perempuan yang berusaha untuk melepaskan diri dari berbagai permasalahan yang dihadapinya dengan menjadi wirausaha untuk menopang kebutuhan keluarga yang semakin meningkat. Kenyataannya usaha yang dilakukan oleh kaum perempuan yang lebih banyak di sektor informal dan berskala mikro menemui berbagai kendala terutama dalam aksesibilitas kredit usaha dari lembaga keuangan bank karena membutuhkan jaminan dan persyaratan yang tidak dapat dipenuhi oleh usaha perempuan yang notabene bersifat informal ataupun mikro sehingga dibutuhkan suatu lembaga keuangan bukan bank yang memungkinkan mereka dapat memperoleh kredit usaha. Mengingat terbatasnya aksesibilitas kredit dari lembaga keuangan bank bagi wirausaha perempuan yang bergerak di sektor informal maupun usaha mikro mendorong maka sudah selayaknya diperlukan peran pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranya dengan mengembangkan lembaga keuangan non bank bagi usaha perempuan. Sebenarnya berbagai program dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah telah digulirkan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan, namun belum
  • 9. 3BAB 1 | Pendahuluan sepenuhnya dapat mengatasi permasalahan usaha perempuan tersebut. Secara lebih terperinci terdapat beberapa hal yang perlumenjadifokusperhatianbagistakeholder,diantaranya mengenai kondisi lembaga keuangan non bank bagi usaha perempuan, hambatan dalam pengembangan lembaga keuangan non bank bagi usaha perempuan, dan peran pemerintah dalam pengembangan lembaga keuangan non bank bagi usaha perempuan serta strategi alternatif untuk pengembangan lembaga keuangan non bank bagi usaha perempuan di Jawa Timur. B. Peran Pemerintah Sering kita mendengar tentang kata peran atau peranan dalam kehidupan sehari-hari, namun belum tentu semua orang mengerti arti kata tersebut. Berbagai definisi tentang kata arti peranan telah dikemukakan oleh para ahli. Poerwadarminta mengemukakan bahwa (1995:751) “peran merupakan tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”. Berdasarkan pendapat Poerwadarminta maksud dari tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa tersebut merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena jika melihat dari pengertian tersebut keduanya saling berhubungan.
  • 10. 4 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan Bryant dan White dalam Amira (2012:9) menyatakan bahwaperandidefinisikansebagaisuatudeskripsi“pekerjaan untuk seseorang atau individu yang mengandung harapan- harapan tertentu yang tidak mempedulikan siapa yang menduduki suatu posisi tersebut”. Definisi tersebut dapat menjelaskan bahwa peran merupakan suatu deskripsi pekerjaan atau tugas seseorang yang di dalamnya mengandung harapan-harapan terhadap orang–orang yang menduduki posisi tersebut. Pengharapan merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan terjadinya peran. Konsep peran selalu berkaitan dengan struktur organisai (lembaga atau institusi formal) karena dari peran tersebut dapat diketahui struktur organisasi yang ada di suatu lembaga atau institusi yang berisi tentang uraian status atau kedudukan sesorang atas suatu peran yang harus dilakukan dan bersifat kolektif. Peran diperoleh dari uraian jabatan atas suatu pekerjaan dan uraian jabatan memberikan serangkaian pengharapan yang menentukan terjadinya peran. Dari beberapa konsep di atas dapat diambil pengertian bahwa peran merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau sekelompok orang dalam suatu kedudukan (status) sebagai bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan. Pengertian tersebut bila dikaitkan dengan fungsi pemerintahan, maka definisiperanadalahorganisasipemerintah.Perkembangan pemerintahan ke arah desentralisasi menyebabkan perlu membuka diri untuk menyampakan informasi. Masyarakat menuntut pemerintah agar memanfaatkan segala potensi
  • 11. 5BAB 1 | Pendahuluan yang ada dalam pembangunan. Melalui peran pemerintah dalam pembangunan, kebutuhan masyarakat diatur dan dipenuhi. Menurut pendapat Soerjono Soekanto,“peranan” (role)merupakanaspekdinamiskedudukan(status).Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Maka ia menjalankan sesuatu peranan, peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. (Soekanto, 2004:243). Sesuaidenganpendapatdiatas,perananmerupakan aspek dinamis kedudukan atau status seseorang. Seseorang akandinyatakanmelaksanakanperanansetelahmenjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Hak dan kewajiban tersebut juga menentukan tindakan- tindakan seseorang dalam melaksanakan pembangunan. Masyarakat akan memberikan kesempatan-kesempatan atas tindakan-tindakan tersebut. masyarakat akan memberikan tanggapan-tanggapan atas peranan yang yang dilakukan oleh seseorang. Menurut pendapat Soejono Soekanto peranan dapat mencakup 3 (tiga) hal, yaitu : 1. peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan rangkaian-rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan 2. peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi
  • 12. 6 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan 3. peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individuyangpentingbagistruktursosialmasyarakat. (Soekanto, 2004:244). Berdasarkan pendapat tersebut, peranan mencakup tiga aspek. Pertama, peranan merupakan penilaian dari perilaku seseorang yang berada di masyarakat. Perilaku seseorangyangberkaitandenganposisidankedudukannya di masyarakat. Perilaku tersebut diatur dengan peraturan yang berlaku untuk membimbing seseorang di masyarakat. Kedua, peranan merupakan konsep-konsep yang dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat sesuai dengan kedudukannya. Ketiga, peranan merupakan perilaku seseorang yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin dalam buku yang berjudul Ensiklopedia Manajemen adalah sebagai berikut: 1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen. 2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status. 3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata. 4. Fungsiyangdiharapkandariseseorangataumenjadi karakteristik yang ada padanya. 5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat. (Komarudin, 1994:768) Berdasarkan pendapat-pendapat di atas peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku. Peranan yang
  • 13. 7BAB 1 | Pendahuluan melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menentukan perilaku seseorang. Pola perilaku yang dilakukan dalam kelompok merupakan karakteristik dari individu. Perilaku dari setiap individu merupakan hubungan sebab akibat dalam pranata sosial. Sadu Wasistiono berpendapat bahwa: “Perkembangan pemerintahan tak lepas dari perkembangan sejarah terbentuknya suatu masyarakat. Pada saat beberapa orang berkelompok secara permanen untuk kemudian membentuk masyarakat, pada saat itu pula terbentuk embrio pemerintahan, yakni suatu kelompok atau institusi yang berfungsi mengatur dan mengurus kehidupan masyarakat agar dapat tetap bertahan terhadap serangan kelompok luar”(Wasistiono, 2002:27). Pendapat tersebut menandakan, bahwa perkembangan suatu pemerintahan mengikuti perkembangan masyarakat. Hubungan antara pemerintah dengan masyarakat merupakan hubungan yang saling ketergantungan. Pemerintah dibentuk oleh masyarakat. Pemerintah berperan dalam mengatur dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Peran pemerintah tersebut akan menciptakan ketertiban dan ketentraman masyarakat. Peran dan fungsi pemerintah dihadapkan pada pelaksanaan tugas yang sangat luas dan kompleks, mulai dari hal yang bersifat pelayanan operasional sampai pada hal yang bersifat ideologi dan spiritual, pemerintah memegang peranan sentral dalam pembangunan yaitu menetapkan kebijakan
  • 14. 8 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan umum dan melaksanakannya. Pengharapan merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan terjadinya peran. Konsep peran selalu berkaitan dengan struktur organisai (lembaga atau institusi formal) karena dari peran tersebut dapat diketahui struktur organisasi yang ada di suatu lembaga atau institusi yang berisi tentang uraian status atau kedudukan sesorang atas suatu peran yang harus dilakukan dan bersifat kolektif. Peran diperoleh dari uraian jabatan atas suatu pekerjaan dan uraian jabatan memberikan serangkaian pengharapan yang menentukan terjadinya peran. Dari beberapa konsep di atas dapat diambil pengertian bahwa peran merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau sekelompok orang dalam suatu kedudukan (status) sebagai bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan. Dari pengertian tersebut bila dikaitkan dengan fungi pemerintahan, maka definisi peran adalah organisasi pemerintah. Hal lain yang menggambarkan mengenai peranan sebagaimana pendapat Horoepoetri, Arimbi dan Santosa (2003), yang mengemukakan beberapa dimensi peran sebagai berikut : 1. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini berpendapat bahwa peran merupakan suatu kebijkasanaan yang tepat dan baik untuk dilaksanakan. 2. Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalilkan bahwa peran merupakan strategi
  • 15. 9BAB 1 | Pendahuluan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat (public supports). Pendapat ini didasarkan pada suatu paham bahwa bilamana masyarakat merasa memiliki akses terhadap pengambilan keputusan dan kepedulian masyarakat pada tiap tingkatan keputusan didokumentasikan. 3. Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai instrumen atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses pengambilam keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh suatu pemikiran bahwa pemerintahan dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarakat tersebut adalah masukan yang bernilai guna mewujudkan keputusan yang responsif dan responsibel. 4. Peran sebagai alat penyelesaian sengketa, peran didayagunakansebagaisuatucarauntukmengurangi atau meredam konflik melalui usaha pencapaian konsesus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi ini adalah bertukar pikiran danpandangandapatmeningkatkanpengertiandan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan (mistrust) dan kerancuan (biasess) Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran diakukan sebagai upaya ”mengobati” masalah-masalah psikologis masyarakat seperti halnya perasaan ketidakberdayaan (sense of powerlessness), tidak percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting dalam masyarakat.
