Berdasarkan hasil monitoring media daring terhadap pemberitaan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, Jokowi mendominasi pemberitaan dengan persentase 34% dibandingkan Foke 32%. Jokowi dan Foke banyak menjadi judul berita, sedangkan Ahok dan Nara lebih sering menjadi sumber berita pendukung. Pemberitaan Jokowi cenderung positif dibanding Foke yang kerap diberitakan secara negatif terkait isu SARA. Kedua pasangan
3. Latar Belakang
• Jelang gelaran Pilkada DKI Jakarta Putaran kedua,
IMMC secara khusus memonitoring perkembangan
pemberitaan media terhadap isu tersebut. Riset
dilakukan sejak 11 Juli 2012 hingga 28 Agustus
2012. Riset ini diharapkan dapat memberikan
sebuah perspektif tentang dinamika Pilkada DKI
2012 Putaran II dalam berbagai perspektif. Hasil
riset ini kami olah dalam bentuk rilis.
4. Metodologi
• Penelitian menggunakan metode purposive
sampling pada 6 media online terkemuka, yakni:
Detik, Inilah, Okezone, RMOL, Kompas, VivaNews.
• Proses pengumpulan data dilakukan dari tanggal 11
Juli – 28 Agustus 2012.
• Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
mengumpulkan dan menganalisa semua berita
(content analysis) mengenai Pilkada DKI 2012 serta
dua pasang kandidat yang maju dalam putaran II
yaitu: Foke – Nara dan Jokowi – Ahok.
5. Popularitas Kandidat
• Pemberitaan kandidat
Ahok
19%
Foke sebanyak 3003 dari
32%
1535 berita.
• Jokowi unggul dalam
Jokowi Nara
jumlah pemberitaan di
34% 15% media online nasional
yaitu sebanyak 34%.
Disusul Foke dengan
N=300
32%.
6. Analisa
• Dari hasil monitoring yang dilakukan, tampak dominasi
pemberitaan media online masih mengacu pada Jokowi
dengan persentasenya sebesar 34 %. Persentase ini tidak jauh
berbeda dengan Foke yang mencapai 32 %.
• Hal yang menarik, dominasi pemberitaan juga ditunjukkan
pasangan Jokowi, Ahok yang juga cukup dominan jika
dibandingkan dengan pasangan Foke, Nara.
• Konsentrasi media online memang cukup dapat dibaca dari
komposisi tersebut. Kemenangan “tak terduga” Jokowi pada
putaran I Pilkada DKI 2012 tentu menjadi daya tarik
pemberitaan di media online. Baik itu membahas mengenai
kemenangan yang sudah diraih, strategi apa yang sudah
dilakukan serta persiapan menghadapi putaran kedua Pilkada
DKI 2012.
7. Dinamika Isu
600
567
500
400
300
200 212 216
184 191
137 133
100
0
11-17 Juli 18-24 Juli 25-31 Juli 1-7 Agust 8-14 Agust 15-21 Agust 22-28 Agust
• Dinamika isu Pilkada DKI dalam periode 11 Juli – 28 Agustus 2012
paling tinggi rentang waktu 11-17 Juli 2012. Hal ini dipengaruhi
isu hasil quick count dari beberapa lembaga survei.
• Kenaikan isu kembali terjadi pada rentang waktu 1-7 Agustus
2012. Hal ini dipengaruhi isu SARA.
8. Analisa
• Melihat dari dinamika isu yang terjadi, maka rentang waktu 11 – 17
Juli 2012 pemberitaan mengenai hasil dari Pilkada DKI 2012 paling
banyak diberitakan. Hal ini dapat terlihat dari jumlah pemberitaan
yang mencapai 563 berita.
• Tingginya pemberitaan juga tidak lepas dari hasil perhitungan cepat
yang menempatkan Jokowi – Ahok berada pada urutan pertama
melampaui perkiraan beberapa lembaga survey.
• Sementara itu, pada periode berikutnya, 18 – 24 Juli
2012, pemberitaan menurun drastis menjadi 184 berita. Dalam
periode ini isu Pilkada DKI 2012 hanya berputar pada persiapan
menuju putaran kedua.
• Pemberitaan mulai naik kembali pada periode 1 – 7 Agustus 2012. Isu
SARA yang melibatkan pasangan Jokowi, Ahok dengan Haji Rhoma
Irama menjadi subjek utama pemberitaan.
9. Dinamika Pemberitaan
Antar Kandidat
800
700
600
500
400
Foke-Nara
300
Jokowi-Ahok
200
100
0
11-17 Juli 18-24 Juli 25-31 Juli 1-7 Agust 8-14 Agust 15-21 22-28
Agust Agust
• Pemberitaan Jokowi-Ahok unggul di periode 11-17 Juli, 18-24 Juli dan 22-28
Agustus. Pada rentang waktu 11-24 Juli terkait hasil quick count dan analisa
kemenangan jokowi oleh banyak kalangan.
