SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 33
Mengungkap pesona eksotis kearifan lokal
         masyarakat tradisional
Penerapan Etnopedagogi di Lingkungan
      Desa Kanekes, Kecamatan
   Leuwidamar, Kabupaten Lebak-
       Rangkasbitung, Banten


               
Latar Belakang
                
 Kawasan konservasi

 Suku Baduy di Banten memiliki peraturan, tata dan
  nilai yang sangat erat.

 Penerapan Etnopedagogi
• Mendapat informasi tentang cara-cara mewariskan prinsip
            pengelolaan lingkungan, keadaan sosial budaya dan tingkat
            pendidikan dalam masyarakat Baduy.
Tujuan
                            
          • Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai
            etnopedagogi di masyarakat Baduy
          • Meningkatkan kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan



          • Bagaimana pendidikan nilai sosial budaya masyarakat Baduy
Rumusan     diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya?
Masalah   • Bagaimana pengaruh penerapan etnopedagogi dalam
            kehidupan masyarakat Baduy?




          • memberikan contoh sejauh apa penerapan etnopedagogi di
            lingkungan masyarakat Baduy sehingga dapat menumbuhkan
Manfaat     kesadaran pembaca akan pentingnya menjaga wawasan
            tradisional.
Metode Penelitian
     
Metode penelitian yang digunakan adalah survey eksploratif.

                          
Dalam kamus disebutkan pengertian survey, yaitu tindakan
mengukur atau memperkirakan. Namun dalam penelitian survey
lebih berarti sebagai suatu cara melakukan pengamatan di mana
indikator mengenai variabel adalah jawaban-jawaban terhadap
pertanyaan yang diberikan kepada responden baik secara lisan
maupun tertulis. Dalam cara ini tim membuat kuisioner yang
diajukan kepada informant atau warga masyarakat setempat.
Tempat dan Waktu Penelitian
                                    
             •Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” –
              6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT (Permana, 2001). tepat di kaki
              pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan
 Tempat       Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak
              sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung.
Penelitian



             •Pengambilan data dilapangan dilaksanakan selama 4 hari. Dimulai
              dari tanggal 25-29 Juni 2010.
 Waktu
Penelitian
Tinjauan Pustaka
          Etnopedagogi
               
                        ethno
                   “terkait budaya”
Etnopedagogi
                       pedagogi
                    “seni, sains dan
                   profesi mengajar”
Konservasi
                 
                     con (together)

  Konservas
“Conservation”    servare (keep/save)
                    mengenai upaya
                 memelihara apa yang
                 kita punya (keep/save
                     what you have)
Suku Baduy
                        
 Suku baduy terletak di wilayah Kanekes secara
  geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0”
  LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT. Tepat di kaki
  pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan
  Leuwidamar,             Kabupaten            Lebak-
  Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari
  kota Rangkasbitung.
 Di Baduy terdapat 53 kampung, diantaranya 50
  Baduy luar dan 3 Baduy dalam.
 Di Baduy terdapat kurang lebih 3000 kepala
  keluarga, dengan sekitar 11.000 penduduk.
Hasil Penelitian


      
Masyarakat Kanekes


          Tangtu                Panamping                     Dangka

 Baduy Dalam        paling      Baduy Luar, yang Baduy Dangka tinggal di
                             tinggal   di   berbagai   luar               wilayah
ketat           mengikuti
adat, yaitu warga yang       kampung yang tersebar Kanekes, dan pada saat
                                                       ini tinggal 2 kampung
tinggal        di     tiga   mengelilingi   wilayah
                                                       yang    tersisa,     yaitu
kampung:                     Baduy Dalam, seperti
                                                       Padawaras,            dan
Cibeo, Cikartawana, da Cikadu, Kaduketuk, Ka           Sirahdayeuh.   Berfungsi
n Cikeusik).                 dukolot, Gajeboh, Cisag sebagai semacam buffer
                             u, dsb.                 zone atas pengaruh dari
                                                       luar
Panamping   Tangtu
Perbedaan               Baduy Dalam                Baduy Luar

     Jumlah desa                    3                          50
     Pemukiman            Terbuat dari bambu          Terbuat dari bambu
                          tanpa menggunakan              namun telah
                         material lain yang bukan   mrnggunakan material
                                dari alam           tambahan seperti paku

Peralatan Rumah Tangga       Hanya terdapat         Peralatan rumah tangga
                           beberapa alat bantu        sudah lengkap dan
                         terbuat dari logam dan        berasal dari luar.
                                  kayu.

