SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 19
KONSERVASI TANAH DAN AIR

                                   PENDAHULUAN

       Tanah sebagai medium bagi pertumbuhan tanaman harus dapat menyediakan

unsur hara, air, dan udara yang dapat dimanfaatkan akar untuk memenuhi kebutuhan

tanaman. Untuk menyediakan kondisi yang baik bagi perkembangan akar di dalam tanah,

diperlukan sistem pori yang mudah ditembus oleh akar tanaman, mampu meresapkan air

dan pertukaran udara ke dalam tanah; tetapi harus juga mampu menahan air yang cukup

untuk mengimbangi kebutuhan evapotranspirasi tanah dan tanaman.

       Pada saat tanah ditumbuhi vegetasi alami keadaan keseimbangan persediaan unsur

hara, air dan udara di dalam tanah dapat dipelihara. Vegetasi mengambil unsur hara dan

air dari dalam tanah serta CO2 dari atmosfir untuk mensintesa bahan organik melalui

fotosintesis. Hasil fotosintesis sebagian dikeluarkan melalui akar untuk memberikan

makanan pada mikroorganisme yang hidup disekitar rhizosphere. Jaringan akar hidup

dan senyawa polisakarida yang dikeluarkan oleh mikroorganisme dapat memelihara dan

memperbaiki kemantapan agregat. Tajuk tanaman yang berkembang dapat menutupi dan

meredam energi tumbukan air hujan yang dapat merusakkan agregat tanah. Serasah

tanaman yang jatuh di atas permukaan tanah merupakan sumber energi bagi berbagai

jenis organisme tanah termasuk fauna tanah yang dapat mencampur bahan organik

dengan bahan mineral membentuk agregat mantap. Biopori (biopore) yang dibentuk oleh

fauna tanah dan akar yang melapuk merupakan pori mantap yang berbentuk silindris

mampu menyalurkan pergerakan air dan oksigen ke dalam tanah serta mudah dilewati

oleh CO2 yang dihasilkan oleh respirasi akar keluar daerah perakaran. Dengan demikian

siklus air, energi, dan unsur hara dapat menjamin kelestarian ekosistem.

       Konversi vegetasi alami dengan tanaman pertanian mengakibatkan keseimbangan

ekologik terganggu. Pembukaan lahan membuka permukaan lahan bagi tumbukan air

hujan yang dapat merusakkan agregat dan sistem pori yang dapat mengurangi daya resap
air ke dalam tanah (infiltrasi).    Kehilangan bahan organik tanah dipercepat oleh

meningkatnya dekomposisi akibat peningkatan fluktuasi suhu tanah.         Hal ini akan

menurunkan kemantapan agregat tanah, kapasitas infiltrasi, kapasitas menahan air,

kapasitas tukar kation, daya sangga (buffering capacity) tanah terhadap perubahan reaksi

tanah, cadangan unsur hara, dan sumber energi bagi aktivitas biologis yang membantu

pemulihan kondisi fisik dan kimiawi tanah.

       Pada pertanian sederhana seperti sistem perladangan berpindah, keadaan

kerusakan lahan tersebut dicerminkan oleh penurunan produksi tanaman yang kemudian

ditinggalkan sampai tercapainya pemulihan keseimbangan ekologik baru. Pada pertanian

menetap usaha pemulihan kondisi fisik diusahakan dengan pengolahan tanah, serta

kehilangan unsur hara melalui hasil yang dipanen diimbangi dengan pemupukan.

Cepatnya daya tanggap perbaikan pertumbuhan tanaman terhadap pemberian pupuk

buatan telah mengesampingkan pentingnya penambahan bahan organik untuk

mengimbangi kehilangan bahan organik tanah yang dipercepat oleh pengolahan tanah

yang makin sering dilakukan.

       Pada pertanian lahan kering cepatnya penurunan kandungan bahan organik tanah

mengakibatkan berkurangnya kemantapan agregat yang dicerminkan oleh mudah

memadatnya tanah setelah pengolahan tanah, sehingga pengolahan tanah makin sering

dilakukan. Selain biaya pengolahan tanah menjadi semakin mahal pengolahan tanah yang

makin intensif makin mempercepat kehilangan bahan organik tanah, serta menurunkan

kemantapan agregat, biopore, dan pori makro di antara agregat tanah. Laju peresapan air

hujan ke dalam tanah menjadi berkurang dan kelebihan air yang tidak dapat meresap ke

dalam tanah akan mengakibatkan genangan di atas permukaan tanah yang datar

memperburuk aerasi; atau kelebihan air tanah tersebut akan mengalir sebagai aliran

permukaan mengikuti kemiringan lereng sambil mengangkut partikel liat dan bahan

organik serta unsur hara yang terlarut. Keadaan tersebut makin lama dirasakan makin
mempersulit petani yang harus mengeluarkan biaya pengolahan tanah dan pemupukan

yang makin mahal.

        Makin mahalnya ongkos tenaga kerja dan harga pupuk makin memperkecil

tingkat keuntungan yang dapat diperoleh dari produksi tanaman yang dihasilkan. Hal ini

sangat dirasakan oleh petani miskin dengan luas garapan sempit. Makin berkurangnya

pendapatan petani akan mengurangi kemampuan petani untuk membiayai usaha

pemeliharaan tingkat kesuburan tanah sehingga makin memerosotkan produktivitas lahan.

Kerusakan lahan pertanian berlereng curam akan lebih dipercepat oleh terjadinya erosi

yang mengakibatkan kerugian baik pada lahan itu sendiri (on site) dan lingkungan

sekitarnya (off site).

        Perluasan lahan pertanian pada lahan yang tidak sesuai untuk pertanian tersebut

seringkali dilakukan pada kawasan hutan lindung yang berfungsi sebagai daerah

tangkapan air (catchment) untuk pengisian air bawah tanah. Rusaknya fungsi hidrologik

kawasan ini akan mengurangi sumber air untuk pengairan, pembangkit tenaga listrik, air

minum, dan penyangga intrusi air laut.

        Kerusakan lahan dilaporkan terus terjadi dan mengakibatkan meluasnya lahan

kritis baik di daerah berpenduduk padat seperti pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa

yang berpenduduk jarang. Berbagai usaha rehabilitasi lahan telah diusahakan dengan

berbagai proyek konservasi tanah dan air yang dilakukan pada lahan kritis maupun lahan

yang masih digarap untuk pertanian.       Tingkat keberhasilan usaha tersebut sangat

ditentukan oleh partisipasi para penggarap lahan untuk mulai dan meneruskan penerapan

tindakan konservasi tanah dan air secara berkelanjutan. Mengingat keterbatasan tingkat

pendidikan, keterampilan, peralatan, dan sumber dana yang dimiliki oleh petani, maka

teknik konservasi tanah dan air yang perlu diperkenalkan untuk diterapkan sebaiknya

teknik yang bersifat tepat guna dalam arti mudah dan murah namun cukup efektif.
I. PEMBUATAN DAN PEMAKAIAN RANGKA-A (A-FRAME)
                   UNTUK PEMBUATAN KONTUR DI LAPANGAN

Pendahuluan

     Rangka-A (A-Frame) adalah alat berbentuk huruf A kapital yang digunakan untuk

menentukan titik-titik yang mempunyai ketinggian (elevasi) yang sama pada permukaan

lahan yang miring, sehingga dapat ditarik garis kontur di lapangan. Pembuatan garis

kontur pada lahan miring sangat penting untuk menentukan arah bangunan konservasi

seperti saluran, guludan, teras, strip-strip dan barisan tanaman memotong lereng; sehingga

dapat mengurangi laju aliran permukaan dan erosi yang mungkin terjadi.

     Dibandingkan alat bantu pembuatan kontur di lapangan lainnya seperti T0, Abney

Level, dan selang air; Rangka-A lebih mudah dibuat dengan menggunakan bahan yang

mudah dijumpai di lapang serta dapat digunakan seorang diri tanpa bantuan orang lain.


Prinsip dan Cara Pembuatan Rangka-A

     Bentuk huruf A kapital baik yang simetris maupun tidak merupakan bentuk

segitiga. Garis tinggi yang ditarik dari titik puncak segitiga adalah garis tegak lurus

terhadap garis alas segitiga (garis yang menghubungkan kedua titik kaki rangka-A.

     Apabila garis tinggi ini berimpit dengan garis vertikal, berarti garis alas segitiga

merupakan garis horizontal, yang berarti titik kaki rangka-A mempunyai elevasi yang

sama. Garis vertikal dapat dibentuk dengan seutas tali dipasang pada titik puncak huruf A

yang diregangkan oleh pemberat karena tarikan gaya gravitasi seperti terlihat pada

Gambar 1.