• Pemberitaan Foke unggul pada periode 25-24 Juli, 1-7 Agust, 8-14 Agust dan
15-21 Agust. Pada rentang waktu 1-14 Agustus dipengaruhi isu dukungan PKS
kepada Foke dan Isu SARA.
10. Analisa
• Jika pemberitaan antar pasangan kandidat, Jokowi – Ahok dengan
Foke - Nara dibandingkan, dapat dilihat pada beberapa periode
pemberitaan, pasangan Foke – Nara pemberitaannya berada diatas
Jokowi – Ahok. Hal ini dipicu oleh tingginya intensitas pergerakan
politik yang dilakukan oleh Foke – Nara terkait dengan mencari
dukungan kepada beberapa parpol.
• Untuk pasangan Jokowi – Ahok, media juga membahas mengenai
pergerakan politik, baik yang dilakukan oleh mereka maupun partai
pendukung mereka. Namun, kecenderungan pemberitaannya lebih
pada penyikapan terhadap pergerakan politik dari Foke – Nara. Pada
tahapan ini, muncul istilah “Gajah Vs Semut” yang seolah merupakan
gambaran dari Foke Vs Jokowi.
• Isu SARA yang melibatkan antara Jokowi – Ahok dengan Rhoma
Irama juga menaikkan pemberitaan dari kedua pasangan pada
beberapa periode.
11. Penempatan Berita
800
700
600
500
400 In Title
300 In News
200
100
0
Foke Nara Jokowi Ahok
• Jokowi dan Foke banyak menjadi judul berita mengenai
kandidat.
12. Analisa
• Jokowi dan Foke menjadi daya tarik pemberitaan bagi media
online. Hal ini terlihat dari kecenderungan media online
menggunakan kedua nama kandidat tersebut sebagai judul
dalam pemberitaan mereka.
• Untuk pasangan mereka, Ahok dan Nara cukup sedikit masuk
sebagai topik utama pemberitaan. Pada kasus-kasus tertentu
keduanya muncul sebagai supporting pemberitaan. Hal ini
terlihat seperti pada pemberitaan Ahok tentang pentingnya
peran sosial media sebagai media kampanye. Sementara
untuk Nara, peran supporting ini juga dilakukan saat
menanggapi kasus kebakaran di Jakarta.
13. Sumber Berita
448
450
Kandidat
400
Tim Sukses
350
Parpol
300 265
240
226
KPUD
250
201
180 Panwaslu
200
156
150
143 Internet
100
100 71 Tokoh Masy
54 60
48
37
50 23
12 22
11
Tokoh Agama
0 Kepolisian
Lainnya
Foke-Nara Jokowi-Ahok
• Kandidat paling banyak menjadi sumber berita.
• Pengamat/akademisi dan lembaga Survey (Lainnya) sering
menjadi rujukan media dalam memberitakan kandidat.
14. Analisa
• Sumber pemberitaan dari kandidat masih cukup
dominan di masing-masing kandidat. Untuk
pasangan Foke – Nara, sumber pemberitaan dari
kandidat sebanyak 448 berita, cukup tinggi jika
dibandingkan dengan pasangan Jokowi – Ahok yang
hanya sebanyak 240 berita.
• Namun, di tingkatan tim sukses, Timses Jokowi –
Ahok cukup banyak dijadikan sebagai sumber berita
oleh media online jika dibandingkan oleh timses
Foke – Nara.
15. Isu Terkait Kandidat
400
350
300
Kampanye
250
Dukungan
200
Isu Daerah
150
Kegiatan
100
Survey
50
0
Foke Nara Jokowi Ahok
• Pemberitaan Foke dan Nara banyak terkait dengan isu dukungan.
• Sedangkan pemberitaan Jokowi Ahok banyak terkait kampanye.
• Kandidat yang banyak mengangkat isu daerah adalah Foke dan
Jokowi.
16. Analisa
• Foke merupakan kandidat yang paling banyak bicara
mengenai isu daerah jika dibandingkan oleh Jokowi. Hal ini
lumrah terjadi mengingat posisi Foke sebagai petahana yang
tentu saja cukup banyak terlibat dalam isu-isu daerah di
Jakarta. Terlebih pada bulan Agustus bertepatan dengan
momen lebaran yang tentu saja membuat peran Foke sebagai
Gubernur Jakarta cukup banyak terlihat di media online.
• Selain itu, pemberitaan terkait dengan pergerakan politik
dalam mencari dukungan, tampak bahwa Foke cenderung
lebih banyak mengundang perhatian media online. Terlebih
saat PKS, yang pada Pilkada putaran I mencalonkan Hidayat
Nur Wahid, memutuskan untuk mendukung Foke – Nara pada
putaran kedua.
