SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 55
1
ANALISIS KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN
PERUBAHAN PADA ORGANISASI PERSATUAN SEPAK
       BOLA SELURUH INDONESIA (PSSI)




                LAPORAN PENELITIAN




                   TIM PENELITI
            KELAS MANAJEMEN PERUBAHAN




            PROGRAM STUDI MANAJEMEN
           FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
             UNIVERSITAS PARAMADINA
                     JAKARTA
                       2012


                                         2
TIM PENELITI


Penanggung Jawab                      : Tedy Jiwantara Sitepu

Project Manager                       : Ence Ramli Alrashid

Manager Bidang Persepakbolaan         : Emil Roem Husain

Anggota                               : Novita Sanjaya

                                       Sonya Rizky

Manager Bidang Keorganisasian         : Maemar Chadavid Syamtar

Anggota                                Aisyah Nur Inayati

                                       Anisa Restanti

Manager Bidang Sumber Daya Manusia    : Agung Haryotejo

Anggota                                Remy Thalita Putri

Manager Bidang Keuangan               : Vina Triana Sudarto

Anggota                                Indah Dewi Novrinta

Manager Bidang Publikasi dan Data     : Iriviene Maretha




                                                                  3
Daftar Isi



Daftar Isi

Kata Pengantar

Bab. 1 – Pendahuluan

1.1.    Latar Belakang

1.2.    Tujuan Penelitian

1.3.    Ruang Lingkup Penelitian

1.4.    Metode Penelitian

1.5.    Sistematika Penelitian



Bab. 2 – Kondisi Pengelolaan Persepakbolaan, Keorganisasian, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Keuangan PSSI, dan Permasahannya

2.1.Kondisi terkini serta permasalahan pengelolaan persepakbolaan

2.2.Kondisi terkini serta permasalahan keorganisasian

2.3.Kondisi terkini serta permasalahan manajemen sumber daya manusia

2.4.Kondisi terkini serta permasalahan keuangan



Bab. 3 – Pola Kebijakan dalam Manajemen Perubahan PSSI

3.1     Bentuk kebijakan dalam manajemen perubahan PSSI

3.2     Perbandingan manajemen perubahan persepakbolaan di negara maju



Bab. 4 – Analisis Kebijakan Manajemen

4.1. Aspek persepakbolaan mengenai rencana pembenahan
4.2. Aspek Organisasi mengenai rencana pembenahan

4.3. Aspek SDM mengenai rencana pembenahan


                                                                         4
4.4. Aspek Keuangan mengenai rencana pembenahan

4.5. Penyusunan model kebijakan manajemen perubahan di PSSI.


Bab. 5 – Saran Pembenahan Manajemen Perubahan
5.1. Prinsip-prinsip manajemen perubahan PSSI

5.2.Pokok-pokok aturan
5.3. Tahapan Implementasi manajemen perubahan di PSSI.


Bab. 6 – Penutup
Daftar Pustaka




Kata Pengantar

                                                               5
Sudah bertahun-tahun sepak bola Indonesia mengalami paceklik prestasi.
Untuk seukuran negara besar dengan populasi penduduk sebanyak 230 juta jiwa,
yang mayoritas masyarakatnya sangat menyukai olahraga sepak bola. Data
membuktikan selama bertahun-tahun Indonesia hanya menggunakan ukuran
kawasan Asia Tenggara sebagai titik ukur prestasinya. Akan tetapi di kawasan ini
saja sepak bola Indonesia mash miskin akan prestasi.

       Kondisi tersebut disinyalir karena lemahnya kualitas manajemen
persepakbolaan di Indonesia dalam hal ini PSSI sebagai lembaga yang memang
bertanggung jawab terhadap hidup matinya dunia pesepakbolaan di Indonesia.
Tak hanya itu, isu-isu negatif mengenai kredibilitas lembaga ini pun membuat
setiap lapisan masyarakat menanyakan eksistensi dan kompetensinya dalam
mengelola persepakbolaan di Indonesia.

       Salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut yaitu dengan
melakukan manajemen perubahan secara menyeluruh dan fundamental dalam
pada organisasi yang memang bertanggung jawab terhadap kemajuan
persepakbolaan Indonesia, dalam hal ini PSSI.

       Untuk itu, kami mahasiswa kelas Manajemen Perubahan Program Studi
Manajemen Universitas Paramadina bermaksud melakukan penelitian berkenaan
dengan analisis kebijakan dan menajemen perubahan dalam tubuh organisasi
PSSI. Yang berfokus pada empat aspek utama yaitu bidang persepakbolaan,
keorganisasian, manajemen sumber daya manusia, dan keungan.

       Kami berharap penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
pembenahan manajemen perubahan pada organisas PSSI di masa depan.

Jakarta, Mei 2012

Penyusun

                                     BAB 1


                                                                              6
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
        Sepak bola merupakan olahraga yang siapapun mengenalnya, bisa
memainkannya, dan ada di seluruh belahan dunia manapun.           Sepak bola
merupakan magnet dalam kehidupan global saat ini. Sepak bola tidak hanya
merupakan olahraga semata, namun sudah menjadi entertainment bagi banyak
orang. Bahkan sepak bola bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. Piala Dunia
tahun 2010 di Afrika Selatan telah memberikan contoh bagaimana sepak bola
mampu menghipnotis ribuan mata di dunia dan memutar roda perekonomian
secara makro yang menghidupi sebuah negara.

        Bagi bangsa Indonesia, sepak bola memiliki ikatan sejarah yang sangat
kuat. Lewat sepak bola bangsa ini dipersatukan. Dan karenanya pula nama
bangsa Indonesia dikenal di seluruh dunia. Ia seakan menjadi solidarity maker
bagi segenap bangsa yang menyukainya. Tentu
kita masih ingat bagaimana sepakbola Indonesia
menjadi buah bibir saat mampu menahan imbang
Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne, Australia
1956 saat ditagani Antun Pogacknik.

Gambar 1. Tabel Peringkat Prestasi Sepak Bola Indonesia di
FIFA

        Dua tahun kemudian, nama Indonesia
mejadi pujaan karena meraih medali perunggu
pada Asian Games 1958 di Tokyo Jepang.
Puncaknya, Indonesi pernah meraih medali emas
pada ajang SEA Games 1987 untuk pertama
kalinya.

        Sudah bertahun-tahun sepak bola Indonesia mengalami paceklik prestasi.
Untuk seukuran negara besar dengan populasi penduduk sebanyak 230 juta jiwa,
yang mayoritas masyarakatya sangat menyukai olahraga sepak bola. Data

                                                                            7
membuktikan selama bertahun-tahun Indonesia hanya menggunakan ukuran
kawasan Asia Tenggara sebagai titik ukur prestasinya. Akan tetapi di kawasan ini
saja sepak bola Indonesia mash miskin akan prestasi.

        Indonesia terakhir kali meraih medali emas di SEA Games pada tahun
1991. Di Piala AFF, yang digelar sejak 1996, Indonesia sama sekali tak pernah
merasakan menjadi juara sampai saat ini.




                  Gambar 2. Grafik Prestasi Sepakbola Indonesia di FiFA

                                data diolah oleh penulis




        Begitu pula dengan eksistensinya di Piala Dunia, sampai saat ini Indonesia
tidak pernah bisa lolos kualifikasi, dan berlaga di kompetisi bergengsi skala dunia
tersebut. Kesempatan Indonesia di Piala Dunia pernah terlihat pada tahun 1938
dimana tim sepak bola Indonesia masuk putaran final melawan Hungaria. Dan
kesempatan itu tidak pernah menghinggapi tim sepak bola Indonesa lagi sampai
saat ini.

        Kemunduran prestasi prestasi tim nasional Indonesia dalam tahun-tahun
belakangan berakibat pada semakin rendahya ranking Indonesia di FIFA.


                                                                                 8
Semenjak 2003 hingga kini, peringkat Indonesia                   bahkan terus menerus
mengalami penurunan.




                  Gambar 3. Prestasi Tim Nasional Indonesia 7 Tahun Terakhir

                           Diolah dari berbagai sumber oleh penulis




       Kompetisi sepakbola di Indonesia masih jauh dari dari sebutan
berkualitas. Mestinya kompetisi sepak bola Indonesia bisa dibangun menjadi
lebih baik dan memberikan keuntungan bagi klub-klub pesertanya. Namun
potensi itu tak tersentuh dengan baik, nilai komersil kompetisi sepakbola
Indonesa pun masih sangat rendah. Akibatnya klub-klub tak kunjung mandiri,
dan menggantungkan diri dari subsidi pemerintah. Selanjutnya aspek kompetisi
berjenjang dan kualitas lapangan menjadi masalah yang serius di ranah sepak
bola Indonesia.




                                                                                    9
Disamping        itu       buruknya
pembinaan pemain muda menjadi salah
satu masaah yang menjadi kualitas
permainan sepak bola Indonesia masih
jauh    dari     maksimal.       Seharusnya
pembinaan        yang       terarah         dan
berkesinambungan           harus       selalu
diprioritaskan      demi       menciptakan
talenta-talenta muda yang berprestasi
dan berkualitas.

        Sepak bola Indonesia bukan saja
memerlukan perubahan, melainkan juga
membutuhkan sistem pengelolaan yang
berkualitas, sehingga perubahan ke arah
yang lebih baik bisa tercapai.

Gambar 3. Tabel Ratio Perbandingan Jumlah
Ratio Klub dan Pemain yang Dibina

Dan berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian yang berjudul ANALISI KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PERUBAHAN
PADA ORGANISASI PERSATUAN SEPAK BOLA SELURUH INDONESIA (PSSI).



1.2.Tujuan Penelitian
        Penelitian ini memiliki beberapa tujua utama diantaranya yaitu :

        1. Memahami strategi PSSI dalam melakukan manajemen perubahan
        2. Memahami permasalahan yang dihadapai PSSI dalam manajemen
            perubahan
        3. Memberikan saran terhadap pemangku kebijakan di PSSI dalam

            melakukan manajemen perubahan




                                                                           10
1.3.Ruang Lingkup Penelitian
       Ruang   lingkup   penelitian   meliputi   pembahasan    tentang   bidang
persepakbolaan, sumber daya manusia, keorganisasian, serta keuangan. Fokus
penelitian yang dilakukan adalah pada aspek menejemen perubahan (change
maagement) di PSSI. Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan utama yaitu :

       1. Melakukan      studi   literatur   perkembangan      dan    kemajuan
          persepakbolaan di Indonesia
       2. Melakukan komparasi kebijakan manajemen perubahan dan prestasi
          persepakbolaan di negara maju
       3. Membuat suatu model kebijakan manajemen perubahan di bidang
          olahraga sepakbola yang dapat meningkatkan prestasi dan kemajuan
          persepakbolaan Indonesia.


1.4.Manfaat Penelitian
       Penelitian ini diharapka memberikan manfaat semua pihak yang dianggap
terkait dengan kemajuan persepakbolaan di Indonesia diantaranya :

       1. Universitas
           •   Perwujudan dari visi dan misi Universitas Paramadina, sebagai
               pusat penelitian dan kebudayaan
           •   Menjalankan peran Universitas sebagai pendorong kemajuan
               bangsa melalui analisis berbagai sektor kebijakan
           •   Menjadikan Universitas Paramadina sebagai kampus yang
               concern terhadap perkembangan bidang olahraga
       2. Masyarakat
           •   Mendorong pertumbuhan olahraga         sepakbola sebagai sektor
               industri yang prospektif dan menguntungkan
           •   Meningkatkan rasa nasionalisme melalui olahraga
       3. Pemerintah




                                                                               11
•   Menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam merumuskan
                kebijakan dalam membentuk peraturan pemerintah
            •   Sebagai masukan dalam perumusan kebijakan manajerial di PSSI
            •   Memperoleh       masukan       tentang   tahapan    impelementasi
                manajemen perubahan
       4. Swasta
            •   Turut andil dalm pengembangan dan kemajuan sepakbola di
                Indonesia
            •   Membantu lahirnya kebijakan dalam manajemen perubahan yang
                lebih efektif
            •   Sebagai bagian dari kegiatan CSR – Reputation Management
                Perusahaan
       5. Pelaku Olahraga
            •   Meningkatkan motivasi atlet agar semakin produktif dalam
                meraih prestasi di kancah domestik dan internasional
            •   Menstimulasi atlit maupun calon atlit untuk menjadikan olahraga
                sepakbola sebagai profesi yang membanggakan


1.5.   Metode Penelitian
       Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif, menggunakan bentuk penelitian
Scoping study dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan
pendekatan yang ditujukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai
organisasi, sistem atau peristiwa khusus. Pendekatan kualitatif juga bertujuan untuk
menyediakan penjelasan tersirat mengenai struktur, tatanan dan pola yang luas yang
terdapat dalam suatu sistem tertentu. Metode yang digunakan ditujukan untuk
pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang persepakbolaan, suber
daya manusia, keorganisasian, serta keuangan di PSSI.

       Kegiatan penelitian dilakukan dalam empat tahap berikut :

       Tahap I, adalah studi pustaka dan fact finding. Pada tahap ini dilakukan
pengumpulan berbagai data dan informasi terkini tentang sepak bola dan PSSI.


                                                                                 12
Terutama yang terkait dengan manajemen perubahan dan aplikasinya. Informasi
tersebut akan diperoleh dari buku, media massa, wawancara tokoh, peraturan-
perundangan, dan sumber lainnya. Hasil pelaksanaan Tahap I adalah dasar teoritis yang
kuat untuk pembahasan masalah selanjutnya.

       Tahap II, dilakukan dalam dua kegiatan yaitu: penyusunan model manajemen
perubahan kegiatan persepakbolaan dan perbandingan sistem/ kebijakan manajerial
dengan beberapa institusi sejenis di negara maju. Penyusunan model manajemen
perubahan kegiatan persepakbolaan yang ditujukan untuk memperoleh gambaran
komprehensif bagaimana aplikasi manajemen perubahan pada PSSI. Gambaran ini juga
akan menunjukkan pihak-pihak yang terkait dengan aktivitas tersebut. Perbandingan
dengan sistem/ kebijakan institusi sejenis di negara maju diperlukan untuk mencari best
practices yang dilakukan mereka. Dari perbandingan ini diharapkan penelitian dapat
mengidentifikasi praktik mana yang dapat diterapkan di Indonesia.

       Tahap III, adalah analisis impact yaitu melakukan analisis apa pengaruh yang
diharapkan terjadi dengan penerapan model manajemen perubahan yang dirancang
serta berbagai usulan perbaikan dalam kebijakan manajerial PSSI ke depan.

       Tahap IV, adalah penyusunan rumusan kebijakan manajerial sebagai hasil utama
dari penelitian ini. Rumusan kebijakan ini diharapkan dapat menjadi bagian dari rujukan
penerapan manajemen perubahan di PSSI.




                                                                                    13
Gambar. 4 Tahapan Penelitian




1.6.Sistematika Penelitian



       BAB 1 PENDAHULUAN

       Bab 1 berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, tujuan penelitian,
       ruang lingkup penelitian, metode, dan sistematika penelitian.




       BAB II KONDISI PENGELOLAAN PERSEPAKBOLAAN, KEORGANISASIAN,
       MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, KEUANGAN PSSI, DAN
       PERMASALAHANYA

       Bab II menjelaskan bagaimana kondisi pengelolaan persepakbolaan,
       keorganisasian, manajemen sumberdaya manusa, dan keuangan PSSI saat
       ini . Dan bagian ini juga mengikhtisarkan pokok permasalahan saat ini
       yang selanjutkan dijadikan dasar arah penelitian ini, sehingga nantinya
       dapat dibuat usulan untuk solusi bagi pembenahan dalam manajemen
       perubahan di PSSI.




       BAB III POLA KEBIJAKAN DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN PSSI

       Bab II menjelaskan beberapa dua penting diantaranya yaitu bentuk
       kebijakan dalam manajemen perubahan PSSI, dan perbandingan
       manajemen perubahan persepakbolaan di negara maju




       BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN MANAJEMEN




                                                                              14
Bab IV menjelaskan      beberapa aspek penting dalam manajemen
perubahan PSSI meliputi aspek persepakbolaan mengenai permasalahan
dan rencana pembenahan, aspek Organisasi mengenai permasalahan dan
rencana pembenahan, aspek SDM mengenai permasalahan dan rencana
pembenahan, aspek Keuangan mengenai permasalahan dan rencana
pembenahan, sertapenyusunan model kebijakan manajemen perubahan
di PSSI.


BAB V SARAN PEMBENAHAN MANAJEMEN PERUBAHAN
Bab V berisikan saran dan rekomendasi berkenaan dengan prinsip-prinsip
manajemen perubahan PSSI, pokok-pokok aturan, serta tahapan
Implementasi manajemen perubahan di PSSI.


BAB VI PENUTUP
Bab VI akan menutup seluruh tulisan hasil penelitian dengan berbagai
catatan dan rekomendasi untuk berbagai pihak yang terkait.




                                                                   15
BAB II

 KONDISI PENGELOLAAN PERSEPAKBOLAAN, KEORGANISASIAN, MANAJEMEN
     SUMBER DAYA MANUSIA, KEUANGAN PSSI, DAN PERMASALAHANYA




2.1 Kondisi terkini serta permasalahan pengelolaan persepakbolaan

       Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) merupakan sebuah
organsasi tertinggi yang menaungi seluruh klub dan komunitas yang ada di
Indonesia. Saat ini sepakbola bukan hanya sebagai olahraga saja, melainkan
suatu bisnis yang melakukan perputaran ekonomi yang sangat besar. Nilai gaji
pemain sampai nilai transfer sudah mencapai angka yang cukup tinggi.
       Posisi tersebut menempatkan sepakbola menjadi sebuah industri baru.
Positioning sepakbola di Indonesia mengalami banyak perubahan, apalagi di saat
kompetisi Galatama dan Perserikatan diganti dan dilebur menjadi satu dalam
Liga Indonesia. Melihat fenomena yang terjadi sebelumnya ketika gelombang
unjuk rasa anti Nurdin Halid gencar terjadi, masyarakat yang mengatasnamakan
diri sebagai pecinta sepak bola tanah air melakukan aksi demonstrasi menuntut
Nurdin Halid yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PSSI agar segera turun dari
jabatannya. Masyarakat menilai selama ini belum ada prestasi yang bisa




                                                                           16
dibanggakan. Jangankan prestasi di level Asia, level Asia Tenggara saja Indonesia
masih kalah bersaing dengan negara tetangga.
       Akibat minimnya prestasi timnas saat PSSI dipimpin Nurdin, tuntutan agar
ia mundur sebagai ketua umum PSSI sudah dan masih terus disuarakan oleh
banyak kalangan di berbagai penjuru tanah air. Ribuan suporter dari berbagai
klub yang ada di Indonesia juga turun ke jalan menuntut agar segera
dilakukannya Revolusi besar-besaran di tubuh PSSI. Demonstrasi anti Nurdin
Halid mencapai puncaknya ketika ribuan suporter mendatangi kantor PSSI di
Senayan, Jakarta.selain demo besar-besaran yang terjadi, penolakan terhadap
Nurdin Halid juga muncul didunia maya melalui gerakan 1 juta facebooker.
Disamping pemberitaan yang gencar terhadap Nurdin Halid tentunya
memunculkan opini yang berbeda-beda di masyarakat. Media memiliki peran
yang sangat besar dalam menentukan peristiwa mana yang akan diangkat.
Peristiwa yang sama bisa saja diberitakan secara berbeda pula tergantung
bagaimana media mengkonstruksi realitas yang ada. Setelah turunnya Nurdin
Halid, dan terpilih lah Djohar Arifin Husein yang dipilih melalui kongres Solo.
       Kongres yang diadakan di Solo pada bulan Juli 2011 merupakann
kepemimpinan yang sah setelah FIFA mengesahkan kepemimpinannya. Djohar
dinyatakan sah menjadi Ketua Umum baru PSSI setelah mengantongi total 61
suara di putaran kedua.
       Keberhasilan Djohar mendapatkan dukungan suara mayoritas dalam
Kongres Pemilihan Ketua Umum federasi sepakbola tertinggi di Indonesia itu tak
lepas dari dukungan kelompok mayoritas pemilik suara sah PSSI yang dikenal
dengan sebutan Kelompok 78.
       Sebelumnya, kelompok tersebut memaksa untuk mengusung pasangan
George Toisutta dan Arifin Panigoro. Namun, setelah melakukan membuat
kesepakatan yang isinya Johar akan menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) setelah
tiga bulan terpilih sebagai ketua umum PSSI, mereka pun akhirnya bersedia
menyumbangkan suaranya untuk Djohar.