                            Gambar 1. Berbagai Bentuk Rangka-A
Sembarang bentuk Rangka-A dapat dibuat dari 3 potong batang kayu atau bambu

   kecil menyerupai huruf A kapital dengan memakukan atau mengikatkan satu sama lain

   sedemikian rupa sehingga setiap sudutnya tidak dapat berubah. Setiap titik silang

   potongan dibuat bidang singgung yang rata dan dipaku dengan 2 buah paku. Bila kayu

   tidak dapat dipaku dilakukan pengikatan, sebagai siku penguat dapat digunakan potongan

   cabang ranting kayu. Seutas benang dengan pemberat diikatkan pada titik silang puncak

   Rangka-A.

         Untuk memberi tanda titik singgung garis tinggi dengan garis datar, Rangka-A

   diberdirikan pada permukaan horizontal, misalnya kedua kakinya disentuhkan pada lantai

   atau permukaan air yang tenang. Tunggu sampai pemberat setimbang (berhenti berayun),

   titik singgung benang dengan garis datar (titik A) diberi tanda yang jelas dan tidak mudah

   hilang.


   Cara Pembuatan Kontur Dengan Rangka-A

1. Pasang patok 1 sebagai titik awal.

2. Letakkan salah satu kaki Rangka-A pada titik awal (patok 1), geserkan kaki yang lainnya

   pada permukaan lahan sehingga benang berimpit pada titik A, tancapkan Patok 2. Patok

   1 mempunyai elevasi yang sama dengan Patok 2 (Gambar 2).

3. Teruskan seperti langkah 2 untuk memasang Patok 3, 4 dan seterusnya yang mempunyai

   elevasi yang sama, sehingga dapat dihubung-kan sebagai garis kontur.
Gambar 2. Membuat Garis Kontur dengan Rangka-A



                               II. PEMBUATAN TERAS GULUD

   Pendahuluan

         Teras gulud adalah teras yang dibuat dengan menggali saluran dan membuat

   guludan menurut kontur.      Saluran dan guludan berfungsi untuk menampung dan

   menghambat aliran permukaan, sehingga dapat mengurangi erosi pada pertanian lahan

   kering bertopografi miring. Teras gulud pada umumnya dibangun pada lahan dengan

   kemiringan lereng < 15 %.      Dengan waktu, saluran akan terisi sedimen, sehingga

   efektivitas untuk menampung dan menghambat aliran permukaan berkurang. Bila aliran

   permukaan melimpah di atas guludan (overtopping), guludan akan rusak. Namun pe-

   meliharaan saluran teras gulud cukup sulit dilakukan karena saluran cepat penuh terisi

   oleh longsornya dinding saluran dan sedimen halus yang terangkut oleh aliran permukaan.



         Pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal untuk mengisi saluran teras

   gulud dapat mempunyai manfaat ganda, antara lain:

1. mencegah longsornya dinding saluran serta melindungi permukaan resapan dari

   tumbukan air hujan dan penyumbatan pori oleh sedimen halus,

2. dapat menghindari kemungkinan penularan hama dan penyakit tanaman yang ada pada

   sisa tanaman,

3. aktivitas organisme yang membantu proses pelapukan sisa tanaman bahkan dapat

   memperbaiki kondisi fisik tanah sekitar saluran dan meningkatkan laju peresapan air

   dalam saluran melalui biopori yang dibentuk oleh fauna tanah (terutama cacing tanah),

4. campuran kompos dan sedimen yang tertampung dalam saluran cukup gembur sehingga

   mudah diangkat dari saluran untuk dikembalikan ke bidang pertanaman setelah panen,

   dan
5. saluran yang sudah dikosongkan dapat digunakan untuk mengumpulkan dan

   mengomposkan sisa tanaman, sehingga dapat memudahkan persiapan lahan untuk musim

   tanam berikutnya.

         Dibandingkan cara pengomposan konvensional, pengomposan melalui mulsa

   vertikal lebih mudah dilakukan karena pengumpulan sisa tanaman dan pengembalian

   kompos yang dihasilkan cukup dekat dengan bidang pertanaman. Kelembaban dan suhu

   selama pengomposan dapat diatur secara alami oleh perubahan kelembaban tanah di

   sekitar saluran. Unsur hara dan mikroba yang terangkut dari bidang pertanaman dapat

   memperkaya unsur hara dan inokula mikroba yang diperlukan untuk mempercepat proses

   pengomposan.


   Cara pembuatan

         Setelah lahan dibersihkan dengan menebas gulma dan sisa tanaman, dilakukan:

1. pemasangan ajir/patok kontur dengan menggunakan alat Rangka A (A frame),

2. membuat batas saluran selebar 30 cm mengikuti ajir/patok kontur,

3. menggali saluran sedalam 30 cm, tanah galian ditumpukkan membentuk guludan di sisi

   bawah/hilir saluran, dan

4. mengumpulkan sisa tanaman dan gulma ke dalam saluran sebagai mulsa vertikal (Gambar

   3).




                                 Gambar 3. Membuat Teras Gulud
Bidang olah dapat segera dipersiapkan untuk pertanaman, sebaiknya dilakukan

pengolahan tanah konservasi yaitu pengolahan tanah minimum atau tanpa olah tanah

(TOT). Pengolahan tanah minimum dilakukan untuk mencampiurkan pupuk/kapur yang

ditaburkan pada baris tanaman yang direncanakan; sedangkan TOT dilakukan dengan

hanya membersihkan alur baris tanaman (Gambar 4).




                    Gambar 4. Pengaturan Baris Tanaman Menurut Kontur



Pemeliharaan

     Pemeliharaan saluran dan guludan dilakukan setelah tanaman dipanen. Campuran

kompos dan sedimen dikeluarkan dari dalam saluran dengan cangkul untuk dikembalikan

pada bidang pertanaman di bagian hulu/atas saluran dari mana sisa tanaman dan sedimen

berasal. Pemeliharaan saluran lebih mudah dilakukan karena campuran kompos dan

sedimen cukup gembur, sehingga sangat mudah diangkat untuk dikembalikan pada

bidang pertanaman. Guludan yang rusak diperbaiki, rumput penguat guludan dipangkas

(tidak perlu dimatikan).

     Saluran yang telah dikosongkan siap diisi dengan sisa tanaman dan gulma yang

telah ditebas dari bidang pertanaman dan guludan. Dengan demikian pengumpulan dan

pengomposan sisa tanaman dipermudah dan tidak perlu diangkut terlalu jauh keluar

lahan; serta persiapan pertanaman berikutnya tidak terganggu oleh adanya sisa tanaman.
Kemiringan lahan dapat dipelihara dengan pengembalian kompos dan sedimen,

sehingga memungkinkan berlangsungnya proses drainase secara alami mengikuti

kemiringan lereng. Luas bidang pertanaman tidak berkurang serta sifat fisik, kimia dan

biologi tanah secara berangsur diperbaiki dengan pengembalian kompos yang

berkesinambungan.



                           III. PEMBUATAN TERAS KREDIT

Pendahuluan

     Teras kredit adalah teras yang dibangun dengan membuat guludan menurut kontur

dari tanah galian saluran di sisi bawahnya (hilir). Guludan berfungsi untuk menghambat

aliran permukaan dan menampung sedimen yang terangkut dari bidang pertanaman.

Aliran permukaan yang melimpah di atas guludan (overtopping), akan tertampung dan

diresapkan pada saluran di bawahnya, sehingga tidak meningkatkan erosi pada petakan di

bawahnya. Setiap akhir musim pertanaman guludan diperbaiki dan ditinggikan dengan

mengangkat tanah dari saluran, sehingga akan terjadi teras bangku secara berangangsur

karena pengikisan dan pengendapan oleh aliran permukaan. Teras bangku yang terbentuk

akan lebih mantap dan pengurangan luas bidang pertanaman terjadi secara bertahap.

     Teras kredit dapat dibangun pada lahan dengan kemiringan lereng >15%. Untuk

mempermudah pemeliharaan dan meningkatkan laju peresapan air saluran teras kredit,

saluran dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal.

Dengan demikian saluran akan dapat meresapkan limpahan aliran permukaan dari

petakan di atasnya, sehingga dapat mengurangi resiko erosi pada petakan di bawahnya.

Pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal untuk mengisi saluran teras kredit juga

dapat mempermudah pengumpulan dan pengomposan sisa tanaman, meningkatkan laju

peresapan air ke dalam tanah, serta memudahkan pengembalian campuran kompos dan

sedimen untuk memperbaiki kondisi petakan yang tererosi.
Cara pembuatan

      Setelah lahan dibersihkan dengan menebas gulma dan sisa tanaman, dilakukan

pengukuran sudut kemiringan lereng, untuk menetapkan jarak antar saluran/guludan yang

akan dibuat sesuai dengan tinggi tampingan teras (vertical interval) yang diinginkan.

Tinggi tampingan teras tidak boleh melebihi kedalaman lapisan tanah yang tidak dapat

ditumbuhi oleh tanaman seperti lapisan padas, batu, atau bahan induk tanah.