17. Tone Kandidat
1000
900
800
700 Positif Negatif
600
500
Negatif
400 Netral
300
Positf
200
100
0
Foke Nara Jokowi Ahok
• Kandidat yang banyak diberitakan secara positif adalah
Jokowi.
• Kandidat yang paling sering diberitakan secara negatif adalah
Foke.
18. Analisa
• Tendensi pemberitaan Jokowi jauh lebih positif jika
dibandingkan dengan Foke. Beberapa isu yang
menjadi pemicu terjadi hal ini, salah satunya adalah
mengenai SARA. Walaupun dijelaskan bahwa Foke –
Nara tidak terlibat, namun dalam pemberitaan di
media online, nama Foke ikut terseret dalam kasus
tersebut.
19. Berita Positif
200
180
160
140 Kampanye
120
100
Dukungan
80 Isu Daerah
60
40
Kegiatan
20
0
Foke - Nara Jokowi - Ahok
• Berita positif Foke-Nara banyak terkait isu dukungan dan
kegiatan.
• Berita positif Jokowi-Ahok banyak terkait isu dukungan dan
kampanye.
20. Analisa
• Pemberitaan Positif untuk pasangan Foke – Nara
banyak seputar dukungan beberapa partai besar
kepada pasangan tersebut pada putaran kedua
nanti. Hal yang sama juga terjadi pada pasangan
Jokowi – Ahok. Namun pada kasus pasangan
ini, dukungan lebih ditunjukkan oleh masyarakat dan
juga tokoh.
21. Isu Kampanye
Ahok
Jokowi Black Campign
Kegiatan
Nara Sosial Media
Foke
0 20 40 60 80 100 120
• Dalam isu kampanye, Jokowi-Ahok lebih banyak terkait
Black Campaign dibanding Foke-Nara.
• Foke-Nara lebih banyak terkait kegiatan kampanye
dibanding Jokowi-Ahok.
22. Analisa
• Isu black campaign cenderung lebih banyak
diterima oleh pasangan Jokowi – Ahok
dibandingkan dengan Foke – Nara. Salah
satu yang cukup banyak diberitakan adalah
mengenai isu SARA yang melibatkan Rhoma
Irama.
23. Kampanye : Sosial Media
Jokowi - Ahok
Forum/game
Twiter
Facebook
Foke - Nara
0 2 4 6 8 10 12 14
• Intensitas penggunaan sosial media sebagai media kampanye
para kandidat cukup tinggi selama putaran II ini.
• Forum/ game paling banyak diekspose media.
24. Analisa
• Jokowi – Ahok cukup banyak melakukan
kegiatan kampanye pada forum sosial
maupun game. Salah satu yang cukup
menarik media online adalah peluncuran
game “Selamatkan Jakarta” dengan konsep
gameplay seperti Angry Birds. Metode ini
dianggap cukup menarik bagi beberapa
kalangan.
25. Kampanye :
Kegiatan Kandidat
Ahok
Jokowi
Kunjungan Ke Masy.
Internal Partai/ pendukung
Nara
Foke
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
• Seluruh kandidat lebih fokus pada upaya pendekatan ke
masyarakat dibanding internal parpol/ pendukung.
26. Analisa
• Kecenderungan kampanye yang dilakukan oleh masing-
masing pasangan kandidat lebih banyak ditujukan langsung ke
masyarakat dengan melakukan beberapa kunjungan ke
wilayah-wilayah seperti pasar tradisional dan perkampungan
penduduk.
• Sementara untuk konsolidasi di tingkatan internal partai yang
dilakukan oleh kedua pasangan tidak banyak diekspose
media.
• Foke merupakan kandidat yang paling banyak melakukan
kunjungan ke masyarakat. Hal ini terkait dengan posisinya
sebagai Gubernur DKI serta beberapa momen penting seperti
Lebaran yang selalu menjadikan Jakarta sebagai salah satu
fokus pemberitaan.
27. Kampanye : Black Campaign
Ahok
Jokowi Prestasi yg menipu
Orientasi Politik
Nara Sara
Foke
0 10 20 30 40 50 60 70
• Isu sara paling sering digunakan dalam black campaign.
• Jokowi paling sering diserang terkait isu Sara dan orientasi
politiknya.
28. Analisa
• Isu black campaign yang paling banyak diangkat
dalam rentang waktu 11 Juli – 28 Agustus 2012
adalah mengenai isu SARA. Jokowi merupakan
kandidat yang banyak dikaitkan dengan isu SARA.
