Penelitian ini menggambarkan kehidupan perempuan pemulung di Kota Makassar dan kontribusinya terhadap ekonomi keluarga dengan melibatkan anak balita dalam kegiatan pemulungan. Karakteristik perempuan pemulung berusia 23-45 tahun dengan tingkat pendidikan rendah dan rata-rata tanggungan 3 orang. Mereka terlibat dalam pemulungan terutama untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga."
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
JDraf urnal Nur Ikhsan Pemulung Perempuan ind.docx
1. STRATEGI PEMULUNG (SCAVENGER WOMEN) DALAM PEMENUHAN
EKONOMI KELUARGA DI KOTA MAKASSAR
(KASUS PEMULUNG DENGAN MELIBATKAN ANAK BALITA DI PERKOTAAN)
Nur Ikhsan1
, Mardiana Ethrawaty Fachry2, Mansyur Radjab3
1
Graduate School Hasanuddin University, South Sulawesi Indonesia
2
Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Departemen of socio economic
Hasanuddin University, South Sulawesi Indonesia
3
Faculty of Social and Politic,Departemen of sosiology, Hasanuddin University,
South Sulawesi Indonesia
Corresponding Author: mardianaethra@gmail.com
Abstrak
Kemiskinan masih menjadi permasalahan diperkotaan, Terbatasnya skill dan
lapangan kerja menyebabkan perempuan dari keluarga miskin turut mencari kerja
menjadi pemulung atau pengumpul sampah dan barang barang bekas untuk
membantu ekonomi keluarganya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan
karakteristik pemulung perempuan dalam menjawab fenomena perempuan miskin
dalam memenuhi ekonomi keluarganya . Pelibatan anak balita dalam proses
pemulungan juga menjadi ulasan dalam menemukan pembagian peran gender dalam
rumah tangga pemulung. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari 25 keluarga perempuan
pemulung. Hasil penelitian menemukan bahwa perempuan pemulung berumur antara
23 sampai 45 tahun dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD 20% . tamat SD 72 %
dan SMP 8%. Lama berkeluarga antara 4 sampai 18 Tahun, dengan rata rata
tanggungan anak 3 orang. Pada kegiatan pemulungan melibatkan anak balita berusia
2. 2
antara 1 dan 5 tahun yang merupakan peran domestik dan menjadi strategi untuk
mendapatkan tambahan pendapatan dari belas kasihan masyarakat. Rata rata
pendapatan keluarga pemulung antara Rp 1.200.00 sampai Rp. 2.050.000,
Pengeluaran keluarga terdiri dari kebutuhan pokok berupa konsumsi 28,5%,
kebutuhan anak balita 24,4% dan membayar utang 13,3%. Perempuan pemulung
memberikan kontribusi ekonomi pada keluarga antara 40% sampai 77%. Keterlibatan
anak balita pada proses pemulungan merupakan bentuk eksploitasi anak, yang belum
menjadi perhatian pemerintah kota Makassar.
Key word : Peran perempuan, Pemulung, anak balita, Kontribusi ekonomi
Pendahuluan
Kemiskinan merupakan permasalah di perkotaan, Data Statistik kota Makassar
menunjukkan pertambahan orang miskin sekitar 4,17% atau 74.690 orang selama 3
tahun terakhir (BPS, 2021).Hal ini disebabkan oleh berbagai factor seperti kurangnya
lapangan kerja, rendahnya skill dan Pendidikan serta adanya covid diakhir 2019
sampai 2022. Dampak pandemik sangat besar pada peran ekonomi perempuan. Di
Indonesia 53,79% UMKM dimiliki perempuan dengan 97% tenaga kerja perempuan.
Secara ekonomi kontribusi perempuan pada Produk Domestik Bruto(PDB) 61%,
Meski pun demikian pengangguran di Indonesia masih mencapai 8,42 juta tahun
2021.
Berkembangnya masyarakat yang bekerja sebagai pemulung merupakan salah satu
akibat permasalahan kemiskinan yang ditemui di kota kota besar termasuk di
Makassar. Jumlah pemulung yang tergabung dalam ikatan pemulung Indonesia (IPI)
pada tahun 2019 sudah mencapai anggota 3,7 juta orang dari 25 Provinsi masih ada
5 provinsi belum tercatat. Jumlah ini juga belum termasuk pemulung yang tidak
terdata.