       Pakaian               Berwarna putih                 Hitam

  Hubungan dengan        Hanya warga Indonesia         Akses telah lebih
    Dunia Luar           yang dapat masuk, dan       terbuka, warga asing
                         hanya boleh menginap            boleh masuk.
                            sehari semalam.

      Teknologi                 Tidak ada            Sudah masuk seperti
                                                     listrik, HP, radio, dll
Kepercayaan
   Menurut              
             kepercayaan yang    mereka   anut,   orang
Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu
dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal
usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam
sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan
mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga
Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita)
untuk menjaga harmoni dunia.
Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda
Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang
(animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi
oleh agama Budha, Hindu, dan Islam. Inti kepercayaan tersebut
ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak
yang   dianut   dalam   kehidupan    sehari-hari   orang   Kanekes
(Garna, 1993). Isi terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes
tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apapun", atau perubahan
sesedikit mungkin:
Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung.
 (Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak
                        boleh disambung)
Penanggalan
                     
Kampung Baduy memiliki bulan-bulannya sendiri, seperti :
1. Sapar → Hajatan
2. Kalima
3. Kaenem → 27 juni=16 kaenem
4. Kapitu
5. Kadalapan → Nanem (Main angklung, mulai nanem)
6. Kasalapan
7. Kasapuluh
8. Hapitlemah
9. Hapitkayu
10.Kasa
11.Karo          KAWALU (Panen)
12.Katiga
Di kampung Baduy memiliki tradisi di mana, bulan Sapar
merupakan bulan untuk hajatan, sehingga apabila masyarakat Baduy
ingin melakukan pernikahan harus pada bulan Sapar tidak boleh
bulan yang lain.
       Adapun bulan saatnya bertanam padi yaitu pada bulan
Kadalapan. Biasanya saat akan memulai nanem akan diiringi dengan
permainan angklung.
       Selain itu, di kampung Baduy ada saatnya orang-orang luar
atau pengunjung di larang memasuki kawasan Baduy Dalam yaitu
pada bulan Kasa, Kaso, dan Katiga. Bulan-bulan itu merupakan
saatnya perayaan Kawalu yaitu saatnya panen.
Pemerintahan
              
  Hukum NKRI                        Hukum Adat
                   diakulturasi


Secara      nasional              Secara      nasional
penduduk Kanekes                  penduduk Kanekes
dipimpin oleh kepala              dipimpin oleh kepala
desa yang disebut                 desa yang disebut
sebagai         jaro              sebagai         jaro
pamarentah,    yang               pamarentah,    yang
ada di bawah camat.               ada di bawah camat.
Pendidikan
                                
  Masyarakat Baduy menurunkan wawasan tradisional mereka
dengan cara mengajarkannya langsung dari orang tua kepada
anak secara lisan. Anak-anak dari Suku Baduy tidak mengenyam
pendidikan   formal   seperti   sekolah   dasar,   mereka   hanya
mendapatkan pendidikan dari orang tuanya masing-masing.
Dapat disimpulkan bahwa setiap orang tua bertanggung jawab
dalam mendidik anak mereka masing-masing.
Kepintaran (ilmu) yang didapat dari pendidikan formal hanya akan
digunakan untuk membodohi (menipu) saudara mereka sendiri.
Kepintaran yang mereka percayai datang dari hati dan pikiran yang
diberikan oleh Sang Pencipta bukan dari pendidikan formal.
           Ketika anak-anak Baduy mencapai umur 10 tahun, mereka
           mendapat pendidikan dari luar keluarganya. Anak-anak ini
           dikumpulkan dengan anak-anak lain seusianya dan
           mendapatkan pengajaran tentang budaya dan kearifan
           masyarakat mereka dari seorang Jaro di desanya.
Nilai Kearifan yang Sarat Akan
  Usaha Pemeliharaan SDA
                           
                     TINAKARTA

  Lahan                   Lahan                 Lahan
Konservasi               Produksi             Pemukiman