Salah satu isu SARA yang cukup mendapat
perhatian adalah desas–desus mengenai ibu
kandung Jokowi yang non muslim. Selain itu, isu
yang menerpa pasangannya, Ahok juga cukup
banyak diberitakan. Apalagi kasus tersebut juga
melibatkan figur terkenal, Rhoma Irama.
29. Dukungan Terhadap
Kandidat
450
400
350
300
250 Foke - Nara
200 Jokowi - Ahok
150
100
50
0
Partai Tokoh/ Masy
• Dukungan Partai lebih banyak diterima Foke-Nara dibanding
Jokowi-Ahok.
• Sedangkan dukungan dari Tokoh/ Masyarakat lebih banyak
didapat Jokowi-Ahok dibanding Foke-Nara.
30. Analisa
• Dalam konteks dukungan partai terkadap
kandidat, pemberitaan pasangan Foke – Nara cukup
banyak oleh media online. Hal ini sedikit banyak
mengindikasikan bahwa dukungan partai ke
pasangan tersebut dalam menghadapi putaran
kedua cukup banyak.
• Namun, untuk pasangan Jokowi – Ahok, dukungan
lebih banyak didapat dari masyarakat.
31. Dukungan Parpol
140
120
100
80
60
Foke - Nara
40
20
Jokowi - Ahok
0
• PKS, PPP dan Golkar paling sering diberitakan terkait
dukungannya kepada kandidat.
• Jokowi banyak dikaitkan dengan dukungan PKS dan Golkar
terkait dinamika rencana penetapan dukungan.
32. Analisa
• Terdapat tiga partai yang mendapat porsi
pemberitaan cukup banyak terkait dengan
dukungan parpol. Parpol tersebut antara lain
PKS, PPP dan Golkar. PKS yang mencalonkan
Hidayat Nur Wahid pada putaran pertama Pilkada
DKI 2012, akhirnya menjatuhkan dukungan ke
pasangan Foke – Nara. Langkah ini cukup menarik
pemberitaan di media online.
• Sementara untuk Jokowi – Ahok, pemberitaan
terkait dengan dukungan parpol tidak banyak
dimuat.
33. Isu Dukungan Parpol
100
90
80 Konsolidasi
70
Kontrak Politik/ Mahar
60
50 Komitmen
40 Program Aksi
30
Kritik tehdp Parpol
20
10 Lainnya
0
Foke - Nara Jokowi - Ahok
• Komitmen Parpol menjadi isu utama terkait dukungan parpol
kepada kandidat.
• Dinamika rencana penetapan dukungan parpol kepada
kandidat juga menjadi daya tarik media untuk
memberitakannya.
34. Analisa
• Tingginya pemberitaan seputar dukungan
parpol terhadap kandidat pilkada DKI 2012
lebih banyak didominasi dengan pernyataan
komitmen dukungan terhadap kandidat. Hal
ini sangat terlihat pada pasangan Foke –
Nara yang memang cukup intensif
membangun komunikasi politik dengan
parpol lainnya.
35. Isu Dukungan PKS
35
30
Konsolidasi
25
Kontrak Politik/ Mahar
20
Komitmen
15
Program Aksi
10 Kritik tehdp Parpol
5 Lainnya
0
Foke-Nara Jokowi - Ahok
• Pasangan Foke Nara lebih sering dikaitkan isu kontrak politik/ mahar
dan komitmen PKS untuk mendukungnya.
• Pasangan Jokowi lebih sering dikaitkan dengan dinamika rencana
dukungan dan kritik terhadap PKS yang mendukung pasangan Foke-
Nara.
36. Analisa
• Partai Keadilan Sejahtera (PKS) cukup banyak
menyita perhatian media online terutama saat partai
ini memutuskan untuk merapat ke kubu Foke – Nara.
Langkah ini dinilai beragam oleh beberapa pihak.
• Hal ini juga nampak pada pemberitaan di media
online. Dari hasil monitoring, isu dukungan PKS
terhadap Foke – Nara sangat erat kaitannya dengan
adanya kontrak/mahar politik.
37. Isu Dukungan Golkar
25
20 Konsolidasi
Kontrak Politik/ Mahar
15
Komitmen
10 Program Aksi
5
Kritik tehdp Parpol
Lainnya
0
Foke-Nara Jokowi - Ahok
• Pasangan Foke Nara lebih sering dikaitkan isu komitmen
Golkar untuk mendukungnya.
• Pasangan Jokowi lebih sering dikaitkan dengan isu dinamika
rencana dukungan dan kritik terhadap Golkar.