      Pembuatan kontur dengan alat Rangka A (A frame) dan batas saluran, dilakukan

seperti pada pembuatan teras gulud.      Tetapi tanah galian hasil penggalian saluran,

ditumpukkan ke atas untuk membentuk guludan di sisi sebelah atas/hulu saluran (Gambar

5).




                   Gambar 5. Pembuatan Saluran dan Guludan Teras Kredit


      Guludan perlu diperkuat dengan tanaman pagar atau rerumputan yang berperakaran

kuat serta dapat bertahan bila ditimbun tanah pada saat guludan ditinggikan. Sisa tanaman

dan gulma dikumpulkan ke dalam saluran sebagai mulsa vertikal untuk menahan

longsornya dinding saluran dan guludan, serta meningkatkan laju peresapan air. Bila laju

peresapan air di saluran lambat, perlu dibuat lubang resapan biopori (LRB) di dasar

saluran setiap jarak 1 – 2 m (Bab ).

Pemeliharaan
Setiap akhir musim pertanaman, kompos dalam saluran diangkat dan disebarkan ke

bidang olah (Gambar 6).




                                            !

   Gambar 6. Teras Kredit dengan Pengurangan Kemiringan Lereng Secara Berangsur.


     Guludan ditinggikan dengan mengangkat tanah dari saluran, sehingga akan terjadi

teras bangku secara berangangsur karena pengikisan dan pengendapan oleh aliran

permukaan (Gambar 7). Teras bangku yang terbentuk secara berangsur lebih mantap

dibandingkan dengan teras bangku yang dibangun melalui penggalian dan penimbunan

sekaligus.




                Gambar 7. Teras Bangku yang Terbentuk Secara Berangsung
IV. BUDIDAYA LORONG

Pendahuluan

     Budidaya lorong (alley cropping) merupakan salah satu bentuk wana tani

(agroforestry) yang memadukan budidaya tanaman pangan (tanaman semusim) dengan

budidaya tanaman pepohonan (tanaman tahunan). Pada sistem budidaya lorong, tanaman

pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar (hedge rows).

     Efektivitas budidaya lorong pada lahan pertanian berlereng miring untuk

pengendalian aliran permukaan dan erosi ditentukan oleh perkembangan barisan tanaman

pagar, serta jarak antar barisan tanaman pagar. Pada awal penerapan budidaya lorong

aliran permukaan dan erosi dapat menerobos di antara tanaman pagar yang baru mulai

ditanam dan belum tumbuh merapat, meskipun ditanam lebih dari satu baris tanaman.

     Aliran permukaan dan erosi yang terjadi dapat menghambat pertumbuhan tanaman

pagar yang belum kuat menahan aliran permukaan. Setelah tanaman pagar sudah tumbuh

besarpun aliran permukaan masih dapat lolos menerobos barisan tanaman pagar. Tanpa

adanya pembatas, akar tanaman pagar yang telah berkembang dapat menimbulkan

persaingan penyerapan air dan unsur hara antara tanaman pagar dengan tanaman budidaya

yang dapat mengurangi produksi tanaman pangan yang dibudidayakan.

     Untuk meningkatkan efektivitas budidaya lorong dalam pengendalian aliran

permukaan dan erosi serta mengurangi dampak negatif persaingan air, hara dan sinar

matahari; diperlukan usaha penyempurnaan dengan membuat saluran dan guludan

mengikuti kontur seperti pada teras gulud atau teras kredit. Kemudian saluran diisi sisa

tanaman sebagai mulsa vertikal. Saluran bermulsa sangat penting untuk menangkap,

menampung dan meresapkan air aliran permukaan, sekaligus dapat membatasi persaingan

penyerapan air dan unsur hara oleh perkembangan akar tanaman pagar ke bidang

pertanaman budidaya (Gambar 8).
Gambar 8. Mulsa Vertikal pada Budidaya Lorong


     Saluran juga berfungsi untuk mengumpulkan sisa tanaman dan pangkasan tanaman

pagar untuk mempermudah pengelolaan sisa tanaman melalui proses pengomposan

setempat (in situ).   Tanaman pagar yang ditanam pada guludan berfungsi untuk

memperkuat guludan sebagai penghambat aliran permukaan.

     Untuk peningkatan pendapatan petani, dapat ditanam tanaman pagar berupa strip

tanaman buah-buahan tahunan (pepohonan/perdu). Diantara tanaman pepohonan dapat

ditumpang-sarikan dengan tanaman obat-obatan atau tanaman umbi-umbian tahan

naungan. Penanaman strip tanaman pohonan merupakan upaya penting untuk menjaga

kelestarian dan kenyamanan lingkungan.     Strip tanaman pepohonan dapat berfungsi

sebagai penghambat kecepatan angin (wind break) yang dapat mengurangi kehilangan air

melalui penguapan.

     Tanaman pepohonan mempunyai sistem perakaran yang dalam sehingga dapat

mengambil air dan unsur hara yang meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam; sehingga

tidak dapat diambil oleh perakaran tanaman pangan yang relatif lebih dangkal. Air dan

unsur hara yang diserap perakaran tanaman pagar kemudian dapat dikembalikan ke

lapisan atas melalui pengembalian hasil pangkasan tanaman pagar ke dalam tanah.

Perakaran tanaman pagar juga dapat menangkap unsur hara yang tercuci ke bawah
Dengan demikian pendaurulangan unsur hara yang efisien dari lapisan tanah yang dalam

ke lapisan atas melalui bantuan tanaman pepohonan (Gambar 9).




             Gambar 9. Strip Tanaman Budidaya di Lorong Strip Tanaman Pagar.


     Strip permanen tanaman pepohonan juga dapat merupakan habitat burung yang

menjadi predator berbagai macam serangga hama tanaman. Untuk supaya strip tanaman

pepohonan ini dapat dipelihara dengan baik oleh petani, perlu dipilih tanaman yang

mempunyai nilai ekonomis, sebagai sumber tambahan pendapatan petani. Selain tanaman

pagar legum penghasil kayu bakar dan bahan organik seperti Turi (Sesbania sp.),

Kaliandra (Calliandra calothyrsus), Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Gamal

(Gliricidia sepium); penanaman pohon buah-buahan yang bernilai ekonomis dapat

dilakukan dalam strip tanaman pagar yang lebih luas.



                       V. PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI

Pendahuluan

     Masalah utama yang sering dijumpai pada pertanian lahan kering adalah penurunan

kandungan bahan organik tanah yang cepat dan ketersediaan air yang tergantung pada

curah hujan (tadah hujan). Karena suhu dan kelembaban yang tinggi, secara alami laju

penurunan kandungan bahan organik di daerah tropika diperkirakan 4 kali lebih cepat
dibandingkan dengan yang terjadi di daerah beriklim sedang. Laju penurunan bahan

organik tanah lebih dipercepat lagi oleh pengolahan tanah yang intensif, adanya

pengangkutan dan pembakaran sisa tanaman, dan pengangkutan oleh erosi pada pertanian

lahan kering berlereng.

     Pada pertanian lahan kering cepatnya penurunan kandungan bahan organik tanah

mengakibatkan berkurangnya kemantapan agregat tanah yang dicerminkan oleh mudah

memadatnya tanah setelah pengolahan tanah, sehingga pengolahan tanah makin sering

dilakukan. Selain biaya pengolahan tanah menjadi semakin mahal pengolahan tanah yang

makin intensif dapat mempercepat kehilangan bahan organik tanah, menurunkan

kemantapan agregat, merusak biopori (lubang yang dibuat oleh cacing dan akar) dan pori

makro di antara agregat tanah, membunuh fauna tanah serta mengurangi populasi dan

aktivitas mikroba. Peresapan air hujan ke dalam tanah berkurang dan kelebihan air yang

tidak dapat meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan aliran permukaan mengikuti

kemiringan lereng sambil mengangkut partikel liat dan bahan organik serta unsur hara

yang terlarut. Keadaan tersebut mendorong terjadinya proses pemiskinan tanah yang

makin lama makin memperberat petani petani miskin untuk mengeluarkan tambahan

biaya pengolahan tanah dan pemupukan.

     Pengolahan tanah konvensional merupakan aktivitas budidaya pertanian yang

memerlukan korbanan waktu, tenaga dan biaya yang cukup tinggi. Dengan jumlah tenaga

kerja keluarga yang terbatas kegiatan pengolahan tanah konvensional mengakibatkan

tertundanya waktu tanam, sehingga kesempatan untuk memanfaatkan ketersediaan air

menjadi berkurang.