3. 3
Keterlibatan perempuan dalam ekonomi rumah tangga, merupakan peran produkif
yang sudah menjadi bagian dari kehidupan di perkotaan Meningkatnya kebutuhan
keluarga menjadi dasar utama perempuan bekerja selain menjalankan perannya pada
aspek domestik dan sosial. Penyebab utama perempuan (istri) bekerja dikarenakan
pendapatan suami yang tidak mencukupi (Ramadani (2016) dan Kauntu dan Suraya
(2018). Serta jumlah tanggungan cukup besar pada keluarga miskin. Berdasarkan
data yang diketahui, kontribusi perempuan pada ekonomi keluarga mencapai 40-77%.
Selain itu keterbatasan keterampilan, pendidikan, dan modal membuat mereka
memasuki sektor informal seperti menjadi pemulung. Pekerjaan yang berkutat dengan
sampah, kotor, penuh dengan lalat, dan belatung tidak mereka hiraukan demi
mendapatkan uang. Oleh sebab itu pemulung merupakan pekerjaan yang dinilai
paling rendah, tanpa skil dan hanya dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki akses
pada pekerjaan lainnya.
Pekerjaan mengumpulkan sampah sampah dari barang bekas yang masih
dapat digunakan untuk dijual, menjadi pekerjaan yang mulai berkembang dan banyak
dilakukan perempuan miskin di Kota Makassar. Salah satu ciri khas dari kegiatan
mereka adalah melibatkan anak anak usia balita dengan menggunakan gerobak atau
sejenis alat angkut barang saat memulung. Adanya fenomena melibatkan anak balita
pada kegiatan produktif merupakan strategi bagi keluarga pemulung untuk
mendapatkan uang dari masyarakat, hal ini terlihat dengan semakin banyaknya anak
anak kecil sebagai pengemis atau penjaja aneka produk makanan dijalan-jalan.
Memulung dengan melibatkan anak balita merupakan bagian dari perilaku pengemis
dewasa yang memanfaatkan anak untuk mendapatkan uang. Yang selanjutnya akan
menciptakan anak-anak jalanan sebagai pencari nafkah. Anak jalanan menjadi
komunitas kota, dan menjadi salah satu ciri kehidupan kemiskinan di perkotaan.
Penelitian ini menggambarkan kehidupan perempuan pemulung dalam
kontribusinya pada ekonomi keluarga dengan melibatkan anak untuk
mempertahankan keberlanjutan hidup di Kota Makassar.
4. 4
MATERIAL AND METHODE
Lokasi penelitian
dilaksanakan di
Kecamatan
Panakukang Kota
Makassar
.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis
fenomenologi (Moleong, 2010) yang bertujuan untuk memahami perilaku keluarga
pemulung perempuan yang melibatkan anak balita dalam mencari pendapatan.
Pengambilan sampel secara purposive sampling dan snowball. Pada teknik snowball
pada awalnya peneliti memilih informan secara acak dan selanjutnya peneliti menuju
pada informan selanjutnya atas bantuan informan pertama. Total keluarga informan
yang terpilih sebanyak 25 keluarga pemulung yang terdiri pemulung perempuan dan
suami pemulung.
Analisis data menggunakan model interaktif Milles dan Huberman (2014). Yaitu
menganalisis data melalui tiga langkah, yakni pertama; kondensasi data (data
condensation), kedua menyajikan data (data display), dan ketiga menarik simpulan
atau verifikasi (conclusion drawing and verification).
Kondensasi data merujuk pada proses pemilihan (selecting), pengerucutan (focusing),
penyederhanaan (simplifiying), peringkasan (abstracting), dan transformasi data
(transforming).
.