                                                                                  17
Lalu siapakah sebenarnya sosok Djohar Arifin Husein? Djohar merupakan
Mantan Deputi Pemberdayaan Olahraga Menteri Pemuda dan Olahraga
(Menegpora). Dia juga pernah mencalonkan diri sebagai Ketua Umum KONI
Pusat. Jika berkaca pada pengalamannya di dunia olahraga, Djohar bukan orang
sembarangan. Dia berkecimpung langsung, mulai dari tingkat provinsi hingga
menjadi Sekjen KONI Pusat dan Deputi Menegpora. Sedangkan untuk di tingkat
provinsi, Djohar Arifin Husein juga pernah mengemban amanat sebagai Ketua
Umum Pengda PSSI Sumatera Utara.
       Pergantian ketua umum PSSI dari Nurdin Halid ke Djohar Arifin ternyata
tidak begitu saja membawa perubahan yang positif bagi PSSI. Masih banyak
masalah lama dan baru yang harus diselesaikan oleh kepengurusan yang baru
dalam hal ini yang dipimpin oleh Djohar Arifin. Ketika Djohar Arifin terpilih
sebagai ketua umum PSSI yang baru, harapan seluruh masyarakat pencinta sepak
bola Indonesia tentu adanya sebuah revolusi di PSSI yang akan menghasilkan
sederet prestasi yang membanggakan. Memang bukan hal mudah untuk
melanjutkan sebuah organisasi tanpa ada kerja sama oleh pengurus yang
sebelumnya. Tentu kepengurusan yang baru akan mengalami kesulitan
menentukan arah dan tujuan organisasi tersebut.

       Pengamatan peneliti di bidang persepakbolaan, menemukan adanya
masalah-masalah harusnya menjadi perhatian oleh PSSI yang baru untuk lebih
meningkatkan kualitas dan kelas sepakbola Indonesia. Dari beberapa masalah
kami fokus pada 5 pokok masalah yang telah kami telusuri dan mencoba mencari
solusinya.

       Masalah yang pertama yaitu masalah dualisme kompetisi. Masalah ini
sebenarnya disebabkan karena pihak liga yang dulu (PT. Liga Indonesia) tidak
bersedia menyerahkan kewenangan kepada PSSI yang baru (PT. Liga Prima
Indonesia). Hal tersebut menyebabkan adanya dua kompetisi yang berjalan yaitu
Liga Prima Indonesia dan Liga Super Indonesia. Dari dua kompetisi tersebut
hanya satu yang diakui oleh PSSI yaitu PT. Liga Prima Indonesia, yang tidak lain


                                                                             18
adalah Liga yang baru muncul dan belum memliki divisi-divisi serta hanya
memliki 12 tim pada kompetisi utamanya.

       Masalah yang kedua yaitu masalah kompetisi dan peningkatan
kualitasnya agar tidak tertinggal dari negara-negara lain. Masalah kompetisi ini
bisa terlihat dari beberapa indikator, rendahnya kualiatas kompetisi di Indonesia
menyababkan kompetisi sepakbola di Indonesia tertinggal jauh dari negara-
negara lain, hal ini terbukti dengan melorotnya posisi timnas pada peringkat
FIFA. seperti kurangnya disiplin para pemain, ketidak disiplinan pra pemian ini
menyababkan pada rendahnya kualitas pemain di liga.

       Masalah yang ketiga ada pada pembinaan usia muda. Dimana proses
pembinaan pemain sepak bola muda di Indonesia belum merata dan terkelola
secara maksimal, sehingga potensi-potensi yang ada jadi tidak diberdayakan dan
dimanfaatkan secara maksimal sehingga kualitas pemain muda Indonesia masih
kalah oleh negara-negara lain.

       Masalah yang ke empat yaitu infrasrtuktur yang ada. Infrastruktur yang
ada di Indonesia saat ini dapat dikatakan masih tertinggal dari negara-negara
lain. Untuk menyediakan infrastruktur yang berstandar dunia butuh dana yang
tidak sedikit dan tidak mungkin hanya mengandalkan dana dari pemerintah.

       Masalah yang ke lima, yaitu kebebasan media di Indonesia yang terlalu
mengekspose seluruh kegiatan pemain timnas sehingga konsentrasi mereka
untuk bertanding menjadi sedikit terganggu. Dimana proses pemberitaan sampai
menjurus pada persoalan-persoalan personal para pemain, dan terlalu
berlebihan. Akibatnya fokus para pemain ketika latihan dan akan bertanding
akan sangat berkurang.




2.2 Kondisi terkini serta permasalahan keorganisasian

2.2.1 PSSI dari masa ke masa



                                                                              19
PSSI didirikan oleh Ir. Soeratin Sosrosoegondo1. Soeratin mulai merintis
pendirian sebuah organisasi sepak bola, yang bisa diwujudkan pada 1930.
Organisasi boleh dikatakan realisasi konkret dari Sumpah Pemuda 1928.
Nasionalisme itu dicoba dikembangkan melalui olahraga, khususnya sepak bola.
Soeratin melakukan pertemuan dengan tokoh sepak bola pribumi di Solo,
Yogyakarta, Magelang, Jakarta, dan Bandung.
        Di akhir tahun 1920, pertandingan voetbal atau sepak bola sering kali
digelar untuk meramaikan pasar malam. Pertandingan dilaksanakan sore hari.
Sebenarnya selain sepak bola, bangsa Eropa termasuk Belanda juga
memperkenalkan olahraga lain, seperti kasti, bola tangan, renang, tenis, dan
hoki. Hanya, semua jenis olahraga itu hanya terbatas untuk kalangan Eropa,
Belanda, dan Indo. Alhasil sepak bola paling disukai karena tidak memerlukan
tempat khusus dan pribumi boleh memainkannya.
        Lapangan Singa (Lapangan Banteng) menjadi saksi tempat orang Belanda
sering menggelar pertandingan panca lomba (vijfkam) dan tienkam (dasa lomba).
Khusus untuk sepak bola, serdadu di tangsi-tangsi militer paling sering
bertanding. Mereka kemudian membentuk bond sepak bola atau perkumpulan
sepak bola. Dari bond-bond itulah kemudian terbentuk satu klub besar. Tak
hanya serdadu militer, tapi juga warga Belanda, Eropa, dan Indo membuat bond-
bond serupa.


1
  Ir. Soeratin Sosrosoegondo (lahir di Yogyakarta pada 17 Desember 1898 - wafat 1 Desember
1959) adalah seorang insinyur Indonesia. Ia juga adalah ketua umum PSSI periode 1930-1940. Ia
adalah pendiri sekaligus ketua umum pertama PSSI (wikipedia.org). Ia menyelesaikan
pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman, pada tahun 1927 dan kembali
ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali, Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan
bangunan Belanda, Sizten en Lausada, yang berkantor pusat di Yogyakarta. Di sana beliau
merupakan satu-satunya orang Indonesia yang duduk sejajar dengan komisaris perusahaan
konstruksi besar itu. Akan tetapi, didorong oleh semangat nasionalisme yang tinggi, beliau
kemudian memutuskan untuk mundur dari perusahaan tersebut. Setelah berhenti dari Sizten en
Lausada, Soeratin lebih banyak aktif di bidang pergerakan. Sebagai seorang pemuda yang gemar
bermain sepak bola, beliau menyadari kepentingan pelaksanaan butir-butir keputusan yang telah
disepakati bersama dalam pertemuan para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928
(Sumpah Pemuda). Soeratin melihat sepak bola sebagai wadah terbaik untuk menyemai
nasionalisme di kalangan pemuda sebagai sarana untuk menentang Belanda.


                                                                                          20
Dari bond-bond itu kemudian terbentuklah Nederlandsch Indische
Voetbal Bond (NIVB) yang pada tahun 1927 berubah menjadi Nederlandsch
Indische Voetbal Unie (NIVU). Sampai tahun 1929, NIVU sering mengadakan
pertandingan termasuk dalam rangka memeriahkan pasar malam dan tak
ketinggalan sebagai ajang judi. Bond China menggunakan nama antara lain Tiong
un Tong, Donar, dan UMS. Adapun bond pribumi biasanya mengambil nama
wilayahnya, seperti Cahaya Kwitang, Sinar Kernolong, atau Si Sawo Mateng.
       Pada 1928 dibentuk Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) sebagai akibat
dari diskriminasi yang dilakukan NIVB. Sebelumnya bahkan sudah dibentuk
Persatuan Sepak Bola Djakarta (Persidja) pada 1925. Pada 19 April 1930, Persidja
ikut membentuk Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di gedung
Soceiteit Hande Projo, Yogyakarta. Pada saat itu Persidja menggunakan lapangan
di Jalan Biak, Roxy, Jakpus.
       Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi secara diam-diam untuk
menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian, ketika mengadakan
pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta, Soeri, ketua VIJ
(Voetbalbond Indonesische Jakarta), dan juga pengurus lainnya, dimatangkanlah
gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi sepak bola nasional. Selanjutnya,
pematangan gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung, Yogyakarta, dan
Solo yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti Daslam
Hadiwasito, Amir Notopratomo, A. Hamid, dan Soekarno (bukan Bung Karno).
Sementara itu, untuk kota-kota lainnya, pematangan dilakukan dengan cara
kontak pribadi atau melalui kurir, seperti dengan Soediro yang menjadi Ketua
Asosiasi Muda Magelang.
       Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil dari VIJ
(Sjamsoedin, mahasiswa RHS), BIVB - Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond
(Gatot), PSM - Persatuan sepak bola Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito,
A. Hamid, dan M. Amir Notopratomo), VVB - Vortenlandsche Voetbal Bond Solo
(Soekarno), MVB - Madioensche Voetbal Bond (Kartodarmoedjo), IVBM -
Indonesische Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB -


                                                                             21
Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Pamoedji). Dari pertemuan tersebut,
diambillah keputusan untuk mendirikan PSSI, singkatan dari Persatoean Sepak
Raga Seloeroeh Indonesia. Nama PSSI lalu diubah dalam kongres PSSI di Solo
pada tahun 1930 menjadi Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia sekaligus
menetapkan Ir. Soeratin sebagai ketua umumnya. PSSI secara resmi berdiri pada
tanggal 19 April 19302
           Istilah "sepakraga" diganti dengan "sepakbola" dalam Kongres PSSI di
Solo pada 1950. PSSI kemudian melakukan kompetisi secara rutin sejak 1931,
dan ada instruksi lisan yang diberikan kepada para pengurus, jika bertanding
melawan klub Belanda tidak boleh kalah. Soeratin menjadi ketua umum
organisasi ini 11 kali berturut-turut. Setiap tahun ia terpilih kembali.
           Kegiatan mengurus PSSI menyebabkan Soeratin keluar dari perusahaan
Belanda dan mendirikan usaha sendiri. Setelah Jepang menjajah Indonesia dan
perang kemerdekaan terjadi, kehidupan Soeratin menjadi sangat sulit.
Rumahnya diobrak-abrik Belanda. Ia aktif dalam Tentara Keamanan Rakyat
dengan pangkat letnan kolonel. Setelah penyerahan kedaulatan, ia menjadi salah
seorang pemimpin Djawatan Kereta Api.
           Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepakbola
berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang
lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) di tahun
1936 milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) punya bangsa
Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) milik orang
Indonesia.[1]
           Memasuki tahun 1930-an, pamor bintang lapangan Bond NIVB, G Rehatta
dan de Wolf, mulai menemui senja berganti bintang lapangan bond China dan
pribumi, seperti Maladi, Sumadi, dan Ernst Mangindaan. Pada 1933, VIJ keluar
sebagai juara pada kejuaraan PSSI ke-3.
           Pada 1938 Indonesia lolos ke Piala Dunia. Pengiriman kesebelasan
Indonesia (Hindia Belanda) sempat mengalami hambatan. NIVU (Nederlandsche
Indische Voetbal Unie) atau organisasi sepak bola Belanda di Jakarta bersitegang
2
    Statuta PSSI Pasal 2.

                                                                             22
dengan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) yang telah berdiri pada
bulan April 1930. PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan
Jerman yang lama tinggal di Eropa, ingin pemain PSSI yang dikirimkan. Namun,
akhirnya kesebelasan dikirimkan tanpa mengikutsertakan pemain PSSI dan
menggunakan bendera NIVU yang diakui FIFA.
       Pada masa Jepang, semua bond sepak bola dipaksa masuk Tai Iku Koi
bentukan pemerintahan militer Jepang. Di masa ini, Taiso, sejenis senam,
menggantikan olahraga permainan. Baru setelah kemerdekaan, olahraga
permainan kembali semarak.
       Tahun 1948, pesta olahraga bernama PON (Pekan Olahraga Nasional)
diadakan pertama kali di Solo. Di kala itu saja, sudah 12 cabang olahraga yang
dipertandingkan. Sejalan dengan olahraga permainan, khususnya sepak bola,
yang makin populer di masyarakat, maka kebutuhan akan berbagai kelengkapan
olahraga pun meningkat. Pada tahun 1960-1970-an, pemuda Jakarta mengenal
toko olahraga Siong Fu yang khusus menjual sepatu bola. Produk dari toko
sepatu di Pasar Senen ini jadi andalan sebelum sepatu impor menyerbu
Indonesia. Selain Pasar Senen, toko olahraga di Pasar Baru juga menyediakan
peralatan sepakbola.
       Pengaruh Belanda dalam dunia sepak bola di Indonesia adalah adanya
istilah henbal, trekbal (bola kembali), kopbal (sundul bola), losbal (lepas bola),
dan tendangan 12 pas. Istilah beken itu kemudian memudar manakala demam
bola Inggris dimulai sehingga istilah-istilah tersebut berganti dengan istilah
persepakbolaan Inggris. Sementara itu, hingga 1950 masih terdapat pemain indo
di beberapa klub Jakarta. Sebut saja Vander Vin di klub UMS; Van den Berg,
Hercules, Niezen, dan Pesch dari klub BBSA. Pemain indo mulai luntur di tahun
1960-an[2].
       Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah organisasi induk
yang bertugas mengatur kegiatan olahraga sepak bola di Indonesia. PSSI
merupakan organisasi khusus dan independen yang berstatus badan hukum




                                                                               23
sesuai ketetapan Menteri Kehakiman RI tanggal 2 februari 1953, No.J.A.5/11/6,
Tambahan Berita Negara RI, tanggal 3 Maret 1953, No. 183.
          PSSI bergabung dengan FIFA pada tahun 1952, kemudian dengan AFC
pada tahun 1954. PSSI menggelar kompetisi Liga Indonesia setiap tahunnya, dan
sejak tahun 2005, diadakan pula Piala Indonesia.
          Sejak didirikan pada tahun 1930, PSSI telah berganti kepemimpinan
sebanyak 14 kali, dengan masa jabatan yang berbeda. Berikut daftar ketua
umum PSSI sejak tahun 1930 hingga sekarang:


    No                Nama                  Awal Jabatan         Akhir Jabatan
     1   Soeratin Sosrosoegondo                 1930                  1940
     2   Artono Martosoewignyo                  1941                  1949
     3   Maladi                                 1950                  1959
     4   Abdul Wahab .Dj                        1960                  1964
     5   Maulwi Saelan                          1964                  1967
     6   Kosasih Poerwanegara                   1967                  1974
     7   Bardosono                              1975                  1977
     8   Moehono                                1977                  1977
     9   Ali Sadikin                            1977                  1981
    10   Sjarnoebi Said                         1982                  1983
    11   Kardono                                1983                  1991
    12   Azwar Anas                             1991                  1999
    13   Agum Gumelar                           1999                  2003
    14   Nurdin Halid                           2003              1 April 2011
     *   Agum Gumelar                        1 April 2011          9 Juli 2011
         (KetuaKomite Normalisasi PSSI)
    15   Djohar Arifin Husin                 9 Juli 2011       Pertahanan (Masa
                                                              Habis Jabatan 2015)


2.2.2 Pro dan Kontra PSSI

          Sejak didirikan tahun 1930, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI)
telah melalui banyak peristiwa. Berbagai permasalahan juga telah mewarnai
perjalanan panjang PSSI menjadi salah satu organisasi olah raga terbesar di
Indonesia. PSSI dibangun oleh Ir. Soeratin dan rekan-rekan dengan semangat


3
    Pedoman Dasar PSSI.

                                                                                 24
menjawab tantangan sumpah pemuda dan janji nasionalisme mereka. Soeratin
rela meninggalkan pekerjaannya untuk fokus membangun PSSI.
       Tahun 1975-1977, Ketua Umum Bardosono disebut sebagai era militer
namun kepemimpinannya pun runtuh dijatuhkan oleh para anggota PSSI
sebelum periode kepengurusannya habis karena penyimpangan dana PSSI,
kemudian Bardosono digantikan Moehono (1977) yang diangkat jadi PJS (Pejabat
Sementara).    Kemudian       muncul   Era     baru    (1977-1981)   oleh   Ali
Sadikin mereformasi    PSSI    termasuk      skema    kompetisi. Dalam   zaman
kepengurusan Ali Sadikin ini lahir UU No. 11/1980 yang memberikan ancaman
hukuman, baik bagi penyuap maupun yang kena suap. Namun itu hanyalah
sebagai tulisan untuk dibaca saja karena Iswadi Idris dan Ronny Pasla menjadi
korbannya.
       Di tahun 1982-1983, seiring dengan reformasi yang di gagas Ali Sadikin,
munculah tokoh Sjarnoebi Said pemilik Klub Krama Yudha Tiga Berlian, kala itu
kompetisi kita terbagi menjadi dua kasta yaitu Profesional dan Amatir (Galatama
dan Perserikatan). Di Galatama yang murni profesional dimulai sejak tahun 1979
di era Ali Sadikin, klub peserta memang tidak banyak pada saat itu hanya 8 klub
saja tapi dikelola dengan sangat baik, tercatat sampai kemudian Galatama di
bubarkan terdapat 40 buah klub profesional (non perserikatan/amatir) yang
pernah berkiprah di Galatama. Sayang pasca Sjarnoebi Said, galatama kehilangan
pamor karena kasus suap.
       Dalam era kepemimpinan Kardono 1983-1991 semakin meraja lelanya
kasus suap menyuap ditubuh Galatama, Bahkan TD. Pardede (club Paredetex)
mempecepat pembubaran clubnya karena tidak tahan dengan kasus suap
menyuap yang tentu akan merugikan club (Defisit Anggaran Club). Namun kasus
suap yang melanda persepakbolaan nasional kala itu justru PSSI tidak
meninggalkan utang dan Timnas mampu menjadi juara SeaGames 1987 dan
1991, bahkan dibawah asuhan pelatih Sinyo Aliandoe sukses mengantar PSSI
menjadi juara Sub-Grup C PPD (1985) yang justru pemainnya lebih banyak dari
Galatama yang nota bene terbelenggu kasus suap menyuap.


                                                                            25
Di era Azwar Anas (1992-1999), beliau dikenal dengan pendiri Club
Semen Padang. Ia melakukan terobosan dengan membubarkan semua
penyelenggaran    kompetisi    baik   amatir   maupun     profesional   dengan
menggabungkan semuanya dalam satu Liga Indonesia, lalu mulailah kita akrab
dengan nama - nama seperti Liga Dunhill, Liga Kansas, Liga Mandiri sampai Liga
Djarum.
       Penggabungan Perserikatan dan Galatama sebenarnya tidak realistis
dimana Tim mantan Perserikatan tetap dengan biaya APBD sementara Tim
Galatama tetap mengharapkan dana dari Swasta. Kita harus membuka mata
bahwa klub perserikatan selalu menjadi organ politik penguasa daerah, makanya
klub perserikatan selalu diketuai oleh penguasa daerah baik gubernur, bupati
atau walikota, yang kebetulan di jaman orde baru dan sampai kini merupakan
organ dan perpanjangan tangan serta menjadi kader Partai Golongan Penguasa.
Kekuatan dari kekuasaan tidak akan melepaskan sumber-sumber pencitraan
berbasis massa, itulah mengapa kemudian sejak masa orde lama, orde baru
hingga kini sebenarnya sepakbola kita berada dalam kekuasan politik.
       Di zaman inilah terjadi paceklik, krisis moneter yang meluluhkan
perekonomian Indonesia. PSSI ketika akan mengikuti Sea Games dan Piala Tiger
(1998) tak sanggup membiayainya. Maka Azwar Anas selaku ketu PSSI membujuk
dan mengangkat Nurdin Halid sebagai manager Timnas dengan harapan Nurdin
rela mengeluarkan dananya untuk membiayai Timnas saat itu. Beberapa orang
tentu tidak sepaham dengan pengangkatan Nurdin Halid tersebut karena boleh
jadi uang yang akan dikeluarkan oleh Nurdin adalah hasil dari tindak korupsi,
akan tetapi Aswar Anas tak mau tahu bahwa Timnas harus ikut untuk
mengangkat martabat bangsa, dan satu-satunya orang yang ingin berkorban
mengangkat martabat bangsa hanya Nurdin Halid. Namun pada akhirnya Azwar
Anas mengundurkan diri pada tahun 1998, karena ia gagal mempersembahkan
yang terbaik pada event tersebut lalu ia mengangkat Agum Gumelar sebagai
Pejabat Sementara (PJS).