38. Analisa
• Kondisi yang tidak jauh berbeda dengan
PKS, dukungan politik kepada Foke – Nara juga
ditunjukkan oleh Partai Golkar. Sebagai partai yang
mengusung Alex Noerdin sebagai kandidat pada
putaran pertama, langkah untuk merapat ke kubu
Foke tentu mengundang perhatian. Namun, Golkar
selalu berulang kali menegaskan komitmen
dukungannya kepada Foke – Nara untuk menjadi
pemenang pada putaran kedua nantinya.
39. Dukungan Tokoh/ Masyarakat
35
30
25
20
Foke - Nara
15
Jokowi - Ahok
10
5
0
Agama Adat Selebritis Ormas Lainnya
• Foke lebih banyak didukung dari tokoh agama dan tokoh adat.
• Jokowi lebih banyak didukung selebritis, tokoh ormas dan
tokoh masyarakat lainnya.
40. Tanggapan Kandidat
50
Terhadap Isu Daerah
45
40
35
30
25 Foke
20
15 Nara
10
5
Jokowi
0 Ahok
• Foke dan Jokowi banyak memberi perhatian pada isu kebakaran yang
terjadi.
• Selain isu kebakaran Foke lebih banyak memberi perhatian isu
ekonomi, pendidikan, kependudukan, dan sosial. Sedangkan Jokowi
banyak memberi perhatian isu ekonomi, kemiskinan dan sosial
41. Analisa
• Dari semua isu yang ada di Jakarta, persoalan kebakaran
menjadi isu yang paling banyak di soroti oleh kandidat, baik itu
Jokowi ataupun Foke. Hal ini terjadi akibat banyaknya terjadi
kebakaran sepanjang agustus hingga september 2012 atau
sepanjang berlangsungnya tradisi mudik. Foke lebih sering
berkunjung ke lokasi kebakaran karena posisinya juga masih
sebagai Gubernur. Sedangkan Jokowi lebih dan Tim
Suksesnya lebih banyak mengkritik Pemerintah DKI Jakarta
yang dianggap membiarkan terjadinya kebakaran.
• Dari semua isu kedaerahan, secara umum Foke memang lebih
banyak berkomentar dibanding Jokowi. Hal ini tidak terlepas
posisinya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
42. Kegiatan Kandidat
180
160
140
120
100 Pribadi
80 Pemerintah
60 Kandidat
40
20
0
Foke Nara Jokowi Ahok
• Foke lebih sering melakukan kegiatan yang mengatasnamakan
pemerintah.
• Jokowi sering melakukan kegiatan sebagai kandidat cagub
DKI.
43. Analisa
• Foke sangat diuntungkan karena posisinya sebagai incumbent.
Sehingga Foke banyak melakukan kegiatan mengatasnamakan
pemerintah, seperti berkunjung ke lokasi kebakaran, ke pasar
dan tempat-tempat lain yang sekaligus juga melakukan
„kampanye‟. Sangat sulit memisahkan antara kegiatan Foke
sebagai Gubernur dan sebagai kandidat.
• Sedangkan Jokowi lebih banyak melakukan kegiatan-
kegiatannya di Jakarta sebagai kandidat calon Gubernur.
Kegiatan pemerintahan dilakukan di Solo, dimana Jokowi
masih menjabat Walikota Solo.
44. Tujuan Kunjungan Kandidat
60
50 Kunj. Ke Perkampungan
Kunj. Ke Pasar
40
Kunj. Ke Tpt. Hiburan
30 Kunj. Ke Tempat Ibadah
20
Kunj. Ke Sekolah/ Kampus
Kunj. Ke RS/ Puskesmas
10
Kunj Ke Lokasi Kebakaran
0 Kunj. Tpt. Lainnya
Foke Nara Jokowi Ahok
• Foke lebih sering melakukan kunjungan ke rumah ibadah.
• Jokowi lebih sering melakukan kunjungan ke perkampungan
penduduk.
45. Analisa
• Fauzi Bowo memang lebih banyak didukung oleh tokoh-tokoh
agama dan tokoh adat Betawi. Foke sangat menyadari
dukungan dari kalangan ulama ini sehingga Foke lebih banyak
melakukan kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat ibadah
seperti Masjid dan pengajian-pengajian. Ini juga didukung oleh
suasana Ramadhan dan Idul Fitri yang berlangsung menjelang
Pemilukada putaran kedua.
• Jokowi justru lebih banyak melakukan kunjungan langsung ke
sentra-sentra perkampungan masyarakat dan pasar-pasar
tradisional.
46. Isu Survei
Lainnya
Rilis Hasil
Kredibilitas
Validitas
0 20 40 60 80 100 120 140
• Isu yang paling banyak terkait survei adalah rilis hasil survei
dari lembaga survei.