5. 5
Gambar 1. Model Interaktif analisis
data (Miles, Huberman, and Saldana,
2014)
Tabel 1
Matriks Pengumpulan Data Primer pada keluarga pemulung perempuan
No
Informan/
responden
Variabel yang
Diteliti
Metode
Pengumpulan
data
Analisis data
1. Pemulung
Perempuan
Karakteristik
pemulung
perempuan
Latar belakang
menjadi
pemulung
membawa anak
balita
Peran domestik
dan produktif
(publik) yang
dilakukan
Wawancara men
Dalam
Menggunakan
panduan
.Model
Interaktif
analisis data
(Miles,
Huberman,
and Saldana,
2014)
6. 6
Pengeluaran
Rumah tangga
pemulung
Kontribusi
ekonomi
kekeluarga
2. Suami
pemulung
perempuan
Karakteristik
suami
pemulung
Perannya dalam
RT ( domestic
dan produktif)
Pendapatan
/dukungan pada
ekonomi
keluarga
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
dan lembar
observasi
Result and Discussion
Krisis moneter yang terjadi pada Tahun 1998 berdampak pada semua sektor,
utamanya pada perekonomian yang menyebabkan pengangguran di mana-mana dan
kemiskinan. Kemiskinan yang terjadi menyebabkan mencuatnya fenomena sosial
salah satunya bertambahnya jumlah pekerja di sektor informal, seperti pengemis,
gelandangan dan anak jalanan (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementrian
Sosial 2019). Menurut Dimas (2013) faktor yang menyebabkan kegiatan mengemis
karena terlilit masalah ekonomi. Sedangkan menurut Isti (2012) faktor yang
menyebabkan seseorang mengemis adalah karena faktor ketidakberdayaan yang
dialami oleh orang-orang yang kesulitan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-
hari. Karena mereka tidak memiliki kemampuan mendapatkan pendapatan dan
menjadi kelompok yang tidak bisa keluar dari lingkaran kemiskinan. Masyarakat
miskin tidak mempunyai harapan untuk maju dan berkembang disebabkan rendahnya
pendidikan, skill dan berdampak pada motivasi berusaha yang dapat menjadi
7. 7
kebiasaan dan membudaya. Pewarisan kebudayaan kemiskinan akan semakin
langgeng karena salah satu ciri kebudayaan adalah dapat dipelajari (Koentjaraningrat,
2002).
Pemulung merupakan salah contoh kegiatan sektor informal yang ada di perkotaan.
Pemulung melakukan pengumpulan barang bekas karena adanya permintaan dari
industri-industri pendaur ulang bahan-bahan bekas.( Etna 2019) Hadirnya pemulung
karena di dasarkan pada pengalaman kerja mereka sebelumnya yang tidak
menguntungkan, akibat kurangnya pendapatan, dan kesulitan mencari pekerjaan
yang lebh layak. Dengan demikian ada kecederungan kesamaan latar belakang
pemulung perempuan seperti pekerjaan suami yang tidak tetap (buruh harian), alasan
mengikutkan anak Balita saat memulung, dan besarya kontribusi ke ekonomi
keluarganya.
Karakteristik Pemulung Perempuan
Faktor karakteristik seperti umur, pendidikan dan tanggungan keluarga menjadi faktor
yang kuat dalam mendukung seseorang memilih pekerjaan. Menurut Selvia Aprilyanti
(2017), umur sangat mempengaruhi produktifitas kerja Usia produktif biasanya
mempunyai tingkat produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang
berusia tua, karena fisik yang dimiliki menjadi lemah dan terbatas (Tanto et,al (2012),
& Mahendra & Woyanti (2014). Hasil penelitian menggambarkan pemulung
perempuan dan suami pemulung berada pada usia produktif dan masih tergolong
muda yaitu 30 tahun sampai 45 tahun. Dengan tingkat pendidikan tidak tamat sekolah
dasar hal ini menjadi alasan sulitnya keluarga pemulung mengakses pekerjaan yang
lebih layak. Adapaun tanggungan keluarga rata rata 3 orang, jumlah ini cukup menjadi
beban bagi keluarga miskin, yang dapat berakibat anak anak tidak dapat melanjutkan
pendidikan dan menjadi penerus pekerjaan orangtuanya sebagai pemulung dan buruh
harian. Inilah yang dimaksudkan sebagai pewarisan budaya kemiskinan. Oleh sebab
itu sangat diperlukan adanya intervensi pemerintah atau Lembaga NGO dalam
memberdayakan anak anak pemulung. Salah satu kebijakan yang ada yaitu Peraturan
Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembinaan anak jalanan, gelandangan,
pengemis dan pengamen dengan menggunakan model-model pendekatananak
8. 8
jalanan. Namun kebijakan tersebut dibuat dalam rangka menciptakan ketertiban dan
mengurangi keresahan masyarakat akibat tindak kekerasan yang berpotensi
dilakukan oleh anak gelandangan dan pengemis, sehingga tidak menyentuh pada
upaya memberdayakan anak dan keluarganya.
