SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 16
Downloaden Sie, um offline zu lesen
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN
Pengenalan Agen Pengendali Hayati
Oleh :
Nama : Inayatul Fitria Dewi
NIM : 1510401057
Kelompok : B2
Asisten : Rian Widiyanto
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
I. ACARA I PENGENALAN AGEN PENGENDALI HAYATI
II. TUJUAN
1. Mengenal beberapa jenis serangga yang berperan sebagai musuh alami
2. Mengenal beberapa jenis mikroorganisme yang berperan sebagia entomopatogen
III. TINJAUAN PUSTAKA
Pengendalian hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara
biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya (agen pengendali
biologi), seperti predator, parasit dan patogen. Pengendalian hayati adalah suatu
teknik pengelolaan hama dengan sengaja dengan memanfaatkan/memanipulasikan
musuh alami untuk kepentingan pengendalian, biasanya pengendalian hayati akan
dilakukan perbanyakan musuh alami yang dilakukan dilaboratorium. Sedangkan
Pengendalian alami merupakan Proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa
campur tangan manusia, tidak ada proses perbanyakanmusuh alami (Anonim, 2002).
Parasitoid merupakan serangga yang memarasit serangga atau binatang
antropoda lainnya. Parasitoid bersifat parasit pada fase pradewasa, sedangkan
dewasanya hidup bebas dan tidak terikat pada inangnya. Parasitoid
hidup menumpang di luar atau didalam tubuh inangnya dengan cara menghisap
cairan tubuh inangnya guna memenuhi kebutuhan hidupnya . Umumnya parasitoid
menyebabkan kematian pada inangnya secara perlahan-lahan dan parasitoid dapat
menyerang setiap fase hidup serangga, meskipun serangga dewasa jarang terparasit
(Nurhayati, 2011)
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan,
membunuh atau memangsa serangga lain, ada beberapa ciri-ciri predator
yaitu Predator dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya (telur,
larva, nimfa, pupa dan imago ), Predator membunuh dengan cara memakan atau
menghisap mangsanya dengan cepat, Seekor predator memerlukan dan memakan
banyak mangsa selama hidupnya, Predator membunuh mangsanya untuk dirinya
sendiri, Kebanyakan predator bersifat karnifor, Predator memiliki ukuran tubuh
lebih besar dari pada mangsanya, Dari segi perilaku makannya, ada yang
mengunyak semua bagian tubuh mangsanya, ada menusuk mangsanya dengan
mulutnya yang berbentuk seperti jarum dan menghisap cairanya tubuh mangsanya
(Nurhayati, 2011).
Parasitoid adalah kelompok serangga yang hidup bebas pada fase dewasa,
tetapi memarasit serangga lain selama fase pradewasa. Secara taksonomis, 80% dari
parasitoid merupakan anggota ordo Hymenoptera, yaitu salah satu dari empat ordo
terbesar dalam kelas serangga yang diperkirakan memiliki lebih dari 300.000
spesies. Parasitoid ordo Hymenoptera memiliki kekayaan spesies lebih dari 20%
dari seluruh serangga di dunia. Dua famili dari ordo ini yang memiliki potensi
sebagai agens biokontrol atau parasitoid serangga adalah Ichneumonidae dan
Braconidae, terutama sebagai parasitoid telur dan larva serangga Lepidoptera,
Hemiptera, dan Diptera (Goulet dan Hubner 1993)
IV. METODE PRAKTIKUM
Praktikum pengenalan agen pengendali hayati dilakukan di Laboratorium
Fakultas Pertanian Universitas Tidar dilantai 2 ruang P2.02. praktikum ini
dilaksanakan pada hari Selasa 23 Mei 2016. Alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum ini berupa, gambar specimen serangga yang berperan sebagai predator
berupa capung dan belalang sembah, kultur Metarhizium anisopliae dan kultur
Beauveria bassiana beserta gambar pemparasitannya terhadap hama Kumbang dan
wereng cokelat serta walang sangit dan virus NPV yang menyerang Spodoptera
litura. Alat yang dipakai berupa mikroskop dan alat tulis.
Praktikum ini dilakukan dengan mengamati tiap-tiap gambar specimen. Pada
serangga yang berperan sebagai predator tipe alat mulut, bagian-bagian tubuhnya
dan identifikasinya, sedangkan pada hama yang terserang oleh parasit maupun virus
dilakukan dengan mengamati gejala serangannya dan pada kultur jamur kultur
Metarhizium anisopliae dan kultur Beauveria bassiana dilakukan dengan
mengamati secara mikroskopis dan makroskopis
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Berikut merupakan hasil pengamatan pengenalan pengendalian hayati
berupa predator, parasitoid dan juga pathogen:
1. Predator
Agen hayati yang berupa predator disini terdiri dari 2 jenis yaitu capung dan
belalang sembah
a. Capung (Orthetrum Sabina)
Gambar web Gambar foto
Sumber: D.W. Pamungkas
(2015)
1) Bagian-bagian dari capung :
1. Kepala
2. Thorak
3. Abdomen
4. Antenna
5. Mata majemuk
6. Sayap depan
7. Sayap belakang
8. Anal
9. Femur
10. Tarsus
11. Tibia
2) Mangsa sasaran
Capung (Ordo:Odonata) merupakan salah satu musuh alami yang
penting untuk dunia pertanian, selain sebagai bioindikator lingkungan bersih
dan memiliki sifat polifag. Nimfa capung menjadi predator bagi protozoa,
larva nyamuk, ikan kecil, crustacea yang berukuran kecil (Daphnia sp.,
Cyclops sp.) dan hewan-hewan yang kecil lainnya. Sedangkan imago capung
berperan sebagai predator bagi serangga, seperti nyamuk, lalat, kupu-kupu,
wereng, dan capung dari spesies yang sama maupun berbeda (Dalia dan
Leksono, 2014)
3) Klasifikasi capung
Kingdom :Animalia
Phylum :Arthropoda
Classis :Insecta
Ordo :Odonata
Familia :Libellulidae
Genus :Orthetrum
Spesies :Orthetrum sabina
b. Belalang sembah (Mantis religiosa)
Gambar web Gambar foto
Sumber: Bugguide.net
1) Bagian-bagian dari capung :
1. Kepala/caput
2. Thorax
3. Abdomen
4. Labium
5. Mata majemuk
6. Antenna
7. Mulut
8. Tibia
9. Tarsus
10. Femur
2) Mangsa sasaran
Belalang sembah merupakan predator yang bersifat polifag. Karena
sifatnya makannya yang bersifat polifag membuat makanan dari belalang
sembah menjadi lebih beragam. Jenis hama yang dapat dimakan oleh belalang
sembah (Mantis religiosa) diantaranya, wereng cokelat, wereng hijau,
penggerek batang, walang sangit, hama ganjur, ulat grayak, hama putih dan
hama putih palsu (Ledheng dkk., 2016)
3) Klasifikasi belalang sembah
Kingdom :Animalia
Phylum :Arthropoda
Classis :Insecta
Ordo :Hemiptera
Familia :Mantidae
Genus :Mantis
Spesies :Mantis religiosa
2. Parasitoid
a. Cotesia vplutellae
Gambar web
1) Klasifikasi parasitoid Costesia plutellae menurut Kalshoven (1981):
Kingdom :Animalia
Phillum :Arthopoda
Kelas :Insekta
Ordo :Hymenoptera
Family :Braconidae
Genus :Costesia
Spesies :Costesia plutellae
2) Cara parasitoid Cotesia plutellae menyerang hama
Cotesia plutellae adalah endoparasitoid larva soliter. Betina C.
plutellaemeletakkan telur di dalam tubuh instar dua P. xylostella. Setelah
mencapai larva C. plutellae memasuki instar akhir (ketiga), larva C. plutellae
keluar dari tubuh larva P. xylostella melalui ruas abdomen ketiga dari sebelah
samping atau bawah dan langsung memintal kokon untuk fase pupanya.
Kokon C. plutellae berwarna putih bersih, keras, dan panjangnya antara 3-4
mm. Imago C. plutellae yang muncul dari kokon berwarna hitam mengkilat
dengan panjang tubuh berkisar + 3 mm. Larva P. xylostella yang terparasit
berwarna hijau kekuningan, sedangkan larva sehat berwarna hijau. Abdomen
posterior larva yang sakit ini lebih besar dibandingkan dengan larva sehat
(Herlinda, 2005)
3) Mangsa parasitoid Cotesia plutellae
Cotesia plutella merupakan hama yang menyerang ulat daun pada tanaman