  • 16. 10 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan C. Pengertian Lembaga Keuangan Non Bank Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan perekonomian dunia serta kemajuan ilmu teknologi maka suatu bangsa harus terus bisa bersaing dengan global, perlu dilakukannya suatu perubahan kearah yang lebih baik. Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa dapat kita lihat dari pembangunan di berbagai sektor. Oleh karena itu keberadaan lembaga keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat dibutuhkan. Lembaga keuangan yang terlibat dalam suatu pembiayaan pembangunan ekonomi dibagi menjadi dua, yaitulembagakeuanganbankdanlembagakeuanganbukan bank (LKBB). Keduanya merupakan lembaga intermediasi keuangan. Nurastuti (2011:53) mengungkapkan: “Lembaga keuangan non bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan atau tagihan (claims) dibandingkan asset non finansial atau asset riil.” Pengertian lembaga keuangan bukan bank dapat dilihat dalam Pasal 1 angka (4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan, lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya ke dalam masyarakat guna membiayai investasi perusahaan.
  • 17. 11BAB 1 | Pendahuluan Adapun bidang usaha yang termasuk dalam lembaga keuangan bukan bank antara lain adalah asuransi, pegadaian, dana pensiun, reksa dana, lembaga pembiayaan dimana lembaga pembiayaan termasuk dalam lembaga keuanganbukanbank.Sedangkanperusahaanpembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan. Kegiatan lembaga pembiayaan meliputi antara lain bidang usaha: 1. sewa guna usaha; 2. modal ventura; 3. perdagangan surat berharga 4. anjak piutang; 5. usaha kartu kredit; 6. pembiayaan konsumen. Keenam kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh ketiga bentuk lembaga pembiyaan di atas. Lembaga keuangan bukan bank dibagi menjadi dua, yaitu lembaga keuangan bukan bank yang beroperasi menggunakan sistem konvensional dan lembaga keuangan bukan bank yang beroperasi menggunakan sistem syariah. Lembaga keuangan bukan bank memiliki banyak jenis, dan salah satunya adalah lembaga pembiayaan. Pada Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan, pengertian lembaga pembiayaan ialah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana dan/atau barang modal.
  • 18. 12 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan Pada Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 mengenal tiga jenis lembaga pembiayaan yang meliputi : 1. Perusahaan Pembiayaan (PP), yaitu Badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan pembiayaan konsumen, dan/atau usaha kartu kredit. Secara subtansial, pengertian pembiayaan konsumen pada dasarnya tidak berbeda dengan kredit konsumen. Kredit konsumen adalah kredit yang diberikan kepada konsumen guna pembelian barang konsumsi dan jasa seperti yang dibedakan dari pinjaman yang digunakan untuk tujuan produktif atau dagang. 2. Perusahaan Modal Ventura, yaitu badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan atau penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, pentertaan melalui pembeliian obligasi, konversi dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. 3. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, yaitu Badan usaha yang didirikan khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana proyek infrastruktur. Menurut Asian Development Bank (ADB), lembaga keuangan mikro (microfinance) atau bisa disebut juga lembaga pembiayaan adalah lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan (deposits), kredit (loans), pembayaran berbagai transaksi jasa (payment services) serta money transfers yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan
  • 19. 13BAB 1 | Pendahuluan pengusaha kecil (insurance to poor and low-income households and their microenterprises). Sedangkan bentuk Lembaga pembiayaan UMKM dapat berupa: (1) lembaga formal misalnya bank desa dan koperasi, (2) lembaga semiformal misalnya organisasi non pemerintah, dan (3) sumber-sumber informal misalnya pelepas uang. Lembaga pembiayaan menurut Bank Indonesia dibagi menjadi dua kategori yaitu dibagi menjadi dua kategori yaitu lembaga keuangan mikro yang berwujud bank serta non bank. Lembaga keuangan mikro yang berwujud bank adalah BRI Unit Desa, BPR dan BKD (Badan Kredit Desa). Sedangkan yang bersifat non bank adalah koperasi simpan pinjam (KSP), unit simpan pinjam (USP), lembaga dana kredit pedesaan (LDKP), baitul mal wattanwil (BMT), lembaga swadaya masyarakat (LSM), arisan, pola pembiayaan Grameen, pola pembiayaan ASA, kelompok swadaya masyarakat (KSM), dan credit union. Meskipun BRI Unit Desa dan BPR dikategorikan sebagai lembaga keuangan mikro, namun akibat persyaratan peminjaman menggunakan metode bank konvensional, pengusaha mikro kebanyakan masih kesulitan mengaksesnya. D. Peranan dan Perkembangan Lembaga Keuangan Non Bank Dalam kegiatan usahanya yang bersifat kontraktual (contractual institution) yaitu menaikan dana dari masyarakat dengan menawarkan kontra untuk memproteksi penabung terhadap risiko ketidakpastian, dan memobilisasikan sumber keuangan dalam negeri
  • 20. 14 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan untuk membiayai pembangunan, maka peranan lembaga keuangan non bank bagi pemerintah menurut Nurastuti (2011:54) adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan akses terhadap jasa keuangan: a. Perusahaan pembiayaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan alternatif sumber pendanaan bagi UKM. b. Perusahaan modal ventura mempunyai tujuan untuk mendukung bertumbuhnya kewiraswastaan dan selanjutnya penciptaan lapangan pekerjaan. c. Dana pensiun dan asuransi mempunyai tujuan menawarkan produk untuk mengelola risiko bagi perusahaan dan perorangan. d. Pengurangan biaya untuk memperoleh jasa keuangan: 2. Meningkatkan persaingan antar penyedia jasa keuangan agar produk dan jasa mereka lebih efisien melalui biaya yang lebih rendah. 3. Meningkatkan stabilitas sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan: a. Lembaga keuangan non bank adalah bagian yang peting dari pembangunan sektor keuangan yang lebih beragam. b. Membantu mengurangi potensi terjadinya krisis dimasa yang akan datang.
  • 21. 15BAB 1 | Pendahuluan Mengingat bahwa terdapat keterbatasan akses terhadap perbankan, modal usaha bisa didapat dari pemerintahdalambentukpinjamandanabergulir.Dalamhal ini, dana bergulir adalah termasuk kredit modal kerja yang merupakan program pemerintah untuk memberdayakan koperasi dan UMKM. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir pada Kementerian Negara/Lembaga, dana bergulir adalah dana yang dialokasikan oleh Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya yang berada di bawah pembinaan Kementerian Negara/Lembaga. Program ini merupakan salah satu terobosan untuk membantu UMKM dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui kebijakan pembinaan dan pengembangan UMKM (Panggabean, 2005). Berdasarkan peraturan tersebut, secara umum program dana bergulir bertujuan untuk membantu perkuatan modal usaha guna pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya dalam upaya penanggulangan kemiskinan, pengangguran, dan pengembangan ekonomi nasional. Perkuatan modal mempunyai pengertian bahwa dana tersebut digunakan untuk meningkatkan kemampuan operasional/bisnis penerima dana bergulir. Dampak dana bergulir untuk bantuanperkuatanUKMdapatdianalisisdariaspek-aspek(1) Modal usaha dan kenaikan modal usaha, (2) Jumlah tenaga kerja dan kenaikan tenaga kerja, serta (3) Omset penjualan
  • 22. 16 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan dan kenaikan omset penjualan dan (4) Keuntungan dan kenaikan keuntungan usaha. E. Usaha Perempuan dan Kendalanya Perkembangan kewirausahaan perempuan di negara berkembang seperti Indonesia sangat berpotensi sebagai motor utama pendorong proses pemberdayaan perempuan dan transformasi sosial (Tambunan, 2012). Sekilas jika dicermati, kiprah perempuan di dunia wirausaha sangatbaik,beradadiberbagaisektorusahadantidakjarang pula yang berhasil meraih sukses dan dikenal oleh publik. Saat ini, perempuan pengusaha banyak berkecimpung terutama pada usaha mikro dan kecil, namun demikian jumlahnya di Indonesia baru mencapai 0,1 persen dari total penduduk (Menkokesra, 2011). Jumlah perempuan pengusaha tersebut nampaknya memang belum memadai, padahal jika dibandingkan dengan pengusaha pria, sebenarnya jumlah perempuan pengusaha cukup besar, yakni 60 persen dari 49,9 juta pelaku UMKM (Rmol, 2013). Perempuan pengusaha terdiri dari berbagai tingkatan usia, pendidikan, suku, sektor usaha dan sebagainya. Umumnya orangmengenalperempuanpengusahaadalahperempuan yang memiliki aktivitas ganda, sebagai pengusaha tetapi juga sekaligus adalah ibu rumah tangga yang mengurus keluarga. Namun demikian, saat ini banyak perempuan yang belum menikah, berusia muda sudah mulai menekuni dunia usaha meskipun dalam taraf awal.