Pemulung Perempuan dan ekonomi keluarga
Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi dalam membantu menafkahi
keluarga. Bukan hanya terjadi pada keluarga miskin tapi juga pada keluarga ekonomi
menengah karena danya kebutuhan yang semakin kompleks. Selain itu perna
perempuan di sector produktif merupakan aktualisasi dari peran perempuan selain
peran domestik. Peran ini telah menunjukkan bahwa perempuan telah memberikan
kontribusi yang sangat berarti bagi keluarganya dan perkembangan ekonomi
masyarakat. Hal ini sejalan dengan Djuanedi (2018) yang menemukan bahwa
keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi tetapi sebagai keinginan untuk bekerja.
Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa yang menjadi alasan utama perempuan
menjadi pemulung adalah faktor ekonomi (68%) pendapatan suami sebagai buruh
harian tidak mencukupi selebihnya karea tidak dapat mengakses pekerjaan sebagai
akibat tidak adanya skill dan rendahnya Pendidikan (12%). Selain itu menjadi
pemulung juga disebabkan karena sudah menajdi pekerjaan sejak kecil, mengikuti
pekerjaan orangtuanya (12,%) seperti yang ditunjukkan pada table berikut
Tabel. Alasan perempuan menjadi pemulung dan melibatkan anak bakita
Alasan menjadi pemulung Jumlah persentase
Mememenuhi kebutuham
keluarga
17 68,0
Tidak ada pekerjaan yang bisa
diakses
3 12,0
Tidak memiliki skill untuk
pekerjaan yang lebih baik
2 8,0
Sudah memulung sejak kecil 3 12,0
Jumlah 25 100
9. 9
Ditemukan juga bahwa untuk menetapkan bekerja sebagai pemulung, responden
melakukan pengamatan dan mencari infomasi dari pekerja pemulung lainnya.
Pengambilan keputusan yang diambil melalui proses
Penyadaran dan penilaian terkait besarnya pendapatan yang akan diperoleh, waktu
yang akan digunakan, lokasi dan jarak kegiatan pemulungan hingga risiko yang akan
terjadi bila menjadi pemulung. Proses ini dalam teori sosiologi ekonomi merupakan
pilihan individu yang dipengaruhi oleh individu atau kelompok lainnya untuk menjadi
bagian dari pekerjaan sebagai pemulung Hasil penelitian menemukan 64%
mendapatkan informasi dari teman, 24% dari suami dan selebihnya dari pengalaman
sendiri(12%). Hal ini menggambarkan bahwa informasi dari luar sangat berpengaruh
dalam pengambilan keputusan.
.
Pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan pemulung tidaklah menentu, karena
sangat tergantung pada tersedianya sampah atau barang barang bekas dilokasi
pencarian. Plastik dan kardus serta botol botol yang masih layak dijual adalah objek
kegiatan memulung. Harga barang rongsokan bervariasi seperti harga botol plastic
perkilogram ditingkat pengepul berkisar Rp 2.000 sampai Rp 3.000. Kantong plastic
Rp 250 sampai 1.500 dan berbagai botol dapat,mencapai Rp 3.500 sampai Rp.6.000
(Lusi,2020)
Hasil dari pemulungan ini dinilai cukup membantu ekonomi keluarga, selain adanya
pendapatan dari suami yang umumnya bekerja sebagai buruh harian tidak tetap.