47. Analisa
• Sejak penghitungan Quick Count Pilkada DKI
putaran pertama, tidak banyak lembaga survei yang
melakukan aktivitas survey. Bahkan lembaga survei
banyak mendapatkan kritikan dan kredibilitas hasil
surveynya dipertanyakan publik karena hasil
Pemilukada DKI Jakarta putaran pertama tidak
sesuai dengan hasil survey beberapa lembaga
survey. Namun, meski demikian, secara umum, rilis
hasil survey masih mendominasi isu terkait survey di
beberapa pemberitaan media terutama rilis hasil
Quick Count putara pertama lalu.
48. Penyelenggara Pemilu
140
120
100
80
60
40
20
0
KPUD Panwaslu Kepolisian
• Lembaga yang paling sering menjadi sorotan berita adalah
KPUD dan Panwaslu.
49. Analisa
• KPUD dan Panwaslu menjadi dua lembaga yang paling banyak
di soroti dalam pilkada DKI Jakarta kali ini. KPUD mendapat
sorotan terkait rilis hasil putaran pertama serta persiapan
KPUD di putaran kedua, seperti perbaikan Daftar Pemilih
Tetap (DPT), Logistik Pemilu, dan lain-lain.
• Sementara Panwaslu banyak mendapat sorotan terkait
pelanggaran-pelanggaran selama proses pemilukada putaran
pertama berlangsung sampai persiapan putaran kedua. Isu
yang paling banyak disoroti media terkait kinerja Panwaslu
adalah isu Money Politic, SARA, hingga penanyangan iklan
diluar masa kampanye.
50. Kinerja Panwaslu &
Kepolisian
45
40
35
30 Pengawasan
25 Antispasi
20
Penindakan
15
10 Lainnya
5
0
Panwaslu Kepolisian
• Panwaslu lebih banyak konsentrasi dari sisi penindakan.
• Sedangkat Polisi lebih fokus pada antisipasi untuk kemanan
pilkada.
51. Analisa
• Menjelang pilkada putaran kedua, isu SARA menjadi isu yang
paling banyak ditangani oleh Panwaslu. Disamping ada isu
Money Politic dan penanyangan iklan diluar masa kampanye.
Panwaslu sendiri sudah melakukan beberapa penindakan
seperti memeriksa terlapor dan tim sukses masing-masing
kandidat. Meski hingga menjelang pelaksanaan putaran
kedua, tidak ada satu kandidat atau tim suksesnya yang
mendapat sanksi dari Panwaslu.
• Sementara, pihak kepolisian lebih banyak terlibat dalam
proses pengamanan pilkada.
52. Instansi Quote
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
• Kandidat dan tokoh parpol banyak yang menanggapi kandidat.
• Tim Sukses masih minim menanggapi dinamika perjalanan
cagub-cawagub DKI.
53. Analisa
• Kedua kandidat menjadi pihak yang paling sering
menanggapi kandidat yang lain. Media sering
melakukan konfrontasi terhadap kedua kandidat
terhadap isu-isu yang berkembang menjelang
pilkada putara kedua.
• Disamping kandidat, tokoh-tokoh partai politik
menjadi pihak yang sering melontarkan pendapat
dan penilaian terhadap kandidat. Hal ini tidak
terlepas dari isu dukungan terhadap kedua kandidat
dari masing-masing partai.
54. 14
Tim Sukses
12
10
8
6
4
2
0
• Tim sukses Jokowi-Ahok yaitu Denny Iskandar, Boy Bernaldi
dan Budi Purnomo sangat aktif berhubungan dengan media.
• Tokoh-tokoh tim sukses Foke-Nara kurang maksimal.
55. Analisa
• Dari sisi tim sukses, Timses Jokowi-Ahok terlihat lebih intens
berhubungan dengan media. Tidak hanya satu orang, tapi
beberapa orang seperti, Boy Bernaldi Sadikin yang merupakan
ketua tim sukses atau Denny Iskandar dan Budi Purnomo yang
cukup sering dikutip oleh media.
• Berbeda dengan timses Foke-Nara yang sangat minim
berkomentar di media, meski diisi oleh nama-nama yang
sudah cukup familiar seperti Yuddy Chrisnandi dan Nova
Rianti Yusuf yang didaulat menjadi juru bicara kandidat. Justru
keduanya kalah dibandingkan dengan Kahfi Siregar yang
masih cukup sering dikutip oleh media. Hal ini
mengindikasikan kerja-kerja kehumasan dari Tim Foke-Nara
tidak bekerja maksimal dan masih mengandalkan Foke
sebagai news maker-nya.
56. Tokoh Parpol
Amien Rais
Fadli Zon
Bima Arya Sugiarto
Wiranto
Tjahjo Kumolo
Romahurmuzi
Megawati Soekarno Putri
Martin Hutabarat
Aburizal Bakrie
Hidayat Nur Wahid
Surya Dharma Ali
Anas Urbaningrum
Taufiq Kiemas
Lutfi Hasan Ishaq
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
• Luthfi Hasan dan Taufik Keimas adalah tokoh parpol yang
intens terhadap rencana cagub DKI.