  • 23. 17BAB 1 | Pendahuluan Kiprah perempuan dalam dunia usaha bukanlah hal baru, namun studi khusus tentang perempuan pengusaha ini baru dimulai pada akhir tahun 1970 an ketika sejumlah besar perempuan memasuki dunia kerja profesional (Parker, 2010). Penelitian terdahulu tentang perempuan yang menjadi pengusaha di beberapa negara berkembang di Asia, menemukan bahwa perempuan memilih menjadi pengusaha dapat dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan alasan utamanya. Perempuan memilih menjadi wirausaha karena ada kesempatan, misalnya meneruskan hobi, mengikuti pasangan, memanfaatkan waktu. Alasan lainnya adalah karena dipaksa, misalnya karena perlu uang, tertantang melakukan sesuatu, menunjukkan pada orang lain kalau bisa melakukan sesuatu. Alasan terakhir adalah karena sengaja memilih profesi wirausaha untuk kepuasan diri, mandiri, sebagai contoh untuk anak-anak (Tambunan, 2009). Di Indonesia, perempuan pengusaha tidak banyak berada pada skala besar dan modern, karena skala ini masih menjadi dominasi pengusaha pria. Perempuan lebih banyak berada dalam kelompok industri manufaktur makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi (Tambunan, 2012), dan jikadilihatdariskalausahanya,perempuanpengusahalebih banyak berada pada skala mikro dan kecil. Penyebutan skala mikro dan kecil ini didasarkan pada Undang Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Sebuah usaha dikelompokkan menjadi usaha berskala mikro dengan ketentuan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), tidak
  • 24. 18 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Usaha skala kecil yang dimaksudkan dalam undang-undang adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus jutarupiah).Berkaitandenganusahamikro,dapatdijelaskan karakteristik usaha mikro yang dilakukan oleh perempuan antara lain: 1. awal berdirinya dirintis oleh perempuan 2. pengelolaan usaha dilakukan oleh perempuan 3. kepemilikan usaha atas nama perempuan 4. proses pengambilan keputusan usaha lebih banyak didominasi oleh perempuan 5. proses produksi biasanya dilakukan di rumah 6. umumnya omset usaha antara 1 juta hingga 2 - juta 7. biasanya bergerak dalam bidang perdagangan, industri makanan dan minuman . (Smeru, 2003, h.32). Perempuan pengusaha memasuki dunia bisnis dilandasi oleh berbagai alasan, namun demikian ketika menjalankan usaha mereka juga menginginkan usahanya berhasil. Penelusuran literatur menunjukkan bahwa keberhasilan sangat sulit ditemukan definisinya, bahkan
  • 25. 19BAB 1 | Pendahuluan istilah keberhasilan dapat digunakan bergantian dengan istilahlainyangdianggapberdekatan,misalnyaperformansi, sukses, pertumbuhan (Reijonen dan Komppula, 2007). Beberapa penelitian juga menjelaskan keberhasilan dengan menyebutkan indikatornya, misalnya indikator naik turunnya penjualan, keuntungan, investasi, personel dan pendapatan sejak perusahaan didirikan (Frese, Van Gelderen & Ombach, 2000); kepuasan pelanggan dan kepuasan pekerjanya (Panda, 2000); keuntungan dan turn- over tahunan (Chattopadhyay dan Ghosh, 2002); kebebasan dan kemandirian, dapat mengontrol masa depannya sendiri, dan dapat menjadi pimpinan bagi dirinya sendiri, finansial, pendapatan personal, dan kesejahteraan (Paige dan Littrell dalam Kader, Mohammed, and Abraham, 2009). Uraian tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan usaha dapat dimaknai dari berbagai perspektif dan dapat bersifat subjektif. Kewirausahaan dinilai sebagai faktor utama dalam menggerakkan perekonomian dengan memperkenalkan inovasi, menyediakan pekerjaan, meningkatkan persaingan dan kesejahteraan yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Mazzarol et al. 1999, Wennekers and Thurik 1999, Vincent 2005, Acs 2006, Acs et al. 2008). Kewirausahaan diperlukan untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan dalam rangka menciptakan pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan terutama di negara berkembang (Pambudy 2010), khususnya dalam mengenali kesempatan cara pemanfaatan sumber daya yang memberikan keuntungan lebih tinggi (Acs 2006).
  • 26. 20 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan Salah satu bentuk kewirausahaan yang berkembang luas di Indonesia adalah Usaha Mikro dan Kecil (UMK). UMK memiliki peran dalam menciptakan lapangan pekerjaan, ouput dan nilai tambah, serta sebagai pusat kreativitas, inovasi dan titik awal pertumbuhan kewirausahaan di masyarakat (Baig 2007, Musnidar dan Tambunan 2007). Keberadaan UMK yang sebagian besar berada di pedesaan memiliki peran penting dalam pengembangan kewirausahaan, khususnya bagi Perempuan (Tambunan 2008).PerkembanganUMKdalambeberapa tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan dan 60 persennya merupakan usaha yang dikelola oleh perempuan (Hani et al. 2012). UMK yang dikelola perempuan biasanya berbasis rumahan (home-based) sehingga cenderung terlupakan danmenjadiinvisibleentreprenerus(NdemoandMaina2007). Keterlibatan perempuan dalam kewirausahaan, khususnya dalam sektor informal, berdampak pada kesejahteraan rumah tangga berpendapatan rendah dan pembangunan, terutamadipedesaan(Omari1988,Musnidarandtambunan 2007, Duflo 2012), sehingga peran perempuan dalam ekonomi rumah tangga secara keseluruhan relatif setara dengan laki-laki (Kung and Lee 2010). Wirausaha perempuan menghadapi banyak kendala, seperti dukungan pemerintah, stereotype wirausaha, serta pengakuan legalitas dan formalitas. Hal ini menyebabkan sebagian besar wirausaha perempuan bergerak dalam sektor informal dengan teknologi yang sederhana serta kemampuan sumber daya manusia yang belum berkembang sehingga berpengaruh terhadap
  • 27. 21BAB 1 | Pendahuluan sistem manajemen usaha yang lemah dan kapabilitas kewirausahaan yang masih terbatas (Baig 2007, Jamali 2009). Sedangkan kendala utama yang dihadapi oleh wirausaha perempuan dalam mengembangkan usahanya adalah ketersediaan ekuitas keuangan (Gnyawali and Fogel 1994), terutama modal jangka panjang (Baig 2007), dan kemampuan atau kapabilitas manajemen (Karnani 2007,Chowdhury 2009). Kemampuan mengakses layanan keuangan merupakan faktor kunci bagi UMK untuk berhasil dalam mengembangkan kapasitas produktif dan daya saing serta menciptakan pekerjaan dan berkontribusi dalam pengurangan kemiskinan di Negara berkembang (Christopher 2011).