     Untuk mengurangi resiko dampak negatif pengolahan tanah konvensional, perlu

dilakukan pengolahan tanah konservasi, yaitu dengan pengolahan tanah minimum

(minimum tillage) atau tanpa olah tanah (zero/no tillage).    Pada pengolahan tanah

minimum, pengolahan tanah hanya dilakukan dengan mengolah tanah pada calon barisan
tanaman.   Pada lahan miring, barisan tanaman dibuat mengikuti kontur.        Sebelum

dilakukan pengolahan tanah minimum, sisa tanaman ditebas, gulma dimatikan dengan

penebasan atau penyemprotan dengan herbisida. Sisa tanaman sebaiknya dimanfaatkan

sebagai mulsa vertikal. Kontur saluran mulsa vertikal dapat dipakai sebagai pedoman

untuk penaburan pupuk dan kapur pada barisan tanaman yang direncanakan. Pengolahan

tanah dilakukan sambil mencampurkan masukan kapur dan pupuk ke dalam tanah

sehingga tidak mudah dihanyutkan oleh aliran permukaan.

     Pencampuran pupuk dan kapur ke dalam tanah pada calon barisan tanaman juga

penting dalam usaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemakaian pupuk dan kapur

dekat daerah perakaran tanaman. Dengan cara ini diharapkan kebutuhan pupuk dan kapur

dapat ditekan (Gambar 10).




                Gambar 10. Pengolahan Tanah Minimum Mengikuti Kontur.



     Untuk menanam tanaman dengan jarak tanam yang rapat, perlu dilakukan

modifikasi pengturan jarak tanam; yaitu dengan sistem baris tanam ganda (double/tripple

rows = tandur jajar legowo), dimana jarak antar baris di dalam baris ganda hampir sama

dengan jarak dalam barisan, sehingga untuk memperoleh populasi (jumlah) tanaman

persatuan luas didapatkan jarak antar baris ganda (gawangan) yang cukup lebar.

Pengolahan tanah dilakukan untuk menggemburkan tanah pada calon baris ganda,
sedangkan gawangannya dibiarkan tidak diolah, dan dapat leluasa dilewati untuk

melakukan penanaman, pemupukan dan pemeliharaan tanaman. Untuk meningkatkan

intensitas penanaman, gawangan dapat dipersiapkan untuk penanaman tanaman kedua

sebelum tanaman pertama dipanen (relay intercropping).

     Pada tanpa olah tanah, sisa tanaman dan gulma dimatikan dengan herbisida. Sisa

tanaman dan gulma yang sudah mati dan mengering dirobohkan, disisihkan dari calon

barisan tanaman.    Benih tanaman langsung ditugalkan pada barisan tanaman yang

direncanakan. Pupuk/kapur diberikan dalam alur yang dibuat di samping barisan tanaman

atau ditugalkan di samping tanam-an.      Penggemburan tanah baru dilakukan setelah

tanaman tumbuh, sambil melakukan penyiangan gulma dan pembumbunan pada masa

pemeliharaan tanaman.       Dengan demikian pengolahan tanah konservasi dapat

menghindari tertundanya penanaman untuk dapat memanfaatkan ketersediaan air

seefisien mungkin, mengurangi pemborosan tenaga dan biaya pengolahan tanah, serta

menyebarkan ketersediaan tenaga secara merata sepanjang musim pertanaman.



                    VI. PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI

Pendahuluan

     Lubang resapan biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat ke dalam tanah

dengan diameter 10 – 30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau jangan melebihi kedalaman

muka air tanah. Lubang diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori.

Biopori adalah pori berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna

tanah atau akar tanaman.

     LRB adalah teknologi tepat guna ramah lingkungan untuk meningkatkan laju

peresapan air hujan dan memanfaatkan sampah organik ke dalam tanah. Manfaat LRB:

(1) memelihara cadangan air tanah, (2) mencegah terjadinya keamblesan (subsidence) dan

keretakan tanah, (3) menghambat intrusi air laut, (4 )mengubah sampah organik menjadi
kompos, (5) meningkatkan kesuburan tanah, (6) menjaga keanekaragaman hayati dalam

  tanah, (7) mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh adanya genangan air seperti demam

  berdarah, malaria, kaki gajah dsb., (8) mengurangi masalah pembuangan sampah yang

  mengakibatkan pencemaran udara dan perairan (9) mengurang emisi gas rumah kaca

  (CO2 dan metan), (10) mengurangi banjir, longsor, dan kekeringan


  Cara pembuatan

  1. Lokasi Pembuatan LRB:

        LRB dapat dibuat di dasar saluran yang semula dibuat untuk membuang air hujan

  (Gambar 11), di dasar alur yang dibuat sekeliling batang pohon (Gambar 12) atau batas

  taman (Gambar 13).


1. Buat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter 10 cm, kedalaman sekitar 100 cm

  atau jangan melampaui kedalaman air tanah pada dasar saluran atau alur yang telah

  dibuat. Jarak antar lubang 50-100 cm.

2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar 2-3 cm, setebal 2 cm

  disekeliling mulut lubang.

3. Segera isi lubang LRB dengan sampah organik yang berasal dari sisa tanaman yang

  dihasilkan dari dedaunan pohon, pangkasan rumput dari halaman atau sampah dapur.

4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang

  menyusut karena proses pelapukan.

5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau

  bersamaan dengan pemeliharaan lubang.



  3. Jumlah LRB yang Perlu Dibuat:

        Banyaknya lubang yang perlu dibuat dapat dihitung menggunakan persamaan:

             Jumlah LRB: Intensitas hujan (mm/jam) x Luas bidang kedap (m2)
Laju peresapan air perlubang (liter/jam)


     Sebagai contoh untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat),

dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2 bidang

kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100): 180 = 28 lubang.

     Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm kedalaman 100 cm, setiap lubang dapat

menampung 7,8 liter sampah organik, berarti tiap lubang dapat diisi sampah organik

dapur 2-3 hari. Dengan demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi sampah organik yang

dihasilkan selama 56 – 84 hari, dimana dalam kurun waktu tersebut lubang perlu diisi

kembali.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Materi persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pksMateri persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pks
ju adi
 
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Rizka Pratiwi
 
7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman
selona
 
Penetapan kadar air tanah menurut kurva p f
Penetapan kadar air tanah menurut kurva p fPenetapan kadar air tanah menurut kurva p f
Penetapan kadar air tanah menurut kurva p f
Dicky Pulungan
 

Was ist angesagt? (20)

Bab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahBab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanah
 
Ppt Limbah B3
Ppt Limbah B3Ppt Limbah B3
Ppt Limbah B3
 
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
 
Kamus, Istilah dan Definisi Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Kamus, Istilah dan Definisi Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Kamus, Istilah dan Definisi Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Kamus, Istilah dan Definisi Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
 
Materi persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pksMateri persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pks
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
 
pengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampahpengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampah
 
Sni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersihSni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersih
 
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
 
7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman
 
Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdf
Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdfRincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdf
Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.pdf
 
10 irigasi permukaan
10   irigasi permukaan10   irigasi permukaan
10 irigasi permukaan
 
Penetapan kadar air tanah menurut kurva p f
Penetapan kadar air tanah menurut kurva p fPenetapan kadar air tanah menurut kurva p f
Penetapan kadar air tanah menurut kurva p f
 
Pembuatan pupuk cair organik
Pembuatan pupuk cair organikPembuatan pupuk cair organik
Pembuatan pupuk cair organik
 
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis MasyarakatTPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
 

Andere mochten auch (6)

Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
 
Makalah iis
Makalah iisMakalah iis
Makalah iis
 
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
 
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
 
Rekling03 konservasi
Rekling03 konservasiRekling03 konservasi
Rekling03 konservasi
 
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah adaMetode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
 

Ähnlich wie Modul konservasi tanah

Pertemuan 2-Jaringan Irigasi DAN SEMUANYA HSVDHHDGEY.pptx
Pertemuan 2-Jaringan Irigasi DAN SEMUANYA HSVDHHDGEY.pptxPertemuan 2-Jaringan Irigasi DAN SEMUANYA HSVDHHDGEY.pptx
Pertemuan 2-Jaringan Irigasi DAN SEMUANYA HSVDHHDGEY.pptx
farhelgod
 
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-airPerencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Iren Doke
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Posma Andri Octavia Siagian
 
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkkTopik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Dedi Kusnadi Kalsim
 
2. BAB I (Pendahuluan).pdf
2. BAB I (Pendahuluan).pdf2. BAB I (Pendahuluan).pdf
2. BAB I (Pendahuluan).pdf
AlusHidayati1
 
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIEFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
Repository Ipb
 

Ähnlich wie Modul konservasi tanah (20)

Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
 
Konservasi tanah dan air.
Konservasi tanah dan air.Konservasi tanah dan air.
Konservasi tanah dan air.
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
 
Pertemuan 2-Jaringan Irigasi DAN SEMUANYA HSVDHHDGEY.pptx
Pertemuan 2-Jaringan Irigasi DAN SEMUANYA HSVDHHDGEY.pptxPertemuan 2-Jaringan Irigasi DAN SEMUANYA HSVDHHDGEY.pptx
Pertemuan 2-Jaringan Irigasi DAN SEMUANYA HSVDHHDGEY.pptx
 