     Suku Baduy membagi hutan ke dalam 2 jenis yaitu hutan
lindung dan hutan produksi. Hutan lindung dikenal juga sebagai
hutan terlarang dimana tidak boleh dimasuki oleh sembarangan
orang dan tidak diiizinkan untuk menebang pohon disana.
Dalam kehidupan sehari-hari yang lebih sederhanapun nilai-nilai
kelestarian alam dilaksanakan seperti tidak menggunakan sabun saat
mandi maupun mencuci. Sebaliknya mereka memanfaatkan hal yang
ada di alam untuk menggantikannya seperti menggunakan abu dari
sabut kelapa yang telah dibakar sebagai pengganti sampo.
    Selain itu, mereka dilarang memutus aliran air sungai sehingga
dalam berladang mereka tidak menggunakan sistem irigasi dari
sungai. Sistem yang mereka gunakan adalah pertanian kering yang
mengandalkan air hujan atau kita kenal sebagai huma. Mereka juga
tidak menyimpan persediaan air dalam rumah, mereka hanya
mengambil air pada saat dibutuhkan. Mereka mengambil air dengan
menggunakan suatu alat dari bambu bernama kele.


Masyarakat Baduy
Masyarakan Baduy tidak menggunakan barang-barang dari
luar yang dapat menimbulkan permasalahan sampah khususnya
bagi masyarakat Baduy Dalam. Mereka hanya menggunakan
benda-benda yang berbahan logam

      Dalam pembangunan rumah mereka misalnya, mereka
menggunakan bahan utama pohon bambu dan pembuatan rumah
tanpa menggunakan paku (pada masyrakat Baduy Dalam). Bambu
dipilih karena jumlahnya yang sangat melimpah di alam, sehingga
penggunaanya tidak akan mengganggu kelestarian jenis tumbuhan
di alam.

     Dalam 1 hari mereka mampu membangun 3 rumah. Dalam 3
hari mereka mampu membuat satu jembatan. Hal ini dapat
dilakukan karena gotong royong yang masih sangat tinggi.

     Masyarakat Baduy sangat pandai dalam ilmu perbintangan
dan biologi.
Pelanggaran
                    
  Adat istiadat yang diterapkan dalam kegiatan sehari-hari tidak
boleh dilanggar. Apabila terjadi pelanggaran maka mereka dapat
menerima hukuman. Hukuman diberikan dapat berupa hukuman
ringan, sedang dan berat.

Tidak mendapatkan pendidikan
                               formal, kesadaran mereka akan
                               pentingnya kelestarian sumber
                                 daya alam dalam memenuhi
                                  kebutuhan hidup mereka
                                 sangatlah besar, dilihat dari
                                bagaimana mereka membagi
                                   hutan dan ladang secara
                                   konsisten dan seimbang.
    Masyarakat Baduy tidak
menganut sistem pendidikan                                        Pembagian tugas antara kedua
     formal  mengajarkan                                            orangtua yang jelas serta
                                                                 pengawasan para tetua adat pun
  pendidikan untuk generasi
                                                                 menjadi salah satu faktor utama
selanjutnya dilakukan secara                                     dalam melestarikan adat istiadat
 lisan dalam pantauan orang                                      masyarakat Baduy secara turun
   tua dan hukum adat yang                                                  temurun.
            berlaku.




                                  Simpulan
Apabila pohon terakhir telah
   ditebang, ikan terakhir telah
    dipancing dan tetesan air
terakhir telah terpakai saat itulah
 kita sadar apa yang sebenarnya
 kita harus jaga karena uang tak
 lagi bisa memenuhi kebutuhan
               kita.