Adapun pendapatan keluarga pemulung dapat dirata ratakan dalam sebulan antara
Rp. 1.200.000 sampai Rp. 2.050.000. Hal ini sejalan dengan penelitian Hendry (2020)
terhadap pendapatan pemulung di Jakarta menunjukkan bahwa 80% pendapatan
pemulung berasal dari penjualan plastik (plastik keras dan lunak), disusul logam
berupa kaleng dan besi sebesar 3,7%, botol kaca 2,7%, aluminium 2 %, karet 1,6%
serta kertas 0,6% . Rata-rata pendapatan rumah tangga pemulung Rp 2.632.824 per
bulan
10. 10
Dari aspek pengeluaran, maka rumahtangga pemulung memiliki komposisi
pengeluaran terbesar pada kebutuhan pokok yaitu konsumsi (28,5%)
dan Kebutuhan anak balita pembelian susu dan cemilan (24,4%), Biaya tempat tinggl
(23,7%) dan biaya Pendidikan (9,0%) . Selain itu keluarga pemulung memiliki
pinjaman dengan sesama pemulung atau dipengepul barang bekas(13,3%). Yang
menggambarkan kondisi kehidupan ekonomi keluarga pemulung yang sangat
memprihatinkan.
Kontribusi perempuan pemulung pada ekonomi keluarga
Besarnya peran perempuan pemulung dalam ekonomi keluarga, merupakan bentuk
dari strategi perempuan dalam mendukung keberlanjutan kehidupan rumahtangga
mereka. Ini erat kaitannya dengan pekerjaan suami suami pemulung sebagai buruh
harian tidak tetap. Sehingga dalam sebulan bisa saja tidak ada pendapatan yang
diperoleh suami pemulung. Oleh sebab itu memulung merupakan strategi perempuan
untuk mendukung ekonomi keluarganya. Kontribusi perempuan pada ekono I
keluarga drunjukkan pada grafik berikut.
Lebih jelasnya ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel
Kontribusi Pemulung perempuan pada ekonomi RT
Rata rata
Pendapatan
Suami
(Rp) /bulan
Pendapatan
Pemulung(Rp)
/minggu
Total
Pendapatan
Keluarga
pemulung
(Rp/mg)
Kontribusi istri
(pemulung
dalam %)
Jumlah
responden
1.400.000 650.000 2.050.000 31,7 8
1.000.000 720.000 1.720.000 72,0 11
800.000 600.000 1.400.000 75,0 33
650.000 500.000 1.200.000 77,7 2
Sumber Data Primer diolah 2021
11. 11
Strategi perempuan pemulung
Besarnya tanggungan keluarga dan biaya rutin yang harus dikeluarkan setiap bulan
seperti kebutuhan konsumsi, sewa rumah, biaya listrik dan air merupakan tuntutan
yang harus dipenuhi. Beberapa strategi dilakukan perempuan pemulung untuk
mendapatkan uang yaitu Bekerja sejak jam 06.00 sampai 22.00 malam agar jumlah
barang bekas layak jual dapat diperoleh lebih banyak, Menurut penelitian Rudito
(2020) bahwa pemulung dikota kota besar dapat memperoleh palstik dan sejenisnya
perhari antara 5 sampai 15 kg. 100% membawa anak balita di gerobak sampah untuk
mendapatkan belas kasihan dan 84% meminjam uang pada sesama pemulung atau
pengepul dengan kewajiban mencicil pinjaman perhari dengan tambahan sekitar 5
sampai 10%.
KESIMPULAN
Ditinjau dari segi ekonomi, pekerjaan di sektor informal yaitu pengelolaan sampah
dapat menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan ekonomi yang
signifikan terutama, terutama bagi penduduk yang tidak dapat bekerja di sektor formal
lain karena keterbatasan pendidikan dan keahlian, dalam hal ini pemulung
perempuan.
Kontribusi perempuan pemulung pada ekonomi rumah tangga cukup besar dalam
mendukung pendapatan suami yang umumnya adalah buruh harian dengan
pendapatan tidak tetap.
Strategi Perempuan Pemulung dalam mempertahankan ekonomi keluarganya
dengan melakukan pemulgan secara penuh setiap hari dengan melibatkan anak balita
sebagi salah satu sumber pendapatan meskipun hal ini merupakan suatu benuk
eksploitasi.