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganDrainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
 
Bab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan airBab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan air
 
EKOHIDROLOGI.docx
EKOHIDROLOGI.docxEKOHIDROLOGI.docx
EKOHIDROLOGI.docx
 
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi AgroteknologiIrigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
 
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-airPerencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
 
9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian
9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian
9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian
 
MK Irigasi dan Drainase Bab 5 pemberian air dan efisiensi plus tugas
MK Irigasi dan Drainase Bab 5 pemberian air dan efisiensi plus tugasMK Irigasi dan Drainase Bab 5 pemberian air dan efisiensi plus tugas
MK Irigasi dan Drainase Bab 5 pemberian air dan efisiensi plus tugas
 
Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambang
 
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainaseModul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
 
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkkTopik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
 
Lubang sedalam 1 meter yang bisa mencegah banjir
Lubang sedalam 1 meter yang bisa mencegah banjirLubang sedalam 1 meter yang bisa mencegah banjir
Lubang sedalam 1 meter yang bisa mencegah banjir
 
2. BAB I (Pendahuluan).pdf
2. BAB I (Pendahuluan).pdf2. BAB I (Pendahuluan).pdf
2. BAB I (Pendahuluan).pdf
 
Pengolahan tanah tanaman padi.docx
Pengolahan tanah tanaman padi.docxPengolahan tanah tanaman padi.docx
Pengolahan tanah tanaman padi.docx
 
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIEFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
 

Mehr von Pekerja Sosial Masyarakat

Mehr von Pekerja Sosial Masyarakat (20)

PENGENALAN OpenSID.pptx
PENGENALAN OpenSID.pptxPENGENALAN OpenSID.pptx
PENGENALAN OpenSID.pptx
 
Infaq Dan Shadaqah
Infaq Dan ShadaqahInfaq Dan Shadaqah
Infaq Dan Shadaqah
 
draf Proposal Ponpes.pdf
draf Proposal Ponpes.pdfdraf Proposal Ponpes.pdf
draf Proposal Ponpes.pdf
 
prestasi desa.pptx
prestasi desa.pptxprestasi desa.pptx
prestasi desa.pptx
 
Visi misi desa biaung
Visi misi desa biaungVisi misi desa biaung
Visi misi desa biaung
 
Buku panduan bpd
Buku panduan bpdBuku panduan bpd
Buku panduan bpd
 
Modul zakat 2021_kabupaten_sukabumi
Modul zakat 2021_kabupaten_sukabumiModul zakat 2021_kabupaten_sukabumi
Modul zakat 2021_kabupaten_sukabumi
 
Buku pedoman _rt_rw_pencegahan_covid
Buku pedoman _rt_rw_pencegahan_covidBuku pedoman _rt_rw_pencegahan_covid
Buku pedoman _rt_rw_pencegahan_covid
 
Paparan strategi percepatan odf
Paparan strategi percepatan odfPaparan strategi percepatan odf
Paparan strategi percepatan odf
 
Peraturan informasi no_1_2018
Peraturan informasi no_1_2018Peraturan informasi no_1_2018
Peraturan informasi no_1_2018
 
Power point bpd
Power point  bpdPower point  bpd
Power point bpd
 
Lampiran 11 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 11  Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 11  Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 11 Perda Cianjur No 17 2012
 
Lampiran 10 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 10  Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 10  Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 10 Perda Cianjur No 17 2012
 
Lampiran 06 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 06   Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 06   Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 06 Perda Cianjur No 17 2012
 
Lampiran 03 Perda Kab. Cianjur no 17 2012
Lampiran 03  Perda Kab. Cianjur no 17 2012Lampiran 03  Perda Kab. Cianjur no 17 2012
Lampiran 03 Perda Kab. Cianjur no 17 2012
 
Lampiran 02 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 02   Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 02   Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 02 Perda Cianjur No 17 2012
 
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
 
Perda Cianjur no 17 tahun 2012
Perda Cianjur no 17 tahun 2012Perda Cianjur no 17 tahun 2012
Perda Cianjur no 17 tahun 2012
 
Kecamatan takokak dalam angka 2018
Kecamatan takokak dalam angka 2018Kecamatan takokak dalam angka 2018
Kecamatan takokak dalam angka 2018
 
Kecamatan sukanagara dalam angka 2018
Kecamatan sukanagara dalam angka 2018Kecamatan sukanagara dalam angka 2018
Kecamatan sukanagara dalam angka 2018
 