kubis. Ulat-ulat yang memakan pada daun kubis ini dapat dikendalikan
dengan adanya APH C. plutellae. Secara umum nantinya C. plutella akan
menginjeksikan telur-telurnya ke ulat kubis. Selama hidupya maka telur
akan berkembang dengan memakan nutrisi pada ulat kubis tersebut.
b. Tetrastichus sp.
Gambar web
1) Klasifikasi parasitoid Tetrastichus sp. menurut Kalshoven (1981):
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Eulophidae
Genus : Tetrastichus
Spesies : Tetrastichus sp
2) Cara parasitoid Tetrastichus sp menyerang hama
Telur diletakkan oleh imago betina di dalam telur inang, dan bertipe
hymenopteriform. Telur Tetrastichus pada penggerek batang padi kuning ini
berwarna bening, berbentuk memanjang dan meruncing pada kutub kaudal.
Stadium telur Tetrastichus schoenobii pada PBPK berkisar antara satu sampai dua
hari. Larva hidup di dalam dan di luar telur inang. Larva yang hidup di dalam telur
inang berperan sebagai larva endoparasit (larva internal), dan larva yang hidup di
luar telur inang berperan sebagai ektoparasit. Larva yang baru menetas bertipe
hymenopteriform. Pupa tidak berkokon dan terdapat dalam kelompok telur inang
yang diparasit. Pupa T. schoenobii mula-mula berwarna putih kemudian menjadi
coklat.
3) Mangsa sasaran
Yang menjadi mangsa oleh Tetrastichus sp. merupakan hama pada
tanaman padi. Hama yang dijadikan sasaran ini adalah penggerek batang kuning.
Parasitoid ini akan memangsa telur inang hama penggerek batang padi kuning.
3. Pathogen
Pada hama pengendalian hayati pathogen dalam hal ini dikenal dengan
adanya jamur Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana:
a. Metarhizium anosopliae
Gambar makros Gambar mikros
Gambar web Gambar asli
1) Cara meyerang jamur Metarhizium anisopliae
Mekanisme infeksi Metarhizium anisopliae terhadap serangga dapat
digolongkan menjadi empat tahapan, yaitu inokulasi, penempelan dan
perkecambahan propagule jamur pada integument serangga, penetrasi dan
invasi, serta destruksi pad titik penetrasi dan terbentuknya blastospora.
Tahap pertama adalah inokulasi, yaitu kontak antara propagule (konidia)
jamur dengan tubuh serangga (Prayoga, 2005)
Tahap kedua adalah proses penempelan dan perkecambahan propagul
jamur integument serangga. Jamur dapat memanfaatkan senyawa-senyawa
yang terdapat pada integument seranga. Pada fase ini, kelembaban udara
yang tinggi dan bahkan air ang diperukan untuk berkecambah propagule
jamur (Prayoga, 2005). Awalnya, propagule akan menempel pada kutikula.
Penempelan ini merupakan mekanisasi pasif dengan bantuan angina dan iar,
sehingga terjadi kontak antara propagule jamur dengan permukaan
integument serangga. Pada beberapa kasus, penempelan propagule
berkorelasi dengan tingkat keagresifan atau spesifitas inang dari spesies
jamur. (Tanada dan Kaya, 1993). Setelah terjadi penempelan dalam waktu
yang cukup lama, propagule akan berkecambah. Untuk dapat berkecambah,
propagule membutuhkan sumber karbon seperti glukosa, glucosamine, kitin,
dan pati (starch) (Simamora dkk., 2012)
Tahap ketiga yaitu penetrasi dan invasi. Prayogo dkk. (2005)
menyatakan bahwa jamur melakukan penetrasi untuk mnembus integument
inang. Dalam proses ini, jamur akan membentuk tabung kecambah
(appresorium) yang berperan sebagai hifa penetrasi dan akan menyerang
inang (Rustama dkk., 2008) penembusan dilakukan secara mekanis dan
kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Secara mekanis yanitu
menembus kulit tubuh serangga dengan kekuatan hifa dan secara kimiawi
dengan mengeluarkan enzim. Enzim ini berfungsi membantu dalam
penghancuran kutikula serangga (Simamora dkk., 2012)
Tahap keempat yaitu destruksi pada titik penetrasi dan terbentuknya
blastispora (yeaslike hyphal bodies). Pada umumnya, serangga sudah mati
sebelum terbentuknya blastospora ini. Blastospora terbentuk saat jamur telah
masuk ke dalam hemocoel kemudian akan beredar ke dalam hemolimfa dan
membentuk hifa sekunder untuk menyerang jaringan ainnya. Jaringan yang
diserang antara lain jaringan lemak, system syaraf, trakea, dan saluran
pencernaan (Prayoga dkk., 2005; Simamora dkk., 2012). Setelah serangga
mati, jamur akan terus melanjutkan siklus dalam fase saprofitik, yaitu
membentuk koloni di sekitar tubuh inang. Setelah tubuh inang dipenuhi oleh
koloni jamur, maka spora infeksi akan diproduksi (Marheni dkk,. 2010)
2) Hama yang diserang
Metarhizium anisopliae adalah jamur entomopatogen yang
dikelompokkan ke dalam divisi Deuteromycotina: Hyphomyctes. Jamur ini
tersebar luas di seluruh dunia. Metarhizium anisopliae merupakan jamur
tanah yang bersifat saprofit, tetapi dapat bersifar pathogen pada beberapa
ordo serangga seperti Lepidotera, Coleoptera, Hymenoptera, Othoptera,
Hemiptera dan Isoptera (Prayoga dkk., 2005)
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terdapat 4 macam gambar M.
anosoplie. Dimana secara mikroskopis dapat dilihat bahwa M. anosopliae ini
memilki hidup yang berkoloni, sehingga akan lebih tampak berkumpul antar
selnya. Demikian pula pada gambar literasi, bahwa pertumbuhan jamur pada
M. anosopliae ini berkoloni, antar sel saling bertautan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada jamur M. anosopliae ini memilki kecenderungan
hidup berkelompok disukung dengan adanya literature yang ada.
b. Beauveria bassiana
Gambar makros Gambar mikros
Gambar web Gambar asli
1) Cara meyerang jamur Beauveria bassiana
Mekanisme infeksi dimulai infeksi langsung hifa atau spora B.
bassiana ke dalam kutikula melalui kulit luar serangga. Pertumbuhan hifa
akan mengeluarkan enzim seperti protease, lipolitik, amilase, dan kitinase.
Enzim-enzim tersebut mampu menghidrolisis kompleks protein di dalam
integument (Brady 1979), yang menyerang dan menghancurkan kutikula,
sehingga hifa tersebut mampu menembus dan masuk serta berkembang di
dalam tubuh serangga. Mekanisme infeksi secara mekanik adalah infeksi
melalui tekanan yang disebabkan oleh konidium B. bassiana yang tumbuh.
Secara mekanik infeksi jamur B. bassiana berawal dari penetrasi miselium
pada kutikula lalu berkecambah dan membentuk apresorium, kemudian
menyerang epidermis dan hipodermis. Hifa kemudian menyerang jaringan
dan hifa berkembang biak di dalam haemolymph (Clarkson dan Charnley,
1996)
Pada perkembangannya di dalam tubuh serangga B. bassiana akan
mengeluarkan racun yang disebut beauvericin yang menyebabkan terjadinya
paralisis pada anggota tubuh serangga. Paralisis menyebabkan kehilangan
koordinasi sistem gerak, sehingga gerakan serangga tidak teratur dan
lamakelamaan melemah, kemudian berhenti sama sekali. Setelah lebih-
kurang lima hari terjadi kelumpuhan total dan kematian. Toksin juga
menyebabkan kerusakan jaringan, terutama pada saluran pencernaan, otot,
sistem syaraf, dan system pernafasan (Wahyudi, 2008).
Serangga kemudian mati dan jamur B. bassiana akan terus
melanjutkan pertumbuhan siklusnya dalam fase saprofitik. Setelah serangga
inang mati, B. bassiana akan mengeluarkan antibiotik, yaitu Oosporein yang
menekan populasi bakteri dalam perut serangga inang. Dengan demikian,
pada akhirnya seluruh tubuh serangga inang akan penuh oleh propagul B.
bassiana. Pada bagian lunak dari tubuh serangga inang, jamur ini akan
menembus keluar dan menampakkan pertumbuhan hifa di bagian luar tubuh
serangga inang yang biasa disebut “white bloom”. Pertumbuhan hifa
eksternal akan menghasilkan konidia yang bila telah masak akan disebarkan