                                                                            26
Tahun 1999-2003 adalah era Agum Gumelar yang membawa timnas
menjadi juara dalam piala kemerdekaan tahun 2000. Agum gumelar lalu
mengangkat Nurdin Halid menjadi Kabid Humas Pembinaan. Agum gumelar
sukses menjuarai Piala Kemerdekaan di tahun 2000, dan dua kali Runer Up piala
tiger. Saat periode jabatan Agum berakhir, ia menolak untuk dicalonkan lagi
menjadi ketua PSSI untuk priode selanjutnya karena menganggap dirinya gagal
membawa prestasi bagi timnas.
       Zaman Nurdin Halid, banyak statuta dan penyimpangan-penyimpangan
yang di prioritaskan dalam kasus Narapidana yang menimpa sang Ketua
tersebut. Nurdin Halid dikenal sebagai ketua yang kontroversial meskipun ia
sekarang dalam jeruji besi. Namun dengan kehebatan dan dukungan dari
rekannya di PSSI, ia mampu mengendalikan PSSI dengan mengangkat Agusman
Effendi sebagai pelaksana tugas ketua umum pada tanggal 22 Oktober 2004.
Prestasi timnas (Ketua Umum PSSI 2003-2011) boleh dikatakan tidak jauh
berbeda dengan pendahulunya. Dengan merenggut piala AFF: runner-up tahun
2008, Piala Kemerdekaan: Juara pada tahun 2010, Piala AFF: runner-up tahun
2010. Era ini pula yang paling banyak mendapat cercaan dan makian. Meskipun
Timnas terperosok diperingkat diatas 100 dunia versi FIFA akan tetapi pada
musim 2009-2010 kepemimpinan Nurdin, AFC menobatkan Liga Super Indonesia
adalah liga terbaik peringkat 8 se-Asia, dan liga terbaik se-Asia Tenggara. Ini mau
tak mau adalah prestasi yang cukup memuaskan untuk ISL. Akan tetapi mengapa
ketika berganti kepengurusan ISL malah dihancurkan dan di anak tirikan bahkan
ditendang sejauh-jauhnya keluar arena. ISL hanya kalah terhadap Korea Selatan,
Jepang, China, Australia, Qatar, Arab Saudi dan UEA. Kemudian klub Persipura
melampau ribuan klub sepak bola dunia, menjadi peringakat 207 versi
International Federation of Football History & Statistics (IFFHS) dan Sriwijaya FC
221. Banyak klub dunia yang sudah terkalahkan sebut saja Everton (214), Fulham
(258), dan Newcastle United (292) dari Liga Premier Inggris dan juga Genoa (289)
dan Fiorentina (271) dari Liga Calcio Serie A, serta Riverplate (213) asal
Argentina. Inilah sebuah bukti bahwa kompetisi kita mulai hidup, mulai bangkit


                                                                                27
dan untuk yang pertama kalinya klub merah putih Persipura berlaga di perempat
final piala AFC dan kalah dengan Agregat (1-3) dari klub asal Irak Arbil SC untuk
melaju ke semi Final. Mengapa anggota-anggota dibawah naungan PSSI tidak
memperhitungkan itu semua, mengapa itu tidak dianggap sebagai suatu
kemajuan, padahal banyak kalangan berharap pada kebobrokan kepengurusan
PSSI.   Kejelekan      kompetisi ISL     musim     lalu   dijadikan   hikmah    untuk
keberhasilan. Lebih baik saat ini kita membuang jauh-jauh segala keburukan lalu
ambil yang baik-baik saja, jangan disamakan yang baik dan yang buruk, sebab
boleh jadi PSSI sekarang lebih buruk dari yang lalu. Alangkah baiknya saling
mengintrospeksi       diri     untuk   melakukan    apa   dan    bagaimana     langkah
selanjutnya. Mari duduk bersama memadukan pendapat untuk saling berbagi.
Hilangkan rasa dendam karena dendam takkan pernah berakhir jika itu tidak
disadari dampaknya.
        Era-era itu kini telah berlalu dan era (Djohar Arifin H) yang paling
mengganaskan ini muncul yang mau tak mau adalah era sebuah dendam.
Prestasi yang di toreh pada awal kepengurusannya menjadi Runner Up Sea Game
2011,     sekaligus          menitip   sejarah     dibawah      asuhan   pelatih Wim
Rijsbergen memalukan Timnas Senior 5 kali kalah secara berturut-turut diajang
kualifikasi Pra Piala Dunia 2014 dengan kemasukan 16 gol lawan 3 gol, dan tak
lama lagi 29 Februari 2011 akan bertandang melawan Bahrain dan sebagai
penutup kekalahan yang ke 6 kalinya.
        Song (2009) menjelaskan bahwa tujuan konkrit dari manajemen
perubahan pada organasisasi yang berbeda kemungkinan tidak sama, tapi
semangat manajemen perubahan mungkin sama, yaitu membuat organisasi lebih
efektif, efisien, dan tanggap terhadap lingkungan oragnisasi yang bergejolak.
        Upaya organisasi dalam rangka manajemen perubahan tidak selamanya
berhasil. Bahkan proporsi kesuksesannya dapat dikatakan sangat kecil. Schaffer
dan Thompson melakukan riset terhadap 300 perusahaan elektronik di USA,
hasilnya adalah hanya 10 persen yang sukses melakukan perubahan selebihnya
63 persen hasilnya gagal. Lebih lanjut, di eropa sebanyak 500 perusahaan di


                                                                                    28
Britain memperkenalkan Total Quality Management (TQM). Hasilnya, hanya 8
persen manajer percaya bahwa hal tersebut dapat berhasil, selebihnya gagal
terlaksana dengan baik (Wilkinson et al. 1993).
       Meskipun proporsi keberhasilan manajemen perubahan sangat kecil,
namun bukan berarti hal tersebut tidak dapat diupayakan. Kemungkinan
keberhasilan manajemen perubahan sebuah organisasi sangat ditentukan
dengan optimalnya peran berbagai unsur pendukung. Lebih lanjut, Song (2009)
menjelaskan empat faktor yang sangat dibutuhkan organisasi dalam perubahan
yaitu kepemimpinan, budaya organisasi, isu sumber daya manusia, dan
kapabilitas dari respon cepat).


2.2.3 Identifikasi Permasalahan

       Dalam bidang keorganisasian peneliti mengidentifikasi beberapa masalah
yang ingin diangkat, penjabaran disetiap identifikasi masalah tersebut yaitu
sebagai berikut:

    1. Struktur Organisasi

           a) Struktur organisasi yang belum jelas

               Pada struktur organisasi di PSSI, Tim belum menemukan kejelasan
               dalam bentuk serta isi kejelasannya. Oleh sebab itu, Tim harus
               lebih mencari kejelasan struktur organisasi lebih lanjut.

           b) Struktur organisasi yang sulit di akses di situs resmi PSSI

               Pada situs resmi PSSI http://www.pssi-football.com/id/index.php.
               Tim menemukan kesulitan pada pencarian struktur organisasi
               yang di rangkum secara langsung oleh PSSI. Sehingga tim harus
               mengakses situs-situs lain yang memuat informasi tentang PSSI.




    2. Rangkap Jabatan


                                                                                29
a) EXCO merangkap lebih dari dua jabatan

                 Adanya rangkap jabatan oleh anggota EXCO, rangkap
          jabatan ini lebih dari dua. Alasan sementara yang tim temukan
          adalah keterbatasan anggota EXCO sedangkan terlalu banyakan
          yang harus di pimpin oleh anggota EXCO.

      b) Jabatan yang dirangkap oleh EXCO lintas bidang

                 Anggota EXCO yang sudah merangkap jabatan, menjabat
          suatu bidang yang berbeda. Hal ini menurut tim dapat
          bermasalah karena dalam suatu bidang yang berbeda di
          khawatirkan anggota tidak dapat berkonsentrasi pada bidang
          yang di kepalainya tersebut.

3. Konflik Kompetisi

      a) Konflik kompetisi berkepanjangan

                 Konflik LSI dan LPI yang mana ketiga anggota ini memiliki
          peran penting dalam dunia Persepakbolaan Indonesia, maka
          apabila konflik kompetisi ini berlangsunng secara berkepanjangan
          akan   mengakibatkan      dampak   yang   buruk    pada   dunia
          persepakbolaan indonesia. Butuh adanya penyelesaian agar
          konflik kompetisi ini tidak berlarut-larut dan menemukan jalan
          keluar serta solusi yang tepat.

      b) Problem solving yang masih belum jelas

                 Sangsi FIFA bukan hal yang menakutkan. Yang lebih
          menakutkan adalah kehancuran total sepak bola Indonesia dalam
          jangka panjang oleh 2 kubu yang bertikai pada konflik kompetisi
          di atas. Pada prinsipnya ada 4 hal yang dapat menyelesaikan
          konflik PSSI 2012 dan menjadi solusi bagi bangsa Indonesia
          dengan mewujudkan prestasi sepakbola Indonesia dalam waktu

                                                                       30
singkat. Tapi dalam garis besarnya belum ada pemecahan
         masalah yang jelas, seperti banyak pertanyaan yang harus di
         selesaikan seperti siapa yang mampu melakukan hal itu ? siapa
         tokoh pemersatu yang mampu membenahi kekisruhan PSSI dan
         membawa sepakbola Indonesia kedalam masa jayanya ?




4. Hubungan Organisasional

      a) Hubungan organisasional PSSI dengan lembaga Negara seperti
         KEMENPORA, KONI, KOI masih belum jelas

      b) Kewenangan antara lembaga Negara dengan lembaga sepak bola
         internasional seperti FIFA, AFC, dan AFF masih belum jelas terkait
         PSSI




                                                                        31
5. Administrasi

      a) Tidak ada arsip, berkas dan data penting organisasi dari
          pengurus PSSI sebelumnya

                  Pada pengurusan organisasi PSSI, diharapkan ada arsip,
          berkas-berkas dan data penting yang di warisi oleh pengurusan
          sebelumnya. Hal ini ditujukan agar kepengurusan yang baru
          mengerti apa yang harus dilakukan sebelumnya dan harus
          melakukan perubahan apa pada kepengurusan organisasi yang
          baru.

      b) Terbatasnya kemampuan administrasi pegawai PSSI

                  Selain tidak adanya arsip, berkas dan data penting yang
          tidak di wariskan oleh pengurusan sebelumnya seperti masalah
          yang    di   atas,   adapula   keterbatasan   kemampuan    pada
          administrasi pegawai karena tidak adanya arsip, berkas dan data
          penting pada organisasi sebelumnya.




6. Informasi dan Publikasi

      a) Update informasi PSSI kurang baik, terutama pengelolaan
          website

                  Kekurangan lain pada informasi publik tentang organisasi
          PSSI, yang mana situs resmi yang disediakan kurang adanya
          pembaruan informasi dan update yang dikeluarkan sudah dalam
          jangka waktu lama, sehingga publik tidak dapat mengetahui
          informasi-informasi terbaru pada organisasi PSSI.

      b) Belum ada pengembangan media informasi lain

                                                                       32
Tidak seperti organisasi yang lain, PSSI belum cukup
               mengembangkan media informasi misalkan melalui twitter,
               facebook, dll yang banyak di konsumsi oleh masyarakat luas. PSSI
               memiliki twitter (@PSSIofficial) tetapi update yang di keluarkan
               sudah dalam waktu yang lama.



2.3 Kondisi terkini serta permasalahan manajemen sumber daya manusia

       Berkenaan dengan identifikasi pola manajemen sumber daya manusia di
PSSI, peneliti menemukan dua pemicu pokok timbulnya permasalahan, yaitu
masalah internal dan eksternal.

       Permasalahan Masalah SDM dalam internal PSSI terpusat pada masalah
kualitas dari SDM yang masih butuh peningkatan di mana kami melihat dari
beberapa fakta yang ada, yaitu :

   1. Sistem Rekrutmen

              Setiap organisasi dan perusahaan membutuhkan karyawan untuk
       menjalankan organisasinya atau usahanya, karena kebutuhan tersebut
       setiap organisasi membutuhkan perekrutan yang sesuai dengan
       kebutuhan karyawan yang di inginkan oleh badan organisasinya. Menurut
       Simamora (1997) sebuah proses perekrutmen dapat di gambarkan pada
       bagan di bawah ini.




                                                                            33
Rincian dalam proses menginformasikan, info dapat disebarkan
   melalui media cetak, media elektronik, media internet, dll. Inipun
   memerlukan manajemen yang baik agar tersampaikan keseluruh lapisan
   masyarakat dan mendaptakan bakat yang diperlukan. proses penyisihan
   biasanya memakai beberapa tahap, yang pertama seleksi berkas, lalu
   seleksi psikotes dan tertulis ( tes kemampuan sesuai bidang ), lalu seleksi
   wawancara (didalamnya terdapat wawancara kemampuan,motivasi, gaji,
   jabatan, dll), dst.

           Dalam masalah ini, PSSI tidak mampu menginformasikan informasi
   perekrutan baik dalam website maupun dalam media lain dan hal
   tersebut membuat calon karyawan mengalami kesulitan untuk bergabung
   di dalam organisasi PSSI.




2. Sistem Retirement

           Sebagai organisasi yang memiliki pegawai di dalamnya, ada
   beberapa hal yang harus di penuhi salah satunya adalah sistem
   retirement yang di khususkan untuk para pegawai yang sudah tidak
   bekerja lagi di organisasi tersebut, jenis-jenis dari employee yang sudah di
   retirement adalah, pegawai yang di PHK baik dalam kondisi PHK sukarela
   maupun tidak sukarela, dalam hal ini proses PHK kami menyarankan
   penindakan PHK harus jelas dengan ketentuan organisasi PSSI,
   Pemecatan juga harus memiliki aturan tertulis dengan kondisi apa
   seseorang tersebut harus di pecat. Serta sistem pensiun dari setiap divisi
   manajemen dan karyawan yang ada harus tertulis dengan jelas.
   Contohnya seperti pada umur berapa seseorang tersebut harus pensiun,
   dan data dari karyawan tersebut yang harus di simpan di data base SDM.




                                                                            34
(Retirement kami membaginya menjadi : PHK sukarela dan tidak sukarela;
   Pemecatan, dan Pensiunan).




3. Manajemen SDM

   Manajemen SDM yang peneliti maksud disini terbagi menjadi tiga yaitu ;
   job desk, rotasi kerja serta budaya kerja. Kami menemukan dalam
   organisasi PSSI ketiga elemen dalam Manajemen SDM tersebut tidak
   berjalan sebagaimana mestinya, dan akibatnya pola manajemen SDM
   yang ada saat ini tidak jelas dan cenderung berantakan.




4. Pelatihan

   Selama ini peneliti baru menemukan pelatihan untuk para pemain sepak
   bola Indonesia, dan peneliti tidak menemukan adanya pelatihan untuk
   pegawai dan management, kami menyarankan PSSI untuk mengadakan
   pelatihan baik untuk player, pegawai dan manajemen yang lain agar
   dapat meningkatkan performance organizational PSSI. Dalam engine
   search di dalam dunia maya,      tidak banyak artikel yang melaporkan
   pelatihan untuk employee dari PSSI untuk meninkatkan performacenya.




5. Aspek Legal (ADART, SOP, K3, Sistem Perjanjian Kerja, Reward dan
   Punishment)

   Aspek legal sangatlah krusial dalam sebuag organissasi apalagi organisasi
   besar seperti PSSI dimana aspek legal SDM sangat menentukan kinerja
   internal organisasi tersebut.




                                                                         35
6. Tata Aturan

        Kami berhipotesa bahwa ada kejanggalan dalam tata aturan PSSI karena
        ada beberapa pegawai yang kurang efektif di dalam organisasi maupun
        pemain. Lalu masalah transparansi, dimana PSSI adalah organisasi milik
        negara yang harus transparasi dalam setiap kegiatannya.




    7. Masalah Umum

            •   Tidak ada transparansi dari pihak PSSI mengenai sistem SDM yang
                ada di PSSI

            •   Tidak ditemukanya data base pegawai PSSI baik yang masih aktif
                ataupun tidak aktif.




        Permasalahan SDM dalam eksternal PSSI terpusat pada pengaruh pihak-
pihak di luar organisasi yang sebenarnya memiliki andil besar dalam kemajuan
organisasi, yaitu :

    1. Persepsi Masyarakat Yang Negatif

        Persepsi generalisir ini dapat merusak tubuh PSSI secara menyeluruh dan
        dalam jangka waktu yang sangat lama, dimana setiap pengurus PSSI dan
        segala kegiatannya akan dapat selalu dipandang negative oleh
        masyarakat dan masyarakat tidak membantu dalam pengembangan PSSI.
        Masalah ini juga bisa menyulitkan beberapa orang yang jujur dalam PSSI
        dimana, orang tersebut tetap dianggap tidak becus dalam mengurus PSSI.




    2. Auditor




                                                                            36
Auditor independen adalah salah satu hal yang sangat penting sebagai
       pembatas, “setir”, juga sebagai pemberi nasihat kepada PSSI secara
       objektif. PSSI dari dulu minim hal ini, sehingga mereka dapat melakukan
       apapun yang mereka anggap benar, barulah pada masa kepemerintahan
       Djohar Arifin, beliau memakai D’lloyd sebagai auditor keuangan PSSI
       itupun sepertinya hanya sebatas perhitungan aset tidak sampai
       memberikan saran dan juga kontrak terputus, tidak di audit lagi dalam
       kurun waktu berjalan. Memang usaha ini harus dihargai, tetapi tentu
       akan menjadi suatu hal yang sia – sia dimana auditor hanya memeriksa
       diawal dan kegiatan lainnya tidak diaudit, logisnya adalah kegiatan kurun
       waktu berjalan tidak terkena audit maka bisa saja diselewengkan.



2.4 Kondisi terkini serta permasalahan keuangan

       Aspek keuangan menjadi salah satu aspek yang harus diteliti secara
mendalam, sehingga pemahaman terhadap artikel-artikel yang tersedia melalui
media internet pun harus dilakukan guna tercapainya tujuan dari penelitian ini.
Beberapa sumber dalam media elektronik ditemukan bahwa ternyata PSSI
mendapat anggaran dana dari APBN dan APBD, dengan didukung oleh:

   1. Peneliti ICW mengatakan bahwa dana PSSI bersumber dari APBN dan
       APBD hanya senilai Rp 20 M di tahun 2010 dan Rp 80 M pada than 2011

   2. PSSI mendapat dana dari APBN senilai Rp 100 juta per tahun yang
       awalnya dikelola oleh KONI dan kemudian dialihkan ke MENPORA

   3. Untuk anggaran terakhir di tahun 2010, setiap klub sepak bola ternyata
       menggerogoti dana Rp 8 – Rp 15 M per tahunnya

       PSSI yang dahulu masih diketuai oleh Nurdin Khalid itu, masih begitu
tertutup dan kurang transparan tentang penggunaan dana APBN maupun APBD
yang didapatnya, sehingga tidak ditemukan laporan keuangan berkenaan dengan



                                                                             37
pengunaan uang selama Khalid memimpin PSSI. Sedangkan jika ditinjau, ternyata
masih banyak lagi pemasukan PSSI dari “pintu” lainnya, seperti:

   1. Setiap pemain asing yang akan bermain di Indonesia akan dikenakan
       biaya Rp 10 juta permusim

   2. Pemasukan dari denda indisipliner

   3. Subsidi FIFA yang setiap tahunnya senilai 250.000 dollar AS

       Mengetahui banyaknya pemasukan PSSI dengan jumlah yang tidak
sedikit itu, publik merasa perlu untuk mengetahui transparansi penggunaan
dana tersebut, apalagi adanya uang Negara yang juga digunakan oleh PSSI.
Laporan keuangan pada periode pengurusan Nurdin Halid tidak jelas
pertanggungjawabannya. Berikut kutipan dari beberapa media cetak dan
media online terkait laporan keuangan PSSI:


       “Wakil Ketua KPK Mochammad Jasin mengatakan, uang negara yang
       diterima PSSI melalui Komite Olahraga Nasional Indonesia dan uang
       yang diperoleh klub dari pemerintah daerah kerap tidak jelas
       pertanggungjawabannya. Sumber: Koran Tempo, 7 Januari 2011”


       “Bendahara Umum PSSI, Zulkifli Nurdin: "Tidak ada serah terima
       (dari pengurus lama ke pengurus baru) jadi hal seperti ini yang
       membuat beda penafsiran. Aset akan saya inventaris dulu karena
       tidak ada proses serah terima. Tidak ada data-data keuangan,"
       sumber: Amalia Dwi Septi – detikSport. Kamis, 24/11/2011 23:04
       WIB”


       “Deputi Sekjen PSSI, Saleh Ismail Mukadar kepada wartawan di
       kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Rabu (2/5): Tim auditor BPKP telah
       melakukan investigasi awal dan telah menemukan adanya indikasi
       kuat terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan PSSI,

                                                                            38
khususnya di PT. Liga Indonesia. "Tim dari BPKP sudah melakukan
       telaah awal soal laporan keuangan PSSI dan PT. Liga Indonesia.
       Indikasinya, terlalu banyak kejanggalan, tidak akuntabel, dan tidak
       transparan. Intinya, terlalu banyak masalah.”