Kürzlich hochgeladen

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 

Kürzlich hochgeladen (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 

Modul konservasi tanah

  • 1. KONSERVASI TANAH DAN AIR PENDAHULUAN Tanah sebagai medium bagi pertumbuhan tanaman harus dapat menyediakan unsur hara, air, dan udara yang dapat dimanfaatkan akar untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Untuk menyediakan kondisi yang baik bagi perkembangan akar di dalam tanah, diperlukan sistem pori yang mudah ditembus oleh akar tanaman, mampu meresapkan air dan pertukaran udara ke dalam tanah; tetapi harus juga mampu menahan air yang cukup untuk mengimbangi kebutuhan evapotranspirasi tanah dan tanaman. Pada saat tanah ditumbuhi vegetasi alami keadaan keseimbangan persediaan unsur hara, air dan udara di dalam tanah dapat dipelihara. Vegetasi mengambil unsur hara dan air dari dalam tanah serta CO2 dari atmosfir untuk mensintesa bahan organik melalui fotosintesis. Hasil fotosintesis sebagian dikeluarkan melalui akar untuk memberikan makanan pada mikroorganisme yang hidup disekitar rhizosphere. Jaringan akar hidup dan senyawa polisakarida yang dikeluarkan oleh mikroorganisme dapat memelihara dan memperbaiki kemantapan agregat. Tajuk tanaman yang berkembang dapat menutupi dan meredam energi tumbukan air hujan yang dapat merusakkan agregat tanah. Serasah tanaman yang jatuh di atas permukaan tanah merupakan sumber energi bagi berbagai jenis organisme tanah termasuk fauna tanah yang dapat mencampur bahan organik dengan bahan mineral membentuk agregat mantap. Biopori (biopore) yang dibentuk oleh fauna tanah dan akar yang melapuk merupakan pori mantap yang berbentuk silindris mampu menyalurkan pergerakan air dan oksigen ke dalam tanah serta mudah dilewati oleh CO2 yang dihasilkan oleh respirasi akar keluar daerah perakaran. Dengan demikian siklus air, energi, dan unsur hara dapat menjamin kelestarian ekosistem. Konversi vegetasi alami dengan tanaman pertanian mengakibatkan keseimbangan ekologik terganggu. Pembukaan lahan membuka permukaan lahan bagi tumbukan air hujan yang dapat merusakkan agregat dan sistem pori yang dapat mengurangi daya resap
  • 2. air ke dalam tanah (infiltrasi). Kehilangan bahan organik tanah dipercepat oleh meningkatnya dekomposisi akibat peningkatan fluktuasi suhu tanah. Hal ini akan menurunkan kemantapan agregat tanah, kapasitas infiltrasi, kapasitas menahan air, kapasitas tukar kation, daya sangga (buffering capacity) tanah terhadap perubahan reaksi tanah, cadangan unsur hara, dan sumber energi bagi aktivitas biologis yang membantu pemulihan kondisi fisik dan kimiawi tanah. Pada pertanian sederhana seperti sistem perladangan berpindah, keadaan kerusakan lahan tersebut dicerminkan oleh penurunan produksi tanaman yang kemudian ditinggalkan sampai tercapainya pemulihan keseimbangan ekologik baru. Pada pertanian menetap usaha pemulihan kondisi fisik diusahakan dengan pengolahan tanah, serta kehilangan unsur hara melalui hasil yang dipanen diimbangi dengan pemupukan. Cepatnya daya tanggap perbaikan pertumbuhan tanaman terhadap pemberian pupuk buatan telah mengesampingkan pentingnya penambahan bahan organik untuk mengimbangi kehilangan bahan organik tanah yang dipercepat oleh pengolahan tanah yang makin sering dilakukan. Pada pertanian lahan kering cepatnya penurunan kandungan bahan organik tanah mengakibatkan berkurangnya kemantapan agregat yang dicerminkan oleh mudah memadatnya tanah setelah pengolahan tanah, sehingga pengolahan tanah makin sering dilakukan. Selain biaya pengolahan tanah menjadi semakin mahal pengolahan tanah yang makin intensif makin mempercepat kehilangan bahan organik tanah, serta menurunkan kemantapan agregat, biopore, dan pori makro di antara agregat tanah. Laju peresapan air hujan ke dalam tanah menjadi berkurang dan kelebihan air yang tidak dapat meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan genangan di atas permukaan tanah yang datar memperburuk aerasi; atau kelebihan air tanah tersebut akan mengalir sebagai aliran permukaan mengikuti kemiringan lereng sambil mengangkut partikel liat dan bahan organik serta unsur hara yang terlarut. Keadaan tersebut makin lama dirasakan makin
  • 3. mempersulit petani yang harus mengeluarkan biaya pengolahan tanah dan pemupukan yang makin mahal. Makin mahalnya ongkos tenaga kerja dan harga pupuk makin memperkecil tingkat keuntungan yang dapat diperoleh dari produksi tanaman yang dihasilkan. Hal ini sangat dirasakan oleh petani miskin dengan luas garapan sempit. Makin berkurangnya pendapatan petani akan mengurangi kemampuan petani untuk membiayai usaha pemeliharaan tingkat kesuburan tanah sehingga makin memerosotkan produktivitas lahan. Kerusakan lahan pertanian berlereng curam akan lebih dipercepat oleh terjadinya erosi yang mengakibatkan kerugian baik pada lahan itu sendiri (on site) dan lingkungan sekitarnya (off site). Perluasan lahan pertanian pada lahan yang tidak sesuai untuk pertanian tersebut seringkali dilakukan pada kawasan hutan lindung yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment) untuk pengisian air bawah tanah. Rusaknya fungsi hidrologik kawasan ini akan mengurangi sumber air untuk pengairan, pembangkit tenaga listrik, air minum, dan penyangga intrusi air laut. Kerusakan lahan dilaporkan terus terjadi dan mengakibatkan meluasnya lahan kritis baik di daerah berpenduduk padat seperti pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa yang berpenduduk jarang. Berbagai usaha rehabilitasi lahan telah diusahakan dengan berbagai proyek konservasi tanah dan air yang dilakukan pada lahan kritis maupun lahan yang masih digarap untuk pertanian. Tingkat keberhasilan usaha tersebut sangat ditentukan oleh partisipasi para penggarap lahan untuk mulai dan meneruskan penerapan tindakan konservasi tanah dan air secara berkelanjutan. Mengingat keterbatasan tingkat pendidikan, keterampilan, peralatan, dan sumber dana yang dimiliki oleh petani, maka teknik konservasi tanah dan air yang perlu diperkenalkan untuk diterapkan sebaiknya teknik yang bersifat tepat guna dalam arti mudah dan murah namun cukup efektif.
  • 4. I. PEMBUATAN DAN PEMAKAIAN RANGKA-A (A-FRAME) UNTUK PEMBUATAN KONTUR DI LAPANGAN Pendahuluan Rangka-A (A-Frame) adalah alat berbentuk huruf A kapital yang digunakan untuk menentukan titik-titik yang mempunyai ketinggian (elevasi) yang sama pada permukaan lahan yang miring, sehingga dapat ditarik garis kontur di lapangan. Pembuatan garis kontur pada lahan miring sangat penting untuk menentukan arah bangunan konservasi seperti saluran, guludan, teras, strip-strip dan barisan tanaman memotong lereng; sehingga dapat mengurangi laju aliran permukaan dan erosi yang mungkin terjadi. Dibandingkan alat bantu pembuatan kontur di lapangan lainnya seperti T0, Abney Level, dan selang air; Rangka-A lebih mudah dibuat dengan menggunakan bahan yang mudah dijumpai di lapang serta dapat digunakan seorang diri tanpa bantuan orang lain. Prinsip dan Cara Pembuatan Rangka-A Bentuk huruf A kapital baik yang simetris maupun tidak merupakan bentuk segitiga. Garis tinggi yang ditarik dari titik puncak segitiga adalah garis tegak lurus terhadap garis alas segitiga (garis yang menghubungkan kedua titik kaki rangka-A. Apabila garis tinggi ini berimpit dengan garis vertikal, berarti garis alas segitiga merupakan garis horizontal, yang berarti titik kaki rangka-A mempunyai elevasi yang sama. Garis vertikal dapat dibentuk dengan seutas tali dipasang pada titik puncak huruf A yang diregangkan oleh pemberat karena tarikan gaya gravitasi seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Berbagai Bentuk Rangka-A
  • 5. Sembarang bentuk Rangka-A dapat dibuat dari 3 potong batang kayu atau bambu kecil menyerupai huruf A kapital dengan memakukan atau mengikatkan satu sama lain sedemikian rupa sehingga setiap sudutnya tidak dapat berubah. Setiap titik silang potongan dibuat bidang singgung yang rata dan dipaku dengan 2 buah paku. Bila kayu tidak dapat dipaku dilakukan pengikatan, sebagai siku penguat dapat digunakan potongan cabang ranting kayu. Seutas benang dengan pemberat diikatkan pada titik silang puncak Rangka-A. Untuk memberi tanda titik singgung garis tinggi dengan garis datar, Rangka-A diberdirikan pada permukaan horizontal, misalnya kedua kakinya disentuhkan pada lantai atau permukaan air yang tenang. Tunggu sampai pemberat setimbang (berhenti berayun), titik singgung benang dengan garis datar (titik A) diberi tanda yang jelas dan tidak mudah hilang. Cara Pembuatan Kontur Dengan Rangka-A 1. Pasang patok 1 sebagai titik awal. 2. Letakkan salah satu kaki Rangka-A pada titik awal (patok 1), geserkan kaki yang lainnya pada permukaan lahan sehingga benang berimpit pada titik A, tancapkan Patok 2. Patok 1 mempunyai elevasi yang sama dengan Patok 2 (Gambar 2). 3. Teruskan seperti langkah 2 untuk memasang Patok 3, 4 dan seterusnya yang mempunyai elevasi yang sama, sehingga dapat dihubung-kan sebagai garis kontur.