ke lingkungan dan menginfeksi serangga sasaran baru (Wahyudi, 2008).
2) Hama yang diserang
Jamur B. bassiana juga dikenal sebagai penyakit white muscardine
karena miselium dan konidium (spora) yang dihasilkan berwarna putih,
bentuknya oval, dan tumbuh secara zig zag pada konidiofornya (Soetopo dan
Indrayani, 2007). Serangga yang menjadi inang dari Beauveria bassiana
adalah ordo Lepidoptera, Coleoptera, dan Homoptera (Ahmad et al,
2008:499).
Dari gambar di atas apat dilihat bahwa secara makroskopis, B.
bassiana dapat dilihat pertumbuhan koloninya sama ketika dilahat dengan
secara mikroskopis. Pertumbuhan B. bassiana ini terlihat dengan koloninya
yang agak menyebar (soliter) sehingga akan tampak nyata selnya ketika
diamati secara mikroskopis. Hal ini juga sangat sesuai ketika dilihat dengan
gambar asli bahwasanya kehidupan dari B. bassiana ini koloninya menyebar
dan terdapat lingkaran-lingkaran kecl pada ujung selnya. Sehingga dapat
dismpulkan bahwa secara teori dak kenyataannya terjadi keserasian pada B.
bassiana.
c. Virus NPV
Penamaan NPV disesuaikan dengan nama inang dimana pertama kali
diisolasi dan diidentifikasi (CABI 2000). NPV yang menyerang larva
Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae) disebut Helicoverpa
armigera NPV (HearNPV).
1) Cara penyerangan virus NPV
Proses infeksi NPV dimulai dari tertelannya polihedra (cairan yang
dikeluarkan oleh ulat grayak yang terinfeksi oleh virus NPV) oleh ulat lain
bersama pakan. Di dalam saluran pencernaan yang bersuasana alkalis (pH
9,0 - 10,5), selubung polihedra larut, sehingga membebaskan virion. Virion
menembus dinding saluran pencernaan untuk masuk ke rongga tubuh,
kemudian menginfeksi sel-sel yang rentan. Replikasi virion terjadi di daiam
inti sel. Dalam waktu 1-2 hari setelah polihedra tertelan, hemolimfa yang
semula jernih berubah menjadi keruh. Ulat tampak berminyak, disertai
dengan membran integumen yang membengkak dan perubahan warna tubuh
menjadi pucat-kemerahan, terutama pada bagian perut. Kemampuan
makannya menurun, sehingga pertumbuhannya lambat. Ulat cenderung
merayap ke pucuk tanaman kemudian mati menggantung dengan posisi
terbalik dengan tungkai semu bagian akhir pada tanaman. Integumen ulat
yang mati mengalami lisis dan disintegrasi, sehingga sangat rapuh. Apabila
integumen robek, dari dalam tubuh ulat keluar cairan hemolimfa berwarna
putih-kecoklatan yang mengandung polihedra. Ulat muda (instar l-lll) mati
dalam 2 hari, sedangkan ulat tua (instar IV-VI) dalam 4-9 hari setelah
polihedra tertelan (lgnoffo and Couch 1981; Tanada and Kaya 1993 dalam
Ilyas dan Fattah, 2016).
Gambar 1. Contoh mekanisme infeksi NPV pada ulat grayak pada produk
Vitura.
2) Hama yang diserang
NPV paling banyak pada ordo Lepidoptera (86%) dan sedikit pada
ordo Hymenoptera (7%) serta ordo Diptera (3%). Selain itu, NPV juga telah
diketahui menyerang ordo Coleoptera, Trichoptera, dan Neuroptera.
Nuclear-polyhedrosis virus (NPV) dapat menginfeksi antara lain ulat grayak
dan ulat pemakan polong kedelai. NPV untuk ulat grayak disebut SlNPV
(Borrelinavirus litura) dan untuk pemakan polong disebut HaNPV (B.
heliothis). (Arifin, 2006 dalam Ilyas dan Fattah, 2016).
VI. KESIMPULAN
Pengendalian dengan menggunakan agen hayati dapat digunakan dengan
berbagai macam predator, parasitoid dan pathogen. Predator yang dapat digunakan
diantaranya capung (Orthetrum sabina) dan belalang sembah (Mantis religiosa),
sedangkan parasitoidnya berupa Tetrastichus sp yang menyerang pada penggerek
batang padi kuning dan Cotesia plutellae yang menyerang pada larva Plutella
xylostell dan pathogen yang terdiri dari jamur Metarhizium anosopliae dan
Beauveria bassiana serta virus NPV. Secara umum pengendalian agen hayati
dilakukan dengan memanfaatkan organisme maupun organisme yang bekerja untuk
menyerang hama dengan identifikasi yang spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R. Z., 2008. Pemanfaatan Cendawan Untuk Meningkatkan Produktivitas dan
Kesehatan Ternak. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3): 84-92.
Anonim, 2002. Model Budidaya tanaman Sehat (Budidaya Tanaman Sayuran Secara
Sehat Melalui Penerapan PHT), Dirjen Perlindungan Tanaman. Jakarta
Brady, B.L.K. 1979. Pathogenic Fungi and Bacteria. Common Wealth Agricultural
Bureaux, England
Clarkson, J. M., and A. K. Charnley.1996. New Insights Into The Mechanisms of Fungal
Pathogenesis in Insects. Trends Microbiol. 4: hlm.197-203
Dalia dan Leksono. 2014. Interaksi Capung dengan Arthropoda dan Vertebrata
Predator di Kepanjen, Kabupaten Malang. Jurnal Biotropika Volume 2,
Nomor 1, 2014.
Goulet, H. and J.T. Hubner. 1993. Hymenoptera of the world: An identification guide to
families. Research Branch Agriculture Canada Publication. 658 pp.
Herlinda. 2006. Parasitoid dan Parasitisasi Plutella xylostella (L.) (Lepidotera:
Yponomeutidae) di Sumatera Selatan. Jurnal Hayati. Vol 12, No. 4
Ilyas, Asrianti dan Abdul Fattah. 2016. Penggunaan NPV (Nuclear Polyhydrosis Virus)
yang Bersumber dari Ulat Grayak yang Terinfeksi di Lapangan dalam
Pengendalian Spodoptera litura pada Kedelai di Sulawesi Selatan. Prosiding
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Kalshoven, L. G. E., 1981.The Pest of Crops in Indonesia. Revised and Tranlated By
P.A. Van der laan. P.T. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta
Ledheng, Eno dan Atini. 2016. Inventarisasi Serangga Predator Hama Padi Areal
Pertanian Desa Letmafo Kecamaan Insana Tengah. Jurnal Pendidikan
Biologi. Vol. 1, No 2 (24-26) 2016.
Marheni, Hasanuddin, Pinde, dan Wirda Suziani. 2013. Uji Patogenesis
Jamur Metarhizium anisopliae dan Jamur Cordyceps militaris Terhadap
Larva Penggerek Pucuk Kelapa Sawit (Eryctes rhinoceros) (Coleoptera:
Scarabaeidae) di Laboratorium. Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan
Nurhayati. 2011. Penggunaan Jamur Dan Bakteri Dalam Pengendalian
Penyakittanaman Secara Hayati Yang Ramah Lingkungan. Prosiding
Semirata, 1(1): 316-321.
Pamungkas dan Ridwan. 2015. Keragaman jenis capung dan capung jarum (Odonata) di
beberapa sumber air di Magetan, Jawa Timur. Jurnal PROS SEM NAS
MASY BIODIV INDON. Volume 1, Nomor 6, September 2015
Prayogo, Y., W. Tengkano, dan Marwoto, 2005. Prospek Cendawan
Entomopatogen Metarhizium anisopliae untuk Mengendalikan Ulat
Grayak Spodoptera litura pada Kedelai. Jurnal Litbang Pertanian, 24(1): 19-
26
Rustama Mia M, Melanie, dan Budi Irawan. 2008. Patogenisitas Jamur entomopatogen
Metarhizium Anisopliae terhadap Crocidolomia pavonana Fab. dalam
kegiatan studi pengendalian hama terpadu tanamankubis dengan
menggunakan agensia hayati. Laporan akhir penelitian muda (LITMUD)
UNPAD. Bandung.
Simamora, John K., Tris Haris Ramadhan, dan Indri Hendarti, 2012. Persistensi
Cendawan Metarhizium anisopliae (Metsch.) Pada Tanah Gambut Serta
Tingkat Patogenisitasnya Terhadap Larva Tenebrio molitor (Linn.) di
Laboratorium. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
Soetopo dan Indrayani, 2007.Status Teknologi dan Prospek Beauveria bassiana untuk
Pengujian Serangga Hama Tanaman Perkebunan yang Ramah
Lingkungan. Perspektif, 6(1): 29-46
Tanada Y. & H. K. Kaya, 1993. Insect Pathology. Academic Press Inc, London.
Wahyudi. 2008. Jamur Patogen Serangga Sebagai Bahan Baku Insektisida.
Pemanfaatan Mikroba dan Parasitoid dalam Agroindustri Tanaman Rempah
dan Obat. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat (XII):
21−28pp