  • 28. 22 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
  • 29. 23BAB 2 | Kemiskinan Dan Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Perempuan BAB II KEMISKINAN & ALTERNATIF PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PEREMPUAN A. Perempuan dan Kemiskinan Kaum perempuan sering diidentikan dengan kaum yang lemah, dimana arti yang sempit tidak mempunyai kekuatan maupun daya saing jika dibandingkan dengan kaum pria dalam berbagai bidang kehidupan, namun sesungguhnya yang terjadi adalah tidak adanya kesempatan yang diberikan kepada kaum perempuan untuk meningkatkan sumberdaya yang dimilikinya, sehingga banyak dijumpai kemiskinan perempuan. Sudah lazim di masyarakat bahwa isu gender dan kemiskinan, dalam hal ini rumah tangga merupakan salah satu sumber diskriminasi dan subordinasi terhadap perempuan. Ketidaksetaraan di dalam alokasi sumberdaya dalam rumah tangga memperlihatkan laki-laki dan perempuan mengalami bentuk kemiskinan yang berbeda. Kemiskinan perempuan selalu dikaitkan dengan tertutupnya ruang-ruang partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan yang sifatnya formal bagi perempuan. Bagi perempuan seringkali konsep ruang publik ini diartikan sebagai tempat kerja atau tempat
  • 30. 24 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan berusaha daripada forum-forum di dalam komunitas. Keterlibatan dalam forum publik di dalam komunitas pun biasanya terbatas dan masih tidak terlepas dari peran domestiknya, seperti arisan, pengajian atau perkumpulan keagamaan, dan PKK. Persoalan lain yang dihadapi perempuan adalah pembangunan di segala bidang yang seringkali belum berpihak kepada perempuan. Program-program pembangunansecaraformalseringkalidikuasailaki-lakidan karena sumber daya yang penting dalam kehidupan selalu dikuasai oleh pihak-pihak yang memiliki kekuatan sosial, ekonomi dan politik lebih kuat, maka adanya marginalisasi terhadap peran perempuan dalam pengambilan keputusan seringkali terabaikan. Wacana dominan yang menyatakan bahwa perempuan bukanlah pencari nafkah dalam sebuah keluarga, atau perempuan tidak perlu mandiri secara ekonomi, telah menjadi penyebab utama keterkaitan perempuan dan kemiskinan. Pola pikir seperti ini begitu kuat mengakar sehingga hadir dalam banyak sisi kehidupan, menurut hasil survey BPS bahwa Indeks Pembangunan Gender 2014 dilihat dari sisi ketenagakerjaan, masih terlihat kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan sekitar 50 persen dan TPAK laki-laki sekitar 80 persen. Rendahnya TPAK perempuan disebabkan perempuan lebih banyak berperan dalam mengurus rumah
  • 31. 25BAB 2 | Kemiskinan Dan Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Perempuan tangga. Dari sisi upah, tenaga kerja perempuan masih di bawah upah laki-laki, dengan rasionya kurang lebih sekitar 0,80. Perempuan seringkali dihadirkan dalam wilayah domestikdanperawatananaksaja,jarangdalamduniakerja (yang menghasilkan uang), apalagi keduanya. Laki-lakinya dihadirkan sebagai sosok yang hadir dan berkecimpung dalam dunia kerja, tidak terlibat dalam urusan domestik dan pengasuhan anak-anak. Pada akhirnya pola pembagian tugas sosial yang seperti itu biasanya berakhir pada wacana laki-laki saja sebagai pihak yang diharuskan mandiri secara ekonomi. Akibatnya, perempuan menjadi tergantung secara finansial pada laki-laki. Menurut Sakernas BPS Tahun 2014 status pekerjaan sebagai pengusaha (berusaha sendiri dan berusaha dengan dibantu buruh) dan buruh/karyawan/ pegawai didominasi oleh laki-laki, sedangkan pekerja bebas/keluarga/tak dibayar didominasi oleh perempuan, dengan hasil survey sebagai berikut: 1. Dari 100 penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja dengan status berusaha sendiri, 37 orang adalah perempuan dan 63 orang adalah laki-laki. 2. Dari 100 penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja dengan status berusaha dengan dibantu buruh, 24 orang adalah perempuan dan 76 orang adalah laki-laki. 3. Dari 100 penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja sebagai pegawai/buruh/ karyawan, 35 orang
  • 32. 26 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan adalah perempuan dan 65 orang adalah laki-laki. 4. Dari 100 penduduk berumur 15 tahun ke atas bekerja sebagai pekerja bebas/keluarga/tak dibayar, 54 adalah perempuan dan 46 adalah laki-laki. Kiprah perempuan dalam bidang ekonomi terutama yang melakukan peran sebagai pengelola usaha telah merambah ke pelosok-pelosok wilayah perdesaan dengan menjalankan usaha di berbagai sektor, seperti antara lain pertanian, pengolahan makanan, industri kecil dan perdagangan. Sedangkan di perkotaan usaha perempuan lebih beragam sampai menjangkau keseluruh sektor-sektor usaha yang ada. Sebagian besar usaha perempuan pada kenyataannya juga banyak bergerak di bidang-bidang yang berkaitan dengan wilayah “domestik” dan dekat dengan lingkungan rumah tangganya, seperti pada sektor jasa, industri kerajinan dan rumah tangga serta sektor informal lainnya. Peran ganda perempuan yang semakin berkembang tidak hanya terkait di sektor domestik tetapi telah meluas ke sektor kegiatan ekonomi. Peran perempuan turut menegakkan ekonomi rumah tangga dengan memasuki berbagai kegiatan ekonomi diakui memberikan dampak positif bagi kesejahteraan rumah tangga. Karena kuatnya posisi ekonomi adalah sebagai modal untuk membiayai seluruh keperluan rumah tangga. Meningkatnya keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi dilandasi peningkatan dalam jumlah
  • 33. 27BAB 2 | Kemiskinan Dan Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Perempuan perempuan yang terlibat dalam pekerjaan di luar rumah tangga yang meningkat dari waktu ke waktu. Di samping itu peningkatan dalam bidang jumlah pekerjaan yang dapat dimasuki oleh perempuan yang selama ini sebelumnya masih didominasi oleh laki-laki. Kaum perempuan saat ini memiliki peranan yang cukup besar dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan. Peran perempuan di bidang ekonomi sudah menunjukkan adanya peningkatan, walaupun bila dibandingkan dengan laki-laki masih lebih rendah, menurut hasil survey BPSTahun 2014 menyatakan bahwa terdapat 3.505.064 pengusaha IMK yang tersebar di 33 provinsi dimana persentase perempuan sebagai pengusaha sebesar 43,75 persen dan laki-laki sebesar 56,25 persen. B. Peningkatan Kesejahteraan Perempuan Sebagaimana kita ketahui penanggulangan kemiskinan perempuan dan anak merupakan masalah sangatseriusdimanajikamelihatdataProgramPerlindungan Sosial (PPLS) 2011 menunjukkan, dari sebanyak 1.230.042 rumah tangga berstatus kesejahteraan 10% terendah di Jawa Timur, 12,4% atau sebanyak 152.343 di antaranya adalah rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan. Sebanyak 22.858 orang atau 15% di antaranya hidup sebatang kara, sedangkansisanyasebanyak129.485kepala rumah tangga perempuan memikul beban tanggung jawab atas kehidupan anggota rumah tangga sebanyak 368.919 jiwa. Kecuali itu, dari data yang sama menunjukkan
  • 34. 28 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan terdapat 5.174.675 orang yang tergolong ke dalam status kesejahteraan 10% terendah di Jawa Timur,di mana hampir separo di antaranya, 49,7% atau sebanyak 2.575.416 adalah perempuan. Dapat dikatakan bahwa kemiskinan yang melanda kaum perempuan memberi dampak kerusakan serius bagi perkembangan generasi, antara lain meningkatnyajumlah penderita gizi buruk di kalangan anak-anak, hilangnya akses anak-anaknya terhadap pelayanan pendidikan, dan juga kesehatan, tidak terpenuhinya kebutuhan akan air bersih dan sanitasi, dan sebagainya, yang pada akhirnya kemiskinan perempuan akan berimbas pada kemiskinan anak atau child poverty, dan bukan mustahil akan terlestarikan dari generasi ke generasi. Dengan kata lain, feminization of poverty akan berjalan seiring dengan juvenilisationofpoverty, kemiskinan yang semakin berwajah muda. Oleh karena itu pencegahan dan penanggulangan feminisasi kemiskinan merupakan upaya yang harus dilakukan, bukan hanya untuk menyelamatkan perempuan dari kemiskinan, tetapi juga menyelamatkan generasi baru dari cengkeraman kemiskinan. Dalam hal ketidakberdayaan perempuan dalam mengatasi kesulitan ekonominya sebenarnya mereka sudah berusaha secara maksimal untuk menghadapinya dengan merintis usaha dalam skala kecil namun seringkali mengalami kesulitan dalam hal permodalan untuk memulai usahanya.
  • 35. 29BAB 2 | Kemiskinan Dan Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Perempuan Kemudahan memperoleh akses keuangan merupakan salah satu persyaratan yang dapat membantu pelaku usaha perempuan tersebut. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak pelaku usaha perempuan yang kesulitan dalam memperoleh akses keuangan terutama kepada lembaga keuangan perbankan. Kesulitan memperoleh akses keuangan disebabkan oleh dua hal yaitu, pertama dari sisi lembaga keuangan perbankan dan kedua dari sisi individu masyarakat (pelaku usaha perempuan) yang akan memanfaatkan jasa lembaga keuangan terutama dalam bentuk pinjaman usaha. Dari sisi lembaga keuangan, pelaku usaha perempuan kesulitan memperoleh akses keuangan karena lembaga keuangan umumnya menerapkan persyaratan yang ketat dalam memberikan pinjaman. Persyaratan tersebut mencakup: 1. Persyaratan kapasitas, ditunjukkan dengan catatan usaha yang sudah berjalan selama durasi tertentu; 2. Persyaratan jaminan, baik jaminan pokok, dan khususnya jaminan tambahan; 3. Persyaratan penyertaan modal sendiri. Lembaga keuangan, khususnya perbankan, menerapkan persyaratan yang ketat dan berhati-hati mengingat dana yang disalurkan untuk kredit adalah dana yang berasal dari pihak ketiga (deposan). Salah satu bentuk kehati-hatian bank dalam penyaluran kredit adalah penggunaan kriteria 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit.