  • 6. Gambar 2. Membuat Garis Kontur dengan Rangka-A II. PEMBUATAN TERAS GULUD Pendahuluan Teras gulud adalah teras yang dibuat dengan menggali saluran dan membuat guludan menurut kontur. Saluran dan guludan berfungsi untuk menampung dan menghambat aliran permukaan, sehingga dapat mengurangi erosi pada pertanian lahan kering bertopografi miring. Teras gulud pada umumnya dibangun pada lahan dengan kemiringan lereng < 15 %. Dengan waktu, saluran akan terisi sedimen, sehingga efektivitas untuk menampung dan menghambat aliran permukaan berkurang. Bila aliran permukaan melimpah di atas guludan (overtopping), guludan akan rusak. Namun pe- meliharaan saluran teras gulud cukup sulit dilakukan karena saluran cepat penuh terisi oleh longsornya dinding saluran dan sedimen halus yang terangkut oleh aliran permukaan. Pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal untuk mengisi saluran teras gulud dapat mempunyai manfaat ganda, antara lain: 1. mencegah longsornya dinding saluran serta melindungi permukaan resapan dari tumbukan air hujan dan penyumbatan pori oleh sedimen halus, 2. dapat menghindari kemungkinan penularan hama dan penyakit tanaman yang ada pada sisa tanaman, 3. aktivitas organisme yang membantu proses pelapukan sisa tanaman bahkan dapat memperbaiki kondisi fisik tanah sekitar saluran dan meningkatkan laju peresapan air dalam saluran melalui biopori yang dibentuk oleh fauna tanah (terutama cacing tanah), 4. campuran kompos dan sedimen yang tertampung dalam saluran cukup gembur sehingga mudah diangkat dari saluran untuk dikembalikan ke bidang pertanaman setelah panen, dan
  • 7. 5. saluran yang sudah dikosongkan dapat digunakan untuk mengumpulkan dan mengomposkan sisa tanaman, sehingga dapat memudahkan persiapan lahan untuk musim tanam berikutnya. Dibandingkan cara pengomposan konvensional, pengomposan melalui mulsa vertikal lebih mudah dilakukan karena pengumpulan sisa tanaman dan pengembalian kompos yang dihasilkan cukup dekat dengan bidang pertanaman. Kelembaban dan suhu selama pengomposan dapat diatur secara alami oleh perubahan kelembaban tanah di sekitar saluran. Unsur hara dan mikroba yang terangkut dari bidang pertanaman dapat memperkaya unsur hara dan inokula mikroba yang diperlukan untuk mempercepat proses pengomposan. Cara pembuatan Setelah lahan dibersihkan dengan menebas gulma dan sisa tanaman, dilakukan: 1. pemasangan ajir/patok kontur dengan menggunakan alat Rangka A (A frame), 2. membuat batas saluran selebar 30 cm mengikuti ajir/patok kontur, 3. menggali saluran sedalam 30 cm, tanah galian ditumpukkan membentuk guludan di sisi bawah/hilir saluran, dan 4. mengumpulkan sisa tanaman dan gulma ke dalam saluran sebagai mulsa vertikal (Gambar 3). Gambar 3. Membuat Teras Gulud
  • 8. Bidang olah dapat segera dipersiapkan untuk pertanaman, sebaiknya dilakukan pengolahan tanah konservasi yaitu pengolahan tanah minimum atau tanpa olah tanah (TOT). Pengolahan tanah minimum dilakukan untuk mencampiurkan pupuk/kapur yang ditaburkan pada baris tanaman yang direncanakan; sedangkan TOT dilakukan dengan hanya membersihkan alur baris tanaman (Gambar 4). Gambar 4. Pengaturan Baris Tanaman Menurut Kontur Pemeliharaan Pemeliharaan saluran dan guludan dilakukan setelah tanaman dipanen. Campuran kompos dan sedimen dikeluarkan dari dalam saluran dengan cangkul untuk dikembalikan pada bidang pertanaman di bagian hulu/atas saluran dari mana sisa tanaman dan sedimen berasal. Pemeliharaan saluran lebih mudah dilakukan karena campuran kompos dan sedimen cukup gembur, sehingga sangat mudah diangkat untuk dikembalikan pada bidang pertanaman. Guludan yang rusak diperbaiki, rumput penguat guludan dipangkas (tidak perlu dimatikan). Saluran yang telah dikosongkan siap diisi dengan sisa tanaman dan gulma yang telah ditebas dari bidang pertanaman dan guludan. Dengan demikian pengumpulan dan pengomposan sisa tanaman dipermudah dan tidak perlu diangkut terlalu jauh keluar lahan; serta persiapan pertanaman berikutnya tidak terganggu oleh adanya sisa tanaman.
  • 9. Kemiringan lahan dapat dipelihara dengan pengembalian kompos dan sedimen, sehingga memungkinkan berlangsungnya proses drainase secara alami mengikuti kemiringan lereng. Luas bidang pertanaman tidak berkurang serta sifat fisik, kimia dan biologi tanah secara berangsur diperbaiki dengan pengembalian kompos yang berkesinambungan. III. PEMBUATAN TERAS KREDIT Pendahuluan Teras kredit adalah teras yang dibangun dengan membuat guludan menurut kontur dari tanah galian saluran di sisi bawahnya (hilir). Guludan berfungsi untuk menghambat aliran permukaan dan menampung sedimen yang terangkut dari bidang pertanaman. Aliran permukaan yang melimpah di atas guludan (overtopping), akan tertampung dan diresapkan pada saluran di bawahnya, sehingga tidak meningkatkan erosi pada petakan di bawahnya. Setiap akhir musim pertanaman guludan diperbaiki dan ditinggikan dengan mengangkat tanah dari saluran, sehingga akan terjadi teras bangku secara berangangsur karena pengikisan dan pengendapan oleh aliran permukaan. Teras bangku yang terbentuk akan lebih mantap dan pengurangan luas bidang pertanaman terjadi secara bertahap. Teras kredit dapat dibangun pada lahan dengan kemiringan lereng >15%. Untuk mempermudah pemeliharaan dan meningkatkan laju peresapan air saluran teras kredit, saluran dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal. Dengan demikian saluran akan dapat meresapkan limpahan aliran permukaan dari petakan di atasnya, sehingga dapat mengurangi resiko erosi pada petakan di bawahnya. Pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal untuk mengisi saluran teras kredit juga dapat mempermudah pengumpulan dan pengomposan sisa tanaman, meningkatkan laju peresapan air ke dalam tanah, serta memudahkan pengembalian campuran kompos dan sedimen untuk memperbaiki kondisi petakan yang tererosi.
  • 10. Cara pembuatan Setelah lahan dibersihkan dengan menebas gulma dan sisa tanaman, dilakukan pengukuran sudut kemiringan lereng, untuk menetapkan jarak antar saluran/guludan yang akan dibuat sesuai dengan tinggi tampingan teras (vertical interval) yang diinginkan. Tinggi tampingan teras tidak boleh melebihi kedalaman lapisan tanah yang tidak dapat ditumbuhi oleh tanaman seperti lapisan padas, batu, atau bahan induk tanah. Pembuatan kontur dengan alat Rangka A (A frame) dan batas saluran, dilakukan seperti pada pembuatan teras gulud. Tetapi tanah galian hasil penggalian saluran, ditumpukkan ke atas untuk membentuk guludan di sisi sebelah atas/hulu saluran (Gambar 5). Gambar 5. Pembuatan Saluran dan Guludan Teras Kredit Guludan perlu diperkuat dengan tanaman pagar atau rerumputan yang berperakaran kuat serta dapat bertahan bila ditimbun tanah pada saat guludan ditinggikan. Sisa tanaman dan gulma dikumpulkan ke dalam saluran sebagai mulsa vertikal untuk menahan longsornya dinding saluran dan guludan, serta meningkatkan laju peresapan air. Bila laju peresapan air di saluran lambat, perlu dibuat lubang resapan biopori (LRB) di dasar saluran setiap jarak 1 – 2 m (Bab ). Pemeliharaan
  • 11. Setiap akhir musim pertanaman, kompos dalam saluran diangkat dan disebarkan ke bidang olah (Gambar 6). ! Gambar 6. Teras Kredit dengan Pengurangan Kemiringan Lereng Secara Berangsur. Guludan ditinggikan dengan mengangkat tanah dari saluran, sehingga akan terjadi teras bangku secara berangangsur karena pengikisan dan pengendapan oleh aliran permukaan (Gambar 7). Teras bangku yang terbentuk secara berangsur lebih mantap dibandingkan dengan teras bangku yang dibangun melalui penggalian dan penimbunan sekaligus. Gambar 7. Teras Bangku yang Terbentuk Secara Berangsung
  • 12. IV. BUDIDAYA LORONG Pendahuluan Budidaya lorong (alley cropping) merupakan salah satu bentuk wana tani (agroforestry) yang memadukan budidaya tanaman pangan (tanaman semusim) dengan budidaya tanaman pepohonan (tanaman tahunan). Pada sistem budidaya lorong, tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar (hedge rows). Efektivitas budidaya lorong pada lahan pertanian berlereng miring untuk pengendalian aliran permukaan dan erosi ditentukan oleh perkembangan barisan tanaman pagar, serta jarak antar barisan tanaman pagar. Pada awal penerapan budidaya lorong aliran permukaan dan erosi dapat menerobos di antara tanaman pagar yang baru mulai ditanam dan belum tumbuh merapat, meskipun ditanam lebih dari satu baris tanaman. Aliran permukaan dan erosi yang terjadi dapat menghambat pertumbuhan tanaman pagar yang belum kuat menahan aliran permukaan. Setelah tanaman pagar sudah tumbuh besarpun aliran permukaan masih dapat lolos menerobos barisan tanaman pagar. Tanpa adanya pembatas, akar tanaman pagar yang telah berkembang dapat menimbulkan persaingan penyerapan air dan unsur hara antara tanaman pagar dengan tanaman budidaya yang dapat mengurangi produksi tanaman pangan yang dibudidayakan. Untuk meningkatkan efektivitas budidaya lorong dalam pengendalian aliran permukaan dan erosi serta mengurangi dampak negatif persaingan air, hara dan sinar matahari; diperlukan usaha penyempurnaan dengan membuat saluran dan guludan mengikuti kontur seperti pada teras gulud atau teras kredit. Kemudian saluran diisi sisa tanaman sebagai mulsa vertikal. Saluran bermulsa sangat penting untuk menangkap, menampung dan meresapkan air aliran permukaan, sekaligus dapat membatasi persaingan penyerapan air dan unsur hara oleh perkembangan akar tanaman pagar ke bidang pertanaman budidaya (Gambar 8).