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaTidar University
 
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAdiana novitasari
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygzahrahoca
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)tochi run
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihTidar University
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanfahmiganteng
 
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanahFaktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanahUniversity of Lampung
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIsumitrojait
 
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunLaporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunSandi Purnama Jaya
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAlfian Nopara Saifudin
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanahedhie noegroho
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorTidar University
 
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenLecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenAndrew Hutabarat
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanFirlita Nurul Kharisma
 
Gulma Pada Tanaman Hortikultura
Gulma Pada Tanaman HortikulturaGulma Pada Tanaman Hortikultura
Gulma Pada Tanaman HortikulturaNovayanti Simamora
 

Was ist angesagt? (20)

Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulma
 
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanahFaktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI
 
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunLaporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
 
Biologi Tanah
Biologi TanahBiologi Tanah
Biologi Tanah
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigor
 
Mpt 8-pemuliaan-crossed
Mpt 8-pemuliaan-crossedMpt 8-pemuliaan-crossed
Mpt 8-pemuliaan-crossed
 
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenLecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
 
Gulma Pada Tanaman Hortikultura
Gulma Pada Tanaman HortikulturaGulma Pada Tanaman Hortikultura
Gulma Pada Tanaman Hortikultura
 
Sifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPTSifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPT
 

Ähnlich wie pengenalan agens pengendali hayati

laoran praktikum dasperlintan
laoran praktikum dasperlintanlaoran praktikum dasperlintan
laoran praktikum dasperlintanJosua Hutapea
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAlfian Nopara Saifudin
 
Patient safety klpk 2.pptx
Patient safety klpk 2.pptxPatient safety klpk 2.pptx
Patient safety klpk 2.pptxPuspaAmandaty2
 
Peran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusiaPeran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusiaAfifi Rahmadetiassani
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygMuflih Nazuaf
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygMuflih Nazuaf
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygMuflih Nazuaf
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiJosua Sitorus
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUsapri yanto
 
PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN
PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGENPEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN
PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGENdiana novitasari
 
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013Biocomunity Bekasi
 
Peranan arthropoda dalam ekosistem
Peranan arthropoda dalam ekosistemPeranan arthropoda dalam ekosistem
Peranan arthropoda dalam ekosistemFathur Firmansyah
 
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabatipestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabatiEla Afellay
 
Entomologi dan Mikologi
 Entomologi dan Mikologi Entomologi dan Mikologi
Entomologi dan Mikologipjj_kemenkes
 
Entomologi dan Mikologi
 Entomologi dan Mikologi Entomologi dan Mikologi
Entomologi dan Mikologipjj_kemenkes
 