57. Analisa
• Dari kalangan tokoh Partai Politik, terlihat Presiden PKS, Lutfi
Hasan Ishaq menjadi tokoh yang paling sering diminta
pendapatnya tentang kedua kandidat. Ini terjadi disebabkan
dukungan PKS terhadap kedua kandidat menjadi perhatian
utama media massa mengingat suara Hidayat Nur Wahid-Didik
J Rachbini yang cukup besar pada putaran pertama lalu.
Ditambah PKS cukup lama memutuskan mendukung kandidat
yang mana sehingga terus mendapatkan perhatian media.
• Sosok Taufik Kiemas juga muncul menjadi tokoh yang paling
sering berkomentar, karena Taufik Kemas dianggap tokoh
yang senior di PDIP yang menjadi pendukung utama Jokowi-
Ahok.
58. Intelektual/Akademisi
yudi latif
Jeirry Sumampow
burhanuddin muhtadi
Toto Sugiarto
Teten Masduki
Saiful Mujani
harianto
Arief Rachman
siti zahro
Gun Gun Heryanto
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
• Gun Gun Heryanto dan Siti Zuhro merupakan tokoh intelektual
yang paling konsen terhadapa pilkada DKI.
59. Analisa
• Dari kalangan intelektual/akademisi,
Pengamat Komunikasi Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto
menjadi pengamat yang paling banyak
mengomentari kandidat dan proses pilkada.
Selain Gun Gun, ada juga Siti Zuhro, peneliti
bidang Politik di LIPI.
60. Penilaian Intelektual
Terhadap Kandidat
40
35
30
Positif
25
20 Netral
15
Negatif
10
5
Positif-Negatif
0
Foke Nara Jokowi Ahok
• Intelektual memandang Jokowi lebih positif.
• Sedangkan Foke lebih sering dilihat dari sisi negatifnya.
61. Analisa
• Dikalangan intelektual/akademisi, Jokowi dianggap
lebih baik dari Foke. Keberhasilan Jokowi dalam
membangun Kota Solo menjadi tolak ukurnya. Foke
dianggap telah gagal dalam menata Jakarta selama
5 lima tahun masa kepemimpinannya, sehingga
Foke banyak mendapatkan penilaian dari kalangan
intelektual/akademisi.
62. Tokoh Agama/ Masyarakat
Yanuar Arief Wibowo
Mooryati Soedibyo
KH. Kholil Ridwan
Yan Awalisi Rimray
Ramdan Alamsyah
hendarji soepandji
Faisal Basri
Didik J R
Jusuf Kalla
Rhoma Irama
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
• Rhoma Irama merupakan tokoh agama yang paling intens
terkait dalam pilkada DKI.
63. Analisa
• Dikalangan tokoh agama/masyarakat, Rhoma Irama
menjadi tokoh yang paling banyak di sorot oleh
media. Hal ini terkait dengan ceramah Rhoma Irama
di salah satu mesjid di Jakarta yang berbau SARA.
Isi ceramah Rhoma ini akhirnya bergulir hingga ke
Panwaslu, meski akhirnya Panwaslu menyatakan
Rhoma Irama tidak bersalah.
64. Penilaian Tokoh Agama/ Masyarakat
Kepada Kandidat
12
10
8 Positif
6 Netral
4
Negatif
Positif-Negatif
2
0
Foke Nara Jokowi Ahok
• Meskipun banyak mendapat apresiasi dari tokoh masyarakat,
Jokowi-Ahok juga paling banyak dikritik atau dipandang
negatif oleh tokoh agama/masyarakat.
65. Analisa
• Secara umum, penilaian masyarakat terhadap
Jokowi relatif positif. Meski demikian, dikalangan
tokoh agama dan tokoh adat, Jokowi-Ahok
mendapat penilaian yang negatif. Bagi tokoh agama,
Jokowi-Ahok tidak layak dipilih menjadi Gubernur
DKI Jakarta karena tidak berasal dari golongan
Islam. Hal ini akhirnya memunculkan isu SARA
dalam pelaksanaan pilkada DKI Jakarta.
66. Kualitas Berita : Cek Ricek
1200
1000
800
600
400
200
0
Ada Tidak Tidak Jelas
• Media Online Nasional lebih banyak melakukan cek-ricek
sebelum memberitakan di media.
• Walaupun demikian masih banyak yang belum maksimal
melakukan cek-ricek pada sisi pemberitaannya.