  • 13. Gambar 8. Mulsa Vertikal pada Budidaya Lorong Saluran juga berfungsi untuk mengumpulkan sisa tanaman dan pangkasan tanaman pagar untuk mempermudah pengelolaan sisa tanaman melalui proses pengomposan setempat (in situ). Tanaman pagar yang ditanam pada guludan berfungsi untuk memperkuat guludan sebagai penghambat aliran permukaan. Untuk peningkatan pendapatan petani, dapat ditanam tanaman pagar berupa strip tanaman buah-buahan tahunan (pepohonan/perdu). Diantara tanaman pepohonan dapat ditumpang-sarikan dengan tanaman obat-obatan atau tanaman umbi-umbian tahan naungan. Penanaman strip tanaman pohonan merupakan upaya penting untuk menjaga kelestarian dan kenyamanan lingkungan. Strip tanaman pepohonan dapat berfungsi sebagai penghambat kecepatan angin (wind break) yang dapat mengurangi kehilangan air melalui penguapan. Tanaman pepohonan mempunyai sistem perakaran yang dalam sehingga dapat mengambil air dan unsur hara yang meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam; sehingga tidak dapat diambil oleh perakaran tanaman pangan yang relatif lebih dangkal. Air dan unsur hara yang diserap perakaran tanaman pagar kemudian dapat dikembalikan ke lapisan atas melalui pengembalian hasil pangkasan tanaman pagar ke dalam tanah. Perakaran tanaman pagar juga dapat menangkap unsur hara yang tercuci ke bawah
  • 14. Dengan demikian pendaurulangan unsur hara yang efisien dari lapisan tanah yang dalam ke lapisan atas melalui bantuan tanaman pepohonan (Gambar 9). Gambar 9. Strip Tanaman Budidaya di Lorong Strip Tanaman Pagar. Strip permanen tanaman pepohonan juga dapat merupakan habitat burung yang menjadi predator berbagai macam serangga hama tanaman. Untuk supaya strip tanaman pepohonan ini dapat dipelihara dengan baik oleh petani, perlu dipilih tanaman yang mempunyai nilai ekonomis, sebagai sumber tambahan pendapatan petani. Selain tanaman pagar legum penghasil kayu bakar dan bahan organik seperti Turi (Sesbania sp.), Kaliandra (Calliandra calothyrsus), Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Gamal (Gliricidia sepium); penanaman pohon buah-buahan yang bernilai ekonomis dapat dilakukan dalam strip tanaman pagar yang lebih luas. V. PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI Pendahuluan Masalah utama yang sering dijumpai pada pertanian lahan kering adalah penurunan kandungan bahan organik tanah yang cepat dan ketersediaan air yang tergantung pada curah hujan (tadah hujan). Karena suhu dan kelembaban yang tinggi, secara alami laju penurunan kandungan bahan organik di daerah tropika diperkirakan 4 kali lebih cepat
  • 15. dibandingkan dengan yang terjadi di daerah beriklim sedang. Laju penurunan bahan organik tanah lebih dipercepat lagi oleh pengolahan tanah yang intensif, adanya pengangkutan dan pembakaran sisa tanaman, dan pengangkutan oleh erosi pada pertanian lahan kering berlereng. Pada pertanian lahan kering cepatnya penurunan kandungan bahan organik tanah mengakibatkan berkurangnya kemantapan agregat tanah yang dicerminkan oleh mudah memadatnya tanah setelah pengolahan tanah, sehingga pengolahan tanah makin sering dilakukan. Selain biaya pengolahan tanah menjadi semakin mahal pengolahan tanah yang makin intensif dapat mempercepat kehilangan bahan organik tanah, menurunkan kemantapan agregat, merusak biopori (lubang yang dibuat oleh cacing dan akar) dan pori makro di antara agregat tanah, membunuh fauna tanah serta mengurangi populasi dan aktivitas mikroba. Peresapan air hujan ke dalam tanah berkurang dan kelebihan air yang tidak dapat meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan aliran permukaan mengikuti kemiringan lereng sambil mengangkut partikel liat dan bahan organik serta unsur hara yang terlarut. Keadaan tersebut mendorong terjadinya proses pemiskinan tanah yang makin lama makin memperberat petani petani miskin untuk mengeluarkan tambahan biaya pengolahan tanah dan pemupukan. Pengolahan tanah konvensional merupakan aktivitas budidaya pertanian yang memerlukan korbanan waktu, tenaga dan biaya yang cukup tinggi. Dengan jumlah tenaga kerja keluarga yang terbatas kegiatan pengolahan tanah konvensional mengakibatkan tertundanya waktu tanam, sehingga kesempatan untuk memanfaatkan ketersediaan air menjadi berkurang. Untuk mengurangi resiko dampak negatif pengolahan tanah konvensional, perlu dilakukan pengolahan tanah konservasi, yaitu dengan pengolahan tanah minimum (minimum tillage) atau tanpa olah tanah (zero/no tillage). Pada pengolahan tanah minimum, pengolahan tanah hanya dilakukan dengan mengolah tanah pada calon barisan
  • 16. tanaman. Pada lahan miring, barisan tanaman dibuat mengikuti kontur. Sebelum dilakukan pengolahan tanah minimum, sisa tanaman ditebas, gulma dimatikan dengan penebasan atau penyemprotan dengan herbisida. Sisa tanaman sebaiknya dimanfaatkan sebagai mulsa vertikal. Kontur saluran mulsa vertikal dapat dipakai sebagai pedoman untuk penaburan pupuk dan kapur pada barisan tanaman yang direncanakan. Pengolahan tanah dilakukan sambil mencampurkan masukan kapur dan pupuk ke dalam tanah sehingga tidak mudah dihanyutkan oleh aliran permukaan. Pencampuran pupuk dan kapur ke dalam tanah pada calon barisan tanaman juga penting dalam usaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemakaian pupuk dan kapur dekat daerah perakaran tanaman. Dengan cara ini diharapkan kebutuhan pupuk dan kapur dapat ditekan (Gambar 10). Gambar 10. Pengolahan Tanah Minimum Mengikuti Kontur. Untuk menanam tanaman dengan jarak tanam yang rapat, perlu dilakukan modifikasi pengturan jarak tanam; yaitu dengan sistem baris tanam ganda (double/tripple rows = tandur jajar legowo), dimana jarak antar baris di dalam baris ganda hampir sama dengan jarak dalam barisan, sehingga untuk memperoleh populasi (jumlah) tanaman persatuan luas didapatkan jarak antar baris ganda (gawangan) yang cukup lebar. Pengolahan tanah dilakukan untuk menggemburkan tanah pada calon baris ganda,
  • 17. sedangkan gawangannya dibiarkan tidak diolah, dan dapat leluasa dilewati untuk melakukan penanaman, pemupukan dan pemeliharaan tanaman. Untuk meningkatkan intensitas penanaman, gawangan dapat dipersiapkan untuk penanaman tanaman kedua sebelum tanaman pertama dipanen (relay intercropping). Pada tanpa olah tanah, sisa tanaman dan gulma dimatikan dengan herbisida. Sisa tanaman dan gulma yang sudah mati dan mengering dirobohkan, disisihkan dari calon barisan tanaman. Benih tanaman langsung ditugalkan pada barisan tanaman yang direncanakan. Pupuk/kapur diberikan dalam alur yang dibuat di samping barisan tanaman atau ditugalkan di samping tanam-an. Penggemburan tanah baru dilakukan setelah tanaman tumbuh, sambil melakukan penyiangan gulma dan pembumbunan pada masa pemeliharaan tanaman. Dengan demikian pengolahan tanah konservasi dapat menghindari tertundanya penanaman untuk dapat memanfaatkan ketersediaan air seefisien mungkin, mengurangi pemborosan tenaga dan biaya pengolahan tanah, serta menyebarkan ketersediaan tenaga secara merata sepanjang musim pertanaman. VI. PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI Pendahuluan Lubang resapan biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat ke dalam tanah dengan diameter 10 – 30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau jangan melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori. Biopori adalah pori berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman. LRB adalah teknologi tepat guna ramah lingkungan untuk meningkatkan laju peresapan air hujan dan memanfaatkan sampah organik ke dalam tanah. Manfaat LRB: (1) memelihara cadangan air tanah, (2) mencegah terjadinya keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah, (3) menghambat intrusi air laut, (4 )mengubah sampah organik menjadi
  • 18. kompos, (5) meningkatkan kesuburan tanah, (6) menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah, (7) mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh adanya genangan air seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah dsb., (8) mengurangi masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan pencemaran udara dan perairan (9) mengurang emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), (10) mengurangi banjir, longsor, dan kekeringan Cara pembuatan 1. Lokasi Pembuatan LRB: LRB dapat dibuat di dasar saluran yang semula dibuat untuk membuang air hujan (Gambar 11), di dasar alur yang dibuat sekeliling batang pohon (Gambar 12) atau batas taman (Gambar 13). 1. Buat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter 10 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau jangan melampaui kedalaman air tanah pada dasar saluran atau alur yang telah dibuat. Jarak antar lubang 50-100 cm. 2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar 2-3 cm, setebal 2 cm disekeliling mulut lubang. 3. Segera isi lubang LRB dengan sampah organik yang berasal dari sisa tanaman yang dihasilkan dari dedaunan pohon, pangkasan rumput dari halaman atau sampah dapur. 4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang menyusut karena proses pelapukan. 5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang. 3. Jumlah LRB yang Perlu Dibuat: Banyaknya lubang yang perlu dibuat dapat dihitung menggunakan persamaan: Jumlah LRB: Intensitas hujan (mm/jam) x Luas bidang kedap (m2)
  • 19. Laju peresapan air perlubang (liter/jam) Sebagai contoh untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2 bidang kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100): 180 = 28 lubang. Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm kedalaman 100 cm, setiap lubang dapat menampung 7,8 liter sampah organik, berarti tiap lubang dapat diisi sampah organik dapur 2-3 hari. Dengan demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi sampah organik yang dihasilkan selama 56 – 84 hari, dimana dalam kurun waktu tersebut lubang perlu diisi kembali.