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Jejak langkah bersama biocita tampil

Pola komunikasi masyarakat baduy ( baru )
Pola komunikasi masyarakat baduy ( baru )Pola komunikasi masyarakat baduy ( baru )
Pola komunikasi masyarakat baduy ( baru )ciaciacia13
 
Kliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan BaliKliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan BaliDede Adi Nugraha
 
Jejak langkah bersama biocita
Jejak langkah bersama biocitaJejak langkah bersama biocita
Jejak langkah bersama biocitaIndah Oktaviani
 
tugas ISBD "kebudayaan Indonesia"
tugas ISBD "kebudayaan Indonesia"tugas ISBD "kebudayaan Indonesia"
tugas ISBD "kebudayaan Indonesia"Saciqu Nara
 
Tugas ti tentang kebudayaan
Tugas ti tentang kebudayaanTugas ti tentang kebudayaan
Tugas ti tentang kebudayaancicinkura
 
proyek kearifan lokal.pptx
proyek kearifan lokal.pptxproyek kearifan lokal.pptx
proyek kearifan lokal.pptxdanwidan1
 
Memiliki kebanggaan sebagai bangsa indonesia
Memiliki kebanggaan sebagai bangsa indonesiaMemiliki kebanggaan sebagai bangsa indonesia
Memiliki kebanggaan sebagai bangsa indonesiaJuii Jujuy Juanda
 
Rahman study masyarakat ind iii
Rahman study masyarakat ind iiiRahman study masyarakat ind iii
Rahman study masyarakat ind iiiRahman Klu
 
Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar
Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy LuarDinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar
Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy LuarNon Formal Education
 
KEARIFAN LOKAL DAN PERSATUAN INDONESIA.pptx
KEARIFAN LOKAL DAN PERSATUAN INDONESIA.pptxKEARIFAN LOKAL DAN PERSATUAN INDONESIA.pptx
KEARIFAN LOKAL DAN PERSATUAN INDONESIA.pptxAdiHizbulwathan
 
Kebudayaan suku sunda_dan_suku_jawa
Kebudayaan suku sunda_dan_suku_jawaKebudayaan suku sunda_dan_suku_jawa
Kebudayaan suku sunda_dan_suku_jawaSheiLa Kumala
 
Abm unit 19 _ Masyarakat Penyayang
Abm unit 19 _ Masyarakat PenyayangAbm unit 19 _ Masyarakat Penyayang
Abm unit 19 _ Masyarakat PenyayangWhyin Chong
 
Antropologi Kesehatan Suku Sasak
Antropologi Kesehatan Suku Sasak Antropologi Kesehatan Suku Sasak
Antropologi Kesehatan Suku Sasak Lutfi Imansari
 
Presentation bugis warnawarni
Presentation bugis warnawarniPresentation bugis warnawarni
Presentation bugis warnawarniTõmî Îřvåñ
 
Abm unit 19 2012
Abm unit 19 2012Abm unit 19 2012
Abm unit 19 2012Whyin Chong
 
Abm unit 19 masyarakat peyayang
Abm unit 19 masyarakat peyayangAbm unit 19 masyarakat peyayang
Abm unit 19 masyarakat peyayangWhyin Chong
 
Kearifan lokal di Sasi,Maluku,dan kajang_kelompok 8.pptx
Kearifan lokal di Sasi,Maluku,dan kajang_kelompok 8.pptxKearifan lokal di Sasi,Maluku,dan kajang_kelompok 8.pptx
Kearifan lokal di Sasi,Maluku,dan kajang_kelompok 8.pptxDiandraNovitasari
 

Ähnlich wie Jejak langkah bersama biocita tampil (20)

kampung-adat-di-tatar-sunda
 kampung-adat-di-tatar-sunda kampung-adat-di-tatar-sunda
kampung-adat-di-tatar-sunda
 
Pola komunikasi masyarakat baduy ( baru )
Pola komunikasi masyarakat baduy ( baru )Pola komunikasi masyarakat baduy ( baru )
Pola komunikasi masyarakat baduy ( baru )
 
Kampung Baduy
Kampung BaduyKampung Baduy
Kampung Baduy
 
Kliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan BaliKliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan Bali
 
Jejak langkah bersama biocita
Jejak langkah bersama biocitaJejak langkah bersama biocita
Jejak langkah bersama biocita
 
tugas ISBD "kebudayaan Indonesia"
tugas ISBD "kebudayaan Indonesia"tugas ISBD "kebudayaan Indonesia"
tugas ISBD "kebudayaan Indonesia"
 
Tugas ti tentang kebudayaan
Tugas ti tentang kebudayaanTugas ti tentang kebudayaan
Tugas ti tentang kebudayaan
 
proyek kearifan lokal.pptx
proyek kearifan lokal.pptxproyek kearifan lokal.pptx
proyek kearifan lokal.pptx
 