       Dan kemudian jika menyangkut dana dari APBD, sebenarnya APBD
diperjuangkan untuk dihentikan sejak tiga tahun lalu. Terutama untuk klub
profesional. Karena menurut hasil temuan Deloit bersama KPK yang pastinya
dokumen rahasia, dikatakan sebuah kabupaten biaya pelatih dan pemain lebih
banyak daripada ketahanan pangan. Paling tinggi Persija dan Persipura. Sehingga
indikasi korupsi tinggi sekali dengan adanya tanda tangan tiga kali dan ongkoso-
ongkos politik. Namun untuk klub yang amatir dan infrastruktur, boleh
menggunakan dana dari APBD. Beberapa kutipan dari sumber media catak dan
media online terkait APBD:

         “Menteri Dalam Negeri Gunawan Fauzi menegaskan                 bahwa
       penggunaan dana APBD untuk klub-klub sepakbola profesional tidak
       lagi diperbolehkan. Yang namanya profesional harus bisa mencari uang
       sendiri.” Rabu, Januari 2011

       “Mulai tahun 2012, Menteri Dalam Negeri resmi menyetop pengucuran
       Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) oleh pemerintah daerah
       untuk klub sepakbola profesional. Larangan itu tertuang dalam
       Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2011, yang menegaskan
       untuk anggaran tahun 2012, tak boleh lagi ada dana untuk sepakbola
       profesional. 5 Juni 2011 haluan.com”

       Berita terkini seputar keuangan PSSI lainnya adalah adanya isu pencucian
uang oleh Nurdin Halid.

       “Salah satu contoh adanya dugaan tindak pidana pencucian
       uang adalah trasnsaksi mencurigakan di atas Rp 20miliar pada
       periode tertentu. “Uang masuk lalu kelaur lagi, tanpa adanya

                                                                             39
bukti peruntukan yang jelas. PSSI menjadi lalu lintas transaksi
       yang tidak jelas. Ini sedangk kita kejar melalui audit khusus tim
       BPKP, “tandas Mukadar.” 2 Mei 2012. PSSI-football.com



       “Ketua Komite Audit Internal Persatuan Sepak Bola Seluruh
       Indonesia     (PSSI),   Asril    Oemry,   menyebutkan    adanya
       penyimpangan dalam pengelolaan keuangan di organisasi
       sepak   bola     Indonesia      era   kepemimpinan   NurdinHalid.
       2Mei2012”




       Berdasarkan pengamatan sesuai dengan yang data yang ditemukan dari
artikel-artikel terkait. Maka peneliti mengdentifikasi beberapa permasalahan
yang berkaitan dengan aspek keuangan PSSI, diantaranya :

   1. Ketidakjelasan laporan keuangan. Tidak jelas dalam konteks ada atau
       tidaknya laporan keuangan, sudah diaudit atau belum, dan dipublikasikan
       atau tidak. Hal ini penting karena PSSI menggunakan dana pemerintah,
       yang seharusnya dipergunakan dengan baik dan transparan.

   2. Keuangan PSSI yang ternyata belum mandiri, dikarenakan PSSI masih
       mendapat dana dari APBN dan atau APBD. Menjadikan PSSI kesulitan
       pendanaan ketika sumber pemasukan tersebut dihentikan oleh
       Pemerintah.

   3. Tidak ada data-data keuangan

   4. Donator masih belum tertarik untuk memberikan dana pada club-club
       sepak bola di Indonesia yang menjadi anggota PSSI




                                                                           40
BAB III

          POLA KEBIJAKAN DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN PSSI

3.1.Bentuk kebijakan dalam manajemen perubahan PSSI



3.2.Perbandingan manajemen perubahan persepakbolaan di negara maju




                                                                     41
BAB IV

                      ANALISIS KEBIJAKAN MANAJEMEN




3.1. Aspek persepakbolaan mengenai rencana pembenahan
      Berdasarkan pada analisa yang dilakukan terhadap permasalahan-
permasalahan dalam pengelolaan persepakbolaan di Indonesia oleh PSSI, seperti
yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya yaitu terdapat lima masalah besar
dalam pengelolaan persepakbolaan oleh PSSI diantarnya yaitu masalah dualisme
kompetisi, masalah kompetisi dan peningkatan kualitasnya agar tidak tertinggal
dari negara-negara lain, pembinaan usia muda, infrasrtuktur, dan kebebasan
media di Indonesia yang terlalu mengekspose seluruh kegiatan pemain timnas
sehingga konsentrasi mereka untuk bertanding menjadi sedikit terganggu.
      Dari setiap permasalahan tersebut peneliti mencoba memetakan rencana
pembenahan yang mungkin bisa diterapkan nantinya oleh PSSI yaitu :
      1. Untuk mengatasi masalah dualisme kompetisi, peneliti memiliki solusi

          yang mungkin bisa dipakai oleh PSSI yang baru yaitu dengan cara
          mengalah demi keberlangsungan liga dan kompetisi yang benar dan


                                                                           42
mengikuti aturan FIFA. Mengalah dalam hal ini maksudnya tim yang
   berada di LPI merger dengan klub yang ada di LSI. Tim-tim yang
   memiliki dualisme di kedua kompetisi tersebut melakukan merger.
   Masalah lain yang muncul pasca-merger adalah kuota pemain yang
   akan melebihi kuota dalam satu tim. Jika itu terjadi, manajemen tim
   selayaknya menyeleksi pemain yang layak membela tim.
2. Untuk mengatasi masalah kualitas kompetisi, peneliti menemukan 2

   cara untuk itu. Pertama dengan lebih memperketat regulasi pada
   kompetisi agar terciptanya fair-play dan juga klub-klub yang
   mengikuti kompetisi akan lebih tertib. Kedua agar permainan lebih
   berkualitas perlu adanya persaingan yang sehat antar pemain dalam
   hal ini pemain harus berusaha menunjukkan yang terbaik untuk
   penonton. Mendatangkan pemain asing yang berkualitas akan
   menambah motivasi pemain lokal untuk berusaha menjadi yang lebih
   baik.

3. Untuk    mengatasi    masalah    pembinaan     usia   muda    peneliti
   merekomendaskan solusi terhadap masalah ini dengan memperketat
   seleksi masuk timnas usia muda dengan menyetarakan standar dari
   kiblat sepakbola dunia, misalnya inggris dan belanda. Dan pemain
   yang telah diseleksi dan dinilai memiliki potensi untuk menjadi
   pemain hebat dikirim ke negara kiblat sepakbola kalau bisa di eropa
   untuk mengikuti trial disana.
4. Untuk mengatasi masalah infrastruktur peneliti merekomendasikan

   soluisi yaitu dengan menggandeng investor domestik maupun asing
   untuk   mau      menginvestasikan   uangnya   dalam    pembangunan
   infrastruktur sepakbola di Indonesia.
5. Untuk mengatasi masalah media, peneliti merekomendasikan solusi

   yaitu agar media yang terlalu mengekspose dan melewati batas
   aturan yang ditetapkan harus diberi sangsi dan diberi batas meliput di
   kemudian hari.

                                                                      43
3.2. Aspek Organisasi mengenai rencana pembenahan
       Berdasarkan pada identifikasi permasalahan organisasi di PSSI, yang
meliputi masalah struktural, rangkap jabatan, administrasi, konflik kompetisi,
serta masalah publikasi dan informasi. Maka peneliti mencoba memetakan
rekomendasi solusi terhadap manajemen perubahan yang nantinya bisa
dilakukan oleh PSSI, yaitu dintaranya :
       1. Ada struktur organisasi yang jelas

           Karena belum adanya kejelasan pada struktur organisasi PSSI, maka
       harus adanya kejelasan pada struktur organisasi ini agar mempermudah
       dalam mengerti struktur organisasi yang ada pada organisasi.




       2. Struktur organisasi mudah di akses melalui website dan media
           informasi lain

           Informasi yang memuat tentang sruktur organisasi diharapkan dapat
       di akses dengan mudah dalam website resmi serta media informasi lain,
       agar adanya keterbukaaan informasi yang dapat di ketahui oleh
       masyarakat luas.




       3. Amandemen statuta PSSI

           Amandemen harus dilakukan agar setiap isi dalam statuta yang
       memang masih keliru dan berisikan kepentingan individu tertentu agar
       bisa diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana mestinya. Sehingga
       statuta ini menjadi pedoman yang sah dan valid bagi jalannya roda
       organisasi




                                                                           44
4. Jabatan rangkap maksimal 2

   Agar organisasi tidak terlalu gemuk maka seharusnya ada angka
maksimal pada perangkapan jabatan, Misalkan satu orang anggota
maksimal merangkap dua jabatan. Hal ini dilakukan agar setiap anggota
dapat berkonsentrasi pada jabatan yang di kepalainya dan dapat
bertanggung jawab penuh pada tugas-tugas yang harus dilakukan.




5. Ada solusi dan konflik terselesaikan

   Harus adanya solusi pada setiap konflik yang di hadapi. Konflik yang
berkepanjangan tidak bisa dibiarkan berlarut-larut terjadi, harus adanya
penemuan solusi pada setiap konflik yang di hadapi. Dalam PSSI
diharapkan dapat menemukan solusi yang baik, agar konflik yang
berkepanjangan dapat terselesaikan dan tidak terulang kembali.




6. Ada problem solving

   Harus adanya pemecahan masalah dalam setiap permasalahan yang
di hadapi, Pada permasalahan PSSI yang tidak kunjung selesai harus ada
pemecahan     masalah    pada   “siapa    yang   mampu    memecahkan
permasalahan PSSI yang berkepanjangan? Dan siapa tokoh pemersatu
yang mampu membenahi kekisruhan PSSI dan membawa sepakbola
Indonesia kedalam masa jayanya?”




7. Ada hubungan jelas antara PSSI dengan lembaga Negara dalam
   bentuk Undang-Undang




                                                                     45
8. Ada hubungan jelas antara lembaga Negara dengan organisasi sepak
   bola internasional terkait PSSI dalam bentuk Undang-Undang




9. Ada arsip dan dapat di akses

   Dalam pengurusan organisasi PSSI harus adanya arsip yang dapat di
akses, agar ada kejelasan untuk meneruskan program organisasi
selanjutnya.




10. Kemampuan administrasi meningkat

   Dengan adanya arsip yang dapat diakses, di harapkan kemampuan
administrasi dapat meningkat melalui arsip, berkas-berkas dan data
penting yang dapat di akses pada kepengurusan organisasi sebelumnya.




11. Website update

   Untuk kepengurusan selanjutnya diharapkan PSSI dapat lebih
memperbaharui informasi tentang apa yang terjadi pada organisasi, agar
informasi publik dapat di konsumsi oleh masyarakat luas.




12. Pengembangan media informasi seperti facebook, twitter dll

   Selanjutnya   diharapkan    PSSI   dapat   mengembangkan      media
informasinya dengan membuat account facebook, twitter, dll secara
resmi dan account tersebut memuat tentang beragam informasi yang
terjadi setiap ada pembaruan aktivitas ataupun informasi-informasi
mengenai kegiatan terkait.



                                                                    46
3.3. Aspek SDM mengenai rencana pembenahan

       Berdasarkan pada identifikasi permasalahan organisasi di PSSI, yang
meliputi masalah rekrutiment, retirement, administrasi, konflik kompetisi, serta
masalah publikasi dan informasi. Maka peneliti mencoba memetakan
rekomendasi solusi terhadap manajemen perubahan yang nantinya bisa
dilakukan oleh PSSI, yaitu dintaranya :
       1. Rekruitment
           a) Pembentukan tim independen untuk penyeleksian calon pegawai

           b) Pembuatan sistem penyeleksian yang berstandar yang disesuaikan

               dengan kebutuhan PSSI

                   •   Penyeleksian berkas

                   •   Uji tes psikologi

                   •   Uji kesehatan

                   •   Interview

           c) Penyebaran informasi mengenai tata cara perekrutan pegawai



       2. Retirement
           Menyarankan kepada pihak PSSI agar bisa menyesuaikan sistem
           retirement yang sudah ada pada PSSI dengan            Dasar Hukum
           Penetapan Pensiun PNS yang sudah di atur oleh badan kepegawaian
           negara. Sistem retirement sudah sedari awal kontrak diberitahukan
           kepada calon pegawai, contohnya : usia pension, kebijakan pensiun
           dini, pemecatan sepihak (PHK), pengunduran diri, pension apabila
           cacat, dll. Lalu diberitahukan lagi selambat2nya 3 bulan sebulan
           pegawai diberhentikan. Proses retirement harus memenuhi kriteria
           sistem retirement, tidak boleh disangkut pautkan             dengan
           subjektifitas.


                                                                             47
3. Manajemen SDM
   Peneliti menyarankan Job desk dalam PSSI selain harus tertulis serta
   terbagi menjadi divisi yang ada di PSSI dan juga harus di lampirkan
   dalam perjanjian kerja pegawai sehingga pegawai mengetahui apa
   kewajiban mereka di dalam PSSI. Rotasi kerja dibutuhkan selain untuk
   memotivasi pegawai tetapi juga dibutuhkan ketika seorang pegawai
   tersebut berhak mendapatkan posisi lebih dari posisi awal mereka.
   Budaya kerja dalam sebua instansi ataupun organisasi yang di
   gunakan oleh Indonesia masih menggunakan budaya kerja timur di
   mana masih berorientasi kepada kehadiran dibandingkan dengan
   orientasi profesionalitasan dan orientasi hasil, dan budaya kerja ini
   mempengaruhi sebuah organisasi dalam performan bekerjanya. (Job
   Desk, Rotasi Kerja, Budaya Kerja)



4. Pelatihan
   Peneliti menyarankan PSSI untuk mengadakan pelatihan baik untuk
   player, pegawai dan manajemen yang lain agar dapat meningkatkan
   performance organizational PSSI. Dalam engine search di dalam dunia
   maya,       tidak banyak artikel yang melaporkan pelatihan untuk
   employee dari PSSI untuk meninkatkan performacenya, sangat di
   sarankan dalam setiap organisasi atau instansi membuat minimal 4
   kali dalam 1 tahun pelatihan pegawai untuk meningkatkan kinerja
   pegawai. Pelatihan yang dimaksud disini bukan hanya pelatihan
   mengenai persepakbolaan saja tetapi juga pelatihan organisatoris
   untuk kebutuhan organisatoris PSSI.




5. Aspek Legal




                                                                     48
Peneliti menyarankan untuk mengubah pedoman dasar PSSI menjadi
   AD/ART dengan syarat harus menyembpurnakan aturab-aturan di
   dalamnya, karena tidak adanya AD/ART dalam tubuh PSSI tidak saja
   hanya masalah ketidakberadaan AD/ART tersebut tetapi juga
   ketidaktransparan yang terjadi dalam PSSI sehingga sulit untuk
   mengukur keefektifan PSSI. Ini pun berdampak terhadap aspek leal
   SDM yang lain seperti SOP, Kesehatan dan keselamatan kerja, dan
   lain-lain. Kami tidak menemukan secara tertulis mengenai K3 atau
   kesehatan dan kesejahteraan serta sistem Reward dan Punishment,
   sisrem perjanjian kerja dan bila ada kami tidak tahu apakah seluruh
   sistem tersebut telah berjalan dengan efektif atau tidak,sehingga kami
   menyarankan kepada PSSI untuk menekankan keberadaannya.



6. Tata aturan
   Peneliti menyarankan agar tata aturan yang berlaku dulu dan
   sekarang di PSSI harus terlebih dahulu dikaji lebih dalam hingga jelas
   apabila tidak ada perubahan revisi ada kemungkinan hal ini tidak
   dipandang penting, karena aturan dapat terkait masalah kinerja SDM
   dan juga aspek legal.



7. Masalah Umum
   Peneliti menyarankan agar PSSI membuat semacam sistem informasi
   manajemen agar semua data perusahan da pegawai tersusun rapi dan
   terjaga dengan aman, dan juga agar bisa melakukan transparansi di
   kemudian hari apabila ada yang membutuhkan


8. Persepsi Masyarakat
   Disarankan agar PSSI mampu membagun citra positif dimasyarakat
   dengan melakukan kegiatan serta kebijakan-kebijakan yang memang
   konstruktif bagi kemajuan sepak bola Indonesia dan            mampu

                                                                      49
meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia di tingkat regional dan
          internasional.



      9. Auditor
          Disarankan agar PSSI bisa bekerja sama dengan auditor independen,
          sebagai pengawas kinerja secara keseluruhan organisasi. Ini dilakukan
          agar PSSI menjadi organisasi yang berkualitas.


3.4. Aspek Keuangan mengenai rencana pembenahan

      Dari berbagai masalah dan indikator tercapainya tujuan perubahan, maka
peneliti pun memberikan beberapa pilihan terkait mengatasi masalah-masalah
sebagaimana dipaparkan pada bagian constrain, dan pilihan solusi pada bab
sebelumnya, dengan penjelasan sebagai berikut :

   1. Untuk mengatasi ketidakjelasan keberadaan laporan keuangan dapat
       diwujudkan dengan:

          a. Mencari data keuangan pada periode sebelumnya secara
              berkelanjutan

              Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah proses pembuatan
              laporan keuangan lebih mudah, laporan keuangan dapat
              dipercaya. Namun waktu yang dibutuhkan akan lebih lama dan
              adanya resistensi dari pihak yang bersangkutan. Misalnya
              kemungkinan ada staf yang tidak mau memberikan bukti-bukti
              transaksi.




          b. Pembuatan laporam keuangan periode sebelumnya berdasarkan
              data minimal yang diperoleh




                                                                            50
Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah tidak membutuhkan
          waktu yang begitu lama, tingkat resistensi dari pihak terkait
          rendah. Namun proses pembuatan laporan keuangan akan
          mengalami kesulitan karena data yang tidak lengkap sehingga
          laporan keuangan kurang dipercaya.

      c. Tidak membuat laporan keuangan periode sebelumnya

          Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah terfokus pada laporan
          keuangan periode terbaru. Namun tidak ada dokumentasi laporan
          keuangan sebagai tolak ukur dibuatnya laporan keuangan baru,
          dan kepengurusan lama dibebaskan dai tanggung jawab
          pembuatan laporan keuangan.




2. Untuk mengatasi keuangan yang tidak mandiri dapat diwujudkan dengan:

      a. Membangun usaha di setiap wilayah yang kemudian akan
          dijalankan oleh klub

          Kelebihan dari penggunaan cara ini, adalah setiap club akan
          mendapatkan pemasukan sendiri, sehingga dengan bebas dapat
          menggunakan dana tersebut tanpa dicampurtangani oleh
          Pemerintah. Sedangkan Kekurangan dari penggunaan cara ini,
          adalah bahwa resiko lebih tinggi dikarenakan ketika membangun
          suatu usaha, maka modal yang dibutuhkan pun tidak sedikit,
          sehingga adanya resiko rugi karena tidak fokus pun masih bisa
          terjadi. Dan kekurangan lainnya adalah bahwa pendapatan yang
          dihasilkan setiap club pun nantinya akan berbeda-beda besar
          nominalnya, sehingga kualitas para pemain dan atau club itu
          sendiri pun berbeda-beda.

      b. Mencari donatur/rekanan dengan mengirimkan proposal


                                                                      51
Kelebihan menggunakan cara ini, adalah adanya kemungkinan
             dana yang didapat dari donatur bernilai besar. Dan Kekurangn
             menggunakan cara ini, adalah kesempatan proposal club untuk
             ditolak cukup besar. dan lagi pula cara ini sepertinya tidak bisa
             menstimulus club untuk berpikir kreatif untuk membangun
             sebuah usaha dan atau mencari dana dengan cara yang lain.

         c. Meningkatkan prestasi, yang kemudian akan menjadikan image

             club lebih baik sehingga akan datangnya donatur untuk
             mendonasikan dananya

             Kelebihan menggunakan cara ini, adalah kesempatan untuk
             mendapat dana dalam julah besar pun cukup besar. Hanya saja
             kekurangan dalam penggunaan cara ini, adalah return yang
             didapat masih akan dalam jangka panjang, dan dibutuhkannya
             modal yang besar untuk melatih para pemain hingga dapat
             membuat prestasi-prestasi yang cemerlang.