  • 36. 30 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan Dari sisi individu masyarakat, kesulitan dalam memperoleh akses keuangan karena pelaku usaha perempuan pada umumnya kesulitan untuk memenuhi persyaratan yang diberikan oleh lembaga keuangan perbankan antara lain belum memiliki usaha yang berkesinambungan, belum memiliki laporan keuangan yang standar, serta tidak memiliki agunan yang mencukupi. Dalam hal perempuan dan kemiskinan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus berupaya mencari solusi agar dapat menekan angka kemiskinan melalui perberdayaan perempuan. Seperti diketahui data BPS Jawa Timur per September 2015 mencatat hingga Triwulan I jumlah penduduk miskin di Jawa Timur mencapai lebih dari 4,7 juta jiwa atau sekitar 12,3 persen dari total penduduk Jawa Timur, oleh karena itu menurut Herwanto selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Pemprov Jatim bahwa salah satu upaya untuk menekan kemiskinan tersebut yakni dengan memberdayakan perempuan di Jawa Timur.  “Bagaimana upaya pemerintah Jawa Timur untuk menanggulangi kemiskinan. Kami komitmen mengajak kaum perempuan agar angka kemiskinan ini cepat turun. Sebab kita memandang perempuan ini pemegang atau pelaku ekonomi yang tangguh,” kata Herwanto kepada Republika.co.id. Dengan memberdayakan usaha perempuan yang ditunjang oleh lembaga keuangan non bank ataupun beberapa program  yang digagas Pemprov Jatim seperti Program Jalur Matra maupun Pemberdayaan
  • 37. 31BAB 2 | Kemiskinan Dan Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Perempuan dan Pengembangan Perempuan Ekonomi Lokal (P3EL), Feminimisme, serta Koperasi dan UKM diharapkan perempuan mampu mendongkrak perekonomian di Jawa Timur lebih baik lagi. Tak hanya itu, kaum perempuanpun diberikan pelatihan untuk mengelola bisnis dan usahanya. Sekitar enam ratus perempuan yang memiliki UKM diberikan pelatihan manajemen bisnis dan usaha, dengan harapan adanya pemerataan ekonomi di setiap kabupaten dan kota di Jawa Timur.
  • 38. 32 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
  • 39. 33BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur BAB III STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN DI JAWA TIMUR Pada bagian ini diuraikan mengenai beberapa program yang dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten dalam pengembangan usaha perempuan dengan tujuan untuk menanggulangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan perempuan di Kabupaten Sampang dan Kabupaten Bojonegoro sesuai dengan amanat yang telah digariskan dalam dokumen kebijakan tentang pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender dalam RPJMN maupun RPJMD. A. Pengembangan Usaha Perempuan di Kabupaten Sampang 1. Permodalan Usaha Rumah Tangga Miskin melalui UPK di Kabupaten Sampang Berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat maupun rumah tangga miskin terutama di Kabupaten Sampang ada beberapa program baik yang berasal dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun Pemerintah Kabupaten Sampang yang bertujuan untuk penanggulangan kemiskinan diantaranya adalah
  • 40. 34 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan terbentuknya lembaga keuangan yang merupakan produk dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dimana program ini berakhir pada tahun 2014. PNPM merupakanprogrambantuandaripemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dimana bantuan ini oleh pemerintah daerah ditujukan kepada kecamatan yang wilayahnya memiliki jumlah masyarakat miskin yang cukup banyak. Bantuan yang diberikan berupa dana hibah dari pemerintah untuk kegiatan fisik atau sarana prasarana dan kegiatan ekonomi yang dananya akan kembali kepada UPK (Unit Pengelola Kegiatan). Dana tersebut diperuntukkan untuk kelangsungan hidup UPK, perputaran kembali pinjaman bagi masyarakat dan apabila sisa hasil usaha perputaran jasa pinjaman UPK mencukupi dapat digunakan untuk membiayai kegiatan sarana prasarana. Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam kegiatan PNPM diantaranya kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) artinya kegiatan ini hanyalah diperuntukkan kaum perempuan saja. Dengan memberi kesempatan bagi perempuan berpartisipasi menerima bantuan dari PNPM, sekaligus membantu memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong pengurangan rumah tangga miskin. Disamping itu ada juga kegiatan Usaha Ekonomi Produktif yang tujuannya mengembangkan potensi
  • 41. 35BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur pelaku kegiatan UEP di pedesaan dengan meningkatkan kualitas teknologi produksi, meningkatkan kapasitas dalam penggunaan teknologi tepat guna hingga memberi kemudahan akses informasi pasar. UPK sendiri adalah mitra kerja atau yang membantu mewadahi keinginan masyarakat yang berharap bantuan dari PNPM, disetiap wilayah kecamatan yang memperoleh bantuan PNPM umumnya terdapat UPK yang juga didampingi Fasilitator Kecamatan. Pada Kabupaten Sampang masih terdapat asset kurang lebih 12 milyar rupiah yang dimiliki oleh UPK di Kabupaten Sampang dan dengan berakhirnya PNPM disamping itu masih belum adanya payung hukum atau regulasi yang mengatur maka yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sampang hanya pembinaan terhadap UPK tersebut. Saat ini pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Bapemas Kabupaten Sampang untuk menanggulangi kemiskinan yang ditujukan untuk perempuan diantaranya adalah diadakannya berbagai pelatihan yang dapat menunjang usaha perempuan, misalnya pelatihan membatik maupun menjahit mulai dari proses produksi sampai pemasarannya, mengingat masih banyaknya perempuan di Kabupaten Sampang terutama yang berada di perdesaan mempunyai SDM yang rendah sehingga membutuhkan peningkatan kapasitas SDM terutama kaum perempuan maka pembinaan maupun pelatihan masih sangat dibutuhkan dengan harapan kaum perempuan di Kabupaten Sampang yang kurang mampu akan lebih
  • 42. 36 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan berdaya. 2. Pemberdayaan UKM melalui Lembaga Keuangan Mikro di Kabupaten Sampang Upaya Pemerintah Kabupaten Sampang dalam meretas problem akses permodalan masyarakat lapisan bawah, menjadi bukti kesungguhannya. Kemudahan akses modal antara lain diberikan kepada pelaku usaha yang baru lulus dari perguruan tinggi (fresh graduated) dan masih merintis usahanya melalui Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sampang, program perkuatan kredit dana bergulir dikemas menjadi stimulan berwirausahabagimasyarakatakanyangtidakdikhususkan pada usaha perempuan namun dalam kenyataannya pelaku usaha dimaksud lebih banyak dilakukan oleh para wirausaha perempuan di bidang makanan, batik maupun konveksi. Beragamrintisanusahabarupunmunculbersamaan dengan dijalankannya program yang bersumber dari alokasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kabupaten Sampang. Salah satu terobosan daerah ini adalah memodifikasi persyaratan kredit bagi usaha mikro. Semula, kredit yang disalurkan tanpa agunan justru memicu persepsi keliru di masyarakat. Dana yang seharusnya bisa digulirkan kepada pelaku usaha lain, malah dianggap hibah yang tidak perlu dikembalikan. Akibatnya, dana itu pun macet di tengah jalan.
  • 43. 37BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur Kondisi tersebut memicu ide untuk menjadikan garansi personal sebagai semacam agunan, dimana pelaku usaha mikro mendapatkan kemudahan untuk mengakses bantuan permodalan meski belum memiliki badan hukum dan kelengkapan administratif lainnya, “garansi personal” bisa didapatkan dari pegawai negeri sipil atau kepala desa setempat. Untuk memastikan validitas pemohon kredit, pemkab melakukan restrukturisasi tim survei dengan melibatkan Bagian Perekonomian, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pertambangan Kabupaten Sampang, unsurperbankan(BankJatimdanBPRBaktiArthaSejahtera), dan bidang-bidang di lingkup Dinkop UKM Kabupaten Sampang dengan maksud agar hasil survei lebih objektif dan akuntabel. Standar operasional prosedur penyaluran kredit pun dibuat lebih sederhana dan mudah diakses. Dalam hal menjembatani UMKM dengan Dinkop UKM, Pemerintah Kabupaten Sampang menempatkan tenaga konsultan bisnis (TKB) di setiap kecamatan. Tugas TKB antara lain mendampingi proses penyusunan proposal kredit sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perbankan. Juga memberikan konsultasi terkait aspek produksi,manajemen,pemasaran,danpermodalan.Sekilas, program ini tidak jauh beda dengan upaya yang dilakukan daerah lain. Cikal bakal keberadaan TKB berawal dari program  Business Development Service  (BDS) pada 2001. Setelah berjalan lima tahun yaitu pada tahun 2006, BDS mengembangkan pilot project  yang pada gilirannya
  • 44. 38 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan berkembang menjadi TKB di enam titik (kecamatan). Pada tahun 2009 Pemerintah Kabupaten Sampang memperluas cakupan program sekaligus merekrut tenaga  fresh graduated  untuk menjadi TKB, Kompentensi dasar yang disyaratkan bagi personel TKB adalah lulusan (minimal) diploma tiga (D-3), memiliki keterampilan dasar sebagai konsultan, serta memiliki kemauan kuat dalam melakukan pendampingan. Personel TKB yang terpilih kemudian mengikuti  upgrading  untuk pembekalan sebelum diterjunkan ke lapangan. Setiap TKB ditugaskan untuk memberikan pelayanan konsultasi dan pendampingan pada satu wilayah kecamatan. Untuk memaksimalkan fungsi dan perannya, setiap TKB diwajibkan mendampingi sedikitnya 10 UMKM. Pada Kabupaten Sampang rata-rata terdapat 20 UMKM dan wira usaha baru (WUB) di setiap kecamatan, khusus untuk WUB, syarat pengajuan kredit bisa dilakukan dengan menjaminkan ijazah. Kendati telah melewati tahap upgrading, personel TKB tetap harus beradaptasi dengan beragam tantangan di lapangan. Anggapan keliru yang menyamakan dana bergulir dengan hibah, masih cukup melekat di benak masyarakat, namun berkat keuletan dan ketekunan personel TKB, persepsi keliru itu perlahan mulai diluruskan. Pendampingan yang dilakukan oleh TKB secara berkala terbukti efektif dalam membentuk kemandirian dan membangun kesadaran pelaku UMKM.
