1. MAKALAH ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALLIM (AKHLAQ)
“AKHLAQ USTADZ TERHADAP DIRI SENDIRi”
NAMA PEMBINA : USTADZ ABDUL HAMID ‘ALY,S.Pd.,M.Pd
NAMA PEMBINA : USTADZ ABDUL HAMID ‘ALY,S.Pd.,M.Pd
KELOMPOK 3 :
AGITA PUTRI WIDYANTI
AZIZATUR ROHMA
FARHATUN NAFISAH
2. BAB EMPAT
AKHLAQ SEORANG PELAJAR TERHADAP PELAJARANNYA
Akhlaq pelajar terhadap pelajaranya dan hal-hal yang harus ia pegang ketika
bersama-sama dengan syaikh (ulama’) dan teman-temannya
3. Pembahasan
Point 4
Pada point ini pengarang kitab menganjurkan bahwa sebelum
mempelajari suatu ilmu maka harus ditashih atau diteliti oleh seorang kiyai atau
seseorang yang ahli dalam bidangnya agar tidak menimbulkan kesalahan(ma’na
atau lafad) dalam memahami ilmu tersebut.Dan dijelaskan diatas bahwa ilmu
pengetahuan itu tidak dari kitab atau buku,tetapi dari guru karena jika mengambil
dr kitab atau buku ditakutkan akan terjadi pemahaman yang salah. Disebutkan
dikitab alala karangaan syeikh aljarnuzi,bahwa tidak akan seseorang mendapatkan
ilmu kecuali dengan 6 perkara.
4. Nadhom diatas berbunyi :
*Seseorang tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan 6 perkara
*Cerdas,keinginan kuat(semangat),sabar,adanya biaya,adanya prtunjuk guru,dan
lamanya waktu
Nadhom diatas menyebutkan bahwa salah satu syarat mencari ilmu adalah adanya
petunjuk guru.Maka belum sempurna ia menuntut ilmu tanpa ada jasa guru
(petunjuknya)
Setelah mendapatkan petunjuk guru maka murid dianjurkan untuk mengulang-
ulangi pelajaran yang sudah diberikan oleh guru,agar selalu mengingat pelajaran
atau ilmu yang sudah diberikan oleh guru.ketika sedang mengkaji sebuah
ilmu,hendaknya pelajar/murid mempunyai alat tulis,seprti tinta,bulpoin,tempat
pensil dan pisau untuk memperbaiki hal hal yang perlu diperbaiki.
Point 5
Pada point no5 dijelaskan diatas bahwa seharusnya seorang pelajar atau
murid dianjurkan untuk bergegas berangkat lebih pagi(awal) menuntut ilmu,dan
tidak menyia-nyiakan kesempatan dalam mencari ilmu,tidak mengulur waktu atau
bermalas malasan.Apalagi dalam mempelajari ilmu hadits dan al qur’an. Apabila ada
kerusakan dalam ilmuada beberapa hal yakni:
1. mempelajrai tanpa guru
2. meremehkan otoritas ulama dan guru yang keliru
Seperti yang diterangkan oleh as saikh Zarnunji dalam kitab ta’limul muta’alim
5. تام حج كاجر له كان يعلمه أو خيرا يتعلم أن إال يريد ال المسجد إلى غدا من
kebaikan,maka berhak memperoleh pahala seperti pahalanya orang yang
melakukan Artinya: Barang siapa sesuatau kecuali untuk ibadah haji mempelajari
kebaikan untuk mengajarkan berangkat ke masjid,sementara dia tidak menghendaki
Poin 6
Disini dijelskan bahwa apabila seorang pelajar sudah mampu
memjelaskan dan mengamalkan terhadap yang dihafalkan juga bisa menguraikan
kejanggalan serta faedah-faedah yang sangat penting,maka sang pelajar tersebut
diperbolehkan untuk mempelajari dan membahas kitab-kitab besar secara terus
menerus tanpa mengenal lelah
Sebagai pelajar tidakboleh merasa cukup hanya memiliki ilmu yang sedikit
juga tidak boleh brsifat qona’ah dalam artian menerima apa adanya,seperti yang
diwariskan nabi menerima sesuatu walaupun hanya sedikit dan tidak boleh
menunda-nunda waktu dalam mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan dan
manfaat yang sangat mungkin diperoleh.karena apabila pelajar suka menunda
waktu maka tidak bisa mendapatkan ilmu secara cepat dan tepat waktu.oleh karena
itu pelajar hendaknya harus memiliki cita-cita yang tinggi luhur ibarat kaki dibumi
tapi cita-cita menggelantung di angkasa
6. Poin 7
Pada point ke 7 dijelaskan bahwa pelajar harus mengikuti halaqoh (
pengkajian kitab/diniyah) berdiskusi dan bermusyawarah dengan aktif saat
pembelajaran dikelas .Dengan begitu (bermusyawarah / berdiskusi)maka murid akan
memperoleh kebaikan dalam mencari ilmu,mendapatkan sesuatu(ilmu
pengetahuan) yang diharapkan,yang di cita-citakan,serta mendapat kemulyaan dan
keutamaan.