67. Analisa
• Dalam melakukan tugas-tugas jurnalistiknya, masih
ada beberapa media yang masih kurang dalam
melakukan cek & Ricek dalam pemberitaannya. Dari
lima media yang dimonitoring yaitu Detik.com ,
Inilah.com, Kompas.com, Okezone.com,
Rmonline.com dan Vivanews, terlihat dua media
yang kurang melakukan cek & ricek. Keduanya
adalah Detik.com dan Inilah.com.
68. Kualitas Berita :
Cover Both Side
1200
1000
800
600
400
200
0
Ada Tidak Tidak Jelas
• Media Online kurang maksimal dalam memberi perhatian
mengenai cover both side.
69. Analisa
• Dalam kualitas pemberitaan, hampir semua
media masih kurang maksimal dalam
memberi perhatian mengenai cover both
side. Tentu saja hal ini perlu diperhatikan
kedepannya agar pemberitaan lebih
berimbang dari dua sisi.
70. Kualitas Berita :
Pencampuran Opini & Fakta
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Ada Tidak Tidak Jelas
• Hampir sebagian besar media masih kurang memerhatikan
pentingnya pemisahan opini dan fakta dalam sebuah
pemberitaan.
71. Analisa
• Media yang paling sering mencampurkan
antara opini dan fakta dalam
pemberitaannya adalah Inilah.com.
Sementara media lainnya, meskipun sering,
relatif lebih berupaya memisahkan antara
opini dan fakta dalam pemberitaannya.
72. Kesimpulan
• Dari sisi pemberitaan, Jokowi masih dominan
dibandingkan dengan Foke. Ini merupakan efek dari
kemenangan Jokowi-Ahok pada pilkada DKI Jakarta
pada putaran pertama lalu. Selain itu, ini
memperlihatkan kinerja kedua kandidat belum
maksimal dalam memanfaatkan media.
• Tim Sukses Jokowi-Ahok terlihat lebih intens dalam
berhubungan dengan media, dibandingkan dengan
tim sukses Foke-Nara.
73. Kesimpulan
• Pemberitaan terkait Jokowi lebih banyak bersifat
positif, sedangkan Foke sebaliknya, negatif.
Keberhasilan kedua kandidat selama memimpin
daerah masing-masing dijadikan tolak ukur dalam
menilai keduanya, disamping sikap dan penerimaan
masyarakat terhadap kedua kandidat.
• Pemberitaan terkait dukungan partai lebih banyak
ditujukan kepada Foke. Sementara Jokowi banyak
mendapatkan dukungan dari tokoh masyarakat,
selebriti dan kalangan intelektual.
74. Kesimpulan
• Banyaknya kebakaran yang terjadi di Jakarta
menjadikannya menjadi isu daerah yang sering
dibahas, baik oleh kandidat maupun tim suksenya
menjelang pilkada DKI Jakarta putaran kedua.
Disamping ada juga isu ekonomi, sosial dan
kemiskinan.
• Isu sensitif lainnya yang cukup banyak menyita
perhatian publik menjelang pilkada putara kedua ini
adalah isu SARA yang banyak dilontarkan oleh
pemuka agama kepada pasangan Jokowi-Ahok.
75. Kesimpulan
• Pasangan Jokowi-Ahok dipandang negatif
dikalangan tokoh agama/adat karena dianggap
bukan representasi kalangan Islam. Sehingga umat
Islam di Jakarta diminta untuk tidak memilih
pasangan ini.
• Berbeda dengan tokoh agama/adat, kalangan
intelektual/akademisi justru menilai sebaliknya.
Foke dinilai gagal dalam membangun kota Jakarta
selama lima tahun memimpin Jakarta. Sehingga
sosok Jokowi dianggap lebih layak memimpin
Jakarta.
76. Kesimpulan
• Foke belum bisa memisahkan posisinya sebagai kandidat dan
sebagai pejabat Gubernur saat melakukan kunjungan ke
masyarakat, sehingga kunjungan yang dilakukan dalam
kapasitasnya sebagai Gubernur selalu bernuansa kampanye.
• Hampir semua Partai Politik menyatakan komitmennya untuk
mendukung pasangan Foke-Nara. Selain Partai Demokrat yang
menjadi pengusung utama, menjelang putaran kedua, Foke-
Nara mendapat dukungan baru dari Golkar, PKS, PPP dan
PAN. Sedangkan Jokowi tetap didukung oleh PDIP dan
Gerindra.
77. Kesimpulan
• Dua lembaga yang paling banyak mendapatkan
sorotan adalah KPUD dan Panwaslu. KPUD
mendapatkan sorotan terkait persoalan DPT dan
persiapan logistik pemilu.
• Panwanslu lebih banyak disoroti terkait
penindakannya terhadap isu-isu seputar
pemilukada seperti Money Politic, SARA dan
penayangan iklan dan spanduk di luar jadwal masa
kampanye.