  • 45. 39BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur Menurut data dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sampang, hasil progam tersebut antara lain, dapat dilihat dari statistik jumlah UMKM yang memperoleh fasilitas akses permodalan pada 2011-2012. Meski jumlahnyamenurundari186menjadi151UMKM,danayang tersalurkan justru meningkat dari Rp 2,7 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp 3,067 miliar 2012. Persentase tunggakan juga turun dari 1,7% menjadi 1,1%. 3. Pengembangan Wira Usaha Baru Perempuan Menjadi Kopwan di Kabupaten Sampang Program pemberdayaan usaha perempuan yang telah dilaksanakan di Kabupaten Sampang pada tahun 2015 diantaranya adalah melakukan pembinaan dan pelatihan manajemen pengelolaan usaha pada sentra makanan maupun batik sedangkan untuk Koperasi Wanita dilakukan pembinaan dalam hal pengelolaan administrasi keuangan terhadap 186 Koperasi Wanita. Dalam hal dukungan finansial terdapat pinjaman melalui program koordinasi penggunaan dana pemerintah yaitu dana bergulir dan untuk mendorong para pelaku usaha perempuan agar konsisten dalam hal pembayaran pinjaman dimana sebelum tahun 2016 masih diberlakukan pinjamantanpajaminanmakamulaitahun2016diharuskan ada jaminan untuk mendapatkan pinjaman, dalam hal pembinaan bagi UKM disediakan juga tenaga konsultan bisnis (TKB) yanga berada di kecamatan yang berjumlah 15 orang.
  • 46. 40 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan Adapun pelaku usaha perempuan yang banyak mendapat dana bergulir dimaksud diantaranya usaha perempuandibidangpertokoan,pertaniandanpeternakan. Sebagai contoh data yang diperoleh dari dokumen RKPD Dinkop dan UKM Kabupaten Sampang Tahun 2015, menyatakan bahwa sasaran ketiga yaitu ”Meningkatnya Jumlah BPR / LKM (BPR/LKM aktif)”. Capaian sasaran tersebut dilaksanakan dengan program Program Utama Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, perhitungan capaian dapat digambarkan bahwa indikator pertama yang diukur adalah jumlah BPR/LKM (Kelompok) aktif target RPJM 8 LKM terealisasi 10 LKM melebihi target RPJM atau mencapai (125,00%) sedangkan Jumlah keseluruhan dari 35 LKM yang aktif ada 10 LKM atau mencapai (28,57) rata-rata prosentase capaian sasaran (125,00%) dengan memperoleh predikat sangat baik. Namun demikian meskipun indikator diatas rata- rata 90% tapi masih perlu mendapat perhatian yang lebih untuk upaya penyempurnaan akan menjadi perhatian guna perencanaan dan perbaikan kinerja di masa mendatang. Sedangkan sedangkan untuk mencapai tujuan dan sasaran kebijakan diperlukan penguatan ekonomi rakyat/masyarakat yang berbasis potensi lokal melalui pengembangansentraindustrikecil/UMKMdengansasaran meningkatnya jumlah BPR/LKM aktif. Strategi Program yang digunakan adalah Program Utama Pemberdayaan Usaha Skala Mikro dengan tujuan dan sasaran kebijakan memberdayakan LKM sebagai akses
  • 47. 41BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur permodalan masyarakat, sedangkan untuk perhitungan capaian dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Jumlah Usaha Mikro dan Kecil Indikator Jumlah Usaha Mikro Kecil dan menengah Non BPR merupakan parameter untuk mengetahui peningkatan ekonomi Kabupaten Sampang dari tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dinas koperasi dan UKM Kabupaten Sampang pada tahun 2014 jumlah UMKM sebanyak 27.130, sedangkan pada tahun 2015 bertambah sebesar 280 UMKM dengan jumlah total 27.410UMKMataumencapai(98,98%)didasarkanpada pemberian pelatihan pada para usaha pemula yang telah diberikan pemberdayaan bimbingan, pelatihan juga fasilitasi kemudahan prasarana usaha bagi usaha mikro kecil menengah. Sehingga memberi tambahan geliat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sampang semakinmembaikdantentunyaakanmenyeraptenaga kerja untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sampang. Indikator tersebut memperoleh katagori baik. Indikator pertama yang diukur adalah jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah target 27,335 Usaha Mikro Kecil (UMK) teralisasi 27.108 Usaha Mikro Kecil (UMK) atau mencapai (99.17%), sedangkan Jumlah Keseluruhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) target RPJM 27.405 UMKM terealisasi 27.410 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melebihi target RPJM atau mencapai (100.02%)
  • 48. 42 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan 2. Indikator kedua adalah jumlah pertumbuhan minat wira usaha baru dengan target 750 WUB terealisasi 970 atau mencapai (129.33%) sedangkan target 2014 jumlahWUBada500terealisasi760WUBataumencapai (152.00%) jadi ada peningkatan 260 WUB. Dari 2 (dua) indikator tersebut rata-rata prosentase capaian sasaran (98,06%) memperoleh katagori baik. Pada Program Utama Pemberdayaan Usaha Skala Mikro dengan kegiatan pemberdayaan lembaga keuangan mikro (LKM) dan sentra. Permasalahannya adalah terjadi pada belanja perjalanan dinas luar Ke OJK di Provinsi dalam rangka Sosialisasi dan pengurusan badan hukum LKM tidak terlaksana karena LKM kurang memenuhi syarat dan belanja cetak untuk buku organisasi dan usaha LKM terealisasi 28 buku dari target 36, solusinya adalah melakukan maping terhadap Pemberdayaan LKM sentra sebagai embrio terbentuknya koperasi baru dan sebagai LKM yang berorentasi kepada OJK sesuai dengan UU No 1 tahun 2013 tentang OJK. Apabila diamati capaian kinerja Dinkop dan UKM dalam rangka mengembangkan LKM yang ditujukan untuk menunjang wira usaha baru dapat dikatakan bahwa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sampang sudah cukup baik namun wira usaha baru tersebut masih belum bersifat khusus yang diperuntukan bagi usaha perempuan mengingat perempuan mempunyai tingkat kerentanan yang cukup tinggi untuk masalah kemiskinan.
  • 49. 43BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur 4. Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan di Kabupaten Sampang Pemerintah Kabupaten Sampang merupakan salah satu kabupaten yang menjadi sasaran program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan (PFK) yang merupakan satu program inovasi pengentasan kemiskinan yang berasal dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pelaksanaan program Jalin Matra di Kabupaten Sampang pada tahun 2015 terdapat 42 desa penermima bantuan yang tersebar di 8 Kecamatan,   antara lain Sampang,Torjun, Pengarengan, Sreseh, Camplong, Omben, Sokobanah, dan Kecamatan Banyuates. Bantuan akan disalurkan ke kelompok yang terdiri dari 10 sampai dengan 20 orang dimana penerimanya diberikan berdasarkan by name by addres. Sedangkan bantuannya, berupa bantuan modal usaha seperti bantuan hewan ternak kambing, bantuan peralatan untuk usaha perdagangan maupun usaha konveksi. Dari jumlah total 42 desa tersebut, tercatat ada 1.592 penerima, setiap penerima dianggarkan sebesar Rp. 2,5 juta, sehingga total dana yang dikucurkan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur di Kabupaten Sampang sekitar Rp. 4,9 miliar. Dalam pelaksanaannya tidak ada sanksi khusus apabila penerima bantuan penerima bantuan Jalin Matra tersebut gagal gagal dalam usahanya, namun penerima yang gagal menjalankan usahanya tidak akan didaftar kembali sebagai penerima manfaat di tahun berikutnya.
  • 50. 44 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan Program Jalin Matra PFK pada tahun 2016 yang dilaksanakan di Kabupaten Sampang ditujukan kepada 508 Kepala RumahTangga Perempuan (KRTP) di Kecamatan Omben, di 10 desa, yakni Desa Kebun Sareh, Karang Nengger, Gersempal, Meteng, Madulang, Kamondung, Tambak, Jrangoan, Angsokah, dan Desa Rongdalem. Sementara kegiatan Bantuan RTSM, dialokasikan kepada 208 RTSM di dua desa, dan di empat desa untuk kegiatan PK2. Program Jalin Matra PFK dilaksanakan melalui : 1. Fasilitasi pengembangan Usaha Produktif KRTP 2. Fasilitasi penguatan modal sosial KRTP melalui penguatan kelompok yang ditumbuhkan dari kesadaran partisipatoris, 3. Pengembangan jejaring usaha, baik disektor hulu, hilir maupun fasilitasi permodalan dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia KRTP. B. Pengembangan Usaha Perempuan di Kabupaten Bojonegoro 1. Permodalan Usaha Rumah Tangga Miskin melalui UPK di Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro masih terdapat sekitar 136 UPK (Unit Pengelola Kegiatan) yang lahir dari Program NasionalPemberdayanMasyarakatyaitulembagapengelola kegiatan ekonomi masyarakat milik desa/kelurahan, dan dikelola secara otonom oleh masyarakat namun belum dikhususkan untuk perempuan.