Modul media pembelajaran
Modul media pembelajaranModul media pembelajaran
Modul media pembelajaran
 
Memiliki kebanggaan sebagai bangsa indonesia
Memiliki kebanggaan sebagai bangsa indonesiaMemiliki kebanggaan sebagai bangsa indonesia
Memiliki kebanggaan sebagai bangsa indonesia
 
Rahman study masyarakat ind iii
Rahman study masyarakat ind iiiRahman study masyarakat ind iii
Rahman study masyarakat ind iii
 
Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar
Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy LuarDinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar
Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar
 
KEARIFAN LOKAL DAN PERSATUAN INDONESIA.pptx
KEARIFAN LOKAL DAN PERSATUAN INDONESIA.pptxKEARIFAN LOKAL DAN PERSATUAN INDONESIA.pptx
KEARIFAN LOKAL DAN PERSATUAN INDONESIA.pptx
 
Kebudayaan suku sunda_dan_suku_jawa
Kebudayaan suku sunda_dan_suku_jawaKebudayaan suku sunda_dan_suku_jawa
Kebudayaan suku sunda_dan_suku_jawa
 
Abm unit 19 _ Masyarakat Penyayang
Abm unit 19 _ Masyarakat PenyayangAbm unit 19 _ Masyarakat Penyayang
Abm unit 19 _ Masyarakat Penyayang
 
Antropologi Kesehatan Suku Sasak
Antropologi Kesehatan Suku Sasak Antropologi Kesehatan Suku Sasak
Antropologi Kesehatan Suku Sasak
 
Presentation bugis warnawarni
Presentation bugis warnawarniPresentation bugis warnawarni
Presentation bugis warnawarni
 
Abm unit 19 2012
Abm unit 19 2012Abm unit 19 2012
Abm unit 19 2012
 
Abm unit 19 masyarakat peyayang
Abm unit 19 masyarakat peyayangAbm unit 19 masyarakat peyayang
Abm unit 19 masyarakat peyayang
 
Kearifan lokal di Sasi,Maluku,dan kajang_kelompok 8.pptx
Kearifan lokal di Sasi,Maluku,dan kajang_kelompok 8.pptxKearifan lokal di Sasi,Maluku,dan kajang_kelompok 8.pptx
Kearifan lokal di Sasi,Maluku,dan kajang_kelompok 8.pptx
 