Ähnlich wie pengenalan agens pengendali hayati (20)

laoran praktikum dasperlintan
laoran praktikum dasperlintanlaoran praktikum dasperlintan
laoran praktikum dasperlintan
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Pengendalian Hayati
Pengendalian HayatiPengendalian Hayati
Pengendalian Hayati
 
Patient safety klpk 2.pptx
Patient safety klpk 2.pptxPatient safety klpk 2.pptx
Patient safety klpk 2.pptx
 
Peran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusiaPeran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusia
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
pengantar parasit.ppt
pengantar parasit.pptpengantar parasit.ppt
pengantar parasit.ppt
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
 
PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN
PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGENPEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN
PEMBUATAN SUSPENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN
 
Acara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAHAcara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAH
 
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
 
Peranan arthropoda dalam ekosistem
Peranan arthropoda dalam ekosistemPeranan arthropoda dalam ekosistem
Peranan arthropoda dalam ekosistem
 
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabatipestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
 
Entomologi dan Mikologi
 Entomologi dan Mikologi Entomologi dan Mikologi
Entomologi dan Mikologi
 
Entomologi dan Mikologi
 Entomologi dan Mikologi Entomologi dan Mikologi
Entomologi dan Mikologi
 
Parasite.pptx
Parasite.pptxParasite.pptx
Parasite.pptx
 

Mehr von Tidar University

Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosisPengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosisTidar University
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaTidar University
 
Pengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifPengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifTidar University
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringTidar University
 
Pembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairPembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairTidar University
 
Makalah bioteknologi pertanian australia
Makalah bioteknologi pertanian australiaMakalah bioteknologi pertanian australia
Makalah bioteknologi pertanian australiaTidar University
 
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannya
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannyaKualitas plastik dan berbagai macam bahannya
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannyaTidar University
 
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekamBudidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekamTidar University
 
Bakteri pengikat n secara non simbiosis
Bakteri pengikat n secara  non simbiosisBakteri pengikat n secara  non simbiosis
Bakteri pengikat n secara non simbiosisTidar University
 
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)Tidar University
 
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTeknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTidar University
 
Proposal bidang kewirausahaan
Proposal bidang kewirausahaanProposal bidang kewirausahaan
Proposal bidang kewirausahaanTidar University
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airTidar University
 
Laporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiLaporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiTidar University
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiTidar University
 
Laporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasiLaporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasiTidar University
 

Mehr von Tidar University (20)

Sop tanaman kentang
Sop tanaman kentangSop tanaman kentang
Sop tanaman kentang
 
Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosisPengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhana
 
Pengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifPengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatif
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
 
Pembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairPembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cair
 
Makalah dasar padi
Makalah dasar padiMakalah dasar padi
Makalah dasar padi
 
Makalah bioteknologi pertanian australia
Makalah bioteknologi pertanian australiaMakalah bioteknologi pertanian australia
Makalah bioteknologi pertanian australia
 
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannya
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannyaKualitas plastik dan berbagai macam bahannya
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannya
 
Gasohol be 10
Gasohol be 10Gasohol be 10
Gasohol be 10
 
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekamBudidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
 
Bakteri pengikat n secara non simbiosis
Bakteri pengikat n secara  non simbiosisBakteri pengikat n secara  non simbiosis
Bakteri pengikat n secara non simbiosis
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
 
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
 
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTeknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
 
Proposal bidang kewirausahaan
Proposal bidang kewirausahaanProposal bidang kewirausahaan
Proposal bidang kewirausahaan
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar air
 
Laporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiLaporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansi
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
Laporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasiLaporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasi
 