  • 51. 45BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur Saat ini aset UPK yang ada di seluruh kecamatan se-Kabupaten Bojonegoro mencapai Rp 120 miliar, tetapi belum ada regulasi yang jelas setelah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) selesai diakhir tahun 2014 dimana UPK tersebut rencana selanjutnya akan dikembangkan menjadi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang bisa saja diprioritaskan untuk usaha perempuan mengingat banyaknya kendala atau hambatan dalam pengembangan usaha perempuan diantaranya: 1. Lemahnya akses permodalan untuk pengembangan usaha. 2. Keterbatasan waktu karena perempuan masih harus mengurusi pekerjaan rumah tangga. 3. Masih rendahnya SDM perempuan di desa. UPK dibentuk melalui musyawarah desa/kelurahan, dan ditetapkan dengan peraturan desa sedangkan untuk kelurahan, ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati/ Walikota. Apabila di desa/kelurahan sudah terdapat lembaga ekonomi milik pemerintah desa/kelurahan sejenis UPK, maka sepanjang lembaga tersebut fungsional, tidak bermasalah dan disepakati dalam musyawarah, maka dapat difungsikan sebagai UPK yang mempunyai visi mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa/kelurahan melalui pengembangan usaha ekonomi dan pelayanan sosial. Sedangkan misinya adalah 1. meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin
  • 52. 46 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan (RTM) dengan cara menggerakkan perekonomian perdesaan melalui pemberian pelayanan di bidang keuangan dan pelayanan sosial. 2. Pengembangan usaha ekonomi melalui usaha simpan pinjam dan usaha kemitraan. 3. Pengembangan layanan sosial melalui sistem keterjaminan sosial bagi rumah tangga miskin. 4. Pengembangan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung perekonomian. 5. Mengembangkan jaringan kerjasama ekonomi dengan berbagai pihak. Selama ini Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Bojonegoro masih melakukan pembinaan maupun pelatihan kepada pelaku UPK untuk meningkatkan sumberdaya manusia karena mereka mempunyai semangat yang tinggi untuk tetap mengembangkan UPK tersebut dan harapannya UPK tersebut ada keberlanjutan misalnya dikembangkan menjadi BUMdes dengan alasan bahwa organisasi ekonomi perdesaanmenjadibagianpentingsekaligusmasihmenjadi titik lemah dalam rangka mendukung penguatan ekonomi perdesaan. Oleh Karen itu diperlukan upaya sistematis untuk mendorong organisasi ini agar mampu mengelola aset ekonomi strategis di desa sekaligus mengembangkan jaringan ekonomi demi meningkatkan daya saing ekonomi perdesaan.
  • 53. 47BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur BUMDes pada dasarnya merupakan bentuk konsolidasi atau penguatan terhadap lembaga-lembaga ekonomi desa. Beberapa agenda yang bisa dilakukan antara lain: (i) pengembangan kemampuan SDM sehingga mampu memberikan nilai tambah dalam pengelolaan aset ekonomi desa, (ii) mengintegrasikan produk- produk ekonomi perdesaan sehingga memiliki posisi nilai tawar baik dalam jaringan pasar, (iii) mewujudkan skala ekonomi kompetitif terhadap usaha ekonomi yang dikembangkan, (iv) menguatkan kelembagaan ekonomi desa, (v) mengembangkan unsur pendukung seperti perkreditan mikro, informasi pasar, dukungan teknologi dan manajemen, prasarana ekonomi dan jaringan komunikasi maupun dukungan pembinaan dan regulasi.   BUMDes merupakan instrumen pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi. Pendayagunaan potensi ini terutama bertujuan untuk peningkatan kesejahteran ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha ekonomi mereka. Disamping itu, keberadaan BUMDes juga memberikan sumbangan bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa yang memungkinkan desa mampu melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal. Dalam rangka membangkitkan ekonomi perdesaan danpengentasankemiskinanmelaluiProgramGerdu-Taskin Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengembangkan UPK yang terbukti secara signifikan sebagai lembaga dana dankeuanganperdesaan.UPKdipersiapkansebagaiembrio
  • 54. 48 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan BUMDes yang berfungsi sebagai pusat pengembangan ekonomi perdesaan dimana pembentukan BUMDes merupakan realisasi tindak lanjut pengembangan UPK. 2. Pengembangan Usaha Perempuan melalui Kopwan di Kabupaten Bojonegoro Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bojonegoro mempunyai peran yang cukup memadai dalam pengembangan usaha perempuan di Kabupaten Bojonegoro melalui pengembangan Kopwan. Pada tahun 2010 sampai 2013 Pemerintah Provinsi Jawa Timur melaksanakan program bantuan sosial kepada keluarga perempuan yang dimaksudkan untuk pertumbuhan ekonomi di perdesaan yang selanjutnya dari kelompok-kelompok masyarakat tersebut dikembangkan menjadiKopwandimanaterbentuk430kopwanpadatahun 2009 sampai 2010, masing-masing kopwan mendapatkan Rp. 25 juta yang kemudian Kopwan yang sudah terbentuk tersebut dalam perkembangannya ada yang kinerjanya bagus, kurang bagus maupun stagnan. Kopwan yang kinerjanya bagus berjumlah sekitar 140 Kopwan dan telah mendapatkan bantuan yang kedua, adapun penilainnya dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi adapun laporan hasil penilaiannya diserahkan kepada Pemerintah Provinsi JawaTimur dari hasil penilaian tersebut terdapat Kopwan yang mendapatkan bantuan sampai 4 putaran yaitu mendapatkan Rp. 200 juta yang dalam perkembangannya jenis usaha Kopwan tersebut ada yang
  • 55. 49BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur berbentukpertokoaan,usahabutik,salonmaupunkonveksi, namun ada juga yang khusus usaha simpan pinjam. Kendala yang dijumpai pada pengembangan Kopwan terutama yang berada di desa yang jauh dari ibu kota kabupaten diantaranya adalah masalah sumberdaya manusia yang rendah. Dalam hal ini Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bojonegoro telah melakukan bimtek maupun pelatihan diantaranya pelatihan penyusunan administrasi keuangan. Disamping itu masalah sulitnya akses permodalan bagi Kopwan, adapun strategi yang digunakan adalah menggali permodalan dari dalam Kopwan itu sendiri melalui peningkatan simpanan wajib, simpanan pokok maupun simpanan pokok maupun dengan peningkatan terhadap pelaksanaan sistem tanggung renteng. Permasalahan yang sering dijumpai pada Kopwan diantaranya adalah beberapa anggota Kopwan yang mengajukan pinjaman digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan yang bersifat konsumtif, dimana hal ini perlu adanya peningkatan kesadaran kepada anggota Kopwan agar tidak menggunakan hasil pinjamannya untuk kebutuhan yang sifatnya konsumtif. 3. Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro adalah salah satu daerah yang mendapatkan program Jalin Matra dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan dukungan pendampingan dan pengalokasian dana program Jalin Matra Provinsi
  • 56. 50 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan Jawa Timur yang dilaksanakan tahun 2015 sampai 2018 berdasarkan MoU yang dilakukan antara Gubernur Jawa Timur dan Bupati Bojonegoro. Program Jalin Matra PFK di Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2014 sebagai pilot project dilaksanakan pada 6 desa yang terdapat di 3 Kecamatan, pada tahun 2015 dilaksanakan di 8 desa pada 4 kecamatan. Menurut petunjuk pelaksanaan Program Jalin Matra PFK Kabupaten Bojonegoro kondisi permasalahan dan kemiskinan yang dihadapi rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan secara umum lebih kronis dibanding dengan kepala rumah tangga laki-laki. KRPT tidak hanya mengalami permasalahan di sektor ekonomi, tetapi juga problematika psikologis, sosial dan budaya. Kebutuhan untuk mendapatkan jalan keluar dari perangkap kemiskinan tidak cukup melalui fasilitasi akses ekonomi, tetapi memerlukan dukungan interaksi secara intensif dari figur yang secara keseharian sudah dikenal, dinilai mampu memberikan perlindungan, berkelanjutan, serta memiliki legitimasi sosial. Figur tersebut yang selanjutnya menjadi “mother care” atau laiknya sebagai sosok ibu/orang tua yang memiliki kepedulian yang tinggi, menjadi simpul interaksi dan berbagi antar KRTP sehingga akan memupuk harapan serta semangat untuk berjuang bersama-sama dalam upaya keluar dari kemiskinan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Berdasarkan kondisi tersebut, Kader dari Tim Penggerak PKK adalah figur yang tepat untuk berposisi sebagai “mother care” bagi KRTP. Gerakan PKK merupakan
  • 57. 51BAB 3 | Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Di JawaTimur gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah, yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat. Jejaring PKK dapat menjangkau kepada keluarga- keluargasecaralangsung,karenatelahterbentukkelompok- kelompok PKK RW, RT dan kelompok DasaWisma. Sehingga melalui optimalisasi TP-PKK dalam Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan (PFK) diharapkan dapat benar-benar secara riel memecahkan permasalahan kemiskinan yang berwajah perempuan ditingkat keluarga. Atas dasar permasalahan tersebut, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro sangat mendukung Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan (PFK) yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dengan membiayai program tersebut melalui APBD Kabupaten Bojonegoro atau yang biasa kita sebut Program Jalin Matra PFK Pola Mandiri (Matching Grant). Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan (PFK) ini dirancang untuk menangani kemiskinan perempuan, terutama bagi rumah tangga yang Kepala Rumah Tangga Perempuan (KRTP). Program ini tidak hanya sebagai upaya jangka pendek untuk memberikan bantuan kepada KRTP, tetapi terlebih daripada itu adalah sebagai program yang berkelanjutan dalam rangka untuk mengantisipasi adanya perangkap kemiskinan pada KRTP. Sehingga cita-cita untuk mewujudkan masyarakat Bojonegoro yang sehat, cerdas dan produktif secara bertahap dapat terwujud.