Jejak langkah bersama biocita tampil

  • 1. Mengungkap pesona eksotis kearifan lokal masyarakat tradisional
  • 2. Penerapan Etnopedagogi di Lingkungan Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak- Rangkasbitung, Banten 
  • 3.
  • 4. Latar Belakang   Kawasan konservasi  Suku Baduy di Banten memiliki peraturan, tata dan nilai yang sangat erat.  Penerapan Etnopedagogi
  • 5. • Mendapat informasi tentang cara-cara mewariskan prinsip pengelolaan lingkungan, keadaan sosial budaya dan tingkat pendidikan dalam masyarakat Baduy. Tujuan  • Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai etnopedagogi di masyarakat Baduy • Meningkatkan kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan • Bagaimana pendidikan nilai sosial budaya masyarakat Baduy Rumusan diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya? Masalah • Bagaimana pengaruh penerapan etnopedagogi dalam kehidupan masyarakat Baduy? • memberikan contoh sejauh apa penerapan etnopedagogi di lingkungan masyarakat Baduy sehingga dapat menumbuhkan Manfaat kesadaran pembaca akan pentingnya menjaga wawasan tradisional.
  • 7. Metode penelitian yang digunakan adalah survey eksploratif.  Dalam kamus disebutkan pengertian survey, yaitu tindakan mengukur atau memperkirakan. Namun dalam penelitian survey lebih berarti sebagai suatu cara melakukan pengamatan di mana indikator mengenai variabel adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan kepada responden baik secara lisan maupun tertulis. Dalam cara ini tim membuat kuisioner yang diajukan kepada informant atau warga masyarakat setempat.
  • 8. Tempat dan Waktu Penelitian  •Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT (Permana, 2001). tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Tempat Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Penelitian •Pengambilan data dilapangan dilaksanakan selama 4 hari. Dimulai dari tanggal 25-29 Juni 2010. Waktu Penelitian
  • 9. Tinjauan Pustaka Etnopedagogi  ethno “terkait budaya” Etnopedagogi pedagogi “seni, sains dan profesi mengajar”
  • 10. Konservasi  con (together) Konservas “Conservation” servare (keep/save) mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have)
  • 11. Suku Baduy   Suku baduy terletak di wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT. Tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak- Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung.  Di Baduy terdapat 53 kampung, diantaranya 50 Baduy luar dan 3 Baduy dalam.  Di Baduy terdapat kurang lebih 3000 kepala keluarga, dengan sekitar 11.000 penduduk.
  • 13. Masyarakat Kanekes Tangtu Panamping Dangka Baduy Dalam paling Baduy Luar, yang Baduy Dangka tinggal di tinggal di berbagai luar wilayah ketat mengikuti adat, yaitu warga yang kampung yang tersebar Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung tinggal di tiga mengelilingi wilayah yang tersisa, yaitu kampung: Baduy Dalam, seperti Padawaras, dan Cibeo, Cikartawana, da Cikadu, Kaduketuk, Ka Sirahdayeuh. Berfungsi n Cikeusik). dukolot, Gajeboh, Cisag sebagai semacam buffer u, dsb. zone atas pengaruh dari luar
  • 14. Panamping Tangtu
  • 15. Perbedaan Baduy Dalam Baduy Luar Jumlah desa 3 50 Pemukiman Terbuat dari bambu Terbuat dari bambu tanpa menggunakan namun telah material lain yang bukan mrnggunakan material dari alam tambahan seperti paku Peralatan Rumah Tangga Hanya terdapat Peralatan rumah tangga beberapa alat bantu sudah lengkap dan terbuat dari logam dan berasal dari luar. kayu. Pakaian Berwarna putih Hitam Hubungan dengan Hanya warga Indonesia Akses telah lebih Dunia Luar yang dapat masuk, dan terbuka, warga asing hanya boleh menginap boleh masuk. sehari semalam. Teknologi Tidak ada Sudah masuk seperti listrik, HP, radio, dll
  • 16. Kepercayaan Menurut  kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia.
  • 17. Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu, dan Islam. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apapun", atau perubahan sesedikit mungkin: Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung. (Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)
  • 18.
  • 19. Penanggalan  Kampung Baduy memiliki bulan-bulannya sendiri, seperti : 1. Sapar → Hajatan 2. Kalima 3. Kaenem → 27 juni=16 kaenem 4. Kapitu 5. Kadalapan → Nanem (Main angklung, mulai nanem) 6. Kasalapan 7. Kasapuluh 8. Hapitlemah 9. Hapitkayu 10.Kasa 11.Karo KAWALU (Panen) 12.Katiga