12. 12
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar. 2018. Indikator Kesejahtaraan Rakyat.
No Publikasi: 71520.1503.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar. 2019. Indikator Kesejahtaraan Rakyat.
No Publikasi: 71520.1503.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Profl Kemiskinan di Indonesia September 2018.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Profl Kemiskinan di Indonesia Maret 2019.
Damsar. 1995. Sosiologi Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Febriyaningsih. 2012. Ketahanan Keluarga Pemulung (Studi Deskriptif pada Empat
Keluarga Pemulung di Pemukiman Al Bahar RT 09 RW 02, Kelurahan
Abadijaya, Depok. Universitas Indonesia
Kauntu, RR. & Suraya, RS. 2018. Pemulung perempuan dalam mendukung Ekonomi
Keluarga di Pesisir Teluk Kendari. ETNOREFLIKA.
Loberta, Nanta. 2014. Strategi Bertahan Hidup “Manusia Gerobak” di Perkotaan (Studi
Kasus Pada “Manusia Gerobak” di Daerah Manggarai, Jakarta Selatan). Prog.
Studi Sosiologi (Kons. Sosiologi Pembangunan) Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta.
Meleong, L.J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya Offset,
Bandung.
Ramadani N. 2016. Implikasi Peran Ganda Perempuan dalam Kehidupan Keluarga
dan Lingkungan Masyarakat. Sosietas Vol. 6 No. 2 September 2016.
Rapanna, P. dan Sukarno, Z. 2017. Ekonomi Pembangunan. ISBN 978-602-6928-15-
3. CV. Sah Media, Makassar.
Shalih. 2013. Pengemis Antara Kebutuhan dan Penipuan.Jakarta: Darul Falah
Sholeh. 2010. “Kemiskinan: Telaah dan Beberapa Strategi Penang-gulangannya”.
http://staff.uny.ac.id/dosen/drs-maimunsholeh-msi
13. 13
Simanjuntak, P. 2012. Masalah Upah dan Jaminan sosial dalam Undang-Undang
yang baru tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Jakarta: Kantor perburuhan
Internasional
Siwi, A.I.D Willy. 2009. Karakteristik demografi sosial ekonomi Pemulung
berdasarkan daerah asal (studi kasus di Kecamatan Bayumanik Kota
Semarang). Semarang.
Solikatun, dkk., 2014. Kemiskinan Dalam Pembangunan. Jurnal Analisa Sosiologi.
April 2014, 3(1): 70 – 90.
Sukardi, Evan 2012. Sosio Kultur Pemulung dan Perannya dalam
Mengkategorikan Barang Bekas sebagai Bahan Pendukung Media
Pembelajaran di Sekolah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Suryadi, 2009. Hubungan Antara Bahasa dan Budaya. Universitas Sumatra utara
(Makalah Seminar Nasional Budaya Etnik III. Diselenggarakan oleh
Universitas Sumatra Utara, Medan 25 April 2009)
Suryawati, 2004. Ekonomi Mikro. UPP, AMP YKPNA.
Tatambihe, Lidya, Dkk. 2017. Kontribusi Ibu Rumah Tangga Sebagai Pemulung
Sampah Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga (Di TPA Kelurahan
Sumompo Kecamatan Tuminting). e-Journal “Acta Diurna” Volume VI. No. 2.
Tahun 2017.
Tibyan. 2010. Analisis Program Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sragen.
Wahidin, Abd. 2017. Kontribusi Pemulung Perempuan Terhadap Perekonomian
Keluarga di Kota Makassar. Tesis Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas
14. 14
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Wikipedia 2011 kontribusi. Diakses dari http://id.wikipedia.org.
Wirawan. 2012, Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma, Jakarta, Kencana Prenada
Media Group.
Wiyatna, Made Yustusa Putri. 2015. Analisis Pengaruh Faktor Sosial
Demografi dan Aktivitas Ekonomi Terhadap Kesejahteraan Keluarga
Pemulung di Kota Denpasar. Denpasar. Universitas Undayana