Murid harus berkhidmat(bersopan santun/tunduk)pada gurunya karna
begitu akan mendapatkan kemulyaan dan penghormatan.karna jasa guru kita
mengenal sesuatu yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.Dan sebaiknya santri tidak
hanya mendengarkan pelajarannya saja melainkan ia harus bersungguh sungguh
dalam mata pelajaran yang diterangkan gurunya didengarkan dengan seksama dan
penuh perhatian,difahami maksudnya,berkonsentrasi saat guru sedang
menjelaskan.Apabila hal itu dapat dilakukan dengan baik,dengan hati yang tidak
keberatan (ikhlas) dan selalu mengadakan musyawaroh dengan
sahabat/temannya,maka ia akan menguasai pelajaran yang disampaikan gurunya
dengan baik.Dan jangan lupa juga untuk selalu mengingat setiap peristiwa,atau
kejadian saat di forum diskusi bersama guru,seperti definisi,manfa’at atau kaidah
kaidah dan lain sebagainya.Karna dengan mengingat itu maka akan mendapatkan
manfaat ilmu yang sangat luar biasa.
7. Apabila seorang murid belum mampu dalam menguasai pelajaran secara
keseluruhan.Maka hendaknya ia memprioritaskan pelajaran yang lebih penting
dahulu,baru pelajaran yang lainnya.seperti mempelajari ilmu tentang agama.Karna
ilmu agama sudah mencakup beberapa mashalah dalam kehidupan seperti tentang
adab dengan contoh kitab adabul ta’lim walmuta’alim,bab tentang syara’ atau
amaliyah contoh kitab fiqih fathul qorib dan lain sebagainya.Terdapat pula dikitab
Durrotun nasihin :
اعلم,قال كما الحال علم طلب عليه يفترض وإنما علم كل طلب ،مسلم كل على اليفترض بأنه:علم العلم وأفضل
الحال حفظ العمل وأفضل ،الحال
Perlu diketahui bahwa, kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan
perempuan ini tidak untuk sembarang ilmu, tapi terbatas pada ilmu agama, dan ilmu
yang menerangkan cara bertingkah laku atau bermuamalah dengan sesama manusia.
Sehingga ada yang berkata, "Ilmu yang paling utama ialah ilmu Hal. Dan perbuatan
yang paling mulia adalah menjaga perilaku." Yang dimaksud ilmu hal ialah ilmu agama
islam, shalat misalnya.
Al khotaib Al Baghdadi telah berkata : “bahwa mudzakaroh,mengingat
pelajaran yang baik adalah saat malam hari.Sekelompok jama’ah rombongan dari
ulama’ salaf mereka memulai mudzakaroh mulai setelah isya’ dan mereka tidak
beranjak dari tempat mudzakaroh selama sebelum adzan subuh”.
8. Apabila seorang murid tidak bisa menemukan teman untuk diajak mudzakaroh
maka ia bisa melakukannya dengan mengingat ingat pelajarannya sendiri.Bisa
dengan mengulang ulang makna agar tidak lupa atau tertancap dalam hati karna
dengan seperti itu sama saja dengan mengulangi dengan lisan.
Dari Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah, “Di antara
perkara yang selayaknya dipentingkan oleh seorang penuntut ilmu adalah
MUDZAKARAH”.Mudzakarah ada dua macam :
PERTAMA, Mudzakarah sendiri, yaitu engkau duduk sendiri lalu mengingat salah
satu pembahasan, atau pembahasan yang pernah engkau lewati. Kemudian
engkau berusaha untuk menyebutkan pendapat-pendapat yang ada dan tarjih
(menguatkan) salah satu pendapat dalam setiap permasalahan. Hal ini mudah
untuk dilakukan oleh seorang penuntut ilmu, dan membantu untuk melakukan
diskusi yang lalu
9. KEDUA, Mudzakarah bersama orang lain. Yaitu dengan ia memilih salah seorang
saudaranya dari kalangan penuntut ilmu yang bisa membantunya dalam menuntut
ilmu, dan bisa memberikan faidah untuknya. Maka dia duduk bersamanya
bermudzakarah. Misalnya keduanya membacakan hafalannya. Masing-masing
membaca sedikit hafalannya di depan temannya. Atau saling mengingat salah satu
masalah, dengan mengulang (pembahasan yang sudah dipelajari ) atau saling
membantu untuk memahami jika keduanya mampu melakukan itu. Karena hal itu
di antara sebab yang bisa mengasah dan menambah ilmu. Namun HATI-HATI
keributan dan menyombongkan diri, karena itu tidak bemanfaat.
Namun sedikit sekali seseorang yang tidak menggunakan akalnya untuk berfikir
untuk memperoleh kebahagiaan,terkhusus dihaapan guru,terkadang
menggunakan akal dan terkadang meninggalkannya,lantas tidak membiasakan
untuk menggunakan kekuatan otak yang dimiliki.Seperti meremehkan
guru,padahal berkhidmat pada guru kan mendapat kebahagian berupa ilmu yang
manfaat barokah.Semoga kita semua mendapat barokah ilmu manfaat dari guru
kita.Aamiinn.