Kürzlich hochgeladen

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 

pengenalan agens pengendali hayati

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN Pengenalan Agen Pengendali Hayati Oleh : Nama : Inayatul Fitria Dewi NIM : 1510401057 Kelompok : B2 Asisten : Rian Widiyanto PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TIDAR 2017
  • 2. I. ACARA I PENGENALAN AGEN PENGENDALI HAYATI II. TUJUAN 1. Mengenal beberapa jenis serangga yang berperan sebagai musuh alami 2. Mengenal beberapa jenis mikroorganisme yang berperan sebagia entomopatogen III. TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya (agen pengendali biologi), seperti predator, parasit dan patogen. Pengendalian hayati adalah suatu teknik pengelolaan hama dengan sengaja dengan memanfaatkan/memanipulasikan musuh alami untuk kepentingan pengendalian, biasanya pengendalian hayati akan dilakukan perbanyakan musuh alami yang dilakukan dilaboratorium. Sedangkan Pengendalian alami merupakan Proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa campur tangan manusia, tidak ada proses perbanyakanmusuh alami (Anonim, 2002). Parasitoid merupakan serangga yang memarasit serangga atau binatang antropoda lainnya. Parasitoid bersifat parasit pada fase pradewasa, sedangkan dewasanya hidup bebas dan tidak terikat pada inangnya. Parasitoid hidup menumpang di luar atau didalam tubuh inangnya dengan cara menghisap cairan tubuh inangnya guna memenuhi kebutuhan hidupnya . Umumnya parasitoid menyebabkan kematian pada inangnya secara perlahan-lahan dan parasitoid dapat menyerang setiap fase hidup serangga, meskipun serangga dewasa jarang terparasit (Nurhayati, 2011) Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan, membunuh atau memangsa serangga lain, ada beberapa ciri-ciri predator yaitu Predator dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya (telur, larva, nimfa, pupa dan imago ), Predator membunuh dengan cara memakan atau menghisap mangsanya dengan cepat, Seekor predator memerlukan dan memakan banyak mangsa selama hidupnya, Predator membunuh mangsanya untuk dirinya sendiri, Kebanyakan predator bersifat karnifor, Predator memiliki ukuran tubuh lebih besar dari pada mangsanya, Dari segi perilaku makannya, ada yang mengunyak semua bagian tubuh mangsanya, ada menusuk mangsanya dengan
  • 3. mulutnya yang berbentuk seperti jarum dan menghisap cairanya tubuh mangsanya (Nurhayati, 2011). Parasitoid adalah kelompok serangga yang hidup bebas pada fase dewasa, tetapi memarasit serangga lain selama fase pradewasa. Secara taksonomis, 80% dari parasitoid merupakan anggota ordo Hymenoptera, yaitu salah satu dari empat ordo terbesar dalam kelas serangga yang diperkirakan memiliki lebih dari 300.000 spesies. Parasitoid ordo Hymenoptera memiliki kekayaan spesies lebih dari 20% dari seluruh serangga di dunia. Dua famili dari ordo ini yang memiliki potensi sebagai agens biokontrol atau parasitoid serangga adalah Ichneumonidae dan Braconidae, terutama sebagai parasitoid telur dan larva serangga Lepidoptera, Hemiptera, dan Diptera (Goulet dan Hubner 1993) IV. METODE PRAKTIKUM Praktikum pengenalan agen pengendali hayati dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Tidar dilantai 2 ruang P2.02. praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 23 Mei 2016. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini berupa, gambar specimen serangga yang berperan sebagai predator berupa capung dan belalang sembah, kultur Metarhizium anisopliae dan kultur Beauveria bassiana beserta gambar pemparasitannya terhadap hama Kumbang dan wereng cokelat serta walang sangit dan virus NPV yang menyerang Spodoptera litura. Alat yang dipakai berupa mikroskop dan alat tulis. Praktikum ini dilakukan dengan mengamati tiap-tiap gambar specimen. Pada serangga yang berperan sebagai predator tipe alat mulut, bagian-bagian tubuhnya dan identifikasinya, sedangkan pada hama yang terserang oleh parasit maupun virus dilakukan dengan mengamati gejala serangannya dan pada kultur jamur kultur Metarhizium anisopliae dan kultur Beauveria bassiana dilakukan dengan mengamati secara mikroskopis dan makroskopis V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Berikut merupakan hasil pengamatan pengenalan pengendalian hayati berupa predator, parasitoid dan juga pathogen: 1. Predator
  • 4. Agen hayati yang berupa predator disini terdiri dari 2 jenis yaitu capung dan belalang sembah a. Capung (Orthetrum Sabina) Gambar web Gambar foto Sumber: D.W. Pamungkas (2015) 1) Bagian-bagian dari capung : 1. Kepala 2. Thorak 3. Abdomen 4. Antenna 5. Mata majemuk 6. Sayap depan 7. Sayap belakang 8. Anal 9. Femur 10. Tarsus 11. Tibia 2) Mangsa sasaran Capung (Ordo:Odonata) merupakan salah satu musuh alami yang penting untuk dunia pertanian, selain sebagai bioindikator lingkungan bersih dan memiliki sifat polifag. Nimfa capung menjadi predator bagi protozoa, larva nyamuk, ikan kecil, crustacea yang berukuran kecil (Daphnia sp.,
  • 5. Cyclops sp.) dan hewan-hewan yang kecil lainnya. Sedangkan imago capung berperan sebagai predator bagi serangga, seperti nyamuk, lalat, kupu-kupu, wereng, dan capung dari spesies yang sama maupun berbeda (Dalia dan Leksono, 2014) 3) Klasifikasi capung Kingdom :Animalia Phylum :Arthropoda Classis :Insecta Ordo :Odonata Familia :Libellulidae Genus :Orthetrum Spesies :Orthetrum sabina b. Belalang sembah (Mantis religiosa) Gambar web Gambar foto Sumber: Bugguide.net 1) Bagian-bagian dari capung : 1. Kepala/caput 2. Thorax 3. Abdomen 4. Labium 5. Mata majemuk 6. Antenna 7. Mulut 8. Tibia 9. Tarsus
  • 6. 10. Femur 2) Mangsa sasaran Belalang sembah merupakan predator yang bersifat polifag. Karena sifatnya makannya yang bersifat polifag membuat makanan dari belalang sembah menjadi lebih beragam. Jenis hama yang dapat dimakan oleh belalang sembah (Mantis religiosa) diantaranya, wereng cokelat, wereng hijau, penggerek batang, walang sangit, hama ganjur, ulat grayak, hama putih dan hama putih palsu (Ledheng dkk., 2016) 3) Klasifikasi belalang sembah Kingdom :Animalia Phylum :Arthropoda Classis :Insecta Ordo :Hemiptera Familia :Mantidae Genus :Mantis Spesies :Mantis religiosa 2. Parasitoid a. Cotesia vplutellae Gambar web 1) Klasifikasi parasitoid Costesia plutellae menurut Kalshoven (1981): Kingdom :Animalia Phillum :Arthopoda Kelas :Insekta Ordo :Hymenoptera
  • 7. Family :Braconidae Genus :Costesia Spesies :Costesia plutellae 2) Cara parasitoid Cotesia plutellae menyerang hama Cotesia plutellae adalah endoparasitoid larva soliter. Betina C. plutellaemeletakkan telur di dalam tubuh instar dua P. xylostella. Setelah mencapai larva C. plutellae memasuki instar akhir (ketiga), larva C. plutellae keluar dari tubuh larva P. xylostella melalui ruas abdomen ketiga dari sebelah samping atau bawah dan langsung memintal kokon untuk fase pupanya. Kokon C. plutellae berwarna putih bersih, keras, dan panjangnya antara 3-4 mm. Imago C. plutellae yang muncul dari kokon berwarna hitam mengkilat dengan panjang tubuh berkisar + 3 mm. Larva P. xylostella yang terparasit berwarna hijau kekuningan, sedangkan larva sehat berwarna hijau. Abdomen posterior larva yang sakit ini lebih besar dibandingkan dengan larva sehat (Herlinda, 2005) 3) Mangsa parasitoid Cotesia plutellae Cotesia plutella merupakan hama yang menyerang ulat daun pada tanaman kubis. Ulat-ulat yang memakan pada daun kubis ini dapat dikendalikan dengan adanya APH C. plutellae. Secara umum nantinya C. plutella akan menginjeksikan telur-telurnya ke ulat kubis. Selama hidupya maka telur akan berkembang dengan memakan nutrisi pada ulat kubis tersebut. b. Tetrastichus sp. Gambar web 1) Klasifikasi parasitoid Tetrastichus sp. menurut Kalshoven (1981): Kingdom : Animalia