3.5.Penyusunan model kebijakan manajemen perubahan di PSSI.




                                                                           52
BAB V

                    SARAN PEMBENAHAN MANAJEMEN




5.1.Prinsip-prinsip manajemen perubahan PSSI


5.2.Pokok-pokok aturan


5.3.Tahapan Implementasi manajemen perubahan di PSSI.




                                                        53
BAB VI

PENUTUP




          54
55

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Laporan PSSI Final

8133-24083-1-PB.pdf
8133-24083-1-PB.pdf8133-24083-1-PB.pdf
8133-24083-1-PB.pdf
LaUcil
 
Buku kurikulum pembinaan sepakbola indonesia pssi
Buku kurikulum pembinaan sepakbola indonesia pssiBuku kurikulum pembinaan sepakbola indonesia pssi
Buku kurikulum pembinaan sepakbola indonesia pssi
silfianandaSari
 
Laporan Penelitian Change Management
Laporan Penelitian Change ManagementLaporan Penelitian Change Management
Laporan Penelitian Change Management
Irviene Maretha
 
Pendidikan jasmani
Pendidikan jasmaniPendidikan jasmani
Pendidikan jasmani
ramli ahmad
 
fulltext_muhammad%20hajid%20nugraha_18603141012.pdf
fulltext_muhammad%20hajid%20nugraha_18603141012.pdffulltext_muhammad%20hajid%20nugraha_18603141012.pdf
fulltext_muhammad%20hajid%20nugraha_18603141012.pdf
LaUcil
 
manajemen kepemimpinan dengan menggunakan swot dalam sebuah organisasi
manajemen kepemimpinan dengan menggunakan swot dalam sebuah organisasimanajemen kepemimpinan dengan menggunakan swot dalam sebuah organisasi
manajemen kepemimpinan dengan menggunakan swot dalam sebuah organisasi
Hendra Ajah
 

Ähnlich wie Laporan PSSI Final (20)

8133-24083-1-PB.pdf
8133-24083-1-PB.pdf8133-24083-1-PB.pdf
8133-24083-1-PB.pdf
 
Makalah jurnal 5
Makalah jurnal 5Makalah jurnal 5
Makalah jurnal 5
 
Annotated bibliography
Annotated bibliographyAnnotated bibliography
Annotated bibliography
 
Buku kurikulum pembinaan sepakbola indonesia pssi
Buku kurikulum pembinaan sepakbola indonesia pssiBuku kurikulum pembinaan sepakbola indonesia pssi
Buku kurikulum pembinaan sepakbola indonesia pssi
 
PENERAPAN FILOSOFI SEPAK BOLA INDONESIA DI WILAYAH SURABAYA
PENERAPAN FILOSOFI SEPAK BOLA INDONESIA DI WILAYAH SURABAYAPENERAPAN FILOSOFI SEPAK BOLA INDONESIA DI WILAYAH SURABAYA
PENERAPAN FILOSOFI SEPAK BOLA INDONESIA DI WILAYAH SURABAYA
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Ppt review jurnal
Ppt review jurnalPpt review jurnal
Ppt review jurnal
 
Pendekatan latihan massed practice dan distributed practice terhadap ketepa...
Pendekatan  latihan massed practice  dan distributed practice terhadap ketepa...Pendekatan  latihan massed practice  dan distributed practice terhadap ketepa...
Pendekatan latihan massed practice dan distributed practice terhadap ketepa...
 
Laporan Penelitian Change Management
Laporan Penelitian Change ManagementLaporan Penelitian Change Management
Laporan Penelitian Change Management
 
Kurikulum sepak bola indonesia part1
Kurikulum sepak bola indonesia part1Kurikulum sepak bola indonesia part1
Kurikulum sepak bola indonesia part1
 
Sevtian Dimas Akhmad Alfaris_054_2020B_makalah review jurnal 2
Sevtian Dimas Akhmad Alfaris_054_2020B_makalah review jurnal 2Sevtian Dimas Akhmad Alfaris_054_2020B_makalah review jurnal 2
Sevtian Dimas Akhmad Alfaris_054_2020B_makalah review jurnal 2
 
Pendidikan jasmani
Pendidikan jasmaniPendidikan jasmani
Pendidikan jasmani
 
Bahan ajar olahraga slb
Bahan ajar olahraga slbBahan ajar olahraga slb
Bahan ajar olahraga slb
 
Basket Ball
Basket BallBasket Ball
Basket Ball
 
Hokism
HokismHokism
Hokism
 
Olahragasr
OlahragasrOlahragasr
Olahragasr
 
fulltext_muhammad%20hajid%20nugraha_18603141012.pdf
fulltext_muhammad%20hajid%20nugraha_18603141012.pdffulltext_muhammad%20hajid%20nugraha_18603141012.pdf
fulltext_muhammad%20hajid%20nugraha_18603141012.pdf
 
manajemen kepemimpinan dengan menggunakan swot dalam sebuah organisasi
manajemen kepemimpinan dengan menggunakan swot dalam sebuah organisasimanajemen kepemimpinan dengan menggunakan swot dalam sebuah organisasi
manajemen kepemimpinan dengan menggunakan swot dalam sebuah organisasi
 
hoki
hokihoki
hoki
 
Modul Latihan Sukan untuk Guru Penasihat Kelab Sukan Sekolah (Hoki) Sekolah M...
Modul Latihan Sukan untuk Guru Penasihat Kelab Sukan Sekolah (Hoki) Sekolah M...Modul Latihan Sukan untuk Guru Penasihat Kelab Sukan Sekolah (Hoki) Sekolah M...
Modul Latihan Sukan untuk Guru Penasihat Kelab Sukan Sekolah (Hoki) Sekolah M...
 

Kürzlich hochgeladen

Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Kürzlich hochgeladen (20)

MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 

Laporan PSSI Final

  • 1. 1
  • 2. ANALISIS KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PERUBAHAN PADA ORGANISASI PERSATUAN SEPAK BOLA SELURUH INDONESIA (PSSI) LAPORAN PENELITIAN TIM PENELITI KELAS MANAJEMEN PERUBAHAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA 2012 2
  • 3. TIM PENELITI Penanggung Jawab : Tedy Jiwantara Sitepu Project Manager : Ence Ramli Alrashid Manager Bidang Persepakbolaan : Emil Roem Husain Anggota : Novita Sanjaya Sonya Rizky Manager Bidang Keorganisasian : Maemar Chadavid Syamtar Anggota Aisyah Nur Inayati Anisa Restanti Manager Bidang Sumber Daya Manusia : Agung Haryotejo Anggota Remy Thalita Putri Manager Bidang Keuangan : Vina Triana Sudarto Anggota Indah Dewi Novrinta Manager Bidang Publikasi dan Data : Iriviene Maretha 3
  • 4. Daftar Isi Daftar Isi Kata Pengantar Bab. 1 – Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Penelitian 1.3. Ruang Lingkup Penelitian 1.4. Metode Penelitian 1.5. Sistematika Penelitian Bab. 2 – Kondisi Pengelolaan Persepakbolaan, Keorganisasian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Keuangan PSSI, dan Permasahannya 2.1.Kondisi terkini serta permasalahan pengelolaan persepakbolaan 2.2.Kondisi terkini serta permasalahan keorganisasian 2.3.Kondisi terkini serta permasalahan manajemen sumber daya manusia 2.4.Kondisi terkini serta permasalahan keuangan Bab. 3 – Pola Kebijakan dalam Manajemen Perubahan PSSI 3.1 Bentuk kebijakan dalam manajemen perubahan PSSI 3.2 Perbandingan manajemen perubahan persepakbolaan di negara maju Bab. 4 – Analisis Kebijakan Manajemen 4.1. Aspek persepakbolaan mengenai rencana pembenahan 4.2. Aspek Organisasi mengenai rencana pembenahan 4.3. Aspek SDM mengenai rencana pembenahan 4
  • 5. 4.4. Aspek Keuangan mengenai rencana pembenahan 4.5. Penyusunan model kebijakan manajemen perubahan di PSSI. Bab. 5 – Saran Pembenahan Manajemen Perubahan 5.1. Prinsip-prinsip manajemen perubahan PSSI 5.2.Pokok-pokok aturan 5.3. Tahapan Implementasi manajemen perubahan di PSSI. Bab. 6 – Penutup Daftar Pustaka Kata Pengantar 5
  • 6. Sudah bertahun-tahun sepak bola Indonesia mengalami paceklik prestasi. Untuk seukuran negara besar dengan populasi penduduk sebanyak 230 juta jiwa, yang mayoritas masyarakatnya sangat menyukai olahraga sepak bola. Data membuktikan selama bertahun-tahun Indonesia hanya menggunakan ukuran kawasan Asia Tenggara sebagai titik ukur prestasinya. Akan tetapi di kawasan ini saja sepak bola Indonesia mash miskin akan prestasi. Kondisi tersebut disinyalir karena lemahnya kualitas manajemen persepakbolaan di Indonesia dalam hal ini PSSI sebagai lembaga yang memang bertanggung jawab terhadap hidup matinya dunia pesepakbolaan di Indonesia. Tak hanya itu, isu-isu negatif mengenai kredibilitas lembaga ini pun membuat setiap lapisan masyarakat menanyakan eksistensi dan kompetensinya dalam mengelola persepakbolaan di Indonesia. Salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut yaitu dengan melakukan manajemen perubahan secara menyeluruh dan fundamental dalam pada organisasi yang memang bertanggung jawab terhadap kemajuan persepakbolaan Indonesia, dalam hal ini PSSI. Untuk itu, kami mahasiswa kelas Manajemen Perubahan Program Studi Manajemen Universitas Paramadina bermaksud melakukan penelitian berkenaan dengan analisis kebijakan dan menajemen perubahan dalam tubuh organisasi PSSI. Yang berfokus pada empat aspek utama yaitu bidang persepakbolaan, keorganisasian, manajemen sumber daya manusia, dan keungan. Kami berharap penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pembenahan manajemen perubahan pada organisas PSSI di masa depan. Jakarta, Mei 2012 Penyusun BAB 1 6
  • 7. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang siapapun mengenalnya, bisa memainkannya, dan ada di seluruh belahan dunia manapun. Sepak bola merupakan magnet dalam kehidupan global saat ini. Sepak bola tidak hanya merupakan olahraga semata, namun sudah menjadi entertainment bagi banyak orang. Bahkan sepak bola bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. Piala Dunia tahun 2010 di Afrika Selatan telah memberikan contoh bagaimana sepak bola mampu menghipnotis ribuan mata di dunia dan memutar roda perekonomian secara makro yang menghidupi sebuah negara. Bagi bangsa Indonesia, sepak bola memiliki ikatan sejarah yang sangat kuat. Lewat sepak bola bangsa ini dipersatukan. Dan karenanya pula nama bangsa Indonesia dikenal di seluruh dunia. Ia seakan menjadi solidarity maker bagi segenap bangsa yang menyukainya. Tentu kita masih ingat bagaimana sepakbola Indonesia menjadi buah bibir saat mampu menahan imbang Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne, Australia 1956 saat ditagani Antun Pogacknik. Gambar 1. Tabel Peringkat Prestasi Sepak Bola Indonesia di FIFA Dua tahun kemudian, nama Indonesia mejadi pujaan karena meraih medali perunggu pada Asian Games 1958 di Tokyo Jepang. Puncaknya, Indonesi pernah meraih medali emas pada ajang SEA Games 1987 untuk pertama kalinya. Sudah bertahun-tahun sepak bola Indonesia mengalami paceklik prestasi. Untuk seukuran negara besar dengan populasi penduduk sebanyak 230 juta jiwa, yang mayoritas masyarakatya sangat menyukai olahraga sepak bola. Data 7
  • 8. membuktikan selama bertahun-tahun Indonesia hanya menggunakan ukuran kawasan Asia Tenggara sebagai titik ukur prestasinya. Akan tetapi di kawasan ini saja sepak bola Indonesia mash miskin akan prestasi. Indonesia terakhir kali meraih medali emas di SEA Games pada tahun 1991. Di Piala AFF, yang digelar sejak 1996, Indonesia sama sekali tak pernah merasakan menjadi juara sampai saat ini. Gambar 2. Grafik Prestasi Sepakbola Indonesia di FiFA data diolah oleh penulis Begitu pula dengan eksistensinya di Piala Dunia, sampai saat ini Indonesia tidak pernah bisa lolos kualifikasi, dan berlaga di kompetisi bergengsi skala dunia tersebut. Kesempatan Indonesia di Piala Dunia pernah terlihat pada tahun 1938 dimana tim sepak bola Indonesia masuk putaran final melawan Hungaria. Dan kesempatan itu tidak pernah menghinggapi tim sepak bola Indonesa lagi sampai saat ini. Kemunduran prestasi prestasi tim nasional Indonesia dalam tahun-tahun belakangan berakibat pada semakin rendahya ranking Indonesia di FIFA. 8
  • 9. Semenjak 2003 hingga kini, peringkat Indonesia bahkan terus menerus mengalami penurunan. Gambar 3. Prestasi Tim Nasional Indonesia 7 Tahun Terakhir Diolah dari berbagai sumber oleh penulis Kompetisi sepakbola di Indonesia masih jauh dari dari sebutan berkualitas. Mestinya kompetisi sepak bola Indonesia bisa dibangun menjadi lebih baik dan memberikan keuntungan bagi klub-klub pesertanya. Namun potensi itu tak tersentuh dengan baik, nilai komersil kompetisi sepakbola Indonesa pun masih sangat rendah. Akibatnya klub-klub tak kunjung mandiri, dan menggantungkan diri dari subsidi pemerintah. Selanjutnya aspek kompetisi berjenjang dan kualitas lapangan menjadi masalah yang serius di ranah sepak bola Indonesia. 9
  • 10. Disamping itu buruknya pembinaan pemain muda menjadi salah satu masaah yang menjadi kualitas permainan sepak bola Indonesia masih jauh dari maksimal. Seharusnya pembinaan yang terarah dan berkesinambungan harus selalu diprioritaskan demi menciptakan talenta-talenta muda yang berprestasi dan berkualitas. Sepak bola Indonesia bukan saja memerlukan perubahan, melainkan juga membutuhkan sistem pengelolaan yang berkualitas, sehingga perubahan ke arah yang lebih baik bisa tercapai. Gambar 3. Tabel Ratio Perbandingan Jumlah Ratio Klub dan Pemain yang Dibina Dan berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang berjudul ANALISI KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PERUBAHAN PADA ORGANISASI PERSATUAN SEPAK BOLA SELURUH INDONESIA (PSSI). 1.2.Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujua utama diantaranya yaitu : 1. Memahami strategi PSSI dalam melakukan manajemen perubahan 2. Memahami permasalahan yang dihadapai PSSI dalam manajemen perubahan 3. Memberikan saran terhadap pemangku kebijakan di PSSI dalam melakukan manajemen perubahan 10
  • 11. 1.3.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian meliputi pembahasan tentang bidang persepakbolaan, sumber daya manusia, keorganisasian, serta keuangan. Fokus penelitian yang dilakukan adalah pada aspek menejemen perubahan (change maagement) di PSSI. Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan utama yaitu : 1. Melakukan studi literatur perkembangan dan kemajuan persepakbolaan di Indonesia 2. Melakukan komparasi kebijakan manajemen perubahan dan prestasi persepakbolaan di negara maju 3. Membuat suatu model kebijakan manajemen perubahan di bidang olahraga sepakbola yang dapat meningkatkan prestasi dan kemajuan persepakbolaan Indonesia. 1.4.Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapka memberikan manfaat semua pihak yang dianggap terkait dengan kemajuan persepakbolaan di Indonesia diantaranya : 1. Universitas • Perwujudan dari visi dan misi Universitas Paramadina, sebagai pusat penelitian dan kebudayaan • Menjalankan peran Universitas sebagai pendorong kemajuan bangsa melalui analisis berbagai sektor kebijakan • Menjadikan Universitas Paramadina sebagai kampus yang concern terhadap perkembangan bidang olahraga 2. Masyarakat • Mendorong pertumbuhan olahraga sepakbola sebagai sektor industri yang prospektif dan menguntungkan • Meningkatkan rasa nasionalisme melalui olahraga 3. Pemerintah 11
  • 12. Menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan dalam membentuk peraturan pemerintah • Sebagai masukan dalam perumusan kebijakan manajerial di PSSI • Memperoleh masukan tentang tahapan impelementasi manajemen perubahan 4. Swasta • Turut andil dalm pengembangan dan kemajuan sepakbola di Indonesia • Membantu lahirnya kebijakan dalam manajemen perubahan yang lebih efektif • Sebagai bagian dari kegiatan CSR – Reputation Management Perusahaan 5. Pelaku Olahraga • Meningkatkan motivasi atlet agar semakin produktif dalam meraih prestasi di kancah domestik dan internasional • Menstimulasi atlit maupun calon atlit untuk menjadikan olahraga sepakbola sebagai profesi yang membanggakan 1.5. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif, menggunakan bentuk penelitian Scoping study dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang ditujukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai organisasi, sistem atau peristiwa khusus. Pendekatan kualitatif juga bertujuan untuk menyediakan penjelasan tersirat mengenai struktur, tatanan dan pola yang luas yang terdapat dalam suatu sistem tertentu. Metode yang digunakan ditujukan untuk pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang persepakbolaan, suber daya manusia, keorganisasian, serta keuangan di PSSI. Kegiatan penelitian dilakukan dalam empat tahap berikut : Tahap I, adalah studi pustaka dan fact finding. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan berbagai data dan informasi terkini tentang sepak bola dan PSSI. 12
  • 13. Terutama yang terkait dengan manajemen perubahan dan aplikasinya. Informasi tersebut akan diperoleh dari buku, media massa, wawancara tokoh, peraturan- perundangan, dan sumber lainnya. Hasil pelaksanaan Tahap I adalah dasar teoritis yang kuat untuk pembahasan masalah selanjutnya. Tahap II, dilakukan dalam dua kegiatan yaitu: penyusunan model manajemen perubahan kegiatan persepakbolaan dan perbandingan sistem/ kebijakan manajerial dengan beberapa institusi sejenis di negara maju. Penyusunan model manajemen perubahan kegiatan persepakbolaan yang ditujukan untuk memperoleh gambaran komprehensif bagaimana aplikasi manajemen perubahan pada PSSI. Gambaran ini juga akan menunjukkan pihak-pihak yang terkait dengan aktivitas tersebut. Perbandingan dengan sistem/ kebijakan institusi sejenis di negara maju diperlukan untuk mencari best practices yang dilakukan mereka. Dari perbandingan ini diharapkan penelitian dapat mengidentifikasi praktik mana yang dapat diterapkan di Indonesia. Tahap III, adalah analisis impact yaitu melakukan analisis apa pengaruh yang diharapkan terjadi dengan penerapan model manajemen perubahan yang dirancang serta berbagai usulan perbaikan dalam kebijakan manajerial PSSI ke depan. Tahap IV, adalah penyusunan rumusan kebijakan manajerial sebagai hasil utama dari penelitian ini. Rumusan kebijakan ini diharapkan dapat menjadi bagian dari rujukan penerapan manajemen perubahan di PSSI. 13
  • 14. Gambar. 4 Tahapan Penelitian 1.6.Sistematika Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metode, dan sistematika penelitian. BAB II KONDISI PENGELOLAAN PERSEPAKBOLAAN, KEORGANISASIAN, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, KEUANGAN PSSI, DAN PERMASALAHANYA Bab II menjelaskan bagaimana kondisi pengelolaan persepakbolaan, keorganisasian, manajemen sumberdaya manusa, dan keuangan PSSI saat ini . Dan bagian ini juga mengikhtisarkan pokok permasalahan saat ini yang selanjutkan dijadikan dasar arah penelitian ini, sehingga nantinya dapat dibuat usulan untuk solusi bagi pembenahan dalam manajemen perubahan di PSSI. BAB III POLA KEBIJAKAN DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN PSSI Bab II menjelaskan beberapa dua penting diantaranya yaitu bentuk kebijakan dalam manajemen perubahan PSSI, dan perbandingan manajemen perubahan persepakbolaan di negara maju BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN MANAJEMEN 14
  • 15. Bab IV menjelaskan beberapa aspek penting dalam manajemen perubahan PSSI meliputi aspek persepakbolaan mengenai permasalahan dan rencana pembenahan, aspek Organisasi mengenai permasalahan dan rencana pembenahan, aspek SDM mengenai permasalahan dan rencana pembenahan, aspek Keuangan mengenai permasalahan dan rencana pembenahan, sertapenyusunan model kebijakan manajemen perubahan di PSSI. BAB V SARAN PEMBENAHAN MANAJEMEN PERUBAHAN Bab V berisikan saran dan rekomendasi berkenaan dengan prinsip-prinsip manajemen perubahan PSSI, pokok-pokok aturan, serta tahapan Implementasi manajemen perubahan di PSSI. BAB VI PENUTUP Bab VI akan menutup seluruh tulisan hasil penelitian dengan berbagai catatan dan rekomendasi untuk berbagai pihak yang terkait. 15
  • 16. BAB II KONDISI PENGELOLAAN PERSEPAKBOLAAN, KEORGANISASIAN, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, KEUANGAN PSSI, DAN PERMASALAHANYA 2.1 Kondisi terkini serta permasalahan pengelolaan persepakbolaan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) merupakan sebuah organsasi tertinggi yang menaungi seluruh klub dan komunitas yang ada di Indonesia. Saat ini sepakbola bukan hanya sebagai olahraga saja, melainkan suatu bisnis yang melakukan perputaran ekonomi yang sangat besar. Nilai gaji pemain sampai nilai transfer sudah mencapai angka yang cukup tinggi. Posisi tersebut menempatkan sepakbola menjadi sebuah industri baru. Positioning sepakbola di Indonesia mengalami banyak perubahan, apalagi di saat kompetisi Galatama dan Perserikatan diganti dan dilebur menjadi satu dalam Liga Indonesia. Melihat fenomena yang terjadi sebelumnya ketika gelombang unjuk rasa anti Nurdin Halid gencar terjadi, masyarakat yang mengatasnamakan diri sebagai pecinta sepak bola tanah air melakukan aksi demonstrasi menuntut Nurdin Halid yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PSSI agar segera turun dari jabatannya. Masyarakat menilai selama ini belum ada prestasi yang bisa 16
  • 17. dibanggakan. Jangankan prestasi di level Asia, level Asia Tenggara saja Indonesia masih kalah bersaing dengan negara tetangga. Akibat minimnya prestasi timnas saat PSSI dipimpin Nurdin, tuntutan agar ia mundur sebagai ketua umum PSSI sudah dan masih terus disuarakan oleh banyak kalangan di berbagai penjuru tanah air. Ribuan suporter dari berbagai klub yang ada di Indonesia juga turun ke jalan menuntut agar segera dilakukannya Revolusi besar-besaran di tubuh PSSI. Demonstrasi anti Nurdin Halid mencapai puncaknya ketika ribuan suporter mendatangi kantor PSSI di Senayan, Jakarta.selain demo besar-besaran yang terjadi, penolakan terhadap Nurdin Halid juga muncul didunia maya melalui gerakan 1 juta facebooker. Disamping pemberitaan yang gencar terhadap Nurdin Halid tentunya memunculkan opini yang berbeda-beda di masyarakat. Media memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan peristiwa mana yang akan diangkat. Peristiwa yang sama bisa saja diberitakan secara berbeda pula tergantung bagaimana media mengkonstruksi realitas yang ada. Setelah turunnya Nurdin Halid, dan terpilih lah Djohar Arifin Husein yang dipilih melalui kongres Solo. Kongres yang diadakan di Solo pada bulan Juli 2011 merupakann kepemimpinan yang sah setelah FIFA mengesahkan kepemimpinannya. Djohar dinyatakan sah menjadi Ketua Umum baru PSSI setelah mengantongi total 61 suara di putaran kedua. Keberhasilan Djohar mendapatkan dukungan suara mayoritas dalam Kongres Pemilihan Ketua Umum federasi sepakbola tertinggi di Indonesia itu tak lepas dari dukungan kelompok mayoritas pemilik suara sah PSSI yang dikenal dengan sebutan Kelompok 78. Sebelumnya, kelompok tersebut memaksa untuk mengusung pasangan George Toisutta dan Arifin Panigoro. Namun, setelah melakukan membuat kesepakatan yang isinya Johar akan menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) setelah tiga bulan terpilih sebagai ketua umum PSSI, mereka pun akhirnya bersedia menyumbangkan suaranya untuk Djohar. 17
  • 18. Lalu siapakah sebenarnya sosok Djohar Arifin Husein? Djohar merupakan Mantan Deputi Pemberdayaan Olahraga Menteri Pemuda dan Olahraga (Menegpora). Dia juga pernah mencalonkan diri sebagai Ketua Umum KONI Pusat. Jika berkaca pada pengalamannya di dunia olahraga, Djohar bukan orang sembarangan. Dia berkecimpung langsung, mulai dari tingkat provinsi hingga menjadi Sekjen KONI Pusat dan Deputi Menegpora. Sedangkan untuk di tingkat provinsi, Djohar Arifin Husein juga pernah mengemban amanat sebagai Ketua Umum Pengda PSSI Sumatera Utara. Pergantian ketua umum PSSI dari Nurdin Halid ke Djohar Arifin ternyata tidak begitu saja membawa perubahan yang positif bagi PSSI. Masih banyak masalah lama dan baru yang harus diselesaikan oleh kepengurusan yang baru dalam hal ini yang dipimpin oleh Djohar Arifin. Ketika Djohar Arifin terpilih sebagai ketua umum PSSI yang baru, harapan seluruh masyarakat pencinta sepak bola Indonesia tentu adanya sebuah revolusi di PSSI yang akan menghasilkan sederet prestasi yang membanggakan. Memang bukan hal mudah untuk melanjutkan sebuah organisasi tanpa ada kerja sama oleh pengurus yang sebelumnya. Tentu kepengurusan yang baru akan mengalami kesulitan menentukan arah dan tujuan organisasi tersebut. Pengamatan peneliti di bidang persepakbolaan, menemukan adanya masalah-masalah harusnya menjadi perhatian oleh PSSI yang baru untuk lebih meningkatkan kualitas dan kelas sepakbola Indonesia. Dari beberapa masalah kami fokus pada 5 pokok masalah yang telah kami telusuri dan mencoba mencari solusinya. Masalah yang pertama yaitu masalah dualisme kompetisi. Masalah ini sebenarnya disebabkan karena pihak liga yang dulu (PT. Liga Indonesia) tidak bersedia menyerahkan kewenangan kepada PSSI yang baru (PT. Liga Prima Indonesia). Hal tersebut menyebabkan adanya dua kompetisi yang berjalan yaitu Liga Prima Indonesia dan Liga Super Indonesia. Dari dua kompetisi tersebut hanya satu yang diakui oleh PSSI yaitu PT. Liga Prima Indonesia, yang tidak lain 18
  • 19. adalah Liga yang baru muncul dan belum memliki divisi-divisi serta hanya memliki 12 tim pada kompetisi utamanya. Masalah yang kedua yaitu masalah kompetisi dan peningkatan kualitasnya agar tidak tertinggal dari negara-negara lain. Masalah kompetisi ini bisa terlihat dari beberapa indikator, rendahnya kualiatas kompetisi di Indonesia menyababkan kompetisi sepakbola di Indonesia tertinggal jauh dari negara- negara lain, hal ini terbukti dengan melorotnya posisi timnas pada peringkat FIFA. seperti kurangnya disiplin para pemain, ketidak disiplinan pra pemian ini menyababkan pada rendahnya kualitas pemain di liga. Masalah yang ketiga ada pada pembinaan usia muda. Dimana proses pembinaan pemain sepak bola muda di Indonesia belum merata dan terkelola secara maksimal, sehingga potensi-potensi yang ada jadi tidak diberdayakan dan dimanfaatkan secara maksimal sehingga kualitas pemain muda Indonesia masih kalah oleh negara-negara lain. Masalah yang ke empat yaitu infrasrtuktur yang ada. Infrastruktur yang ada di Indonesia saat ini dapat dikatakan masih tertinggal dari negara-negara lain. Untuk menyediakan infrastruktur yang berstandar dunia butuh dana yang tidak sedikit dan tidak mungkin hanya mengandalkan dana dari pemerintah. Masalah yang ke lima, yaitu kebebasan media di Indonesia yang terlalu mengekspose seluruh kegiatan pemain timnas sehingga konsentrasi mereka untuk bertanding menjadi sedikit terganggu. Dimana proses pemberitaan sampai menjurus pada persoalan-persoalan personal para pemain, dan terlalu berlebihan. Akibatnya fokus para pemain ketika latihan dan akan bertanding akan sangat berkurang. 2.2 Kondisi terkini serta permasalahan keorganisasian 2.2.1 PSSI dari masa ke masa 19
  • 20. PSSI didirikan oleh Ir. Soeratin Sosrosoegondo1. Soeratin mulai merintis pendirian sebuah organisasi sepak bola, yang bisa diwujudkan pada 1930. Organisasi boleh dikatakan realisasi konkret dari Sumpah Pemuda 1928. Nasionalisme itu dicoba dikembangkan melalui olahraga, khususnya sepak bola. Soeratin melakukan pertemuan dengan tokoh sepak bola pribumi di Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta, dan Bandung. Di akhir tahun 1920, pertandingan voetbal atau sepak bola sering kali digelar untuk meramaikan pasar malam. Pertandingan dilaksanakan sore hari. Sebenarnya selain sepak bola, bangsa Eropa termasuk Belanda juga memperkenalkan olahraga lain, seperti kasti, bola tangan, renang, tenis, dan hoki. Hanya, semua jenis olahraga itu hanya terbatas untuk kalangan Eropa, Belanda, dan Indo. Alhasil sepak bola paling disukai karena tidak memerlukan tempat khusus dan pribumi boleh memainkannya. Lapangan Singa (Lapangan Banteng) menjadi saksi tempat orang Belanda sering menggelar pertandingan panca lomba (vijfkam) dan tienkam (dasa lomba). Khusus untuk sepak bola, serdadu di tangsi-tangsi militer paling sering bertanding. Mereka kemudian membentuk bond sepak bola atau perkumpulan sepak bola. Dari bond-bond itulah kemudian terbentuk satu klub besar. Tak hanya serdadu militer, tapi juga warga Belanda, Eropa, dan Indo membuat bond- bond serupa. 1 Ir. Soeratin Sosrosoegondo (lahir di Yogyakarta pada 17 Desember 1898 - wafat 1 Desember 1959) adalah seorang insinyur Indonesia. Ia juga adalah ketua umum PSSI periode 1930-1940. Ia adalah pendiri sekaligus ketua umum pertama PSSI (wikipedia.org). Ia menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman, pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali, Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda, Sizten en Lausada, yang berkantor pusat di Yogyakarta. Di sana beliau merupakan satu-satunya orang Indonesia yang duduk sejajar dengan komisaris perusahaan konstruksi besar itu. Akan tetapi, didorong oleh semangat nasionalisme yang tinggi, beliau kemudian memutuskan untuk mundur dari perusahaan tersebut. Setelah berhenti dari Sizten en Lausada, Soeratin lebih banyak aktif di bidang pergerakan. Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepak bola, beliau menyadari kepentingan pelaksanaan butir-butir keputusan yang telah disepakati bersama dalam pertemuan para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Soeratin melihat sepak bola sebagai wadah terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda sebagai sarana untuk menentang Belanda. 20