  • 20. Di kampung Baduy memiliki tradisi di mana, bulan Sapar merupakan bulan untuk hajatan, sehingga apabila masyarakat Baduy ingin melakukan pernikahan harus pada bulan Sapar tidak boleh bulan yang lain. Adapun bulan saatnya bertanam padi yaitu pada bulan Kadalapan. Biasanya saat akan memulai nanem akan diiringi dengan permainan angklung. Selain itu, di kampung Baduy ada saatnya orang-orang luar atau pengunjung di larang memasuki kawasan Baduy Dalam yaitu pada bulan Kasa, Kaso, dan Katiga. Bulan-bulan itu merupakan saatnya perayaan Kawalu yaitu saatnya panen.
  • 21. Pemerintahan  Hukum NKRI Hukum Adat diakulturasi Secara nasional Secara nasional penduduk Kanekes penduduk Kanekes dipimpin oleh kepala dipimpin oleh kepala desa yang disebut desa yang disebut sebagai jaro sebagai jaro pamarentah, yang pamarentah, yang ada di bawah camat. ada di bawah camat.
  • 22.
  • 23. Pendidikan  Masyarakat Baduy menurunkan wawasan tradisional mereka dengan cara mengajarkannya langsung dari orang tua kepada anak secara lisan. Anak-anak dari Suku Baduy tidak mengenyam pendidikan formal seperti sekolah dasar, mereka hanya mendapatkan pendidikan dari orang tuanya masing-masing. Dapat disimpulkan bahwa setiap orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak mereka masing-masing.
  • 24. Kepintaran (ilmu) yang didapat dari pendidikan formal hanya akan digunakan untuk membodohi (menipu) saudara mereka sendiri. Kepintaran yang mereka percayai datang dari hati dan pikiran yang diberikan oleh Sang Pencipta bukan dari pendidikan formal. Ketika anak-anak Baduy mencapai umur 10 tahun, mereka mendapat pendidikan dari luar keluarganya. Anak-anak ini dikumpulkan dengan anak-anak lain seusianya dan mendapatkan pengajaran tentang budaya dan kearifan masyarakat mereka dari seorang Jaro di desanya.
  • 25.
  • 26. Nilai Kearifan yang Sarat Akan Usaha Pemeliharaan SDA  TINAKARTA Lahan Lahan Lahan Konservasi Produksi Pemukiman Suku Baduy membagi hutan ke dalam 2 jenis yaitu hutan lindung dan hutan produksi. Hutan lindung dikenal juga sebagai hutan terlarang dimana tidak boleh dimasuki oleh sembarangan orang dan tidak diiizinkan untuk menebang pohon disana.
  • 27. Dalam kehidupan sehari-hari yang lebih sederhanapun nilai-nilai kelestarian alam dilaksanakan seperti tidak menggunakan sabun saat mandi maupun mencuci. Sebaliknya mereka memanfaatkan hal yang ada di alam untuk menggantikannya seperti menggunakan abu dari sabut kelapa yang telah dibakar sebagai pengganti sampo. Selain itu, mereka dilarang memutus aliran air sungai sehingga dalam berladang mereka tidak menggunakan sistem irigasi dari sungai. Sistem yang mereka gunakan adalah pertanian kering yang mengandalkan air hujan atau kita kenal sebagai huma. Mereka juga tidak menyimpan persediaan air dalam rumah, mereka hanya mengambil air pada saat dibutuhkan. Mereka mengambil air dengan menggunakan suatu alat dari bambu bernama kele.
  • 29. Masyarakan Baduy tidak menggunakan barang-barang dari luar yang dapat menimbulkan permasalahan sampah khususnya bagi masyarakat Baduy Dalam. Mereka hanya menggunakan benda-benda yang berbahan logam Dalam pembangunan rumah mereka misalnya, mereka menggunakan bahan utama pohon bambu dan pembuatan rumah tanpa menggunakan paku (pada masyrakat Baduy Dalam). Bambu dipilih karena jumlahnya yang sangat melimpah di alam, sehingga penggunaanya tidak akan mengganggu kelestarian jenis tumbuhan di alam. Dalam 1 hari mereka mampu membangun 3 rumah. Dalam 3 hari mereka mampu membuat satu jembatan. Hal ini dapat dilakukan karena gotong royong yang masih sangat tinggi. Masyarakat Baduy sangat pandai dalam ilmu perbintangan dan biologi.
  • 30. Pelanggaran  Adat istiadat yang diterapkan dalam kegiatan sehari-hari tidak boleh dilanggar. Apabila terjadi pelanggaran maka mereka dapat menerima hukuman. Hukuman diberikan dapat berupa hukuman ringan, sedang dan berat.
  • 31.
  • 32. Tidak mendapatkan pendidikan formal, kesadaran mereka akan pentingnya kelestarian sumber daya alam dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka sangatlah besar, dilihat dari bagaimana mereka membagi hutan dan ladang secara konsisten dan seimbang. Masyarakat Baduy tidak menganut sistem pendidikan Pembagian tugas antara kedua formal  mengajarkan orangtua yang jelas serta pengawasan para tetua adat pun pendidikan untuk generasi menjadi salah satu faktor utama selanjutnya dilakukan secara dalam melestarikan adat istiadat lisan dalam pantauan orang masyarakat Baduy secara turun tua dan hukum adat yang temurun. berlaku. Simpulan
  • 33. Apabila pohon terakhir telah ditebang, ikan terakhir telah dipancing dan tetesan air terakhir telah terpakai saat itulah kita sadar apa yang sebenarnya kita harus jaga karena uang tak lagi bisa memenuhi kebutuhan  kita.