  • 8. Filum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hymenoptera Famili : Eulophidae Genus : Tetrastichus Spesies : Tetrastichus sp 2) Cara parasitoid Tetrastichus sp menyerang hama Telur diletakkan oleh imago betina di dalam telur inang, dan bertipe hymenopteriform. Telur Tetrastichus pada penggerek batang padi kuning ini berwarna bening, berbentuk memanjang dan meruncing pada kutub kaudal. Stadium telur Tetrastichus schoenobii pada PBPK berkisar antara satu sampai dua hari. Larva hidup di dalam dan di luar telur inang. Larva yang hidup di dalam telur inang berperan sebagai larva endoparasit (larva internal), dan larva yang hidup di luar telur inang berperan sebagai ektoparasit. Larva yang baru menetas bertipe hymenopteriform. Pupa tidak berkokon dan terdapat dalam kelompok telur inang yang diparasit. Pupa T. schoenobii mula-mula berwarna putih kemudian menjadi coklat. 3) Mangsa sasaran Yang menjadi mangsa oleh Tetrastichus sp. merupakan hama pada tanaman padi. Hama yang dijadikan sasaran ini adalah penggerek batang kuning. Parasitoid ini akan memangsa telur inang hama penggerek batang padi kuning. 3. Pathogen Pada hama pengendalian hayati pathogen dalam hal ini dikenal dengan adanya jamur Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana: a. Metarhizium anosopliae Gambar makros Gambar mikros
  • 9. Gambar web Gambar asli 1) Cara meyerang jamur Metarhizium anisopliae Mekanisme infeksi Metarhizium anisopliae terhadap serangga dapat digolongkan menjadi empat tahapan, yaitu inokulasi, penempelan dan perkecambahan propagule jamur pada integument serangga, penetrasi dan invasi, serta destruksi pad titik penetrasi dan terbentuknya blastospora. Tahap pertama adalah inokulasi, yaitu kontak antara propagule (konidia) jamur dengan tubuh serangga (Prayoga, 2005) Tahap kedua adalah proses penempelan dan perkecambahan propagul jamur integument serangga. Jamur dapat memanfaatkan senyawa-senyawa yang terdapat pada integument seranga. Pada fase ini, kelembaban udara yang tinggi dan bahkan air ang diperukan untuk berkecambah propagule jamur (Prayoga, 2005). Awalnya, propagule akan menempel pada kutikula. Penempelan ini merupakan mekanisasi pasif dengan bantuan angina dan iar, sehingga terjadi kontak antara propagule jamur dengan permukaan integument serangga. Pada beberapa kasus, penempelan propagule
  • 10. berkorelasi dengan tingkat keagresifan atau spesifitas inang dari spesies jamur. (Tanada dan Kaya, 1993). Setelah terjadi penempelan dalam waktu yang cukup lama, propagule akan berkecambah. Untuk dapat berkecambah, propagule membutuhkan sumber karbon seperti glukosa, glucosamine, kitin, dan pati (starch) (Simamora dkk., 2012) Tahap ketiga yaitu penetrasi dan invasi. Prayogo dkk. (2005) menyatakan bahwa jamur melakukan penetrasi untuk mnembus integument inang. Dalam proses ini, jamur akan membentuk tabung kecambah (appresorium) yang berperan sebagai hifa penetrasi dan akan menyerang inang (Rustama dkk., 2008) penembusan dilakukan secara mekanis dan kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Secara mekanis yanitu menembus kulit tubuh serangga dengan kekuatan hifa dan secara kimiawi dengan mengeluarkan enzim. Enzim ini berfungsi membantu dalam penghancuran kutikula serangga (Simamora dkk., 2012) Tahap keempat yaitu destruksi pada titik penetrasi dan terbentuknya blastispora (yeaslike hyphal bodies). Pada umumnya, serangga sudah mati sebelum terbentuknya blastospora ini. Blastospora terbentuk saat jamur telah masuk ke dalam hemocoel kemudian akan beredar ke dalam hemolimfa dan membentuk hifa sekunder untuk menyerang jaringan ainnya. Jaringan yang diserang antara lain jaringan lemak, system syaraf, trakea, dan saluran pencernaan (Prayoga dkk., 2005; Simamora dkk., 2012). Setelah serangga mati, jamur akan terus melanjutkan siklus dalam fase saprofitik, yaitu membentuk koloni di sekitar tubuh inang. Setelah tubuh inang dipenuhi oleh koloni jamur, maka spora infeksi akan diproduksi (Marheni dkk,. 2010) 2) Hama yang diserang Metarhizium anisopliae adalah jamur entomopatogen yang dikelompokkan ke dalam divisi Deuteromycotina: Hyphomyctes. Jamur ini tersebar luas di seluruh dunia. Metarhizium anisopliae merupakan jamur tanah yang bersifat saprofit, tetapi dapat bersifar pathogen pada beberapa ordo serangga seperti Lepidotera, Coleoptera, Hymenoptera, Othoptera, Hemiptera dan Isoptera (Prayoga dkk., 2005)
  • 11. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terdapat 4 macam gambar M. anosoplie. Dimana secara mikroskopis dapat dilihat bahwa M. anosopliae ini memilki hidup yang berkoloni, sehingga akan lebih tampak berkumpul antar selnya. Demikian pula pada gambar literasi, bahwa pertumbuhan jamur pada M. anosopliae ini berkoloni, antar sel saling bertautan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada jamur M. anosopliae ini memilki kecenderungan hidup berkelompok disukung dengan adanya literature yang ada. b. Beauveria bassiana Gambar makros Gambar mikros Gambar web Gambar asli 1) Cara meyerang jamur Beauveria bassiana Mekanisme infeksi dimulai infeksi langsung hifa atau spora B. bassiana ke dalam kutikula melalui kulit luar serangga. Pertumbuhan hifa
  • 12. akan mengeluarkan enzim seperti protease, lipolitik, amilase, dan kitinase. Enzim-enzim tersebut mampu menghidrolisis kompleks protein di dalam integument (Brady 1979), yang menyerang dan menghancurkan kutikula, sehingga hifa tersebut mampu menembus dan masuk serta berkembang di dalam tubuh serangga. Mekanisme infeksi secara mekanik adalah infeksi melalui tekanan yang disebabkan oleh konidium B. bassiana yang tumbuh. Secara mekanik infeksi jamur B. bassiana berawal dari penetrasi miselium pada kutikula lalu berkecambah dan membentuk apresorium, kemudian menyerang epidermis dan hipodermis. Hifa kemudian menyerang jaringan dan hifa berkembang biak di dalam haemolymph (Clarkson dan Charnley, 1996) Pada perkembangannya di dalam tubuh serangga B. bassiana akan mengeluarkan racun yang disebut beauvericin yang menyebabkan terjadinya paralisis pada anggota tubuh serangga. Paralisis menyebabkan kehilangan koordinasi sistem gerak, sehingga gerakan serangga tidak teratur dan lamakelamaan melemah, kemudian berhenti sama sekali. Setelah lebih- kurang lima hari terjadi kelumpuhan total dan kematian. Toksin juga menyebabkan kerusakan jaringan, terutama pada saluran pencernaan, otot, sistem syaraf, dan system pernafasan (Wahyudi, 2008). Serangga kemudian mati dan jamur B. bassiana akan terus melanjutkan pertumbuhan siklusnya dalam fase saprofitik. Setelah serangga inang mati, B. bassiana akan mengeluarkan antibiotik, yaitu Oosporein yang menekan populasi bakteri dalam perut serangga inang. Dengan demikian, pada akhirnya seluruh tubuh serangga inang akan penuh oleh propagul B. bassiana. Pada bagian lunak dari tubuh serangga inang, jamur ini akan menembus keluar dan menampakkan pertumbuhan hifa di bagian luar tubuh serangga inang yang biasa disebut “white bloom”. Pertumbuhan hifa eksternal akan menghasilkan konidia yang bila telah masak akan disebarkan ke lingkungan dan menginfeksi serangga sasaran baru (Wahyudi, 2008). 2) Hama yang diserang Jamur B. bassiana juga dikenal sebagai penyakit white muscardine karena miselium dan konidium (spora) yang dihasilkan berwarna putih,