  • 21. Dari bond-bond itu kemudian terbentuklah Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang pada tahun 1927 berubah menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU). Sampai tahun 1929, NIVU sering mengadakan pertandingan termasuk dalam rangka memeriahkan pasar malam dan tak ketinggalan sebagai ajang judi. Bond China menggunakan nama antara lain Tiong un Tong, Donar, dan UMS. Adapun bond pribumi biasanya mengambil nama wilayahnya, seperti Cahaya Kwitang, Sinar Kernolong, atau Si Sawo Mateng. Pada 1928 dibentuk Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) sebagai akibat dari diskriminasi yang dilakukan NIVB. Sebelumnya bahkan sudah dibentuk Persatuan Sepak Bola Djakarta (Persidja) pada 1925. Pada 19 April 1930, Persidja ikut membentuk Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di gedung Soceiteit Hande Projo, Yogyakarta. Pada saat itu Persidja menggunakan lapangan di Jalan Biak, Roxy, Jakpus. Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi secara diam-diam untuk menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian, ketika mengadakan pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta, Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta), dan juga pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi sepak bola nasional. Selanjutnya, pematangan gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung, Yogyakarta, dan Solo yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A. Hamid, dan Soekarno (bukan Bung Karno). Sementara itu, untuk kota-kota lainnya, pematangan dilakukan dengan cara kontak pribadi atau melalui kurir, seperti dengan Soediro yang menjadi Ketua Asosiasi Muda Magelang. Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil dari VIJ (Sjamsoedin, mahasiswa RHS), BIVB - Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (Gatot), PSM - Persatuan sepak bola Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito, A. Hamid, dan M. Amir Notopratomo), VVB - Vortenlandsche Voetbal Bond Solo (Soekarno), MVB - Madioensche Voetbal Bond (Kartodarmoedjo), IVBM - Indonesische Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB - 21
  • 22. Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Pamoedji). Dari pertemuan tersebut, diambillah keputusan untuk mendirikan PSSI, singkatan dari Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia. Nama PSSI lalu diubah dalam kongres PSSI di Solo pada tahun 1930 menjadi Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia sekaligus menetapkan Ir. Soeratin sebagai ketua umumnya. PSSI secara resmi berdiri pada tanggal 19 April 19302 Istilah "sepakraga" diganti dengan "sepakbola" dalam Kongres PSSI di Solo pada 1950. PSSI kemudian melakukan kompetisi secara rutin sejak 1931, dan ada instruksi lisan yang diberikan kepada para pengurus, jika bertanding melawan klub Belanda tidak boleh kalah. Soeratin menjadi ketua umum organisasi ini 11 kali berturut-turut. Setiap tahun ia terpilih kembali. Kegiatan mengurus PSSI menyebabkan Soeratin keluar dari perusahaan Belanda dan mendirikan usaha sendiri. Setelah Jepang menjajah Indonesia dan perang kemerdekaan terjadi, kehidupan Soeratin menjadi sangat sulit. Rumahnya diobrak-abrik Belanda. Ia aktif dalam Tentara Keamanan Rakyat dengan pangkat letnan kolonel. Setelah penyerahan kedaulatan, ia menjadi salah seorang pemimpin Djawatan Kereta Api. Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepakbola berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) di tahun 1936 milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) punya bangsa Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) milik orang Indonesia.[1] Memasuki tahun 1930-an, pamor bintang lapangan Bond NIVB, G Rehatta dan de Wolf, mulai menemui senja berganti bintang lapangan bond China dan pribumi, seperti Maladi, Sumadi, dan Ernst Mangindaan. Pada 1933, VIJ keluar sebagai juara pada kejuaraan PSSI ke-3. Pada 1938 Indonesia lolos ke Piala Dunia. Pengiriman kesebelasan Indonesia (Hindia Belanda) sempat mengalami hambatan. NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) atau organisasi sepak bola Belanda di Jakarta bersitegang 2 Statuta PSSI Pasal 2. 22
  • 23. dengan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) yang telah berdiri pada bulan April 1930. PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan Jerman yang lama tinggal di Eropa, ingin pemain PSSI yang dikirimkan. Namun, akhirnya kesebelasan dikirimkan tanpa mengikutsertakan pemain PSSI dan menggunakan bendera NIVU yang diakui FIFA. Pada masa Jepang, semua bond sepak bola dipaksa masuk Tai Iku Koi bentukan pemerintahan militer Jepang. Di masa ini, Taiso, sejenis senam, menggantikan olahraga permainan. Baru setelah kemerdekaan, olahraga permainan kembali semarak. Tahun 1948, pesta olahraga bernama PON (Pekan Olahraga Nasional) diadakan pertama kali di Solo. Di kala itu saja, sudah 12 cabang olahraga yang dipertandingkan. Sejalan dengan olahraga permainan, khususnya sepak bola, yang makin populer di masyarakat, maka kebutuhan akan berbagai kelengkapan olahraga pun meningkat. Pada tahun 1960-1970-an, pemuda Jakarta mengenal toko olahraga Siong Fu yang khusus menjual sepatu bola. Produk dari toko sepatu di Pasar Senen ini jadi andalan sebelum sepatu impor menyerbu Indonesia. Selain Pasar Senen, toko olahraga di Pasar Baru juga menyediakan peralatan sepakbola. Pengaruh Belanda dalam dunia sepak bola di Indonesia adalah adanya istilah henbal, trekbal (bola kembali), kopbal (sundul bola), losbal (lepas bola), dan tendangan 12 pas. Istilah beken itu kemudian memudar manakala demam bola Inggris dimulai sehingga istilah-istilah tersebut berganti dengan istilah persepakbolaan Inggris. Sementara itu, hingga 1950 masih terdapat pemain indo di beberapa klub Jakarta. Sebut saja Vander Vin di klub UMS; Van den Berg, Hercules, Niezen, dan Pesch dari klub BBSA. Pemain indo mulai luntur di tahun 1960-an[2]. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah organisasi induk yang bertugas mengatur kegiatan olahraga sepak bola di Indonesia. PSSI merupakan organisasi khusus dan independen yang berstatus badan hukum 23
  • 24. sesuai ketetapan Menteri Kehakiman RI tanggal 2 februari 1953, No.J.A.5/11/6, Tambahan Berita Negara RI, tanggal 3 Maret 1953, No. 183. PSSI bergabung dengan FIFA pada tahun 1952, kemudian dengan AFC pada tahun 1954. PSSI menggelar kompetisi Liga Indonesia setiap tahunnya, dan sejak tahun 2005, diadakan pula Piala Indonesia. Sejak didirikan pada tahun 1930, PSSI telah berganti kepemimpinan sebanyak 14 kali, dengan masa jabatan yang berbeda. Berikut daftar ketua umum PSSI sejak tahun 1930 hingga sekarang: No Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan 1 Soeratin Sosrosoegondo 1930 1940 2 Artono Martosoewignyo 1941 1949 3 Maladi 1950 1959 4 Abdul Wahab .Dj 1960 1964 5 Maulwi Saelan 1964 1967 6 Kosasih Poerwanegara 1967 1974 7 Bardosono 1975 1977 8 Moehono 1977 1977 9 Ali Sadikin 1977 1981 10 Sjarnoebi Said 1982 1983 11 Kardono 1983 1991 12 Azwar Anas 1991 1999 13 Agum Gumelar 1999 2003 14 Nurdin Halid 2003 1 April 2011 * Agum Gumelar 1 April 2011 9 Juli 2011 (KetuaKomite Normalisasi PSSI) 15 Djohar Arifin Husin 9 Juli 2011 Pertahanan (Masa Habis Jabatan 2015) 2.2.2 Pro dan Kontra PSSI Sejak didirikan tahun 1930, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) telah melalui banyak peristiwa. Berbagai permasalahan juga telah mewarnai perjalanan panjang PSSI menjadi salah satu organisasi olah raga terbesar di Indonesia. PSSI dibangun oleh Ir. Soeratin dan rekan-rekan dengan semangat 3 Pedoman Dasar PSSI. 24
  • 25. menjawab tantangan sumpah pemuda dan janji nasionalisme mereka. Soeratin rela meninggalkan pekerjaannya untuk fokus membangun PSSI. Tahun 1975-1977, Ketua Umum Bardosono disebut sebagai era militer namun kepemimpinannya pun runtuh dijatuhkan oleh para anggota PSSI sebelum periode kepengurusannya habis karena penyimpangan dana PSSI, kemudian Bardosono digantikan Moehono (1977) yang diangkat jadi PJS (Pejabat Sementara). Kemudian muncul Era baru (1977-1981) oleh Ali Sadikin mereformasi PSSI termasuk skema kompetisi. Dalam zaman kepengurusan Ali Sadikin ini lahir UU No. 11/1980 yang memberikan ancaman hukuman, baik bagi penyuap maupun yang kena suap. Namun itu hanyalah sebagai tulisan untuk dibaca saja karena Iswadi Idris dan Ronny Pasla menjadi korbannya. Di tahun 1982-1983, seiring dengan reformasi yang di gagas Ali Sadikin, munculah tokoh Sjarnoebi Said pemilik Klub Krama Yudha Tiga Berlian, kala itu kompetisi kita terbagi menjadi dua kasta yaitu Profesional dan Amatir (Galatama dan Perserikatan). Di Galatama yang murni profesional dimulai sejak tahun 1979 di era Ali Sadikin, klub peserta memang tidak banyak pada saat itu hanya 8 klub saja tapi dikelola dengan sangat baik, tercatat sampai kemudian Galatama di bubarkan terdapat 40 buah klub profesional (non perserikatan/amatir) yang pernah berkiprah di Galatama. Sayang pasca Sjarnoebi Said, galatama kehilangan pamor karena kasus suap. Dalam era kepemimpinan Kardono 1983-1991 semakin meraja lelanya kasus suap menyuap ditubuh Galatama, Bahkan TD. Pardede (club Paredetex) mempecepat pembubaran clubnya karena tidak tahan dengan kasus suap menyuap yang tentu akan merugikan club (Defisit Anggaran Club). Namun kasus suap yang melanda persepakbolaan nasional kala itu justru PSSI tidak meninggalkan utang dan Timnas mampu menjadi juara SeaGames 1987 dan 1991, bahkan dibawah asuhan pelatih Sinyo Aliandoe sukses mengantar PSSI menjadi juara Sub-Grup C PPD (1985) yang justru pemainnya lebih banyak dari Galatama yang nota bene terbelenggu kasus suap menyuap. 25
  • 26. Di era Azwar Anas (1992-1999), beliau dikenal dengan pendiri Club Semen Padang. Ia melakukan terobosan dengan membubarkan semua penyelenggaran kompetisi baik amatir maupun profesional dengan menggabungkan semuanya dalam satu Liga Indonesia, lalu mulailah kita akrab dengan nama - nama seperti Liga Dunhill, Liga Kansas, Liga Mandiri sampai Liga Djarum. Penggabungan Perserikatan dan Galatama sebenarnya tidak realistis dimana Tim mantan Perserikatan tetap dengan biaya APBD sementara Tim Galatama tetap mengharapkan dana dari Swasta. Kita harus membuka mata bahwa klub perserikatan selalu menjadi organ politik penguasa daerah, makanya klub perserikatan selalu diketuai oleh penguasa daerah baik gubernur, bupati atau walikota, yang kebetulan di jaman orde baru dan sampai kini merupakan organ dan perpanjangan tangan serta menjadi kader Partai Golongan Penguasa. Kekuatan dari kekuasaan tidak akan melepaskan sumber-sumber pencitraan berbasis massa, itulah mengapa kemudian sejak masa orde lama, orde baru hingga kini sebenarnya sepakbola kita berada dalam kekuasan politik. Di zaman inilah terjadi paceklik, krisis moneter yang meluluhkan perekonomian Indonesia. PSSI ketika akan mengikuti Sea Games dan Piala Tiger (1998) tak sanggup membiayainya. Maka Azwar Anas selaku ketu PSSI membujuk dan mengangkat Nurdin Halid sebagai manager Timnas dengan harapan Nurdin rela mengeluarkan dananya untuk membiayai Timnas saat itu. Beberapa orang tentu tidak sepaham dengan pengangkatan Nurdin Halid tersebut karena boleh jadi uang yang akan dikeluarkan oleh Nurdin adalah hasil dari tindak korupsi, akan tetapi Aswar Anas tak mau tahu bahwa Timnas harus ikut untuk mengangkat martabat bangsa, dan satu-satunya orang yang ingin berkorban mengangkat martabat bangsa hanya Nurdin Halid. Namun pada akhirnya Azwar Anas mengundurkan diri pada tahun 1998, karena ia gagal mempersembahkan yang terbaik pada event tersebut lalu ia mengangkat Agum Gumelar sebagai Pejabat Sementara (PJS). 26
  • 27. Tahun 1999-2003 adalah era Agum Gumelar yang membawa timnas menjadi juara dalam piala kemerdekaan tahun 2000. Agum gumelar lalu mengangkat Nurdin Halid menjadi Kabid Humas Pembinaan. Agum gumelar sukses menjuarai Piala Kemerdekaan di tahun 2000, dan dua kali Runer Up piala tiger. Saat periode jabatan Agum berakhir, ia menolak untuk dicalonkan lagi menjadi ketua PSSI untuk priode selanjutnya karena menganggap dirinya gagal membawa prestasi bagi timnas. Zaman Nurdin Halid, banyak statuta dan penyimpangan-penyimpangan yang di prioritaskan dalam kasus Narapidana yang menimpa sang Ketua tersebut. Nurdin Halid dikenal sebagai ketua yang kontroversial meskipun ia sekarang dalam jeruji besi. Namun dengan kehebatan dan dukungan dari rekannya di PSSI, ia mampu mengendalikan PSSI dengan mengangkat Agusman Effendi sebagai pelaksana tugas ketua umum pada tanggal 22 Oktober 2004. Prestasi timnas (Ketua Umum PSSI 2003-2011) boleh dikatakan tidak jauh berbeda dengan pendahulunya. Dengan merenggut piala AFF: runner-up tahun 2008, Piala Kemerdekaan: Juara pada tahun 2010, Piala AFF: runner-up tahun 2010. Era ini pula yang paling banyak mendapat cercaan dan makian. Meskipun Timnas terperosok diperingkat diatas 100 dunia versi FIFA akan tetapi pada musim 2009-2010 kepemimpinan Nurdin, AFC menobatkan Liga Super Indonesia adalah liga terbaik peringkat 8 se-Asia, dan liga terbaik se-Asia Tenggara. Ini mau tak mau adalah prestasi yang cukup memuaskan untuk ISL. Akan tetapi mengapa ketika berganti kepengurusan ISL malah dihancurkan dan di anak tirikan bahkan ditendang sejauh-jauhnya keluar arena. ISL hanya kalah terhadap Korea Selatan, Jepang, China, Australia, Qatar, Arab Saudi dan UEA. Kemudian klub Persipura melampau ribuan klub sepak bola dunia, menjadi peringakat 207 versi International Federation of Football History & Statistics (IFFHS) dan Sriwijaya FC 221. Banyak klub dunia yang sudah terkalahkan sebut saja Everton (214), Fulham (258), dan Newcastle United (292) dari Liga Premier Inggris dan juga Genoa (289) dan Fiorentina (271) dari Liga Calcio Serie A, serta Riverplate (213) asal Argentina. Inilah sebuah bukti bahwa kompetisi kita mulai hidup, mulai bangkit 27
  • 28. dan untuk yang pertama kalinya klub merah putih Persipura berlaga di perempat final piala AFC dan kalah dengan Agregat (1-3) dari klub asal Irak Arbil SC untuk melaju ke semi Final. Mengapa anggota-anggota dibawah naungan PSSI tidak memperhitungkan itu semua, mengapa itu tidak dianggap sebagai suatu kemajuan, padahal banyak kalangan berharap pada kebobrokan kepengurusan PSSI. Kejelekan kompetisi ISL musim lalu dijadikan hikmah untuk keberhasilan. Lebih baik saat ini kita membuang jauh-jauh segala keburukan lalu ambil yang baik-baik saja, jangan disamakan yang baik dan yang buruk, sebab boleh jadi PSSI sekarang lebih buruk dari yang lalu. Alangkah baiknya saling mengintrospeksi diri untuk melakukan apa dan bagaimana langkah selanjutnya. Mari duduk bersama memadukan pendapat untuk saling berbagi. Hilangkan rasa dendam karena dendam takkan pernah berakhir jika itu tidak disadari dampaknya. Era-era itu kini telah berlalu dan era (Djohar Arifin H) yang paling mengganaskan ini muncul yang mau tak mau adalah era sebuah dendam. Prestasi yang di toreh pada awal kepengurusannya menjadi Runner Up Sea Game 2011, sekaligus menitip sejarah dibawah asuhan pelatih Wim Rijsbergen memalukan Timnas Senior 5 kali kalah secara berturut-turut diajang kualifikasi Pra Piala Dunia 2014 dengan kemasukan 16 gol lawan 3 gol, dan tak lama lagi 29 Februari 2011 akan bertandang melawan Bahrain dan sebagai penutup kekalahan yang ke 6 kalinya. Song (2009) menjelaskan bahwa tujuan konkrit dari manajemen perubahan pada organasisasi yang berbeda kemungkinan tidak sama, tapi semangat manajemen perubahan mungkin sama, yaitu membuat organisasi lebih efektif, efisien, dan tanggap terhadap lingkungan oragnisasi yang bergejolak. Upaya organisasi dalam rangka manajemen perubahan tidak selamanya berhasil. Bahkan proporsi kesuksesannya dapat dikatakan sangat kecil. Schaffer dan Thompson melakukan riset terhadap 300 perusahaan elektronik di USA, hasilnya adalah hanya 10 persen yang sukses melakukan perubahan selebihnya 63 persen hasilnya gagal. Lebih lanjut, di eropa sebanyak 500 perusahaan di 28
  • 29. Britain memperkenalkan Total Quality Management (TQM). Hasilnya, hanya 8 persen manajer percaya bahwa hal tersebut dapat berhasil, selebihnya gagal terlaksana dengan baik (Wilkinson et al. 1993). Meskipun proporsi keberhasilan manajemen perubahan sangat kecil, namun bukan berarti hal tersebut tidak dapat diupayakan. Kemungkinan keberhasilan manajemen perubahan sebuah organisasi sangat ditentukan dengan optimalnya peran berbagai unsur pendukung. Lebih lanjut, Song (2009) menjelaskan empat faktor yang sangat dibutuhkan organisasi dalam perubahan yaitu kepemimpinan, budaya organisasi, isu sumber daya manusia, dan kapabilitas dari respon cepat). 2.2.3 Identifikasi Permasalahan Dalam bidang keorganisasian peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang ingin diangkat, penjabaran disetiap identifikasi masalah tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Struktur Organisasi a) Struktur organisasi yang belum jelas Pada struktur organisasi di PSSI, Tim belum menemukan kejelasan dalam bentuk serta isi kejelasannya. Oleh sebab itu, Tim harus lebih mencari kejelasan struktur organisasi lebih lanjut. b) Struktur organisasi yang sulit di akses di situs resmi PSSI Pada situs resmi PSSI http://www.pssi-football.com/id/index.php. Tim menemukan kesulitan pada pencarian struktur organisasi yang di rangkum secara langsung oleh PSSI. Sehingga tim harus mengakses situs-situs lain yang memuat informasi tentang PSSI. 2. Rangkap Jabatan 29
  • 30. a) EXCO merangkap lebih dari dua jabatan Adanya rangkap jabatan oleh anggota EXCO, rangkap jabatan ini lebih dari dua. Alasan sementara yang tim temukan adalah keterbatasan anggota EXCO sedangkan terlalu banyakan yang harus di pimpin oleh anggota EXCO. b) Jabatan yang dirangkap oleh EXCO lintas bidang Anggota EXCO yang sudah merangkap jabatan, menjabat suatu bidang yang berbeda. Hal ini menurut tim dapat bermasalah karena dalam suatu bidang yang berbeda di khawatirkan anggota tidak dapat berkonsentrasi pada bidang yang di kepalainya tersebut. 3. Konflik Kompetisi a) Konflik kompetisi berkepanjangan Konflik LSI dan LPI yang mana ketiga anggota ini memiliki peran penting dalam dunia Persepakbolaan Indonesia, maka apabila konflik kompetisi ini berlangsunng secara berkepanjangan akan mengakibatkan dampak yang buruk pada dunia persepakbolaan indonesia. Butuh adanya penyelesaian agar konflik kompetisi ini tidak berlarut-larut dan menemukan jalan keluar serta solusi yang tepat. b) Problem solving yang masih belum jelas Sangsi FIFA bukan hal yang menakutkan. Yang lebih menakutkan adalah kehancuran total sepak bola Indonesia dalam jangka panjang oleh 2 kubu yang bertikai pada konflik kompetisi di atas. Pada prinsipnya ada 4 hal yang dapat menyelesaikan konflik PSSI 2012 dan menjadi solusi bagi bangsa Indonesia dengan mewujudkan prestasi sepakbola Indonesia dalam waktu 30
  • 31. singkat. Tapi dalam garis besarnya belum ada pemecahan masalah yang jelas, seperti banyak pertanyaan yang harus di selesaikan seperti siapa yang mampu melakukan hal itu ? siapa tokoh pemersatu yang mampu membenahi kekisruhan PSSI dan membawa sepakbola Indonesia kedalam masa jayanya ? 4. Hubungan Organisasional a) Hubungan organisasional PSSI dengan lembaga Negara seperti KEMENPORA, KONI, KOI masih belum jelas b) Kewenangan antara lembaga Negara dengan lembaga sepak bola internasional seperti FIFA, AFC, dan AFF masih belum jelas terkait PSSI 31
  • 32. 5. Administrasi a) Tidak ada arsip, berkas dan data penting organisasi dari pengurus PSSI sebelumnya Pada pengurusan organisasi PSSI, diharapkan ada arsip, berkas-berkas dan data penting yang di warisi oleh pengurusan sebelumnya. Hal ini ditujukan agar kepengurusan yang baru mengerti apa yang harus dilakukan sebelumnya dan harus melakukan perubahan apa pada kepengurusan organisasi yang baru. b) Terbatasnya kemampuan administrasi pegawai PSSI Selain tidak adanya arsip, berkas dan data penting yang tidak di wariskan oleh pengurusan sebelumnya seperti masalah yang di atas, adapula keterbatasan kemampuan pada administrasi pegawai karena tidak adanya arsip, berkas dan data penting pada organisasi sebelumnya. 6. Informasi dan Publikasi a) Update informasi PSSI kurang baik, terutama pengelolaan website Kekurangan lain pada informasi publik tentang organisasi PSSI, yang mana situs resmi yang disediakan kurang adanya pembaruan informasi dan update yang dikeluarkan sudah dalam jangka waktu lama, sehingga publik tidak dapat mengetahui informasi-informasi terbaru pada organisasi PSSI. b) Belum ada pengembangan media informasi lain 32
  • 33. Tidak seperti organisasi yang lain, PSSI belum cukup mengembangkan media informasi misalkan melalui twitter, facebook, dll yang banyak di konsumsi oleh masyarakat luas. PSSI memiliki twitter (@PSSIofficial) tetapi update yang di keluarkan sudah dalam waktu yang lama. 2.3 Kondisi terkini serta permasalahan manajemen sumber daya manusia Berkenaan dengan identifikasi pola manajemen sumber daya manusia di PSSI, peneliti menemukan dua pemicu pokok timbulnya permasalahan, yaitu masalah internal dan eksternal. Permasalahan Masalah SDM dalam internal PSSI terpusat pada masalah kualitas dari SDM yang masih butuh peningkatan di mana kami melihat dari beberapa fakta yang ada, yaitu : 1. Sistem Rekrutmen Setiap organisasi dan perusahaan membutuhkan karyawan untuk menjalankan organisasinya atau usahanya, karena kebutuhan tersebut setiap organisasi membutuhkan perekrutan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan yang di inginkan oleh badan organisasinya. Menurut Simamora (1997) sebuah proses perekrutmen dapat di gambarkan pada bagan di bawah ini. 33
  • 34. Rincian dalam proses menginformasikan, info dapat disebarkan melalui media cetak, media elektronik, media internet, dll. Inipun memerlukan manajemen yang baik agar tersampaikan keseluruh lapisan masyarakat dan mendaptakan bakat yang diperlukan. proses penyisihan biasanya memakai beberapa tahap, yang pertama seleksi berkas, lalu seleksi psikotes dan tertulis ( tes kemampuan sesuai bidang ), lalu seleksi wawancara (didalamnya terdapat wawancara kemampuan,motivasi, gaji, jabatan, dll), dst. Dalam masalah ini, PSSI tidak mampu menginformasikan informasi perekrutan baik dalam website maupun dalam media lain dan hal tersebut membuat calon karyawan mengalami kesulitan untuk bergabung di dalam organisasi PSSI. 2. Sistem Retirement Sebagai organisasi yang memiliki pegawai di dalamnya, ada beberapa hal yang harus di penuhi salah satunya adalah sistem retirement yang di khususkan untuk para pegawai yang sudah tidak bekerja lagi di organisasi tersebut, jenis-jenis dari employee yang sudah di retirement adalah, pegawai yang di PHK baik dalam kondisi PHK sukarela maupun tidak sukarela, dalam hal ini proses PHK kami menyarankan penindakan PHK harus jelas dengan ketentuan organisasi PSSI, Pemecatan juga harus memiliki aturan tertulis dengan kondisi apa seseorang tersebut harus di pecat. Serta sistem pensiun dari setiap divisi manajemen dan karyawan yang ada harus tertulis dengan jelas. Contohnya seperti pada umur berapa seseorang tersebut harus pensiun, dan data dari karyawan tersebut yang harus di simpan di data base SDM. 34