  • 58. 52 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan
  • 59. 53BAB 4 | Inventarisasi Problematika Dan Langkah Strategis BAB IV INVENTARISASI PROLEMATIKA & LANGKAH STRATEGIS A. Inventarisasi Problematika Lembaga Keuangan Non Bank bagi Usaha Perempuan Pada dasarnya kondisi lembaga keuangan non bank bagi usaha perempuan pada dua kabupaten di Jawa Timur tersebut didominasi oleh koperasi wanita yang diinisiasi oleh pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten yang dalam kenyataannya masih terdapat beberapa koperasi wanita yang tidak aktif maupun stagnan yang disebabkan karena permasalahan SDM pelaku koperasi wanita yang relatif masih rendah terutama terjadi pada koperasi wanita yang terdapat di perdesaan yang jauh dari pusat kota disamping itu masalah permodalan dan masih ketergantungannya pada pemerintah. Dalam hal kuantitas Kabupaten Sampang mempunyai 186 koperasi wanita sedangkan Kabupaten Bojonegoro mempunyai 400 koperasi wanita, sedangkan jika dilihat dari segi kualitas kondisi koperasi wanita pada kedua kabupaten tersebut kurang dari 50% dalam keadaan sehat atau baik dari sisi manajemen dan keuangannya. Terdapat lembaga keuangan non bank bagi usaha perempuan yang merupakan ex program PNPM yaitu
  • 60. 54 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan Simpan Pinjam Perempuan yang melekat pada Unit PelaksanaKegiatan(UPK),dimanadalamperkembangannya setelah program PNPM berakhir maka berhentilah semua kegiatan simpan pinjam perempuan tersebut padahal sebenarnya asset yang dimiliki baik berupa gedung dan modal masih cukup besar. Disamping lembaga keuangan non bank tersebut sebenarnya terdapat juga program pemberdayaan masyarakat dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur yaitu ProgramJalinMatraPenanggulanganFeminisasiKemiskinan (PFK) yang memang ditujukan bagi usaha perempuan. Salahsatuhambatandalamyangdijumpaidalamhal pengembangan lembaga keuangan non bank bagi usaha perempuan adalah belum adanya regulasi maupun payung hukum terutama untuk lembaga yang lahir dari program pengentasan kemiskinan yang telah berakhir, sehingga walaupun mempunyai asset yang cukup besar namun tidak bisa melakukan kegiatan yang konkrit bagi pengembangan usaha perempuan. B. Langkah Strategis Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank bagi Usaha Perempuan Dari berbagai permasalahan maupun kondisi lembaga keuangan non bank bagi usaha perempuan di Jawa Timur diharapkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun Pemerintah Kabupaten meningkatkan anggaran bagi permodalan tidak hanya kepada koperasi wanita yang dinilai sehat namun juga untuk koperasi wanita yang
  • 61. 55BAB 4 | Inventarisasi Problematika Dan Langkah Strategis tidak sehat dengan diberikan pendampingan maupun pengawasan yang lebih intensif, disamping itu juga perlu lebih mengintensifkan pelatihan, pembinaan dan pengawasan maupun pendampingan agar koperasi yang telah ada dapat terus berkembang dan lebih banyak banyak menjangkau layanannya bagi usaha perempuan. Dalam hal pemanfaatan maupun pengembangan Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) eks-program PNPM maupun Gerdutaskin yang mempunyai unit usaha Simpan Pinjam Perempuan, Pemerintah Kabupaten dengan fasilitasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam hal ini Badan Pemberdayaan Perempuan menindaklanjuti permasalahan terhentinya kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang melekat pada Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) yang masih mempunyai asset cukup besar tersebut dengan menginformasikan maupun memberikan masukan kepada Pemerintah Pusat agar segera membuat payung hukum maupun regulasi untuk menentukan langkah berikutnya berkaitan dengan pengembangan usaha perempuan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun Pemerintah Kabupaten/Kota harus bersinergi mendorong dan memfasilitasi serta melakukan maping terhadap Pemberdayaan LKM sentra sebagai embrio terbentuknya BUMDes maupun koperasi baru dan sebagai LKM agar berorentasi kepada OJK sesuai dengan UU No 1 tahun 2013 tentang OJK. BerkaitandengankeberlanjutanprogramJalinMatra PFK cukup dirasakan manfaatnya bagi pengembangan usahaperempuanmiskinsehingga PemerintahKabupaten/
  • 62. 56 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan Kota benar-benar mendukung program tersebut sampai berakhirnya program dan mulai saat ini baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten diharapkan memfasilitasi kegiatan pasca program dimaksud agar terdapat keberlanjutan setelah berakhirnya Program Jalin Matra dengan memfasilitasi maupun mengarahkan agar terbentuknya koperasi wanita ataupun Badan Usaha Milik Desa yang khusus ditujukan untuk pengembangan usaha perempuan.
  • 63. 57Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan DAFTAR PUSTAKA Amira, 2012. Membangun E-Learning dengan Learning Management System Moodle. Jakarta: PT Berkah Mandiri Globalindo. Horoepoetri, Arimbi dan Santosa, 2003. Peran Serta Masyarakat Dalam. Pengelolaan Lingkungan, Jakarta: Walhi. Journal of Research on Women and Gender. March. 1. 169 -190. Kader,R.A.,Mohamad,R.M.,andIbrahim,C.A.2009.Success Factos for Small Rural Entrepreneurs under the One- District-One –Industry Programme in Malaysia. Contemporary Management Research. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988. Komarudin, 1994. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara Nurastuti, Wiji, 2011. Teknologi Perbankan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Panda.N.M, 2000. What brings entrepreneurial success in a developing region?. Journal of Entrepreneurship. Panggabean, Riana. 2005. Efektivitas Program Dana Bergulir Bagi Koperasi dan UKM. Infokop No. 26. Parker, B.J. 2010. A Conceptual Framework for Developing the Female Entrepreneurship Literature. Poerwadarminta, 1995, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
  • 64. 58 Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan Reijonen,H., & Kompulla,R. 2007. Perception of Success and Its Effect on Small Firm Performance. Journal of Small Business and Enterprise Development. Smeru, Kementrian Pemberdayaan Perempuan RI, 2003, Upaya Penguatan Usaha Mikro Dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Perempuan Tambunan, T, 2009. Women Entrepreneurship in Asian Developing Countries: Their Development and Main Constraints. Journal of Development and Agricultural Economics. Tambunan,T. 2012. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia. Isu-isu Penting. Jakarta : Penerbit LP3ES. Wasistiono, Sadu, 2002. Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah. Jakarta L: Fokus Media. http://www.rmol.co/read/2013/10/22/130347/DPP-Iwapi- Motivasi- http://wartaekonomi.co.id/berita9636/hipmi-berharap- porsi-jumlah-wanita-pengusaha-meningkat.html.
  • 65. 59Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Bagi Usaha Perempuan TENTANG PENULIS Irwantoro, S.Sos., MSi lahir di Surabaya, tanggal 20 Mei 1969, lulus S1 Fakultas Ilmu Adminitrasi Negara Universitas Brawijaya Malang Tahun 1994 dan lulus S2 Ilmu Administrasi Publik Universitas WR. Supratman Surabaya Tahun 2011. Pekerjaan: (1) Peneliti Muda Bidang Kebijakan dan Administrasi pada Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur (2) Dosen Luar Biasa FISIP Universitas Pembangunan Nasional JawaTimur.Diklatyangpernahdiikuti:(1)PelatihanPenelitiandan Statistik,BadanLitbangProvJatim–LPPMUNAIR,SurabayaTahun 2004 (2) Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Pertama Pusbindiklat Peneliti LIPI, Bogor Tahun 2009 (3) Bintek Metodologi Penelitian Mix Methods Badan Litbang Kemendagri, Jakarta Tahun 2010 (4) Diklat Local Economic Resources Development, BAPPENAS – RCCP FIA Unibraw, Malang Tahun 2011.