  • 13. bentuknya oval, dan tumbuh secara zig zag pada konidiofornya (Soetopo dan Indrayani, 2007). Serangga yang menjadi inang dari Beauveria bassiana adalah ordo Lepidoptera, Coleoptera, dan Homoptera (Ahmad et al, 2008:499). Dari gambar di atas apat dilihat bahwa secara makroskopis, B. bassiana dapat dilihat pertumbuhan koloninya sama ketika dilahat dengan secara mikroskopis. Pertumbuhan B. bassiana ini terlihat dengan koloninya yang agak menyebar (soliter) sehingga akan tampak nyata selnya ketika diamati secara mikroskopis. Hal ini juga sangat sesuai ketika dilihat dengan gambar asli bahwasanya kehidupan dari B. bassiana ini koloninya menyebar dan terdapat lingkaran-lingkaran kecl pada ujung selnya. Sehingga dapat dismpulkan bahwa secara teori dak kenyataannya terjadi keserasian pada B. bassiana. c. Virus NPV Penamaan NPV disesuaikan dengan nama inang dimana pertama kali diisolasi dan diidentifikasi (CABI 2000). NPV yang menyerang larva Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae) disebut Helicoverpa armigera NPV (HearNPV). 1) Cara penyerangan virus NPV Proses infeksi NPV dimulai dari tertelannya polihedra (cairan yang dikeluarkan oleh ulat grayak yang terinfeksi oleh virus NPV) oleh ulat lain bersama pakan. Di dalam saluran pencernaan yang bersuasana alkalis (pH 9,0 - 10,5), selubung polihedra larut, sehingga membebaskan virion. Virion menembus dinding saluran pencernaan untuk masuk ke rongga tubuh, kemudian menginfeksi sel-sel yang rentan. Replikasi virion terjadi di daiam inti sel. Dalam waktu 1-2 hari setelah polihedra tertelan, hemolimfa yang semula jernih berubah menjadi keruh. Ulat tampak berminyak, disertai dengan membran integumen yang membengkak dan perubahan warna tubuh menjadi pucat-kemerahan, terutama pada bagian perut. Kemampuan makannya menurun, sehingga pertumbuhannya lambat. Ulat cenderung merayap ke pucuk tanaman kemudian mati menggantung dengan posisi terbalik dengan tungkai semu bagian akhir pada tanaman. Integumen ulat
  • 14. yang mati mengalami lisis dan disintegrasi, sehingga sangat rapuh. Apabila integumen robek, dari dalam tubuh ulat keluar cairan hemolimfa berwarna putih-kecoklatan yang mengandung polihedra. Ulat muda (instar l-lll) mati dalam 2 hari, sedangkan ulat tua (instar IV-VI) dalam 4-9 hari setelah polihedra tertelan (lgnoffo and Couch 1981; Tanada and Kaya 1993 dalam Ilyas dan Fattah, 2016). Gambar 1. Contoh mekanisme infeksi NPV pada ulat grayak pada produk Vitura. 2) Hama yang diserang NPV paling banyak pada ordo Lepidoptera (86%) dan sedikit pada ordo Hymenoptera (7%) serta ordo Diptera (3%). Selain itu, NPV juga telah diketahui menyerang ordo Coleoptera, Trichoptera, dan Neuroptera. Nuclear-polyhedrosis virus (NPV) dapat menginfeksi antara lain ulat grayak dan ulat pemakan polong kedelai. NPV untuk ulat grayak disebut SlNPV (Borrelinavirus litura) dan untuk pemakan polong disebut HaNPV (B. heliothis). (Arifin, 2006 dalam Ilyas dan Fattah, 2016). VI. KESIMPULAN Pengendalian dengan menggunakan agen hayati dapat digunakan dengan berbagai macam predator, parasitoid dan pathogen. Predator yang dapat digunakan diantaranya capung (Orthetrum sabina) dan belalang sembah (Mantis religiosa), sedangkan parasitoidnya berupa Tetrastichus sp yang menyerang pada penggerek batang padi kuning dan Cotesia plutellae yang menyerang pada larva Plutella
  • 15. xylostell dan pathogen yang terdiri dari jamur Metarhizium anosopliae dan Beauveria bassiana serta virus NPV. Secara umum pengendalian agen hayati dilakukan dengan memanfaatkan organisme maupun organisme yang bekerja untuk menyerang hama dengan identifikasi yang spesifik. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, R. Z., 2008. Pemanfaatan Cendawan Untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kesehatan Ternak. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3): 84-92. Anonim, 2002. Model Budidaya tanaman Sehat (Budidaya Tanaman Sayuran Secara Sehat Melalui Penerapan PHT), Dirjen Perlindungan Tanaman. Jakarta Brady, B.L.K. 1979. Pathogenic Fungi and Bacteria. Common Wealth Agricultural Bureaux, England Clarkson, J. M., and A. K. Charnley.1996. New Insights Into The Mechanisms of Fungal Pathogenesis in Insects. Trends Microbiol. 4: hlm.197-203 Dalia dan Leksono. 2014. Interaksi Capung dengan Arthropoda dan Vertebrata Predator di Kepanjen, Kabupaten Malang. Jurnal Biotropika Volume 2, Nomor 1, 2014. Goulet, H. and J.T. Hubner. 1993. Hymenoptera of the world: An identification guide to families. Research Branch Agriculture Canada Publication. 658 pp. Herlinda. 2006. Parasitoid dan Parasitisasi Plutella xylostella (L.) (Lepidotera: Yponomeutidae) di Sumatera Selatan. Jurnal Hayati. Vol 12, No. 4 Ilyas, Asrianti dan Abdul Fattah. 2016. Penggunaan NPV (Nuclear Polyhydrosis Virus) yang Bersumber dari Ulat Grayak yang Terinfeksi di Lapangan dalam Pengendalian Spodoptera litura pada Kedelai di Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 Kalshoven, L. G. E., 1981.The Pest of Crops in Indonesia. Revised and Tranlated By P.A. Van der laan. P.T. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta Ledheng, Eno dan Atini. 2016. Inventarisasi Serangga Predator Hama Padi Areal Pertanian Desa Letmafo Kecamaan Insana Tengah. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol. 1, No 2 (24-26) 2016. Marheni, Hasanuddin, Pinde, dan Wirda Suziani. 2013. Uji Patogenesis Jamur Metarhizium anisopliae dan Jamur Cordyceps militaris Terhadap Larva Penggerek Pucuk Kelapa Sawit (Eryctes rhinoceros) (Coleoptera: Scarabaeidae) di Laboratorium. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan
  • 16. Nurhayati. 2011. Penggunaan Jamur Dan Bakteri Dalam Pengendalian Penyakittanaman Secara Hayati Yang Ramah Lingkungan. Prosiding Semirata, 1(1): 316-321. Pamungkas dan Ridwan. 2015. Keragaman jenis capung dan capung jarum (Odonata) di beberapa sumber air di Magetan, Jawa Timur. Jurnal PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. Volume 1, Nomor 6, September 2015 Prayogo, Y., W. Tengkano, dan Marwoto, 2005. Prospek Cendawan Entomopatogen Metarhizium anisopliae untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura pada Kedelai. Jurnal Litbang Pertanian, 24(1): 19- 26 Rustama Mia M, Melanie, dan Budi Irawan. 2008. Patogenisitas Jamur entomopatogen Metarhizium Anisopliae terhadap Crocidolomia pavonana Fab. dalam kegiatan studi pengendalian hama terpadu tanamankubis dengan menggunakan agensia hayati. Laporan akhir penelitian muda (LITMUD) UNPAD. Bandung. Simamora, John K., Tris Haris Ramadhan, dan Indri Hendarti, 2012. Persistensi Cendawan Metarhizium anisopliae (Metsch.) Pada Tanah Gambut Serta Tingkat Patogenisitasnya Terhadap Larva Tenebrio molitor (Linn.) di Laboratorium. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Soetopo dan Indrayani, 2007.Status Teknologi dan Prospek Beauveria bassiana untuk Pengujian Serangga Hama Tanaman Perkebunan yang Ramah Lingkungan. Perspektif, 6(1): 29-46 Tanada Y. & H. K. Kaya, 1993. Insect Pathology. Academic Press Inc, London. Wahyudi. 2008. Jamur Patogen Serangga Sebagai Bahan Baku Insektisida. Pemanfaatan Mikroba dan Parasitoid dalam Agroindustri Tanaman Rempah dan Obat. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat (XII): 21−28pp