  • 35. (Retirement kami membaginya menjadi : PHK sukarela dan tidak sukarela; Pemecatan, dan Pensiunan). 3. Manajemen SDM Manajemen SDM yang peneliti maksud disini terbagi menjadi tiga yaitu ; job desk, rotasi kerja serta budaya kerja. Kami menemukan dalam organisasi PSSI ketiga elemen dalam Manajemen SDM tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, dan akibatnya pola manajemen SDM yang ada saat ini tidak jelas dan cenderung berantakan. 4. Pelatihan Selama ini peneliti baru menemukan pelatihan untuk para pemain sepak bola Indonesia, dan peneliti tidak menemukan adanya pelatihan untuk pegawai dan management, kami menyarankan PSSI untuk mengadakan pelatihan baik untuk player, pegawai dan manajemen yang lain agar dapat meningkatkan performance organizational PSSI. Dalam engine search di dalam dunia maya, tidak banyak artikel yang melaporkan pelatihan untuk employee dari PSSI untuk meninkatkan performacenya. 5. Aspek Legal (ADART, SOP, K3, Sistem Perjanjian Kerja, Reward dan Punishment) Aspek legal sangatlah krusial dalam sebuag organissasi apalagi organisasi besar seperti PSSI dimana aspek legal SDM sangat menentukan kinerja internal organisasi tersebut. 35
  • 36. 6. Tata Aturan Kami berhipotesa bahwa ada kejanggalan dalam tata aturan PSSI karena ada beberapa pegawai yang kurang efektif di dalam organisasi maupun pemain. Lalu masalah transparansi, dimana PSSI adalah organisasi milik negara yang harus transparasi dalam setiap kegiatannya. 7. Masalah Umum • Tidak ada transparansi dari pihak PSSI mengenai sistem SDM yang ada di PSSI • Tidak ditemukanya data base pegawai PSSI baik yang masih aktif ataupun tidak aktif. Permasalahan SDM dalam eksternal PSSI terpusat pada pengaruh pihak- pihak di luar organisasi yang sebenarnya memiliki andil besar dalam kemajuan organisasi, yaitu : 1. Persepsi Masyarakat Yang Negatif Persepsi generalisir ini dapat merusak tubuh PSSI secara menyeluruh dan dalam jangka waktu yang sangat lama, dimana setiap pengurus PSSI dan segala kegiatannya akan dapat selalu dipandang negative oleh masyarakat dan masyarakat tidak membantu dalam pengembangan PSSI. Masalah ini juga bisa menyulitkan beberapa orang yang jujur dalam PSSI dimana, orang tersebut tetap dianggap tidak becus dalam mengurus PSSI. 2. Auditor 36
  • 37. Auditor independen adalah salah satu hal yang sangat penting sebagai pembatas, “setir”, juga sebagai pemberi nasihat kepada PSSI secara objektif. PSSI dari dulu minim hal ini, sehingga mereka dapat melakukan apapun yang mereka anggap benar, barulah pada masa kepemerintahan Djohar Arifin, beliau memakai D’lloyd sebagai auditor keuangan PSSI itupun sepertinya hanya sebatas perhitungan aset tidak sampai memberikan saran dan juga kontrak terputus, tidak di audit lagi dalam kurun waktu berjalan. Memang usaha ini harus dihargai, tetapi tentu akan menjadi suatu hal yang sia – sia dimana auditor hanya memeriksa diawal dan kegiatan lainnya tidak diaudit, logisnya adalah kegiatan kurun waktu berjalan tidak terkena audit maka bisa saja diselewengkan. 2.4 Kondisi terkini serta permasalahan keuangan Aspek keuangan menjadi salah satu aspek yang harus diteliti secara mendalam, sehingga pemahaman terhadap artikel-artikel yang tersedia melalui media internet pun harus dilakukan guna tercapainya tujuan dari penelitian ini. Beberapa sumber dalam media elektronik ditemukan bahwa ternyata PSSI mendapat anggaran dana dari APBN dan APBD, dengan didukung oleh: 1. Peneliti ICW mengatakan bahwa dana PSSI bersumber dari APBN dan APBD hanya senilai Rp 20 M di tahun 2010 dan Rp 80 M pada than 2011 2. PSSI mendapat dana dari APBN senilai Rp 100 juta per tahun yang awalnya dikelola oleh KONI dan kemudian dialihkan ke MENPORA 3. Untuk anggaran terakhir di tahun 2010, setiap klub sepak bola ternyata menggerogoti dana Rp 8 – Rp 15 M per tahunnya PSSI yang dahulu masih diketuai oleh Nurdin Khalid itu, masih begitu tertutup dan kurang transparan tentang penggunaan dana APBN maupun APBD yang didapatnya, sehingga tidak ditemukan laporan keuangan berkenaan dengan 37
  • 38. pengunaan uang selama Khalid memimpin PSSI. Sedangkan jika ditinjau, ternyata masih banyak lagi pemasukan PSSI dari “pintu” lainnya, seperti: 1. Setiap pemain asing yang akan bermain di Indonesia akan dikenakan biaya Rp 10 juta permusim 2. Pemasukan dari denda indisipliner 3. Subsidi FIFA yang setiap tahunnya senilai 250.000 dollar AS Mengetahui banyaknya pemasukan PSSI dengan jumlah yang tidak sedikit itu, publik merasa perlu untuk mengetahui transparansi penggunaan dana tersebut, apalagi adanya uang Negara yang juga digunakan oleh PSSI. Laporan keuangan pada periode pengurusan Nurdin Halid tidak jelas pertanggungjawabannya. Berikut kutipan dari beberapa media cetak dan media online terkait laporan keuangan PSSI: “Wakil Ketua KPK Mochammad Jasin mengatakan, uang negara yang diterima PSSI melalui Komite Olahraga Nasional Indonesia dan uang yang diperoleh klub dari pemerintah daerah kerap tidak jelas pertanggungjawabannya. Sumber: Koran Tempo, 7 Januari 2011” “Bendahara Umum PSSI, Zulkifli Nurdin: "Tidak ada serah terima (dari pengurus lama ke pengurus baru) jadi hal seperti ini yang membuat beda penafsiran. Aset akan saya inventaris dulu karena tidak ada proses serah terima. Tidak ada data-data keuangan," sumber: Amalia Dwi Septi – detikSport. Kamis, 24/11/2011 23:04 WIB” “Deputi Sekjen PSSI, Saleh Ismail Mukadar kepada wartawan di kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Rabu (2/5): Tim auditor BPKP telah melakukan investigasi awal dan telah menemukan adanya indikasi kuat terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan PSSI, 38
  • 39. khususnya di PT. Liga Indonesia. "Tim dari BPKP sudah melakukan telaah awal soal laporan keuangan PSSI dan PT. Liga Indonesia. Indikasinya, terlalu banyak kejanggalan, tidak akuntabel, dan tidak transparan. Intinya, terlalu banyak masalah.” Dan kemudian jika menyangkut dana dari APBD, sebenarnya APBD diperjuangkan untuk dihentikan sejak tiga tahun lalu. Terutama untuk klub profesional. Karena menurut hasil temuan Deloit bersama KPK yang pastinya dokumen rahasia, dikatakan sebuah kabupaten biaya pelatih dan pemain lebih banyak daripada ketahanan pangan. Paling tinggi Persija dan Persipura. Sehingga indikasi korupsi tinggi sekali dengan adanya tanda tangan tiga kali dan ongkoso- ongkos politik. Namun untuk klub yang amatir dan infrastruktur, boleh menggunakan dana dari APBD. Beberapa kutipan dari sumber media catak dan media online terkait APBD: “Menteri Dalam Negeri Gunawan Fauzi menegaskan bahwa penggunaan dana APBD untuk klub-klub sepakbola profesional tidak lagi diperbolehkan. Yang namanya profesional harus bisa mencari uang sendiri.” Rabu, Januari 2011 “Mulai tahun 2012, Menteri Dalam Negeri resmi menyetop pengucuran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) oleh pemerintah daerah untuk klub sepakbola profesional. Larangan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2011, yang menegaskan untuk anggaran tahun 2012, tak boleh lagi ada dana untuk sepakbola profesional. 5 Juni 2011 haluan.com” Berita terkini seputar keuangan PSSI lainnya adalah adanya isu pencucian uang oleh Nurdin Halid. “Salah satu contoh adanya dugaan tindak pidana pencucian uang adalah trasnsaksi mencurigakan di atas Rp 20miliar pada periode tertentu. “Uang masuk lalu kelaur lagi, tanpa adanya 39
  • 40. bukti peruntukan yang jelas. PSSI menjadi lalu lintas transaksi yang tidak jelas. Ini sedangk kita kejar melalui audit khusus tim BPKP, “tandas Mukadar.” 2 Mei 2012. PSSI-football.com “Ketua Komite Audit Internal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Asril Oemry, menyebutkan adanya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan di organisasi sepak bola Indonesia era kepemimpinan NurdinHalid. 2Mei2012” Berdasarkan pengamatan sesuai dengan yang data yang ditemukan dari artikel-artikel terkait. Maka peneliti mengdentifikasi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan aspek keuangan PSSI, diantaranya : 1. Ketidakjelasan laporan keuangan. Tidak jelas dalam konteks ada atau tidaknya laporan keuangan, sudah diaudit atau belum, dan dipublikasikan atau tidak. Hal ini penting karena PSSI menggunakan dana pemerintah, yang seharusnya dipergunakan dengan baik dan transparan. 2. Keuangan PSSI yang ternyata belum mandiri, dikarenakan PSSI masih mendapat dana dari APBN dan atau APBD. Menjadikan PSSI kesulitan pendanaan ketika sumber pemasukan tersebut dihentikan oleh Pemerintah. 3. Tidak ada data-data keuangan 4. Donator masih belum tertarik untuk memberikan dana pada club-club sepak bola di Indonesia yang menjadi anggota PSSI 40
  • 41. BAB III POLA KEBIJAKAN DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN PSSI 3.1.Bentuk kebijakan dalam manajemen perubahan PSSI 3.2.Perbandingan manajemen perubahan persepakbolaan di negara maju 41
  • 42. BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN MANAJEMEN 3.1. Aspek persepakbolaan mengenai rencana pembenahan Berdasarkan pada analisa yang dilakukan terhadap permasalahan- permasalahan dalam pengelolaan persepakbolaan di Indonesia oleh PSSI, seperti yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya yaitu terdapat lima masalah besar dalam pengelolaan persepakbolaan oleh PSSI diantarnya yaitu masalah dualisme kompetisi, masalah kompetisi dan peningkatan kualitasnya agar tidak tertinggal dari negara-negara lain, pembinaan usia muda, infrasrtuktur, dan kebebasan media di Indonesia yang terlalu mengekspose seluruh kegiatan pemain timnas sehingga konsentrasi mereka untuk bertanding menjadi sedikit terganggu. Dari setiap permasalahan tersebut peneliti mencoba memetakan rencana pembenahan yang mungkin bisa diterapkan nantinya oleh PSSI yaitu : 1. Untuk mengatasi masalah dualisme kompetisi, peneliti memiliki solusi yang mungkin bisa dipakai oleh PSSI yang baru yaitu dengan cara mengalah demi keberlangsungan liga dan kompetisi yang benar dan 42
  • 43. mengikuti aturan FIFA. Mengalah dalam hal ini maksudnya tim yang berada di LPI merger dengan klub yang ada di LSI. Tim-tim yang memiliki dualisme di kedua kompetisi tersebut melakukan merger. Masalah lain yang muncul pasca-merger adalah kuota pemain yang akan melebihi kuota dalam satu tim. Jika itu terjadi, manajemen tim selayaknya menyeleksi pemain yang layak membela tim. 2. Untuk mengatasi masalah kualitas kompetisi, peneliti menemukan 2 cara untuk itu. Pertama dengan lebih memperketat regulasi pada kompetisi agar terciptanya fair-play dan juga klub-klub yang mengikuti kompetisi akan lebih tertib. Kedua agar permainan lebih berkualitas perlu adanya persaingan yang sehat antar pemain dalam hal ini pemain harus berusaha menunjukkan yang terbaik untuk penonton. Mendatangkan pemain asing yang berkualitas akan menambah motivasi pemain lokal untuk berusaha menjadi yang lebih baik. 3. Untuk mengatasi masalah pembinaan usia muda peneliti merekomendaskan solusi terhadap masalah ini dengan memperketat seleksi masuk timnas usia muda dengan menyetarakan standar dari kiblat sepakbola dunia, misalnya inggris dan belanda. Dan pemain yang telah diseleksi dan dinilai memiliki potensi untuk menjadi pemain hebat dikirim ke negara kiblat sepakbola kalau bisa di eropa untuk mengikuti trial disana. 4. Untuk mengatasi masalah infrastruktur peneliti merekomendasikan soluisi yaitu dengan menggandeng investor domestik maupun asing untuk mau menginvestasikan uangnya dalam pembangunan infrastruktur sepakbola di Indonesia. 5. Untuk mengatasi masalah media, peneliti merekomendasikan solusi yaitu agar media yang terlalu mengekspose dan melewati batas aturan yang ditetapkan harus diberi sangsi dan diberi batas meliput di kemudian hari. 43
  • 44. 3.2. Aspek Organisasi mengenai rencana pembenahan Berdasarkan pada identifikasi permasalahan organisasi di PSSI, yang meliputi masalah struktural, rangkap jabatan, administrasi, konflik kompetisi, serta masalah publikasi dan informasi. Maka peneliti mencoba memetakan rekomendasi solusi terhadap manajemen perubahan yang nantinya bisa dilakukan oleh PSSI, yaitu dintaranya : 1. Ada struktur organisasi yang jelas Karena belum adanya kejelasan pada struktur organisasi PSSI, maka harus adanya kejelasan pada struktur organisasi ini agar mempermudah dalam mengerti struktur organisasi yang ada pada organisasi. 2. Struktur organisasi mudah di akses melalui website dan media informasi lain Informasi yang memuat tentang sruktur organisasi diharapkan dapat di akses dengan mudah dalam website resmi serta media informasi lain, agar adanya keterbukaaan informasi yang dapat di ketahui oleh masyarakat luas. 3. Amandemen statuta PSSI Amandemen harus dilakukan agar setiap isi dalam statuta yang memang masih keliru dan berisikan kepentingan individu tertentu agar bisa diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana mestinya. Sehingga statuta ini menjadi pedoman yang sah dan valid bagi jalannya roda organisasi 44
  • 45. 4. Jabatan rangkap maksimal 2 Agar organisasi tidak terlalu gemuk maka seharusnya ada angka maksimal pada perangkapan jabatan, Misalkan satu orang anggota maksimal merangkap dua jabatan. Hal ini dilakukan agar setiap anggota dapat berkonsentrasi pada jabatan yang di kepalainya dan dapat bertanggung jawab penuh pada tugas-tugas yang harus dilakukan. 5. Ada solusi dan konflik terselesaikan Harus adanya solusi pada setiap konflik yang di hadapi. Konflik yang berkepanjangan tidak bisa dibiarkan berlarut-larut terjadi, harus adanya penemuan solusi pada setiap konflik yang di hadapi. Dalam PSSI diharapkan dapat menemukan solusi yang baik, agar konflik yang berkepanjangan dapat terselesaikan dan tidak terulang kembali. 6. Ada problem solving Harus adanya pemecahan masalah dalam setiap permasalahan yang di hadapi, Pada permasalahan PSSI yang tidak kunjung selesai harus ada pemecahan masalah pada “siapa yang mampu memecahkan permasalahan PSSI yang berkepanjangan? Dan siapa tokoh pemersatu yang mampu membenahi kekisruhan PSSI dan membawa sepakbola Indonesia kedalam masa jayanya?” 7. Ada hubungan jelas antara PSSI dengan lembaga Negara dalam bentuk Undang-Undang 45
  • 46. 8. Ada hubungan jelas antara lembaga Negara dengan organisasi sepak bola internasional terkait PSSI dalam bentuk Undang-Undang 9. Ada arsip dan dapat di akses Dalam pengurusan organisasi PSSI harus adanya arsip yang dapat di akses, agar ada kejelasan untuk meneruskan program organisasi selanjutnya. 10. Kemampuan administrasi meningkat Dengan adanya arsip yang dapat diakses, di harapkan kemampuan administrasi dapat meningkat melalui arsip, berkas-berkas dan data penting yang dapat di akses pada kepengurusan organisasi sebelumnya. 11. Website update Untuk kepengurusan selanjutnya diharapkan PSSI dapat lebih memperbaharui informasi tentang apa yang terjadi pada organisasi, agar informasi publik dapat di konsumsi oleh masyarakat luas. 12. Pengembangan media informasi seperti facebook, twitter dll Selanjutnya diharapkan PSSI dapat mengembangkan media informasinya dengan membuat account facebook, twitter, dll secara resmi dan account tersebut memuat tentang beragam informasi yang terjadi setiap ada pembaruan aktivitas ataupun informasi-informasi mengenai kegiatan terkait. 46
  • 47. 3.3. Aspek SDM mengenai rencana pembenahan Berdasarkan pada identifikasi permasalahan organisasi di PSSI, yang meliputi masalah rekrutiment, retirement, administrasi, konflik kompetisi, serta masalah publikasi dan informasi. Maka peneliti mencoba memetakan rekomendasi solusi terhadap manajemen perubahan yang nantinya bisa dilakukan oleh PSSI, yaitu dintaranya : 1. Rekruitment a) Pembentukan tim independen untuk penyeleksian calon pegawai b) Pembuatan sistem penyeleksian yang berstandar yang disesuaikan dengan kebutuhan PSSI • Penyeleksian berkas • Uji tes psikologi • Uji kesehatan • Interview c) Penyebaran informasi mengenai tata cara perekrutan pegawai 2. Retirement Menyarankan kepada pihak PSSI agar bisa menyesuaikan sistem retirement yang sudah ada pada PSSI dengan Dasar Hukum Penetapan Pensiun PNS yang sudah di atur oleh badan kepegawaian negara. Sistem retirement sudah sedari awal kontrak diberitahukan kepada calon pegawai, contohnya : usia pension, kebijakan pensiun dini, pemecatan sepihak (PHK), pengunduran diri, pension apabila cacat, dll. Lalu diberitahukan lagi selambat2nya 3 bulan sebulan pegawai diberhentikan. Proses retirement harus memenuhi kriteria sistem retirement, tidak boleh disangkut pautkan dengan subjektifitas. 47
  • 48. 3. Manajemen SDM Peneliti menyarankan Job desk dalam PSSI selain harus tertulis serta terbagi menjadi divisi yang ada di PSSI dan juga harus di lampirkan dalam perjanjian kerja pegawai sehingga pegawai mengetahui apa kewajiban mereka di dalam PSSI. Rotasi kerja dibutuhkan selain untuk memotivasi pegawai tetapi juga dibutuhkan ketika seorang pegawai tersebut berhak mendapatkan posisi lebih dari posisi awal mereka. Budaya kerja dalam sebua instansi ataupun organisasi yang di gunakan oleh Indonesia masih menggunakan budaya kerja timur di mana masih berorientasi kepada kehadiran dibandingkan dengan orientasi profesionalitasan dan orientasi hasil, dan budaya kerja ini mempengaruhi sebuah organisasi dalam performan bekerjanya. (Job Desk, Rotasi Kerja, Budaya Kerja) 4. Pelatihan Peneliti menyarankan PSSI untuk mengadakan pelatihan baik untuk player, pegawai dan manajemen yang lain agar dapat meningkatkan performance organizational PSSI. Dalam engine search di dalam dunia maya, tidak banyak artikel yang melaporkan pelatihan untuk employee dari PSSI untuk meninkatkan performacenya, sangat di sarankan dalam setiap organisasi atau instansi membuat minimal 4 kali dalam 1 tahun pelatihan pegawai untuk meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan yang dimaksud disini bukan hanya pelatihan mengenai persepakbolaan saja tetapi juga pelatihan organisatoris untuk kebutuhan organisatoris PSSI. 5. Aspek Legal 48
  • 49. Peneliti menyarankan untuk mengubah pedoman dasar PSSI menjadi AD/ART dengan syarat harus menyembpurnakan aturab-aturan di dalamnya, karena tidak adanya AD/ART dalam tubuh PSSI tidak saja hanya masalah ketidakberadaan AD/ART tersebut tetapi juga ketidaktransparan yang terjadi dalam PSSI sehingga sulit untuk mengukur keefektifan PSSI. Ini pun berdampak terhadap aspek leal SDM yang lain seperti SOP, Kesehatan dan keselamatan kerja, dan lain-lain. Kami tidak menemukan secara tertulis mengenai K3 atau kesehatan dan kesejahteraan serta sistem Reward dan Punishment, sisrem perjanjian kerja dan bila ada kami tidak tahu apakah seluruh sistem tersebut telah berjalan dengan efektif atau tidak,sehingga kami menyarankan kepada PSSI untuk menekankan keberadaannya. 6. Tata aturan Peneliti menyarankan agar tata aturan yang berlaku dulu dan sekarang di PSSI harus terlebih dahulu dikaji lebih dalam hingga jelas apabila tidak ada perubahan revisi ada kemungkinan hal ini tidak dipandang penting, karena aturan dapat terkait masalah kinerja SDM dan juga aspek legal. 7. Masalah Umum Peneliti menyarankan agar PSSI membuat semacam sistem informasi manajemen agar semua data perusahan da pegawai tersusun rapi dan terjaga dengan aman, dan juga agar bisa melakukan transparansi di kemudian hari apabila ada yang membutuhkan 8. Persepsi Masyarakat Disarankan agar PSSI mampu membagun citra positif dimasyarakat dengan melakukan kegiatan serta kebijakan-kebijakan yang memang konstruktif bagi kemajuan sepak bola Indonesia dan mampu 49
  • 50. meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia di tingkat regional dan internasional. 9. Auditor Disarankan agar PSSI bisa bekerja sama dengan auditor independen, sebagai pengawas kinerja secara keseluruhan organisasi. Ini dilakukan agar PSSI menjadi organisasi yang berkualitas. 3.4. Aspek Keuangan mengenai rencana pembenahan Dari berbagai masalah dan indikator tercapainya tujuan perubahan, maka peneliti pun memberikan beberapa pilihan terkait mengatasi masalah-masalah sebagaimana dipaparkan pada bagian constrain, dan pilihan solusi pada bab sebelumnya, dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Untuk mengatasi ketidakjelasan keberadaan laporan keuangan dapat diwujudkan dengan: a. Mencari data keuangan pada periode sebelumnya secara berkelanjutan Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah proses pembuatan laporan keuangan lebih mudah, laporan keuangan dapat dipercaya. Namun waktu yang dibutuhkan akan lebih lama dan adanya resistensi dari pihak yang bersangkutan. Misalnya kemungkinan ada staf yang tidak mau memberikan bukti-bukti transaksi. b. Pembuatan laporam keuangan periode sebelumnya berdasarkan data minimal yang diperoleh 50
  • 51. Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah tidak membutuhkan waktu yang begitu lama, tingkat resistensi dari pihak terkait rendah. Namun proses pembuatan laporan keuangan akan mengalami kesulitan karena data yang tidak lengkap sehingga laporan keuangan kurang dipercaya. c. Tidak membuat laporan keuangan periode sebelumnya Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah terfokus pada laporan keuangan periode terbaru. Namun tidak ada dokumentasi laporan keuangan sebagai tolak ukur dibuatnya laporan keuangan baru, dan kepengurusan lama dibebaskan dai tanggung jawab pembuatan laporan keuangan. 2. Untuk mengatasi keuangan yang tidak mandiri dapat diwujudkan dengan: a. Membangun usaha di setiap wilayah yang kemudian akan dijalankan oleh klub Kelebihan dari penggunaan cara ini, adalah setiap club akan mendapatkan pemasukan sendiri, sehingga dengan bebas dapat menggunakan dana tersebut tanpa dicampurtangani oleh Pemerintah. Sedangkan Kekurangan dari penggunaan cara ini, adalah bahwa resiko lebih tinggi dikarenakan ketika membangun suatu usaha, maka modal yang dibutuhkan pun tidak sedikit, sehingga adanya resiko rugi karena tidak fokus pun masih bisa terjadi. Dan kekurangan lainnya adalah bahwa pendapatan yang dihasilkan setiap club pun nantinya akan berbeda-beda besar nominalnya, sehingga kualitas para pemain dan atau club itu sendiri pun berbeda-beda. b. Mencari donatur/rekanan dengan mengirimkan proposal 51
  • 52. Kelebihan menggunakan cara ini, adalah adanya kemungkinan dana yang didapat dari donatur bernilai besar. Dan Kekurangn menggunakan cara ini, adalah kesempatan proposal club untuk ditolak cukup besar. dan lagi pula cara ini sepertinya tidak bisa menstimulus club untuk berpikir kreatif untuk membangun sebuah usaha dan atau mencari dana dengan cara yang lain. c. Meningkatkan prestasi, yang kemudian akan menjadikan image club lebih baik sehingga akan datangnya donatur untuk mendonasikan dananya Kelebihan menggunakan cara ini, adalah kesempatan untuk mendapat dana dalam julah besar pun cukup besar. Hanya saja kekurangan dalam penggunaan cara ini, adalah return yang didapat masih akan dalam jangka panjang, dan dibutuhkannya modal yang besar untuk melatih para pemain hingga dapat membuat prestasi-prestasi yang cemerlang. 3.5.Penyusunan model kebijakan manajemen perubahan di PSSI. 52
  • 53. BAB V SARAN PEMBENAHAN MANAJEMEN 5.1.Prinsip-prinsip manajemen perubahan PSSI 5.2.Pokok-pokok aturan 5.3.Tahapan Implementasi manajemen perubahan di PSSI. 53
  • 55. 55